BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kawasan Kota Tua di merupakan salah satu objek konservasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI Jakarta untuk menjadi ruang publik kota. Pelestarian kawasan sebagai objek bersejarah pada kawasan ini tidak hanya sekedar mempertahankan secara fisik melainkan juga diikuti dengan upaya memberikan aktivitas yang dapat menghidupkan kawasan.

Kota Tua Jakarta adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, . Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Daerah Kota Tua selain menjadi daerah wisata, ada juga daerah perkantoran disekitarnya. Kantor – kantor ini ada yang baru dan beberapa ada juga yang sudah lama berdiri. Sebagai daerah yang memiliki tempat wisata dan perkantoran, daerah Kota Tua terbilang cukup padat, belum lagi kendaraan umum yang juga melintasi daerah tersebut seperti Mikrolet, Metromini, dan juga Transjakarta.

Banyaknya praktik parkir liar dikarenakan kurangnya lahan parkir yang disediakan oleh pihak kantor dan juga terbatasnya lahan di sekitar Kota Tua kerap menambah kemacetan yang sudah ada. Parkir yang disediakan oleh kantor terkadang terbatas hanya untuk beberapa unit kendaraan saja, sedangkan bila sudah penuh, pengunjung kantor akan tetap parkir sembarangan sehingga menambah kemacetan.

Kebutuhan akan parkir merupakan komponen kritis dari setiap kota-kota besar di Indonesia. Tingginya jumlah kendaraan pribadi yang tidak sebanding dengan pembangunan tempat parkir di suatu wilayah dapat menyebabkan fasilitas dan tempat parkir tidak dapat menampung kendaraan yang ada.

Perparkiran merupakan masalah yang sering dijumpai dalam sistem transportasi perkotaan baik di kota – kota besar maupun di kota yang berkembang. Masalah perparkiran tersebut sangat mempengaruhi pergerakan kendaraan dimana kendaraan yang melewati tempat yang beraktifitas tinggi, laju pergerakan menjadi melambat dan terjadi penumpukan sehingga terjadi macet.

Akibat dari minimnya fasilitas parkir telah menyebabkan masalah di beberapa

1

2 wilayah di Indonesia, dan salah satunya adalah di Jakarta. Permasalahan parkir di Jakarta sendiri dapat dialami dari pengalaman sehari-hari dimana kemacetan selalu terjadi. Tidak adanya fasilitas seperti gedung parkir ini dapat menimbulkan sebuah fenomena parkir liar yang menggunakan badan jalan sebagai sarana parkir dimana seharusnya di badan jalan tersebut adalah hak untuk pejalan kaki.

Setiap tahun kendaraan bermotor yang berada di jalanan Jakarta selalu meningkat. Penggunaan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi telah menyebabkan kemacetan karena angkanya terus bertambah.

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2016

Tahun Sepeda Mobil Mobil Mobil Total Motor Penumpang Beban Bis 2014 13.084.372 3.266.009 673.661 362.066 17.386.108

2013 11.949.280 3.010.403 619.027 360.223 15.938.933

2012 10.825.973 2.742.414 561.918 358.895 14.489.200

2011 9.861.451 2.541.351 581.290 363.710 13.347.802

Jika dikaji menurut tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor selalu mengalami peningkatan per tahun. Upaya pemerintah untuk menyeimbangkan angka kenaikan dengan infrastruktur sudah dilakukan dengan pembangunan gedung parkir di beberapa titik, salah satu titik yang memerlukan gedung parkir ini adalah di kawasan Kota Tua Jakarta.

Pemberlakuan larangan parkir di sekitar Kota Tua sudah diterapkan oleh UPK Kota Tua, namun masih saja ada kendaraan yang terjaring razia parkir. Hal ini dikarenakan parkir mobil di area kantor sudah penuh. Meskipun area kantor sudah penuh, larangan tetap berlaku dikarenakan area Kota Tua memang ingin ditetapkan sebagai area yang bebas parkir kendaraan bermotor.

Upaya UP Perparkiran Kota Tua untuk mencegah parkir liar adalah melarang parkir diluar area kantor meskipun area kantor sudah penuh. Daerah parkir yang 3 baru ditetapkan menjadi daerah Jl. Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari. Meskipun daerah parkir di Jl. Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari sudah ditetapkan namun jika dikaji ulang kapasitas parkir di jalan Cengkeh yang hanya dapat menampung 400 sepeda motor, 100 mobil, dan 20 bus pariwisata, mustahil dapat menampung semua kapasitas kendaraan yang akan beraktivitas atau hanya sekedar mengunjungi kawasan Kota Tua tersebut. Hal tersebut dikarenakan lahan parkir yang tersedia adalah hanya lapangan parkir satu lantai tanpa ada elemen – elemen dari sebuah gedung parkir yang layak seperti pembatas parkir dan juga manajemen parkir yang benar.

