Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 1

Dakwah Kultural Sunan Sendang Duwur Novita Siswayanti1

Abstrak Sunan Sendang Duwur salah seorang waliyullah yang peranannya disejajarkan dengan Walisongo dalam menyiarkan Islam di Tanah Jawa. Sunan Sendang berdakwah secara kultural mengakulturasikan budaya yang mentradisi di Desa Sendang Duwur dan menginternalisasikan nya dengan nilai-nilai Islam. Ajarannya tentang “mlakuho dalan kang benar, ilingo wong kang sak burimu” (berjalanlah di jalan yang benar, dan ingatlah pada orang yang ada di belakangmu) hingga kini masih relevan yang berakulturasi dengan budaya setempat adalah tradisi selametan dan sedekahan yang diisi dengan pembacaan tahlil dan bancaan. Selain itu Masjid Sendang Duwur yang arsitekturnya vulnavular Joglo dan berakulturasi dengan budaya Hindu Jawa juga merupakan jejak dakwah kultural Sunan Sendang Duwur. Dalam penelitian ini berupaya untuk mengkaji dakwah kultural Sunan Sendang Duwur yang penuh kedamaian di mana salah satu metode dakwahnya adalah tut wuri handayani lan tut wuri hangiseni. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan sejarah dengan melihat dan mengkaji seluruh aspek kehidupan sang tokoh. Dengan perspektif ini, diharapkan dapat diungkap keseluruhan sosok Sunan Sendang Duwur, mulai dari latar belakang keluarga, latar sosial, pendidikan, peranannya dalam dakwah kultural di Desa Sendang Duwur Paciran Lamongan yang hingga kini dakwahnya masih terimplimentasi dan diterapkan dalam kehidupan tradisi dan budaya masyarakat Sendang Duwur. Kata kunci: Dakwah Kultural, Sunan Sendang Duwur

Abstract Sunan Sendang Duwur one Waliyullah whose role is aligned with the broadcast Walisongo Islam in . Sunan Spring preaching culturally mengakulturasikan mentradisi culture in the village of Spring Duwur and internalize it with Islamic values. His doctrine of "mlakuho role in kang true, ilingo wong kang sak burimu" (walk on the right path, and remember the people who were behind) are still relevant acculturated to the local culture is a tradition selametan and sedekahan filled with readings tahlil and bancaan. Besides the mosque Spring Duwur whose architecture vulnavular Joglo and acculturated by Javanese Hindu culture is also a cultural propaganda trail Sunan Spring Duwur. In this study sought to examine the cultural propaganda Sunan Spring Duwur peaceful where one method of preaching is wuri Handayani lan tut tut wuri hangiseni.Metode in this study is a qualitative method approach by looking at the history and examines all aspects of the life of the hero. With this perspective, is expected to reveal the overall figure of Sunan Sendang Duwur, ranging from family background,social background,education, its role in preaching the cultural village Spring Duwur Paciran Lamongan, which till now his preaching had done implementation and applied in the life of the tradition and culture of the people Sendang Duwur. Key Words: Cultural Broadcast, Sunan Sendang Duwur

1 Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan.

2 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

A. Pendahuluan dengan nilai-nilai Islam. Para penyebar Islam pada awal menanamkan nilai-nilai agama Islam perkembangannya di Jawa disebut dalam pertunjukan wayang kulit yang dengan panggilan Sunan. Para Sunan diiringi , masyarakat bisa dikenal sebagai waliyullah pembangun memperoleh hikmah sekaligus tetap karakter bangsa yang berbudi pekerti menjaga kebudayaan asli Jawa. luhur mulia, lemah lembut, berjiwa Sedangkan sosial, pengayom dan tidak suka menggunakan alat musik Bonang yang disertai dengan tembang Jawa yang konfrontatif dalam berdakwah 4 menyebarluaskan agama Islam. Para syarat akan dakwah Islam Walisanga menyebarkan Islam Sunan menyebarluaskan Islam di Pulau Jawa dengan penuh kedamaian, mereka dengan cara damai, mereka berdakwah mengaplikasikan nilai-nilai Islam ke melalui empat cara, yaitu pertama, cara dalam bahasa yang mudah dimengerti pendekatan kepada masyarakat; kedua, dan dipahami oleh masyarakat tut wuri handayani lan tut wuri setempat. Mereka berdakwah secara hangiseni kepada masyarakat; ketiga, persuasif dan penuh kebijaksanaan mengubah atau menghilangkan secara menyesuaikan diri dengan alam pikiran perlahan-lahan yang tidak sesuai serta adat kebiasaan yang berlaku, dengan Islam dan keempat, mengakulturasikan antara nilai-nilai menghindarkan cara keras dalam Islam dengan budaya setempat.2 menyiarkan Agama Islam dengan prinsip mengambil ikan tanpa Para Sunan penyebar Islam pandai 5 memilih dan menentukan hari-hari mengeruhkan airnya. khusus kegiatan upacara ataupun Sunan Sendang Duwur salah selamatan yang pada dasarnya masih seorang Waliyullah yang memiliki bersifat Hinduisme. Kemudian upacara karamah dan kemuliaan yang tersebut diisi dengan nilai-nilai Islam peranannya disejajarkan dengan sehingga masyarakat menjadi gembira Walisongo dalam menyiarkan Islam di dan semakin mendekat. Cerita-cerita Tanah Jawa. Sunan Sendang Duwur wayang kulit yang ada dimasuki unsur- yang memiliki nama asli Raden Noer unsur Islam, sehingga dalam sasaran Rahmat seorang ulama kharismatik dakwah menyampaikan materi Al- yang dihormati keturunan blasteran Qur’an dan Hadis dapat diserap dan Baghdad dan Jawa Timur. Ia seorang pemuda murid Sunan Drajat penebar diterima dengan enak dan efektif oleh masyarakat melalui media wayang kulit kedamaian di Bukit Amitunon yang taat 3 beribadah, sakti, dan berperan penting tersebut. Seperti halnya strategi dakwah yang dalam menyebarkan dakwah Islam di diterapkan oleh Walisongo khususnya Lamongan. maupun Sunan Kalijaga Sunan Sendang Duwur seorang yang menyiarkan Islam tidak secara Sunan yang bersahabat, ramah, dan puritan tetapi sinkretisme familiar dengan alam dan tradisi mengakulturasikan tradisi-budaya Hindu masyarakat sekitarnya. Ayahnya Syeh Abdul Qahar bin Abdul Malik seorang

2 alim ulama dari Negeri Baghdad dan Nursaid, Jejak Perjuangan Sunan Kudus dan ibunya Dewi Sukarsih puteri Membangun Karakter Bangsa, (Bandung: Brillian Media Utama, 2012), h. 67. 3 Achmad Chambali, Perjuangan Wali Songo, 4 Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (: Kalindo Citra Selaras, 1996), h. (Yogyakarta: Gama Media, 2002), h. 278-279. 28-29. 5 Chambali, Perjuangan Wali Songo, h. 94-95. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 3

