Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial Di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial Di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 1, B 275-282 https://doi.org/10.32315/sem.1.b275 Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Hazimah Ulfah Az Zaky Arsitektur Kolonial, Sejarah Teori Kritik Arsitektur, Program Studi Desain Interior, Seni Rupa dan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Sekolah, Bagian, Institut Teknologi Bandung. Korespondensi: [email protected] Abstrak Kota Tua Jakarta adalah kawasan peninggalan masa kolonial Belanda yang memiliki situs bangunan yang masih terjaga. Pusat kawasan Kota Tua Jakarta ini adalah Taman Fatahillah dan terdapat beberapa bangunan yang menjadi point of interest di sekitar taman ini. Setiap bangunan memiliki gaya arsitektur yang berbeda sesuai dengan periode masa dibangunnya bangunan terkait. Masing- masing bangunan tersebut adalah Sthadius (Museum Fatahillah) yang dibangun pada periode yang sama dengan de nieuwe Hollandsche Kerk (Museum Wayang) serta Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia (Museum Seni Rupa dan Keramik) yang dibangun pada periode setelahnya. Salah satu elemen arsitektur dan interior yang tidak hanya dilihat melalui aspek fungsionalnya saja adalah tangga. Tangga merupakan elemen arsitektur dan interior bangunan yang mampu mengekspresikan suatu gaya dan menjadi bagian estetis pada suatu ruang. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mendokumentasikan elemen tangga dan gaya yang diterapkan pada ketiga tangga bangunan tersebut. Kata kunci : Gaya, Arsitektur, Interior, Tangga, Kota Tua Jakarta. Latar Belakang Batavia termasuk kota penting mendaratnya Belanda di Nusantara dibawah pimpinan Jan Peiters Zoon Coen pada tahun 1619. Awalnya kota ini berada dibawah kerajaan Sunda yang kemudian diambil oleh Kerajaan Demak pada serangannya tahun 1526 dengan nama Jayakarta. Kota ini hanya memiliki luas 15 hektar. Pada tahun 1920 reruntuhan Kota Jayakarta ini dibangun kembali oleh Belanda dengan gaya Eropa dan diberi nama Batavia. 15 tahun setelahnya, Kota Batavia diperluas ke sebelah barat Sungai Ciliwung lengkap dengan sistem pemerintahannya berupa tembok dan parit sekeliling kota. Kini Kota Batavia peninggalan Belanda lebih dikenal sebagai Kota Tua Jakarta dan telah menjadi kawasan wisata sejarah dibawah pemerintah mengingat pentingnya peristiwa D sejarah yang terjadi dimana kota ini menjadi saksi penting peristiwa tersebut. Pusat A kawasan Kota Tua Jakarta ini adalah Taman C Fatahillah dimana titik ini adalah halaman B balaikota yang perupakan pusat kota pada zamannya. Taman ini dikelilingi oleh bangunan peninggalan Belanda dan setiap bangunan Gambar 1. Posisi ketiga bangunan di Kota Tua Batavia A: memiliki gaya arsitektur yang berbeda sesuai Taman Fatahillah, B: Sthadius, C: de nieuwe Hollandsche Kerk , dengan periode masa dibangunnya bangunan D: Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia tersebut. Masing-masing bangunan tersebut (Sumber: googlemaps.com) adalah Sthadius (Museum Fatahillah) yang Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon, Universitas Indraprasta, Universitas Trisakti Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 275 ISBN 978-602-17090-6-1 E-ISBN 978-602-17090-4-7 Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dibangun pada periode yang sama dengan de nieuwe Hollandsche Kerk (Museum Wayang) serta Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia (Museum Seni Rupa dan Keramik) yang dibangun pada periode setelahnya. Ketiga bangunan ini merupakan bangunan peninggalan zaman kolonial dengan periode pembangunan yang berbeda namun sama-sama berdiri menghadap Taman