Selain permasalahan parkir liar, sirkulasi jalur kendaraan Kota Tua sering juga dihadapkan dengan permasalahan macet. Situasi ini terjadi pada jam jam tertentu, dimana mobil akan menumpuk dan menyebabkan macet di jam – jam tertentu. Biasanya terjadi di pagi hari pada jam masuk kantor dan juga sore menjeleang malam pada saat pulang kantor dan juga akan terjadi pada hari libur. Selain macet karena alasan volume kendaraan bermotor, juga banyak pengendara yang masih sembarangan dalam memarkirkan kendaraan bermotor. Hal ini dapat merugikan pengendara itu sendiri dimana jika memarkirkan kendaraan secara sembarangan, hal- hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.

Di lokasi site yang berada di Jl. Cengkeh, Tamansari, sudah terdapat lahan parkir sementara yang hanya dapat menampung sebagian dari banyaknya mobil yang beraktivitas di sekitar Kota Tua. Parkir di Jl. Cengkeh, Tamansari tersebut. Adapun wacana pemerintah dan UP Kota Tua untuk membangun Gedung Parkir di lahan tersebut berdasarkan wawancara di salah satu media, namun keadaan parkir yang sekarang sangat lah jauh dari rencana yang telah direncanakan. Parkir tersebut diisi oleh kendaraan road empat, roda dua, dan terkadang bus pariwisata yang parkir secara sembarangan dan juga tidak teratur. Hal ini juga mengakibatkan sirkulasi di jalan tersebut terganggu dan tidak lancar.

4

Gambar 1.1 Situasi Parkir di Jl. Cengkeh

Kondisi perparkiran di Kota Tua Jakarta masih banyak yang tidak jelas dan menempel pada bangunan tua, sehingga masih berdampak pada visual bangunan yang terhalangi. Berangkat dari permasalahan tersebut, daerah Kota Tua membutuhkan sebuah tempat parkir yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat parkir namun juga dapat berfungsi sebagai sebuah prasarana yang dapat mengurangi volume kendaraan yang dapat menumpuk di satu titik. Dengan pendekatan traffic integration , gedung parkir diharapkan dapat menjadi fungsi baru untuk lahan di Jl. Cengkeh, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari sehingga gedung parkir juga dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan menjadi penghubung antara Gedung Parkir dengan daerah disekitarnya.

Mengikuti rencana perkembangan Kota Tua, gedung parkir Jl. Cengkeh akan dibangun untuk melengkapi pengembangan kawasan tersebut. Penerapan traffic integration ini juga diharapkan mampu memperbaiki sirkulasi di sekitar Kota Tua dengan berpusat pada Gedung Parkir Kota Tua yang terpadu dengan menghubungkan terminal bus, terminal angkutan kota dan juga transportasi penghubung yang akan mengitari daerah Kota Tua dengan jadwal tertentu. Pemilihan zona kawasan penelitian mengacu pada rencana pembangunan Kota Tua. Menurut UP Kota Tua, pengembangan kawasan Kota Tua saat ini berfokus pada pembersihan Timur dan juga sebagian dari Museum yang ada di 5

Kota Tua. Dari hasil ini, maka kawasan di tentukan berdasarkan blok yang menjadi sasaran pembangunan Kota Tua yaitu dimulai dari Kali Besar Timur hingga Jalan Cengkeh, lalu Jl. Lada menuju Jl. Bank. Pemilihan blok ini disesuaikan dengan kebutuhan akan parkir yang sudah direncanakan di beberapa titik dan dari titik tersebut akan dibuat area layanan dari Gedung Parkir itu sendiri. Berikut adalah titik-titik kantung parkir dan kapasitasnya di Kota Tua Jakarta: (Tupanwael, 2015). 1. Museum : 40 bus + 20 mobil 2. Bank Mandiri: 23 mobil + 75 motor 3. Bank BNI: 125 mobil + 300 motor 4. Stasiun KA Kota Beos: 40 mobil + 100 motor 5. Hotel de Rivier: 40 mobil + 60 motor 6. Jl. Kali Besar Barat: 40 mobil + 50 motor 7. Jl. Kali Besar Timur: 40 mobil + 60 motor 8. Jl. Cengkeh: 500 mobil (sesuai perintah Gubernur September 2015) 9. Eks Gedung Parkir : 60 mobil + 300 motor 10. Jl. Kunir: 30 mobil + 100 motor

Melihat dari banyaknya titik parkir yang tersedia, masih saja kemacetan terjadi di Kota Tua, di titik titik tertentu di daerah wisata, maka dari itu untuk menghindari kemacetan dan parkir liar tersebut, Gedung Parkir di Jl. Cengkeh akan melayani area kawasan yang masih terjadi macet sehingga jalur mobil dan juga kendaraan umum tidak menumpuk.

6

Gambar 1.2 Terminal Bus di Jl. Kali Besar Timur

Adapun angkutan umum dan bus kota di sekitar untuk menunjang kegiatan yang terjadi di gedung parkir tersebut sehingga pengguna gedung dapat melanjutkan kegiatan mereka dengan berjalan ataupun menggunakan bus dan mikrolet yang tersedia di sekitar gedung. Integrasi antar moda angkutan umum tersebut diterapkan guna memperbaiki sirkulasi dan membantu pengguna fasilitas Kota Tua baik untuk bekerja maupun berwisata untuk parkir di tempat yang aman dan layak dan berangkat ke tujuan dengan nyaman.