Tumenggeng Sedayu Gresik. Sunan kepada Sang Maha Pencipta dan Sendang Duwur yang bernama asli menjalin silaturahmi persaudaraan antar Raden Noer Rahmat seorang pemuda sesama manusia. Hingga kini salah satu yang taat beribadah kepada Allah. Ia ajaran Sunan Sendang yang masih juga patuh dan taat kepada ibundanya, relevan dan terlestari adalah “mlakuho Sehari-hari Raden Noer Rahmat dalan kang benar, ilingo wong kang sak bercocok tanam, berkebun dan beternak. burimu” (berjalanlah di jalan yang Ia dikenal sebagai pemuda yang ramah benar, dan ingatlah pada orang yang dan santun, sehingga orang-orang ada di belakangmu). Ajaran sunan ini simpatik dan senang berkomunikasi menghimbau pada seseorang agar dengannya. berjalan di jalan yang benar dan kalau Sunan Sendang Duwur berdakwah sudah mendapat kenikmatan, jangan menyebarkan Islam di Tanah Jawa lupa sedekah.7 melalui pendekatan persuasif kepada Dakwahnya mendekatkan diri masyarakat. Berinteraksi dengan dengan kepada masyarakat dengan penuh bijaksana, menyesuaikan dirinya menggunakan simbol-simbol tradisi dan dengan tradisi masyarakat setempat dan kepercayaan hingga sekarang masih menginternalisasikan tradisi yang ada tampak terlihat dan terlestari di Desa dengan nilai-nilai Islam. Dengan Sendang Duwur. Konstruksi bangunan keahlian dan kecakapannya di bidang masjid Sendang Duwur yang berdiri pertanian, Sunan Sendang kokoh di Bukit Amtunon memperkenalkan Islam sebagai ajaran mengisyaratkan akulturasi gaya rahmatan lil-alamin, cinta damai, penuh arsitektur Hindu-Islam. Selain itu kasih sayang dan tidak memaksa. Ia masyarakat sekitar hingga kini tetap berdakwah dengan konstruktif tanpa melaksanakan tradisi bancaan, kekerasan, mengajak kepada kebaikan, sekatenan, ruwatan, shalawatan, mem budayakan nilai-nilai Islam sejalan tahlilan, dan haulan Sunan Sendang dengan tradisi sepanjang tidak Duwur maupun peringatan hari-hari bertentangan dengan syariat. Sehingga besar Islam yang diisi dengan nuansa dengan demikian Islam mudah diterima Islami.8 tanpa menimbulkan pergolakan atau Jejak dakwah kultural Sunan kekacauan.6 Sendang Duwur yang berakulturasi Sunan Sendang berdakwah dengan dengan budaya dan tradisi setempat pendekatan kultural mengamati nilai- dengan cara damai menarik untuk dikaji nilai budaya masyarakat setempat dan dan ditelaah. Hingga kini jejak mengadopsi nilai-nilai tersebut sebagai dakwahnya pun masih terlestari di Desa media dakwah, yang kemudian Sendang Duwur. Oleh karena itu artikel memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam ini akan mengkaji lebih detail tentang bentuk budaya yang mentradisi di Desa bagaimana dakwah kultural Sunan Sendang Duwur Paciran Lamongan. Sendang Duwur di Lamongan. Kesuksesan dakwah Sunan Sendang melalui pendekatan kultural Sunan Sendang berdakwah dengan mengikuti tradisi masyarakat yang gemar mengadakan selamatan/kendurian sebagai perwujudan doa dan rasa syukur 7 Wawancara dengan Masrur Hasan tanggal 25- 31 Mei 2015 di Sendang Duwur. 6 Wawancara dengan Anshory tanggal 25-31 8 Wawancara dengan Ali Qasim tanggal 25-31 Mei 2015 di Sendang Duwur. Mei 2015 di Sendang Duwur.

4 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Rumusan Masalah Sunan Sendang Duwur tidak bisa Berdasarkan uraian permasalahan dilepaskan dari kisah dakwah Sunan kajian di atas, sebagai inti dari kajian ini Drajat sebagai gurunya. Secara umum, adalah bagaimana Dakwah Kultural kajian-kajian tersebut bersifat parsial- Sunan Sendang Duwur dan relevansinya individual, parsial-tematik, parsial- pada zaman sekarang. Oleh karena itu spasial maupun parsial-temporal. Ada agar pembahasan dan kajian ini lebih beberapa informasi yang diperoleh yaitu terarah, maka objek kajian difokuskan dalam bentuk penelitian karya Prof. pada hal-hal berikut ini, yaitu: Uka Tjandrasasmita yang berjudul 1. Mengetahui dan mengenal profil dan Islamic Antiquities of Sendang Duwur (1984) Jakarta: PT. Guruh Kemarau latar belakang historis sosio-kultural Sunan Sendang Duwur. Sakti; Tulisan karya Masrur Hasan 2. Memaparkan metode dakwah berjudul Gunaning Sariro Tirto Hayu kultural yang dilaksanakan oleh Biografi R. Noer Rahmat Sunan Sunan Sendang Duwur dan Sendang; Sejarah Sunan Drajat Dalam implikasinya pada masa sekarang. Jaringan Masuknya Islam di Nusantara (2012) Lamongan: Badan Perpustakaan Tujuan dan Signifikansi Penelitian dan Arsip Daerah; Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka; Agama Jawa Melalui kajian dakwah kultural (2012), Yogya: Lembu Jawa; Sejarah Sunan Sendang Duwur dan Walisongo (2007) Yogya: Graha relevansinya dengan masa sekarang, Pustaka. maka diharapkan dapat: Secara garis besar Informasi 1. Mendeskripsikan profil dan latar tentang Biografi Sunan Sendang masih belakang historis sosio-kultural terbatas di kalangan keluarga maupun Sunan Sendang Duwur. Sejarah Sunan Drajat yang perjalanan 2. Mengungkapkan metode dakwah dakwahnya tidak terlepas dari kehidupan kultural yang dilaksanakan oleh gurunya Sunan Drajat. Masrur Hasan Sunan Sendang Duwur dan dalam tulisannya memaparkan secara implikasinya pada masa sekarang. ringkas mengenai asal-usul R. Noer 3. Mengungkapkan kontribusi dan Rahmat, kepribadiannya, pertemuannya relevansi dakwah kultural Sunan dengan Sunan Drajat gurunya sampai Sendang Duwur pada masa sekarang diberikan gelar Sunan Sendang, dan di masyaraka dalam memberikan perjalanannya memindahkan Masjid pengaruh baik sekarang maupun Mantingan ke Sendang Duwur. tidak langsung dalam membentuk Sedangkan buku Sejarah Sunan Drajat mainstream dakwah kultural di menceritakan secara sekilas perjumpaan Indonesia. Sunan Drajat dengan R. Noer Rahmat dan kekagumannya terhadap Kajian Kepustakaan kepribadian Sunan Sendang Duwur Secara umum kajian epistimologis sehingga menyarankannya untuk tentang dakwah kultural Sunan Sendang mengikuti sayembara memindahkan Duwur yang menyangkut riwayat hidup Masjid Mantingan ke Sendang Duwur secara dekriptif maupun kajian-kajian yang nantinya dijadikan sebagai pusat yang bersifat networking analisis baik dakwah dan penyiaran Islam Sunan dari aspek transformasi keilmuwan Sendang Duwur. maupun guru-murid belum banyak Dakwah Kultural Sunan Sendang dilakukan. Namun demikian sosok Duwur di Jawa berkaitan erat dengan Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 5

