SEJARAHARYA SIRA KANURUHAN, Wayan Adiartayasa lahir tanggal 3 Juli 1956, di Pesangkan, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem Provinsi , menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda Pertanian (BSc) tahun 1980 dan Sarjana Pertanian (Ir) tahun 1984 pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Magester Sains (MSi) Program Pascasarjana Bioteknologi Pertanian Universitas Udayana tahun 2006. Bekerja sebagai dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana sejak tahun 1986. Ngayah sebagai Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Pratisantana Sira Arya Kanuruhan sejak tahun 2006. olehAdiartayasa, Wayan Berdasarkan Keputusan Mahasabha I Pratisantana Sira Arya Kanuruhan tanggal 25 Agustus 2006, menugaskan Pengurus Pusat Pratisantana Sira Arya Kanuruhan untuk menyusun kembaliSejarah Sira Arya Kanuruhan yang lebih lengkap dan mendekati kebenaran, yaitu dengan menggali dan mengumpulkan babad, sejarah, prasasti dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan Sejarah Sira Arya Kanuruhan. Keterlambatan hasil penulisan Sejarah Sira Arya Kanuruhan

dari waktu yang telah diputuskan dua tahun setelah Mahasabha I disebabkan oleh PENGURUSARYAPUSAT PRATISANTANASIRA KANURUHAN adanya beberapa kendala, seperti sulitnya mendapatkan sumber informasi yang valid atau mendekati kebenaran, selalu terjadi perbedaan pendapat dan perdebatan yang sangat alot serta tidak pernah menghasilkan kesepahaman, kesepakatan, kebersamaan, kemufakatan dalam pembahasan materi sejarah. Namun penulis terus berjuang mengumpulkan sumber informasi yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan semeton para arya di Bali, kemudian dibahas, dianalisis dan dihubungkan berdasarkan silsilah keturunan. Berawal dari keberhasilan Arya Kebo Anabrang (Arya Sabrang) yang diutus ke Melayu untuk mendapatkan Diah Dara Petak dan Diah Dara Jingga, kemudian putra beliau bernama Arya Kebo Taruna ikut dalam penyerangan kerajaan ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih . Atas kearifan Mahapatih Gajah Mada dalam menerapkan daya upaya dan siasat perangnya, akhirnya Bali ditaklukkan kerajaan Majapahit.Setelah kemenangannya, Mahapatih Gajah Mada membagi-bagikan tugas kepada para arya untuk mengayomi wilayah Bali, seperti Arya Kebo Taruna ditugaskan di desa Tangkas, Arya Kutawaringin di Gelgel, Arya

Kenceng di Tabanan dan Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya. Setelah Ida , Dalem Sri Kresna Kepakisan dinobatkan menjadi Adipati Raja di Bali, Arya Kebo Diterbitkanoleh Taruna menjabat sebagai Sekretaris (Penyarikan) Raja yang kemudian bergelar Arya Kanuruhan dan tetap berkedudukan di desa Tangkas. Kemudian beliau mempunyai putra bernama Kyayi Arya Brangsinga, Kyayi Arya Tangkas dan Kyayi

Arya Pegatepan yang selanjutnya mengembangkan keturunannya di seluruh daerah Bali. Silahkan membaca buku ini sebab perkembangan Pratisantana Sira Arya Kanuruhan telah dikupas secara jelas di dalamnya. Bila anda termasuk Pratisantana Sira Arya Kanuruhan, tentu buku ini akan berguna dan sangat tepat, untuk mengetahui silsilah kehidupan leluhurnya. Percet

Sejarah Sira Arya Kanuruhan

Oleh : Wayan Adiartayasa [email protected]

ISBN : 978-602-72541-0-7 : viii + 84 hal; 14,8 x 21 cm

Editor : Erens Labetubun

Penyunting : Pengurus Pusat Pratisantana Sira Arya Kanuruhan

Desain By : Erens Labetubun

Diterbitkan: TohpatiOleh Grafika Utama, Jl. Gatot Subroto Timur No. 38, Denpasar, Bali. Telp. 0361-468227,468228 Fax. +62 361-468231 Email : tohpatigrafika@y

Cetakan Pertama : April 2015

Hak Cipta pada penulis : Sanksi Pelanggaran Pasal 44 : Undang-Undang Nomor 12 tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tahun) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000.00 (Seratus Juta Rupiah) 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum sesuatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana paling lama 5 tahun (tahun) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. .000.00 (Lima Puluh Juta Rupiah). ii

PRAKATA

Om Swastyastu, Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Ida Betara Hyang Leluhur/Kawitan, berkat asung kerta wara nugraha Nya buku yang berjudul “Sejarah Sira Arya Kanuruhan” dapat tersusun dan diterbitkan pada waktunya. Penulisan buku ini dilaksanakan berawal dari beragamnya sumber informasi tentang Sejarah Sira Arya Kanuruhan. Beragamnya informasi tersebut banyak didapatkan dari berbagai sumber seperti: cerita langsung para leluhurnya secara turun temurun, tarian topeng yang kebanyakan bercerita tentang babad, media cetak dan media elektronik yang berkembang sangat pesat. Sira Arya Kanuruhan menjabat Sekretaris (Penyarikan) Raja Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan, dan ketiga keturunan beliau yang mempunyai prestasi tinggi dan tercatat dalam lembaran sejarah pemerintahan raja-raja di Gelgel: 1. Kyayi Arya Brangsinga ikut berperan bersama para arya lainnya, menobatkan Ida Dalem Ketut Semara Kepakisan dan mendirikan “Sweca Linggarsa Pura di Gelgelserta menjabat Sekretaris (Penyarikan) Raja Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan. 2. Kyayi Gusti Pegatepan (putra Kyayi Arya Pegatepan) yang bertugas melerai perang antara saudara cucu dari Kyayi Gajah Para di Tianyar pada masa pemerintahan Ida Dalem Waturenggong. 3. Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti (cucu Kyayi Arya Tangkas) ditugaskan oleh Ida Dalem Sagening untuk mengamankan Wilayah Kertalangu,sebab ditinggalkan oleh pemegang kekuasaan Kyayi Ngelurah Agung Mantra Pinatih akibat dikerebuti oleh segerombolan semut dan dianugrahi putra Ida Dalem Sagening yang masih dalam kandungan Istrinya, kemudian diberi nama Pangeran Tangkas Kori Agung, sebagai penerus Pratisantana Kyayi Arya Tangkas. Hampir enam setengah abad yang lalu Sira Arya Kanuruhan mulai menetap di desa Tangkas dan kini tak terasa sudah lebih dari 21 generasi atau keturunan telah terlahir di pulau Dewata. Seiring dengan perjalanan waktu dan diikuti perkembangan atau pergantian sejarah pemerintahan raja-raja di Bali, yang sangat berpengaruh langsung pada perubahan dinamika perkembangan pada masing-masing semeton di Bali. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan pola pikir, pendapat dan pandangan pada masing-masing semeton, sehingga terjadi penurunan rasa persaudaraan dan kekeluargaan.

iii Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Naskah Tentang Riwayat Arya Kanuruhan/Pangeran Tangkas Kori Agung, PENGURUS PUSAT 1987. Diterbitkan Penngurus Pura Pusat Tangkas Kori Agung Klungkung. PRATISANTANA SIRA ARYA KANURUHAN

Pelelintih Kyayi Tangkas Koriagung, 2002. Kesalin Olih Drs I Nyoman Sukada Sekretariat Jl. Nenas Telp. 0361-22644 Amlapura Prasasti Pasek Bendesa Pura Selat, Banjar Ketapian Klod, Desa Sumerta SAMBUTAN KETUA UMUM

Kecamatan Denpasar Timur Denpasar Bali Om Swastyastu, Pura Luhur Dalem Mutering Kahyangan Jagat Desa Adat Kesiman, 2010) Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Sejarah Dadia Tangkas Koriagung Tulus Dadi di Banjar Jangu, Desa Duda Yang Maha Esa, kita patut ngaturang rasa angayu bagia kehadapan-Nya, Kecamatan Selat Karangasem, 2009 karena dengan perkenan Beliau, kita keluarga besar Sira Arya Kanuruhan Sejarah Pangeran Bandesa Manik Mas, 2011. Drs I Wayan Suadnyana. dapat menye-lesaikan salah satu tugas dari Mahasabha I yaitu menyusun Penerbit Paramita Surabaya kembali Sejarah Sira Arya Kanuruhan.

Serat Tanah Bali Babad Dalem, 2008. Ida I Dewa Ketut Mardiana. Kedhatuan Sudah menjadi kewajiban bagi pratisantana (keturunan) untuk melaku-kan persembahan dan sujud bakti kepada leluhur yang telah mengadakan ketu- Kawista Belatungan runannya. Salah satu bentuk persembahan dan sujud bakti kepada leluhur ada-lah Silsilah Orang Suci dan Orang Besar di Bali, 2004. Sri Reshi Anandakusuma. penulisan sejarah leluhur dan perkembangannya dari masa lampau hingga kini. CV Kayumas Agung Sejarah leluhur adalah sangat penting untuk mengetahui perkembangan leluhur, Sisilah Preti Sentana Arya Kanuruhan Tangkas Kori Agung Dadya Ibu Gede tidak boleh terputus dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam kehidupan Pesangkan Selat Karangasem, 2008. masyarakat di Bali disebutkan bahwa kita memiliki utang kepada le-luhur yang http://id.wik& L Nyn Manikanipedia.org/wiki/Sejarah,Halaman ini terakhir diubah biasa kita sebut Pitra Rna, oleh karena berkat beliaulah kita lahir dan dibesarkan. pada 02:18, 12 Oktober 2010. Kemudian utang tersebut dibayar dengan Pitra Yadnya, yang selan-jutnya distanakan pada masing-masing pura merajan atau pura paibon. Agar da-pat http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia, Halaman ini terakhir diubah pada memuja leluhur dengan baik, maka alangkah baiknya para pemuja mengenal siapa 15:41, 7 Oktober 2010. leluhurnya, seperti halnya memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, leluhur yang dipuja sebaiknya dikenal baik nama maupun riwayat hidupnya. Untuk men-genal

leluhur dengan baik, maka sejarah semestinya dipelajari untuk mendapat-kan kebenaran. Oleh karena itu rekonstruksi ulang sejarah perlu dilaksanakan

agar dapat menggambarkan kembali pada masa lampau. Kesadaran akan masa lampau sesungguhnya adalah untuk mengetahui atau menemukan jati diri yang pada akhirnya

menjadi ciri individu, kelompok, etnik atau bangsa pada kehidupan sehari-hari.Atas dasar jati diri dan identitas dirinya akan menjadikan lebih eksis pada berbagai peran dan

status di masyarakat.

Harapan dari buku ini diterbitkan dan sekaligus bertujuan menyadarkan bagi Semeton Pratisantana Sira Arya Kanuruhan, bahwa tidak ada soroh atau

v 84 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Bendesa Tangkas Kori Agung mempunyai putra lima orang, yang sulung adalah DAFTAR ISI perempuan/istri kemudian menikah dengan keturunan Kyayi Agung Pasek Gelgel, adiknya juga perempuan/istri menikah dengan Angelurah Tabanan, adiknya yang Bab Judul Halaman ketiga laki-laki bernama Ki Tangkas Kori Agung menetap di desa Sading, kemudian Judul .. …………………………………………………………………. i adiknya yang keempat bernama Ki Arya Gembong (terkenal nama beliau Ki Prakata….…………………………………………………………….… iii Tangkas Sumerta) di desa Sumerta dan adiknya yang bungsu bernama Ki Tangkas Sambutan Ketua Umum Pratisantana Sira Arya Kanuruhan ……... v Daftar Isi……………………………………………………………..…... vii Kori Agung Pandak menetap di desa Pandak. Belum diceritakan mengenai penyebaran putra ketiga dan kempat dari I Daftar Gambar ………………………………………………………..… viii Gusti Ayu Tangkas Kori Agung yang bernama Pasek Tangkas Kori Agung dan I PENDAHULUAN…………………………………………………..…..... 1 Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung? Masih dalam penelusuran informasi dari II LELUHUR SIRA ARYA KANURUHAN DI TANAH JAWA …..…....… 6 III KERAJAAN BEDAHULU DI BALI …………………………………..... 15 semeton terkait? Demikian keterangan cerita dan sejarah keturunan Sira Arya Kanuruhan, IV KERAJAAN MAJAPAHIT …………………………………………....… 18 yang mengiringinkan Paduka Yang Mulia Batara Ida Dalem, semuanya V MISI MAHA PATIH GAJAH MADA KE BALI ………………..…..….... 21 berkembang, berada dipelosok-pelosok desa, sehingga keturunan-keturunannya VI PERKEMBANGAN SIRA ARYA KANURUHAN DI BALI …….…...... 28 jangan saling melupakan. Dan bila ada salah seorang mempunyai kecakapan, 6.1 Pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan pengetahuan, agar disambung dan disempurnakan sejarahnya, agar mendatang Tahun 1352-1380 ...... 28 terang, jelas mengetahui, tahu harga diri, berilmu, mengetahui jasa dan kerti 6.2 Pemerintahan Ida Dalem Samprangan (Ida Dalem Ile) Tahun 1380-1383 ...... 30 leluhur sendiri, dengan tujuan agar tidak berbuat jahat, tetap berbuat menurut DHARMA(SESAME YUKTI). 6.3 Pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan Tahun 1383-1460 ...... 33

6.4 Pemerintahan Ida Dalem Sri Waturenggong Tahun 1460-1550 …...... 38

6.5 Pemerintahan Ida Dalem Pemayun Bekung Tahun 1550-1580 ……...... 43

6.6 Pemerintahan Ida Dalem Sagening Tahun 1580-1665 ……………………………………………...... 48

Arya Wang Bang Pinatih Meninggalkan Wilayah Kertalangu Tahun 1605 ………………………………...... 51

Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti Kesah ke Kertalangu Tahun 1605 …………………………………………………...... 64

Pembangunan Puri Kedaton Kesiman Denpasar Tahun 1617.. 70 6.7. Pemerintahan Ida Dalem Anom Pemahyun

Tahun 1665 ……………………………………………………...... 72 6.8. Pemerintahan Ida Dalem Dimade Tahun 1665-1686 …….……. 79 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...... 84

82 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa vii nanti di Sorga. Demikianlah kata-kata yang dikeluarkan oleh Pangeran Tangkas BAB I Kori Agung, lalu De Gurun Pasek Gelgel berunding dengan saudara-saudara PENDAHULUAN sepupu dan mindonnya dari keturunan I Gusti Agung Pasek Gelgel, akhir kata Babad adalah sejenis teks dari Jawa dan Bali yang berhubungan dengan disetujui oleh semua saudara-saudara Pasek, sehingga akhirnya terjadilah sejarah. Etimologi kata babad berasal dari bahasa Jawa, dalam bahasa Jawa perkawinan sesuai dengan permintaan Pangeran Tangkas Kori Agung. artinya “membuka lahan baru” atau “memotong pohon/hutan”. Hubungannya Diceritakan terlebih dahulu berdasarkkan garis keturunan secara biologis dengan sejarah ialah bahwa sejarah suatu wilayah biasanya dimulai dengan I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung adalah putri Pangeran Tangkas Kori Agung, pembukaan daerah tersebut (Wikipedia ). Sejarah, babad, hikayat, cucu dari Ida Dalem Sagening, kemudian kita telusuri leluhur bilau lebih keatas riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan adalah Ida Dalem Waturenggong, Ide Dalem Ketut Semara Kepakisan dan Ida peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan, jadiI Gusti Ayu Tangkas Kori Agung adalah silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu generasi keenam dari Ida Dalem Kresna Kepakisan. Kemudian kita hubungkan yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting pada masa lalu manusia. generasi Kyayi Patih Ulung (I Gusti Agung Pasek Gelgel) sebagai Adipati Raja Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Dahulu, di Bali pada tahun 1343-1352, dengan Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya menjadi Adipati Raja Bali pada tahun 1352-1380, maka dapat disimpulkan (humaniora), akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu kedua generasi tersebut hidup pada waktu dan zaman yang sama. Kemudian sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu mari kita telusuri generasi Kyayi Patih Ulung (I Gusti Agung Pasek Gelgel) sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan beliau mempunyai putra dua orang yaitu Gusti Bendesa Manik dan Gusti di masa lalu. Ilmu sejarah dapat paleografi, dan kliometrik. Semaranata yang kemudian menurunkan Ki Gusti Rare Angon, kemudian menurunkan Kyayi Agung Pasek Gelgel. Kemudian Kyayi Agung Pasek Gelgel Sejarah dalam arti menggambarkan kembali aktivitas yang telah dilakukan mempunyai putra enam orang yaitu Ki Pasek Gelgel di Gelgel, Ki Pasek Gelgel manusia pada masa lampau merupakan kesadaraan sejarah, yang senantiasa di Budaga, Ki Pasek Gelgel di Mandwang, Ki Pasek Gelgel di muncul dalam pikiran atau cipta, rasa dan karsa. Kesadaran akan menemukan jati Sangkanbhuwana, Ki Pasek Gelgel di Akah dan Ki Pasek Gelgel di Aan. Ki diri, yang pada akhirnya menjadi ciri individu, kelompok, suku, atau bangsa, dan Pasek Gelgel yang berdomisili di desa Gelgel mempunyai putra yang bernama masih terus berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah yang memfokuskan Ki Pasek Manik Mas, De Gurun Pasek Gelgel, I Gede Bendesa Gelgel dan perhatian pada salah satu jenis penulisan sejarah keluarga sering Bendesa Manik Mas dan masih banyak yang lainya (Sumber Berbakti kepada disebut historiografi. Sejarah k seperti babad, pamancangah, atau cerita lisan yang Kawitan Leluhur adalah Paramo Dharmah). Apabila kita telusuri berdasarkan hidup secara turun temurun generasi/keturunan, maka Kyayi Agung Pasek Gelgel adalah generasi keempat pada masyarakat Bali. Cerita mengenai riwayat para pendahulu mereka, dari generasi ke generasi berikutnya, seperti salah satu bentuk pemujaan yang tetap dari Kyayi Patih Ulung, sedang I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung adalah hidup dalam masyarakat adalah merajan, paibon, panti, batur, subak, kahyangan generasi keenam dari Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan, sehingga tiga, kawitan, pedarman. Pemujaan tersebut selalu mereka laksanakan atas kemungkinan beliau menikahi putri Pangeran Tangkas Kori Agung sangat kecil. petunjuk dan bimbingan orang tuanya serta mereka melanjutkan tradisi tersebut Disinilah sedikit terjadi kesalahfahaman mengenai putra angkat Pangeran secara berkelanjutan. Oleh karena adanya pemujaan tersebutlah mereka akan Tangkas Kori Agung yang dikatakan selama ini adalah Kyayi Agung Pasek Gelgel. lebih mengenal identitas dirinya,apakah mereka termasuk warga atau semeton Tetapi kenyataannya yang menjadi anak angkat Pangeran Tangkas Kori Agung Pasek, Pande, Bhujangga, Ksatrya Arya, Ksatrya Dalem, Brahmana dan semeton adalah bernama De Gurun Pasek Gelgel yang merupakan putra kedua dari Ki lainnya.

80 1 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa yang berasal dari Baliaga, sehingga kucar-kacir mereka berlarian bersembunyi arya dan sanak saudaranya. Kemudian disepakati menunjuk dan mengangkat agar selamat/hidup. Maka Ida I Dewa Agung Gede Ngurah Adipati Singarsa, Ki Patih Ulung sebagai penguasa sementara di Bali dengan gelar Kyayi Gusti menitahkan agar Ki Gurun Gede Merakih menetap di Datah, membawa Agung Pasek Gelgel dan dinobatkan sebagai raja Bali tahun 1343 serta pasukan/ rakyat, bermukim di sana, tempat diberi nama Banjar Tindih, lengkap berkedudukan di Gelgel. Berkat kebijaksanaan Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel bersama saudaranya, tokoh rakyat Bali dan kerjasama dengan para arya, maka dengan harta benda yang dijarah dalam penggempuran Pendem. Dan adiknya yang bernama Ki Gurun Singha Bulakan, setelah hancurnya keamanan dan ketertiban masyarakat secara berangsur-angsur dapat musuh di Pendem, serempak bersama anak istri dan cucu, pindah dari Bulakan diwujudkan sehingga pemerintahan dapat berkelanjutan. sengaja untuk mencari mata pencaharian, pada akhirnya tiba dan menetap di Lebih kurang tujuh tahun lamanya Kyayi Gusti Agung Pasek Gelgel desa Penuktukan, selanjutnya mereka menetap dan banyak keturunannya di berkuasa di Bali, maka pada tahun 1352 Raja Majapahit berhasil mengangkat seorang Adipati untuk Bali dengan gelar Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan desa Penuktukan. Diuraikan tentang Ki Gusti Madya Abhra Singha, yang tinggal di sebelah putra keempat Mpu Soma Kepakisan dan berkedudukan di Samprangan. Upacara Selatan Sidemen di Kebon, tidak lepas mengabdikan diri pada penguasa di penobatan Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai Adipati di Bali dilaksanakan bersama- Singarsa, sebagai pemuka dalam segala kegiatan raja, perbuatannya sama ketiga saudara tua beliau yang bertugas sebagai Adipati Blangbangan, menyenangkan, sangat setia perbuatannya pada pengabdian, sebagai masa- Pasuruan, dan Sumbawa. Diceritakan setelah usai upacara penobatan Ida Dalem masa lalu. Kemudian mempunyai tiga orang keturunan, seorang perempuan, Ketut Sri Kresna Kepakisan segera berangkat ke Bali untuk memangku jabatan laki-laki dua orang, tertua laki-laki bernama Ki Gurun Gede Abhra Singa, hampir sebagai Adipati Bali. Samprangan dipilih sebagai ibukota Kerajaan dan istana sama namanya dengan nama ayahnya, menetap di Kebon menggantikan orang Adipati adalah atas petunjuk Mahapatih Gajah Mada. tuanya. Adiknya perempuan, bernama Ki Ayu , diberi nama julukan Pada masa pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan, beliau Ki Ayu Bandem, dipinang sebagai istri (lamak) oleh Ida I Dewa Agung Gede didampingi oleh Arya Kepakisan sebagai Menteri Utama, Arya Kuthawaringin Ngurah putra Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, akhirnya melahirkan sebagai Patih yang berdudukan di Gelgel dan Sira Arya Kanuruhan sebagai seorang putra utama bernama Ida I Dewa Suranta Kebon. Yang bungsu Ki Sekretaris Ida Dalem berkedudukan di Tangkas. Sesudahnya datang menyusul Gusti Nyoman Singarata, dititahkan bermukim di Sangkan Gunung, untuk Arya dua saudara bernama Arya Gajah Para dan adik Arya Getas, diperintahkan memelihara (mekandelin) pura tempat persembahyangan Ida Dalem dan untuk mengayomi dan mempertahankan wilayah sebelah timur Gunung Agung keturunannya di Pura Bukit. Keturunan beliau sekarang penyungsung Pura dengan berdomisili di Toya Anyar (Tianyar). Dadia Arya Kanurukan Brangsinga Bentuang Banjar Pakel Desa Sangkang Diceritakan bahwa Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan mempunyai empat putra, yang sulung bernama Ida Dalem Samprangan atau diujuluki Ida Gunung Kecamatan Sidemen. Selama di Sangkan Gunung, ada keturunannya tiga orang, tertua Ki Gede Dalem Ile oleh masyarakat, yang kedua bernama Ide Dalem Taruk, yang ketiga bernama Ide Dalem Ketut atau dijuluki Dalem Ketut Ngelesir dan yang bungsu Singaratha, tetap tinggal di Sangkan Gunung, mempunyai keturunan di Sangkan bernama Ide I Dewa Tegal Besung. Kini dicereritakan Sira Arya Kanuruhan Gunung, Bentuan, Sangkungan. Adiknya bernama Ki Gurun Gede Buluh pindah ke bermukim di Desa Tangkas, telah berputra tiga, yang sulung bernama Arya Bukit Buluh, akhirnya menetap disana dan menurunkan sentana yang bermukim di Brangsinga, yang kedua Arya Tangkas, dan yang bungsu Arya Pegatepan. Sira Wangsian, yang bungsu (Nyoman) bernama Ki Gurun Nyoman Singasari, pindah Arya Kanuruhan telah lanjut usia, beliau digantikan oleh putranya yang tertua ke desa Pateh, menetap di sana, banyak keturunannya. bernama Kyayi Arya Brangsinga, menjadi Kanuruhan Juru Tulis Ida Dalem (Raja). Diceritakan Ki Gusti Wayahan Pegatepan mempunyai tiga putra dan Kyayi Arya Tangkas selain bertugas sebagai Bendesa Tangkas beliau dan seorang putri yang sulung bernama Ki Gusti Wayahan Pegatepan setelah menikah adiknya Kyayi Arya Pegatepan mengabdi sebagai Rakryan Patih.

3 78 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa julukan I Gusti Luh Dijaba, beribu I Gusti Ayu Belong, keturunan Kryan Sukahet. Dewa Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan, tidak ingin Kemudian melahirkan dua orang putra dan putri, yang sulung laki-laki bernama bertakhta di Gelgel, tetapi beliau memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, Ida I Dewa Agung Gde Ngurah, adindanya putri bernama Ida I Dewa Agung yaitu bekas tempat persembunyiannya di Semarapura (Klungkung). Ayu Gde Pemahyun. Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja Diceritakan Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade mendengar berita dan pertama zaman Klungkung. Raja kedua adalah Dewa Agung Di Made I, sedangkan mendapat laporan bahwa Kryan Sagung Maruti hendak menggempur kerajaan raja Klungkung yang terakhir adalah Dewa Agung Di Made II. Pada zaman Singarsa. Segera beliau menyiapkan pasukan berani mati (Pamating) dan bersama Klungkung ini wilayah kerajaan di Bali terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. rakyatnya mendahului menyerang, desa-desa Cegeng, Tambega, beliau Kerajaan-kerajaan kecil ini selanjutnya menjadi swapraja (berjumlah delapan buah) menggelar dan menyiagakan pasukannya serta penyerangan dengan nama atau yang pada zaman kemerdekaan dikenal sebagai kabupaten. semboyan “Tohjiwa”, yang kemudian tempat ini disebut desa Tohjiwa. Beliau Demikianlah perkembangan kerajaan di Bali, dengan adanya pergantian berkemauan keras untuk menghancur leburkan Kryan Sagung Marutidi Gelgel. kekuasaan yang berkelanjutan dan atau adanya pengalihan kekuasaan secara Namun terhalang oleh banjir tukad Unda yang amat dahsyat,(pada bulan Januari - paksa karena pemberontakan akan menyebabkan adanya kehancuran dan Februari atau sasih kepitu - kawolu setiap tahunnya selalu terjadi banjir amat kehilangan sumber-sumber kajian penelusuran sejarah. dahsyat di tukad Unda). Walaupun terhalang oleh banjir namun tekad dan semangat beliau beserta pasukannya semakin kuat dengan menggelorakan semboyan seperti, “Kapan pula aku mempertaruhkan jiwa, di Yamaloka atau di surga, dibunuh, membunuh, bila dijadikan korban (caru), membuat mereka menjadi korban, hal-hal yang demikian membahagiakan hati kaum ksatriya”, demikianlah semboyan Ida I Dewa Anom Pamahyun Dimade, dengan menunjukkan ketangkasan, menjerit bagaikan singa lapar, dengan keberanian yang mengagumkan, tangan tetap memegang keris pusaka “Ki Kidang Manolih”. Rakyat dan prajurit-prajurit beliau menari-nari dan gegap gempita menunjukkan keberanian, siap siaga untuk bertempur.

