Asep Dewantara : Peran Elit … 89

Peran Elit Masyarakat: Studi Kebertahanan Adat Istiadat di Kampung Adat Urug Bogor Asep Dewantara

Abstrak Tulisan ini merupakan penelitian studi lapangan dengan Judul Peran Elit Masyarakat: Studi Kebertahanan Adat Istiadat Di Kampung Adat Urug Bogor ini bertujuan pertama, menguji teori Ajip Rosidi mengenai Perubahan Sosial Budaya melalui data lapangan atau secara empiris. Kedua untuk mengungkapkan nilai- nilai budaya dalam adat istiadat atau kearifan lokal di Kampung Adat Urug dan menjelaskan peran Ketua Adatnya sebagai elit masyarakat dalam menjaga keberlangsungan adat istiadat tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan Antropologis, Sosiologis dan Hermeunitik. Sementara Subjek kajiannya adalah masyarakat kontemporer di Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya kabupaten Bogor, terutama Ketua Adat yang berjumlah tiga orang dan sebagian warga sebagai informan.

Kata kunci: Elit Masyarakat, Kebertahanan, Adat-istiadat, Kampung Adat Urug

Abstract Thesis research field studies with title Role Of Elite Society: Studies Of Viability Customs In Kampung Adat Urug Bogor aims first to test the theory of Ajip Rosidi on social-cultural change through field data or empirically. Second to express cultural values in customs or local wisdom in Kampung Adat Urug Bogor and explains the role of chairman of the customary as an elite society in maintaining the continuity of traition. This research is a descriptive-qualitative anthropological, sociological and hermeunitik. While the subject of study is of contemporary society in Kampung Adat Urug, Kiarapandak village, Sukajaya District, , especially indigenous Chairman of three people and some residents as informants.

Keywords: Elite Society, Viability, Customs/Local Wisdom, Kampung Adat Urug Bogor.

90 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

A. Pendahuluan Indonesia yang mendiami sebelah Barat pulau Jawa, yaitu daerah-daerah yang Kajian ini ingin melihat sekarang dikenal dengan nama masyarakat Sunda Bogor sebagai Bandung, Garut, Sukabumi, Cianjur, sebuah komunitas yang mengalami Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, perubahan seiring dengan kemajuan Kuningan, Cirebon, yang zaman. Kesimpulan hasil studi Ajip sekarang menjadi provinsi sendiri,3 Rosidi menyebutkan bahwa seiring Bekasi, Karawang dan Bogor. Bahasa dengan perubahan zaman akan terjadi dan penggunaan nama diri menjadi pergeseran atau pengikisan adat istiadat salah satu identitas kesundaan mereka dan tradisisi.1 Akan tetapi Kenyataan yang paling menonjol. Sedang dalam lapangan, penulis menemukan bahwa perspektif antropologi budaya, suku pada komunitas masyarakat Sunda bangsa Sunda adalah orang-orang yang Bogor dalam praktek kehidupan sehari- secara turun-temurun menggunakan harinya masih berpedoman dan bahasa Sunda beserta dialeknya sebagai berpegang teguh pada adat istiadat dan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari tradisi setempat.2 Persoalannya dan berasal atau bertempat tinggal di mengapa pada komunitas masyarakat Jawa Barat. Demikianlah, daerah Jawa Sunda Bogor adat istiadat dan Barat dikenal juga dengan istilah Tanah tradisinya bisa bertahan. Menurut Pasundan atau Tatar Sunda yang secara asumsi penulis bahwa kebertahanan kultural (penggunaan bahasa), masih adat istiadat dan tradisi ini tidak lepas terlihat dipakai di daerah Cilosari dan dari peran sesepuh sebagai elit Citanduy yang menjadi batas wilayah masyarakat dalam menjaga adat istidat Jawa Barat dan Jawa Tengah.4 dan tradisi tersebut. Dalam konteks pemikiran di Masyarakat Sunda adalah salah atas sering kali sebutan Urang Sunda satu kelompok etnis atau suku bangsa di (Orang Sunda) adalah mereka yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang 1Ajip Rosidi, Manusia Sunda (Jakarta: Inti Idayu lain sebagai orang Sunda. Dengan Press, 1984), h. 13. Lihat pula Ajip Roisdi, demikian sekurang-kurangnya ada dua Mencari Sosok Manusia Sunda (Jakarta: kriteria bahwa seseorang atau Pustaka Jaya, 2010), h. 51-66. sekelompok orang dikatakan sebagai 2Survei penulis misalnya pada tanggal 7-8 April 2012 di Kampung adat Urug, Desa Kiara orang Sunda. Pertama, aspek genetik Pandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten (keturunan) atau hubungan darah. Bogor. Dalam praktek kesehariannya mereka Seseorang atau sekelompok orang bisa masih memegang teguh adat istiadat dari disebut orang Sunda bila orang tuanya, leluhurnya. Di sini Adat diartikan sebagai salah baik dari pihak ayah atau pihak ibu satu wujud kebudayaan yang bersifat abstrak, biasaya berupa gagasan yang dituangkan maupun keduanya adalah orang Sunda melalui lisan atau dalam bentuk tulisan. Adat dan di manapun orang itu dilahirkan, juga berfungsi untuk mengatur, mengendalikan dibesarkan dan berada. Kedua, aspek dan memberi arah kepada kelakuan dan lingkungan sosial budaya. Mereka akan perbuatan manusia dalam masyarakat. Lihat disebut orang Sunda jika lahir, tinggal Koentjaraningrat, Kebudayaaan mentalitas dan pembangunan (Jakarta: PT Gramedia, 1974), h. dan dibesarkan di daerah Sunda serta 5. Demikianlah adat yang masih bertahan dalam menggunakan dan menghayati norma- komunitas masyarakat Sunda di kampung Adat Urug, Bogor misalnya larangan untuk berlebihan dalam segala sesuatu, seperti dalam 3Banten sekarang menjadi provinsi sendiri sejak sikap dan tindakan jangan mengambil yang tahun 2000, lihat Nina Herlina Lubis, Banten bukan hak kita, harus menghormati orang tua, Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, guru dan pemerintah yang baik, harus bisa dan Jawara (Jakarta: LP3S, 2003), h.233-237. memelihara indera atau alat-alat tubuh dan adat 4Koentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan istiadat lainnya. Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1971), h. 300. Asep Dewantara : Peran Elit … 91

norma dan nilai-nilai budaya Sunda Dalam lingkungan masyarakat walaupun kedua orang tuanya atau Sunda ada peribahasa yang leluhurnya bukan orang Sunda.5 menggambarkan hal-hal yang negatif, Berdasarkan uraian di atas maka sehingga maksudnya mengingatkan bisa dirumuskan bahwa orang Sunda agar orang Sunda menghindari hal-hal mempunyai ciri-ciri di antaranya lahir itu, seperti tergambar dalam beberapa dan besar atau berasal dari Tanah peribahasa berikut; “Asa Aing uyah Pasundan, bisa berbahasa Sunda dan Kidul” (angkuh, sombong, merasa menggunakan nama diri khas Sunda6 paling hebat, seperti garam dari laut serta menghayati norma-norma dan Selatan yang lebih asin dari garam asal nilai-nilai budaya Sunda. Selain itu, laut lain), “Nyieun pucuk ti Girang” ciri-ciri manusia Sunda bisa dilihat juga (membuat pangkal permasalahan), dari pandangan hidup mereka yang “Kandel kulit beungeut” (tidak punya tergambar dalam beberapa peribahasa malu), “Mipit teu amit ngala teu atau ungkapan. Misalnya Orang Sunda mènta” (mengambil sesuatu atau sangat terikat dengan tanah memetik hasil tanaman tanpa meminta kelahirannya, sejauh apa pun dia pergi izin dahulu kepada yang punya). Selain atau merantau pasti akan kembali ke itu ada pula peribahasa yang tempat dia berasal seperti dalam menerangkan kebaikan sehingga orang peribahasa “Bengkung ngariung Sunda dianjurkan untuk melakukannya, bongkok ngaronyok jeung dulur di bali seperti peribahasa “Ka cai jadi saleuwi, geusan ngajadi” (meskipun “bungkuk” ka darat jadi salogak, sareundeuk tetapi bersama saudara di kampung saigel, sabobot sapihandèan, sabata sendiri)7. sarimbagan” (selalu hidup rukun tidak Peribahasa lainnya yang pernah bertengkar hanya karena silang menandakan sifat orang Sunda, yaitu pendapat), “Cikaracak ninggang batu, mengenai hubungan persaudaraan atau laun-laun jadi legok” (segala sesuatu hubungan darah yang diketahui dalam jika dikerjakan dengan sabar dan tekun, beberapa peribahasa di bawah ini antara pasti akan ada hasilnya), “Ngukur ka lain; “Buruk-buruk papan jati” kujur nimbang ka awak” (harus tahu (walaupun buruk seperti apa pun jika diri, sadar diri, jangan melakukan hal- dia saudara kita, akuilah sebagai hal yang di luar kemampuan kita). saudara), “Ari salaki atawa pamajikan Dalam konteks ini Ajip Rosidi mah aya urutna, tapi ari dulur mah menegaskan, bahwa peribahasa itu moal aya urutna” (boleh dikatakan mencerminkan bangsa yang suami atau istri itu ada bekasnya, tetapi memilikinya atau menunjukkan yang namanya saudara itu tidak akan kepribadian manusianya.8 pernah ada bekasnya). Nilai-nilai yang terkandung dalam peribahasa tersebut dapat diidentikkan dengan ciri-ciri manusia 5Edi Suhardi Ekadjati, Kebudayaan Sunda Jilid 1 Sunda sebagaimana yang penulis (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 7. katakan di atas, terdapat dalam naskah 6Di zaman modern seperti sekarang ini, tidak sedikit memang orang Sunda yang sudah tidak Sunda lama yaitu naskah Sanghyang menggunakan nama khas Sunda. Dan sebagai Siksakandang Karesian (ajaran tentang catatan, tidak semua orang yang bisa berbahasa hidup arif berdasarkan darma)9, Sunda disebut orang Sunda, karena bisa saja orang tersebut bukan berasal dari Sunda dan tidak memiliki garis keturunan sunda sama 8Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, h. sekali serta tidak menghayati nilai dan norma 44. budaya Sunda, karena bahasa itu bisa dipelajari. 9Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 7Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, h. Sanghyang Siksakandang Karesian, Amanat 216-217. Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan 92 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

termasuk adat istiadat dan tradisi yang tiga poin, 1. Sebagai pedoman dalam bertahan pada komunitas masyarakat menjalani hidup, 2. Sebagai kontrol Sunda di Kampung Adat Urug, Desa sosial terhadap kehendak dan nafsu Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, yang timbul pada diri seseorang, 3. Kabupaten Bogor. Dalam kolofonnya10 Sebagai pembentuk suasana dalam diketahui bahwa naskah ini selesai masyarakat tempat seseorang lahir, ditulis pada tahun 1440 saka atau 1518 tumbuh dan dibesarkan yang secara M. Jadi, naskah Sanghyang tidak sadar meresap ke dalam diri Siksakandang Karesian ini lahir pada semua anggota masyarakat.13 masa kejayaan Kerajaan Sunda Pakuan Dari uraian di atas, ada beberapa Pajajaran, Bogor (1482-1579 M).11 hal yang menurut penulis menarik Dengan demikian Naskah untuk diteliti, pertama nilai-nilai yang Sanghyang Siksakandang Karesian terkandung dalam naskah SSKK ini yang disebut juga dengan Talatah Sang ternyata masih dipertahankan (menjadi Sadu (amanat sang Budiman) berisi tradisi) oleh masyarakat Kampung Adat ajaran moral, etika dan keagamaan, Urug, Bogor. Persoalannya mengapa bagaimana cara bergaul dengan sesama, adat istiadat dan tradisi tersebut masih bersikap kepada Raja, mencapai bertahan pada masyarakat Kampung kesejahteraan hidup dan lain Adat Urug, yang menurut asumsi sebagainya.12 Untuk mencapai penulis terletak pada peran Sesepuh kesejahteraan hidup, dalam naskah ini masyarakatnya. Singkatnya penelitian dituliskan bahwa orang Sunda di ini ingin menguji teori Ajip Rosidi di antaranya harus bisa mengendalikan atas terkait dengan perubahan nilai sepuluh inderanya (Dasa Kreta), harus budaya masyarakat Sunda. selain itu, berani dan mau menerima kritik (Panca penulis juga ingin menjelaskan adat Parisuda), beramal baik serta istiadat di kampung Adat Urug dan menjalankan darmanya masing-masing bagaimana peran sesepuh dalam hal ini (Tapa di Nagara), jangan berlebihan Ketua Adat untuk menjaga dan dalam segala hal seperti dalam sikap melestarikan adat istiadat tersebut. dan tindakan, dilarang untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya dan nasehat lainnya. Dalam hal ini Tinjauan Pustaka Budayawan Ajip Rosidi merumuskan Mengenai Kampung Adat Urug, ajaran dalam naskah SSKK menjadi penulis temukan pertama dalam buku yang berjudul yang Tumbuh (Bandung: proyek pengkajian dan penelitian di atas yang Luruh “Pengelolaan kebudayaan Sunda (Sundanologi), 1987), h. 6 Lingkungan Secara Tradisional di dan 94-118. Kawasan Gunung Halimun Jawa 10 Kolofon adalah bagian dari naskah lama, Barat” yang ditulis oleh Kusnaka berupa kalimat atau paragraf yang terletak di awal atau di akhir naskah yang memberikan Adimiharja. Kedua dalam buku informasi mengenai identitas naskah, seperti Sanghyang Raja Uyeg “dari sakral ke waktu penulisan naskah (tarikh), tokoh yang profan” karya Arthur S Nalan. Dalam menulis naskah dan tempat penulisan naskah. kedua buku ini kampung Adat Urug Lihat Henri Chambert Loir, “kolofon Melayu”, ditulis sedikit, sebagai salah satu penerjemah Arif Bagus Prastyo. Indonesia and the Malay World, vol.34, no. 100, November Kampung Adat atau Kasepuhan. 2006, h. 1-3. Seperti Kasepuhan lainnya di Jawa 11Uraian lebih mendalam tentang hal ini akan barat, Kasepuhan Urug mempunyai penulis jelaskan dalam bab ke-3. 12Untuk selanjutnya penulis akan menyingkat penulisan Naskah Sanghyang Siksakandang 13Ajip Rosidi, Mencari Sosok Manusia Sunda, h. Karesian menjadi SSKK. 59. Asep Dewantara : Peran Elit … 93