Fatahillah. Sthadius dibangun mendekati selatan halaman balaikota, de nieuwe Hollandsche Kerk berada disebelah barat dan Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia disebelah timur. Bangunan Eropa biasanya berukuran besar, dibangun diatas tanah yang luas, dan terdiri dari beberapa lantai. Salah satu elemen penting arsitektur yakni tangga yang berfungsi sebagai penghubung antar lantai. Tangga pada zaman ini dilihat sebagai elemen yang dapat mengekspresikan gaya yang populer pada zaman tersebut. Hal ini menjadi sangat menarik karena tangga tidak semata dilihat melalui aspek fungsionalnya saja melainkan menjadi elemen arsitektur yang menekspresikan gaya tertentu bahkan dapat menjadi elemen dekoratif pada suatu ruangan. Gaya tersebut terekspresikan dari detail tangga baik dari segi material, bentuk visualnyanya, maupun detail dekorasinya. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendokumentasikan elemen tangga setiap tangga tersebut pada 3 bangunan kolonial di Kota Tua Jakarta yakni Sthadius dibangun mendekati selatan halaman balaikota, de nieuwe Hollandsche Kerk berada disebelah barat dan Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia disebelah timur. Hasil dokumentasi tersebut berupa foto dan sketsa serta deskripsi mengenai gaya yang diterapkan pada elemen tangga tersebut sesuai zamannya. Isi Kota Tua Jakarta atau Batavia Lama dibangun diatas tanah seluas 1,3 kilometer persegi meliputi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pada masanya Batavia Lama merupakan kota pusat perdagangan, sehingga dibutuhkan pusat pemerintahan yang dekat lokasinya untuk mengatur sistem perdagangan tersebut. Bangunan-bangunan yang ada di Kota Tua tidak dibangun pada periode masa yang sama sekaligus melainkan secara bertahap bahkan hingga melewati periodisasi masa desain yang berbeda. Kawasan yang kini menjadi pusat wisata kota tua adalah taman Fatahillah. Salah satu gedung yang menjadi orientasi utama kawasan dan menjadi point of interest adalah Sthadius (kini Museum Fatahillah). Gedung Sthadius termasuk bangunan generasi pertama yang dibangun di kawasan Kota Tua Jakarta. Sthadius dibangun pada tahun 1620 atas permintaan Jan Peiters Zoon Coen diperuntukkan sebagai gedung balaik kota (stadhius) pada masa VOC berkuasa. Pada tanggal 27 April 1626, Geburnur Jendral de Capetier (1626-1627) membangun gedung balai kota baru dan sempat direnovasi pada tahun 1707-1710. Abad ini adalah transisi setelah terjadinya peristiwa renaissance yang terjadi di Eropa. Era ini disebut juga era pencerahaan karena saat itu ilmu pengetahuan berada pada puncak kejayaannya setelah masa kelam keagamaan fanatik yang pusatnya berada pada gereja-gereja. Ilmu pengetahuan dianggap haram dan individu yang menyuarakannya dihukum mati. Setelah revolusi tersebut, teknologi manusia mulai berkembang dan munculnya penemuan-penemuan yang merubah dunia hingga saat ini. Gaya yang muncul pada era ini adalah gaya Baroque. Baroque atau Barok menggunakan detail yang jelas serta berlebihan. Gaya ini bermula di Roma dan menyebar keseluruh Eropa dan kemudian dibawa oleh bangsa Eropa yang melakukan ekspansi keluar Eropa. Poin penting pada gaya ini adalah kesempurnaan, detail, dan cita rasa yang tinggi terhadap seni. Belanda merupakan salah satu B 276 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 Hazimah Ulfah Az Zaky bangsa yang membantu penyebaran gaya tersebut didaerah jajahannya. Gedung Sthadius merupakan gedung yang dibangun pada masa ini. Pada masa ini gaya arsitektur kolonial pada perkotaan yang berkembang di Hindia Belanda sendiri masih bergaya Belanda. Gaya arsitektur Gaya Belanda ini cenderung panjang dan sempit, atap curam, dan dinding depan bertingkat bergaya