tradisi dan budaya Jawa di mana Sunan dan sumber lain yang berhubungan Sendang dibesarkan dan berinteraksi dengan penelitian ini dan data sekunder dalam menyiarkan Islam. Selain itu juga yang diperoleh melalui observasi dan peran Sunan Sendang tidak dapat wawancara langsung kepada keluarga, dipisahkan dengan sejarah kehidupan tokoh masyarakat, dan tokoh agama dakwah para walisongo di Tanah Jawa. terkait latar belakang sosio-kultural dan Oleh karena itu untuk melengkapi data pengaruh peran dakwah kultural Sunan dan informasi terkait dakwah kultural Sendang Duwur dalam kehidupan dan Sunan Sendang, maka diperlukan praktik keagamaan masyarakat. referensi dan kajian pustaka berkaitan Sedangkan pendekatan dalam dengan Sejarah Perjalanan Dakwah penelitian dan penulisan Dakwah Walisongo, Kebudayaan Jawa, Tradisi Kultural Sunan Sendang Duwur adalah dan Budaya Jawa. Pemikiran Dakwah dengan menggunakan pendekatan Sunan Sendang yang mengutamakan sejarah dengan melihat dan mengkaji sedekahan dan selamatan berkaitan erat seluruh aspek kehidupan sang tokoh. dengan budaya dan tradisi lokal Jawa. Dengan perspektif ini, diharapkan dapat Dimana dalam dakwahnya Sunan diungkap keseluruhan sosok Sunan Sendang mengakulturasikan dan Sendang Duwur, mulai dari latar menginternalisasikan budaya Jawa belakang keluarga, latar sosial, tersebut dengan nilai-nilai Islam, pendidikan, perannya dalam kegiatan sehingga dakwah itu memberikan dakwah dan pendidikan, corak kedamaian dan ketentraman bagi pemikiran dan karya-karya umatnya. keagamaannya, kitab-kitab dan tokoh yang mempengaruhinya, warisan Metodologi Penelitian kelembagaan, pengaruh pemikirannya Metodologi yang dipergunakan bagi masyarakat, guru-gurunya, murid- dalam kajian ini adalah penelitian muridnya, dan lain sebagainya. kualitatif yang bertujuan untuk memahami profil dan peran tokoh B. Pembahasan dalam hal ini Sunan Sendang Duwur. Dalam konteks sosial kehidupannya ia Profil dan Latar Belakang Historis sebagai seorang Sunan yang Sosio Kultural Sunan Sendang Duwur menyebarkan Islam dengan dakwah Sunan Sendang Duwur lahir pada kultural yang mengakulturasikan tradisi tahun 1442 Saka/ 1520 Masehi di Desa dan budaya Jawa (dalam pengaruh Sedayu Lawas Kecamatan Brondong Hindu-Budha) dan Gresik. Sunan Sendang Duwur menginternalisasikannya dengan nilai- memiliki nama asli Raden Noer Rahmat nilai Islam. Dalam kajian ini peneliti keturunan Bagdad-Jawa Timur. mengedepankan proses interaksi Ayahnya Syeh Abdul Qahar bin Abdul komunikasi yang mendalam antara 9 Malik seorang alim ulama dari Negeri peneliti dengan fenomena yang diteliti Baghdad yang diangkat anak oleh Adapun sumber data dalam kajian Tumenggeng Sedayu Gresik ini diperoleh dari data primer melalui Djojosasmitro. Ibundanya Dewi Sukarsih dokumen atau bahan bacaan, naskah, putera Tumenggeng Djojosasmitro.10

9 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian 10 Masrur Hasan, Sejarah Singkat Waliyullah R. Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta: Noer Rahmat Sunan Sendang, (Sendang Salemba Humanika, 2010), h. 9. Duwur Lamongan, 1994), h. 3.

6 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Sejak ayahnya meninggal dalam bagaimana cara bercocok tanam dan peperangan melawan Indro Suwarno beternak yang baik. Raja dari Kerajaan Sambas, Raden Noer Untuk pengairan sawah, kebun, Rahmat bersama ibundanya pindah dari minum binatang ternak dan kehidupan Sedayu menuju ke Dukuh Tunon. Dukuh lainnya Raden Noer Rahmat membuat Tunon hutan rimba yang lebat dengan sumur. Sumur tersebut sebagai sumber pepohonan dijadikan tempat tinggal dan mata air yang memberikan manfaat dan perkampungan oleh Raden Noer Rahmat kehidupan bagi lingkungan dan dan keluarga nya. Ia tinggal bersama masyarakat sekitar. Namun ada suatu ibundanya dengan penuh keprihatinan keajaiban terjadi binatang yang dan usaha sungguh-sungguh membuka mengkonsumsi air tersebut, jadi kebal lahan pertanian dan perkebunan pohon badannya tidak dapat disembelih. tebu, siwalan, dan wilus. Sehingga Demikian juga timba yang terbuat dari lambat laun hutan tunon menjadi daerah daun siwalan dan lontar yang biasa yang subur dan pemukiman penduduk dipakai untuk menimba tidak mempan yang diberi nama Kampung Suto dan ditusuk senjata. Melihat kejadian itu Kampung Lebak. Kedua kampung baru Raden Noer Rahmat sedih dan menutup yang berada di Desa Sendang Duwur itu sumur itu dan memberikan nama pada mendatangkan kemakmuran dan sumur itu sumur jangkang.12 kedamaian.11 Raden Noer Rahmat dikenal sebagai Raden Noer Rahmat seorang pemuda yang ramah dan santun, pemuda yang taat beribadah kepada sehingga orang-orang simpatik dan Allah.Ia juga patuh dan taat kepada senang berkomunikasi dengannya. ibundanya, tidak pernah menyakiti atau Raden Noer Rahmat memberikan suri menyusahkan ibundanya Dewi tauladan yang baik dengan Sukarsih. Raden Noer Rahmat rajin menunjukkan perilaku yang mulia, mempergunakan waktunya untuk hal- bertata krama yang baik dan sopan. Ia hal yang bermanfaat. Ia berprinsip jika juga membiasakan sedekah memberi sedang beribadah kepada Allah, maka kepada orang yang membutuhkan seakan-akan ia akan mati besok, tetapi pertolongan Ia berprinsip agar senantiasa jika sedang bekerja seakan-akan bakal “mlakuho dalan kang benar, ilingo hidup selama-lamanya. wong kang sak burimu” (berjalanlah di Sehari-hari Raden Noer Rahmat jalan yang benar dan ingatlah pada orang bercocok tanam dan berkebun yang yang ada di belakangmu).13 kemudian hasil panennya dijualnya ke Nama Raden Noer Rahmat semakin pasar. Selain itu ia juga pandai beternak, hari semakin terkenal. Namanya dikenal hewan ternaknya gemuk-gemuk dan bukan karena keramahtamahannya dan sehat-sehat yang digunakan untuk keahliannya bercocok tanam dan membajak sawah dan disembelih untuk beternak, tetapi lebih dikenal karena ilmu santapan makanan. Berkat kepandaian dan kesaktiannya. Berita tentang dan kecakapannya merawat tanaman, kepandaian dan kesaktian Raden Noer tanamannya tumbuh subur dan berbuah Rahmat terdengar sampai ke Sunan lebat. Sehingga warga sekitarnya jatuh Drajat. Sehingga Sunan Drajat datang hati kepadanya dan banyak bertanya dan mengunjungi Raden Noer Rahmat belajar kepada Raden Noer Rahmat 12 Wawancara dengan Saifulloh tanggal 25-31 Mei 2015 di Sendang Duwur. 11 Hasan, Sejarah Singkat Waliyullah R. Noer 13 Wawancara dengan Masrur Hasan tanggal 25- Rahmat Sunan Sendang, h. 6-7. 31 Mei 2015 di Sendang Duwur. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 7

