BUNGA RAMPAI PEMBANGUNAN Problema

Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D

BUNGA RAMPAI

Problema PEMBANGUNAN

Editor : Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D

2016

USU Press Art Design, Publishing & Printing Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU Jl. Universitas No. 9 Medan 20155,

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737 usupress.usu.ac.id

© USU Press 2016

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN 979 458 882 2

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Bunga Rampai Problema Pembangunan / editor: Asima Yanty Siahaan – Medan: USU Press, 2016. v, 141 p.; 24 cm Bibliografi

ISBN : 979-458-882-2 Desain Sampul: Annisya Pratiwi Saragih

1. Problema Pembangunan I. Judul .

Dicetak di Medan, Indonesia

KATA PENGANTAR

Seperti halnya pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk menjadi lebih baik, buku ini juga merupakan bagian dari proses pendidikan yang ditujukan bukan hanya untuk memenuhi kewajiban dalam mata kuliah Problema Pembangunan tetapi sekaligus untuk mengasah sensitivitas, kekritisan dan kemandirian mahasiswa dalam memahami dan menganalisis berbagai aspek pembangunan dan akar permasalahan pembangunan yang sedang berlangsung khususnya di Sumatera Utara. Mahasiswa diminta untuk berkolaborasi dalam kelompok untuk mengidentifikasi problema-problema pembangunan yang menarik minat mereka dan juga penting untuk dieksplorasi. Pembangunan tidak dapat hanya sekedar dibicarakan dalam ruang kelas. Melalui pengalaman di lapangan dan interaksi langsung dengan subyek atau pelaku pembangunan, mahasiswa dapat secara lebih mendalam menangkap realita kontekstual dari berbagai fenomena sosial, politik, dan ekonomi serta interaksinya dalam mengkonstruksi, merekonstruksi ataupun mendekonstruksi pembangunan. Diskusi dalam pembahasan proses dan hasil studi lapangan telah mendorong mahasiswa untuk berani mengungkapkan pendapat dan melontarkan pertanyaan sebagai refleksi dari kemerdekaan mereka dalam beropini dan toleransi dalam menerima berbagai perbedaan pandangan. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Problema Pembangunan saya merasa bangga dan berterimakasih untuk komitmen dan kolaboras imahasiswa dalam menyelesaikan penulisan artikel-artikel dalam buku ini. Semoga ini menjadi titik awal pengembangan kecintaan mahasiswa sebagai calon intelektual dan generasi penerus bangsa dalam mencari, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan untuk peningkatan kualitas pembangunan manusia yang berkeadilan, berkesetaraan dan berkelanjutan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dr.Tunggul Sihombing atas sumbangan tulisannya yang mempertajam argumentasi pentingnya peran pemerintah dan badan publik dalam menggerakkan dan merevitalisasi pembangunan.

Medan, Juni 2016

Asima Yanty Siahaan, M.A., Ph.D

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...... iii Daftar Isi ...... iv

PENDAHULUAN: Problema Pembangunan ...... 1 Asima Yanty Siahaan

BAB I : Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan : Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Anwar Fuad A. Lubis, Riski Rahmawati, Laila Rahmi, Sofia Ranti Hasibuan, WidyaUlfa, Elsa Yulisari Harahap, UlfaKhairiah, Wydia Putri, Rahmat Fajri, Ave Afrian, M. Reza Sembiring, Febri Gunawan .... 10

BAB II : Kedaulatan Pangan Sumatera Utara : Studi Kasus Desa Baru Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara Desi Trinita, Herlinda Ewiseba, Tari Fachreza, Devina Yolanda, Ribka Oktaviani ...... 25

BAB III : Hak Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam Pembangunan Hak Asasi Manusia : Studi Kasus Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara M. Iqbal, Putri Nur Hasanah, Widya Wahid, Anggi Utama, M. Rifki...... 35

BAB IV : Kemiskinan dan Pembangunan: Marjinalisasi Anak Jalanan di Kota Medan Putri Sani Tanjung, Guntur Joyo Kusworo, Lia Sabrina, Istiqomah Nurul Lestari, Andika Aziz Lubis ...... 50

BAB V : Implementasi Kartu Indonesia Pintar : Studi Kasus di Daerah Starban Kecamatan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara Rina Susanti Sianipar, Yasimta S Pasaribu, Diana Batubara, Eria Erika, Darmawanti, Cici, Icha Nabila, Devi Jesica, Erlin, Indra Mahadi, Anwar Syahban, Yus Amri, Yuyun Dwi Paramitha...... 60

BAB VI : Daerah Tertinggal Sebagai Gerbang dan Fokus Utama Pemerataan Pembangunan : Studi Kasus Kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang Indra Simamora, Suriani, Siti Sarah Hasibuan, M. Susatyo Ghafur, Khairul Amar, Fitri Dewi Nazari, Annisya Pratiwi Saragih ...... 68 iv

BAB VII : Kesenjangan Desa Kota : Studi Kasus Desa Buluh Awar dengan Kota Kecamatan Pancur Batu Evelin Simanjuntak, Samotan Rajaguguk, Rio Christian Silaen, Sri Wahyu Hutami Nst, Rico Bastanta Tarigan, Swindari, Santa Monica Situmorang, Ema Kartika Sinulingga, Rahmat Aulia, Daniel Gurusinga, Mathius Simorangkir ...... 78

BAB VIII : Pembangunan dan Penggusuran : Studi Kasus Pembebasan Lahan oleh PT. KAI Mandala By Pass Medan Wilona Bareta Zalukhu, Kristina Anggelina, Naomi Elisabeth, Vivi Adilla Ramadhani, Taufik Bewaomasi Laowo, Yenny Jelita...... 89

BAB IX : Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi Septriany P, Deyendi Molore Manalu, Budi Brendan Simamora, Iga Belinda Larasati, Gita Engeline, Ayu Wahyuni Rangkuti, Mella Fitria, Madina Yuli A. Pulungan, Peselia Yenita Sagala ...... 97

BAB X : Pembangunan Danau Toba Menjadi Monaco of Asia Maria D L Ndraha, Putri Royan Sari, Junita Syahputri, Mariati Sibuea, Elysa Apriliyani, Glori Simbolon, Deminar Doloksaribu, Novita Sari, Yuli Santri Isma, Annysa Pratiwi ...... 104

BAB XI : Peran The Body Shop dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Penerapan Prinsip Green Marketing Hani Syahida Harahap, Rana Kamila, Dinda Oktavia Harahap, Dinda Fadhila, Amira Fatin, Reynaldi Fadhil, M. Imanuddin Kandias, Abdul Aziz Siregar, Akbar Halim ...... 117

BAB XII : Penerapan Kantong Plastik Berbayar : Perspektif Pembangunan Berkelanjutan (Studi pada Transmart dan Alfamart di Medan Sumatera Utara) Muhammad Fairuz A, Zarrisva Saputri Yanti, Susanna Maria, Elysa Minarni Pakpahan, Dessy, Aula Pambudi, Dedek Apriyanti, Rahmad Aulia, Dwi Patricia ...... 127

BAB XIII : Mengupayakan Penyelamatan Public Goods Dr. Tunggul Sihombing, MA ...... 136

v

PENDAHULUAN : Problema Pembangunan

Kompleksitas pembangunan mengakibatkan munculnya berbagai pendefenisian mengenai arti, tujuan dan strategi pembangunan. Secara umum pendefenisian ini terdiri dari pengertian pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi atau pembangunan sebagai peningkatan kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup manusia dan alam. Pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi telah lama menjadi arusutama dalam diskursus pembangunan. Dalam perspektif ini pembangunan disamakan dengan modernisasi (Westernisasi) yaitu: pertumbuhan ekonomi, runtuhnya ikatan-ikatan tradisional dalam masyarakat, industrialisasi dan terbukanya pasar-pasar lokal (globalisasi). Teori Modernisasi dan teori Ketergantungan yang bersumber pada pemikiran Barat dan Amerika Latin ini memfokuskan pada pertumbuhan melalui perubahan struktural makroekonomi. Hegemoni ideology pembangunan yang mendefenisikan pembangunan semata sebagai pertumbuhan ekonomi ini telah mengaburkan hakekat dan tujuan pembangunan dan menimbulkan berbagai hambatan dan tantangan dalam mewujudkan pembangunan dengan wajah humanis yang berkadilan dan berkesetaraan. Dalam ideology pembangunan ini ketiadaan faktor-faktor ekonomi dan material dipandang sebagai problema utama dalam pembangunan sehingga kebijakan dan strategi dalam mengatasi problema dalam pembangunan difokuskan pada pendekatan-pendekatan berbasis ekonomi. Tidak dapat dipungkiri strategi pembangunan yang dipimpin oleh pasar bebas, liberalisasi dan privatisasi telah mempercepat pertumbuhan ekonomi global. Namun dipihak lain kemiskinan, kesenjangan dan kerusakan lingkungan juga mengiringi pertumbuhan ekonomi. World Development Report (2010) yang menekankan pada indikator kualitas hidup manusia secara gamblang mengungkapkan bahwa ¼ penduduk negara sedang berkembang hidup kurang dari US$1/hari, 1 milyar orang tidak mendapatkan air minum yang bersih, 1,6 milyar tidak mempunyai listrik, 3 milyar tidak memiliki sanitasi yang memadai dan ¼ penduduk negara sedang berkembang kekurangan gizi. Pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan krisis global yang mengancam pembangunan di Asia Pacific. Integrasi dalam perekonomian global mengakibatkan resesi Negara maju sangat mempengaruhi perekonomian Asia Pasifik. Krisis finansial di Negara-negara maju juga mengancam Negara-negara sedang berkembang yang tergantung pada ekspor ke Negara-negara maju. Hal ini mengakibatkan 24 juta orang

1

kehilangan pekerjaan yang terbanyak perempuan dan pemuda, kerawanan/ketidapastian harga minyak dan pangan. Kenaikan harga sampai 150% dalam 4 bulan seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang kekurangan gizi dari 542 juta orang (2003 – 2005) ke 583 juta orang (2007). Disamping itu terjadi bencana akibat perubahan iklim seperti Indian Ocean (tsunami), Cyclone Nargis di Myanmar (UNESCAP 2009). Kegagalan dari pembangunan „ekonomisme‟ dapat dilihat dari kesenjangan baik pada tingkat lokal dan global yang semakin melebar. Amerika Utara, Uni Eropa dan Jepang dengan total penduduk kurang dari 1 milyar menguasai ¾ kekayaan dunia. Sementara 1 milyar orang di Afrika dan Asia Tengah bertahan hidup dengan kurang dari 2% kekayaan dunia. Selain itu 2/3 orang termiskin di Negara sedang berkembang tinggal di pedesaan (World Bank. 2009). Pemuda merupakan kelompok yang termarginalkan dalam proses pembangunan dimana 89% (9 dari 10 orang) pemuda usia 10-24 tahun tinggal di negara terbelakang. Lebih dari 2 juta orang pemuda (10-19 tahun) mengidap HIV/AIDS (UNAIDS 2014). Pemuda merupakan 40% dari 197 juta pengangguran (2012) dan 60% pemuda di negara sedang berkembang tidak bekerja, sekolah atau terlibat pada pekerjaan tidak menetap. Jumlah pengangguran pemuda tertingi di Timur Tengah (28%), Afrika Utara (24%), Asia Timur (10%), Asia Selatan (9%) (United Nations, 2014). Kesenjangan global juga terjadi dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi. Sementara lebih dari 90% di Norway dan negara2 kaya lainnya mempunyai akses ke internet, hanya sekitar 10% dari masyarakat di Negara-negara Afrika yang dapat mengakses internet (International Telecommunications Union. 2013). Kesenjangan juga terlihat diantara pengguna internet di Asia yaitu sebesar 45,7% dari jumlah penduduk; Afrika 9.8%; Oceania: 0.9% (World Internet Users & Population Statistics. 2014). Ideologi pembangunan ini telah mengaburkan kompleksitas pembangunan yang berakar pada keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia dan keselarasan dengan alam. Penaklukan alam oleh manusia dan intervensi manusia dalam pengelolaaan dan pemanfaatan alam/lingkungan telah mengakibatkan berbagai transformasi fisik lingkungan dan menimbulkan berbagai bencana. Perubahan iklim cenderung membawa dampak negatif selama 30 tahun terakhir ini dan meningkatkan tekanan utk pemenuhan kebutuhan akan pangan yang menuntut produksi pertanian harus bertambah sebesar 70% (FAO 2011, UNDESA 2011). Proses pembangunan yang mengasumsikan dan mengeksploitasi lingkungan sebagai „barang atau sumberdaya gratis‟ yang tidak akan habis mengakibatkan kualitas sumber daya alam yang terus menurun dan tidak

2

berkelanjutan. Sumber daya alam sangat penting bagi ekonomi dan khususnya kaum miskin dan yang tinggal di pedesaan. Hutan, peternakan, perikanan dan perkebunan merupakan 1/6 dari GDP dan setengah dari penyerapan tenaga kerja (FAO. 2007). Di Indonesia, hasil sumber daya alam menyumbang ¼ dari anggaran pemerintah pusat (FAO 2011) . Namun sangat disayangkan bahwa Indonesia termasuk dalam Negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia dan menjadikan Indonesia sebagai sumber penghasil gas emisi terbesar ketiga di dunia setelah USA dan Cina. Degradasi dan hilangnya hutan di Indonesia selama 1990an melampaui 1.5 juta hektar per tahun atau sebesar Jawa selama 10 tahun. Proses pembangunan yang tidak mempertimbangkan kerugian dan akibat dari eksploitasi alam telah memiskinkan banyak penduduk dunia sehubungan dengan berkurangnya akses ke air bersih, makanan dan kesehatan. Pengrusakan alam telah semakin memarjinalkan perempuan sebagai akibat dari peran-peran tradisional perempuan yang sangat berkaitan erat dengan alam. Berbagai uraian mengenai problema yang timbul dari pembangunan diatas membuktikan bahwa pembangunan tidak dapat hanya dipahami sebagai pertumbuhan ekonomi atau perubahan yang selalu melahirkan kebaikan bagi umat manusia. Pembangunan merupakan proses yang normatif dan sekaligus instrumental. Proses pembangunan dapat melahirkan pemenang dan sekaligus orang-orang dan alam yang tertindas dan tereksploitasi sekaligus melahirkan dan menghancurkan nilai-nilai dan cara hidup yang lama. Pembangunan sebagai konsep yang ambigu yang didalamnya terjadi pergolakan dan perbenturan memberikan pemahaman yang lebih realistis terhadap hakekat pembangunan. Pembangunan mencakup berbagai perubahan yang terjadi baik pada tingkat perubahan sosial dan perubahan individu yang berkesinambungan dimana kemajuan dan perbaikan dibangun diatas proses pembangunan sebelumnya (Thomas 2000:24). Teori Pembangunan Alternatif memandang pembangunan sebagai perbaikan hakekat manusia. Pembangunan merupakan proses perubahan kearah „yang lebih baik‟, visi „masyarakat yang baik‟ dipengaruhi oleh tindakan politik dan kemauan manusia. Pendekatan normatif dalam pembangunan ini menekankan pada tujuan dan arti pembangunan. Pieterse (2010) menekankan bahwa pembangunan harus partisipatif dan berpusat pada manusia. Dalam proses pembangunan harus terdapat konsensus yang meluas bahwa pembangunan akan lebih berhasil ketika masyarakat berpartisipasi. Pembangunan manusia merupakan tujuan dan ukuran pembangunan yang paling tepat. Dalam konsep Pembangunan Diri Manusia Pembangunan (People‟s Self Development), Anisur Rahman (1993) memandang pembangunan sebagai kekuatan kreatif yang dimana manusia merupakan kekuatan kreatif

3

pembangunan sebagai alat dan tujuan bukan penerima pasif pembangunan. Pembangunan yang berpusat pada manusia (People Centred Development) mendefenisikan pembangunan sebagai suatu proses dimana anggota masyarakat meningkatkan kapasitas personal dan kelembagaan untuk memobilisasi dan mengelola sumber-sumber untuk mewujudkan distribusi peningkatan kualitas kehidupan manusia yang berkelanjutan dan adil selaras dengan aspirasi masyarakat sendiri. Perubahan-perubahan yang timbul dalam proses pembangunan akan mewujudkan transformasi menuju keadilan, keikutsertaan dan keberlanjutan. Dengan demikian, pembangunan harus dimulai dari manusia dan kebutuhannya, bukan dimulai dari produksi. Pembangunan yang berpusat pada manusia juga tercermin dalam visi pemerintahan Jokowi yaitu „Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkerpibadian Berlandaskan Gotongroyong‟. Keutamaan manusia juga terlihat dalam perumusan lima masalah besar yang harus dibenahi dalam penerapan Nawacita yaitu: merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi perekonomian nasional, merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa, kebebasan berpendapat yang kebablasan dan masalah etos kerja dan budaya yang semakin menurun. Amartya Sen (1999) menekankan pembangunan sebagai Kemerdekaan yaitu sebagai suatu proses perluasan kemerdekaan (kemerdekaan politik, kesempatan sosial, dan fasilitas ekonomi) yang dinikmati oleh masyarakat. Dalam pendekatan Kapabilitas ini (Capability Approach), pembangunan didefinisikan sebagai perluasan pilihan dan peningkatan kapasitas manusia. Pembangunan ditujukan untuk peningkatan kapabilitas dasar manusia dan kemerdekaan. Pertumbuhan ekonomi penting sebagai alat bukan tujuan. Penghapusan „ketidakmerdekaan‟: kemiskinan, tirani, kesempatan ekonomi yang terbatas, pengucilan sosial secara sistematis, pengabaian pelayanan dan fasilitas publik dan Negara penindas yang tidak toleran merupakan strategi utama dalam pendekatan pembangunan ini. Dengan demikian pemampuan dan pemberdayaan dapat dicapai melalui redistribusi kekuasaan dan transformasi lembaga. Pembangunan merupakan pengejawantahan dari Hak Azasi Manusia (HAM) yang multidimensional dimana berbagai HAM saling berkaitan dan saling tergantung. Manusia sebagai pusat pembangunan, sebagai agen pembangunan yang mempunyai hak untuk berpartisipasi. Universalitas dan keutuhan hak merupakan prinsip utama dalam pembangunan dan pemberdayaan, transparansi dan akuntabilitas sebagai prinsip operasional. Dengan demikian strategi utama dalam pembangunan adalah penghapusan ketidaksetaraan dan diskriminasi. Pemberdayaan masyarakat dan strategi pengentasan kemiskinan harus berfokus pada saling hubungan diantara berbagai hak (social ekonomi, budaya politik, hak-hak sipil) serta bagaimana tatakelola kepemrintahan dan kelembagaan mempengaruhi penerapan HAM khususnya kaum marjinal dan miskin.

4

Dengan demikian pembangunan harus didasarkan pada prinsip keadilan, keberlanjutan dan keikutsertaan dan kesetaraan. Dalam memamahami kompleksitas pembangunan sangat penting untuk mempertanyakan keberlanjutan pembangunan, siapa yang diuntungkan, tujuan dan strategi pembangunan serta keterlibatan dan kepemilikan masyarakat atas proses pembangunan. Pembangunan bukan hanya persolan teknokratis dan politis, tetapi juga harus didasarkan pada spiritualitas yang mengarahkan dan mewujudkan pembanguan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Pembangunan bukan hanya persoalan teknis dan etika tetapi juga spiritualitas yang didalamnya termasuk HAM, hak seluruh ciptaan untuk mengelola, memanfaatkan, menjaga seluruh sumberdaya. Dengan demikian eksplorasi terhadap pembangunan dan problemanya harus mempertanyakan: Apakah pertumbuhan akan secara otomatis menguntungkan orang-orang miskin? Atau apakah kita perlu lebih berfokus pada pemerataan? Bagaimana dengan kesetaraan gender? Apakah pembangunan membahayakan lingkungan? Apakah pertumbuhan terlebih dahulu dan pemeliharaan lingkungan kemiduian? Apakah perubahan meningkatkan standar hidup atau merusak bumi?. Buku yang merupakan karya mahasiswa FISIP USU ini berusaha untuk mengeksplorasi dan menjawab beberapa pertanyaan mendasar mengenai pembangunan dan problemanya di Sumatera Utara. Artikel dalam buku ini merupakan bagian dari tugas matakuliah Problema Pembangunan yang didasarkan pada hasil penelitian lapangan. Sejak awal matakuliah Problema Pembangunan dimulai, mahasiswa secara intensif dibimbing untuk mampu menggali dan memahami pembangunan dan problemanya dengan menggunakan pendekatan Pembangunan Alternatif. Ketidakberdayaan, diskriminasi, bias dan diskriminasi gender, ketidakadilan sosial, ketiadaan akses ke pelayanan publik dan sumberdaya, pengabaian HAM, dan eksploitasi alam merupakan akar problema pembangunan dalam kasus-kasus pembangunan yang didapati oleh mahasiswa. Metode empiris dalam pembelajaran melalui penjelajahan fenomena dan problema pembangunan dilapangan telah memampukan mahasiswa untuk mengasah sensitivitas dan kekritisan dalam memahami kompleksitas pembangunan lebih dari hanya sekedar sebagai pertumbuhan ekonomi. Bab 1 dan 2 dalam buku ini membicarakan mengenai pentingnya partisipasi dan peningkatan kapabilitas petani dalam mendukung kedaulatan pangan. Bab 1 mendeskripsikan bagaimana keberadaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang sangat membantu petani dalam meningkatkan kualitas hasil pertanian yang dengan sendirinya akan meningkat perwujudan kedaulatan pangan serta secara langsung perekonomian masyarakat petani di desa Wonosari. Program rutin yang

5

dilakukan Gapoktan Wonosari Jaya antara lain simpan pinjam dan pemberian modal, koordinasi informasi seputar pertanian, penjualan gabah dan rapat atau melakukan pertemuan rutin dalam kurun waktu 3 bulan. Namun masih terdapat isu gender dalam tatakelola Gapoktan yang terlihat dari rendahnya partisipasi perempuan dalam kepengurusan Gapoktan. Bab 2 mendeskripsikan berbagai masalah yang dihadapi petani dalam menjalankan perannya untuk mendukung terciptanya kedaulatan pangan mulai dari kurang nya modal, kurangnya IPTEK dan kurangnya sarana untuk menyalurkan aspirasi selaku masyarakat awam. Isu gender juga muncul dalam artikel ini dimana kegiatan pertanian yang awalnya dikerjakan oleh kaum laki-laki kini telah bergeser. Kini kaum perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di sawah, sementara kaum laki-laki mulai beralih profesi, ada yang menjadi buruh bangunan, membawa becak sewa, dan sebagainya. Pada kenyataannya perempuan terlibat secara aktif dalam pertanian, mulai dari kegiatan menanam sampai memanen dan kaum laki-laki hanya menunjukkan diri sebagai petani ketika masa membajak saja dengan menggunakan mesin pembajak. Bab 3 mendiskusikan mengenai bagaimana opini publik menentukan pandangan masyarakat luas terhadap kaum minoritas seksual LGBT posisi dan hak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dalam pembangunan hak asasi manusia. Bab 4 mendiskusikan keterkaitan kemiskinan dengan hilangnya hak dan akses anak terhadap pendidikan serta kerentanan mereka terhadap eksploitasi yang dilakukan oleh preman setempat dan bahkan juga ibu mereka sendiri. Bab 5 mendeskripsikan implementasi program Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang belum berjalan secara optimal. Dari hasil penelitian di daerah Starban, Kecamatan Polonia, Medan, implementasi program Kartu Indonesia Pintar didaerah tersebut belum merata karena pendataannya tidak transparan dan ketidakjelasan prosedurnya. Juga kurangnya sosialisasi pada masyarakat dan karena program ini tumpang tindih dengan program lainnya yang telah ada sebelumnya. Bab 6 mendiskusikan mengenai dampak dari kesenjangan daerah terhadap kualitas hidup nelayan di Kampung Nelayan Seberang. Adanya perdebatan tanggungjawab antara Pemda Kota dengan Pemda Kabupaten, menjadikan saling lempar tanggungjawab dan tugas terhadap pelaksanaan pembangunan diwilayah kampung Nelayang Seberang. Dampak dari tumpang-tindih birokrasi tentunya menjadi problema dan penderitaan masyarakat kampung nelayan seberang dalam menikmati fasilitas publik yang memadai seperti: sekolah beton, jalan perkampungan yang layak dan fasilitas publik lainnya yang bisa mendorong keadilan pembangunan dan mendorong peningkatan sumber daya manusia, khususnya masyarakat kampung Nelayan Seberang.

6

Bab 7 mendiskusikan mengenai bagaimana pengabaian pemerintah terhadap suatu daerah telah membatasi kapasitas desa Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam yang luar biasa untuk menjadi desa agro wisata, namun disebabkan pembangunan infrastrukktur jalan yang kurang memadai dan fasilitas desa yang masih kurang mendapat perhatian menjadi salah satu kendala untuk kemajuan desa ini. Bab 8 berbicara mengenai paradoks pembangunan dan penggusuran dalam pembebasan lahan yaag dilakukan oleh PT KAI. Masyarakat menuntut haknya untuk mendapatkan tempat tinggal dan menolak penggusuran tersebut, namun disatu sisi masyarakat juga salah karena tidak seharusnya mendirikan bangunan ditanah milik PT.KAI , selain karena tidak memiliki IMB, mendirikan bangunan yang dekat dengan rel juga dapat membahayakan diri mereka sendiri , dan juga menghambat pembangunan yang dilaksanakan di daerah tersebut. Perebutan lahan yang diakibatkan pembangunan double track rel (Medan- Kualanamu) menghasilkan beragam konflik dan dampak pada masyarakat Mandala By Pass. Bab 9 mendeskripsikan mengenai isu gender yang muncul dalam pembangunan jalan tol Medan – Tebing Tinggi. Dalam proses pembangunan jalan tol ini dapat dilihat adanya perbedaan dari hasil konstruksi budaya dimana tenaga kerja dari warga setempat banyak di serap dari laki-laki pada pandangannya laki-laki lebih cocok berkerja dalam pembuatan jalan tol ini , dan wanita dianggap tidak akan maksimal dalam pembangunan jalan tol dimana pembangunan tersebut akan banyak menggunakan tenaga. Selain itu dalam pembagian ganti rugi laki – laki yang dominan menerima duitnya. Hal ini disebabkan oleh penerimaan ganti rugi yang didasarkan atas kepemilikan rumah yang pada umumnya adalah para suami. Bab 10 mendiskusikan mengenai berbagai permasalahan sosial budaya, isu gender dan tatakelola pemerintahan dalam pengembangan destinasi wisata Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Salah satu pemasalahan dalam pembangunan Danau Toba menjadi “Monaco of Asia” ialah ketidaksiapan pemerintah daerah, yaitu kerja cepat pemerintah pusat seharusnya diimbangi pemerintah daerah agar koordinasi bisa berjalan dengan baik.Danau Toba yang berbatasan dengan beberapa kabupaten di Sumatra Utara memang memiliki kendala koordinasi untuk membuat satu kebijakan terpadu mengelola kawasan salah satu danau terbesar di Asia ini. Untuk mendukung dan menyukseskan proyek besar ini dibutuhkan kerjasama simultan dari pemerintah daerah dan masyarakat. Bab 11 mendiskusikan mengenai kompatibilitas kegiatan ekonomi dengan kelestarian lingkungan serta promosi kesetaraan gender. Melalui penerapan Green Marketing, perusahaan Body Shop dapat menyelaraskan

7

aspek keuntungan, sosial dan lingkungan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Dalam penyelengaraan Think-Act-Change, the Body Shop juga mengusung Tema besar Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi, di mana akan mengangkat topik Penyakit Menular Seksual: Stigma dan Akses Kesehatan, Pendidikan Sex di Sekolah, Kebijakan Kesehatan dan Peran Bidan serta Dukun Beranak, dan Kerusakan Lingkungan dan Kerentanan Kesehatan Perempuan. Bab 12 mendiskusikan mengenai bagaimana penerapan kantong plastik berbayar mendapat dukungan dari masyarakat yang dibuktikan dengan menurunnya pembelian dan penggunaan kantong plastik oleh konsumen. Walau harga kantong belanja non plastik cukup mahal namun terjadi peningkatan penjualan kantong belanja non plastik tersebut karena konsumen merasa lebih baik membeli kantong belanja tersebut yang bisa digunakan berulang kali dibandingkan plastik regular yang biasanya hanya sekali pakai.Uang dari pembayaran kantong plastik tersebut akan otomatis masuk ke dana donasi untuk kebersihan. Bab 13 mengelaborasi pentingnya merevitalisasi ruang publik dengan mengandalkan kebijakan publik. Tak ada ruang publik (public goods) yang tidak mengandalkan kebijakan publik yang akhirnya sudah tentu tetap membutuhkan badan publik (public agency) yang menjadi penggerak (steering) revitalisasi. Berkaitan dengan kerusakan public goods lingkungan hidup solusinya dapat dilakukan dengan me-“reedukasi selera pasar” dan me-reedukasi para pelaku dalam bidang-bidang yang dianggap sebagai pilar ruang publik.

Daftar Pustaka Emerij, Louis. (2006). Turning Points in Development Thinking and Practice. Research Paper No. 2006/08. FAO. (2011). Climate change, water and food security. http://www.fao.org/docrep/014/i2096e/i2096e.pdf diakses pada 15 Juni 2016. Hausman. Tyson. Zahidi. 2010. The global Gender Gap report 2010. 2010. World Econbomic Forum. Geneva.) International Telecommunications Union. (2013). The World in 2013. ICT Facts and Figures. https://www.itu.int/en/ITU- D/Statistics/Documents/facts/ICTFactsFigures2013-e.pdf diakses pada 15 Juni 2016 Pieterse, J.N. (2001). Development Theory. Reconstruction and Deconstruction. London: Sage. ______. (2010). Development Theory. Reconstruction and Deconstruction. London: Sage. Sen, Amartya, (2001). Development as Freedom. Oxford: Oxford Press.

8

UNESCAP. (2009). Economic & Social Survey of Asia & the Pacific 2009. Addressing Triple Threats to Development. http://www.unescap.org/news/un%E2%80%99s-economic-and- social-survey-asia-and-pacific-analyses-threat-triple-crises-region diakses pada 15 Juni 2016. World Bank. (2009). World Development Report 2009. Reshaping Economic Geography. World Bank. ______. (2010). World Development Report 2010: Development and Climate Change‟. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/4387 diakses pada 15 Juni 2016.

9

BAB I Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan : Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Pendahuluan Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki bagi penduduk suatu Negara. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan1) dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan pangan bagi penduduk. Kewajiban dimaksud mencakup kewajiban menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang.2Kedaulatan Pangan, dalam UU No. 18/2012 pasal 1, dimaknai sebagai “hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya lokal.”Kedaulatan Pangan selanjutnya dipahami sebagai „hak bangsa dan rakyat untuk mengontrol sistem pangan mereka sendiri, termasuk pasar, sistem produksi, sistem pangan dan lingkungan..."sebagai alternatif untuk mengkritik model neoliberal yang dominan dalam usaha pertanian (agriculture) dan perdagangan", Wittman

1 Hak rakyat atas pangan diartikan sebagai hak untuk mendapatkan akses yang teratur, tetap dan bebas, baik secara langsung maupun dengan cara membeli (Taufiqul Mujib, 2011:38). Lihat artikelnya berjudul “Hak Atas Pangan Sebagai Hak Konstutusional”. 2011. Artikel ini merupakan bagian dari buku “Ekonomi Politik Pangan”, yang disunting oleh Francis dkk. Penerbit Bina Desa-Cindebooks.. Taufiqul Mujib adalah Direktur Program pada Indonesian Human Right Committee for Social Justice (IHCS), dan juga National Rapporteur on the Right to Food. 2Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan -yang sudah direvisi menjadi UU Nomor 18 tahun 2012

10

dkk (2010) dalam Henry & Dianto 2014.3Hines (2005) dalam Khudori 2008 mengatakan bahwa hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas masing-masing.4 Visi kedaulatan pangan Indonesia sampai tahun 2024 di proyeksikan dengan bertambahnya komoditas dalam negeri sehingga kebutuhan impor dari luar negeri dapat di tekan samapai batas 50 persen. Bertambahnya hasil dalam negari dapat dilakukan dengan peningkatan pembangunan ekonomi pembangunan dengan adanya investasi dan umur petani yang bekerja di pedesaan semakin muda. Selain itu dilakukan pula upaya peningkatan anggaran APBN untuk bidang pertanian sebesar15% di tahun 2024. Bertambahnya lahan pertanian bagi setiap KK yakni dari 0.3 ke 2.0 hektar. Apabila hal iniberhasil maka akan terlihat dengan berkurangnya angka kemiskinan dan sejateranya para petani, hingga kebutuhan impor menurun secara signifikan. Dari sisi sumber daya alam (SDA), Indonesia memperoleh keberuntungan sebagai Negara agraris.Tata letak wilayah Indonesia yang persis berada di garis katulistiwa memiliki iklim tropis dengan dua musim, yaitu di wilayah bagian selatan banyak kemarau dan di wilayah bagian utara banyak hujan. Lebih dari 50 persen penduduk Indonesia memilih usaha tani sebagai mata pencaharian pokoknya. BPS melaporkan bahwa jumlah Rumah Tangga Usaha Tani (RTUT) pada tahun 2013 sebanyak 26,13 juta rumah tangga. Artinya, apabila masing-masing RTUT memiliki 3 anak saja, maka jumlah penduduk yang bekerja pada sektor usaha tani mencapai sekitar 130,6 juta orang atau sekitar 56,8 persen (asumsi jumlah penduduk Indonesia sebanyak 230 juta orang). Sisi potensi SDM, Indonesia memiliki banyak sarjana pertanian yang dapat diandalkan untuk meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian sehingga masalah suplai pangan bisa diatasi dengan baik. Data Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional, yang dirilis Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia(PISPI) menunjukkan bahwa lulusan sarjana pertanian termasuk didalamnya sarjana peternakan dan perikanan Indonesia mencapai sekitar 3,32 persen dari seluruh lulusan sarjana di Indonesia. Bila negara memberikan perhatian yang signifikan kepada para ahli pertanian ini, misalnya penciptaan kondisi atau iklim usaha yang menjanjikan keuntungan dan memberikan insentif bagi para peneliti dan penyuluh pertanian, maka produktivitas hasil-hasil pertanian akan meningkat dan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang tidak saja mampu memberi

3Bernstein, Henry &Bachriadi, Dianto. (2014). Tantangan kedaulatan pangan. Bandung : ARC Books, Bina Desa & CCFD Tere Solidaire. 4Khudori. (2008). Ironi Negeri Beras. Yogyakarta : Insist Press.

11

makan kepada semua rakyatnya, tetapi juga mampu memberi makan kepada sebagian penduduk dunia.5 Setiap tahun Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi (antara lain pangan, benih, pupuk, dan kredit tani). Tujuannya untuk mendorong peningkatan produksi pangan, mengurangi impor pangan, meringankan biaya produksi petani, serta mengupayakan terwujudnya swasembada pangan. Pemerintah juga memberikan bantuan beras (subsidi) kepada golongan rakyat miskin untuk memenuhi hak dan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat. Dalam periode 2006-2011, subsidi pertanian (non-energi) meningkat tajam dari Rp12,8 triliun menjadi Rp41,9 triliun. Subsidi yang bersifat rutin adalah pangan, pupuk, benih, bunga kredit pinjaman dan PSO. Sementara jenis subsidi lain seperti kedelai dan minyak goreng, tidak bersifat rutin atau dialokasikan sesuai kondisi tertentu. Dari total subsidi pertanian sekitar Rp41,9 triliun, sekitar Rp34,1 triliun diantaranya atau sekitar 81,31 persen adalah subsidi pangan dan subsidi pupuk.6 Gibson (2005), pertanian (industry pertanian) adalah semua aktivitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan penduduk terhadap makanan, pakaian, dan perumahan.7 Indonesia adalah negara agraris dimana produksi utamanya adalah berada di bidang pertanian sehingga tidak heran penduduk Indonesia hidup dengan cara bertani. Hal ini didukung oleh kondisi tanah yang sangat subur dan keadaan sosial masyarakat desa. Dengan kata lain seharusnya Indonesia menjadi negara yang sejahtera karena memiliki lahan pertanian yang luas dan masyarakatnya dominan adalah petani. Dengan sejahteranya Indonesia maka akan sejahtera pulalah petani Indonesia. Namun kenyataannya adalah sebagian besar petani Indoesia masuk dalam garis kemiskinan. Terdapat dugaan bahwa sistem pertanian di Indonesia terjadi masalah. Masalah bahwa petani Indonesia kurang di servis oleh pemerintah atau sistem yang menjadikan mereka hanya sebagai objek kelangsungan hidup negara. Dan sekarang banyak petani yang beralih profesi menjadi pekerja di kota. Sawah yang mereka tanami sudah dijual dan di bangun gedung-gedung bertingkat. Yang selanjutnya kita harus mengimpor kebutuhan pangan sehingga kita masih jauh dari konsep kedaulatan pangan. Triwibowo Yuwono dalam bukunya mengatakan bahwa: “Produksi pangan adalah kegiatan yang melibatkan banyak faktor, baik teknis, manajemen, kebijakan pemerintah, bahkan persoalan sumber daya manusia. Pertanian bukan hanya sekedar persoalan

5Didik J Rachbini, Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3I) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, www.republika.co.id 6Nota Keuangan dan APBN 2012, Kementerian Keuangan RI 7GibsonRS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Ed ke-2. New York : Oxford University Press.

12

menanam dan memanen, namun lebih luas lagi berkaitan dengan filosofi sebuah bangsa, pertimbangan, humanitarian, kebudayaan, spiritual, interaksi dengan alam, lingkungan biotik dan abiotik, memahami kearifan lokal dan ekologis, serta persahabatan dengan segenap unsur manusia. Memahami petani dengan segala dimensi kemanusiaannya, juga merupakan bagian penting untuk memahami pertanian itu sendiri”8 Ketika berbicara tentang pertanian maka akan turut serta untuk membahas pembangunan prekonomian. Pertanian memiliki kontribusi yang besar dalam proses pembangunan ekonomi di negara Indonesia yang notabene adalah negara agraris yang subur dan kaya akan sumber daya alam sehingga tidak heran muncul istilah tongkat dan batu jadi tanaman. Ada empat point kontribusi pertanian bagi perekonomian suatu negara yang dikemukakan oleh (Ghatak dan Ingersent, 1984: Mallasis, 1975) 1. Kontribusi produksi, 2. Kontribusi pasar, 3. Kontribusi faktor produksi, 4. Kontribusi devisa.9 Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia investasi di bidang pertanian sangatlah penting di awal pembangunan, agar tidak terperangkap pada keseimbangan pendapatan rendah. Pakar ekonomi di tahun 50-an sedang gencar melaksanakan percepatan pertumbuhan ekonomi dengan metode industrialisasi. Untuk meningkatkan pendapatan maka negara berkembang dan badan internasional turun tangan dalam upaya peningkatan produksi pertanian seperti mendatangkan teknologi barat. Namun metode ini tidak berhasil menjawab permasalahan kekurangan makanan pokok (produksi rendah) karena tidak melibatkan petani dalam mengambil keputusan. Indonesia sendiri sudah menjadi penghuni tetap daftar negara-negara pengimpor beras pada tahun 1994.10 Gagalnya kebijakan industrialisasi membuat negara Indonesia untuk memutar haluan dalam peningkatan produksi di bidang pertanian yakni dengan revitalisasi pertanian, perikanan, dan kelautan yang bermaksud untuk mengurangi angka kemiskinan, peningkatan daya saing pertanian dan kesejahteraan petani. Hasilnya adalah dibentuknya gabungan kelompok tani atau GAPOKTAN di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan melakukan penyuluhan dan pembinaan secara intens dan berkelanjutan. Melalui pembinaan tersebut kehadiran gabungan kelompok tani diharapkan membawa angin segar bagi perekonomian negara Indonesia. Gabungan kelompok tani diharapakan dapat mandiri dengan memacu kreativitas di bidang pertanian sehingga dapat menghasilkan

8Pembangunan pertanian: membangun kedaulatan pangan Oleh Triwibowo Yuwono Dkk. Hal 5 9Pembangunan pertanian: membangun kedaulatan pangan Oleh Triwibowo Yuwono Dkk. Hal 10 10Spektrum kebijakan pertanian indonesia oleh Bustanul Arifin, Ph.D. Hal 13

13

produk sendiri yang tentunya akan menaikkan status petani-petani Indonesia. Dengan terbentuknya GAPOKTAN maka setiap petani yang tergabung di dalamnya akan di perkenalkan dengan inovasi-inovasi dalam pertanian untuk dapat menghasilkan produk yang dapat bersaing di level domestik dan internasional. Kebijakan GAPOKTAN ini sendiri merupakan contoh dari pada pembangunan partisipatif yang mengharapkan partisipasi atau kemauan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan pertanian. Khususnya di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, GAPOKTAN menjadi poin penting yang menjadi sarana bagi masyarakat untuk meningkatkan hasil panennya dan meningkatkan kualitas pertanian di Indonesia secara umum demi tercapainya pembangunan pertanian untuk kedaulatan pangan bagi bangsa dan negara. Selain itu, Kedaulatan Pangan Indonesia 2014-2024 ditempuh dengan pembangunan pertanian dan pedesaan melalui tujuh langkah pokok, yaitu: 1. Redistribusi lahan terhadap petani kecil/tak bertanah/petani gurem, buruh tani, masyarakat adat dan juga redistribusi kawasan tangkap untuk nelayan kecil 2. Pembangunan infrastruktur pedesaan, terutama irigasi dan akses transportasi: jalan, sungai, pesisir dan laut 3. Pembangunan, pemuliaan dan pemajuan benih dari rakyat, termasuk benih lokal tradisional, pembangunan bank benih rakyat dan plasma nutfah 4. Peningkatan kemampuan petani dan penguatan organisasi tani dan pola hubungan dengan pemerintah, terutama pelibatan aktif perempuan petani/pekerja sebagai tulang punggung kedaulatan pangan 5. Peningkatan teknologi tepat guna, riset teknologi untuk pertanian dan pedesaan 6. Peningkatan akses modal untuk petani dan rakyat yang bekerja di pedesaan 7. Revitalisasi pasar tradisional dan strategi pengadaan dan cadangan pangan oleh pemerintah.11

GAPOKTAN dalam Kedaulatan Pangan Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan daya saing ekonomi nasional dan menjaga kelestarian sumber daya pertanian, perikanan dan kehutanan pemerintah mencanangkan

11Visi Kedaulatan Pangan Indonesia Tahun 2014 – 2024 oleh Serikat Petani Indonesia, Usulan Pokok – Pokok Pemikiran untuk Pembanguna Pertanian dan Pedesaan.

