Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Hlm.703-714, Desember 2015

STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

SUSTAINABILITY STATUS OF MANGROVE ECOSYSTEM MANAGEMENT IN SEMBILANG NATIONAL PARK, BANYUASIN REGENCY, SOUTH SUMATERA PROVINCE

Theresia1*, Mennofatria Boer2, Niken T.M Pratiwi2 1Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut, IPB, Bogor 2Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor *E-mail: [email protected]

ABSTRACT The utilization of mangrove in Sembilang National Park area has increased lately so that it is necessary to assess the sustainability of the mangrove ecosystem management in the region. The study was conducted in March-April 2015. The research location was in the National Park Sembilang, Banyuasin Regency, South . The study used primary data and secondary data collections. The primary data were collected from direct observation of mangrove vegetation and via directs interviews of 86 respondents using purposive sampling method. The sustainability status and recommendations for management strategies were determined using Multi Dimensional Scaling (MDS) method approaching by RAPFISH (Rapid Assessment Technique for Fisheries). Current sustainability status of mangrove management in Sembilang National Park, Banyuasin Regency, South Sumatra was "less sustainable" with multidimensional sustainability index of 49.81. Priority attributes that need to be fixed in order to improve the status of sustainable management of mangrove ecosystems in the region were area changes, local knowledge, conflict of interest, and local wisdom. Alternative strategy priority for mangrove ecosystem management in the region was the empowerment of local community for sustainable mangrove utilization.

Keywords: sembilang national park, RAPFISH, mangrove ecosystem management

ABSTRAK Pemanfaatan mangrove di kawasan Taman Nasional Sembilang mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga diperlukan penilaian keberlanjutan terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di daerah ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret œ April 2015. Lokasi penelitian di Kawasan Taman Nasional Sembilang Kabupaten. Banyuasin Sumatera Selatan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara (86 responden) dengan metode purposive sampling. Dengan menggunakan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) melalui pendekatan RAPFISH (Rapid Asessment Technique for Fisheries) dapat menentukan status keberlanjutan serta memberikan rekomendasi strategi pengelolaan melalui setiap atribut dimensi yang sensitif. Status keberlanjutan pengelolaan mangrove di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan adalah —Kurang berkelanjutan“dengan nilai indeks keberlanjutan multidimensi 49,81. Atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki dalam rangka meningkatkan status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove yaitu perubahan luasan mangrove, peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, konflik kepentingan dan kearifan lokal. Alternatif strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang menjadi prioritas utama ialah pemberdayaan masyarakat yang bisa memiliki keterampilan dalam pemanfaatan mangrove yang lestari.

Kata kunci: taman nasional sembilang, RAPFISH, pengelolaan ekosistem mangrove

@Ikatan Sarjana Oseanologi dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 703 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

