J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 22, No. 3, November 2015: 380-387

PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI PULAU KALEDUPA, KABUPATEN WAKATOBI, PROVINSI TENGGARA (Community Based Marine Tourism Development in Kaledupa Island, Wakatobi , South East Sulawesi Province)

Hadiwijaya Lesmana Salim* dan Dini Purbani Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelauatan dan Perikanan, Komplek Bina Samudera, Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur 14430.

*Penulis korespondensi. Tel: 021-64711583. Email: [email protected].

Diterima: 9 Maret 2015 Disetujui: 23 Juni 2015

Abstrak Tujuan penelitian adalah mengetahui pengembangan pariwisata bahari berbasis masyarakat di Pulau Kaledupa dan sekitarnya, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober – November 2014. Penelitian menggunakan metode analisis prospektif partisipatif, wawancara, analisis pengaruh antar-variabel kunci, membangun skenario, dan analisis implikasi strategis dan aksi antisipatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel utama yang harus dititikberatkan dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Kaledupa dan sekitarnya, yaitu informatif, koordinasi antar instansi, dan sumberdaya alam. Penitikberatan pada ketiga variabel tersebut diharapkan dapat menghilangkan kesalahpahaman dan kesalahpenafsiran atas informasi yang diberikan sehingga dapat menunjang hubungan yang harmonis antar pemangku kepentingan pengembangan wisata bahari. Koordinasi yang harmonis diharapkan dapat mensinergikan antar perencanaan, pengembangan dan pengelolaan. Diharapkan pula sumberdaya alam yang ada berkesinambungan tanpa mengurangi dan merusak kualitasnya. Kata kunci: ekowisata, masyarakat, pariwisata bahari, partisipatif, pulau kecil.

Abstract The research on community based marine tourism development at Kaledupa island has been conducted on October – November 2014. This research used participatory prospective analysis, interview, Influence Analysis of inter key variables, scenario building, and Analysis of Strategic Implication and Anticipative act. The result shows that there are three key variables that should be focused on marine tourism development at Kaledupa island i.e informative, inter- institutions coordination, and natural resources. These variables should be focused in order to relieve misconception and misinterpretation on information which is given, so that it can support harmonic relationship between marine tourism stakeholders. The synergy of planning, development, and management can be expected from harmonic coordination. It is also expected that existing natural resources are sustainable without reducing and damaging the quality. Keywords: community, ecotourism, marine tourism, participatory, small island.

PENDAHULUAN wisatawan tersebut biasanya memanfaatkan wilayah pesisir dan laut Wakatobi secara langsung Pasir, hutan mangrove, terumbu dan ikan maupun tidak langsung. Kegiatan langsung di karang di Pulau Kaledupa dan sekitarnya antaranya berperahu, berenang , merupakan bagian dari kekayaan alam Kabupaten menyelam, dan memancing. Kegiatan tidak Wakatobi yang sebagian besar areanya berfungsi langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik sebagai Taman Nasional Laut Wakatobi. Adam menikmati atmosfer laut. (2012) menyebut kawasan ini sebagai kawasan Masalah pariwisata bahari yang terjadi di yang unik. Saat ini kawasan tersebut mulai Kabupaten Wakatobi di antaranya adalah belum terganggu dengan banyaknya wisatawan yang optimalnya potensi pengembangan pariwisata berkunjung. Data dari Balai Taman Nasional mengingat Kabupaten Wakatobi memiliki Wakatobi menyebutkan bahwa terjadi peningkatan keindahan pemandangan, keunikan alam, jumlah wisatawan sebesar 14 kali lipat dari tahun karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan 1996 hingga tahun 2010. Jumlah kunjungan wisata karakteristik masyarakat. Khusus untuk Pulau pada tahun 2008, sebanyak 1.395 tamu menginap Kaledupa, terdapat keunikan ekosistem yang lebih pada penginapan di Kaledupa (Anonim, 2009). Para baik dibanding pulau lain di Wakatobi yaitu November 2015 H.L. SALIM DKK.: PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 381