hubungan dengan kerajaan Pajajaran Skripsi tersebut yaitu pembahasan (1482-1579 M). Buku yang pertama mengenai beberapa nilai budaya objek kajiannya difokuskan pada (larangan atau cegahan) yang berkaitan Kasepuhan Bungur di wilayah dengan pola pengasuhan anak usia 3-5 Sukabumi dalam pengelolaan tahun, hubungan orang tua dan anak, lingkungan secara tradisional. dan pengasuhan berdasarkan gender Sementara buku Kedua membahas terkait pembagian tugas pada anak, kesenian teater rakyat yang berasal dari yang dijadikan responden dalam masyarakat Kasepuhan kaitannya penelitian ini adalah kaum ibu dan dalam penanaman padi dan cerita Dewi anak-anak usia 3-5 Tahun. Sri. Adapun mengenai studi tentang Sementara itu pokok kajian kepemimpinan tradisional pada suatu penulis dalam penelitian ini pertama Kampung Adat, penulis menemukan adalah adat istiadat atau kearifan lokal judul sebuah buku “Kasepuhan berupa nilai-nilai budaya yang disebut Sirnaresmi: Studi Tentang dengan talèk (aturan), pamali (larangan, Kepemimpinan Tradisional di cegahan dan anjuran) yang berkaitan Sukabumi Selatan” yang ditulis oleh dengan moral dan etika, adab sopan- Yudistira Garna tahun 1973, dari judul santun dan tata kelakuan itu bisa diketahui bahwa objek bermasyarakat. Kedua, mengenai peran kajiannya berada di Kasepuhan Ketua Adatnya sebagai bagian dari elit Sirnaresmi Sukabumi. masyarakat dalam menjaga Dari keterangan yang didapat keberlangsungan adat istiadat tersebut. penulis ketika ke lokasi penelitian, Dengan demikian studi ini dapat memang sudah ada beberapa penelitian melengkapi penelitian-penelitian mengenai Kampung Adat Urug, tapi sebelumnya mengenai adat istiadat dan kebanyakkan penelitian itu mengenai tradisi yang menjadi pandangan hidup masalah pertanian khususnya tanaman bermasyarakat serta kepemimpinan padi, adapun penelitian mengenai adat tradisional pada sebuah Kampung Adat. istiadat dan tradisi setempat hanya terbatas misalnya pada satu kegiatan Tujuan Penelitian seperti (syukuran hasil Berdasarkan permasalahan di atas, panen), bukan mengenai adat istiadat tujuan penelitian ini adalah sebagai yang dimaksud penulis, Yaitu talèk, berikut: pamali, cegahan atau larangan yang 1. Untuk Menguji teori Ajip Rosidi menjadi aturan dan pedoman hidup tentang perubahan sosial budaya warga Urug. melalui data lapangan. Setelah coba mencari di Media 2. Untuk mengungkapkan nilai- Online (Internet) penulis menemukan nilai dalam adat istiadat di skripsi dalam format PDF yang kampung adat Urug. menjadikan Kampung Adat Urug 3. Untuk menjelaskan upaya-upaya sebagai objek penelitian. Skripsi sesepuh masyarakat Kampung tersebut ditulis oleh Cefti Lia Adat Urug, Bogor dalam Permatasari dari Institut Pertanian memelihara adat istiadat dan Bogor (IPB), Departemen Ilmu tradisi yang ada. Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia dengan judul Nilai Metode Penelitian Budaya, Pengasuhan Penerimaan- Penolakan, dan Perkembangan Sosial 1. Pendekatan Penelitian Anak Usia 3-5 Tahun pada Keluarga Kampung Adat Urug Bogor.Isi pokok 94 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Dalam penelitian ini, penulis maupun pribadi (private library), menggunakan pendekatan Antropologi, misalnya buku-buku, dokumen, koran, Sosiologi, dan Hermeneutik. majalah, catatan pribadi, monograf, 2. Jenis dan Sumber Data catatan kisah sejarah, hasil penelitian, a. Jenis Data yang dipandang masih berkaitan dengan Dalam penelitian ini jenis data topik permasalahan.14 yang dikumpulkan adalah 1. Deskripsi Adapun studi lapangan, yaitu sosial, budaya dan ekonomi masyarakat kegiatan observasi dan wawancara Sunda Kampung Adat Urug Bogor, 2. adat langsung kepada sumber informasi istiadat dan tradisi di Kampung Adat Urug yang dapat memberikan keterangan Bogor, 3. konsep Sesepuh dan upaya- sesuai dengan subyek kajian.15 upaya yang dilakukan dalam konteks 4. Analisis Data kebertahanan adat istiadat dan tradisi Data yang terkumpul kemudian masyarakat. diklasifikasikan atau dikategorikan untuk Selanjutnya, diseleksi b. Sumber Data berdasarkan relevansi dengan subyek b.1. Sumber Data Primer kajian. Tahap kategorisasi bertujuan Sumber data Primer dalam mengelompokkan setiap data ke dalam penelitian ini antara lain, wawancara, unit-unit analisis berdasarkan dokumen berupa naskah-naskah Sunda kesesuaian antara satu tema dengan tua dan pengamatan langsung. Jadi tema lainnya sehingga menggambarkan Deskripsi sosial, budaya dan ekonomi keseluruhan analisis yang utuh. masyarakat Kampung Adat Urug, Kemudian dilakukan analisis sistemik Bogor, kemudian adat istiadat dan untuk mengungkap bertahannya adat tradisi masyarakat Kampung Adat Urug istiadat dan tradisi (nilai-nilai) pada serta upaya-upaya para sesepuh dalam masyarakat Sunda di Kampung Adat menjaga adat istiadat dan tradisi Urug, Bogor. Tujuannya untuk mencari tersebut datanya bersumber dari keterkaitan antar berbagai komponen pengamatan langsung di Kampung Adat dan konsep sehingga membentuk satu Urug dan wawancara kepada elit kesatuan sistem yang kompleks agar masyarakat seperti sesepuh Kampung dapat memahami hakikat kebertahanan Adat (Abah Ukat, Abah Amat dan adat Istiadat dan tradsi pada Abah Kayod) pengurus desa (Bapa Ade masayarakat Sunda Bogor di Kampung Eka Komara selaku Sekretaris Desa Adat Urug. Jadi, penelitian ini bersifat Kiara Pandak), dan sebagian warga. deskriptif-kualitatif.16 b.2. Sumber Data Sekunder 5. Langkah penelitian Adapun sumber data sekunder Secara umum, metode penulisan antara lain; pandangan, tulisan orang sejarah ini sendiri dilakukan dengan lain yang memiliki relevansi dengan sumber data primer yang penulis 14Kartodirdjo, “Metode Pengunaan Bahan dapatkan dari berbagai laporan Dokumen”, dalam Koentjaraningrat, ed., penelitian, jurnal, majalah, makalah, Metode-Metode Penelitian Masyarakat buku, media cetak dan elektronik. (Jakarta: Gramedia, 1979), h. 61-92, 87. 15Koentjaraningrat, ”Metode Wawancara” dalam 3. Metode pengumpulan data Koentjaraningrat, ed., Metode-Metode Cakupan riset meliputi studi Penelitian Masyarakat, 162-196. Bachtiar, kepustakaan dan lapangan. Studi ”Pengamatan Sebagai Suatu Metode kepustakaan, yaitu menelusuri sumber Penelitian”, dalam Koentjaraningrat, ed., data dari berbagai bacaan, baik yang Metode-Metode Penelitian Masyarakat, h. 137- 161. bersifat primer maupun sekunder yang 16Sanafiah Faisal, ed., Metodologi Penelitian didapat dari perpustakaan umum Kualitatif (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h. 63. Asep Dewantara : Peran Elit … 95

empat langkah, yaitu heuristik, kritik, penafsiran menjadi sebuah kisah sejarah interpretasi, dan historiografi.17 yang utuh versi penulis. Heuristik adalah pengumpulan dan penelusuran sumber data melalui B. Pembahasan pelacakan atas berbagai dokumen, serta wawancara dengan para tokoh Sekilas Kampung Adat Urug masyarakat Kampung Adat Urug. Adapun penelusuran sumber data Letak Geografis dan Sejarah primer dan sekunder dilakukan ke Kampung Adat Urug perpustakaan, baik umum, seperti Secara administratif, kampung Prpustakaan utama dan Fakultas, UIN Adat Urug masuk dalam wilayah Syarif Hidayatullah Jakarta, pemerintahan Desa Kiarapandak Perpustakaan LIPI, Perpustakaan Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Nasional RI, Perpustakaan daerah Jarak tempuh Kampung Adat Urug dari Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan Ibukota provinsi Jawa Barat sekitar 165 Museum Sri Baduga, Perpustakaan Km ke arah Barat, sementara dari Universitas Padjajaran dan Ibukota Kabupaten Bogor kurang lebih perpustakaan koleksi pribadi yang ada 48 Km. Jika dari kecamatan Sukajaya, kaitannya dengan pokok bahasan, di hanya berjarak 6 Km, sedangkan dari antaranya Perpustakaan Drs. Saidun kantor Desa Kiarapandak lebih dekat Derani, MA, perpustakaan pribadi Uwa lagi, hanya 1,2 Km18. Mamat Sasmita (Rumah Baca Buku Kampung Adat Urug yang Sunda) di perumahan Margawangi, Jl berada di wilayah desa Kiarapandak ini margawangi VII, No. 5, Margacinta, dalam bahasa setempat sering disebut Bandung. Lembur Urug (Kampung Urug), terletak Selain itu karena riset ini juga pada kordinat 6° 34' 42" Lintang lapangan, penulis memilih responden, Selatan, dan 106° 29' 28" Bujur menyeleksi berdasarkan jenis data yang Timur,19 dengan luas wilayah 10 Ha.20 dibutuhkan meliputi kategori tokoh Kampung Adat Urug berbatasan dengan masyarakat di Kampung Adat Urug, Desa Nanggung kecamatan Nanggung Bogor. di sebelah Timur dengan Sungai Terakhir menguji fakta dan data Cidurian sebagai pembatas langsung. sejarah yang sudah dikumpulkan. Kritik Di sebelah Barat, Kampung Adat Urug eksteren dilakukan untuk menguji berbatasan dengan Desa Cisarua dan keaslian atau otentisitas sebuah sumber Desa Pasir Madang kecamatan sejarah yang asli. Sedang kritik interen Sukajaya. Sementara di sebelah Selatan, dilakukan untuk menguji validitas data Kampung Adat Urug berbatasan dengan sejarah. Langkah interpretasi adalah Desa Kiarasari kecamatan Sukajaya dan upaya menafsirkan data berdasarkan Desa Curug Bitung Kecamatan perspektif tertentu sehingga fakta itu Nanggung. Sedangkan di sebelah Utara, menjadi struktur yang logis. Langkah Kampung Adat Urug berbatasan dengan historiografi adalah menuliskan hasil

18Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bogor (www.disparbudjabarprov.go.id), akses 8 17Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Oktober 2012. (Yogyakarta: Pustaka Jaya, 1995, h. 109-110. 19Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Bogor (www.disparbudjabarprov.go.id), akses 8 Sejarah, h. 44. Louis Gottschalk, Oktober 2012. Understanding History: A Primer of Historical 20Monografi Kampung Addat Urug Desa Method (Jakarta: Yayasan Penerbit UI, 1975), Kiarapandak Kecamatan Sukajaya, Bogor h. 18-19. (Kantor Desa Kiarapandak). 96 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Desa Sukajaya dan Desa Harkatjaya Lebak, Banten)---Seuni (kabupaten kecamatan Sukajaya.21 Pandeglang, Banten)---Lebak Binong Mengenai sejarah atau asal-usul (Cibaliung, Banten Kidul)---Cipatat--- keberadaan kampung adat di Jawa Kampung Urug.25 jadi Kampung Adat Barat, tidak akan pernah lepas dari Urug adalah tempat pulang Prabu Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran Siliwangi, “tidak akan ada tempat ini (1482-1579) di Bogor.22 dari hasil jika yang di Bogor masih ada.26 penelitian penulis di kampung Adat Meghilangnya Prabu Siliwangi mulai Urug, penulis mendapatkan keterangan dari Pajajaran sampai terakhir di yang bisa digolongkan ke dalam sejarah Kampung Adat Urug karena tidak mau lisan atau oral history bahwa Kampung masuk agama Islam yang pada saat itu Adat Urug memang memiliki hubugan dibawa oleh Raden Kian Santang, yang erat dangan kerajaan Sunda anaknya sendiri”.27 Pakuan Pajajaran.23 Sebagian “Jadi Kampung Urug ini adalah keterangan ada yang sesuai dengan tempat pulang Prabu Siliwangi, Abah buku-buku akademis atau karya-karya tidak mengaku ini tempat Abah, luas ilmiah di seputar sejarah Jawa barat seperti ini, apa lagi Abah hanya tinggal yang disusun oleh para ahli sejarah, berdua dengan Emak”. Lanjut menurut sebagian keterangan lagi penulis sebut penuturan Abah Ukat, Prabu Siliwangi sebagai legenda warga kasepuhan24 setibanya di Kampung Urug yang mungkin oleh sebagian orang mempunyai tiga orang Putra. yang diartikan sebagai mitos. pertama laki-laki, yang ke dua Menurut Abah Ukat, sejarah perempuan dan yang ketiga laki-laki. Kampung Adat Urug itu bisa dimulai di Prabu Siliwangi memberikan mandat awal atau di akhir. Jika dari awal, yaitu atau amanatnya untuk mewarisi, awal berdirinya Pajajaran Bogor, jika di menjaga Kampung Adat Urug kepada akhir, tilemna, ngahyang putranya yang ketiga. Makam dari putra (menghilangnya) Prabu Siliwangi di yang ketiga tersebut berada di tepi kali Bogor sampai muncul di Kampung Cidurian.28 yang kedua (perempuan) Adat Urug yang memang sudah “dihijrahkan” ke daerah Leuwi Catang, direncanakan oleh Prabu Siliwangi arah gunung Pongkor. Sementara sebagai tempat terakhirnya. Sebelum putranya yang pertama ke Lebak muncul di Kampung Adat Urug, Prabu Larang arah Pelabuhan Ratu, terus ke Siliwangi menghilang dan muncul di Pasir jeungjing-Bojongcisono- beberapa daerah. Berikut ini adalah Tegallumbu-Talaga-Sirnaresmi- urutan daerah di mana Prabu Siliwangi Ciganas-Ciptarasa-Ciptagelar, menghilang dan muncul mulai dari Sukabumi. Jadi kasepuhan yang Pajajaran Bogor---Panyaungan (jalan tersebar di beberapa daerah di cagak (bercabang) yang ke arah Sukabumi tersebut awalnya dari Urug.29 Pongkor dan Cigudeg)---Parung Sapi (arah Jasinga)---Sajra (Kabupaten

25Daerah Panyaungan, Parung Sapi, Cipatat dan

21 Urug masih di kabupaten Bogor, sementara Peta lokasi Kampung Adat Urug Desa daerah Sajra, Seuni dan Lebak Binong sudah Kiarapandak kecamatan Sukajaya Kabupaten masuk ke Provinsi Banten sekarang. Bogor (Kantor Desa Kiarapandak). 26Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua 22 Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang Adat Urug Lebak), Bogor, 22 April 2012. Tumbuh di atas yang Luruh, h. 15-23. 27Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua 23Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Adat Urug Lebak), Bogor, 22 April 2012. 28Gambar atau Photo dilampirkan. 24Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang 29Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Tumbuh di atas yang Luruh, h. 15. Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 97

Putra ketiga tadi yang mendapat Kampung Guru, Guru dalam amanat untuk mewarisi Kampung Adat terminologi bahasa Sunda berarti Urug mempunyai tujuh orang anak digugu dan ditru, harus bisa menjadi disebarkan ke beberapa daerah, yang panutan. Dalam konteks ini, adalah si paling jauh berada di Pasir Eurih, pendiri kampung (Prabu Siliwangi) Banten. yang paling tua di Cipatat kolot yang jauh sebelumnya sudah mendapat amanat sekedar menjaga menetapkan sebuah lahan untuk makam Prabu Siliwangi. Yang perkampungan yang menjadi panutan menerima amanat di Kampung Urug tersebut. Hanya di sini terdapat dua kembali putra yang terakhir. Beliau perbedaan mengenai maksud dibaliknya kemudian punya anak lima dari dua kata Guru itu, pertama sebagai istri. Dari istri yang tua tiga, sementara kamuflase (penyamaran) agar dari istri yang muda dua. Anak pertama perkampungan subur tersebut tidak dari istri yang pertama tadi menjadi diketahui oleh pihak yang tidak cikal bakal ketua adat Urug Tonggoh diinginkan. Kedua menurut Abah Ukat, dan Tengah. Anak kedua dari istri nama Guru dibalik menjadi Urug, pertama, perempuan. Anak ketiga, laki- karena dikhawatirkan generasi-generasi laki yang kembali mendapat amanat berikutnya hanya sekedar menyandang untuk di Kampung Adat Urug(Lebak). makna Guru tetapi tidak bisa Dua anak dari istri yang muda, pertama mengamalkan nilai-nilai dibalik kata laki-laki, kedua perempuan di Cidogèr, guru tersebut.32 Sukajaya, Bogor.30 Mengenai tokoh Prabu Mengenai identitas Prabu Siliwangi yang dipercaya sebagai Siliwangi, menurut Abah Ukat hanya pendiri Kampung Urug, penulis lebih ada satu Prabu Siliwangi namun condong pada penjelasan dari Abah namanya banyak. di satu tempat satu Ukat, karena terdapat kesamaan antara nama, ketika dia muncul dan nama-nama Prabu Siliwangi yang lain menghilang itu. Jayadewata namanya yang disebutkan oleh Abah Ukat sewaktu kecil, nama lainnya dengan yang tertulis di buku-buku Manahrasa, “setiap orang punya manah, akademik sejarah, seperti Jayadewata, setiap orang punya rasa, (hati dan Manah Rasa dan gelarnya Sribaduga perasaan).”disebut Prabu itu artinya Maharaja, nama-nama tersebut ditulis orang tua (sepuh) yang tinggi ilmu dalam beberapa buku akademik sejarah pengetahuannya, wangi itu harum, silih mengenai sejarah Tanah Sunda atau berarti sifat (saling) harus silih asih, sejarah Jawa Barat yang keterangannya silih asah dan silih asuh. Karena itu, sebagian dikutip dari Prasasti Batu keharuman Pajajaran Bogor sampai Tulis, Carita Ratu Pakuan atau Naskah sekarang tidak hilang. Sedangkan Wangsakerta, sementara itu Abah Ukat makam Prabu Siliwangi menurut Abah sekolah tingkat dasar kelas dua pun Ukat ada di Cipatat kolot atau Cipatat tidak selesai, dari mana beliau bisa Girang, kecamatan Sukajaya kabupaten tahu. Bogor hanya tempat pulangnya di sini.31 Kehidupan Masyarakat Kampung Dari keterangan tersebut, pertama Adat Urug megenai nama kampung Adat Urug memang pada awalnya bernama Jumalah penduduk Kampung Adat Urug tercatat 5.125 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 2.875 30Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. 31Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua 32Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. 98 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

jiwa dan penduduk perempuannya yang akan mengadakan hajat 2.250 jiwa. Sama seperti masyarakat pernikahan, walaupun tidak diwajibkan, sunda lainnya, warga Kampung Adat tapi warga yang lainnya dengan Urug juga mengenal pemerintahan sukarela dan kesadaran sendiri formal. Ketua Adat di sini hanya menyumbang makanan berupa kueh- pemimpin adat atau informal. Warga kueh dan sebagainya. Hal ini karena Urug terbagi ke dalam 4 RW dan 15 mereka patuh pada ucapan leluhur RT. Untuk masalah pendidikan formal mereka, kudu paheuyeuk-heuyeuk bisa dikatakan, tingkat pendidikan leungeun paantai-antai tangan, nulung warga Urug masuk dalam kategori ka nu butuh, nalang ka nu susah rendah. Sampai bulan Maret-Juni 2012 (maksudanya harus saling membantu, tercatat hanya 384 murid Sekolah bekerjasama atau saling menolong) Dasar, tingkat SLTP 235 orang, tingkat Menurut penuturan bapak Adé SLTA 30 orang dan dua orang untuk (SEKDES Kiarapandak) “dahulu ketika tingkat perguruan tinggi.33 zaman belum seramai dan secanggih Dari segi politik sedikit sekali seperti sekarang, dalam adat pernikahan yang bisa dicatat, dalam PEMILU itu, calon mempelai pria syaratnya misalnya, seperti penuturan Abah Ukat harus bisa nutus (menganyam daun “Sudah menjadi adat di sini dalam kiray untuk dijadikan atap rumah), masalah pemilu misalnya mengenai sedangkan calon mempelai wanitanya Partai Politik itu PDI (Partai Demokrasi harus bisa nutu, (menumbuk padi di Indonesia), karena dari dulu dari leluhur lesung).”35 kami juga PDI, Abah sempat bertanya masalah ini kepada warga yang sudah Pertanian Sebagai Jalan Kehidupan mempunyai hak pilih, apakah mau Seperti masyarakat Kasepuahan diteruskan atau dimusnahkan? (maksud lainnya, masyarakat Kampung Adat dimusnahkan di sini mereka sama Urug mayoritas sebagai petani dalam sekali tidak akan ambil bagian dalam mencukupi kebutuhan hidupnya sehari- PEMILU atau GOLPUT). Jawaban hari. Tercatat 4.320 orang36 bekerja mereka, diteruskan, karena sudah 34 sebagai petani, kepemilikan lahan menjadi adat dari dahulunya”. pertanian di Kampung Adat Urug Seperti masyarakat Sunda adalah perorangan atau milik masing- lainnya warga Urug untuk sistem masing, penulis kutip di sini beberapa kekerabatan tidak membedakan garis petikan wawancara dengan para ketua keturunan baik dari pihak ayah maupun adat mengenai pertanian yang menjadi pihak ibu karena bagaimanapun juga mayoritas kegiatan warganya, termasuk mereka adalah bagian dari komunitas sejarah dan latar belakangnya. besar Masyarakat Sunda dan pada Dari penuturan Abah Ukat dasarnya mereka yakin berasal dari “Yang dilaksanakan di sini ada sumber yang sama. Yang menarik sikap beberapa kegiatan salah satunya dalam gotong royong dan saling membantu pertanian sebagai jalan kehidupan masih terasa. Penulis menyaksikan masyarakat di sini khususnya menanam sendiri, ketika ada salah satu warga padi wajibnya setahun sekali, Abah menanam padi itu satu tahun sekali.

33Monografi Kampung Adat Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, kabupaten 35Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Eka Bogor, Maret 2012 dan daftar siswa SDN Komara (SEKDES Kirapandak), Bogor, 21 Kiarapandak 02 tahun ajaran 2011/2012 April 2012. pertanggal April 2012. 36Monografi Kampung Adat Urug, Desa 34Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya kabupaten Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Bogor, Maret 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 99

Bahan pokok pagi sore, padi. prabu berhubung Prabu Siliwangi menghilang siliwangi sebagai leluhur kami dan menuju Kampung Adat Urug, jadi menguatkan kegiatannya pada segala-galanya dibawa oleh Prabu pertanian, senjatanya juga kujang, itu siliwangi termasuk bibit padi yang lima alat pertanian.37 Maka, kegiatan yang itu. Syareatnya yang ditanam hanya digarap oleh abah tidak lewat dari tiga, yang merah, putih dan hitam, pertanian, sebab tani itu tidak bisa hakekatnya bibit yang lima tadi berbohong, yang dilaksanakan dalam disimpan di suhunan (atap) rumah adat urusan padi yang sangat dimulyakan urug Lebak yang berjumlah lima, satu sebagai tanda penghormatan karena atap satu warna. Tiga yang gelar tadi, sebenarnya apa padi itu? secara syareat, hakekatnya Gedong Gedè (Rumah Adat kita tidak akan punya tenaga jika tidak Urug Lebak), Gedong Luhur atau ada padi. Diantaranya acara syukuran Paniisan (tempat berteduh), berupa sebanyak lima kali sebagai ketuanya bangunan panggung tinggi tapi tidak abah”. terlalu besar dan GedongLeutik Berhubungan dengan pertanian bangunan sangat kecil.38 (padi), di Kampung Adat Urug dikenal “jika tahu pada badan Sri maka cerita tentang Dewi Sri, yang disebut tahu pada badan kita, karena Sri setiap Nyai Sri, Nyai berarti perempuan. hari kita makan, menyumbang dan Jenisnya merah, putih, hitam, hijau dan mengisi badan kita salah satunya kuning gelarnya di pajajaran Bogor menjadi tenaga yang kita gunakan oleh Prabu siliwangi kiriman dari Sorga dalam aktifitas sehari-hari. Jadi Sri Maniloka dari Kahyangan Jagad jangan di terlantarkan harus disayang, Suralaya dari para Dewa. Wujud maka bahagia karena banyak dan awalnya berupa telur yang dijaga oleh jangan mengeluh karena sedikit, ketika Dewa Anta selama 40 hari sampai sedikit asalkan cukup dan manfaat bagi menetasnya. Awalnya selama 39 hari kita, ketika banyak jangan disia-siakan, tidak menetas, Dewa Anta memanggil coba bagaimana kalau kita sehari saja Prabu Siliwangi, oleh Prabu Siliwangi tidak bertemu nasi?”39 dicipta menjadi seorang manusia, Dalam berbagai upacara yang perempuan, dikenal dengan Dewi Sri, berhubungan dengan pekerjaan umur sekian tahun meninggal tanpa menanam padi pada setiap tahap siklus dikubur digeletakkan begitu saja. Dari pertanian, menurut keyakinan para kedua mata Dewi Sri keluar tanaman petani, benih tanaman serta tanah berupa padi, tiga ikat dan dua ikat, jadi tempat tertanam itu, memiliki jiwa, agar ada lima jenis seperti yang sudah ditulis dapat menghasilkan buah yang menjadi di atas tadi, akhirnya yang hijau dan sumber kehidupan, maka harus yang kuning menyatu ke dalam Raga diperlakukan dengan baik. Pekerjaan Prabu Siliwangi. jenis yang merah, menanam padi harus dilakukan menurut putih dan hitam gelar ke dunia menjadi aturan-aturan yang pelik sekali, mulai padi seperti yang kita kenal sekarang. dari penggunaan azimat dan doa-doa. Kelima jenis Padi itu Tadinya apabila padinya sudah tua lalau diturunkan di Pajajaran Bogor, dipotong dengan sebuah ketam yang terselindung dalam tangan, supaya tidak 37Keterangan mengenai Kujang sebagai alat pertanian terdapat dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian. Lihat Saleh 38Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Sanghyang Adat Urug Lebak), Bogor, 15, 22 dan 28 April Siksakandang Karesian, Amanat Galunggung: 2012. Transkripsi dan Terjemahan (Bandung: proyek 39Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (ketua pengkajian dan penelitian kebudayaan Sunda Adat urug Tengah), Bogor, 16 dan 19 April (Sundanologi), 1987), h. 84 dan 108. 2012. 100 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

