SEJARAH DIPLOMASI PALESTINA DI PBB

Oleh: Samirah Begum Shaukat (210000249) Widad Shodri (210000277)

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Kawasan Timur Tengah telah menjadi perhatian utama dunia dalam upaya menciptakan perdamaian yang menyeluruh. Telah muncul keyakinan kuat di kalangan pemimpin dunia bahwa perdamaian tidak akan tercapai tanpa adanya penyelesaian komprehensif atas konflik Palestina dan Israel. Konflik tersebut memanas sejak adanya pembagian wilayah oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 29 November 1947. Pembagian wilayah Palestina ini berdasarkan resolusi no 181 yang membagi wilayah Palestina menjadi dua negara antara bangsa Arab Palestina 42% dengan bangsa Israel 57%. Pembagian wilayah ini menyebabkan peperangan antara bangsa Arab dan bangsa Israel ditahun 1948.

Berakhirnya peperangan ditandai oleh perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1949 namun peperangan masih terjadi, ada tiga perang besar yaitu 1956, 1967 dan 1973. Peperangan ini menyebabkan semakin memperluasnya wilayah Israel yang sesuai resolusi 181 PBB. Namun berbagai upaya diplomasi telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik tapi pada penyelesaian akhirnya tidak pernah menemukan hasil yang komprehensif bagi Palestina dan Israel. Selama ini Palestina ingin mendirikan sebuah negara merdeka dan berdaulat melalui perundingan dengan Israel. Kegagalan diplomasi Palestina terhadap penyelesaian konflik ini telah membuat pemerintahan Palestina mengupayakan mencari dukungan terhadap PBB. Upaya Palestina ke PBB adalah untuk meminta pengakuan negara Palestina berdasarkan garis batas 1967 sesuai resolusi 242 dan 338. Palestina, sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer merupakan salahsatu Negara yang berusaha untuk menjadi anggota PBB.1Usaha pun dilakukan oleh Palestina demi mendapat keanggotaan dari PBB. Untuk memulai proses ini, Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas harus mengajukan permohonan resmi kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon dan dia sudah mengatakan akan melakukannya setelahmenyampaikan pidato di depan Majelis Umum PBB pada tanggal 23 September 2011. Sekjen PBB kemudian akan meneruskan permohonan itu kepada Dewan Keamanan yang akan membentuk sebuah komite. Namun ternyata komite yang dibentuk oleh DK tidak mendapat keputusan akhir, karena ku rangnya suara dari anggota tetap Dewan Keamanan. Sampai saat ini sudah 126 negara anggota PBB yang telah mengakui keberadaan Negara Palestina.2 Palestina resmi menyerahkan proposal keanggotaan ke Perserikatan Bangsa –Bangsa (PBB). Palestina saat ini menjadi entitas pengamat tetap di PBB. Perwakilan Palestina di PBB adalah Organisasi Pembebasan Palestina, (PLO). Otoritas Palestina ingin meningkatkan status sehingga negara Palestina menjadi anggota penuh PBB, Palestina meminta pengakuan berdasarkan perbatasan 1967, mencakup Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza. Berbagai kalangan memikirkan mengenai pro kontra terhadap isu ini. Banyak yang berkata bahwa keputusan ini adalah keputusan yang sepihak, di mana keputusan ini adalah keputusan yang hanya mewakili sebagian suara di Palestina, dan meninggalkan suara yang lainnya.Ada juga yang mengingatkan dampak besar yang dapat terjadi apabila Palestina diakui oleh PBB, terbukti dengan datangnya ancaman ancaman, terutama dari Israel dan Amerika Serikat. Tentu saja ada yang berpikir positif terhadap keputusan ini, dengan berargumentasi bahwa saat inilah waktu yang paling tepat untuk Palestina untuk mendapat pengakuan dari dunia Internasional. Peristiwa ini menjadi momen bersejarah yang dihormati oleh banyak negara di dunia ini sekaligus menjadi hal yang paling tidak menyenangkan bagi Amerika Serikat (AS) dan Israel. AS yang dahulu menjanjikan Palestina merdeka pada 2011, justru menjadi penghalang terbesar bagi negeri yang mendambakan kemerdekaan itu. AS menilai, Palestina sudah mengabaikan upaya solusi dua negara dengan meminta pengakuan secara sepihak (unilateral) ke PBB.

1Jimmy Carter, “ Peace Not Apartheid ( Palestina Perdamaian Bukan Perpecahan )”, Jakarta: PT Dian Rakyat, 2010, hlm. 65. 2Tanya jawab seputar Palestina , Laporan Khusus BBC Indonesia, dalam http://www.bbc.co.uk/indonesia ( diakses tanggal 30 agustus 2015, pukul 22.03 WIB ) Proposal yang diberikan Abbas kepada Sekretaris Jendral (Sekjen) PBB Ban Ki Moon berjudul, "Proposal untuk pengakuan Palestina berdasarkan garis batas 4 Juni 1967 dengan Yerusalem sebagai Ibu Kota Palestina." Untuk mendapatkan keanggotaan penuh di PBB, Palestina harus mendapatkan minimal sembilan dukungan dalam voting Dewan Keamanan PBB. Pada awalnya, Palestina tampak berhasil mendapatkan simpati dari negara -negara anggota DK PBB. Gabon, Nigeria, dan juga Bosnia menyatakan dukungannya terhadap Palestina. Waktu pun terus berjalan, Abbas beserta pejabat -pejabatnya kerap melakukan lobi untuk mensukseskan keanggotaan Palestina di PBB. Perseteruan pun muncul antara Palestina, dan AS serta Israel, dan kian memuncak setelah Palestina meminta keanggotaan di Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa Bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (UNESCO).

