Bab I Pendahuluan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberagaman yang dimiliki Indonesia ternyata tidak serta merta membuat negara ini menjadi lebih toleran. Diskriminasi terhadap kaum minoritas masih merupakan masalah yang aktual di Indonesia. Komnas HAM dalam laporannya yang terakhir tentang “Upaya Negara Menjamin Hak-Hak Kelompok Minoritas di Indonesia” pada tahun 2016 mengelompokan ruang lingkup kelompok minoritas sebagai berikut, kelompok minoritas Ras, kelompok minoritas etnis dan kelompok masyarakat adat, kelompok minoritas agama dan keyakinan, kelompok penyandang disabilitas, kelompok minoritas berdasarkan identitas Jender dan orientasi seksual. Identitas Jender dan orientasi seksual atau biasa disebut dengan Jender minoritas yang di dalamnya terdiri dari Gay, Lesbian, Transgender, Biseksual dan Queer bukanlah sesuatu yang baru bagi Indonesia .Secara kultural fenomena ini dapat ditemukan dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia. Seperti yang dikutip dalam buku The Gay Archipelago – Seksualitas dan Bangsa Indonesia (Boellstroff, 2005 : 72): “Seorang transgender dari Makassar menceritakan bahwa pada tahun 1959 sudah ada banyak laki-laki homo; saya sudah tahu banyak laki- laki homo dari zaman Jepang (Perang Dunia II) dan Belanda, dan banyak perempuan yang lesbi juga, baik yang berpenampilan tomboi maupun yang berpenampilan lines (cewek)”. Universitas Pelita Harapan 2 Fenomena ini juga terekam dalam tulisan Amen Budiman tahun 1979 tentang “Lelaki Perindu Lelaki” yang mengindikasi bahwa pada tahun 1970-an masalah homoseks semakin lama semakin menarik. Semakin banyak media massa berupa harian dan majalah yang sering memuat artikel tentang homoseks dan kisah pribadi mereka. Harian-harian di Jakarta bahkan mempunyai sebuah rubrik khusus Konsultasi dengan Psikiater, yang sering menjawab keluh kesah mereka yang homoseksual dan ingin mengubah orientasi seks mereka. Pada tahun 1980, Dede Oetomo juga menulis sebuah cerita di majalah Anda dengan judul “Saya Menemukan Identitas Saya Sebagai Seorang Homoseks”. Namun demikian, keterbukaan fenomena ini ke media massa dimulai ketika majalah Tempo edisi 31 Mei dan majalah Liberty edisi 6 Juni 1981 memuat artikel tentang pernikahan antara dua perempuan lesbian pertama di Indonesia yang dihadiri oleh orang tua dan 120 undangan. Artikel utama Liberty minggu itu memuat liputan (Majalah Liberty, 1981) : “Sebuah bangunan mentereng di Blok M Kebayoran Baru, Minggu malam 19 April 1981, puluhan pasangan manusia memenuhi ruangan Swimming Pub Bar. Tamu-tamu yang memenuhi tempat itu mengarahkan pandangannya pada sepasang “pengantin remaja”. Keduanya tidak henti- hentinya melemparkan senyum pada semua tamu. Pengantin pria, Jossie (25 tahun), berjas putih semu biru berdasi kembang-kembang merah dan pengantin wanita, Bonnie (20 tahun), bergaun panjang merah cerah. Kue pengantin mulai dipotong oleh tangan lembut Bonnie, kemudian mereka saling suap-suapan disaksikan puluhan pasang mata, bahkan kedua orangtua mereka hadir. Pesta pernikahan berjalan lancar dan tertib. Di antaranya tamu-tamu yang hadir malam itu kelihatan beberapa anggota kepolisian...” Media konvensional di Indonesia, baik cetak maupun elektronik, dapat digolongkan menjadi tiga kategori dilihat dari cara mereka meliput permasalahan Jender minoritas. Yang pertama, media yang meliput permasalahan Jender Universitas Pelita Harapan 3 minoritas secara seimbang, dengan usaha besar untuk melakukan edukasi umum tentang kelompok Jender minoritas sebagai bagian integral dalam masyarakat yang setara, seperti The Jakarta Post, The Jakarta Globe, harian Kompas dan majalah Tempo. Kategori kedua adalah media yang meliput permasalahan Jender minoritas dengan sekedar menyoroti aspek seksual dalam pemberitaan sensasional. Banyak media