untuk membuktikan sendiri berita-berita masjid miliknya. Mbok Randa menolak yang didengarnya. masjidnya dibeli, tetapi Sunan Sendang Ketika tiba di Dukuh Tumon, harus memindahkan sendiri masjid Sunan Drajat merasa haus dan berjumpa tersebut ke tempatnya tanpa bantuan dengan Raden Noer Rahmat. Setelah orang lain. Mengetahui hal itu Sunan meminta izin dari pemilik pohon, ia Sendang bertirakat dan berdoa kepada memilih pohon siwalan yang besar dan Allah supaya ia bisa mempunyai masjid banyak buahnya, lalu ditepuk tiga kali. sebagai pusat penyiaran Islam di Desa Seketika itu buah siwalan dan legen Sendang Duwur. Akhirnya setelah 40 yang ada di atas pohon berjatuhan hari berdoa dengan ketawakalan kepada semua tanpa tersisa satu pun. Melihat Allah, ia memperoleh petunjuk. Ia kejadian itu, Raden Noer Rahmat menghentak kakinya tiga kali ke tanah, mengingatkan Sunan Drajat bahwa cara kemudian masjid Mantingan bergerak seperti itu menjadikan pohon rusak dan ke atas dan pindah sendiri ke Desa buah-buah yang belum masak pun akan Sendang Duwur di atas Bukit mati. Kemudian Raden Noer Rahmat Amitunon. Keberadaan masjid yang memilih pohon yang sama besarnya dan muncul tiba-tiba tanpa ada seorang pun diusapnya tiga kali. Dengan izin Allah yang mengetahuinya disebut Masjid pohon siwalan itu melengkung ke Tiban/Masjid Sendang Duwur oleh hadapan Sunan Drajat, kemudian masyarakat 15 dipersilakan untuk mengambil sendiri Masjid Sendang Duwur ramai buah siwalan yang diinginkanya. dikunjungi oleh masyarakat sekitar yang Menyaksikan kehebatan dan menunaikan ibadah shalat. Sunan karamah yang dimiliki oleh Raden Noer Sendang Duwur memulai dakwahnya Rahmat, Sunan Drajat tertegun dan menyiarkan Islam di masjid dengan kagum terhadap kesaktian Raden Noer membiasakan wirid berjamaah setelah Rahmat dan memberi gelar SUNAN shalat dan mengajak para jamaahnya SENDANG DRAJAT kepada Raden untuk banyak-banyak membaca shalawat Noer Rahmat. Tempat pertemuan Sunan atas Nabi Muhammad. Selain itu Sunan Drajat dengan Sunan Sendang dinamai Sendang Duwur juga tetap menjaga tanah Semenggah. Sebab ketika melihat tradisi masyarakat yang gemar kesaktian Raden Noer Rahmat, napas mengadakan selamatan atau kenduri Sunan Drajat terengah-engah. Sejak dengan menginternalisasikan nilai-nilai pertemuan itu hubungan keduanya Islam. Masyarakat yang memberikan semakin akrab layaknya sebagai guru persembahan ke tempat-tempat keramat dan murid.14 atau makam diluruskan akidahnya dan Setelah mendapat gelar Sunan diberikan pemahaman tentang makna Sendang Duwur, Raden Noer Rahmat di Ketuhanan beribadah kepada Allah perintahkan oleh Sunan Drajad Tuhan Sang Maha Pencipta. mendirikan masjid dan pergi ke Mantingan Jepara, Jawa Tengah untuk Metode Dakwah Kultural Sunan menemui Mbok Randa Mantingan Sendang Duwur dan Implikasinya (Nyai Ratu Kalinyamat) untuk membeli Pada Masa Sekarang

14 Roeslan Abdul Gani, Sejarah Sunan Drajat 1. Dakwah dengan Pendekatan Dalam Jaringan Masuknya Islam di Nusantara, (Lamongan: Badan Perpustakaan 15 Nursalim, Nlusuri Makam Kuna ing Sendang dan Arsip Daerah Kabupaten Lamongan, Duwur, (Jawa Timur: Penebar Semangat, 2012), h. 87-88. 1995), h. 1.

8 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Sunan Sendang Duwur sejak kecil bekreasi dan berkarya menggambar sudah hidup bermasyarakat. Ia batik dengan berbagai corak baik itu membuka Dukuh Tunon menjadi lahan gambar alam, tumbuhan, langit, maupun bercocok tanam dan beternak bersama binatang. Namun demikian Sunan masyarakat. Ia bersahabat dengan Sendang mengarahkan dan ketulusan dan kejujuran kepada membimbing para pembatik agar setiap siapapun tanpa memandang kaya- kali melukis batik dengan corak miskin ataupun tua muda. Ia bersikap binatang hendaknya dipadukan dengan ramah, peduli, dan siap menolong corak bunga-bunga, sulur akar pohon terhadap setiap kesulitan ataupun keluh atau tumbuhan sehingga tidak terlihat kesah masyarakat. Masyarakat percaya jelas bentuk gambar binatangnya. kepadanya dan mengadukan segala Corak dan warna batik Sendang persoalannya kepada Sunan untuk Duwur khas menginspirasikan memintakan solusi dan nasehat darinya. pemikiran dan pengalaman Sunan Seperti halnya saat Bukit Amitunon Sendang yang menyatu dengan alam ditimpa kemarau panjang dan yang gemar bercocok tanam, cinta kekeringan Masyarakat Sendang Duwur kepada tumbuh-tumbuhan dan akrab panik karena sawah-kebun kering dan dengan struktur tanah. Warna dan motif binatang ternak kehausan. Untuk batik tradisional mengandung nilai mengatasi hal tersebut, mereka yang magis dan bermakna simbolis serta memiliki adat kebiasaan dan menunjuk status si pengguna busana kepercayaan menaruh sesajian sebagai batik. Motif-motif batik Sendang persembahan kepada Sang Hyang Duwur tergolong pada motif non- Widhi supaya dipenuhi segala geometris-florish, dan yang menjadi ciri permohonan dan terhindar dari musibah. khas motif batik Sendang antara lain Mengetahui hal itu Sunan Sendang Modang, Byur, dan Patinan. Tiga melakukan pendekatan secara perlahan- warna yang menghiasi motif dan corak lahan kepada mereka untuk berdoa dan batik tulis Sendang Duwur shalat bersama-sama kepada Allah melambangkan tiga alam yang dilalui supaya turun hujan. Kemudian keajaiban manusia dalam menghadap Tuhannya, terjadi muncullah sumur Sumber yaitu warna putih sebagai alam Garba Wangun/Sumur Giling di selatan masjid (kandungan), warna merah untuk alam yang di manfaatkan sebagai sumber Fana (dunia) dan warna hitam sebagai mata air bagi segala keperluan di alam Baka (akherat).17 Sendang Duwur. 16 Jiwa Seni Sunan Sendang juga melahirkan seni terbang jidor khas 2. Dakwah dengan Seni Sendang Duwur Lamongan yang Sunan Sendang Duwur seorang diiringi dengan bacaan Shalawat Nabi seniman yang memperhatikan nilai-nilai SAW dan barzanji berlanggam Jawa. seni dalam corak batik tulis yang Terbang Jidor alat musik tradisional dilukiskan secara tradisional pada kain berasal dari Timur Tengah yang oleh para pengrajin batik Sendang berkolaborasi dengan berbagai jenis alat Duwur. Sunan Sendang memberikan musik kendang, terbang, gambang, dan kebebasan kepada pengrajin batik untuk horjen. Seni terbang jidor dimainkan secara berkelompok berjumlah 12 orang laki-laki yang dipimpin oleh seorang 16 Rasiyo, Peninggalan Makam-Makam di Jawa Timur, (Jawa Timur: Dinas Pendidikan dan 17 Wawancara dengan Indah tanggal 25-31 Mei Kebudayaan Jawa Timur, 2003), h. 15. 2015 di Sendang Duwur. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 9

