DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

RISALAH RAPAT

KOMISI VI DPR RI

Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) Hari, Tanggal : Kamis, 21 Mei 2019 Waktu : Pukul 14.30 s.d. 16.55 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Ir. H. Teguh Juwarno, M.Si Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si. Kabag Sekretariat Komisi VI DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, 10270 Acara : Membahas Mengenai Kinerja Keuangan Dan Harga Tiket Pesawat.

Daftar Anggota : PIMPINAN : 1. Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si. (Ketua/F-PAN) 2. MOHAMAD HEKAL, MBA. (Wakil Ketua/F- P.Gerindra) 3. Ir. H. AZAM AZMAN NATAWIJANA (Wakil Ketua/F-P.Demokrat) 4. H. DITO GANINDUTO, M.BA. (Wakil Ketua/F- P.) 5. H. INAS NASRULLAH ZUBIR BE, SE (Wakil Ketua/F-P.HANURA)

ANGGOTA :

FRAKSI PDIP 6. NYOMAN DHAMANTRA,S.E. 7. Ir. ERIKO SOTARDUGA B.P.S 8. RIEKE DIAH PITALOKA, M.Hum. 9. DRS. ERWIN TPL TOBING 10. ADISATRYA SURYO SULISTO 11. H. IRMADI LUBIS 12. M. R. IHSAN YUNUS, BA,B,Comm, ME.Con 13. JULIARI P. BATUBARA 14. 15. DANIEL LUMBAN TOBING

FRAKSI PARTAI GOLKAR 16. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E. 17. Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D. 18. HARDISOESILO 19. Ir. H.M. IDRIS LAENA 20. DWIE AROEM HADIATIE, S.I.Kom. 21. EKA SASTRA, SE, M.Si. 22. BOWO SIDIK PANGARSO, S.E.

FRAKSIP.GERINDRA 23. FADHLULLAH 24. H. NURZAHEDI, SE 25. KHILMI 26. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H. 27. STEVEN ABRAHAM 28. ABDUL WACHID

FRAKSI P.DEMOKRAT 29. HJ. 30. LINDA MEGAWATI, SE., M.Si. 31. H. WAHYU SANJAYA, S.E. 32. SARTONO, SE., MM.

FRAKSI PAN 33. PRIMUS YUSTISIO, S.E. 34. H. NASRIL BAHAR, S.E. 35. MOHAMMAD HATTA 36. DAENG MUHAMMAD, SE, M.Si.

FRAKSI PKB 37. SITI MUKAROMAH, S.Ag, M. AP. 38. Ir. M. NASIM KHAN 39. H. YAQUT CHOLIL QOUMAS 40. H. LUKMANUL KHAKIM, M.Si.

FRAKSI PKS 41. Drs. H. ADANG DARADJATUN 42. H.M. MARTRI AGOENG, S.H. 43. drh. SLAMET

FRAKSI PPP 44. H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si. 45. H. ISKANDAR DZULKARNAIN SYAICHU, S.E. 46. H. MUKHLISIN 47. H. ABDUL AZIZ, S.E.

FRAKSI P.NASDEM 48. AKBAR FAIZAL 49. Drs. H. NYAT KADIR 50. H. HAMDHANI, S.IP.

Hadir Undangan : 1. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementrian BUMN; 2. Dirut PT. GARUDA INDONESIA.

JALANNYA RAPAT :

KETUA RAPAT:

Yang terhormat Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan konsultan Kementrian BUMN beserta jajaran. Yang terhormat Saudara Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Tbk. beserta jajaran.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia kepada kita semua, sehingga pada siang hari ini kita dapat melaksanakan rapat kerja Komisi VI DPR-RI. Rapat kerja, maaf Rapat Dengar Pendapat dengan Deputi dan dengan Direksi Garuda. Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VI, RDP hari ini telah dihadiri dan ditandatangani 9 Anggota dari 6 fraksi. Dengan demikian telah lebih dari separuh unsur fraksi dan telah memenuhi kuorum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 251 Ayat 1 Peraturan DPR tentang Tata Tertib. Untuk itu dengan mengucapkan bismillahirahmanirrohim izinkan saya membuka RDP Komisi VI pada siang hari ini dan saya nyatakan rapat terbuka untuk umum.

RAPAT DIBUKA PUKUL 14.31 WIB KETOK PALU 1 KALI

Kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Deputi kepada Direktur Utama Garuda beserta seluruh jajaran atas kesediaan waktu untuk menghadiri RDP pada siang hari ini. Memang ditengah suasana bulan puasa ini rapatnya menjadi tentu akan berbeda, yang biasanya mungkin kenceng- kencengan, nah ini agak slow-slow saja. Tetapi memang kita membahas substansi yang tengah ramai diperbincangkan. Menjadi tidak lazim tentunya, apabila Komisi VI sebagaimana sesuai amanah yang diberikan sebagai Komisi yang salah satu tugasnya adalah melakukan fungsi pengawasan kepada mitra kerja, mitra kerja kita khususnya Kementrian BUMN dan teman- teman di BUMN. Apabila tidak mengetahui sebenarnya apa yang terjadi. Pertama tentu yang mencuat ke publik adalah persoalan kinerja keuangan atau ramai laporan keuangan. Kita tentu ingin mendengar karena di satu sisi kalau kita cermati kinerja keuangan Garuda dalam periode 1, 2 tahun yang lalu kita mendengar masih diliputi kerugian. Nah kemudian laporan terbaru, kita melihat rapornya menjadi biru. Dari perspektif komisi tentu kita menyambut gembira bahwa ini adalah kerja keras teman-teman di jajaran manajemen. Namun, tentu ketika kemudian mencuat ke publik kok sepertinya laporannya dipersoalkan oleh komisaris. Maka kita ingin tahu ada apa ini, nah kami nanti ingin mendengar soal itu yang pertama. Kemudian yang kedua, Pak Deputi karena ini terkait dengan persoalan publik juga yaitu persoalan tarif tiket. Di satu sisi, kita sering mendengar tantangan yang dihadapi oleh teman-teman maskapai tidak hanya Garuda, adalah persoalan e persaingan harga tiket. Dihadapkan lagi persoalan bahan bakar, atau avtur yang juga tinggi. Pada saat yang sama, maskapai dituntut harus melakukan efisiensi. Nah, ini semua kan bercampur kemudian men mengerucutnya dalam bentuk tiket atau harga tiket yang kemudian dibebankan kepada konsumen. Kalau mengikuti pemberitaan, Pak Menteri Perhubungan maunya diturunin terus. Padahal mereka atau Kementerian Perhubungan sudah membuat batas atas batas bawah. Sepengetahuan kita temen-temen di maskapai kan tentu tidak berani melanggar batasan itu, namun e apa dari kacamata pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Perhubungan masih menghendaki agar tiket ini bisa diturunkan sehingga tidak memberatkan kepada konsumen. Nah apa perdebatan ini juga apa menimbulkan pertanyaan bagi kami di komisi. Bagaimana sih temen-temen di maskapai apa menyusun formula sehingga harga tiket yang muncul yang dari kacamata konsumen tidak membebani. Tetapi, dari kacamata manajemen tentu diharapkan agar tetap kinerja perusahaan bisa berjalan. Di sisi yang lain karena Komisi VI juga bermitra dengan KPPU, kita juga mengikuti pemberitaan KPPU mencermati jangan sampai persoalan tiket ini terselubung ada persoalan kartel. Karena sekarang maskapai kan katanya kan tinggal praktis tinggal 2 ya Pak ya. Garuda Group sama. Oh ada tiga, Garuda Group, ada Lion Grup, dan ada Air Asia Group. Nah kalau tiga duduk kongkow-kongkow tanpa ini kan sudah bisa cucok ngatur-ngatur harga. Itu kan nggak boleh dalam konteks persaingan usaha kalau ketahuan. Tapi maksud saya, temen-temen KPPU juga mencermati itu. Maaf, pakai catatan kaki. Nah ini hal-hal yang menurut saya, kita ingin berikan kesempatan seluas-luasnya kepada Pak Deputi, kepada temen-temen Garuda khususnya untuk menjelaskan kepada kita Komisi. Saya yakin temen-temen Komisi juga mencermati hal ini, dan kami persilakan untuk mendalami. Moga-moga dengan forum ini, persoalan ini bisa kita clear-kan sehingga teman-teman di jajaran manajemen tetap bisa bekerja dengan tenang memberikan layanan. Yang terakhir sekali kita ingin mendengar mungkin sudah ya kalau terkait kesiapan dengan lebaran temen-temen Garuda sudah, oke. Jadi kita apa agenda kita khusus dua itu. Apakah dari temen-temen anggota ada agenda atau poin lain yang ingin di highlight atau kita persilakan untuk dikembangkan nanti di dalam apa perjalanan rapat. Gitu ya Pak ya, cukup ya kata Pak Darma cukup dua jam. Baik moga-moga bisa kita cukupkan, saya persilakan langsung kepada Pak Gatot, Pak Deputi untuk menyampaikan paparan terlebih dahulu sebelum nanti dilanjutkan Pak Ari Askhara, Dirut Garuda. Saya persilakan.

