TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN KERLING (Tor Tambroides) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBAK MEUREUBO KECAMATAN PANTE CEUREUMEN: PENDEKATAN HISTOLOGI
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN KERLING (Tor tambroides) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBAK MEUREUBO KECAMATAN PANTE CEUREUMEN: PENDEKATAN HISTOLOGI SKRIPSI AGUSRIANA 10C10432041 PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014 TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN KERLING (Tor tambroides) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI JAMBAK MEUREUBO KECAMATAN PANTE CEUREUMEN: PENDEKATAN HISTOLOGI HASIL PENELITIAN AGUSRIANA 10C10432041 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Budidaya perikanan adalah salah satu sektor dalam bidang perikanan selain penangkapan dan pengolahan. Budidaya perikanan merupakan suatu kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) perairan di dalam suatu lingkungan terkontrol (Effendi, 2004). Di Indonesia tidak sedikit hewan air tawar, payau dan laut yang dikenal sebagai komoditas ekonomis penting. Usaha budidaya perikanan sebenarnya sudah dikenal sejak lama sejalan dengan kegiatan penangkapan dan pengumpulan dialam. Hanya saja usaha budidaya perikanan saat itu masih sangat sederhana, namun saat ini dengan kemajuan teknologi sudah mulai dilakukan pengembangan berbagai sistem budidaya yang kesemuanya itu untuk menunjang keberhasilan budidaya (Khordi, 2003). Ikan Kerling merupakan salah satu ikan liar yang hidup di sungai jambak meureubo yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir ikan ini menjadi perhatian para peneliti dan dimasa mendatang diharapkan menjadi salah satu komoditi yang berkontribusi untuk meningkatkan produksi akuakultur. Permintaan daging ikan Kerling terus meningkat, walaupun harganya sangat mahal. Sebaliknya aspek budidayanya belum berhasil dan bahkan belum banyak diteliti. Oleh karena itu tingkat eksploitasinya di alam terus meningkat yang berakibat pada semakin kritisnya populasi di habitat aslinya. Kottelat (1993) 2 dan Rupawan (1999) menyatakan bahwa ikan dari marga Tor termasuk jenis yang terancam punah akibat penangkapan yang berlebihan dan kerusakan habitat berupa penggundulan hutan. Gonad adalah organ reproduksi yang terdapat dalam tubuh individu ikan, pada ikan gonad berada disamping kiri dan kanan gelembung renang, dibawah vertebrae dan diatas saluran pencernaan. Jumlahnya sepasang dan menggantung pada selaput mesorchia dan mesovaria yaitu tergantung pada bentuk tubuh dan rongga tubuh individu ikan itu sendiri. Pada spesies ikan dari ordo Siluriformes memiliki bentuk testes yang berbeda dengan bentuk testes pada ikan dari ordo Cypriniformes. Peninjauan terhadap perkembangan gonad pada ikan dilakukan dari berbagai aspek termasuk proses- proses yang terjadi didalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Perkembangan gonad didalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan yang dimakan juga kondisi lingkungan seperti suhu, yaitu pada saat gonad sedang dalam proses perkembangannya, sehingga mempelajari tahapan-tahapan perubahan perkembangan gonad dari suatu spesies ikan sangat penting dalam mendalami aspek biologi ikan. Dengan diketahuinya rekaman data tentang pentahapan testes dan ovary pada individu ikan maka kita dapat membandingkan antara individu ikan yang belum dewasa dengan yang sudah dewasa, antara individu yang sudah matang gonad dengan yang belum matang gonad, antara individu yang belum bereproduksi dengan yang sudah pernah bereproduksi, selain itu dapat diketahui pada ukuran berapa individu dari spesies ikan itu pertama kali megalami matang gonad dan mijah, untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad tersebut 3 secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu indeks yang dinamakan indeks kematangan gonad, yaitu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonadnya. Pengamatan tentang tahap- tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan secara: Morfologi Histology Cara histologi dilakukan di Laboratorium. Sedangkan cara morfologi dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad menjadi lebih jelas dan mendetail, Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi (Effendi, 2002). 