I. PENDAHULUAN marina (langsung digaris pantai), Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera Pengelolaan sumberdaya pesisir me- gymnorhiza, dan Xylocarpus granatum (jauh merlukan keterkaitan dari berbagai aspek ke daratan pada tanah dengan salinitas baik antar wilayah, sektor, dan antar pelaku rendah dan padat) (Balai TN Sembilang, pengelolaan sumber daya pesisir. Guna men- 2012). Keanekaragaman mangrove yang ciptakan keterkaitan tersebut diperlukan pe- tinggi di kawasan TNS umumnya diman- rencanaan pembangunan wilayah yang se- faatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar, imbang. Sebagai salah satu sumber daya pe- bahan bangunan lokal dan pembukaan lahan sisir, ekosistem mangrove harus diperhi- tambak. Aktifitas masyarakat ini akan men- tungkan dalam perencanaan pembangunan jadi negatif bila dilakukan secara berlebihan, wilayah pesisir mengingat fungsinya dalam sehingga dapat merusak keseimbangan hutan ekosistem pesisir. Ekosistem mangrove mangrove dan juga dapat mengakibatkan ter- memberikan manfaat secara ekologis sebagai jadinya degradasi luasan mangrove. Kawasan penyedia nutrien, tempat memijah serta men- yang kaya akan keanekaragaman hayati ini cari makan, melindungi garis pantai dari mempunyai segudang harapan bagi masya- erosi, menyediakan area pembibitan dan ma- rakat dalam meningkatkan taraf hidup. Se- kan bagi banyak spesies ikan dan krustasea, hingga hutan mangrove sering sekali manjadi intrusi air laut dan angin kencang, penahan incaran para pemodal dan masyarakat untuk tsunami, serta mangrove juga memberikan mengelola dan merubah fungsi hutan mang- manfaat ekonomis antara lain sebagai penye- rove tersebut (Sobari et al., 2006). Menurut dia berbagai hasil hutan kayu dan jasa eko- Indica et al. (2011), menunjukkan bahwa lua- sistem serta menyedikan tempat area pem- san mangrove di Taman Nasional Sembilang bibitan mangrove (Giri et al., 2010; Kuenzer tahun 2003 sebesar 91.679.45 ha dan tahun et al.,2011; Sasidhar et al., 2013; Giri et al., 2009 berkurang menjadi 83.447.23 ha atau 2014; dan Masoud et al., 2015). sekitar 9.80%. Berdasarkan potensi yang dimiliki- Begitu juga dengan hasil produksi nya, ekosistem mangrove merupakan bagian perikanan laut terlihat bahwa dari tahun penting dalam pembangunan sosial dan 2003-2009, hasil produksi mengalami fluk- ekonomi wilayah pesisir khususnya masya- tuatif, dari tahun 2003-2007 mengalami pe- rakat nelayan. Perencanaan dalam pengelo- ningkatan hasil produksi perikanan laut dari laan kawasan pesisir melibatkan berbagai 33.510 œ 41.042 ton akan tetapi pada tahun stakeholder termasuk masyarakat nelayan 2008-2009 mengalami penurunan yang cu- yang menjadi penerima manfaat dan dampak kup signifikan menjadi 23.603 ton. Semua terbesar salam pengelolaan. Untuk membuat permasalahan memiliki hubungan dengan ak- perencanaan yang baik, diperlukan pencapai- tivitas antropogenik, penyebab utama per- an aspek keadilan (equity), pertumbuhan masalahan dan ancaman di sekitar kawasan (growth) dan berkelanjutan (sustainability). Taman Nasional Sembilang. Konflik antar Dengan demikian, diharapkan akan dicapai- TN. Sembilang dan masyarakat setempat nya keadilan (equity), pertumbuhan (growth) mengenai strategi yang menyangkut mata dan berkelanjutan (sustainability) (Dahuri et pencharian dan penghidupan serta konflik al., 2008). antara TN. Sembilang dan kegiatan-kegiatan Mangrove pada kawasan Taman Na- bisnis ilegal dalam skala besar. sional Sembilang mempunyai keanekara- Masih lemahnya koordinasi antar sta- gaman yang tinggi di antaranya: 17 spesies keholder serta masih adanya perspektif dalam mangrove (yaitu 45% dari seluruh spesies hal pengelolaan dan pemanfaatan sumber- mangrove yang ada di Indonesia) yang dite- daya alam di kawasan Taman Nasional Sem- mukan, meliputi Sonneratia alba, Avicennia bilang. Untuk itu, sangat penting dilakukan

704 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al.