Belanda. Tangga yang terdapat digedung Sthadius berjumlah 10 titik dan satu diantaranya adalah tangga utama penghubung lantai dasar dengan lantai 2, sedangkan sisanya merupakan tangga yang menghubungan kenaikan level pada lantai dengan ukuran yang tidak signifikan. Tangga ini memiliki 38 anak tangga dengan 3 bordes. Jika dihitung dari lantai dasar, jumlah anak tangga berturut-turut adalah 5, 14, 10, dan 9 dengan 3 bordes yang menjadi pemisah. Gambar 2. Tangga Utama Gedung Sthadius Tangga ini terbuat dari kayu jati murni. (Museum Fatahillah) (Sumber : dokumentasi pribadi) Gambar 3. Detail tangga Gedung Balaikota. Detail Gambar 4. Detail tangga Gedung Balaikota. berbentuk setengan lingkaran innerline pada Detail innerline yang diberi warna emas bidang baluster serta aplikasinya secara tiga berbentuk lengkungan organik. (Sumber : dimensi pada railing. (Sumber : sketsa pribadi) dokumentasi pribadi) Tangga ini memiliki lebar 200 cm, ukuran ini memungkinkan sirkulasi dari dua arah yang berlawan karena tangga ini berfungsi untuk sirkulasi naik dan juga sirkulasi turun. Optrade berukuran 17 cm dan aantrade 38 cm, ukuran ini sudah ideal dengan aantrade yang lebih lebar sehingga dapat dilewati dalam keadaan santai dan konsentrasi rendah. Jumlah bordes yang banyak juga mengurangi kelelahan saat melewati tangga. Tinggi baluster 95 cm dan lebar railing 15 cm memungkinkan posisi tangan yang pas saat membantu aktifitas naik maupun turun. Tinggi ini sesuai dengan ukuran tubuh bangsa Belanda saat itu. Detail tersebut merupakan detail sederhana yang tidak mencerminkan gaya Baroque yang kental. Namun gaya Baroque ini baru dapat dilihat pada detail baluster. Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | B 277 Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Gambar 6. Detail baluster. Tiga jenis detail ini menggambarkan ebntuk bungan yang diekspresikan dalam tiga bentuk berbeda. Detail ini diberi warna Gambar 5. Detail baluster. Terdapat dua tipe kuning emas yang kontras dengan warna coklat kayu. baluster pada tangga ini. (Sumber : sketsa pribadi) (Sumber : sketsa pribadi) Gaya Baroque yang detail dan rumit terlihat pada baluster berukir bunga tersebut. Ukiran bunga sendiri berwarna kuning emas dan memberikan kekontrasan dengan warna dasar coklat kayunya. Selain detail bunga ini, terdapat
Recommended publications
  • Panduan Penyusunan Rencana Aksi Kota Pusaka
    • • Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak yang terbuat dari benda alam dan/atau benda bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah sarana, dan prasarana untuk menampung perkembangan manusia. kebutuhan manusia. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia di darat dan/atau di air yang mengandung untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar tidak berdinding, dan beratap. Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Sumber: Presentasi Signifikansi (Yunus Arbi) WORLD HERITAGE CITY Ditetapkan UNESCO melalui sidang World 1 Heritage Commitee Harus memenuhi satu atau lebih kriteria dari 10 Outstanding Universal Value (OUV)/ Keunggulan Nilai . 2. Sejagad (KNS). Malaka, Malaysia Krakow, Polandia Praha, Ceko Sumber: Presentasi Signifikansi (Yunus Arbi) KOTA PUSAKA INDONESIA kini menjadi mantra yang menghidupi semangat pelestarian kota-kota yang memiliki aset pusaka yang unggul. Pelestarian pusaka merupakan kunci dalam pengelolaan kota. Dalam konteks ini, Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka atau P3KP yang diinisiasi dan dibina oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berupaya untuk mengembangkan strategi pengelolaan kota yang inovatif guna mendukung pembangunan kota yang terpadu dengan aset pusaka secara berkelanjutan.
