Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 2, Hlm.703-714, Desember 2015 STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN NASIONAL SEMBILANG KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN SUSTAINABILITY STATUS OF MANGROVE ECOSYSTEM MANAGEMENT IN SEMBILANG NATIONAL PARK, BANYUASIN REGENCY, SOUTH SUMATERA PROVINCE Theresia1*, Mennofatria Boer2, Niken T.M Pratiwi2 1Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut, IPB, Bogor 2Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor *E-mail: [email protected] ABSTRACT The utilization of mangrove in Sembilang National Park area has increased lately so that it is necessary to assess the sustainability of the mangrove ecosystem management in the region. The study was conducted in March-April 2015. The research location was in the National Park Sembilang, Banyuasin Regency, South Sumatra. The study used primary data and secondary data collections. The primary data were collected from direct observation of mangrove vegetation and via directs interviews of 86 respondents using purposive sampling method. The sustainability status and recommendations for management strategies were determined using Multi Dimensional Scaling (MDS) method approaching by RAPFISH (Rapid Assessment Technique for Fisheries). Current sustainability status of mangrove management in Sembilang National Park, Banyuasin Regency, South Sumatra was "less sustainable" with multidimensional sustainability index of 49.81. Priority attributes that need to be fixed in order to improve the status of sustainable management of mangrove ecosystems in the region were area changes, local knowledge, conflict of interest, and local wisdom. Alternative strategy priority for mangrove ecosystem management in the region was the empowerment of local community for sustainable mangrove utilization. Keywords: sembilang national park, RAPFISH, mangrove ecosystem management ABSTRAK Pemanfaatan mangrove di kawasan Taman Nasional Sembilang mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga diperlukan penilaian keberlanjutan terhadap pengelolaan ekosistem mangrove di daerah ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret ± April 2015. Lokasi penelitian di Kawasan Taman Nasional Sembilang Kabupaten. Banyuasin Sumatera Selatan. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara (86 responden) dengan metode purposive sampling. Dengan menggunakan metode Multi Dimensional Scaling (MDS) melalui pendekatan RAPFISH (Rapid Asessment Technique for Fisheries) dapat menentukan status keberlanjutan serta memberikan rekomendasi strategi pengelolaan melalui setiap atribut dimensi yang sensitif. Status keberlanjutan pengelolaan mangrove di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan adalah —.urang berkelanMutan“dengan nilai indeks keberlanjutan multidimensi 49,81. Atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki dalam rangka meningkatkan status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove yaitu perubahan luasan mangrove, peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap ekosistem mangrove, konflik kepentingan dan kearifan lokal. Alternatif strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang menjadi prioritas utama ialah pemberdayaan masyarakat yang bisa memiliki keterampilan dalam pemanfaatan mangrove yang lestari. Kata kunci: taman nasional sembilang, RAPFISH, pengelolaan ekosistem mangrove @Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 703 Status Keberlanjutan Pengelolaan . I. PENDAHULUAN marina (langsung digaris pantai), Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera Pengelolaan sumberdaya pesisir me- gymnorhiza, dan Xylocarpus granatum (jauh merlukan keterkaitan dari berbagai aspek ke daratan pada tanah dengan salinitas baik antar wilayah, sektor, dan antar pelaku rendah dan padat) (Balai TN Sembilang, pengelolaan sumber daya pesisir. Guna men- 2012). Keanekaragaman mangrove yang ciptakan keterkaitan tersebut diperlukan pe- tinggi di kawasan TNS umumnya diman- rencanaan pembangunan wilayah yang se- faatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar, imbang. Sebagai salah satu sumber daya pe- bahan bangunan lokal dan pembukaan lahan sisir, ekosistem mangrove harus diperhi- tambak. Aktifitas masyarakat ini akan men- tungkan dalam perencanaan pembangunan jadi negatif bila dilakukan secara berlebihan, wilayah pesisir mengingat fungsinya dalam sehingga dapat merusak keseimbangan hutan ekosistem pesisir. Ekosistem mangrove mangrove dan juga dapat mengakibatkan ter- memberikan manfaat secara ekologis sebagai jadinya degradasi luasan mangrove. Kawasan penyedia nutrien, tempat memijah serta men- yang kaya akan keanekaragaman hayati ini cari makan, melindungi garis pantai dari mempunyai segudang harapan bagi masya- erosi, menyediakan area pembibitan dan ma- rakat dalam meningkatkan taraf hidup. Se- kan