yang termasuk golongan ini, antara lain harian Pos Kota di Jakarta dan Memo di Surabaya. Kategori yang ketiga adalah media yang terkait dengan agama. Salah satunya adalah Islam garis keras, konservatif atau fundamentalis, seperti harian Republika, majalah Sabili, majalah Hidayatullah dan beberapa situs web www.arrahmah.com dan www.voa-islam.com. (UNDP, USAID 2014 : 46) Penolakan pada kelompok Jender minoritas di Indonesia ternyata masih terjadi sampai saat ini. Studi “Pembagian Global mengenai Homoseksual” yang dilakukan oleh Pew Reserch Center dengan menyurvei 37.653 orang di 39 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, survei ini dilakukan dengan mewawancarai 1.000 orang dewasa, dengan margin kesalahan 4 persen. Hasilnya menunjukkan bahwa Indonesia sangat menolak homoseksual dengan 93 persen mengatakan bahwa gay tidak seharusnya diterima. Tidak ada perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil studi yang sama yang dilakukan pada tahun 2007 yang menunjukan bahwa hanya 3 persen orang Indonesia yang mengklaim mendukung hak-hak kelompok gay. (VOA Indonesia, 2013) Adanya penolakan dan pandangan negatif terhadap kelompok ini membuat masyarakat enggan, takut dan cenderung menjauhi homoseksual. Fenomena inilah Universitas Pelita Harapan 4 yang disebut homophobia (Herek et al., 1991). Homofobia didefinisikan sebagai kecemasan, keengganan dan ketidaknyamanan pada diri seseorang jika berhadapan atau berada di sekitar Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender karena orang tersebut memiliki pengalaman negatif dengan mereka (Davies et al., 1996 dalam Gilmore et al., 2011). Homofobia yang terjadi pada masyarakat biasanya berupa sikap dan perilaku menolak, mencemarkan dan melabel segala bentuk perilaku non-heteroseksual, baik identitas, hubungan, ataupun komunitas (Mayer dkk, 2008 dalam Frost et al., 2009). Menjadi minoritas dan dijauhi oleh masyarakat membuat kelompok mereka membutuhkan sebuah wadah yang dapat mempersatukan dan memberikan informasi seputar gay. Lambda Indonesia (1982) adalah organisasi gay pertama di Indonesia yang mempublikasikan majalah dan melakukan berbagai kegiatan di Surabaya. Bukan hanya di Surabaya, organisasi ini dengan cepat memperoleh anggota dari daerah lain (Boellstroff, 2005). GAYa Nusantara yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1987 di Surabaya juga membuat gebrakan dengan membuat majalah GAYa Nusantara sebagai sumber informasi kelompok Jender minoritas dan disebarkan secara nasional sampai saat ini (Boellstroff, 2005 : 161). Selain itu, Arus Pelangi adalah sebuah organisasi yang terus mendorong terwujudnya tatanan masyarakat yang bersendikan pada nilai-nilai kesetaraan, berperilaku dan memberikan penghormatan terhadap hak-hak kaum Jender minoritas sebagai hak asasi manusia. Salah bentuk kegiatan penyadaran masyarakat adalah peringatan hari anti homofobia dan transfobia (International Day Against Homophobia and Universitas Pelita Harapan 5 Transphobia – IDAHOT) pada setiap tanggal 17 Mei. Sejak Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencabut homoseksual dari daftar identifikasi penyakit, setiap tahun hampir 120 negara memperingatinya. Homoseksual bukan penyakit dan tidak menular serta tidak terkategori sebagai gangguan kejiwaan. Forum LGBT- IQ bersama dengan Megawati Institut mengadakan Malam Budaya, Puncak Peringatan IDAHOT 2014 dengan mengusung tema: INDONESIA Rumah Kita, INDONESIA Rumahku Juga. Stop stigma, kekerasan dan diskriminasi pada LGBTI di Indonesia. Salah satu acara yang digelar adalah Pemutaran dan Diskusi Film The Mangoes karya Tony Trimarsanto, sebuah film dokumenter tentang bagaimana transgender (waria) bertahan hidup dalam lingkungan yang penuh stigma. Q! Film Festival (QFF) adalah sebuah festival film yang mengangkat tema