DEPUTI BUMN:

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Yang kami hormati Bapak Pimpinan, Bapak Teguh Juwarno. Ibu Bapak Anggota Komisi VI DPR-RI yang kami hormati.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore. Salam sejahtera untuk kita semua. Om swastiastu.

Terima kasih atas kesempatan pada sore hari ini.

Bapak Pimpinan, Anggota yang kami hormati.

Untuk pemaparan tadi yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan tentang laporan keuangan Garuda, harga tiket pesawat dan yang lainnya. Perlu nanti mohon izin Bapak Pimpinan dan Anggota, laporan keuangan biar nanti dari Pak Ari Ashkara menjelaskan secara lengkap. Khusus untuk harga tiket Bapak Pimpinan, Pak Menko Perekonomian sudah mengundang Ibu Menteri dua kali. Tanggal 6 dan 13 Mei yang lalu untuk penetapan harga tiket. Posisi kami Kementerian BUMN, Ibu Menteri BUMN adalah karena sebagai operator. Jadi kita serahkan kepada regulator Kementerian Perhubungan untuk penetapan itu. Jadi, pada saat di dalam rapat kami, Ibu Menteri juga menyampaikan bahwa sejak 2016 tarif batas atas tiga pesawat tidak pernah naik. Sementara kurs dolar dan avtur juga naik. Artinya dari sisi airlines sendiri itu juga tertekan dari sisi cost-nya. Jadi nanti, in detail nanti bisa sambil jalan Bapak Pimpinan. Untuk mempersingkat waktu, mohon izin Bapak Pimpinan dan Bapak Ibu anggota Komisi VI, Pak Ari Ashkara Dirut Garuda akan menjelaskan. Mohon berkenan, yo.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Terima kasih Pak Gatot.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam kebajikan, om swastiastu, namo budaya.

Yang terhormat pak Bapak Pimpinan dan Anggota Ibu-Bapak, Ibu- Anggota Komisi VI yang saya hormati.

Untuk menjawab yang pertama mungkin saya bisa kasih berikan latar belakang mengenai transaksi yang sebelumnya cukup menarik perhatian. Khususnya transaksi free wifi on board transaction. Jadi transaksi di tersebut didasari pada layanan wifi gratis dalam penerbangan Garuda Group untuk melayani menggantikan layanan wifi berbayar yang ada yang ada saat ini di pesawat. Transaksi tersebut ditandatangani di Oktober 2018 antara Citilink dan Mahata. Kemudian itu menjadi menarik perhatian karena ada dua komisaris dari pemegang saham minoritas yang tidak ingin menandatangani persetujuan atas laporan keuangan yang di-audited oleh BDO, yang mana itu BDO dipilih langsung dan e disetujui oleh komisaris itu sendiri. Jadi, semua transaksi yang ada di laporan keuangan Garuda itu sudah melalui laporan audited dan diaudit oleh independen auditor BDO. Yang mana itu di tunjuk langsung oleh komisaris. Transaksi tersebut sudah kami laporkan juga sesuai dengan compliance di Garuda di November, Desember, dan Januari. Namun, pada last minute memang dua komisaris tidak menyetujui dengan alasan ada beberapa hal yaitu tidak sesuainya dengan PSAK 23 dan tidak diakuinya pendapatan tersebut secara utuh. Jadi memang harus ada lagi pendapat lain. Nah ini yang kemudian menjadi menarik perhatian publik karena itu di-floor di media massa. Namun demikian kami juga sudah diperiksa oleh OJK dan BEI. Sampai sekarang kami sudah memenuhi semua permintaan data dan saat ini kami juga lagi diperiksa oleh BPK. Dan semua data sudah kami sampaikan, dan kami memang lagi menunggu hasil dari pemeriksaan dari BPK. Adapun background kenapa citilink memilih transaksi tersebut, karena memang pendapatan dari tiket itu semakin lama semakin berkurang. Mengingat tiket cost variable-nya itu cukup tinggi seperti VIU. Terus kemudian kurs mata uang rupiah yang terus melemah. Namun harga tiket di TBA nya tidak pernah dinaikkan. Nah TBA ini sendiri ditetapkan di tahun 2014 kemudian di tahun 2016 April. Itu ditetapkan TBB-nya yang telah bawahnya. Kemudian tahun 2019 TBB itu dinaikkan dan kemarin malah kita diturunkan 15%. Jadi dengan landasan tersebut di Oktober, 2018 Ctilink menandatangani perjanjian tanpa mengeluarkan uang sedikitpun dari Citilink maupun dari Garuda Group. Itu yang menjadi landasan kenapa dipilihnya Mahata. Karena mereka mela memberikan keuntungan karena tidak mengeluarkan apapun dari Garuda Group. Adapun partner dari Mahata tersebut adalah Lufthansa System dan Lufthansa Teknik serta Inmarsat. Nah, jadi memang 3 perusahaan tersebut yang cukup bonafide untuk teknologi wifi tidak berbayar. Adapun transaksi tersebut adalah sesuai dan comply dengan PSAK 23 seperti yang diaudit oleh auditor BDO. Dimana pengakuan pendapatan atas biaya kompensasi pemasangan perangkat konektivitas tersebut sebagai bentuk penyerahan hak eksklusif dan atau royalty kepada pihak ketiga yang berdasarkan substansi perjanjian yang relevan. Jadi memang ini sudah sesuai dengan PSAK 23 dan BDO sendiri sebagai auditor sudah di-interview oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dan sampai saat ini kita belum menerima lanjutan dari pemeriksaan tersebut.