2. Rumusan Masalah

Setelah kita melihat penjelasan di atas, kita tentu dapat melihat betapa pentingnya peran PBB dalam upaya Palestina untuk mendapat pengakuan dari negara negara lain, selain juga untuk membantu penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya dengan Israel. Melihat pentingnya peran PBB tersebut, tentu terdapat posisi tersendiri bagi PBB di dalam strategi diplomasi yang dimiliki oleh pemerintah Palestina.Oleh karena itu, pertanyaan makalah ini adalah “Bagaimana Palestina melancarkan diplomasinya untuk mendapatkan pengakuan dari PBB sebagai sebuah negara?”

3. Sistematika Penulisan

Penjelasan terhadap makalah ini tentunya akan dibuka dengan pembahasan terhadap konsep konsep yang akan sering ditemui di dalam makalah ini, yaitu konsep diplomasi multilateral pada forum internasional bagian analisis, kita akan membahas mengenai arti penting dari PBB dalam pengakuan Palestina. Kemudian, akan lebih lanjut melihat mengenai sejarah diplomasi Palestina yang pernah dilakukan di forum PBB.

4. Kerangka Konsep

Pada bagian ini kita akan membahas mengenai konsep, yaitu Diplomasi. Bagaimana langkah diplomasi palestina untuk menjadi negara pengamat nonanggota di perserikatan bangsa-bangsa. The Oxford English Dictionary memberi konotasi diplomasi yaitu: “manajemenhubungan internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dandiatur oleh duta besar dan wakil; bisnis atau seni para diplomat.”3 Menurut theChamber’s Twentieth Century Dictionary, diplomasi adalah “the art of negotiation,especially of treaties between states; political skill.” (seni berunding, khususnya tentangperjanjian di antara negara-negara; keahlian politik)4. Menurut Harold Nicholson, kata diplomasi menunjukkan paling tidak lima hal yangberbeda.5Dari kelima hal tersebut, empat hal yang pertama menyangkut: (1) politik luarnegeri, (2) negosiasi, (3) mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut, dan (4) suatucabang Dinas Luar Negeri. Ia selanjutnya mengatakan bahwa interpretasi kelimamerupakan suatu kualitas abst rak pemberian, yang dalam arti baik mencakup keahliandalam pelaksanaan negosiasi internasional. unsur pokok diplomasi adalah negosiasi. Kedua, negosiasi dilakukan untuk mengedepankan kepentingan negara.Ketiga, tindakan-tindakan diplomatik diambil untuk menjaga dan memajukan kepentingan nasional sejauh mungkin bisa dilaksanakan dengan sarana damai. Keempat, diplomasi sering dipakai untuk menyiapkan perang dan bukan untuk menghasilkan perdamaian. Kelima, diplomasi dihubungkan erat dengantujuan politik luar negeri suatu negara. Keenam, diplomasi modern dihubungkan eratdengan sistem negara. Ketujuh, diplomasi juga tak bisa dipisahkan dari perwakilannegara. Ada beberapa tipe diplomasi yang dipraktekkan oleh negara sebagai aktorinternasional. Dalam diplomasi terdapat konsep conference diplomacy yaitu perundingandiplomatik multilateral dalam skala luas yang dilakukan melalui pertemuan internasional.Konferensi diplomasi ini bersifat “terbuka”, berbeda dengan diplomasi “rahasia”.Konferensi diplomasi yang bersifat multilateral membantu membuka keluhan,mengungkapkan masalah, menukar pandangan dan bekerja sama untuk mencari jalankeluar bagi permasalahan bersama. Sebagai sebuah mekanisme untuk menyelenggarakanhubungan internasional, konferensi diplomasi bukan merupakan sebuah persetujuan yangmampu memberikan jaminan. Teknik konferensi diplomasi

