IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata 1 merupakan salah satu prioritas pembangunan dengan tujuan
jangka panjang yang ingin dicapai yaitu meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
penerimaan devisa, dan penyerapan tenaga kerja. 2 Pembangunan pariwisata
memiliki peran penting dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek
ekonomi, sektor pariwisata memberikan kontribusi devisa dari kunjungan
wisatawan manca negara dan Produk Domestik Bruto (PDB) beserta komponen-
komponennya. Dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga
kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa.
Dalam aspek lingkungan, pariwisata mendapatkan dukungan positif dari
lingkungan dan kondisi lingkungan mendapatkan dampak positif dari pariwisata.
1 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Lihat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Apabila ditinjau dari segi etimologi istilah pariwisata sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki persamaan makna dengan tour, yang berarti berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Hal ini didasarkan pada pemikiran bah a ka a pari isa a erdiri dari d a s k ka a ai Pari dan Wisa a . Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap, sedangkan Wisata berarti perjalanan, bepergian. M. Liga Suryadana dan Vanny Octavia, Pengantar Pemasaran Pariwisata, cet. Ke I, (Alfabeta 2015) [30]. 2 Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, dalam RKP 2019 yang mengusung tema pemerataan untuk pertumbuhan berkualitas, Bappenas telah mengusulkan lima prioritas nasional yaitu : pertama pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar. Kedua, pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan kemaritiman, Ketiga, peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pertanian, industri, dan jasa produktif. Keempat, pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air. Kelima, stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilihan umum. Pebrianto Eko Wicaksono, 5 Prioritas Pembangunan Nasional (Liputan Enam 2018)
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2
Selain itu pengembangan3 pariwisata dan penunjangnya memiliki peran penting
dalam integrasi nasional. Infrastruktur bukan saja berfungsi mengikat geografi
wilayah nusantara, tetapi juga memandu lahirnya partisipasi, efisiensi dan
kesejahteraan. Keberhasilan negara memiliki kesejahteraan bermakna hak dan
kewajiban negara dan warga negara telah berjalan optimal.
Di tengah dinamika ekonomi dunia, ditandai krisis ekonomi dunia, globalisasi
ekonomi yang belum tuntas, kenaikan harga minyak dunia, serta tarik menarik
kepentingan ekonomi dunia maju dan dunia ketiga, telah berkembang suatu jenis
jasa wisata yang memberi jaminan bagi terciptanya kesejahteraan. Sektor usaha
tersebut dikenal dengan nama ekowisata (ecotourism). Indonesia memiliki potensi
keindahan dan kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar industri wisata alam,
khususnya ekowisata (ecotourism). Sebagai bentuk wisata yang sedang trend,
ekowisata (ecotourism) mempunyai kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan
konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan
menghargai budaya lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang
memiliki potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah
menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata (ecotourism). Taman nasional
yang menawarkan ekowisata (ecotourism) banyak diminati wisatawan, hal ini
karena adanya pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk
3 Penetapan 10 (sepuluh) destinasi pariwisata prioritas merupakan bentuk pengembangan pariwisata, yaitu : Kepulauan Seribu, Taman Nasional Wakatobi, Tanjung Lesung, Pulau Morotai, Gunung Bromo, Danau Toba, Mandalika Lombok, Pulau Komodo, Bangka Belitung, Candi Borobudur. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata Tahun 2017.
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3
pariwisata masal (mass tourism) ke wisata minat khusus yaitu ekowisata
(ecotourism).4
Optimalisasi manfaat pembangunan kepariwisataan khususnya ekowisata
(ecotourism) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah
UMKM yang ada disekitar destinasi ekowisata (ecotourism) sebagaimana
tercermin dalam salah satu prinsip pembangunan kepariwisataan yang berlanjut5.
Dalam pembangunan kepariwisataan dikenal strategi perencanaan pengembangan
kepariwisataan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat yang
mengedepankan peran dan partisipasi masyarakat setempat sebagai subyek
pembangunan. Dalam khasanah keilmuan kepariwisataan, strategi tersebut dikenal
dengan Community Based Tourism Development (selanjutnya disebut CBT). CBT
merupakan ide dan kritik terhadap pembangunan kepariwisataan yang
mengabaikan dan meminggirkan masyarakat lokal dari kegiatan kepariwisataan di
suatu destinasi.