tentang Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex dan Questioning, Hak Asasi Manusia (HAM), Feminisme, dan HIV/AIDS. QFF diadakan pertama kali pada tahun 2002 oleh sejumlah wartawan freelance dan penggemar film di Jakarta, Indonesia. Beberapa kelompok fundamentalis agama memprotes keras penyelenggaraan festival ini dalam beberapa tahun terakhir.Seperti yang terjadi pada tanggal 28 September 2010, sekitar 100-an anggota dari Front Pembela Islam (FPI) menggelar aksi di depan kantor Pusat Kebudayaan Prancis, Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat dan membuat panitia Q! Film Festival akhirnya membatalkan pemutaran beberapa film di sejumlah tempat. BBC Indonesia juga memberitakan dengan judul “Pemutaran Film Gay di Jakarta Batal” (BBC Universitas Pelita Harapan 6 Indonesia, 2010) : “Pembatalan terjadi akibat tekanan sekelompok massa Front Pembela Islam, FPI yang datang ke lokasi pemutaran film antara lain Pusat Kebudayaan Prancis CCF, Goethe Institut, Erasmus Huis dan Japan Foundation di Jakarta. Sambil membawa spanduk dan pengeras suara menuntut menolak lokasi pemutaran film “Kan negara kita adalah negara agama, tentunya kita tidak mau ada homo dan lesbi,” kata Mashuri. Dia juga mengancam akan ada aksi kekerasan jika pemutaran film tetap dilangsungkan. “Jangan salahkan umat marah ambil tindakan sendiri, bakar tempat ini membunuh orang di dalamnya,” tantangnya.” Film sebagai media komunikasi massa sekaligus produk budaya popular dipercaya mempunyai andil besar dalam mengkonstruksi berbagai realitas, maka muncul istilah realitas media. Realitas media yang berupa simbol atau tanda tertentu terdapat dalam isi dari suatu produk media massa (Bungin, 2001). Tujuan dari film untuk mereplikasi realitas sedekat mungkin, menjadikan film sebagai media yang menarik dibandingkan media lainnya (Turner, 1988 : 24). Dengan kata lain film dapat menjadi cermin dari tindakan dan kejadian yang ada di masyarakat. Di Amerika, film menjadi alat untuk mewakili sekaligus merubah pola pikir publik, dalam disertasi Changing Media, Changing Mind: The Lesbian and Gay Movement, Television and Public Opinion, Jeremiah
Recommended publications
  • PROGRAMA SITGES20 2.Indd
    INFORMACIÓ I VENDA D’ENTRADES Compra les teves entrades a través del web del Festival: sitgesfilmfestival.com PREUS VENDA D’ENTRADES SESSIONS PRESENCIALS (IVA inclòs) Online: sitgesfilmfestival.com 10,50€: Tarifa general Auditori TAQUILLES DE L’AUDITORI MELIÁ SITGES, 9,50€: Tarifa general i Sessions especials Sitges Sala Tramuntana de l’Hotel Meliá Sitges Clàssics (C/ Ramon Dalmau, s/n). 7€: Sitges Clàssics 7,50€: Sessions Anima’t Curts TAQUILLES CENTRE 12,50€: Programa doble i Sessions especials a Oficina de Turisme de Sitges, a la sortida de l’Auditori 12,50€: Localitats numerades preferents per a les sessions de tarda a l’Auditori (menys HORARI sessions especials Auditori). No admeten Del 8 al 17 d’octubre descomptes Matí de 10 a 15h 14,50€: Localitats numerades preferents per a les sessions especials de tarda a l’Auditori. El 18 d’octubre les taquilles romandran tancades No admeten descomptes 22€: Gala d’Inauguració. No admet Grups: descomptes sessió contactar per correu electrònic a taquilles. 17€: Gala de Cloenda. No admet descomptes 5€: Sessions Despertador (primera sessió matinal a tots els cinemes). No admet descomptes Les sessions escolars 1,50€: Reserva Masterclass. Entrades limitades. No estan obertes al públic general. No admet descomptes Observacions: 17€: Es recomana el pagament amb targeta. No adquirir al web o a les taquilles del la venda d’entrades per les sessions immediates. 20€: Llibre commemoratiu 50 aniversari. Es podrà adquirir al web o a les taquilles del sessió. Només es contemplarà el canvi o devolució de l’import de l’entrada en el cas de programació.
