I. Pendahuluan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
http://www.mb.ipb.ac.id I. PENDAHULUAN Semakin pesatnya perkembangan sosial ekonomi dunia, memungkinkan semakin berkembangnya penggunaan sarana transportasi udara sebagai salah satu altematif utama yang dapat digunakan masyarakat dalam melakukan perjalanan ke kota atau ke negara lain. Dalam era global mendatang, Asia Pasifik merupakan suatu wilayah regional yang akan mengalami pertumbuhan yang cepat dan akan menjadi pasar penerbangan yang terbesar kedua setelah wilayah regional Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Sejalan dengan M tersebut diperkirakan akan semakin banyak perusahaan penerbangan asing dan domestik yang melakukan investasinya di wilayah Asia Pasifik, baik dalam ha1 rouk penerbangan, jumlah penerbangan, maupun inpight services (pelayanan di dalam pesawat udara). Inflight services yang dituntut konsumen diantaranya adalah kenyamanan fasilitas di dalam pesawat, entertainment di dalam pesawat, dan pelayanan makanan dalam pesawat (flight catering). Jasa jight catering akan semakin penting bagi perusahaan penerbangan, terutama dalam meningkatkan daya saingnya dalam bisnis jasa penerbangan. Mike Bratt dalam konferensi IFSA tahun 1997 di Belgium (Majalah IFCA April 97, Vo1.12 No.2) menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk catering lebih penting daripada biaya untuk iklan karena pengalaman penumpang pesawat udara terhadap makanan itulah yang sangat penting. Selain itu, pengaruh psikologis terhadap makanan merupakan suatu keuntungan emosional. Makanan dapat menciptakan suatu kesempatan yang penting bagi konsumen untuk memilih kembali ke perusahaan penerbangan tersebut, serta dapat menggambarkan apakah http://www.mb.ipb.ac.id perusahaan penerbangan tersebut kaya atau miskin. Kenaikan atau penambahan jumlah konsumen sebesar 5% saja akan dapat meningkatkan keuntungan maskapai penerbangan sebesar 25 - 85 persen. Dari keterangan di atas, bisnis jasa flight catering sangat strategis dan mendukung suatu bisnis jasa penerbangan, terutama flight catering yang berbasis pada airline atau maskapai penerbangan tertentu. TSG/SKY Chefs dalam Majalah Onboard Services edisi Mei/Juni 1996 memperkirakan pasar dunia flight catering akan mendekati U.S. $9 milyar/tahun. Konsumen yang terbesar akan terdapat di wilayah Eropa/Timur Tengah/Afrika sebesar 38% dari total pasar, Asia sebesar 32%, Amerika Utara 26%, dan Amerika Selatan 4%. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Perkiraan Pasar: U.S. $9 milyar/tahun Amerika Selatan Amerika Utara Asia. Eropaflimur TengahlAfrika Wilayah Gambar 1. Perkiraan Aktivitas Flight Catering Dunia (LSG/SKY Chefs, 1997) http://www.mb.ipb.ac.id Pelayanan makanan dalam pesawat dapat terselenggara dengan baik dan memuaskan para pemakai jasa penerbangan jika para caterer atau perusahaan jasa flight catering dapat melaksanakan produksi makanannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah menjadi standar serta kesepakatan dengan pihak perusahaan penerbangan. Perkembangan jasa flight catering yang menuntut pelayanan yang cepat dan kontinu membutuhkan suatu perencanaan dan persiapan yang matang. Hal ini sangat memerlukan suatu pengetahuan yang mendalam mengenai perencanaan menu, seleksi makanan, peralatan teknologi, penyajian makanan yang saniter, organisasi yang teratur, pengarahan karyawan yang baik (supewisi), dan kontrol biaya. Singkatnya, untuk mengelola suatu jasa di bidangjight catering sangat dibutuhkan suatu manajemen teknologi yang baik, sehingga dapat bersaing dengan perusahaan jasayight catering lainnya. Awowisata Catering Service (ACS) adalah perusahaan flight catering yang temama dan tertua di Indonesia. Sebagai perusahaan flight catering yang berbasis pada airline Garuda, ACS mempakan perusahaan jasa boga yang khusus mengelola, menyiapkan dan melayani perbekalan makanan untuk suatu penerbangan, di samping mehyani semua kebutuhan perbekalan Garuda. Makanan yang disediakan disajikan dalam keadaan panas (hot meal) dan dalam keadaan dingin (cold meal). Setiap hari ACS melayani perusahaan penerbangan baik domestik (8 perusahaan penerbangan) maupun internasional (33 perusahaan penerbangan). Permintaan jasa flight catering yang semakin meningkat mendorong ACS untuk membuka cabang di kota lain, seperti Denpasar, Medan, Surabaya, dan Balikpapan. ACS Jakarta selain melayani catering uplift ke pesawat, juga melayani outside catering. Frekuensi penerbangan yang dilayani setiap hari oleh ACS Jakarta kurang lebih 120 - 150 flight, baik domestik maupun internasional. Jumlah catering upliff yang dihasilkan ACS Jakarta mengalami peningkatan http://www.mb.ipb.ac.id setiap tahunnya (Tabel 1). Dengan terus meningkatnya jumlah makanan yang harus dihasilkan, maka perusahaan harus semakh mengefekt- manajemen teknologi yang ada, untuk menghasilkan