14

Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Untuk itu diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas melalui penyuluhan pertanian dengan pendekatan kelompok yang dapat mendukung sistem agribisnis berbasis pertanian (tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan). Dengan melakukan pendekatan kelompok maka akan terbentuk ruang untuk petani. Habermas mengatakan mengenai kebijakan pembangunan berkelanjutan dimana partisipasi aktif masyarakat melalui jalur dialog merupakan sebuah sarana untuk mewujudkan Public Sphare sebagai persoalan dan masalah12. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan pembinaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan kelompoktani menjadi kelompok yang kuat dan mandiri untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya. Pembinaan Kelompok Tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan kelompoktani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya. Gabungan kelompoktani (GAPOKTAN) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gabungan kelompok tani merupakan implemenetasi dari kebijakan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/Ot.160/4/2007. Pengembangan kelompoktani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompoktani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompoktani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompoktani yang berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompoktani (GAPOKTAN). GAPOKTAN yang kuat dan mandiri dicirikan antara lain dengan adanya pertemuan/rapat anggota/rapat pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan, disusunannya rencana kerja GAPOKTAN secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipasi, memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama, memiliki pencatatan/pengadministrasian setiap anggota organisasi yang rapih, memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar, sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota kelompoktani khususnya, adanya jalinan kerjasama

12Public Sphere: Model Pembangunan Alternatif, Hal 264

15

antara GAPOKTAN dengan pihak lain dan adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan GAPOKTAN. GAPOKTAN melakukan fungsi-fungsi sebagai satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas dan harga), penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui kelompoknya, penyediaan modal usaha dan menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan, melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah dan menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir. GAPOKTAN telah dibentuk hampir di setiap desa wilayah di Indonesia yang memiliki lahan pertanian luas. Sama halnya dengan GAPOKTAN di Desa Wonosari Kecamatan Tanjunga Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Sejarah GAPOKTAN Wonosari Jaya Meningkatnya arus teknologi dan informasi pertanian akhir-akhir ini memberikan peluang dan juga hambatan bagi kelompok tani sesuai dengan lingkungan social ekonomisetempat, sehingga membutuhkan adanya pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Pengembangan kelompok tani dilakukan dengan menggabungkan kelompok tani ke dalam GAPOKTAN agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sector hulu dan hilir, pemasaranserta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. GAPOKTAN kepanjangan dari gabungan kelompok tani, merupakan organisasi petani diperdesaan (perdusun) yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. GAPOKTAN telah dibentuk hampir di setiap desa wilayah di Indonesia yang memiliki lahan pertanian luas. Sama halnya dengan GAPOKTAN di Desa Wonosari Kecamatan Tanjunga Morawa Kabupaten Deli Serdang yang telah dibentuk sejak tahun 2007 dengan nama GAPOKTANWonosari Jaya yang terdiri dari 16 kelompok tani dari 16 dusun di Desa Wonosari. Desa Wonosari merupakan wilayah dengan luas lahan pertanian yang lebih besar dibanding lahan pemukiman. Lahan pertanian di Desa Wonosari mencapai 80% dari keseluruhan lahan yang ada di Desa Wonosari, kemudian 75% dari lahan pertanian tersebut adalah lahan milik pribadi sedangkan sisanya merupakan lahan sewa dan garapan. GAPOKTANWonosari Jaya yang diketuai oleh Bapak Tukiman memiliki dua program utama yaitu program simpan pinjam dan pembelian

16

gabah. Program simpan pinjam dilakukan oleh petani melalui iuran wajib pokok setiap bulannya ditambah dengan dana hibah. Gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Wonosari Jaya dibentuk untuk meningkatkan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, meningkatkan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis serta menguatkan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Nama Wonosari Jaya sendiri dipilih karena diharapkan dengan nama tersebut GAPOKTAN mampu menjadi sebab peningkatan kemakmuran bagi masyarakat Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Sejak dibentuknya GAPOKTAN, maka segala bentuk kegiatan, kemitraanserta program dari pemerintah menjadi tanggung jawab dan mendapatkan pendampingan dari GAPOKTAN.

Struktur Organisasi Pada GAPOKTAN Wonosari Jaya GAPOKTAN merupakan gabungan kelompok tani yang terdiri dari beberapa kelompok tani. GAPOKTAN memiliki program-program yang akan dijalankan atau dilakukan untuk mencapai tujuan dari GAPOKTAN tersebut. Untuk dapat menjalankan atau melaksanakan program-program tersebut dengan baik maka sangat di perlukannya struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian ataupun posisi yang terdapat pada sebuah organisasi dalam menjalankan kegiatan-kegiatannya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.13 Struktur organisasi dapat menggambarkan secara jelas pemisahan kegiatan dari pekerjaan yang satudengan kegiatan yang lainnya dan juga bagaimana hubungan antara aktivitas dan fungsi yang di batasi. Didalam struktur organisasi yang baik harus dapat menjelaskan hubungan dan wewenang setiap anggota, jadi terdapat suatu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan. GAPOKTAN Wonosari Jaya pada Dusun IV Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, memiliki 16 kelompok tani yang tergabung sebagai anggota GAPOKTAN. Struktur organisasi yang adap ada GAPOKTANWonosari Jaya ini sama halnya dengan struktur organisasi yang lainnya, yakni adanya ketua, sekertaris, bendahara dan anggota. Dimana ketua memiliki peranan sebagai yang mengatur serta mengkoordinasikan bagaimana program-program tersebut dapat berlangsung. Yang menarik pada GAPOKTAN Wonosari Jaya ini ialah ketua dari GAPOKTAN tersebut seperti merangkap sebagai bendahara. Karena salah satu program dari GAPOKTAN Wonosari Jaya yakni simpan pinjam yang mengaturnya atau yang memegang dana dari

13http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-struktur-organisasi-dan- fungsinya.html

17

iuran tersebut adalah ketua dari GAPOKTAN Wonosari Jaya juga. Tetapi hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah bagi semua anggotanya karena program simpan pinjam tersebut telah menerapkan prinsip Good Governance, yakni semuakegiatan yang berkaitan dengan simpan pinjam sangatlah transparan sehingga tidak aka nada pihak yang nantinya dapat di rugikan.14Kemudian pada masing-masing kelompok tani memiliki struktur organisasinya sendiri, yakni adanya ketua, sekertaris, bendahara serta anggota. Sehingga nantinya ketika rapat mengenai kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan masing-masing kelompok tani dapat menyuarakan apa yang menjadi kendala atau hambatan serta peluang yang ada di tempat mereka berada. Karena masing-masing kelompok tani berada pada tempat yang berbeda, yakni masih satu desanya berbeda dusunnya. Pemilihan ketua, sekertaris serta bendahara dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya melakukan system mengusulkan maupun di usulkan sehingga tidak ada yang namanya pemaksaan ataupun terpaksa untuk memegang suatu jabatan dalam GAPOKTAN tersebut. Karena dalam rapatt ersebut akan ditanyakan ketersediaan mereka yang mengusulkan diri maupun yang diusulakan. Dan siapapun dapat menjadi ketua, sekertaris, maupun bendahara asalkan mereka yang ingin memiliki jabatan tersebut mempunyai pengetahuan yang baik di bidangpertanian, jujur dan cakap serta tanggap dalam mengahadapi masalah yang nantinya dapat terjadi.

Program dan Kegiatan GAPOKTAN Dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang sudah terbentuk selama 9 tahun sejak 2007 sampai saat ini telah memiliki dua program utama yang masih aktif dilaksanakan. Dua program tersebut yakni program simpan pinjam dan pembelian gabah. Program pertama simpan pinjam di GAPOKTAN Wonosari Jaya dilakukan rutin dan dikelola oleh pengurus anggota GAPOKTAN yang dipilih langsung oleh anggota dari setiap dusun yang memiliki 16 kelompok tani. Program simpan pinjam ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membantu para petani untuk mendapatkan modal jika mengalami kendala dan esulitan dalam hal pembiayaan dalam proses bertani. Program ini dilakukan petani dengan iuran wajib pokok, untuk modal awal para petani dikenakan biaya tagihan Rp.50.000 perorang dan untuk iuaran wajib setiap bulan petani dibebani biaya tagihan Rp.5000 untuk waktu sebulan sekali serta ditambah dengan dana hibah. Dana simpan pinjam tersebut kemudian dikelola dan diberikan sebagai bentuk pinjaman kepada petani yang tidak memiliki modal awal bertani. Simpan

14Hasil wawancara dengan Ketua Gapoktan Wonosari Jaya, Dusun IV Kecamatan Tg.Morawa Kabupaten Deli Serdang, Bapak Tukiman pada Hari Senin, 06 Juni 2016

18

pinjam yang diberikan ini akan mempermudah petani dalam mengatasi masalah modal antara lain masalah alat pertanian yang masih disewa dikarenakan belumm ada yang bisa memiliki secara pribadi. Untuk sekali panen dengan luas lahan 25 rante petani harus membayar alat sewa sebesar 2,5 juta rupiah. Jumlah pinjaman maksimal yang diberikan kepada anggota GAPOKTAN sebesar 2 juta rupiah untuk 1 orang petani dan dikembalikan setelah panen dengan jangka waktu 6 bulan ditambah tenggang waktu 2 bulan jika 6 bulan masih belum bisa mengembalikan pinjaman. Dan untuk sekali pinjaman dikenakan bunga pinjaman pengembalian sebesar 1,5% dari jumlah pinjaman.15 Walaupun sudah diberikan keringan pinjaman dan waktu pengembalian, namun masih saja banyak anggota yang sulit untuk mngembalikan pinjaman. Pengurus sering kali merasa kerepotan mengelola uang untuk kebutuhan dan keperluan lain karena uang yang dipinjam anggota sulit dikembalikan dan melewati batas tenggang waktu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan kendala bagi GAPOKTAN dan untuk mengatasinya upaya yang dilakukan ketua GAPOKTANadalah dengan melakukan pendekatan kepada anggotanya untuk penagihan pinjaman. Selain itu, kendala lain yang dirasakan adalah kendala yang terjadi diluar dugaan yaitu kendala operasional yang terjadi dilapangan seperti serangan hama dan musim yang tidak menentu yang menyebabkan gagal panen. Maka dari itu GAPOKTAN wonosari jaya melakukan rapat untuk menentukan jadwal tanam guna menghindari hama dan mengetahui pergantingan kesenjangan air agar terhindar resiko gagal panen yang tentu akan merugikan petani.16 Program simpan pinjam dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya ini telah menerapkan good governance karena dalam pengeloaan keuangannya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Semua anggota organisasi secara langsung dapat mengetahui semua pengelolaan uang masuk dan uang keluar di dalam rapat triwulan yang dilaksanakan GAPOKTAN Wonosari Jaya. Namun masih terdapat bias gender dalam tatakelola program simpan pinjam GAPOKTAN ini.Program simpan pinjam ini pun dikelola oleh anggota GAPOKTAN yang keseluruhannya adalah kaun pria. Dalam hal ini, terlihat bahwa peran perempuan tidak ikut andil dalam semua proses kegiatan pertanian. Mulai dari tahap menabur benih, menanam bibit, menyiangi memberi pupuk, membuat saluran irigasi, memanen dan kegiatan pasca panen. Untuk semua pekerjaan dalam proses bertani padi 90% dikerjakan oleh laki-laki, hanya bagian menanam bibit yang

15Hasil wawancara dengan bapak Tukiman sebagai Ketua Gapoktan Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 – sekarang. 16Op.cit.,Wawancara dengan Bapak Tukiman

19

dikerjakan perempuan. Hal ini menunujukkan bahwa tidak terjadi kesetaraan gender antara peran penting laki-laki dan perempuan dalam upaya perwujudan pembangunan pertanian dan kedaulatan pangan. Bagi masyarakat luas, terutama kaum laki-laki masih saja menganggap dan berfikir bahwa pekerjaan bertani adalah pekerjaan yang berat dan hanya bisa dilakukan oleh laki-laki saja. Masalah pola pikir yang masih tradisional itulah yang menjadi masalah utama terjadi serta tidak ada kemauan dan keinginan dari kaum wanita untuk berpartisipasi bergabung dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya. Alasan kaum perempuan tidak ingin berpartisipasi dikarenakan sebagian besar dari mereka sudah terikat dan memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik, sehingga mereka tidak bisa terlibat dalam menjalankan organisasi Gapoktan. 17 Mereka hanya bisa ikut terlibat kerja dilapangan saja, misalnya dalam tahap mengerjakan menanam bibit dan memotong rumput setelah panen. Pekerjaan itupun hanya bisa dilakukan pada waktu musiman dan di hari libur saat mereka tidak bekerja di pabrik. Sehingga tidak ada kesetaraan gender dalam pembangunan pertanian dan upaya mewujudkan kedaulatan pangan di GAPOKTAN Wonosari Jaya.Sebenarnya kaum wanita dapat ikut andil dalam menjalankan proses bertani dan mewujudkan kedaulatan pangan. Kaum wanita dapat membuat program pembangunan rakyat terpadu, program pembangunan usaha pertanian, program diversifikasi pangan dan gizi, program pengembangan koperasi, program peranan wanita dan lain-lain. Jika program-program tersebut dapat dilaksanakan maka akan meningkatkan taraf dan kualitas sumber daya manusia, pencapaian produktivitas dan menyeimbangkan konsumsi pangan dan menyediakan komoditi pangan bernilai gizi yang secara perlahan akan mewujudkan kedaulatan pangan yang seimbang.18 Program lainnya adalah pembelian gabah. Pembelian gabah dalam GAPOKTAN Wonosari Jaya ini dilakukan serentak bagi 16 kelompok tani yang ada. Untuk pembelian gabah dilakukan atau dijual di agen yang sama denga harga normal di pasaran. Penjualan gabah petani secara serentak ini memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri bagi petani. Keuntungan yang didapat adalah petani dimudahkan langsung menjual gabah hasil panen dan tidak perlu lagi repot untuk mencari agen, karena agen yang dicari sudah pasti agen dengan harga jual yang tinggi sesuai harga pasar penjualan gabah serta petani tidak perlu melewati tahap-tahap penjualan yang ama karena agen akan langsung memproses penjualan dan uang tunai akan segera didapat. Kerugiannya adalah petani tidak mampu mengembangkan harga jual setiap musim panennya, petani masih belum memiliki modal

17Hasil wawancara dengan Ibu Aminah sebagai salah satu kaum wanita di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 18Op.cit.,wawancara dengan Ibu Aminah

20

untuk menjual hasil gabahnya dengan harga yang lebih tinggi atau bahkan petani bisa menjual hasil berasnya bukann gabah. Namun upaya itu tidak berhasil untuk dilakukan walaupun sudah dilaporkan ke Dinas Pertanian Deli Serdang dan jajaran pemerintah lainnya yang memperhatikan bidang pertanian. Program pembelian gabah ini tetap dilaksanakan anggota GAPOKTAN Wonosari Jaya tetap dilaksanakan sampai saat ini guna membantu para petani Wonosari. Sebelum menjual hasil gabahnya, petani sudah menyisakan sebagian gabahnya untuk keperluan dan kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Dan itulah yang menjadi keuntungan bagi para petani.19 Untuk kegiatan rutin lain yang dilakukan GAPOKTAN Wonosari Jaya adalah melakukan pertemuan atau rapat triwulan atau rapat dalam 3 bulan sekali. Dalam rapat itu banyak pembahasan yang didiskusikan, baik itu tentang jadwal menanam bibit satu desa dengan desa lain, pemeliharaan tanaman padi, perawatan saluran irigasi dan antispasi siklus panen. Semua dibicarakan secara musyawarah dan atas kesepakatan bersama.Sebagai desa penghasil utamanya adalah tanaman padi yang memiliki 80% adalah lahan pribadi dan menjadi mata pencaharian maka ekonomi masyarakat Desa Wonosari terbantu dan membaik dalam segi pendapatan dan dapat menyimpan pasokan beras untuk kebutuhan makan sehari-hari. Maka para petani di Desa Wonosari tidak perlu membeli beras karena ada ada persediaan yang dimiliki.

Posisi GAPOKTAN dalam Kebijakan Pertanian GAPOKTAN memiliki posisi yang sangat penting dalam kebijakan pertanian yakni sebagai penguat kelembagaan petani yang telah ada. GAPOKTAN diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani.Pemberdayaan petani dan usaha kecil di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu menggunakan pendekatan kelompok.20 Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, Gabungan kelompok tani berfungsi untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu sampai hilir secara komersial dan berorientasi pasar. Pada tahap pengembangannya GAPOKTAN tersebut dapat memberikan pelayanan informasi, teknologi dan permodalan kepada anggota kelompoknya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain. Diharapkan penggabungan poktan

19Hasil wawancara dengan bapak Sahar sebagai kepala dusun VII desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 20http://www.sumbarprov.go.id/images/1448812168- (4)%20Gapoktan%20yang%20Mandiri%20edit,%20joko.pdf

21

dalam GAPOKTAN akan menjadikan kelembagaan petani yang kuat dan mandiri serta berdaya saing.GAPOKTAN sebagai gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Pengembangan GAPOKTAN dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian, serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga GAPOKTAN diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya. Terhadap pedagang saprotan (sarana produksi pertanian) maupun pedagang hasil-hasil pertanian, GAPOKTAN diharapkan dapat menjalankan fungsi kemitraan dengan adil dan saling menguntungkan. Namun demikian, jika GAPOKTAN dinilai lebih mampu menjalankan peranannya dibandingkan dengan kios saprodi ataupun pedagang pengumpul, maka GAPOKTAN dapat menggantikan peranan mereka.

Peran dan Posisi GAPOKTAN Wonosari dalam Pembangunan Pertanian Demi Mencapai Kedaulatan Pangan GAPOKTAN sebagai suatu lembaga pertanian sangat berperan dalam mendukung pembangunan pertanian di Indonesia. GAPOKTAN yang merupakan gabungan kelompok tani merupakan salah satu instruksi pemerintah untuk menguatkan sektor pertanian di seluruh Indonesia mengingat Indonesia adalah negara agraris yang didominasi oleh lahan pertanian. Tidak terkecuali di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, keberadaanGAPOKTAN telah memberikan dampak positif bagi masyarakat sekita yang kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani. Keberadaan GAPOKTAN di tengah – tengah masyarakat secara langsung maupun tidak telah membantu para petani untuk mengelola dan meningkatkan hasil panennya melalui pinjaman modal yang diberikan oleh GAPOKTAN. Keberhasilan pengelolaan pertanian serta meningkatnya hasil panen para petani di wilayah Desa Wonosarri tentunya akan mendukung upaya pembangunan pertanian di Indonesia yang pada akhirnya diharapkan mampu menciptakan kedaulatan pangan. Bapak Tukiman, selaku ketua GAPOKTAN Wonosari Jaya menganalogikan posisi GAPOKTAN di dalam pembangunan pertanian sebagai tokoh utama yang mendukung pembangunann pertanian itu sendiri. Analoginya adalah apabila pembangunan pertanian adalah sebuah desa maka GAPOKTAN adalah kepala desanya. Dengan demikian, melalui analogi tersebut dapat diketahui bagaimana pentingnya peran dan posisi GAPOKTAN dalam pembangunan pertanian demi mecapai kedaulatan

22

pangan khususnya di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Mora Kabupaten Deli Serdang.21

Kesimpulan Dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan pembangunan pertanian, banyak elemen yang dapat memberikan pengaruh besar, termasuk GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) yang saat ini sudah bergerak dan menjalankan visi dan tugasnya dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. Di setiap desa telah didirikan GAPOKTAN yang mengurusi urusan pertanian antar kelompok di desa. Peran GAPOKTAN itu sendiri sangat penting dan menonjol dalam meningkatkan mutu dan kualitas produktivitas pertanian di desa. Memudahkan para petani untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, misalnya masalah modal atau biaya untuk memulai kegiatan pertanian, masalah dana daan pendanaan, memudahkan petani mendapatkan perhatian dari banyak elemen dan lembaga pertanian yang terkait. Sebagai contoh adalah GAPOKTAN WONOSARI JAYA di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa kabupaten Deli Serdang. Dengan adanya perkumpulan kelompok tani di desa Wonosari ini, para petani sangat terbantu untuk meningkatkan lagi kualitas hasil pertanian dan perlahan akan meningkat perwujudan kedaulatan pangan serta secara langsung perekonomian masyarakat petani di desa Wonosari. Program rutin yang dilakukan gapotan Wonosari Jaya antara lain simpan pinjam dan pemberian modal, koordinasi informasi seputar pertanian, penjualan gabah dan rapat atau melakukan pertemuan rutin dalam kurun waktu 3 bulan. Dengan program-program rutin yang dilakukan oleh GAPOKTAN Wonosari Jaya, maka pencapaian untuk mewujudkan kedaulatan pangan dalam pembangunan pertanian akan dengan cepat terwujud. Jika gerakan gabungan kelompok tani di setiap desa di Indonesia dilakukan dengan sistem dan tata kelola yang baik maka kedaulatan pangan Indonesia mudah dicapai serta perekonomian masyarakat desa juga akan terbantu, dan tidak akan ada istilah petani membeli beras terjadi di tengah-tengah masyarakat desa.

Daftar Pustaka Sumber Buku Arifin, Bustanul.2003.Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Erlangga, Jakarta.

21Hasil wawancara dengan bapak Tukiman sebagai Ketua Gapoktan Wonosari Jaya Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 – sekarang.

23

Bernstein, Henry &Bachriadi, Dianto.2004. Tantangan Kedaulatan Pangan.ARC Books, Bina Desa & CCFD Tere Solidaire, Bandung. Gibson, RS.2005.Principles Of Nutritional Assesment. Ed ke-2. Oxford University Press, New York. Khudori.2008. Ironi Negeri Beras. Insist Press, Yogyakarta. Mujib, Taufiqul.2011. Ekonomi Politik Pangan. Bina Desa-Cindebooks, Jakarta. Nota Keuangan dan APBN 2012, Kementerian Keuangan RI

Sumber Undang – Undang : Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan -yang sudah direvisi menjadi UU Nomor 18 tahun 2012 Visi Kedaulatan Pangan Indonesia Tahun 2014 – 2024 oleh Serikat Petani Indonesia, Usulan Pokok – Pokok Pemikiran untuk Pembanguna Pertanian dan Pedesaan. Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. CAPS (Center for Academic Publishing Service), Yogyakarta. Yuwono, Triwibowo dkk.2005.Pembangunan Pertanian : Membangun Kedaulatan Pangan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sumber Internet : “Pemerintah Provinsis Sumatera Barat”.(http://www.sumbarprov.go.id/images/1448812168- (4)%20Gapoktan%20yang%20Mandiri%20edit,%20joko.pdf. [9 juni 2016] “Pengertian Struktur Organisasi dan Fungsinya Secara Jelas”. http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-struktur-organisasi- dan-fungsinya.html. [9 juni 2016] Rachbini, J Didik.”Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3I) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia”. www.republika.co.id. [9 juni 2016] Sumber Wawancara : Hasil wawancara dengan Ketua Gapoktan Wonosari Jaya, Dusun IV Kecamatan Tg.Morawa Kabupaten Deli Serdang, Bapak Tukiman. Hasil wawancara dengan Ibu Aminah sebagai salah satu kaum wanita di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

24

BAB II Kedaulatan Pangan Sumatera Utara : Studi Kasus Desa Baru Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara

Pendahuluan Pembangunan yang sering kali didefinisikan dengan perubahan menuju kearah yang lebih baik ternyata memiliki banyak indikator agar kenyataan dilapangan sesuai dengan definisinya. Mulai dari pertumbuhan ekonomi, meningkatnya moral pada diri masyarakat, mutu pendidikan yang baik, rendahnya tingkat kesenjangan dan tingkat kesejahteraan yang harus semakin meningkat menjadi beberapa indikator yang harus tercapai agar suatu pembangunan dikatakan berhasil (Budiman,2000). Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat kita lihat dari terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dasar mereka sepertisandang, pangan dan papan. Meskipun tingkat kesejahteraan tidak hanya diukur dari kebutuhan tersebut tetapi kebutuhan pokok menjadi salah satu indikator penentu tingkat kesejahteraan masyarakat, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka berarti masyarakat belum sejahtera dan dengan demikian hal ini berarti pula bahwa pembangunan belum dapat dikatakan berhasil. Masih banyak masyarakat Indonesia yang merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dikarenakan berbagai hal salah satunya yaitu karena kurangnya penghasilan mereka ditengah harga sembako yang tinggi. Dalam hal ini kedaulatan pangan di Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahn pemenuhan kebutuhuan pangan di negara ini. Namun sejak hal-hal tentang kedaulatan pangan muncul beberapa tahun lalu, kondisi pangan di negara ini belum tampak membaik. Berangkat dari penglihatan tidak kunjung membaiknya kondisi pangan di Indonesia, mulai dari tingginya tingkat konsumsi beras, disusul dengan harga produksi yang tinggi, kemudian minimnya lahan pertanian dan masalah yang terkait dengan kesejahteraan petani maka dilakukanlah sebuah penelitian terkait dengan permasalahan apa saja yang menjadi penyebab dari kondisi tersebut. Sebagai orang terdekat dengan pertanian dan pangan maka ada dua aktor yang akan di bahas dalam tulisan ini yaitu petani dan pemerintah selaku pembuat kebijakan. Petani selaku aktor pertama dalam tulisan ini, ternyata memiliki baragam masalah dalam menjalankan perannya untuk mendukung

25

terciptanya kedaulatan pangan mulai dari kurang nya modal, kurangnya IPTEK dan kurangnya sarana untuk menyalurkan aspirasi salaku masyarakat awam. Oleh sebab itu tulisan ini akan membahas bagaimana peran petani Desa Baru Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dalam mendukung terciptanya kedaulatan pangan serta masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh mereka. Berbagai masalah yang dihadapi oleh petani tersebut tentu memerlukan solusi. Sebagai aktor kedua maka peran pemerintah dalam menuntaskan permasalahan yang dihadapi oleh petani dan mendukung terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia pun akan dimuat dalam tulisan ini mulai dari kebijakan dan program apa saja yang mereka buat untuk membantu para petani dan bagaimana dengan implementasinya. Kedaulatan Pangan Pada tulisan ini ada beberapa teori terkait dengan tiga konsep tentang pangan yaitu ketahanan, kemandirian dan kadaulatan pangan. konsep ini akan membantu memberikan gambaran tentang dimana kondisi pangan Negara Indonesia berdiri dan tahap yang mana yang mungkin dicapai oleh pangan dari negara Indonesia. Konsep ketahanan pangan dijelaskan dengan keadaan dimana negara atau masyarakat mampu memenuhi ketersediaan pangannya baik secara mandiri ataupun dengan cara impor untuk dikonsumsi. Sesuai pengertian dari PBB pada tahun 1974 maka ketahanan pangan di definisikan sebagai ketersediaan bahan makanan pokok setiap saat untuk mempertahankan pasokan pangan pada konsep ketahanan panganlah Negara Indonesia berdiri saat ini. Sedangkan pada konsep kemandiriandijelaskan dengan keadaan dimana terpenuhinya kebutuhan pangan di sebuah negara atau masyarakat dari dalam. Artinya tidak perlu mengimpor dari luar negeri tetapi segala kebutuhan pangan sudah tercukupi dari dalam. Konsep ini muncul sebagai salah satu wujud keinginan lepas dari ketergantungan terhadap pihak luar. Pada konsep kedaulatan pangan dikatakan bahwa konsep ini ditujukan untuk menjamin bahwa masyarakat mampu mandiri memenuhi kebutuhan pangannya dengan tidak mengabaikan hak-hak untuk mendapatkannya. Sebagaimana ditulis oleh Etzioni pada tahun 2006 dalam sovereignty as responsibility konsep kedaulatan pangan muncul untuk menjamin hak-hak warga untuk memproduksi, mengonsumsi dan menentukan harga tanpa ada tekanan dari pihak-pihak luar. Tak hanya itu konsep ini juga secara radikal menempatkan petani,pengedar dan konsumen pada jantung kebijakan dalam sistem panagan itu sendiri (Deklarasi Nyeleni 2007). Tulisan ini juga menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan sebagai landasan teori. Dalam undang-undang ini yang juga tertera tentang tiga konsep pangan dan tak

26

hanya itu dalam undang-undang ini dibahas pula tentang salah satu tujuan penting dari ketahanan pangan adalah meningkatkan kesejahteraan petani. Tak hanya seputar pangan, ada beberapa teori terkait dengan gender yang membahas tentang meningkatnya peran perempuan dalam pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya serta kesetaraan hak untuk memanfatkan berbagai sumber daya bagi perempuan seperti yang tertulis dalam nota kesepahaman antara kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dengan kementrian pertanian.

Peranan Petani Desa Baru Pancur Batu dan Masalah yang Dihadapi dalam Mendukung Terciptanya Kedaulatan Pangan di Indonesia Kedaulatan pangan merupakan strategi dasar dalam melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan dari pembangunan pangan. Kedaulatan pangan tentu saja sudah mencakup bagaimana hak dan akses petani untuk memperoleh dan menikmati sumber daya pertanian yang mencakup lahan, air, sarana produksi, teknologi, pemasaran serta konsumsi. Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peranan kelompok petani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan karena petani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan. Sebaga iprofesi yang mengetahui seluk-beluk tentang kondisi pangan maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui seperti apa kondisi dan apa saja peranan kelompok tani terhadap terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa petani padi di Desa Baru Pancur Batu. Mereka mengatakan bahwa pada masa sekarang ini peranan mereka sebagai petani tidak lah lebih dari sekedar pekerja dimana mereka hanya menanam, merawat dan memanen padi tetapi mereka tidak diberikan kebebasan untuk menentukan harga dan memperoleh keuntungan, selain itu peranan kelompok tani yang seadanya tersebut disebabkan oleh timbulnya beberapa masalah seperti tingkat kesuburan tanah yang sudah berkurang, tingkat kesejahteraan petani menurun yang dibuktikan dengan masih harusnya petani membeli beras dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan vital petani seperti mesin penggiling padi. Menurut pengakuan para petani di Desa Baru mengenai perhatian pemerintah terhadap usaha tani mereka, kami menemukan laporan yang mengejutkan.Mereka mengatakan bahwa sejak tahun 1970-an mereka menjadi petani, hanya sekali mereka pernah mendapat bantuan dari pemerintah yaitu bantuan saluran irigasi pada tahun 1990-an dan sampai sekarang mereka tidak pernah mendapat bantuan lagi. Saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah pada tahun 1990-an pada awalnya memang

27

berfungsi dengan sangat baik, tetapi seiring dengan berjalannya waktu irigasi tersebut mulai kering. Inilah yang menyebabkan seringnya petani mengalami gagal panen jika musim kemarau tiba. Banyak kendala lainnya yang dialami para petani seperti keterbatasan modal. Keterbatasan modal juga menjadi penghalang petani dalam memperoleh hasil produksi yang melimpah. Keterbatasan dalam membeli pupuk, keterbatasan dalam membeli bibi tunggul, dan keterbatasan ilmu dalam membasmi hama sering kali membuat petani berurusan dengan rentenir yang membuat petani semakin terjepit. Mereka memang diberi modal yang cukup, tetapi mereka harus membayar mahal untuk membayar hutang mereka. Bunga yang diberikan cukuplah tinggi sehingga uang yang diperoleh dari hasil bertani tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Kurangnya perhatian pemerintah dibidang alat dan produksi juga memaksa para petani untuk menjual gabah padi dengan harga yang sangat rendah, yaitu hanya Rp.4000 per kilogramnya. Jika pemerintah sedikit saja menaruh perhatiannya dengan menyediakan mesin penggiling padi, maka beban hidup para petani menjadi lebih ringan dimana mereka dapat menjual beras hasil produksi mereka senilai Rp. 9.000 per kilogramnya. Dengan menjual gabah senilai Rp. 4.000, petani tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan hariannya dan melunasi hutang sehingga ketika musim panen tiba maka petani tersebut akan menjual seluruh hasil panennya kepada pihak kilang. Hasil panen yang terjual seluruhnya memaksa petani untuk membeli beras kembali untuk menyambung hidupnya Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para petani di desa tersebut menyebabkan 30 persen petani padi di desa tersebut mulai beralih profesi dari petani menjadi buruh bangunan dan membawa becak sewa, karena hasil sebagai petani yang tidak mencukupi. Perhatian pemerintah daerah terhadap kelompok tani yang terkesan diabaikan justru akan melenyapkan hal berharga dari pembangunan pertanian itu sendiri yaitu petani. Mengingat semakin kompleks dan besarnya tantangan pembangunan ketahanan pangan mendatang, terutama untuk mencapai kemandirian pangan, maka kelembagaan kelompok tani yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan perlu dibenahi dan diberdayakan, sehingga mempunyai keberdayaan dalam melaksanakan usaha taninya. Sesuai dengan teori Involusi yang dikemukakan oleh Clifford- Geertz (Geertz,1983) , bahwasanya lahan pertanian yang begitu luas yang berada di Desa Baru pada awalnya dimiliki olehsatu keluarga saja.Tetapi seiring berjalannya waktu, maka lahan pertanian tersebut diturunkan kepada anak-anaknya sebagai harta warisan, begitu seterusnya sampai keturunan-keturunan selanjutnya. Ini menyebabkan lahan yang dimiliki oleh petani-petani semakin sempit tidak seperti sebelumnya bahkan ada petani yang tidak memiliki lahan dan hanya sebagai buruh tani yang bekerja di lahan pertanian orang lain. Jadi seperti yang kami amati di

28

lapangan bahwa mereka yang berprofesi sebagai petani di Desa tersebut adalah Suku Jawa dan Suku Karo, telah terjadi perkawinan campur dan mereka yang memiliki lahan pertanian di daerah tersebut merupakan kerabat dekat dan kerabat jauh. Dampak dari pembagian lahan pertanian dari satu generasi ke generasi berikutnya memiliki arti yang sama dengan pembagian kemiskinan (Shared Poverty), dimana disini telah terjadi pembagian lahan pertanian menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi yang membuat para petani hanya memiliki lahan pertanian yang kian lama kian sempit bahkan terdapat petani yang tidak memiliki lahan. Ini merupakan salah satu penyebab mengapa petani dekat sekali dengan kemiskinan. Banyak hal yang menyebabkan lingkaran kemiskinan semakin erat dengan petani. Sehingga banyak stigma yang bermunculan bahwa nilai seorang petani tidaklah berarti jika dibandingkan dengan profesi lainnya seperti pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dsb. Sehingga tak jarang kita mendengar bahwa anak dari seorang petani tidak ingin menjadi seperti orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Masalah-masalah yang dihadapi petani dan kurang mendapatkan solusi dari pemerintah membuat petani di Desa BaruPancur Batu kesulitan untuk bekerja secara optimal, disamping pendidikan mereka yang kurang, sarana untuk berkonsultasi pun sangat minim sehingga masalah-masalah yang terjadi dibiarkan begitu saja tanpa mendapat penyelesaian. Hal ini tentu berpengaruh terhadap menurunnya peranan petani dalam mendukung terciptanya kedaulatan pangan seperti yang kita ketahui bahwa gambaran pangan suatu Negara akan tergambar dari gambaran kesejahteraan petaninya juga. Namun permasalahan diatas cenderung berdampak positif terhadap permasalahan gender, yang mana pada awalnya petani-petani di Desa Baru Pancur Batu adalah kaum laki-laki namun seiring dengan berjalannya waktu dan kemiskinan yang semakin menyelimuti kehidupan kaum petani membuat bangkitnya kaum perempuan yang bersuamikan petani untuk turut mensejahterakan keluarganya tanpa memandang masalah kodrati perempuan yang diidentikan dengan dapur,sumur dan kasur. Kegiatan pertanian yang awalnya dikerjakan oleh kaum laki-laki kini telah bergeser. Kini kaum perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di sawah, sementara kauml aki-laki mulai beralih profesi, ada yang menjadi buruh bangunan, membawa becak sewa,dan sebagainya. Mulai dari kegiatan menanam sampai memanen dilakukan oleh kaum perempuan, kaum laki- laki hanya menunjukkan diri sebagai petani ketika masa membajak saja dengan menggunakan mesinpembajak. Didukung dengan munculnya nota kesepahaman antara kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dengan kementerian

29

pertanian yangmemastikan bahwa adanya kesetaraan gender dalam bidang pertanian meliputi beberapa langkah yaitu : 1. Memastikan bahwa hak tradisional kaum perempuan termasuk hak anak tidak dihilangkan dalam hal pemanfaatan sumber daya alam pertanian beserta hasil-hasilnya. 2. Memastikan akses yang setara untuk kaum laki-laki dan perempuan terhadap informasi permodalan dan pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian 3. Melatih mitra kerja dibidang pertanian sehingga peka terhadap pola pola usaha pertanian oleh kaum perempuan dan laki-laki, serta dapat mengetahui hambatan/ persoalan serta kebutuhan kaum perempuan. Dari beberapa kesepahaman tersebut bahwa sebenarnya dalam mewujudkan kesejahteraan petani, kaum perempuan telah banyak turut serta di dalamnya dan secara tidak langsung saat kondisi kesejahteraan petani membaik maka peluan untuk kedaulatan pangan tercapai akan semakin besar. Peranan Pemerintah dalam Mendukung Kelompok Tani untuk Mendukung Tercipanya Kedaulatan Pangan di Indonesia Pemerintah selaku salah satu aktor pembuat kebijakandi negara ini tentu saja menjadi harapan bagi para petani agar pertanian di negara Indonesia semakin berkembang dengan semakin berkembangnya potensi pertanian maka akan berdampak pula pada kesejahteraan petani, sehingga permasalahan seperti yang tertera pada awal pembahasan bisa diminimalisir. Berikut beberapa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan pertanian di Indonesia. a. Strategi Umum Pembangunan pertanian mempunyai tujuan umum yaitu memajukan agribisnis (Agrimedia.ac.id) , yaitu dengan membangun secara sinergis dan harmonis aspek-aspek: (1) industri hulu pertanian yang meliputi perbenihan, input produksilainnya dan alat mesin pertanian; (2) pertanian primer (on-farm); (3) industri hilir pertanian (pengolahan hasil); dan (4) jasa-jasa penunjang yang terkait dalam memajukan agribisnis. Setiap pelaku agribisnis mengharapkkan adanya tambahan bagi pendapatan dalam menjalankan perannya dalam perkembangan agribisnis, tanpa adanya nilai tambahan maka mereka akan enggan menekuni agribisnis, maka kunci dalam meningkatkan kinerja di sektor ini adalah menciptakan nilai ekonomi yang menunjang daya tarik agribisnis. Selain hal tersebut di atas, membatasi produk impor juga menjadi salah satu hal yang wajib di pertimbangkan oleh pemerintah. Di mungkinkan juga dengan peningkatan biaya masuk barang produk pertanian dari luar. Dengan

30

pembatasan tersebut di harapkan akan lebih memberikan kesempatan produk local mempunyai pasar di Negara sendiri. Yang tentunya di ikuti dengan ,kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk. Diversivikasi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri juga menjadi kendala yang sangat berarti bagi pencapaian ketahanan pangan lokal maupun nasional, dengan mengacu pada hal tersebut, pemerintah di harapkan mampu membuat kebijakan yang tegas terkait peta lokasi pengembangan sektor pertanian berdasarkan pada tingkat produktifitas daerah penghasil produk pertanian. Sehingga dengan adanya peta lokasi tersebut, pemerintah mempunyai pembatasan terhadap adanya diversifikasi lahan pertanian untuk pemukiman dan industri dan lebih mengoptimalkan peningkatan hasil pertanian pada lokasi tersebut salah satunya dengan pemperluas lahan pertanian. b. Ketahanan Pangan Domestik/Lokal Ketahanan Pangan Nasional tentunya tidak terlepas dari ketahanan pangan domestik/lokal. Dengan mengacu pada hal tersebut maka dengan adanya otonomi daerah diharapkan dapat memaksimalkan peran pemerintah daerah dalam meningkatkan sektor agribisnis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Proses otonomi daerah yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000, peranan daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan di wilayahnya menjadi semakin meningkat. Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat berperan aktif. Achmad (2005) menyebutkan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut diharapkan memperhatikan beberapa azas, yaitu: 1. Mengembangkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing- masing daerah sesuai dengan potensi sumberdaya spesifik yang dimilikinya, serta disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat. 2. Menerapkan kebijakan yang terbuka dalam arti menselaraskan kebijakan ketahanan pangan daerah dengan kebijakan ketahanan pangan nasional. 3. Mendorong terjadinya perdagangan antar daerah. 4. Mendorong terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan. Dengan memperhatikan beberapa azas kebijakan ketahanan pangan di daerah tersebut, beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut diantaranya meliputi: 1. Pemerintah daerah perlu menyadari akan pentingnya memperhatikan masalah ketahanan pangan di wilayahnya.