kajian analisis keberlanjutan pengelolaan lokal. Data yang diperlukan meliputi: data ekosistem mangrove pada kawasan Taman primer dan data sekunder. Data primer dipe- Nasional Sembilang Kabupten Banyuasin roleh melalui observasi dan wawancara kepa- Sumatera Selatan sehingga dapat diformula- da responden. Data sekunder diperoleh mela- sikan suatu kebijakan pemanfaatan ekosistem lui instansi terkait dan bahan-bahan pustaka mangrove yang berkesinambungan untuk yang berhubungan dengan penelitian ini. mewujudkan kesejahteraan masyarakat pesi- Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah sir Taman Nasional Sembilang. Tujuan pene- masyarakat di TNS Kabupaten Banyuasin litian ini adalah untuk menganalisis keber- yang sehari-hari berhubungan dengan hutan lanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di mangrove secara langsung maupun tidak Taman Nasional Sembilang Kabupaten langsung. Kemudian data penunjang untuk Banyuasin Sumatera Selatan serta membe- penelitian ini adalah penelusuran dokumen rikan rekomendasi pengelolaan ekosistem desa, surat kabar, peraturan perundang- un- mangrove di Taman Nasional Sembilang dangan, dan arsip dokumen kawasan TNS. agar pengelolaan ekosistem mangrove lebih Pengumpulan data penunjang ini dilakukan efektif dan berkelanjutan. dengan menelusuri dokumen dari instansi terkait, seperti: Balai Taman Nasional Sem- II. METODE PENELITIAN bilang. Responden untuk data sosial ekonomi 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian menggunakan teknik penarikan contoh se- Penelitian ini dilaksanakan pada ku- ngaja (Purpossive Sampling Method). Res- run waktu dua bulan (Maret œ April 2015) di ponden yang di wawancarai terdiri dari tiga desa dalam Kawasan Konservasi Taman Petugas Balai Taman Nasional Sembilang Nasional Sembilang, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Desa Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini Sungai Sembilang, Aparatur Pemerintah De- dilaksanakan di tiga desa yaitu Desa Sungai sa, dan masyarakat di kawasan TNS. Res- Bungin, Desa Sungai Barong dan Desa Sem- ponden masyarakat yang di wawancarai ada- bilang. Penelitian ini dilaksanakan pada ku- lah responden yang menetap di daerah ter- run waktu 2 bulan, pada bulan Maret-April sebut, yang telah mengetahui keadaan dan 2015. kondisi dari ekosistem mangrove di daerah tersebut. 2.2. Kriteria Pemilihan Desa, Responden, dan Pengumpulan Data Penelitian 2.3 Analisis Vegetasi Mangrove Kriteria pemilihan tiga lokasi desa Vegetasi mangrove dianalisis dengan dapat mewakili keselurahan desa di kawasan analisis parameter seperti kerapatan, freku- Taman Nasional Sembilang, karena di tiga ensi, dominasi dan indeks nilai penting desa yang dipilih masyarakat yang meman- mangrove yang mengacu pada Sofian (2012). faatkan ekosistem mangrove lebih banyak dibangdingkan desa lainnya. Penelitian ini 2.4 Analisis Data Citra merupakan penelitian deskriptif dan bersifat Analisis citra menggunakan software eksploratif untuk mengidentifikasi fungsi dan ER Mapper 7.0 dan Arc Gis 10.1 (Santos et manfaat nilai manfaat, serta strategi penge- al. 2014, Li et al. 2013, Nguyen et al. 2013). lolaan ekosistem mangrove untuk keberlan- jutan sumberdaya pada ekosistem. 2.5 Analisis Nilai Manfaat Mangrove Wawancara dilakukan terhadap ma- Nilai ekonomi total yang dihitung syarakat setempat atau lokal, pengelola ka- adalah nilai ekonomi ekosistem mangrove wasan TNS, wawancara secara mendalam dari Direct use value (sektor perikanan dan dilakukan oleh tokoh œ tokoh masyarakat manfaat kayu), inderct use value (breakwate

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Desember 2015 705 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

r atau penahan gelombang), non use value buta-buta, memiliki nilai kerapatan relatif (keanekaragaman hayati eksosistem mang- paling tinggi. Jenis mangrove yang men- rove) dan existence value. dominasi di Taman Nasional Sembilang Kab. Banyuasin Sumatera Selatan adalah Excoe- 2.6. Analisis Keberlanjutan caria agallocha dan Rhizophora mucronata. Analisis keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Taman Nasional 3.2. Perubahan Luasan Tutupan Sembilang dilakukan dengan memodifikasi Mangrove dari pendekatan RAPFISH (Rapid Asessment Memanfaatkan citra Landsat-7 ETM Technique for Fisheries) yang dikembangkan dan Landsat-8, luasan tutupan mangrove oleh Fisheries Center, Univercity Of British pada tahun 2002 sebesar 93808.73 ha dan Colombia (Kavanagh 2001; Pitcher dan menurun pada tahun 2013 menjadi 78597.55 Preikshot 2001; Alder et al., 2002; Cisse et ha atau sekitar 11521.18 ha (16 %). al., 2014). Dalam penelitian ini metode RAPMANGROVE dilakukan dengan menilai 3.3. Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat atribut yang terdapat pada masing-masing Taman Nasional Sembilang dimensi pengelolaan mangrove di Taman Tingkat pendidikan formal responden Nasional Sembilang yang meliputi dimensi tergolong masih rendah. Persepsi masyarakat ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan. terhadap ekosistem mangrove masih tergo- Indeks keberlanjutan pengelolaan long rendah. Nilai ekonomi total ekosistem mempunyai selang antara 0-100 (Fauzi dan mangrove di Taman Nasional Sembilang Anna 2002). Jika sistem yang dikaji mem- Kab. Banyuasin Sumatera Selatan adalah Rp punyai nilai indeks lebih dari 75 maka 14.007.740.119,00/tahun atau Rp 178.221,00 pengembangan tersebut berkelanjutan (sus- /ha/tahun, artinya apabila ekosistem mang- tainnable) dan sebaliknya jika kurang dari 75 rove di Taman Nasional Sembilang tetap maka sistem tersebut belum berkelanjutan dikelola secara berkelanjutan maka nilai yang (unsustainable) (Santoso 2012). Analisis Le- tetap terpelihara sebesar Rp 14.007.740.- verage digunakan untuk menentukan nilai 119,000. faktor yang berpengaruh terhadap keberlan- jutan tiap dimensi. Nilai faktor berada pada 3.4. Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi rentang 2-8 (Pitcher 1999). Apabila terdapat Hasil ordinasi RAPFISH terhadap indikator dengan nilai faktor < 2 merupakan ekologi, diperoleh nilai indeks keberlanjutan faktor tak berpengaruh, sedangkan nilai > 8 sebesar 66,45 yang menunjukkan bahwa merupakan faktor sensitif. status keberlanjutan untuk dimensi ekologi