3S.L. Roy, Diplomasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 2 4 Ibid 5Harold Nicholson, “Diplomacy”,London: 1942, dalam S.L. Roy, Diplomasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 3 dapat mendorong pemecahanmasalah manakala kepentingan nasional tidak dapat diselesaikan oleh forumpembicaraan dan perundingan yang telah disediakan.6 Keberhasilan Presiden Mahmoud Abbas dalam meningkatkan status Palestina initak terlepas dari keseriusan Mahmoud membangun lobi (diplomasi). Karena kemerdekaan Palestina susah terwujud tanpa diperjuangkan melalui jalur lobi. Dan Mahmoud Abbasmenyadari betul hal ini, sehingga jalan diplomasi kian diintensifkan. Mahmoud Abbas melakukan lobi (diplomasi) ke negara-negara Eropa, di negara Eropa Mahmoud Abbas berpidato di markas Uni Eropa di Strasbourg dan berkunjung ke negara-negara Eropa untuk memperoleh dukungan7. Kenapa diplomasi diintensifkan ke negara -negara Eropa, hal ini dilatarbelakangi pada saat pengajuan sebagai negara anggota tetap PBB negara -negara Eropa. Terdapat lima negara Eropa yang pada 2011 menyatakan “abstain” kelima negara itu adalah Italia, Denmark, Swiss, Portugal, dan Georgia setelah dilakukan diplomasi kelima negara tersebut menyatakan dukungan terhadap Palestina sebagai negara pengamat non anggota. Sementara itu, ada tiga negara yang semula menyatakan tidak menjadi abstain pada 2012, ketiga negara itu adalah Jerman, Belanda, dan Lithuania. Satu negara Eropa yang bergeser secara drastis adalah Swedia. Swedia pada 2011 tidak mendukung pengakuan terhadap Palestina sebagai anggota PBB tapi pada tahun 2012 Swedia berubah total denganmenyatakan “ya” saat Palestina mengajukan sebagai negara pengamat non anggota. Peta itu menandakan keberhasilan diplomasi yang dilakukan di negara–negara Eropa yang memberikan dukungan yang lebih besar pada upaya Palestina untuk d iakui sebagai negara di PBB. Diplomasi juga dilakukan ke negara Timur Tengah dimana terjadi perubahan peta politik di timur tengah yang semula menjadi sekutu Israel. Sikap Turki yang mendukung penuh perjuangan Palestina menuju negara berdaulat juga menjadi poin penting dan sangat menentukan. Mengingat Turki bersama Mesir dan Yordania sebelumnya merupakan sekutu utama Israel di Timur Tengah. Diplomasi terhadap negara-negara tersebut dan membangun konsensus serta melakukan konsolidasi dengan negara -negara di Timur Tengah terutama dengan tiga negara tersebut diatas yang notabene memiliki peran strategis dalam percaturan politik di Timur Tengah. Langkah ini sangat penting, karena ketika negara -negara di Timur Tengah sudah terkonsolidasi secara baik

6Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: CV Abardin, 1990, hlm. 199 7Babak Baru Perjuangan Palestina, dalam http://www.kompasiana.com, diakses 31agustus 2015, jam 20.30 WIB. dalam mendukung kemerdekaan Palestina, maka akan mempermudah jalur lobi/diplomasi di level internasional.

Analisis

1. Peran Penting PBB

Bagian pertama dari analisis dari makalah ini akan menjawab pertanyaan mengenai mengapa Palestina, terutama pada tahun 2011, sangat menginginkan status kenegaraannya untuk diakui oleh PBB. Menurut penulis, terdapat dua alasan utama di balik keinginan yang keras dari Palestina untuk mendapatkan pengakuan dari PBB sebagai sebuah negara.

a. Fungsi Konstitutif

Palestina sendiri telah melaksanakan deklarasi kemerdekaan negaranya pada tahun 1988. Deklarasi kemerdekaan tersebut menandakan bahwa negara Palestina telah terbentuk dan telah siap diakui secara resmi.Palestina kemudian semakin sering mendapatkan pengakuan dari negara di dunia sebagai sebuah negara hasil dari bentukan “solusi dua negara” yang membagi Palestina dengan Israel. Namun, tidak sedikit aktor internasional yang menganggap keadaan tersebut masih kurang meyakinkan.

Lalu, jika Palestina berhasil mendapatkan sebuah status sebagai anggota penuh PBB, maka tentu saja Palestina secara tidak langsung mendapatkan pengakuan bahwa Palestina memanglah sebuah negara yang berdaulat dengan memiliki keseluruh unsur unsur konstitutif negara yang dibutuhkan.Terlebih lagi, jika ingin mendapatkan status keanggotaaan penuh dari PBB, sebuah negara harus memiliki sifat sifat seperti kooperatif, dan mencintai damai, dan juga harus melewati mekanisme yang panjang.Legitimasi yang dihasilkan dari pengakuan PBB tentu besar adanya.

Pengakuan yang diberikan PBB dengan demikian diharapkan akan ikut membantu mendorong negara-negara lain untuk terus memberikan dukungan dan mulai mengakui Palestina, karena hal tersebutlah yang menjadi akhir yang diinginkan. PBB memang ‘hanya’ dapat mengakui Palestina sebagai anggotanya, dan keputusan individual tiap negaralah yang menentukan apakah negaratersebut mau mengakui terbentuknya sebuah negara atau tidak.

Sebagai sebuah negara yang utuh, konstitusi merupakan landasan berpijak, sebuah landasan hukum negara. Konstitusi juga merupakan aktor kekuatan yang nyata dalam masyarakat. Sehingga fungsi konstitutif kemudian menggambarkan hubungan antara kekuasaan dalam suatu negara. Pemangku kekuasaan yang dimaksud adalah raja, parlemen, kabinet, pressure groups, partai politik, dan lain-laindengan masyarakat sipil dan dunia internasional.