pembaca shalawat. Hingga sekarang kepada Allah saat mendapatkan Seni terbang jidor biasanya dipentaskan musibah hama atau gagal panen. Ia pada acara Hari-hari Besar Islam memberi nasihat dengan kata-kata yang khususnya Maulid Nabi sebagai refleksi masuk ke dalam kalbu dengan penuh untuk menumbuhkan rasa cinta kepada kasih sayang dan kelembutan.20 Rasulullah dan meneladani akhlak Sunan Sendang mengajak kepada Rasulullah. 18 masyarakat untuk bersuci, mencuci tangan membersihkan badan, pakaian 3. Dakwah bil Hikmah dan tempat dari segala kotoran. Ia Sunan Sendang Duwur menyiarkan mengajarkan pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat dalam kehidupan Islam ke Jawa Timur dengan bijaksana dan nasihat yang baik sesuai dengan sehari-hari sehingga menjadikan jiwa ajaran Al-Qur’an dalam Surah an- dan pikiran sehat dan nyaman. Sunan Nahl/16/125: “Serulah manusia kepada Sendang mengajak kepada masyarakat jalan Tuhanmu dengan hikmah dan untuk membiasakan diri mengucapkan pengajaran yang baik dan berdebatlah kalimat Thoyyibah ‘La ila ha illallah’ dengan mereka dengan cara yang dan Shalawat Nabi SAW yang dapat baik.” mendekatkan diri pembacanya kepada Sunan Sendang Duwur mengajak Sang Maha Pencipta dan mereka akan mendapatkan syafaat dan kemudahan umatnya untuk mengenal Islam melalui 21 keahlian dan kecakapannya di bidang dalam segala urusan. pertanian dan perkebunan. Ia seorang petani yang ahli dalam bercocok tanam 4. Dakwah dengan Keteladanan dan juga menggembala binatang ternak. Sunan Sendang Duwur dikenal Ia menguasai cara pengolahan lahan seorang ulama yang santun dan budi yang gembur dengan teknik pengairan pekerti luhur. Ia memberikan contoh yang tepat dan cukup air, pembenihan dan tauladan melalui sikap dan dan penaburan bibit yang unggul hingga perilakunya yang diikuti dan ditiru oleh masa penyemaian. Tanamannya tumbuh masyarakat sekitarnya. Masyarakat subur, lebat dan hasil panennya pun mengamati dan meniru kreatifitas Sunan bagus menarik perhatian masyarakat Sendang dalam bekerja, kecakapannya sekitarnya untuk mendekatinya dan dalam penguasaan ilmu agama maupun berguru kepadanya.19 pertanian, serta perilakunya yang penuh Di sela-sela aktivitasnya bertani, dengan toleran dan pengertian dalam Sunan Sendang menyelipkan pesan- berinteraksi. Masyarakat menjadikan pesan dakwah kepada masyarakat yang Sunan Sendang sebagai figur sekaligus belum mengenal Islam. Ia menanamkan model yang diteladani yang banyak akidah melalui rasa cinta kasih kepada memberikan inspirasi dan solusi dalam tanaman dan binatang ternak sebagai setiap permasalahan. ciptaan Allah. Ia menumbuhkan rasa Sunan Sendang berdakwah syukur kepada Allah dengan merawat mengajak untuk shalat pun melalui dan memelihara tanaman dengan baik. contoh yang ditiru dan diikuti oleh Ia mengajarkan doa dan permohonan masyarakat. Di saat sedang mengelola

18 Wawancara dengan Saifulloh tanggal 25-31 Mei 2015 di Sendang Duwur. 20 Wawancara dengan Masrur Hasan tanggal 25- 19 Hasan Masrur, Gunaning Sariro Tirto Hayu: 31 Mei 2015 di Sendang Duwur. Biografi R. Noer Rahmat Sunan Sendang, 21 Wawancara dengan Salim Azhar tanggal 25- (Sendang Duwur Lamongan), h. 11. 31 Mei 2015 di Sendang Duwur.

