Beyond Civilizational Dialogue, Nipponshi: Ruang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN340 Volume 5, Nomor 2, Halaman 340-347 ISSN: 2528-0767 http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk e-ISSN: 2527-8495 BEYOND CIVILIZATIONAL DIALOGUE, NIPPONSHI: RUANG LINGKUP IDENTITAS NASIONAL BANGSA JEPANG BEYOND CIVILIZATIONAL DIALOGUE, NIPPONSHI: THE SCOPE OF JAPANESE NATIONAL IDENTITY Muhammad Mona Adha*, Rohman Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Lampung 3514, Indonesia Erwin Susanto Universitas Buana Perjuangan Karawang Jalan Ronggo Waluyo Sirnabaya, Karawang 41361, Indonesia INFO ARTIKEL Abstract: Japanese culture is highly respected and maintained by its citizens. This study aimed to discuss the existence of Riwayat Artikel: Japan between 1944 and 1985 and the national identity of the Diterima : 26 Juni 2020 Japanese people. The study used a non-interactive qualitative Disetujui : 29 Desember 2020 approach. This study used a non-interactive qualitative research approach, identified and researched concepts, then analyzed Keywords: data and information about the history and existence of the beyond civilizational, national Japanese nation including its development globally in the identity, Japan, Nipponshi midst of international life. Japan, between 1944 and 1985, had entered a new era after the human tragedy, namely the bombing of Hiroshima and Nagasaki. Since the tragedy, Japan Kata Kunci: had undergone significant changes, namely better infrastructure. Besides, the Japanese were increasingly realizing that they were beyond civilizational, identitas actually part of Asia. On this basis, the Japanese were called nasional, Jepang, Nipponshi the Neoppons or the New Japanese. Japan’s unique national identity was reflected in the wa-ism philosophy, which was *) Korespondensi: a concept of harmony between individuals and members of E-mail: mohammad. society. [email protected] Abstrak: budaya atau peradaban Jepang sangatlah dijunjung tinggi dan tetap dijaga oleh warga masyarakatnya. Kajian ini bertujuan untuk membahas keberadaan Jepang antara tahun 1944 dan 1985 serta identitas nasional bangsa Jepang. Kajian menggunakan pendekatan kualitatif non-interactive. Kajian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif non-interactive, dengan melakukan identifikasi dan penelurusan konsep untuk kemudian menganalisis data dan informasi mengenai sejarah dan keberadaan bangsa Jepang termasuk perkembangannya secara global di tengah-tengah kehidupan internasional. Jepang, antara tahun 1944 dan 1985, telah memasuki era baru pasca terjadinya tragedi kemanusiaan yaitu terjadinya bom di Hiroshima dan Nagasaki. Sejak tragedi tersebut, Jepang mengalami perubahan secara signifikan yaitu sarana prasarana yang semakin baik. Selain itu, orang-orang Jepang semakin menyadari bahwa mereka sebenarnya adalah sebagai bagian dari Asia. Atas dasar hal itu, bangsa Jepang disebut sebagai bangsa Neoppons atau Orang Jepang Yang Baru. Identitas nasional Jepang yang unik tergambar dalam filosofi wa-ism yaitu sebuah konsep keharmonisan antara individual dan anggota masyarakat. 340 Copyright © 2020 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Beyond civilizational dialogue, nipponshi: ... 341 PENDAHULUAN Arifin Bey lebih memilih kuliah di Hiroshima Mengenali budaya dan berinteraksi langsung University of Art and Sciences. Tetapi kampus dengan individu/masyarakat pada suatu lokasi tersebut sangat sepi dikarenakan ikut kegiatan adalah salah satu cara untuk lebih akrab/memahami militer untuk mengantisipasi serangan Amerika. kebudayaan dan kebiasaan di daerah tersebut Lalu Arifin Bey sendiri beserta teman-temannya (Bochner, 1982; Bey, 2003; Adha, 2019a; Adha selamat dari ledakan bom atom Hiroshima saat et al., 2019). Beyond Civilizational Dialogue itu. Selang beberapa puluh tahun kemudian, adalah judul buku yang akan dibahas dalam artikel Arifin Bey pernah bekerja di Amerika, dan ini yang mengidentifikasikan bahwa interaksi kembali lagi ke Jepang. Dikarenakan mahir di dalam budaya yang berbeda memberikan dalam berbahasa Inggris, selama di Jepang, pemahaman dan pengalaman yang signifikan Arifin Bey diminta sebagai translator, pembicara untuk membangun kerjasama yang baik di seminar, hadir di simposium, kemudian menjadi masa depan. Beyond Civilizational Dialogue pembicara baik di radio maupun televisi, dan adalah karya tulisan yang dibuat oleh Arifin mengajar bahasa Inggris. Bey berkebangsaaan Indonesia yang telah lama Di Jepang, telah berhasil memberlakukan tinggal di negara matahari terbit yang diawali suatu bentuk modernisasi barat yang dapat kita sebagai seorang pelajar Southeast Asia yang lihat menjadi salah satu dari negara yang paling disebut dengan nampo tokubetsu ryugakusei maju dan ekonomi baru yang inovatif di dunia (special