bagi banyak spesies ikan dan krustasea, hingga hutan mangrove sering sekali manjadi intrusi air laut dan angin kencang, penahan incaran para pemodal dan masyarakat untuk tsunami, serta mangrove juga memberikan mengelola dan merubah fungsi hutan mang- manfaat ekonomis antara lain sebagai penye- rove tersebut (Sobari et al., 2006). Menurut dia berbagai hasil hutan kayu dan jasa eko- Indica et al. (2011), menunjukkan bahwa lua- sistem serta menyedikan tempat area pem- san mangrove di Taman Nasional Sembilang bibitan mangrove (Giri et al., 2010; Kuenzer tahun 2003 sebesar 91.679.45 ha dan tahun et al.,2011; Sasidhar et al., 2013; Giri et al., 2009 berkurang menjadi 83.447.23 ha atau 2014; dan Masoud et al., 2015). sekitar 9.80%. Berdasarkan potensi yang dimiliki- Begitu juga dengan hasil produksi nya, ekosistem mangrove merupakan bagian perikanan laut terlihat bahwa dari tahun penting dalam pembangunan sosial dan 2003-2009, hasil produksi mengalami fluk- ekonomi wilayah pesisir khususnya masya- tuatif, dari tahun 2003-2007 mengalami pe- rakat nelayan. Perencanaan dalam pengelo- ningkatan hasil produksi perikanan laut dari laan kawasan pesisir melibatkan berbagai 33.510 ± 41.042 ton akan tetapi pada tahun stakeholder termasuk masyarakat nelayan 2008-2009 mengalami penurunan yang cu- yang menjadi penerima manfaat dan dampak kup signifikan menjadi 23.603 ton. Semua terbesar salam pengelolaan. Untuk membuat permasalahan memiliki hubungan dengan ak- perencanaan yang baik, diperlukan pencapai- tivitas antropogenik, penyebab utama per- an aspek keadilan (equity), pertumbuhan masalahan dan ancaman di sekitar kawasan (growth) dan berkelanjutan (sustainability). Taman Nasional Sembilang. Konflik antar Dengan demikian, diharapkan akan dicapai- TN. Sembilang dan masyarakat setempat nya keadilan (equity), pertumbuhan (growth) mengenai strategi yang menyangkut mata dan berkelanjutan (sustainability) (Dahuri et pencharian dan penghidupan serta konflik al., 2008). antara TN. Sembilang dan kegiatan-kegiatan Mangrove pada kawasan Taman Na- bisnis ilegal dalam skala besar. sional Sembilang mempunyai keanekara- Masih lemahnya koordinasi antar sta- gaman yang tinggi di antaranya: 17 spesies keholder serta masih adanya perspektif dalam mangrove (yaitu 45% dari seluruh spesies hal pengelolaan dan pemanfaatan sumber- mangrove yang ada di Indonesia) yang dite- daya alam di kawasan Taman Nasional Sem- mukan, meliputi Sonneratia alba, Avicennia bilang. Untuk itu, sangat penting dilakukan 704 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt72 Theresia et al. kajian analisis keberlanjutan pengelolaan lokal. Data yang diperlukan meliputi: data ekosistem mangrove pada kawasan Taman primer dan data sekunder. Data primer dipe- Nasional Sembilang Kabupten Banyuasin roleh melalui observasi dan wawancara kepa- Sumatera Selatan sehingga dapat diformula- da responden. Data sekunder diperoleh mela- sikan suatu kebijakan pemanfaatan ekosistem lui instansi terkait dan bahan-bahan pustaka mangrove yang berkesinambungan untuk yang berhubungan dengan penelitian ini. mewujudkan kesejahteraan masyarakat pesi- Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah sir Taman Nasional Sembilang. Tujuan pene- masyarakat di TNS Kabupaten Banyuasin litian ini adalah untuk menganalisis keber- yang sehari-hari berhubungan dengan hutan lanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di mangrove secara langsung maupun tidak Taman Nasional Sembilang Kabupaten langsung. Kemudian data penunjang untuk Banyuasin Sumatera Selatan serta membe- penelitian ini adalah penelusuran dokumen rikan rekomendasi pengelolaan ekosistem desa, surat kabar, peraturan perundang- un- mangrove di Taman Nasional Sembilang dangan, dan arsip dokumen kawasan TNS. agar pengelolaan ekosistem mangrove lebih Pengumpulan data penunjang ini dilakukan efektif dan berkelanjutan. dengan menelusuri dokumen dari instansi terkait, seperti: Balai Taman Nasional Sem- II. METODE PENELITIAN bilang. Responden untuk data sosial ekonomi 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian menggunakan teknik penarikan contoh se- Penelitian ini dilaksanakan pada ku- ngaja (Purpossive Sampling Method). Res- run waktu dua bulan (Maret ± April 2015) di ponden yang di wawancarai terdiri dari tiga desa dalam Kawasan Konservasi Taman Petugas Balai Taman Nasional Sembilang Nasional Sembilang, Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Desa Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini Sungai Sembilang, Aparatur Pemerintah De- dilaksanakan di tiga desa yaitu Desa Sungai sa, dan masyarakat di kawasan TNS. Res- Bungin, Desa Sungai Barong dan Desa Sem- ponden masyarakat yang di wawancarai ada- bilang. Penelitian ini dilaksanakan pada ku- lah responden yang menetap di daerah ter- run waktu 2
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages12 Page
-
File Size-