1.2 Ruang Lingkup Berdasarkan pada data di atas, ruang lingkup dapat dikelompokkan menjadi: 1. Lokasi Lokasi penelitian terletak pada Jl. Cengkeh No. 21 Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat. Lokasi tersebut memiliki batas wilayah sebagai berikut: Utara : Hunian Warga Timur : Jl. Kali Besar Timur Selatan : Hunian Warga

Barat : Hunian Warga 7

Gambar 1.3 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth, diakses 9 Februari 2017

Gambar 1.4 Peta Lokasi Menurut RTRW Jakarta Pusat Sumber: Peta Zonasi RDTR Jakarta

8

Tabel 1.2 Tabel Pemanfaatan Ruang Kelurahan Tamansari SUBZONA K2 KLB 3 KDB 75 KB 4 KDH 30 KTB 55

2. Sustainable Transport and Communication Systems Dipilih untuk meningkatkan koordinasi penggunaan lahan dengan perencanaan transportasi yang memfasilitasi akses ke tempat kerja, sekolah, tempat ibadah dan juga rekreasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pendorong untuk penggunaan kombinasi optimal moda transportasi, termasuk didalamnya yaitu berjalan dan menggunakan sepeda ataupun bus kota.

1.3 Rumusan Masalah Bagaimana cara merancang gedung parkir yang terpadu ntuk memperbaiki permasalahan sirkulasi dan kemacetan di kawasan kota tua ?

1.4 Tujuan Penelitian Merancang fasilitas Gedung Parkir yang terpadu di kawasan Kota Tua.

1.5 State of The Art Menurut Retno Dewayani dalam penelitiannya yang berjudul LAYANAN PARK AND RIDE SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA DI KAWASAN PERMUKIMAN tahun 2007 di Yogyakarta menghasilkan kesimpulan Bagi pengguna kendaraan pribadi untuk bekerja, kemudahan saat berpindah moda berupa keterpaduan tarif, fasilitas dan layanan mampu meningkatkan minat mereka menggunakan layanan park and ride. Untuk wilayah perkotaan seperti Jakarta peningkatan layanan dalam hal ketepatan waktu (keandalan) angkutan lanjutan merupakan prioritas dalam pengembangan park and ride . Faktor lokasi dan ketersediaan lahan adalah hal yang perlu diperhatikan ketika hendak mengembangkan layanan park and ride di wilayah permukiman. Menurut Muhammad Nanang Prayudyanto dan Ofyar Z. Tamin dalam penelitiannya yang berjudul KAJIAN PARK AND RIDE UNTUK BUSWAY JAKARTA tahun 2007 di Bandung menghasilkan kesimpulan Pengembangan fasilitas park and ride di Jakarta telah dikaji untuk mendukung pengembangan busway. Dari hasil analisis 9 diberikan rekomendasi bahwa kelayakan operasi P&R akan mendukung operasi busway apabila dilakukan dengan menetapkan lokasi yang mendekati keinginan pengguna kendaraan, tarifnya ditetapkan secara khusus, dan lahan untuk P&R tersedia serta memiliki aksesibilitas yang baik. Menurut M. Faridz Nazalaputra dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni dalam penelitiannya yang berjudul PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN PARK & RIDE SEBAGAI FASILITAS PERGERAKAN KOMUTER PADA KORIDOR BEKASI – JAKARTA tahun 2017 di menghasilkan kesimpulan Karakteristik perjalanan yang mempengaruhi frekuensi penggunaan fasilitas park & ride pada Koridor Bekasi-Jakarta adalah faktor maksud perjalanan, waktu tempuh KRL, jarak tempat tinggal menuju stasiun asal, jarak tempuh KRL, biaya perjalanan dan penggunaan moda transportasi pada stasiun pemberhentian. Menurut Prasetiyo, James A. Timboeleng, dan Hanny Poli dalam penelitiannya yang berjudul ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA KAWASAN PUSAT PERDAGANGAN KOTA TOMOHON tahun 2014 di Manado menghasilkan kesimpulan Pemanfaatan moda angkutan masal perlu diperhitungkan guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang dapat mengakibatkan kemacetan di area perdagangan. Menurut Samsul Arif Hidayat, Erick Luckita Saputra, Hendi Bowoputro, dan Rahayu Kusumaningrum dalam penelitiannya yang berjudul STUDI PERENCANAAN GEDUNG PARKIR TERPUSAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA tahun 2015 di Malang menghasilkan kesimpulan Perencanaan gedung parkir yang terpadu perlu mencakup fasilitas sarana dan prasarana untuk jaringan pejalan kaki dan pengguna kendaraan angkutan masal. 10

1.6 Kerangka Pikir

TUJUAN

AREA PARKIR

TERPADU DI SURVEY LAPANGAN KOTA TUA LITERATUR

ANALISA PENDAHULUAN MASALAH KESIMPULAN MASALAH

FAKTOR YANG PERANCANGAN BERPENGARUH:

- KONDISI LAPANGAN

- KONDISI PENGUNJUNG - RTRW DKI JAKARTA

Gambar 1.5 Diagram Kerangka Pikir