menakutkan dan menghalau jiwa Untuk mencapai keselarasan dermawan daripada padi itu.40 Hal ini tersebut, manusia harus mengetahui apa sangat sesuai dengan prinsip siklus yang diperbolehkan dan apa yang pertanian di Kampung Adat Urug, dilarang dalam kehidupan sehari-hari, ketam sebagai alat tadisional memanen maka ucapan dan tindakan harus padi masih digunkan, di daerah Sunda seirama. Hal ini tercermin dalam pada umumnya ketam disebut ètèm ungkapan warga kasepuhan, “mipit (ani-ani). kudu amit ngala kudu mènta, nganjuk Yang menarik di sini, warga kudu nawur nginjem kudu mulangkeun, Kampung Adat Urug tidak menjual leungit kudu daèk ngaganti, sontakna hasil pertanian mereka, padi sebagai kudu daèk nambal (mengambil dan bahan pokok pangan itu hanya untuk memetik harus izin, mempunyai hutang keperluan sehari-hari. Selain bertani harus dibayar, meminjam harus waraga Urug tercatat 1.279 orang41 dikembalikan, hilang harus mengganti, sebagai pedagang, dalam hal ini mereka rusak harus memperbaiki)” atau dalam yang menjadi pedagang eceran Ikan air ungkapan “nganggo kudu suci, dahar laut di daerah Leuwiliang. Sementara kudu halal kalawan ucap kudu lainnya kebanyakkan sebagai sabenerna, mupakat kudu sarèrèa, penambang emas Liar di Gunung ngahulu ka hukum, nyanghunjar ka Pongkor, dan mayoritas adalah anak nagara (berpakaian harus bersih, muda. makan harus yang halal, mufakat harus bersama-sama, patuh pada hukum dan berlindung pada negara)”.43 Kearifan Lokal Kampung Adat Di Kampung Adat Urug, ngaji 44 Urug diri ini disebut pula Tapa Manusa , memahami siapa sebenarnya jati diri Konsep Ngaji Diri manusia, hakekat manusia. Seperti penuturan Abah Ukat, Manusia Ngaji diri (memahami diri sendiri diwajibkan untuk ngaji diri agar atau mawas diri) adalah suatu ajaran mengetahui dirinya sendiri, manusia dasar pembinaan moral yang di yang sudah mengenal dirinya sendiri dalamnya tercermin pula pengertian akan dekat dengan Gustinya (Tuhan), koreksi diri. Ajaran tersebut maka hidupnya tidak akan sombong dikembangkan di kalangan warga dan angkuh, “samèmèh nyiwit batur, Kasepuhan sebagai upaya melawan nyiwit heula diri sorangan (sebelum sifat buruk dalam diri manusia, seperti mencubit orang lain, mencubit dulu diri iri dengki. Selain itu ajaran ini sendiri)”, jika tidak ingin disakiti maka bertujuan untuk mencapai kondisi yang jangan menyakiti orang lain, ingin tertib, selaras, aman dan tentram dalam dihormati, maka dia akan menghormati diri manusia pada kehidupan sosial di orang lain terlebih dahulu. Kemudian dunia sebagai bekal untuk kehidupan di akherat nanti.42 Tarsito, 1992), h. 37. Lihat pula Arthur S Nalan, Sanghyang Raja Uyeg: Dari Sakral Ke 40Sartono Kartodirjo, ed., Elite Dalam Perspektif Profan (Bandung: Humaniora Utama Press, Sejarah, h. 15. 2000), h. 15-16. 41Monografi Kampung Adat Urug, Desa 43Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya kabupaten Tumbuh di Atas yang Luruh, h. 37. Arthur S Bogor, Maret 2012. Nalan, Sanghyang Raja Uyeg: Dari Sakral Ke 42Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang Profan, h. 15-16. Tumbuh di Atas yang Luruh: Pengelolaan 44Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang Lingkungan Secara Tradisional di Kawasa (warga dan kerabat Ketua Adat Kampung Gunung Halimun Jawa Barat (Bandung: Urug), Bogor, 16 April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 101

untuk apa dia diciptakan, tiada lain ketika menerima tamu antara cacah dan untuk patuh pada peraturan, taat pada mènak (masyarakat biasa dan pejabat perintah, dan melaksanakan apa yang misalnya). Sebenarnya sama dengan dikehendaki Tuhannya. sifat Rahman-Rahim, adil untuk semua Selanjutnya yang mana mahluk. sebenarnya yang disebut manusia? Tidak hanya itu, dalam ngaji diri Yaitu yang tidak iri dengki, jail dan manusia harus pintar, luas pengetahuan menyakiti, tidak menipu dan dan wawasannya, diwajibkan mencari berbohong, ulah ngaguar rusiah batur ilmu seperti dalam ungkapan elmu (tidak membicarakan atau membongkar tungtut dunya siar, nu awon kudu keburukkan orang lain). Manusia disinglar (ilmu itu bisa diperoleh dari adalah yang mempunyai sifat benar dan mana saja, hanya yang tidak baik harus jujur, welas asih dan tolong menolong, dibuang atau disingkirkan). Tapa paheuyeuk-heuyeuk leungeun pantai- manusa atau ngaji diri ini juga antai tangan, (saling membantu). mengingatkan manusia agar tidak lupa Manusia harus bisa nulung ka nu butuh, kepada dua perkara, Tuhan nalang ka nu susah, nyaangan ka nu menciptakan segala sesuatunya poèkkeun, ngahudangkeun ka nu labuh, berpasangan, ayah dan ibu, laki-laki ngajait ka nu raheut (menolong kepada dan perempuan, siang dan malam, yang membutuhkan dan kesusahan, terang dan gelap, hakekat dan sareat memberi penerangan kepada yang dan lain sebagainya, tujuannya adalah kegelapan, membangunkan yang keseimbangan, maka manusia dalam terjatuh dan mengobati yang sedang hidupnya harus seimbang, tidak terluka).45 Dalam tapa manusa, berlebihan tapi tidak kekurangan. manusia harus bisa seperti meri ngojay Masyarakat Kampung Adat Urug di leuwi, sireum leumpang dina batu yang menjadikan pertanian sebagai (angsa berenang di telaga, semut jalan kehidupan, dalam ajaran ngaji diri berjalan di atas batu). Angsa berenang untuk keseimbangan dunia dan akherat di telaga dan semut berjalan di atas batu mengenal istilah tunda geusan alaeun tidak meninggalkan bekas atau jejak, dan teundeun geusan sampeureun. bersih, maka manusia dalam hidupnya Tunda geusan alauen (ditunda sebentar harus bersih dari sifat-sifat tercela.46 untuk dipetik hasilnya dalam waktu Konsep tapa manusa atau ngaji deukat) dalam hal ini kegiatan mereka diri juga mengharuskan manusia untuk bertani, hasilnya bisa dinikmti di dunia bersikap adil, tergambar dalam sekarang, seperti padi, palawija dan ungkapan ulah nyiwit ka nu hideung sebagainya, tapi tetap harus ingat mipit ulah montèng ka nu konèng, ulah kudu amit ngala kudu menta (memetik ngadèngdèk topi (jangan mencubit yang dan mengambil harus izin kepada yang hitam, jangan berpaling ke yang punya), semua orang jika menanam kuning, jangan miring tutup kepala) pohon pisang misalnya, tidak dengan artinya, harus adil dan bijak, tidak berat gula, lalu siapa yang memberi rasa sebelah, tidak membedakan perlakuan manis pada buah pisang ketika masak? terhadap orang-orang kelas menengah- Maka harus sadar dan ingat pada siapa atas dan kalangan bawah. misalnya yang memberi manisnya agar selalu dalam menerima tamu harus disamakan bersyukur, karena manusia sebenarnya tidak daya dan upaya, hanya Allah yang kuasa. Maka di sini harus hati-hati 45Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012. jangan berlawanan dengan aturan, baik 46Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang yang ada dalam kitab Al-Qur’an (warga dan kerabat Ketua Adat), Bogor, 16 maupun di adat sebagai ilmu papaku. April 2012. 102 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Kata teundeun geusan sampeureun Manusia bernapas sama sekali tidak (disimpan untuk dijemput kemudian direncanakan, tidak pula berencana hari), yaitu mengerjakan ibadah yang akan mengedipkan kelopak mata setiap lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya, waktunya, Maka harus sadar siapa yang itu untuk disimpan, ditabung sekarang membuat udara keluar masuk dalam dan diambil hasilnya ketika menuju hidung kita dan siapa yang alam keabadian, akherat.47 mengedipkan kelopak mata kita. Jadi Konsep ngaji diri sebagai koreksi manusia harus menggunakan dengan diri sendiri dijelaskan oleh Abah Amat baik setiap anugrah-Nya, jangan yang selalu dihubungkan dengan Sri digunakan untuk hal yang negatif (padi). “Jika paham dengan Sri maka karena nanti akan dimintai akan paham dengan badan sendiri, pertanggungjawabannya”.49 karena Sri setiap hari kita makan, Selain ajaran moral dan etika menyumbang dan mengisi badan kita yang sudah dijelaskan di atas, konsep salah satunya menjadi tenaga yang kita ngaji diri atau tapa manusa juga gunakan dalam aktifitas sehari-hari. mengajarkan untuk menjaga Jadi Sri jangan diterlantarkan, harus kehormatan kaum perempuan. Bisa disayang maka bahagia karena banyak diketahui dari ungkapan ulah ngahakan dan jangan mengeluh karena sedikit, barang atah (jangan memakan barang ketika sedikit asalkan cukup dan mentah), barang mentah di sini ternyata manfaat bagi kita, ketika banyak jangan konotasi untuk perempuan yang belum disia-siakan, bagaimana seandainya melalui akad nikah itu jangan sehari saja tidak bertemu nasi”? dicampuri.50 Bahkan menurut Abah Menurut kepercayaan masyarakat Ukat, lahan pertanian setelah proses Kampung Adat Urug tiga jenis padi penen, baru bisa digarap kembali jika yaitu padi merah, putih dan hitam pada sudah melewati waktu 40 hari, sama hakekatnya menjadi bagian dari diri halnya dengan Istri yang sudah manusia, padi merah menjadi darah, melahirkan, tidak boleh dicampuri padi putih menjadi sumsum dan padi sebelum melewati waktu 40 hari.51 hitam menjadi rambut-rambut yang ada Dalam naskah Sunda lama, pada tubuh manusia.48 Sanghyang Siksakandang Karesian ada Selanjutnya Abah Amat larangan agar jangan mendekati Estri menambahkan, dalam tubuh manusia Larangan (perempuan yang sudah terdapat hitung-hitungan yaitu, dua dipinang, tunangan atau istri orang lain) puluh, delapan dan sembilan. Yang dan Rara Hulanjar (janda-perawan) duapuluh, sepuluh di atas sepuluh di untuk menghindari fitnah dan menjaga bawah, adalah jari jemari di tangan dan kesucian diri. Ingeutkeun na kaki manusia, yang delapan adalah Siksakandang Karesian, deung empat ruas tangan dan empat ruas kaki iseuskeun na haloan, ulah ngeringkeun dan yang sembilan adalah dua mata, estri larangan sakalih, rara hulanjar dua lubang telinga, dua lubang hidung, sakalih, bisi keuna ku haloan mulut dan dua lubang pembuangan panghawanan. Maka nguni ngarowang dalam tubuh manusia. Maknanya itu tangan, sapanglungguhann di catang, semua pada hakekatnya adalah pemberian dari Tuhan, titipan dari Tuhan, anugrah yang Dia berikan. 49Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012. 50Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang 47Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketaua (warga dan Kerabat Ketua Adat Urug), Bogor, Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012. 16 April 2012. 48Wawancara Pribadi Dengan Abah Amat (Ketua 51Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012. Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 103