Pemberdayaan masyarakat lokal dalam hal ini adalah UMKM yang ada
disekitar destinasi ekowisata (ecotourism) melalui strategi CBT, menjadi sangat
strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi
masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Pemberdayaan UMKM
disekitar destinasi ekowisata (ecotourism) hanya akan terjadi secara nyata apabila
4 Iwan Nugroho, Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, Cet ke II, (Pustaka Pelajar 2015). [3]. (Selanjutnya disebut Iwan Nugroho I). 5 Lihat Pasal 2 huruf h Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4
dapat dijamin kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM untuk memasuki kegiatan
ekonomi, baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak.
Menurut Paramita Prananingtyas6, UMKM yang ada di Indonesia memiliki
ciri khas tertentu yang membedakan dengan usaha besar ataupun usaha kecil di
negara lain. Ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri khas usaha kecil, antara
lain:
(1) Mempunyai skala usaha yang kecil baik modal, penggunaan tenaga kerja
maupun orientasi pasar;
(2) Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota
besar;
(3) Status usaha milik pribadi atau keluarga;
(4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis, geografis)
yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga;
(5) Pola kerja seringkali part time atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan
ekonomi lainnya;
(6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan
usaha dan administrasinya sederhana;
(7) Struktur permodalan sangat terbatas dan kekurangan modal kerja sangat
tergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi;
(8) Izin usaha seringkali tidak dimiliki dan persyaratan usaha tidak dipenuhi.
6 Paramita Prananingtyas dalam Mukti Fajar ND, UMKM di Indonesia Perspektif Hukum Ekonomi, cet.I, (Pustaka Pelajar 2016). [108].
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5
UMKM perlu mendapatkan perhatian dan mendapatkan perlindungan khusus
dari pemerintah, dikarenakan oleh adanya 2 (dua) faktor, yaitu7 : (1). besarnya
jumlah pengusaha UMKM di Indonesia dan (2). Adanya berbagai kelemahan atau
kekurangan UMKM ketika masuk dalam sistem persaingan pasar bebas. UMKM
mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional.
Sejarah panjang telah membuktikan bahwa UMKM di Indonesia mempunyai peran
utama, yaitu8 :
1. Pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia;
2. Penyedia kesempatan kerja yang menaik, pemain penting dalam pengembangan
ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat;
3. Penciptaan pasar dan inovasi baru melalui fleksibilitas dan sensivitas UMKM
serta keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan; dan
4. Pemain dalam perbaikan neraca pembayaran internasional melalui peran yang
semakin nyata dalam komposisi ekspor dan penghematan devisa melalui
produk-produk substitusi impor yang dikaitkan oleh UMKM.
7 Ibid. [120]. 8 Shujiro Urata, Policy Recommendation for SME Promotion in the Republic of Indonesia, (JICA Senior Advisor to Coordination Minister of Economy, Finance and Industry 2000). [52].
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6
Jumlah UMKM di Indonesia 2010-2018
Sumber : Badan Pusat statistik (BPS), 2020
Penyerapan Tenaga Kerja Dari UMKM 2010-2018
Sumber : Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7
Perkembangan data UMKM pada tahun 2018 memperlihatkan jumlah UMKM
tidak berkurang, justru terus meningkat, bahkan mampu menyerap 116.978.631
atau mencapai 97% dari total tenaga kerja Indonesia (UMKM dan Unit Besar)
sampai tahun 2018. Pada tahun 2018, jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak
64.199.606 unit. Dari jumlah tersebut, UMKM sebanyak 64.199.606 unit9 atau
99,99%. Sisanya, sekitar 0,01% atau 5.550 unit adalah usaha besar.10 Selain itu
UMKM Indonesia berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB). UMKM Indonesia menyumbangkan hingga Rp 8.573,9 triliun ke PDB
Indonesia (atas dasar harga berlaku) pada 2018. PDB Indonesia pada 2018 sebesar
Rp 14.838,3 triliun, maka kontribusi UMKM mencapai 57,8% terhadap PDB.11
Berdasarkan hal tersebut UMKM selayaknya menjadi prioritas kebijakan ekonomi
pemerintah, baik dalam bentuk pemberian fasilitas dan proteksi maupun dalam
kemudahan akses pada persoalan permodalan dan finansial.