ekosistem mangrove (Febriani, 2011). Daya tarik mengedepankan proses partisipatif dan mampu utama di Pulau Kaledupa adalah keindahan alam memberikan kesepakatan (konsensus) antar yang harus dijaga dan dilestarikan yang dapat stakeholder (Godet dan Roubelat 1996; Bourgeois memberikan nilai tambah sebagai destinasi utama. dan Jesus 2004; Gray dan Hatchard. 2008). Dengan Pengembangan pariwisata bahari perlu diperhatikan demikian pelibatan stakeholders dalam kelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan pengembangan pariwisata bahari secara substansial masyarakat, terpenuhinya kepuasan pengunjung dapat dilakukan. dan peningkatan keterpaduan dan kesatuan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pembangunan masyarakat di sekitar kawasan keterlibatan stakeholders dalam penentuan variabel pengembangan. kunci perencanaan, pendefinisian kondisi (states) Beberapa metode kajian pengembangan variabel di masa datang, pembangunan skenario pariwisata berbasis masyarakat telah dilakukan. perencanaan, serta penyusunan implikasi strategis Nugraha dan Aliyah (2013) menggunakan metode dan aksi antisipatif dalam pengembangan analisis interaktif dan analisis lingkungan internal- pariwisata bahari variabel kunci pengembangan eksternal di Karanganyar. Begitu juga dengan pariwisata bahari di Pulau Kaledupa dan sekitarnya. Sukadi dkk., (2013) yang menggunakan pendekatan etnografi di . Sebagian besar metode analisis METODE PENELITIAN dilakukan secara deskriptif kualitatif seperti yang dilakukan oleh Tanaya dan Rudiarto (2014), Barus Waktu dan Lokasi Penelitian dkk., (2013) dan Harun (2014). Penelitian- Survei dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober-2 penelitian tersebut tidak menentukan variabel kunci November 2014 di Pulau Kaledupa dan sekitarnya, dalam pengembangan pariwisata yang Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara memfokuskan pada pelibatan stakeholders. Sebagai (Gambar 1). bagian dari suatu pengembangan pariwisata bahari, aspek stakeholders dalam perencanaan harus Pengumpulan Data dilibatkan dan dilakukan secara efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian ini ingin mengetahui parameter metode kuantitatif, konstruktivitisme yang menjadi variabel kunci dalam pengembangan pariwisata titik tolak penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif bahari di Pulau Kaledupa dan sekitarnya. Penentuan diurai menjadi sejumlah jenis atau strategi varibel kunci diperoleh dari hasil analisis prospektif penelitian, yaitu deskriptif dan survey, sedangkan partisipatif dengan para stakeholders dan penelitian kualitatif dibagi menjadi: analisis teks masyarakat setempat. Analisis prospektif dan penelitian tindakan (Putra dan Hendarman, partisipatif, merupakan pendekatan yang 2012).

Gambar 1. Lokasi penelitian.