dikategorikan —cukup berkelanjutan“ karena III. HASIL DAN PEMBAHASAN nilai indeks yang dihasilkan berada pada

selang nilai 51-75 (Suliso 2003). 3.1. Kondisi Ekosistem Mangrove Analisis sensitivitas dalam metode Hasil penelitian yang dilakukan, eko- RAPMANGROVE bertujuan untuk melihat sistem mangrove yang ada di lokasi pene- indikator-indikator yang sensitif serta mem- litian terdapat 8 jenis tumbuhan mangrove beri kontribusi terhadap nilai indeks keber- antara lain: Excoecaria agallocha, Rhi- lanjutan ekologi. Terdapat atribut yang zophora apiculata, Avicennia alba, Rhizo- sangat sensitif terhadap nilai indeks keberlan- phora mucronata, Avicennia officinalis, Bru- jutan ekologi, yaitu perubahan luasan mang- gueira gymnorrhiza, Xylocarpus granatum rove. Hasil ordinasi RAPFISH dimensi dan Nypa fruticans. Kategori pohon jenis ekologi dapat dilihat pada Gambar 1. tumbuhan Excoecaria agallocha nama dae- Tutupan mangrove merupakan atribut rahnya masyarakat setempat menyebutnya yang paling sensitif dibandingkan atribut

706 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al.

Gambar 1. Ordinasi RAPFISH status keberlanjutan dimensi ekologi di Taman Nasional Sembilang Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. yang lain, jika terjadi penurunan tutupan usaha pengelolaan untuk meningkatkan kesa- mangrove maka akan berpengaruh terhadap daran masyarakat akan pentingnya ekosistem status/tingkat kerusakan ekosistem mang- mangrove. Strategi pengelolaan yang baik rove. Perubahan tutupan vegetasi mangrove juga membutuhkan partisipasi aktif masya- di Taman Nasional Sembilang selama kurun rakat untuk efektifitas pengelolaan kawasan. waktu dari tahun 2002-2013 dari hasil citra Hasil analisis sensitivitas dimensi ekologi landsat 7 dan 8, mengalami penyusutan se- dapat dilihat pada Gambar 2. besar 16 %, dimana dari 93.808.73 ha ber- kurang hingga 78.597.55 ha. Penyusutan lua- 3.5. Status Keberlanjutan Dimensi Sosial san tutupan mangrove di Taman Nasional Hasil ordinasi RAPMANGROVE ter- Sembilang sebagai kawasan konservasi dise- hadap dimensi sosial, diperoleh nilai indeks babkan adanya aktivitas manusia yaitu pene- keberlanjutan sebesar 21,53 (Gambar 3). Hal bangan hutan secara illegal dan konversi ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan lahan mangrove menjadi tambak. Hutan yang untuk dimensi sosial dikategorikan —kurang telah ditebang habis akan sangat sulit untuk berkelanjutan“ karena nilai indeks yang diha- pulih kembali. Menurut Bahij (2011), akibat silkan berada pada selang nilai 26-50. Berda- rusak atau perubahan luasan tutupan mang- sarkan hasil analisis sensitivitas (Gambar 4), rove akan mengakibatkan kacaunya siklus terdapat satu atribut yang sangat sensitif ter- rantai makanan bagi seluruh biota ekosistem hadap indeks keberlanjutan dimensi sosial, mangrove. Strategi yang direkomendasikan yaitu peningkatan pengetahuan masyarakat dilakukan pemeliharan pohon-pohon mang- tentang mangrove. rove yang masih kecil agar tetap terjaga sam- Peningkatan pengetahuan terhadap pai tumbuh besar dan melakukan rehabilitasi ekosistem mangrove atribut yang sangat sen- terhadap mangrove yang sudah rusak. sitif dibandingkan atribut lainya. Semakin Potensi sumberdaya mangrove di ka- tinggi tingkat pengetahuan terhadap fungsi wasan Taman Nasional Sembilang yang cu- dan manfaat mangrove maka ekosistem kup tinggi, tidak didukung oleh pemahaman mangrove akan tetap terjaga dan dimanfaat- tang baik oleh masyarakat untuk menyadari kan secara optimal. Hal ini sebaliknya ma- akan pentingnya mangrove secara langsung syarakat di Taman Nasional Sembilang be- maupun tidak langsung nntuk itu, diperlukan lum sepenunya memahami arti penting