Dalam keadaan demikian, ayahandanya Ida Dalem Anom Pemahyun (di

Tambega) menitahkan atau memerintahkan rakyat dan pasukan disebelah timur bukit Penyu, untuk membantu mempertahankan/perlawanan Ida I Dewa Anom

Pemahyun Dimade dan mengalir tak putus-putusnya rakyat dan pasukan, yang dipelopori oleh Kryan Tangkas Bias, Kryan Tangkas Jaya di Tulamben, Kryan

Tangkas Ngukuhin di Pesangkan, Kryan Tangkas Purasi, Kryan Tangkas Bebandem, Kryan Tangkas Muncan, Kryan Tubuh, Ki Kede Baledan, Ki Pasek

Tohjiwa, dan Keris Pusaka “Ki Bhaganwan Canggu”. Anugrah Ida Dalem kepada

Putranya diusung (pundut) oleh Ki Gusti Madya Singha Ragha. Oleh karena berjejal-jejal rakyat dan pasukan nampak menakutkan, bagaikan awan yang

76 5 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa demikian selanjutnya. Menetap Ida Dalem dan beristana di Tambega, di sana Para Dewa Sikan mempunyai sorang putra yang diberi nama Sri Dharmawangsa juga Ida Dalem Anom Pemahyun menganugerahkan titi gegaduhan, kewajiban Teguh Ananta Wikrama Tungga Dewa. Baginda merupakan manggala dalam menjadi pemimpin dipelosok-pelosok desa kepada pengiringnya yang belum perencanaan selaku yogiswara utama, mengarang tujuh jilid Sangkrita (“Sapta memperoleh kedudukan, keturunan Pasek, Bendesa, keturunan para Arya, Sangkya Sangkrita”), yang menjadi aspek kesatuan tapsir para sarjana, hasil karya Bagawan Byasa, Bagindalah yang merubah delapan belas cerita Parwa hasil karya keturunan ksatria, sampai dengan pesangonnya masing-masing. Adapun putra-putra Kryan Gede Singa Kanuruhan, yang tertua Ki Gusti Pujangga Besar Bagawan Byasa (dari bahasa Sanskerta ke bahasa Jawa Singha Nabrang, disuruh menjadi Bendesa di Watuaya Karangamla, berumah Kuna/Kawi) karena Baginda sebagai raja berbudi pekerti luhur dan tidak ada yang di Lod pasar, kedua I Gusti Madya Abhra Singha, masih berada di Tambega, menyamai, di dalam mengayomi masyarakat, berlandaskan kesetiaan dan mengabdikan diri pada Ida Dalem bersama ayahnya, Ki Gusti Nyoman ketulusan hati, merupakan pelindung masyarakat dalam wilayah kekuasaan. Singasari, diperintahkan oleh Ida Dalem menyabang putra Ida Dalem yang Bagindalah yang mendalami “Bhrata” berbudi dharma sesungguhnya tugas tertua di desa Mengwi, dulu dimohon oleh Kryan Manginte agar ada seseorang seorang raja, menyelamatkan dan mangayomi negara dan rakyat, berlandaskan Satya Dharma, sebagai pelindung dunia, Baginda Maharaja Besar yang pertama, yang memegang kekuasaan di tempat itu. subur aman sentausa keadaan negara pada waktu beliau bertahta menjadi raja, Setelah dia tiba di Mengwi, tak bersua dengan siapa yang dicari, tak ada durjana yang berani durhaka kepada beliau. Demikianlah keutamaan sehingga menyerah pada nasib, sebab hatinya amat sedih dan duka, kebetulan beliau Sri Dharmawangsa Teguh Ananta Tungga Dewa. di daerah Mengwi timbul suatu kericuhan, lalu Ki Gusti Nyoman Singasari Entah berapa lama Baginda bertahta menjadi raja, akhirnya baginda berpindah tempat ke Barat di desa Penebel. Entah berapa tahun lamanya di mengembangkan keturunan dan berputera dua orang pria dan wanita, putera yang sana, timbul niatnya untuk kembali ke Tambega, tak terduga-duga di tengah tertua laki-laki bergelar Sri Kameswara, sebagai nama datuk beliau, adiknya perjalanan di desa Banjar Rangkan, dicegat perjalanannya oleh pasukan perempuan Sri Dewi Guna Priya Dharma Patni, menjadi permaisuri Sri Udayana bersenjata, maka terhenti/tidak dapat lewat, disebabkan kehancuran negara Warmadewa, melahirkan Sri Airlangga, Sri Marakata dan Anak Wungsu. Gelgel, Kryan Maruti menentang (talpaka) Ida Dalem Dimade, selanjutnya Ki Adapun Sri Kameswara berputera tiga orang laki-laki dan perempuan, Nyoman Singasari menetap di desa Banjar Rangkan. yang sulung bergelar Sri Kertha Dharma, beliaulah yang wafat di Jirah, yang Adapun Ki Gusti Singa Ghara, diperintahkan untuk menjadi Bendesa kedua Sri Tunggul Ametung menjadi Adipati Tumapel, yang bungsu perempuan Subagan, diuraikan pula para putra Kryan Madya Abhra Singasari, tertua Ki Gusti bernama Dewi Ghori dan diperistri oleh Empu Widha, yang berputera Dyah Wayahan Singa Kanuruhan diperintahkan agar bermukim dan menjadi bendesa di Medhawati, beliau mengalih ke tempatt sunyi, tinggal di kuburan. desa Bulakan bersama dengan De Pasek Kubayan, Ki Gusti Kesari Dimade, Dikisahkan Sri Kameswara mempunyai seorang anak angkat putera Sri diperintahkan menjadi Bendesa Ujung, Ki Gusti Nyoman Singasari, diperintahkan Udayana Warmadewa, yang dilahirkan di Bali, bergelar Sri Airlangga yang bertahta menjadi Bandesa di desa Kuhum Abian Jero, Ki Gusti Madya Singaraga, masih menjadi raja dan membangun istana di Negara Daha, dengan demikian empat menetap di Tambega, bersama ayahandanya, mengabdi pada Ida Dalem. oranglah putera Sri Kameswara, tiga orang putera laki-laki dan satu orang Tersebut pada hari Buda wage wara Kulawu, hari ketigabelas bulan hidup perempuan. Sri Airlangga tatkala masih muda diundang oleh Sri Kameswara sasih kedasa tahun 1676 atau Saka 1598, pada waktu diadakan suatu yadnya datang ke Jawa. Keberangkatan Sri Airlangga dari Bali ke Jawa didampingi oleh “Ngenteg” di Pura Kahyangan tempat pemujaan Ida Dalem Anom Pemahyun, yaitu Narottama, dan sampai di tanah Jawa (Daha), tatkala sedang ada upacara di Kahyangan Penataran Pemerajan Pemahyun di Tambega, juga upacara istana Raja Sri Kameswara diserang oleh musuh Raja Wurawuri secara mendadak. penobatan/pelantikan Sang Raja Putra Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1006 atau saka

74 7 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Kyayi Pemayun membuat struktur pemerintahan dan pura, sedangkan tahun 1042 atau saka 964, Sri Airlangga mengutus Bhagawanta kerajaan yaitu penyiwian Dalem Muter tetap dilakukan, namun pelaksanaan upacaranya Mpu Baradah untuk menghadap Mpu Kuturan atau Mpu Rajakretha, mohon dihambat dengan keganasan air bah tukad Ayung, karena seringnya agar Mpu Kuturan berkenan menerima salah seorang putra Sri Airlangga mengalami kesulitan ke Pura Dalem Muter, maka komonitas ini memindahkan sebagai raja di Bali. Hal ini dilakukan di samping karena terjadinya sengketa Pura Dalem Muter disebelah timur Puri Pemayun yang disebut Pura Petilan antara kedua orang putranya, Sri Airlangga merasa masih memiliki hak waris (Petilar yang artinya perpindahan) yang mana jenis dan banyaknya pelinggih atas tahta kerajaan ayahandanya Sri Udayana Warmadewa di Bali. sama seperti di Pura Dalem Muter, ditambah dengan pelinggih kelengkapan Tri Namun permohonan tersebut ditolak oleh Mpu Kuturan, dengan Kahyangan seperti Gedong Desa - Puseh dan perangkatnya/Bale Agung (Pura penjelasan bahwa rakyat Bali menghendaki agar kepemimpinan tetap ditangan Luhur Dalem Mutering Kahyangan Jagat Desa Adat Kesiman, 2010). dinasti Udayana Warmadewa. Rakyat Bali menganggap bahwa Sri Airlangga Diceritakan sekarang bahwa beliau yang memegang kekuasaan di telah meninggalkan hak waris kerajaan di Bali, dengan bukti tidak lagi negara kerajaan Gelgel, Sri Paduka Ida Dalem Sagening, sudah sangat lanjut menggunakan jati diri Warmadewa, melainkan sudah menggunakan sebutan usianya, kini tiba waktunya panggilan Hyang Mahawisesa, kembali ke alam Dharmawangsa sebagai jati dirinya. Mpu Kuturan sendiri telah menetapkan baka pada tahun 1665 atau saka 1587, sasih maga hati ketigabelas bulan mati, Raja Bali adalah Anak Wungsu putra bungsu dari Sri Udayana Warmadewa hari Rabu Wuku Sinta, panjang bila diceritakan kesedihan di Istana, setelah dengan Sri Guna Prya Dharma Patni, yang masih adik kandung Sri Airlangga. selasai upacara “Pratiwa” dan Panileman” Ida Dalem Sagening digantikan oleh Setelah adanya penolakan dari Mpu Kuturan, maka usaha Mpu Bharadah untuk putra beliau yang sulung, dan beliau kelahiran “Pemahyun”, bergelar Ida I meredakan sengketa dan perselisihan kedua putra Sri Airlangga mengalami Dewa Anom Pemahyun sebab telah dapat persetujuan (restu) dari Ida Dalem kegagalan. Untuk mengatasi sengketa dan perselisihan tersebut, atas nasehat Pemayun Bekung dan ayahandanya (Ida Dalem Seganing) dahulu, demikian Mpu Bharadah disarankan agar kerajaan Daha dibagi menjadi dua buah permufakatan para menteri sebagian besar. kerajaan, dengan nama Panjalu dan Janggala, pada tahun 1042 atau saka 964 atau (Sagara Ghanesiya warsaning candra sangkala yang mungkin berarti : 6.7. Pemerintahan Ida I Dewa Anom Pemahyun Tahun 1665 Sagara = 4, Ghara = 6, Siya = 9). Kedua kerajaan tersebut masing-masing Setelah Ida Dewa Anom Pemahyun menggantikan ayahandanya, beliau berdiri sendiri, dengan dipisahkan oleh sungai Wida dan sungai Porong, yang bermaksud mengganti seluruh para menteri lama dengan menurunkan mengalir dari arah barat ke timur menuju laut Selat Madura sebagai batas. jabatanya, kemudian diangkatlah Kyayi Madya Karang keturunan Arya Kerajaan Panjalu terletak disebelah timur sungai dikuasi oleh Sri Jayabhaya Kutawaringin sebagai menteri utama, sebagai mahapatih, karena sangat setia dan dinobatkan menjadi raja Panjalu dengan gelar “Sri Maharaja Sang Mapanji mengabdi kepada Dalem sejak dari leluhurnya dulu, Pangeran Tangkas Kori Jayabhaya dan Kerajaan Jenggala terletak disebelah barat sungai dikuasai oleh Agung diangkat sebagai menteri muda, Kryan Gede Singa Kanuruhan cucu Sri Jayasabha dan dinobatkan menjadi raja Jenggala dengan gelar Sri Kryan Brangsinga Pandita, menjabat “Kanuruhan”, sekretaris Dalem, adiknya Maharaja Mapanji Garasakan atau disebut juga Sri Maharaja Alanjung Ayes. Kryan Madya Abhra Singasari, menjabat kepala pasukan pengawal Dalem, Sengketa dan perselisihan antara dua bersaudara tidak kunjung reda dan para Pasek, Bendesa, dikembalikan pada tugas kewajibannya semula. berakhir, sebaliknya semakin lama semakin tegang, kemudian memuncak dan Beberapa bulan berselang, timbul tidak senang hati mereka yang akhirnya pada tahun 1044 atau saka 966, terjadi perang saudara antara kerajaan kehilangan mata pencaharian/kedudukan. Tampak kejanggalan-kejanggalan dalam Panjalu dan Jenggala. Sebagaimana kita ketahui akibat dari peperangan banyak masyarakat, timbul perbuatan-perbuatan kurang senonoh, timbul percekcokan korban jiwa dan kehancuran harta benda terjadi pada kedua belah pihak. Pada Kryan Agung Dimade atau Sagung Maruti yang sejak semula tidak peperangan ini kerajaan Panjalu jauh lebih unggul daripada kerajaan Jenggala,

72 9 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa tanpa ada rintangan, yangpada akhirnya Sri Aji Dangdang Gendis mengalami Sabda atau Bhisama Raja Ida Dalem Sagening di Gelgel kekalahan. Kemudian Sri Aji Dandang Gendis telah menyadari akan tiba saat Gusti Luh Made Manikan adalah Istri Ku yang sedang hamil wafatnya, sebab Sri Aji Ken Arok benar-benar keturunan Brahma, yang dijuluki dua bulan, Ku serahkan kepada Paman “Ki Tangkas Dimade Dewa Guru. Oleh karena itu Sri Aji Dangdang Gendis, melaksanakan yoga Keluwung Sakti” sebagai ganti kesalahan Ku dalam menenangkan hati, menyatukan bathin, seketika lenyap tanpa meninggalkan mengeluarkan perintah, sehingga putra Paman terbunuh. jasad. Apabila anak Ku nanti lahir seorang laki-laki, Paman berikan Para prajurit dan menteri yang gagah berani serta sanak keluarga yang nama “Pangeran Tangkas Kori Agung” dan anakku inilah yang masih hidup, mereka berpencar mencari tempat yang terlindung, untuk akan meneruskan Dinasti Paman dan memuja Keleluhuran/ bersembunyi, agar terhindar dari kejaran musuh. Karena Sri Jayakatong dan Sri Kawitan Paman. Setelah Gusti Luh Made Manikan melahirkan Siwa Wandhira sebagai Panglima Perang masing-masing telah gugur dalam seorang laki-laki, kemudian diberikan gelar “Pangeran memenuhi tugas sebagai ksatriya utama. Masih ada dua orang, pimpinan dari Tangkas Kori Agung”, setelah kelahiran Pangeran Tangkas keluarga utama, putera dari Sri Jayakatong dan Sri Siwa Wandhira, yang terkenal Kori Agung “Semua Keturunan Kyayi Arya Tangkas (Kyayi Sri Jayakatha dan Sri Jaya Waringin, mereka berdua sangat marah atas kematian Tangkas Wayahan, Kyayi Tangkas Dimade dan Kyayi ayahnya di medan laga, bergerak maju menyerang bagaikan harimau yang garang. Nyoman Tangkas Kanuruhan) menjadi keturunan Ku dan Tiba-tiba dikurung dan direbut oleh empat kesatria perkasa, yang masing-masing untuk tetap mengingat bahwa ada hubungannya kepada Ida namanya: Arya Wangbang, Misa Rangdi, Bango Samparan, dan Cucupu Rantya. Dalem, maka dikemudian hari wajib hukumnya menggunakan Pada saat Sri Jayakatha dan Sri Jaya Warngin ditangkap, tanpa perlawanan, nama Tangkas Kori Agung” demikianlah sabda raja Ida Dalem bersama istri Sri Jayakatha sedang mengandung/hamil ikut diajak ke Tumapel. Sagening untuk diingat selamanya. Adapun Sri Jaya Waringin masih perjakabelum beristri. Pembangunan Puri Kedaton Kesiman Denpasar Tahun 1617. Keempat menteri tersebut di atas, merasa iba hatinya kepada Sri Jayakatha Menurut Sejarah Puri Kesiman, menceritakan bahwa runtuhnya Puri dan Sri Jaya Waringin. Mereka berdua selamat dan terhindar dari maut. Setelah Kertalangu berawal dari perselisihan antara pemegang kekuasaan Wilayah tiba di Tumapel, dikasihi oleh baginda raja Tumapel, dijadikan anak oleh warga Kertalangu Kyayi Ngelurah Agung Mantra dengan mertuanya Dukuh Pahang Sakti. Gajah Para, keturunan keluarga isterinya Sang Andok, dan keluarga Kebo Ijo, Dalam perselisihannya Kyayi Ngelurah Agung Mantra tidak percaya bahwa Dukuh disanalah mereka dilindungi tetapi tanpa kedudukan/kekuasaan. Pahang Sakti apabila nantinya meninggal dengan moksah, sehingga raja Entah berapa lamanya tinggal di Tumapel, yang akhirnya Sri Jayakatha Kertalangu mengatakan kalau itu benar maka beliau tidak akan menjadi raja lagi di berputera tiga orang, yang sulung bernama Arya Wayahan Dalem Manyeneng, apa Puri Kertalangu. Karena ucapannya tersebut, Dukuh Pahang Sakti merasa sebabnya diberi julukan “Dalem Manyeneng?” sebab bayi dalam rahim masih hidup tersinggung dan mengeluarkan kutukan “Dumadak I Ratu kekawonang antuk ketika sang ibu dilarikan, sedang adiknya bernama Arya Katanggaran, dan yang semut, agelis ratu kesah sakin penegara Badung, kerebut dening semut” (semoga bungsu bernama Arya Nudhata. Arya Wayahan Dalem Manyeneng kemudian raja diserang oleh semut dan segera meninggalkan wilayah Badung). Semenjak mempunyai putera dua orang laki-laki bernama Arya Gajah Para dan Arya Getas. saat itu Puri Kertalangu mengalami kemunduran dan terbukti Puri Kertalangu Arya Katanggaran putera kedua dari Sri Jayakatha beristrikan keturunan Kebo Ijo, diserang oleh beribu-ibu semut sehingga menyebabkan Kyayi Ngelurah Agung Mantra dengan diiringi oleh rakyatnya yang masih setia meninggalkan Puri di Tumapel beliau berputera sorang laki-laki, bernama Arya Kebo Anabrang. Diceritakan pada saat Prabu Kerthanegara menjadi raja Singosari, beliau Kertalangu menuju kearah selatan menyusuri pantai dan berakhir di Desa Tulikup dan Desa Sulang. menugaskan atau mengutus Arya Kebo Anabrang untuk menggempur negeri

70 11 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Dengan mendekatnya Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti kepada raja, Rahyang Dimaharaja Manu maka mulailah raja berkata kembali kepada Ki Tangkas, dengan lembut, dan (Pemuja Dewa Surya) Raja Medang Kemulan saka 530 (608 Masehi) kata beliau (raja) sebagai berikut: ”Hai Ki Tangkas, aku ingin bertanya kepadamu, apakah yang menyebabkan paman lama tidak mau menghadap Sri Jaya Langit kepada rajamu? Apakah hal tersebut disebabkan karena anak paman yang mati yang disebabkan perintahku yang kurang tegas itu pada paman?” Sri Wretti Kandayun Mendengar pertanyaan raja ini, menyahutlah Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti: “Maafkanlah hamba Tuanku, hamba lakukan itu semua karena Sri Kamaswara Para Dewa Sikan bakti hamba kepada sungsungan hamba yaitu Tuanku sendiri”. Mendengar ucapan Ki Tangkas Dimade Keluwung Saktiitu terketuk hati Sang Raja, karena mengenang bahwa keturunan itu adalah yang amat penting dalam ajaran Sri Darma Wangsa Teguh Ananta Wikrama Tungga Dewa

agama, karena itulah beliau berpikir-pikir lalu bersabada: “Hai paman Ki Tangkas, janganlah karena kejadian tersebut paman Sri Kameswara Dewi Gunapriya Dharma Patni >< Prabu Udayana menjadi sedih, karena hal tersebut sudah berlalu, dan tidak akan bisa kembali

lagi, lupakanlah itu semua! Akan tetapi untuk meneruskan keturunan paman itu 1. Sri Kerta Dharma

(Wafat di Jirah) agar Ki Tangkas jangan menjadi lenyap, maka kini aku akan memberikan Airlangga Marakata Anak Wungsu

2. Tunggul Ametung kepada paman seorang istri Ku yang sedang hamil, dan umur kandungannya (Raja Tumapel)

3. Dewi Gori

baru dua bulan, istri Ku inilah paman harus ambil, untuk meneruskan keturunan Dewi Kili Hendan Suci (Jadi Pendeta) paman, sehingga keturunan Ki Tangkas tidak putus, akan tetapi ada yang Ku Sri Jayabaya (Raja di Panjalu) saka 964 (1042 M)

minta kepada paman adalah: a. Janganlah paman menghilangkan (anyapuh) persanggamaan yang telah Sri Jayasabha dilakukan oleh Ku sendiri. (Raja di Jenggala / / Singosari) saka 964 (1042 M) b. Apabila anak itu lahir kemudian laki, maka anak tersebut paman beri nama

dan panggil dengan nama Pangeran Tangkas Kori Agung! Arya Buru Prabu Kerta Jaya Dari hal tersebut di atas maka Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti lalu (Putra Penawing Pawiwit Warga Tutuan di Bali) (Prabu Dandang Gendis) Kedirisaka 1144 (1222 M) berkata: Maafkanlah hamba Tuanku Dewa Bhatara, apabila hamba mengambil istri Tuanku, maka hamba akan terkutuk, sehingga hamba kena tulah dan

hamba disebut langgana oleh seluruh jagat. Sri Siwa Wandira (Menyerahkan diri ke Tumapel)

Kemudian berkatalah Sang Raja kembali: “Hai paman Ki Tangkas janganlah paman berpikir demikian, ini adalah perintahku dan paman harus laksanakan. Bersambung ke hal 14 Karena hal ini merupakan perintah Sang Raja, maka istri raja, kemudian diambil Sri Jaya Kusuma (Alih paham Islam menjadi Raden Patah Raja Demak oleh Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti, lalu diajak ke Badung, dan setelah sampai di Kertalangu Badung, maka diadakan suatu upacara perkawinan yang Gambar 1. Pelelintih Sira Arya Kanuruhandi Tanah Jawa (Jero Gede sangat besar, dengan mengundang banyak keluarga. Kanuruhan Pegatepan, 2009)

13 68 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Mendengar ucapan putranya itu menangislah ayahnya sambil menasehati BAB III anaknya” jika demikian halnya, tetapkanlah pendirianmu sebagai tanda bakti KERAJAAN BEDAHULU DI BALI pada raja (Ida Dalem), bila kamu benar, hal ini merupakan jalan utama yang

Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ditunjukkan kepadamu untuk menuju kejalan sorga. Banyak lagi nasehat-

ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi nasehat yang diberikan kepada anaknya dalam rangka menghadapi kematian

kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi itu. Sehingga hati anaknya mempunyai keikhlasan untuk siap mati dibunuh oleh

dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat ayahnya.

mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun

Tak beberapa lama tersebarlah berita di seluruh wilayah Kertalangu

telah ada sejak zaman dahulu. Hal ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di bahwa Raden Bagus Tangkas Dimade segera akan dibunuh oleh ayahnda.

antaranya dari Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa

Sehingga banyaklah warga desa Kertalangu datang bertanya mengenai hal

pada tahun 913 yang menyebutkan kata “Walidwipa”. Demikian pula dari prasasti- ikhwal terjadinya musibah tersebut. Sebelum anaknya dibunuh maka disuruhlah

prasasti Raja Jayapangus, seperti prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A

Raden Bagus Tangkas Dimade Keluwung Sakti melakukan persembahyangan,

yang berangka tahun 1181. setelah itu dilaksanakannyalah upacara mejaya-jaya dengan diberikan puja oleh

Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis

Ida Pedanda Siwa dan Buddha.

yang juga menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada

Setelah selesai upacara mejaya-jaya maka diantarlah putranya menuju

masa itu adalah Udayana, Jayapangus, Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam setra, di dalam perjalanan menuju ke setra, Raden Bagus Tangkas Dimade

mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan Penasihat Pusat.

Keluwung Sakti diiringi oleh tangis sepanjang jalan, karena Raden Bagus

Dalam prasasti tertua 882-914, badan ini disebut dengan istilah “panglapuan”.

Tangkas Dimade Keluwung Sakti sangat sopan dalam pergaulan dan masih

Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah “pakiran- jejaka dan sedang senangnya hidup.

kiran i jro makabaihan”. Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan

Setelah tiba di kuburan, disuruhlah Raden Bagus Tangkas Dimade

pendeta Siwa dan Budha.

Keluwung Sakti melakukan persembahyangan ke arah empat penjuru mata angin

Pada prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut di tempat pembakaran jenasah, untuk memohon tempat yang layak bagi dirinya

beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman kepada Sang Hyang Dharma. Setelah selasai melakukan persembahyangan,

Raja Anak Wungsu, kita dapat membedakan jenis seni menjadi dua kelompok maka Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti memngambil keris lalu menusuk

yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Tentu saja istilah seni keraton ini putranya yang tercinta, hanya satu kali tusukan, robohlah Raden Bagus Tangkas

tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat. Kadang-kadang seni

Dimade Keluwung Sakti pada saat itu juga.

ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain seni

Kini diceritakan kembali I Bunglun yang membawa surat tersebut kini

keraton ini bukanlah monopoli raja-raja. telah tiba di istana Ida Dalem di Gelgel, lalu menghaturkan sembah kepada raja

Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman dengan mengatakan, maafkan hamba ratu Ida Dalem, bahwa segala perintah

megalitikum masih terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan yang tuanku berikan kepada hamba, hamba telah laksanakan dan kini hamba

kepada pemujaan roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan kembali dengan selamat.

pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan berundak-undak. Kadang-

Melihat kejadian ini maka terkejutlah Ida Dalem Seganing dan beliau berkata: kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit sebagai

• Hai kamu utusan, apa sebabnya kamu cepat kembali?

simbol roh nenek moyang mereka. Pada zaman Hindu hal ini terlihat pada

• Siapakah yang kamu berikan surat perintahku itu? Katakanlah

bangunan pura yang mirip dengan pundan berundak-undak. Kepercayaan pada

66 15 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Ida Dalem Waturenggong mempunyai putra Ida Dalem Pemayun Bekung dan Kemudian raja Bali yang pertama diangkat oleh Kerthanegara dari Ida Dalem Sagening. Kemudian Ida Dalem Sagening terkenal mempunyai istri Singosari dan berasal dari Jawa adalah Ki Kriyan Demung Sasabungalan yang paling banyak di antara raja Ida Dalem sebelumnya dan juga mempunyai pada tahun 1286, yang selanjutnya diganti oleh putranya bernama Ki Kebo banyak putra. Hubungan silsilah yang lebih jelas antara Ida Dalem Sagening, Parud. Pada saat pemerintahna Ki Kebo Parud para Arya, Bujangga, serta Arya Wang Bang Pinatih, Dukuh Pahang Sakti, Bendesa Manik Mas (Gusti putra Mpu keturunan Sapta Rsi berdatangan ke Bali. Diceritakan yang Luh Made Manikan), Arya Tangkas dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. menjadi raja di Bali adalah Ari Paduka Maharaja Batara Mahaguru (1324- 1328). Beliau diangkat oleh Raja Majapahit bernama Jayanegara atau Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti Kesah ke Kertalangu Tahun Kalagemet, selanjutnya digantikan oleh putranya Sri Tarunajaya dengan 1605 gelar Sri Walajaya Kertaningrat (1328-1337), kemudian digantioleh Sri Diceritakan Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti adalah putra kedua dari Asta Sura Ratna Bumi Banten pada tahun 1337-1343. Beliau juga dikenal Kyayi Tangkas Dimade dan salah satu cucu Kyayi Arya Tangkas dan bertugas dengan nama Tapa Ulung, Gajah Waktra atau Gajah Wana. sebagai Rakryan Patih pada pemerintahan Ida Dalem Sagening. Diceritakan Raja Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten berkeinginan melepaskan diri karena Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti sangat berbakti kepada Dalem dan bebas dari kekuasaan Kerajaan Majapahit. Sikap atau prilaku raja Bali sejak pemerintahan Ida Dalem Waturenggong. Kemudian beliau ditugaskan terdengar oleh Raja Majapahit, oleh karena itu Raja Majapahit pada saat itu sebagai Rakryan Patih Tedeng Aling-aling raja. Berkat kesetiaannya terhadap Tribuwana Tunggadewi menjadi marah besar dan beliau memerintahkan raja maka semua perintah raja tidak pernah ditolaknya. Diceritakan Ki pasukannya untuk menyerang Bali dibawah pimpinan Mahapatih Gajah Mada. Tangkas Dimade Keluwung Sakti mempunyai seorang putra yang masih muda Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh belia dan diberi nama Raden Bagus Tangkas Dimade Keluwung Sakti dan kerajaan Bedahulu dengan Raja Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten dan Patih beliau ditugaskan ke Kertalangu karena Arya Wang Bang Pinatih Kebo Iwa. Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada meninggalkan Wilayah Kertalangu akibat dikerebuti segerombolan semut. memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh Setelah Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti berada di Kertalangu, beberapa orang Arya. Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran diceritakan I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Taluh banyak mempunyai ayam aduan antara pasukan Gajah Mada dengan kerajaan Bedahulu. Pertempuran ini (siap kurungan) dan mempunyai seorang abdi yang bernama I Bunglun yang mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasung Grigis khusus dipekerjakan untuk memelihara ayam aduan. Lama kelamaan I Bunglun menyerah, terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit sudah mendapat kepercayaan penuh dari I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Taluh, menunjuk Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin sehingga I Bunglun mengenali seluruh perilaku ayam aduan milik I Gusti Ngurah pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Ida Dalem Ketut Sri Kresna Sidemen Hyang Taluh. Salah satu dari ayam aduan I Gusti Ngurah Sidemen Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Age. Kekuasaan Hyang Taluh terus menerus menang (totos) setiap diadu. Entah apa yang terjadi wangsa Kepakisan di Bali, berawal ibukota dan istana di Samprangan, dibenak I Bunglun, yang akhirnya mempunyai niat jahat untuk mencuri ayam kemudian dipindahkan ke Gelgel pada saat dinobatkannya Ida Dalem Ketut aduan yang totos tersebut dan kemudian membawanya ke tempat aduan. Setelah Sri Semara Kepakisan, setelah terjadi pemberontakan Sagung Maruti maka I Bunglun mencuri ayam aduan yang totos tersebut, kemudian datang I Gusti ibukota dan istana dipindahkan ke Semarapura Klungkung. Ngurah Sidemen Hyang Taluh mau mengambil ayam aduan tersebut untuk dibawa ke tempat aduan ayam, namun ternyata ayam yang dimaksud sudah tidak ada atau hilang, beliau terus mencari ayam tersebut di seluruh rumah beliau siang hari.

Oleh karena waktu acara aduannya sudah diperkirakan akan dimulai,

64 17 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Empu Tumuhun Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan kerajaan Majapahit. Empu Beradah Empu Gni Jaya Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada. Empu Bahula Empu Ketek Tribuwana Tunggadewi (1328 – 1350) Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, Empu Tantular Sanghyang Pamacekan oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia Danhyang Sidhimantra telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan Danghyang Mpu Pamacekan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang Kepakisan Manik Angkeran bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang Sri Soma Mpu Jiwanatha dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil Kepakisan Sang Bang ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas Ida Dalem Sri Banyakwide Kyayi Gusti Agung jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit Kresna Kepakisan Subadra menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan (1352-1380) Ida Bang Bagus Pinatih kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh

Ida Dalem Ile (1380-1383) Kyayi Agung Pasek Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak Ida Dalem Ketut Sri Semara Ida Bang Bagus Pinatih (ABP) PadangSubadra Kepakisan(1383-1460) makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut:

Arya Wang Bang Pasek Sadri ”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, Ida Dalem Waturenggong Pinatih Kejot (Dukuh Suladri) (1460-1550) ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti

palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.