...... :

(rekaman tidak jelas)

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya, Oke, BDO ini adalah e big 5th world accounting firm tapi kepanjangannya memang nggak ada Pak. Jadi memang mereka tulis BDO aja dan apa namanya local partner-nya adalah Tanusubrata dan mereka merupakan lima besar di Indonesia. Jadi lima besar, jadi dan penetapan oleh dewan komisaris itu sesuai dengan Surat Komisaris juga tanggal 12 November 2019. Melalui tender, dan ditunjuk oleh komisaris, dewan komisaris. Oke, sekilas memang itu yang terjadi di dan sampai sekarang memang kita dalam pemeriksaan BPK terkait dengan compliance dari transaksi tersebut. Dari BII kami sudah melakukan public expose sebanyak dua kali dan tiga kali, sama bersamaan juga dengan public expose yang pertama kali kita lakukan di November 2018. Jadi memang kita sudah memenuhi, apa yang sudah dimintakan oleh BII namun oleh BPK pemeriksaannya mungkin masih berlangsung. Sebelum lebaran mungkin mereka akan memberikan kepada Kementerian BUMN sebagai pemegang saham. Demikian pak pimpinan, sekilas mengenai transaksi e wifi konektivitas dengan (…rekaman tidak jelas…).

KETUA RAPAT:

Jadi itu penjelasan terkait dengan laporan keuangan. Oke. Kemudian soal tarif tiket?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Oke, kalau soal tarif tiket.

KETUA RAPAT:

Oh atau mungkin Anda singgung soal laporan keuangan perlu tidak posisinya yang kemudian sekarang sudah menjadi lebih baik dan seterusnya saya kira perlu di.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ada perlunya sedikit Pak. Jadi untuk laporan keuangan Garuda Indonesia memang tahun 2017 per Desember one year full satu tahun itu mengalami kerugian sebesar 237.000.000 US$. Dan itu memang lebih banyak disebabkan oleh operasional. Nah di tahun 2018 sebelum ada transaksi Mahata dan Garuda Group. Itu memang kita sudah masih membukukan lost sekitar 130.000.000 US$. Dan itu semakin membaik dengan quarter dengan keluarnya hasil quarter satu 2019 yaitu profit sebesar 20.000.000 US$ dimana quarter pertama.. quarter yang sama di tahun 2018 itu masih rugi 65.000.000 US$. Kenapa ini sudah berbalik biru.. dan sorry saya tambahkan lagi cashflow kita from operation itu sekitar 227.000.000 US$ di tahun quarter satu 2019. Kenapa ini bisa berbalik? Ada beberapa yang kita lakukan terobosan direksi yang baru dipilih oleh pemegang saham September 2018, yaitu kita melakukan restrukturisasi di kargo, dimana kita bisa mengangkut beberapa kargo itu langsung ke China dan Jepang. Dimana sebelumnya kita selalu menggunakan pihak ketiga. Kemudian kita juga melakukan restrukturisasi bisnis model di umroh dan haji. Dimana sebelumnya kita selalu merugi dan kita implementasi per Maret kemarin kita sudah melakukan membukukan keuntungan. Begitu juga dengan tiket kita selalu monitor single price yang kita lakukan dan monitoring yang ke ketat. Itu tidak ada lagi tiket-tiket yang e dalam quote end quote bermain mata dengan travel agent. Jadi ada beberapa hal juga yang kita lakukan sehingga revenue naik, cost juga turun.

F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):

Izin pimpinan. Kalau bisa agak sedikit dalem gitu ya. Dalam arti supaya kita lebih jelas karena awam sekali. Misalnya, tadi umroh, haji hanya dijawab bahwa ada keuntungan. Kita pengen denger gitu karena masyarakat yang kita jelaskan tu ingin sekali tahu. Karena kan kalau kita kaget-kagetan saja kan, rugi besar naik lagi. Nah, tolong saja walaupun tadi saya setuju terobosan itu baik, jadi tolong agak sedikit lebih dalam. Contohnya misalnya umroh, haji, mart udah ada untung. Pengen tahu darimana sih untungnya.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Terima kasih Pak Adang. Ya, dulu kita Garuda membuka ke seluruh travel agen, dimana margin- nya itu berbeda-beda. Nah kami melihat, mencontoh yang dilakukan Saudi dan Turki, dimana mereka mempunyai eksklusifitas terhadap travel agent. Nah, di travel agent yang sekarang itu kita mendapatkan top up. Jadi mereka harus menyetor uang tertentu, hingga 500 miliar sebelum keberangkatan. Jadi margin-nya pun kita patok Pak. Jadi kita patok sekitar 5% margin minimum dan mereka harus menyetor uang penuh sebesar 95% tingkat hunian pesawat. Sebelumnya yang terjadi adalah kita membuka kepada semua travel agent dan travel agent yang kecil-kecil itu sering mem-booking dan ada ya saya sampaikan bisa ada mungkin deal date tersendiri sama beberapa oknum di organisasi kita. Itu pada waktu hari keberangkatan kosong. Sehingga kapasitas pesawat 393 penumpang itu hanya diisi oleh 70 penumpang. Itu yang menyebabkan pada waktu itu Garuda jebol. Nah itu kira-kira seperti itu pak. Nah memang pada waktu rapat kemarin Komisi VI menanyakan bahwa ini kan seharusnya tidak bisa harus dilayani semua. Tapi kami bisa sampaikan di sini market share-nya Saudi Arabia Airlines itu, itu 60% dibandingkan dengan kita. Dulu kita lebih parah lagi pak, kita cuman 25%. Dengan adanya perubahan bisnis model yang kita tiru dengan Saudi ini kita sekarang di market share-nya di 50%. Lion Grup, Lion Grup di 5% dan Saudi sekarang di 45%. Jadi ini yang bisa e kita dan harga memang kita tidak patok tinggi karena ini menyangkut umat. Kita patok di sekitar 8,5 juta rupiah per orang. Adapun jumlah fuel surcharge, itu sekitar 3,5 sampai 4,5 juta tergantung harga minyak. Jadi harga finalnya itu di sekitar 12,5 juta. Itu harga lebih rendah daripada harga yang dipatok pada Garuda dulu sebelumnya tetapi margin kita patok 5%. Demikian pak Adang untuk ini nya.