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Desember 2015 707 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

Gambar 2. Hasil analisis sensitivitas untuk dimensi ekologi di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 3. Ordinasi RAPFISH status keberlanjutan dimensi sosial di Taman Nasional Sembilang Kab. Banyuasin Sumatera Selatan.

Gambar 4. Hasil analisis sensitivitas untuk dimensi sosial di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

708 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al.

mangrove secara ekologi sehingga keinginan keberlanjutan sebesar 55,35 (Gambar 5). Hal untuk menjaga ekosistem mangrove masih ini berarti bahwa status keberlanjutan untuk kurang. Kemajuan teknologi sebagai infor- dimensi ekonomi dikategorikan —cu-kup masi terkini kepada masyarakat masih ren- berkelanjutan“ karena nilai indeks yang dah, sehingga informasi terkini mengenai dihasilkan berada pada selang nilai 51-75. inovasi-inovasi terbaru mengenai peman- Hasil ordinasi keberlanjutan dimensi eko- faatan mangrove masih kurang, hal ini nomi dapat dilihat pada Gambar 5. diakibatkan terbatasnya sarana dan prasarana Berdasarkan hasil analisis sensitivitas masyarakat di kawasan Taman Nasional terhadap dimensi ekonomi seluruh atribut Sembilang. Status keberlanjutan dimensi so- (lima atribut) berpengaruh terhadap nilai sial, direkomendasikan strategi dengan me- indeks keberlanjutan dimensi ekonomi. At- ngembang sarana dan prasarana IPTEK dan ribut nilai ekonomi mangrove lebih ber- pemberdayaan masyarakat. pengaruh dari atribut lainnya, hal ini dika- renakan keberadaan mangrove yang dapat 3.6. Status Keberlanjutan Dimensi menambah pendapatan masyarakat dan kebe- Ekonomi radaan mangrove untuk ekosistem keberlang- Hasil kordinasi RAPFISH terhadap sungan hidup udang, ikan dan sebagaimya. dimensi ekonomi menunjukkan nilai indeks Adanya keberadaan yang seperti ini akan keberlanjutan sebesar 55,35 (Gambar 5). Hal membantu keberlangsungan hidup masyara- ini berarti bahwa status keberlajutan untuk kat setempat. Semakin tinggi nilai ekonomi dimensi ekonomi dikategorikan —cukup mangrove tersebut ancaman terhadap kebe- berkelanjutan“ karena nilai indeks yang radaan mangrove makin terancam, misalnya dihasilkan berada pada selang nilai 51-75. akan terus mengambil kayu mangrove Hasil ordinasi keberlanjutan dimensi ekonmi dengan hal sepeti itu maka akan menjadi an- dapat dilihat pada Gambar 5. caman bagi ekosistem mangrove. Sama hal- nya Setyawan et al. (2006), Jenis-jenis pe- 3.7. Status Keberlanjutan Dimensi harga kayu semakin tinggi, maka masyarakat Ekonomi manfaatan langsung dalam ekosistem mang- Hasil kordinasi RAPFISH terhadap rove dan penggunaan lahan di sekitarnya me- dimensi ekonomi menunjukkan nilai indeks rupakan proses antropogenik yang secara