makanan yang berkualitas, baik dari segi nilai gizi, rasa, dan keamanan pangan. Tabel I. Jumlah Meals Uplifl Yang Dihasilkan Oleh ACS Sumber: ACS, 1998 Salah satu topik penting yang sedang hangat pada era global saat ini adalah masalah kesehatan dan keamanan pangan. Hal ini sangat penting karena pangan olahan menjalani suatu mata rantai pangan yang panjang sejak produksi, proses, sampai ke konsumsi. Makanan yang dihasilkan oleh ACS juga melewati suatu tahapan proses yang panjang, mulai dari bahan baku (impor dan lokal), proses produksi, pengemasan, penyimpanan, persiapan makanan, sampai dengan pengangkutan makanan ke pesawat. Proses panjang tersebut berlangsung selama 8 - 12 jam. Selama waktu tersebut besar kemungkinan makanan tersebut terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan. Bila terjadi hal-hal yang membahayakan kesehatan penumpang pesawat udara (food born illness), maka akan menyditkan keadaan di dalam pesawat dengan kondisi dan fasilitas yang serba terbatas, bahkan dapat meruntuhkan http://www.mb.ipb.ac.id citra dari perusahaan penerbangan tersebut. Food borne illness dalam suatu penerbangan pernah terjadi, seperti yang dikemukakan oleh Bambang Soerachim (General Manager ACS), yaitu penerbangan British Airways dari London ke Saudi Arabia pada tanggal 12 Maret 1984 dengan jumlah penumpang 431 orang. Para penumpang mengalami keracunan makanan setelah menyantap hidangan makan malam mereka. Berkaitan dengan masalah keamanan pangan tersebut, ACS Jakarta kadang-kadang menerima klaim dari konsumen pengguna jasa penerbangan terhadap makanan (meals uplift) yang dihasilkan. Sebagian besar keluhan konsumen tersebut adalah mengenai adanya rambut atau benda-benda kecil yang ikut serta dalam kemasan makanan tersebut. Di samping masalah klaim terhadap makanan, ACS juga harus dapat menjamin bahwa meals uplift yang diantarkan ke pesawat tepat waktu sehingga keberangkatan pesawat tersebut tidak tertunda oleh keterlambatan pengiriman makanan. Dalam hal ini, ACS pernah menerima warning atau peringatan akibat keterlambatan dalam pengiriman additional meals (makanan tambahan). Selain itu, biaya yang dikeluarkan oleh ACS saat ini terhadap produksi meals uplift mengalami peningkatan yaitu sebesar 43% dari penjualannya walaupun jumLah meals upli? yang clihasikan tiap tahun mengalami peningkatan. Padahal, biaya produksi tersebut seharusnya dapat ditekan sampai 30% bila pengelolaan tehologi produksinya efisien. Hal seperti itu tidak dapat dibiarkan terus-menerus, apalagi bila perusahaan tersebut menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam era global ini. Satu hal yang penting bila ingin memenangkan persaingan tersebut adalah ACS harm berusaha semaksimal mungkin untuk memuaskan konsumen, baik itu konsumen pengguna jasa penerbangan maupun pihak penerbangan itu sendiri. http://www.mb.ipb.ac.id Penggunaan jenis teknologi yang tepat dan kemampuan mengelola komponen teknologi (perangkat teknologi, sumber daya manusia, informasi, dan organisasi) dapat menentukan keberhasilan dan keunggulan kualitas dan kuantitas produk meals uplift yang dihasilkan, sehingga akhirnya dapat memuaskan konsumen. Keunggulan meals uplift yang dihasilkan dan kepuasan konsumen tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan. Untuk itu, dengan mengkaji komponen teknologi tersebut perusahaan diharapkan dapat menentukan pengembangan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan, serta tuntutan konsumen. Berdasarkan fenomena yang dihadapi perusahaan tersebut, maka geladikaqa ini difokuskan pada kajian berikut: a. Bagaimana pelaksanaan Manajemen Teknologi yang diterapkan oleh Aerowisata Catering Service, Jakarta untuk meningkatkan daya saing perusahaan b. Bagaimana mengembangkan Manajemen Teknologi yang ada untuk meningkatkan produksi dan keamanan pangan, serta memuaskan konsumen pengguna jasa penerbangan terhadap produk yang dihasilkan oleh Aerowisata Catering Service, Jakarta. Tujuan Geladikarya di Aerowisata Catering Service, Jakarta adalah : a. Mengkaji pelaksanaan Manajemen Teknologi produksi di ACS Jakarta. http://www.mb.ipb.ac.id b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Manajemen Teknologi di ACS Jakarta, terutama dari komponen teknologinya. c. Memberikan alternatif pengembangan teknologi yang mungkin dilaksanakan sesuai dengan kondisi perusahaan. a. Geladikarya ini diharapkan dapat memberikan alternatif strategi pengembangan Manajemen Teknologi di Aerowisata Catering Service, Jakarta. b. Geladikarya ini mempakan wahana latihan dan pengembangan wawasan bagi penulis dalam penerapan teori, khususnya bidang Manajemen Teknologi. a. Penelitian difokuskan pada Manajemen Teknologi Produksi Flight Catering yang dilaksanakan ACS Jakarta. b. Kajian hanya sampai pada tahap pemberian alternatif, sedangkan implementasi selanjutnya diserahkan kepada ACS Jakarta. .