31

2. Perlunya apresiasi tentang biaya, manfaat, dan dampak terhadap pembangunan wilayah dan nasional program peningkatan ketahanan pangan di daerah kepada para penentu kebijakan di daerah. 3. Pemerintah daerah perlu menyusun perencanaan dan strategi untuk menangani masalah ketahanan pangan di daerah. 4. Perlu dikembangkan suatu wahana untuk saling tukar menukar informasi dan pengalaman dalam menangani masalah ketahanan pangan antar pemerintah daerah. c. Pengembangan teknologi Pengembangan teknologi dalam meningkatkan efisiensi akan mencakup teknologi pengembangan sarana produksi (benih, pupuk dan insektisida), teknologi pengolahan lahan (traktor), teknologi pengendalian hama terpadu (PHT), teknologi pengelolaan air (irigasi gravitasi, irigasi pompa, efisiensi dan konservasi air), teknologi budidaya (cara tanam, jarak tanam, pemupukan berimbang, pola tanam, pergiliran varietas), dan teknologi pengolahan hasil. Teknologi pertanian berperan penting dalam mendukung pengembangan pertanian pangan di areal pengembangan baru (ekstensifikasi). Pengembangan lahan pertanian baru, menurut kondisi agro ekosistemnya dapat dibedakan menjadi (Achmad, 2005) : (1) lahan sawah cetakan baru, (2) lahan kering (ladang atau di bawah naungan), dan (3) lahan rawa (pasang surut dan lebak). Sudah barang tentu teknologi yang dibutuhkan untuk pengembangan di areal ekstensifikasi ini akan bersifat lokal spesifik Peranan Badan Litbang Pertanian mengingat bahwa pelayanan teknologi tepat guna sangat vital bagi peningkatan produktivitas, peningkatan efisiensi, perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah di sektor pertanian, maka peranan lembaga penelitian nasional dan daerah seperti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) beserta lembaga mitra kerjanya yang lain sangat vital dalam meningkatkan kinerja sektor ini. Kinerja pelayanan teknologi dituntut untuk mampu merespon dengan baik kebutuhan para petani dan pengusaha, dalam mengembangkan agribisnis yang modern dalam arti mengandalkan iptek untuk membangun efisiensi usaha, nilai tambah dan daya saing produknya, dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan keluarga tani di pedesaan. Teknologi pertanian berperan sangat strategis di dalam upaya peningkatan ketahanan pangan nasional. Teknologi pertanian dapat berperan dalam meningkatkan produktivitas pangan, meningkatkan diversifikasi dalam jenis dan kualitas pangan, meningkatkan nilai tambah, kesempatan kerja, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dengan teknologi tepat guna efisiensi produksi dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan daya saing produk pangan di dalam

32

negeri dan di pasar internasional. Pengembangan teknologi juga mencakup aspek rekayasa kelembagaan, yang mendorong berkembangnya kelembagaan agribisnis dan kelembagaan di pedesaan. Pelayanan kepada petani, dalam era reformasi ini, harus dilaksanakan dalam koridor pemerintahan yang baik dan bersih, mengikuti prinsip-prinsip: (i) bersifat memberdayakan dalam arti meningkatkan kemampuan menganalisis, mengambil keputusan, membangun akses terhadap sumberdaya dan sarana produksi, serta mengatasi masalah yang dihadapi; (ii) bersifat partisipatif dalam menghasilkan teknologi tepat guna, yaitu mengikut-sertakan petani sejak perencanaan, pelaksanaan pemantauan evaluasi dan perbaikan; (iii) memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memberikan masukan; dan (iv) membangun komunikasi dan kerja sama yang baik antar pemerintah dengan berbagai komponen masyarakat untuk saling mengisi demi kemajuan bersama. Untuk itu sistem yang selama ini didisain untuk pola yang sentralistis dan instruktif, pada era otonomi dan globalisasi ini perlu disesuikan kepada pola yang partisipatif. Penyesuaian ini memerlukan kemauan, kemampuan intelektual dan komitmen untuk berubah dan harus dimulai dari lingkungan kita masing-masing, untuk selanjutnya ditularkan kepada mitra kerja dalam kalangan yang lebih luas. Melalui upaya tersebut disertai tekad yang kuat untuk membangun bangsa, maka ketahanan pangan nasional dapat kita wujudkan. (Achmad, 2005) . Penjelasan diatas masih merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam bidang pertanian untuk mendukung terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia. Tak hanya itu pemerintah juga berusaha membuat sebuah program yang unik seperti one day no rice dimana dalam program ini masyarakat diminta untuk meminimalisir konsumsi beras dalam satu hari dan menggantikannya dengan makanan bergizi lainnya seperti umbi-umbian. meskipun belum tersosialisai dengan baik dengan adanya program „one day no rice‟ ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peka terhadap kondisi ketahanan pangan di Indonesia dan menekan tingkat konsumsi beras. Banyak sekali kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mendukung terciptanya ketahanan pangan, namun sayang sekali sosialisasi yang minim dan tidak meratanya distribusi bantuan sumber daya pertanian kepada para petani menyebabkan ketahanan pangan di negara ini masih sulit di capai. Bukan itu saja berdasarkan hasil wawancara yang kami peroleh dari badan ketahanan pangan yang ada di kota Medan dikatakan bahwa seluruh program pertanian di Indonesia adalah sama sehingga tidak ada spesifikasi penanganan bagi lahan pertanian yang kurang subur atau bagi lahan pertanian yang potensi nya sangat tinggi, wajar saja bila potensi pertanian di Indonesia masih kurang berkembang karena upaya dari pemerintah pun masih kurang optimal dalam menyusun kebijakan.

33

Kesimpulan Kondisi ketahanan pangan di Indonesia sangat bergantung pada dua aktor yaitu petani dan pemerintah. Petani selaku aktor yang mengetahui seluk beluk permasalahan pertanian sudah semestinya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah terutama dalam hal pemenuhan sumber daya pertanian itu sendiri. Pemerintah sudah membuat begitu banyak kebijakan yang baik hanya saja implementasi nya masih kurang optimal sehingga petani yang kebanyakan adalah masyarakat awam beranggapan bahwa pemerintah cenderung lepas tangan. Ketahanan pangan di Indonesia juga cukup bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras secara besar banyak program yang harus dicaanangkan untuk menurunkan atau menekan tingkat konsumsi beras di Indonesia. Dengan lebih sejahteranya petani, implementasi kebijakan yang optimal, distribusi sumber daya pertanian yang merata serta sosiaslisasi program yang maksimal makaa ketahanan pangan di negara ini akan lebih mudah dicapai dan akan mendukung terciptanya kedaulatan pangan di Indonesia.

Daftar Pustaka [Anonim].2012.Fasilitasi Kaum Perempuan Dalam Pertanian.www.pekalongankab.go.id. [24 Mei 2016]. [Anonim].2012.Pengertian Ketahanan Pangan .www.Bkp.pertanian.go.id.[20 April 2016]. [Anonim].2012.Undang-Undang Kedaulatan Pangan .www.Kompas.com.[20 April 2016]. Achmad,Suryana.2005.Ekonomi Pertanian.Balitbangtan. Jakarta Selatan. Arifin, Bustanul,.2008.Pembangunan Agribisnis Sebagai Basis Ekonomi Indonesia.www.Agrimedia.aca.id.[15 Juni 2016]. Budiman, Arief,.2000.Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Gramedia Pustkaka Utama.Jakarta. Geertz,Clifford.1983.Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. Republik Indonesia.2000.Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah. Lembaran Negara RI Tahun 2000. Sekretariat Negara Jakarta. Republik Indonesia.2012.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang pangan. Lembaran Negara RI Tahun 20112. Sekretariat Negara Jakarta.

34

BAB III Hak Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam Pembangunan Hak Asasi Manusia : Studi Kasus Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

Pendahuluan Manusia terlahir sebagai makhluk yang memiliki kebebasan dan kesetaraan dalam martabat dan hak. Hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia sejak ia terlahir di muka bumi dengan alasan, hanya karena ia adalah manusia. Berkenaan dengan keseteraan dalam martabat dan hak, banyak terjadi penindasan yang menekan kebebasan manusia. Menurut Albert Camus (1988), kebebasan adalah masalah orang yang tertindas, dan pelindungnya selalu datang dari golongan tertindas pula. Kebebasan merupakan udara yang tanpanya kita tidak bisa bernapas, namun seperti halnya udara kita tidak lagi memperhatikannya, sampai pada suatu ketika jika kebebasan itu dicabut, barulah kita merasakan pentingnya kebebasan itu. Dan bila saat ini kebebasan merosot mutunya di banyak tempat di dunia, ini bukanlah karena teknik penjajahan telah demikian berkembang atau demikian efektif, melainkan karena pembela kebebasan sejati telah berpaling darinya karena kelelahan, atau putus asa, atau oleh pemikiran yang keliru tentang strategi dan efisiensi.22 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal dua23, menyatakan bahwa tiap-tiap individu memiliki martabat, kebebasan, dan hak tanpa harus dibedakan menurut latar belakang ras, agama, suku, jenis kelamin, bahasa, usia, orientasi seksual, ekonomi, pandangan politis, asal negara, atau status lainnya. Konsep hak asasi manusia diciptakan dengan maksud untuk melindungi individu dari tindakan diskriminatif yang akan menimbulkan ketidakadilan. Diskriminasi terhadap suatu individu atau

22 Camus, Albert. Krisis Kebebasan. Yayasan Pustaka Obor Jakarta, hal. 104 23 Pasal dua DUHAM berbunyi: Everyone is entitled to all the rights and freedoms set fort in this Declaration, without distinction of any kind, such as race, color, sex, language, religion, political or other opinion, national or social origin, property, birth, or other status. Furthermore no distinction shall be made on the basis of the political, jurisdictional or international status of the country or territory to which a person belongs whether it be independent, trust, non-self-governing, or under any other limitation of sovereignty. (http://gardan-indo.tripod.com/duham.html/10/11/2015)

35

suatu kelompok tertentu merupakan perlakuan yang tidak memandang individu sebagai manusia seutuhnya. Namun demikian, kenyataannya terdapat banyak pelanggaran- pelanggaran yang terjadi ditengah masyarakat. Diskriminasi terhadap suatu individu maupun kelompok yang latar belakangnya berbeda dengan masyarakat secara umum menjadi permasalahan yang tiada berujung.Minoritas selalu ditindas hanya karena pengaruh perbedaan jumlah dan berlainan dengan moral yang berlaku di masyarakat.Contohnya diskriminasi terhadap kolompok minoritas seksual seperti Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT) yang belakangan menjadi topik hangat yang diperbincangkan di masyarakat Indonesia.Terdapat banyak opini yang muncul, baik itu pro maupun kontra terhadap kaum minoritas seksual LGBT.Mereka dibenarkan untuk diperlakukan secara diskriminatif hanya karena orientasi seksual berbeda dari yang dibenarkan secara umum.Lantas bagaimana seharusnya peran negara dalam memenuhi hak-hak kaum minoritas LGBT dalam rangka pembangunan Hak asasi manusia diindonesia.Negara yang seharusnya mampu untuk menjamin hak-hak setiap warga negaranya kini mulai dipertanyakan dengan munculnya ketidaksetaraan dan fenomena diskriminasi yang muncul dikalangan kaum minoritas.

Diskriminasi Terhadap Kaum Minoritas Seksual LGBT Kelompok minoritas seksual LGBT mendapat tindakan diskriminatif, berupa pelanggaran-pelanggaran yang menyangkut Hak Asasi Manusia (HAM) hanya karena orientasi seksual yang berbeda dari orientasi seksual yang berlaku secara umum.Hal itu diperjelas dengan banyaknya sangkaan-sangkaan yang tidak diikuti dengan pengetahuan, melainkan hanya menebak-nebak saja maupun mengikuti opini-opini yang beredar dimasyarakat, opini yang dikeluarkan oleh kaum-kaum moralis yang mencederai hakikat hak asasi manusia. Salah satu pengetahuan yang harus dimiliki dalam menghadapi fenomena LGBT adalah pendidikan seks, Menurut Foucault (1976) segala sesuatu yang tidak diatur untuk membangun keturunan dan yang tidak diidealkan berdasarkan tujuan yang sama tidak lagi memiliki tempat yang sah, dan juga tidak boleh bersuara; diusir, disangkal dan ditumpas sampai hanya kebungkaman yang tersisa. Seksualitas bukan saja tidak ada, melainkan tidak boleh hadir dan segera ditumpas begitu tampil dalam tindak atau wicara. Misalnya anak-anak, bukankah mereka tidak mempunyai seks: karena itu, bukankah lebih baik mentabukan seks bagi mereka, melarang mereka membicarakannya, menutup mata dan menyumbat telinga dimana pun anak-anak kebetulan menonjolkan seks, memaksakan kebungkaman menyeluruh dan patuh.24

24 Foucault, Michel. Ingin Tahu Sejarah Seksualitas. Yayasan Obor Indonesia.Hal. 20

36

Pendidikan seks di Indonesia masih sangat minim, dikarenakan moral yang berlaku menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu, itulah ciri khas represi, dan itulah yang membedakannya dari larangan hukum: represi berfungsi sebagai keputusan hukum (seks harus dihilangkan), tetapi juga sebagai perintah untuk bungkam (seks dinyatakan tidak ada). Karena itu, percuma seks dibicarakan, ditonton, atau dipelajari. Kemunafikan masyarakat borjuis kita dilandasi oleh logikanya yang pincang.Kendati begitu, kemunafikan terpaksa menerima beberapa kopromi. Jika berbagai seksualitas yang menyimpang itu memang tak terelakan, biarlah gaduhnya terjadi ditempat lai: misalnya ditempat penyimpangan itu dapat diterima, kalaupun bukan disektor produktif, paling tidak disektor yang membawa untung. Rendahnya pengetahuan mengenai seksualitas dan ditambah dengan kewajiban norma heteroseksual yang berlaku secara sosial, menjadikan kaum minoritas LGBT dipandang sebagai orang-orang yang menyimpang, sesat, tidak bermoral, dan tidak tertutup kemungkinan untuk menerima perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggap itu adalah salah. Mengutip Ivan Illich (1982) ada beberapa bentuk perilaku yang bebas dari pemrograman genetik dan tidak pula sepenuhnya dikendalikan oleh naluri.Kebudayaan mengisyaratkan suatu tingkat kehidupan yang tak dapat diungkap dalam peristilahan biologis; pewarisan genetik mengikuti hukum yang berkebalikan dengan hukum pewarisan budaya.Seleksi alamiah beroperasi pada variasi yang tak diarahkan, menuju ke percabangan genetika; sedangkan evolusi kebudayaan mewariskan ciri-ciri yang telah terbentuk di masa kini ke generasi berikutnya.Evolusi biologis melahirkan cabang-cabang baru yang tidak saling menyuburkan, takkan pernah lagi bersatu setelah masing-masing cabang itu berdiri sendiri- sendiri.25 LGBT adalah sebuah singkatan dalam bahasa asing, yang mengacu pada Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender.Lesbian dan Gay lebih dikenal dengan homo sexual, yakni kaum yang memliki orientasi sexual yang tertarik terhadap sesama jenis. Sementara Bisexual adalah orientasi sexual yang tertarik baik sama sesama ataupun lawan jenis kelamin. Transgender adalah orientasi sexual yang cendrung berbeda dengan penampilan fisik. Di Indonesia, Transgender itu lebih dikenal dalam keseharian sebagai kaum waria (Wanita Pria), atau popular dengan sebutan bencong.26

25 Illich, Ivan. Matinya Gender. Pustaka Pelajar. Hal-97 26 Dede Oetomo, Memberi Suara Pada Yang Bisu, Yogyakarta : Galang Press Yogyakarta, 2001

37

KONSEP ISU GENDER DALAM HAK LESBIAN, GEY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT) DALAM PEMBANGUNAN HAM

MICHAEL FOUCAULT :

TABU / TIDAK TABU

Seksualitas akan IVAN ILLICH : menjadi tabu SEKSUALITAS MODERN atau tidak BERORIENTASI KEPADA tabu jika GENDER ATAU JENIS KELAMIN dibawa keranah publik

Dimana orang – orang yang

berpendidik HABERMASH : an membuat PUBLIK SPHERE statement tanpa didasari

dengan bukti SEN (1999) : yang jelas, PERLUASAN KAPABILITAS Dimana RAKYAT statement tersebut akan mejadi pedoman asumsi bagi JOHN LOCKE : HUKUM ODRAT HAM masyarakat Responsibility awam dala of memahaistate ROCKY.G : konsep PERAN NEGARA DALAM “LGBT” MEMENUHI HAM tanpa penelitian Isu Gender Konsep yang tergambar pada hal sebelumnya dimulai dari perbincangan seksualitas, dimana apabila perbincangan seksualitas masuk kedalam ruang ranah public apakah hal tersebutdianggap tabu / tidak untuk layak diperbincangkan terutama dikalangan anak- anak dalam konteks

38

pendidikan seks sejak dini, kemudian gender bagaimana gender berperan penting dalam orientasi seks, apakah orientasi seks yang berdasarkan gender dapat diterima di masyarakat. Media masa sebagai penyampai informasi masal, memuat konten berita yang berisi argumen dari kaum – kaum terpelajar maupun orang – orang yang mempunyai kuasa mengenai fenomena kaum minoritas seksualitas LGBT yang tanpa dasar dan pengamatan secara ilmiah yang dilegitimasi begitu saja oleh masyarakat luas dikarenakan yang berbicara adalah kaum terpelajar sehingga memojokkan kaum minoritas seksualitas LBGT . Padahal menurut Illich (1982) hal mengenai orientasi seks masih bisa diperdebatkan dari mana asalnya apakah gender atau jenis kelamin. Dalam konteks pembangunan, pembangunan mampu memperluas ruang kebebasan manusia apabila pembangunan itu mampu memperluas kapabilitas atau kemampuan rakyat untuk menjalani jenis kehidupan yang bernilai dimana perluasan ini tergantung kepada penghilangan penindasan serta penyediaan fasilitas dasar sebagai pra syarat untuk mencapai kehidupan yang diinginkan.Hal ini sejalan dengan analisis profesor Sen (2000) tentang pembangunan memandang kebebasan individu sebagai blok-blok bangunan dasar.Karena itulah pembangunan harus dipandang sebagai usaha untuk memperluas kebebasan substantif atau “kemampuan manusia”yang dimiliki oleh orang banyak.perspektif ini memfokuskan perhatian kepada kemampuan semua orang untuk menempuh kehidupan yang menjadi idaman dan meningkatkan pilihan-pilihan riil yang ada. Kondisi almiah manusia menurut John Locke tidak berada dibawah kekuasaan orang lain, mereka bebas, merdeka dan setara, oleh karena itu hak hidup, kebebasan, dan property merupakan hak – hak yang tidak bisa diabaikan untuk menjaamin hak dan kebebasannya, manusia bersatu dalam institusi negara serta menyerahkan sebagaian kebebasan dan haknya kepada negara. Oleh karena itu, negara mempunyai tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi semua hak masyarakatnya. Apabila negara tidak melaksanakan tanggung jawabnya, maka masyarakat berhak untuk memberontak dan mengambil kembali amanah yang telah diberikan, karena tanggung jawab negara untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran terhadap HAM tidak hanya untuk menghukum pelanggar HAM tetapi negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang aman dimana tidak ad seseorang yang melanggar HAM orang lain.

Kehidupan Kaum Minoritas Seksual LGBT: Studi kasus Kota Medan Amerika Serikat sebagai salah satu negara ekonomi terkuat di dunia dan negara kiblat demokrasi melakukan keputusan besar, yaitu melegalkan perkawinan sejenis.Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam kasus Obergefell v. Hodges memberikan putusan yang pada intinya menjadikan perkawinan sesama jenis sebagai hak mendasar (the

39

fundamental rights) yang dijamin dalam klausa due process clause and the equal protectionclausepada amandemen ke-14 konstitusi mereka. Dengan putusan di atas, pasangan sejenis dapat melangsungkan perkawinan di 50 negara bagian dan akan berimplikasi pada adanya hak atas harta kekayaan bagi pasangan sejenis tersebut.Putusan MA Amerika Serikat yang memenangkan kaum lesbian-gay dan sekarang sering disebut LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender) tidaklah muncul secara otomatis, tetapi telah melalui suatu proses yang cukup panjang. Advokasi terhadap hak-hak kaum lesbian-gay di Amerika Serikat paling tidak sudah dimulai setelah Perang Dunia II berakhir. Sedangkan menurut American Psylochogical Association (APA), gerakan sipil masyarakat gay berlangsung pertama kali pada tahun 1965 melalui demonstrasi yang memperjuangkan hak-hakgay di Philadelphia dan Washington D.C.27 Di Indonesia sendiri kaum LGBT berada pada situasi terbatas dan tidak dibicarakan secara terbuka.Perlindungan terhadap kamu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender tidak ada dalam undang-undang di Indonesia.Ini tentu berkaitan dengan keadaan-sosial masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi budaya ketimuran. Adanya ancaman dan peyerangan yang dilakukan oleh kaum tertentu, seperti kaum reaksioner dan fundamentalis terhadap bentuk perjuangan identitas bagi kaum homoseksual tentu juga menjadi bagian dari proses perjuangan LGBT di Indonesia. Dari hasil wawancara dengan narasumber responden lesbian yang berinisial “Y” yang berada di Kota Medan, diketahui bahwa “Y” telah mengalami orientasi seksual sebagai lesbian sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan masih menyembunyikan identitasnya. Kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya dia bertemu dengan salah satu perkumpulan penyuka sesama jenis disalah satu tempat dikota Medan, dimana pada perkumpulan tersebut dia sudah tidak lagi menyembunyikan orientasi seksualnya. Sebelumnya “Y” yang sudah tidak lagi menyembunyikan identitas orientasi seksualnya, dia mendapatkan tindakan diskriminatif dari berbagai orang yang ditemuinya.dimulai dari teman- temannya yang sering menyindir, dan dijauhi dikarenakan dia di anggap sebagai suatu penyimpangan sosial, tidak hanya oleh teman-temannya bahkan dari orang yang tidak dikenal sering melakukan tindakan diskriminatif dan memojokkannya. Dan menurut pengakuan “Y” hal ini sering terjadi padanya maupun teman-teman lainnya yang memiliki orientasi seksual berbeda.Pernyataan dari Y bukanlah tak berdasar, itu dikarenakan absennya peran Negara dalam melindungi Hak Asasi Manusia.Sering terjadi tindakan diskriminatif maupun kekerasan yang

27www.selasar.com/politik/lgbt-ham-dan-ketahanan-nasional-indonesia

40

sering diberitakan di Indonesia, pelaku tindak kekerasan terdiri dari banyak lapisan masyarakat, baik secara besar maupun kecil.Tidak ada tindakan yang jelas dari negara, hal ini berlawanan dengan fungsi negara untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia, tidak hanya untuk menghukum pelanggar HAM, tetapi negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang aman dimana tidak ada seseorang yang melanggar hak asasi orang lain.

Peran Opini Publik Menentukan Pandangan Masyarakat Luas Terhadap Kaum Minoritas Seksual LGBT Agaknya tidak ada isu yang bisa menyatukan publik Indonesia sekuat isu LGBT.Akhir-akhir ini, arus penentangan terhadap LGBT terjadi lintas-agama, lintas-partai atau lintas-ideologi politik, dan bahkan lintas kelas sosial.LGBT melahirkan histeria publik.Kontroversi tidak hanya terjadi berlangsung di dunia online dan media sosial, namun juga dalam bentuk diskusi serta aksi-aksi di jalanan.Isu ini semakin hari semakin menggelinding.Anehnya, semua diskursus tentang LGBT tidak mendorong pada pencarian informasi yang sungguh-sungguh tentangnya, namun justru memperkuat prasangka-prasangka yang keliru dan tak berdasar. Di Indonesia isu ini semua di mulai oleh mentri Riset,Teknologi, dan Pendidikan tinggi (MENRISTEK DIKTI) Mohamad Nasir, yang melarang kegiatan LGBT di kampus-kampus. Mentri ini menanggapi kegiatan sebuah kelompok yang bernama Suport Group and Resources Centre on Sexuality studies (SGRC) di universitan Indonesia yang menawarkan konseling untuk kelompok LGBT. Kepada media, mentri nasir mengatakann “LGBT tidak sesuai dengan tataran nilai dan kesusilaan bangsa Indonesia.Saya melarang.Indonesia ini tata nilainya menjaga kesusilaan”.28 Tanggapan di kalangan elit terhadap isu LGBT memperlihatkan betapa kurangnya pengetahuan mereka terhadap isu ini.Sekali pun dibahas dalam forum seperti focus group discussion atau talk show, tampak bahwa sebagian besar yang dikemukakan tentang LGBT lebih banyak berdasarkan prasangka ketimbang sebuah pergulatan intelektual.Penyakit ini tidak saja menghinggapi kalangan elit politik yang melihat isu ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan kekuasaannya.Yang mengejutkan, prasangka ini juga muncul dari kalangan profesional – psikiater dan psikolog – yang secara intelektual seharusnya sangat paham.Karena ini adalah bagian dari profesi mereka.Histeria terhadap LGBT tidak hanya muncul dalam bentuk diskusi dan lontaran-lontaran pernyataan.Seiring dengan menghangatnya diskusi dan perang pernyataan, ancaman fisik terhadap komunitas LGBT

28Dikutip dari Tempo.co “Menteri Nasir: Organisasi LGBT tidak Dilarang di Kampus” Selasa 26 Januari 2016, 14:45 WIB

41

juga dilancarkan. Di Yogyakarta, Pondok Pesantren Al Fatah yang menampung kaum waria belajar agama Islam diancam ditutup oleh kelompok-kelompok Islamis.29 Di beberapa kota sudah terdengar ancaman untuk menyerbu dan menutup rumah-rumah komunitas LGBT yang biasa dipakai untuk melakukan konseling dan melakukan pendidikan kesehatan seksual. Jika di jalanan ancaman kekerasan menjadi semakin nyata, maka di tingkat politik pun para politisi bermanuver untuk membuat kebijakan guna membatasi gerak atau bahkan meniadakan LGBT.Fraksi Partai Keadilan Sejahatera di DPR, dengan cepat memanfaatkan kesempatan ini. Fraksi ini mengaku akan mengusulkan rancangan undang-undang larangan LGBT yang mereka namakan RUU Anti Penyimpangan Seksual. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) juga bergerak cepat.Lembaga yang akhir-akhir ini banyak diejek di media sosial karena mudahnya melakukan sensor pada tayangan televisi, mengeluarkan “edaran kepada seluruh lembaga penyiaran mengenai pria yang kewanitaan.” KPI meminta agar lembaga penyiaran tidak menampilkan pria sebagai pembawa acara (host), talent, maupun pengisi acara lainnya (baik pemeran maupun pendukung) yang memiliki tampilan seperti: (1) Gaya berpakaian kewanitaan; (2) Riasan (make up) kewanitaan; (3) Bahasa tubuh kewanitaan, (termasuk namun tidak terbatas pada gaya berjalan, gaya duduk, gerakan tangan, maupun perilaku lainnya); (4) Gaya bicara kewanitaan; (5) Menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk berperilaku kewanitaan; (6) Menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang seharusnya diperuntukkan bagi wanita; (7) Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering dipergunakan kalangan pria kewanitaan.30 Mengutip Chomsky (1997) selama publik terus dibatasi, dialihkan perhatiannya, dan tidak punya akses untuk berorganisasi atau menyatakan sentimennya, atau bahkan untuk mengetahui kalau orang lain juga menyimpan sentiment yang sama, keadaan tidak akan berubah.31 Paling tidak kita lihat ada dua kebijakan yang ditawarkan berkaitan dengan LGBT. Keduanya bersifat sangat diskiriminatif.Yang pertama adalah Rancangan Undang-undang Anti Penyimpangan Seksual yang diusulkan oleh F-PKS di DPR. Kedua, adalah edaran KPI.Kedua kebijakan ini sangat diskriminatif dan dilandasi oleh semangat untuk mengeliminasi orang yang memiliki orientasi seksual yang berbeda.

29Dikutip dariwww.bbc.com “Pesantren Waria Di Jogjakarta ditutup, LBH Protes” 26 Februari 2016 30KPI.go.id “Edaran Kepada Seluruh Lembaga Penyiaran Mengenai Pria yang Kewanitaan” /K/KPI/02/16 Diterbitkan pada Selasa, 23 Februari 2016 22:44 WIB 31 Chomsky, Noam. Politik Kuasa Media.Pinus Book Publisher.Hal. 34

42

Kecenderungan (trend) yang muncul ini tentu sangat mengkhawatirkan.Surat edaran KPI, misalnya, sangat bertentangan kondisi sosial masyarakat Indonesia. Telah lama rumah tangga-rumah tangga Indonesia disinggahi oleh tokoh-tokoh seperti Dorce Gamalama, Ade Juwita yang berasal dari Papua, Tessy Srimulat, Karjo AC/DC, dan lain sebagainya. Mereka sudah lama memberikan hiburan kepada publik.

Perspektif Agama Dalam LGBT Setiap agama menjadikan kitab suci sebagai pedoman hidup.Setiap agama mengajarkan kebaikan dan perdamaian, tanpa membedakan latar belakang seseorang dan setiap agama juga mengakui adanya hak-hak asasi manusia yang telah dilahirkan secara kodrat. Dalam persektif membangun tolernsi antar umat beragama ada lima prinsip yang bisa dijadikan pedoman semua pemeluk agama dalam kehidupan sehari-hari : (1) tidak satu pun agama yang mengajarkan penganutnya untuk menjadi jahat; (2) adanya persamaan yang dimiliki agama-agama, misalnya ajaran tentang berbuat baik kepada sesama; (3) adanya perbedaan mendasar yang diajarkan agama-agama.diantaranya, perbedaan kitab suci, nabi, dan tata cara ibadah; (4) adanya bukti kebenaran agama; dan (5) tidak boleh memksa seseorang menganut agama atau suatu kepercaayn.32 Hal tersebut sudah jelas bahwa setiap agama menjunjung tinggi kesetaraan gender dan menolak keras terhadap diskriminasi sesama kaum. Namun tidak dipungkiri setiap manusia memiliki keinginan yang secara naluri ingin bebas dari pemaksaan, bebas menentukan pilihan, bebas menyalurkan pendapat dan memiliki kecenderungan sesuai dengan rohaniahnya. Sebagai makhluk sosial, maka pada saat yang bersamaan, hak-hak yang dimilikinya itu dibatasi oleh hak individu yang lain, yang dimungkinkan memiliki budaya, ras, suku, bangsa, agama, jenis kelamin, posisi sosial dan perbedaan lain yang menyebabkan hak-hak asasi seseorang tidak bersifat bebas sebebas-bebasnya (absolute). Dalam banyak masyarakat perubahan sosial sering diiringi dengan gejala sekularisme, yang oleh Giddens (1989:451) didefenisikan sebagai suatu proses melalui mana agama kehilangan pengaruhnya terhadap berbagai segi kehidupan manusia dan oleh Light, Keller dan Calhoun (1989) didefenisikan sebagai proses melalui mana perhatian manusia beserta institusinya semakin tercurahkan pada hal duniawi dan perhatian terhadap hal yang bersifat rohaniah semakin berkurang. Para ahli sosiologi mengemukakan bahwa proses ini seringkali memancing reaksi dari

32 A. Ubaidillah dan Abdul Rozak, ―Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani‖, hal. 169

43

kalangan agama, yang dapat berbentuk perlawanan maupun penyesuaian diri33. Dari berbagai kalangan agama sendiri ada yang kontra serta netral menghadapi gejala ini.Agama-agama besar seperti Islam dan Kristen menganggap homoseksual sebagai perbuatan keji dan dosa besar. Dalam pandangan agama Buddha perilaku homoseksual dianggap masih abu-abu, tetapi sebagian besar para bhikku menolak pernikahan sejenis. Dalam tata karma dan tata susila agama Hindu, perilaku homoseksual juga dilarang karena dalam sastra hindu, Hyang Widi menciptakan laki-laki sebagai bapak dan perempuan sebagai ibu melalui upacara perkawinan.34 Dalam pandangan agama 35Islam, LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan Sihaaq (lesbian). Dimana kaum homoseksual juga disebut kaum Luth, karena kaum Nabi Luth adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq). Islam secara terang mengecam perilaku tersebut karena selain tidak baik bagi kaum itu sendiri tetapi juga membahayakan lingkungan sosialnya. Allah SWT berfirman, ―Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah‖ (QS. Fatir [35] : 11) LGBT menurut pandangan Islam pada umumnya menyamakan perbuatan homoseksual dengan perbuatan zina bahkan lebih buruk dari berzina. Karena itu, segala implikasi hukum yang berlaku pada zina juga berlaku pada kasus homoseksual.Bahkan pembuktian hukum pun mengacu pada kasus-kasus yang terjadi pada zina. Sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seseorang yang mengalami kelainan kelamin (misalnya berkelamin ganda) dengan tujuan tashih atau takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan sesuai dengan hukum akan membuat identitas kelamin tersebut menjadi jelas. Dalam paradigma Kristen, Alkitab secara tegas menujukkan bahwa homoseksualitas adalah dosa, tetapi Alkitab tidak menyatakan bahwa para pelakunya -dimana dalam hal ini biasa disebut gay dan lesbian – bebas diperlakukan dalam ketidakadilan seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Dengan munculnya fenomena sosial berupa dorongan kuat dari kaum

33 Kamanto Sunarto,―Pengantar Sosiologi‖ hal.69 34 Antara News,”Hindu melarang hubungan sesame jenis‖. http://m.antaranews.com/berita/505894/hindu-melarang-hubungan-sesama-jenis 35 Pendangan Islam terhadap LGBT, http://hizbut- tahrir.or.id/216/02/13/pandangan-Islam-terhadap-lgbt/

44

homoseks untuk menuntut persamaan hak dan keadilan bagi mereka. Sekarang, mengakui bahwa dirinya adalah gay dan lesbian bukanlah hal yang terlalu tabu, sehingga mereka juga merasa mempunyai hak asasi yang sama bahkan juga didalam lembaga pernikahan. Disinilah peran gereja dan kekristenan harus membu at keputusan yang tegas. Jikalau Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa homoseksual adalah disalahkan, maka gereja pun juga tidak boleh memberikan izin bagi lembaga pernikahansesama jenis.Ini bukan tentang hak asasi manusia, tetapi tentang otoritas tertinggi yang dipercayai oleh gereja yaitu Alkitab sendiri.36 Ajaran agama sendiri sebenarnya menitik beratkan pada moral dan akhlak manusianya dengan tetap memperhatikan keutuhan seorang manusia.Apabila seseorang melakukan kesalahan atau penyimpangan- penyimpangan moral dimasyarakat maka salahkanlah akhlak moralnya bukan orangnya. Karena setiap agama sendiri juga mengajarkan keadilan, seperti hadist dalam agama Islam yang artinya ―hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan‖ (QS Al Ma-idah [5]:8).37 Dalam setiap kehidupan beragama kaum LGBT terlihat jelas banyak ditentang oleh berbagai aliran agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan agama lainnya. Agama memandang bahwa fenomena LGBT telah menyalahi hakekat manusia yang sesungguhnya, fenomena ini juga dianggap sebagai suatu bentuk kecacatan moral dan akhlak pada manusia.

Peran Negara Dalam Memenuhi Hak-Hak Kaum Minoritas Seksual LGBT John Locke mengatakan bahwa kondisi alamiah manusia tidak berada dibawah kekuasaan orang lain, mereka bebas, merdeka, dan setara. Keadaan alamiah manusia membentuk manusia hidup bermasyarakat dengan diatur oleh hukum kodrat dan masing-masing individu memiliki hak yang tidak boleh dirampas darinya. Dalam keadaan ini, manusia bebas menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Namun demikian, tiap-tiap individu tidak bertindak semaunya sendiri, melainkan hidup berdasarkan

36 Pandangan Alkitab tentang hooseksualitas, gay, dan lesbian, http://martianuswb.com/?p=65 37 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya…,hal 159 dikutip dari Ainiyah,Quratul.keadilan gender dalam Islam (konvensi PBB dalam Perspektif Mazhab Shafi’i). hal 28.

45

ketentuan hukum yang diberikan oleh Tuhan. Hukum kodrat dari Tuhan ini melarang siapapun untuk merusak atau memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain. Olehkarena itu menurut Locke (1690) , hak hidup, kebebasan, dan property, merupakan hak-hak yang tidak bisa diabaikan (inaliable rights).38 To understand political power alright, and derive it from its original, we must considere what estate, all man are naturally in, and that is, a state of perfect freedom to order their action, and disposed of their possessions and person as they think fit, within the bound of the law of Nature, without asking leave or depending upon the will of any other man. (p, 72) The natural liberty of man is to be free from any superior power on earth and not to be under the will or legislative authority of man, but to have only the law of Nature for his rule.(p, 73) Kemudian Locke (1960) menjelaskan lebih jauh mengenai bersatunya manusia dalam satu institusi negara “The great and chief end, therefore, of man uniting into commonwealths and putting themselves under government, is the preservation of their property.‖ (p. 77). Property dalam pengertian Locke (1690) adalah juga termasuk hidup, kebebasan, dan hak miliknya. Hanya karena alasan untuk menjamin hak dan kebebasannya, manusia bersatu dalam institusi negara serta menyerahkan sebagian kebebasan dan haknya pada negara.Oleh karena itu, negara punya tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi semua hak masyarakatnya. Negara sebagai institusi yang mengawasi berjalannya kontrak sosial, diberikan kewenangan untuk mengatur masyarakatnya.Negara mempunyai hak untuk memproduksi hukum dengan tujuan untuk mengatur masyarakatnya. Karena pada hakekatnya, negara didirikan hanya untuk menjamin kebebasan hak semua anggota masyarakatnya, serta mengatur mereka demi mewujudkan kehidupan yang nyaman dan damai.Oleh karena itu, kekuasaan negara sesungguhnya adalah terbatas dan tidak mutlak. Segala kekuasaan yang dimiliki oleh negara diperoleh dari warga masyarakat yang mendirikannya.Dengan demikian, negara hanya boleh bertindak dalam batasan-batasan yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.Satu-satunya tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak asasi warganya, terutama hak warga atas property pribadinya. Hanya demi tujuan inilah warga negara akan bersedia meninggalkan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang penuh bahaya tersebut dan bersatu dalam negara

38 Locke, J. (1690). The Second Treatise of Government.In P. Hayden(Ed.).(2001). The Philosophy of Human Right (pp. 72-79). St. Paul: Paragon House

46

Negara mempunyai tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi masyarakatnya karena negaralah yang memiliki kekuasaan politik. Tanggung jawab negara untuk menghormati HAM adalah tanggung jawab negara untuk tidak bertindak atau mengambil kebijakan yang bertentangan dengan HAM. Tanggung jawab untuk melindungi HAM, adalah tanggung jawab negara untuk mencegah, menghentikan, dan menghukum setiap terjadinya pelanggaran HAM.Sedangkan tanggung jawab untuk memenuhi HAM, adalah kewajiban negara untuk melaksanakan, memberikan, menjamin pelaksanaan setiap hak asasi melalui tindakan dan kebijakan-kebijakannya. (Rocky G. 2006). Apabila negara tidak melaksanakan tanggung jawabnya, maka masyarakat berhak untuk memberontak dan mengambil kembali amanah yang telah diberikan. Karena menurut Locke (1690) , “jika masyarakat sudah tidak bisa menikmati kehidupan yang layak, ketakutan, merasa tidak aman, tidak ada kebebasan, tidak ada hukum, tidak diperlakukan sesuai martabatnya sebagai manusia oleh negara, maka kontrak sosial tidak lagi dapat dijalankan” (Rocky G., 2006, p, 195) Karena negara mempunyai legitimasi yang diberikan oleh anggota masyarakat terhadap kekuasaannya sebagai penjamin hak, maka kewenangan untuk menghukum pelanggar hak menjadi kewenangan negara.Masalah pelanggaran HAM yang dialami oleh warga negara haruslah diserahkan, diselesaikan, dan pelakunya harus dihukum oleh negara. Tanggung jawab negara untuk menjamin tidak terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi manusia, tidak hanya untuk menghukum pelanggar HAM, tetapi negara juga bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang aman dimana tidak ada seseorang yang melanggar hak asasi orang lain. (Rocky G., 2006).39 Tidak terbayangkan apa yang terjadi bila negara sebagai penjamin hak asasi manusia malah melakukan pelanggaran terhadap warga negaranya, entah siapa lagi yang akan melakukan penindakan kalau bukan kaum-kaum yang ditindas hak-haknya, maka dari itu peningkatan kapabilitas manusia dalam konteks pembanguna HAM sangat dibutuhkan bagi kaum-kaum minoritas yang ditindas, bukan hanya kaum minoritas seksual LGBT.

Kesimpulan Pembangunan yang tidak dirasakan oleh seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan adalah suatu masalah dalam pembangunan yang harus diselesaikan.Hal ini berkaitan dengan ketidakadilan dan

39Rocky G. (Ed). (2006). Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Depok: Filsafat-UI Press

47

ketidaksetaraan, selagi masih terdapat penindasan dan tindakan-tindakan diskriminatif, maka pembangunan tidak dapat dikatakan berhasil.Pembangunan yang sebenarnya adalah pembangunan yang berdampak positif bagi semua lapisan kelas, bukan hanya bagi segelintir orang saja. Negara sebagai penjamin berdirinya hak-hak asasi manusia harusnya hadir dalam setiap aspek yang berkaitan dengan pemenuhan hak asasi, hadir sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati hak-hak asasi tanpa memandang latar belakang ras, agama, suku, orientasi seks, dan yang lainnya. Partisipasi kelompok minoritas seksual LGBT dalam pembangunan HAM membuka celah untuk mempertanyakan norma heteroseksual yang diinstitusikan sekaligus juga untuk mendekonstruksinya. Kritik yang paling efektif untuk melawan heteroseksualitas adalah dengan menyingkirkan pandangan esensialis, yang memandang LGBT sebagai minoritas permanen. Untuk mencapai kesetaraan dengan heteroseksual, merupakan sesuatu yang tidak mungkin tanpa menyingkirkan norma heteroseksual dari status istimewanya sebagai norma yang terinstitusi. Akan tetapi, perjuangan hak kelompok minoritas seksual LGBT tidak hanya selesai pada perjuangan hak sipil dan hak politik, karena bentuk hak secara formal tidak menyentuh secara keseluruhan ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam sosial. Hegemoni norma heteroseksual tidak bisa ditantang dengan membatasi konsep kesetaraan hanya sebagai yang formal. Aspek sosial-budaya maupun aspek-aspek lainnya juga harus diikutsertakan sebagai bagian dari diskursus.

Daftar Pustaka “Edaran Kepada Seluruh Lembaga Penyiaran Mengenai Pria yang Kewanitaan”.KPI.go.id. diakses pada 23 Februari 2016 22:44 WIB “F-PKS Rancang RUU Anti LGBT”. www.news.detik.com. diakses pada Rabu 24 Februari 2016 14:36 “LGBT Marak, Apa Sikap Kita?” YouTube.com Indonesia Lawyers Club Eps. Diakses pada 16/02/2016 “Menteri Nasir: Organisasi LGBT tidak Dilarang di Kampus”.www.tempo.com. Diakses pada Selasa 26 Januari 2016, 14:45 WIB Antara News,“LGBT Bagian Proxy War” . diakses pada Selasa 23 Februari 2016 17:25 WIB Antara News,”Hindu melarang hubungan sesame jenis‖.http://m.antaranews.com/berita/505894/hindu-melarang- hubungan-sesama-jenis BBC News, “Pesantren Waria Di Jogjakarta ditutup, LBH Protes” . www.bbc.com. Diakses pada 26 Februari 2016

48

Budi, W. 2013. Etika Pembangunan.p.56. CAPS (Centre For Academic Publishing Service). Camus, A. 1988. Krisis Kebebasan. p.104. Yayasan Pustaka Obor Jakarta. Chomsky, N. 1997.Politik Kuasa Media.p.5-6,34,39. Pinus. Dede, O. 2001.Memberi Suara Pada Yang Bisu.Galang Prees Yogyakarta. Diakses pada 26 Februari 2016. Foucault, M. 1976. Sejarah Seksualitas. p.20,96,104. Yayasan Obor Indonesia. Habermas, J.1989. Ruang Publik. p.2-3. Kreasi Wacana. Illich, I.1982. Matinya Gender. p.97,104. Pustaka Pelajar. Irawan, Windy Warna. 2010.Negara dan Hak Asasi Kelompok Minoritas Seksual LGBT.Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Filsafat. Universitas Indonesia.Skripsi. Locke, J. 1690. The Second Treatise of Government.In P. Hayden(Ed.).2001. The Philosophy of Human Right pp. 72-79. St. Paul: Paragon House. Rocky G. (Ed). 2006. Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus. Depok: Filsafat-UI Press Sen,Amartya.2000. Development as Freedom. New York: Achor Books.