    [Show full text]
  • Komodifikasi Kesenian Wayang Kulit Dalam Film Perempuan Tanah Jahanam Perspektif Marxian
    E-ISSN 2686 5661 INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA VOL.01 NO. 12. JULI 2020 KOMODIFIKASI KESENIAN WAYANG KULIT DALAM FILM PEREMPUAN TANAH JAHANAM PERSPEKTIF MARXIAN Rizky Sulaiman Salim1, Akbar Ramadhan Muhammad2, AG Eka Wenats Wuryanta3 1,2)Mahasiswa Program Magister Komunikasi Universitas Paramadina-Jakarta 3)Dosen Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina-Jakarta Email : [email protected] ABSTRAK Film menjadi salah satu media efektif dalam komunikasi massa dan juga menjadi komoditas yang menggerakkan roda perekonomian kreatif. Melalui film ada nilai-nilai yang dijadikan tontonan, yang dapat dikonversi menjadi rupiah. Inilah diskursus komodifikasi dimulai. Tujuan penelitian ini adalah menemukan kemungkinan komodifikasi kesenian wayang kulit yang merupakan salah satu warisan budaya Jawa dalam film Perempuan Tanah Jahanam. Nilai-nilai budaya tersebut secara sadar digunakan untuk mendukung konsep mistis dalam cerita dan dijual sebagai komoditas yang menggiurkan bagi pelaku industri perfilman. Analisis dipandu oleh teori komodifikasi Marxisme yang menyatakan bahwa komodifikasi merupakan proses memproduksi barang maupun jasa apapun untuk diperjualbelikan. Penelitian ini menggunakan metodi kualitatif field study (naturalistic inquiry) yang bersifat deskriprif untuk menjelaskan fenomena yang ditangkap dan dipahami oleh penulis. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah etnografi media, dimana peneliti „‟mendiami‟‟ film Perempuan Tanah Jahanam secara intens, dan dalam interval waktu tertentu
    [Show full text]
  • 2020 Sundance Film Festival: 118 Feature Films Announced
    FOR IMMEDIATE RELEASE Media Contact: December 4, 2019 Spencer Alcorn 310.360.1981 [email protected] 2020 SUNDANCE FILM FESTIVAL: 118 FEATURE FILMS ANNOUNCED Drawn From a Record High of 15,100 Submissions Across The Program, Including 3,853 Features, Selected Films Represent 27 Countries Once Upon A Time in Venezuela, photo by John Marquez; The Mountains Are a Dream That Call to Me, photo by Jake Magee; Bloody ​ ​ ​ ​ Nose, Empty Pockets, courtesy of Sundance Institute; Beast Beast, photo by Kristian Zuniga; I Carry You With Me, photo by Alejandro ​ ​ ​ ​ ​ López; Ema, courtesy of Sundance Institute. ​ ​ Park City, UT — The nonprofit Sundance Institute announced today the showcase of new independent feature ​ films selected across all categories for the 2020 Sundance Film Festival. The Festival hosts screenings in Park ​ ​ City, Salt Lake City and at Sundance Mountain Resort, from January 23–February 2, 2020. The Sundance Film Festival is Sundance Institute’s flagship public program, widely regarded as the largest American independent film festival and attended by more than 120,000 people and 1,300 accredited press, and powered by more than 2,000 volunteers last year. Sundance Institute also presents public programs throughout the year and around the world, including Festivals in Hong Kong and London, an international short film tour, an indigenous shorts program, a free summer screening series in Utah, and more. Alongside these public programs, the majority of the nonprofit Institute's resources ​ support independent artists around the world as they make and develop new work, via Labs, direct grants, fellowships, residencies and other strategic and tactical interventions.