F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):

Terima kasih Pak. Penjelasan seperti ini penting karena kita bisa diskusi dengan yang nanya dengan kita gitu lho. Ya udah maaf, kalau Bapak terlalu, mungkin bapak tahu. Tapi yang kita dengar belum tentu tahu. Terima kasih mungkin ada yang lain juga.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Betul Pak.

F- DEMOKRAT (SARTONO, S.E., M.M.):

Sudah bisa tanya jawab nih. Oh belum selesai. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Baru laporan keuangan.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya, ya. Jadi di laporan itu yang menyebabkan kita mempunyai, kita mempunyai turn around yang cukup bagi banyak orang, bagi banyak orang mungkin bertanya. Kenapa kok bisa sedemikian cepat dan memang kita bisa buktikan kita listed company. Kita terbuka yang paling penting adalah cashflow-nya Pak. Jadi kita mempunyai cashflow yang cukup baik. Namun demikian, memang mungkin untuk quarter kedua ini agak sedikit menurun. Karena memang oleh pemerintah kita diminta untuk turun 15%, dengan penurunan TBA 15%. Namun, kami juga sudah mempunyai beberapa strategi untuk tetap untung di tahun 2019 quarter 2 hingga quarter 4 2019. Itu yang demikian untuk kami laporkan, di laporan keuangan 2018-2019 quarter 1.

KETUA RAPAT:

Terkait dengan laporan keuangan artinya memang kalau melihat penjelasan pak dirut tadi ya revenue utama memang dari tiket ya. Kemudian tadi ada dari kargo kira-kira sampai berapa persen?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ada kargo per bulan sebagai contoh pak di tahun 2018 sebelum kita melakukan apa restrukturisasi kita hanya mendapatkan 15 juta rata-rata. Sekarang sudah di 25 juta per bulan. Jadi ada beberapa memang kami, kami sampaikan di sini, awal-awal kami memang diprotes oleh ASPRINDO. Namun kemudian kami sudah melakukan sosialisasi dan sekarang mereka justru mendukung karena memang sebelumnya terus terang memang ada ketidakterbukaan dan memang per kilonya itu memang sudah ada kongkalikong lah Pak dengan agent-agent. Namun kami pastikan agent- agent tidak perlu lagi memberikan apa namanya uang quote end quote kadedeh gitu pak. Sehingga mereka pun lebih seneng sekarang dan terus terang mereka sekarang dengan layanan Garuda lebih lebih happy. Dan itu menyebabkan per bulan pak itu naik 10.000.000 US$ per bulan rata-rata.

KETUA RAPAT:

Apa yang anda lakukan kan pemainnya banyak itu di situ. Yang ya yang selama ini mendapat rejeki dari ilegal itu. Maksudnya dari aktivitas beban kargo berapa ton dibilangnya berapa turun sekian dan sebagainya. Ya, itu apa yang anda lakukan kok bisa memotong itu semua?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya minimum yang kita lakukan adalah yang di area kita sendiri Pak. Jadi garuda itu memang sistemnya pada waktu itu memang masih manual. Jadi yang dilaporkan dan yang tertimbang itu bisa jauh Pak. Dan waktu saya datang ke sana sama direktur kargo saya itu 215 timbangannya dilakukannya cuma 15. Yang ini sebenarnya bukan hanya apa namanya merugikan, tapi.

KETUA RAPAT:

Ini udah kaya pemilu aja. 215, ditulis 15.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Tapi yang paling penting ini adalah safety-nya Pak. Jadi yang terma yang terdata itu cuma 15 kilo, cuma 15, 15 kilo tapi real-nya 215. Itu yang sangat membahayakan. Jadi itu yang kita, kita apa rubah dan terus terang pada waktu di sana kita merubah memindahkan 2 hingga 213 orang pindah dari 1 divisi itu Pak, divisi kargo. Jadi memang kita nggak main-main system kita rubah terus. Kemudian orangnya memang yang ada satu pegawai yang 30 tahun nggak naik pangkat, tinggalnya di sana, tetapi happy-happy aja pak. Jadi kuliah anaknya di Inggris, jadi hal-hal seperti itu pak. Tapi di luar itu kami tidak punya otorisasi jadi di sekitaran mungkin dari bea cukai, Angkasa Pura I, Angkasa Pura kita nggak punya otorisasi untuk itu pak. Jadi yang kita perbaiki hanya di daerah kita saja. Gitu Pak Pimpinan.

ANGGOTA DPR RI:

(…rekaman tidak jelas…)

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Saya nggak bilang begitu pak, tapi yang harus diperbaiki hanya tempat kita Pak.

F- DEMOKRAT (SARTONO, S.E., M.M.):

Pimpinan, saya pikir perlu dipanggil AP I, AP II, III itu.

KETUA RAPAT:

Siap Pak, cuman bea cukai kita nggak bisa panggil Pak. Oke baik, jadi terkait kargo itu menarik ya nanti mungkin Bapak-bapak juga bisa dalami, cermati. Tadi disampaikan anda sampai melakukan bukan lay off ya tetapi..

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Pemindahan.

KETUA RAPAT:

Memindahkan 200.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

213 orang.

KETUA RAPAT:

213 personil dan bertahap. Kita tidak mendengar gejolak, jadi ini langkah-langkah yang menurut kami patut diapresiasi.

Baik.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ini sebagai tambahan Pak, kargo kita juga sekarang sudah mau memulai penerbangan untuk hasil-hasil produknya maritim Pak, langsung dari Makassar ke China dan ke Jepang. Ini sangat membantu sekali petani- petani, nelayan di sekitar Indonesia Timur, karena sebelumnya itu dikuasai oleh tengkulak lang harus ke Jakarta Pak. Jadi, kadang-kadang per kilo hanya dihargai 50.000 tapi kita dapet, kita jual di Jepang itu bisa jutaan rupiah per kilonya Pak. Jadi ini yang kami sudah akan gencar juga menawarkan kepada semua pengusaha-pengusaha ikan, tidak perlu lagi dibekukan apalagi ke Jakarta Pak. Udah ke Jakarta mahal, habis itu di situ dibekukan dan oleh ini penguasanya Swire Pak, Swire itu Cathay, Cathay pacific. Ini mereka ini besarnya dari kargo Indonesia pak, jadi kita bisa bayangkan orang Hong Kong itu Cathay Pacific itu kaya dari kita dari sejak jaman dulu. Nah ini yang kita akan, kita sudah lakukan langsung dari Makassar ke Guang Zhou, ke apa namanya kemaren ke Shenzhen, terus kemudian ke Tokyo. Jadi kita.. bukan kita kita pingsankan dulu sedikit Pak ikannya bukan mati beku, sehingga, itu nilai jualnya bisa 4x 5x. Ya fresh, life pak. Jadi itu yang kita sehingga petani itu mendapatkan yang lebih baik dan itu pendapatan kita juga lebih baik. Rencananya sampai dengan tahun 2019 ini kita akan mengkonversi pesawat kita kargo itu ada 4. 1, 330, 3, 737, dan 738. Terkait laporan keuangan ini, kalau tidak ada ini, mungkin nanti di pendalaman. Saya sekarang soal isu tiket?