Konstitusi di tiap negara dapat berbeda-beda dikarenakan landasan gagasan, pikiran, rasa dan cipta mengenai hukum yang diinginkan oleh masyarakat di tiap negara berbeda-beda adanya. Palestina, yang sejak abad lalu telah diokupasi oleh Israel, tentu mendambakan pengakuan internasional yang dianggap akan menyelamatkan rakyat palestina dari belenggu Israel.

Dengan diakuinya Palestina sebagai negara, berbagai faktor konstitutif lain akan menjawab keraguan negara lain terhadap Palestina, terutama terkait dengan permasalahan wilayah. Ketika Palestina berhasil diakui sebagai sebuah negara melalui aplikasi yang diajukan Presiden Abbas yang berasal dari mekanisme pembagian dua negara pada tahun 1967, maka Palestina akan memiliki sebuah wilayah yang diakui secara internasional sebagai milik Palestina, dan bukan wilayah yang sedang diperebutkan.8Akan ada pembatasan wilayah yang jelas antara Palestina dan Israel. Hal ini merupakan salah satu solusi perdamaian yang rakyat Palestina butuhkan sejak lama.

Selain itu, pengakuan dari PBB akan mengikat negara negara anggota PBB yang lain, karena di dalam piagam PBB pada Pasal 2 Ayat 4, terdapat pelarangan dalam penggunaan kekerasan terhadap keutuhan wilayah dan kebebasan politik negara anggota.9 Para negara anggota PBB harus ikut bekerjasama membantu terciptanya perdamaian di Palestina.

b. Fungsi Praktikal

Fungsi kedua yang dapat dirasakan oleh Palestina jika Palestina bisa mendapatkan status sebagai anggota yang sama dengan 193 negara negara lainnya. Pertama, Palestina tentu saja bisa mendapatkan apa yang selama ini tidak mereka miliki di dalam

8 Background: The Facts behind The Bid: What Status do the Current currently have? And What would Change After Yes Vote on September?, diakses dari http://english.aljazeera.net/indepth/spotlight/unpalestine/2011/08/201182893234567545.html pada 10 Agustus 2015, pukul 12.00 9Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, (Bandung: Penerbit PT Alumni, 2010), hlm. 70 keikutsertaannya di PBB, yaitu hak untuk voting. Palestina tentu saja menginginkan hak ini untuk dapat diberikan kepada Palestina. Selama ini, Palestina hanya dapat melihat, mengobservasi dan pada beberapa kesempatan berbicara, bahkan ketika permasalahan tersebut mungkin menyangkut permasalahan di Afghanistan itu sendiri. Dengan adanya hak suara tersebut, Palestina dapat menyampaikan apa yang diinginkan oleh rakyatnya di dalam forum formal PBB.

Kalaupun pada akhirnya PBB tidak memberikan hak penuh sebagai anggota tetap, Palestina sebenarnya masih berharap untuk mendapatkan predikat “negara bukan anggota” di dalam PBB, dan hal ini pun masih memberikan keuntungan bagi Palestina.Palestina tidak kehilangan unsur unsur konstitutif yang telah disebutkan sebelumnya, dan Palestina masih mendapatkan keuntungan karena status yang diberikan secara implisit sebagai sebuah negara. Palestina, contohnya, jika mendapat status sebagai negara tersebut, dapat menyeret Israel ke Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) karena sebagai sebuah negara, Palestina dapat menandatangani Statuta Roma yang menjadi persyaratan sebelum negara menjadi bagian dari ICC.10 Selain itu, terdapat juga keuntungan, seperti misalnya Palestina dapat meminta kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengirimkan Pasukan Penjaga Perdamaian ke Palestina, hal yang tidak bisa Palestina lakukan selama Palestina belum diakui sebagai sebuah entitas berbentuk negara di dalam PBB.

2. Sejarah Keterlibatan PBB Dalam Masalah Palestina

Keikutsertaan PBB di dalam permasalahan Palestina telah dimulai sedari awal organisasi ini dibentuk.Bahkan, organisasi yang mendahului PBB, yaitu Liga Bangsa Bangsa (LBB) telah memulai usahanya untuk membantu menyelesaikan permasalahan antara bangsa Israel dan Palestina.LBBpada saat itu memberikan dukungannya terhadap Deklarasi Balfour, serta ikut mendorong Inggris untuk terus melaksanakan tugasnya yang diatur di dalam deklarasi tersebut. Ketika LBB berganti nama menjadi Perserikatan Bangsa Bangsa, organisasi internasional ini

10 Evelyn Leopold, Palestine in UN: What Will Fail, What May Pass, and What it Means, diakses dari http://www.huffingtonpost.com/evelyn-leopold/palestine-at-the-un-what-_b_970483.html pada 21 Agustus 2015, Pukul 13.00 tetap mencoba memberikan kontribusinya, salah satunya dengan ide partisi dua negara dari resolusi pada tahun 1947, biarpun memang solusi ini cenderung bias terhadap Israel saja.11

Sejak dari itu, PBB tidak pernah absen dalam mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi Palestina, terutama permasalahan yang bersifat humaniter dan tidak berbau politik.Salah satunya adalah UNRWA (United Nation Relief and Work Agency for Palestine Refugees) yang terbentuk pada tahun 1950.Pembentukan organisasi ini didasarkan pada fakta dalam melihat permasalahan rakyat Palestina yang menjadi pengungsi akibat dari permasalahan yang terus terjadi.Badan PBB ini memberikan bantuan seperti pendidikan dan kesehatan agar para pengungsi Palestina dapat memiliki kemandirian dalam bidang ekonomi.