Gambar 5. Ordinasi RAPFISH status keberlanjutan dimensi ekonomi di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Desember 2015 709 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

nyata mempengaruhi kelestarian ekosistem indeks keberlanjutan sebesar 52,36. Hal ini mangrove di Jawa Tengah. Beberapa aktivi- menujukkan bahwa status keberlanjutan tas yang mempengaruhi kehidupan mangro- untuk dimensi kelembagaan dikategorikan ve secara luas adalah: konversi habitat ke —cukup berkelanjutan“ karena nilai indeks pertambakan (ikan/udang dan garam), pene- yang dihasilkan berada pada selang nilai 51- bangan pohon secara berlebih untuk diambil 75. Hasil ordinasi RAPFISH dan hasil kayunya, sedimentasi, dan pencemaran ling- analisis sensitivitas keberlanjutan dimensi kungan. kelembagaan, untuk lebih jelasnya dapat Strategi yang direkomendasikan seperti dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. harus adanya kesinambungan antara kepen- Berdasarkan hasil sensitivitas (Gambar 8), tingan ekonomi dari nilai manfaat ekonomi terlihat bahwa nilai atribut tidak ada yang dengan keberlangsungan ekologi mangrove. melebihi depalan, maka disimpulkan atribut Masyarakat diberi suatu pembelajaran bagai- dimensi kelembagaan semua atribut mem- mana bisa memananfaatkan mangrove pengaruhi keberlanjutan dimensi kelemba- dengan cara lain melalui penyuluhun ke ma- gaan akan tetapi tidak ada yang paling syarakat dengan mengajarkan masyarakat sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan untuk memanfakan batang mangrove yang pengelolaan ekosistem mangrove semuanya besar saja dan melakukan penanaman mang- sama, akan tetapi untuk meningkatkan status rove setelah mangrove ditebang. Jangan ha- keberlanjutan dimensi kelembagaan agar le- nya memanfatkan batang mangrove saja, tapi bih baik lagi perlu dilakukan kerjasama dan lebih memanfaatkan dibidang perikanan. keterbukaan semua stakeholders dalam mela- Semakin banyak ekosistem mangrovenya kukakan pengelolaan ekosistem mangrove maka ikannya akan semakin banyak. Hasil agar lebih berkelanjutan, dengan melakukan analisis sensitivitas keberlanjutan dimensi regulasi dari masyarakat setempat untuk ekonomi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat membuat suatu kebijakan seperti kearifan lo- pada Gambar 6. kal, misalnya aturan jika melakukan pene- bangan satu batang mangrove maka wajib 3.8. Status Keberlanjutan Dimensi untuk menanam kembali mangrove. Tebang Kelembagaan satu mangrove tanam dua mangrove, jika me- Hasil ordinasi RAPFISH terhadap langgar akan menandapatkan sanksi tegas. dimensi kelembagaan menunjukkan nilai

Gambar 6. Hasil analisis sensitivitas untuk dimensi ekonomi di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

710 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al.

Gambar 7. Ordinasi RAPFISH untuk status keberlanjutan dimensi kelembagaan di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 8. Hasil analisis sensitivitas untuk dimensi kelembagaan di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Selain hasil ordinasi RAPFISH untuk Kordinasi RAPFISH untuk gabungan seluruh setiap dimensi keberlanjutan diperoleh juga dimensi disajikan pada Gambar 9. hasil ordinasi RAPFISH untuk gabungan Hasil ordinasi RAPFISH terhadap seluruh dimensi (empat dimensi yang diguna- seluruh dimensi keberlanjutan yang diper- kan) atau disebut multidimensi. Adapun hasil timbangkan, baik itu dimensi ekologi,