49

BAB IV Kemiskinan dan Pembangunan: Marjinalisasi Anak Jalanan di Kota Medan

Kemiskinan berdampak terhadap eksploitasi anak Kemiskinan merupakan salah satu problematika pembangunan didunia.Sekitar 10 persen dari masyarakat dunia hidup dalam kondisi sangat miskin. Berdasarkan laporan bank dunia, kemiskinan saat ini menembus angka 9,6% dari populasi dunia. Data tersebut menunjukkan kondisi dewasa ini berada pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Sesuai laporan yang menjadi pembuka pertemuan dana moneter internasional (IMF) dan bank dunia, bahwa sekitar 702 juta orang dari seluruh populasi dunia hidup dibawah garis kemiskinan.40 Peran PBB dalam mengatasi kemiskinan salah satunya adalah dengan memperhatikan keadaan anak-anak. Sesuai dengan pasal 32, konvensi PBB tentang hak-hak anak, maka pemerintah telah meratifikasi diwajibkan untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan apa saja yang kemungkinan membahayakan, mengganggu pendidikan anak, berbahaya bagi kesehatan fisik, jiwa, rohani, moral, dan perkembangan sosial anak (Usman,2004:180). Terutama di negara – negara berkembang, kemiskinan merupakan salah satu masalah terbesar dan sulit untuk diselesaikan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2015 mencapai 28,51 jutaorang atau (11,13%) hal ini menurun dari tahun sebelumnya, yaitu turun sekitar 0,8 %. (sumber:Berita resmi statistic no.05/01/ThXIX, 4 januari 2016). Sekitar 22 juta penduduk diantaranya adalah anak-anak, anak-anak seharusnya dijadikan generasi muda dalam pemcapaian cita-cita bangsa, namun kemiskinan dinilai menjadi penyebab utama eksplotasi terhadap anak, walaupun sudah terdapat Undang-Undang yang ditetapkan dan berbagai sosialisasi yang dicanangkan. Beberapa contoh eksploitasi anak yang dilakukan oleh orang tua ataupun pihak-pihak tertentu yang terdapat di Indonesia antara lain, mempekerjakan anak sebagai tulang punggung keluarga, mempekerjakan anak sebagai pekerja seksual, mempekerjakan anak dipertambangan, mempekerjakan anak sebagai penyelam mutiara, mempekerjakan anak

40 http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/1:01233-problematika-kemiskinan- di-dunia

50

dibidang konstruksi, menugaskan anak-anak di anjungan penangkapan ikan lepas pantai, mempekerjakan anak sebagai pemulung, melibatkan anak- anak dalam pembuatan dan kegiatan yang menggunakan bahan peledak, mempekerjakan anak dijalanan, mempekerjakan anak di industry rumah tangga, mempekerjakan anak diperkebunan, mempekerjakan anak untuk mengemis, dan orang tua yang mengajak anaknya untuk mengemis. Akibat penghasilan yang pas-pasan atau bahkan sangat kekurangan menyebabkan keluarga miskin tidak memiliki tabungan dan simpanan yang cukup, sehingga mereka sangat mudah masuk kepada perangkap hutang yang kronis.Disisi lain, akibat tidak memiliki latar belakang disisi lain, akibat tidak memiliki latar belakang penidikan yang cukup dan tidak menguasai ragam keterampilan yang dapat dijadikan bekl untuk mencari pekerjaan yang alternatif sering terjadi keluarga-keluarga miskin itu menjadi apatis, cenderung bersikap menerima nasib, pesimis, tidak berdaya dan enggan beresiko. Kerentanan dan ketidakberdayaan ini sering menimbulkan poverty rackets atau “roda penggerak kemiskinan” yang menyebabkan keluarga miskin diwilayah urban tak jarang harus menjual harta benda dan aset produksinya karena tak ada lagi bantalan yang tersisa.

Teori Kemiskinan Terhadap Pembangunan Kemiskinan merupakan masalah sosial dan nasional, karena kemiskinan secara pasti akan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial yang melahirkan serentetan masalah baru di lingkungan masyarakat. Dan menjadi masalah nasional, karena pendirian suatu negara dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mencapai kehidupan kolektif yang lebih baik di dalam suatu negara. 41 Dari segi sosial, kemiskinan penduduk dapatjuga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim (Sumardi dan Dieter, 1985). Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan (BPS, 2015). Belsky seorang peneliti dari amerika serikat mengemukakan bahwa factor penyebab terjadinya penelantaran anak dan tidak terpenuhinya hak- hak anak serta kekerasan anak melalui pendekatan ekologis.Belsky mengeluarkan gagasan bahwa factor penyebab penelantaran atau kekerasan terhadap anak tidak semata-mata disebabkan oleh anak secara perorangan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat dimana anak itu berada seperti lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Selanjutnya juga

41 Drs. Taliziduhu Ndraha, Pembangunan Masyarakat, Bina Aksara, 1987

51

lingkungan masyarakat beserta nilai sosial budaya yang hidup dan dianut serta pemerintah dengan segala aparat pelaksana kebijakannya.42 Dalam upaya mengetahui akar masalah terjadinya kekerasan dan penelantaran anak pendekatan ekologi menganalisis dalam 4 hal.pertama, ontogenic development menekankan pengalaman atau sejarah individu dari tiap anak yang mengalami perlakuan salah dari para orang tua mereka. Kedua, microsystem mewakili situasi dimana keluarga menjadi tempat yang berhubungan langsung dengan terjadinya perlakuan salah terhadap anak, ketiga, exosystem merupakan struktur sosial baik yang bersifat formal maupun informal (dunia kerja kehidupan bertetangga dan jejaring sosial yang bersifat informal) yang sering ditemui setiap orang yang berperan dalam mempengaruhi, mengurangi atau menentukan apa yang terjadi. Keempat, macrosystem yang mewakili sistem dan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat.sistem dan nilai-nilai budaya ini mendorong dan memperkuat terjadinya perlakuan salah terhadap anak melalui faktor- faktor yang berada ditingkat sejarah atau pengalaman individu, microsystem dan eksosystem. Selain itu, keyakinan bahwa anak adalah harta atau hak milik orang tua turut menjadi factor yang berpengaruh terhadap terjsdinya kekerasan atau perilaku salah terhadap anak.Di Indonesia pun masyarakat masih memiliki pandangan bahwa anak adalah hak milik orang tua anak adalah warga negara kelas dua seperti halnya perempuan.Meskipun telah berbagai undang – undang telah ditetapkan namun tetap sajah diskriminasi terhadap perempuan dan anak terus terjadi. Atas dasar hal tersebut, maka tidak diragukan lagi pendapat Aristoteles telah menjadi dasar berlakunya pandangan bahwa anak tidak memiliki hak yang sama pentingnya dengan orang dewasa. Sebagai akibat perlakuan salah atau kekerasan terhadap anak dianggap hal yang wajar. “The justice of a master or father is quaite a diffrenting from that or citizen, for a slave is property, and there can be no in justice to one’s own property.‖43 Banyak hal yang dijadikan alasan untuk mendiskriminasi anak – anak dan perempuan. Kemiskinan dan rendahnya pendidikan menjadi alasan terjadinya perlakuan salah dan kekerasan terhadap anak di Indonesia

42 Jay Belsky, “Child Maltreatment : An Ecological Integration‖, (1980) (35) (4), American Psychologist, pp.320-335 dikutip dari Rika Saraswati, S.H.,C.N.,M.Hum ―Hukum perlindungan anak di Indonesia‖ hal159 43 Bakan, D.,1971, Slaughter of the innocents, San Francisco : Jossey- Bass: Collins, J., The Role Of The Law enforcement Agency. In. R. heifer & C.H. Kempe (Eds.), 1974, The Battered Child, Chicago : University of Chicago Press; David G. Gil,1976, ― Primary Prevention Of Child Abuse: A Philosophical and Political issue‖, Journal of Pediatric Psychology, pp 54-57.Dikutip dari Rika Saraswati, S.H.,C.N.,M.Hum ―Hukum perlindungan anak di Indonesia‖ hal165

52

yang secara tidak langsung telah mendorong terjadi eksploitasi terhadap anak. Berdasarkan pendekatan ekolois, perlakuan salah, dan kekerasan terhadap anak di Indonesia terjadi di semua level.Apa yang terjadi di level sejarah dan pengalaman individu, mikrosistem, eksosistem, dan makrosistem terhadap kekerasan dan penelantaran terhadap anak adalah pengaruh yang bervariasi dari kebiasaan dan nilai – nilai yang berlaku saling mempengaruhi satu sama lain.

Kemiskinan dan Hak Anak Jalanan Hasil penelitian mengenai anak jalanan di Medan menunjukkan anak tidak lagi mendapatkan haknya sebagai seorang anak. Kota Medan merupakan salah satu ibu kota dengan jumlah tingkat kemiskinan yang cukup tinggi yaitu sekitar 10,79% dan angka ini bertambah dari tahun lalu yang hanya sekitar 10,53 %. (BPS Sumatera Utara no.05/01/12/TH.XIX 04 Januari 2016). Kemiskinan dikota Medan dapat dilihat dari seringnya ditemui anak-anak jalanan disepanjang jalanan kota medan, seperti terminal, lampu merah dsb. Contohnya seperti didaerah persimpangan lampu merah Mongonsidi dan Jalan Patimura, terlihat jelas anak-anak dibawah umur yang berseragam Sekolah Dasar (SD) sedang menjajakan dagangannya disetiap lampu merah. Salah seorang yang kami wawancarai bernama rija, ia merupakan seorang siswa SD kelas 5 yang turut serta dalam salah satu kawanan anak jalanan disekitar daerah lampu merah Mongonsidi, berdasarkan hasil wawancara kami ia mengatakan bahwa tujuannya menjajakan dagangannya yang berupa makanan, adalah untuk membantu orang tuanya dan memenuhi kebutuhan sekolahnya. ―aku kak jualan disini udah lama, ya aku jualannya tiap pulang sekolah kak, kadang-kadang aku jualan sampe malam. Uangnya ya buat nambain uang jajanku buat beli buku-buku sekolah sama kukasihlah uangnya sama mamakku juga untuk belik beras kami.‖ (Wawancara Lija, Anak Jalanan) Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, anak jalanan juga mempunyai target dalam menjajakan dagangannya dan hal yang paling miris, mereka juga harus menyetor sejumlah uang dari pendapatan mereka kepada kepala preman setempat.Informasi ini kami peroleh dari salah satu Yayasan anak jalanan di Kota Medan.Bagi beberapa besar anak jalanan mereka menolak untuk dilakukan wawancara atau penelitian, hal ini dikarenakan bagi mereka tidak ada manfaatnya kembali.Setiap tahunnya kehidupan mereka tidak pernah berubah, tidak adafeedbackkepada mereka dari pemerintah.Mereka merasa sebagai bahan praktek dan tidak ada yang perduli kepada mereka, sebagian besar orang hanya ingin tahu tapi tidak memberikan aksi nyata.Jelas terlihat disini, mereka sangat kurang perhatian dan kasih sayang kita.Hal tersebut menjadi faktor utama dari eksploitasi ini.Mereka mau tidak mau dipaksa bekerja dan menhabiskan waktu di

53

jalanan.Padahal anak seumuran Lija seharusnya mendapat kasih sayang dari orang tua dan pendidikan yang cukup. Upaya pemerintah, untuk mengatasi eksploitasi anak adalah dengan dikeluarkannya UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.Diharapkan dengan dikeluarkannya UU tersebut, terdapat kejelasan tentang batasan bagaimana anak dikatakan sebagai pekerja atau bukan. Batasan tersebut akan membuat permasalahan eksploitasi anak di Indonesia bisa diminimalisir dan bagi yang mengeksploitasi anak dengan maksud untuk menguntungkan sendiri atau orang lain, dapat dipidana dengan ketentuan yang berlaku.

Kondisi pekerja anak di Indonesia Saat ini kondisi generasi muda di Indonesia sangat memperihatinkan. Berdasarkan data dari hasil sensus tim Badan Pusat Statistik Sumatera Utara tahun 2014 menyampaikan bahwa jumlah penduduk yang masuk kategori miskin sebesar 9,85% dari total penduduk provinsi Sumatera Utara yang berjumlah sekitar 13.766.851 jiwa. Jumlah penduduk miskin tersebut menurun dari tahun yang sebelumnya yang memiliki sekitar 10,39% dari total penduduk kota dan desa Sumatera Utara.44 Hal ini menjelaskan walaupun berkurang tetapi masih ada angka kemiskinan di kota Medan. Ini berarti bahwa masih ada masyarakat miskin yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang mencukupi seluruh kebutuhan keluarganya. Dan sebagian dari masyarakat ini adalah pengamen jalanan dibawah umur yang mencari tambahan pendapatan. Banyak anak kecil yang masih berkeliaran di bawah lampu lalu lintas maupun berkeliling setiap rumah atau toko untuk mengamen agar mendapatkan uang. Genarasi Muda sebagai penerus bangsa bukan dipupuk menjadi genarasi yang berkualitas malah dijadikan pekerja informal di jalanan. Indikasi terjadinya eksploitasi terhadap anak dapat dilihat antara lain : a. Anak bekerja dibawah ancaman atau bujuk rayu pihak tertentu. Dimana tidak ada larangan yang jelas dalam masyarakat untuk melarang pekerjaan anak.Tidak jarang orangtua ikut mengeksploitasi anaknya dengan dalih membantu perekonomian keluarga. Jika tidak bekerja mereka akan mendapatkan ancaman dari pihak-pihak tertentu yang membuat mereka tidak memiliki pilihan lain. b. Jam kerja yang panjang seperti orang dewasa. c. Anak tidak dapat menerima hak tumbuh dan berkembangnya secara wajar, contohnya seperti pada saat jam sekolah banyak anak-anak yang ditemui sedang mengemis, mengamen dan memulung dll, yang lebih

44http://sumut.bps.go.id

54

membahayakan seperti pekerjaan penangkapan ikan lepas pantai yang dapayt membahayakan jiwa mereka. d. Upah yang rendah dan tidak sesuai dengan asas kemanusiaan. Memperkerjakan anak dianggap dapat menguntungkan, mereka dapat mendapatkan tenaganya namun hanya dibayar dengan upah yang minim. Hal ini disebabkan karena anak dapat diatur dengan mudah tidak seperti orang dewasa yang akan complain dengan upah yang murah. Krisis ekonomi, adalah sebagai pemicu utama terjadinya berbagai bencana yang telah menyebabkan banyak orang tua dan keluarga mengalami penurunan daya beli, pemutusan hubungan kerja sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan akan hak-hak anaknya. Berkaitan dengan itu jumlah anak putus sekolah, terlantar semakin bertambah, selain itu akibat yang ditimbulkan ialah banyak anak-anak yang terpaksa harus membantu orang tuanya, karena kemiskinan. Di sisi lain tidak sedikit anak yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, diakibatkan karena situasi perkotaan yang begitu dinamis dan tidak memberi ruang bagi masyarakat menengah kebawah, hal ini terlihat mudahnya terjadi pengusuran serta terjadinya konflik yang tak dapat dielakkan. Konflik yang dapat dilihat seperti perkelahian antar kelompok, dengan menggunakan senjata tajam bisa terjadi kapan saja, dan tidak sedikit pula anak terlibat didalamnya. Pemerintah kota dengan melakukan penggusuran atas nama keindahan dan ketertiban umum yang tidak pernah selesai: menggusur paksa, penggrebekan, penggarukan, yang sudah barang tentu membawa konsekwensi tertentu bagi kehidupan perkotaan. Modernisasi, Industrialisasi, migran dan urbanisasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup membuat dukungan sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang. Faktor lain yang menyebabkan anak-anak turun ke jalan dikarenakan adanya konflik yang terjadi pada rumah tangganya, mereka bosan dengan keadaan yang terjadi di rumah. Peraturan serba ketat tanpa memberi peluang kepada anak mengutarakan keinginannya, tidak jarang sering terjadi tindak kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga sebagai mana yang sering kita saksikan akhir-akhir ini, untuk itu sebagai alternatif dalam mengurangi meningkatnya anak terlantar perlu pemberian modal usaha dan penciptaan lapangan kerja dari pemerintah yang merupakan tugas pokok dinas sosial sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah kota tentang kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Karena mereka terlanjur hidup dan mencari nafkah di jalanan dan ditempat- tempat umum lainnya maka mereka dikenal dengan istilah anak jalanan.

55

Pengaruh eksploitasi anak terhadap pembangunan di Indonesia Eksploitasi anak merupakan salah satu bentuk pendiskriminasian hak anak.Dimana anak-anak dituntut untuk melakukan berbagai hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang anak seperti mengamen, memulung, mengemis, dsb.Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa dimana memiliki arti penting bagi pembangunan nasional dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu diperlukan adanya perlindungan anak, dimana keberadaan anak menjadi tanggung jawab bangsa yang diharapkan dapat menyongsong masa depan baik dalam kehidupan dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat. Sebagai Presiden Republik Indonesia, Jokowi menyebutkan bahwa anak – anak penting dan merupakan bagian dari aset pembangunan, dan asset negara yang harus dijaga.45Sebagai generasi muda seharusnya anak – anak dididik sehingga melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.Sehingga ketika waktunya telah tiba, anak – anak telah matang untuk bersaing dilingkungannya baik secara nasional maupun internasional sehingga dapat melakukan pembangunan bagi negara. Makna pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi aspek politik, ekonomi, budaya, dan Hankam untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinia ke4 pembukaan UUD 1945.Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia pada umumnya. Wujud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia Indonesia yang bertaqwa pada tuhan yang maha esa, cerdas dan terampil, berbudi luhur, berakhlak mulia, disiplin, sehat jasmani dan rohani, dan mampu membangun diri dalam rangka membangun bangsanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika eksploitasi anak terus dilakukan maka tujuan nasional dalam pembukaan UUD 1945 dimana tujuannya tersebut adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteran umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Potensi yang dimiliki generasi muda harus mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa, disinilah negara harus aktif berperan dalam aksi nyata untuk memberikan pendidikan dari dalam sehingga dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas. Generasi tua sebagai generasi yang berlalu wajib membimbing, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya, bukan memberi ketakutan serta ancaman yang dapat mempengaruhi pemikiran atau psikis anak-anak yang berujung kepada hal negative.

45 Hizbut-Thahir.or.id

56

Peran serta masyarakat dan pemerintah terhadap masalah anak Kemiskinan, kemelaratan serta kebobrokan merupakan hal yang menurunkan kualitas dan melemahkan semangat serta kemampuan masyarakat (Bryant dan White, 1982,14). Itulah sebabnya peran masyarakat atau partisipasi masyarakat digunakan sebagai salah satu elemen dari pembangunan.46Oleh karena itu partisipasi masyarakat dalam pengentasan masalah kemiskinan dan anak jalanan perlu dibangkitkan. Dalam hal ini yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) merupakan sebuah contoh dari partisipasi masyarakat dimana yayasan ini berkerja sama dengan komunits-komunitas serta lembaga- lembaga terkait dengan perlindungan anak untuk melindungi serta mengayomi anak-anak yang ada dijalanan dengan cara membuat rumah belajar untuk anak jalanan serta sarana-sarana yang lain untuk mendukung pendidikan anak jalanan. Apapun ceritanya, jumlah anak jalanan harus terus dikurangi setiap tahunnya.Untuk mengurangi anak jalanan, maka harus dilihat akar masalah yang ada.Kemiskinan adalah penyebab utama mengapa anak jalanan terus bertambah jumlahnya.Karena itulah, pengentasan kemiskinan menjadi salah satu upaya mendesak yang harus dilakukan agar pertumbuhan anak jalanan bisa terus ditekan.Pemerintah baik di pusat dan daerah harus mempersiapkan program pengentasan kemiskinan yang terencana dan berdayaguna. Untuk melindungi anak jalanan diperlukan penanganan sebagai berikut : 1. Penyuluhan sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas hak-hak anak untuk memperoleh perlindungan. 2. Membina anak secara bertahap, agar anak tidak menggunakan public space ( jalan raya, terminal bus, stasiun kereta api, pelataran pertokoan dan tempat-tempat lain yang tetrlarang) untuk bekerja mencari nafkah.47

Diskriminasi anak dalam perspektif gender Berbagai produk hukum di Indonesia secara substansi, selalu didominasi dan lebih berpihak pada kepentingan laki-laki. Keberpihakan hukum terhadap laki-laki sangat terlihat dalam hukum yang berlaku di Indonesia, dimana secara tidak langsung kebijaksanaan dan hukum yang bias gender akan menyebabkan semakin banyak anak perempuan yang tidak bisa bersekolah karena kemiskinan. Kemiskinan sering menjadi alasan bagi orang tua untuk menghentikan sekolah anak – anaknya terutama anak perempuan. Selain itu, orang tua juga sering membuat keputusan untuk menikahkan anak perempuannya dalam usia masih dini dengan tujuan dapat membantu perekonomian orang tua. Faktanya

46 Drs.Taliziduhu Ndraha, Pembangunan Masyarakat, 1987 47 Matias Siagian, kemiskinan dan solusi, 2012

57

pernikahan yang adalah ibadah dalam agama namun malah menjadikan perempuan sebagai objek tanpa dapat memilih pilihan lain. Kebudayaan di Indonesia membuat perempuan hanya dapat dipiih.Keputusan ini sebenarnya tidak tepat tanpa kematangan jiwa, karenanya perkawinan anak sering berakhir dengan KDRT ataupun perceraian bahkan juga masalah kesehatan bagi anak yang bersangkutan. Chiplin dan sloane (1982) mengatakan keterbatasan ruang lingkup perempuan diakibatkan oleh karena perempuan tidak mempunyai kapasitas untuk akses pada “maledominated jobs” sehinga perempuan terkonsentrasi secara berlebih dalam suatu range kesempatan kerja terbatas, yang menekan tingkat upah perempuan. Ketidak setaraan gender sudah menjadi masalah besar bagi masyarakat. kebudayaan patriarki secara tidak langsung telah memberikan batasan – batasan bagi perempuan dan ketidakadilan serta ketidaksetaraan turut melahirkan kedekatan identitas perempuan dengan kemiskinan. Ketidak setaraan tersebut yang membuat adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana dalam sektor public ruang gerak wanita seperti lebih dibatasi dibandingkan dengan laki-laki.Hal ini dapat kita lihat dari kaum wanita lebih banyak dianggap lebih pantas mengurusi hal rumah tangga, dibandingkan turun langsung berkarir dalam dunia pekerjaan.Ini yang menyebabkan perempuan terbatasi ruang geraknya di ruang public.Perempuan tidak bisa lepas dari belenggu ketidaksetaraan gender ini, hal ini dikarenakan jumlah populasi perempuan berbanding jauh dengan populasi laki-laki, itu mengapa perempuan memberikan pengaruh terhadap kemiskinan.diskriminasi gender terjadi pada anak-anak genrasi uda dari kasus yang kami dapatkan melalui LSM KKSP, tak jarang ada saja ibu-ibu yang memanfaatkan anaknya yang masih balita untuk mengemis demi mendapatkan rupiah. Hal ini terjadi karena lebih mudah menarik perhatian masyarakat dengan cara melibatkan kaum wanita dan anak-anak untuk mengemis dibandingkan kaum pria. Ketidaksetaraan gender sama saja memarjinalkan kaum perempuan, dimana perempuan dibatasi ruang geraknya dalam sektor public juga dalam dunia pekerjaan. Kaum perempuan sering berprofesi sebagai pekerja yang bisa dibilang berupah rendah, seperti sebagi buruh pabrik, bahkan sampai menjadi pembantu rumah tangga. Yang paling dekat dengan kita, yaitu keluarga, perempuan sering dianggap juga lebih lemah sehingga sering dianggap perempuan lebih baik menngurusi rumah tangga daripada bekerja.Sampai dalam keluarga, mengikuti hukum adat, anak perempuan lebih kecil jatah warisan keluarga dibandinkan kaum laki-laki. Menurut Ketua Yayasan KKSP terdapat perbedaan antara pekerja anak perempuan dengan pekerja laki-laki, anak laki-laki biasanya sepulang bekerja mala bermain dengan orang dewasa dan bahkan mengikuti gaya hidup lelaki dewasa seperti merokok. Orangtua pun bukan tidak tahu kelakuan dari anak lelakinya seperti itu namun dikalangan kurang mampu,

58

seorang anak yang mampu membiayai kebutuhan hidupnya sendiri dan membantu keluarganya maka orang tua tidak akan mencapuri urusan pribadinya karena dianggap sudah dewasa. Kasus ini sangat menunjukkan diskriminasi hak atas anak perempuan dengan anak lelaki.

Kesimpulan Penyebab utama meningkatnya jumlah anak jalanan adalah kemiskinan. Seiring menjamurnya anak jalanan banyak masalah yang muncul dan harus dihadapi oleh para anak jalanan, diantaranya terjadinya kekerasan pada anak jalanan, eksploitasi dan seks bebas di usia dini, serta merebaknya tindak kriminal. Selain itu, dampak meningkatnya anak jalan membawa mimpi buruk bagi pemerintah dan masyarakat, serta masa depan bangsa dapat dipertanyakan seiring fenomena tersebut, juga bagi kehidupan sosial anak jalanan itu sendiri. Untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, sebaiknya negara mempunyai kewajiban untuk membebaskan mereka dari kemiskinan.Kemiskinan jangan dipakai sebagai kambing hitam dari setiap kebijakan yang gagal berkaitan dengan anak jalanan, melainkan harus sebagai proteksi negara untuk melindungi mereka baik itu di jalanan ataupun melindungi mereka dari hak-hak mereka mendapat akses pendidikan dan sebagainya.

Daftar Pustaka Budi, W. 2013. Etika Pembangunan.p.56. CAPS (Centre For Academic Publishing Service). Darmaningtyas, Pendidikan Pada dan setelah Krisis ( Evaluasi Pendidikan di masa Krisis ), ( Cet. I: Yogyakarta; Pustaka Pelajar 1999 ) h. 5 Hizbut-Thahir.or.id diakses pada tanggal 1 Mei 2016 http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/11/04/121468/sedikitny a-600-anak-di-kota-medan-hidup-di-jalanan diakses pada tanggal 1 Mei 2016 Ndraha, Taliziduhu, Pembangunan Masyarakat, Bina Aksara, Jakarta 1987. Octalina, Benedhicta Prita. “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi Ekonomi”.2014 Rika Saraswati, S.H.,C.N.,M.Hum, Hukum perlindungan anak di Indonesia, (cet II : Bandung ; PT Citra Aditya Bakti 2015 ) Saputra, H. Masalah Anak Jalanan http://www.harjasaputra.wordpress.com diakses pada tanggal 28 April 2016 Siagian, Matias, Kemiskinan dan Solusi, (Cet I: Medan; Grasindo Monorotama 2012). Undang-Undang Dasar 1945. VanDijk, Frans, Kekerasan Terhadap Anak, PKPA 1999. wegiaprianto.blogspot.co.id/2013/06/contoh-makalah-peran-pemuda- pemudi-dalam.html diakses pada tanggal 2 Mei 2016

59

BAB V Implementasi Kartu Indonesia Pintar : Studi Kasus di Daerah Starban Kecamatan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

Pendahuluan Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk pembangunan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikan yang adap ada bangsa tersebut. Jika pendidikan berkualitas baik, maka sangat besar kemungkinan bahwa Negara tersebut akan mengalami kemajuan. Begitu pula sebaliknya. Untuk bias memajukan suatu bangsa diperlukan para generasi penerus bangsa yang mampu dan siap untuk bersaing di era globalisasiini, tentunya hal itu bias tercapai dengan dukungan mutu pendidikan yang baik. Maka sudah barang tentu pendidikan menjadi modal dasar pembangunan dalam suatu bangsa. Saat ini, di Indonesia, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat mahal dan terkesan eksklusif, yaitu hanya diperuntukan kepada orang- orang yang menduduki stratifikasi sosial menengah ke atas.Walaupun kondisi demikian hanya dirasakan oleh orang yang berada di bawah garis kemiskinan, tapi berimbas juga pada pembangunan secara keseluruhan karena mayoritas penduduk negara kita berada pada starata sosial menengah ke bawah.Padahal, dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1-5) menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Oleh karena itu, pemerintah membuat suatu kebijakan dibidang pendidikan dengan diberlakukannya program Kartu Indonesia Pintar.Program KIP ini merupakan iktikad baik oleh pemerintah untuk membangun sebuah peradaban yang kompetitif yang kearah negara berkembang. Karena untuk menjadi negara yang berkembang, diperlukan wawasan, skill dan moral yang cukup untuk membuka wawasan sebagai modal persaingandengan bangsa-bangsa lain.Program Kartu Indonesia Pintar merupakan bantuan pendidikan yang dikhususkan kepada masyarakat kurang mampu.Selain untuk memberi bantuan pendidikan terhadap masyarakat kurang mampu, kebijakan ini juga dibuat guna menekan dan mengurangi jumlah buta huruf dan anak putus sekolah. Juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu serta

60

mendorong keberlanjutan pendidikan anak-anak mereka. Sehingga tercapai salah satu tujuan negara yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari sini kami tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai Kartu Indonesia Pintar terutama bagaimana pengimplementasian kebijakan dan dampak dari Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar tersebut di daerah Starban, Kecamatan Polonia, Medan. Apakah kebijakan ini sudah dapat menjawab permasalahan kebutuhan pendidikan bagi masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu sehingga tercapai pemerataanpendidikan dan keadilan bagi masyarakat, sertaapakah dampaknyabagipembangunan pendidikan.

Implementasi Kartu Indonesia Pintar Ripley dan Franklin(dalam Winarno, 2014:148) menyatakan bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit) , atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Di Indonesia, salah satu bentuk kebijakan pemerintah yang telah diimplementasikan dalam pembangunan pendidikan adalah Kartu Indonesia Pintar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 12 tahun 2015 Pasal 1 ayat 1. Program Indonesia Pintar (PIP) adalah bantuan berupa uang tunai dari pemerintah yang diberikan kepada peserta didik yang orangtuanya tidak dan / kurang mampu membiayai pendidikan, sebagai kelanjutan dan perluasan sasaran dari Program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Tujuan KIP (dalamPasal 2) adalah meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai 21 tahun untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan pendidikan menengah universal/rintisan wajib belajar 12 tahun. KIP diberikan sebagai penanda/identitas untuk menjamin dan memastikan agar anak mendapat bantuan Program Indonesia Pintar apabilaanak mendaftarkan diri ke lembaga pendidikan Formal (sekolah/madrasah) atau lembaga pendidikan Non Formal (Pondok Pesantren, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Lembaga Pelatihan/Kursus dan lembaga pendidikan non formal lainnya dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama). Pada akhir tahun 2014, pemerintah telah membagikan KIP kepada 161.840 siswa, yang merupakan anggota keluarga dari 1 juta penerima Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Secara bertahap, KIP akan dibagikan kepada seluruh anak usia sekolah yang berasal dari 15,5 juta keluarga kurang mampu, atau 25% dari keluarga Indonesia, yang memiliki status sosial ekonomi terendah. 48

48http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kip

61

Penyaluran manfaat program KIP dilaksanakan dua kali di dalam satu tahun anggaran, yaitu periode Januari - Juni 2015 untuk semester II Tahun pelajaran 2014/2015 yang dapat dicairkan mulai bulan Januari, dan periode Juli – Desember tahun 2015 untuk semester I tahun pelajaran 2015/2016 yang dapat dicairkan mulai bulan Juli. Dengan penyaluran manfaat dua kali dalam setahun diharapkan dapat membantu mengurangi kemungkinan siswa tidak dapat melanjutkan sekolah ( drop-out) karena ketidaktersediaan biaya. Disampin itu juga memastikan agar siswa miskin yang berada pada periode transisi dapat terus melanjutkan sekolahnya kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

ANGGARAN DAN PAGU/KUOTA PENERIMAAN KIP 2015/2016 Jenjang Pendidikan 2015 2016 Sasaran Anggaran Sasaran Anggaran Kemendikbud SD 10,470,610 4,711,774,500,000 10,360,614 4,299,010,725,000 SMP 4,249,607 3,187,205,250,000 4,369,968 3,325,099,770,000 SMA 1,353,515 1,353,515,000,000 1,367,559 1,391,564,000,000 SMK 1,846,538 1,846,538,000,000 1,829,167 1,408,665,662,000 Jumlah Kemedikbud 17,920,270 11,099,032,750,000 17,927,308 10,424,340,157,000 Kemenag MI/Ula/Sederajat 877,992 395,096,400,000 567962 255,607,900,000 MTs/Wustha/Sederajat 1,020,616 765,462,000,000 671862 503,787,000,000 MA/Ulya/Sederajat 552,964 552,965,000,000 380378 380,980,000,000 Jumlah Kemenag 2,451,572 1,713,523,400,000 1,620,202 1,140,374,900,000 Total 20,371,842 12,812,556,150,000 19,547,510 11,564,715,057,000 Sumber: www.tnp2k.go.id

Data diatas merupakan jumlah target penerima KIP seluruh Indonesia yang telah didata oleh pemerintah pusat dan siap di realisasikan.Namun, tidak dilampirkan data secara rinci per provinsi penerima KIP. Untuk melihat lebih jauh dari dampak pengimplementasian program ini, kami melakukan penelitian di daerah Starban, Kecematan Polonia, Medan.Starban adalah sebuah tempat, perkampungan ditengah pusat Kota Medan.Yang unik dari tempat ini adalah akses untuk tiba disana harus menggunakan sampan kecil atau rakit.Masyarakat sekitar menyebut rakit yang mampu menampung penumpang sekitar 4 orang ini dengan sebutan getek. Sebenarnya tidak terlalu jauh, manyebrang ke Starban dengan rakit hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit dan membayar seribu rupiah sekali jalan. Tidak ada jembatan atau apaun sebagai akses alternative kecuali bila memaksa ingin jalan darat maka harus memutar keliling dan bertemu dengan kemacetan kota Medan dan hal ini merupakan pilihan mustahil bagi yang tidak memiliki kendaraan.

62

Alasan kami memilih daerah ini sebagai lokasi penelitian adalah karena daerah ini merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya adalah masyarakat kurang mampu, juga daerah ini terkenal dengan tingkat kriminalitas tinggi dan pendidikan yang rendah. Kurangnya perhatian pemerintah akan pembangunan di daerah Starban ini juga merupakan faktor penting untuk dikaji lebih dalam. Padahal, jika dikelola dengn baik, bukan tidak mungkin daerah ini juga memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Di daerah Starban, masyarakat umumnya hidup miskin dan bahkan sangat miskin.Jika digambarkan dari segi pekerjaan, secara garis besar mereka bekerja sebagai pemulung. Selain memulung, ada juga sebagian sebagai tukang becak dan bagi mereka yang punya sedikit modal adalah membuka warung kecil-kecilan. Hanya ada beberapa warga saja yang berprofesi sebagai guru.Tetapi itu tidak banyak, hanya beberapa warga saja. Sehingga untuk mengenyam bangku pendidikan bagi anak-anaknya sangatlah susah .Kalaupun bisa menikmati bangku pendidikan, itu hanya karena mendapatkan bantuan, dari pemerintah misalnya. Berdasarkan hasil survey lapangan di daerah tersebut, data masyarakat yang memproleh KIP adalah data yang sesuai dengan masyarakat yang menerima PKH (Program Keluarga Harapan) dan BSM (Bantuan Siswa Miskin) sebelumnya, antara lain; 245 KK di kelurahan Polonia, 11 KK di kelurahan Suka Damai, 145 KK di kelurahan Sukarejo, 4 KK di kelurahan Anggrung dan 19 KK di kelurahan Madras Hulu dengan total 424 KK. Namun, belum semua dari masyarakat terdaftar tersebutmendapatkan KIP karena pembagiannya masih dilakukan secara bertahap dan di bagikan langsung oleh pemerintah pusat dengan cara dikirimkan langsung melalui kantor pos kepada penerima KIP. Jadi, yang membagi bukan kelurahan ataupun kecamatan setempat.Mereka hanya sebagai fasilitator yang menginput data masyarakat kurang mampu dan kemudian diserahkan kepusat.Sehingga, belum dapat dipastikan dengan jelas berapa masyarakat yang sudah menerima kartu tersebut.Hal ini diungkapkan oleh ibu Saprida selaku petugas yang membidangi masalah bantuan kepada masyarakatkurang mampu di kelurahan Polonia.Artinya, implementasi dari KIP di daerah ini masih „setengah berjalan‟.Karena belum semua dari masyarakat terdaftar menerima dan merasakan manfaat dari program ini. Dari jumlah keselurahan masyarakat terdaftar yang akan menerima bantuan KIP yakni 424 KK, ternyata masih ada masyarakat kurang mampu yang sama sekali belum tersentuh oleh program ini. Hasil dari survey lapangan yang kami lakukan menunjukan beberapa masyarakat miskin yang kami pilih secara acak menjadi sampel penelitian mengaku sama sekali belum mendapatkan bantuan tersebut. Keluarga yang tidak mendapatkan KIP memiliki kriteria; tidak terdaftar dalam bantuan

63

sebelumnya yaitu BSM dan PKH, tidak memiliki kelengkapan berkas seperti kartu keluarga, akte lahir anak dan lain sebagainya.Kesimpulan yang kami dapat adalah masih ada masyarakat yang sebenarnya kurang mampu namun belum menerima bantuan KIP. Masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan Kartu Indonesia Pintar ini kami sebut dengan kaum marjinal.Kalau kita perhatikan, kaum marjinal ini bisa juga terjadi karena tidak tercapainya keadilan sosial.Menurut Teori Keadilan oleh Socrates49, Keadilan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.Tetapi fakta di lapangan, UUD 1945 pasal 31 belum dapat terlaksana, yaitu „„Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sebenarnya pemerintah sudah berusaha untuk memberikan bantuan pendidikan melalui program Kartu Indonesia Pintar. Namun dalam pengimplementasiannya yang belum merata inilah salah satu factor yang menyebabkan adanya kaum marjinal dalam pendidikan. Dari pemaparan diatas mengenai teori keadilan sosial dapat dikaitkan dengan keadaan yang saat ini terjadi di Indonesia dimana sebagian besar pembangunan belum dapat dirasakan seutuhnya oleh masyarakat Starban,karena terjadinya ketidakadilan serta ketidakmerataan dalam pembangunan, baik dalam memberikan bantuan ataupun kebijakan pemeritah yang fokus untuk kesejahteraan masyarakat namun masih belum sesuai dengan harapan.Maka Teori Keadilan menurut Socrates tidak sesuai dengan keadilan yang terjadi pada realitanya.Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan di daerah Starban, Kecamatan Polonia, Medan, yaitukeadilan tidak tercapai diantara kaum marginalitas.

Dampak KIP Pendidikan menurut Paulo Freire50merupakan proses bagi seorang anak manusia untuk menemukan hal yang paling penting dalam kehidupannya, yakni terbebas dari segala hal yang mengekang kemanusiaannya menuju kehidupan yang penuh dengan kebebasan. Pendidikan sebagai suatu proses terus-menerus bagi pembebasan manusia.Pendidikan sebagai praktik pembebasan bukanlah pengalihan, atau penyebaran pengetahuan atau kebudayaan.Pendidikan bukan juga ekstensi pengetahuan teknis.Ia bukan pula tindakan menanam laporan atau fakta kedalam terdidik. Dalam proses pendidikan bagi pembebasan, pendidik- terdidik dan terdidik-pendidik sama-sama menjadi subjek-kognitif dihadapan objek-pengetahuan yang menjembatani mereka. Konsep pendidikan yang dianjurkan oleh Freire adalah problem-content, berpusat

49 Diakses melalui https://rudyansyah08.blogspot.co.id/2012/06/manusia-dan- keadilan.html 50 Paulo Freie, 1984, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Jakarta: Gramedia, hlm.121

64

pada problematisasi manusia dari dunia, bukan juga dunia yang terlepas dari manusia.Dalam hal ini, kaum marjinal itu merasa bahwa mereka tidak akan mungkin lepas dari kemiskinan dan kebodohan. Di era globalisasi ini, pendidikan juga merupakan salah satu aspek yang sangat diperhitungkan.Anggota masyarakat dibedakan berdasarkan tingkat pendidikannya, atau stratifikasi pendidikan (educational stratification), hak dan kewajiban warga masyarakat pun sering dibeda- bedakan atas dasar tingkat pendidikan formal yang berhasil mereka raih.Namun, pada pendidikan formal dalam masyarakat kita sering menjumpai kesenjangan besar antara mereka yang berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yang berpendidikan tinggi.Hal inilah yang melahirkan marjinalisasi dalam masyarkat.51 Tidak bisa dipungkiri, akses masyarakat terhadap pendidikan memang masih jauh dari harapan. Dari data Kemendikbud tahun 2011/2012 tercatat sekitar 300 ribu anak putus sekolah dari 30 juta murid SD/MI . Selanjutnya, 180 ribu anak dari 12 juta murid putus sekolah di SMP/MTs. Penyebab tingginya angka putus sekolah tersebut sebgian besar (60%) karena persoalan ekonomi. Laporan BPS tahun 2013 mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) juga memprihatinkan. Dari jenjang SD hingga Perguruan Tinggi, hanya tingkat SD/MI yang memiliki APK lebih dari 100%, sedangkan untuk SMP/MTs adalah 85,69%, SMA/MA : 66,27% dan Perguruan Tinggi 23,06%. Direktur Eksekutif Indonesia Mendidik Muhammad Yusuf, mengatakan berdasarkan analisis terhadap rentang waktu 25 tahun, IPM Indonesia memang mengalami peningkatan, dari 0,474 tahun 1980 menjadi 0,684 tahun ini. Pada 2011 Indonesia berada dalam urutan 124, tahun ini urutan 110. Ini artinya, kebijakan wajib belajar 9 tahun dan 12 tahun telah memberikan dampak yang positif walaupun tidak optimal karena kompleksnya permasalahan membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat melihat hasilnya.52 Dengan adanya KIP, target pemerintah yakni anak-anak usia sekolah yang putus sekolah diharapkan dapat kembali bersekolah. Selain itu, KIP juga memiliki daya jangkau yang lebih baik dari pada BSM (Bantuan Siswa Miskin).Selama ini pemerintah hanya memberikan bantuan pada yang miskin saja.Padahal, yang rentan miskin kenyataannya miskin juga.Untuk itu klasifikasi rentan miskin juga harus dimasukkan sebagai penerima bantuan KIP.Sehingga lebih banyak masyarakat yang terbantu biaya pendidikannya dan jangkauan terhadap masyarakat miskin lebih luas.