382 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 22, No. 3

Penelitian kuantitatif yang dilakukan adalah kelompok terstruktur. Partisipan diminta untuk melakukan wawancara di Kecamatan Kaledupa dan memperkiraan kondisi masing-masing variabel Kaledupa Selatan. Responden yang diwawancarai penentu di masa datang. Perkiraan tersebut adalah stakeholder yang berkaitan dengan merupakan opini dan cerminan kebutuhan pariwisata bahari secara purposive sampling stakeholders di masa depan. Hasilnya dapat disusun (Sugiyono, 2006). Sampel meliputi: aparat skenario yang mungkin terjadi. Hasil analisis dan permerintah daerah di antaranya aparat desa dan pembangunan skenario kemudian akan dihasilkan kecamatan, LSM, Balai Taman Nasional Wakatobi, variabel utama dalam penyusunan kebijakan petani rumput laut, nelayan, penyelam dan pengembangan pariwisata bahari. Variabel tersebut pengelola tempat wisata. Adapun materi kemudian dibuatkan implementasi dan langkah- wawancara mencakup variabel kunci yang langkah antisipatif. mempengaruhi pengembangan wisata bahari. Jumlah responden di setiap wilayah antara 6 – 15 HASIL DAN PEMBAHASAN orang. Analisis Prospektif Partisipatif Analisis Data Hasil analisis prospektif partisipatif Penelitian ini menggunakan metode analisis memunculkan 18 variabel yang perlu diamati prospektif partisipatif yang bertujuan untuk (Tabel 1). Variabel pada Tabel 1 belum diketahui menghasilkan konsensus demi kepentingan variabel yang paling menentukan dalam perencanaan (Damai dkk., 2011). Menurut penyusunan model pengembangan pariwisata Cornwall (1995), analisis prospektif partisipatif bahari. Pengaruh antar variabel juga belum dapat dilakukan melalui temu pakar (expert meeting). digambarkan, sehingga semua variabel memiliki Dalam pertemuan tersebut, pakar atau partisipan kepentingan dan kekuatan yang sama terhadap diminta untuk mengidentifikasi variabel kunci yang sistem. dianggap paling berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata bahari di Kaledupa. Pada Analisis Pengaruh Antar-Variabel Kunci tahap ini ditentukan perbedaan tingkat pengaruh Hasil analisis pengaruh antar-variabel kunci variabel terhadap sistem yang dikaji. Dengan menunjukkan nilai skor pengaruh silang, secara demikian, dapat ditentukan variabel yang perlu lengkap disajikan pada Lampiran 1 (tersedia dalam diintervensi sebagai titik masuk (entry point) bagi versi elektronik di OJS). Adapun hasil analisis perencanaan yang efektif (Godet dan Roubelat pengaruh antar variabel disajikan dalam bentuk 1996; Bourgeois dan Jesus 2004; Gray dan grafik dan tabel, seperti disajikan pada Gambar 2. Hatchard. 2008; Godet 2010 dalam Damai 2012). Pada Gambar 2. terdapat kuadran-kuadran Berdasarkan analisis prospektif partisipatif yang masing-masing kuadran berhubungan dengan diperoleh skor pada pengaruh silang antar variabel karakteristik khusus dari variabel. Kuadran I yang dianalisis secara matriks (Bourgeois dan Jesus, 2004) dengan bantuan perangkat lunak Tabel 1. Variabel pengaruh yang diidentifikasi oleh Excel. Proses ini akan melihat partisipan. pengaruh/ketergantungan langsung No Variabel influence/dependence, (I/D) setiap variabel dengan 1 Motivasi 2 Karakter masyarakat variabel lainnya, dengan menggunakan pendekatan 3 Partisipatif valuasi konsensual. Valuasi pengaruh langsung 4 Kolektivitas suatu variabel terhadap variabel lainnya, dengan 5 Perilaku masyarakat menjaga lingkungan menggunakan skala dari “0 = tidak ada pengaruh” 6 Manajemen pengelolaan wisata sampai “3 = berpengaruh sangat kuat”. Nilai yang 7 Pemberdayaan masyarakat pulau kecil telah didiskusikan dan disepakati oleh partisipan, 8 Koordinasi antar instansi langsung dimasukkan di dalam matriks I/D. Nilai 9 Intermediasi skor pengaruh silang hasil kesepakatan, secara 10 Sejarah lengkap disajikan pada tabel pengaruh. Adapun 11 Sumber modal wisata hasil analisis pengaruh antar variabel disajikan 12 Informatif dalam bentuk grafik dan tabel. 13 Sarana wisata 14 Pelayanan wisata Hasil analisis pengaruh masing-masing 15 Infrastruktur wisata variabel diberi kode (huruf A sampai C), dan 16 Transportasi kondisi variabel diberi huruf kode angka (1 sampai 17 Sumber daya alam 5). Pengembangan skenario dilakukan melalui 18 Sumber daya manusia curah pendapat (brainstorming) dan diskusi Sumber : Data primer, 2014. November 2015 H.L. SALIM DKK.: PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 383

2.00 I II 1.80 Sumber Daya Manusia 1.60 Sumber Daya Alam

Koordinasi antar Instansi Motivasi 1.40 Informatif Intermediasi Partisipatif Pelayanan Wisata 1.20 Manajemen Pengelolaan Wisata

1.00 Perilaku Masyarakat Menjaga Lingkungan Pengaruh Pemberdayaan Masyarakat Pulau 0.80 Kecil Kolektifitas TransportasiSarana Wisata 0.60 Karakter Masyarakat Infrastruktur Wisata

0.40 Sejarah III 0.20 I V Sumber Modal Wisata - - - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Ketergantungan Gambar 2. Hasil analisis pengaruh langsung antar variabel.