    [Show full text]
  • Konsorsium Kota Tua Jakarta) & Ester Van Steekelenburg (Urban Discovery) JAKARTA, INDONESIA JAKARTA, Jakarta’S Historic City Centre Is Undergoing a Transformation
    THE CITY AT EYE LEVEL ASIA LEVEL EYE AT CITY THE A PARTNERSHIP THAT REVITALISED KOTA TUA JAKARTA Angeline Basuki (Konsorsium Kota Tua Jakarta) & Ester van Steekelenburg (Urban Discovery) JAKARTA, INDONESIA Jakarta’s historic city centre is undergoing a transformation. Overlooked for years, Kota Tua (Old Town) is once again a hub of vibrant activity. The key to success has been a partnership between the City of Jakarta and a con- sortium of private parties. The government triggered the revival process by pedestrianising the historic streets, creating new public spaces and cleaning up the canals. Meanwhile, a group of passionate like-minded individuals saw the potential in the properties, which date back to the Dutch colonial era. They started using empty spaces for pop-up galleries, shops and cafes to bring life back to the neighbourhood. Now established as Konsorsium Kota Tua Jakarta, this group helps owners of dilapidated properties to renovate and repurpose their buildings and to find suitable tenants. In just a few years they managed to do what no-one thought possible: make the old city more than a tick on your tourist itinerary, but a destination that you want to come back to. In fact, Kota Tua may one day become a UNESCO World Heritage town. 156 KEY PROBLEMS ∞ Lack of pedestrian areas. Sidewalks were damaged, misused by cars for parking or used by street vendors, making it di!cult for people to walk along them. ∞ Lack of accessibility. Situated in North Jakarta, it is di!cult to reach in the tra!c-blocked city. ∞ About 85 buildings (out of a total of 134 colonial-era buildings in the area) ASIA LEVEL EYE AT CITY THE are vacant, in bad shape and require renovation.
    [Show full text]
  • Sistem Mekanis Dari Objek Wisata Sebagai Daya Tarik Ali Ramadhan (Studi Kasus Jembatan Kota Intan Kota Tua Jakarta)
    Sistem Mekanis dari Objek Wisata sebagai Daya Tarik Ali Ramadhan (Studi Kasus Jembatan Kota Intan Kota Tua Jakarta) Sistem Mekanis dari Objek Wisata sebagai Daya Tarik (Studi Kasus Jembatan Kota Intan Kota Tua Jakarta) Ali Ramadhan Program Studi Desain Produk, Universitas Mercu Buana Email: [email protected] ABSTRAK Sistem mekanis merupakan suatu sistem yang berada di dalam sebuah objek benda. Keberadaannya dapat memberikan nilai tambah dari objek benda karena dapat memberikan suatu daya tarik tersendiri bagi pengguna atau orang yang memanfaatkannya. Jembatan Kota Intan merupakan salah satu jembatan yang dijadikan objek wisata sejarah yang memiliki nilai sejarah dalam pembentukan kota Jakarta. Berkitan dengan sejarah dari Jembatan Kota Intan, jembatan tersebut memiliki suatu sistem mekanis yang dapat memberikan nilai tambah sebagai objek wisata sejarah. Saat ini, sistem mekanis yang ada pada jembatan tersebut sudah tidak dapat digunakan karena jembatan tersebut hanya dilihat sebagai objek wisata saja. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini dapat memberikan penjelasan secara deskriptif untuk memberikan pengetahuan mengenai potensi yang terdapat pada suatu sistem mekanis dari sebuah jembatan. Pemanfaatan suatu sistem mekanis pada Jembatan Kota Intan dapat menghadirkan kembali suasana yang pernah ada pada masanya. Adanya unsur tersebut mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya. Dengan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah yang mengurus objek wisata sejarah dengan penjaga objek wisata tersebut, maka suatu objek benda yang memiliki sistem mekanis akan memiliki daya tarik karena akan mampu menghadirkan pengetahuan mengenai sejarah mengenai objek benda tersebut . Kata Kunci: Sistem Mekanis, Daya Tarik, Objek Wisata, Jembatan Kota Intan. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem mekanis merupakan suatu sistem yang terdapat di suatu benda.