Menurut para pakar pemberdayaan masyarakat di sektor kepariwisataan
seperti : Jamieson Goodwin dan Edmunds dalam Bambang Sunaryo 12
mengemukakan bahwa kepariwisataan dapat dikatakan telah berpihak pada
masyarakat miskin (pro poor tourism) apabila sudah dapat memberikan
9 Data UMKM di Jawa Timur pada tahun 2018 adalah sebesar 13.663.614, Data UMKM Se 2016 dan SUTAS 2018 PLUS TK,
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8
peningkatan pendapatan ekonomi bagi masyarakat miskin melalui pekerjaan penuh
atau paruh waktu, pembangunan UMKM atau memberikan peluang usaha melalui
bisnis di bidang industri pariwisata. Hal tersebut sesuai dengan Visi Pembangunan
Nasional Tahun 2005-2025, yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan
demokratis, serta aman dan bersatu dalam wadah negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dengan memba a misi, sebagai berik 13 : 1). Mewujudkan
masyarakat berakhlak mulia, beretika, berbudaya, dan berada berdasarkan falsafah
Pancasila; 2). Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 3). Mewujudkan
masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4). Mewujudkan Indonesia aman,
damai dan bersatu; 5). Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6).
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; 7). Mewujudkan Indonesia menjadi negara
kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 8).
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Pemberdayaan UMKM di bidang ekowisata (ecotourism) juga telah sejalan
dengan tujuan dan sasaran pokok Pembangunan Jangka Panjang (selanjutnya
disebut RPJP) Tahun 2005-2025, yaitu 14 : 1). Mewujudkan bangsa yang maju,
mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
2). Mencapai sasaran-sasaran pokok pembangunan, antara lain : a). Terwujudnya
masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab; b). Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat
13 RPJP 2005-2025. 14 Ibid.
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9
yang lebih makmur dan sejahtera; c). Terwujudnya Indonesia yang demokratis
berlandaskan hukum dan berkeadilan; d). Terwujudnya rasa aman dan damai bagi
seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan wilayah NKRI dan kedaulatan negara dari
ancaman dalam negeri ataupun luar negeri; e). Terwujudnya pembangunan yang
lebih merata dan berkeadilan; f). Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari; g).
Terwujudnya Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; h). Terwujudnya peranan Indonesia yang
meningkat dalam pergaulan dunia internasional.
Perhatian Pemerintah dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan
UMKM juga terlihat dalam agenda pembangunan nasional yang dituangkan di
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (selanjutnya disebut
RPJPN) yaitu sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional adalah untuk
mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. 15 Selanjutnya
RPJPN tersebut dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2020-2024 (selanjutnya disebut RPJMN 2020-2024). Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan
tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 sehingga menjadi sangat penting. RPJMN 2020-2024 akan
mempengaruhi pencapaian target pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan
perkapita Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-
15 Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong, Buku I agenda Pembangunan Nasional, (Kementerian PPN/Bapenas 2014). [1].
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10
negara berpenghasilan menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang
memiliki kondisi infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran
pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan
di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka diterbitkanlah perundang-
undangan yang mengatur tentang UMKM yaitu Undang-Undang No. 20 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan menengah (selanjutnya disebut UU UMKM).
UU UMKM merupakan bentuk sikap politik pemerintah dalam melakukan
penguatan ketahanan ekonomi nasional khususnya di bidang UMKM. Salah satu
pertimbangan diterbitkannya UU UMKM tersebut sebagaimana termaktub dalam
konsideransnya yaitu bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui
pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan,
perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu
meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan
pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. UU
UMKM tersebut juga telah mengantisipasi berbagai bahaya dari liberalisasi
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11
ekonomi, melalui mekanisme pasar bebas dengan kekuatan modalnya, yang selalu
mengancam bagi ekonomi nasional dan khususnya bagi UMKM.
Peranan pemerintah dalam pemberdayaan16 UMKM dapat dilihat di dalam
Pasal 7 sampai dengan Pasal 15 Bab V mengenai Penumbuhan Iklim Usaha17 UU
UMKM disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah akan memberikan
dukungan dalam persoalan : (a). Pendanaan; (b). Sarana dan prasarana; (c).