di balè, patutunggalan, haloan si dikepalkan54 artinya jangan memetik panglungguhan ngara(n)na. Patanjeur- buah-buahan di kebun orang, jika kita tanjeur di pipir, di buruan memang mau, ya harus meminta izin patutunggalan, haloan si pana taran kepada si Pemilik kebun. Di lingkungan ngara(n)na. (ingat-ingat dalam Kampung Adat atau Kasepuhan, hal siksakandang karesian dan perhatikan semacam inilah yang disebut pamali, dalam godaan. Jangan berjalan sebenarnya sama dengan apa yang mengiringi semua wanita larangan, dikatakan haram dalam agama Islam55, semua rara hulanjar, agar tidak terkena maksud dan tujuannya sama hanya godaan di perjalanan. Demikian pula berbeda istilah saja. memegang tangannya, duduk bersama Di tambahkan oleh Bapa Ade Eka di bangku, di balai berdua saja. Disebut Komara bahwa “Ungkapan mipit kudu godaan ditempat duduk. Berdiri di amit ngala kudu menta menganjurkan belakang rumah atau di halaman berdua untuk hidup tertib, jangan sembarangan, saja. Disebut godaan ditempat berdiri kenapa? Bisi aya tunggul kalarung namanya).52 catang karumpak (untuk menghindari Pada Masyarakat Kampung Adat terambilnya hak orang lain oleh Urug, ajaran ngaji diri atau tapa Kita).”56 manusa tersebut diuraikan lagi sehingga Dalam naskah Sunda lama, melahirkan beberapa larangan atau Sanghyang Siksakandang Karesian, anjuran yang disebut talèk (aturan terdapat juga larangan mencuri. hidup) baik untuk pribadinya sendiri Nyangcarutkeun sakalih ma maupun untuk hidup bermasyarakat. Di ngara(n)na: mipit mo amit, ngala mo bawah ini, penulis jelaskan adat istiadat mènta, ngajuput mo sadu. Maka nguni atau nilai-nilai budaya yang menjadi tu: tunumpu, maling, ngetal, ngabègal; kearifan lokal di Kampung Adat Urug sing sawatek cekap carut, ya dalam kehidupan sosial masyarakatnya. nyangcarutkeun sakalih ngara(n)a. (yang disebut menghianati orang lain 1. Larangan Untuk Mengambil adalah memetik milik orang tanpa izin, Yang Bukan Haknya mengambil tanpa meminta, memungut Larangan untuk mengambil yang tanpa memberi tahu. Demikian pula bukan haknya ini tergambar dalam merampas, mencuri, merampok, ungkapan Mipit kudu amit, Ngala kudu menodong; segala macam perbuatan mènta53 artinya mengambil atau hianat ya, menghianati orang lain memetik itu harus meminta izin kepada namanya. Mencuri termasuk dalam yang mempuyainya, dengan kata lain Panca Gati, yaitu lima penyakit hati jangan mencuri. Para ketua Adat di yang harus dihindari.57 Kampung Urug dan warga umumnya juga mengatakan hal yang sama, 54Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang bahkan ada istilah jika kita melewati (warga dan kerabat Ketua Adat Urug), Bogor, kebun seseorang, tangan itu harus 16 April 2012. 55Wawancara Pribadi dengan Mang Misnan (warga Kampung Adat Urug), Bogor, 18 April 2012. Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua Adat Urug Tengah), Bogor, 17 April 2012. 52Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 56Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Eka Sanghyang Siksakandang karesian, Amanat komara (Sekretaris Desa Kiarapandak), Bogor, Galuggung: Transkripsi dan Terjemahan 21 April 2012. (Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian 57Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Kebudayaan Sunda, 1987), h. 78 dan 101. Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat 53Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. Adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012. 76 dan 98. 104 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Pada Masrakat Kampung Adat murah bacot, si pribumi harus Urug, ungkapan Mipit kudu amit ngala menawari tamu untuk mencicipinya, kudu mènta tidak hanya berarti secara karena jika tidak ditawari, harfiah saja, yaitu larangan jangan kemungkinan si tamu agak sungkan mencuri. Dibalik arti itu terdapat makna padahal sebenarnya mau. Dan perlu yang dalam menganai rasa syukur diingat satu hal, murah bacot murah mereka terhadap Yang Maha Kuasa. congcot ini harus dilakukan dengan Pada hakekatnya bumi beserta seluruh ikhlas, jangan mengeluh jika makanan isinya ini adalah milik Tuhan yang yang sudah disuguhkan itu habis oleh dianugrahkan kepada segenap tamu, karena hal semacam itu merusak mahluknya, tanaman padi yang menjadi amal ibadah kita.59 Anjuran ini bahan pokok mereka dan tanaman sepertinya lahir karena Kampung Adat lainnya, tumbuh di atas bumi-Nya atas Urug sering dikunjungi tamu baik pada izin-Nya pula, maka ketika akan hari-hari biasa maupun pada upacara mengambil atau memanen hasil dari adat, dan untuk bahan panganan sebagai tanaman itu, harus memohon izin dulu hidangan sang tamu, warga Kampung kepada Pemilik bumi. Adat Urug selalu tersedia, karena Ungkapan rasa syukur ini mereka mereka belum pernah kekurangan wujudkan dalam acara adat Seren Taun, bahan pokok makanan terutama beras. syukuran atas hasil panen58 dalam acara Ternyata murah bacot murah adat ini diadakan selamatan dan doa, congcot tidak hanya sikap ramah tamah berterimakasih kepada Sang Pencipta kepada tamu, murah dalam perkataan atas hasil panen tahun ini dan semoga tidak hanya dikhususkan kepada tamu, panen pada tahun-tahun berikutnya juga tapi umum untuk semua orang, bagus. maksudnya kita harus mau menyapa orang lain terlebih dahulu, bertutur kata dengan baik dan sopan, permisi jika 2. Murah Bacot Murah melewati orang lain di jalan karena Congcot dengan begitu kita pasti akur dan akrab Murah Bacot artinya senang dengan orang lain, begitupun menyapa orang lain dengan ramah dan sebaliknya jika kita adigung sopan santun, sedangkan murah (sombong), tidak akan ada yang mau congcot, baik hati suka memberi atau akrab denga kita. Contoh jika kita berbagi makanan, congcot atau aseupan bertandang ke kampung orang terus kita adalah alat tradisional untuk menanak mau menyapa dengan ramah dan sopan nasi berbentuk kerucut yang terbuat pasti disenangi diajak mampir, sekadar dari anyaman berbahan baku bambu, air minum pasti ada.60 terkadang digunakan sebagai alat Murah bacot itu sama juga halnya mengukus. Congcot di sini jika kita tidak mengerti atau tidak tahu, melambangkan makanan. harus bertanya dan tahu tempat Murah bacot murah congcot bertanya. Masalah pertanian harus secara harfiah adalah sikap ramah bertanya kepada petani, ke ahli-ahli tamah yang harus ditunjukkan seorang pertanian, masalah penyakit ke dokter, pribumi kepada tamu. Murah congcot itu juga dinamakan murah bacot. berarti si pribumi harus menjamu tamu dengan hidangan yang ada, jika 59 hidangan sudah disuguhkan maka harus Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua Adat Urug Tengah) dan Abah Kayod (Ketua Adat Urug Tonggoh), Bogor, 19 April 2012. 58Mengenai acara Seren Taun dijelaskan pada 60Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang bab-IV sebagai salah satu media pelestarian (Warga dan Kerabat Ketua Adat), Bogor 16 adat. April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 105

Murah congcot juga tidak hanya suka jangan sampai keluarga berantakan memberi makanan kepada tamu, tapi karena orang tuanya tidak bisa kepada siapa saja jika kita punya harus memimpin, nah di sinilah berbagi, terutama kepada mereka yang penghormatan kepada kedua orang tua sangat membutuhkan.61 sangat diwajibkan. Nah sekarang ratu Dalam naskah Sanghyang atau pemerintah, tentunya ratu yang Siksakandang tertulis Tadaga carita harus diikuti itu yang bagaimana? angsa, Gajendra carita banem, Jangan apabila ratu yang tidak baik, matsyanem carita sagarem, puspanem djolim kepada rakyatnya”.63 carita bangbarem (telaga dikisahkan “Ada peribahasa, Indung kudu oleh angsa, hutan dikisahkan oleh dipunjung, bapa kudu dipuja, munjung gajah, ikan mengisahkan samudra dan ulah sok ka gunung, muja ulah sok ka bunga dikisahkan oleh kumbang), sagara (jangan menyembah pada maknanya jika kita ingin bertanya suatu gunung dan lautan tapi “sembahlah” ibu hal maka tanyalah pada ahlinya.62 bapa/kedua orang tua), karena indung tunggul rahayu bapa tangkal darajat, 3. Guru Ratu Wong Atuo Karo Kalau kita ingin punya kerahayuan, Guru Ratu Wong Atua karo, keselamatan hidup dunia dan aherat, wajib menghormati guru, ratu mintalah do’a kepada ibu, jangan ke (pemerintah) dan kedua orang tua, mana-mana dan benar-benar ibu kita itu terutama kedua orang tua, “itu adalah harus dihormat. Apabila ingin punya pakem sepuh. Jadi Orang tua itu derajat kehidupan, jangan pergi ke merupakan Guru dan sekaligus Ratu, mana-mana tapi datangi yang jadi bapa, kenapa kedua orang tua ditulis di mintalah do’anya, benar-benar hormati belakang, bukan berati kedua orang tua bapa apabila kita ingin punya derajat menjadi yang terakhir dihormat diantara kehidupan, karena kuncinya ada pada ketiganya, justru harus paling pertama orang tua, sebab ridhonya Allah SWT dan utama dihormat, karena tadi, kedua ada pada orang tua kita”.64 orang tua itu berperan atau mempunyai Kalimat Guru Ratu wong Atua fungsi sebagai Guru dan Ratu”. karo ini bisa diartikan secara terpisah Begitulah penuturan dari Bapak Ade atau dalam satu kesatuan yang Eka komara yang tidak jauh berbeda merupakan simbol, seperti yang sudah maknanya dengan yang disampaikan dijelaskan tadi, terutama kita harus oleh ketiga orang ketua adat mengenai menghormati kedua orang tua. Orang penghormatan kepada orang tua. tua mempunyai fungsi sebagai guru Selanjutnya beliau menuturkan, harus bisa mendidik, karena orang tua “dalam ruang lingkup terkecil, rumah itu pendidik pertama dan utama, karena tangga atau keluarga, Orang tua itu pengajaran yang didapat anak-anak di harus bisa menjadi guru bagi anak sekolah itu bisa dihitung hanya cucunya misal, dengan memberikan beberapa jam saja, sementara di contoh yang baik dengan ucapan, sikap lingkungan keluarga si anak jauh lebih dan perilaku. Yang disebut menjadi ratu banyak mendapat didikan dan nasehat di sini harus bisa memimpin keluarga, dari orang tua, maka dari itu orang tua disebut pendidik pertama dan utama

61Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka 63 Komara (SEKDES Kiarapandak), Bogor 21 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka April 2012. Komara (SEKDES Kiarapndak), Bogor, 21 April 62Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 2012. Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat 64Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. Komara (SEKDES Kiarapandak), Bogor, 21 April 106-107 2012. 106 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

yang harus mempunyai sifat tutwuri segala sesuatu. Misalnya makan hanya handayani, bisa membimbing dan sekedar penghilang lapar, minum mengawasi dari belakang agar perilaku sekedar menghilangkan haus dan tidur anak tidak nyolowèdor (menyimpang), hanya untuk menghilangkan kantuk, tidak melanggar aturan agama, negara jangan berlebihan, dan jangan pula dan adat. Ratu adalah pimpinan, orang kekuarangan asal berkecukupan. tua terutama ayah harus bisa memimpin makan hanya penghilang lapar keluarga, karena seorang pemimpin itu tujuannya untuk menghindari sifat akan dimintai pertanggungjawabannya rakus, ketika manusia sudah memiliki di akherat, yang namanya pemimpin di sifat rakus, tamak dan serakah, sini harus mempunyai kebijakkan dan ngarawu ku siku (mengambil seusatu kesejahteraan. Sejahterakan kehidupan bukan lagi dengan ukuran kepalan anak-anaknya oleh ilmu baik di tangan tapi dengan siku) yang pada sekolahkan maupun dipesantrenkan. akhirnya hak orang lain terambil. Sementara jika diartikan secara Kemudian tidur hanya penghilang terpisah, dengan logika yang sederhana kantuk, manusia itu hidup punya saja, bagaimana pun juga jika kita kewajiban baik masalah dunia maupun melawan kapada kedua orang tua, maka aherat, jangan siang dan malam tidur, akan durhaka, melawan kepada guru, siang untuk bekerja mencari nafkah ilmu tidak akan bermanfaat, dan untuk keluarga, malam untuk istirahat, melawan kepada Ratu, pemerintah yang segala seuatu juga harus pada waktu baik artinya orang yang sedang dan tempatnya. Juga bisa menimbulkan mempunyai kekuasaan atau jabatan, penyakit jika tidur dan makan maka akan mendapat kesusahan. berlebihan.66 Bahkan dalam naskah Sanghynag Dalam naskah Sanghyang Siksakandang Karesian, “manusia Siksakandang Karesian, tertulis Jaga sejati” adalah dia yang menyempatkan rang hèès tamba tun(n)duh, nginum untuk mengunjungi kedua orang tuanya tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, sesibuk apapun. aya twah urang ma ulah urang kajon(ng)jonan. Yatnakeun eureunan. Hanteu twah urang ma maring ku hanteu. (Hendaklah kita tidur ungang ambu bapa. Kalingana janma sekedar penghilang kantuk, minum ngaranna. Ya sinangguh paramarta sekedar penghilang haus, makan wisesa. Nya sang purna sarira, nya wit sekedar penghilang lapar, janganlah ning hayu, ya puhun ning bener (Bila kita berlebih-lebihan. Ingatlah bila sedang sibuk tundalah sementara, suatu saat kita tidak memiliki apa- apalagi bila sedang tidak ada pekerjaan, apa.67Pada masyarakat Kasepuhan untuk menjenguk ibu bapak, itulah yang hidup berkecukupan ini, tidak disebut manusia sejati, yang disebut berlebihan dan tidak kekurangan, keutamaan tertinggi, berpribadi disebut Siger tengah (ditengah-tengah), sempurna, benih kebajikkan dan pohon diungkapkan dengan kalimat ulah kebenaran).65 hareup teuing bisi tijongklok, ulah tukang teuing bisi tijengkang (jangan 4. Hidup Sederhana dan Mandiri Hidup sederhana di sini maksudnya jangan berlebihan dalam 66Wawancara pribadi dengan Bapak Ade Eka (Sekretaris Desa Kiarapandak), Bogor, 21 April 2012. 65 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, 67Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. 81 dan 105 82 dan 105. Asep Dewantara : Peran Elit … 107