    [Show full text]
  • Por-Tugu-Ese? the Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia
    School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Supervisor: Brian Juan O’Neill, Full Professor ISCTE-IUL March, 2016 School of Social Sciences Department of Anthropology Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia. Raan-Hann Tan Thesis specially presented for the fulfilment of the degree of Doctor in Anthropology Jury: Dr. Shamsul Amri Baharuddin, Distinguished Professor, Institute of Ethnic Studies, National University of Malaysia Dr. Maria Johanna Christina Schouten, Associate Professor, Department of Sociology, University of Beira Interior Dr. Ema Cláudia Ribeiro Pires, Assistant Professor, Department of Sociology, University of Évora Dr. António Fernando Gomes Medeiros, Assistant Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE- University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) Dr. Marisa Cristina dos Santos Gaspar, Research Fellow, Orient Institute, School of Social and Political Sciences, University of Lisbon (ISCSP-UL). Dr. Brian Juan O’Neill, Full Professor, Department of Anthropology, School of Social Sciences, ISCTE-University Institute of Lisbon (ISCTE-IUL) March, 2016 ABSTRACT Por-Tugu-Ese? The Protestant Tugu Community of Jakarta, Indonesia Keywords: Mardijkers, Betawi, Portuguese identity, Christian village, Keroncong Tugu Although many centuries have passed since Portugal’s Age of Discoveries, enduring hybrid communities are still surviving in places where the Portuguese had been present. Portuguese identity in Malacca, Larantuka, and East Timor, for example, has always been associated with Catholicism. But in Batavia, the Portuguese-speaking population (the Mardijkers, slaves, and Burghers) was converted to Calvinism under Dutch colonization, forming the Protestant Portuguese community in Indonesia.
    [Show full text]
  • Patriotic Vision on Restoring the Soul of Nusantara City’S Local Wisdom: a Revolution in the City Development
    PATRIOTIC VISION ON RESTORING THE SOUL OF NUSANTARA CITY’S LOCAL WISDOM: A REVOLUTION IN THE CITY DEVELOPMENT A Study on the Impact of Colonialism On Nation‘s Character and City Development MARTONO YUWONO With the support of a holistic mental approcah by Krishnahari S. Pribadi, MD. "We shape our buildings; thereafter they shape us“; “The farther back you can look, the farther forward you are likely to see” (Sir Winston Churchill) “Young generation today do not realize how hard and difficult it was when Indonesian struggled to liberate themselves from three hundred years of Dutch colonialization. They have to learn thoroughly from our history and learn to feel the bitterness of the 300-year struggle for independence through the Indonesian Revolution of 1945-1949…..”“They have to learn and follow the examples of the spirit of the older generations who had never given up or faded away. At the same time they could learn how our national identity is born throughout the struggle of the Nusantara’s people within centuries. A nation that does not know his national identity would not know where to go in the future.” (Ali Sadikin, An Interview With Magazine Express, June 1, 1973, and several times discussion with the author) "Historical trace in Jakarta, should be connected, so that it can tell the history of Jakarta, so Jakarta cultural heritage could support tourism such as the heritage trail, from Sunda Kelapa entering the Old Town, the National Monument monument to Ancol ... .. Historical sites that describe patriotism in Jakarta should be revived…….the patriot trail, such as Sunda Kelapa, Fatahillah, the National Monument,the Proclamation Monument and those related to patriotism should be connected, so that we would not forget our historical and cultural roots.” .(Joko Widodo’s statement to Detik News, at City Hall, March 3, 2014, after the presentation of two historical preservation concepts of the Old City Consortium and the Yayasan Pusaka Nusantara Raya.
