Dinamika Perkembangan Islam Di Jepang Abad Ke 20
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh Zulhilmy NIM: 104022000826 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FALKUTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M. 2 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 30 Mei 2008 Zulhilmy 3 DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh Zulhilmy NIM: 104022000826 Di Bawah Bimbingan Drs. Parlindungan Siregar, M. Ag. NIP: 150 268 588 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FALKUTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M. 4 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Falkutas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam. Jakarta, 13 Juni 2008 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Drs. M. Ma’ruf Misbah, M.A. Usep Abdul Matin, M.A., M.A. NIP: 150 247 010 NIP: 150 288 304 Anggota, Penguji Pembimbing Drs. Tarmizi Idris Drs. Parlindungan Siregar, M.Ag. NIP: 150 244 616 NIP: 150 268 588 5 ABSTRAK Zulhilmy Dinamika Perkembangan Islam di Jepang Abad ke 20 Interaksi antara Jepang dengan Islam memiliki suatu kaitan dengan teori pertukaran Peter M. Blau (1918-1997) yaitu dari mikro ke makro, ia mengatakan bahwa interaksi sosial mula-mula terjadi di dalam kelompok sosial. Individu tertarik pada satu kelompok tertentu karena merasa bahwa saling berhubungan menawarkan hadiah lebih banyak daripada yang ditawarkan kelompok lain. Karena tertarik pada satu kelompok tertentu, mereka ingin diterima. Untuk dapat diterima, mereka harus menawarkan hadiah kepada anggota kelompok yang lain. Hadiah ini termasuk pemberian kesan kepada anggota kelompok dengan menunjukkan bahwa anggota yang bergabung dengan orang baru akan mendapat keuntungan. Hubungan dengan anggota kelompok akan menjadi kuat karena pendatang baru megesankan kelompok—ketika anggota menerima hadiah yang mereka harapkan. Upaya pendatang baru untuk mengesankan anggota kelompok umumnya menimbulkan persatuan kelompok, tetapi persaingan, dan akhirnya diferensiasi sosial, akan terjadi ketika terlalu banyak orang yang mencoba saling memberikan kesan dengan kemampuan mereka menawarkan hadiah. Hali ini dapat terlihat dengan lambatnya Islam masuk ke Jepang. Karena adanya kebijakan mengasingkan diri sekitar selama 200 (dua ratus) tahun, mulai pertengahan abad ke 17 (tujuh belas), sehingga tidak ada kontak antara Jepang dengan Islam. Barulah pada zaman Meiji (Restosasi Meiji) tahun 1875, literatur- literatur mengenai Islam yang berasal dari Eropa atau Cina mulai diterjemahkan dan masuk ke Jepang. Selain itu, bangsa Jepang mengenal Islam lewat datangnya bangsa Turki. Bermula dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1890, saat sebuah kapal Turki karam di perairan Jepang. Kapal tersebut bernama Ertoghrul. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimkannya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891. Setelah peristiwa tersebut, yaitu sekitar tahun 1900-an, untuk pertama kalinya untuk pertama kalinya warga muslim Jepang pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah hajji. Sejak itu, Islam mulai dikenal secara luas. Dengan adanya Pedoman Shinto dan konstitusi Jepang pasal 20, kebebasan beragama di Jepang mulai tumbuh, agama-agama yang ada di Jepang mendirikan berbagai organisasi atau lembaga keagamaan yang umumnya identik dengan tempat-tempat suci untuk beribadah dan tempat-tempat pertemuan bagi para pemeluknya, yang tersebar diseluruh pelosok Negara. Begitu halnya dengan agama Islam, telah banyak mendirikan masjid dan organisasi. Perkembangan penyebaran Islam di Jepang memang begitu lamban, namun Islam memiliki peranan dalam perjalanan sejarah Jepang, khususnya ketika Jepang mengadakan invasi ke Negara-negara di Asia. Dalam bidang ilmu pengetahuan, banyak dari kalangan intelektual Jepang tertarik akan Islam dan Dunia Islam sehingga banyak tulisan-tulisan tentang Islam dari mereka. Dalam bidang kesehatan pun, umat Islam memberikan peranan dengan didirikannya sebuah klinik Islam. 