10 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

pertanian di sawah masuk waktu shalat baik, wajahnya pun akan terpancar zuhur, Sunan Sendang mencari air cahaya kecantikan dan kejernihan. bersih untuk berwudhu dan kemudian Dengan jiwa yang bersih maka ia kan menjalankan shalat. Masyarakat menunjukkan jati dirinya sendiri, menyaksikan apa yang diperbuatnya mengenal Tuhannya, untuk apa dan bertanya apa yang dilakukannya. diciptakan di dunia ini dan jiwanya Kemudian Sunan Sendang menjelaskan akan marifatullah. Manusia yang rajin mengenai makna dan tujuan dari wudhu beribadah karena dan menyibukkan dan shalat yang dilakukannya. Sunan dirinya menyiarkan Islam berperilaku Sendang memberikan pemahaman dan luhur dan mulia, maka Allah akan keyakinan kepada masyarakat bahwa menjadikan orang tersebut mulia di sisi shalat adalah salah satu bentuk sembah Allah.24 dan komunikasi manusia dengan Sang Sunan Sendang memberikan Hyang Widhi. Sehingga lambat laun pendidikan dan penanaman budi pekerti masyarakat memahami, mengikuti dan yang luhur kepada anak-anak yang akhirnya menunaikan shalat.22 senang berkumpul dan bermain di Melalui keteladanan Sunan rumahnya. Ia mengajarkan kesopanan Sendang mengaplikasikan pentingnya dan tata karma kepada mereka untuk menjaga dan memelihara kebersihan. tidak sombong, menghormati orang yang Hal ini ia tunjukkan dengan lebih tua dan menyayangi yang lebih membiasakan diri meludah pada satu kecil. Ia akan menegur dan tempat khusus tidak di sembarang mengingatkan mereka di kala tempat. Hal ini dimaksudkan agar tidak berperilaku tidak sopan kepada yang menyebarkan kuman-kuman penyakit lebih tua. Seperti halnya ada seorang dan lingkungan tetap bersih. Hingga penunggang kuda yang menyombongkan sekarang tempat meludah Sunan diri tanpa sebab mencambuk salah Sendang terus-menerus muncul air yang seorang anak yang ada di Desa Sendang. tidak pernah kering dan dinamakan Anehnya badan anak itu kebal dan tidak Sumur Paidon. Lubang air kecil Sumur terluka sama sekali. Anak itu bangga dan Paidon berada di dekat pintu gapura mengejek laki-laki sombong itu. masuk ke makam Sunan Sendang. Mengetahui hal itu Sunan Sendang Masyarakat meyakini sumur paidon mengingatkan mereka bahwa prilaku memiliki keistimewaan bagi siapa yang sombong adalah perbuatan yang tidak mengonsumsi air itu, maka akan awet baik. 25 muda dan terjauh dari segala macam penyakit. 23 6. Dakwah dengan Tut Wuri Handayani dan Tut Wuri Hangiseni 5. Dakwah dengan Menanamkan Budi Sunan Sendang berdakwah dengan Pekerti Luhur cara tut wuri handayani mengikuti dari Sunan Sendang mengajarkan belakang terhadap kelakuan dan adat prinsip Sarino Tirto Hayu pada badan masyarakat dengan tetap memberikan yang suci dan bersih dari kemaksiatan, pengaruh sedikit demi sedikit dan cara terpancar budi pekertinya mulia dan 24 Masrur, Gunaning Sariro Tirto Hayu: Biografi R. Noer Rahmat Sunan Sendang, 22 Wawancara dengan Salim Azhar tanggal 25- h. 23-24. 31 Mei 2015 di Sendang Duwur. 25 Masrur, Gunaning Sariro Tirto Hayu: 23 Wawancara dengan Syuaib tanggal 25-31 Mei Biografi R. Noer Rahmat Sunan Sendang, 2015 di Sendang Duwur. h. 8-9. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 11

tut wuri hangiseni mengikuti dari meletakkan sesaji di lereng gunung, belakang sambil mengisi ajaran Agama menabur bunga di kuburan, atau Islam. Sunan Sendang menjaga perasaan membakar kemenyan dekat pohon besar masyarakat dengan menjaga tradisi yang diyakini tempat sakral dan mereka, kemudian meluruskan budaya memiliki kekuatan gaib. 28 Dalam tersebut dengan cara membiarkan tradisi masyarakat agraris jika akan bentuk (cassing) budaya pada jalan menanam atau memetik padi setelah yang lebih tepat bukan menghilangkan panen, menyiapkan sesaji di rumah atau secara totalitas, Sunan Sendang sawah. Sesaji diwujudkan dalam bentuk berdakwah dengan metode manut guru bakal atau mentahan dan guru dadi ilining banyu membiarkan adat istiadat atau masak yang diletakkan pada posisi tetap hidup, tetapi diberi warna ruang yang dianggap sakral. Mereka keislaman.26 juga menaruh sesaji di jalan agar hilang Sunan Sendang berada di segala keresahan dan kegalauan. lingkungan masyarakat Jawa yang erat Untuk menyikapi hal tersebut, dengan tradisi dan kepercayaan Hindu- maka Sunan Sendang menggunakan Budha yang tidak dapat dipisahkan metode tut wuri handayani lan tut wuri dengan dunia religius magis-mistik. hangiseni. Ia tidak melakukan Mereka manembah menggunakan pelarangan atau perlawanan frontal, kekuatan gaib untuk kepentingan melainkan mengarahkan adat istiadat duniawi dan spiritual. Dalam ajaran mereka kepada agama tauhid dan Kejawen manembah berarti memberinya warna Islam. Sunan menghormati dan memuja kepada Sendang secara perlahan-lahan meng Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud adakan perubahan terhadap cara kebaktian dan komunikasi kepada-Nya pemujaan dan mengisinya dengan nilai- agar selalu diberi kesadaran dan nilai Islam. Cara samadi sebagai puji kekuatan dapat terbebas dari belenggu mengheningkan cipta dengan tujuan duniawi yang selalu mengajak kepada untuk mencari sasmita dan petunjuk nafsu. Mereka mengeskpresikan diubah dengan cara menunaikan shalat penyembahan kepada Sang Hyang atau sembahyang. Bagi mereka yang Widhy dengan samadi dan upacara mencari ketenangan batin dengan ritual pemujaan terhadap sesuatu yang sasmita atau samadi berdonga kepada dianggap sakral. Upacara ritual makhluk-makhluk gaib di goa, atau tepi pemujaan diwujudkan dengan sesaji, pantai, diarahkan oleh Sunan Sendang pembacaan mantra-mantra dan kehadiran untuk melakukan shalat dan berzikir di dukun sebagai pemimpin upacara yang Masjid Sendang. Berzikir sebagai media dianggap memiliki tingkat spiritual komunikasi kepada Tuhan Yang Maha tertentu.27 Esa dengan melafalkan kalimat tauhid Ritual sesaji merupakan bentuk La ilaha illallah.29 negosiasi spiritual dan preventif-klinis Sedangkan upacara ritual dengan kekuatan adikodrati agar hidup diwujudkan secara islami dalam bentuk mereka terhindar dari marabahaya. selametan, acara sesaji yang disertai Masyarakat Sendang Duwur mantra diganti dengan yang

26 Budiono Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, 28 Safira Abqoriyin Husna, Kumpulan Hasil (Yogyakarta: Eule Book, 2009), h. 67-68. Lomba Penulisan Jejak Lamongan Tahun 27 Suwardi Endraswara, Agama Jawa: 2014, Kabupaten Lamongan 2014. Menyusuri Jejak Spritualitas Jawa, 29 Wawancara dengan Masrur Hasan tanggal 25- (Yogyakarta: Lembu Jawa, 2012), h. 92-97. 31 Mei 2015 di Sendang Duwur.