    [Show full text]
  • !!Dvdrip!! Horror Film Indonesia Download – Watch Online with 123Movies
    !!DVdRIP!! Horror Film Indonesia Download – Watch online with 123movies This is an Indonesian Wayan brother's ripoff of Sccary Movie with the film making fun of its own horror movie industry. And believe me - there is a lot to make fun of in this horror industry. As with any spoof there isn't really much of a plot to tell... High school kids face ghosts, demons and witches. Eyes pop out and ghosts bang their heads against walls. Possessed fly off whilst being exorcised. Headless zombies lose their heads. Witches get shoeshines. And so forth... O yeah... and Spiderman makes an appearance... I'm not quite sure what to think of this movie, so I put myself to this test: Did I enjoy the movie? Yes. Did it make me laugh? From time to time. Did I enjoy it more than Scary Movie? Yes. Is it pointless? Yes. Is it so bad that its good? Hmm... not really. Acting was from bad to decent with Andhika Gumilang doing the only proper acting job, even if his role was being a geeky idiot... But well... the guy has potential in comparison with some other members of the cast like ms Ugly Betty (watch the movie). Special effects are mostly OK and don't subtract from the movie. Ghosts are nicely done, sometimes better than in the original movie. Its actually the most surprising thing about the Indonesian horror movies. No matter how bad the plot and directing it seems that the 'monsters' are actually nicely done, even though they are often overused and badly filmed to change them from scary into ridiculous.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Film Sang Kiai Karya Rako Prijanto
    NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM SANG KIAI KARYA RAKO PRIJANTO SKRIPSI Oleh : DIMAS PRADANA ARDIANSAH NIM : D91217046 PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2021 SURAT OTENTITAS SKRIPSI iv HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Skripsi Oleh: Nama : Dimas Pradana Ardiansah NIM : D91217046 Prodi : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Film Sang Kiai Karya Rako Prijanto Ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan. Lamongan, 25 Maret 2021 Pembimbing 1 Pembimbing II Prof. H. Damanhuri, MA. Dr. Phil. Khoirun Ni’am, S.Ag NIP. 195304101988031001 NIP. 197007251996031004 ABSTRAK Kualitas pengajaran Islam dalam film kiai adalah salah satu isu krusial yang melatarbelakangi pengarang untuk merenungkan topik ini. Penulis esai mencoba untuk mengkontemplasikan film ini dengan menggunakan pengujian subjektif dan hipotesis semiotik Roland Barthes. Film merupakan media yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian makna atau pesan atau sifat-sifat kebaikan, sehingga dapat dengan mudah diakui oleh lingkungan sekitar dan khususnya alam semesta pengajaran. Media film dengan gagasan hiburan dapat dimanfaatkan oleh pembuat dan pemimpinnya untuk memasukkan nilai atau makna pesan- pesan kebaikan di dalamnya sehingga masyarakat secara implisit mengakuinya. Persoalan yang diangkat dalam subjek eksplorasi ini adalah apakah ada nilai-nilai ajaran Islam dalam film Sang Kiai. juga, temukan jawaban untuk masalah ini. Eksplorasi ini didorong oleh pergerakan pentingnya sekolah yang membuat mendidik sendiri. Ini sangat mempengaruhi siswa dan instruktur. Untuk siswa, mereka mengalami peningkatan yang tinggi dalam skor psikologis mereka, namun tidak sepenuhnya dari sudut pandang perasaan harga diri. Hal ini diperkuat oleh instruksi karakter tanpa henti oleh otoritas publik sebagai reaksi terhadap pertukaran kualitas yang kurang bermanfaat di alam semesta sekolah.
    [Show full text]
  • Programação Especial: Curtas Experimentais De Terror Special Programme: Experimental Horror Short Films
    CATÁLOGO CATALOGUE C M Y CM MY CY CMY K ÍNDICE INDEX I. INTRODUÇÃO INTRODUCTION ........................................................................................................4 II. SESSÕES DE ABERTURA E ENCERRAMENTO OPENING AND CLOSING SCREENINGS .......................6 III. PRÉMIO MOTELX - MELHOR LONGA DE TERROR EUROPEIA 2020 / MÉLIÈS D’ARGENT MOTELX AWARD - BEST EUROPEAN HORROR FEATURE FILM 2020 / MÉLIÈS D’ARGENT .....................................8 IV. SERVIÇO DE QUARTO ROOM SERVICE ................................................................................17 V. DOC TERROR DOC HORROR ....................................................................................................... 43 VI. PESADELO AMERICANO: O RACISMO E O CINEMA DE TERROR AMERICAN NIGHTMARE: RACISM AND HORROR CINEMA ...........................................................................47 VII. SESSÕES ESPECIAIS SPECIAL SCREENINGS ........................................................................... 56 VIII. QUARTO PERDIDO LOST ROOM .......................................................................................62 IX. PRÉMIO MOTELX - MELHOR CURTA DE TERROR PORTUGUESA 2020 / MÉLIÈS D’ARGENT MOTELX AWARD - BEST PORTUGUESE HORROR SHORT FILM 2020 / MÉLIÈS D’ARGENT ................................ 65 X. CURTAS INTERNACIONAIS INTERNATIONAL SHORT FILMS ..........................................................74 XI. PROGRAMAÇÃO ESPECIAL: CURTAS EXPERIMENTAIS DE TERROR SPECIAL PROGRAMME: EXPERIMENTAL HORROR SHORT FILMS ...............................................................