terlalu depan, nanti tersungkur, jangan sekali cukup untuk persediaan, minimal terlalu belakang, nanti terlentang).68 dua tahun. Air melimpah, tidak Disamping cukup, hidup juga kekeringan pada saat musim kemarau, harus mandiri, dituliskan pula dalam karena mereka merawat alam, menjaga naskah Sanghyang Siksakandang hutan larangan, yang dijadikan kayu Karesian, ini pangimbuh ning twah bakar hanya batang pohon yang sudah pakeun mo tiwas kalamanghurip, kering atau mati. lauk pauk mereka pakeun wastu di imah di maneh. Emet, sediakan sendiri, seperti telur, ayam, imeut, rajeun, leukeun, pakapredana, itik, kecuali ikan asin mereka membeli morogol-rogol, purusa ning sa, begitu juga dengan pakaian. widagda, hapitan, karawaleya, cangcingan, langsitan. Jaga rang 5. Pengendalian Alat Tubuh ngajadikeun gaga-sawah, tihap ulah Salah satu jalur pamali di sangsara. Jaga rang nyieun kebon, kampung Adat Urug yaitu tihap ulah ngu(n)deur ka huma beet mengendalikan alat tubuh. Alat tubuh sakalih, ka huma lega sakalih. Hamo atau indera kita jangan sampai ma beunang urang laku sadu. Cocooan disalahgunakan untuk hal-hal yang ulah tihap meuli mulah tihap nukeur. tidak baik. Indra kitapun sudah tau Pakarang ulah tuhap nginjeum (ini haknya masing-masing Sekarang pelengkap perbuatan agar tidak gagal misalnya hidung hanya bisa mencium, dalam hidup agar rumah tangga kita sukanya wewangian, telinga hanya bisa penuh berkah, yaitu cermat, teliti, rajin, mendengar, mata hanya bisa melihat, tekun, cukup sandang, bersemangat, makan syariatnya hanya dilakukan oleh berperibadi pahlawan, bijaksana, berani mulut, lidah yang merasakan, tapi mata, berkorban, dermawan, cekatan dan telinga dan hidung tidak pernah protes terampil. Bila kita membuat sawah ingin merasakan makanan yang di untuk sekedar tidak sengsara, bila kita makan oleh mulut, karena mereka sadar membuat kebun, untuk sekedar tidak akan haknya masing-masing. Begitupun mengambil sayur-sayuran di ladang manusia harus konsisten dengan kecil dan besar milik orang lain, sebab tugasnya masing-masing. Jadi pamali tak akan dapat memintanya, itu banyak jalurnya bila kita melanggar memelihara ternak untuk sekedar tidak pasti badan yang merasakan akibatnya membeli atau menukar, memiliki ada pribahasa nafsu kasasarnya lampah perkakas untuk sekedar tidak badan anu katempuhan (bila kita meminjam).69 terbawa nafsu, maka badan yang Hidup mandiri seperti itulah menanggung akibatnya). Bicara jangan yang penulis saksikan pada kehidupan sembarangan, melangkah jangan salah. Masyarakat kampung Adat Urug. Kata orang tua jaman dulu, lebok mah Mereka memiliki sawah yang luas ulah ditincak (jalan berlubang jangan (6.200 Ha)70 bahkan sampai masuk ke dilewati), nanti celaka.71 Desa lain, tapi dari hasil panen itu sama Seperti yang sudah dijelaskan di sekali tidak dijual, panen satu tahun awal, semua alat tubuh manusia itu hakekatnya pemberian Sang Pencipta, 68Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang maka harus dimanfaatkan untuk hal-hal Tumbuh di Atas yang Luruh: Pengelolaan baik saja karena akan dimintai Lingkungan Secara Tradisional di Kawasa pertanggungjawabannya kelak. Gunung Halimun Jawa Barat, h. 41 Terutama yang harus dipelihara itu 69 Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat lisan. Ada ungkapan biwir teu diwengku Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. 81 dan 105 71Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua 70Sudah dijelaskan pada bab II. Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012. 108 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

(bibir tidak dijaga), lètah teu tulangan bencana penyebab kita mendapat celaka (lidah tidak bertulang). Manusia harus di dasar kenistaan neraka, namun jika berhati-hati menggunakanya karena mata terpelihara kita akan mendapat bisa menjadi bibit rujit (pangkal keutamaan dalam penglihatan). permasalahan), maka bibir dan lidah Begitupun seterusnya dituliskan yang tidak bertulang itu harus diwengku mengenai alat tubuh yang lain termasuk (dijaga) oleh hati72 alat kelamin.75 Mengenai pengendalian alat Demikianlah nilai-nilai budaya Tubuh ini ditambahkan pula oleh Mang atau kearifan lokal yang menjadi adat Ujang, warga Kampung Adat Urug. istiadat di kampung Adat Urug. “amanat dari orang tua mewanti-wanti Sesungguhnya, konsep ajaran ngaji diri kita agar berhati-hati menggunakan atau tapa manusa beserta bagian- alat-alat tubuh Tangan jangan dipakai bagiannya bukan milik khusus warga sembarangan apalagi menyakiti orag kampung Adat atau Kasepuhan saja, lain, jangankan memukul manusia, tetapi merupakan pandangan hidup memukul hewan dan tumbuhan pun orang Sunda umumnya pada masa tidak dibenarkan Pokoknya Perbuatan lampau (Naskah Sanghyang kita jangan sampai merugikan orang Siksakandang Karesian),76 hanya saja lain”.73 pada masyarakat kasepuhan adat Begitu pun Bapak Ade Eka istiadat tersebut masih banyak yang Komara menambahkan, “mata ulah bertahan. Berbeda dengan masyarakat dipake ngadeuleu lamun lain sunda di luar kasepuhan, walaupun ada deuleunnana, ceuli ulah dipake yang mengetahui dan mengamalkannya ngadèngè lamun lain dèngèunnana, itu hanya beberapa kalangan saja, yang artinya kita harus bisa menjaga, lagipula agak sulit untuk mengetahui memelihara semua indera yang ada seseorang mengamalkan adat istiadat pada tubuh kita jangan sampai semacam itu karena sifatnya yang digunakan pada hal-hal yang negatif abstrak dan tergantung pribadi masing- karena memang bukan tempatnya, masing. harus hati-hati dalam ucapan dan Dalam masyarakat Sunda, ada perbuatan, hidung jangan dipake Istilah Cageur, bener, pinter (sehat sembarangan”74 jasmani rohani, benar dan pintar) atau Sementara itu dalam Naskah silih asih, silih asah, silih asuh (saling Sanghyang Siksakandang juga terdapat mengasihi, mengembangkan dan keterangan mengenai pengendalian alat menjaga) yang tidak hanya diamalkan tubuh ini, diantaranya tertulis mata ulah untuk diri sendiri, tapi untuk alam dan barang deuleu mo ma nu sieup dideuleu lingkungan sekitarnya. Orang Sunda kenana dora bancana, sangkan urang memandang lingkungan hidupnya, baik nemu mala nu lunas papa naraka, lingkungan masyarakat maupun hengan lamun kapahayu ma sinengguh lingkungan alam, bukanlah sebagai utama ning deuleu (Mata jangan segala sesuatu yang harus ditundukkan, sembarang melihat yang tidak layak melainkan harus dihormati, diakrabi dipandang karena menjadi pintu dan dirawat.77 Hal ini karena orang

72Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua 75Saleh Danasasmita, dkk., Sewaka Darma, Adat Urug Tengah), Bogor, 19 April 2012. Sanghyang Siksa Kandang Karesian, Amanat 73Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan, h. (warga kampung Adat Urug), Bogor, 16 April 94-96 dan 73 -74. 2012. 76Kusnaka Adimihardja, Kasepuhan yang 74Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Eka Tumbuh di Atas yang Luruh, h. 41 Komara (Sekretaris Dsesa Kiarapandak), 77Suwarsih Warnaen, dkk., Pandangan Hidup Bogor, 21 April 2012. Orang Sunda Seperti Tercermin Dalam Tradisi Asep Dewantara : Peran Elit … 109

Sunda hidup di alam tropis yang begitu Adat Urug Lebak), bahwa beliau sangat subur melimpah dengan segala mengakui dan menghormati keperluan hidup, sehingga mereka pemerintahan NKRI dengan kalimat merasa hanya bagian kecil dari buhun disuhun sara dibawa (aturan- lingkungan alam tersebut dan aturan adat, negara dan agama harus menemukan kelemahan dirinya78 berjalan beriringan). dihadapan alam yang luarbiasa dan Warga kasepuhan atau ada juga tentu saja dihadapan Pemilik alam yang menyebutnya kesatuan dalam sekaligus Pemilik diri mereka sendiri, bahasa Indonesia menunjukkan suatu sehingga lahirlah kearifan lokal seperti kelompok sosial yang memiliki ngaji diri atau tapa manusa sebagai keseragaman dalam pola perilaku manifestasi hubungan mereka dengan kehidupan sosio-budayanya. Hal ini alam sekitar yang harus harmonis tampak antara lain dalam setiap (Kosmologis). Nampaknya cageur, kelompok pemukiman terdapat Sesepuh bener, pinter adalah induk atau wadah yang disebut juga Kokolot sebagai tali dari semua aturan hidup masyarakat pengikat kesatuan. Sunda. Para sesepuh atau kokolot inilah yang memimpin berbagai upacara adat PRANATA SOSIAL KAMPUNG yang berlaku di kalangan warga ADAT URUG kasepuhan selain itu mereka juga berfungsi sebagai tempat meminta Sesepuh (Ketua Adat) sebagai Elit nasehat dan petunjuk serta tempat Masyarakat pananggeuhan (bernaung) di kalangan warga kasepuhan yang bermukim di Dalam kamus umum Basa sekitar kampung itu. istilah kasepuhan Sunda, Sesepuh berasal dari kata Sepuh berasal dari kata sepuh yang berawalan yang artinya kolot (tua) mengacu pada ka- dan berakhiran -an. Sepuh adalah umur seseorang. Sesepuh berarti orang sinonim dari kata kolot (bahasa Sunda) yang dituakan dan diajènan yang berarti tua dalam bahasa (dihormati).79 Pada setiap Kampung Indonesia. Sebutan kasepuhan Adat di Indonesia, Sesepuh hanya menunjukkan sebuah sistem memiliki wewenang dalam urusan adat kepemimpinan dari suatu komunitas (kepemimpinan informal) karena atau kelompok sosial di mana semua bagaimana pun juga Kampung Adat aktifitas semua anggotanya berasaskan atau kasepuhan itu masuk dalam ruang pada adat kebiasaan orang tua (sepuh lingkup pemerintahan Desa, kecamatan, atau kolot). Kasepuahan berarti adat kabupaten atau kota, provinsi dan tentu kebiasaan tua atau adat kebiasaan nenek saja Negara Kesatuan Republik moyang. hal ini tampak dalam tatacara Indonesia, jadi selain hukum adat juga kehidupan mereka yang masih secara harus mengikuti hukum negara. Sesuai ketat menjalankan apa yang mereka dengan pernyataan Abah Ukat (Ketua sebut tatali paranti karuhun.80 Sesepuh mempunyai kekuasaan Lisan dan Sastra Sunda: Konsistensi dan Dinamika (Bandung: Proyek Penelitian dan dalam menentukan adat istiadat warga Pengkajian Kebudayaan Sunda, Departemen masyarakatnya. Ia dituakan oleh Pendidikan dan Kebudayaan, 1987), h. 245. masyrakatnya karena ia keturunan 78H. Sulyana WH, dkk., Siliwangi Adalah Rakyat pendiri desa sekaligus dianggap Jawa Barat, Rakyat Jawa Barat Adalah memiliki wibawa magis yang selalu Siliwangi (Bandung: Badan Pembina Citra (BPC) Siliwangi, 2006), h. 146. 79Panitia Kamus Lembaga Basa dan Sastra 80Kusnaka Aidmiharja, Kasepuhan: yang Sunda, Kamus Umum Basa Sunda (Bandung: Tumbuh Di atas yang Luruh (Bandung: Tarsito, Tarate Bandung, 1975), h. 470. 1992), h. 4. 110 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