51 Kamanto Sunarto, 2004, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 89 52Diakses melalui https://M.harnas.co/2016/01/07/dampak-kartu-indonesia-pintar- belum-terlihat

65

Berdasarkan hasil survei lapangan di daerah Starban didapati bahwa dampak KIP juga sudah bisa dirasakan walaupun belum semua dari target dapat menerima bantuan tersebut.Dampak yang terlihat dari pemberian KIP ini adalah berubahnya mindset atau pola pikir orang tua yang tadinya tidak terlalu memperhatikan pendidikan anaknya dengan alasan ekonomi kini malah memotivasi anak-anaknya untuk mau bersekolah.Semangat orang tua yang ingin memajukan anaknya melalui pendidikan juga berimbas pada bertambahnya semangat anak-anaknya untuk bersekolah.Sehingga anak-anak mulai rajin untuk pergi kesekolah. Selain itu, daerah Starban yang terkenal dengan tingginya tingkat kriminalitas, anak-anak yang tidak sekolah dan pernikahan usia dini diharapkan dapat terminimalisir. Anak-anak kurang mampu yang dibantu untuk bisa bersekolah akan menghabiskan sebagian waktunya disekolah sehingga lebih mudah terhindar dari pernikahan dini. Pendidikan yang mereka dapat disekolah juga dapat mengubah pola pikir mereka dan menjauhkan mereka untuk melakukan tidak kriminalitas. Diharapkan juga dengan kebijakan ini akan lebih banyak anak yang terbantu memiliki kesempatan dan masa depan yang lebih baik. Juga diharapkan dapat memutus mata rantai tingkat buta huruf karena kebanyakan orang tua mereka tidak tamat sekolah dan buta huruf.

Kesimpulan Dalam pembukaan UUD 1945, pemerintah Indonesia berupaya „mencerdaskan kehidupan bangsa‟. Dan proses mencerdaskan bangsa ini dapat dicapai dengan pendidikan yang berkualitas dan merata. Pada dasarnya, setiap penduduk Indonesia tentunya mengaharapkan dapat merasakan pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang berkualitas tinggi dan merata.Dengan demikian, dampak dari pembangunan negara dapat dirasakan oleh seluruh elemen bangsa. Kartu Indonesia Pintar merupakan salah satu program pendidikan yang dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk dari tanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.Implementasi dari Program Kartu Indonesia Pintar ini dikhususkan kepada masyarakat kurang mampu agar seluruh golongan masyarakat dapat memiliki akses yang sama kepada pendidikan. Namun, implementasi dari program KIP ini ternyata belum berjalan secara optimal.Dari hasil penelitian di daerah Starban, Kecamatan Polonia, Medan, implementasi program Kartu Indonesia Pintar didaerah tersebut belum merata karena pendataannya tidak transparan dan ketidakjelasan prosedurnya.Juga kurangnya sosialisasi pada masyarakat dan karena program ini tumpang tindih dengan program lainnya yang telah ada sebelumnya.

66

Daftar Pustaka: Freire,Paulo. 1984. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan. Jakarta: Gramedia. Republik Indonesia, PERMENDIKBUD No 12 Tahun 2015 Tentang Program Indonesia Pintar. Republik Indonesia, Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan. Ripley, Randall B. & Grace A. Franklin. 1986. Policy Implementation and Bureaucracy. Chicago, Illinois :The DorseyPress,. Sunarto,Kamanto 2004.Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit FakultasEkonomi Universitas Indonesia.

Website : “Pendidikan sebagai modal dasar kemajuan bangsa”, http://jogjakartanews.com/baca/2015/ 03/07/2727/ (diakses2 Juni 2016) “Module Program Kip”, http:/ /intelresos.kemsos.go.id/(diakses 2 Juni 2016) _____https://www.tnp2k.go.id “Manusia dankeadilan”, https:/ / rudyansyah08.blogspot.co.id/ 2012/ 06/ html (diakses 14 Juni 2016) ”Dampak kartu Indonesia pintar belum terlihat”, https://M.harnas.co/2016/01/07/ (diakses pada 14 Juni 2014)

67

BAB VI Daerah Tertinggal Sebagai Gerbang dan Fokus Utama Pemerataan Pembangunan : Studi Kasus Kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang

Pendahuluan Globalisasi yang berjalan dengan menguatnya tatanan neoliberal, telah menggeser tema-tema pembangunan yang hangat dibicarakan pada era 1950-an hingga 1980-an. Pergeseran paradigmatik dari semula state-led development kearah market-driven development secara perlahan sepertinya menggeser pula tema pembangunan yang sejak awalnya memberikan peran penting dan sangat besar kepada Negara. Pemahaman modernisasi yang tidak disesuaikan dengan budaya dan sisitem sosial melahirkan problema dalam pembangunan atau bagaimana (Oscar lewis) menyatakan akan selalu ada kemiskinan dalam perdagangan bebas, yaitu masyarakat yang yang tidak bisa bersaing dan masuk dalam kehidupan globaliasi.53Pembangunan yang awalnya dimotori oleh Negara melalui perencanaan yang ketat oleh politisi dan teknokrat diganti dengan pembangunan yang dikendalikan oleh kepentingan pasar neoliberal. Hal inilah yang melahirkan kesenjangan dikalangan masyarakat. Pembangunan yang terpusat juga telah melahirkan kecemburuan sosial masyarakat yang tinggal di sudut wilayah negeri ini akan pemerataan pembangunan. Inilah yang menggerakkan kami dalam pengambilan tema daerah tertinggal dengan studi kasus kampung nelayan seberang, Kabupaten Deli Serdang. Dalam kaitannya dengan daerah tertinggal, Kondisi lingkungan Kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang menjadi pusat perhatian peneliti untuk mengetahui: A. Mengapa daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah tertinggal ? B. Apa isu gender yang berkembang yang turut berdampak terhadap pembangunan di daerah kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang ? Kampung nelayan seberang merupakan suatu perkampungan pesisir yang secara administratifnya terbilang unik. Keunikan itu sendiri dilihat dari kenyataan bahwasannya Desa Nelayan ini terletak didalam

53 Budi Winarno,Etika Pembangunan (Jogjakarta: Caps (Siantar Foert Academic Publishing Service)), 2013 hal.182-183

68

kawasan yang menjadi bagian dari Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Akan tetapi, berdasarkan fakta di lapangannya sendiri diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di kampung Nelayan secara legalterdaftar sebagai penduduk kota Medan.Kelegalannya itu ditandai dengan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Medan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa keunikan yang ditemukan di kampung nelayan sebenarnya tidak terlepas dari sejarah terbentuknya kampung Nelayan itu sendiri. Dari hasil informasi yang didapatkan dari informanyang kami wawacarai bernama Halimah berusia hampir 80 tahun dan sudah tinggal di kampung Nelayan sejak beliau masih kecil adapun beliau menceritakan asal usul pendirian kampung Nelayan itu bermula ketika kampungNelayan mulai didirkan pada kisaran tahun 50-an oleh beberapa keluarga nelayan yang pindah dari Kota. Pada awalnya, keluarga-keluarga tersebut bertahan hidup di kawasan tersebut dengan menjadikan nelayan sebagai mata pencaharian. Keberhasilan mereka menetap dan hidup secara lebih baik dari sebelumnya mendorong keluarga-keluarga tersebut mulai mengajak kerabat-kerabat dekat mereka untuk tinggal di kampung Nelayan. Seiring waktu berlalu kabar itu juga tersebar luas kepada masyarakat yang tinggal disekitar kampung Nelayan yang kemudian ikut tinggal di desa Nelayan tersebut. Pada puncaknya migrasi penduduk ke kampungNelayan dari berbagai wilayah baik dari Kota Medan maupun dari daerah Kabupaten Deli serdang sendiri itu pada tahun 90-an.(54) Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan di Kampung Nelayan Seberang, bahwa mayoritas masyarakat kampung Nelayan Seberang bermata pencaharian sebagai nelayan. Para nelayan diberi upah sebesar Rp. 50.000 per hari. Namun, dalam sebulan mereka paling banyak bekerja selama 20 hari per bulan. Selain itu, perahu yang digunakan oleh nelayan bukan merupakan milik sendiri melainkan dipinjam dari agen yang akan menerima hasil laut yang didapat oleh nelayan. Dengan kondisi demikian akibatnya pendapatan masyarakat kampung Nelayan Seberang hanya bergantung berdasarkan ketentuan harga yang dipatokan oleh agen. Mata pencaharian masyarakat Kampung Nelayan Seberang juga bergantung pada musim.Apabila air pasang maka musim tersebut merupakan waktu yang tepat dimanfaatkan para nelayan untuk mencari ikan, kerambah,kerang dll. Namun apabila air surut justru sebagian besar masyarakat kampung nelayan tersebut menganggur karena mata pencaharian mereka hanya bergantung pada perikanan dikarenakan kondisi

54Wawancara dengan Halimah (80), tanggal 28 Mei 2016 di kampung nelayan sebarang, Deli Serdang.

69

lingkungan yang tidak memungkinkan untuk membuka lahan pekerjaan yang lain. Mayoritas masyarakat di Kampung Nelayan Seberang memiliki jumlah anak 3 sampai 8 anak per rumah tangga.Sebagian penduduk yang bekerja hanya kepala keluarga, tidak banyak variasi pekerjaan yang dapat dilakukan oleh kaum wanita di daerah tersebut.Adapun pekerjaan yang dapat dilakukan yakni, membuka usaha kecil-kecilan seperti berjualan/berkedai disamping pekerjaan sebagai nelayan membantu suami, selebihnya hanya sebagai ibu rumah tangga. Sementara pendapatan yang diterima oleh buruh nelayan tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.(55)

Ketertinggalan Kampung Nelayan Seberang Kabupaten Deli Serdang Dari hasil penelitian yang kami lakukan, mendorong kami mengaitkan beberapa indikator pembangunan yang menjadikan kampung nelayan seberang sebagai daerah tertinggal: 1. Pendapatan Perkapita Masalah pendapatan, bisa kita lihat pada bacaaan diatas, pada umumnya tidak begitu rinci data yang kami dapat masalah yang berkaitan dengan pendapatan masyararakat kampong nelayan Sebarang, namun dari hasil wawancara kami dengan beberapa warga, salah satu yang menjadi kendala anak-anak sekolah disana bahwa, orang tua mereka tidak sanggup untuk menyekolahan mereka kesekolah dengan jenjang yang lebih tinggi, hal ini mejadi salah satu alasan kuat bagi kami dalam menggolongkan pendapatan /kapita masyarakat masih rendah sebagai salah satu tolak ukur indikator pembangunandi daerah tertinggal.

2. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan kebutuahan dasar bagi masyarakat, dan menjadi tanggung jawab Negara dalam menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak dan memadai. Realita yang kami temui masalah sarana dan prasarana sekolah yang ada di daerah tersebut hanya SD dengan kondisi sekolah seadanya di atas air dengan tenanga pengajar yang berasal dari daerah seberang. Sementara dari kampung nelayan seberang itu sendiri hanya 2 orang yang menjadi tenaga honorer.Anak-anak yang yang bersekolah pada tingkat SMP harus menyebrangi air menggunakan perahu. Mayoritas penduduk di kampung nelayan seberang pendidikannnya hanya sebatas Sekolah Menengah Pertama, dan sangat jarang sampai pada tingkat SMA.hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan sebagai akibat tidak meratanya pembangunan sehingga sangat sulit untuk mencari

55Wawancara dengan Mulyadi (65), tanggal 28 Mei 2016 di kampung nelayan sebarang, Deli Serdang.

70

pekerjaan yang lain. Selain ekonomi yang tidak mendukung, sarana dan prasarana yang tidak memadai tentu berdampak terhadap minat dan wawasan murid disana, hal inilah yang mendorong pemuda masyarak, kampung nelayan seberang, banyak merantau dengan kemampuan dan sumber daya manusia yang rendah, dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di luar daerah.

Gambar 1. SD dengan bangunan semi permanen, Kabupaten Deli Serdang

3. Indeks Kualitas Hidup Jika kita berbicara masalah indeks kulaitas hidup, hal yang paling kami soroti dalam penelitian kami dikampung nelayan seberang adalah masalah sanitasi dan air bersih.Tingkat kesadaran dalam mengelola limah masih lah sangat rendah, hal ini juga dipegaruhi keberadaan sarana umum seperti tempat sampah dan sarana kebersihan publik dalam mengelolah limbah masyarakat yang tidak tersedia.Relasi antara masyarakat dengan lingkungan yang bertolak belakang.Hal ini sangatlah erat dengan angka kematian, tigkat kesehatan dan lain-lain sebagainya.Ketertinggalan ini merupakan menjadi indikator ketiga yang kami masukkan yang terjadi dikampung nelayan seberang, Deli Serdang.

71

Gambar 2. Kondisi sanitasi dan masyarakat yang belum bersahabat dengan lingkungan

4. Indeks Pembangunan Manusia Masalah pembangunan manusia, tentunya berkenaan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, mengarahkan sumber daya manusia. Pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya manusia, sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Peningkatatan kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya, berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas. Tentunya dengan harapan sumber daya manusia dan skiil yang lebih baik sebagai modal untuk memperbaiki kehidupan, dan mampu bersaing dalam kehidupan global sekarang.Kampung nelayan seberang merupakan potret daerah dengan wilayah yang strategis dengan daerah perekonomian, hal ini berkaitan dengan keberadaan pelabuhan Belawan di seberangnya, dengan gedung-gedung pertokoan lantai 2. Namun masyarakat kampung nelayan seberang, belum bisa mengambil peluang ekonomi yang berada di seberang wilayahnya, dikarena masalah sumber daya manusia dan skill serta modal.Tidak salah kalau wilayah penyangga pelabuhan Belawan dikuasai oleh bangunan-bangunan investor atau pemodal.

72

Gambar 3.Realita Generasi Penerus Kampung Nelayan Seberang

Ketertinggalan Kampung Nelayan Seberang Sebagai Dampak “Tumpang Tindih Birokrasi” Beberapa indikator yang sering kita baca ataupun kita dengar dalam mengukur pembangunan suatu daerah atau bangsa dalam perkuliahan yaitu, urbanisasi, pendapatan perkapita, tingkat pendidikan, indeks kualitas hidup, indeks pembangunan manusia dll.Namun dalam penelitin yang kami dapati di kampung nelayan seberang, Deli Serdang, ketertinggalan daerah itu juga sangat dipengaruhi oleh adanya tumpang tindih birokrasi, ksusunya kebijakan mengenai pembangunan wiayah perbatasan daerah.Seperti yang terjadi di kampung nelayan sebarang, sebagian wilayah kampung nelayan masuk ke wilayah Kota Medan, dan sebagian lagi masuk ke wilayah Deli Serdang.Sebagai wilayah yang dimiliki 2 daerah otonomi, menjadikan kampung nelayan seberang dengan wilayah yang berbatasan. Bila kita melihat atau menyaksikan di media, kondisi ketertinggalan masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan seperti daerah Kalimantan dengan Malaysia, Nusa Tenggara Timur dengan Timor Leste, Merauke dengan Papua New Guine dan wilayah perbatasan laut yang tinggal di pulau sangatlah jauh perbedaan dengan daerah-daerahkota ataupun daerah-daerah tidak berada di wilayah perbatasan. Ketertinggalan terjadi hampir diseluruh pelayanan dan sarana dan prasarana publik yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah Pusat atau Daerah dalam merealisasi dan memfasilitasinya. Tumpang tindih birokrasi, sama halnya dengan yang terjadi di Kampung Nelayan Seberang. Ketertinggalan pembangunan sarana dan prasarana publik di wilayah perbatasan Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, Merauke dan pulau-pulau terluar, merupakan potret kegagalan pembangunan dengan studi kasusus yang jauh yang bisa kami gambarkan

73

sebatas. Kampung nelayan kami ambil sebagai contoh kegagalan pembangunan dan tata kelola wilyah sebagai tempat penelitian dekat yang bisa kami jangkau dalam mengukur ketetinggalan pembangunan didaerah yang memiliki perbatasan.Adanya perdebatan tangugngjawab anatara Pemda Kota dengan Pemda Kabupaten, menjadikan saling lempar tanggungjawab dan tugas terhadap pelaksanaan pembangunan diwilayah kampung nelayang seberang. Dampak dari tumpang-tindih birokrasi tentunya menjadi problema dan penderitaan masyarakat kampung nelayan seberang dalam menikmati fasilitas publik yang memadai seperti: sekolah beton, jalan perkampungan yang layak dan fasilitas publik lainnya yang bisa mendorong keadilan pembangunan dan mendorong peningkatan sumber daya manusia, khususnya masyarakat kampung nelayan seberang. Komunikasi dan kerja sama kedua Pemda diharapkan bisa dijadikan sebagai solusi dalam menggerakan pembangunan di wilayah perbatasan, khususnya di wiayah kampung nelayan sebarang. Kerja sama kedua belah pihak dalam merumuskan kebijan tentunya menjadi hal utama dalam mencapai tujuan pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan pelayanan publik yang efisien dan efektif di kampung nelayan sebarang Kabupaten Deli Serdang.(56)

Isu Gender dan Pengaruhnya Dengan Ketertinggalan Kampung Nelayan SeberangKabupaten Deli Serdang

Gambar 4. Kesetaraan Gender

Gender merupakan Peran, hak dan tanggungjawab yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dan saling hubungannya.Perbedaan identitas, kualitas dan sikap ini dipengaruhi oleh konstruksi sosial, kultural, agama, kelas, ras, etnisitas, umur, lokasi geografis, serta Relasi hubungan yang tidak setara yang dibangun oleh keluarga, sistem hukum, pasar dll.

56 Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik (2012,PT. Gelora aksara Pratama). Hal 176-180.

74

Adapun Faktor-faktor penyebab dan pelanggengan ketidakadilan gender adalah : 1. Sistem Ekonomi yang tidak adil 2. Budaya Patriarkhi 3. Sistem Pendidikan 4. Penafsiran agama yang bias 5. Pembangunan yang tidak adil/merata 6. Sistem pemerintahan 7. Sistem Hukum

Mi‟‟radjie dan Sukidin (2009:262) isu gender juga mempengaruhi suatu wilayah. Mi‟‟radjie dan Sukidin dalam perspektif gender poin ketiga, disadari oleh pemahaman bahwa perempuan memainkan peran yang sangat efektif dalam mengetaskan kemiskianan. Sebagaimana nanti akan kita lihat, perempuan menjadi bagian dalam keluarga, dan terutama anak-anak. Kemiskinan perempuan berarti pengentasan pula anggota keluarga lainnya.Adapun isu gender yang bisa kami tuangkan dalam tulisan kami ini, berhubungan dengan perempuan dengan keadaan alam/lingkungan yang telah menjadikan hak-hak perempuan untuk bekerja tergerus oleh pembangungan yang berorientasi pertumbuhan dengan merusak alam.

Perempuan dan Proses-Proses Alam Berdasarkan realitas yang terjadi dapat kita lihat bahwa pembangunan hanya dikuasai oleh kelompok elita saja. pembangunan semestinya harus memperhatikan sistem sosial dan sistem sosial trersebut ikut bergerak kedalam pembangunan suatu bangsa. Dampak pembangunan tidak hanya terhenti terhadap kemiskinan dan marginalisasi masyarakat pedesaan. Namun beberapa yang menjadi problema pembangun seperti yang disebutkan diatas, pembangunan juga berkaitan dengan keadilah, siapa yang membayar dan siapa yang memperoleh pembangunan? Bagaimana pembangunan dan masalah gender yang ditimbulkan menjadi sebuah polemik antara keadilan yang menikmati pembangunan dan peran partisipasi perempuan terhadap pembangunan. Jika melihat masalah isu gender terhadap pembangunan, sering kita medengar konstruksi sosial yang menjadi salah satu yang membuat ketimpangan gender adanya budaya patriarkhi, dimana membuat posisi perempuan selalu direndahkan, mulai dari posisi kerja dan upah yang rendah (Daulay 2006).(57) Adapun masalah gender yang kami temui pada studi kasus di Kampung Nelayan Seberang, lebih kami kaitkan dengan gagasan Vandana Shiva, keterkaitan dan relasi perempuan dengan kondisi alam daerah

57Budi Winarno,Etika Pembangunan (Jogjakarta: Caps (Siantar Foert Academic Publishing Service)), 2013 hal.121-135

75

lingkungan ataupun tempat tinggalnya. Vandana Shiva (2013:121) mengatakan bahwa orang pertama yang mengalami kemunduran sebagai akibat pembangunan kapitalis, disebabkan oleh salah satunya, pekerjaan perempuan bekerjasama dengan proses-proses alam.58Ketika pembangunan kapitalis berorientasi pertumbuhan merusak alam atau menggeser relasi masyarakat dengan alamnya.Pembangunan yang berorientasi merusak alam tanpa kita sadari telah menjadikan pembangunan tidak seimbang, khususnya terhadap perempuan, sehingga semakin sedikit lahan alam yang bisa di kelola kaum perempuan semakin sedikitlah pekerjaan-pekerjaan yang selama ini dan potensi perempuanlah yang bekerja dengan alam: berladang, kesawah dan lain-lainnya. Seperti kasus yang kami dapat di kampung nelayan seberang, pada dasarnya perempuan-perempuan disana terbisa mengolah buah dari tanaman Mangrove untuk diolah menjadi jajanan.Namun pembangunan pelabuhan yang semakin besar di Belawan tidak terlalu memperhatikan keseimbangan hutan Manggrove disana, semakin menipisnya tanaman mangrove disana, semakin sedikitlah bahan yang didapat untuk membuat olahan jajanan dari buahmangrove tersebut. Ketidakadilan pembangunan telah menggeser relasi masyarakat/perempuan dengan alamnya. Pembangunan negara dunia ketiga harus memperhatikan kesinambungan antara manusia dengan kondisi alamnya, sebab tanpa kita sadari, pembangunan yang beriorientasi pertumbuhan dengan merusak alam telah menghilangkan hak-hak perempuan dalam menuntut kesetaraan gender di Indonesia.(59)

Kesimpulan Dalam alinea ke 4 pembukaan UUD 1945 disebutkan salah satu tugas negara memajukan kesejahteraan umum.Bila kita lihat implementasi dengan realita yang terjadi, masih bertolak belakakang.Pembangunan yang hanya dinikmati segelintir orang tidaklah memberikan kesejahteraan umum, disamping itu pembangunan tanpa memperhatikan sistem sosial bangsa telah menjadikan masyarakat terikat hegemoni pemodal dan sebagai penonton dalam pembangunan. Pembangunan juga yang berorientasi akan pertmbuhan dengan merusak alam telah memarginalkan kaum perempuan dalam mengolah alam untuk pekerjaannya. Seperti studi kasus kami kampung nelayan seberang, Deli Serdang menjadi salah satu potret ketimpangan pembangunan di provinsi Sumatera Utara. Indonesia bukan hanya wilayah atau daerah yang ada dpusat-pusat kota, wialayah perbatasan dan daerah tertinggal merupak bagian dari NKRI yang belum tertangani

58Ibid. hal. 121 59Wawancara dengan Sangkot (56), tanggal 28 Mei 2016, kampung nelayan sebarang, Deli Serdang.

76

sepenuhnya oleh banyaknya patologi Birokrasi negeri ini. Daerah ataupun bangsa, dengan wilayah perbatasan dan tertinggal harus menjadi halaman depan Negara dan gerbang utama pemerataan pembangunan, serta daerah perbatasan harus dipandang sebagai wilayah yang rawan dan vital gangguan luar akan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Daftar Pustaka Budiman, Arief. 1996. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kadir, Abdul.2015. Perencanaan Wilayah (Perspektif Otonomi dan Desentralisasi Fiskal).Medan: Pustaka Bangsa Press. Suwarsono.1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: LP3ES Syafri, Wirman. 2012. Studi Tentang Administrasi Publik. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Jakarta: PT. Buku Seru.

Wawancara : Halimah. 2016. Studi Kasus Daerah Tertinggal. 28 Mei 2016. Mulyadi. 2016. Studi Kasus Daerah Tertinggal. 28 Mei 2016. Sangkot. 2016. Studi Kasus Daerah Tertinggal. 28 Mei 2016.

77

BAB VII Kesenjangan Desa dan Kota : Studi Kasus Desa Buluh Awar dengan Kota Kecamatan Pancur Batu

Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak bahkan masuk ke dalam 10 besar di dunia. Tahun 2013 penduduk Indonesia dicatat ada sebanyak 249,9 juta jiwa. Indonesia merupakan negara yang memiliki daratan dan perairan yang cukup luas . Hal ini seharusnya menjadi salah satu hal yang dapat diunggulkan dan dikembangkan untuk kemajuan dan pembangunan Indonesia. Namun pada kenyataannya hal ini bertolak belakang Indonesia saat ini mendapat banyak masalah baik masalah kemiskinan maupun masalah ketidakmerataan pembangunan yang sering sekali menjadi permasalahan yang akrab menjadi topik bahasan masyarakat. Seperti halnya desa dengan kota, pada kenyataannya perkembangan dan pembangunan kota jauh meninggalkan pembangunan di desa . Hal ini sering mengakibatkan ketidakseimbangan, dimana seperti yang kita ketahui Indonesia adalah negara agraris dimana pertanian merupakan salah satu hal yang mendominasi dan harus disadari bahwa desa memiliki peran yang cukup penting untuk meningkatkan kemajuan dan pembangunan suatu negara. Untuk itu sangatlah perlu rasanya adanya pemerataan pembangunan misalnya peningkatan infrastruktur ataupun sarana yang dapat meningkatkan produktivitas khususnya dibidang pertanian di desa. Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam yang luar biasa , pemandangan alam yang sangat Asri, lahan pertanian yang subur dan didominasi oleh pertanian Aren. Hal tersebut merupakan hal yang perlu dikembangkan karna melihat bahwa pertanian aren di Indonesia mulai mengalami penurunan selain itu desa ini juga dapat menjadi desa agro wisata. Namun pada kenyataannya desa ini dilihat kurang mendapat perhatian terutama dalam bidang pembagunan desa ifrastrukktur jalan yang kurang memadai dan fasilitas desa yang masih kurang mendapat perhatian menjadi salah satu kendala untuk kemajuan desa ini, seperti lampu yang belum dapat kita temui disana. Bila dibandingkan dengan kota Pancur batu sangat lah jauh berbeda, sangat tampak perbedaan dalam segala aspek .

78

Padahal potensi desa tersebut dapat menjadi suatu andalan untuk meningkatkan pendapatan khusunya masyarakat setempat. Dari latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana kesenjangan antara desa Buluh Awar dengan Pancur Batu dan faktor- faktor yang mempengaruhi kesenjangan antara desa Buluh Awar dan Pancur Batu.Serta bagaimana solusi untuk mengatasi kesenjangan antara desa Buluh Awar dengan Pancur Batu.

Pembangunan Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan, mempunyai 3 sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Rostow (1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan- tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran. Sedangkan menurut Widjoyo Nitisastro (2010:9) pembangunan merupakan proses menurut waktu , sutau proses transformasi yang merupakan suatu ―breakthrough‖dari keadaan ekonomi yang terhenti kesuatu pertumbhan kumulatif yang bersifat terus menerus.

Pembangunan Pedesaan Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah pembangunan pedesaan. Menurut Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah pedesaan, yaitu: 1. Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. 2. Sisi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar untuk mempercepat pemabangunan pedesaan. Tujuan pembangunan sebagai berikut: 1. Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan; 2.Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan pelaksanaan pembangunan daerah; 3.Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; 4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan; 5.Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya desa secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

79

Interaksi Desa dan Kota Menurut Homans (dalam Ali 2004:87), interaksi sosial adalah suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukanan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi wilayah adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara desa dan kota merupakan suatuproses sosial, proses ekonomi, porses budaya ataupun proses politik dan sejenisnya yang lambat atau pun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Interaksi antara desa dan kota dapat terjadi karena berbagai faktor atau unsur yang ada dalam desa, dalam kota dan diantara desa dan kota. Kemajuan masyarakat desa, kebutuhan timbal balik desa dan kota telah memacu interaksi desa kota secara bertahap dan efektif. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut : 1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih 2. Hubungan - timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu : a. Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk) b. Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah c. Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan dan sebagainya 3. Hubungan timbal - balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh: a. Kota menjadi sasaran urbanisasi b. Terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda Terbentuknya wilayah/ tempat menjadi sebuah desa pedasaan atau perkotaan merupakan hasil hubungan antar unsur-unsur di desa dengan unsur-unsur yang ada di kota, istilah lain disebut dengan interaksi desa – kota. Interkasi desa – kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar unsur-unsur yang ada dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik. Bentuk interaksi desa – kota :

80

1. Kerjasama antar penduduk 2. Penyesuaian terhadap lingkungan 3. Persaingan fasilitas hidup 4. Asimilasi. Interaksi antara desa – kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan. Dalam proses pembangunan hubungan atau interaksi antara kota dengan desa sangat erat. Eratnya hubungan antara kota dengan desa dapat dilihat dari peran desa dalam pengembangan kota, antara lain: Desa sebagai pusat penghasil dan pensuplai bahan mentah dan baku untuk pembangunan di kota, desa menyediakan tenaga kerja yang berperan dalam pembangunan kota, desa menjadi daerah pemasaran produk-produk hasil industri di kota. Demikian sebaliknya, kota turut punya peran besar sehingga muncul interaksi antara desa dengan kota, antara lain: Kota menyediakan pusat-pusat pelatihan bagi peningkatan keterampilan penduduk desa, kota menghasilkan barang-barang siap pakai yang dimanfaatkan di desa, kota menjadi pusat informasi yang bermanfaat bagi desa, kota menjadi pusat permodalan yang dibutuhkan masyarakat desa. Interaksi positif akan terjalin bila menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Interaksi positif antara desa dengan kota terwujud dalam hal-hal berikut ini, antara lain: Terpenuhinya kebutuhan desa dan kota, meliputi produk dan bahan baku yang mendukung proses pembangunan, terpenuhinya kebutuhan terampil baik bagi desa maupun kota. Desa menghasilkan tenaga kerja bagi industri di kota, sedangkan kota menghasilkan tenaga terdidik yang berperan dalam kemajuan desa, berlangsungnya proses pembangunan yang seimbang antara desa dan kota.

Deskripsi Lokasi Penelitian Pada makalah ini kami mengambil objek penelitian yaitu dengan membandingkan Desa Buluh Awar dengan Kota Pancur Batu. Kecamatan Pancur batu yang dengan luas wilayah 122.53 km2 adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang berjarak -+18 km dari Medan ke Ibukota Kecamatan Pancur Batu. Kami menyadari masih banyak potensi daerah yang belum dimanfaatkan secara maksimal dan seiring dengan dibukanya perkebunan dan industri di Kecamatan Pancur Batu akan menciptakan terbukanya peluang bisnis dan globalisasi Industri termasuk Teknologi Informasi yang sedang berkembang pesat di Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Serdang propinsi Sumatra Utara, Indonesia. Oleh sebab itu masyarakat Kecamatan Pancur Batu mencoba mengejar peluang-peluang tersebut dengan pelaksanaan peningkatan pelayanan

81

aparat dengan mengacu pada visi, misi dan tujuan strategis yang bertumpu pada sektor Pertanian, Industri dan Pariwisata. Sementara Desa Buluh Awar yang berada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu desa yang memiliki potensi alam yang cukup besar. Perjalanan dari Medan Ke desa ini cukup menyita waktu akibat medan jalan yang belum bagus , berlubang dan pembangunan jalan yang masih setengah-setengah membuat banyak lubang yang harus dilintasi oleh mobil maupun motor. Dalam perjalanan penelitian ini tim kelompok kami sempat kewalahan karena kendaraan yang kami gunakan kandas disalah satu lubang jalan. Untuk sampai ketujuan kita akan melintasi hutan dan jalan yang cukup sempit. Namun setelah sampai di desa itu semuanya akan terbayar dengan keindahan dan kekayaan alamnya membuat orang-orang yang berkunjung ke desa itu tak ingin pulang. Ketika berada didesa ini kita akan menjumpai masyarakat yang sangat ramah, mayoritas penduduk desa ini adalah berasal dari Suku Karo mereka masih kental dengan nilai-nilai adat istiadatnya. Jumlah kepala keluarga di desa ini adalah sebanyak 120 KK, namun dibandingkan dengan desa terpencil lainnya desa ini masih cukup beruntung karena sudah ada didirikan Sekolah dasar namun untuk sampai ke Sekolah Dasar anak-anak harus berjalan kaki , untuk angkutan sendiri hanya ada 2 unit angkot yang membantu masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Sedangkan pada aspek kesehatan atau Puskesmas bidan desa hanya ada di puskesmas desa 2 kali dalam seminggu.

Bentuk Kesenjangan Antara Desa Buluh Awar dan Pancur Batu Masyarakat yang berada di wilayah pedesaan pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program–program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas serta terisolir dari wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah pedesaan memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang besar dari pemerintah. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah pedesaan, termasuk yang masih dihuni oleh komunitas adat terpencil antara lain: 1. Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah tertinggal dengan wilayah yang relatif lebih maju. 2. Kepadatan penduduk relatif rendah dan tersebar. 3. Kebanyakan wilayah-wilayah ini miskin sumber daya, khususnya sumber daya alam dan manusia. 4. Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara langsung. 5. Belum optimalnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah-wilayah ini.

82

Bentuk kesenjangan juga dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur yang belum optimal seperti pembangunan jalan yang tidak merata dan tidak tuntas. Dari sini dapat dilihat bahwa pemerintah belum sepenuhnya serius dalam pembangunan desa. Sedangkan wilayah Pancur Batu yang hanya berjarak 20 kilometer dari desa Buluh Awar merupakan satu daerah yang maju baik dalam bidang perekonomian, sarana, infrastruktur serta sumber daya manusianya. Pada makalah ini kami mendapatkan informasi dari Narasumber yaitu Kepala desa dan masyarakat setempat yaitu Bapak Nggerak Ginting dan Oari Purba, menyatakan bahwa Desa Buluh awar ternyata masih menggunakaan listrik tenaga air, dalam pengelolaanya dibantu oleh Yayasan Gelora Kasih namun untuk setiap bulannya tetap saja di kenakan tarif biaya mulai dari 30.000 – 75.000 sesuai dengan besar pemakaian, namun ketika musim kemarau ternyata masyarakat cukup was-was karena takut aliran sungai mengering dan tak dapat digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. PLN pernah datang Ke desa Buluh awar , sudah membawa alat untuk pemasangan listrik namun entah mengapa alatnya dibawa pulang dan hingga kini PLN tak pernah datang lagi. Ketika kami menanyakan beliau bagaimana pendapat masyarakat tentang perhatian pemerintah mereka menjawab “kami merasa perhatian pemerintah masih sangat kurang, padahal sejarah desa ini sudah mendunia, desa ini adalah pelopor pertama (didirikan pertama kalinya) Gereja Batak Karo Protestan harusnya tempat seperti ini perlu mendapat perhatian” ujarnya. Tampak sekali dari penjelasannya bahwa mereka ingin pemerintah seharusnya lebih menaruh perhatian terhadap pembangunan desa. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani dengan komoditas utama yaitu aren, karet, pisang, serta sayur-sayuran. Selain bertani warga juga memanfaatkan lahan dengan berternak hasil ternak berupa kambing, ayam, bebek, dll. Sedangkan wilayah Pancur Batu yang merupakan salah satu ibukota kecamatan merupakan suatu wilayah yang memiliki infrastruktur memadai diantaranya jalanan yang bagus, sarana kesehatan yang cukup memadai, sekolah yang dapat dijangkau oleh kendaraan angkutan umum, listrik yang memadai, dan masyarakat yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi, serta sarana lainnya yang mendukung proses perubahan kearah yang lebih baik lagi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesenjangan Pembangunan Desa Buluh Awar dan Kota Pancur Batu  Masalah Sosial Budaya 1. Rendahnya tingkat pendidikan Sarana pendidikan masyarakat di desa cenderung rendah. Masyarakat di desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA.

83

Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya pendidikan untuk dirinya. Apabila setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya sehingga masa depan pendidikan generasi penerus bangsa menjadi terputus dan hal ini menyebabkan mereka hanya bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya pendidikan. Rendahnya pendidikan ini juga menjadi menjadi akar permasalahan bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan mereka. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap mempertahankan hidup tanpa memikirkan bagaimana nasib generasi penerus bangsa di masa yang akan mendatang. Karena minimnya pendidikan masyarakat hal ini menyebabkan dari seluruh penduduk desa hampir 95% penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu masalah rendahnya pendidikan juga menjadikan kendala dalam penerapan inovasi yang dilakukan oleh penyuluhan. Oleh karena itu masyarakat harus ditingkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dengan memperbaiki sarana pendidikan, mengadakan penyuluhan pendidikan terhadap masyarakat agar tercipta generasi penerus yang memiliki pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan Salah satu keterbelakangan yang dialami daerah pedesaan di Indonesia dapat dilihat dari aspek pembangunan sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana pokok dan penting di daerah pedesaan, antara lain :  Prasarana dan sarana transportasi Salah satu prasarana dan sarana pokok dan penting untuk membuka isolasi daerah pedesaan dengan daerah lainnya adalah prasarana transportasi (seperti jalan raya, jembatan, prasarana transportasi laut, danau, sungai dan udara), dan sarana transportasi (seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, perahu mesin, pesawat udara dan sebagainya). Ketersediaan parasarana dan sarana transportasi yang memadai akan mendukung arus orang dan barang yang keluar dan masuk ke daerah pedesaan. Untuk mendorong peningkatan dinamika masyarakat daerah pedesaan akan arus transportasi orang dan barang keluar dan masuk dari dan ke daerah pedesaan, diperlukan prasarana dan sarana transportasi yang memadai.  Prasarana dan sarana pendidikan yang kurang memadai Sebagian dari masyarakat di daerah pedesaan telah memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan dan gedung sekolah di daerah pedesaan relatif terbatas. Ketersediaan prasarana pendidikan di daerah pedesaan yang masih kurang memadai dapat terlihat dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan serta kondisi fisik bangunan

84

sekolah yang kurang representatif (rusak, tidak terawat dengan baik, kekurangan jumlah ruang kelas dan sebagainya). Selain itu, sarana pendidikan di daerah pedesaan juga sangat terbatas seperti kurangnya ketersediaan buku-buku ajar, kondisi kursi dan meja belajar yang seadanya, tidak tersedianya sarana belajar elektronik, tidak tersedianya alat peraga dan sebagainya. Keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan di daerah pedesaan mendorong sebagian masyarakat daerah pedesaan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke luar desa terutama ke daerah perkotaan. Hal ini turut mendorong laju migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. 3. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai mata pencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis).

 Masalah ekonomi 1. Keterbelakangan perekonomian Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi di daerah pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak menggairahkan. Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam arti luas : perkebunan, perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih relatif sangat terbatas. 2. Tidak tersedianya permodalan untuk petani dan Harga pupuk yang lumayan tinggi Permodalan untuk kelompok tani Karya Baru belum mendapatkan dana bantuan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Sebagai contoh penyuluhan yang dilakukan adalah penerapan pemupukan yang berimbang terhadap tanaman padi. Petani umumnya ingin menerapkan pemupukan yang berimbang tersebut namun petani terkendala permodalan sehingga dalam mengadopsi suatu inovasi petani mengalami kesulitan karena harga pupuk mahal. Namun menyikapi hal tersebut pemerintah menjalankan pupuk bersubsidi untuk anggota kelompok tani. Walaupun pupuk dari pemerintah telah disubsidi namun tetap saja mereka terkadang ada yang tidak sanggup membeli pupuk bersubsidi tersebut.

85

 Masalah Geografis 1. Prediksi terhadap iklim yang sulit Varietas tanaman padi yang ditanam merupakan jenis varietas lokal walaupun kadang bisa juga membudidayakan padi unggul namun bila musim memungkinkan. Masalah geografi yang terjadi seperti air, banyak para petani yang mengeluh dengan adanya banjir kiriman dari daerah pegunungan yang menyebabkan petani gagal panen. Banjir yang datang umumnya menggenangi tanaman padi yang hanya berumur masih muda sehingga tanaman padi muda ini tidak dapat bertahan sehingga busuk dan mati. 2. Keadaan tanah Di Indonesia mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap wilayah. Tingkat kesuburan tanah juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa, desa yang mempunyai keadaan tanah yang subur cenderung akan mempengaruhi hasil tani yang akan dihasilkan. Semakin baik dan banyak hasil tani yang dihasilkan oleh desa tersebut maka akan sangat mempengaruhi dari pendapatan masayarakat itu sendiri. Semakin besar pendapatan masyarakat maka pertumbuhan ekonomi didesa tersebut akan semakin baik 3. Letak wilayah Letak wilayah desa juga sangat mempengaruhi dari pembangunan desa itu sendiri. Desa yang yang letak wilayahnya lebih strategis yang dalam hal ini dekat dengan peradaban kota akan berbeda dengan desa yang letaknya sulit dijangkau. Desa yang letaknya sulit dijangkau akan cenderung akan mengalami pembangunan ekonomi yang lambat. Hal ini disebabkan karena sulitnya akses pemerintah dan dunia luar untuk menjangkaunya. Jadi letak desa yang strategis juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa itu sendiri.