    [Show full text]
  • BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Fenomena Film Bernuansa Hedonisme Di Indonesia Akhir-Akhir Ini Kita Sering Mendengar Kata
    BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Fenomena Film Bernuansa Hedonisme di Indonesia Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata hedonisme di kehidupan sehari-hari. Hedonisme adalah gaya hidup yang mengutamakan kesenangan. Banyak yang harus dikorbankan jika menerapkan gaya hidup hedon, seperti: finansial, energi, waktu, dan harga diri. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang juga menganut budaya hedonisme. “Bangunan-bangunan megah seperti candi-candi raksasa adalah bentuk hedonisme kala itu. Pesta dangdutan tiga hari tiga malam dengan budaya “nyawernya” masyarakat nelayan di pesisir Jawa juga bisa dikategorikan bentuk hedonisme. Beda hedonisme lokal zaman dulu dengan hedonisme modern yang kerap terlihat di Indonesia adalah seringnya terlihat fenomena seakan orang begitu “memujanya” menjadi gaya hidup yang dianggap dapat merefleksikan atau menjadi status simbol orang tersebut.” (https://lifestyle.sindonews.com/read/979104/160/indonesia-modern- hedonisme-1426820623/. Diakses pada 12 September 2017, pukul 16.30 WIB). Mulai masuk tahun 2000, banyak film yang muncul membuat nama Indonesia semakin membaik. Kemudian lahirnya banyak tema unik seperti tema religi, nasionalisme, feminisme, horor, gaya hidup hedonisme dan lain sebagainya. Narasi-narasi film dan sastra Indonesia tahun 2000 diisi dengan percampuran budaya global. Film-film budaya hedonisme yang berkembang di tahun 2000, seperti film Arisan di tahun 2003 hingga yang terbaru Moammar Emka’s Jakarta Undercover di tahun 2017. Rata- rata film berbicara tentang kehidupan percintaan LGBT, perempuan muda di Jakarta yang glamor, yang hura-hura bahkan terlihat hedon. Fenomena tersebut sebagai bagian dari budaya pop. Budaya yang memungkinkan untuk mengubah seseorang untuk menjadi satu karakter yang dibutuhkan oleh para penikmat budaya pop. Menurut Junaedi (2012:41) mudahnya ditemui dalam berbagai teks budaya populer produksi Hollywood.