memelihara warga masyarakatnya juga tidak hanya warga Urug yang dengan ketentuan-ketentuan adat datang pada saat acara adat ini. istiadat yang berasal dari nenek moyang Penggunaan nama Lebak, Tengah dan mereka. Seorang sesepuh besar Tonggoh hanya mengacu pada lokasi peranannya dalam partisipasi rumah ketua adat. jika dilihat dari masyarakat bagi usaha-usaha bentang alam Kampung Adat Urug pembangunan desa, gotong royong, yang berada di lembah, rumah adat upacara-pacara pertanian, siklus hidup, Lebak yang ditempati oleh Abah Ukat membantu melancarkan roda berada di bawah sebagai pusat di mana pemerintahan desa. Meskipun rumah warga yang saling berdekatan kepemimpinan tradisional di daerah ini “berkiblat” pada rumah adat tersebut. hanya dalam hal adat istiadat, rupanya Regenerasi atau pergantian sebelum pengaruh Islam, meliputi pula ketua adat di Kampung Adat Urug semua aspek kehidupan, termasuk khususnya di Urug Lebak sebagai religi.81 Pancer (Pusat) berdasarkan wangsit84 Di Kampung Adat Urug, elit atau amanat yang akan diterima oleh Masyarakat yang dimaksud dalam ketua adat yang sedang menjabat, yang kajian ini adalah Ketua adat yang dipercaya berasal dari leluhur mereka berjumlah tiga orang; Urug Lebak untuk menentukan siapa yang akan (Bawah) sebagai pusat dipimpin oleh menjadi Ketua Adat berikutnya.85Para Abah Ukat, Urug Tengah (Tengah) ketua adat ini biasa disebut Abah Kolot, dipimpin oleh Abah Amat dan Urug Abah saja atau kokolot. Abah adalah Tonggoh (atas) dipimpin oleh Abah salah satu sebutan atau panggilan Kayod.82 Ketiga ketua adat ini kepada ayah, Di samping sebutan mempunyai hubungan kekerabatan kepada ayah, Abah digunakan pula yang dekat, dari hasil pengamatan sebagai sebutan khas oleh masyarakat penulis, pembagian kepemimpinan ini Sunda kepada orang-orang tertentu hanya untuk mempermudah jalannya yang seakan-akan berhak atau pantas adat di sana, contoh dalam acara Seren memakainya.86 Sebutan Abah juga Taun, karena Kampung Adat Urug yang biasanya ditujukan kepada orang yang begitu luas dan warganya yang begitu berkarisma atau berwibawa meskipun banyak tidak akan tertampung semua di usianya belum begitu tua, misalnya satu rumah adat, misalnya pada saat dalam hal ini ketua adat Urug Lebak, prosesi ngariung(berkumpul),83 dan Abah Ukat.

Upaya Sesepuh Dalam Menjaga Adat 81Edi Suhardi Ekadjati, ed., Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: P T Girimukti Istiadat Pasaka, 1984), h. 45. 82Pengamatan penulis selama di lokasi penelitian pada tanggal 15-29 April 2012. 83Ngariung artinya berkumpul. Dalam salah satu dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), upacara adat misalnya Seren Taun, (syukuran Bogor, 28 April 2012. pesta panen) ngariung menjadi salah satu 84Wangsit adalah petunjuk gaib yang diperoleh manual acara di mana warga semua berkumpul atau diterima pada saat tafakur, nyepi atau di rumah adat untuk berdo’a bermunajat pada meditasi. Lihat Kusnaka Adimiharja, Yang Maha Kuasa dan bersyukur atas hasil Kasepuhan yang Tumbuh Di atas yang Luruh: panen tahun itu dan semoga panen tahun-tahun pengelolaan Lingkunagan secara Tradisional di berikutnya juga memuaskan. Setelah kawasan gunung Halimun Jawa Barat, h. 197. pembacaan do’a selesai maka makanan yang 85Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (ketua sudah disiapkan sebelumnya yang juga adat Urug Lebak), Bogor, 15 April 2012. sekaligus dido’akn akan dibagikan kepada 86Ajip Rosidi, dkk., Ensiklopedi Sunda: Manusia warga yang hadir baik dari kampung Adat Urug dan Budaya termasuk Cirebon dan Betawi sendiri maupun dari luar. Wawancara Pribadi (Jakarta: Pustaka Jaya, 2000), h. 3. Asep Dewantara : Peran Elit … 111

Seperti sudah dijelaskan pada karena sudah turun temurun. Apabila bab-bab sebelumnya, adat istiadat yang orang tua berkata jangan ya jangan, bertahan di Kampung Adat Urug yang harus diikuti, kalau dilanggar suka ada dijadikan fokus pembahasan yaitu akibatnya, penyakit. Nah pada waktu- wujud absrak dari sebuah kebudayaan waktu tertentu Abah pasti memberikan berupa nilai-nilai kehidupan mengenai amanat dari orang tua zaman dahulu tata kelakuan yang diwariskan secara seperti dalam acara sedekah Rowah dan lisan antar genearsi yang sudah Mulud karena warga berkumpul pada dijelaskan pada bab 3, hal ini dalam acara itu, ini amanat dari orang tua lingkungan warga Kasepuhan jangan di langgar, harus bisa akur terangkum dalam istilah ngaji diri dengan sesama, mufakat, harus bisa (memahami diri sendiri) Upaya–upaya saling memaafkan, harus murah bacot yang dilakukan oleh para Ketua Adat di murah congcot, menghormati yang sini untuk sementara terbatas pada lebih tua, harus mau menyapa dan pemberian nasehat atau amanat yang bertanya jika tidak tahu.”88 Hal ini juga tidak bosan-bosanya dilakukan secara dikuatkan oleh keterangan dai Pa berulang-ulang, baik itu pada saat Sekdes“ untuk menjaga adat tersebut upacara adat ataupun pada hari-hari Ketua Adat dan para orang tua biasa secara pribadi antara Ketua Adat memberikan nasehat bahkan ngaweruh dan warga yang sengaja datang, seperti (memberikan wejangan) terutama yang dituturkan oleh Abah Amat. dalam hal ahlak talajag (moral dan “Diam di daerah kasepuhan itu etika).89 ibaratnya seperti ngasuh, terutama Abah Ukat juga memberikan ketua adat harus bisa ngasuh warganya keterangan yang sama dengan Abah agar jangan celaka, bagi mereka yang Amat dan Abah Kayod tentang usaha sudah diwejang ( dinasehati) tapi masih mereka dalam menjaga adat istiadat melanggar maka tunggu akibatnya, “Nah nanti di acara Seren Pataunan Abah hanya sekedar memberi tahu, yang di bulan Muharam, Abah paling menasehati diikuti syukur tidak pun minta waktu selama seperempat jam tidak apa-apa karena pada dasarnya untuk menceritakan sejarah dan untuk kebaikkan mereka juga. Seperti memberikan wejangan. yang belum yang sudah tadi Abah jelaskan, salah diceritakan oleh oleh kakek, ayah dan satu tugas Abah sebagai ketua adat itu paman Abah, Abah ceritakan dalam memberikan nasehat kepada warga acara ini. Banyak yang heran ketika mengenai pamali, (larangan atau Abah bercerita menurut mereka Abah cegahan) biasanya dalam acara Seren mendapat sumber dari mana apakah Taun misalnya Abah akan kembali dari manusia atau dari “Hakekat”, bisa memberikan wejangan itu, karena sampai sejauh itu sedangkan umurnya sebenarnya semua warga harus belum begitu tua si Abah, seharusnya memakai peraturan kolot baheula mereka yang lebih sepuh harus lebih (orang tua zaman dahulu), tidak sedikit tau. Semuanya diam”. memang yang melanggar dan ketika “Tahun 2007 atau 2008 yang mereka mendapat akibatnya, mereka lalu ketika Abah bercerita masyarakat kembali ke Abah untuk minta sare’at Urug banyak yang pangling sama bantuan”.87 Juga ditegaskan oleh Abah 88 Kayod “Abah juga sering memberikan Wawancara Pribadi dengan Abah Kayod (Ketua Adat Urug Tonggoh), Bogor, 19 April wejangan kepada warga secara lisan 2012. 89Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Eka 87Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua Komara (SEKDES Kiarapandak), Bogor, 21 Adat Urug Tengah), Bogor, 17 April 2012. April 2012. 112 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

Abah, ada yang mendengar suara Abah bantuan biaya dan lain sebagainya. berbeda dari biasanya, ada yang melihat Menurut Abah Ukat, lima acara tersebut wujud Abah beda. Sampai ada yang dilaksanakan tidak sebatas kegiatan melihat, Abah jadi mempunyai janggut saja, tapi mengandung hikmah yang sampai sepanjang pangkuan. Tidak ada harus dijalankan oleh Warga Urug yang kenal sama Abah, emak nangis karena ada pokok atau sebab-sebab wujud Abah hilang. Padahal Abah penting kenapa upacara tersebut harus merasa seperti biasa-biasa saja”. dilaksanakan.91 “Minimal selama dua hari dua malam Abah melayani tamu banyak Muludan sampai ribuan dengan profesi dan Upacara pertama memperingati statusnya masing-masing tanpa henti, kelahiran Nabi Muhammad SAW menghadap satu persatu biasanya habis tanggal 12 Mulud (Rabi’ul Awal) yang Subuh mulai, waktu Isa Abah baru biasa disebut Muludan. Dalam acara ini buang air kecil, tidak makan tidak Ketua Adat bersama warga khusus minum nah di situ Abah memberikan mengrim do’a untuk Nabi Muhammad nasehat sesuai dengan yang diperlukan karena Sudah berjasa membawa agama tamu Abah masing-masing. Abah tidak Islam. Biasanya dalam acara tersebut pernah mengada-ngada cerita. Kalau dihidangkan makanan-makanan khas acara yang Seren Taun itu kebanyakan daerah dan olahan lauk pauk yang akan hanya kaum tani sedangkan Seren dibagikan kepada warga setelah Pataunan nah itu dari mana-mana, dido’akan. bahkan luar Jawa pokonya dari mana- 90 Alasan diadakannya acara ini mana”. menurut Abah Ukat, Nabi Muhammad Jadi seperti sudah dijelaskan pada saat berusia 25 tahun dipanggil sebelumnya, sejauh ini hasil oleh Yang Maha Kuasa, akan diberi pengamatan penulis untuk sementara Kitab Rasul dan Tasauf kemudian harus usaha para Ketua Adat Di Kampung mengajarkan rukun Islam yang lima Urug dalam melestarikan adat istiadat perkara di Negara Mekah. Nabi itu terbatas pada pemberian nasehat Muhammad patuh, taat dan secara lisan baik pribadi, antara Ketua melaksanakan Kehendak Yang Maha adat dengan seorang warga yang Kuasa, maka selama mengajarkan sengaja datang atau dalam suatu rukun Islam di negara Mekah tersebut Upacara adat, disampaikan kembali dan seterusnya, Nabi Muhammad akan amanat dari leluhur mereka oleh Ketua selalu dikirim “bekal” oleh Yang Maha Adat itu kepada semua warga yang Kuasa, hakekatnya berupa do’a-do’a hadir, metodenya seperti ceramah. dari setiap umat Islam yang Di bawah ini adalah uraian dari melaksanakan acara Muludan tersebut, lima upacara adat yang dilaksanakan karena itulah Abah Ukat bersama warga dalam satu tahun dan dijadikan media Kampung Adat Urug melaksanakannya atau sarana oleh Ketua adat dalam sebagai wujud bakti kepada Nabi menyampaikan amanat dari leluhur Muhammad.92 mereka dalam rangka tetap menjaga kebertahanan adat istiadat. Dalam kegiatan seperti inilah diantaranya Ketua Adat bekerja sama dengan pemerintah Daerah untuk keberlangsungan acara tersebut seperti 91Wawancara Pribadi Dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. 90Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua 92Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 113