Arya Wang Pasek Sadra Bang Pinatih Resi (Dukuh Pahang Sakti) Hayam Wuruk (1350-1389) Ida Dalem Pemahyun Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan Bekung (1550-1580) Ida Dalem Sagening Kyayi Ngelurah bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi Ni Luh Pasek Sadri (1580-1665) Agung Mantra oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa Gambar 3. Silsilah Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan, Arya Wang Bang pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia Pinatih, dan Empu Ketek yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara Di dalam Babad dan Silsilah Pasek (Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi) di tetangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit Bali Kyayi Agung Pamacekan ini tidak disebutkan ada keturunan beliau di Bali, oleh adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri Baduga Maharaja. karena beliau memang tidak ikut datang di Bali, melainkan beliau tetap tinggal di Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. pulai Jawa. Tatkala terjadinya pergolakan di Majapahit, Kyayi Agung Pamacekan Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama pergi meninggalkan daerah Jawa Timur menuju ke daerah Jawa Tengah, dan para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu selanjutnya di sini lah beliau bertempat tinggal. Beliau dinobatkan

62 19 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Padang Galak, beliau lagi kembali beserta rakyatnya, tiba-tiba Kyayi Ngelurah BAB V memberikan rakyatnya sebanyak 40 orang kepada sang pendeta, beliau sang MISI MAHA PATIH GAJAH MADA KE BALI pendeta senang menerimanya, rakyat pilihan yang diberikan kepadanya, rakyat Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Hemengkubhumi Majapahit pada dari keturunan Bendesa Kayu Putih, I Pasek Selem, serta keturunan dari tahun 1334, pada tahun tersebut lahir Dyah Hayam Wuruk. Peristiwa ini Macan Gading semuanya tinggal di Tangtu, semuanya diserahkan. Senang hati sang pendeta, pada saat itu ada pemberitahuan dari I Gusti Tembau. Putus merupakan kejadian maha besar di Majapahit, sebagaimana diisyaratkan atau hubungan kekerabatannya nanti, dibalas pemberitahuannya bahwa yang diawali oleh kejadian gempa bumi yang hebat, yang menurut kepercayaan sebagai memegang pusaka jika suatu saat melaksanakan suatu upacara suka maupun pertanda akan terjadinya perubahan besar di Majapahit. Setelah kejadian tersebut duka, jika tidak ada orang dari Tembau datang membantu, supaya tidak Gajah Mada sebagai Mahapatih Hamengkubhumi mengadakan paruman agung, berhasil upacara tersebut, serta dibalas oleh Kyayi Ngelurah Agung Mantra, yang dihadiri oleh para mentri dan pejabat kerajaan lainnya. Paruman Agung semoga orang-orang dari Tembau nantinya banyak pekerjaannya, demikian dipimpin langsung oleh Sri Maharaja Ratu Tribuwana Tunggadewi, kemudian ucapan beliau Kyayi Ngelurah Agung Mantra kepada I Gusti Ngurah Tembau. baginda raja menyampaikan wejangan dan petuah kepada para mentri, pejabat, Kyayi Ngelurah Agung Mantra, mohon ijin kepada kedua pendeta tersebut, dan hadirin di paruman agung. Kemudian Mahapatih Hemengkubhumi Gajah Mada beliau mengijinkan membuat pemujaan di Desa Biaung, bernama pura Dalem memaparkan rencana penyatuan Nusantara seperti Gurun, Serang, Tanjungpura, Bangun Sakti, diemong oleh rakyat Biaung. Oleh karena sayangnya pendeta Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Pelembang, Tumasik menjadi satu Kekuasaan kepada Kyayi Ngelurah, kedua pendeta tersebut membuat pemujaan Pura Kerajaan Majapahit. Setelah pemaparan rencana penyatuan Nusantara oleh Gajah Dalem Kedewatan, Puser Tasik Batur, Pura Kentel Gumi, semuanya berada di Mada, sungguh sangat menggemparkan hadirin, sehingga banyak hadirin wilayah Padanggalak, sampai di daerah persawahan Desa Sanur. mengejek dan mencaci maki, seolah-olah mereka tidak mempercayai rencana Berapa lamanya di daerah Padanggalak, Kyayi Ngelurah kembali dikerebuti tersebut akan terwujud, adapula yang mendengar ucapan tersebut menjadi tertawa oleh segerombolan semut, kemudian beliau mengungsi ke hutan Mimba, beserta terbahak-bahak pertanda mereka tidak meyakininya. Akibatnya Gajah Mada anak cucu dan rakyatnya, selama berada di hutan Mimba (Intaran, juga dikerebuti merasa diejek, dihina dan dilecehkan oleh hadirin, lalu bangun dan langsung semut, kembali berpencaran, ada yang ke daerah Sawah Paga, ada yang anaknya mengucapkan sumpah “Jika telah berhasil menundukkan Nusantara, saya baru pergi mencari tempat, ada yang mengungsi ke wilayah Pisah, ada yang ke wilayah akan beristirahat. Jika Gurun, Serang, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Pedungan, serta wilayah Panjer, ada yang di daerah Tegal, pergi meninggalkan Sunda, Pelembang, Tumasiktelah tunduk saya baru akan beristirahat” demikianlah tuannya (Kyayi Ngelurah), hatinya semakin kacau. Sekarang Kyayi Nglurah Agung ucapan Mahapatih Gajah Mada, yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Palapa”. Mantra mohon pamit kepada sang pendeta berdua, beserta dengan perlengkapannya menuju daerah Blahbatuh. Mahapatih Gajah Mada menghadap dan bersujud dihadapan kaki Sri Diceritakna Kyayi Nglurah Agung Mantra, Kyayi Ngelurah Made Sakti, para Marahaja Ratu Tribuwana Tunggadewi untuk menyampaikan pelaksanaan putranya serta rakyatnya semua. Selanjutnya I Gusti Ngurah Bang dipakai Sumpah Palapa tersebut dan Baginda Raja merestui pelaksanaan Sumpah menantu oleh I Pasek Karang Buncing, beliau menyerahkan diri, oleh karena Palapa. Kemudian rencana pertama adalah menundukkan Serang. Berkat beliau tidak lagi dijadikan keluarga oleh adiknya, oleh karena tidak lagi ingat akan kegigihan dan perjuangan Gajah Mada, beliau berhasil menundukkan Serang, jati dirinya, entah berapa lamanya beliau I Gusti Blangsinga berada di wilayah Blahbatuh, karena kesalnya hati beliau kemudian beliau tidak tentu tujuan dan atas keberhasilan beliau sehingga mendapat kepercayaan penuh dari membawa pusakanya. Ceritakan beliau Kyayi Ngelurah semuanya di Blahbatuh, Baginda Raja. Kemudian pada masa pemerintahan Sri Marahaja Ratu masih beliau diburu semut, hatinya bingung, air matanyapun mengalir, tidak dapat Tribuwana Tunggadewi selaku Raja Majapahit, semua urusan negara dan pemerintahan diserahkan kepada Mahapatih Gajah Mada. tidur, selanjutnya kembali pergi dari Blahbatuh, menuju daerah Kapal.

60 21 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa perkawinannya beliau mempunyai putra tiga orang, yang tertua bernama Gusti Pertempur di sebelah timur, seorang menteri Bali Ki Tunjung Tutur Ngurah Tembau, kedua Gusti Ngurah Kepandeyan, dan yang paling kecil Ni Gusti terbunuh di Toya Anyar, dan Si Kopang yang berkuasa di Seraya, semua Tembau. Ada lagi ibunya dari Arya Petandakan, beliau banyak mempunyai putra di dikalahkan oleh tentara Majapahit, rakyat Bali yang hidup semua lari, akhirnya antaranya: I Gusti Ngurah Gede, I Gusti Bedulu, I Gusti Ngenung, I Gusti Batan, I dapat dikuasai bagian disebelah timur Gunung Tohlangkir, dan mereka yang Gusti Abyan Nangka, I Gusti Meranggi, I Gusti Celuk, dan I Gusti Arakapi. bertempur di pantai utara (Bali) terbunuh Si Girikmana yang bermukim di Dukuh Pahang Sakti terkenal memang pintar, juga mengetahui ajaran Ularan, oleh Sirarya Damar, dan Ki Bwan yang berumah di Batur, dibunuh oleh kemoksaan, serta tiga ajaran kematian. Suatu hari, Dukuh Pahang Sakti datang beliau Arya Kuthawaringin. Setelah terbunuh dua orang menteri itu, semua ke tempat menantunya Kyayi Ngelurah Agung Mantra, memberi tahu beliau penduduk melarikan diri, akhirnya dikuasai bagian di sebelah utara gunung. akan berpulang ke alam baka, dengan jalan moksah. Setelah mengutarakan Dikisahkan mereka yang menggempur dari selatan, disergap oleh maksudnya demikian, beliau Kyayi Ngelurah menjadi murka kepada Ki Dukuh, tentara Bali, diantaranya Ki Gudug Basar, dengan pangkat Demung, dan Ki kemudian berkata, “Ah Ki Dukuh, seberapa besar jasa Ki Dukuh? Mengatakan Tambyak yang berumah di Jimbaran, diikuti oleh rakyat serempak, luar biasa akan dapat melaksanakan moksa. Saya yang menjadi raja di sini, yang memiliki perlawanannya, gemuruh suara gamelan berpadu dengan dentingan senjata, banyak tentara, tidak akan berhasil mencapai kesempurnaan (moksah). Jika banyak rakyat yang mati dan menderita luka-luka, rakyat Bali menderita memang benar seperti perkataan Ki Dukuh, berhasil mencapai kesempurnaan kekalahan, lalu mundur. Selanjutnya Ki Tambyak dan Ki Gudug Basur direbut (moksah), saya akan berhenti menjadi raja di daerah Badung. Setelah demikian oleh arya dan menteri Majapahit, tak terlukiskan hebatnya pertempuran itu perkataan Kyayi Ngelurah Agung Mantra, tersinggunglah Ki Dukuh, kemudian semua ahli dalam pertempuran, pada akhirnya terbunuh Ki Tambyak, mati segera berkata, “AUM anakku, Kyayi Ngelurah Pinatih. Janganlah anakku tidak dipenggal oleh beliau Arya Kenceng, tinggal ia Ki Gudug Basur, direbut banyak percaya, akan perkataan saya, benar-benar saya akan moksah, sekarang orang, kuat dan teguh, tak terlukai oleh senjata (kebal senjata). Semakin lesu cincin saya ini ambil, supaya Kyayi Ngelurah jangan kena akibat dari saya, perlawanannya, karena payah/lelah badannya. Kemudian mati tanpa siksaan, sampai dengan kutukan. Kembali dibalas oleh Kyayi Ngelurah Pinatih, Ah seolah-olah meleraikan pertempuran itu. apakah saya kurang suatu apa? Kemudian pada apa Ki Dukuh mencapai Sudah seminggu lamanya pertempuran itu, sejak matinya Ki Gudug kesempurnaan (moksah)? Jawab Ki Dukuh, apabila matahari sudah tegak, Basur. Setelah pesisir pulau Balidi kuasai, kini tinggal beliau Krian Pasung demikian perkataan Ki Dukuh. Kemudian disanalah Kyayi Ngelurah Pinatih Grigis, tetap bertahan di desa Tohlangkir di pulau Bali, sebab tak tergoyahkan memanggil rakyatnya, supaya mereka datang ke rumah Ki Dukuh, agar semua kesaktiannya, pemberani dan ahli tempur, ahli siasat, bagaikan “maya-maya” sama-sama membawa alat untuk memukul, apabila Ki Dukuh berbohong tampaknya, menimbulkan kebingungan bagi Mahapatih Gajah Mada, sebab mencapai kesempurnaan, agar rakyatnya memukul Ki Dukuh, supaya Ki Dukuh amat lihainya beliau Pasung Grigis melakukan pertempuran, dan Mahapatih meninggal dunia, demikian perintahnya Kyayi Ngelurah Agung Mantra Pinatih. Gajah Mada berkeinginan mengalahkan dengan tidak membunuh (menangkap Selanjutnya keesokan harinya, semua rakyat Kyayi Ngelurah sudah siap siaga hidup-hidup), sebab memang demikian permintaan raja Majapahit sebelumnya. mendekati rumah Ki Dukuh Pahang Sakti. Pada waktu malam ketika pertempuran berhenti, Mahapatih Gajah Mada Ki Dukuh Pahang Sakti sedang membersihkan diri dan berbusana serba berunding dengan para Arya Jawa terutama (sebagai pemuka) Arya Damar, putih, hari perjanjiannya sudah tiba, mataharipun sudah tegak, beliau Ki Dukuh dibahas agar berhasil memenuhi permintaan sang Ratu Majapahit, tidak lain memusatkan pikiran dengan mengucapkan mantram “Aji Kamoksan” di depan api takluknya Kryan Pasung Grigis. pemujaan, serta dilengkapi dengan upakaranya, saat beliau Ki Dukuh Pahang Setelah terwujud suatu siasat yang licin, disetujui oleh para Arya semua, mengeluarkan kutukan. “Jah Tasmat” supaya kamu Kyayi Ngelurah Pinatih tentang perjanjiannya Mahapatih Gajah Mada. Keesokan harinya serempak

58 23 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Diceritakan pada saat Arya Wang Bang Pinatih memegang pemerintahan di dan dusta, tidak menepati kata-katamu/janji, menjanjikan namun diingkari, Wilayah Kertalangu Badung, rakyatnya merasa aman dan tenteram serta untuk selanjutnya, musnalah kepintaranmu, terbang melayang-layang, sebab sejahtera. Menurut Babad Arya Pinatih yang diterbitkan Kantor Dokumentasi telah disaksikan oleh Sanghyang Trayodasa Sakti. Kini …. Bagaimana Budaya Bali tahun 1998. Diceritakan Mpu Tantular mempunyai putra dua orang kehendakmu? Adakah niatmu mengadu ketangkasan terhadap diriku? Yah bernama Danghyang Kepakisan dan Danghyang Sidhimantra. Kemudian keduanya tandingilah senjataku ini. menurunkan putra dan beranak cucuk. Kini kita ceritakan lebih dahulu keturunan Lalu terdiam Sri Pasung Grigis, seperti lemas hatinya, keperwiraannya Danghyang Sidhimantera, beliau menurunkan putra bernama Sang Manik bagaikan disapu, terpukul oleh ketinggian budinya Gajah Mada, kemudian Sri Angkeran dan tinggal di Besakih, kemudian beliau berputra Sang Bang Pasung Grigis menjawab dengan lemah lembut, bahwasanya menyerahkan Banyakwide (ibunya adalah cucu dari Dukuh Blatung), Ida Tulus Dewa (ibu dari jiwa raganya, serta pulau Bali dengan desa-desanya, mengakui bahwa Bali Kendra/Sorga) dan Ida Bang Kajakauh (ibu dari Pasek Wayabya). Kemudian tunduk atas kedaulatan Majapahit, demikianlah peristiwa penangkapan Pasung setelah Sang Manik Angkeran diceritakan pergi ke alam baka, dan diikuti ketiga Grigis di Tengkulak, serta tunduknya para menteri Bali dengan rakyatnya yang istrinya. Kini kita ceritakan ketiga putra Sang Manik Angkeran telah meningkat masih hidup. dewasa, mereka bertiga bermusyawarah, Sang Bang Banyakwide manyampaikan Dikisahkan para Arya Jawa dengan pemimpinnya Maha Patih Mada serta keinginannya kepada adik-adiknya. Oh adikku berdua, oleh karena di sini kita pasukan prajuritnya, semua bersuka-suka menggembirakan hati, sebab demikian sangat kekurangan dan sengsara, sekarang saya berkeinginan, agar kita segera hasil yang didapat bila dapat menundukkan musuh. Tak terduga-duga datang pulang ke Jenggala Langu, mencari tempat tinggal kakek kita yang bernama Sang utusan Ratu Majapahit, anak Sang Maha Patih Twa, yang bernama Ki Kuda Mpu Siddhimantra. Kedua adik menjawab. Apa pula yang dibicarakan lagi, oleh Pangasih, adik dari Ken Bebed istrinya Maha Patih Gajah Mada. Ketika tiba di karena sudah sengsara, dan sekarang lagi mendapat kesulitan, jika sudah menjadi Tengkulak, disambut oleh Patih Gajah Mada, dan para Arya semua, serta telah orang jahat, ingkar kepada yang memberikan tempat, benar-benar menyebabkan diceritakan jalan pertempuran terdahulu. Gembira hati mereka semua. leluhur menderita sengsara, karena di sini saya merasa senang, biarlah di sini pula Lagi berkata Ki Kuda Pangasih kehadapan Mahapatih Gajah Mada hidup saya berakhir. Demikian kata adiknya, kembali Sang Bang Banyakwide “Paduka Gusti Patih, sebab telah berhasil memperoleh jasa, Paduka Gusti berkata. Oh adikku tercinta keduanya, jika demikian katamu berdua, sekarang adik disuruh segera kembali ke Jawa”. Sebab telah lama kiranya Paduka Gusti berdua tinggallah di sini, kakak akan pulang ke Janggala Langu, mencari hingga meninggalkan kerajaan”. Jawab Mahapatih Gajah Mada, bahwa niatnya tidak bertemu dengan kakek, oleh karena sangat jauh tempatnya. Mulai sekarang kakak menentang sabda Maharaja, hanya sementara sedang mengatur para Arya berjanji kepada adikku berdua, jika kakak sudah menjumpainya di sana atau yang berkompeten untuk mempertahankan pulau Bali. Lanjut disidangkan berhasil perjalanan kakak, semoga adik berdua di sini memperoleh kebahagiaan, semua para Arya terkecuali Arya Damar, semua diperintahkan untuk berlomba- disertai dengan masing-masing kita bertiga dianugerahi, bila buruk bersamalah kita lomba memimpin daerah-daerah, menguasai tempatnya masing-masing, buruk, bila memperoleh kebahagiaan, semuanya juga akan memperoleh diantaranya Arya Kuthawaringin di Gelgel, Arya Kenceng di Tabanan, Arya kebahagiaan. Demikian perjanjian mereka bertiga. Akhirnya kedua adiknya Belog di Kaba-kaba, Arya Dalancang di Kapal, Arya Belentong di Pacung, Arya menyetujui perjanjian tersebut, kedua adiknya akhirnya tinggal di rumah (Bali), Sentong di Carangsari, Arya Kebo Taruna (Arya Kanuruhan) di Tangkas, Kryan Sang Bang Banyakwide akhirnya pergi ke Janggala. Kini kisah perjalanan Sang Punta di Mambal, Kryan Jerudeh di Tamukti, Kryan Tumenggung di Patemon, Bang Banyakwide dahulu. Singkat cerita Sang Bang Banyakwide bertemu dengan Arya Demung Wang Bang turunan Kediri di Kertelangu, Arya Sura Wang Bang Mpu Sedah dan diangkat menjadi putra beliau serta sangat disayang oleh Mpu turunan Lasem di Sukahat, Arya Wang Bang turunam Mataram, bebas memilih Sedah, lama kelamaan Sang Bang tempat di mana saja, Arya Melel Cengkerong di Jaranbana, Arya Pamacekan di

56 25 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa selanjutnya Kyayi Gusti Pangeran Semaranatha menurunkan Gusti Rare Angon Setelah lama antaranya, kemudian Kyayi Patih Ulung, Kyayi yang sekarang menjadi leluhur Kyayi Agung Pasek Gelgel. Kyayi Gusti Pangeran Pemacekan, Kyayi Kepasekan, Kyayi Padang Subadra, bermohon kehadapan Bendesa Manik Mas II berputra tiga orang yang sulung bernama Kyayi Pangeran Sri Maharaja dan Rakryan Mangku Negara di Majapahit, supaya ada menjabat Bendesa Manik Mas III, adiknya Gusti Luh Made Manikan Mas dan yang bungsu sebagai penguasa di pulau Bali, seorang Adipati yang disegani oleh rakyat Bali, bernama Gusti Luh Nyoman Manikan Mas Gumitir, yang kemudian dinikahkan sebab dirasakan pulau Bali sangat sepi, semakin rumit dan tidak aman. Oleh dengan Danghyang Nirartha menurunkan Ida Bok Cabe atau Ida Putu Kidul, karena Mahapatih Gajah Mada belum bisa memenuhi permohonan Kyayi Patih yang selanjutnya menurunkan Brahmana Mas. Ulung, Kyayi Pemacekan, Kyayi Kepasekan, dan Kyayi Padang Subadra, beliau Diceritakan Kyayi Pangeran Bendesa Manik Mas III mempunyai dua orang masih mempertimbangkan colon Adipati, maka beliau mempersilakan Kyayi putra, yang sulung bernama Kyayi Pangeran Bendesa Manik Mas IV dan adik Patih Ulung dan saudaranya untuk kembali ke pulau Bali terlebih dahulu. bernama Gusti Luh Made Manikan, yang kemudian dinikahkan dengan Raja Ida Dalem Sagening, setelah mengandung (umur hamil dua bulan) diserahkan kepada Kemudian Mahapatih Gajah Mada dengan persetujuan Raja Majapahit Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti sebagai ganti kesalahan Ida Dalem dalam memerintahkan Ki Patih Ulung menjadi Adipati Raja Bali dan dikabiseka mengeluarkan perintah, sehingga putra dari Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti menjadi “I Gusti Agung Pasek Gelgel” pada tahun 1343 sampai terbunuh. Selanjutnya menurunkan Pangeran Tangkas Kori Agung, Bendesa datangnya Adipati Raja Bali yang ditetapkan Maharaja Majapahit. Tangkas Kori Agung, Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung dan Pasek Pada tahun 1352 setelah memperoleh restu dari Sri Maharaja Tangkas Kori Agung (Suadnyana, 2011). Majapahit, maka Mahapatih Gajah Mada melantik keempat putra Sri Kresna Untuk lebih jelasnya mari kita telusuri leluhur Kyayi Pangeran Bendesa Wangbang Kepakisan menjadi Adipati. Putra Sri Kresna Wangbang Kepakisan Manik Mas IV dan Gusti Made Manikan adalah salah satu keturunan Sapta Rsi yang sulung diangkat menjadi Adipati Raja di Blangbangan, putranya yang yaitu Mpu Witadharma, yang kemudian menurunkan Mpu Wiradharma, yang kedua menjadi Adipati Raja di Pasuruan, putranya yang ketiga seorang putri selanjutnya menurunkan Mpu Pastika, Mpu Penanda dan Mpu Lampita. Kemudian menjadi Adipati Raja di pulau Sumbawa dan putranya yang bungsu menjadi diceritakan Mpu Lampita mempunyai putra Mpu Dwijaksara yang kemudian Adipati Raja di pulau Bali, yang bergelar Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan menetap di Bali pada tahun 1267 atau saka 1189, beliau membuat pesraman di beristana di Samprangan. Gelgel dan membangun bebaturan sebagai cikal bakal beridirinya Pura Dasar Bhuwana. Mpu Dwijaksara mempunyai putra bernama Ki Patih Ulung, beliau merupakan salah satu pimpinan utusan dari Bali datang ke Majapahit. Ki Patih

Ulung bersama dengan Kyayi Pemacekan, Kyayi Kepasekan, dan Kyayi Padang Subadra menghadap Raja Majapahit, untuk memohon supaya dengan segera bertahta seorang Adipati Raja yang menjadi jujungan rakyat Bali. Kemudian Raja Majapahit memerintahkan Ki Patih Ulung menjadi adipati raja dan bergelar I Gusti Agung Pasek Gelgel sampai dengan datangnya utusan Adipati Raja dari

Majapahit. Ki Patih Ulung mempunyai putra dua orang yaitu bernama Kyayi Gusti Bendesa Manik dan Kyayi Gusti Semaranatha. kemudian Kyayi Gusti Bendesa

Manik menurunkan semeton Bendesa Manik Mas dan Kyayi Gusti Semaranatha menurunkan semeton Pasek Gelgel. Kita ceritakan dahulu Kyayi Bendesa Manik menurunkan Gusti Bendesa Manik Mas, Gusti Luh Made Manikan dan Gusti Luh

Nyoman Manikan Gumitir. Kemudian diceritakan Gusti Luh Nyoman Manikan Gumitir dinikahkan dengan Danghyang Nirartha dan menurunkan Ida Bok Cabe

54 27 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa mendengar laporan tersebut I Gusti Ngurah Pinatih menjadi sangat marah, dan di pulau Bali kepada Ki Patih Ulung sekeluarga/rombongan, keturunan Sang berjanji seandainya benar Dukuh Pahang Sakti moksah, maka I Gusti Ngurah Empu Sanak Pitu dahulu, sebab memang demikian titah Maharaja Majapahit Pinatih akan meninggalkan wilayah Kertalangu. Oleh karena kesalah fahaman dan Mahapatih Mada sebelumnya. tersebut akhirnya Dukuh Pahang Sakti mengutuk (memastu), agar dikalahkan 4. Ki Patih Ulung tetap menjadi Patih Amengku Bumi, berkedudukan di oleh segerombolan semut. Setelah Dukuh Pahang Sakti benar moksah, desa Gelgel, yang selanjutnya menurunkan Ki Gusti Semeranata dan Ki akhirnya kutukan menjadi kenyataan penguasa Kertalangu direbut oleh Gusti Bendesa Manik Mas. segerombolan semut dan akhirnya I Gusti Ngurah Pinatih meninggalkan 5. Arya Kenceng sebagai Anglurah di Tabanan yang bertempat tinggal di wilayah Kertalangu, sehingga wilayah Ketalangu menjadi kosong tanpa desa Buwahan, bergelar Kyayi Anglurah Pucangan. penguasa (Sugandhi dkk., 2009). 6. Arya Belog sebagai Anglurah di desa Kabakaba, yang bergelar Kyayi Pada Prasasti Pasek Bendesa Pura Selat Duda Banjar Ketapian Kelod Anglurah Pudak. Desa Sumerta Denpasar menceritakan pada waktu pemerintahan Ida Dalem 7. Arya Dalancang sebagai Anglurah di desa Kapal Sagening Bendesa Selat mengungsi ke Wilayah Kertalangu saat itu I Gusti 8. Arya Sentong sebagai Anglurah di desa Carangsari. Ngurah Pinatih memegang kekuasaan bersama begawanta Ida Pedanda 9. Arya Beletong sebagai Anglurah di desa Pacung. Wayan Bendesa, Ida Pedanda Made Bendesa dan Ida Pedanda Anom. I Gede 10. Arya Demung Wangbang Kediri sebagai Anglurah di desa Kertalangu. Selat semeton sedadia Bendesa tiba di Wilayah Kertalangu pada tahun 1605. I 11. Arya Sura Wangbang Lasem sebagai Anglurah di desa Sukahet. Gusti Ngurah Pinatih meninggalkan Kertalangu, karena dipastu oleh Dukuh 12. Arya Wangbang Mataram sebagai duta raja, berhak tinggal dimana-mana. Pahang Sakti agar I Gusti Ngurah Pinatih dikalahkan oleh segerombolan semut 13. Arya Melel Cengkrong di Jemberana, (Wayan Sudha, 2003). 14. Arya Pemacekan sebagai Sanglurah di desa Bondalem. Menurut Babad Ki Bendesa Gerih diceritakan I Gusti Ngurah Mambal putra 15. Kriyan Tumenggung sebagai Anglurah di desa Patemon, dari I Gusti Kaler bersama I Gusti Ngurah Sukahet sudah menginjak umur jejaka. 16. Kriyan Punta sebagai Anglurah di desa Mambal. Amatlah khawatirnya hati I Gusti Kaler dan beliau Ida Dalem Sagening, ada rasa 17. Kriyan Jrudeh sebagi Anglurah di desa Tamukti. takut beliau berdua apabila kelak I Gusti Ngurah Mambal bersama I Gusti Ngurah Bali tetap belum aman, karena banyak terjadi pemberontakan di desa- Sukahet, diperkirakan akan menuntut warisan atau bukti kehadapan beliau Ida desa Baliage dan pemberontakan Tokawa di Bali yang mengakibatkan Ida Dalem Sagening, karena keduanya berasal dari warih Ida Dalem. Hal tersebut Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan merasa putus asa dan berkeinginan kembali menyebabkan beliau berdua mencari jalan keluarnya, satu-satunya jalan mereka pulang ke Majapahit, akan tetapi tidak diperkenankan oleh Mahapatih Gajah berdua dititahkan untuk mencari daerah hutan di arah barat, tepatnya suatu tempat Mada. Akhirnya Mahapatih Gajah Mada menganugerahkan keris Ki Lobar dan di daerah pesisir kerajaan Mengwi, disanalah agar mereka berdua membangun busana/ pakaian kebesaran serta mengirim bala bantuan untuk mengamankan wilayah desa adat, di dekat desa yang bernama Batu Ngensut, adapun Pangeran Bali seperti: Sukahet agar melanjutkan perjalanan karena sudah direstui oleh Ki Pangeran 18. Arya Gajah Para yang berdomisili di desa Tianyar. Tangkas dan mohon diri akan melaksanakan titah Ida Dalem Sagening sesuai 19. Arya Getas yang bedomisili di desa Tianyar. petunjuk Dalem agar beliau menetap membangun desa sebagai pemimpin di 20. Si Tan Kawur berempat tinggal di desa Abian Semal, sekitar wilayah desa Giri Ayung, hal itu terjadi pada tahun 1607 dan diberi gelar 21. Si Tan Kober bertempat tinggal di desa Pacung. oleh Ida Dalem Sagening menjadi Ki Bendesa Tangkas Kori Agung dan 22. Si Tan Mundur bertempat tinggal di desa Cacahan. berkedudukan di wilayah Giri Ayung dan sekarang desa Gerih. Ada pesan Ida Keamanan pulih kembali, rakyat Bali tunduk pada pengaturan Ida Dalem Dalem Sagening kepada Ki Bendesa Tangkas Kori Agung agar supaya Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samprangan. Setelah lama Ida Dalem Ketut Sri