Solusi Terhadap Kesenjangan Pembangunan Desa Buluh Awar dan Kota Pancur Batu Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kesenjangan desa Buluh Awar dan Kota Pancur Batu adalah dengan mengadakan program-program antara lain: 2. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, khususnya untuk pembangunan sarana dan prasarana ekonomi di wilayah-wilayah tertinggal melalui, antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunan seperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK), skema public service obligation (PSO) dan keperintisan untuk transportasi, penerapan universal service obligation (USO) untuk telekomunikasi, program listrik masuk desa;

86

3. Peningkatan kapasitas (capacity building) terhadap masyarakat, aparatur pemerintah, kelembagaan, dan keuangan daerah. Selain dari pada itu, upaya percepatan pembangunan SDM sangat diperlukan melalui pengembangan sarana dan prasarana sosial terutama bidang pendidikan dan kesehatan; 4. Pemberdayaan komunitas adat terpencil untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan beradaptasi dengan kehidupan masyarakat yang lebih kompetitif; 5. Pembentukan pengelompokan permukiman untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan umum, terutama untuk wilayah-wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan tersebar. Hal ini antara lain dapat dilaksanakan melalui transmigrasi lokal, maupun antar regional; 6. Peningkatan akses petani, nelayan, transmigran dan pengusaha kecil menengah kepada sumber-sumber permodalan, khususnya dengan skema dana bergulir dan kredit mikro, serta melalui upaya penjaminan kredit mikro oleh pemerintah kepada perbankan; 7. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis, terutama pembangunan sistem jaringan transportasi yang menghubungkan antar wilayah, antar pulau, maupun antar moda transpotasi, khususnya untuk wilayah-wilayah Papua dan Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. 8. Penetapan dan pemantapan peran dan fungsi kota-kota secara hirarkis dalam kerangka „sistem wilayah pengembangan ekonomi' dan „sistem pembangunan perkotaan nasional'; 9. Peningkatan penyediaan jaringan transportasi wilayah yang menghubungkan antar kota-kota secara hirarkis untuk memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa antara lain melalui penyelesaian dan peningkatan pembangunan ; 10. Pembentukan forum kerja sama antar pemerintah kota untuk merumuskan kerja sama pembangunan, khususnya: (a) pembangunan industri pengolahan yang saling menunjang satu sama lain dalam suatu mata-rantai industri di masing-masing kota secara hirarkis sesuai dengan tipologi kota; (b) pembangunan infrastruktur.

Kesimpulan Kesenjangan pembangunan desa Buluh Awar dan Pancur batu merupakan salah satu potret kesenjangan pembangunan yang ada di Indonesia. Perhatian pemerintah yang kurang terhadap pembangunan menjadikan pembangunan tidak merata, padahal setiap warga negara berhak merasakan pembangunan karena tugas utama pembangunan adalah

87

membebaskan segala hambatan yang dihadapi oleh setiap manusia untuk mencapai derajat kemanusiaannya. Sudah menjadi tugas Pemerintah untuk lebih memperhatikan desa-desa di pedalaman yang aksesnya masih sangat sulit dijangkau agar semua warga negara juga merasakan pembangunan yang sesungguhnya serta Pembangunan harus meletakkan manusia sebagai pusat, sebagai sebuah refleksi filosofis, etika berarti meletakkan manusia sebagai pusat kegiatan dan hasil-hasil pembangunan. Pemerintah pusat seharusnya berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program yang menunjang pembangunan daerah. Dengan melakukan berbagai pendekatan kepada masyarakat dan bersosialisasi terhadap program yang akan dilaksanakan agar tercipta proses pembangunan berkelanjutan.

Daftar Pustaka Bintaro. (1984). Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Buluh Awar Penghasil Aren Terbaik Indonesia”. www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2015/11/09/197310/buluh- awar-penghasil-aren-terbaik-indonesia/[Diakses pada 26 Mei 2016] Mona. (n.d.). Penyebab Kesenjangan Antara Masyarakat Desa dan Kota. Retrieved from https://www.slideshare.net/mobile/_mona/penyebab- kesenjangan-antara-masyarakat-desa-dan-kota. [diakses pada 26 Mei 2016]. Raha, Septian. Makalah Proses Perencanaan Pembangunan Suatu Desa. Retrieved from https://www.slideshare.net/mobile/septianraha/makalah-proses- perencanaan-pembangunan-suatu-desa. [diakses pada 28 Mei 2016]. Repository USU, (2015). repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47150/5/Chapter%20l.pdf Saputra, Ochta, (2012). Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa. Retrieved from m.kompasiana.com/ochtatutgujes/perbedaan-masyarakat-kota- dan-desa_5518947c81331103699de86c Scribd. (n.d.). Interaksi Desa Kota. Retrieved from . https://www.scribd.com/mobile/doc/26233047//INTERAKSI-DESA- KOTA. [diakses pada 26 Mei 2016]. Tjokroamidjojo, Bintoro. (1990). Perencanaan Pembangunan. Jakarta : CV. Haji Masagung. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. www.radarplanologi.com/2015/11/tujuan-pembangunan- berkelanjutan.html?m=1. [Diakses pada26 Mei 2016] Winarno, Budi. (2013).Etika Pembangunan. Jakarta : CAPS.

88

BAB VIII Pembangunan dan Penggusuran : Studi Kasus Pembebasan Lahan oleh PT. KAI Mandala By Pass Medan

Pendahuluan Makna dari kata pembangunan biasanya mengisyaratkan tentang suatu perubahan ke arah yang lebih baik, yang tentunya didamba-dambakan setiap orang yang nantinya akan mendapatkan manfaat dari pembangunan tersebut. Akan tetapi tak jarang dibalik kata pembangunan terdapat pula cerita lain yang mengisahkan tentang kepiluan kaum minoritas yang biasanya menjadi „korban‟ dari pembangunan yang dilaksanakan. Akan tetapiterkadang disinilah letak kesulitannya, tak jarang pemerintah yang melaksanakan pembangunan dianggap menutup mata dan menggunakan tangan besinya untuk melakukan pekerjaannya selain pembangunan itu sendiri dan menindas rakyatnya. Sedangkan pemerintah berdalih bahwa masyarakatlah yang salah karena menggunakan tanah milik negara untuk menjadi hunian secara illegal. Urbanisasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan semakin maraknya pemukiman illegal dan kumuh di daerah perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahun, jumlah penduduk dunia tahun 2015 menurut Population Reference Bureau 7.3 milyar jiwa. Pada tahun yang sama di indonesia menurut Population Reference Bureau ada sekitar 256 juta jiwa. Beda halnya dengan jumlah lahan yang tidak dapat bertambah melainkan berkurang setiap tahunnya. Lahan ataupun tanah sangat dibutuhkan dalam hal membangun tempat tinggal ataupun hunian untuk kebutuhan dan aktivitas manusia. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak merupakan hak setiap warga negara Indonesia,hal ini juga diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2. Mendapatkan kehidupan yang layak ini juga artinya menyinggung soal mendapatkan tempat tinggal yang layak untuk ditempati setiap warga negara Indonesia. Tanah memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Manusia hidup dan beraktifitas tidak terlepas daripada dengan tanah. Mulai dari lahir hingga matipun manusia sangat membutuhkan tanah, baik itu untuk tempat tinggal ataupun sebagai sumber kehidupan dari manusia itu sendiri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bappenas, pada 2014 masih ada 13,5 juta keluarga Indonesia yang belum memiliki hunian. Di tahun yang sama, data dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

89

Nasional (RPJMN) 2015-2019 menunjukkanbacklogpenghunian rumah adalah 7,6 juta unit. dan di Sumatera Utara ada sekitar 11.7% penduduk yang tidak memiliki hunian. Undang-Undang Dasar NRI 1945 Pasal 28H ayat (1) berbunyi demikian, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Sudah jelas dikatakan pada Undang-undang tersebut bahwasanya setiap orang berhak untuk bertempat tinggal, dan ini didukung dengan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 19. Dengan adanya pasal-pasal tersebut hak masyarakat untuk bermukim tidak terabaikan tetapi dalam prakteknya hanya sedikit yang terealisasi. Dikarenakan ketiadaan hunian ataupun tempat bermukim dimana masyarakat membutuhkannya untuk melakukan aktivitas sehari hari. Masyarakat sering berinisiatif menggunakan lahan yang bukan miliknya melainkan milik pemerintah. sering sekali alasan yang dibuat warga dalam menggunakan lahan milik pemerintah sangat klise. Sekarang ini sudah sangat banyak bagunan yang berdiri diatas tanah milik pemerintah yang ketika pemerintah meminta haknya atas tanah tersebut, warga marah dengan kembali menayakan hak mereka dalam hal bertempat tinggal. Berita tentang penggusuran yang dilakukan oleh PT.KAI Medan- NAD akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat Kota Medan. Banyak bangunan-bangunan yang berdiri sepanjang rel kereta api satu per satu mulai diratakan dengan tanah. Kebanyakan bangunan yang mengalami penggusuran tersebut adalah pemukiman warga, dimana aktivitas rumah tangga terjadi disana. Keadaan kian memanas akibat adanya perlawanan dari masyarakat ketika pihak TNI AD , Satpol PP hendak melakukan eksekusi di beberapa daerah sepanjang rel. Sering sekali pemerintah melakukan pembangunan dengan mengabaikan warga disekitar pembangunan tersebut. Dengan tidak memberikan efek pembangunan berkelanjutan bagi warga sekitar, sehingga respon yang muncul dari warga juga beragam. Dilema pembangunan, hal inilah yang kini menjadi topik pembahasan dalam bab ini. Dimana disatu sisi, masyarakat menuntut haknya untuk mendapatkan tempat tinggal dan menolak penggusuran tersebut, namun disatu sisi masyarakat juga salah karena tidak seharusnya mendirikan bangunan ditanah milik PT.KAI, selain karena tidak memiliki IMB, mendirikan bangunan yang dekat dengan rel juga dapat membahayakan diri mereka sendiri, dan juga menghambat pembangunan yang dilaksanakan di daerah tersebut.

Pembangunan versus Penggusuran di Mandala By Pass Pembangunan yang dilakukan oleh negara tentunya dilakukan untuk memberikan fasilitas yang lebih baik lagi untuk menyejahterahkan masyarakatnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nitisastro (2010:9),

90

pembangunan merupakan proses menurut waktu, suatu proses transformasi yang merupakan suatu “breakthrough” dari keadaan ekonomi yang terhenti (stagnant) ke suatu pertumbuhan kumulatif yang bersifat terus menerus. Dalam proses pembangunan, menurut Nitisastro lebih lanjut, yang didefinisiskan sebagai pertumbuhan adalah peningkatan produksi dan kosumsi dalam suatu masa, dan oleh karenanya, diperlakukan suatu perencanaan pembangunan.60 Untuk mencapai transformasi tersebut Indonesia melakukan berbagai pembangunan disetiap wilayahnya. Di Sumatera utara, Salah satu dari sekian banyak fasilitas tersebut adalah mengenai transportasi, hal tersebut juga masuk kedalam salah satu tujuan RPJM Sumatera Utara. PT. KAI adalah salah satu persero yang bergerak dibidang transportasi khusunya kereta api. Angkutan kereta api dipilih karena dianggap cukup efisien untuk mengangkut barang dengan volume yang besar dan dapat membantu mengurangi kepadatan lalu lintas jalan raya. Sebagaimana telah dijelaskan pada RPJM Sumatera utara yang telah ditetapkannya bandara Kualanamu sebagai bandara Internasional demikian juga pelabuhan laut Kuala Tanjung mendukung KEK Sei Mangkei dan ditetapkannya global hub port Kuala Tanjung pada sistem logistik nasional bagian barat Indonesia. Ketiga transfer point ini tidak akan berarti tanpa adanya sistem transportasi yang baik, terintegrasi dan berkesinambungan. Dengan adanya pembangunan transportasi akan mendukung optimalisasi pengembangan potensi setiap wilayah khususnya wilayah- wilayah strategi, ini juga akan menumbuhkan konektivitas antar provinsi di Indonesia maupun di Sumatera Utara. Sesuai RPJMN Tahun 2015-2019 sebagai strategi dalam pengembangan kawasan strategis perlu dilakukan percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui percepatan pembangunan infrastruktur kereta api.61 Tujuan penguatan konektivitas untuk: 1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal supply chained system. 2. Memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland). 3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan.

60 Budi Winarno, Etika Pembangunan,Yogyakarta:2013 halaman 38 61 Sekertariat Kabinet Republik Indonesia http://setkab.go.id/pembangunan-jalan- layang-kereta-api-pertama-di-luar-pulau-jawa-dan-reaktivasi-jalur-kereta-api- -besitang/

91

Upaya pembangunan konektivitas tersebut antara lain akan membangun 3.258 kilometer jalur kereta api termasuk dalam program pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera dari Provinsi Aceh hingga Lampung. Maka dari itu PT. KAI mulai pada awal tahun 2016 sudah mulai melakukan pembangunan rel tambahan atau double track (Medan - Bandara Internasional Kualanamu) dan reaktivitas rel (Medan-Delitua-Pancur Batu dan Medan-Binjai-Besitang). Tetapi yang terjadi akibat adanya pembangunan rel kereta api tersebut berbagai masyarakat sekitar bantaran kereta api itu sendiri merasa resa karena mereka akan digusur cepat atau lambat. Karena rel kereta api baik itu double track maupun reaktivitas rel akan membutuhkan lahan. Sedangkan lahan yang tadinya kosong tersebut telah digunakan oleh masyarakat itu sendiri. Sebagaimana dampak tersebut berpengaruh terhadap daerah Mandala By Pass dimana daerah ini dilalui oleh kereta api. Karena Mandala By Pass merupakan salah satu dari daerah yang dilintasi oleh rel kereta api. Tujuan yang kereta api yang melintas pada wilayah Mandala By Pass itu Medan – Kualanamu yang seperti yang telah diketahui bahwa Kualanamu telah diresmikan sebagai bandara internasional yang pembangunan transportasi ke bandara tersebut menjadi prioritas pemerintah Sumatera Utara. Dari hasil wawancara yang kami lakukan pada daerah Mandala By Pass bahwa kami mendapatkan keterangan dari warga maupun pekerja bahwa dalam prose pembebasan lahan yang dilakukan oleh PT. KAI melakukan tahap memberikan pemberitahuan terhadap masyarakat pinggiran rel daerah Mandala By Pass untuk segera menertibkan bangunannya dari sekitar rel kereta api sekitar 14 meter jauhnya dari rel kereta api. Pemberitahuan tersebut dilakukan sebanyak 2 kali, tetapi menurut ibu Neneng (38 tahun) bahwa pemberitahuan tersebut hanya dilakukan secara lisan tidak adanya surat edaran resmi yang diterima oleh warga sekitar. Secara sadar ibu Neneng mengetahui bahwa lahan yang didirikannya bangunan untuk usaha Kaligrafinya itu merupakan tanah milik PT.KAI tetapi karena ia merasa bahwa lahan tersebut lama kosong, maka ia tidak ingin menyia-nyiakan peluang bisnis yang dilihatnya dari lahan tersebut. Bagian daerah ibu Neneng rata-rata mendirikan bangunan semi permanen dimana dijadikan untuk usaha. Dan warga yang berada di bagian daerah bu Neneng dengan tanpa perlawanan apapun bersedia membongkar sendiri bangunannya yang didirikan disekitar pinggiran rumahnya. Karena mereka merasa bahwa ketika bangunan tersebut dibongkar paksa oleh aparat mereka tidak akan mendapatkan apa-apa belum lagi tidak ada lagi yang dapat digunakan dari bangunan mereka. Sedangkan jika mereka membongkar sendiri mereka akaan mendapatkan beberapa bahan dari

92

bangunan tersebut untuk dijadikan bangunan lain didepan rumah mereka. Beda halnya dengan bangunan diseberang jalan daerah bu Neneng, dimana daerah tersebut terdapat puluhan bahkan ratusan bangunan permanen dimana aktivitas rumah tangga berada didalamnya. maka dari itu diketahui bahwa belum seluruh dari bangunan itu rata dengan tanah karena masih ada masyarakat yang tadinya setengah rumahnya telah dihancurkan tetapi ia masih bertahan didalamnya. karena ibu mawar ini merasa bahwa rumah dan lahan tersebut adalah lahannya. Ibu mawar sendiri sudah lehih dari 25 tahun tinggal ditempat itu, ia mengakui bahwa pihak PT.KAI telah memberikan uang ganti rugi sebesar 1.5jt rupiah. Tetapi ia juga mengakui bahwa uang tersebut belum sebanding dengan apa yang telah dihancurkan. Mereka sangat membutuhkan relokasi. Karena mereka tidak lagi memiliki lahan untuk mendirikan bangunan dan minimnya modal yang mereka dapatkan. Rata-rata pekerjaan yang dilakukan oleh warga pinggiran rel tersebut tidak memiliki begitu banyak pendapat yang mendukung mereka untuk membeli lahan dan mendirikan rumah, terlebih harga lahan maupun rumah di Medan saat ini sudah sangat mahal tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan kepada masyarakat pinggiran rel Mandala By Pass. Dampak proses pembangunan rel bagi Masyarakat. Dengan kata lain proses dari penggusuran yang dilakukan oleh PT.KAI masih belum bisa dikatakan pantas karena adanya ketidak adilan yang dirasakan oleh masyarakat pinggiran rel kereta api. Masyarakat malah merasa dirugikan dengan adanya pembangunan yang dilakukan PT.KAI belum lagi debu yang dihasilkan oleh pembangunan tersebut bisa berakibat pada kesehatan masyarakat disekitar. Hal ini juga membuat ibu-ibu didaerah tersebut harus lebih ekstra bekerja untuk membersihkan debu- debu sering mengotori teras rumah sekaligus harus mengawasi anak-anak agar tidak bermain di daerah sekitar pembangunan/pinggiran rel. Hal untuk membersihkan dan menjaga anak sudah seperti diamanatkan menjadi tugas kaum wanita, sedangkan para pria tidak mengambil pusing soal itu karena seharian bekerja diluar rumah. Belum lagi pemberitahuan yang tidak merata, tidak adanya surat edaran yang disertai dengan landasan hukum. Sebelum tahap eksekusi bangunan warga dilakukan (perencanaan), maka dari pihak kepling daerah setempat melakukan sosialisasi yang pertama. Dimana dalam sosialisasi ini, kepala lingkungan menganjurkan pihak laki- laki (kepala keluarga) dari masing-masing keluarga yang ikut dalam sosialisasi, menurut kami ini adalah salah satu contoh dimana wanita dianggap belum mampu untuk masuk kedalam ruang publik. Beda halnya dengan pihak PT.KAI yang melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah dan tidak mengharuskan pihak laki-laki yang menerima informasi tersebut, tapi siapa saja yang ada dirumah pada saat itu. Dan pada saat eksekusi rumah warga yang sangat dekat dengan rel ( yang kelompok bagian kiri jalan ) dilakukan PT.KAI tidak memberikan aba-aba untuk melakukan

93

penggusuran, alat berat langsung di arahkan ke bagian atap/atas rumah warga padahal didalamnya masih ada orang, dan sebagian besar adalah wanita karena anggota keluarga laki-laki dirumah tersebut sebagian besar bekerja di luar Mandala By Pass. Sampai sekarang masyarakat belum merasakan manfaat positif dari proses pembangunan rel oleh PT.KAI. walaupun PT.KAI menerapkan pembangunan yang berkelanjutan tetapi tidak diiringi dengan keadilan sosial, hal ini akan sangat berdampak langsung pada masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar hanya memerlukan wadah untuk tempat mereka berteduh. Dan sangat mengharapkan pemerintah mampu mengabulkan harapan mereka. Pentingnya perspektif gender dalam melihat pembangunan juga menjadi hal utama yang dilakukan Pemerintah. Banyaknya asumsi bahwa ada kertertinggalan peran perempuan disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan keterbelakangan. Kaum perempuan dianggap tidak tanggap terhadap tantangan „pembangunan‟, dan karenanya merekalah yang digalang atau diaktifkan untuk berpartisipasi dalam pembangunan bukannya pembangunan yang diubah agar sesuai dengan kebutuhan kaum perempuan (Saptari dan Holzner,1997:278-279).62 Pembangunan yang dituju oleh pemerintah daerah benar adanya pembangunan berkelanjutan dengan memikirkan keberlangsungan lingkungan hidup. Tetapi, dalam rencana pembangunan jangka menengah provinsi Sumatera Utara tidak ditemukannya cara maupun strategi mengatasi penangulangan bagi mereka yang tidak memiliki lahan tersebut. Pembangunan menurut Widjoyo Nitisastro, merupakan proses menurut waktu , suatu proses transformasi yang merupakan proses menurut waktu, suatu proses transformasi yang merupakan suatu „breakthrough‟ dari keadaan ekonomi yang terhenti (stagnant) ke suatu pertumbuhan kumulatif yang bersifat terus menerus. Inheren dalam proses ini adalah keharusan bagi masyarakat yang bersangkutan untuk mengadakan pilihan diantara berbagai pilihan alternatif. Pilihan ini diantaranya meliputi pilihan anatar berbagai kecepatan pertumbuhan ekonomi yang pada dirinya adalah pilihan mengenai kecepatan pertambahan produksi barang dan jasa. Dimana msayarakat dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang langsung berdampak kepada mereka. Dimana mereka harus tetap tinggal atau dengan secara paksa harus menyingkir dari pembangunan yang sudah menjadi tempat masyarakat itu sendiri tumbuh dan telah melihat berbagai pembangunan. Pemerintah harus lebih sensitif, dan mampu mengatasi segala kendala sosial maupun politik yang dihadapi oleh masyarakatnya. Memilih strategi maupun kebijakan yang mampu menguntungkan segala pihak. Perebutan lahan yang diakibatkan pembangunan double track rel (Medan-

62 Budi Winarno, Etika Pembangunan,Yogyakarta:2013 halaman 128

94

Kualanamu) mengahasilkan beragam konflik dan dampak pada mayarakat Mandala By Pass. Tetapi pemerintah sendiri sampai sekarang belum adanya tindakan untuk melindungi mereka. Keterpihakan kepada kaum lemah atau merginal, dimana pembangunan adalah sebuah pilihan, dan setiap pilihan hampir selalu syarat akan nilai. Pilihan berarti berimplikasi pada siapa yang harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Dengan kata lain jika pembangunan harus mampu mengeliminasi faktor-faktor penyebab ketidakbebasan63 serta ketidakadilan.

Kesimpulan Proses dari penggusuran yang dilakukan oleh PT.KAI masih belum bisa dikatakan pantas karena adanya ketidak adilan yang dirasakan oleh masyarakat pinggiran rel kereta api. Masyarakat malah merasa dirugikan dengan adanya pembangunan yang dilakukan PT.KAI belum lagi debu yang dihasilkan oleh pembangunan tersebut bisa berakibat pada kesehatan masyarakat disekitar. Sebelum tahap eksekusi bangunan warga dilakukan (perencanaan) , dari pihak kepling daerah setempat maupun pihak PT.KAI memang sudah melakukan sosialisasi. Namun sampai sekarang masyarakat belum merasakan manfaat positif dari proses pembangunan rel oleh PT.KAI. Walaupun PT.KAI menerapkan pembangunan yang berkelanjutan tetapi tidak diiringi dengan keadilan sosial, hal ini akan sangat berdampak langsung pada masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar hanya memerlukan wadah untuk tempat mereka berteduh. Dan sangat mengharapkan pemerintah mampu mengabulkan harapan mereka. Pemerintah harus lebih sensitif, dan mampu mengatasi segala kendala sosial maupun politik yang dihadapi oleh masyarakatnya. Memilih strategi maupun kebijakan yang mampu menguntungkan segala pihak. Perebutan lahan yang diakibatkan pembangunan double track rel (Medan-Kualanamu) mengahasilkan beragam konflik dan dampak pada masyarakat Mandala By Pass.

Daftar Pustaka [KOMPAS.Com] Perumnas. 2015. Tahun 2016 Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah Diprioritaskan. Berita. Perumnas [serial online].http://www.perumnas.co.id/tahun-2016-rumah-untuk- masyarakat-berpenghasilan-rendah-diprioritaskan [5 Juni 2016] [Okezone.com] Administrator Real Eastate Indonesia. 2016. Rumah MBRdi Sumut Sudah Terbangun 2560 Unit. Real Eastate Indonesia [serial online].http://www.rei.or.id/newrei/berita-rumah-mbr-di- sumut-sudah-terbangun-2560-unit.html [5 Juni 2016] [SETKAB] Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2016. Pembangunan Jalan Layang Kereta Api pertama di Luar Pulau

63 Budi Winarno, Etika Pembangunan,Yogyakarta:2013 halaman 351

95

Jawa dan Reaktivasi Jalur Kereta Api Binjai – Besitanghttp://setkab.go.id/pembangunan-jalan-layang-kereta-api- pertama-di-luar-pulau-jawa-dan-reaktivasi-jalur-kereta-api-binjai- besitang/ [8 April 2016] 2015 World Population Data Sheet http://www.prb.org/Publications/Datasheets/2015/2015-world- population-data-sheet.aspx [5 Juni 2016] Badan Pusat Statistik http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1274 [5 Juni 2016] Bantuan Hukum [serial online].http://www.bantuanhukum.or.id/web/tag/penggusuran/ [8 April 2016] Dofu. 2016. Warga Pinggiran Rel Mandala Menolak Rumahnya Dibongkar. Harian Deteksi [serial online]. http://www.hariandeteksi.com/2016/01/warga-pinggiran-rel- mandala-menolak.html [8 April 2016] Juskal, Achdiral, Ryan. 2015. Pembangunan Rumah MBR Sumut Baru Capai 6.700 Unit. Tribun Medan [serial online].http://medan.tribunnews.com/2015/12/07/pembangunan- rumah-mbr-sumut-baru-capai-6700-unit [7 Maret 2016] Ramita, Iskandar, dan Khairunnas. 2016. Minta Direlokasi dan Tunda Penggusuran. Medan Bisnis [serial online].http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/02/16/216 384/minta-direlokasi-dan-tunda-penggusuran/#.VwNfbuJ97IU [pada 1 April 2016] RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2013-2018 Shahab, Reza, Hasibuan, Panggabean, dan Irawan ,Dicky. 2016. Warga Demo, PT.KAI Tetap Gusur. Koran Sindo [serial online]. http://www.koran-sindo.com/news.php?r=6&n=46&date=2016-02- 16 [5 Juni 2016] Siahaan, Iskandar Z. 2016. PT KAI Klaim Telah Santuni 1.600 Rumah. Medan Bisnis Daily [serial online]. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/03/07/220716/pt- kai-klaim-telah-santuni-1600-rumah/ [1 Mei 2016] Warsito, Budi. 2015. 2016 Jalur Kereta Api Layang Dibangun di Medan. Metrotv News [serial online]http://sumatera.metrotvnews.com/read/2015/12/29/206041/20 16-jalur-kereta-api-layang-dibangun-di-medan [2 April 2016] Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Center for Academic Publishing Service, Yogyakarta

96

BAB IX Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi

Pendahuluan Ragam model pembangunan mencoba menjelaskan pembangunan ke dalam aras metodologi dan selanjutnya diwujudkan menjadi program – program baik berskala nasional ataupuna internasional, jangka pendek ataupun jangka panjang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satu upaya pemerintah kota Medan dalam meningkatkan pembangunan nasional dengan melaksanakan pembuatan jalan Toll Medan – Tebing Tinggi, untuk menuju Bandara Internasional Kualanamu (KNO). Dalam rangka mengurangi kemacetan dari Tebing Tinggi menuju Bandara Internasional Kulanamu (KNO). Namun di dalam pembuatan jalan Toll Medan – Tebing Tinggi pemerintah tidak dengan mudahnya untuk melaksanakan pembangunan, karena dalam proyek pembanguann jalan Toll Medan – Tebing Tinggi ini banyak menggunakan lahan warga, lahan PTPN, dan lahan PTKAI.Dalam melaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum yang berhubungan dengan pengadaan tanah seperti halnya pembangunan tol , sudah diatur dalam UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Pemerintah perlu melaksanakan pembangunan demi kepentingan umum, diperlukan tanah dengan mengedapankan prinsip kemanusiaan, demokratis dan adil.64 Pembangunan Jalan tol Medan – Tebing Tinggi yang dirrencanakan sepanjang 61,70 Kilometer yang terdiri dari 6 titik yaitu; Tanjung Morawa (Medan) – Parbakaran, Parbarakan-Lubuk Pakam, Lubuk Pakam – Perbaungan, Perbaungan – Teluk Mengkudu, Teluk Mengkudu – Sei Rampah, Sei Rampah – Rambutan. Jalan Tol Medan-Kualanamu – Tebing Tinggi adalah jalan tol yang direncanakan menghubungkan Medan, Tebing Tinggi serta Bandar Udara Internasional Kualanamu. Jalan tol sepanjang 61,80 km ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans-Sumatera dan terbagi dalam 2 (dua) seksi, yaitu Seksi I (Medan – Perbarakan – Kualanamu) sepanjang 17,80 km dan Seksi II (Perbarakan-Tebing Tinggi) sepanjang 44 km. Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur pada tahap awal dan 2x3 lajut pada tahap akhir dengan kecepatan rencana 100 km/jam.65

64Undang – undang nomor 20 tahun 2012 65Edy Sujatmiko, Pekerjaan tol Medan--Kualanamu--Tebing Tinggi dimulai, Antara, 23 September 2014, hlm 14

97

Dalam pembebasan lahan ini,banyak masalahyang harus diahadapi oleh pemerintah mulai dari masyarakat yang tidak setuju sampai yang setuju dengan jumlahganti rugi yang diterima masyarakat yang lahannya terkana proyek pembangunan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi. Dan juga terkadang pihak warga tidak merata mendapat ganti rugi,jadi tidak semuanya kesalahan terletak di warga yang kritis terhadap tanahnya. Dalam pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan tol Medan Kuala Namu Tebing Tinggi ini kami juga akan mengangkat isu gender yang telah kami amati dalam beberapa hari yang lalu.Gender adalah seperangkat peran yang, seperti halnya kostum dan topeng di teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita adalah feminism atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, keperibadian, bekerja di dalam dan di lur rumah tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebginya, secara bersama – sama memoles “peran gender”66. Dalam pembahasan isu gender nanti kita akan lebih mengerti bagaimana pekerjaan yang dilakukan perempuan dan laki- laki yang ada di pembangunan jalan tol Medan – Tebing Tinggi ini.

Pembangunan Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi Seperti yang kita ketahui konsep teori modernisasi merupakan suatu proses adalah transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Begitu pula dengan yang saat ini sedang terjadi di Sumatera Utara (Kota Medan) yaitu pembangunan pembuatan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi untuk jalan menuju Bandara Kulanamu (KNO). Di dalam pembangunan pembuatan jalan Tol ini, pemerintah yang menyelenggarakan proyek ini tidak begitu dengan mudah mengambil batas – batas untuk pembuatan jalan Tol karena, sebagian titik untuk pembuatan jalan Tol memakai lahan warga setempat. Dengan adanya pembuatan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi, ada beberapa tanggapan masyarakat baik yang positif maupun negative terhadap pembanguanan jalan Tol. Positifnya, warga merasakan yang dulunya fasilitas Desa Galangan yang (mati) kurang di perhatikan sekarang menjadi lebih diperhatikan misalnya dengan pembuatan penerangan jalan atau lampu jalan, jalan makin rapi dengan dibuatnya pelebaran jalan sehingga mobil pun bisa masuk dengan dua arah. Sedangkan tanggapan yang negatifnya warga kehilangan lahan, seperti lahan pertanian (persawahan) dan rumah mereka yang digusur dan warga yang dulunya yang bertetanggan sekarang sudah menjadi jauh, karena harus pindah dari lokasi yang dulu di tempatinya, polusi udara, kebisingan apabila sudah malam karena pihak pekerja proyek bekerja hingga pukul

66 Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, Rifka Annisa Women‟s Crisis Centre dengan Pastaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm 3

98

23:00 WIB. Dan walaupun ada pihak yang merasa di rugikan oleh proyek pembangunan jalan tol ini, pihak tol di kategorikan sangat memperhatikan apa yang menjadi keinginan masyarakat tersebut sehingga warga yang terkena penggusuran atau lahan yang terkena proyek merasa impas (Hasil wawancara dengan warga, jalan Medan – Galang, Kecamatan Pagar Merbau). Pembebasan tanah hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari pihak pemegang hak baik mengenai teknik pelaksanaannya maupun mengenai besar an bentuk ganti rugi yang diberikan terhadap tanahnya. Dan apabila si pemegang hak tidak bersedia menyerahkan tanahnya, maka pemerintah dapat menggunakan lembaga “pencabutan hak atas tanah” bilamana tanah tersebut benar – benar diperlukan untuk kepentingan umum67. Pertanggung jawaban yang diberikan pihak proyek terhadap warga yang lahannya dipakai untuk pembuatan jalan Tol berupa duit. Misalnya cara perhitungannya , kalau lokasi tanah yang berada di pinggir jalan dikenakan biaya dengan 1 rante sebesar Rp 60.000.000. Sedangkan lahan warga yang tidak berada di pinggir jalan dig anti rugikan dengan 1Meter di beli dengan seharga Rp 2.000.000 (Lokasi, Jalan Medan – Pakam, Km 15). Tetapi ada juga lahan yang belum tuntas hingga saat ini, di karenakan masih dalam proses penggurusan, di karenakan mengenai lahan PTKAI. Dari hasil wawancara masyarakat sekitar banyak yang merasa dirugikan atas pembebasan lahan jalan Tol, karena mereka tidak memiliki surat hak tanah akibatnya ada sebagian warga tidak mendapatkan ganti rugi walaupun mereka telah lama tinggal disana. Keputusan Presiden No 55 tahun 1993 dan peraturan menteri Agraria /Kepala BPN No.1 Tahun 1994, maka bagi mereka yang tidak memiliki tanda bukti hak atas tanah (secara formal) ,jelas tidak masuk dalam golongan yang berhak atas ganti kerugian apabila tanahnya akan diambil untuk pembangunan bagi kepentingan umum. Dan mereka hanya akan di berikan uang pesangon. 68 Dan juga dalam Undang-Undang pokok Agraria, pengertian akan hak milik yang dirumuskan di dalam pasal 20 UUPA yang disebutkan dalam ayat 1, hak milik tanah adalah hak turun temurun , terkuat dan di penuhi yang dapat di punyai orang atas tanah : ayat 2 , hak milik tersebut dapat dapat beralih dan di alihkan ke pihak lain.69

67 H. Abdurrahman, SH, Mh, Masalah Pencabutan Hak – Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Banjarmasin,1991, hlm 28 68 Moh.Hasan Wargakusuma,S.H., Analisis dan Evaluasi Tentang Ganti Rugi Dan Pemberian Uang Pesangon Dalam Proses Penyerahan Hak Atas Tanah, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen kehakiman, Jakarta, 1996,Hlm 13 69Surdaryo soimin,SH,Status Hak Dan Pembebasan Tanah,Sinar Grafika, Jakarta, 1994,hlm1

99

(Dokumentasi; Pembuatan jalan Tol, 4 juni 2016)

(Dokumentasi; Rumah warga yang terkena gusur akibat pembangunan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi; 4 Juni 2016)

100

Ideologi Patriarki

GENDER

Ideology Perempuan dan

Patriarkhal Ketercerabutan dari alam

Patriarki adalah konsep bahwa laki – laki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, dalampemerintahan, militer, pendidikan, industry, bisnis, perawatan, kesehatan, iklim, agama, dan bahwa pada dasarnya perempuan tercerabut dari akses terhadap kekuasaan itu70. Pandangan ini berpengaruh penting ketika kita membicarakan mengapa peran gender tradisional sukar berubah. Ini merupakan ciri pokok masyarakat terorganisir sepanjang gari patriarchal dimana ada ketidaksetaraan (unequal) hubungan gender antara laki – laki dan perempuan. Dengan adanya konsep teori nurture adanya perbedaan perempuan dan laki – laki adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan itu membuat perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki – laki dalam perbedaan kelas. 71 Dalam proses pembangunan jalan tol ini dapat dilihat bahwa adanya perbedaan dari hasil konstruksi budaya dimana pada hasil wawacara pada Bu Manurung warga Parbarakan Mangga 1 Lubuk Pakam, tenaga kerja dari warga setempat banyak di serap dari laki-laki pada pandangannya laki-laki lebih cocok berkerja dalam pembuatan jalan tol ini , dan wanita dianggap tidak akan maksimal dalam pembangunan jalan tol dimana pembangunan tersebut akan banyak menggunakan tenaga. Selain itu dalam pembagian ganti rugi laki – laki yang dominan menerima duitnya. Karena di dalam penerimaan ganti rugi ini berdasarkan atas nama pemilik rumah (yang biasanya para suami)

70Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan, Rifka Annisa Women‟s Crisis Centre dengan Pastaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm 65 71 WHO, 2001

101

Perempuan dan Ketercerabutan dari Alam Disini pada dasarnya perempuan menyediakan pangan sebagai produksi kehidupan dan memandang sebagai hubungan yang benar – benar produktif dengan alam karena, perempuan tidak hanya mengkonsumsi tetapi juga membuat segala sesuatunya (produksi). Di dalam pembangunan pembuatan jalan Tol ini para perempuan merasa kecewa karena mereka selain menjadi ibu rumah tangga mereka juga memiliki pekerjaan sampingan seperti bercocok tanam (Bertani). Tetapi untuk saat ini mereka tidak lagi bercocok tanam (bertani) karena yang dulunya mereka bekerja dengan alam untuk memproduksi bahan pangan (seperti bertani) sekarang tidak bertani lagi, di karenakan lahan untuk mereka bertani sudah di jadikan untuk pembuatan jalan Tol Medan – Tebing Tinggi. Sehingga membuat mereka bingung akan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan untuk membantu para suami untuk mencari nafkah.

Kemiskinan Kemiskinan sangat erat dengan adanya penggusuran lahan. Dikarenakan warga miskin tidak memilik kekuatan atau pengetahuan sehingga mau tak mau mereka mau menerima apa yang menjadi wacana bagi pemerintah. Misalkan yang terjadi terhadap warga Parbarakan Mangga 1 Lubuk Pakam. Dimana ia mau menerima dengan begitu saja biaya ganti rugi yang diberikan oleh pihak proyek pembuat jalan Tol, sementara itu orang yang memiliki kekuatan dan pengetahuan misalnya, kepala sekolah SMP Parbarakan tidak mau menerima ganti rugi karena harga yang di tawarkan oleh pihak proyek pembuat jalan Tol tidak sesuai dengan kerugian yang akan di dapatkannya. Maka oleh karena itu ia memilih bertahan dan akan membawa kejalur hukum jika ganti rugi tidak sesuai dengan permintaan. Dan akhirnya ganti rugi yang tadinya Rp600.000.000 menjadi 1M. (Hasil wawancara dengan warga warga Parbarakan Mangga 1 Lubuk Pakam). Gunnar Adler – Karlson (1996:35-36), misalnya, mengemukakan tiga prinsip dasar dalam penanggulangan kemiskinan pertama, kemiskinan mutlak harus di hapuskan dimanapun juga iya berada karena ia menimbulkan penderitaan bagi manusia. Artinya meningkatkan pendapat minimum bagi semua orang, kedua, kemakmuran seseorang tidak akan meningkat bila kebutuhan-kebutuhan pokok tidak terpenuhi, ketiga , harus ada saluran-saluran yang memadai untuk memindahkan saveing dari orang- orang kaya kepada pendapatan orang-orang miskin72

72 Prof. DRS. Budi Winarno,MA,PHD,Etika Pembangunan, CAPS (Center For Academic Publishing Sevice),Yokyakarta,2013,Hlm179

102

Daftar Pustaka Abdurrahman. (1991) Masalah Pencabutan Hak – Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia. Banjarmasin: Citra Aditya Bakti. Cleves, Mosse, Julia. (1996) Gender dan Pembangunan. Yokyakarta: Rifka Annisa Women‟s Crisis Centre dengan Pastaka Pelajar. Julia Cleves,Mosse. (1996) Gender dan Pembangunan, Rifka Annisa Women‟s Crisis Centre dengan,Yokyakarta, Pastaka Pelajar. Soimin, Surdaryo. (1994)Status Hak Dan Pembebasan Tanah,Jakarta: Sinar Grafika. Sujatmiko,Edy. (2014) Pekerjaan tol Medan--Kualanamu--Tebing Tinggi dimulai. Antara. Undang – undang nomor 20 tahun 2012 Wargakusuma, Hasan. (1996)Analisis dan Evaluasi Tentang Ganti Rugi Dan Pemberian Uang Pesangon Dalam Proses Penyerahan Hak Atas Tanah. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. WHO, 2001 Winarno,Budi. (2013) Etika Pembangunan. Yokyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Sevice).

103

BAB X Pembangunan Danau Toba menjadi Monaco of Asia

Pendahuluan Danau Toba merupakan salah satu obyek wisata yang paling populer dari Sumatera Utara. Sebagai sebuah danau terbesar se-Asia Tenggara, tak heran jika nama Danau Toba di kenal luas hingga ke berbagai negara di dunia.Namanya kerap disebut sebagai destinasi terbaik dan foto-fotonya terpajang dimana-mana.Gelar dan popularitas yang dimilikinya tak pernah surut.Turis lokal maupun mancanegara banyak yang berdatangan untuk melihat langsung fenomena alam menakjubkan.Sejauh mata memandang danau dikelilingi oleh hutan alam, hutan rapat, kebun campuran dan hutan tanaman.Tak ada yang bisa mengelak kecantikan alam Danau Toba.Sebagai salah satu destinasi wisata unggulan, danau ini menawarkan beragam aktivitas menarik. Alasan-alasan inilah yang membuat pemerintah sebagai para pembuat kebijakan untuk menjadikan destinasi wisata Danau Toba menjadi pariwisata berskala internasional yang akan dijadikan sebagai Monaco Of Asia.Kebijakan merupakan suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan dimaksud bersifat strategis yaitu berjangka panjang dan menyeluruh.Untuk itu diperlukan suatu administrasi yang dikenal dengan “Administrasi Negara”.Peraturan daerah (perda) merupakan bentuk kebijakan publik di daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota. Salah satu pemasalahan dalam pembangunan Danau Toba menjadi “Monaco of Asia” ialah ketidaksiapan pemerintah daerah, yaitu kerja cepat pemerintah pusat seharusnya diimbangi pemerintah daerah agar koordinasi bisa berjalan dengan baik.Danau Toba yang berbatasan dengan beberapa kabupaten di Sumatra Utara memang memiliki kendala koordinasi untuk membuat satu kebijakan terpadu mengelola kawasan salah satu danau terbesar di Asia ini. Untuk mendukung dan menyukseskan proyek besar ini dibutuhkan kerjasama simultan dari pemerintah daerah dan masyarakat. Masing-masing pemerintah daerah harus bekerja keras mensosialisasikan wacana ini dan potensi yang bisa dimanfaatkan dari pengembangan danau Toba. Warga juga harus terus diberi pengetahuan dan kesadaran bagaimana menjadi tuan rumah yang baik sekaligus mengajarkan mereka memanfaatkan potensi ekonomi yang ada.