12 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

disertai pembacaan zikir kalimat atap masjid bertumpang tiga mirip meru thoyyibah dan doa yang dipimpin oleh pada bangunan Hindu, mihrab masjid seorang modin atau kiai.30 Bagi mereka yang berbentuk lengkungan kalamakara yang biasa melakukan sesaji atau seperti candi, mimbar masjid berukiran sesajen dengan membakar kemenyan Jepara berbentuk florish dan bunga menyajikan makanan di pojok rumah teratai, gapura masjid berbentuk tugu atau sawah diganti oleh Sunan Sendang bentar mengingatkan pada bentuk dengan mengadakan selamatan atau bangunan kori pada kedathon di sedekahan yang dibagikan kepada sanak komplek Kerajaan Hindu. Pada serambi famili. Mereka yang biasa mengadakan terdapat candrasengkala tulisan Jawa tradisi bancaan setiap memperingati hari pada sebuah papan kayu yang berbunyi: wetonan, selapanan, atau ritual gurhaning sarira tirta hayu (1483 S = keagamaan lainnya diisi oleh Sunan 1561 M). Lokasi masjid yang berada di Sendang dengan berdoa dan makan atas Bukit Amintunon 100 meter di atas bersama sebagai wujud rasa syukur permukaan laut digunakan untuk melihat kepada Allah dan silaturahmi antar hilal penanda tanggal 1 Ramadhan dan 1 sesama. Syawal.32 Di Masjid Sendang Duwur juga 7. Menciptakan Ruang Budaya terdapat dan kentongan yang Melalui Masjid usianya sudah tua sejak tahun 1414 Sunan Sendang Duwur Masehi. Bagi masyarakat Jawa bedhug memfungsikan masjid tidak hanya sebagai sesuatu yang dikeramatkan. sebagai tempat ibadah semata-mata, Bedug dalam Seni Karawitan Jawa tetapi juga menjadikan masjid sebagai merupakan salah satu alat bunyi- tempat menciptakan ruang budaya bunyian dalam seperangkat gamelan. melestarikan tradisi keagamaan dan Bagi umat Hindu-Budha bedug di gunakan sebagai seni tabuhan dan seni akulturasi arsitektur bangunan dengan 33 budaya Hindu. Sebagaimana pendapat tambur pada ritual keagamaan. Namun Rochym bahwa masjid didirikan bukan pada masa Sunan Sendang bedug hanya sebagai tempat shalat dan ibadah dikentong dan difungsikan sebagai kepada Allah, namun juga representasi penanda waktu shalat. Pada Hari Jum’at, arsitektur Islam yang mengandung unsur bedhug dipukul pada siang hari untuk estetika dan ekspresi budaya masyarakat mengumumkan waktu sembahyang 31 Jum’at bertepatan dengan arti kata setempat. Secara arsitektur Masjid Sendang bedhug dalam Bahasa Jawa yang berarti sudah tengah hari atau sudah siang. Pada Duwur merepresentasikan simbol- simbol Islam yang berakulturasi dengan bulan puasa bedhug dibunyikan untuk menandakan waktu untuk berbuka dan budaya Hindu dan Jawa. Masjid 34 Sendang Duwur berarsitektur Joglo membangunkan umat untuk sahur. dengan empat soko guru yang Masjid Sendang Duwur ramai menyanggah bangunan masjid dikunjungi oleh masyarakat yang datang merepresentasikan bangunan khas 32 Uka Tjandrasasmita, Islamic Antiquities of vulnacular daerah Jawa. Mustaka pada Sendang Duwur, (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1984), h. 59-60. 33 Koenjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: 30 Hadi Sutrisno, Islam Kejawen, h. 154. Balai Pustaka, 1997), h. 389. 31 Abdul Rochym, Masjid dalam Karya Arsitektur 34 Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Walisongo: Nasional Indonesia, (Bandung: Angkasa, 1983), Misi Pengislaman di Jawa, (Yogyakarta: h. 1. Media Pustaka, 2007), h. 120. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 13

tidak hanya untuk untuk melaksanakan individunya. Terkadang juga ada ritual ibadah mahdah menunaikan shalat keyakinan jika tidak mengadakan lima waktu semata. Masjid Sendang selamatan maka akan datang Duwur sebagai pusat penyiaran Islam malapetaka atau musibah selametan yang berakulturasi dengan budaya biasanya diadakan di rumah pada setempat. Masjid Sendang Duwur malam hari dengan membakar dijadikan sebagai tempat paguyuban, kemenyan, pembacaan mantera/donga pertemuan atau perkumpulan berbagai dan lengkap dengan sesajian berupa aktifitas keagamaan yang dapat nasi tumpengan dan hiasannya.36 meningkatkan keimanan dan ketaqwaan Tradisi selametan sejalan dengan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masjid ajaran Sunan Sendang Duwur yaitu Sendang Duwur sebagai perwujudan “mlakuho dalan kang benar, ilingo pelestarian tradisi budaya yang wong kang sak burimu” (berjalanlah di mempererat silaturahmi dan jalan yang benar, dan ingatlah pada kebersamaan antar sesama. Sunan orang yang ada di belakangmu). Ajaran Sendang Duwur mengadakan diskusi sunan ini menghimbau pada siapa pun atau penyuluhan tentang pertanian, agar berjalan di jalan yang benar dan mengajarkan ilmu agama sekaligus kalau sudah mendapat kenikmatan, membina akhlakul karimah anak-anak, jangan lupa sedekah. Selametan sebagai menginternalisasikan nilai-nilai Islam refleksi nilai Islam yaitu bershodaqah dalam kajian keagamaan yang memberikan sebagian rezeki yang disesuaikan dengan tradisi masyarakat diperolehnya kepada fakir miskin atau sekitar, memperingati Hari-hari Besar orang yang membutuhkan. Bershodaqah Islam dengan mentradisikan budaya berarti juga sebagai wujud rasa syukur bancaan (makan bersama) dan kepada Allah atas nikmat yang telah pertunjukan seni terbang jidor, rebana didapatkannya.37 dengan pembacaan shalawat dan Sunan Sendang mengakulturasi-kan barzanji berlanggam Bahasa Jawa.35 tradisi sedekahan yang membudaya di Sendang Duwur dengan nilai-nilai 8. Dakwah dengan Akulturasi Budaya Islam. Tradisi sedekahan sebagai suatu Adalah tradisi dan kebiasaan ritual yang sifatnya sakral dan keramat Masyarakat Sendang Duwur dilaksanakan dengan berbagai mengadakan selametan. Selamatan atau keperluan baik pribadi maupun sebagai wujud solidaritas antar sesama atau wilujengan karmi adalah unsur terpenting dari setiap upacara dalam partisipasi dalam kegiatan keagamaan- kemasyarakatan. Sunan Sendang Duwur sistem religi orang Jawa. Selametan sebagai simbol wujud bakti orang Jawa bersama masyarakat mengadakan tradisi atau pangastuti (abon-aboning bancaan acara makan bersama penambah /lebur oleh kebaikan) dari merayakan hari kemenangan atas kelahiran, hidup hingga kematian atau terpenuhinya apa yang sudah mediasi untuk melakukan kontak dinazarkan dikabulkan oleh Allah. simbolik dengan kekuatan adikodrati. 36 Muhaimin, The Islamic Traditions of Selamatan juga bisa sebagai ungkapan Cirebon: Ibadat and Adat Among Javanese rasa syukur terhadap hajat atau nazar Muslims, 2004, Jakarta: Ministry of seseorang terkait keperluan Religious Affairs Republic of Indonesia Religious Research and Development and Training, h. 204. 35 Wawancara dengan Harsono tanggal 25-31 37 Wawancara dengan Anshory tanggal 25-31 Mei 2015 di Sendang Duwur. Mei 2015 di Sendang Duwur.