29 52 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Waktu berjalan terus, para Arya menteri yang dulu semua telah lanjut usia Kepakisan di Samprangan, ditetapkan seperti kedudukan semula. Karena Arya dan sudah banyak yang berpulang ke alam baka, beliau diganti oleh saudara atau Kuthawaringin telah lanjut usia, maka kedudukannya dilanjutkan oleh Kyayi putranya masing-masing, maka Kryan Agung Widya menjabat menteri utama, Klapodyana, dan kemudian diberi gelar Kyayi Gusti Agung Bendesa Gelgel Kryan Kaler Prandawa, menjabat Demung, Ki Gusti Abhra Singa menjabat yang berdomisili di Abyan Kawan. Demikian juga Arya Kanuruhan yang usianya “Penyarikan”, sebab Ki Gusti Madya Kanuruhan masih berada di Purasi. Kyayi telah lanjut, kemudian tugas biliau sebagai penyarikan atau sekretaris kerajaan Tangkas Dimade Keluwung Sakti sebagai patih tedeng aling-aling bertempat di dilanjutkan oleh putranya Kyayi Arya Brangsinga, sedang Kyayi Arya Tangkas desa Tangkas. Kembali diceritakan Ki Gusti Brangsinga Pandita putra Ki Gusti menjadi patih kerajaan dan Bendesa di desa Tangkas dan Kyayi Arya Singa Kanuruhan, ada seorang saudaranya bernama Ki Gusti Singa Padang Pegatepan menjadi patih pada bagian logistik kerajaan. Ratha, dahulu ikut bertempur di Kuta, setelah menang dalam pertempuran, diutus Setelah beberapa lama Kyayi Klapodyana bersama Kyayi Arya Brangsinga lagi menggempur Sasak, akhirnya menetap beliau disana. dan beberapa para arya serta patih lainnya menghadap raja Ida Dalem Ile di Ki Gusti Brangsinga Pandita, mengambil I Gusti Luh Padang Galak Samparangan, Baginda raja tidak segera hadir di balai sidang, karena tertegun sebagai istrinya, beliau melahirkan putra tiga orang, yang sulung I Gusti memandang bayangan diri pada cermin, sambil menatap rambut dan mengatur Padang Ratha, ditempatkan sebagai kepala desa Tanguwisya, adiknya I Gusti cara berbusana, hingga matahari condong ke barat, baginda raja juga belum hadir Padang Galak, yang bungsu Ki Gusti Padang Kanuruhan, ditetapkan sebagai di balairung. Sampai lama menyita waktu para arya dan para menteri menantikan kepala desa Kutha, adapun pada akhirnya banyak mengadakan keturunan, dan di balairung, namun tetap demikian perilaku baginda raja sampai dua tiga kali, sama-sama mencari tempat tinggal masing-masing, tidak diceritakan lagi. akhirnya para penghadap ngambek. Keadaan ini berkali-kali dialami oleh menteri I Gusti Singa Lodra, putra I Gusti Abhra Singasari, yang menjabat ketika hendak menghadap baginda raja. “Penyarikan” dari Ida Dalem Seganing, mempunyai dua orang putra laki-laki, Kemudian berita mengenai keadaan Ida Dalem Ile didengar oleh I Dewa sulung Ki Gusti Singa Pandita, adiknya Ki Gusti Madhya Kanuruhan, kedua Taruk, oleh karena itu beliau mengutus Kuda Panandang Kajar untuk mencari putranya tinggal di Gelgel dipelihara oleh datuknya. Beliau Ki Gusti Singa adindanya agar I Dewa Ketut bersedia kembali pulang ke Samprangan, namun Lodra, pindah dari Gelgel menuju ke barat, desa Blahbatuh, diberikan tempat harapan I Dewa Taruk tidak dipenuhi oleh I Dewa Ketut, ucapan beliau singkat, oleh Kryan Jelantik, sebab beliau beripar, menetap tinggal di sebelah selatan tidak mau kembali pulang ke Samparangan, oleh karena masih dibelenggu panca desa Blahbatuh, menjadi kepala desa disana. Kemudian I Gusti Singa Lodra indrianya. Kemudian Kyayi Klapodiyana juga bermaksud hendak menghadap I mempunyai tiga orang putra laki-laki, yang sulung Ki Gusti Sabranga, menetap Dewa Ketut, tetapi masih ada yang dikawatirkannya apabila dituduh congkak tinggal di Sablanga yang kedua I Gusti Made Belang, menetap di Belangsinga, durhaka, karena keris pusaka Ida Dalem yang sangat termashur bernama Ki Tanda yang bungsu Ki Gusti Padang Singha, kemudian Ki Gusti Made Belang Langlang, dikatakan sangat ampuh dan saktinya, mampu menyelidiki atau mempunyai empat orang putra laki-laki, yang tertua Ki Gusti Singa Padu, yang mengontrol para menteri yang congkak durhaka kehadapan Ida Dalem. Karena kedua Ki Gusti Singa Perang, yang ketiga Ki Gusti Padang Singa, yang bungsu keris pusaka tersebut langsung dapat menancapkan sendiri di dada para menteri I Gusti Singa Aryatha. Demikian kisahnya, tidak diceritakan selanjutnya. yang bersifat congkak dan durhaka, tanpa ada yang mengantarkannya, setelah Kini diuraikan I Gusti Gde Singa Kanuruhan, serta I Gusti Madya Abhra mangsanya meninggal Ki Tanda Langlang kembali lagi dengan goresan darah. Singasari, putra I Gusti Madya Kanuruhan “Penyarikan” Ida Dalem Pemayun Kyayi Klapodiyana lalu berpikir, teguh imannya atau kuat kemauannya untuk Bekung, beliau berdua tak luput mengabdikan diri pada Dalem, sebagai pemuka menegakkan keselamatan dan kesejahteraan daerah Bali. Tiba-tiba beliau dalam mempertahankan kerajaan, dan tak pernah menyangkal perintah yang mendengar sabda gaib dari angkasa, yang menyuruh beliau menghadap dipertuan. Kedua beliau itu ikut serta dalam perjalanan Ida I Dewa Anom junjungannya I Dewa Ketut, sebelum daerah Bali mengalami kehancuran. Pemahyun, ketika diutus oleh ayahanda beliau (Ida Dalem Seganing) menjemput Setelah mendapat laporan dari utusan bahwa I Dewa Ketut berada di

50 31 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa sehingga terdengar oleh Ki Gusti Lurah Kanca, keluarga dekat Ki Gusti Telabah, 6.3. Pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan Tahun kemudian timbul dendam yang tak tertahan, hendak mengadakan pembalasan 1383-1460. kepada Ki Gusti Pande. Kemudian langsung mempermaklumkan kehadapan raja Pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan yang menjadi Ida Dalem Pemayun dan Kyayi Pande melakukan hal yang sama seperti Ki Gusti pejabat kerajaan adalah: Patih Agung dijabat oleh Kyayi Nyuhaya putra dari Lurah Kanca. Kekacauan dan pertempuran tidak terhelakan terjadi pada Arya Kepakisan yang berkedudukan di Gelgel, Tumenggung (Merangkap pemerintahan Ida Dalem Pemayun. Tersebutlah I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Manca Agung) dijabat oleh Kyayi Klapodyana putra tertua Arya Kuthawaringin Taluh, sebagai pengawal balai pertemuan istana, adalah mertua dari Kyayi yang berdomisili di desa Gelgel, Penyarikan atau sekretaris dijabat oleh Kyayi Byasama menasehati dan mengatakan biarlah kamu agar tidak terbunuh, paman Arya Brangsinga putra tertua Sira Arya Kanuruhan yang berdomisili di Tangkas, memohonkan ampun kepada raja, sedangkan ayahmu gugur untuk menebus Kyayi Arya Tangkas menjadi Bendesa di desa Tangkas dan adiknya Kyayi Arya dosanya. Kyayi Byasama menjawab, tidak seorangpun menjadi baik karena ulah Pegatepan menjadi patih yang bertugas di Bagian Logistik Kerajaan. Ketika Ida mertua, baik dan buruk hanya karena ayahku, selanjutnya ia mengamuk habis- Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan bertahta sebagai pelindung rakyat daerah habisan, Kyayi Hyang Taluh berusaha untuk menyadarkan kepada para prajurit Bali, aman sentosa seluruh kerajaan Bali, tidak ada kekacauan, makmur tidak agar jangan ditombak, karena ia anak menantuku. Namun para prajurit tidak kurang makanan, karena bagaikan penjelmaan Sanghyang Tohlangkir (Gunung menghiraukan yang akhirnya Kyayi Byasama gugur akibat ditusuk tombak prajurit, Agung), tampan seperti Arjuna, tidak ada perumpamaan lagi pada sesama dengan terbunuhnya Kyayi Pande Basa, maka raja pun menjadi gembira dan manusia, lengkap dengan kedelapan ilmu yang tinggi (Karteswarya), disangga mayat yang berserakan langsung dikubur, Kyayi Pande serta puteranya yeng telah oleh para menteri dan arya semuanya. gugur semuanya dibakar atau diaben dan abunya dihanyut ke laut. Pada masa pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan ada Saat-saat itu Ida Dalem Pemayun tidak mampu mengatasi hatinya, sedikit permasalahan, yang mana Kyayi Klapodyana yang bergelar Kyayi Agung akibatnya lupa pada pemerintahan kerajaan. Maka beliau pindah istana ke Jero Bendesa Gelgel, dapat berselisih paham dengan Kyayi Nyuhaya, sebagai Kapal, dari Jero Kapal beliau pindah menuju desa Perasi, diiringkan oleh Ki penyebabnya Kyayi Klapodyana mengawinkan putri Kyayi Nyuhaya, bernama Ni Gusti Madya Kanuruhan, bersama rakyatnya menetap disana. Gusti Ayu Hadi saudara Kriyan Petandakan, demikian pokok permasalahannya yang menyebabkan hati Kyayi Nyuhaya marah dan kesal. Beliau tidak rela putrinya 6.6. Pemerintahan Ida Dalem Sagening Tahun 1580-1665 dinikahkan, serta menolak permakluman pelapor yang mempermaklumkan Setelah Ida Dalem Pemayun meninggalkan singgasana kerajaan, beliau perkawinan itu. Kyayi Nyuhaya merencanakan untuk membunuh Kyayi digantikan oleh adindanya I Dewa Dimade pada tahun 1580, yamg keudian Klapodyana, karena menganggap sangat besar dosa beliau itu, seperti seorang bergelar Ida Dalem Sagening. Setelah bertahta Ida Dalem Sagening kembali pria ras kebanyakkan mengawinkan putri bangsawan, tidak dapat ditebus dengan makmur negara kerajaan, harga barang-barang murah, tidak ada rakyat yang apapun, kecuali dibunuh. Demikian niat Kyayi Nyuhaya bersikeras, dan telah melalaikan perbuatan baik, bercahaya gemilang prebawa Ida Dalem Sagening, memberitahukan kepada saudara-saudara beliau yaitu Kriyan Petandakan, Satra, sebab beliau sangat pemberani, cakap dan terang akalnya, tenteram kerajaan Pelangan, Kaloping, Akah, Cacaran, Anggan dan semua saudara sepupunya untuk Gelgel, gunung dan lautan tak kurang hasilnya, sehingga bertekuk lutut orang- bersatu padu. Setelah berhasil mencapai kata sepakat, beliau segera menghadap orang Baji di Sasak, Sumbawa dikuasai kembali, segala jenis musuh di Bali dan raja Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan di Istana Sweca Lingarsa Pura, yang datang ke Bali semua tak berhasil, semuanya kalah oleh Ida Dalem mempermaklumkan bahwa putri beliau dinikahkan oleh Kyayi Klapodyana, serta Sagening. mohon perkenan baginda raja untuk membunuh Kyayi Klapodyana, yang dianggap Diceritakan beliau Ida Dalem Sagening, banyak istrinya dan banyak pula berdosa menikahkan putrinya sebagai keturunan bangsawan, karena kasta Kyayi putranya, namanya satu persatu, sebagai berikut: Klapodyana belum diketahuinya.

48 33 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Tianyar dan adiknya Ni Gusti Ayu Pegatepan menikah dengan cucu Kyayi Arya menggigil, kehilangan keseimbangan dan tidak bergerak, kemudian ditombak bahu Brangsinga. Ki Gusti Madya Bukian Bendesa Sibetan mempunyai putra lima harimau tersebut dengan besi tombak sumpitan sehingga luka parah badan dan orang yang sulung bernama Ki Gusti Wayahan Bukian, adik-adiknya bernama akhirnya rebah dan harimau hitam tersebut mati. Matinya harimau tersebut karena Ki Gusti Madya Bukian, Ki Gusti Nyoman Bukian, Ki Gusti Ketut Bukian dan adanya pengaruh bius atau racun punglu dibuat dari empat jenis bahan baku yang bungsu Ki Gusti Kalianget kelima putra-putra biliau merupakan cikal bakal (tanah liat, gula Bali, pasir hitam, dan kapas).Setelah Kyayi Klapodyana berhasil atau pawiwit adanya warga Bukian di Bali. mengalahkan harimau hitam tersebut, kemudian raja Ida Dalem Ketut Sri Semara Kini diceritakan dahulu pada waktu wafatnya Dewateng Enggong (Ida Kepakisan menganugrahkan “Aji Purana” kepada Kyayi Klapodyana Dalem Waturenggong) saat itu sedang zaman kali, timbul suatu keganjilan pada dan semua keturunan Arya Kutawaringin. Kryan Batan Jeruk, diliputi oleh perasaan “lobha, moha, murka”, pada akhirnya Adapun Kriyan Arya Berangsinga, yang menjabat Kanuruhan atau dia melawan pemerintahan Ida Dalem, diikuti I Dewa Anggungan, itu yang sekretaris raja Ida Dalem Ketut Sri Smara Kepakisan, mempunyai dua orang menyebabkan timbul suatu pertempuran yang hebat pada tahun 1550, putra- putra laki-laki, benar-benar tak tercela tampang mukanya yang tampan, sebagai putri Ida Dalem Waturenggong (I Dewa Pemahyun Bekung dan I Dewa Anom Nakula Sahadewa, sedang muda remaja kedua putranya itu, menarik hati Saganing) terkurung di dalam istana, dan Sang Raja Putri (adik I Dewa Anom mereka yang melihat, yang tertua bernama Kyayi Brangsinga Pandita, adiknya bernama Kyayi Madya Kanuruahn Kesari. Menurut Palalintih Kyayi Tangkas Saganing) dibunuh oleh Batan Jeruk. Disanalah para tanda menteri diantaranya Kryan Dawuh Manginte, Kryan Kori Agung Sading yang disalin oleh Drs I Nyoman Sukada tahun 2002. Kubon Tubuh, Ki Gusti Singa Kanuruhan, Ki Gusti Madya Kanuruhan, Ki Gusti Diceritakan Kyayi Arya Tangkas telah mempunyai empat putra yang sulung Abrasinga, Ki Tangkas Gelgel, Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti, Ki Ketut bernama Kyayi Tangkas Wayahan yang menjadi Bendesa Tangkas, yang kedua bernama Kyayi Tangkas Dimade menjadi patih kerajaan Gelgel, yang Tangkas serta para Arya dan rakyat, sebagian besar bersama-sama bertahan ketiga bernama Kyayi Nyoman Tangkas Kanuruhan berdomisili di Gelgel membela Ida Dalem, serentak mereka semua menerobos masuk ke istana, menjadi patih kerajaan Gelgel dan yang bungsu bernama Ni Ayu Tangkas yang untuk dapat menyelamatkan kedua putra Ida Dalem, kemudian dilarikan oleh kemudian menikah dengan Arya Kepasekan. Kyayi Arya Pegatepan juga Kryan Kubon Tubuh, melalui lubang tembok, menuju ke arah barat, dan hampir mempunyai seorang putra bernama Kyayi Gusti Pegatepan. mengalami kekalahan perlawanan Dalem. Namun demikian akhirnya Kyayi Tersebut ketika Maharaja Bali Ida Dalem Ketut Sri Smara Kepakisan, Batan jeruk dapat dikalahkan, dikejar oleh pasukan tempur “Dulangmangap”, diundang oleh Sri Hayam Wuruk raja Majapahit, agar datang ke Majapahit ketika yang akhirnya dapat dibunuh di Bungaya Karangasem, dan I Dewa Anggungan dibangun suatu yadnya yang bernama “Usaba Sradha”, Ida Dalem Ketut Sri diturunkan kastanya menjadi Sang Anggungan. Semara Kepakisan berkeinginan untuk menghadiri Paruman Agung tersebut. Ditetapkan lagi bahwa yang menduduki tahta sebagai pelindung pulau Sehubungan dengan keberangkatan beliau ke Majapahit, maka beliau Bali putra Ida Dalem yang bergelar Ida Dalem Pemayun Bekung, dibantu oleh mengundang seluruh menteri untuk hadir di istana Sweca Lingarsa Pura dan adinda beliau Ida Dalem Anom Sagening, sebab Ida Dalem Pemayun Bekung kemudian belaiu bersabda kepada para menteri hadir: Kriyan Petandakan, Ki Gusti kurang kebijaksanaan atau kecakapannya bila dibandingkan adiknya. Menteri Pinatih, Kyayi Klapodyana, Kyayi Brangsinga Pandita, Tan Kober, Tan Kawur, dan utama diduduki adalah Kryan Dawuh Manginte, maka disebut “Ya-Nginte, Ya Tan Mundur semuanya ikut ke Majapahit, menghadiri udangan raja Majapahit. Batanjeruk”, sebab kenyataannya seketurunan. Para Arya yang lain menduduki Sedang Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan juga bersabda kepada Arya tempat masing-masing seperti semula, Ki Gusti Madya Kanuruhan, tetap Tabanan, Tegeh Kori, Penataran, Tohjiwa, Pring, Cagahan, Sukahet, Kyayi sebagai ”Penyarikan Ida Dalem”, Ki Gusti Singa Kanuruhan Patih Muda Tangkas Dimade, Kyayi Nyoman Tangkas Kanuruhan,Kyayi Pegatepan, Kulwan, kedudukannya, kembali pulih keamanan negara, terdorong oleh kebijaksanaan Jelantik dan Camenggawon tidak ikut ke Majapahit dan semuanya menjaga atau kecakapannya Kriyan Patih. Tak terkatakan suka cita Ida Dalem, sebab keraton dan untuk menciptakan kedamaian. telah tertundukkan segala gelagat perbuatan musuh.

46 35 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Kini diceritakan putra-putra Ki Tangkas Gelgel di desa Tangkas menyebar Setelah pesamuan agung berakhir Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan ke desa-desa dan menjadi Bendesa di desa Dawan, Getakan, Besang, mengadakan perjalanan menuju Madura, karena Adipati Madura Jaran Panolih Banjarangkan, Klungkung dan Tangkas. Menurut Sejarah Dadia Tangkas Kori akan menyelenggarakan suatu upacara yadnya kepada leluhurnya. Selain raja dari Agung Tulus Dadi di Banjar Jangu Desa Duda, Kecamatan Selat Karangasem Bali, upacara yadnya tersebut dihadiri juga oleh raja dari Blangbangan, tahun 2009 putra Ki Tangkas Gelgel yang menetap di desa Tangkas mempunyai Pesuruhan, Palembang, Cina dan Makasar. putra empat orang yang sulung bernama Ki Tangkas Purwadana, adiknya bernama Dikisahkan Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan kembali pulang ke Bali. Ki Tangkas Pemade, Ki Tangkas Kesatria Jeroan, dan yang bungsu bernama Ki Kemudian saat sampai di Tukad Canggu, tiba-tiba keris beliau dari pemberian Tangkas Kepasekan. Diceritakan Ki Tangkas Purwadana mmpunyai tujuh orang Maharaja Majapahit terjatuh dan tenggelam ke dalam dasar sungai. Kemudian Ida putra yang sulung bernama Ki Tangkas Pemayun, adiknya kedua Ki Tangkas Jaya Dalem memperlihatkan sarung keris dan mengarahkan sarung keris tersebut ke Kusuma, adiknya ketigaKi Tangkas Tulus Dadi (kesah ke Desa Adat Duda arah sungai tempat jatuhnya keris tersebut, maka keris tersebut kembali dengan tepatnya di Cungkub kemudian kesah ke Jangu sekarang semeton penyungsung sendirinya memasuki sarungnya. Sejak saat itu, keris tersebut yang semula atau pengempon Pura Dadia Tangkas Kori Agung Tulus Dadi di Banjar Jangu, bernama “Ki Sudamala” kemudian diberi nama “ Ki Bangawan Canggu”. Setelah Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem). Adiknya keempat Ki Tangkas Kara Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan sampai di Sweca Lingarsa Pura, beliau Sodana, adiknya kelima Ki Tangkas Suta, adiknya keenam Ki Tangkas berkehendak melakukan upacara “Bhiseka Atitiwa Arjuna” yaitu mengenakan Slokaserana, dan yang bungsu Ki Tangkas Tata Negara. gelung “Apit Surang” dengan mengundang seorang pendeta dari daerah Keling yang bernama Mpu Kayu Manis. Pada suatu hari yang baik, Ida Dalem Ketut Sri Putra-putra Ki Tangkas Manik Mas yang menjadi Bendesa Kapal Semara Kepakisan dilantik atau didiksa oleh Mpu Kayu Manis dan dilanjutkan kemudian menjadi Bendesa di desa Kapal, Mengwi, Munggu, Kediri, dan Kuta. dengan pemberian petuah-petuah. Setelah menyelesaikan pediksaan Brahmana Putra-putra Ki Tangkas Manikan yang menjadi Bendesa Seraya kemudian Mpu Kayu Manis kembali ke daerahnya. Kedudukan Raja Sweca Lingarsa Pura menjadi Bendesa di desa Tumbu, Sengkidu, Antiga, Garbawana, dan Seraya. menjadi semakin kuat, negara menjadi aman dan sentosa. Diceritakan Ida Dalem Putra-putra Ki Tangkas Jaya yang menjadi Bendesa Tulamben kemudian Ketut Sri Semara Kepakisan dijodohkan dengan putri Kyayi Bendesa Gelgel, menjadi Bendesa di desa Tulamben, Datah, Selat, Sidemen, Sangkan Gunung, kemudian beliau menurunkan seorang putra dan dua orang putri, yang sulung Tiying Tali, Bulakan, Babi, Munti, Culik, Margatiga, Tista dan Batudawa. bernama I Dewa Waturenggong, yang kedua bernama yaitu I Dewa Ayu Laksmi Diceritakan Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti mempunyai dua orang yang dilarikan dan dijadikan istri oleh Bagawanta Bujangga, serta yang bungsu putra yang sulung bernama Ni Luh Tangkas kemudian menikah dengan treh I bernama I Dewa Ayu Kuning yang kawin dengan Sang Garbajata yang Gusti Agung Pasek Gelgel dan adiknya yang namanya hampir sama dengan menurunkan keturunan Tirta Harum. Diceritakan juga Ida Dalem Ketut ayahandanya bernama Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti atau sering disebut Sri Semara Kepakisan mempunyai putra lain, yang diberi nama I Dewa Kandel Raden Bagus, kemudian kesedahang oleh ayahandanya sendiri pada saat sewaktu beliau tinggal di desa Pandak. Istri beliau adalah bernama Ni Gusti Ayu bertugas di wilayah Kertalangu, akibat dari kesalahan perintah raja Ida Dalem Subanita, putri dari Arya Dalancang di Pura Lemendek Pandak Gede Tabanan. Sagening. Adalagi warih Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan menurunkan putra dan Diceritakan Ki Tangkas Wayahan yang menjadi Bendesa Giri Tohlangkir sekarang keturunan beliau diberi nama Bendesa Bendega Dalem Samanjaya. berdomisili didesa Jungut Pesangkan (dilokasi Pura Batur Jungut Pesangkan Setelah cukup lama Ida Dalem Ketut Semara Kepakisan bertahta menjadi raja sekarang) kabiseka Jro Bendesa Tangkas telah mempunyai tiga putra yang di Sweca Lingarsa Pura Bali, lebih kurang 77 tahun lama, tiba saatnya baginda kemudian menjadi Bendesa di desa Kubutambahan, Tanggabaya dan Giri Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan, berpulang kembali ke alam baka pada Tohlangkir (Pesangkan). Putra beliau yang menetap di Pesangkan kabiseke Jro tahun 1460 (isaka 1382), kemudian beliau diganti oleh putra yang sulung Bendesa Kukuh, kemudian lama kelamaan keluarga beliau kesah ke Desa bernama Ida Dalem Waturenggong.

44 37 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Kini diceritakan tentang anugerah Ida Dalem Waturenggong di istana Ketika bertahta Ida Dalem Waturenggong sebagai raja di Nusa Bali, Gelgel, kepada sekalian para Arya, agar supaya sama-sama mempertahankan beliau adalah raja yang terbesar dan dihormati, betul-betul raja gagah berani, kewajiban yang diwariskan dari leluhurnya masing-masing, setia mengabdi kepada sangat bijaksana membina jiwa rakyatnya, tak ada taranya kemakmuran raja, menciptakan seluas-luasnya kemakmuran negara, saat itu beliau Ida Dalem kerajaan serta wilayahnya, diresapi oleh budhi luhur sang raja, semua memuji- Waturenggong menganugerahkan piagam kepada para arya masing-masing yang muji keagungan dan kebijaksanaan beliau, terlebih-lebih dengan keberanian mengandung tata upacara kematian, sampai dengan kajang, menurut tingkatan dan kesaktian beliau yang menyebabkan selalu unggul dalam pertempuran, tinggi dan rendah, ditulis di dalam lembaran berupa prasasti. bagaikan Harimurti (Winsumurti) pada waktu bertangan empat. Tidak luput Kyayi Brangsinga Pandita, beliau juga dianugerahi piagam Adapun para pradana dan tandha menteri, yang sejak dulu semua telah disaksikan oleh para Arya seluruhnya, dan para brahmana turunan beliau yang lanjut usia bahkan banyak yang telah berpulang (meninggal), itulah para putra baru datang (Danghyang Nirartha). Sabda Dalem, „Hai engkau Brangsinga, beliau semua yang menggantikan, tetap sama kedudukannya seperti sediakala, engkau adalah darah ksatrya, sekarang kaum Arya penjelmaanmu, sebab di antara nya Ki Gusti Batan Jeruk, putra Kriyan Patandakan, beliau menjabat kedudukanmu menjadi patihku, daku menganugrahkan piagam gegaduhan menteri utama, juga Ki Gusti Abiyan Tubuh putra Kriyan Kubon Tubuh, Kyayi kepadamu, yang ditulis dilembaran ini, sebagai suatu tanda peringatan akan Arya Brangsinga digantikan oleh putranya yang sulung bernama Kyayi kesetiaanmu kepadaku (raja), itu wajar engkau menyampaikan atau Brangsinga Pandita, tingkah lakunya setia sebagai orang tuanya, dan menteri- menjelaskan kepada keturunan-keturunanmu sepanjang jaman, agar supaya menteri serta arya yang lain semuanya tetap pada kedudukannya. tiada khianat pada dharma seorang petugas, memegang teguh manteri sesana, Baginda raja amat berwibawa, benar-benar seperti keberanian singa, pandai dan upacara hidup dan mati‟. Daku menganugerahkan padamu, jangan ragu- dan bijaksana mengikat hati rakyatnya, tak terlukiskan dengan kata keamanan, ragu dan semrawut, jangan tidak yakin, sebab sangat utama untuk kesejahteraan dan kesentosaan daerah Bali, tak terpengaruh oleh ketinggian hati penjelmaanmu, dan juga telah mendapat restu dari beliau yang baru tiba budi rajanya, amat terpuji kebijakan baginda mengendalikan roda pemerintahan, (Danghyang Nirartha), sebab demikian diwariskan sejak di Majapahit. sangat pemberani dan mepunyai kesaktian dalam pertempuran. Baginda raja Bali Setelah menerima anugerah dari Ida Dalem, dengan penganjali, sembah bagaikan Hyang Wisnu Murti dikala bertangan empat, lengkap dengan senjata Kyayi Brangsinga Pandita, “Daulat tuanku Sri Prameswara yang menjadi gada, cakra. Keris Si Lobar, Si Tanda Langlang, dan Si Bangawan Canggu junjungan hamba, hamba junjung segala anugerah Paduka Bhatara, hamba merupakan perwujudan senjata Wisnu tak pernah lepas dari Baginda dalam menurut segala titah Sri Maha Prabhu, sampai dengan ke tujuh lapisan hati membasmi musuhnya, disertai dengan pasukan angkatan perang Baginda yang kecil hamba, sepanjang jaman sampai dengan di alam baka kiranya, serta disebut “Dulungmangap” mempunyai anggota pasukan inti sebanyak 1600 orang, generasi keturunan-keturunan hamba”. Akhirnya Kyayi Brangsinga Pandita, yang menjadikannya semakin tangguh dalam peperangan. mengadakan suatu pertemuan atau musyawarah dengan anak cucunya Dikisahkan pula Kyayi Gusti Pegatepan putra dari Kyayi Arya Pegatepan, Pratisantana Sira Arya Kanuruhan, memberikan “piagam gegaduhan” sebagai diutus untuk meleraikan permusuhan Kyayi Ngurah Toya Anyar dengan adiknya yang dianugerahkan oleh Ida Dalem Waturenggong, agar selalu dipertahankan Kyayi Ngurah Kaler, cucu Sirarya Gajah Para, bentrok antara saudara kakak adik sampai berakhir jaman hingga menjelma kembali. di Toya Anyar, sebab terdapat kesalah fahaman antara mereka berdua, ketika Lama kelamaan Kyayi Brangsinga Pandita pulang ke alam baka, diganti suatu upacara ngaben, mengabenkan jenazah datuknya. Tetapi telah ditakdirkan oleh ketiga orang putranya, mengabdikan diri kepada Ida Dalem. Diceritakan pula oleh Hyang Kuasa. Keduanya menemui ajalnya, sama-sama meningalkan anak bahwa Dalem Waturenggong telah wafat, pada tahun 1550 atau saka 1472, sedang kanak-kanak, serta meninggalkan istri sedang hamil. Adapun Gusti selanjutnya disebut “Dewateng Enggong”. Tinggal putra-putri beliau tiga orang Pegatepan menetap di Tianyar, kemudian berputra dua orang laki-laki, yang sulung kanak-kanak, dua orang laki-laki, seorang wanita, yang sulung bergelar Ida I bernama Ki Gusti Gede Pegatepan, seperti nama ayahnya, adiknya Ki

