(Kendari) Dan Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL LOGAM DI DAERAH KABUPATEN KONAWE (KENDARI) DAN KABUPATEN KOLAKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Oleh : Moe’tamar, Hotma Simangunsong, Selo H.J.Sihombing SUBDIT MINERAL LOGAM ABSTRACT Inventory area, geographically is bordered by 4 coordinate points that located in 2 (two) regencies ei: Konawe Regency and Kolaka Regency. The location of study area lies in Sonai, Puriala District, Konawe Regency and Iwoikondo, Tirawuta District, Kolaka Regency. The inventory of secondary data in the Konawe and Kolaka Regency, South-East Sulawesi, are collected some commodities: a). The point number of collected commodities potency are 66 location points, consist of metallic mineral (24 points), non metallic mineral (39 points) and coal (3 points). b). The point number of commodities potencies in Kolaka are 26 locations involve 5 points for metallic mineral, 21 points for non metallic mineral. Mapping result and review of geological condition, soil geochemistry, mineralization, test pit in Sonai as follows: The geological study area consists of hasburgite as the oldest deposit and cover by youngest deposit (alluvium). The geological structure is joint and fault trending northeast to southwest. The type of alteration is serpentinization. The statistical of soil geochemistry for Ni indicate the maximum value 44520 ppm = 4.4520 %. Minimum 1812 ppm = 0.1812 %. The average value is 7046 ppm ( 0.7046 %) for Ni anomaly > 6317 ppm = 0.6317%. Garnierite mineralization are in brecciaed rocks that undergone serpentinization. In KDSU-1 test pit, the Fe grade is 200,000 ppm = 20%, nickel 3996 ppm = 0.3996%. At depth of 2 – 3 m, test pit of DKSU –2 show the high Ni content; 14910 = 1.4 910 %, and Fe 135000 ppm = 13.5%. At depth of 1.2 – 2.2 m, as saphrolite, where the garnierite vein is still seen with the thickness 1 – 3 mm. Garnierite of this area is derived from residue concentration of left material (upper zone) and as a crack concentration carrying as colloidal particles (middle zone). According to Ni, Co, Cr, Mg, Fe anomaly, and chemical data of garnierite mineralization, in the study area, et least there is 3 prospect areas: prospect zone (P1), (P2) and (P3). It is approximated the garnierite mineralzation distribution is southeast - southwest. The result of mapping and review of geology, soil geochemistry, mineralization, test pit and hand auger, within the Iwokondo study area: Geological condition, alteration and mineralization of Iwokondo generally are similar with Sonai area. The oldest deposit is hasburgite except in some locations were found pyroxenite as lenses of hazburgite and bearing of magnetite. The structure consisting of joint and fault that have a direction northwest – southeast is sinistral fault. In general these fault have the same direction with Lasolo primary fault. The statistical of soil geochemistry for Ni indicate the maximum value 21710 ppm = 2.1710 %. Minimum 665 ppm = 0.0665 %. The average value is 7149 ppm ( 0.7149 %) for Ni anomaly > 11193 ppm = 1.11937%. In KLSU-1 test pit, garnierite found at depth of 4.2-5.2 m. Ni grade = 55110 ppm = 5.551%. The Fe grade = 155,000 ppm = 15.5%. KL / BOR 1 garnierite was found at depth of 6.5 – 7 m. Ni content; 14140 = 1.4140 %, the Fe grade = 163,000 ppm = 16.3%. and KL/BOR 2 with the highest grade of Ni = 9130 ppm = 0.913%. Garnierite mineralization in this area is derived from residue concentration of left material (upper zone) and cracks concentration carrying as colloidal particles (middle zone), and carried residue concentration as colloidal particles (middle zone). According to Ni, Co, Cr, Mg, Fe anomaly, and chemical analysis data of garnierite, et least there is 3 prospect areas: prospect zone (P1), (P2) and (P3) is approximated the garnierite mineralzation distribution is from south - north. Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan – DIM, 2005 14-1 Based on the hypothetic resource calculation, the Iwoikondo area has resource as much as 64617 ton. 1. Pendahuluan Bujur Timur Lintang Selatan 1.1. Latar Belakang o o Sesuai dengan Keputusan Menteri Energi 121 47’ 28’’ 02 42’ 47’’ dan Sumber daya Mineral o o No.1452K/10/MEM/2000, tentang Pedoman 122 39’ 29’’ 04 03’ 11’’ Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di o o Bidang Inventarisasi Sumber Daya Mineral 121 27’ 50’’ 04 34’ 01’’ dan Energi, maka tugas dan fungsi Direktorat Inventarisasi Sumber daya Mineral adalah 121o 04’ 41’’ 03o 18’ 15’’ melaksanakan kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber daya mineral. Sejak tahun 2. Geologi Regional/Hasil Penyelidikan 2001, kegiatan inventarisasi dan evaluasi Terdahulu sumber daya mineral dilakukan secara Secara umum daerah ini termasuk bersistem per kabupaten melalui Proyek Mandala Geologi Sulawesi Timur, yang Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian dicirikan oleh himpunan batuan malihan, Mineral Indonesia. Pada tahun 2004, kegiatan serpentinit, gabro, basal, dan batuan sedimen inventarisasi dilakukan oleh beberapa tim pelagos Mesozoikum (Sukamto, 1975). yang salah satu diantaranya Tim Inventarisasi Batuan-batuan yang tersingkap di daerah dan Evaluasi Mineral Logam di daerah kegiatan inventarisasi berumur mulai dari Kabupaten Konawe (Kendari) dan Kabupaten Paleozoikum sampai Kuarter, menurut E. Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Rusmana, dkk. (1993) pada Peta Geologi 1.2. Maksud dan Tujuan Lembar Lasusua – Kendari, Sulawesi, sekala 1 : 250.000. Maksud dilakukannya inventarisasi dan evaluasi sumber daya mineral di Kabupaten Berdasarkan himpunan batuan dan Konawe dan Kabupaten Kolaka adalah untuk pencirinya, geologi Lembar Lasusua – mencari data primer maupun data sekunder Kendari dapat dibedakan dalam dua lajur; tentang potensi sumber daya mineral yang yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu. Lajur terdapat di daerah ini untuk melengkapi bank Tinodo dicirikan oleh batuan endapan paparan data yang telah dimiliki oleh Direktorat benua, dan Lajur Hialu oleh endapan kerak Inventarisasi Sumber Daya Mineral. samudra/ofiolit, (Rusmana, dkk., 1985). Secara garis besar kedua mendala ini dibatasi Tujuannya adalah untuk pembuatan Bank oleh Sesar Lasolo (Gambar 2). Data Sumber Daya Mineral Nasional dengan data terbaru dan akurat. Data tersebut dapat Batuan yang terdapat di Lajur Tinodo membantu untuk memudahkan pemerintah yang merupakan batuan alas adalah batuan daerah setempat dalam rangka pengembangan malihan Paleozoikum (Pzm) dan diduga wilayah guna menggali pendapatan asli daerah berumur Karbon. Pualam Paleozoikum di bidang pertambangan. (Pzmm) menjemari dengan batuan malihan Paleozoikum terutama terdiri dari pualam dan 1.3. Lokasi dan Kesampaian Daerah batugamping terdaunkan. Secara geografis daerah kegiatan Pada Permo -Trias di daerah ini diduga inventarisasi dibatasi oleh koordinat sebagai terjadi kegiatan magma yang menghasilkan berikut. (Gambar 1); terobosan antara lain aplit PTr (ga), yang Sedangkan lokasi daerah uji petik terletak menerobos batuan malihan Paleozoikum. di daerah Sonai Kecamatan Puriala, Formasi Meluhu (TRJm) ,secara tak selaras Kabupaten Konawe dan di daerah Iwoikondo menindih Batuan Malihan Paleozoikum. Pada Kecamatan Tirawuta,Kabupaten Kolaka. zaman yang sama terendapkan Formasi Tokala (TRJt). Hubungan dengan Formasi Meluhu adalah menjemari. Pada kala Eosen Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan – DIM, 2005 14-2 hingga Miosen Tengah (?), pada lajur ini Mineral terdapat mineralisasi logam besi terjadi pengendapan Formasi Salodik (Tems); laterit dengan kadar bijih Fe = 49 %, sumber daya terunjuk = 1.500.000 ton bijih di daerah Batuan yang terdapat di Lajur Hialu Lingkobale, Kecamatan Asera, Kabupaten adalah batuan ofiolit (Ku) yang terdiri dari Konawe dan juga terdapat beberapa daerah peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. potensi mineral bukan logam lainnya. Batuan ofiolit ini tertindih tak selaras (?) oleh (Gambar 3.). Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur Akhir, dan terdiri dari batugamping berlapis Di Kabupaten Kolaka terdapat khromit bersisipan rijang pada bagian bawahnya. plaser dengan sumber daya hipotetik 7 juta ton Batuan sedimen tipe molasa berumur bijih. Di Kec. Pomalaa, PT. Aneka Tambang Miosen Akhir – Pliosen Awal membentuk telah menambang bijih nikel dengan kadar Ni Formasi Pandua (Tmpp). Formasi ini 2,17 % s.d. 2,29 % dan di sebelah selatannya mendindih takselaras semua formasi yang terdapat laterit dengan asosiasi Ni-Co dengan lebih tua, baik di Lajur Tinodo maupun di kadar Fe 19,17 %(Gambar 3). Lajur Hialu. Pada Kala Plistosen Akhir Berdasarkan data geokimia (M. Bagdja. terbentuk batugamping terumbu koral (Ql) dan P., 1998), daerah Sungai Meraka dan Sungai Formasi Alangga (Opa) yang terdiri dari Sonai, Kec. Puriala, Kab. Kendari merupakan batupasir dan konglomerat. Batuan termuda di daerah anomali unsur-unsur Ni, Co, Fe, Cr, lembar peta ini ialah Aluvium (Qa) yang dan Mn dengan nilai analisis kimia conto terdiri dari endapan sungai, rawa dan pantai. endapan sungai yang cukup besar (Ni = 860 2.2. Struktur ppm dan Cr = 13.660 ppm) dan di daerah Kec. Tirawuta, Kab. Kolaka, merupakan daerah Struktur geologi yang dijumpai di daerah anomali unsur-unsur Ni, Co, Fe, Cr dan Mn, kegiatan adalah sesar, lipatan dan kekar. Sesar yang berbatasan dengan Kabupaten Kendari). dan kelurusan umumnya berarah baratlaut – tenggara searah dengan Sesar geser jurus Ditinjau dari segi geologi daerah ini mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif hingga menempati batuan batuan ultrabasa /ofiolit kini. Sesar tersebut diduga ada kaitannya (Ku) berumur Kapur, batuan ini merupakan dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada tempat kedudukan mineralisasi logam Ni dan Kala