    [Show full text]
  • W W W . E T R a N G E F E S T I V a L . C O M VINGT-SIXIÈME ÉDITION
    VINGT-SIXIÈME ÉDITION 2 > 13 SEPTEMBRE 2020 • FORUM DES IMAGES FORUM DES HALLES • 2 RUE DU CINÉMA • PARIS 1 RUCKERT B ARC M : Design www.etrangefestival.com ÉDITO 2020 Partenaires de L’Étrange Festival 2020 Lors de sa création L’Étrange festival eut la grandiloquence de s’autoproclamer « oasis cinématographique », sans autre sens que d’alerter toute spectatrice ou spectateur franchissant nos portes qu’un programme inédit, enchanteur ou particulier allait lui être offert. Près de trente ans plus tard, pendant que le monde s’agite et se débat afin d’atteindre un certain équilibre qu’il ne trouvera probablement jamais, la passion et la volonté de vous surprendre, de notre côté du miroir, est restée entière, comme au premier jour. Et cette vingt-sixième édition, conçue en plein cœur d’une tempête frénétique, rebattant les cartes comme jamais auparavant, nous a forcés à vous concocter le plateau cinématographique le plus goûtu du moment. Des toujours aussi tapageuses compétitions de courts et longs métrages aux cartes blanches de nos deux glorieuses invitées, en passant par les hommages, les si précieuses pépites, l’immanquable Retour de Flamme ou un enchanteur échantillon de ce qui se fait de mieux sur la planète Cinéma, tout ce qui fait l’alchimie de la manifestation depuis sa création se retrouve encore cette année comme attiré par un meilleur des mondes possible, où n’existe aucune frontière des genres, et où tout est permis. Bien sûr, un tel accès n’est pas simple et Dame Nature est là pour nous le rappeler. C’est ainsi qu’en page 81 de cette brochure, vous trouverez quelques indications précieuses sur la façon de circuler dans l’enceinte de la manifestation pendant ces douze journées passionnantes.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diera globalisasi saat ini kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua manusia, hal ini terjadi seiring dengan hadirnya beragam penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi. Dalam perkembangan komunikasi, media komunikasi merupakan sosok penting dalam menyebarkan informasi yang dibutuhkan kepada masyarakat luas. Dengan berkembangnya informasi saat ini membuat masyarakat menjadi mudah dalam melakukan pertukaran informasi di manapun dan kapanpun. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicati, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maskudnya adalah sama makna. (Effendy, 2007, 9). Sedangkan menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid dalam (Wiryanto, 2004, h. 6) menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi anatara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan melalui media pada sejumlah orang (Rakhmat, 2003, h. 188). Diera globalisasi saat ini komunikasi massa semakin berkembang dengan pesat seiring dengan majunya teknologi komunikasi dan infomasi, hal ini ditandai dengan ditemukan media komunikasi baru seperti televisi, radio, telepon, komputer, dan satelit yang menyebabkan penyebaran informasi menjadi semakin cepat. Media massa menjadi sebuah medium, tempat di mana proses komunikasi berlangsung. media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi secara massal dan dapat di akses oleh masyarakan secara luas (Tamburka, 2012, h. 13). Dengan adanya perkembangan media ini menjadikan satu individu dengan individu lainnya saling terhubung satu sama lain, bahkan hingga ke belahan bumi manapun dan pada saat itu pun terjadi pertukaran informasi melalui media cetak dan elektronik dengan waktu yang sangat cepat.
    [Show full text]
  • KATALOG STATE of EMERGENCY Einzelkarte € 9,50 SLASH Informationen Zu Möglichen Rabattier- Ungen Werden Zeitnah Zum Vorverkauf Auf Unserer Website Veröffentlicht
    17.-27.SEPTEMBER KATALOG STATE OF EMERGENCY Einzelkarte € 9,50 SLASH Informationen zu möglichen Rabattier- ungen werden zeitnah zum Vorverkauf auf unserer Website veröffentlicht. FILMFESTIVAL Eröffnung im Gartenbaukino € 12 Ob, wann und wo Tickets für die Eröffnung erhältlich sind, erfahrt ihr kurzfristig auf unserer Website 2020 und unseren Social-Media-Kanälen. Salon Kitty Revue € 20 Wir freuen uns auf ein gemeinsames SLASH 2020! Matinée der 1000 Messer € 25 Um die Gesundheit aller zu wahren, gibt es 4 Filme, 1 Ticket, und am Ende Pizza-Jause in Zeiten wie diesen spezielle Punkte zu beachten. sponsored by Domino’s. Zwischen den Filmen 5 Minuten Pause; MNS-Pflicht gilt in allen Kinos jederzeit außer für diese Vorstellungen sind keine Einzeltickets erhältlich. am Sitzplatz. Details zu den Maßnahmen finden sich immer aktuell auf www.slashfilmfestival.com und unseren Social-Media-Kanälen. Vorverkauf ab 11.09.2020, 17 Uhr. Karten erhältlich im Online-Vorverkauf auf www.slashfilmfestival.com, im Filmcasino und im GARTENBAUKINO Metro Kinokulturhaus. Ab 18.09. auch Ticketverkauf Parkring 12 1010 Wien im Schikaneder Kino (zu SLASH-Spielzeiten). +43 (0)1 526 59 47 18 Die Kassa öffnet während des Festivals in jedem METRO KINO Kino eine Stunde vor der ersten Vorstellung. Johannesgasse 4 Reservierungen sind nicht möglich. Ob, wann und 1010 Wien +43 (0)1 512 18 03 wo Tickets für die Eröffnung erhältlich sind, FILMCASINO erfahrt ihr kurzfristig auf unserer Website und Margaretenstr. 78 unseren Social-Media-Kanälen. 1050 Wien +43 (0)1 587 90 62 SCHIKANEDER Margaretenstr. 22–24 Trailer, Infos & mehr: slashfilmfestival.com 1040 Wien facebook.com/slashfilmfestival +43 (0)1 585 28 67 Instagram & Twitter: @slashfilmfest 4 5 SPECIAL TICKETING — COVID-19 All tickets are reserved seating; NO choice of seat.