42 39 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Penulis menyadari seperti halnya salah satu pepatah mengatakan tiada gading yang tak retak, demikian pula apa yang disajikan dalam sejarah ini sudah tentu ada pro dan kontra, penulis menghormati adanya perbedaan tersebut, namun perbedaan tersebut jangan kita biarkan terus sampai melebarkan dan memisahkan persemetonan kita. Perbedaan sebaiknya diwujudkan dalam kebersamaan berdasarkan data sejarah,agar dapat memahami, menyamakan dan menyatukan pendapat dan pandangan mengenai perjalanan Sejarah Semeton Pratisantana Sira Arya Kanuruhan. Pada buku ini masih ada banyak semeton yang belum terungkap atau diceritakan. Penulis masih memerlukan pertimbangan dan persetujuan dari semeton bersangkutan, sebab informasi yang didapatkan melalui buku babad dan prasasti, masih ada yang belum singkron setelah dikaji berdasarkan fakta sejarah dan kejadiannya. Sekiranya terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam penulisan buku ini, penulis mohon semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Ida Betara Hyang Leluhur/ Kawitan mengampuni segala kesalahan atau kekeliruan dan telah berani menyebut nama beliau serta mengungkap kembali pelelintihan beliau. Muduh- mudahan penulis dijauhkan dari segala bahaya, kutukan dan tulah, karena apa yang ditulis dalam buku ini mempunyai tujuan mulia yaitu agar keturunan beliau kelak kemudian hari dapat digunakan sebagai pegangan atau pedoman dalam membina persaudaraan, kerukunan, kebersamaan dan hubungan baik antar keturunan beliau maupun dengan masyarakat pada umumnya. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Ida Betara Hyang Leluhur/Kawitan, berkenan memberkati, memberkahi dan melindungi seluruh keturunan Nya. Buku sejarah ini masih jauh dari sempurna, untuk penyempurnaan penulis mengharapkan adanya kritikan, saran, tegur sapa dan masukan berupa informasi data keberadaan semeton pada masing-masing desa, sebagai penunjang kelengkapan dan perbaikan penulisan Sejarah Sira Arya Kanuruhan edisi berikutnya. Demikian juga apabila seandainya dalam pembahasan sejarah ini ada yang kurang berkenan bagi pihak keluarga dan para pembaca, penulis mohon maaf dan terimakasih atas semuanya. Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 27 Maret 2015 Penulis

iv warga yang lebih agung atau lebih rendah berdasarkan keturunan. Apabila in- DAFTAR PUSTAKA gin menguji kebenaran buku ini, seharusnya dilihat dari disiplin ilmu babad dan sejarah. Pro-kontra tentu saja terjadi, akibat adanya pandangan dari kaca mata Babad Arya Kanuruhan, 1997. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi berbeda. Masyarakat Bali memegang teguh semboyan Rwa Binedha yang Daerah Tingkat I Bali Denpasar menghormati perbedaan. Namun perbedaan tersebut seharusnya dalam keber- Babad Arya Kanuruhan, 2008. Kasurat Olih Drs I Wayan Djapa Panglingsir samaan, untuk menyatukan pandangan dan pikiran guna mencapai kesatuan Warga Tangkas Kori Agung Kabupaten Tabanan Warsa 2008 dan kebersamaan para semeton Pratisantana Sira Arya Kanuruhan. Mudah-mudahan harapan menjadi kenyataan, semoga pikiran yang Babad Arya Kepakisan, 1998. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Daerah Tingkat I Bali Denpasar baik datang dari segala penjuru arah. Semoga Ida Bhatara Hyang Sira Arya Kanuru-han, Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu membimbing kita menuju hari Babad Arya Kutawaringin , 1980. Diterjemahkan oleh Cokorda Gede Catra. Untuk Kepentingan Warga esok yang lebih baik. Babad Arya Pinatih, 1998. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Daerah Om Shanti, Shanti, Shanti, Om Tingkat I Bali Denpasar

Babad Ki Bendesa Gerih, 2001. Pengurus Pusat Warga Bendesa Tangkas Kori

Agung Pusat Gerih Desa Gerih Abiansemal, Badung Bali Amlapura, 31 Maret 2015 Babad Pasek, 1956. I Gusti Bagus Sugriwa. Penerbit Toko Buku dan Alat-alat Tulis. Balimas. Denpasar. Ketua Umum

Babad Pasek Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi, 2003. Disusun oleh Jro Mangku Gde Ketut Soebandi. Penyunting Wayan Supartha

Babad Prasasti Dalem, 1995. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi Daerah I Wayan Geredeg, SH., MAP. Tingkat I Bali Jl. Ir Juanda No.1 Telepon 228593. Denpasar. Babad Tangkas Koriagung, 1996. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi

Daerah Tingkat I Bali Jl. Ir Juanda No.1 Telepon 228593. Denpasar. Diterjemahkan leh Dri I Wayan Djapa.

Bancangah Arya Tangkas, 1999. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi

Daerah Tingkat I Bali Jl. Ir Juanda No.1 Telepon 228593. Denpasar.

Diterjemahkan Oleh Dri I Wayan Djapa.

Babad Usana Bali Pulina, 1997. Kantor Dokumentasi Budaya Bali Propinsi

Daerah Tingkat I Bali Denpasar

Berbakti Kepada Kawitan (Leluhur) adalah Paramo Dharma, 1985. Ktut

Soebandi. Penerbit CV. Kayumas Agung.

vi 83 SejarahSiraAryaKanuruhan-Wayan Adiartayasa

DAFTAR GAMBAR Pasek Gelgel atau cucu dari Kyayi Agung Pasek Gelgel, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. No Judul Halaman Kemudian De Gurun Pasek Gelgel (cucu Kyayi Agung Pasek Gelgel) denikahkan dengan I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan status pernikahan nyentana (I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung sebagai purusa dan De Gurun 1 Pelelintih Sira Arya Kanuruhandi Tanah Jawa (Jero Gede Kanuruhan Pegatepan, 2009)………………………………………… 13 Pasek Gelgel sebagai predana). Kemudian pernikahannya diupacarai sangat meriah, di rumah Pangeran Tangkas Kori Agung, juga hadir dalam pernikahan 2 Silsilah Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan, Empu Witadharma tersebut adalah semua keluarga Kyayi Agung Pasek Gelgel, Ida Dalem, Arya dan Arya Kanuruhan……………………………………………………. 55 dan para undangan dari semeton yang lainnya. 3 Silsilah Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan, Arya Wang Bang Setelah pernikahan I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan De Gurun Pinatih, dan Empu Ketek ………………………………………………. 62 Pasek Gelgel, diceritakan dikaruniai empat orang putra yang bernama: 4 Hubungan Keturunan Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan 1. Pangeran Tangkas Kori Agung 2. Bendesa Tangkas Tangkas Kori Agung dan Arya Kanuruhan (Arya Brangsinga) ..……………………………. 83 5 Hubungan Generasi/Keturunan antara Sira Arya Kanuruhan, 3. Pasek Tangkas Tangkas Kori Agung Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan dan Patih Ulung 4. Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung Keempat putra I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung telah menjadi dewasa (Empu Wittadharma) ...... ………………………………… 84 pada masa pemerintahan Ida I Dewa Dimade. Kemudiankeempat putra I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung diceritakan telah menikah dan masing-masing telah

mempunyai putra-putri pula. Putra-putra dari Pangeran Tangkas Kori Agung, Bendesa Tangkas Tangkas Kori Agung, Pasek Tangkas Tangkas Kori Agung

dan Pasek Bendesa Tangkas Kori Agung kemudian menyebar ke desa-desa setelah raja Ida I Dewa Agung Jambe memindahkan pusat pemerintahan dari

Gelgel ke Puri Semarapura Klungkung. Diceritakan putra pertama dari I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung yang

bernama Pangeran Tangkas Kori Agung telah mempunyai tujuh putra, yang sulung menjadi Bendesa di desa Sibetan dan bergelar Ki Bendesa Tangkas Sibetan yang

kemudian menurunkan Dadia Tangkas di Banjar Kreteg Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem, sekarang berjumlah lebih dari 100 Kepala Keluarga. Adiknya menjadi Bendesa di desa Bias Lantang kemudian bernama Ki

Tangkas Jerewe yang selanjutnya menurunkan Dadia Tangkas di Banjar Bias Lantang Klod, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.

Putra-putranya yang lain menjadi Bendesa di desa Bebandem, Subagan, Ababi, Seraya dan yang bungsu menetap di desa Tangkas.

Putra kedua dari I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung yang bernama

81 viii Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Sira Arya Kanuruhan adalah salah satu tokoh Arya yang ikut Misi Mahapatih kemudian kesah Blangsinga lalu ke desa Blahbatuh dan berkembang banyak di Gajah Mada untuk menaklukkan kerajaan Bedahulu yang dipimpin oleh Raja Sri wilayah Gianyar. Adiknya yang kedua bernama Ki Gusti Madya Pegatepan Tapahulung yang bergelar Sri Gajah Waktra atau Sri Gajah Wahana, dan diujuluki kesah ke desa Tojan bersama Ki Gusti Ngurah Jelantik dan berkembang Sri Astha Sura Ratna Bhumi Banten. Selain Sira Arya Kanuruhan, juga ikut dalam banyak di wilayah Gianyar. Adik yang ketiga bernama Ki Gusti Nyoman penyerangan adalah Arya Pudak (Arya Belog), Arya Pangalasan, Arya Beleteng Pegatepan berkembang di desa Tianyar dan sekitarnya. Adiknya yang bungsu dan Arya Kenceng sebagai pimpinan dari arah selatan dan mendarat di pantai bernama Ni Gusti Ketut Pegatepan menikah dengan Ki Gusti Besang. Kuta. Sedang Arya Damar dibantu oleh Arya Sentong dan Arya Kuthawaringin 6.7 Pemerintahan Ida I Dewa Dimade Tahun 1665-1686 mendarat dari pantai Ularan. Berkat kepemimpinan dan ketangguhan Mahapatih Pada pemerintahan Ida I Dewa Dimade diperkirakan I Gusti Ayu Gajah Mada dan para Arya lainnya, maka pimpinan pasukan seperti Ki Tambyak, Tangkas Kori Agung usianya telah dewasa. Kemudian Pangeran Tangkas Kori Ki Gudug Basur, Ki Girikmana, Ki Buahan dan panglima perang putra mohkota Sri Agung berkeinginan menikahkan putrinya,untuk melanjutkan dan mempererat Madayana dapat dikalahkan,dengan demikian kerajaan Bedahulutakluklah pada hubungan persaudaraannya dengan keturunan I Gusti Agung Pasek Gelgel, kerajaan Majapahit tahun 1343 (isaka 1265). Setelah kerajaan Bedahulu maka dinikahkannyalah I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung dengan keturunan I dikalahkan oleh Mahaptih Gajah Mada, maka datang Ki Kuda Pengasih sebagai Gusti Agung Pasek Gelgel yang bernama De Gurun Pasek Gelgel. utusan Raja Majapahit memohon kepad Mahapatih Gajah Mada agar berkenan Menurut Babad Pasek oleh I Gusti Bagus Sugriwa tahun 1982 halaman kembali ke Majapahit. Kemudian dikumpulkanlah para arya untuk ditugaskan 82 menceritakan status perkawinan ini berikut: Hai anakku De Gurun Pasek mengawasi wilayah kerajaan Bedahulu dan langsung menetapkan Arya Kutawaringin bertugas di Gelgel, Arya Belog di Kaba-kaba, Arya Sentong di Gelgel keturunan I Gusti Agung Pasek Gelgel, karena engkau suka kepadaku, kini bapak menyerahkan diri kepadamu, oleh karena bapak tidak mempunyai Carangsari dan Sira Arya Kanuruhan di Tangkas. Walaupun kerajaan Bedahulu dapat dikalahkan, namun keadaan Bali keturunan lagi (tidak beranak laki-laki) kini ada seorang anakku perempuan, semakin rumit dan tidak aman, oleh karena di beberapa daerah rakyat masih saudara sepupu olehmu, apabila kamu suka, bapak berikan kepadamu, I Gusti mengadakan peperangan. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, maka AyuTangkas Kori Agung dan lagi ada harta benda bapak, yaitu isi rumah atas prakarsa Ki Patih Ulung, Kyayi Pamacekan, Kyayi Kepasekan dan Kyayi tangga serba sedikit, pelayan 200 orang, semuanya itu anakku menguasainya. Padang Subadra menghadap raja Majaphit, untuk memohon kehadapan Sri Pendeknya engkau menjadi anak angkatku. Kemudian bapak pulang ke alam Maharaja dan Rakryan Mangku Negara agar segera ada seorang penguasa di baka, supaya anakku menyelesaikan jenazahku, yang terpenting permintaanku pulau Bali, sebagai adipati yang dapat disegani oleh rakyat Bali. Setelah ialah agar sama olehmu melakukan upacara sebagai bapak kandungmu permohonan tersebut direstui oleh Sri Maharaja Majapahit, maka Mahapatih sendiri. Satu lagi nasehat/peringatanku kepadamu, oleh karena dahulu ada Gajah Mada berjanji mengusahakan seseorang sebagai penguasa di Bali. permintaan Pangeran Bendesa Mas kepada leluhur kita yaitu supaya jangan Selanjutnya Mahapatih Gajah Mada menyampaikan sehubungan permohonan putus turunan-turunan kita dengan sebutan Bendesa. Sebab supaya mudah telah dikabulkan oleh Baginda Raja, namun kini kami belum dapat menentukan oleh beliau kelak mengingati turunan-turunan beliau bila ada lahir dari beliau. siapa yang ditunjuk sebagai penguasa di Bali dan untuk sementara waktu kami Kini oleh karena bapak memang berasal dari sana, sebab itu bapak minta serahkan kepada saudara untuk memegang kekuasaan di Bali sampai kami kepadamu bila kemudian ada anugrah Ida Sang Hyang widhi Wasa kepadamu dapat menunjuk seseorang. terutama kepada bapak, ada anakmu lahir dari sepupumu I Gusti Ayu Tangkas Setelah mohon diri dari Raja Majapahit dan sesampai tiba di Bali Ki Patih Kori Agung, supaya ada juga yang memakai sebutan Bendesa Tangkas itu sampai Ulung segera mengadakan pertemuan dengan berbagai tokoh rakyat Bali, para kemudian supaya mudah leluhur kita mengsingati turunan-turunannya

2 79 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Oleh karena ketidak cakapan Ida Dalem Samprangan (Ile) menjadi raja, mengandung racun (sayong sarbha) rakyat dan pasukan Singarsa yang dipimpin Raja Samprangan digantikan oleh Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan oleh Sang Raja Putra Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, asal pasukan (Ngulesir). Kemudian Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan, pusat pemerintahan Pemahyun Rajya (Tambega). Itu sebabnya Kryan Sagung Maruti dan pasukan dipindahkan ke desa Gelgel, yang kemudian bernama “Sweca Linggarsa Pura” Gelgel terhenti niat/maksud dan ragu-ragu serta tak berani melewati tukad Unda. pada tahun 1383 dan Ida Dalem Ketut Ngelesir merupakan raja pertama dengan Entah berapa lamanya, kemudian dikuasai desa-desa Cegeng, Tambega gelar Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan. Kemudian dilanjutkan oleh putra dan sekitarnya oleh Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade. Adapun rakyatnya, biliau Ida Dalem Waturenggong1460. Pada pemerintahan Dalem Waturenggong pasukan/prajurit, pasukan berani matinya, semuanya kembali menuju dan mewariskan kerajaan yang stabil sehingga beliau dapat mengembangkan bertahan didesanya masing-masing. Diceritakan bahwa Ki Gusti Madya Singha kecakapan dan kewibawaannya untuk memakmurkan Kerajaan Gelgel, pada Ragha, kembali mengabdikan diri kepada Ida Dalem di Tambega, dan telah pemerintahan Ida Dalem Waturenggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak berputra tiga orang laki-laki dan perempuan, yang sulung putri, diperistri oleh Ki kejayaannya. Setelah Ida Dalem Waturenggong wafat digantikan oleh Ida Dalem Gurun Gede Abhra Singha, putra kedua Ki Gurun Singharagha, seperti nama Pemayun Bekung pada tahun 1550. Pada awal pemerintahan Ida Dalem Pemayun ayahnya; putra ketiga Ki Gurun Wira Kanuruhan. Adapun setelah Ida Dalem Bekung terjadi peristiwa pemberontakan Gusti Batanjeruk yang kemudian dapat Anom Pemahyun wafat di Pemahyun rajya, Ki Gusti Madya Singharagha dikalahkan dan Gusti Batanjeruk terbunuh di Bungaya Karangasem. Pada dititahkan menetap di desa Pidpid menjadi “Penyarikan”, diikuti oleh putranya pemerintahan Ida Dalem Pemayun Bekung terjadi suatu kesalahfahaman, yang kedua. Sedang putranya yang bungsu yang bernama Ki Gurun Wira sehingga pemerintahan menjadi kurang stabil dan tidak mendapat kepercayaan Kanuruhan dititahkan oleh Adipati Singarsa, mempertahankan daerah tepi rakyatnya. Kemudian beliau menyerahkan pemerintahan kepada adiknya Ida Barat Daya, sebagai pemimpin benteng Tohjiwa, menetap disana dan banyak Dalem Dimade Sagening pada tahun 1580. Setelah wafat Ida Dalem Dimade keturunannya. Sagening pada tahun 1665, maka dilanjutkan oleh putra beliau Ida Dalem Anom Ceritakan kembali, pasukan pembela yang mengiringi Ida I Dewa Anom Pemahyun. Entah berapa bulan Ida Dalem Anom Pemahyun menjadi raja, sebab Pemahyun Dimade dulu, yang semula Pengiring Ida Dalem Anom Pemahyun, Sagung Maruti ingin memberontak kehadapan Ida Dalem Anom Pemahyun dan yang bermukim diberbagai desa dalam wilayah Singarsa, semua banyak maksud pemberontakannya disetujui oleh adiknya (Ida Dalem Dimade). Akhirnya keturunannya, cepat berkembang, tersebar ke desa-desa mencari tempat tinggal, Ida Dalem Anom Pemahyun merasa kasihan apabila daerah kekuasaan baginda bila diumpamakan seperti daun-daun kayu yang dihembus oleh angin yang keras mengalami kehancuran, baginda tidak ingin merebut kekuasaan, serta tidak (topan). Adapun I Gusti Wayahan Singa Kanuruhan, yang bermukim di Bulakan, menghendaki gugurnya sanak keluarga baginda seperti pada masa lampau, berputra tiga orang, yang sulung Ki Gurun Gede Bulakan, menetap di Bulakan, kemudian baginda menyerahkan kekuasaannya kepada adiknya (Ida Dalem menggantikan ayahandanya menjabat Bendesa Bulakan. Yang kedua Ki Gurun Dimade) dan baginda pindah ke desa Purasi. Pada masa pemerintahan Ida Dalem Abhra Singa, dari Bulakan dititahkan ke tukad Besi, menetap disana. Yang bungsu Dimade terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sagung Maruti, dan Ida Dalem Ki Gurun Made Singha, menuju desa Ujung, menggantikan pamannya Ki Gusti Dimade tidak berkuasa lagi di Gelgel serta berakhirlah Dinasti Kerajaan Gelgel. Kesari Dimade, sebab tak mempunyai keturunan (putung). Kemudian Ki Gurun Gede Bulakan mempunyai dua orang putra laki-laki, yang tertua bernama Ki Gurun Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gede Merakih, dititahkan ke Datah sebab penduduk Baliage yang tinggal disana Kerajaan Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa tidak mentaati perintah Ida Dalem; bertempat tinggal di Pendem, digempur oleh Ki dan dapat mengalahkan Sagung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali. Gurun Gede Merakih dibantu oleh pasukan

4 77 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

BAB II menggantikan ayahandanya menjabat Adipati. Beliau Ida I Dewa Anom LELUHUR SIRA ARYA KANURUHAN DI TANAH JAWA Pemahyun, didampingi Pendeta raja (Begawanta) yang bermukim di Sukaton

(Pedanda Gede Wayan Buruan), dan Pedandaa Buddha bernama Pedanda Pada tahun 608 atau saka 530, sasih kawolu, titi 12, tanggal bulan terang, wara Pujut (bulan Februari-Maret), pada saat itulah Paduka Rahyang Gede Ngurah Banjar, dihadap oleh sekalian para Arya, ksatriya, semua, Dimaharaja Manu, datang ke pulau Jawa, Medang Kemulan, baginda dianggap pemuka-pemuka warga Pasek, Bendesa, Pande, Pulasari, asalnya pasukan sebagai dewa utama dipuja di sana, Baginda adalah yang pertama menjadi pembela pengiring beliau dulu. Raja dan bertahta di Medang Kemulan. Kedatangan Baginda di pulau Jawa Setelah semua melakukan persembahyangan bersama, maka sebagai atas perintah ayahandaBaginda Bathara Guru,agar Baginda mengajarkan tanda setia kepada raja (Ida Dalem), di sana Ida I Dewa Anom Pemahyun Dharma (agama Hindu) dan selanjutnya Baginda membangun istana di Medang berkenan menganugerahkan piagam sebagai pustaka, ditulis dalam kepingan Kemulan, dalam menjalankan tugas dan kewajiban selaku raja, Paduka tembaga, lengkap satu persatu masing-masing orang/kelompok. Demikian Rahyang Dimaharaja Manu, tidak melupakan ajaran kedyatmikaan yaitu ceritanya dahulu agar selalu diingat oleh keturunan-keturunan sampai dikemudian hari jangan melupakan leluhur, pada jasa-jasa beliau dulu melaksanakan yoga semadhi, memuja Dewa Surya. Berkat ketekunan dan ketaatan Baginda dalam melaksanakan yoga menegakkan Dharma/ keutamaan. semadhi, Baginda memperoleh wara nugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa Kemudian setelah selesai upacara “Ngenteg Nyapuh”, di Penataran (Tuhan Yang Maha Esa), masyarakat menganggap Baginda sebagai Pemerajan Pemahyun, juga setelah dinobatkan sebagai Adipati. Putra raja Ida I perwujudan Dewa utama, karena kehadiran Baginda di daerah tersebut tiada Dewa Anom Pemahyun mengendalikan pemerintahan kerajaan Singarsa, maka taranya. Keadaan masyarakat selamat sejahtera, oleh karena hanya dharma beliau pindah ber Istana di Sidemen, sebab Sidemen dianggap ibukota yang Baginda utamakan. Kewibawaan, kebijaksanaan dan keadilan yang Singarsa, diiringkan oleh pasukan pengawal dan pasukan berani mati yang Baginda miliki, menyebakan berhasil dalam semua perintahnya, tahu dengan sejak dulu, bersama-sama telah dipilih mereka dan terutama Ki Gusti Madya kejadian dahulu, sekarang dan yang akan datang, sehingga pemerintahan Abhra Singa, putra Kryan Gede Singa Kanuruhan, Ki Pakis Kendel, Ki Tangkas, Baginda cepat menjadi termasyur di Nusantara dan negara dalam keadaan Ki Tohjiwa, Ki Tubuh, Ki Pande, Warga Pasek, Bendesa, Pulasari, dengan senjata keris Ki Kidang Manolih, disangga oleh Kryan Anglurah Bang Sidemen, gemah ripah loh jinawi. Entah berapa lama Paduka Rahyang Dimaharaja Manu bertahta menjadi dan Ki Lurah Sukahet. Beliau beristana di Melayu (Ulah) di dekat asrama junjungan di Medang Kemulan, ibarat Dewata menjelma selalu melaksanakan tapa pendeta Bhagawantanya di Sukaton. beliau, memberikan pelajaran memenuhi dunia. Mengadakan keturunan, berkat Adapun semua pasukan itu telah dianugrahkan tempat masing-masing, jasanya dilahirkanlah keturunan Manu di Negara Medang Kemulan. Baginda ditetapkan Ki Gusti Madya Abhra Singa ditempatkan di sebelah selatan Sidemen, berputra laki-laki utama satu orang yang bergelar Seri Jaya Langit. Disebutkan kemudian disebut Kebon, sebab mula-mula mondok (akukubon). Diceritakan saat bahwa Sri Jaya Langit berwajah tampan dan rupawan tida ada yang menyamai, pemerintahan Ida I Dewa Anom Pemahyun Dimade, negara Singarsa menjadi dan sesudah berakhir pemerintahan Raja Paduka Rahyang Dimaharaja Manu, aman sentosa, karena kebijaksanaan serta kecakapan beliau menarik hati maka Sri Jaya Langit menggantikan kedudukan ayahanda menjadi raja di Medang rakyatnya, adil dan merata membina masyarakat, disangga oleh Kyayi Lurah Bang Kemulan. Adapun Sri Jaya Langit mempunyai putra seorang bernama Sri Werthi Sidemen, serta bekerja sama dengan pendeta Bhagawanta yang berkedudukan di Kandayun yang akan melanjutkan menjadi raja di Medang Kemulan. Diceritakan Sukaton (Pedanda Gede Wayan Buruan), selanjutnya Ida I Dewa Anom Pemahyun Sri Werthi Kandayun mempunyai putra seorang bernama Sri Kameswara Para Dimade dihaturi seorang putri sebagai permaisuri dari Kyayi Lurah Bang Sidemen Dewa Sikan dan disebutkan ibukota kerajaan adalah Watugaluh. Sri Kameswara yang bernama I Gusti Ayu Sapuh Jagat, dengan

75 6 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

928, sehingga terjadilah pertempuran yang sangat seru antara pasukan Raja cocok, menyeleweng, pada akhirnya menjadi dendam. Semua yang berpihak Sri Kameswara dengan pasukan Raja Wurawuri. Pada pertempuran tersebut Sagung Maruti, ingin menobatkan Ida I Dewa Dimade menjadi raja Bali. Sebab pasukan Raja Sri Kameswara mengalami kekalahan dan gugur serta istananya Ida I Dewa Dimade kena hasutan, tidak mengerti rahasia tipu daya musuh habis terbakar. Kemudian Sri Airlangga bersama pendampingnya Narottama dalam hati, yang sebenarnya ibarat api diselipkan di dalam atap alang-alang. dapat menyelamatkan diri dari kepungan musuh dan menyingkir dalam hutan Pada akhirnya hati orang-orang diselimuti oleh kali, maka Sagung Maruti Wanagiri sambil menyusun dan merencanakan serangan balasan kepada Raja melawan pemerintahan Dalem. Wurawuri. Diceritakan Ida I Dewa Anom Pemahyun merasa sayang bila timbul Setelah melakukan persiapan dan perencanaan yang matang Sri Airlangga kekacauan negara, tidak hendak berebutan kekuasaan dengan saudara, tidak mengadakan serangan balasan kepada Raja Wurawuri, dan terjadilah peperangan hendak menimbulkan korban kematian pada keluarga, sahabat dan rakyat seperti yang lebih dahsyat, yang akhirnya peperangan dimenangkan oleh pasukan Sri masa-masa yang silam. Tetapi belum tentu kalah bila mau melawan/bertahan, Airlangga. Kerajaan Daha yang dahulunya dikuasai oleh Sri Kameswara dapat hanya keamanan dan kesentosaan belaka yang diidam-idamkan di dalam hati direbut kembali dan menjadi daerah kekuasaannya. Kemudian Sri Airlangga beliau. Beliau pidah istana, serempak bersama putranya yang kedua (I Dewa menjadi raja Daha dengan gelar Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananta Dimade), keluar menuju ke jurusan Timur, ke istana Bhatara (Dalem Bekung) Wikrama Tungga Dewa. Sedangkan pendamping setianya Narottama diangkat dahulu di Purasi. Kyayi Made Karang, Pangeran Tangkas Kori Agung, Kryan Gede sebagai Rakryan Kanuruhan bergelar Mpu Dharmamurthi Dhanasura. Sri Airlangga Singa Kanuruhan, Kryan Madya Singasari, mereka itu pelopor-pelopor perjalanan sebagai pewaris Kerajaan Daha, pada tahun 1021 atau saka 943 memindahkan beliau. Beliau tiba di Purasi, pada tahun 1665 atau Saka 1587 (Sapta = 7, dan membangun ibukota baru yang terletak di kaki gunung Pananggungan diberi Manghala = 8, Sara = 5, Rat = 1). Lengkap dengan alat-alat kerajaan, keris Ki nama Watanmas. Kemudian oleh karena keadaannya kurang aman dan sering ada Sudhamala, Ki Bangawan Canggu terkenal di dunia, pelengkapannya bernama Ki musuh, Sri Airlangga memindahkan ke desa Patokan, yang selanjutnya dijadikan Kidang Manolih, Ki Raksasa Twa, Lalancang (= tempat sirih pinang dari emas dua Ibukota Kerajaan yang disebut dengan nama Kahuripan, berlokasi disebelah timur gunung Penanggungan dan peristiwa tersebut diperkirakan terjadi tahun 1037 atau buah, serta yang lain-lainnya, dan upacara alat-alat keraton). saka 959. Kemudian pada tahun 1042 atau saka 964 Ibukota dipindahkan kembali Hari-hari berikutnya berdatangan rakyat beliau ke arah timur, bermaksud untuk membela, sampai penuh di desa Purasi, tiga ratus sepuluh jumlah ke Daha. Adapun Sri Airlangga berputera dua orang yang utama atau tiga orang opsirnya. Di sana Ida I Dewa Anom Pemahyun memberikan komando untuk termasuk putera penawing, namanya satu persatu ialah: yang sulung bergelar mempertahankan seluruh desa-desa, agar tidak dirampas atau dikuasai oleh Sri Jayabhaya, adiknya bergelar Sri Jayasabha dan putera penawing bernama musuh, adanya Pemasekan dipelosok-pelosok desa wilayah Singarsa raja. Arya Buru (beribu Kayuwangsa), serta seorang puteri, bernama Sri Dewi Kili Diceritakan bahwa mengalir datang pasukan berani mati Ida Dalem, Endang Suci (Rake Kapucangan nama lainnya), tetapi hatinya tidak melaporkan keangkuhan Kryan Agung Dimade (Sagung Maruti), semua terpengaruh lagi untuk menjadi raja, sebab beliau seorang wanita yang taat melaporkan bahwa kastanya (Wangsanya) dihapuskan. Tidak berselang lama kepada berata tidak bersuami, hanya melaksanakan tugas kependetaan, itulah Ida I Dewa Anom Pemahyun bermukim di Purasi, kemudian beliau pindah ke sebabnya beliau hidup dipegunungan sebagai pertapa. desa Tambega. Di tengah perjalanan dipecah-pecah lelancangnya sebuah, Adapun Sri Jayabhaya dan Sri Jayasabha, tidak henti-hentinya berselisih diberikan pada rakyatnya sama-sama sedikit, karena terikat cinta kasih, dan dengan saudara, karena terjadi perebutan waris tahta kerajaan. Untuk mengatasi memberikan sapa (kata-kata bertuah), bila tidak selalu ingat moga-moga tidak sengketa tersebut dan guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pada mendapat keselamatan sampai dengan akhir jaman memperoleh sengsara,