Seren Taun makam yang di Gedong Leutik, setelah Upacara kedua disebut Seren itu baru masyarakat pun menyebar Taun (Syukuran hasil panen), ziarah ke makam para kerabatnya. dilaksanakan sebagai ungkapan rasa Sepulang ziarah Abah selametan lagi syukur dari para petani di sini yang sebagai tanda telah ziarah ke makam dipimpin Ketua Adat. Ungkapan rasa para leluhur kami Sekitar jam 2 atau syukur, karena ada istilah mipit kudu jam 3, lama mengaturnya, amit ngala kudu mènta (memetik dan mempersiapkan hidangan dan mengambil harus minta izin kepada sebagainya karena banyak yang datang yang punya), rasa syukur ini ditujukan bukan warga Urug saja. Syukuran Abah kepada yang pertama kali telah mengirim do’a khusus ke ahli kubur memberikan bibit pokok dalam masalah keluarga abah umumnya kepada semua pangan kepada manusia, yaitu Yang petani tidak hanya di Bogor dan pulau Maha Kuasa, karen pada hakekatnya Jawa, untuk seluruh Indonesia dan bumi tempat tumbuh berbagai macam dunia umumnya. Karena itu sudah tanaman yang bermanfaat bagi manusia menjadi tugas Ketua Adat yang ada di adalah milik Yang Maha Kuasa, maka Kampung Urug.” ketika akan mengambilnya harus “Nah pada hari Rabu malam meminta izin kepada yang punya kamisnya, Abah Selametan lagi setelah Rincian kegiatan atau manual ba’da Isa ramai rumah adat penuh dari acaranya seperti yang dituturkan Abah mana-mana yang datang, selesai Ukat berikut “Kegiatan ini dilaksanakan selametan baru hiburan dimulai ada setelah semua warga selesai panen. beberpa panggung hiburan di sini tahun 2012 yang akan datang ini, acara seperti jaipong, golek dan sebagainya, Seren Taun sudah ditetapkan oleh abah kelompok hiburan itu kebanyakkan pada tanggal 6 Juni. Acara dimulai dari datang sendiri tanpa diundang tanggal 5 Juni, minimal jam 11 Abah mendaftarkan diri kepada Abah untuk manggung di sini. Pada hari kamis meyembelih kerbau. Setelah semua prosesi penyembelihan kerbau sampai paginya sekitar jam enam, semua warga dimasak selesai sekitar jam empat sore, masyarakat kumpul satu keluarga Abah mengadakan selametan93, ya minimal membawa satu ekor ayam harus itu untuk kerbau yang dipotong kemudian disembelih satu persatu oleh dan untuk yang memotongnya. ki Amil (sebutan untuk juru sembelih Dipanjatkan do’a agar pertanian dan dalam acara tersebut) tempat petaninya di sini selamat ada dalam penyembelihannya harus di sini di dekat rumah adat. Setelah selesai keberkahan begitu juga umumnya dengan negara kita semoga subur disembelih ayam dimasak oleh masing- makmur tidak terkena musibah, pada masing keluarga minimal ngabakakak akhirnya itu umum untuk semua warga (membawa ayam bakar) lalu dibawa dan bangsa.” kembali ke sini lengkap dengan nasi “Pada malam rabunya istirahat, satu bakul dan olahan lainnya sampai pada hari rabu, pagi sekitar jam dikumpulkan di sini di rumah adat tujuh atau jam delapan pagi Abah untuk acara selametan lagi pada hari bersama warga ziarah ke makam kamisnya ba’da Dhuhur dan acara leluhur Abah, untuk pertama Abah ke selesai. Yang diminta atau dipanjatkan do’a untuk keberkahan dan keselamatan dalam masalah pertanian kepada yang 93Acara selametan ini disebut juga ngariung (berkumpul), semua warga berkumpul di rumah Maha Kuasa, nah itu acara Syukuran adat untuk berdo’a bersama, tentu lengkap Seren Taun, lumayan biayanya bengkak dengan hidangan makanan yang sudah disiapkan. 114 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

walaupun dibantu sedikit oleh syukuran Sedekah Bumi ini dalam pemerintah.” rangka akan menanam padi, sekali lagi, mipit kudu amit, ngala kudu menta Sedekah Rowah (mengambil dan memetik harus 95 Upacara yang ketiga disebut meminta izin kepada yang punya) . Sedekah Rowah, dilaksanakan pada “Manusia kebanyakkan hanya ingin bulan Rowah (Sya’ban), tanggal 12. enaknya saja, ketika menanam padi Pagi hari masyarakat membawa ayam ingin subur, bagus padinya sedangkan minimal satu keluarga satu ekor, syukuran kepada yang memiliki Bumi disembelih di halaman rumah adat, tempat di mana padi itu ditanam tidak.” setelah selesai dimasak, dibawa lagi ke Begitu penuturan Abah Ukat. rumah adat, selamatannya dilaksanakan ba’da Dhuhur. Acara ini dan do’a yang Seren Pataunan dikirim sebagai wujud bakti kepada Upacara yang kelima dan Nabi Adam Alaihi Salam karena terakhir yang disebut dengan Seren menjadi induk semua umat manusia. Pataunan, di bawah ini penulis kutip Manusia awalnya di akherat, di dunia petikkan wawancara dengan Abah Ukat itu hanya diumbarakeun “Seren Pataunan dilaksanakan dalam (dikembarakan) akan kembali ke rangka menutup tahun 1432 Hijriah akherat yang dibawa hanya amal menyambut tahun 1433 Hijriah, semoga perbuatan baik ataupun buruk yang yang dilakukan pada tahun baru itu akan diterima oleh Nu Kagungan (Yang semuanya semoga diselamatkan dijaga Maha Memiliki). Nabi Adam sebagai dan diraksa (dihindarkan dari bahaya). induk seluruh umat manusia awalnya di Warga membawa nasi kuning dengan akherat dahulu, karena suatu hal ia laukpauknya (daging kerbau) setelah diturunkan ke bumi.94 dido;akan (selametan) baru dibagikan kembali. keramaiannya lebih dari Seren Taun, minimal ba’da magrib, sudah Sedekah Bumi ramai, karena bukan abah yang Upacara yang ke empat mengundang tapi masyarakat yang dinamakan Sedekah Bumi, lewat datang sendiri”. beberapa bulan setelah selesai bulan Seperti dalam Seren Taun, pada Rowah (Sya’ban), Puasa (Ramadhan), upacara Seren Pataunan banyak Syawal. Acara ini diadakan sebelum kelompok hiburan seperti Jaipongan, menanam padi. Semua warga makan wayang Golek bahkan OrgenTunggal bersama di halaman rumah adat, tapi ingin “manggung” di Kampung Adat tidak hanya sebatas foya-foya saja, Urug, datang sendiri tanpa dibayar. tapi yang dipanjatkan do’anya sebelum itu tergantung Abah Ukat, tidak semua makan bersama tersebut, agar semua kelompok hiburan itu bisa diterima warga ketika selama menanam padi karena halaman rumah adat sudah mulus rahayu berkah salamet (selamat dirapihkan dengan semen dan batu jadi dan ancar tanpa kendala). Maknanya, tidak diboleh dibongkar untuk Kita Manusia duduk-berdiri dan hidup mendirikan panggung hiburan. di Bumi, semua yang kita makan Masyarakat yang datang dari mana- berasal dari Bumi, manusia harus mana itu tidak sebatas hanya ingin bersyukur kepada Yang memiliki silaturahmi, ikut syukuran mendapatkan kekuasaan terhadap Bumi. Acara berkat makanan atau menyaksikan

94Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua 95Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2012. Asep Dewantara : Peran Elit … 115

hiburan, tapi punya tujuan masing- Urug dengan peran elit masing yang dilisankan biasanya ingin masyarakatnya. Temuan diselamatkan di tahun baru ini. Pada data-data lapangan kesempatan itu Abah Ukat mewejang.96 mendukung kesimpulan “Abah di sini biasanya meminta waktu tersebut, dengan demikian 15 menit untuk membuka kembali fakta lapangan melemahkan sejarah dan memberikan wejangan- teori Ajip Rosidi. wejangan kepada warga umumnya”. 2. Kepatuhan dan ketaatan Demikianlah, seperti sudah warga terhadap tradisi dan dijelaskan sebelumnya, melalui lima adat istiadat setempat upacara adat di ataslah, nilai-nilai adat sebagai pedoman yang sudah turun temurun itu bermasyarakat sangat terkait dilestarikan dengan cara dilisankan oleh dengan kewibawaan elit Ketua Adat kepada warga umumnya masyarakatnya yang terlihat (ceramah). Selain itu, ketua Adat dalam perilaku kehidupan Kampung Urug juga menjalin sehari-hari. kerjasama dengan Pemerintah terutama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata baik Kota Bogor maupun Rekomendasi Provinsi Jawa Barat, hingga pada tahun Penelitian ini melihat ada 2010 kampung Adat Urug ditetapkan beberapa hal yang barangkali bagus sebagai Cagar Budaya dan setiap tahun untuk diteruskan atau menjadi studi dianggarkan dana untuk kelangsungan lanjutan, antara lain: upacara adat tersebut. Hal ini dilakukan 1. Perlu dikaji lebih dalam Oleh Abah Ukat sesuai dengan amanat mengenai upaya elit dari ayahnya, “hirup kudu subur ku masyarakat pada wilayah dulur beunghar ku baraya (hidup harus lain terutama kreatifitas subur dan kaya oleh Saudara). Ada dua mereka yang memang saudara kita, yaitu Ki Ustad (Ulama) dibutuhkan untuk menjaga dan Pemerintah, dekatilah mereka”. kebartahanan adat istiadat.

2. Perkembangan zaman C. Penutup adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari Uraian-uraian di muka telah sehingga membawa menjelaskan tentang kebertahanan adat perubahan pada nilai-nilai istiadat atau bisa juga disebut kearifan adat yang bersifat lokal di Kampung Adat Urug, Desa instrumental akan tetapi Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya tidak pada nilai-nilai yang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ada fundamental. Dalam konteks beberpa temuan yang menarik di inilah diperlukan wawasan lapangan terkait dengan aktifitas elit kreatifitas elit masyarakat.97 masyarakatnya. 3. Peran aktif Pemerintah Beberapa Kesimpulan itu Provinsi Jawa Barat adalah: khususnya, sangat penting 1. Studi ini memperlihatkan dan diperlukan dalam korelasi positif antara adat pelestarian budaya daerah, istiadat di Kampung Adat

97Deliar Noer, Bunga Rampai Dari Negeri 96Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua Kanguru: Kumpulan Karangan (Jakarta: Panji Adat Urug Lebak), Bogor, 28 April 2008. Masyarakat, 1981), h. 244-245. 116 Al-Turāṡ Vol. XIX No. 1, Januari 2013

terutama melalui Dinas Kartodirjo, Sartono, ed. Elite Dalam kebudayaan dan Pariwisata. Perspektif Sejarah. Harus ada anggaran khusus Jakarta: LP3ES, 1981. yang memadai secara periodik untuk membantu Koentjaraningrat. Kebudayaan keberlangsungan tradisi di Mentalitas dan Pembangunan. daerah, mislanya bantuan Jakarta: PT dana untuk acara adat. Gramedia Pustaka Utama, 1974.

Kepustakaan ______. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Adimihardja, Kusnaka. Kasepuhan Jakarta: Djambatan, yang Tumbuh di Atas yang 1971. Luruh: Penelolaan Lingkungan Secara Tradisional di Kawasan ______. ed. Metode-Metode Gunung Halimun Jawa Barat. Penelitian Masyarakat. Jakarta: Bandung: Tarsito, 1992. Gramedia, 1979.

Chambert Loir, Henri. “kolofon Noer, Deliar. Bunga Rampai Dari Melayu.” Indonesia and the Negeri Kanguru: Kumpulan Malay World, vol.34, no. 100, Karangan. Jakarta: Panji (November 2006): hal. 1-3. Masyarakat, 1981.

Danasasmita, Saleh. dkk. Sewaka Panitia Kamus Lembaga Basa dan Darma, Sanghyang Sastra Sunda. Kamus Umum Siksakandang Karesian, Basa Sunda. Amanat Galunggung: Bandung: Tarate Bandung, Transkripsi dan Terjemahan. 1975. Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Rosidi, Ajip. dkk. Ensiklopedi Sunda: Sunda (Sundanologi), 1987. Manusia dan Budaya termasuk Cirebon dan Betawi. Jakarta: Dudung, Abdurahman. Metodologi Pustaka Jaya, 2000. Penelitian Sejarah. Jakarta: Ar- Ruzz Media, 2007. ______. Manusia Sunda,. Jakarta: Inti Idayu Press, 1984. Ekadjati, Edi Suhardi, ed. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. ______. Mencari Sosok Manusia Jakarta: P.T Girimukti Pasaka, Sunda: Sekumpulan 1984. Gagasan dan Pikiran. Jakarta: Pustaka ______¬____. Jaya, 2010. Kebudayaan Sunda Jilid 1. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995. Sanafiah, Faisal, ed. Metodologi Hariyono. Mempelajari Sejarah Secara Penelitian Kualitatif, Efektif. Yogyakarta: Pustaka Surabaya: Usaha Nasional, Jaya, 1995. 1987.

Asep Dewantara : Peran Elit … 117

Sulyana WH, H. dkk., Siliwangi Adalah Wawancara Pribadi dengan Bapa Ade Rakyat Jawa Barat, Rakyat Eka Komara (Sekretsris Desa Jawa Barat Adalah Kiarapandak). Bogor, 21 dan Siliwangi. Bandung: Badan 22April2012. Pembina Citra (BPC) Siliwangi, 2006.

Supardan Nalan, Arthur. Sanghyang Raja Uyeg: dari Sakral ke Profan.Bandung: Humaniora Utama Press, 2000..

Warnaen, Suwarsih. dkk. Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin Dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda: Konsistensi dan Dinamika. Bandung: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda Departemen Pendidikan dan Kebudayaa, 1987.

WAWANCARA Wawancara Pribadi dengan Abah Ukat (Ketua adat Kampung Urug Lebak). Bogor, 15, 22 dan 28 April 2012.

Wawancara Pribadi dengan Abah Amat (Ketua adat Kampung Urug Tengah). Bogor, 16, 17, 19 dan 25 April 2012.

Wawancara Pribadi dengan Abah Kayod (ketua adat Kampung Urug Tonggoh). Bogor, 16 dan 19 April 2012.

Wawancara Pribadi dengan Mang Misnan (Warga dan kerabat Ketua Adat Kampung Urug). Bogor, 18 April 2012.

Wawancara Pribadi dengan Mang Ujang (Warga dan kerabat Ketua Adat Kampung Urug). Bogor, 16 April 2012.