KETUA RAPAT:

Ya, silakan.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Soal isu tiket, beberapa hal yang sudah kami sampaikan juga di dalam RDP sebelumnya, mungkin kami akan sampaikan. Seperti saya sudah sampaikan tadi, 2014 tarif batas atas itu tidak pernah berubah. Jadi ditetapkan pertama kali di tahun 2014 dengan komponen fuel nilai mata uang rupiah against US Dollar yang sangat berbeda dengan kondisi 2019. Jadi dari dalam kurun 5 tahun itu kurs itu dari kisaran 10.500 hingga sekarang 14.400, kemudian fuel itu dikisaran sekitar 60-an sekarang sekitar 70-an US Dollar, dan itu yang menyebabkan kita juga harus banyak melakukan inovasi untuk penghematan. Harga jual saat ini sebelum kita sesuaikan di tahun 2019, itu kisaran di 70% dari TBA. Nah, ini kita naikan menjadi 20-25% dari TBA, jadi 95% dari TBA. Nah, disini yang memang terlihat ada kenaikan namun kenaikan yang tertinggi itu sebenarnya ada di segmen LCC. Kalau Garuda, Pak, kalau dari saya lahir itu saya juga susah naik Garuda, waktu saya lahir. Itu memang stand-nya mahal dari awal dan memang kita naikan 20%, karena kita sudah tidak tahan dengan harga fuel dan kurs yang memang melemah. Jadi memang mau ga mau memang kita harus naikan dan sepanjang itu kita tidak pernah melanggar aturan dan undang-undang yang ada yaitu di Peraturan Menteri 14/2016. Jadi, kita pun sesuai dengan arahan dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham. Kita sering memberikan kita sudah dan sering melakukan pemberian diskon kepada senior citizen di atas 60 tahun, diskon sampai dengan 50%, veteran, mahasiswa dan pelajar. Jadi memang sesuai kena sasaran semua. Bukan yang merata turun di 30%. Kita pernah exercise diminta turun oleh Kementerian Perhubungan, kita turun sampai dengan 35% dan kita hasilnya loss 12 juta, Pak. Jadi, April ini nanti kita akan loss 18 juta. Karena memang kita memenuhi penurunan tarif yang diminta oleh Kementerian Perhubungan hingga 35%.

KETUA RAPAT:

Sebentar, tolong Anda ulang ini penting. Dengan anda mengikuti himbauan atau permintaan dari regulator untuk menurunkan tarif sampai 15%.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

35%, Pak.

KETUA RAPAT:

Yang sekarang?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Oh kalau sekarang hanya 15%, Pak.

KETUA RAPAT:

15%? Oke. 15% Anda loss berapa dalam 1 kuartal?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

35% itu kita turun, itu 18 juta dollar.

KETUA RAPAT:

Oh 18 juta?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Oh bukan kuarter, satu bulan, Pak.

KETUA RAPAT:

Oh satu bulan, kalau 35%?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Satu bulan 35%

KETUA RAPAT:

Kalau 15%?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

mudah-mudahan kita masih bisa break event point, Pak.

KETUA RAPAT:

Oh, artinya kerja rodi ya? Maksudnya..

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ceteris paribus. Ada beberapa pengurangan (…suara tidak jelas…) dengan pengurangan yang seperti saya sampaikan tadi.

KETUA RAPAT:

Ya. Dari itu ya oke?

F-P.NASDEM (Drs. NYAT KADIR):

Interupsi, Pak Ketua.

KETUA RAPAT:

Iya. Silakan. Silakan Pak Nyat, silakan.

F-P.NASDEM (Drs. NYAT KADIR):

Dengan penurunan tarif tadi, keuntungan yang Bapak ekspos sebelumnya 2% per tiket, nah sekarang tinggal berapa persen keuntungan per tiket? DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Kalau 18 itu kita loss sekitar 3% Pak, Per tiket. Ya jadi kita untung quarter 1 itu 20 juta, per April itu kita loss. Tapi kita sudah mempunyai rencana untuk pengurangan beberapa biaya komponen biaya lagi mudah- mudahan Juni nanti kalau sudah lebaran. Kalau lebaran pasti.. lebaran juga agak susah Pak karena kita one leg. Jadi gini, walaupun penuh misalnya ke dari sini ke Jogja tapi orang Jogja yang ke Jakarta itu kosong. Jadi, SLF-nya, tingkat isiannya tuh hanya 50-60%. Dengan kondisi harga yang sudah diturunkan 15%, SLF kita itu minimum harus di 78%. Jadi kita harus pinter- pinter nyari travel agent lagi yang meng.. mengumpulkan orang untuk datang ke Jakarta dan kita standby 50.000 seat tambahan Pak, tapi namun, sampai saat ini kita belum melihat adanya lonjakan booking dari pesawat. Jadi kita standby posisinya.

KETUA RAPAT:

Situasi ini anda sampaikan kepada Kementerian Perhubungan pada saat anda diminta menurunkan harga?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Sudah Pak, kita sampaikan dan kebetulan waktu itu juga ada Kementerian BUMN dan di setiap dengan Kementerian Maritim juga kita sampaikan. Namun memang pada waktu itu kita mendukung untuk ap.. 17 April, Pak.

KETUA RAPAT:

Sebelum saya lemparkan kepada Anggota, ada satu saya ingin ingin apa ingin penegasan, tadi Anda menyampaikan soal bahan bakar, avtur. Itu kan ada persoalan kurs yang terus naik dan juga soal harga. Soal harga ini, mencuatnya ke publik, harga avtur kita kan lebih mahal daripada benchmark misalnya Changi gitu. Apakah situasi ini masih terjadi?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Kami sudah berbicara dengan Pertamina, Pak. Jadi kami memilih Pertamina untuk blanket. Pembelian blanket Pak. Jadi pertamina khusus di Garuda memberikan harga yang cukup kompetitif karena kami setiap negara, itu akan kami beli dari Pertamina. Jadi memang sebelumnya transaksi ini tidak ada dan sebelum-sebelumnya di manajemen sebelumnya, mungkin harga Pertamina memang terasa jadi lebih mahal. Namun dengan blanket apa namanya sales.. kita membeli produk Pertamina di seluruh negara, sehingga Pertamina memberikan harga yang lebih rendah, plus kita mendapatkan term of payment yang lebih dari pada Lion Grup dan Air Asia. Jadi cukup membantu cash flow kita Pak. Yang terpanjang kita diberikan sampai dengan 6 bulan, term of payment. Jadi, sekarang ini bukan dari harga pertaminanya mahal atau tidak, tetapi harga fuel global yang naik signifikan karena ada perang trade war antara Cina sama US. Demikian, Pak.