104

Pembangunan Monaco of Asia Pencanangan Badan Otorita Danau Toba oleh pemerintah pusat harus melibatkan masyarakat sekitar danau Toba dan tidak membuat masyarakat hanya sebagai obyek.Jika yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan agenda yang akan diwujudkan lewat keputusan presiden (Keppres) tersebut menggunakan pendekatan Top-Down, itu berarti tidak akan melibatkan masyarakat. Jika pendekatannya Top-Down, akan muncul berbagai permasalahan seperti kepemilikan lahan dan lain-lain. Apakah peran rakyat hanya sebagai obyek? Untuk itu dibutuhkan pendekatan Bottom Up.Dalam menjalankan kebijakan tersebut pemerintah juga harus memperhatikan aspek budaya yang ada di sekitar Danau Toba, mulai dari kultur Dalihan Natolu hingga Jambar atau hak atau bagian yang ditentukan bagi seseorang atau sekelompok orang. Apalagi sebagai kawasan yang dimiliki tujuh kabupatenkota, otonomi daerah lebih kuat dari Perpres tersebut. Jadi Badan Otorita Danau Toba harus memiliki representatif dari masyarakat, jangan Top down karena masyarakat akan termarginalisasi.73 Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Dalam Rapat yang bertemakan “Bersatulah Untuk Danau Toba” yang dipimpin langsung oleh Presiden , tujuh bupati yang mengepalai tujuh kabupaten (Samosir, Tobasa, Simalungun, Taput, Humbahas, Dairi, dan Karo) sekitar Danau Toba sudah bersepakat untuk berpartisipasi dalam Pembangunan “Monaco of Asia”. Pembangunan diharapkan merupakan pembangunan berkelanjutan ini berarti mesti dipandang sebagai proyek puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun, selamanya; holistik berarti yang bertanggung jawab dan menikmati manfaat dari berkembangnya kawasan Danau Toba ini ialah alamnya sendiri dan manusianya, bukan satu kabupaten atau satu kelompok tertentu saja, sekalipun itu mayoritas – entah dari segi statistik pendukung ataupun dari kekuatan politis. Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba diharapkan bekerja serius mengembangkan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata melalui

73 Syaifullah Defaza,“Otorita Danau Toba Harus LibatkanMasyarakat” diakses dari http://sumut.pojoksatu.id/2016/04/02/otorita-danau-toba-harus-libatkan- masyarakat/2/ pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 16.00

105

peningkatan mutu infrastruktur hingga usaha-usaha promosi yang lebih kreatif.Mutu infrastruktur yang kini sedang dikerjakan, nantinya adalah jalan tol yang baik agar durasi perjalanan lebih singat, pelabuhan, dan perbaikan Bandara Silangit yang mumpuni. Semua itu akan berperan strategis dalam peningkatan jumlah wisatawan dan ujung-ujungnya berdampak langsung pada perbaikan ekonomi dan perdagangan. Pembentukan badan Otorita Danau Toba menunjukkan bahwa pemerintah pusat telah memberikan perhatian khusus terhadap Danau Toba yang sudah lama dinantikan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Namun perlu dipertanyakan apakah menjadikan Danau Toba sebagai “Monaco of Asia” merupakan suatu langkah yang urgent dalam peningkatan mutu pariwisata Danau Toba? Siapkah masyarakat menerimanya dengan sejumlah dampak yang akan muncul, ketika mereka menyadari Danau Toba kelak berubah menjadi melting pot masyakat mancanegara?74

Pandangan Masyarakat Ada beberapa masyarakat yang ketika ditanya “apa itu Geo Park Kaldera Toba dan Monaco of Asia” masyarakat akan bertanya kembali apa itu. Pernyataan itu menjadi bukti masyarakat kurang dilibatkan atau kurangnya sosialisasi sehingga masyarakat tidak tahu. Bagaimana pembangunan akan berjalan ketika tidak melibatkan masyarakat. Dalam pelaksanannya, masyarakat beranggapan bahwa masyarakat tidak di ikut sertakan dalam pembangunan ini.Masyarakat menganggap bahwa pembangunan Danau Toba menjadi Monaco of Asia hanya berlandaskan pada kepentingan kepariwisataan untuk mencapai kepentingan bisnis sendiri tanpa melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar Danau Toba. Pembangunan Monaco of Asia membutuhkan 500 ha tanah, dan tanah itu merupakan tanah masyarakat sekitar juga, padahal dalam tradisi batak Toba tidak diijinkan dalam menjual tanah leluhur mereka, jikalah di jual tanah leluhur mereka maka dengan begitu sama saja menjual kehidupan mereka.

Benturan Kebudayaan Mengutip kalimat Antropolog Koentjaraningrat: “Budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.” Masyarakat di sekitar Danau Toba adalah masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat. Sebagai sebuah kebudayaan, ia diwariskan secara turun temurun dan

74Rahmat Purna Marbun, ”Monaco of asia proyek kebudayaan yang manusiawi” diakses dari http://kabarmedan.com/monaco-of-asia-proyek-kebudayaan-yang-manusiawi/ pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 16.30

106

menjadi satu pedoman hidup dan cara pandang sejak ratusan tahun lalu. Teori ini menjelaskan bahwa budaya merupakan pedoman masyarakat dalam proses berinteraksi setiap harinya. Dalam budaya Batak Toba misalnya, pedoman hidup dalihan na tolu masih dipegang teguh. Secara harfiahdalihan na tolu bermakna “tiga buah tungku”, sebuah simbolisasi sistem kekeluargaan Batak Toba yang harmonis, yang terdiri dari: somba marhula-hula (hormat kepada marga keluarga istri), manat mardongantubu (hormat dan rukun kepada sekeluarga dan semarga), dan elek marboru (anak perempuan dan keluarga perempuan harus dirangkul dan dibujuk). Falsafah hidup ini kemudian membentuk tatanan atau kedudukan sosial yang setara dan saling mengayomi. Nilai-nilai budaya yang tetap dipertahankan ialah kekerabatan atau kerukunan, hagabeon yang bermakna pengharapan panjang umur, dan beranak cucu, hamoraon kekayaan dalam konteks kekayaan yang bersifat materil dan kekayaan spiritual, dan uhum atau hukum, di mana masyarakat berusaha untuk tidak melanggar aturan atau kesepakatan yang ada dalam masyarakat baik yang tersurat maupun tersirat. Dalam hal ini juga ditanamkan budaya untuk menepati segala janji-janji.Bukan hanya itu, nilai budaya yang masih dilestarikan adalah budaya marsiurupan atau gotong-royong. Cara ini dimanfaatkan dalam menyelesaikan setiap permasalahan serta sebagai kaidah dalam memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga. Tentu tidak tertinggal untuk disebut adalah seni musik dan tari-tarian. Konsep “Monaco of Asia” sangat mengagumkan sekaligus mengerikan.Ia mengagumkan, karena menjadikan Danau Toba layaknya panggung internasional, tempat orang-orang berlatarbelakang budaya berbeda dari berbagai negara berbagi keindahan ciptaan Tuhan itu. Bersama masyarakat, pelancong berbagi pengalaman dan kepentingan.Namun demikian, kita tahu sendiri, sejauh mana SDM dan penguasaan teknologi masyarakat sekitar yang belum masuk taraf memadai untuk menerima situasi baru yang luar biasa itu.Sebagai sebuah pertumbuhan dalam setiap sektor, apalagi pariwisata, harus didukung oleh beberapa hal, di antaranya yang utama adalah soal sumber daya manusia (SDM) dan teknologi.SDM yang dimaksud adalah memadai dalam hal mutu ilmu pengetahuan dan keahlian, terlebih-lebih meningkatkan produk agroindustrinya. Belum lagi kalau kita ingin mengurai masalah tentang tingkat keramah-tamahan (hospitality) dan kecerdasan bergaul (social intelligent). Maka, satu entitas yang paling masuk akal yang akan muncul adalah, interaksi antara budaya akan memunculkan dampak sosial tersendiri. Perjalanan menuju “Monaco of Asia” dalam jangka pendek dapat memunculkan kekhawatiran beberapa segi kebudayaan masyarakat setempat yang terkikis.Situasi terkikis pada akhirnya menciptakan pori-

107

pori, tempat terpenetrasinya budaya asing. Menjadikan Danau Toba sebagai kawasan pariwisata internasional, dengan menghabiskan dana triliunan rupiah adalah sebuah gerak globalisme, memasuki budaya serta kearifan lokal masyarakat, jikalau tidak disertai formula yang tepat. Maka, dalam memperkuat tameng budaya, dana besar itu harus pula digunakan dalam upaya edukasi dan internalisasi kebudayaan asli masyarakat, khususnya kepada orang-orang muda. Jikalau dana hanya demi kepentingan pemodal, apa artinya keindahan Danau Toba, tanpa kearifan budaya yang nantinya hilang begitu saja. Kita ingin masyarakat Danau Toba nantinya seperti Jepang dan Tiongkok.Masyarakat di dua negara itu, globalisme menjadikan mereka maju dan berkembang di beragam sektor, tetapi kebudayaan nenek moyang yang juga turut dipertahankan, membuat mereka kian kuat. Pembangunan “Monaco of Asia” adalah proyek kebudayaan nan manusiawi,dengan menjadikan masyarakat di sekitar danau Toba sebagai tuan dengan mempertahankan kesejatian dan kebanggaan diri di tengah- tengah wisatawan ataupun orang asing dari berbagai daerah dan Negara. Pembangunan Danau Toba menjadi “Monaco of Asia” , Monako adalah langkah panjang penuh tantangan dan harapan, sembari menjadikannya semakna dengan kata “monako” itu sendiri: “monoikos” yang berarti “satu rumah”, yang ditempati oleh orang-orang yang baik75.

Revolusi Mental Sejalan dengan itu, semua pihak harus melakukan revolusi, merevolusi mental diri sendiri, merevolusi keluarga, merevolusi kampung, merevolusi mental jiwa, karakter, pikiran dan mental kita. Untuk apa? Untuk menyambut tamu kita, menyambut wisman, menyambut orang asing yang belum pernah sama sekali singgah di kampung kita, halaman rumah kita. Perbaikan menuju kearah yang lebih baik, tentu saja sekali lagi, bukan mengangkat senjata. Namun mengangkat jiwa, menggerakkan, membesarkan, memperhebat pelayanan terhadap tamu kita. Sudah saatnya membangun jiwa, jiwa rakyat kita, jiwa pelaku pariwisata Danau Toba, jiwa para Kepala Daerah di pusaran Danau Toba, jiwamu, jiwaku dan jiwa kita. Dalam konteks menjadikan Danau Toba menjadi "Monaco Asia" , diperlukan kerja keras membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Danau Toba dapat benar - benar menjadi

75Rahmat PurnaMarbun, ”Monaco of Asia”,Proyek Kebudayaan yang Manusiawi” di akses dari http://kabarmedan.com/monaco-of-asia-proyek-kebudayaan-yang- manusiawi/ pada tanggal 7 juni 2016 pukul 20.00

108

wisata kelas dunia, yang besar dan mampu berkompetisi dengan pariwisata bangsa-bangsa lain di dunia. Kenapa membangun jiwa merdeka itu penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting.Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa. Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa (Nation Character Building). Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme.76 Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional. Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong - royong.Parapemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai peloporgerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitasaparat negara. Dalam hal pembangunan wisata Danau Toba , hal itu sudah dimulai dari masing-masing pemangku kepentingan. Di antaranya adalah sejumlah Menteri Kabinet Kerja Jokowi-JK telah duduk bersama membahas masa depan Danau Toba, di Toba Samosir, Januari lalu. Kemudian, pertemuan sejumlah menteri itu membahas persiapan Badan Otorita Danau Toba, 7 Bupati kawasan Danau Toba yang sudah duduk bersama untuk menyatukan derap langkah. Para Bupati sudah meninggalkan ego sektoral, ego masing masing daerah, demi kesatuan tekad "Danau Toba menjadi The Monaco of Asia". Oleh karena aparatur negara merupakan penggerak utama, oleh karena itu diperlukan revolusi mental dalam birokrasi sebagai penggerak Danau Toba menjado Monaco of Asia yaitu terwujudnya perubahan radikal-positif atas mind-set dan culture-set,kapabilitas, perilaku, dan gaya aparatur birokrasi. 'aparatur birokrasi harus bersih, kompeten, bekerja

76Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, “Revolusi Mental: Membangun Jiwa Merdeka Menuju Bangsa Besar “ di akses dari http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15091400002 pada tanggal 7 juni 2016 pukul 20.13

109

efektif dan efisien, serta bermental dan bergaya sebagai pelayan publik yang melayani bukan minta dilayani.77 Gerakan revolusi mental seperti yang dilakukan para kepala daerah itu, perlu dipancarkan, disebarluaskan, dihebohkan dengan semangat integritas, kerja keras dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat. Kultur negatif yang selama ini berkembang tentu menjadi salah satu faktor penghambat kejayaan kepariwisataan di Danau Toba termasuk infrastruktur didalamnya.78 Kultur negatif seperti kesan penipuan, kesan mau ambil untung besar, kesan mempersulit, kesan menaikkan harga dalam proses perdagangan yang dijalankan oleh pelaku usaha yang berada di sekitar Danau Toba, harus di revolusi. Kondisi lain yang harus direvolusi adalah lingkungan yang kurang sehat, seperti munculnya bau-bau yang tidak sedap ketika berada di Danau Toba. Salah satu penyebab yang perlu dibenahi adalah keramba. Keramba cukup merusak pemandangan sehingga orang malas untuk duduk berlama-lama di kawasan itu. Health dan hygiene pariwisata Danau Toba harus menjadi perhatian besar. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk kawasan Danau Toba mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut, misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat, upacara-upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera mata yang memiliki ke khasan dari objek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin, tenang, aman selama mereka berada di obyek wisata tersebut. Akan tetapi apabila suatu objek wisata Danau Toba tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Suatu tempat wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar terhadap wisatawan maupun objek wisata tersebut dimana pada akhirnya menimbulkan kerugian besar.

77Ichsanul Karim, “Revolusi Mental Dalam Reformasi Birokrasi “ di akses dari https://www.academia.edu/11870732/revolusi_mental_dalam_reformasi_birokrasi pada tanggal 7 juni 2016 pukul 20.19 78Sinar Indonesia Baru, “Bagaimana Sebaiknya Mendukung Danau Toba Jadi "The Monaco Of Asia" di akses dari http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=98699 pada tanggal 7 juni 2016 pukul 20.22

110

Kajian Perspektif Gender Gender adalah variabel kompleks yang merupakan bagian dari konteks sosial, budaya, ekonomi dan politik.Gender juga relevan bagi kerja gerakan masyarakat sipil.Genderadalah perbedaan yang dikonstruksi secara sosial antara laki-laki dan perempuan.Karena terkonstruksi secara sosial, perbedaan gender tergantung pada usia, status perkawinan, agama, etnik, budaya, ras, kelas/kasta dan seterusnya. Dalam pembangunan pemerintah dan aktivis gerakan sosial harus memperhatikan kesenjangan yang ada di antara laki-laki dan perempuan dalam hal hak-hak, tanggung jawab, akses dan penguasaan terhadap sumber daya alam serta pengambilan keputusan.Laki-laki dan perempuan kerapkali memiliki perbedaan dalam prioritas, hambatan dan pilihan terkait dengan pembangunan serta dapat mempengaruhi dan dipengaruhi secara berbeda oleh proyek-proyek pembangunan. Untuk meningkatkan efektivitas, pertimbangan-pertimbangan tersebut perlu disikapi dalam semua perencanaan dan penanganan program yang akan dijalankan pemerintah. Memahami isu gender dapat memungkinkan proyek untuk memperhatikan persoalan gender dan membangun kapasitas untuk menghadapi dampak- dampak ketidaksetaraan dan untuk memastikan adanya keberlanjutan. Hak-hak perempuan harus dilindungi. Paling terkenal di antaranya adalah Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW, 1979) – sebuah Traktat PBB yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1979 dan pada awalnya ditandatangani oleh 64 negara di bulan Juli tahun berikutnya. Sejak itu ada beberapa deklarasi internasional dan perjanjian yang telah digunakan sebagai standar untuk mengukur kemajuan dalam urusan perempuan.79 Kesetaraan gender dalam pembangunan Monaco of Asia bertujuan melibatkan laki-laki dan perempuan dalam menyikapi permasalahan terkait pembangunan, mereformasi lembaga-lembaga untuk membangun hak-hak dan peluang yang setara, serta mendorong perkembangan ekonomi yang menguatkan kesetaraan partisipasi masyarakat setempat yang ada di daerah pulau Samosir dan daerah lainnya yang berhubungan dengan pembangunan Monaco of Asia. Pendekatan semacam itu bertujuan untuk memperbaiki kesenjangan yang terus ada terkait akses terhadap sumber daya alam dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Mengintegrasikan perspektif gender ke dalam gerakan sosial dan pembangunan Danau Toba menjadi Monaco of Asia tidak hanya mengenai „pelibatan‟ perempuan atau „memikirkan tentang‟ laki-laki dan minoritas gender, melainkan juga mempertimbangkan mengenai cara-cara alternatif

79 YLBH APIK, “UU RI No.7 Th 84 tentang pengesahan CEDAW.” Di akses dari http://www.lbh-apik.or.id/uu-dan-peraturan-11-uu-ri-no7-th-84-tentang- pengesahan-cedaw.htmlpada tanggal 8 juni 2016 pukul 17.00

111

untuk melihat dan melakukannya terhadap diri sendiri dalam rangka transformasi relasi kekuasaan patriarki. Relasi kekuasaan patriarki, yaitu relasi kekuasaan mengenai kekuasaan hubungan keturunan melalui garis kerabat pria saja.Seperti kekerabatan masyarakat batak.Dalam masyarakat suku Batak, pria sangat memiliki peran penting dibanding dengan perempuan, karena laik-laki sangat diharuskan untuk memiliki keturunan laki-laki untuk mewarisi marga batak yang dimiliki oleh keturunan sebelumnya sehingga keturunannya tetap ada. Hal lain yang berhubungan dengan relasi kekuasaanadalah merusak tatanan kehidupan masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan. Dimana pemerintah pusat dianggap tidak melibatkan masyarakat dalam pembangunan Monaco Of Asia untuk mengurus dan mengatur sehingga terjadi kerusuhan di masyrakat batak, terjadi penggusuran, mengambil alih lahan hingga mafia tanah berkeliaran dan menggadaikan leluhur masyarakat batak. Karena menurut masyarakat batak menjual tanah leluhur sangat tidak dianjurkan, karena kelestarian budaya tradisional harus dipertahankan dengan tidak menjual warisan leluhur. Masyarakat menganggap bahwa pembangunan Danau Toba menjadi Monaco Of Asia hanya berlandaskan pada kepentingan kepariwisataan untuk mencapai kepentingan bisnis sendiri tanpa melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar Danau Toba.Untuk itu dibentuklah Badan Otorita, yaitu suatu badan yang mengurus tentang pariwisata di kawasan Danau Toba yang memiliki kewenangan menerima kewenangan Pemerintah Kabupaten Dnau Toba. Di daerah kawasan danau Toba ada beberapa pemasalahan gender yakni, Kebudayaan batak Toba dalam memaknai “gender” dalam adat istiadat suku Batak Toba mengandung pengertian perbedaan antara laki- laki dengan perempuan secara sosial. Kedudukan kaum wanita Batak Toba masih sangat lemah bila dibandingkan dengan laki-laki.Fenomena ini sudah berlangsung ratusan tahun lamanya, namun akibat dari kebiasaan masyarakat hal ini menjadi kebudayaan yang dijaga dengan baik serta tidak boleh dilanggar. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dapat di lihat dari berbagai bidang kehidupan, antara lain bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan hukum (baik hukum tertulis maupun tidak tertulis yakni hukum-hukum adat). Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam bidang kehidupan tersebut pada umumnya menunjukan hubungan yang sub-ordinasi yang artinya bahwa kedudukan perempuan lebih rendah di bandingkan dengan kedudukan laki-laki. Apabila dilihat dari kemampuan wanita Batak Toba secara nasional tidak perludiragukan.vSeseorang yang namanya Miranda Gultom, sudah pernah menduduki jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia.Kemudian, ada Basariah Panjaitan yang juga merupakan salah satu calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berpangkat Irjen atau jenderal bintang dua.

112

Begitu juga dengan nama tenar, Duma Riris Silalahi yang merupakan Runner-Up Putri Indonesia 2007 mewakili Sumatera Utara.80 Salah satunya yaitu Tradisi menenun kain batak atau yang sering dikenal dengan Ulos. Menenun adalah wujud bahasa kaum perempuan Batak.Lewat kainlah perempuan Batak mengekspresikan perasaan, aspirasi, dan pengetahuannya. Dengan kata lain, Kain Batak merupakan elemen bahasa kaum perempuan Batak. Sehingga tidak ada kaum lelaki yang mau melakukan hal itu. Dalam bidang pertanian, terkait dengan kesetaraan gender dalam bidang pengambilan keputusan, kontrol terhadap sumber daya serta perolehan manfaat dari hasil pembangunan. Pada umumnya lelaki di dalam masyarakat batak khususnya di danau toba memiliki peran yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan dan kontrol terhadap sumber daya serta perolehan manfaat dari hasil pembangunan. Hal ini disebabkan oleh masyarakat patrilineal yang pada umumnya terdapat pada adat batak di kawasan danau toba ini menganggap bahwa anak laki-laki lebih berharga atau lebih tinggi kedudukannya dari pada anak perempuan. Beberapa pendekatan yang diambil oleh berbagai gerakan sosial dalam menyikapi persoalan hak-hak perempuan dan keadilan gender ; terlibat secara positif dalam refleksi internal dan aksi untuk hak-hak perempuan dan keadilan gender, memberikan dukungan terhadap kepemimpinan dan partisipasi perempuan dalam semua aspek gerakan sosial. Memastikan distribusi peran/kedudukan yang setara dalam struktur organisasi, memastikan kesetaraan partisipasi, mempertimbangkan hal pengurusan anggota keluarga, mempertimbangkan bahwa perempuan bisa menjadi target pembalasan oleh anggota masyarakat yang merasa terancam oleh adanya keadilan gender yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam peran tradisional.81 Oleh sebab itu, untuk menciptakan kesetaraan gender dalam pembangunan Monaco of Asia, perlu didukung dengan perilaku saling menghargai, saling membantu dan menghormati, saling pengertian dan saling peduli, dan yang terpenting menyadari bahwa dalam mencapai pembangunan, perempuan dan laki-laki sama pentingnya dan saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian, gerakan-gerakan yang dilakukan akan membuahkan hasil berupa kesetaraan gender yang nantinya

80 Palty ZainalSibarani, “Diskriminasi Pembagian Harta Warisan pada Wanita Batak Toba (Selamat Hari HAM ke-67)” di akses dari .http://www.kompasiana.com/paltyzan/diskriminasi-pembagian-harta-warisan- pada-wanita-batak-toba-selamat-hari-ham-ke-67_566fc8863793737e07df433f pada tanggal 8 juni 2016 pada pukul 18.00 81Down to earth, “Gender dan Pembangunan: konsep-konsep dasar” di akses dari.http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/gender-dan-pembangunan- konsep-konsep-dasarpada tanggal 10 Mei 2016 Pukul 20.03 WIB

113

mampu menyukseskan pembangunan bangsa dan negara di Indonesia termasuk pembangunan Monaco Of Asia.

Kesimpulan Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya keindahan. Birunya air danau dan deretan gunung berapi yang ditumbuhi pohon enau dan pinus ditambah udara sejuk membuat siapapun akan betah berlama-lama di sini: Danau Toba. Danau Toba memiliki banyak potensi yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan Danau Toba sebagai satu dari sepuluh destinasi unggulan wisata. Sebagai bentuk dari keseriusan pemerintah, Kementerian Maritim dan Sumber Daya membentuk Badan Otorita Danau Toba. Badan ini akan berbentuk badan layanan umum dan bekerja hingga 2041. Pembentukan Badan Otorita Danau Toba oleh pemerintah pusat ini harus melibatkan masyarakat sekitar danau Toba dan tidak membuat masyarakat hanya sebagai obyek melainkan sebagai subjek juga. Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok untuk tempat obyek wisata, tenaga kerja yang memadai dimana pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang keberlangsungan hidup obyek wisata dan memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Dalam pembangunan Monaco of Asia dicetuskan kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan.Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme.Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental. Dalam hal pembangunan wisata danau toba, hal itu sudah dimulai dari masing-masing pemangku kepentingan. Didalam pembangunan Danau Toba sebagai Monaco of Asia sangat diperlukan kesetaraan gender yang bertujuan melibatkan laki-laki dan perempuan dalam menyikapi permasalahan terkait pembangunan, mereformasi lembaga-lembaga untuk membangun hak-hak dan peluang yang setara, serta mendorong perkembangan ekonomi yang menguatkan kesetaraan partisipasi masyarakat setempat yang ada di daerah pulau Samosir dan daerah lainnya yang berhubungan dengan pembangunan Monaco of Asia. Pendekatan semacam itu bertujuan untuk memperbaiki kesenjangan yang terus ada terkait akses terhadap sumber daya alam dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing pariwisata Danau Toba di tingkat nasional dan dunia merupakan masalah krusial yang harus

114

segera dituntaskan.Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Akan tetapi apabila obyek wisata Danau Tobaini tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Suatu tempat wisata apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan fisik, barang-barang sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar terhadap wisatawan maupun obyek wisata tersebut dimana pada akhirnya menimbulkan kerugian besar.

Daftar Pustaka Defaza, Syaifullah. (2016). Otorita Danau Toba Harus Libatkan Masyarakat. Retrieved from http://sumut.pojoksatu.id/2016/04/02/otorita-danau-toba-harus- libatkan-masyarakat/2/ Jefriando, Meikel. 2016. Kembangkan Danau Toba Sebagai 'Monaco of Asia', Jokowi KumpulkanMenteri,Retrieved fromhttp://finance.detik.com/read/2016/02/02/160442/3132962/4/ke mbangkan-danau-toba-sebagai-monaco-of-asia-jokowi-kumpulkan- menteri “Gender dan Pembangunan: konsep-konsep dasar”.http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/gender-dan- pembangunan-konsep-konsepdasar. diakses pada tgl 10 Mei 2016 Pukul 20.03 WIB Metro Online. 2016. Visi Pemerintah, Jadikan Danau Toba Monaco of Asia, Retrieved from http://metro-online.co/visi-pemerintah-jadikan- danau-toba-monaco-of-asia/ Sibarani, Palty Zainal. (2015). Diskriminasi Pembagian Harta Warisan pada Wanita Batak Toba (Selamat Hari HAM ke-67), Retrieved from http://www.kompasiana.com/paltyzan/diskriminasi-pembagian-harta- warisan-pada-wanita-batak-toba-selamat-hari-ham-ke- 67_566fc8863793737e07df433f Simanjuntak, Suryati. (2016). Berbagai Wacana Pembangunan Kawasan Danau Toba, Retrieved from http://literasi.co/berbagai-wacana- pembangunan-kawasan-danau-toba/ Sinar Indonesia Baru. (2016). Bagaimana Sebaiknya Mendukung Danau Toba Jadi "The Monaco Of Asia", Retrieved from http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=98699 Sitorus, Hasan. 2015. Mewujudkan Danau Toba sebagai Monaco Asia, Retrieved from http://harian.analisadaily.com/opini/news/mewujudkan-danau-toba-

115

sebagai-monaco-asia/176626/2015/10/05. diakses pada tgl 01 Mei 2015 pukul 7.00 Yahya, Arief. 2016 .Selangkah Lagi, Danau Toba Jadi Monaco-nya Asia.JPPN. com. http://www.jpnn.com/read/2016/02/15/357067/Selangkah-Lagi,- Danau-Toba-Jadi-Monaco-nya-Asia- YLBH APIK. (2016). UU RI No.7 Th 84 tentang pengesahan CEDAW, Retrieved from http://www.lbh-apik.or.id/uu-dan-peraturan-11-uu-ri- no7-th-84-tentang-pengesahan-cedaw.html

116

BAB XI Peran The Body Shop dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Penerapan Prinsip Green Marketing

Pendahuluan Dampak dari globalisasi sudah memasuki hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat di dunia, akibatnya kekuatan ekonomi dan iklim dunia bisnis akan diwarnai oleh persaingan yang semakin tinggi dan menimbulkan antisipasi setiap pelaku bisnis.Pengaruh globalisasi juga memaksa perusahaan untuk dapat menerapkan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan seperti peningkatan kepekaan dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti kerusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen. Istilah green marketing muncul kepermukaan sebagai reaksi dari para marketer untuk peduli lingkungan. Green marketing kemudian menjadi alternatif strategi yang tidak hanya membantu image perusahaan, tetapi juga memberi value terhadap bisnis perusahaan.. Namun yang menjadi ketakutan marketer untuk terjun ke dunia green marketing ini tidak lain karena para marketer merasakan bahwa target pasar mereka belum berorientasi kepada lingkungan hidup. Itulah sebabnya pertumbuhan produk-produk yang ramah lingkungan terkesan lambat. The Body Shop adalah perusahaan yang sudah terkenal dalam industri kosmetik dan merupakan salah satu dari pelopor green marketing. Prinsip dasar ramah lingkungan yang dimiliki The Body Shop lahir dari ide-ide untuk menggunakan kembali, mengisi ulang dan mendaur ulang apa yang mereka bisa pakai kembali, besarnya peranan bisnis sebagai penentu arah perubahan tercermin dengan munculnya pendekatan “tripe bottom lines” yang mengarahkan bisnis untuk mengukur keberhasilan dari tiga pilar pendukungnya yaitu profit, people dan planet. Dengan demikian profit bukan satu-satunya sumber energi bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Tanpa memperhitungkan people (aspek sosial) dan planet (aspek lingkungan), sebuah perusahaan tidak akan pernah dapat melanjutkan hidupnya. Namun harus diakui, pendekatan ini masih harus menempuh perjalanan panjang untuk dapat menjadi etika berbisnis disetiap perusahaan.Mahalnya produk-produk kesehatan dari The Body Shop menyebabkan minat beli pelanggan menjadi menurun, sehingga

117

keputusan untuk melakukan pembelian produk kesehatan dari The Body Shop juga menurun. (Palwa: 2014)82 Konsep green marketing di The Body Shop merujuk pada kepuasan kebutuhan, keinginan, dan, hasrat pelanggan dalam hubungan dengan pemeliharaan dan pelestarian dari lingkungan hidup. Green marketing di The Body Shop meliputi empat elemen dari bauran pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi) untuk menjual produk dan pelayanan yang ditawarkan dari keuntungan-keuntungan keunggulan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengurangan limbah, peningkatan efisiensi energi, dan pengurangan pelepasan emisi beracun. Berdasarkan konteks green marketing yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah sesungguhnya peran yang diberikan The Body Shop sebagai salah satu perusahaan yang berpatisipasi dalam pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan prinsip Green Marketing.

Pembangunan Berkelanjutan Dalam mendefinisikan pembangunan berkelanjutan, Stockholm United Nation Conference on Human Environmental (1972) menyatakan segala sumber daya alam di bumi, termasuk udara, air, tanah, flora dan fauna terutama contoh yang mewakili bagian ekosistem alam, harus dijaga supaya aman untuk kepentingan generasi sekarang dan masa depan melalui perencanaan atau manajemen yang sesuai dan hati-hati. Pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang menyelaraskan kepentingan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan(Hadi: 2007)83. Adapun indikator pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan yang disebutkan oleh beberapa ahli yaitu ; (1) Culture - ecology interface yaitu pembangunan berkelanjutan merupakan fungsi yang terintegrasi dari nilai-nilai budaya yang menyatu terhadap ekosistem. Indikator yang termasuk dalam hal ini adalah ukuran perubahan etika lingkungan, komitmen untuk menjaga keseimbangan political cultural dan eco tourism; (2)Culture - economy interface yaitu menggambarkan fungsi tujuan di dalam termin nilai-nilai non market dan keputusan menjaga konservasi lingkungan untuk tujuan budaya. Dalam hal ini, nilai kultural ekonomi bernilai lebih tinggi; (3) Economy - ecology interface yaitu menggambarkan fungsi tujuan di dalam termin dari nilai- nilai ekonomi dan cost benefit analysis. Indikator pembangunan berkelanjutan diukur dari cadangan konservasi alam dan ekonomi (stock and flow of environmental and economy) untuk kegiatan produksi serta

82 Palwa,Ariyanto.2014. “Pengaruh Green Marketing Terhadap Keputusan Yang Dimediasi Minat Beli (Studi Kasus Pada Pelanggan The Body Shop di Plaza Ambarukmo Yogyakarta)” 83Hadi, Sudharto P. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. 2007. Yogyakarta : Gama Press

118

pelayanan untuk generasi saat ini dan yang akan datang. Contoh dari indikator pembangunan berkelanjutan ini adalah kesuburan tanah, keragaman budaya, dan kesehatan ekosistem sebagai indikator kualitas lingkungan.Pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim (1990) memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut UNCED dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan tahun 2002 di Johannesburg Afrika Selatan, prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan antara lain : (1) Keadilan antar generasi, prinsip ini mengandung arti bahwa setiap generasi manusia di dunia memiliki hak untuk menerima dan menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruk akibat perbuatan generasi sebelumnya, (2) Keadilan dalam satu generasi, prinsip tentang keadilan umat manusia dimana beban permasalahan lingkungan harus dipikul bersama oleh masyarakat dalam suatu generasi, (3) Prinsip pencegahan dini, mengandung pengertian bahwa apabila terjadi ancaman yang berarti yang menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan maka ketiadaan temuan tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda upaya-upaya mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, (4) Perlindungan keanekaragaman hayati, berarti mencegah kepunahan jenis keanekaragaman hayati, (5) Internalisasi budaya lingkungan, biaya kerusakan lingkungan harus diintegrasikan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya alam. Tiga alasan utama mengapa pembangunan harus disebut sebagai pembangunan berkelanjutan menurut Perman et al., (1996) dalam a. Fauzi (Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.2004)84 yaitu; (1) Alasan moral, dimana generasi kini menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam dan lingkungan sehingga secara moral perlu untuk memperhatikan ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengekstraksi sumber daya alam yang dapat merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatan bagi generasi mendatang untuk menikmati layanan yang sama. (2) Alasan ekologi, bahwa keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi, oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang pada akhirnya dapat mengancam fungsi ekologi. (3) Alasan ekonomi, alasan dari sisi ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan,

84Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

119

seperti kita ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukup kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada pengukuran kesejahteraan antargenerasi (intergeneration welfare maximization).

Green Marketing Green marketing atau environment marketing itu berkembang sejalan dengan adanya perhatian masyarakat akan isu-isu lingkungan, sehingga masyarakat menuntut adanya tanggung jawab pelaku bisnis dalam melakukan aktivitas bisnis. Menurut Mintu and Lozada (1993) (dalam Lozada: 2000)85 mendefinisikan pemasaran hijau (green marketing) sebagai “aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingkungan fisik”.Ottman (2006)86 mengemukakan bahwa dimensi green marketing, dengan mengintegrasikan lingkungan ke dalam semua aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green communication). Tujuan dari green marketing adalah untuk memperbaiki hubungan antara industri dengan lingkungan, untuk mengawasi dampak dari perekonomian, dan sebagai respon terhadap peraturan pemerintah akan lingkungan hidup.Environmental atau green marketing (pemasaran hijau) merupakan fokus baru dalam usaha bisnis, yaitu sebuah pendekatan pemasaran strategik yang mulai mencuat dan menjadi perhatian banyak pihak mulai akhir abad 20(Byrne: 2003)87. Kondisi ini menuntut pemasar (marketer) untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan. Produk dari industri kosmetik merupakan produk yang unik, karena selain produk ini memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar (terutama wanita) akan kecantikan sekaligus sebagai sarana bagi konsumen untuk memperjelas identitas dirinya di masyarakat. Lebih lanjut, produk ini sesungguhnya memiliki resiko pemakaian yang perlu diperhatikan mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberi efek yang sama untuk setiap konsumen. Jadi, pemilihan kualitas

85 Lozada, H.R. 2000. Ecological Sustainability and Marketing Strategy : Review and Implication. Seton Hall University 86Ottman, J.A. Stafford E.& R. Hartman. C.L. 2006 Green Marketing Myopia : Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Products. Environment Volume 48, Number 5 pp 22-36 Heldref Publications, 2006. 87 Byrne, Michael 2003. Understanding Consumer Preferences Across Environmental Marketing Mix Variations. OIKOS University of Newcastle

120

produk biasanya menjadi kriteria utama penilaian produk yang akan dibeli (Fabricant & Gould 1993, dalam Ferrinadewi: 2005)88

Penerapan Prinsip Green Marketing oleh The Body Shop Lahirnya konsep green marketing mendorong terjadinya perubahan tantangan lingkungan yang ada saat ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan mengedepankan green input, green process, maupun green output serta segala hal yang berhubungan dengan penyelamatan lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan (Grant, John, 2007).Salah satu perusahaan yang terkenal sebagai green company adalah The Body Shop. Perusahaan ini selalu mengedepankan lingkungan sosial. Gerai The Body Shop selalu dipenuhi dengan poster-poster lingkungan yang menentang pembuangan limbah ke laut atau aksi-aksi sosial lainnya yang mengarah pada penyelamatan bumi, salah satunya poster yang memiliki slogan “Enrich not Exploit‖. Dalam memproduksi produknya The Body Shop selalu menggunakan bahan baku alami atau mencegah pemakaian barang-barang yang tidak dapat di daur ulang, salah satunya dengan pemakaian biodegradable bag yang dapat terurai dalam 2 tahun. Bahkan perusahaan ini mengalihkan keuntungan perusahaan yang didapat untuk program- program penyelamatan lingkungan contohnya aksi penyelamatan paus, penyelamatan hutan hujan, Amnesty International, Friends of the Earth, atau bahkan aksi penanaman pohon.

Pelaksanaan Environmental Principle oleh The Body Shop The Body Shop berkomitmen untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dari aktivitas bisnis. Tindakan nyata yang dilaksanakan oleh The Body Shop sebagai bentuk komitmen perusahaan terhadap lingkungan antara lain: 1. Mengurangi dampak lingkungan melalui inovasi dalam pembangkit energi hijau, penghematan energi, pembelian energi hijau, menggunakan sistem manajemen yang efektif. Komitmen The Body Shop dalam upayanya penghematan sumber energi dan penggunaan energi ramah lingkungan 2. Terus menetapkan target lingkungan yang dapat dicapai untuk semua bagian dari kegiatan The Body Shop. 3. Memprioritaskan upaya pada isu-isu kegiatan The Body Shop yang memiliki dampak langsung terhadap lingkungan, serta

88 Ferrinadewi, Erna. 2005. Atribut Produk yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Kosmetik dan Pengaruhnya pada Kepuasan Konsumen di . Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2 (September), pp : 139-151.

121

mempengaruhi orang lain untuk membantu mengurangi dampaknya juga. 4. Menempatkan diri pada tindakan inovatif yang melampaui persyaratan legislatif saat ini, dan menggunakan jangkauan internasional untuk mengubah perilaku dengan cara yang mengkapitalisasi pada komitmen yang sudah dibuat kepada konsumen, pemasok danfranchise. 5. Menkomunikasikan kebijakan The Body Shop dengan jelas kepada pemasok dan mitra bisnis lainnya untuk mengurangi dampak lingkungan dari aktifitas bisnis The Body Shop.