Tabel 2. Skor kekuatan variabel global tertimbang. Berdasarkan presentasi hasil analisis Kekuatan variabel No Variabel pengaruh langsung dan tidak langsung (total) yang global tertimbang disajikan pada Gambar 2. dapat dipilih 3 variabel 1 Informatif 1,29 2 Koordinasi antar instansi 1,28 yang sebagai variabel yang paling berpengaruh, 3 Sumber daya alam 1,23 yaitu informatif, koordinasi antar instansi dan 4 Sumber daya manusia 1,18 sumberdaya alam. Hal ini ditunjang oleh nilai 5 Intermediasi 1,18 kekuatan global tertimbang masing-masing 6 Motivasi 1,16 variabel, dimana 3 variabel tersebut memiliki nilai Manajemen pengelolaan 7 wisata 1,14 yang lebih tinggi dari lima belas variabel lainnya 8 Partisipatif 1,09 (Tabel 2). Dapat disimpulkan bahwa variabel 9 Pelayanan wisata 1,04 nomor 1 sampai dengan 3, merupakan variabel Perilaku masyarakat menjaga paling berpengaruh (Godet dan Roubelat 1996; 10 lingkungan 0,98 Pemberdayaan masyarakat Bourgeois dan Jesus 2004). 11 pulau kecil 0,91 12 Sumber modal wisata 0,88 Pembangunan Skenario 13 Kolektivitas 0,85 Pengembangan skenario pada Tabel 3 14 Karakter masyarakat 0,85 dilakukan melalui curah pendapat (brainstorming) 15 Sarana wisata 0,77 16 Transportasi 0,74 dan diskusi kelompok secara terstruktur. Dalam 17 Infrastruktur wisata 0,73 forum tersebut, peserta diminta untuk dapat 18 Sejarah 0,69 memberikan perkiraan dari kondisi masing-masing Sumber : Data primer, 2014. variabel penentu pada masa datang. Perkiraan tersebut merupakan opini dan cerminan kebutuhan merupakan wilayah variabel penggerak (driving). para pemangku kepentingan di masa depan (Godet Kuadran II merupakan wilayah variabel kontrol dan Roubelat 1996; Bourgeois dan Jesus 2004; (leverage), yang bercirikan pengaruh dan juga Gray dan Hatchard 2008; Coates, dkk. 2010; ketergantungan kuat, beberapa variabel dalam Duranced dan Godet 2010). Dari perkiraan kuadran ini dapat juga digolongkan sebagai mengenai kondisi variabel tersebut di masa datang, variabel kuat. Kuadran III merupakan wilayah dapat disusun skenario yang mungkin terjadi di variabel keluaran (output), yang bersifat sangat Pulau Kaledupa. Skenario yang berhasil dibangun tergantung dan hanya sedikit pengaruh. Kuadran IV tersaji pada Tabel 3. Hasil curah pendapat merupakan wilayah variabel marjinal (marginal), partisipan dan didapat konsensus penyusunan kelompok ini akan langsung dikeluarkan dari skenario dalam penataan pariwisata bahari di Pulau analisis (Damai dkk., 2011). Selain keempat Kaledupa dan sekitarnya yang mungkin terjadi kuadran, juga terdapat area abu-abu di sepanjang adalah seperti yang disajikan pada Tabel 4. sumbu yang memisahkan kudran IV dari kuadran Berdasarkan skenario yang berhasil disusun, lainnya. Pada area abu-abu didapati sekelompok terlihat bahwa perbedaan antar skenario variabel, yang peranannya di dalam sistem tidak memberikan implikasi terhadap upaya yang harus dapat diidentifikasi secara jelas. dilakukan dalam pengembangan pariwisata bahari