Selain dari bentuk bantuan humanitarian itu, dunia juga melihat evolusi dari status Palestina di dalam PBB.Pada tahun 1975, Palestine Liberation Organization (PLO) berhasil menjadi anggota PBB, biarpun hanya menjadi observer dan bukan dikenali sebagai negara, namun hanyalah entitas politik yang mewakili rakyat di Palestina.Hasil ini adalah sebuah negosiasi dan diplomasi panjang yang dilaksanakan oleh Palestina (saat itu di bawah pimpinan Yasser Arafat, pimpinan PLO) bersama dengan aliansinya yang saat itu adalah Uni Soviet dan juga negara negara dunia ketiga.Dari bantuan aliansinya tersebut, PLO saat itu berhasil membawa isu Palestina ini lebih tinggi lagi ke dalam Majelis Umum PBB. Puncaknya pada tahun 1974, Yasser Arafat memberikan pidatonya didepan Majelis Umum PBB, untuk pertama kalinya seorang pimpinan organisasi non negara mendapatkan kesempatan tersebut.

Momen lain diplomasi yang dilancarkan Palestina adalah pada tahun 1988, di mana Palestina memproklamirkan kemerdekaannya dan dengan demikian menyatakan Palestina sebagai negara yang berdaulat dalam dunia internasional. PBB melalui Majelis Umum PBB kemudian mengakui Palestina sebagai sebuah negara lewat resolusi 43/177.12 Setelah adanya pengakuan dari PBB tersebut, Palestina merubah nama keanggotaannya di PBB, dari PLO menjadi hanya ‘Palestina’. Kesan yang diberikan tentu adalah Palestina sekarang bukanlah hanya sebuah organisasi, namun

11 Edward H. Buehrig, “The UN, The US, and Palestine” di dalam Middle East Journal, Vol. 33, No. 4 (Autumn 1979), diterbitkan oleh Middle East Institute, diakses dari http://www.jstor.org/discover/10.2307/4325917?sid=21105567005213&uid=3738224&uid=2&uid=4pada 18 Agustus 2015, pukul 10.00 wib hlm. 437 12Felix Dane dan Ilona-Margarita Stettner, A Palestinian State in The United Nations? Prerequisites, Positions, and Expectations before the Meeting of The UN General Assembly, diakses darihttp://www.kas.de/wf/doc/kas_23604- 544-2-30.pdf?110811143240 , hal59 adalah sebuah negara yang memiliki pemerintahan.Hanya saja, tidak ada perubahan dalam status Palestina sebagai observer di dalam PBB.Hal inilah yang coba diubah oleh Mahmoud Abbas pada September 2011 lalu.

3. Pengajuan Pengakuan Negara Palestina 2011

Mahmoud Abbas sebagai Presiden Palestina menggaungkan wacana agar Palestina mendapatkan status sebagai anggota penuh PBB.Wacana ini tentunya mendapatkan respons yang variatif, terutama di dalamPBB.Palestina sendiri merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat dalam mengajukan penerimaan sebagai anggota penuh tersebut. Negosiasi bilateral yang telah dijalankan sejak dimulai kembali pada tahun 2010 terus mengalami jalan buntu, biarpun Israel sendiri terus mengutamakan jalan bilateral dibandingkan membawa hal ini ke PBB.13 Palestina sendiri merasa cukup yakin dalam membawa hal tersebut ke dalam PBB, karena Palestina merasa bahwa ia telah mendapat cukup banyak pendukung, yaitu 122 negara di Majelis Umum dan 7 Anggota tidak tetap PBB serta China dan Russia.14

Selain itu, Palestina merasa bahwa persiapan yang dilakukan sudah cukup matang jika Palestina ingin memberikan pengajuan tersebut saat ini.Terdapat beberapa alasan, beberapa di antaranya adalah dari kesiapan pemerintahan Palestina, dan juga dari situasi di Timur Tengah yang mendukung hal tersebut.Pertama, terkait dengan pemerintahan Palestina, salah satu alasan yang diajukan mengapa Palestina belum bisa diakui sebagai sebuah negara adalah karena Palestina sendiri dianggap belum memiliki pemerintahan yang dapat merepresentasi rakyat Palestina secara keseluruhan.Biarpun wilayah Tepi Barat berada di bawah kontrol (PLO), namun Gaza sendiri sampai saat ini di bawah pengaruh kekuasaan .Namun, Mahmoud Abbas sendiri mencoba memperbaiki imej ini dengan memperbaiki hubungan antara HAMAS dengan Fatah, terbukti pada tahun ini, terjadi rekonsiliasi antara kedua organisasi tersebut.15