1.2 Rumusan Masalah Kajian - kajian dasar tentang ikan apalagi ikan lokal yang berpotensi dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi yang kelestariannya mulai terancam sangat diperlukan, ditambah lagi Indonesia mempunyai spesies air tawar yang cukup tinggi namun belum begitu banyak yang diekspos. Dalam kaitannya dengan pengembangbiakan ikan (budidaya ataupun ikan liar) kendala yang sering muncul dalam prakteknya adalah terhambatnya perkembangan gonad. Kemudian dalam menghadapi tuntutan akuakultur kedepannya, dimana produksi tidak lagi bergantung pada alam, maka kajian reproduksi mutlak diperlukan. Zairin (2003) menyebutkan bahwa kegiatan budidaya ikan tidak terlepas dari suplai benih baik dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas, untuk 4 mencapai hal tersebut kontrol terhadap siklus reproduksi ikan dalam sistem budidaya sangat diperlukan. Disisi lain, tingginya tingkat pemanfaatan ikan dari perairan umum dikhawatirkan akan menyebabkan kepunahan populasi sedangkan kestabilan populasi sangat ditentukan oleh siklus reproduksi untuk melestarikan keturunannya. Mengingat tingginya permintaan dan makin kritisnya populasi di alam serta belum ada kegiatan budidaya ikan Kerling, maka dilakukan penelitian yang mengarah pada upaya pemanfaatan secara berkelanjutan melalui proses domestikasi. Untuk mencapai keberhasilan proses domestikasi diperlukan data dasar di antaranya aspek biologi. Pengelolaan terhadap ikan Kerling (Tor tambroides) dapat dilihat dari beberapa aspek seperti pertumbuhan, reproduksi, genetik, makanan, pola migrasi, dan lain-lain. Namun, penelitian ini difokuskan untuk menelaah Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kerling dengan pendekatan histologi. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat kematangan gonad ikan Kerling jantan yaitu dengan melihat anatomi gonadnya. 1.4 Manfaat Penelitian Penulis mengetahui Tingkat Kematangan Gonad Pada Ikan Kerling Secara Histologis dan juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pendekatan dalam usaha budidaya ikan ini serta sebagai dasar strategi konservasi sumberdaya perairan. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Kerling (Tor tambroides) Ikan Kerling merupakan salah satu ikan air tawar yang ada di Aceh Barat khususnya di Daerah Aliran Sungai Jambak Meureubo Kecamatan Pante Ceureumen, Ikan Kerling memiliki daging yang tebal, rasanya enak, manis dan kaya minyak ikan, serta harganya sangat mahal. Ukuran tubuh ikan kerling sangat eksotik karena dapat mencapai di atas 30 kg dengan panjang tubuh lebih dari 1 m (Smith, 1945). Gambar 1. Ikan Kerling Menurut (Rainboth, 1996) klasifikasi Ikan Kerling adalah sebagai berikut: Kingdom: Animalia, Phylum: Chordata, Class: Teleostomi, Superordo: Ostariophysi, Ordo: Cypriniformes, Subordo: Cyprinoidei, Family: Cyprinidae, Subfamily: Cyprininae, Genus: Tor, Spesies : Tor tambroides. 2.2 Habitat Ikan Kerling (Tor tambroides) Habitat Ikan Kerling (Tor tambroides) dapat dideskripsikan sebagai berikut: dasar perairan umumnya berupa batuan, substrat kerikil dan pasir, warna air jernih, arus air lambat sampai deras, dan lingkungan sungai sebagian besar 6 berupa hutan primer. Kondisi perairan seperti diatas merupakan karakteristik dari hulu sungai. 2.3 Aspek Reproduksi 2.3.1 Tingkat Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad adalah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara histologis dan morfologi. Anatomi perkembangan gonad dapat terlihat lebih jelas dan akurat dengan menggunakan pengamatan secara histologis sedangkan dengan cara morfologi tidak terlihat lebih jelas. Namun cara morfologi banyak dan mudah dilakukan dengan dasar mengamati morfologi gonad antara lain ukuran panjang gonad, bentuk gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad (Effendie, 1997). Ukuran panjang ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya terutama ketersediaan makanan, oleh karena itu ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1997). Perkembangan gonad dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan hormon (Tang 2000). Adanya kecenderungan semakin tinggi TKG maka kisaran panjang dan berat tubuh semakin tinggi. Selain itu dijumpai pula ikan dengan ukuran kisaran panjang dan berat yang sama tidak mempunyai TKG yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup, ada tidaknya ketersediaan makanan, suhu, salinitas dan kecepatan pertumbuhan ikan itu sendiri (Syandri H 1996 dalam Yusnita & Arnentis 2002). 7 Menurut Effendie (2002) penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk, panjang dan warna, serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Dalam proses reproduksi, awalnya ukuran gonad kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan memijah, kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak melakukan