Partisipasi Stakeholder Dalam Konservasi Tuntong Laut Di Kabupaten Aceh Tamiang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Partisipasi Stakeholders Dalam Konservasi Tuntong Laut PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM KONSERVASI TUNTONG LAUT DI KABUPATEN ACEH TAMIANG (Stakeholder Participation of Painted Terrapin Conservation in District Aceh Tamiang) ENDANG HERNAWAN1), SAMBAS BASUNI2), BURHANUDDIN MASY‘UD3), DAN MIRZA DIKARI KUSRINI4) 1)Balai Pendidikan dan Lingkungan Hidup Pematangsiantar, Jalan Bali No 12, Pematangsiantar, Kode Pos 41142 2,3,4) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Alamat : Jalan Lingkar Akademik Kampus IPB Dramaga, Kecamatan Dramaga, Bogor, Kode Pos 16001 Email : [email protected] Diterima 21 Agustus 2018 / Disetujui 21 Desember 2018 ABSTRACT Painted Terrapin (Batagur borneoensis Schlegel and Muller 1845) conservation in the coastal area of Aceh Tamiang Regency faces difficulties because it involves many stakeholder. The objective of this study were to analyze stakeholder interest, influences and describe the relationship among stakeholder in the conservation of Batagur borneoensis at Aceh Tamiang District. The study was conducted in Aceh Tamiang District and respondents were selected using purposive sampling method. The data obtained using questionnaire, interview, and direct observation were analyzed with stakeholder clasification matrix, stakeholder interaction matrix and descriptive analysis. The results showed that there are twenty-seven stakeholder involved in the conservation of Batagur borneoensis which can be categorized as subjects, key players, context setters, and crowds. To achieve the management objectives of Batagur borneoensis conservation, stakeholder engagement needs to be improved through collaboration among key players, participation all key stakeholder, and community empowerment. Keywords: Batagur borneoensis, collaboration, conservation, stakeholder analysis ABSTRAK Konservasi tuntong laut (Batagur borneoensis Schlegel and Muller 1845) di daerah pesisir Kabupaten Aceh Tamiang menghadapi tantangan yang berat karena menyangkut banyak pemangku kepentingan (stakeholder). Studi ini bertujuan menganalisis kepentingan, pengaruh, dan hubungan antar stakeholder dalam konservasi tuntong laut di Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dengan pemilihan responden menggunakan metode purposive sampling. Data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi langsung dianalisis dengan menggunakan matriks klasifikasi stakeholder, matriks interaksi stakeholder, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh tujuh stakeholder yang terlibat dalam konservasi tuntong laut yang dapat dikategorikan sebagai subjects, key players, context setters, dan crowds. Untuk mencapai tujuan pengelolaan konservasi tuntong laut, keterlibatan stakeholder perlu ditingkatkan melalui kolaborasi di antara key players, partisipasi semua stakeholder key player, dan pemberdayaan masyarakat. Kata kunci: analisis stakeholder, Batagur borneoensis, kerjasama, konservasi PENDAHULUAN Critically Endangered (CE) karena telah terjadi penurunan populasi yang sangat signifikan mencapai Tuntong laut (Batagur borneoensis Schlegel and 80% selama 10 tahun atau tiga generasi (IUCN 2014). Muller 1845) merupakan kura-kura yang hidup di Berdasarkan status perdagangan internasional, sejak ekosistem mangrove. Tuntong laut merupakan reptil tahun 1997 tuntong laut dimasukan ke dalam Appendix yang memiliki peran ekologis penting sebagai penyebar II CITES (Convention on International Trade in biji tumbuhan mangrove, khususnya Sonneratia sp. Endangered Species of Wild Fauna and Flora) (IUCN Kura-kura ini merupakan salah satu jenis kura-kura air 2014). tawar berukuran besar yang sebaran alaminya hanya Di wilayah pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang dijumpai secara terbatas di Asia Tenggara. Berdasarkan yang merupakan satu-satunya wilayah penyebaran peta penyebarannya yang dibuat oleh Van Dijk et.al tuntong laut yang bersifat terbatas, Pemerintah (2000), tuntong laut diketahui terdapat di Selatan Kabupaten Aceh Tamiang telah menetapkan tuntong laut Thailand, pantai bagian Timur Sumatera, pantai bagian sebagai satwa yang dilindungi melalui Peraturan Bupati Barat dan Selatan Kalimantan, Sabah, Serawak dan Aceh Tamiang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Brunei. Perlindungan dan Pelestarian Tuntung Laut, dan Dalam status keterancaman yang dikeluarkan oleh Keputusan Bupati Aceh Tamiang No. 63 Tahun 2014 IUCN (International Union for Conservation of Nature Tentang Penetapan Spesies Tungtong Laut sebagai Satwa and Natural Resources) tahun 1996, tuntong laut Dilindungi di Kabupaten Aceh Tamiang. ditetapkan sebagai salah satu jenis satwa dengan status 226 Media Konservasi Vol. 23 No. 3 Desember 2018: 226-235 Dalam konservasi tuntong laut di Kabupaten Aceh METODE PENELITIAN Tamiang terlibat