KETUA RAPAT:

Baik, ada hal lagi yang ingin disampaikan terkait persoalan harga mungkin ada masukan?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Oke, untuk harga. Pada tahun 2016 kami juga mendapatkan teguran dari pemeriksaan BPK bahwa Garuda menjual harga dibawah harga pokok produksinya. Sehingga kami tidak boleh lagi menjual harga di bawah harga pokok produksi. Maka itu di tahun 2019 kita menjual di atas harga pokok produksi kita dan itu yang mungkin menyebabkan isu harga tiket nasional menjadi mencuat. Namun seperti yang saya sampaikan, sebenarnya yang mengeluh adalah penumpang-penumpang, pedagang yang memang menjadi langganannya Lion. Lion Grup sendiri sebenarnya tidak banyak menaikan harga, tetapi bagasi berbayarnya yang menjadi isu Pak. Sehingga harganya itu juga cukup lumayan mahal. Itu yang menyebabkan harga tiket cukup kelihatan mahal di masyarakat bawah. Kemudian, dapat catatan juga di tahun 2017 kita rugi 3,2 triliun. Ini yang menyebabkan kita harus mau gak mau kita mengurangi biaya dan menaikan harga. Saya rasa demikian yang bisa saya sampaikan dengan mengenai tiket, harga tiket nasional. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Dirut. Pak Deputi, apakah ada hal lain yang ingin disampaikan? Artinya dalam konteks ini, Kementerian BUMN menyikapi dinamika yang terjadi di teman- teman BUMN berhadapan dengan regulator Kementerian yang lain? Silakan, Pak Deputi kalau ada yang mau ditambahkan. Pak Ari tolong dimatikan microfonnya.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Oh sorry.

DEPUTI BUMN:

Terima kasih, Bapak Pimpinan. Khusus untuk avtur pada setelah rapat tanggal 6 Mei yang lalu, Bu Rini memanggil Bu Nicke untuk mengetahui seberapa jauh si harga avtur kita dibanding dengan di tempat-tempat lain? Beliau sudah menyampaikan bahwa harga avtur kita itu di bawah dari pada harga yang ada, termasuk di bawah dari harga yang ditetapkan dari Menteri ESDM. Jadi kalau dari.. dari sisi itu nanti kami sampaikan copy-nya kepada Bapak Pimpinan mengenai harga-harga itu. Sehingga dari sisi avtur kami sudah sampaikan juga kepada Ibu Dirjen Perhubungan Udara bahwa harga avturnya sudah di bawah dan memang selama ini airline merasa bahwa avtur sebagai salah satu faktor. Nah dari sisi tadi yang diawali Pak Ari Askara tadi menyampaikan sudah, untuk harga udah oke. Di-restrack untuk membayarnya 6 bulan dan sebagainya, ini jauh lebih bagus lah, ini yang pertama. Yang kedua tentang apa kenaikan penambahan TBA itu memang kewenangannya regulator dari pada saat rapat, Ibu Menteri menyampaikan bahwa kita serahkan kepada regulator untuk memberikan keputusannya. Karena kami sebagai operator tidak mempunyai kewenangan, tinggal nanti kita menghitung. Memang di dalam rapat kami sampaikan bahwa harga pokok dari Garuda sendiri itu dikisaran.. berapa? Berapa Mas? 82%? (bertanya kepada jajaran) 85% dari TBA nya. Jadi, artinya kalau dijual di bawah harga itu, tadi Garuda akan akan akan mengalami kerugian, itu aja. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih Pak Deputi.

Bapak/Ibu sekalian, Anggota Komisi yang saya hormati.

Saya persilakan, kalau ada yang ingin didalami. Pak Sartono boleh, saya persilakan dulu, silakan Pak.

F-P.DEMOKRAT (SARTONO HUTOMO):

Biar cepat buka puasa kita. Terima kasih,

Pimpinan yang kami hormati, Rekan-rekan Komisi VI, Pak Deputi, Pak Gatot, Pak Dirut Garuda beserta seluruh jajarannya.

Betul, berapa minggu yang lalu saya di grup Komisi VI di WA tentang apa merespon tentang penolakan laporan waktu itu dan saya pikir sudah di Pak Dirut sampaikan tadi. Gamblang ya hal itu. Ya saya inginkan sebetulnya waktu itu bisa diselesaikan di dalem lah ya, tidak sampai ke ke luar, dan tadi Pak Ketua, Pak Teguh bahwa kita tidak bisa diem lah, kita kan ditanya oleh masyarakat. Nanti plonga plongo kita ini kalau ditanya dan saya pikir tadi sudah diberi penjelasan. Menyoroti tentang harga, waktu minggu yang lalu Pak Ketua, kita adakan RDP juga. Saya pikir, BUMN ini kan harus sehat, harus untung. Kalau udah untung, sehat, untung dan memberikan kontribusi kepada apa.. apa itu ke negara lah, ke APBN. Sebetulnya, kebijakan-kebijakan dia itu, tidak bisa diintervensi. Regulator juga tidak bisa intervensi. Nega.. apa pemerintah kalau intervensi, penugasan, ya dia harus lewat APBN, PSO APBN. Anda turunkan 15%, saya cover ini apa dana itunya apa untuk operasionalnya. Harusnya begitu waktu (…suara tidak jelas…) obligation, tapi kok diintervensi, rusak itu pranata-pranata itu, kepentingan-kepentingan di situ, bisa juga kepentingan politik. Akhirnya menjadi ga bebas bergerak, dibikin, dipaksa jadi rugi, jadi tidak untung. Padahal kan harus dipaksa untuk sehat, untuk untung. Untungnya bisa di sebagai demikian bisa di apa berikan kepada APBN, nah Di APBN itu lah diatur apa diatur di situ. Nah ini ini yang saya pikir juga menjadi concern, kita DPR jangan terlalu sering dan banyak diintervensi karena ada kepentingan-kepentingan di situ. Biarkan dia tumbuh kembang, sehat, tapi kalau ada perintah untuk menyesuaikan harga dan sebagainya, negara, APBN hadir untuk memberikan dana PSO tersebut. Ini saya pikir harus clear itu. Supaya BUMN ini juga berjalan pada koridornya gitu. Kalau tidak nanti dia ragu gitu, dikit- dikit ditegur, dikit-dikit ditegur, ditegur dikit-dikit kan gitu. hahahaha. Ini yang yang sangat mendasar sebetulnya dan apa. Bahkan waktu beberapa bulan waktu itu, diwakili oleh Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani Saya sampaikan. Apakah tidak bisa? Kita ini kan punya Anggota DPR seluruh Indonesia itu berapa ribu. PNS, TNI, ada spesial harga gitu atau diskon dan di bukan di paksa tapi ada himbauan semua pake Garuda, itu selesai itu. Satu tahun udah untung gede itu. tapi beda beda dikit gitu aja, semua pake Garuda. Selama ini saya selalu pake Garuda terus Pak Dirut, loyal lah. Loyal apa itu customer saya. Nah ini, dalam artian kan harusnya begitu gitu. Jadi kalau, tidak bangga sebetulnya, wah dipaksa turun oleh regulator, ga paham. Jadi waktu dia menugaskan sudah ada uang ini. Saya turunkan 15, tapi APBN ini udah membantu anda. Anda bekerja dengan apa, apa itu dengan fokus, tapi kalau begini kan menjadi apa diintervensi lah gitu kan. Walaupun atas nama untuk kepentingan rakyat. Nah, negara, pemerintah harus menyiapkan anggaran itu. Ah itu itu kalau saya melihat, Pimpinan. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Sartono. Berikutnya, Pak Lili izin Pak Nyat Kadir dulu biar kayak wipper. Silakan, Pak Nyat kadir.