Pelaksanaan Peduli Lingkungan dalam Internal Perusahaan The Body Shop Di dalam nilai (value) yang dimiliki oleh The Body Shop nilai dari Protect the Planet merupakan suatu nilai yang diusung oleh The Body Shop Internasional untuk menunjukkan kepedulian perusahaannya terhadap keberlanjutan lingkungan The Body Shop berkomitmen untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dengan cara mengurangi konsumsi energi dan mengurangi sampah di dalam aktivitas bisnis The Body Shop. The Body Shop berkomitmen untuk memenuhi target mengurangi dampak langsung yang dihasilkan oleh toko, kantor, dan pusat distribusi perusahaan pada tahun 2020. Pada tahun 2010, total emisi CO2 dari aktivitas bisnis di toko-toko, kantor-kantor dan pusat distribusi adalah 45.600 ton. Sebagian besar ini berasal dari konsumsi listrik. Semua toko The Body Shop di Inggris saat ini sudah disediakan listrik dari sumber energy terbarukan dan sumber karbon yang dimiliki rendah. The Body Shop mengganti pencahayaan dengan menggunakan lampu LED yang memerlukan listrik lebih sedikit dan lebih awet. Dalam beberapa toko The Body Shop diterapkan sistem otomatis untuk mengontrol peralatan semeperti pemanas dan pendingin udara. Di Littlehampton, kantor pusat The Body Shop telah menggunakan atap panel tenaga surya sehingga menghemat penggunaan listrik hingga 25%.89

Peran The Body Shop dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan The Body Shop sangat menyadari perlunya proteksi lingkungan dan kesinambungan yang berwawasan lingkungan, oleh sebab itu kedua hal tersebut menjadi bagian dari visi misi perusahaan. Selain itu, The Body Shop memiliki konsistensi yang tinggi terhadap nilai-nilai lingkungan yang meliputi seluruh aspek yang ada dalam perusahaan baik pengembangan

89 Wood Positive Reforestation and Forest Preservation Annual Report to The Body Shop. (2012).

122

produk, produksi, pengelolaan energi dan limbah, produksi konsumen maupun kebijakan lingkungan. Tetapi untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, komitmen dari setiap karyawan akan tanggung jawab lingkungan harus terus menerus didukung oleh pimpinan yang karismatik. The Body Shop berperan aktif dalam menyelesaikan masalah lingkungan global untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang biasa dilakukan drngan mengadakan kampanye meliputi keamanan produk yang dikonsumsi oleh manusia, proteksi ekosistem, mengurangi populasi dan konservasi energi dan sumber daya alam. The Body Shop juga mengedukasi seluruh karyawan agar mempunyai motivasi bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam melaksanakan setiap aktivitasnya. Selain itu, The Body Shop berperan meningkatkan kebijaksanaan, program dan kinerja yang berwawasan lingkungan untuk dapat memenuhi keinginan konsumen. Hal-hal tersebut dilakukan oleh The Body Shop dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Isu-isu Gender The Body Shop The Body Shop adalah sebuah perusahaan kosmetik terkenal yang mengangkat konsep Unusual Business dalam menjalankan usahanya. Konesp ini dilatarbelakangi keyakinan bahwa sebuah perusahaan tidak boleh hanya bertujuan untuk mencari profit semata,namun juga harus memiliki tanggung jawab.Perusahaan yang didirikan oleh seorang perempuan bernama Anita Roddick, seorang wanita Inggris yang juga merupakan aktivis hak asasi manusia ini aktiv dalam melakukan kampanye- kampanye terkait isu-isu sosial seperti kesetaraan gender, isu-isu lingkungan hidup, dan hak asasi manusia. Komitmen The Body Shop dalam kemajuan perempuan terhadap isu gender dan lingkungan dapat dilihat dari beberapa contoh,salah satunya adalah The Body Shop mempunyai program Think Act Change, sebuah kompetisi film dokumenter yang mulai diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Melalui film dokumenter diharapkan akan terangkat berbagai hal yang menjadi realitas di masyarakat, terutama yang berhubungan dengan isu-isu gender dan pada saat yang bersamaan diharapkan akan tercipta pula partisipasi publik untuk memahami dan mengubah keadaan ke arah yang lebih baik. Project Change: Master Class Category adalah partisipasi Kalyana Shira Foundation dalam penyelengaraan Think-Act-Change: The Body Shop Documentary Film Competition 2008, mengusung Tema besar yang didukungWorkshop Master Class Project Change adalah Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi, di mana akan mengangkat topik ―Penyakit Menular Seksual: Stigma dan Akses Kesehatan, Pendidikan Sex di Sekolah, Kebijakan Kesehatan dan Peran Bidan serta Dukun Beranak, dan Kerusakan Lingkungan dan Kerentanan Kesehatan Perempuan.‖

123

The Body Shop juga pernah mengadakan Kampanye “Stop Violence in the Home” yang berlangsung pada tahun 2003 menyoroti kekerasan dalam rumah tangga. Produk kampanye The Body Shop meningkat lebih dari 2 (dua) juta untuk mendukung kelompok yang memberi saran, bantuan dan tempat penampungan bagi mereka yang terkena dampak tersebut. Kampanye tersebut juga turut membantu dalam mengubah undang-undang mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia dan Korea. Defend Human Rights dan Active Self- Esteem merupakan dua dari lima value/nilai yang diutamakan dalam kampanye yang dilakukan tersebut untuk membela hak asasi manusia dan harga diri perempuan.The Body Shop tidak hanya aktif dalam mengkampanyekan informasi dan solusi seputar KDRT, namun pula ikut mendonasikan hasil penjualan produknya kepada Pundi Perempuan dan Women Crisis Centre (WCC) di Indonesia. Seiring dengan gerakan perempuan, dewasa ini gencar didengung- dengungkan adanya kesetaraan gender. Beberapa iklanpun mencoba untuk merespon realita ini dengan cara menggambarkan representasi gender yang setara, seperti yang diketengahkan oleh iklan The Body Shop. Dengan demikian individu akan menolak nilai yang tidak sesuai dengan keyakinannya, yang akan berimplikasi pada terpotongnya proses sosialisasi ketidakadilan gender yang dilakukan oleh televisi melalui iklan-iklannya yang seksis. Sebaliknya bila yang termuat dalam sebuah iklan adalah ideologi gender yang setara, nilai ini akan terinternalisasi ke dalam pola pikir individu, sehingga semakin menguatkan keyakinan akan kesetaraan gender yang dimilikinya. Dengan upaya ini diharapkan bahaya laten yang disebarkan oleh iklan seksis dapat ditanggulangi. Anita Roddick selaku pendiri The Body Shop mengaku adalah seorang perempuan yang memiliki keinginan dan idealisme yang tinggi untuk ikut serta berperan aktif dalam melestraikan bumi dan mendukung perubahan global ke arah yang lebih baik. Status gender sebagai seorang permpuan tidak menghalanginya untuk berbuat bahkan lebih dari yang dianggap selama ini hanya bisa dilakukan oleh kaum pria. Dengan komitmen dan cita-cita yang tinggi pula,Anita Roddick berhasil membuktikan kesuksesannya dalam bidang bisnis yang sekaligus melibatkannya dalam banyak kampanye dan kegiatan sosial lainnya di hampir seluruh belahan dunia. Hal ini tentu menginspirasi banyak wanita di dunia untuk ikut membuktikan dan meng-eksplore diri semaksimal mungkin agar ikut mengambil peran penting di berbagai sisi kehidupan tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang wanita.

Kesimpulan The Body Shop merupakan perusahaan kosmetik multinasional yang menerapkan prinsip- prinsip green marketing dari mulai proses

124

produksi hingga proses pemasarannya. Di dalam aktivitas bisnisnya, The Body Shop terus mendukung berbagai isu global seperti upaya pelestarian lingkungan dan kesetaraan. Dalam sejarah perkembangannya, The Body Shop tentunya juga pernah mengalami pasang surut di dunia bisnis, terutama dikarnakan konsumen yang belum semuanya paham dan peka terhadap isu-isu global, belum lagi persaingan harga dan kualitas dengan brand-brand kosmetik lainnya yang pada akhirnya memicu The Body Shop untuk terus berinovasi agar mampu bertahan di dunia bisnis dan tetap bisa melakukan kampanye-kampanye sosial seperti visi misi awal The Body Shop. Dalam era global seperti saat ini, sudah terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah satu-satunya alat ukur yang dapat menjamin kesejahteraan. Pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan banyak aspek lain selain ekonomi untuk terus diperhatikan. Kelestarian lingkungan yang selama ini seringkali terbaikan,kesenjangan yang semakin dalam diantara lapisan masyarakat dan rendahnya kualitas hidup menjadi isu-isu global yang mulai harus dipertimbangkan. The Body Shop merupakan salah satu contoh perusahaan yang memiliki attitude yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Kepekaannya terhadap kehidupan membawa The Body Shop semakin lama semakin menarik perhatian masyarakat. Tujuan utama The Body Shop yang bukan sekedar mencari profit saja juga membuat The Body Shop memilih menggunakan prinsip green marketing sebagai salah satu cara memelihara dan memasarkan produknya. Hal ini tentunya merupakan contoh yang baik dan perlu untuk di contoh oleh perusahaan-perusahaan di masa sekarang agar ikut berpartsipasi dalam proses pembangunan berkelanjutan melalui bisnis-bisnis yang tidak semata-mata meningkatkan keuntungan tapi juga menanamkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.

Daftar Pustaka Ansar, Novera. 2013. Impact of Green Marketingon Consumer Purchase Intention Mediterranean Journal of Social Sciences,4(11): 650-655. Italy: MCSER Publishing.Brown, Michael Barratt. (1993). Fair Trade: Reform and Realities in the International Trading System. New Jersey: Zed Books Ltd Belz, F.-M., & Peattie, K. (2009). Sustainability marketing: A global perspective. West Sussex: Wiley. Byrne, Michael 2003. Understanding Consumer Preferences Across Environmental Marketing Mix Variations. OIKOS University of Newcastle Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

125

Ferrinadewi, Erna. 2005. Atribut Produk yang Dipertimbangkan dalam Pembelian Kosmetik dan Pengaruhnya pada Kepuasan Konsumen di Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2 (September), pp : 139-151. Haryadi, R (2009). Pengaruh strategi green marketing terhadap pilihan konsumen melalui pendekatan marketing mix dengan studi kasus The Body Shop, Jakarta. Jurnal Universitas Indonesia Lozada, H.R. 2000. Ecological Sustainability and Marketing Strategy : Review and Implication. Seton Hall University Octaviani, A (2011). Pengaruh strategi green marketing terhadap loyalitas pelanggan The Body Shop dikalangan Mahasiswa. Jurnal LPPM Unair Ottman, J.A. Stafford E.& R. Hartman. C.L. 2006 Green Marketing Myopia : Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Products. Environment Volume 48, Number 5 pp 22-36 Heldref Publications, 2006. Peattite, S. (2001).Targeting consumers who are care of Green Issue. Manhattan Press Journal. Hadi, Sudharto P. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. 2007. Yogyakarta : Gama Press Wibowo, Buddi, 2002, Green Consumerism dan Green Marketing : Perkembangan Perilaku Konsumen dan Pendekatan Pemasaran. Usahawan, No. 6 Th XXXI Juni, pp : 12-15. Yayasan Samadi. (2003). Fair Trade: Sebuah Alternatif Positif. Surakarta: Yayasan Samadi & Oxfam GB/Indonesia.

126

BAB XII Penerapan Kantong Plastik Berbayar : Perspektif Pembangunan Berkelanjutan (Studi pada TRANSMART dan AlfaMart di Medan Sumatera Utara)

Pendahuluan Kerusakan lingkungan saat ini yang diakibatkan oleh pembangunan dengan konsep modernisasi yang berorientasi fisik serta industri memunculkan konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan berhubungan erat dengan masalah etika, mengingat bahwa konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada masa depan ( future ) dan juga memfokuskan diri pada masalah kemiskinan ( poverty ). Konsep ini sangat memperhatikan kesejahteraan generasi yang akan datang, namun pada saat yang bersamaan juga tidak mengurangi perhatian terhadap upaya- upaya untuk meningkatkan taraf hidup orang-orang miskin yang ada pada generasi sekarang. Tidak hanya itu, pembangunan berkelanjutan juga memfokuskan pembangunan terhadap lingkungan yang merupakan salah satu aspek penting untuk kelangsungan hidup manusia. Kerusakan lingkungan yang terjadi semakin hari semakain parah dan terasa dampaknya termasuk di Indonesia. Mulai dari efek rumah kaca, sampah yang menumpuk, polusi udara hingga limbah industri yang mencemari air. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir hingga tanah longsor. Kerusakan lingkungan hidup memberikan dampak langsung bagi kehidupan manusia. Pada laporan seketaris jenderal dalam panel tingkat tinggi PBB tahun 2004 tentang ancaman, tantangan dan perubahan, memasukkan degradasi lingkungan sebagai salah satu dari sepuluh ancaman terhadap kemanusiaan selain kemiskinan, penyakit menular, perang antarnegara, perang saudara, genosida, kekerasan lainnya (seperti perdagangan wanita dan anak untuk perbudakan seks, atau pencurian organ tubuh), senjata penghancur massal (proliferasi nuklir, proliferasi senjata kimia, proliferasi senjata biologis), terorisme, kejahatan terorganisasi transnasional.90

90Report of the Secretary-General's High-Level Panel on Threats, Challenges and Change ("A more secure world: Our shared responsibility") (New York : United Nations, 2004), hlm. 1

127

kerusakan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya risiko bencana di suatu kawasan, karena lingkungan yang buruk juga mengakibatkan kesehatan yang buruk. Dalam Word Risk Report 2013 dikatakan: ―Whether it be drought, cyclone, earthquake or floods, when anextreme natural event hits a village or a town, the extent of harm topeople crucially depends on what the population’s health status hasbeen prior to the event — and on how well healthcare also works incrisis and disaster situations. In a nutshell, ―health and healthcare‖are decisive factors in risk assessment.‖91 Johan Galtung (1996) mengatakan Pembangunan adalah upaya untuk mewujudkan kebutuhan manusia demi kepentingan individu maupun kelompok dengan cara yang tidak merusak kelestarian alam atau kehidupan sosial manusia.92 Menurut riset yang dilakukan oleh Greeneration Indonesia (GI), Berdasarkan rata-rata semua hasil riset yang GI dapatkan, jumlah pemakaian kantong plastik per orang per tahun sekitar 700 lembar.93 Bila jumlah tersebut dikumpulkan dalam satu tempat, banyaknya dan bahayanya benar-benar menakutkan bak “MONSTER”. Jadi “MONSTER KRESEK” bisa dikatakan adalah hasil ciptaan masyarakat sendiri yang masih menggunakan kantong plastik secara berlebihan.94 Seluruh dunia, khususnya Indonesia, telah mengalami permasalahan lingkungan yang sangat mengkhawatirkan. Salah satunya penyebabnya adalah jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia, baik dari kegiatan industri maupun rumah tangga. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, berkembang pula industri, yang secara langsung maupun tidak langsung merubah pola hidup masyarakat, yang berujung pada tidak terkontrolnya jumlah sampah yang dihasilkan. Salah satu jenis sampah yang perlu diawasi adalah sampah (kantong) plastik. Sampah (kantong) plastik yang menggunung disebabkan oleh pola hidup masyarakat modern dan serba instan yang mendorong tingginya tingkat konsumsi (kantong) plastik di masyarakat. Sedangkan, sampah (kantong) plastik sendiri memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkungan, antara lain: 1. Sampah (kantong) plastik sulit terurai, dibutuhkan waktu hingga 1000 tahun agar plastik dapat terurai secara sempurna di tanah. Di samping

91Alliance Development Works, World Risk Report 2013 (2013), hlm. 5 92 John Galtung, Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan Peradaban, Terjemahan Asnawi Syafruddin (Surabaya: Pustaka Eureka, 1996), 93Hasil riset GI tahun 2009. Responden 419 orang di kota-kota besar di Indonesia. 94http://blog.greeneration.id/post/1372154165/dietkantongplastik- yuuuk#.V1k3OlSLTDc (diakses pada 9 Juni 2016)

128

itu, plastik yang terurai di tanah tersebut dapat mencemari tanah dan air tanah. 2. Sampah (kantong) plastik yang dibakar akan menghasilkan asap yang mengandung dioksin, salah satu senyawa yang beracun dan berbahaya bagi kesehatan. 3. Sampah (kantong) plastik yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan banjir karena menyumbat saluran air, tanggul, mencemari perairan, dan sebagainya.95 Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih menyebut total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.96 Desakan baik dari dalam dan luar negeri agar Indonesia menurunkan polusi sampah plastik yang terus meningkat setiap tahunnya.Maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia (APRINDO) melakukan pertemuan yang hasilnya adalah Surat Edaran KLHK SE 1230/2016antara lain: 1. Pengusaha ritel tidak lagi menyediakan kantong plastik secara cuma- cuma kepada konsumen. Apabila konsumen masih membutuhkan kantong plastik maka konsumen diwajibkan membeli kantong plastik dari gerai ritel.; 2. Terkait harga kantong plastik, Pemerintah, BPKN, YLKI, dan APRINDO menyepakati harga jual kantong plastik selama uji coba penerapan kantong plastik berbayar sebesar minimal Rp 200,- per kantong sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN); 3. Harga kantong plastik akan dievaluasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama APRINDO setelah uji coba berjalan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan; 4. Terkait jenis kantong plastik yang disediakan oleh pengusaha ritel, Pemerintah, BPKN, YLKI, dan APRINDO menyepakati agar spesifikasi kantong plastik tersebut dipilih yang menimbulkan dampak lingkungan paling minimal dan harus memenuhi standar nasional yang dikeluarkan oleh Pemerintah atau lembaga independen yang ditugaskan untuk itu; 5. APRINDO menyepakati bahwa mereka berkomitmen mendukung kegiatan pemberian insentif kepada konsumen, pengelolaan sampah, dan pengelolaan lingkungan hidup melalui program tanggung jawab

95Ibid 96http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277- 112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia (diakses pada 10 Mei 2016)

129

sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility, CSR) dengan mekanisme yang akan diatur oleh masing-masing pengusaha ritel. 6. Ketentuan ini juga berlaku untuk usaha ritel modern yang bukan anggota APRINDO.

Mengapa Diet Kantong Plastik Hal-hal gratis yang diberikan alam seperti seperti oksigen dan sinar matahari merupakan hal gratis terbaik yang bisa manusia peroleh. Di sisi lain, ada juga barang gratis yang semakin lama justru membuat kehidupan manusia semakin buruk. Kalau tidak hari ini, mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan, seperti kantong plastik. Keberadaan kantong plastik memang sangat memudahkan untuk membawa barang belanjaan. Jika tidak ada kantong plastik, mungkinpelanggan harus berakrobat membawa sekian banyak barang belanjaannya. Padahal kemampuan tangan dan tubuh manusia mengangkut barang adalah terbatas. Sayangnya kantong plastik yang biasa digunakan sehari-hari ini terbuat dari bahan polimer sintetik yang tidak biodegradable. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke Laut setelah Tiongkok. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi kondisi lingkungan hidup di Indonesia terutama di daerah laut. Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik akan memberi dampak berantai bagi lingkungan.penumpukan sampah plastik terutama di saluran air akan mengakibatkan banjir, sementara pembakaran sampah plastik akan menyebabkan polusi udara. Selain itu apabila dibuang kelaut tentu saja akan berdampak pada eksositem laut serta pencemaran air laut. Oleh karena itu konsep pembangunan berkelanjutan harus di terapkan demi keberlangsungan hidup kita dan generasi berikutnya. Namun cukup sulitjuga masyarakat kita Indonesia untuk bisa lepas sepenuhnya dari penggunaan kantong plastik. Lewat program ini (SE 1230/2016), seluruh konsumen akan diajak untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dengan membawa kantong sendiri, atau tidak menggunakan kantong plastik bila tidak diperlukan. Dengan demikian, konsumen secara otomatis telah melakukan donasi bagi program bersih kota. Konsumen pun diharapkan lebih bijaksana dalam penggunaan kantong plastik. Upaya paling sederhana yang dapat dilakukan oleh kita adalah melakukan DIET KANTONG PLASTIK. Kenapa mempergunakan istilah diet? Istilah diet identik dengan perilaku bijak dalam mengkonsumsi, dimana pengurangan jumlah sampah (kantong) plastik merupakan isu utama yang perlu dilakukan oleh masyarakat sebagai konsumen kantong plastik.Beberapa cara DIET KANTONG PLASTIK antara lain: 1. REDUCE (PENGURANGAN) yaitu dengan meminimasi (mengurangi) pemakaian kantong plastik terutama ketika berbelanja. Barang belanja dapat kita bawa dengan mempergunakkan tas pribadi

130

atau kantong khusus dari bahan non-plastik yang dapat dipakai berulang-ulang. 2. Perilaku REUSE (PENGGUNAAN KEMBALI) dilakukan jika pemakaian kantong plastik tidak dapat dihindari, maka kantong plastik yang telah dimiliki dapat digunakan kembali sehingga tidak terus menambah sampah (kantong) plastik yang dibuang ke lingkungan. 3. Sedangkan untuk RECYCLE (PENDAURULANGAN) dapat dilakukan dengan mengoptimalkan serta mendorong kegiatan pendaurulangan kantong plastik yang berjalan di masyarakat.97

Respon Konsumen Setelah di berlakukannya kebijakan kantong plastik berbayar ini, beberapa media massa memberikan opini bahwa kantong plastik berbayar ini tidak akan efektif mengurangi konsumsi kantong plastik karena harganya yang terlalu murah yaitu minimal Rp. 200 (atau sesuai dengan peraturan daerah di masing-masing daerah). Walau begitu, hal berbeda di sampaikan oleh 2 perusahaan retail yang kami teliti yaitu Alfamart di Jln. Garuda, Medan dan Transmart Carefour yang berada di Kompleks Medan Fair Plaza, Jl. Gatot Subroto No. 30, Medan. Pihak Alfamart mengatakan penerapan kantong plastik berbayar mendapat respon yang lumayan positif dari masyarakat walaupun pada awalnya beberapa pembeli yang mengeluh karena belum mengetahui tentang kantong plastik berbayar ini dan pihak alfamart pun langsung menjelaskan dan pembeli segera mengerti. Pihak Alfamart juga mengatakan terjadi penurunan penggunaan kantong plastik karena penerapan kantong plastik berbayar.Selanjutnya pihak alfamart mengatakan uang dari pembayaran kantong plastik tersebut akan otomatis masuk ke dana donasi untuk kebersihan. Sedangkan menurut pihak Transmart, penetapkan harga plastik berbayar Rp.200 sesuai dengan peraturan daerah. Dalam menerapkan penggunaan kantong plastik berbayar, Pihak Transmart memposisikan dirinya adalah sebagai suksesor kebijakan pemerintah dan membantu pemerintah untuk menurunkan penggunaan kantong plastik melalui pemberian edukasi kepada pelanggan yang berbelanja di Transmart mengenai bahayanya kantong plastik bagi keberlangsungan bumi melalui cashier. Rata-rata konsumen yang berasal dari Kota Medan membawa kantong belanja dari rumah atau bila menggunakan mobil pribadi mereka membawa langsung belanjaannya ke mobil menggunakan troli tanpa dibungkus terlebih dahulu dengan kantong plastik, berbeda dengan konsumen dari luar Kota Medan seperti konsumen dari Kota Siantar dan

97 Ibid

131

Kota Sipiongot yang biasanya tidak membawa kantong belanja dan harus membeli kantong plastik berbayar yang disediakan pihak Transmart untuk membawa belanjaan mereka. Transmart juga menyediakan kantong belanja non palstik seharga Rp.14.900 per kantong dengan ukuran yang cukup besar. Walau Harganya cukup mahal namun terjadi peningkatan penjualan kantong belanja non plastik tersebut karena konsumen merasa lebih baik membeli kantong belanja tersebut yang bisa digunakan berulang kali dibandingkan plastik regular yang biasanya hanya sekali pakai. Untuk distribusi hasil penjualan kantong plastik berbayar, Transmart telah membangun sebuah sistem dimana setiap rupiah dari kantong plastik berbayar otomatis masuk ke dalam donasi yang nantinya outputnya adalah CSR dari Transmart yang dikelola bersama pemerintah. Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang penggunaan kantong plastik menunjukkan terjadinya pengurangan rata- rata di atas 50% bahkan ada yang mencapai hingga 82,90%. Monev (Monitoring dan Evaluasi) yang dilakukan hingga April menunjukkan bahwa di kota Bandung berkurang hingga 48,96%, Jakarta Utara 61,40%, Palembang 60,46%, Pekanbaru 40% dan Tangerang Selatan 82,90%. Juga Ada enam kota yang menetapkan harga berbeda yaitu Balikpapan Rp 1.500, Banda Aceh Rp 500, Denpasar Rp 200-Rp 500, Kendari Rp 500, Surabaya Rp 200-Rp 1.500 dan tertinggi Ambon Rp 2.500-Rp 5.000.98 Sementara 91% konsumen memahami maksud dan tujuan penerapan kantong plastik berbayar tapi hanya 9% yang menjawab setuju untuk mengikuti program pemerintah. Selanjutnya 80% responden menyatakan harga kantong plastik yang diterapkan terlalu murah sehingga banyak konsumen yang masih mau membeli kantong plastik. Sementara 20% menganggap harga yang diterapkan mahal karena merasa kantong plastik adalah hak konsumen dan selama ini gratis. Pemerintah melaksanakan uji coba penerapan kantong plastik berbayar sejak 21 Februari 2016 di 27 kota yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandung, Banjarmasin, Bogor, Depok, Jayapura, Kendari, Makassar. Kemudian, Malang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Surabaya, Tangerang, Tangerang Selatan, , Yogyakarta, Surakarta, dan Denpasar.99

Kebijakan Plastik Berbayar Dalam Perspektif Etika Pembangunan Etika pembangunan yang sering diabaikan adalah bahwa manusia harus hidup dengan lingkungan yang aman dan nyaman. Salah satu prinsip

98http://www.gatra.com/nusantara/nasional/204825-klhk-penggunaan-kantong- plastik-capai-di-atas-50(diakses 10 Juni 2016) 99Ibid

132

pembangunan berkelanjutan dalam Stockholm United Nation Conference on Human Enviromental pada tahun 1972 atau dikenal sebagai Deklarasi Stockholm adalah sebagai berikut : “The natural resources of the earth, including the air, water, land, flora and fauna and especially representative samples of natural ecosystems, must be safeguarded for the benefit of present and future generations through careful planning or management, as appropriate‖.100 Menurut Brutland Report dalam sidang PBB tahun 1987, pembangunan berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris sering disebut sustainable development merupakan proses pembangunan yang berprinsip untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang. Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. It contains within it two key concepts: 1. the concept of 'needs', in particular the essential needs of the world's poor, to which overriding priority should be given; and 2. the idea of limitations imposed by the state of technology and social organization on the environment's ability to meet present and future needs.101 Cukup terlambat memang. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan banyak hal yang bisa dipetik dari uji coba ini yakni melihat kelemahan dan dampak positifnya. "Sebetulnya hal yang penting dari kebijakan ini adalah bagaimana kita mengajak orang mengurangi timbunan sampah. Karena sampah plastik berbahaya, kita mulai dari situ".102 Siti menambahkan, puluhan negara sudah membatasi bahkan melarang penggunaan kantong plastik. Indonesia menurutnya tergolong ketinggalan. Menurutnya, 31 negara Eropa sudah melarang plastik. Selain itu, 18 negara Afrika, tujuh negara di Benua Amerika, 12 kota di Australia dan 14 negara di Asia juga melakukan hal serupa melarang dan membatasi kantong plastik. "Bayangkan di Asia sudah 14 negara tapi kita belum. Kita malah terlalu terbelakang ya," ucap dia.103

100http://www.unep.org/documents.multilingual/default.asp?documentid=97&articl eid=1503 (diakses 10 Juni 2016) 101 Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common Future (New York: United Nations, 1987), hlm. 41 102http://www.beritasatu.com/kesra/353047-pemerintah-evaluasi-kebijakan- kantong-plastik-berbayar-secara-berkala.html (diakses pada 2 Juni 2016) 103Ibid

133

Kesimpulan Pembangunan berkelanjutan berarti merupakan pembangunan yang dapat berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan menjaga kualitas hidup (well being) masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dan mempertimbangkan cadangan sumber daya yang ada untuk kebutuhan masa depan. Dengan demikian, dalam upaya untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan diperlukan adanya paradigma baru dalam perencanaan pembangunan kota dan wilayah yang berorientasi market driven (ekonomi), dimensi sosial, lingkungan dan budaya sebagai prinsip keadilan saat ini dan masa depan. Kebijakan kantong plastik berbayar ini walau masih dalam tahap percobaan dan masih akan di evaluasi adalah kebijakan untuk pembangunan yang berkelanjutan untuk menghindari generasi yang akan datang dari tumpukan sampah yang di hasilkan oleh generasi saat ini. Dan juga upaya untuk memenuhi kebutuhan akan “tempat” membawa barang belanjaan dengan tempat yang tidak akan merusak lingkungan dan merugikan generasi yang akan datang.

Daftar Pustaka Alliance Development Works, World Risk Report 2013 (Berlin : Bündnis Entwicklung Hilft, 2013). Galtung, John (1996), Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan Peradaban, Terjemahan Asnawi Syafruddin, Surabaya: Pustaka Eureka. Greeneration Indonesia (2011) #DietKantongPlastik yuuuk…. [Online Blog] http://blog.greeneration.id/post/1372154165/dietkantongplastik- yuuuk#.V1k3OlSLTDc [diakses 9 Juni 2016] Hasil riset GI tahun (2009), Responden 419 orang di kota-kota besar di Indonesia. Report of the Secretary-General's High-Level Panel on Threats, Challenges and Change ("A more secure world: Our shared responsibility")(2004), New York : United Nations Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common Future (1987), New York: United Nations Rikin, Ari Supriyanti (2016), Pemerintah Evaluasi Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Secara Berkala. [e-Berita Satu News] http://www.beritasatu.com/kesra/353047-pemerintah-evaluasi- kebijakan-kantong-plastik-berbayar-secara-berkala.html [diakses pada 2 Juni 2016] Rizki , Januar (2016) KLHK: Penggunaan Kantong Plastik Menurun Capai di Atas 50%. [e-Gatra News]

134

http://www.gatra.com/nusantara/nasional/204825-klhk-penggunaan- kantong-plastik-capai-di-atas-50[diakses 10 Juni 2016] United Nations (1972) Declaration of the United Nations Conference on the Human Environment. 21st plenary Meeting [Report of United Nations Conference] Chapter 11http://www.unep.org/documents.multilingual/default.asp?documen tid=97&articleid=1503 [diakses 10 Juni 2016] Wahyuni, Tri (2016), Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke- dua Dunia. [e- CNN News] http://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang- sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia [diakses pada 10 Mei 2016]

135

BAB XIII Mengupayakan Penyelamatan Public Goods

Pemerintah mutlak diperlukan di dalam setiap bentuk atau sistem perekonomian yaitu tidak hanya untuk menyediakan public goods (barang- barang publik), melainkan juga untuk mengalokasikan barang-barang produksi maupun barang konsumsi, memperbaiki distribusi penghasilan, memelihara stabilitas nasional termasuk stabilitas ekonomi serta mempercepat pertumbuhan ekonomi.Terlebih-lebih bagi Negara yang sedang berkembang, kegiatan pemerintah pada umumnya selalu meningkat karena pemerintah bertindak sebagai pelopor dan pengendali pembangunan. Menurut kaum Klasik, terutama Adam Smith, pemerintah memiliki 3 fungsi, yaitu dalam bidang pertahanan nasional, keadilan social dan pekerjaan umum (Harold Groves, 1951;438-441). Kegiatan-kegiatan macam ini tidak pernah menarik perhatian para individu baik secara bersama ataupun secara sendirian untuk mengusahakannya.Hal ini disebabkan oleh tidak adanya keuntungan yang tercipta dari usaha tersebut dan bahkan seringkali pengeluaran-pengeluarannya jauh lebih besar daripada penerimaan-penerimaannya sehingga justru menciptakan kerugian. Pada sisi lain, kaum sosialis menyatakan bahwa sistem kapitalis membawa kehidupan manusia ke arah kehancuran karena kebebasan mutlak dari para individu akan menimbulkan banyak pertentangan kepentingan di antara para individu itu sendiri. Akibatnya golongan ekonomi kuat akan terus-menerus mendesak golongan ekonomi lemah, sehingga sosialisme dalam bentuknya yang murni menghendaki dihapuskannya kebebasan individu dan pengaturan kehidupan ekonomi harus dipegang oleh pemerintah sebagai organisasi yang mewakili para individu. Pemerintahlah yang mengatur perencanaan dan penggunaan semua faktor produksi, melaksanakan kegiatan produksi dan mengatur distribusi barang konsumsi, bahkan mengatur pendidikan serta memperbaiki kesehatan dan sebagainya. Sebaliknya ada kritikan yang diberikan terhadap sistem sosialis oleh kaum kapitalis, yaitu bahwa dengan dihapuskannya kebebasan individu akan mengurangi hak-hak azasi manusia dan juga mengurangi inisiatif individu. Bahkan seringkali kebijakan-kebijakan pemerintah itu akan merupakan kebijakan yang dipaksakan sehingga dapat menimbulkan kegagalan pemerintah.

136

Di Indonesia, sistem perekonomian yang dianut didasarkan pada keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara individu dan masyarakat yang lahir dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Jadi bukannya menggabungkan hal-hal yang baik dari sistem kapitalis dengan hal-hal yang baik dari sistem sosialis, walaupun dalam bentuknya yang nyata sistem perekonomian Indonesia mirip dengan sistem ekonomi campuran. Untuk itu, timbul pertanyaan bagi penulis, bagaimanakah implikasi public goods diupayakan dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan tanpa merugikan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia?

Pengertian Public Goods Dalam kehidupan sehari-hari istilah “publik” di Indonesia dipahami sebagai “Negara” atau “umum”.Misalnya, dalam menerjemahkan public transportation diartikan sebagai kendaraan umum atau public administrationdimaknai sebagai administrasi negara.Secara etimologis public berasal dari bahasa Yunani yang artinya ―pubes‖, yaitu kedewasaan secara fisik, emosional maupun intelektual. Dalam perspektif sosiologi dan psikologi istilah ―pubes‖ seringkali dimaknai dengan istilah lain, yakni ―puber‖ yang diinterpretasikan sebagai tahapan kehidupan sosial dalam masa transisi dimana yang mulanya berorientasi pada diri sendiri menjadi memikirkan orang lain di luar dirinya. Dalam bahasa Yunani istilah public seringkali dipadankan dengan kata Koinon atau dalam bahasa Inggris disebut common yang berarti hubungan antar individu. Dengan demikian, public sering dikonsepsikan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama. Timbullah barang kolektif (collective goods) atau disebut pula sebagai barang publik (public goods) yaitu barang dan jasa yang secara sederhana tidak dapat disediakan melalui jual beli di pasar. Barang dan jasa ini tidak boleh tidak harus disediakan untuk orang- orang sebagai individu. Menurut M.Suparmoko (2012:9), ini adalah prinsip “non-rivalry” (tidak bersaing). Konsumsi seseorang tidak akan mengurangi tersedianya barang atau jasa tersebut bagi seseorang atau sekelompok orang lain yang ingin mengkonsumsikannya. Artinya penyediaan barang public bagi individu atau konsumen lain tidak menciptakan biaya tambahan sama sekali (Adam Gilford and Gary T.Santani, 1979;31). Ciri lain dari barang publik adalah penyediaannya tidak dapat dibatasi pada orang-orang yang bersedia membayarnya saja (non- exclusion). Menurut Suparmoko (2012;12), barang dan jasa yang demikian itu tidak dapat ditarik dari konsumsi apabila ada sebagian orang atau individu yang menolak untuk membayarnya.Sebagai contoh, penggunaan jalan raya, traffic light, marka jalan, toilet di Bandara Udara, siaran media

137

televisi, ilmu pengetahuan, kelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya.Barang publik berarti barang atau jasa yang tersedia untuk semua orang. Barang publik sempurna (pure public goods) adalah barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat. Barang publik hampir sama dengan barang kolektif. Bedanya, barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan), sedangkan barang kolektif (collective goods) dimiliki oleh satu bagian dari masyarakat (satu komunitas yang lebih kecil), dan hanya berhak digunakan secara umum oleh komunitas tersebut, misalnya tempat duduk dalam bus TransJakarta khusus untuk penyandang cacat, gerbong khusus wanita pada kereta api, sebuah bendungan irigasi areal pertanian, dan sebagainya. Samuelson (dalam K.W. Wicaksono, 2006;32) mengatakan bahwa karakteristik utama barang publik adalah barang tersebut dapat dibagikan, artinya barang tersebut tersedia untuk semua orang dan bersifat non- eksklusif. Barang-barang publik dibayar dengan pajak dan pinjaman, selain itu harganya bisa dinyatakan dalam tingkat pajak (taxation)yang diperlukan untuk membiayai produksi barang-barang tersebut.Sedangkan barang privat dibayar melalui sistem harga yang berlaku di pasar. Musgrave (dalam K.W. Wicaksono, 2006;32) menyatakan bahwa apa yang dinamakan barang- barang “yang bermanfaat” bisa jadi sebagian tidak masuk kategori publik karena barang tersebut tidak memenuhi kualifikasi atau standar tertentu. Dengan kata lain, sektor publik dan sektor privat bisa dipandang dari sudut teori barang, nampak sebagai sektor yang saling overlapping atau saling berinteraksi ketimbang sebagai sebuah kategorisasi yang didefinisikan secara tegas. Sektor publik merupakan campuran dari barang-barang publik dan privat serta barang-barang publik yang didistribusikan dengan dikenakan biaya atau didasarkan pada kriteria manfaat, misalnya jasa pendidikan.

Eksternalitas Dan Barang Publik Dalam hal suatu pihak (swasta atau pemerintah) memproduksi, mendistribusikan ataupun mengkonsumsi suatu barang, akibat sampingan yang berupa manfaat atau kerugian dapat terjadi pada pihak lain yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan tersebut. Akibat seperti ini disebut eksternalitas (externalities) selama tidak menciptakan pembayaran atas dampak tersebut. Eksternalitas dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis : “external benefit”, yaitu kalau ada manfaat, dan “external cost”, yaitu kalau timbul kerugian (Suparmoko, 2012;22). Immunisasi yang dilakukan terhadap suatu penyakit akan menimbulkan external benefit, yaitu kemungkinan terjangkitnya penyakit tersebut dalam masyarakat menjadi kecil. Eksploitasi hutan oleh perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Indonesia menunjukkan angka kerusakan hutan per tahun 300.000 hektar

138

(2012), 2.000.000 hektar (2006 -2010) 3.500.000 hektar (1997 – 2006)[http://www.blogspot.com/2013/hutan yang rusak di Indonesia 14-05- 2013]. Kerusakan hutan ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dan kerugian bagi orang lain, yang merupakanexternal cost bagi mereka yang tidak terlibat dalam pengelolaan hutan tersebut. Berdasarkan kedua contoh public goods yang dikemukakan di atas, dapat ditarik persamaan antara eksternalitas dengan barang publik.Pada pelayanan publik untuk immunisasi terhadap penyakit, terdapat “non-rival benefit”.Dalam hal ini sulit untuk menentukan siapa yang memperoleh manfaat tidak langsung dari immunisasi tersebut.Artinya, terdapat kesamaan antara barang publik dan eksternalitas. Dalam hal pengusahaan hutan, akan timbul ―non-rival cost‖, yaitu sejumlah besar orang akan menderita akibat kerusakan lingkungan hidup tersebut karena kerusakan lingkungan hidup tersebut dapat menimbulkan erosi, punahnya spesies hewan tertentu atau hilangnya keanekaragaman hayati, lepasnya gas karbon dan emisi gas rumah kaca ke atmosfer, banjir, dan sebagainya, yang sulit untuk menentukan bahwa kerusakan lingkungan hidup (hutan) tersebut hanya diderita oleh orang tertentu. Perbedaan antara barang publik dengan eksternalitas adalah bahwa akibat dari eksternalitas tidak dengan sengaja diharapkan. Perbedaan ini juga terletak pada distribusi manfaat, di mana eksternalitas akan menimbulkan manfaat tidak langsung yang berbeda antara yang diterima oleh orang yang tidak terlibat dalam kegiatan dan mereka yang terlibat dalam kegiatan. Sedangkan untuk barang publik, ada kecenderungan yang sama dalam memperoleh manfaat bagi siapa saja baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

Ekspansi Pasar Dan Krisis Ruang Publik Barang publik dapat digunakan untuk menganalisis sektor publik.Sektor publik ini termasuk lokus ruang publik. Ada dua kecenderungan yang dapat ditarik dari pemahaman tentang ruang publik (B.Herry Priyono, 2010;374-375). Pertama, operasionalisasi konsep, gagasan “ruang publik” biasanya direduksi menjadi urusan yang menyangkut bidang seperti “barang/jasa umum” (public goods)atau “bidang layanan public” (public services) seperti yang ditempuh dalam kajian-kajian ekonomi meanstream ataupun ilmu-ilmu kebijakan. Kedua, refleksi filsafat yang biasanya merumuskan gagasan “ruang publik” dengan sedemikian longgar sehingga mencakup semakin banyak unsur ke dalam konsepsinya. Dari uraian ringkas ini, setidaknya dapat dikatakan bahwa ruang publik bukanlah sesuatu yang mengacu pada apa yang oleh khalayak dimengerti sebagai sektor publik dalam rupa instansi Negara, pemeerintah, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibedakan dengan sektor privat. Ruang publik juga bukan ranah yang para pelakunya adalah pejabat

139

atau pegawai pemerintah, melainkan pelakunya semua warga masyarakat, baik pejabat pemerintah maupun pelaku bisnis ataupun pelajar biasa. Jelasnya, B. Herry Priyono (2010;376) merumuskan ruang publik sebagai ranah maupun aset, barang, jasa, ruang atau gugus infrastruktur lain yang kinerjanya menjadi penyangga watak sosial suatu masyarakat sehingga masyarakat tersebut berevolusi dari sekedar kerumunan (crowd) menjadi komunitas (community). Ruang publik bukan hak prerogatif pemerintah, dan keberadaannya pertama-tama tidak untuk diperjual-belikan melalui mekanisme pasar bebas.Sama halnya seperti jasa pendidikan, dapat dikelola oleh pemerintah dan oleh swasta.Demikian juga hal tentang public goods lingkungan hidup (hutan) setelah dikelola oleh HPH menimbulkan dampak eksternalitas. Hal ini membuktikan bahwa eksistensi public goods (ruang publik) berhubungan timbal balik dengan pertumbuhan kapitalisme (Hannah Arendt, 2010;193-194). Dengan perkataan lain, depolitisasi massa yang mengiringi hegemoni pasar (seperti pengusahaan hutan oleh HPH) membuat ruang publik raib dari landskap sejarah. Itulah terjadinya masyarakat massa pada abad ke-20 yang menyediakan diri untuk dimobilisasi oleh rezim-rezim totaliter sebagai pengikut atau untuk dimanipulasi oleh kekuatan-kekuatan investasi sebagai konsumen. Kapitalisme dan totalitarianisme hidup dari sumber yang sama, yaitu kehancuran ruang publik. Dalam tata ekonomi-politik dewasa ini, apa yang disebut lingkungan hidup diperlakukan bukan sebagai public goods yang perlu dikejar secara sengaja, melainkan hanya sebagai kondisi hasil sampingan dari corak kinerja ekonomi-politik yang semakin privat. Fakta menunjukkan bahwa instansi pemerintah (Kementerian Kehutanan) dan perusahaan HPH menuliskan tema “lingkungan hidup yang sehat”, “lingkungan hidup yang lestari” dalam visi dan misi mereka tetapi kerusakan hutan terus berlanjut setiap tahunnnya di atas 300.000 hektar.

Kesimpulan Pure public goods cepat atau lambat akan digeser oleh kapitalisme melalui hegemoni pasar yang dapat menimbulkan external cost, yaitu akibat sampingan berupa kerugian yang dapat terjadi pada pihak lain yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan penyediaan, distribusi atau mengkonsumsi public goods itu sendiri. Solusinya sebenarnya adalah mengurangi atau meniadakan external cost dimaksud. Strategi yang dapat dilakukan adalah merevitalisasi ruang publik dengan mengandalkan kebijakan publik.Tak ada ruang publik (public goods)yang tidak mengandalkan kebijakan publik yang akhirnya sudah tentu tetap membutuhkan badan publik (public agency) yang menjadi penggerak (steering) revitalisasi. Selanjutnya, berkaitan dengan kerusakan public goods lingkungan hidup solusinya dapat dilakukan dengan me-“reedukasi

140

selera pasar” dan yang terakhir adalah me-reedukasi para pelaku dalam bidang-bidang yang dianggap sebagai pilar ruang publik. Public goods atau ruang publik bukanlah hasil sampingan, melainkan public goods yang perlu diraih secara sengaja.

Daftar Pustaka Buchanan, James, M.(1999).Pure and Impure Public Goods, The Collected Works of James M. Buchanan, Vol. 5. Liberty Fund: Indianapolis. Groves, Harold, M.(1951).Financing Government, Henry Hold and Company, Inc.: New York. Hardiman, Budi, F.(2010).Ruang Publik, Melacak Partisipasi Demokratis dari Polis sampai Cyberspace, Kanisius: Yogyakarta. Suparmoko, M.(2012).Keuangan Negara, Dalam Teori dan Praktek. BPFE: Yogyakarta. Wicaksono, Widya, Kristian. (2006). Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Graha Ilmu, Yogyakarta. http://www.blogspot.com/2013/hutan yang rusak di indonesia mencapai 300.000 hektar per tahun[07-03-2013]

141 ISBN 979-458-882-2

9 789794 588826 9 0 0 0 0