8 73 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa sehingga kerajaan Panjalu memperoleh kemenangan. Daerah kerajaan Jenggala Akibat kekosongan dan tidak adanya penguasa di Wilayah Kertalangu menjadi daerah taklukan kerajaan Panjalu, kemudian Sri Jayasabha berhasil menyebabkan suasana menjadi kacau balau dan ketidak hadiran seorang menyelamatkan diri dan meninggalkan istana serta menyingkir ke tengah hutan pemimpin sangat dirasakan pada saat upacara keagamaan dimana banyak Narsma. Oleh karena keberhasilan dan kemenangan dalam peperangan maka Sri pelinggih yang rusak karena tidak ada lagi yang bertanggungjawab. Jayabhaya diberi julukkan “Sri Jayengrana” atau menang dalam peperangan dan Kehancuran Puri Kertalangu diperkirakan terjadi pada tahun 1605 atau saka juga disebut “Sri Linnggajaya” atau unggul dalam pertahanan/kedudukan. 1527. Melihat keadaan yang demikian maka raja Badung Ida Bhatara Sakti Adapun Sri Jayabhaya berputera laki-laki tiga orang, yang sulung kemudian memerintahkan salah satu putra beliau yang bernama Kyayi Agung bergelar Sri Aji Dandang Gendis, yang kedua Sri Siwa Wandhira, dan yang Pemayun adik seibu dari Kyayi Anglurah Pemecutan IV untuk membangun puri bungsu Sri Jaya Kusuma. Sri Aji Dangdang Gendis berputera Sri Jayakatong. di Wilayah Kesiman, guna dapat meredakan kekacauan tersebut. Kyayi Agung Sri Jayakatong berputera Sri Jayakatha. Kemudian Sri Siwa Wandhira Pemayun kemudian mendirikan sebuah puri tepat di sebelah barat Pura berputera Sri Jaya Waringin dan Sri Jaya Kusuma berputera Sri Wira Kusuma, Pengerebongan yang disebut Puri Kedaton Kesiman. Puri menghadap mengadakan keturunan di pulau Jawa, mahir dalam Agama Islam, kemudian kesebelah barat di jalan menuju Bukit Buwung dan beliau juga membangun berganti nama menjadi Raden Patah menjadi raja Demak. tempat suci untuk persembahyangan di areal timur laut puri. Diceritakan kembali Sri Siwa Wandhira dan Jayakatong gugur di dalam Diceritakan Ida Bhatara Sakti Pemecutan menugaskan Kyayi Agung peperangan dengan kerajaan Tumapel. Ketika kedua ayahandanya gugur dalam Pemayun untuk mengamankan Desa Petilan Pengerobongan Kesiman karena pertempuran, maka kerajaan Daha mengalami kekacauan, terjadi hura hara, terus desa tersebut baru saja dikalahkan oleh raja Badung. Desa Petilan sangat terjadi bencana hingga keturunan beliau, kemudian Sri Jaya Waringin dan penting keberadaannya dalam mempertahankan kerajaan Badung dari bagian Jayakatha bersama-sama menyerahkan diri ke Tumapel. Ternyata terjadinya timur dan juga untuk mengantisipasi apabila ada serangan dari wilayah kekacauan dan bencana di kerajaan Daha, akibat adanya kutukan dari para Batubulan. Puri Kesiman didirikan pada tahun 1617 atau saka 1539 lebih pendeta Siwa Budha, yang menyebabkan runtuhnya kerajaan. kurang sekitar 12 tahun sejak terjadinya kekosongan di Wilayah Kertalangu Dahulu kala pada tahun 1222 atau saka 1144 (catur = 4, sagar = 4, eka = 1, akibat runtuhnya Puri Kertalangu (Lanang Dawan, 2011). tanggal 1). Bulan kedelapan, titi ketiga pada bulan mati, wuku Watugunung, pada Menurut buku Pura Luhur Dalem Mutering Kahyangan Jagat Desa Adat saat itulah baginda Raja Sri Aji Ken Arok, yang bertakhta sebagai Raja Tumapel, Kesiman, diceritakan bahwa setelah wilayah Kertalangu ditinggalkan oleh Sang memerintahkan untuk menyerang kerajaan Daha, berkat desakan para pendeta Raja Arya Wang Bang Pinatih dan Arya Tangkas Kori Agung, maka pada tahun Siwa-Budha. Kisah Sri Aji Dangdang Gendis yang durhaka kepada para pendeta, 1605 terjadi kerisis kepemimpinan, kemudian Kyayi Pemayun memimpin atas menghina dan menentang keyakinan dharma sang pendeta, sebagaimana halnya persetujuan Arya Wang Bang Pinatih dan seijin Ida Dalem dan tinggal Maharaja Nuhusa, berkeinginan menguasai Indraloka, demikian perilaku Baginda disebelah selatan Pura Dalem Mutering Jagat yaitu di wilayah Kuwum yang Sri Aji Dangdang Gendis. Oleh karena itu para pendeta merasa resah, pindah bersama-sama dengan komonitas Arya Wang Bang Pinatih yang masih tinggal mengungsi ke Tumapel, mohon perlindungan kepada Raja Sri Aji Ken Arok. Kini di wilayah Kertalangu menata kembali wilayah Kertalangu seperti semula, pada kerajaan Daha ibarat rumput yang kering sebesar gunung keadaannya, terbakar periode ini diperkirakan ada penambahan pelinggih di Pura Dalem Mutering hangus oleh segumpal api yang nyalanya menjulang ke angkasa. Siapakah Jagat Kertalangu yaitu Pelinggih Pemayun Putra. Tetapi karena kondisi alam sebagai apinya? Itulah kemarahan Sang Pendeta, yang membara di hati nurani dan peradaban manusia yang ada di wilayah Kertalangu ini sangat menantang beliau, dengan hembusan nafas laksana angin kencang, Sri Aji Ken Arok maka komonitas Kyayi Pemayun tidak bisa bertahan lama, akhirnya komonitas menghancurkan, dan semakin menyala-nyala ini pindah kebarat sungai Ayung yaitu di Wilayah Kedaton. Kemudian komonitas

10 71 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa seberang yang bernama Melayu, sebab beliau ingin menyunting putri utama Setelah upacara selesai maka lama kelamaan lahirlah seorang putra laki-laki negeri seberang,yang mempunyai paras cantik dan bernama Diah Dara Petak yang sangat tampan dan gagah perkasa yang diberi nama Pangeran Tangkas Kori dan Diah Dara Jingga. Agung. Oleh karena itu gembiralah wilayah Kertalangu. Istri raja Ida Dalem Kini diceritakan Arya Kebo Anabrang telah kembali dari Negara Malayu, Sagening yang dianugrahkan kepada Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti pada sebab beliau telah berhasil dengan gemilang mengemban perintah raja Siwa- masa mudanya bernama Gusti Luh Made Manikan, yang berasal dari keluarga Budha (Kerthanegara). Kemudian beliau menghadap raja Majapahit, dan untuk Bendesa Manik Mas. Kelahiran putra raja yang bernama Pangeran Tangkas Kori mempersembahkan dua orang putri kerajaan Melayu yang bernama Diah Dara Agung di tengah-tengah keluarga Kyayi Arya Tangkas, secara biologis beliau Petak dan Diah Dara Jingga. Amatlah gembira hatinya raja Majapahit, lalu beliau adalah putra raja atau putra Ida Dalem Sagening, akan tetapi secara adat, beliau menitahkan agar Arya Kebo Anabrang menetap tinggal di Majapahit, mengabdi adalah pewaris langsung dari keluarga Kyayi Arya Tangkas. kepada raja, oleh karena negara Singosari telah dikuasai oleh Majapahit. Setelah lama Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti bertugas di wilayah Kertalangu dan putranya Pangeran Tangkas Kori Agung akan menginjak remaja, Sehubungan dengan keberhasilan menyunting Diah Dara Petak dan Diah Dara bilau mempunyai rencana kembali ke desa Tangkas, selain melanjutkan tugas Jingga maka Arya Kebo Anabrang diberikan gelar “Arya Sabrang”. Kemudian Arya sebagai patih kerajaan dan yang utama adalah untuk mengemban dan Sabrang menetap di Majapahit, bersama dengan istrinya yang juga berasal dari menunaikan tugas sebagai pengelingsir Kyayi Arya Tangkas dan melanjutkan keturunan Singasari. Beliau mempunyai seorang putra dan diberi nama “Arya Kebo pujawali di Merajan Kawitan Sira Arya Kanuruhan atau Pura Kawitan Tangkas Kori Taruna”. Karena kepandaian dan kecerdasannya dalam peperangan, kemudian Agung sekarang. Kemudian beliau menghadap Ida Dalem Sagening dan Arya Kebo Taruna diberi gelar “Arya Singha Sardhula” dan nama ini yang terkenal menyampaikan rencana tersebut dan memohon restu agar Ida Dalem Sagening di masyarakat. Arya Kebo Taruna datang ke Nusa Bali, bersama dengan para Arya memperkenankan kembali ke desa Tangkas. Setelah Ki Tangkas Dimade yang lain pada waktu menyerang kerajaan Bedahulu. Setelah kerajaan Bedahulu Keluwung Sakti diperkenankan kembali ke desa Tangkas, maka Wilayah dikalahkan, Arya Kebo Taruna menetap di Bali. Pada waktu pemerintahan Ida Kertalangu mengalami kekosongan, entah berapa lamanya kekosangan terjadi di Dalem Ketut Kresna Kepakisan, Arya Kebo Taruna diangkat menjabat “Sekretaris Wilayah Kertalangu. Untuk menghindari terjadi kekacauan, maka Ida Bhatara Sakti Raja” (penyarikan raja) dan diberikan gelar “SIRA ARYA KANURUHAN” yang Pemecutan menugaskan Kyayi Agung Pemayun untuk mengamankan Wilayah berkedudukan di desa Tangkas. Kertalangu, dan kemudian bilau membangun Puri Kedaton disebelah barat Pura Entah berapa lama sudah Sira Arya Kanuruhan tinggal di desa Tangkas, Pengerobongan di desa Petilan Kesiman. kemudian beliau membangun dan menata rumah yang dilengkapi dengan Diceritakan Pangeran Tangkas Kori Agung telah menginjak usia remaja dan merajan untuk kegiatan bilau sehari-hari. Rumah dan merajan beliau ini beliau sering datang dan menghadap Ida Dalem Sagening di Istana Gelgel. Melihat merupakan Pengawit berdirinya pura “Kawitan Tangkas Kori Agung”. Kemudian keadaannya sudah semakin dewasa, akhirnya Ida Dalem Sagening meminta diceritakan Sira Arya Kanuruhan mempunyai putra tiga orang yang sulung Pangeran Tangkas Kori Agung, untuk mengawini putri dari keturunan Arya benama Kyayi Arya Brangsinga, adiknya bernama Kyayi Arya Tangkas dan Kepasekan, dengan tujuan agar kesatuan rakyat Bali dan keturunan dari Jawa tetap terpelihara, oleh karena Patih Arya Kepasekan adalah Patih Bali yang yang bungsu bernama Kyayi Arya Pegatepan. Ketiga putra beliau inilah yang merupakan keturunan langsung dari Arya Kepasekan yang pernah datang ke akan melanjutkan pengabdiannya kepada raja-raja Ida Dalem berikutnya. Majapahit untuk menghadap kepada Patih Gajah Mada. Untuk mengenang jasa leluhur dari Arya Kepakisan ini maka diharuskannyalah Pangeran Tangkas Kori

Agung, kawin dengan putrinya. Perkawinan antara Pangeran Tangkas Kori Agung dengan Ni Gusti Luh Kayumas, adiknya Bendesa Mas keturunan Pangeran Mas, kemudian lahirlah seorang putri yang bernama I Gusti Ayu Tangkas Kori Agung.

69 12 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Prabu Kerta Jaya Bersembah sujudlah utusan tersebut, lalu berkata: maafkan hamba Raja Tumapel Ken Arok mengalahkan Raja Kediri (Prabu Dandang Gendis) Kediri tuanku, surat perintah tuanku telah hamba berikan kepada putra dari Ki saka 1144 (1222 M) gugur dalam perang Tangkas Dimade Keluwung Sakti, akan tetapi surat tersebut hamba haturkan saat putra beliau berada di tengah sawah. Oleh sebab beliau Ki Tangkas Sirarya Wayahan Dalem Manyeneng Dimade Keluwung Sakti tidak ada di rumah, dan setelah itu hamba balik Sri Jaya Katong (gugur dalam perang) kembali ke istana, itulah sebabnya hamba cepat tiba kembali. • Sirarya Gajah Para • Sirarya Getas Mendengar uraian yang disampaikan itu maka sangat terkejutlah Ida Dalem

Sri Jaya Kata Sagening dan segera mengutus seorang utusan untuk lari dengan cepat ke Sirarya Katanggaran >< Putri Kebo (Menyerahkan diri ke Tumapel) Ijo dari Tumapel Kertalangu (Badung) untuk mencegah pembunuhan yang dilakukan oleh Ki

Sirarya Nudata Tangkas Dimade Keluwung Sakti, walaupun bagaimana cepatnya utusan menunggang kuda, akan tetapi kecepatan ini sudah terlambat dimana utusan ini

Kebo Anabrang (Sirarya Sabrang) telah melihat sendiri mayat putra Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti telah >< Istri dari Singosari Diutus ke Melayu mendapatkan terbunuh. Tercenganglah utusan raja karena terlambat dan segera kembali ke Dara Putih dan Dara Jingga Gelgel, lalu melaporkan hal ini kepada Sang Raja, setelah menerima laporan beliau menjadi diam, dan berkata dalam hati beliau “Oh Tangkas engkau bunuh putramu sendiri, yang tidak ada bersalah sama sekali karena baktimu kepaduku”. Arya Kebo Taruna (Singasardula) >< Dewi Kusumasari (Putri dari Singosari) menggempur ke Bali Diceritakan kini Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti sekarang setelah dan berkedudukan di desa Tangkas menjabat Sekretaris Raja Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan di Puri Samprangan bergelar Sira Arya Kanuruhan ditinggalkan mati oleh putra beliau, kemudian beliau lama tidak datang menghadap kepada Ida Dalem Sagening karena sedikit hati beliau, walaupun Ida Dalem

Sagening telah berkali-kali memanggil Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti untuk menghadap, akan tetapi perintah Dalem tidak diperhatikan. Melihat hal semacam ini berpikirlah Ida Dalem Sagening dan akhirnya Kyayi Arya Brangsinga Kyayi Arya Tangkas Patih Kyayi Arya Pegatepan diutuslah seorang utusan untuk menghadap kepada Ki Tangkas Dimade Sekretaris Raja Ida Dalem Raja Ida Dalem Ketut Sri Patih Raja Ida Dalem Ketut Keluwung Saktidi di Kertalangu (Badung), untuk meminta dengan sangat agar Ketut Sri Semara Kepakisan Semara Kepakisan di Sri Semara Kepakisan di di Gelgel Gelgel Gelgel Ki Tangkas datang untuk menghadap raja. Pada saat inilah pertamakali Ki

Tangkas Dimade Keluwung Sakti di istana Gelgel, raja sedang mengadakan Gambar Lanjutan 1. Pelelintih Sira Arya Kanuruhandi Tanah Jawa (Jero Gede rapat dengan para Menteri, Patih, dan lain-lainnya. Melihat Ki Tangkas Dimade KanuruhanPegatepan, 2009) Keluwung Saktidatang maka raja meninggalkan rapat, lalu menerima kedatangan Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti, serta dengan cepat raja berkata: Marilah Paman dekat padaku Ki Tangkas! Berdatang sembahlah Ki

Tangkas Dimade Keluwung Sakti, maafkan hamba orang yang hina dina ini duduk di bawah Tuanku! Mendengar ucapan Ki Tangkas ini dengan nada

sedih, berkatalah kembali Sang Raja: Hai paman Ki Tangkas, bangunlah, dan janganlah paman duduk di bawah, marilah engkau dekat dengan Ku! Karena

perintah raja yang tegas ini maka bangunlah Ki Tangkas Dimade Keluwung Saktidari tempat duduknya di bawah, dan berdatang sembah mendekati raja. 14 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa 67

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa dewa-dewa gunung, laut, dan lainnya yang berasal dari zaman sebelum maka I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Taluh pergi menuju tampat aduan ayam, masuknya Hindu tetap tercermin dalam kehidupan masyarakat pada zaman sesampainya di tempat aduan ayam, beliau mengamati satu per satu ayam setelah masuknya agama Hindu. Pada masa permulaan hingga masa yang ada dan semua proses aduan ayam di arena aduan diamati pula. Oleh pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi tidak diketahui dengan pasti agama karena I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Taluh mengetahui keadaan dan kondisi yang dianut pada masa itu. Hanya dapat diketahui dari nama-nama biksu yang ayamnya, akhirnya beliau menemukan ayam yang hilang dan setelah diselidiki memakai unsur nama Siwa, sebagai contoh biksu Piwakangsita Siwa, biksu ayam tersebut dibawa oleh I Bunglun. Akhirnya I Gusti Ngurah Sidemen Hyang Siwanirmala, dan biksu Siwaprajna. Berdasarkan hal ini, kemungkinan agama Taluh marah besar dan melaporkan I Bunglun kehadapan raja Ida Dalem yang berkembang pada saat itu adalah agama Siwa. Baru pada masa Sagening di Gelgel. Oleh karena kelakuan I Bunglun yang dianggap salah oleh pemerintahan Raja Udayana dan permaisurinya, ada dua aliran agama besar raja dan menurut sesana (hukum) orang ini harus dihukum mati, maka Ida yang dipeluk oleh penduduk, yaitu agama Siwa dan agama Budha. Keterangan Dalem Sagening mengutusnya membawa surat kepada Ki Tangkas Dimade ini diperoleh dari prasasti-prasastinya yang menyebutkan adanya mpungku Keluwung Sakti di daerah Kertalangu Badung. Adapun isi surat ini adalah pa- Sewasogata (Siwa-Buddha) sebagai pembantu raja. pa-nin-nga-tu-se-li-ba-ne-te-tih. Kemudian dalam perjalanannya ada yang Selanjutnya Raja Udayana Warmadewa dan permaisuri Guna Priya Darma membisiki agar surat tersebut jangan diberikan kepada Ki Tangkas Dimade Patni menurunkan Sri Airlangga, Sri Marakata dan Sri Anak Wungsu. Sri Airlangga Keluwung Sakti dan surat tersebut diberikan kepada putranya yang bernama diangkat menjadi putra Raja Kerthanegara, sehingga tidak pernah menjadi Raja di Raden BagusTangkas Dimade Keluwung Sakti. Bali, dan adiknya Sri Marakata melanjutkan kekuasaan orang tuanya pada tahun Dalam tulisan rahasia tersebut di atas, Ida Dalem bermaksud membunuh 1022-1025, kemudian Sri Anak Wungsu menjadi raja pada tahun 1049-1077. Sri orang yang membawa surat ini, akan tetapi karena ketika sang membawa surat Anak Wungsu digantikan oleh Sri Walaprabu pada thun 1079-1088, selanjutnya tiba di Kertalangu, Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti tidak berada di rumah, diganti oleh Sri Sakalendukirana, kemudian Sri Suradipa (1115-1119), berikutnya sebab beliau pergi ke tegalan mencari burung, oleh sebab itulah anaknya Sri Jayasakti (1133-1150), Ragajaya (1155), lalu digantikan oleh Jayakasunu. Pada didekati oleh utusan tersebut, dan Raden Bagus (Tangkas Dimade Keluwung cerita tradisional Usana Bali disebutkan bahwa raja ini adalah penyelamat Kerajaan Sakti) yang sedang bekerja di sawah, lalu diberikan surat tersebut karena Bali dari malapetaka karena masyarakatnya lalai menjalankan pemujaan dan Raden Bagus Tangkas Dimade Keluwung Sakti tidak bisa membaca, sehingga ibadat keagamaan. Jayakasunu dianggap telah menerima wahyu dan mengajak surat yang diberikan oleh utusan tersebut diterima demikian saja. Setelah surat rakyat kembali melaksanakan upacara agama, seperti dilakukan hingga kini tersebut diterima, maka utusan tersebut pergi dengan cepat. Pada saat sebagai Hari Raya Galungan. Jayakasunu diganti oleh Jayapangus (1177-1181), ayahnya tiba di rumah maka ayahnya didekatinya serta diaturkan surat tersebut kemudian dilanjutkan Arjaya Deng Jayaketana (1181-1200), Ekajaya Lacana kepada ayahnya dan dengan segera surat tersebut dibaca isinya, berkatalah (1200-1204), Adikunti Ketana (1204) dan bergelar Batara Guru Sri Adikuntiketana. ayahnya kepada putranya Raden Bagus Tangkas Dimade Keluwung Sakti Beliau mempunyai putra kembar laki perempuan (buncing) yang diberi nama Dana ”Anakku Tangkas”, apakah dosa yang kamu buat terhadap Ida Dalem? Karena Dirajaketana dan Dana Dewiketu. Setelah dewasa keduanya dinikahkan dan isi surat ini menyebutkan bahwa ayah membunuh bagi ia yang membawa surat kemudian dinobatkan sebagai Raja Kembar dengan nama Mahasora Mahasori atau Maheswara Maheswari, lebih dikenal dengan nama Masula Masuli. ini. Siapakah yang mebawa surat ini? Apakah dosamu terhadap Dalem? dan Seterusnya yang menjadi raja adalah Sri Hyang Ning Hyang Adidewa Lacana bingunglah ayahnya berpikir-pikir mengenai hal tersebut. Berkata putra beliau (1260-1286). Pada tahun 1286 Bali diserang dan dikuasai oleh Kerajaan Singosari “Ya Ayahku sama sekali saya tidak merasa diri bersalah terhadap Ida Dalem, (Kerthanegara), raja Adidewa Lencana ditangkap dan dibawa ke Singosari, sedikitpun saya tidak merasakannya, bersalah terhadap beliau sesungsungan kita. kemudian Bali menjadi wilayah kekuasaan Kerjaan Singosari.

16 65 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

BAB IV sebagai Purohita (rohaniawan) kerajaan Surakarta, dan peristiwa ini terjadi KERAJAAN MAJAPAHIT pada akhir pemerintahan Majapahit yang berakhir pada sekitar tahun saka 1400 atau tahun 1478 masehi. Sekarang pemakaman beliau terdapat di Dukuh Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit Pasekan, kelurahan dan kecamatan Karangpandan, Kabupaten Daerah Tingkat Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas II Karanganyar, Surakarta (Jawa Tengah). Seterusnya Kyayi Agung Pasek menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru Padang Subadra dari perkawinannya dengan Ni Luh Pasek di Perasi berputra dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia lima orang masing-masing bernama Ki Pasek Subratha yang kemudian melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar menjalani dharma sebagai Dukuh dengan gelar DukuhJuntal, Ki Pasek Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia Tegalwangi, Ki Pasek Sadra Kusamba, Ki Pasek Sadri yang menjalani dharma melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu Dukuh dengan gelar Dukuh Suladri di Tamanbali pada masa pemerintahan Ida penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta Dalem Waturenggong dan Ki Pasek Kurubadra. perlindungan dari Arya Wiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki Ki Pasek Sadri atau Dukuh Suladri berputra empat orang masing-masing tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai bernama Ki Pasek Sadri jadi sama dengan ayahnya, Ki Pasek Sadra yang daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin kemudian menjalani dharma sebagai Dukuh dengan gelar Dukuh Pahang Sakti Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kerthanegara, (Badung), Ni Luh Sadri dan Ni Luh Sadra. De Pasek Sadra atau Dukuh Pahang maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Sakti kemudian menurunkan Ni Pasek Sadri, De Pasek Made Pahang yang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora menjalani dharma Dukuh bernama Dukuh Titigantung dan I Pasek Sadri, merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden silsilah yang lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 3 (Sumber Berbakti Kepada Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir Kawitan (Leluhur) adalah Paramo Dharmah (1985). dari Jawa dan pulang ke negerinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta Silsilah Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan. Leluhur Ida Dalem Sri Kresna dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana. Kepakisan sama dengan leluhur Arya Wang Bang Pinatih yaitu Mpu Tantular, Mpu Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309) Bahulu, Mpu Beradah dan Mpu Tumuhun. Mpu Tantular menurunkan putra Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Danghyang Kepakisan dan Danghyang Sidhimantra. Danghyang Kepakisan Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya menurunkan Sri Soma Kepakisan. Keempat putra-putri Sri Soma Kepakisan Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan diangkat menjadi adipati raja pada Kerajaan Majapahit, yang sulung menjadi atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya adipati raja di Blangbangan, yang kedua menjadi adipati raja di Pasuruan, yang memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya ketiga putri diangkat menjadi adipati raja pada Kerajaan Majapahit, yang sulung tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari. menjadi adipati raja di Blangbangan, yang kedua menjadi adipati raja di Pasuruan,

yang ketiga putri menjadi adipati raja di Sumbawa dan yang bungsu menjadi Raja Jayanegara (1309-1328) Kalagemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri adipati raja di Bali bergelar Ida Dalem Sri Kresna Kepakisan. Kemudian Ida Dalem Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan- Sri Kresna Kepakisan menurunkan empat putra yang sulung bernama Ida Dalem pemberontakan. Misalnya pemberontakan Rangga Lawe tahun 1309, Ile, yang kedua bernama Ide Dalem Taruk, yang ketiga bernama Ida Dalem Ketut pemberontakan Lembu Sora tahun 1311, pemberontakan Juru Demung tahun Ngelesir setelah menjadi raja bergelah Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan. Kemudian biliau menurunkan Ida Dalem Waturenggong. Kemudian 1313, pemberontakan Gajah Biru tahun 1314, Pemberontakan Nambi,

63 18 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda Oleh karena di daerah Kapal bersama dan tempatnya sangat sedikit dan sesak. dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan Saat itu Kyayi Ngelurah mengutus I Gusti Tamuku serta I Gusti Putu Pahang kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan beserta I Gusti Jempahi, supaya mencari tempat. Selanjutnya beliau bertiga akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri menuju ke timur, dilihat olehnya hutan yang sangat luas, bernama hutan Huruk Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri. Mangandang, sebelah timur sungai Melangit, selanjutnya hutan tersebut Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, kerajaan Majapahit kehilangan bernama Pucungbolong, serta di bagian utaranya hutan wuruk Mengandang, seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan sudah termasuk wilayah I Dewa Gede Oka, dari Tamanbali, demikian suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali disampaikan pada Kyayi Nglurah Pinatih, diiringi oleh rakyatnya. Tempat mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan tersebut akhirnya dijadikan istana, dikelilingi oleh rakyat beserta keluarganya bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi semua. Selanjutnya ada saudara beliau yang membangun rumah di barat desa Tulikup bernama daerah Temesi. Selanjutnya sama-sama membangun tempat kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagai suci dengan maksud mencari kebahagiaan beliau memegang wilayah. Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan Patih Dami sebagai Selanjutnya Kyayi Nglurah Agung Mantra beserta adiknya Kyayi Nglurah Made Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389. Sakti, sama-sama mengikuti ayahnya, diiringi oleh rakyat serta keluarga dekat, Wikramawardhana (1389-1429) beserta semua putranya. Beliau tidak lupa menjunjung leluhurnya (Betara Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan Kawitan) silsilah yang lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 3 (Babad Arya ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Pinatih Kantor Dokumentasi Budaya Bali, 1998) Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Untuk lebih jelasnya siapa Ki Dukuh Pahang Sakti, marilah kita telusuri Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Silsilah Dukuh Pahang Sakti. Sebagaimana kita ketahui bersama Dukuh Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun Pahang Sakti adalah salah satu keturunan Sapta Resi yang bernama Mpu demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Ketek. Diceritakan Mpu Ketek mempunyai putra dua orang laki-laki yang sulung Majapahit, yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara bernama Sanghyang Pamacekan dan adiknya bernama Arya Kapasekan. Arya Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Kapasekan berputra dua orang yaitu Kyayi Agung Pamacekan dan adik beliau Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja bernama Ni Luh Pasek, sedang Sanghyang Pamacekan yang kawin dengan berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Dewi Dwararika berputra dua orang masing-masing bernama Mpu Pamacekan Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan. dan Ni Dewi Girinatha. Mpu Pamacekan menikahi Ni Ayu Swani mempunyai putra tiga orang yaitu yang sulung bernama Ni Ayu Ler, adiknya melaksanakan dwijati kemudian bergelar Mpu Jiwanatha, dan yang bungsu bernama Arya

Pamacekan. Selanjutnya Mpu Jiwanatha dari perkawinannya dengan Ni Swaradangka kemudian menurunkan Kyayi Gusti Agung Subadra. Arya

Pamacekan menikah dengan Ni Swarareka berputra Kyayi Agung Pamacekan dan Ni Luh Pasek. Kyayi Gusti Agung Subadra menikah dengan Ni Luh Pasek menurunkan putra dua orang yaitu Kyayi Agung Pasek Padang Subadra dan Ki

Pasek Tohjiwa atau Pangeran Tohjiwa. Sedang Kyayi Agung Pamacekan yang namanya sama dengan ayahnya yakni Kyayi Agung Pamacekan.