Informasi usaha; (d). kemitraan; (e). Perizinan usaha; (f). Kesempatan berusaha;
(g). Promosi dagang; dan (h). Dukungan kelembagaan. Pemberdayaan UMKM
yang ada disekitar destinasi ekowisata (ecotourism) sejalan dengan sistem ekonomi
kerakyatan. Pada dasarnya ekonomi kerakyatan bertumpu pada keterlibatan dan
peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
penerimaan hasil kegiatan ekonomi yang berkeadilan, sehingga hasil pembangunan
dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pengembangan dan pemberdayaan UMKM tidak dapat diserahkan
sepenuhnya kepada pihak pemerintah, karena pemerintah sendiri memiliki banyak
keterbatasan, seperti anggaran keuangan, jumlah dan kompetensi aparat, batasan
kewenangan, periodisasi tugas, dan sebagainya. Dengan demikian, diperlukan
16 Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk pertumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Lihat Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 17 Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan UMKM secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi, agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya. Lihat Pasal 1 ayat (5) Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12
pelibatan dari pihak swasta yaitu pengusaha pariwisata dalam rangka
pengembangan dan pemberdayaan UMKM disekitar destinasi ekowisata
(ecotourism). Pelibatan pengusaha pariwisata dalam pengembangan dan
pemberdayaan UMKM adalah dengan pola kemitraan. Hal tersebut merupakan
amanat dari Pasal 26 huruf f dan g Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan yang mewajibkan kepada setiap pengusaha pariwisata untuk
mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat yang
saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan serta mengutamakan
penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri, dan memberikan
kesempatan kepada tenaga kerja lokal. Selain itu kemitraan juga diamanatkan oleh
Pasal 28 huruf e Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yang menyatakan arah
kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan meliputi penguatan
kemitraan rantai nilai antar usaha di bidang kepariwisataan. Kemitraan adalah
kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas
dasar asas saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan
yang melibatkan pelaku UMKM dengan usaha besar.18
Perjanjian kemitraan di bidang ekowisata merupakan cerminan adanya asas
kebebasan berkontrak sebagaimana diatur di dalam Pasal 1338 ayat (1) BW, dimana
kebebasan berkontrak landasan sebuah perjanjian, secara implisit memberikan
panduan bahwa dalam membuat perjanjian para pihak diasumsikan mempunyai
18 Lihat Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13
kedudukan yang setara. 19 Perjanjian kemitraan di bidang ekowisata walaupun
dilandasi oleh asas kebebasan berkontrak, perjanjian kemitraan tersebut merupakan
perjanjian formil dan mendapatkan pengawasan dari Komisi Pengawas Persaingan
Usaha dan apabila perjanjian kemitraan di bidang ekowisata tersebut tidak
memenuhi prinsip kemitraan dan kesetaraan yang menimbulkan ketidakadilan bagi
UMKM20, maka akan dikenakan sanksi administratif kepada Usaha besar yang
menjalin kemitraan dengan UMKM atau Usaha Menengah yang menjalin
kemitraan dengan Usaha Kecil dan Mikro. Hal ini cukup menarik untuk dikaji,
karena perjanjian kemitraan yang bersifat privat dapat dikenakan sanksi
administratif yang bersifat publik kepada usaha besar atau usaha menengah yang
menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau mikro. Dengan dikenakannya sanksi
administratif tersebut, maka akan berakibat hukum pada perjanjian kemitraan di
bidang ekowisata yang telah disepakati oleh Usaha besar dengan UMKM atau
usaha menengah dengan usaha kecil dan mikro.
Seluk beluk hubungan hukum antara para pihak dalam perjanjian kemitraan
dan kepentingan negara yang dalam hal ini diwakili oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha perlu dianalisis secara cermat dengan metode pengujian terhadap
19 Lihat Pasal 36 ayat (1) UU UMKM. 20 Agus Yudha Hernoko mengemukakan bahwa kontrak yang demikian seringkali diibara kan dengan per ar ngan an ara David vs Goliath , dimana berhadapan d a kek a an ang tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat (baik karena penguasaan modal/dana, teknologi maupun skill yang diposisikan sebagai Goliath) dengan pihak yang lemah bargaining position-nya (yang diposisikan sebagai David). Dengan demikian pihak yang lemah bargaining position-nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan terpaksa (taken for granted), sebab apabila ia mencoba menawar dengan alternatif lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang dibutuhkan. Jadi hanya ada dua alternatif pilihan bagi pihak yang lemah bargaining position-nya untuk menerima atau menolak (take it or leave it). Agus Yudha Hernoko, Op.cit. [2].
DISERTASI PERJANJIAN KEMITRAAN di... Firman Floranta Adonara IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14
eksistensi perjanjian kemitraan. Keterpaduan asas-asas hukum perjanjian, asas-asas
kemitraan dan asas-asas kepariwisataan merupakan pisau analisis untuk membedah
eksistensi perjanjian kemitraan di bidang ekowisata (ecotourism). Tentunya sudah
bukan waktunya lagi untuk berkutat pada dilema semu ketidakseimbangan atau
ketidakadilan dalam perjanjian kemitraan, tetapi lebih difokuskan pada bagaimana
perjanjian kemitraan di bidang ekowisata (ecotourism) dapat mengantarkan
UMKM ke arah kemandirian dan menciptakan kesejahteraan sosial serta
berorientasi pada konservasi lingkungan, budaya dan pendidikan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka penelitian
ini terdapat isu sentral, yaitu :