13Evelyn Leopold, Palestine in UN: What Will Fail, What May Pass, and What it Means, diakses dari http://www.huffingtonpost.com/evelyn-leopold/palestine-at-the-un-what-_b_970483.html pada 21 Agustus 2015, pukul 13.00 wib 14Q&A: Palestinian Bid for Full Membership at the UN, diakses darihttp://www.bbc.com/news/world-middle-east- 13701636 pada 25 Agustus 2015, pukul 13.00 wib 15 Samah Sabawi, Palestine: Condition of Statehood and Reality of Compromise, diakses dari http://www.eurasiareview.com/03082011-palestine-conditions-of-statehood-and-reality-of-compromise-analysis/, pada 10 Agustus 2015, pukul 15.00 wib Kedua, Palestina juga merasa bahwa dukungan terhadap Palestina menjadi semakin tinggi untuk dapat diakui sebagai negara, terutama oleh berbagai negara maju. Palestina telah berhasil ‘lulus’ dengan nilai yang baik dari laporan yang dikeluarkan oleh PBB, IMF dan Bank Dunia. Laporan yang diberikan tersebut menyatakan bahwa Palestina telah dapat menjalankan fungsi sebagai pemerintah pada beberapa sektor sektor krusial di Palestina, dan hal ini mendapatkan pujian serta membuat Uni Eropa memberikan dukungan kepada Palestina.

Terakhir, Palestina sendiri merasa waktu ini adalah waktu yang paling pas, karena untuk pertama kalinya sejak sekian lama, Israel tidak memiliki aliansi dari 3 kekuatan utama di Timur Tengah, yaitu Iran, Turki, dan Mesir. Setelah melihat protes yang terjadi di ketiga negara tersebut terhadap Israel, terutama setelah kekerasan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Jika Israel terus menolak untuk mengakui Palestina sebagai negara, maka Israel akan terus mendapatkan isolasi di dunia internasional dan terutama di kawasan Timur Tengah.16

Skenario yang diambil oleh Presiden Mahmud Abbas terdiri dari dua skenario. Pertama, Palestina akan mengajukan permintaan untuk diterima sebagai anggota penuh PBB. Untuk mendapatkan status tersebut, Mahmud Abbas harus memberikan aplikasi kepada Majelis Umum PBB untuk kemudian diteruskan di dalam Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Setelah di dalam DK PBB, aplikasi tersebut harus direkomendasikan oleh minimal 9 negara anggota dan tidak mendapatkan veto dari 5 anggota tetap PBB. Selanjutnya, aplikasi tersebut harus melewati kembali MU PBB, untuk kemudian divoting dan minimal mendapatkan 2/3 suara anggota PBB menyetujui untuk aplikasi tersebut. Namun, melihat bahwa AS akan memveto hal tersebut di dalam DK, skenario kedua telah disiapkan, yaitu hanya akan meminta kenaikan status dari “entitas lain berstatus observer” menjadi ‘negara berstatus observer’. Untuk skenario ini, Palestina tidak perlu melewati DK PBB, dan hanya perlu mendapatkan mayoritas simple (50% +

16 Bradley Burston, Ten Reasons Palestine is Right to Bring Its Case to UN, diakses dari http://www.americantaskforce.org/daily_news_article/2011/09/13/1315886400_13, pada 15 Agustus 2015 pukul 14.00

1) yang setuju dengan aplikasi tersebut, dan dengan demikian, besar kemungkinan skenario kedua akan berhasil.17

Namun, di balik keuntungan dan kesempatan yang dapat diberikan apabila Palestina mendapatkan kesempatan untuk menjadi anggota PBB, ada juga tantangan yang akan diberikan oleh aplikasi tersebut dan juga kesulitan yang akan dihadapi jika Palestina jadi mendapatkan peningkatan status di dalam PBB.

Pertama, ada kemungkinan Palestina akan kembali bergolak dengan kekerasan setelah aplikasi ini akan dilaksanakan. Kenaikan status tersebut tidak memberikan efek di dalam negosiasi bilateral dengan Israel. Ketika hal ini terus terjadi, dengan demikian ada kemungkinan tensi akan terus meningkat dalam konflik di Palestina. Belum lagi, Hamas dan Fatah juga masih ada kemungkinan untuk mengalami perpecahan di dalam menjaga perdamaian Palestina, terutama jika inisiatif dari Fatah ini mengalami kegagalan.HAMAS sedari dulu memang tidak mempercayai ide perdamaian dan

17 Tom Perry, Analysis: Palestine’s UN bid is between History and Hot Air, diakses dari http://www.reuters.com/article/2011/08/04/us-palestinians-israel-un-idUSTRE77362C20110804, pada 8 Agustus 2015, pukul 10.00 wib penyelesaian konflik tanpa kekerasan, dengan mempertahankan ide mereka untuk tidak mempercayai adanya negara Israel.