banyak stakeholder tetapi setiap stakeholder hanya melakukan kegiatan sesuai dengan Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 ± kepentingannya masing-masing. Sebagai contoh, sejak Januari 2018. Kabupaten Aceh Tamiang dipilih sebagai ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi di Kabupaten lokasi penelitian karena merupakan daerah penyebaran Aceh Tamiang pada tahun 2014, Pemerintah Daerah tuntong laut dan Pemda Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Tamiang telah menetapkan dalam merupakan satu-satunya Pemda yang telah membuat Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang regulasi perlindungan tuntong laut secara lokal melalui 2012-2031 fungsi ruang Suaka Alam Perairan seluas keputusan bupati, peraturan bupati dan peraturan daerah. 981,70 ha. Pada saat yang bersamaan Dinas Pangan, Objek penelitian adalah stakeholder yang terlibat dalam Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Aceh Tamiang konservasi tuntong laut. Atribut yang ditelaah adalah merencanakan untuk memperluas tambak di sekitar pengaruh dan kepentingan stakeholder serta interkasinya habitat tuntong laut seluas 1.233 ha di Kecamatan dalam konservasi tuntong laut di Kabupaten Aceh Seruway dan 325 ha di Kecamatan Bendahara (DKP Tamiang. Groenendijk (2003) menyatakan bahwa dalam 2014). Demikian juga telah terjadi ekspansi perkebunan analisis stakeholder atribut adalah kepentingan (interests) kelapa sawit di areal habitat tuntong laut seluas 1.013 ha dan pengaruh (influence). milik PT Raya Padang Langkat dan 251,31 ha milik PT Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer Bahari Lestari (Disbuntanak 2016). Selain itu, terjadi dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penebangan kayu mangrove di areal habitat tuntong laut observasi langsung dan kuesioner (wawancara tertutup) sebagai bahan baku kayu arang. terhadap 86 responden. Sampling responden pada Berdasarkan Friedman dan Miles (2006) setiap wawancara tertutup ini adalah seluruh stakeholder yang perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan sudut pandang terlibat dalam konservasi tuntong laut dan habitatnya. antar stakeholder, harus dikelola dengan baik agar tujuan Pemilihan responden sebagai sumber dilakukan dapat diwujudkan. Hermans dan Thiesen (2008) menggunakan teknik purposive sampling yaitu menyatakan bahwa setiap stakeholder memiliki pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan pada kepentingan yang berbeda sehingga menyebabkan pertimbangan tertentu bahwa orang tersebut dianggap adanya kesenjangan informasi antar stakeholder. paling tahu tentang data dan informasi apa yang Konservasi tuntong laut tidak akan berhasil hanya diharapkan sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono dengan berbekal pengetahuan ekologi semata tetapi juga 2012). Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data perlu didukung pengetahuan karaketristik stakeholder- pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap nya. konservasi tuntong laut dengan menggunakan skoring Sering kali banyaknya stakeholder dengan Skala Likert (1-5) yang dimodifikasi (Djaali 2008). kepentingan yang berbeda menyebabkan kegagalan Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dinilai upaya konservasi satwaliar di berbagai negara (Harteti et berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan al. 2014; Jacobson dan Decker 2006; Riley et al. 2002). informan dan studi dokumen. Masing-masing elemen Dengan demikian, upaya konservasi tuntong laut yang kepentingan dan pengaruh dinilai dengan interval sangat komprehensif dan melibatkan berbagai stakeholder rendah sampai sangat tinggi dan dinyatakan dalam skor merupakan tindakan yang harus segera dilakukan untuk dengan kriteria seperti pada Tabel 1. penyelamatan populasi tuntong laut. Upaya konservasi Data sekunder diperoleh melalui penelurusuran tuntong laut yang cukup berhasil dengan melibatkan dokumen terkait konservasi tuntong laut di Kabupaten berbagai stakeholder telah dilakukan di Malaysia. Aceh Tamiang berupa laporan hasil kegiatan dan Konservasi tuntong laut di Malaysia dilakukan sejak informasi kondisi umum penelitian. Jenis data dan awal tahun 1988 yang melibatkan unsur pemerintah metode pengumpulan data disajikan dalam Tabel 2. pusat, LSM, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan Pada penelitian ini pengukuran tingkat kepentingan masyarakat setempat. stakeholder dilakukan berdasarkan hak, kebutuhan, Belum adanya penelitian terkait karakteristik setiap harapan, keinginan dan manfaat potensial yang dapat stakeholder dalam konservasi tuntong laut di Kabupaten diperoleh stakeholder dari jasa tuntong laut dan Aceh Tamiang, penelitian ini lebih difokuskan pada habitatnya, meliputi: 1) jasa regulasi, 2) jasa habitat, 3) penelaahan tugas pokok dan fungsi para stakeholder jasa produksi; 4) jasa informasi, serta 5) jasa carrier (de dalam konservasi tuntong laut. Pengaruh dan Groot