    [Show full text]
  • Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya 2018
    KRITIK SOSIAL TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT URBAN KOTA JAKARTA DALAM FILM “SELAMAT PAGI, MALAM” KARYA LUCKY KUSWANDI SKRIPSI Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya “Almamater Wartawan Surabaya” untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : MEILISA DYAH SUGENG PUTRI NPM : 14.31.0108 KEKHUSUSAN : BROADCASTING SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN SURABAYA 2018 ABSTRAK Film Selamat Pagi, Malam merupakan film drama Indonesia yang disutradarai dan ditulis oleh Lucky Kuswandi. Penelitian ini berfokus pada kritik sosial terhadap perilaku masyarakat urban kota Jakarta dalam film Selamat Pagi, Malam. Masyarakat urban sendiri merupakan masyarakat perkotaan yang mengalami perubahan sikap yang disebabkan oleh faktor sosial budaya. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis model Norman Fairclough yang membedah pada dimensi teks, discourse practice, hingga sociocultural practice. Dengan memilih beberapa scene dan menganalisisnya menggunakan pisau bedah analisis wacana kritis Norman Fairclough, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam film Selamat Pagi, Malam terdapat fenomena- fenomena perilaku masyarakat urban kota Jakarta seperti: 1) perilaku eksistensi diri dalam media sosial maupun kehidupan sehari-hari; 2) perilaku phubbing yang lebih memilih menyibukkan diri dengan smartphonenya; 3) Gaya hidup konsumtif dalam fashion, teknologi dan olahraga; 4) Westernisasi, perilaku yang meniru masyarakat barat yang dapat melunturkan rasa nasionalisme; 5) Social climber pada masyarakat kalangan menengah kebawah; 6) Religiusitas yang mengatur norma-norma sering disepelehkan oleh masyarakat; 7) Kemiskinan, sex dan kehidupan malam dengan pergaulan bebas yang sering dilakukan oleh masyarakat urban kota Jakarta; 8) Penjahat kelamin dalam dunia maya yang masih sering dijumpai. Kata Kunci: Film, Kritik Sosial, Perilaku Masyarakat Urban Jakarta, Analisis Wacana. 1 ABSTRACT Selamat Pagi, Malam movie is an Indonesian drama film that directed and written by Lucky Kuswandi.
    [Show full text]
  • Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan 2020
    ANALISIS ISI PESAN MORAL FILM “GUNDALA”KARYA JOKO ANWAR SKRIPSI Oleh : GUNAWAN PRATAMA NPM 1603110167 Program Studi Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2020 1 2 3 4 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alaminn, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat tersusun hingga selesai. Salam dan shalawat tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahualaihiwassalam yang telah membawa kabar tentang ilmu pengetahuan kepada umatnya yang berguna untuk kehidupan didunia dan akhirat kelak. Skripsi merupakan salah satu syarat wajib untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Skripsi ini berisikan “Analisis Isi Pesan Moral Film “Gundala” Karya Joko Anwar”, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedikit kesulitan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa doa, usaha, bimbingan, dan juga arahan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta . Alm. Ikhsan SE dan Ibunda Sofia yang telah membesarkan, mendidik, memberi dukungan moral maupun materi, nasehat serta lantunan doa. Sehingga anakmu mampu menyelesaikan skripsi ini. i 2. Bapak Dr. Agussani, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 3. Bapak Puji Santoso, S.S.,M.SP selaku Dosen Pembimbing dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu membimbing, medidik, mendukung, dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Dr. Arifin Saleh, S.Sos.,MSP selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
    [Show full text]