384 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 22, No. 3

Tabel 3.Kondisi variabel yang ditetapkan oleh partisipan secara konsensus. Kondisi yang mungkin terjadi 1 2 3 4 5 No. Variabel Kode Bertambah Tetap seperti Meningkat dengan Meningkat Kondisi buruk sekarang progress terbatas dengan baik ideal 1 Informatif A A1 A2 A2 A3 A4 2 Koordinasi antar Instansi B B1 B1 B2 B2 B2 3 Sumberdaya alam C C1 C1 C2 C2 C2 Sumber : Data primer, 2014. Tabel 4. Keterangan kondisi yang mungkin terjadi. No. Skenario Kode Keterangan 1 Bertambah buruk A1-B1-C1 A1: Tidak informatif, B1: Koordinasi antar isntansi akan semakin melemah C1: Sumberdaya alam semakin berkurang 2 Tetap seperti sekarang A2-B1-C1 A2 : Informasi yang disampaikan semakin lebih baik B1: Koordinasi antar isntansi akan semakin melemah C1: Sumberdaya alam semakin berkurang 3 Meningkat dengan A2-B2-C2 A2: Informasi yang disampaikan semakin lebih baik progres yang terbatas B2: Koordinasi antar isntansi akan semakin kuat C2: Sumberdaya alam tetap seperti sekarang 4 Meningkat dengan baik A3-B2-C2 A3: Informasi yang disampaikan semakin lebih baik diikuti dengan kemudahan akses B2: Koordinasi antar isntansi akan semakin kuat C2: Sumberdaya alam tetap seperti sekarang 5 Kondisi ideal A4-B2-C2 A4: Informasi yang disampaikan semakin lebih baik diikuti kemudahan akses dan telah melembaga B2: Koordinasi antar isntansi akan semakin kuat C2: Sumberdaya alam tetap seperti sekarang Sumber : Data primer, 2014. di Pulau Kaledupa. Pada skenario kondisi ideal, lingkungan). Adapun Implementasi ke tiga variabel perlu dilakukan upaya perbaikan yang maksimal tersebut adalah diuraikan pada bagian berikut terhadap semua variabel sehingga kondisi akan meliputi variabel informatif, koordinasi antar menuju ke arah yang lebih baik di masa depan. instansi dan sumber daya alam. Pada skenario yang bertambah buruk, menunjukkan bahwa jika kondisi seperti saat ini terus Variabel informatif berlangsung, tidak adanya upaya perbaikan, maka Proses pengembangan pariwisata bahari dan sistem akan menjadi lebih buruk daripada kondisi pengelolaannya harus mempertimbangkan aspek saat ini. informasi. Semua program pengembangan dan pengelolaan harus memberikan informasi atau Implikasi Strategis dan Aksi Antisipatif pengetahuan secara eksplisit dan jelas agar tidak Hasil analisis dan pembangunan skenario terjadi kesalahpahaman. Informasi yang diberikan menghasilkan variabel-variabel utama yang harus edukatif, stimulatif dan persuasif bagi berperan dalam penyusunan kebijakan masyarakat agar mudah dimengerti dan pengembangan pariwisata bahari. Variabel-variabel diimplementasikan. Sebagai contoh informasi yang tersebut diharapakan dapat meningkatkan tidak informatif adalah timbulnya paradigma kesejahteraan masyarakat lokal, menjamin masyarakat akibat pemahaman yang kurang keindahan antar generasi dan inter-generasi, komprehensif terkait penjelasan dalam UU Nomor melindungi keanekaragaman biologi dan 5 tahun 1990 Pasal 1 yang menjelaskan bahwa mempertahankan sistem ekologi yang ada, serta Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam menjamin integritas budaya (Moscardo dan Kim, yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan 1990). Menurut Adrianto (2013) pendekatan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pembangunan dalam implementasinya harus penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, berbasis ekonomi biru karena akan bersinergi menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. dengan pelaksanaan triple track strategy, yaitu Dalam penafsiran sekilas masyarakat umum dengan program pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro- adanya TNW akan menutup akses bagi masyarakat growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan tenaga untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kerja) dan pro-environment (melestarikan kebutuhan hidupnya. Akan tetapi jika mengkaji November 2015 H.L. SALIM DKK.: PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 385