Kedua, terdapat juga masalah untuk Palestina karena Palestina saat ini amat bergantung terhadap bantuan bantuan dari luar negeri, dan salah satunya dari Amerika Serikat.Amerika Serikat sendiri berjanji untuk berhenti memberikan bantuan kepada pihak Otoritas Palestina (Palestine Authority/PA) jika mereka terus melanjutkan usahanya dalam mendapatkan status sebagai anggota dari PBB.18 Hal ini tentu akan menimbulkan masalah baru bagi Palestina, yang pertumbuhan ekonominya selama ini disokong oleh bantuan luar negeri. Dapat dilihat dari laporan Bank Dunia yang menyebutkan bahwa di balik perbaikan finansial yang dimiliki oleh Palestina, sebenarnya mereka masih sangat bergantung terhadap bantuan asing.19

Ketiga, aplikasi Palestina bisa saja merusak kinerja organisasi internasional, dengan asumsi bahwa Palestina semakin banyak mendapat pengakuan dari organisasi internasional, dan Amerika Serikat terus konsisten di dalam pendiriannya untuk memberhentikan dana kepada organisasi internasional apapun yang mengakui Palestina. Amerika Serikat menunjukkan keseriusannya pada UNESCO. Amerika Serikat adalah kontributor utama dalam hal finansial terhadap banyak organisasi internasional, dan hilangnya bantuan dana dari Amerika Serikat tentu menyulitkan. Masalah langsung yang mungkin terjadi, misalnya, adalah hilangnya bantuan Amerika Serikat terhadap Palestina lewat UNRWA, karena UNRWA tidak memiliki mandat untuk membantu jika sebuah negara Palestina muncul.20

18 DPA, US: We Will Stop Aid to Palestinians if UN Bid Proceeds, diakses dari http://www.haaretz.com/news/diplomacy-defense/u-s-we-will-stop-aid-to-palestinians-if-un-bid-proceeds- 1.380901, pada 10 Agustus 2015 pukul 11.00 wib 19Samah Sabawi, Palestine: Condition of Statehood and Reality of Compromise, diakses dari http://www.eurasiareview.com/03082011-palestine-conditions-of-statehood-and-reality-of-compromise-analysis/, pada 10 Agustus 2015, pukul 15.00 wib 20 Niam Fleming dan Ronan Delaney, Palestinian Refugees: How Statehood Bid at UN Affects US, diakses dari http://www.prc.org.uk/newsite/en/palestinian-refugee-news-resource/articles-palestine/1671-Palestinian- refugees-How-statehood-bid-at-UN-affects-us.html, pada Agustus 2015 pukul 10.00 wib Kesimpulan

Palestina telah lama mendambakan pengakuan atas negara yang berdaulat dan independen. Konflik yang memakan ribuan korban jiwa di tepi Yerusalem Timur dan Jalur Gaza bukan hanya menghalangi Palestina dari diakuinya di mata internasional namun juga telah menghalangi perkembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Palestina. Pembicaraan damai yang telah diadakan sejak dua decade belakangan tampak tidak menghasilkan solusi bagi rakyat Palestina yang mendambakan kehidupan yang damai dan sejahtera.

Dari analisis pada pembahasan sebelumnya, dapat terdeskripsikan bagaimana PBB sebagai organisasi pengusung kedamaian dunia memainkan posisi yang penting dalam diplomasi yang dijalankan oleh Palestina. Keadaan dari Palestina yang telah diakui setidaknya sebagai sebuah negara observer (pengamat) akan memberikan keuntungan yang saat ini tidak didapatkan oleh Palestina. Mereka bisa bernegosiasi sebagai state vis-à-vis state, Palestina juga bisa mulai membawa masalah perebutan teritori ke mahkamah internasional, dan mendapatkan keuntungan dari bergabung dengan organisasi internasional lainnya. Keuntungan tersebut memberikan insentif yang cukup besar bagi Palestina untuk meneruskan diplomasi intensif dan tingkat tinggi yang dilaksanakan pada September 2011 agar terus mendapatkan pengakuan, seperti yang pernah dilaksanakan padatahun 1970-an silam.

Adapun jika ada problematika dalam pencapaiannya, tentu saja tantangan tersebut menurut penulis harus tetap Palestina hadapi dengan optimis. Tantangan yang paling besar yang dihadapi Palestina saat ini diberikan oleh Amerika Serikat yang mengancam akan memboikot usaha-usaha Palestina tersebut jika Palestina tidak berdamai dengan Israel. Banyak negara maju yang menganggap Palestina belumdapat diakui seutuhnya sebagai negara yang berdaulat karena kejelasan batas negaranya pun masih dipertanyakan, dan diperebutkan oleh negara tetangganya sendiri.

Posisi ini tidak mudah bagi kedua belah pihak yang berseteru, tidak ketinggalan ramainya sorotan dan tekanan dari media internasional. Strategi yang dilakukan oleh pemerintah Palestina selain melakukan perjanjian dengan PBB adalah denganmeminta masing-masing negara untuk mengakui kedaulatan Palestina yang telah merdeka dengan batasa nnegara yang jelas. Bentuk diplomasi seperti ini yang penulis yakini akanterus dilancarkan oleh Palestina sampai PBB mengabulkan permohonannya.