students from Southern Region). Arifin dengan kesejahteraan yang cukup dan standar Bey sebagai sosok yang berhasil dan dikenal hidup yang tinggi. Walaupun lebih beberapa di Jepang sebagai intelektual atau akademisi tahun terakhir telah mengalami resesi yang yang secara khusus masih tetap membawa dan berkepanjangan, Jepang dilihat sebagai sebuah mengedepankan Indonesia dalam setiap agenda negara yang masyarakat kapitalis relatif sukses yang dilakukan. yang menghindari banyak dari masalah sosial Arifin Bey pernah bekerja selama empat terkait di dalamnya dengan modernitas barat. tahun sebagai diplomat di Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo. Tidak itu saja, beliau METODE mengajar di berbagai universitas yang ada di Artikel ini menggunakan pendekatan Tokyo. Secara keseluruhan Arifin Bey tinggal di penelitian kualitatif non-interactive yaitu dengan Jepang selama kurang lebih 37 tahun, dan dari melakukan penelusuran data dan informasi melalui sejak tahun 1942 Arifin Bey dikirim ke Jepang dokumen yang ada lalu kemudian dianalisis untuk belajar menjadi guru yang dipersiapkan (Khaldi, 2017). Penelitian kualitatif non interaktif untuk sekolah baru di Indonesia yang digagas ini, peneliti lebih fokus kepada identifikasi dan oleh Muhammad Natsir. Pengalaman di Amerika penelurusan konsep yang dikaji untuk kemudian dan Jepang yang banyak didapatkan Arifin Bey, menganalisis data dan informasi (Savenye & membuat dirinya menjadi lebih cinta terhadap Robinson, 1996; McMillan & Schumacher, Indonesia. Banyak yang dapat dipelajari dari 2001) mengenai sejarah dan keberadaan bangsa sejarah Jepang (Nipponshi) yang merupakan Jepang termasuk perkembangannya secara negara yang sangat kuat dengan sumber modal global di tengah-tengah kehidupan internasional. dan sumber daya manusia. Hanya saja yang Jepang sendiri menghadapi beberapa tantangan menjadi kelemahan dari negara Jepang adalah yang ada di dalam negeri mereka dan berhasil sumber daya energi. Sebaliknya Indonesia sebagai negara yang mampu berkembang maju sangat kaya dengan sumber energi. dengan pesat. Namun disisi lain, Jepang juga Berbicara mengenai sejarah Jepang, saat ini harus mampu membuka diri terhadap maka tragedi kemanusiaan yang sangat besar perbedaan budaya yang multikultural. Analisis yang terjadi di tahun 1945 yaitu terjadinya konsep yang diimplementasikan pada artikel bom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada posisi ini untuk menghasilkan suatu studi yang dapat ini Arifin Bey sebagai penulis telah berada di memperjelas sebuah keadaan atau konsep Hiroshima, karena pada saat itu universitas dari suatu hal yang bersifat umum/generik yang menyediakan pendidikan bagi guru hanya menjadi konsep yang dapat diklasifikasikan/ terdapat di Hiroshima dan Tokyo. Dan kemudian diklarifikasikan/ditemukan makna esensial dari penelusuran dokumen yang dilakukan. Copyright © 2020 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 5, Nomor 2, Desember 2020 342 HASIL DAN PEMBAHASAN tidak penting. Apa yang menjadi pandangan dan konsep masyarakat disini disebut sebagai Keberadaan dan Perkembangan Jepang tipe pertama dari orang Jepang. Antara Tahun 1944 dan 1985 Kesan pertama apabila kita mendengar Saat ini sebagian orang Asia tidak begitu kata Jepang, bahwa Jepang adalah negara yang merasa “di rumah sendiri” saat mereka berada sangat percaya diri dan memiliki keberanian di Jepang, karena Jepang mengidentifikasikan dalam keberadaannya (Adha & Hidayah, 2020). dirinya sendiri sebagai bagian dari bangsa Barat Tetapi sebelumnya, setelah masa peperangan dan daripada Asia. Oleh karena itulah, masyarakat masa kolonial terhadap Indonesia khususnya, Jepang tidak tampak seperti orang Asia pada terjadi “Jepang yang hampa". Kehampaan atau umumnya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kekosongan ini mengakibatkan kebingungan Jepang yang sedemikian cepat dan cenderung dalam Jepang itu sendiri, dia tidak tahu harus lebih dekat kepada dunia Barat. kemana, tidak tahu harus berbuat apa, dan Jepang sendiri selalu mengatakan akhirnya Jepang memiliki pandangan, mari kita bahwa Jepang adalah satu-satunya negara di mengikuti Amerika, dan mari kita lakukan apa Asia yang sangat dipengaruhi oleh dunia Barat yang Amerika perintahkan kepada kita. Dalam (Westernized). Hal ini dapat dibenarkan bahwa hal ini setelah terjadi peperangan dan konflik ada kedekatan Jepang dengan dunia Barat. Edo di dalam negaranya, Jepang memasrahkan diri atau Tokyo pernah pada periode (1600-1868) kepada dunia barat atau Amerika khususnya. menutup segala akses dari dunia luar, hingga Jepang merasa tidak percaya diri saat itu, karena kemudian muncul Restorasi Meiji pada tahun tidak mampu untuk bangkit secara utuh. Bisa 1868, secara resmi kemudian Jepang benar-benar saja hal ini dikarenakan infrastruktur yang hancur mendapatkan