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Desember 2015 711 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi onal Sembilang masih rendah. Oleh karena kelembagaan, menunjukkan status —kurang itu untuk lebih meningkatkan status keber- berkelanjutan“ dengan nilai indeks berada lanjutannya dengan melakukan penyuluhan, pada selang nilai 26-50. Kondisi tersebut pendidikan dan latihan tentang ekosistem dapat mencerminkan bahwa pengelolaan mangrove. Sumber daya manusia merupakan ekosistem mangrove di Taman Nasional aset dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Sembilang Kab. Banyuasin Sumatera Selatan Berdasarkan uraian setiap indikator berada dalam kondisi kurang optimal masih yang sensitive dari keempat dimensi keber- ada beberapa atribut yang perlu diperbaiki. lanjutan, disusun beberapa rekomendasi kebi- Nilai indeks keberlanjutan dimensi jakan pengelolaan yang dapat diterapkam un- sosial sebesar 21,53 merupakan dimensi tuk menjaga dan meningkatkan status ke- dengan nilai yang paling rendah dibanding- berlanjutan ekosistem mangrove Pendidikan kan dengan dimensi ekologi, ekonomi dan dan pelatihan SDM, pengembangan pember- kelembagaan. Hal ini disebabkan, persepsi dayaan masyarakat dan rehabilitasi, konser- masyarakat di kawasan Taman Nasional vasi dan pemeliharaan ekosistem mangrove. Sembilang masih tergolong rendah. Menurut Diarto (2012), persepsi dan partisipasi ma- IV. KESIMPULAN syarakat merupakan faktor yang mendukung dalam pengelolaan ekosistem mangrove. Status keberlanjutan pengelolaan eko- Ditambah lagi dengan tingkat pendidikan sistem mangrove di Taman Nasional Sem- yang tergolong masih rendah dimana rata- bilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Suma- rata masyarakat setempat tamatan SD atau tera Selatan berada dalam kategori —kurang tidak tamat SD, mengakibatkan keinginanan berkelanjutan“. Rekomendai strategi penge masyarakat untuk ikut menjaga ekosistem lolaan yang direkomendasikan dari penelitian mangrove dan berpartisipasi terhadap penge- ini ialah, pemberdayaan masyarakat, pendidi- lolaan ekosistem mangrove di Taman Nasi-

Gambar 9. Ordinasi RAPFISH untuk status keberlanjutan multidimensi di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

712 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al.

kan dan pelatihan sumber daya manusia serta bution of mangrove forests of the rehabilitasi, konservasi dan pemeliharaan world using earth observation satellite ekosistem mangrove, yang menjadi salah data. Global Ecol Biogeography, 20: satu strategi untuk meningkatkan status 154-159 keberlanjutan pengelolaan ekosistem mang- Giri, C., J. Long, S. Abbas, R.M. Murali, rove di Taman Nasional Sembilang Kab. F.M. Qamer, B. Pengra, and D. Thau. Banyuasin Sumatera Selatan agar dapat ber- 2014. Distribution and dynamics of kelanjutan. mangrove forests of South Asia. J. of Environmental Management. 148:101 DAFTAR PUSTAKA -11. Guimaraes, A.S., P. Travassos, P.W. Filho, Alder, J., T.J. Pitcher, D. Preikshot, K. F.D. Goncalves, and F. Costa. 2010. Kaschner, and B. Feriss. 2000. How Impact of aquaculture on mangrove good is good? A rapid appraisal tech- areas in the northern Pernambuco nique for evaluation of the sus- Coast using remote sensing and geo- tainable statusof fisheriesof the North graphic information system. Brazil. Atlantic. In Pauly and Pitcher (eds.). Aquaculture Research, 41:828-838. Methods forevaluation the impact of Indarjo, A., S.D. Nirwani, and A. Darajat. fisheries on the North Atlantic 2003. Kesesuaian lahan rehabilitasi ecosystem. Fisheries Center Research mangrove di Desa Mojo, Desa Pe- Reports. 8(2):15-22. santren dan Desa Lawangrejo, Kabu- Bahij, A.L. 2011. Perubahan luasan hutan paten Pemalang. Universitas FPIK mangrove dan partisipasi masyarakat Diponegoro. Semarang. J. Ilmu Ke- dalam pelestarian hutan mangrove di lautan, 8(2):64-68. kawasan Segara Anakan Jawa Tengah Indica, M., T.Z. Ulqodry, and M. Hendri. [Tesis]. Universitas Indonesia. Ja- 2010. Perubahan luasan mangrove karta. 82hlm. dengan Menggunakan Teknik Pengin- Cisse, A.A., B. Fabian, and G. Oliver. 2014. deraan jauh di Taman Nasional Sem- Sustainability of trofical small-scale bilang Kabupaten Banyuasin Suma- fisheries: integrated assessmentin tera Selatan. J. Maspari, 02(2011):77 french guana. Marine Policy. 44:397- -81. 405. Kavanagh, P. 2001. Rapid Appraisalof Fi- Daniel, C.J. Donato, K. Boone, M. Daniel, K. shereis (RAPFISH) Project. RAP- Sofyan, S. Melanie, and K. Markku. FISH software descreption (for Mic- 2011. among the most rosoft Excel). University of British carbonrich forests in the tropics. Na- Columbia, Fisheries Centre, Van- ture Geoscience. DOI:10.1038 couver. Fisheries Centre Research, Diarto. 2012. Partisipasi masyarakat dalam 2(12). DOI. 10.14288/1.007.4801 pengelolaan lingkungan kawasan hu- Kuenzer, C., A. Bluemel, S. Gebhardt, T.V. tan mangrove Tugurejo Kota Sema- Quoc, and S. Dech. 2011. Remote rang. J. ilmu lingkungan, 10(1):1-7. sensing of mangrove ecosystems. Fauzi, A. dan S. Anna. 2005. Pemodelan Remote Sensing, 3:878-928. sumberdaya perikanan dan kelautan Masood, Afsar, Zamir, Kazmi. 2015. Appli- untuk analisis kebijakan. PT. Grame- cation of comparative remote sensing dia Pustaka Utama. Jakarta. 343hlm. techniques for monitoring mangroves Giri, C., C. Ochieng, L.L. Tieszen, Z. Zhu, in Indus Delta, Sindh, Pakistan. J. A. Singh, T. Loveland, J. Masek, and Biological Forum-an International, 7 N. Duke. 2010. Status and distri- (1):783-792.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Desember 2015 713 Status Keberlanjutan Pengelolaan . . .