    [Show full text]
  • Aplikasi Pengenalan Objek Wisata Sejarah Kota Tua Jakarta Berbasis
    Jurnal TEKNIKa ISSN: 2085-0859 Volume.10, No.2, Tahun 2018 e-ISSN : 2620-4770 APLIKASI PENGENALAN OBJEK WISATA SEJARAH KOTA TUA JAKARTA BERBASIS AUGMENTED REALITY Agung Selamet Riadi1, Anton2, Ummu Radiyah3 1,3Teknik Informatika, STMIK Nusa Mandiri Jakarta, Manajemen Informatika, 2AMIK BSI Tangerang 1,3Jalan Kramat Raya No.18, Senen, Jakarta Pusat, 2Jalan Gatot Subroto Blok B No.8 Cimone, Tangerang Telepon: 021-31908575 Fax: 021- 31908565, Telepon 021-5527711 E-mail: [email protected] , [email protected], [email protected] ABSTRACT The world of tourism in Indonesia, especially DKI Jakarta, has developed rapidly. One of the tourism object in Jakarta is Old Town tour (Kota Tua). About thirty percent of visitors who came to the Kota Tua area, generally come only to take pictures, bike or just gather. To provide a unique experience and historical knowledge to tourists, an application of augmented reality is made that can be used by tourists when visiting Jakarta's Kota Tua area. In the application created there are three-dimensional objects, photos, as well as general informations and historical informations of attractions in the Kota Tua Jakarta. The method of this research using waterfall model as a system development model with five stages namely Requirement Analysis, System Design, Implementation, Integration and Testing, Operation and Maintenance. Keyword: Museum, Historical Tourism, Old Town Tour, Kota Tua, Augmented Reality 1. PENDAHULUAN Sekitar tiga puluh persen dari pengunjung Dunia pariwisata di Indonesia khususnya di kawasan Wisata Kota Tua Jakarta Utara Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta telah ternyata tidak mengetahui jika kawasan itu berkembang dengan pesat.
    [Show full text]
  • 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Kota Tua Di
    BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Kota Tua di Jakarta merupakan salah satu objek konservasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI Jakarta untuk menjadi ruang publik kota. Pelestarian kawasan sebagai objek bersejarah pada kawasan ini tidak hanya sekedar mempertahankan secara fisik melainkan juga diikuti dengan upaya memberikan aktivitas yang dapat menghidupkan kawasan. Kota Tua Jakarta adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Daerah Kota Tua selain menjadi daerah wisata, ada juga daerah perkantoran disekitarnya. Kantor – kantor ini ada yang baru dan beberapa ada juga yang sudah lama berdiri. Sebagai daerah yang memiliki tempat wisata dan perkantoran, daerah Kota Tua terbilang cukup padat, belum lagi kendaraan umum yang juga melintasi daerah tersebut seperti Mikrolet, Metromini, dan juga Transjakarta. Banyaknya praktik parkir liar dikarenakan kurangnya lahan parkir yang disediakan oleh pihak kantor dan juga terbatasnya lahan di sekitar Kota Tua kerap menambah kemacetan yang sudah ada. Parkir yang disediakan oleh kantor terkadang terbatas hanya untuk beberapa unit kendaraan saja, sedangkan bila sudah penuh, pengunjung kantor akan tetap parkir sembarangan sehingga menambah kemacetan. Kebutuhan akan parkir merupakan komponen kritis dari setiap kota-kota besar di Indonesia. Tingginya jumlah kendaraan pribadi yang tidak sebanding dengan pembangunan tempat parkir di suatu wilayah dapat menyebabkan fasilitas dan tempat parkir tidak dapat menampung kendaraan yang ada. Perparkiran merupakan masalah yang sering dijumpai dalam sistem transportasi perkotaan baik di kota – kota besar maupun di kota yang berkembang. Masalah perparkiran tersebut sangat mempengaruhi pergerakan kendaraan dimana kendaraan yang melewati tempat yang beraktifitas tinggi, laju pergerakan menjadi melambat dan terjadi penumpukan sehingga terjadi macet.