Gambar 3. Koordinasi antar instansi pariwisata bahari (modifikasi Santosa, 2013). pasal lain terutama pasal 26 yang menjelaskan tercapai, maka koordinasi antar instansi dapat tentang pemanfaatan secara lestari sumberdaya dikatakan telah berhasil, diharapkan kepuasan alam hayati dan ekosistemnya, dan juga penjelasan wisatawan, masyarakat dapat meningkat serta pasal 37 tentang peran serta masyarakat. Oleh mampu mendorong peningkatan kesejahteraan dan karena itu informasi yang komprehensif dan kualitas lingkungan. informatif dapat menunjang hubungan yang harmonis antara pengelola pariwisata dengan Variabel sumberdaya alam masyarakat. Hal tersebut seusai dengan prinsip pro- Pengembangan dan pengelolaan pariwisata poor dan pro-environment. bahari perlu berbasis pada kesinambungan sumberdaya alam agar selaras dengan triple track Variabel koordinasi antar instansi strategy yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), Dalam melaksanakan proses pengembangan pro-growth (pertumbuhan), pro-job (penyerapan pariwisata bahari dan pengelolaannyaharus tenaga kerja) dan pro-environtment (melestarikan dilakukan secara koordinasi antar instansi. lingkungan). Sesuai dengan pendapat Gunn (1993) Koordinasi tersebut sesuai dengan triple track yang menyatakan bahwa suatu kawasan wisata strategy yaitu pro-growth (pertumbuhan), pro-job yang baik dan berhasil bila secara optimal (penyerapan tenaga kerja). Pengembangan dan didasarkan salah satunya pada aspek pengelolaan pariwisata bahari merupakan tanggung mempertahankan kelestarian lingkungannya, jawab semua pihak, baik itu Kementerian termasuk sumberdaya alamnya. Perlu diperhatikan Pariwisata, Jaringan ekoturisme , juga kemampuan daya dukungnya sehingga stakeholder taman nasional, Dinas Pariwisata, LSM perencanaan secara spasial akan bermakna. Daya misalnya TNC dan WWF, pelaku usaha pariwisata, dukung tersebut adalah daya dukung ekologis dan tokoh masyarakat dan lainnya (Gambar 3). Perlu daya dukung fisik. Daya dukung ekologis ditingkatkan upaya untuk mensinergikan merupakan tingkat maksimal penggunaan suatu perencanaan, pengembangan dan pengelolaan kawasan. Daya dukung fisik merupakan jumlah pariwisata. Tujuannya adalah untuk menciptakan maksimum penggunaan atau kegiatan yang keterpaduan pengembangan pariwisata bahari yang direkomendasikan dalam areal tersebut tanpa berkelanjutan (Hermantoro, 2009) Keberhasilan menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas. pengembangan dan pengelolaan pariwisata bahari ini dapat diukur melalui 2 indikator yaitu semakin KESIMPULAN terkelolanya tujuan pariwisata dan semakin meningkatnya kualitas tujuan dan jumlah Berdasarkan hasil penelitian dihasilkan tiga wisatawan (Santosa, 2013). Jika kedua hal tersebut variabel utama dalam pengembangan pariwisata

386 J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN Vol. 22, No. 3

bahari di Pulau Kaledupa yaitu variabel-variabel Coates, J., Durance, P., dan Godet, M., 2010. informatif, koordinasi antar instansi, dan Strategic Foresight Issue: Introduction. sumberdaya alam. Penelitian ini menunjukkan Technol. Forecas. Soc. Change, 77:1423-1425. bahwa bagi masyarakat Pulau Kaledupa ketiga Damai, A, Boer, M., Marimin, Damar, A., dan variabel tersebut berperan dan perlu dikuatkan bagi Rustiadi, E., 2011. Analisis Prospektif pengembangan pariwisata bahari, bukan hanya Partisipatif dalam Pengelolaan Wilayah memfokuskan pada pengembangan dan Pesisir Teluk . Forum Pascasarjana, pembangunan infrastrukstur saja. Penguatan pada 34(4): 281-296. ketiga variabel tersebut diharapkan dapat Damai, A,A., 2012. Sistem Perencanaan Tata mengoptimalkan peran serta masyarakat, sehingga Ruang Wilayah Pesisir: Studi Kasus Teluk diharapkan dapat meningkatkan kepuasan Lampung [Disertasi] Sekolah Pasca Sarjana wisatawan dan kesejahteraan masyarakat Pulau Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kaledupa. Durance, P., dan Godet, M., 2010. Scenario Building: Uses and abuses. Technol. Forecas. UCAPAN TERIMAKASIH Soc. Change 77:1488-1492. Febriani, N.D., 2011. Perencanaan Program Data lapangan yang digunakan dalam Ekowisata Mangrove di Pulau Kaledupa penelitian ini berasal dari kegiatan penelitian yang Taman Nasional Wakatobi, Tugas Akhir, dibiayai oleh DIPA Pusat Penelitian dan Program Keahlian Ekowisata, Program Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Diploma Institut Pertanian Bogor, Bogor. Balitbang-KKP tahun anggaran 2014 nomor MAK Godet, M., dan Roubelat, F., 1996. Creating the 2373.004.013.524111. Penulis mengucapkan terima Future: The Use and Misuse of Scenarios. kasih kepada Dr. Budi Sulistiyo selaku Long Range Plann. 29 (2):164-171. Kapuslitbang SDLP dan tim kegiatan Wakatobi. Gray, T., dan Hatchard, J., 2008. A Complicated Terima kasih juga diucapkan untuk Kepala Seksi 2 Relationship: Stakeholder Participation and the Taman Nasional Wakatobi, dan staf diantaranya Ecosystem-Based Approach to Fisheries Pak Faruli, Pak Ali dan Pak Sahari yang telah Management. Marine Policy, 32(2):158-168. banyak membantu pelaksanaan survey lapangan. Gunn, C.A, 1993, Tourism Planning: Basics, Concepts, Cases. Taylor & Francis, New DAFTAR PUSTAKA York.