F-P.NASDEM (Drs. NYAT KADIR):

Terima kasih.

Yang terhormat Pimpinan, dan Bapak-bapak Ibu-ibu Anggota DPR RI, Pak Deputi, Pak Dirut.

Kalau saya tidak begitu loyal, Pak Sartono. Mana yang murah, saya naik. Batik ya kalau ke Batam itu Batik lebih murah 1 juta-an. Nah itu, saya numpang Batik ya kan. Kalau loyal, mahal sekocek koyak, saku koyak kan ga ada gunanya juga loyal seperti itu. jadi tapi lebih banyak di Garuda lah karena Garuda itu lebih nyaman, ya pelayanannya bagus ya. Go International lah, kita harus akui. Pelayanannya sangat full service ya. Kita bandingkan ama Batik. Batik itu mmm mungkin murahnya karena dia tidak ada koran, ya tapi ada lebih pelayanannya kita di jemput oleh (…suara tidak jelas…) pelayana pelayana pelayan dia stafnya yang cantik- cantik, di jemput ya. Nah itu kelebihannya itu anu.

(rekaman tidak jelas)

Kalau soal cantik, bukan tidak tergantung umur kalau cantik itu ya kan. Itu Pak, itu kelebih kelebihan dari apa Batik itu dia jemput yang kelas bisnis itu. Jemput sampai ke apa.. pergi di antar ya, waktu kita sampai di jemput. Yang cantik-cantik yang disodorkan. Nah itu kelebihannya. Kalau Garuda dia cuek aja. Kalau Garuda kita terus terang kadang- kadang kaku ya, ya terus terang kadang-kadang gak ga kenal. Kita bolak balik kok ga kenal siapa Nyat Kadir di situ, ya kan. Orang udah bolak balik gitu, beli tiketnya pake ga kenal. Itu harus Bapak tegur juga karena gara-gara KTP saja, tak tunjukan KTP. Kelas bisnis ini, “oh ga bisa”. Saya bilang, “kalau ga bisa saya pulang saja”. “Oh ya Pak”, itu kurang etik menurut saya kita harus mengenal ya. Orang yang bolak balik apalagi yang apa namanya yang sedang langganan kelas bisnis itu Pak, harus di kenal loh. Apalagi orang situ yang sudah berkarat, bolak balik di belakang. Nah itu soal pelayanan di ini Pak, kalau di dalam bagus Pak. Ya, nomor 1 lah kalau di dalam. Ini dalam pesawat ya. Ramah tamah, walaupun pramugarinya udah ada tua-tua juga, ya kan.

(rekaman tidak jelas)

Iya Pak, soal ini saya rekam lengkap Pak. Ya dari makanan lebih enak, terakhir makan lebih enak lah. Pokoknya itu kelebihan lebih lebih hebat di ini lah. Ya,saya ingin nanyakan gini Pak, Pak Pahala itu yang terakhir dengan kita, sama aja nih masalah.. kerugian dapat ditekan dari 3 koma sekian jadi separuh 58% atau berapa ya, saya lupa. Kalau ga salah tahun 2018 kita ketemu lagi itu sama aja, itu masalah avtur ya itu tuh 40-50% menyedot tanah itu kan. Kemudian sewa dalam dolar ya segala macem, sewa pesawat ya. Tapi, kita tanyakan gimana untuk masih memperkecil kerugian-kerugian tetap negosiasi sama si penyewa. Tapi tiba-tiba, nah ini, yang mengejutkan kita baca (rekaman tidak jelas) tiba-tiba hanya dengan transaksi wifi itu langsung untung sekian miliar. Saya tau lupa 7 miliar atau berapa gitu. Sudah dihitung itu keuntungannya, itu yang ingin saya ingin tanyakan. Kok tiba-tiba gitu dari 1,6 itu langsung hilang itu kalau tidak salah dari 2018 pertengahan atau di ujung ya Pak Pahala itu? Ya Pak, itu bagaimana hitungannya itu? Sehingga dia sudah untung gitu, walaupun hanya sekian entah 7 miliar entah berapa gitu, mohon penjelasan untuk hari ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik. Setelah ini memang alam layu nih, sudah berkelok-kelok soal pramugari, soal layanan. Tau-tau pertanyaannya soal Mahata lagi. Baik, Pak Nyat Kadir tapi saya baru tau rupanya Pak Nyat Kadir ini observasinya lengkap. Jadi, mohon perhatian Pak Ari, jadi tiap Pak Nyat Kadir terbang tolong disiapkan yang terbaik. Karena, beliau terpilih kembali Pak. Baik, saya persilahkan Pak Lili.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Terima kasih, Pak Ketua.

Pak Gatot yang saya hormati, Pak Dirut Garuda beserta jajaran yang saya hormati.

Hampir sama barangkali semua di DPR ini, mau mendengar kejutan yang beberapa waktu yang lalu yang disampaikan oleh direksi di zamannya Pahala kerugiannya cukup besar, tapi, tau-tau dalam waktu singkat bahwa Garuda sudah hijau apa biru lagi. Kita gembira bahwa apa namanya itu, BUMN bisa mendapatkan keuntungan yang besar. Saya takut, sekarang juga barangkali ada Krakatau Steel sudah terseok-seok. Nah ini juga ada lagi banyak lagi ya apa, BUMN yang apa namanya yang istilahnya yang mengalami khususnya barangkali di PTPN. Hampir semua PTPN I sampai XIV juga begitu. Jadi ada khawatiran. Nah jadi Garuda saya kira barangkali karena terus terang aja, Garuda ini kan ya kita selalu sebagai Anggota DPR berlangganan dengan apa Garuda. Tadi Pak Adang bilang, “Kita mah udah lama jadi customer apa Garuda” katanya, “Jangan yang umur yang 70 tahun” kata Pak Adang “dapet diskon”, ya Pak Adang. Cuman kita ga tau, diskon apa engga ya. Cuman ya tekan-tekan aja. Tapi, apa namanya itu Pak Adang udah lama, hampir mungkin berapa tahun Pak Adang? Puluhan tahun ya.

KETUA RAPAT:

Tetapi Pak Lili, itu tidak berlaku pada Anggota Dewan..