    [Show full text]
  • Konservasi Bangunan Bersejarah Dan Pengelolaan Kawasan Kota Lama
    Simposium Nasional RAPI XIV - 2015 FT UMS ISSN 1412-9612 PRESERVASI - KONSERVASI BANGUNAN BERSEJARAH DAN PENGELOLAAN KAWASAN KOTA LAMA Udjianto Pawitro Jurusan Teknik Arsitektur FTSP – Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Gedung 17 Lantai 1 Jalan PH Hasan Mustopha 23 Bandung 40124 E-mail : udjianto_pawitro @yahoo.com Abstrak Pada sebagian besar di kota-kota besar di Indonesia mempunyai sejarah perkembangan kota yang cukup panjang. Kota-kota besar seperti: Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Bandung, Bogor, Malang, Makassar, dsb. diperkirakan mempunyai perjalanan sejarah kota lebih dari dua ratus atau terbentuknya sekitar abad 17-18. Pada sebagian besar kota-kota besar di Indonesia, pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda terhadap pola dan struktur pembentukan kawasan kota dinilai cukup besar. Hal ini terlihat pada adanya kawasan kota yang banyak didirikan bangunan-bangunan lama peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang bernilai sejarah. Karena mempunyai peran yang besar terhadap nilai sejarah kota, maka pada saat sekarang ini banyak kalangan memberi perhatian pada kegiatan preservasi dan konservasi bangunan bersejarah yang ada di kotanya. Kegiatan preservasi dan konservasi bangunan bersejarah pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan perencanaan kota secara komprehensif. Tujuan utama dari kegiatan preservasi dan konservasi bangunan bersejarah adalah untuk : (a) pelestarian nilai budaya masyarakat akan perjalanan sejarah kota, (b) memberi manfaat pada nilai sosial-ekonomi pada kegiatan kawasan kota, dan (c) memberi daya tarik pada kawasan tertentu kota dengan adanya ragam gaya arsitektur kota. Kegiatan preservasi dan konservasi bangunan bersejarah dapat dilihat sebagai bagian dari upaya mengelola kawasan kota lama bersejarah. Dalam konteks ini perlu untuk diperhatikan aspek potensi ragam gaya arsitektur yang dimiliki kawasan kota lama bersejarah tersebut.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Nusantara
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Nusantara saat ini terus berkembang, ditambah lagi bahwa saat ini pemerintah mencanangkan 10 destinasi unggulan di Indonesia. 10 destinasi unggulan di Indonesia saat ini adalah : Gambar 1.1 Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Sumber: Kementerian Pariwisata (2019) Dari gambar di atas, telah terbukti bahwa Indonesia kaya akan pariwisata yang bervariasi mulai dari wisata alam maupun wisata buatan. Wisata di Indonesia dari destinasi wisata buatan seperti Dufan dan Kota Tua hingga destinasi wisata alam seperti Tanah Lot, Taman Laut Bunaken, dan Gunung Jayawijaya. 1 Sebagai ibu kota republik indonesia. Jakarta memiliki peran strategis dalam pengembangan pariwisata. Mengingat Jakarta sebagai salah satu akses bagi wisatawan mancanegara untuk masuk ke Indonesia. Sebagai pintu masuk para wisatawan, Jakarta harus berbenah dini dalam penataan kawasan wisata, sehingga wisatawan dapat mampir dan mengunjungi berbagai macam destinasi wisata yang tersedia di Jakarta. Tabel 1.1 Tingkat Kunjungan Wisatawan Ke Obyek Wisata Unggulan DKI Jakarta Sumber : BPS Obyek wisata unggulan di Jakarta beserta jumlah kunjungan dari tahun 2011-2015 Berdasarkan data dari table tersebut, jumlah kunjungan wisatawan memiliki penurunan di tahun 2012 dan 2013 tetapi mengalami kenaikan yang konsisten sejak tahun 2013 sampai 2015 Kota Tua adalah salah satu destinasi wisata bersejarah yang berlokasi di Jakarta Barat. Kawasan Kota Tua ini dahulu dikenal dengan sebutan Oud Batavia. Oud Batavia memiliki peran dalam sejarah perkembangan dan berdirinya Kota Jakarta. Kota Tua merupakan pusat kegiatan ekonomi pemerintahan dari kekuasaan Pangeran Jayakarta, Portugis, Belanda hingga Cina. Pada masa Kolonialisme Belanda, Batavia dahulu dikenal dengan pelabuhan yang sangat ramai dan banyak didatangi pelaut dan pedagang asing untuk mendapatkan rempah-rempah.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 167 First International Conference on Administrative Science, Policy and Governance Studies (1st ICAS-PGS 2017) Second International Conference on Business Administration and Policy (2nd ICBAP 2017) Analysis of Urban Heritage Management in the Heritage Area of Jakarta Old-City Diah Putri Utami Mohammad Riduansyah Anza Departement of Public Administration, Faculty of Departement of Public Administration, Faculty of Administrative Sciences, Universitas Indonesia Administrative Sciences, Universitas Indonesia Depok, Indonesia Depok, Indonesia E-mail: [email protected] E-mail: [email protected] Abstract—The Jakarta Old-City Area is a heritage, as stated by Françoise Choay, geographical spatial unit that has been appointed as 1992 (in [1]), "...heritage is finally an urban heritage of Jakarta. This study discusses the application of urban heritage management in Jakarta associated with modernity". Massive urban Old-City Area. This is related to the fact that Jakarta development can encourage the Old-City Area is used for many activities, including development and alteration of functions of conservation activities as a heritage area, so its urban spaces, including changes in urban management becomes crucial to notice. This study spatial functions that are part of the uses a post-positivist approach in which the theory of urban heritage management becomes the municipal history [3]. analytical basis of research findings. The data were One of the changes in the urban obtained from in-depth interviews, observation, and environment that needs attention is the literature study. The result of the study shows that change in cultural objects in the form of heritage management in Jakarta Old-City Area has urban objects of heritage.