Harun, Z., 2014, Model Strategi Pemberdayaan Adam, L., 2012. Kebijakan Pengembangan Masyarakat Melalui Pengembangan Pariwisata Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus: Kab. yang Berbasis Komunitas Lokal : Kasus di Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kota Padang Panjang, Jurnal Antropologi, Kab. Pulau Morotai, Provinsi Utara), 16(1):99-106. Jurnal Perikanan & Kelautan, 2(2):115-126. Hermantoro, H., 2009, Pengelolaan Bidang Adrianto, L., 2013. Bahan Presentasi Ekonomi Biru Pariwisata Bahari dalam Pelaksanaan Strategi untuk Perikanan Tangkap. Institut Pertanian Adaptasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim, Bogor, Bogor. Jurnal Kepariwisataan Indonesia, 4(1):142- Barus, S.I.P., Patana, P., dan Afiffudin, Y., 2013. 158. Analisis Potensi Obyek Wisata dan Kesiapan Moscardo, G., dan Kim, E., 1990, Social Science Masyarakat dalam Pengembangan Desa Research Need for a Sustainable Coastal and Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Marine Tourism, CRC Research Center, Danau Linting Kabupaten Deli Serdang. James Cook University, Townsville. Peronema Forenstry Science Journal, Nugraha, P,S., dan Aliyah, I., 2013, Pengelolaan 2(2):143-151. Kawasan Wisata Berbasis Masyarakat Sebagai Anonim, 2009. Kabupaten Wakatobi Dalam Angka Upaya Penguatan Ekonomi Lokal dan Tahun 2009. Wanci, Wakatobi. Pelestarian Sumberdaya Alam di Kabupaten Bourgeois, R., dan Jesus, F., 2004. Participatory Karanganyar, Jurnal Cakra Wisata, 13(1):26- Prospective Analysis: Exploring and 38. Anticipating Challenges with Stakeholders. Putra, N., dan Hendarman, 2012, Metodologi CAPSA Monograph No. 46, Bogor. Penelitian Kebijakan. Penerbit PT. Remaja Cornwall, A., dan Jewkes. R., 1995. What is Rosdakarya, Bandung. Participatory Research? Soc. Sci. Med. Santosa, H., 2013, Harmonisasi Pariwisata 41(12):1667-1676. Berkelanjutan Wakatobi Melalui Program November 2015 H.L. SALIM DKK.: PENGEMBANGAN PARIWISATA BAHARI 387

Destinastion Management Organization Masyarakat Lokal di Bali, Jurnal Ilmu Sosial (DMO), Buletin Napoleon, 3:1-4. & Humaniora, 2(1):150-157. Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Tanaya, D,R., dan Rudiarto, I., 2014, Potensi Kualitatif, dan R & D. edisi ke-2, CV Pengembangan Ekowisata Berbasis Alfabeta, Bandung. Masyarakat di Kawasan Rawa Pening, Sukadi, Sutama dan Sanjaya, 2013, Pengembangan Kabupaten Semarang, Jurnal Teknik PWK., Potensi Pariwisata Spiritual Berbasis 3(1):71-81.