20 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa 61

Diceritakan Hyang Mahakuasa mentakdirkan penjelmaan, dengan dihancurkan oleh segerombolan semut. Demikianlah kutukan Ki Dukuh Pahang anugerah berkuasa penuh, dilahirkan seorang kembar laki dan perempuan, Sakti. Kemudian Ki Dukuh melanjutkan semadinya, beliau Ki Dukuh menuju ke tersembunyi di dalam butiran kelapa, dipecahkan dengan pedang, telah depan api pemujaan, kemudian beliau moksah tidak kembali lagi. Beliau benar- diupacarai serta pensucian, beristana di lereng Gunung Tohlangkir (Gunung benar sakti dan pintar. Semua orang yang menyaksikan kagum atas kesaktian Agung), bergantian beliau yang dipuja, diri beliau ditahtakan menjadi raja Bali, Ki Dukuh Pahang Sakti. Diceritakan rakyat Kyayi Ngelurah Agung Mantra, bergelar Sri Aji Masula Masuli, dinikahkan dengan adiknya, cukuplah masanya kagum atas kebenaran Ki Dukuh, kemudian dilaporkan tentang tingkah laku Ki ganti berganti, demikianlah pada kelahiran beliau, kemudian lenyap ditelan Dukuh, bahwa ia benar-benar moksa. Hati beliau Kyayi Ngelurah Agung Mantra kematian. Pada akhirnya terlahir pula seseorang, dalam keadaan biasa, dari ibu menjadi kacau, kemudian setelah berselang satu bulan tujuh hari (42 Hari), ada bangsawan yang bernama Sri Tapoluhung. hukuman dari dewata, tidak disangka-sangka begitu banyaknya semut Terdorong oleh kaliyuga sang raja ”Amuka Meddha”, telah tersebar di mengerubuti Kyayi Ngelurah Agung Mantra, beserta prajuritnya, juga dirusak seluruh jagat, tentang kesaktiannya, beliau bergelar juga Sri Gaja Wahana, oleh segerombolan semut. berhubung keyakinannya pada hyrawana. Kini dikisahkan setelah hancurnya Ada lagi cerita prajurit Kyayi Nglurah Pinatih, membuat pondok di dekat kerajaan Bedahulu, oleh raja (Kerajaan) Majapahit, karena kelihaian Maha pantai, dengan tiba-tiba datang seekor ikan “Aju” di tepi pantai, jalanya Patih Gajah Mada, melaksanakan sesuatu tipu muslihat, ilmu utama sebagai memintas-mintas, sampai akhirnya tiba di pondoknya, bangkai ikan itupun Wisnu, serta hancurnya Kebo Waruya tempo dulu, tetap belum tertundukkan dikerubuti oleh semut, baunya begitu busuk, orang-orang di pondok tersebut pulau Bali, sebab Pusung Grigis sangat saktinya. Dengan demikian bersidang takut segera berlarian pergi, itulah sebabnya rakyat beliau dikalahkan oleh ikan semua menteri Majapahit, dipimpin oleh Mahapatih Gaja Mada. “aju”. Itulah sebabnya ada yang bernama Ajumenang. Oleh karena demikian Dimusyawarahkan dengan panjang lebar cara penggempuran ke Pulau keadaannya, hati Kyayi Ngelurah Agung Mantra menjadi kacau balau disertai Bali. Setelah mendapat kesepakatan di dalam permusyawaratan, semua mereka oleh putra-putranya semua, beserta rakyatnya semua, saat itu kemudian bersiap untuk berangkat, dengan kendaraan perahu, menggempur pulau Bali, dari disuruh rakyatnya membuat kolam melingkar, dan di tengahnya supaya diisi tiga jurusan gerakan mereka yang menggempur. Beliau Mahapatih Gajah Mada tempat tidur, serta tempat memasak, semutpun juga datang bergerombol di menuju pulau Bali bagian timur, dibantu oleh para menteri/patih yang lain, permukaan air, selanjutnya berhasil masuk mengerebuti, Kyayi Ngelurah Agung mendarat di Tohlangkir (Tianyar), dari bagian utara, beliau Arya Damar, dibantu Mantra dan akhirnya pergi ke tempat lain. Oleh karena itu, perpindahan Kyayi oleh Arya Senntong dan Arya Kuthawaringin mendarat di pantai Ularan. Beliau Ngelurah Agung Mantra supaya dekat dengan tempat suci Pura Dalem Pinatih, Arya Kenceng bersama dengan Arya Belog, Arya Pengalasan dan Arya Kebo yang berada di Desa Paninjauan. Setelah tiba beliau di sana, juga rakyatnya Taruna (Arya Kanuruhan), mendarat di Bali Selatan, menuju desa Kutha. disuruh membuat telaga, supaya di dalam nya terdapat tempat memasak, juga Dalam keadaan demikian, panik penduduk Bali, bergegas-gegas para dikerebuti oleh semut. Tidak terhingga semut tersebut mengerebuti beliau. menteri Bali, berlomba bergerak menuju tujuan, ke utara, melawan prajurit-prajurit Selanjut beliau pindah dari tempat itu, beliau meminta kepada rakyatnya, Majapahit. Diceritakan serangan Mahapatih Gajah Mada dari sebelah timur, siapakah yang sanggup tinggal di sini menjaga Pura Dalem, boleh tidak mengikuti membakar hutan-hutan pegunungan, hingga menjulang nyala api itu, asap Kyayi Ngelurah Agng Mantra pergi, Rakyat beliau yang bernama Sibali Hamed mengepul-ngepul, menjulang tinggi ke langit, kemudian dilihat oleh para arya dan segera berkata, ia yang mengikuti petunjuk Kyayi Ngelurah Agung Mantra akan prajurit dari utara dan selatan, sehingga semua prajurit Majapahit kaget dan menjaga Pura Dalem, tidak akan ikut pergi, kemudian beliau Kyayi Ngelurah Agung berkemas, semua bertempur dengan sengit, sebab memang demikian Mantra pergi dari sana, menuju tempat dua orang pendeta yang bernama Ida perjanjiannya sejak semula. Tak terkatakan hebatnya pertempuran di tiga jurusan Pedanda Gede Bendesa dan Ida Pedanda Wayan Abyan, serta putra beliau sama- tersebut, semuanya tikam menikam, akhirnya rakyat Bali menderita kekalahan. sama masih tinggal di Kertalangu daerah wilayah Desa

22 59 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa para prajurit Majapahit membalikkan senjata (Anungsang sanjata), dengan Banyakwide sudah dewasa, sedang masa perjakanya, mereka bertandang dan pertanda bendera putih, suatu sarat tidak melakukan perlawanan (menyerah), berkunjung ke rumah Ki Arya Buleteng, kemudian sangat tertarik hingga menginap sebab demikian tata hukum peperangan. Setelah demikian, mengerti beliau Sri di rumah putrinya Ki Arya Buleteng. Kemudian Sang Bang Banyakwide menikahi Pasung Grigis bahwa pasukan Majapahit hendak menyerah, timbul putri Arya Buleteng yang bernnama Ni Gusti Ayu Pinatih, menurunkan Ida Bagus kegembiraan hati beliau Sri Pasung Grigis. Bang Pinatih. Setelah dewasa kemudian Ida Bagus Bang Pinatih mengambil istri Berkat takdir Hyang Kuasa, hilanglah akal beliau, tidak terpikirkan dari keturunan Arya Buleteng, selanjutnya beliau berputra laki-laki, dan diberi nama bahwa dirinya kena tipu muslihat, beliau lupa seperti terkena obat tidur, hatinya Ida Bagus Pinatih. Setelah Sang Bang Banyakwide berusia senja, ada pemberian bagai diselubungi oleh rajah dan tamah, sehingga timbul bangga dan angkara beliau kepada anaknya serta cucu beliau yang bernama Ida Bagus Pinatih. Mulai hatinya, tidak menolak/melawan pasukan Majapahit agar menghadap. Ketika saat ini berhenti bergelar Ida Bagus. Agar supaya kamu bergelar Arya Bang tiba pasukan Majapahit itu, semua menundukkan kepala seolah-olah tidak Pinatih sampai kemudian hari. Demikian perkataan Sang Bang Banyakwide, mempunyai keperwiraan, lanjut menghadap beserta penganjali kehadapan Sri menasihati anak dan cucu beliau, dan selanjutnya menjadi Arya Wang Bang Pasung Grigis, mempermaklumkan bahwa tidak mengadakan suatu Pinatih. Kemudian Arya Wang Bang Pinatih menurunkan Arya Wang Bang Pinatih perlawanan/ menyerah; berterimakasih beliau Sri Pasung Grigis. Kejot. Setelah dewasa menikah dengan Ni Gusti Ayu Ratni menurunkan Arya Tak dikisahkan keputusan perundingannya, Sri Pasung Grigis pulang Wang Bang Pinatih Resi. Adapula istri dari orang kebanyakan berputra seorang kembali ke istana nya di Tengkulak, bergandengan tangan bersama Mahapatih laki-laki bernama Arya Bang Bhija, mereka bersaudara lain ibu dengan Arya Wang Gajah Mada, diiringi oleh sekalian para Arya, setelah tiba di istana nya, tak Bang Pinatih Resi. Selanjutnya diceritakan Arya Wang Bang Pinatih Resi dan terkatakan jamuannya, dan percakapan senda guraunya semua adiknya Arya Wang Bang Bhija di daerah Kertelangu Badung Setelah Arya Wang menyenangkan hati. Di sana lah Patih Gajah Mada memasang perangkap Bang Pinatih Resi dan adiknya Arya Wang Bang Bhija, memegang kekuasaan di dengan tipu muslihatnya. Kertalangu. Arya Wang Bang Pinatih Resi menikah dengan Ida Ayu Punyawati “Sembah hamba Ki Mada kehadapan Ki Gusti, sebab sangat mulia (putri dari Ida Bang Sidemen) kemudian menurunkan tiga orang putra yang sulung tersohor hingga kemana-mana, bahwa Ki Gusti katanya mempunyai anjing bernama Kyayi Ngelurah Agung Mantra, adiknya bernama Kyayi Ngelurah Made berwarna hitam, diduga mengerti pada pekerti manusia, bila berkenan paduka Sakti dan yang bungsu bernama Ni Gusti Ayu Nilawati, mempunyai wajah sangat Gusti, dipanggil anjing tersebut, agar kami semua mengetahuinya”. Demikian cantik tak terbandingkan, bagaikan Sang Hyang Candra. Dikisahkan I Gusti Jambe permohonan Kryan Mada, gembira ria hati Sri Pasung Grigis, tidak hirau pada Lanang Pemecutan berkeinginan dan melamar Ni Gusti Ayu Nilawati, dan setelah tipu daya yang membahayakan. berada di wilayah Pemecutan, akan tetapi belum melakukan hubungan badan Jawabnya, “Jangan khawatir, sekehendak adik Patih saja”. Sambil dengan I Gusti Jambe Lanang Pemecutan. Setelah I Dewa Manggis Kuning dan Ni tersenyum menjerit-jerit Sri Pasung Grigis, dipanggilnya anjing itu, dengan janji Gusti Ayu Nilawati saling bertemu muka, yang akhirnya keduanya saling jatuh untuk diberi makanan, segera berdatangan anjing itu, menggigit tempurung cinta, dan selanjutnya telah/ sudah dapat melakukan hubungan badan. yang bundar (membawa dengan mulut); tetapi tidak benar diberi makanan, dilihat dengan jelas oleh Maha Patih Mada serta para Arya dan prajurit Kita ceritakan dahulu Ki Dukuh Pahang Sakti adalah putra Ki Dukuh seluruhnya, tentang perbuatannya itu. Suladri, yang menjadi pendeta pura (pemangku) di daerah Bale Agung, Bangli. Segera berdiri Maha Patih Mada, maju menuding muka Kryan Pasung Beliau Ki Dukuh Sakti Pahang, mempunyai putra tiga orang, dua orang laki-laki Grigis, serta senjata gemerlapan, dengan kata, “Hai engkau, kamu Pasung Grigis, dan seorang wanita, yang laki pindah ke daerah Titigantung, satu lagi pindah ke terang lenyap keutamaanmu, sebab kamu melaksanakan perbuatan kasar Mengwi, dan yang wanita diambil oleh Kyayi Ngelurah Agung Mantra, dari

24 57 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Bondalem, para patih keturunan brahmana semua ditugaskan di pulau Lombok atau Ida Putu Kidul yang selanjutnya menurunkan Brahmana Mas. Gusti Bendesa (Selaparang). Demikian pengaturan Mahapatih Gajah Mada, sehingga semua Manik Mas mempunyai dua orang putra yang sulung bernama Gusti Bendesa mempertahankan pulau Bali serta rakyatnya, dan semua diberi petuah-petuah Manik Mas (namanya sama dengan ayahandanya) dan adiknya bernama Gusti Luh oleh Gajah Mada, tentang tata cara pemerintahan Negara, juga tata cara Raja Made Manikan. Kemudian Gusti Luh Made Manikandinikahkan dengan Ida Dalem Sasana, sampai dengan niti praya. Ketika itu serentak menjawab mereka yang Sagening. Diceritakan Kyayi Gusti Semeranatha menurunkan Kyayi Gusti Rare diberi nasihat, semua menuruti/menyetujui, atas perintah Mahapatih Gajah Angon, yang selanjutnya menurunkan Kyayi Agung Pasek Gelgel, kemudian Mada, semua menyiagakan dirinya masing-masing di tempat-tempat yang telah menurunkan Ki Pasek Gelgel. Silsilah Gusti Luh Made Manikan yang lebih jelas

dapat dilihat pada Gambar 2. ditentukan. Empu Tumuhun

Diceritakan setelah tunduk Sri Pasung Grigis dan yang bertahta di Empu Beradah Empu Gni Jaya Majapahit adalah Sri Kalagemet, yang dibantu oleh seluruh para menteri, dan kemudian tiba-tiba diutuslah Sri Pasung Grigis menggempur Raja Sumbawa,

Empu Bahula Empu Witadharma yang bergelar Delelanatha, wajahnya angker menakutkan, bersenjatakan taring yang besar, giginya sebagai taji, tak diceritakan jalan pertempurannya, tiba-tiba

pertempuran itu sapih berkat takdir, keduanya meninggal dalam perlawanan Empu Tantular Empu Wiradharma bersenjata, atmanya menuju alam Hyang Wisnu, menepati disiplin peperangan

demikian pula Sri Aji Bedahulu terdahulu telah membakar diri (meranapwi), Danghyang Kepakisan Empu Lampita sunyi sepi negara Bali itu, sehingga membingungkan Mahapatih Gajah Mada, memperhatikan keadaan Bali hancur tanpa suatu peraturan, sebab belum ada Sri Soma Kepakisan Dwijaksara (Pura Gelgel) pemimpinnya. Itulah sebabnya Empu Dwijaksara beserta rombongan diutus oleh Mahapatih Gajah Mada agar datang ke Bali, sampai dengan kemudian ada

Ida Dalem Sri Kresna Patih Ulung seorang Raja mengatur pemerintahan di negara Bali. Arya Kanuruhan

Kepakisan (1352-1380) (Gst Agung Pasek Gelgel)

Tersebutlah beliau Danghyang Kepakisan, yang menjabat pendeta/

penasihat Mahapatih Gajah Mada, beliau seorang pendeta telah mencapai Kyayi Brangsinga kebenaran tertinggi, dan telah berhasil menemukan ilmu yang tertinggi pula, Ida Dalem Ile (1380-1383) Bendesa Mas Kyayi Tangkas

Ida Dalem Ketut Sri Semara Gst Semaranata Kyayi Pegatepan

kesaktiannya tak terkalahkan, mampu sekehendaknya, ada seorang puteranya Kepakisan(1383-1460) di Taman Watu, bergelar Sira Kresna Wang Bang Kepakisan. Dan Sira Kresna

Wang Bang Kepakisan, berputra empat orang, seorang putri dan tiga orang Kyayi Tangkas Dimade

Bendesa Manik Mas pria. Kemudian keempat putranya diserahkan kehadapan Maharaja Kalagemet Ida Dalem Waturenggong

L.M. Manikan Mitir (1460-1550) Ki Tangkas Dimade dan Mahapatih Gajah Mada, sesuai dengan permohonan beliau tempo dulu L.N. Manikan

Keluwung Sakti

kehadapan Danghyang Kepakisan, bahwa para putranya akan diangkat dijadikan Adipati Majapahit. Disana keempat putra Danghyang Kepakisan itu Ida Dalem Pemahyun Bekung

(1550-1580) Bendesa Manik Mas Raden Bagus dijamin serta upacara oleh Sri Maharaja, sebagai upacara keturunan Ksatriya Ida Dalem Sagening Gst L. M. Manikan Pangeran Tangkas

(1580-1665) Kori Agung yang utama, tampak semuanya menunjukkan kecakapan, cocoklah kalau

diangkat menjadi pelindung negara. Gambar 2. Silsilah Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan, Empu Witadharma dan

Arya Kanuruhan(Arya Tangkas)

26 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa 55

Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

BAB VI membangun hutan belantara di sebelah barat desa Giri Ayung sebagai batas PERKEMBANGAN SIRA ARYA KANURUHAN DI BALI wilayah kerajaan Mengwi dan kegunaannya lagi sebagai tetelik atau tempat sembunyi manakala diserang musuh pada saat perang (Sukada, 2001). Pada hari baik, bulan penuh, sasih Kapat, ketika itu Mahapatih Gajah Menurut Mardiana (2008) dalam buku yang berjudul Serat Tanah Bali Babad Mada melantik putra-putra Sri Kresna Wangbang Kepakisan, setelah Dalem halaman 203-205,menyatakan sepeninggal putra satu-satunya, Kyayi memperoleh restu dari Maharaja Majapahit, dikirim mereka masing-masing, Tangkas sering murung dan tidak lagi mau menghadap ke istana Gelgel, melihat yang sulung dijadikan raja/adipati Blangbangan, yang kedua ditetapkan di situasi seperti ini Ida Dalem Sagening, pergi ke Bandananegara/ Kertalangu Pasuruhan, yang ketiga seorang putri menjadi ratu di pulau Sumbawa, yang menemui Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti, di sana Ida Dalem Sagening bungsu dijadikan raja/adipati di Pulau Bali, bergelar Ida Dalem Ketut Sri Kresna menghibur Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti, sudahlah paman!, yang berlalu Kepakisan, pada Saka 1274 (Yogan muni kangnetra dening baskara). Disegani biarlah berlalu mau diapakan tidak akan kembali, janganlah paman larut dalam oleh orang-orang sakti dan bijaksana, dikuasai segala keluhuran dan kesalahan dan penyeselan, tujuan saya ke sini adalah untuk mengajak paman ke kesusilaan, jelas bagaikan Narayana, Wisnu, pada waktu mengukuhkan ketiga istana Gelgel, saya akan menganugerahkan istri saya Ni Gusti Luh Manik Mas, dunia (trirajya), dan beliau yang bertahta di pulau Bali, menerima anugrah dari putri Pangeran Mas, sekarang sedang mengandung, supaya kelak kemudian hari Mahapatih Gajah Mada, perlengkapan Keraton, dan busana keadipatian, keris ada yang melanjutkan keturunan paman. Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti yang bernama Ganja Dungkul, lengkap seluruhnya. Pada tahun 1352 Ida menjawab, ampun baginda Ida Dalem, hamba sudah tua tidak mungkin lagi bisa Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan ditetapkan menjadi Adipati Raja dengan mempunyai anak, baginda menjawab, anak inilah yang akan meneruskan dinasti pusat pemerintahan di Samprangan Gianyar Bali dan dibantu oleh para Arya. paman dan memuja keluhuran paman, permintaan saya terhadap paman janganlah istri saya digauli sebelum anak ini lahir, kalau sudah lahir terserah paman. Pesan 6.1 Pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan Tahun Ku lagi sekali yang patut paman laksanakan, bila mana anak yang lahir nanti laki- 1352-1380 laki berilah nama Pangeran Tangkas Kori Agung, karena berasal dari istana raja, Pada pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan dibantu oleh kalau perempuan terserah paman yang memberi nama, Ki Tangkas Dimade para pejabat kerajaan dan Arya semua sebagai berikut: Keluwung Sakti menyanggupi, dan sangat menyayangi Ni Gusti Luh Made 1. Patih Agung dijabat oleh Arya Kepakisan yang berkedudukan di desa Manikan, lama kiranya sudah berada di Bandananegara/ Kertalangu lahirlah anak Gelgel, laki-laki yang sangat tampan, setelah berumur enam tahun, Ki Tangkas Dimade 2. Tumenggung (Merangkap Manca Agung) dijabat oleh Arya Kutawaringin Keluwung Sakti sangat menyayangi anak ini, dan tidak lupa dengan pesan berkedudukan di desa Gelgel. baginda, lalu anak ini diberi nama Pangeran Tangkas Kori Agung, yang selanjutnya 3. Penyarikan atau sekretaris kerajaan dijabat oleh Sira Arya Kanuruhan meneruskan kepemimpinan trah Arya Tangkas menjadi Tangkas Kori berkedudukan di desa Tangkas. Agung.Kemudian Pangeran Tangkas Kori Agung menjadi pembesar kerajaan Yang menjabat sebagai perdana menteri pertama adalah Arya Kepakisan, Gelgel di masaIa Dalem Sagening dan Ida Dalem Anom kedua Arya Kuthawaringin dan ketiga Sira Arya Kanuruhan, ketiganya adalah Pemayun. keturunan Ksatrya Kediri, semua mahir dalam bidang pemerintahan negara. Ida Menurut Sejarah Pangeran Bendesa Manik Mas tahun 2011, halaman 11 Dalem tetap berkedudukan atau bersemayam di Samprangan, disangga oleh patih menceritakan pada masa pemerintahan Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan utama dan sekretarisnya. Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan sangat disegani berkuasa di Samprangan, beliau pindah ke Bali Tengah menjadi seorang Bendesa oleh para Arya serta rakyatnya. Selanjutnya beliau memberikan tugas bergelar Kyayi Pangeran Bendesa Manik Mas. Kemudian beliau menurunkan Kyayi pura-pura (paryangan Bhatara) yang dianggap pura kahyangan Pangeran Bendesa Manik Mas II dan Kyayi Gusti Pangeran Semaranatha.

53 28 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Kresna Kepakisan di Samprangan, mempunyai tiga orang putra dan seorang (nuhur) Ida Dalem Bekung ke desa Purasi, diiringikan oleh rakyat dan prajurit putri yang lahir dari Ni Gusti Ayu Tirtha putri Arya Gajah Para, yang sulung serempak, di bawah asuhan/pengawasan Kryan Made Karang putra Kryan bernama I Dewa Samprangan atau Dalem Ile, yang kedua bernama I Dewa Kubon Tubuh, sebagai perintis Kyayi Ketut Tangkas, maka dari itu Ida Dalem Taruk yang tidak tertarik menjadi raja, telah kaya raya, serta niat beliau Pemayun kembali lagi ke istana Gelgel, berpuri di Kapal, diasuh oleh menantu melaksanakan dharma seorang pendeta, yang ketiga seorang putri bernama beliau I Dewa Anom Pemahyun. Dewi Istri Swabawa atau Dalem Istri Sukanya, dan yang bungsu bernama I Adapun I Gusti Gde Singa Kanuruhan, mempunyai empat orang putra laki- Dewa Ketut yang amat gemar bekeliling berjudi. Adalagi seorang putra beliau laki, yang sulung Ki Gusti Singa Nabrang, yang kedua Ki Gusti Madya Abhra yang lahir dari seorang istri kedua yang bernama I Dewa Tegal Besung, lahir Singa, yang ketiga I Gusti Nyoman Singasari, yang bungsu Ki Gusti Singa Ghara. dari seorang ibu bernama Ni Gusti Ayu Kutawaringin putri dari Arya Adapun Ki Gusti Madya Abhra Singasari, empat orang putranya laki-laki, tertua I Kutawaringin atau saudari Kyayi Abian Tubuh (Klapodyana), beliau putra Gusti Wayahan Singa Kanuruhan, adiknya I Gusti Kesari Dimade, yang ketiga I bungsu, sangat panjang jarak waktu kelahirannya dari kakaknya. Gusti Nyoman Singasari, yang bungsu I Gusti Madya Singaragha. Diceritakan Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan di Samprangan telah Arya Wang Bang Pinatih Meninggalkan Wilayah Kertalangu Tahun berpulang ke alam baka pada tahun 1380, beliau diganti oleh putranya yang 1605 sulung, Dalem Ile menjabat sebagai pelindung negara. Adapun para arya yang Hasil dari penelusuran dan pengumpulan data yang mempunyai mengiringi Dalem dahulu, yang ditetapkan di tempatnya masing-masing untuk hubungan atau kaitan erat dengan peristiwa atau kejadian pemegang wilayah mempertahankan tahta kerajaan Dalem. Kertalangu (Arya Wang Bang Pinatih) meninggalkan wilayah tersebut sebab Diceritakan Arya Kutawaringin telah mempunyai putra tiga orang dan dikalahkan oleh segerombolan semut. Setelah menelaah, membahas dan seorang putri, yang sulung bernama Kyayi Klapodyana, yang kedua bernama Kyayi mengkaji data yang terkumpul maka didapatkanlah tahun kejadian Arya Wang Parembu, yang ketiga bernama Kyayi Candi dan yang bungsu bernama Ni Gusti Bang Pinatih meninggalkan wilayah Kertalangu dan data pendukung terjadinya Ayu Kutawaringin, beliau tinggal di Gelgel. Ni Gusti Ayu Kutawaringin dinikahi oleh peristiwa tersebut yang akan dijelaskan sebagai berikut: Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan, yang kemudian menurunkan I Dewa Tegal Menurut “Sejarah Dadia Tangkas Kori Agung Tulus Dadi di Banjar Jangu, Besung. Kemudian diceritakan Sira Arya Kanuruhan mempunyai tiga orang putra, Desa Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Tahun 2009, halaman 40), yang sulung bernama Kyayi Arya Brangsinga, adiknya bernama Kyayi Arya menceritakan I Gusti Ngurah Pinatih ingin melakukan pemberontakan, karena Tangkas, dan yang bungsu bernama Kyayi Arya Pegatepan. Ketiga putra Sira Arya masalah kedudukannya, yang mana merasa terlalu diperintah oleh I Gusti Kanuruhan tidak jauh berbeda seperti tabiat ayahandanya, menguasai ilmu Manginte. Sehubungan dengan kedekatan I Gusti Manginte bersama Ida Dalem kenuragaan dan setia menegakkan ketenteraman Negara. Sagening, atas dasar perasaan sentimen atau iri hati ini, akhirnya I Gusti Ngurah

Pinatih berkeinginan untuk merencanakan pemberontakan terhadap raja Gelgel. 6.2. Pemerintahan Ida Dalem Samprangan (Ida Dalem Ile) Kemudian hampir dalam waktu bersamaan yaitu lebih kurang tahun 1605, terjadi Tahun 1380-1383. Pada pemerintahan Ida Dalem Ile dibantu para menteri, pejabat perselisihan antara I Gusti Ngurah Pinatih dengan Dukuh Pahang Sakti lantaran kerajaan dan para pembantunya tidak mengalami perubahan dan masih seperti permintaan kerbau. Konon diceritakan I Gusti Ngurah Pinatih mangawini salah seorang putri Dukuh Pahang Sakti yang bernama Gusti Ayu Nilawati. Berkaitan pada masa pemerintahan ayahandanya Ida Dalem Ketut Sri Kresna Kepakisan. Patih Agung dijabat oleh Kyayi Nyuhaya putra dari Arya Kepakisan yang dengan adanya penyelenggaraan upacara, maka I Gusti Ngurah Pinatih mengirim seorang utusan untuk meminta atau memohon kerbau kepada Dukuh Pahang berkedudukan di Gelgel, Arya Kuthawaringin yang menjabat sebagai (Manca Sakti, namun demikian Dukuh Pahang Sakti tidak berkenan memberikan, dengan Agung) pada pemerintahan Ida Dalem Ketut Sri Kresna alasan kerbau tersebut akan dibawa moksah oleh Dukuh Pahang Sakti. Setelah