    [Show full text]
  • Cultural Heritage Tourism Preservation in Kota Tua Jakarta Indonesia and Old Town Central Hong Kong: a Comparative Study
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 259 3rd International Seminar on Tourism (ISOT 2018) Cultural Heritage Tourism Preservation in Kota Tua Jakarta Indonesia and Old Town Central Hong Kong: A Comparative Study Bet El Silisna Lagarense Nararya Narottama Tourism Department Fakultas Pariwisata Rahmi Setyawati Politeknik Negeri Manado Udayana University Vokasi Pariwisata Manado, Indonesia Bali, Indonesia Universitas Indonesia [email protected] [email protected] Jakarta, Indonesia [email protected] Nova Riana Titing Kartika STIEPAR YAPARI Bandung STIEPAR YAPARI Bandung Jawa Barat, Indonesia Jawa Barat, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract—The purpose of this study is to compare the cultural values such as religious practice, folklore traditions and social heritage tourism preservation in two heritage sites between Kota custom of certain communities or ethnic [4]. This study Tua Jakarta in Indonesia and Old Town Central in Hong Kong. supports the study which stated that cultural tourism is a form The study focused on preservation system and efforts such as of tourism that relies on a destination’s cultural heritage assets funding, management, ownership, stakeholder’s involvement, and forms them into products that can be consumed by tourists spatial distribution within the sites, community concerns on [5]. Referring to this definition, cultural tourism involves four tourism and signage besides the physical setting of the sites. This elements: 1) tourism; 2) use of cultural assets; 3) consumption explorative research used qualitative approach to obtain more of experiences and products; 4) the tourists. Cultural tourism accurate results in the context of comparisons between two involves the traveller to learn about the history of a place and cultural heritage sites.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhuan Pariwisata
    1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhuan pariwisata pada saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang sangat menjanjikan karena pertumbuhan pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang dihasilkan dari pergerakan wisatawannya. Pada akhir-akhir ini pariwisata di Indonesia sangat digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Pariwisata ini sangat mempunyai prospek yang sangat baik untuk masa depan bagi Indonesia. Data yang ditunjukkan dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization) diperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi pergerakkan sebanyak 1,6 miliar wisatawan dengan total perbelanjaan sebesar USD 2.000 miliar. Angka yang cukup besar ini hanya dihasilkan oleh wisatawan internasional saja di luar biaya transportasi yang dikeluarkan. Ditambah dengan masuknya Era Globalisasi yang dimana setiap unit kehidupan yang ada pada saat ini sangat saling berhubungan satu dengan yang lainnya, ada fasilitas yang mendukung pergerakkan para manusia dalam setiap aktifitasnya. Dengan adanya Globalisasi, tentu adanya persaingan antar sesama individu bahkan antar negara. Persaingan yang ada salah satunya persaingan dalam Pariwisata. Setiap negara tentunya memiki destinasi yang mempunyai daya tarik dan daya saing yang berbeda. Pendeskripsian daya saing destinasi antar negara dapat dilihat pada pernyataan bahwa Singapura menduduki peringkat Rakhmat Wahyu Winangun, 2013 Pengaruh Hub Community Terhadap Citra Kawasan Kota Tua Jakarta Sebagai Kawasan Heritage & Culture 1 Universitas Pendidikan Indonesia
    [Show full text]