Nguyen, H.H., M.C. Alpine, C. Pullar, D. Sasidhar, K., C.H. Tirupathi, R.H. Krishna, Johansen, N. Duke. 2013. The relati- Z. Vishnuvardhan, Swamy, and P. onship of spatialœtemporal changes in Brahmajirao. 2013. Studies of mang- fringe mangrove extent and adjacent roves and identification of various land-use: case study of kien giang salt resistance Species at southern coast. Vetnam. J. Ocean & Coastal Krishna delta. J. International of Management, 76(2013):12-22. Engineering & Science Research, Pitcher, T.J. 1999. RAPFISH a rapid ap- 3(1):555-562. praisal technique for fisheries and Its Setyawan, W. 2006. The direct exploitation application to the code conduct for in the mangrove ecosystem in Central responsible fisheries FAO Fisheries and the land use in its sur- Circular No. 947. Rome. 41p. rounding: degradation and its resto- Pitcher, TJ. and D. Preikshot. 2001. RAP- ration effort. Biodiversitas. 7(3):282- FISH: a rapid appraisal technique to 291. evaluate the sustainability status of Sobari, M.P., L. Adrianto, dan N. Azis. 2006. fisheries. Fisheries Research, 49 Analisis ekonomi alternatif penge- (2001):255-270. lolaan ekosistem mangrove kecama- Raharja, G.S., B.S. Tjaturahono, and T. Heri. tan barru Kabupaten Barru. Kendari. 2013. Keterlibatan masyarakat dalam Buletin Ekonomi Perikanan, 6(3):1- pengelolaan hutan mangrove di Desa 22. Mojo Kecamatan Ulujami Kabupaten Sofian, A., N. Harahab, and Marsoedi. 2012. Pemalang. Universitas Negeri Sema- Kondisi dan manfaat langsung ekosis- rang. Semarang. J. Geo Image., 02- tem hutan mangrove Desa Penunggul (02):56-62. Kecamatan Nguling Kabuapaten Pa- Santoso, N. 2012. Arahan kebijakan dan suruan . Prodi Pengelolaan strategi pengelolaan kawasan mang- Sumberdaya Lingkungan dan Pemba- rove berkelanjutan di Muara Angke ngunan Universitas Brawijaya. J. El- daerah khusus ibukota Jakarta Hayah, 2(2):56-63. [Disertasi]. IPB (ID): Institut Perta- Susilo, SB. 2003. Keberlanjutan pembangu- nian Bogor. 322hlm. nan pulau-pulau kecil: studi kasus ke- Sasidhar, K. and P.B. Rao. 2015. Conser- lurahan Pulau Panggang dan Pulau vation servation and management of Pari, Kepulauan Seribu DKI Jakarta mangroves at Nizampama and Pala- [disertasi]. Sekolah Pascasarjana Ins- revu. J. Asia Pacific of Research, titut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm.:1- 1(20). ISSN 2286-4822 10

Diterima : 19 October 2015 Direview : 3 November 2015 Disetujui : 28 Desember 2015

714 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72