Organisasi internasional seperti UNESCO, memberikan program yang sesuai dengan ideologi Amerika Serikat, dan Amerika Serikat sebagai sekutu Israel tentu tidak mau membuka tampuk kepemimpinan kepada China yang sedang meningkat pengaruhnya. Hal ini menurut penulis, adalah alasan mengapa Palestina akan terus melancarkan diplomasinya kepada PBB.

Meski belum mendapat titik terang dari segi konflik perbatasan dengan Israel serta belum dikabulkannya permohonan menjadi member state di PBB, hal ini tidak mengurangi hak Palestina sebagai negara yang berdaulat. Selain kedaulatan secarade factodande jure di mata internasional, Palestina menginginkan perdamaian bagi rakyatnya dan mengembangkan potensi yang ada di negaranya.

Daftar Pustaka

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, (Bandung: Penerbit PT Alumni, 2010), hlm 59-78 Harold Nicholson, “Diplomacy”,London: 1942, dalam S.L. Roy, Diplomasi, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 1995, hlm. 3 Jimmy Carter, “Palestine Peace Not Apartheid ( Palestina Perdamaian Bukan Perpecahan )”, Jakarta: PT Dian Rakyat, 2010, hlm. 65. Jack C. Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, Bandung: CV Abardin, 1990, hlm. 199

Buehrig, Edward H. “The UN, The US, and Palestine” di dalam Middle East Journal, Vol. 33, No. 4 (Autumn 1979), diterbitkan oleh Middle East Institute, diakses dari http://www.jstor.org/stable/4325917, pada 7 Agustus 2015 pukul 03.00, hal. 437

Burston, Bradley. Ten Reasons Palestine is Right to Bring Its Case to UN. Diakses dari http://www.americantaskforce.org/daily_news_article/2011/09/13/1315886400_13, pada15 Agustus 2015, pukul 14.00

Dane, Felix dan Ilona-Margarita Stettner.A Palestinian State in The United Nations? Prerequisites, Positions, and Expectations before the Meeting of The UN General Assembly. Diakses dari http://www.kas.de/wf/doc/kas_23604-544-2-30.pdf?110811143240, pada 10 Agustus 2015, pukul 12.00.

DPA.US: We Will Stop Aid to Palestinians if UN Bid Proceeds. Diakses dari http://www.haaretz.com/news/diplomacy-defense/u-s-we-will-stop-aid-to-palestinians-if-un- bid-proceeds-1.380901, pada 10 Agustus 2015, pukul 11.00

Fleming, Niam dan Ronan Delaney.Palestinian Refugees: How Statehood Bid at UN Affects US. Diakses dari http://www.prc.org.uk/newsite/en/palestinian-refugee-news-resource/articles- palestine/1671-Palestinian-refugees-How-statehood-bid-at-UN-affects-us.html, pada 10 Agustus 2015, pukul 10.00 Elise Labott. The Irony of America Cutting UNESCO Funds.diakses dari http://security.blogs.cnn.com/2011/10/31/the-irony-of-america-cutting-unesco-funds/, pada 10 agustus 2015, pukul 13.00

Leopold, Evelyn. Palestine in UN: What Will Fail, What May Pass, and What it Means. Diakses darihttp://www.huffingtonpost.com/evelyn-leopold/palestine-at-the-un-what- _b_970483.html pada 10 Agustus 2015, Pukul 13.00.

Levs, Josh. US Cuts UNESCO Funding after Palestinian Membership Vote.Diakses dari http://edition.cnn.com/2011/10/31/world/meast/unesco-palestinian-membership/?hpt=wo_c2 pada 10 agustus 2105, pukul 13.00

Mauna, Boer. 2010. Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: Penerbit PT Alumni.

Perry, Tom. Analysis: Palestine’s UN bid is between History and Hot Air. Diakses dari http://www.reuters.com/article/2011/08/04/us-palestinians-israel-un- idUSTRE77362C20110804, pada 8 agustus 2015 pukul 10.00

Reilly, William M. UN Council Debate on Palestine Statehodd Bid, But No Vote. Diakses dari http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2011-10/25/c_131210239.htm pada 9 Agustus 2015, pukul 17.00

Sabawi, Samah. Palestine: Condition of Statehood and Reality of Compromise. Diakses dari http://www.eurasiareview.com/03082011-palestine-conditions-of-statehood-and-reality-of- compromise-analysis/, pada 10 agustus 2015 pukul 15.00

______. Background: The Facts behind The Bid: What Status do the Current Palestinians currently have? And What would Change After Yes Vote on September?.Diakses dari http://english.aljazeera.net/indepth/spotlight/unpalestine/2011/08/201182893234567545.htm lpada 15 Agustus 2015, pukul 12.00.

______. Q&A: Palestinian Bid for Full Membership at the UN. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-13701636, pada 25 Agustus 2015, pukul 12.00