6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Timur Jauh, maka persentuhan atau hubungan Islam dengan masyarakat Jepang bisa dikatakan relatif baru. Sebelum masa Meiji atau kurang lebih dari 250 tahun Jepang melakukan isolasi dirinya dari Negara lain, dan pada masa kekaisaran Tokugawa lahirlah politik isolasi1 untuk kepentingan kaisar sendiri. Politik ini dilaksanakan karena banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan agama Kristen, dengan berkembangnya agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kaisar, maka kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan Negara asing dan selama ia berkuasa agama Kristen dilarang dan semua orang asing dilarang masuk ke Jepang, kecuali dengan pedagang-pedagang Belanda yang dinilai menguntungkan. Hal ini dilakukan hanya di satu tempat yaitu di pulau Dejima, Nagasaki. Setelah kekuasaan kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867 dan digantikan dengan kekaisaran Meiji, maka Jepang telah membuka dirinya untuk melakukan interaksi dengan negara lain2. Dengan cara ini Jepang dalam beberapa dekade dapat menjajarkan dirinya dengan negara-negara Barat. Dan dengan keterbukaan Jepang ini, Islam dapat berinteraksi dengan Jepang. 1 Politik isolasi disebut juga dengan sakoku yang berarti Negara tertutup. 2 Keterbukaan Jepang dalam melakukan interaksi dengan Negara lain disebut juga dengan kaikoku yang berarti membuka diri. Peristiwa keterbukaan Jepang ini dikenal dengan istilah Restorasi Meiji atau modernisasi Jepang. 7 Perkenalan masyarakat Jepang dengan Islam di mulai pada akhir abad ke- 19, yaitu dengan dilakukannya penerjemahan tentang sejarah kehidupan nabi Muhammad SAW ke dalam bahasa Jepang dan Islam mendapat tempat dalam kalangan intelektual (pada tahun 1877). Hubungan lebih lanjut terjalin pada tahun 1890, yaitu ketika Turki Usmani mengirim sebuah kapal yang bergelar “Ertughrul” ke Jepang dengan tujuan melakukan hubungan diplomatik dan untuk memperkenalkan orang Muslim dengan orang Jepang.3 Pada saat perang dunia pertama pecah, terjadi penyebaran dan perkembangan Islam di Jepang melalui komunitas Muslim di Asia Tengah, mereka datang ke Jepang untuk mengungsi. Dari para pendatang tersebut maka banyak dari rakyat Jepang memeluk agama Islam karena kesan dari perilaku yang mereka kerjakan. Dan mereka membuat masjid pertama kali di daerah Kobe pada tahun 1935. Dan kemudian pada tahun 1938 dibangunlah masjid Tokyo, pada saat ini terdapat beberapa asosiasi muslim yang mengumpulkan komunitas di kota- kota seperti Tokyo, Kyoto, Kobe, Naruta, Tokoshima, Sendai, Nagoya dan Kamizawa. 4 Kemudian dilanjutkan pada masa perang dunia kedua, di tengah-tengah politk ekspansi Jepang, timbul minat tinggi di kalangan bangsa Jepang terhadap rakyat Asia. Dikarenakan banyaknya orang Islam di wilayah Asia, maka timbullah kebutuhan untuk melakukan penelitian terhadap Islam. Dibentuklah berbagai lembaga penelitian, organisasi-organisasi maupun perkumpulan-perkumpulan kajian Islam, bahkan berbagai majalah dan buku yang berkaitan dengan hal tersebut diterbitkan. Adapun organisasi-organisasi dan penerbitan-penerbitan 3 Wikipedia Bahasa Melayu. 4 M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 226. 8 mengenai Islam adalah Isuramu Bunka Kenkyu-sho (Islamic Culture Institute) menerbitkan Isuramu Bunka (Islamic Culture), Kaikyo-ken Kenkyu-sho (Muslim World Research Institute) menerbitkan Kaikyo-ken (Muslim World), Dai-Nippon Kaikyo Kyokai (Great Japan Islamic Association) menerbitkan Kaikyo Sekai (Muslim World), Tokyo Isuramu Kyodan (Tokyo Islamic Congress) dan Ministry of Foreign Affairs (Goverment of Japan) menerbitkan Kaikyo Jijo (Islamic News).5 Walaupun hal tersebut dilaksanakan, pemerintah Jepang tetap memandang Islam sebagai agama Tuhan Yang Maha Esanya orang Arab dan tidak sesuai dengan azaz militer Jepang yang menganut dan menjalankan kepercayaan Zen 6 serta Shintoisme yang memuja banyak Dewa. Oleh karena itu dakwah Islam tetap tidak diperbolehkan oleh penguasa Jepang pada masa itu. Seiring terjadinya harga minyak dunia yang meroket pada tahun 1973, negara-negara Arab selaku penghasil minyak dunia telah menarik minat perekonomian Jepang. Dari sinilah mulai kembali persentuhan antara Jepang dengan Islam yang menjadi agama mayoritas di negara-negara Arab. Sebelum terjadinya oil shock, terdapat organisasi Islam pertama yang didirikan yaitu The Japan Muslim Association pada tahun 1952. Tujuannya adalah untuk menyebarkan Islam di Jepang. Selain mendirikan organisasi Islam, dakwah Islam dilakukan melalui penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jepang (antara tahun 1920-1970). Pada tahun 1974, Prof.