14 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Bancaan berupa sajian tumpengan dengan ikan asin, dua kepal sayur bentuk gunungan nasi yang dikelilingi sayuran yang isinya dedaunan daun oleh beraneka macam lauk pauk. Ada talas, daun umbi daun singkong, daun juga bancaan yang dibentuk papaya, daun sawo, daun mangga yang seperti burung garuda jantan dan garuda ada ditemukan di sekitar Paciran lalu betina lengkap dengan hiasan warna- diiris kecil kecil ditambahin kawung warni. Bancaan disajikan oleh sang atau urap yang diaduk aduk dan pemilik hajat dan dinikmati bersama- ditempatkan dalam satu piring sama oleh para tamu undangan. Sajian kemudian dimakan bersama-sama. Nasi tumpengan dimaksudkan untuk Malngi dinikmati oleh lima sampai menyatakan hasrat dan keinginan tujuh orang. 40 supaya hidup makmur dan sejahtera.38 Hingga kini setiap memperingati Hari-hari Besar Islam bahkan haulan C. Penutup Sunan Sendang Duwur di Masjid, Sunan Sendang Duwur yang masyarakat Sendang Duwur memiliki nama asli Raden Noer Rahmat berpartisipasi bersedekah menyerahkan seorang pemuda yang berasal dari bermacam aneka makanan. Pada acara keturunan Baghdad-Gresik. Ayahnya Maulid Nabi disajikan buah-buahan Syeh Abdul Qahar bin Abdul Malik yang dihias berbentuk gunungan dan seorang alim ulama dari Negeri Bagdad nasi ketan kuning yang diatasnya dan ibunya Dewi Sukarsih puteri dibubuhi saur (serundeng), suwiran Tumenggeng Sedayu Gresik. Ia pemuda ayam atau telor dadar. Pada acara yang taat beribadah dan pandai bercocok Muharaman disajikan bubur syuro bubur tanam, berkebun dan berternak. Ia santun manis terbuat dari tepung ketan disertai dan ramah dalam berinteraksi dengan dengan empat buah tumpeng nasi yang masyarakat, sehingga berkat dimasak dicampur dengan lauk pauk. kepandaiannya di bidang pertanian, maka Tujuh hari setelah Idul fitri ia menjadi tempat bertanya dan belajar. diadakan acara kupatan di rumah kepala Selain itu ia juga memiliki jiwa seni desa yang disebut telasan. Masyarakat dalam membatik dan memainkan alat bersilaturahmi menyajikan ketupat musik. Sunan Sendang mengkreasikan lengkap dengan lauk-pauk dan bancaan motif khas batik dan seni terbang jidor menikmati hidangan tersebut bersama- khas Sendang Duwur Lamongan yang sama.39 diiringi bacaan Shalawat Nabi SAW dan Pada acara haulan Sunan Sendang barzanji berlanggam Jawa yang hingga masyarakat sekitar juga mengadakan kini menjadi keistimewaan budaya tradisi sedekahan dengan menyajikan Sendang Duwur Lamongan. nasi mlangi. Nasi mlangi khas Sendang Sunan Sendang berdakwah dengan Duwur untuk mengingat dan pendekatan kultural tut wuri handayani meneladani perilaku Sunan ketika lan tut wuri hangiseni.Ia mengamati sedang tirakat dan riyadah memakan nilai-nilai budaya masyarakat setempat makanan sayur-sayuran atau dedaunan dan mengadopsi nilai-nilai tersebut yang ditemukan di sekitarnya. Nasi sebagai media dakwah, kemudian mlangi berupa satu kepal nasi dicampur menginternalisasi kan nilai-nilai Islam ke dalam bentuk budaya yang mentradisi di 38 Op.Cit., Kumpulan Hasil Lomba Penulisan Jejak Lamongan Tahun 2014, h. 9. 39 Wawancara dengan Anshory tanggal 25-31 40 Wawancara dengan Ali Qosim tanggal 25-31 Mei 2015 di Sendang Duwur. Mei 2015 di Sendang Duwur. Novita Siswayanti : Alkultural Sunan … 15

Desa Sendang Duwur Paciran Hasan Masrur, Gunaning Sariro Tirto Lamongan. Melalui pendekatan kultural Hayu: Biografi R. Noer Rahmat hingga kini ajaran Sunan Sendang yang Sunan Sendang, Sendang Duwur relevan adalah “mlakuho dalan kang Lamongan. benar, ilingo wong kang sak burimu” (berjalanlah di jalan yang benar, dan Hadi Sutrisno, Budiono, Sejarah ingatlah pada orang yang ada di Walisongo: Misi Pengislaman di belakangmu). Ajaran sunan ini Jawa, 2007: Yogyakarta: Media menghimbau pada seseorang agar Pustaka. berjalan di jalan yang benar dan kalau sudah mendapat kenikmatan, jangan Hadi Sutrisno, Budiono, Islam Kejawen, lupa sedekah. Salah satu jejak 2009, Yogyakarta: Eule Book. peninggalan Sunan Sendang adalah Masjid Sendang Duwur yang memiliki Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi arsitektur vernacular dan Penelitian Kualitatif untuk Ilmu- merepresentasikan simbol-simbol Islam Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba yang berakulturasi dengan budaya Humanika. Hindu dan Jawa . Husna, Safira Abqoriyin, Kumpulan Daftar Pustaka Hasil Lomba Penulisan Jejak Lamongan Tahun 2014, 2014, Buku: Kabupaten Lamongan. Abdul Gani, Roeslan, Sejarah Sunan Drajat Dalam Jaringan Koenjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Masuknya Islam di Nusantara, 1997, Jakarta: Balai Pustaka. 2012, Lamongan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Muhaimin, The Islamic Traditions of Kabupaten Lamongan. Cirebon: Ibadat and Adat Among Javanese Muslims, 2004, Jakarta: Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Ministry of Religious Affairs Jawa, 2002, Yogyakarta: Gama Republic of Indonesia Religious Media. Research and Development and Training. Chambali, Achmad, 1996, Perjuangan Wali Songo, Surabaya: Kalindo Nursalim, Nlusuri Makam Kuna ing Citra Selaras. Sendang Duwur, 1995, Jawa Timur: Penebar Semangat. Endraswara, Suwardi, Agama Jawa: Menyusuri Jejak Spritualitas Rasiyo, Peninggalan Makam-Makam di Jawa, 2012, Yogyakarta: Lembu Jawa Timur, 2003, Jawa Timur: Jawa. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur. Hasan, Masrur, Sejarah Singkat Waliyullah R. Noer Rahmat Said, Nur, Jejak Perjuangan Sunan Sunan Sendang, 1994, Sendang Kudus dan Membangun Karakter Duwur Lamongan. Bangsa: 2012, Bandung: Brillian Media Utama.

16 Al-Turāṡ: Vol. XXI, No. 1, Januari 2015

Tjandrasasmita, Uka, Islamic Antiquities of Sendang Duwur, 1984: Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Sumber Wawancara: - Wawancara dengan narasumber di Desa Sendang Duwur pada tanggal 25-31 Mei 2015:

Masrur Hasan, Anak keturunan Sunan Sendang Duwur ke-14.

Anshory, Guru MAN Pondok Roudhatuth Thulab.

KH. Salim Azhar, Ketua MUI Paciran sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren MI Tarbiyatul Huda.

Saifullah, Juru pelihara Masjid Sendang duwur Pegawai Balai Cagar Budaya.

Suharsono, Dinas Pariwisata.

Ali Qosim, Juru Kunci Makam Sunan Sendang Duwur.

Indah, Pembatik Lamongan.

Syuaib, Bilal Masjid Sendang Duwur .