30 51 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa desa Pandak, kemudian Kyayi Klapodiyana, Kyayi Arya Brangsinga dan disertai 1. Ida I Dewa Ayu Rani Gwang oleh para patih serta menteri bersama berangkat menuju desa Pandak, untuk 2. I Dewa Anom Pemahyun, menghadap I Dewa Ketut. Akhirnya mereka bertemu dengan I Dewa Ketut, tatkala 3. Ida I Dewa Dimade, ketiganya lahir dari Pemahyun (pengajeng). beliau sedang berada di arena perjudian, Beliau tersipu-sipu sangat malu dan 4. I Dewa Karangasem merasa kecewa, karena lebih sering menderita kekalahan dalam bertaruh. 5. I Dewa Cawu, Walaupun I Dewa Tegal Besung merupakan kesayangan Kyayi Klapodyana, akan 6. I Dewa Belayu, tetapi beliau menyadari bahwa usianya masih terlalu muda, dianggap belum 7. I Dewa Sumerta, sanggup atau mampu mengatur pemerintahan di Bali. 8. I Dewa Meregan,

Tanpa merasa ragu dalam hatinya, Kyayi Klapodyana dengan ramah 9. I Dewa Lebah, dan hormat langsung memohon: “Ya Paduka Dalem, perhatikanlah setia bakti 10. I Dewa Sidan, hamba terus kelubuk hati, kini Paduka Dalem akan hamba angkat sebagai 11. I Dewa Kabetan, junjungan, agar daerah Bali tidak menderita kehancuran. Hamba sering tidak 12. I Dewa Pesawahan, 13. I Dewa Kulit, berhasil menghadap Rakanda Paduka Dalem Raja Samprangan”. Kemudian I 14. I Dewa Bedahulu. Dewa Ketut tertegun dan agak lama tidak menjawab, karena beliau merasa 15. I Dewa Pameregan malu, sambil berpikir dengan air mata berkaca-kaca. Akhirnya Beliau berkata: 16. I Dewa Manggis (diceritakan Arya Kenceng di daerah Badung memohon putra “Betapapun kemampuanku untuk diangkat menjadi raja selaku junjungan Ida Dalem Sagening, yang selanjutnya dipakai raja di daerah Badung. Ketika anda, yang anda sayangi, karena saya tidak memiliki ilmu pengetahuan, hina Arya Kenceng berjalan di pelataran tengah bangunan “semanggen” di Gelgel dan miskin”. Kyayi Klapodyana lagi memohon: “Wahai janganlah Paduka dilihatlah salah satu putra Ida Dalem Sagening yang sedang tidur di balai Dalem berkata demikian, hanya Paduka Dalem yang hamba jadikan tersebut bagaikan pelita, bagaikan api memancarkan cahaya kemudian beliau junjungan, tempatilah rumah tinggal hamba untuk istana Paduka Dalem, Arya Kenceng menandai dengan kapur sirih, kemudian besok paginya hamba akan berpindah rumah tinggal ke kebun hamba yang ditumbuhi diingatilah putra Ida Dalem yang ditandai kapur sirih tersebut adalah I Dewa kelapa.” Demikianlah Kyayi Klapodyana memohon dengan memelas. Manggis Kuning dan kemudian beliau menyampaikan permohonannya

I Dewa Ketut berkanan menyetujui permohanan Kyayi Klapodyana yang kehadapan Ida Dalem Sagening agar putra beliau ditempatkan di daerah bergelar Kyayi Agung Bendesa Gelgel. I Dewa Ketut kemudian bertahta di Gelgel Badung. Ida Dalem Sagening memberikan memilih putranya dan dipinanglah I yang merupakan awal atau cikal bakal kerajaan Gelgel yang dijuluki “Sweca Dewa Manggis Kuning oleh beliau Arya Kenceng. Senang I Dewa Manggis Linggarsa Pura” pada tahun 1383 (saka 1305). Kemudian I Dewa Ketut dinobatkan Kuning dipinang dan benar-benar diberikan oleh Ida Dalem Sagening, selanjutnya dijunjung I Dewa Manggis Kuning diajak ke daerah Badung, yang menjadi raja, dengan gelar “Ida Dalem Ketut Sri Smara Kepakisan”. Masyarakat kemudian akan menikah dengan Ni Gusti Ayu Nilawati adik dari Kyayi mempercayainya sebagai awatara Dewa Asmara, karena memiliki wajah yang Ngelurah Agung Mantra Pinatih). tampan, mempunyai beberapa jenis ilmu pengetahuan, menguasai asta brata, 17. Pangeran Tangkas Kori Agung (Putra Ida Dalem Sagening dengan Gusti Luh tidak jauh berbeda dengan Dewa Mahadewa, dan pada paha beliau ada bercak Made Manikan yang setelah hamil dua bulan, kemudian diserahkan kepada senjata cakra pertanda beliau gagah perkasa di medan perang. Oleh karena Treh Kyayi Arya Tangkas (Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti) sebagai ganti kewibawaan beliau, banyak dari para Arya, menteri dan patih beralih ke kesalahan Ida Dalem Sagening dalam mengeluarkan perintah sehingga putra kerajaan Gelgel. dari Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti terbunuh).

32 49 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Demikian hatur Kyayi Nyuhaya, baginda raja diam belum menjawab, kemudian Setelah lama beliau (Ida Dalem Pemayun Bekung) mempunyai seorang berpikir dan mencarikan penyelesaian permasalahan antara Kyayi Klapodyana putri bagaikan Dewi Saraswati menjelma, bernama Sri Dewi Pemahyun. Adapun dengan Kyayi Nyuhaya. Berkat kepandaian, kecerdasan, dan kebijakan baginda Dalem Pemahyun Bekung mengambil seorang istri lagi, bernama Ni Gusti Ayu raja dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan beberapa bukti yang Samuantiga, sepupu dari Kyayi Telabah. Amat dikasihi oleh Dalem, sebab amat disampaikan oleh Kyayi Klapodyana, maka baginda raja bersabda “Benar-benar cantiknya, tak luput beliau hanya bersanding selalu. Lama kelamaan Ida Dalem paman Kyayi Klapodyana mempunyai martabat kebangsawan yang sama dengan Pemayun Bekung menderita duka cita, sebab katanya dirusak (cinolong) istri beliau paman Kyayi Nyuhaya, tidak beda antara keturunan Kepakisan dan keturunan Ni Gusti Ayu Samuantiga oleh Kyayi Telabah, itulah yang menimbulkan Siwa Kuta Waringin, mulai saat ini paman berdua bersaudara” untuk lebih jelasnya perlawanannya Kryan Pande, akhirnya kacau balau negara Gelgel. dipersilakan membaca Babad Arya Kuthawaringin. Kini diceritakan perlawanan Kryan Pande yang mengakibatkan kekacauan Pada suatu ketika datang menghadap baginda raja Ida Dalem Ketut Sri negara Gelgel. Setelah gugurnya Ki Gusti Telabah atas bantuan dan upaya Ki Semara Kepakisan di Istana “Sweca Linggarsa Pura”, seorang utusan baginda raja Capung, maka mulailah Ki Capung bertingkah laku yang kurang ajar, sering Blangbangan, ingin mohon bantuan, karena masyarakat Blangbangan merasa berulah yang tidak baik dilingkungan istana, kemudian Kyayi Pande enggan resah dan takut, disebabkan oleh kegarangan seekor harimau hitam. Karena itulah menegurnya, kalau nanti rahasia terbunuhnya Kyayi Telabah terbongkar. Karena baginda raja Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan ingin menguji coba kegagah ulah Ki Capung semakin hari keangkuhannya semakin bertambah dan merasa diri perkasaan Kyayi Klapodyana. Akhirnya baginda raja dihadapan para menteri, terbiasa di istana, ia tidak waspada lagi kepada pengawal-pengawal istana, menugaskan Kyayi Klapodyana untuk membunuh harimau hitam di Blangbangan. sehingga sangat meresahkan kalangan pejabat kerajaan termasuk Sri Baginda Beberapa hari kemudian terdengar oleh Kyayi Nyuhaya, bahwa sanak raja. Tersebutlah Ki Capung memanjat tembok istana dan saat itu pengawal istana keluarga/menantu beliau telah berangkat ke Blangbangan untuk membunuh tidak mengetahui orang tersebut adalah Ki Capung, lalu ditombaklah Ki harimau hitam, Maka Kyayi Nyuhaya langsung mohon diri kehadapan baginda raja, Capungsampai terjatuh, terguling dan mati terkapar di atas tanah. Begitu diketahui ingin mengikuti perjalanan Kyayi Klapodyana, beliau akhirnya berangkat setelah oleh istri Ki Capung, suaminya telah meninggal, kemudian istri Ki Capung langsung permohonannya diperkenankan. Kyayi Klapodyana telah tiba Blangbangan, telah menangis menjerit-jerit, seraya mengeluarkan kata-kata yang menyebutkan hal-hal bertemu dengan beberapa penduduk dan menanyakan tempat harimau hitam yang bersifat rahasia, seperti halnya kini ternyata kamu mati, untuk selamanya tersebut. Setelah melakukan perjalanan mereka sampai dalam hutan, banyak tidak ada yang seperti kamu, mengapa Ki Gusti Telabah terbunuh, bukanlah kamu binatang yang ditemui, namun semuanya bukan yang dicari. Binatang tersebut yang diutus oleh Ki Gusti Pande untuk membunuhnya? kini kamu yang menjadi tidak berani melawan, semuanya takut, dan akhirnya binatang tersebut lari. korban, berkat siasat Ki Gusti Pande. Demikinlah ujarnya seraya menangis Berselang beberapa saat berjalan dalam hutan, akhirnya di bawah pohon kakacu, tersedu-sedu dan tersiarlah berita ke mana-mana, bahwa Kyayi Pande Kyayi Klapodyana bertemu dengan seekor harimau hitam, suaranya sangat keras merencanakan pembunuhan Kyayi Telabah, putra Kyayi Pande yang bernama Ki dan menggeram, bergegas ingin menerkam. Begitu harimau hitam meloncat dan Gusti Wayahan Byasama mendengar pula hal tersebut dan menyuruh istri Ki menyergap Kyayi Klapodyana, dan terjadilah perang tanding, saling serang, namun Capung agar diam, namun tidak dihiraukannya, bahkan semakin keras ia menangis Kyayi Klapodyana selamat, kemudian harimau berbalik, dipukul moncong sambil mengumpat. Kyayi Wayahan Byasama sangat marah, segera istri Ki hidungnya, harimau melarikan diri kesakitan, kemudian terus dikejar oleh Kyayi Capung diseret di pasar, rambutnya dijambak dan dipukuli, semakin keras Klapodyan, sambil mengeluarkan sumpit anugrah Ida Dalem, dengan diiringi doa terdengar kata-katanya di pasar, banyak orang yang melihatnya dan kegaduhan dan mantra, kemudian disumpitlah harimau hitam tersebut, dengan punglu (peluru dalam pasar tidak terhindarkan, akibat penyiksaan pada istri Ki Capung, kemudian sejenis kelereng) dan akhirnya mengenai lambung harimau, setelah beberapa saat istri Ki Capung ditikamnya sampai mati tergeletak di tengah pasar, kemudian berita harimau tersebut menyebar kepada yang lainnya

34 47 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

Dalam perjalanan ke Majapahit rombongan Ida Dalem Ketut Sri Semara Wates Kaja sebab adanya aliran lahar yang dahsyat akibat meletusnya Gunung Kepakisan diiringi oleh para arya, dengan menggunakan prahu layar berangkat Agung. Setelah Gunung Agung tidak meletus lagi, beliau sekeluarga kesah ke pada bulan mati, agar tiba di Majapahit pada hari kesepuluh dibulan penuh, dan desa Pesangkan, kemudian membangun rumah dan merajan serta dipelaspas diperkirakan menempuh perjalanan selama satu bulan. Setelah rombongan pada hari Sukra Paing Dungulan, tanggal pang 13, sasih Kasa, saka 1522 atau berlabuh di Bubat, dijemput dengan upacara kebesaran, sesuai dengan adat tahun 1600, tepat dilokasi Pura Dadia Ibu Gede Tangkas Kori Agung Arya kebiasaan penyambutan seorang raja dan sesampai di Majapahit Maharaja Kanuruhan Pesangkan sekarang, selanjutnya beliau menjadi Bendesa di desa Majapahit mempersilakan robongan Raja Bali beristirahat pada perumahan para Pesangkan dengan gelar Jro Bendesa Tangkas Ngukuhin, dan beliau patih untuk menerima jamuan berupa santapan, pakaian, hiasan emas yang indah, mempunyai putra sebanyak tujuh orang, yaitu enam laki-laki dan seorang putri, seperti kebiasaan para raja. Berbagai singgasana yang berhias warna warni terlihat yang sulung bernama Jro Pancer, yang kedua Jro Made Lindih, yang ketiga Jro dengan kehadiran para raja, ibarat para dewata turun dari langit. Pada saat Ida Nyoman Tabu, yang keempat Jro Ketut Nguwi, yang kelima istri bernama Jro Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan mengikuti semua proses Yadnya “Usaba Bujangga (kania dan ngadegan peyogan), yang keenam Jro Bendega kesah ke Sradha” disana beliau Kyayi Brangsinga Pandita ikut mengiring Dalem bersama desa Purasi dan yang bungsu bernama Jro Nyoman Pulasari. Keturunan beliau para Arya dan menteri, nyata bagaikan Hyang Smara turun, beranjangsana di sekarang adalah semeton penyungsung Pura Dadia Ibu Gede Tangkas Kori gunung Himalaya, diiringkan oleh para warapsara lengkap Agung Arya Kanuruhan di Pesangkan, Duda Timur, Kecamatan Selat upacara kebesaran beliau. Kabupaten Karangasem. Pada saat ini telah menurunkan sampai generasi ke Peruman Agung tersebut dihadiri oleh raja dari Bali, Blangbangan, 18 dengan jumlah lebih kurang 400 KK dan tersebar di Bali, Jawa, Lombok, Pasuruhan, Palembang, dan Madura, kemudian suasana mendadak menjadi Sulawesi Utara dan Lampung. hening ketika Sang Prabu Maharaja Majapahit memasuki Balairung kerajaan Diceritakan putra-putra Ki Tangkas Madya yang menjadi Bendesa Purasi Majapahit, ibaratnya bagaikan sinar mentari dari celah gunung di ufuk timur, kemudian menjadi Bendesa di desa Bebandem, Muncan, Nongan dan Purasi. yang lengkap dengan berpakaian kebesaran kerajaan. Kemudian disambut Sedangkan putra-putra Ki Nyoman Tangkas yang menjadi Bendesa Penebel dengan upacara oleh para menteri kerajaan Majapahit, dan sebagai puncak kemudian menjadi Bendesa di desa Penebel, Kerambitan, Kabakaba, dan apucara Sri Maharaja Hayam Wuruk menyampaikan wejangannya kepada Jembrana. Demikian juga putra-putra Ki Ketut Tangkas yang menjadi patih di adipati raja di seluruh nusantara. Pada Paruman Agung tersebut juga kerajaan Gelgel dan menetap di desa Gelgel, kemudian menjadi Bendesa di desa dilaksanakan pembahasan berkisar kematian Mahapatih Gajah Mada pada Bangli, Taman Bali, Nyalian, Sampalan, Gianyar dan Gelgel. Putra Ki Ketut tahun 1364 dan sebelum mendapatkan penggantinya, maka diputuskan pada Tangkas yang menetap di desa Gelgel bernama Ki Tangkas Pemade Alitan. Paruman Agung tersebut, untuk membagi tugas yang sebelumnya dipegang kemudian menurunkan banyak putra dan pada tahun 1711 salah satu putranya oleh Mahapatih Gajah Mada menjadi empat kementerian, yang masing-masing kesah ke desa Sukawati bersama putra raja Ida Dewa Agung Jambe (Raja dilaksanakan oleh seorang menteri. Klungkung I1710-1775) yang bernama Ida I Dewa Agung Anom Sukawati. Lama Pada waktu Ida Dalem Ketut Sri Semara Kepakisan menerima restu dan kelamaan setelah menetap di desa Sukawati Ki Tangkas Pemade Alitan banyak petuah Sri Hayam Wuruk, agar waspada memimpin kerajaan, tidak melupakan keturunannya, dan keturunan beliau sampai sekarang sebagai penyungsung atau manawa sesana sebagai perbuatan mereka yang berjasa utama di kerajaan, dan beliau dianugrahkan pula pakaian kebesaran kerajaan yang berhiaskan emas dan pengempon Pura Dalem Penataran Dadia Tangkas Kori Agung, Desa Sukawati, permata yang indah, sebuah keris yang bernama “Sudhamala”, sebab keris Kabupaten Gianyar dengan jumlah Kepala Keluarga lebih dari 100 KK. tersebut dapat kebal dengan sendirinya menuju asalnya ketika lepas dari Diceritakan cucu dari Kyayi Arya Pegatepan yang bernama Ki Gusti Gede sarungnya, dan dianggap sebagai Ki Naga Basuki, sebuah keris yang luar biasa Pegatepan menikahi cucu Kyayi Arya Tangkas mempunyai putra dua orang yang berukiran kepala naga dan sangat saktinya. sulung bernama Ki Gusti Wayahan Pegatepan yang menetap di desa

36 45 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa

6.4. Pemerintahan Ida Dalem Waturenggong Tahun 1460-1550 Dewa Pemahyun, adiknya bernama Ida I Dewa Anom Segening, yang bungsu Ida Dalem Waturenggong dinobatkan sebagai raja muda sejak tahun putri meninggal sewaktu pembrontakan Kriyan Batan Jeruk. Ketiga putra-putri 1458, selanjutnya setelah meninggalnya Ida Dalem Ketut Sri Semara Ida Dalem diasuh oleh paman beliau semua, para putra I Dewa Tegal Besung, Kepakisan, langsung menggantikan ayahandanya, memegang pemerintahan yaitu I Dewa Gedong Artha, I Dewa Anggungan, I Dewa Nusa, I Dewa Bangli, I dengan kekuasaan penuh di Bali. Setelah beliau bertahta bergelar Ida Dalem Dewa Pagedangan. Berdasarkan hasil pesamuan Warih Ida Dalem dan para Waturenggong, begitu pula para menteri yang telah tua dan ada yang telah Arya, kemudian ditetapkan Ida I Dewa Pemahyun yang menggantikan pulang ke alam baka, semuanya digantikan oleh putra-putranya, dengan almurhum Ida Dalem Waturenggong. kedudukan tetap seperti semula, antara lain: Ki Gusti Batan Jeruk putra Rakriyan Petandakan. Ki Gusti Abian Tubuh, Arya Wangbang Pinatih Rsi 6.5. Pemerintahan Ida Dalem Pemayun Bekung Tahun 1550- dengan istri Ida Ayu Puniawati di Kertalangu, kesetiannya seperti orang tuanya 1580 masing-masing, Kyayi Gusti Brangsinga Pandita menjabat sekretaris kerajaan, Pada pemerintahan Ida Dalem Pemahyun Bekung dan disangga oleh Kyayi Tangkas Wayahan sebagai Bendesa di Tangkas, Kyayi Tangkas Dimade para menteri sekalian, serta didampingi oleh paman beliau semua. Patih Utama sebagai patih berdomisili di Tangkas, Kyayi Nyoman Tangkas Kanuruhandan dijabat oleh Kriyan Batan Jeruk. Putra Kyayi Brangsinga Pandita, yang sulung Kyayi Gusti Pegatepan bertugas sebagai patih kerajaan dan keduanya Ki Gusti Singa Kanuruhan, beliau diangkat menjabat menteri muda bersama- berdomisili disebelah selatan Pura Dasar di desa Gelgel, serta para menteri sama dengan putra-putra Kryan Kubon Tubuh, Ki Gusti Madya Kanuruhan atau arya yang lain tetap ditempatnya sebagai pengganti ayahandanya tidak menggantikan ayahnya menjabat sebagai “Penyarikan Dalem”, yang setia jauh berbeda dengan adat istiadatnya dahulu. mengabdi seperti orang tuanya terdahulu, hanya keamanan dan kesentosaan Adapun Kyayi Arya Berangsinga telah berpulang, digantikan oleh negara yang diidam-idamkannya, memegang teguh kewajiban seorang menteri, putranda yang tertua bernama Kyayi Brangsinga Pendita, diangkat menjadi tak suka menghina dan tak iri hati, tegas. seretaris kerajaan, dengan kedudukan menteri muda. Beliau Kyayi Brangsinga I Gusti Madya Singa Kanuruhan mengambil seorang istri di Padang Rata, Pandita, berputra tiga orang laki-laki, sulung Ki Gusti Singha Kanuruhan, kedua tak diceritakan romantika rumah tangganya, mempunyai putra tiga orang dua Ki Gusti Madya Kanuruhan, yang bungsu Ki Gusti Abhra Sighasari. Kini orang laki-laki seorang perempuan, yang sulung laki-laki, bernama I Gusti diceritakan ketiga putra Kyayi Arya Tangkas telah pula mempunyai keturunan: Brangsinga Pandita, seperti nama datuknya, adiknya perempuan bernama I Putranya yang sulung bernama Kyayi Tangkas Wayahan menikah dengan Ni Gusti Luh Padang Ratha, yang bungsu I Gusti Singa Padang Ratha. Ayu Manik Mas menurunkan empat orang putra yang sulung bernama Ki Adapun I Gusti Madya Kanuruhan, yang menjabat menjadi sekretaris beliau Tangkas Gelgel, yang kedua Ki Tangkas Manik Mas, yang ketiga Ki Tangkas Manikan dan yang bungsu Ki Tangkas Jaya. Putra Kyayi Arya Tangkas yang Ida Dalem Pemayun, mempunyai putra tiga orang, yang tertua laki-laki bernama I kedua bernama Kyayi Tangkas Dimade menikah dengan putri dari treh Kyayi I Gusti Gede Singa Kanuruhan, Ki Gusti Madya Abhra Singasari, yang bungsu Ni Gusti Agung Pasek Gelgel menurunkan dua orang putra yang sulung bernama Gusti Ayu Kaler kemudian diperistri oleh I Gusti Ngurah Jelantik keturunan Kryan Ni Luh Ayu Tangkas yang menikah dengan treh Kyayi I Gusti Agung Pasek Cacaran, adapun putra Kyayi Brangsinga Pandita yang bungsu bernama Ki Gusti Gelgel dan adiknya bernama Ki Tangkas Dimade Keluwung Sakti. Putra Kyayi Abhra Singasari, tak terlepas dari kakak-kakaknya, mengabdi pada Ida Dalem, Arya Tangkas yang ketiga bernama Kyayi Nyoman Tangkas Kanuruhan sebagai kesetiaan leluhurnya dimasa silam, juga beliau telah mempunyai menikah dengan putri Bendesa Klapodiyana mempunyai putra empat orang keturunan, seorang perempuan, dua orang laki-laki, yang sulung perempuan I yang sulung bernama Ki Tangkas Wayahan, adiknya Ki Tangkas Madya, Gusti Luh Padang Galak, adiknya Ki Gusti Singa Lodra, yang bungsu Ki Gusti adiknya Ki Nyoman Tangkas dan yang bungsu Ki Ketut Tangkas. Kesari Dimade, ketiganya beribu dari Padang Galak.

38 43 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Gusti Madya Bukyan, demikian mereka sama-sama mempunyai keturunan, lama Waturenggong, menurut cerita sebelumnya telah dikirim seorang pelukis ke Bali, kelamaan dan dikemudian hari, tersebar di berbagai desa-desa di daerah Bali. yang bertugas membuat wajah atau gambar tentang muka atau diri Ida Dalem. Diceritakan cucu-cucu Kyayi Arya Tangkas sudah mulai bertugas menjadi Setelah selesai melukis Ida Dalem, kemudian lukisan tersebut dipersembahkan bendesa dan menyebar ke berbagai daerah dan menetap di desa-desa, seperti kepada Sang Raja Putri. Lukisan Ida Dalem nampak kepala botak dan pundaknya cucu Kyayi Arya Tangkas dari Kyayi Tangkas Wayahan yang bernama Ki Tangkas membukit (unuk) gemuk pendek, pada waktu berdiri dan kaki terbuka kelihatan alat Gelgel menggantikan ayahandanya menjadi Bendesa di desa Tangkas, Ki Tangkas vitalnya panjang dan besar, sehingga Sang Raja Putri benci dan ketakutan, “Tak Manik Mas menjadi Bendesa di desa Kapal, Ki Tangkas Manikan menjadi Bendesa sudi aku bersuamikan manusia sejenis itu, bila dipaksa dikawinkan, baiklah aku di desa Seraya, Ki Tangkas Jaya menjadi Bendesa di Tulamben (Br. Kelod mati terjun ke air (alabuh her)” demikian ucapannya. Kangin). Cucu Kyayi Arya Tangkas dari Kyayi Tangkas Dimade yang bernama Ki Maka amat dendam Ida Dalem Waturenggong, lalu mengirim pasukan Tangkas Dimade Keluwung Sakti melanjutkan tugas ayahandannya sebagai patih penggempur untuk menyerang kerajaan Sri Juru di Blangbangan, oleh karena dan konon akan ditugaskan/kesah ke Kertalangu pada saat Kertalangu tidak berkenan menyerahkan putrinya yang bernama Ni Bas. Baginda raja ditinggalkan oleh Arya Wang Bang Pinatih sebab dikerebuti oleh segerombolan menjadi marah dan rasa dendam serta hilang batas kesabarannya, oleh karena semut, pada masa pemerintahan Ida Dalem Sagening. Demikian juga cucu Kyayi kelicikan Si Bhima Sakti, yang menyerahkan putrinya tersebut ke Pasuruhan. Arya Tangkas dari Kyayi Nyoman Tangkas Kanuruhan yang bernama Ki Tangkas Akhirnya Baginda Raja mengirimkan “Pasukan Dulangmangap” sebanyak 1600 Wayahan menjadi Bendesa di Giri Tohlangkir yaitu bertempat di desa Jungut orang, dipimpin oleh Patih Ularan dibantu oleh para Arya yang lain, berangkat Pesangkan (abiseka Jro Bendesa Tangkas), Ki Tangkas Madya menjadi Bendesa dengan 25 perahu dan ada menggunakan sampan. Baginda Raja Dalem di desa Purasi (abiseka Bendesa Purasi), Ki Nyoman Tangkas menjadi Bendesa di berpesan “Wahai Paman Patih Ularan, apabila mati dua sepupu, janganlah Penebel dan Ki Ketut Tangkas menggantikan ayahandanya menjadi patih kerajaan dipenggal lehernya”. di Gelgel. Kini diceritakan cucu Kyayi Arya Pegatepan atau putra Kyayi Gusti Kyayi Madya Kanuruhan Kesari ikut dalam penggempuran, karena beliau Pegatepan yang bernama Ki Gusti Gede Pegatepan menetap di desa Tianyar dan telah berpengalaman pada teritorial kerajaan Blangbangan. Tak dilukiskan tentang adiknya Ki Gusti Madya Bukian menjadi Bendesa di desa Sibetan. perjalanannya segera telah tiba di Blangbangan, suatu kebetulan Sri Juru

berekreasi dipantai, terjadilah pertempuran yang dahsyat, saling mengintai, banyak Diceritakan kembali, kisah beliau yang memegang tampuk pemerintahan di Bali, bertahta di Gelgel, timbul hasrat hatinya ingin meminang putri kerajaan rakyat menjadi korban, ketika itu ada tikaman dengan mendadak Kyayi Madya Blangbangan, maka beliau mengirim utusan ke negeri Blangbangan, lengkap Kanuruhan Kesari, yang mengakibatkan beliau meninggal di medan perang, dengan para menteri serta tata upacara sebagai utusan, dipimpin oleh Kriyan semakin hebat dan seru jalannya pertempuran, kemudian Sri Juru dikurung oleh Kubon Tubuh dan Kyayi Madya Kanuruhan Kesari, tak diceritakan perjalanan Pasukan Dulangmangap, terpenggal kepalanya oleh Kyayi Ularan, dan kepala (Sri mereka lalu tiba di sana, menghadap pada Sri Juru di Blangbangan, menghaturkan Juru) dipersembahkan kehadapan Ida Dalem Waturenggong. maksud lamaran atau pinangan beliau Ida Dalem Waturenggong. Tetapi tidak Adapun selama bertahtanya Ida Dalem Waturenggong, desa-desa di beruntung, pinangan beliau Ida Dalem Waturenggong ditolak. sebelah timur Puger dapat dikuasai, Pasuruhan, Sumbawa, Sasak, amat terjamin Diceritakan bahwa Ida Dalem Waturenggong sangat berduka cita, akibat keamanan negara, sebab tak ada yang melakukan kekacauan, semuanya takut kebencian Sang Raja Putri (Blangbangan) dan amat dendam beliau Ida Dalem, pada kesaktian Sri Maharaja, setelah beliau didampingi oleh pendeta Siwa dan karena Sri Juru hanya menuruti kehendak putra-putrinya, juga karena kelicikan Budha Danghyang Nirartha dan Danghyang Astapaka. Beliau keduanya datang ke atau kelancangan Sri Bima Cili, menjajakan atau menyerahkan saudaranya ke Nusa Bali, menyebarkan Dharma, menggambarkan tentang tata cara keagamaan Pasuruhan, dengan tujuan agar Sang Raja Putri tidak cinta kepada Ida Dalem yang menyangkut upacara kehidupan dan kematian.

40 41 Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa Sejarah Sira Arya Kanuruhan -Wayan Adiartayasa