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

(rekaman tidak jelas) ya? Kita gak tau, dapat ini dapat diskon. Saya apa sejak 30 tahun pake Garuda, sejak di DPR. Jadi ke ini juga tergelitik juga ini. itu intermezo Pak. Yang saya inginkan, pada waktu kita rapat dengan Pak Bahar dulu ya, disebutkan bahwa kita ini leasing-nya ini apa namanya itu pesawatnya kan cukup banyak. Yang pernah saya dengar, yang punya Garuda sendiri hanya 13 pesawat dari 133. Jadi, kalau kita lihat dari di dari biaya produksi, tentu kan tadi disebutkan ada bahan bakar, kemudian ada leasing nah ini mungkin barang kali, kemudian yang lainnya. Nah dari 3 komponen ini mana yang paling besar? Leasing? Sebab kalau umpamanya ingin keuntungan yang besar, berarti itu biaya produksinya harus turun. Nah harus turun-nya dari komponen-komponen tadi kan bisa di dilihat. Nah saya ingin tahu, apa namanya paling banyak biaya produksi hmm nya yang mana Pak? Leasing-nya? Atau bahan bakarnya? Atau yang lainnya Pak? Karena kita bisa lihat ukuran itu, hmm hmmm kalau leasingnya tadi mungkin negosiasi, ya karena mungkin dollarnya begitu dan sebagainya mungkin turun atau mungkin bahan bakarnya tadi disampaikan Bapak (rekaman tidak jelas) ini juga terlalu mahal dan sebagainya ya. Juga mungkin bisa negosiasi dengan apa dengan PLN eh dengan ini dengan Pertamina. Kebetulan, Pertamina kan Pak Pahala jadi Direktur Keuangan Pertamina ya masih ada ini ya apa link ya ke sana. Itu yang barang kali yang ingin saya tahu Pak. Sebab, apa namanya itu kita leasing ini kalau kepunyaan kita 13, ke leasing-nya lebih besar, kita kan berat. Berat untuk bisa apa namanya itu menekan biaya produksinya itu. Itu yang pertama Pak. Yang kedua, ini juga kaitannya dengan apa dengan biaya produksi tadi. Tapi saya lihat di sini, perkembangan bisnis kargo. Jadi di sini, bisnis kargo ini kan bukan hanya hari ini aja Pak. Mungkin beberapa puluh tahun yang lalu juga ada. Tapi di sini upamanya Bapak dengan menyampaikan pendapatan kargo, Tahun 2018, 64 juta lebih, kemudian 2019, 75 apa namanya itu juta US. Kemudian, yang apa namanya yang hebat ya, barangkali labanya dari 2018, 459.000. kemudian 2019, 10,9 juta, naiknya 2.518%. Waduh, hebat sekali Pak. ya ini kan, saya juga wah ini di mana ini sampai demikian. Hebat, saya (suara tidak jelas) hebatnya bukan main. Nah, barang kali kalau umpamanya BMN yang lain kayak begini Pak. Ini hebat ya. Ini saya ingin jelaskan Pak, sampai 200 ehh 2.518%. Jadi ini memang bukan bukan main ya, mungkin mungkin menolong bahwa apa namanya itu, labanya meningkat ini barang kali. Apa latar belakangnya sampai kita bisa, laba oprasional kargonya cukup besar atau memang kargonya lagi booming dan sebagainya. Ini mohon penjelasan. Kemudian yang terakhir, saya baru ini Pak, baru kemarin landing dari Mekah pakai Saudi Arabia. Jadi, Saudi Arabia itu kan apa namanya itu istilahnya ada semacam kemarin saya berangkat penuh tapi bisnisnya kosong. Tapi kan bisa di perjalanan bisa diubah Pak. Jadi dari ini dari ekonomi ke bisnis, Pak. Mungkin, kalau di Bapak namanya itu di ini tidak. Kalau pesawat ke sana, Bapak pakai apa 77300 atau apa ini airbus? Ya dua- duanya ya. Jadi ini, saya ingin bandingkan jadi supaya nanti kan, kenapa orang penuh sekali ke ini ke apa ke pakai Saudi Arabian. Jadi ini kan sayang ya kalau ini ada kesempatan yang sama ya lebih baik kita menggunakan apa namanya itu Garuda, pesawat kita sendiri. Jadi biayanya berapa Pak? Kalau ini ke haji ini? Karena ini kan musimnya Pak. Jadi penuh sekali apa apa namanya itu dari Indonesia ke ini, ingin tau itunya haji (rekaman tidak jelas). Itu aja Pak, terima kasih Pak.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

KETUA RAPAT:

Pak Lili sudah, dari kanan Pak Khilmi apakah ada? Tidak ada. Dari kiri Pak Damer. Saya persilakan Bli.

F-P.GOLKAR (GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E.):

Assalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Om Swastiastu.

Ketua dan Teman-teman Anggota Komisi VI yang terhormat, Pak Deputi beserta jajaran, Direksi Garuda yang saya hormati.

Ini menarik sebenarnya, memang nasibnya Pak Ari bagus juga nih. Perusahaan lagi agak berat gitu, tinggal menginovasi seidkit jadi bagus. Ya, saya lihat ini di kargo diinovasi sedikit, bagus. Karena ada ada sesuatu selama ini yang yang tidak terperhatikan itu ya. Nah kemudian saya melihat juga adanya optimalisasi dalam apa.. dalam tarif kemudian dalam pengisian daripada penumpang, itu mungkin menjadikan menarik. Hal yang menarik lagi memang sebenarnya yang sekarang ini adalah IoT itu Internet of Thing itu. Karena sekarang ini anak-anak muda saja, Ketua biar tahu aja, itu anak- anak muda itu yang main IG saja, itu penghasilannya ada yang ratusan juta ya. Yang followers nya di atas 100 ribu, itu banyak sekarang followersnya yang di atas 100 ribu. Numpang jual saja sudah. Ada lagi yang Youtube, Youtube itu yang setiap kelipatan berapa gitu yang nonton, maka dia dapat duit dari Youtube nya langsung. Jadi saya tidak heran kalau andainya ada apa... kita main di Internet of Thing ini kemudian ada pendapatan yang besar. Nah mungkin di sini juga ya kita namanya Indonesia, nah kita ini kan saya pikir mungkin ya biasa lah kita ada ‘goreng-menggoreng’ gitu kan ya. Ini saya curiganya ke sana dan masyarakat begitu ngomongnya, ini ada ‘goreng- menggoreng’. Ya terus ada juga yang berpikir, ada perusahaan dalam perusahaan, karena perusahaan yang gak masuk juga jadi ribut lagi gitu ya. Ini, ini yang berkembang di masyarakat. Nah saya secara operasional kargonya sudah saya lihat bagus dari laporan yang tadi apalagi ada yang langsung direct lagi tadi berarti quality dari barang kita akan sampai dengan baik di sana gitu. Karena biasa tuh kalau tuna dan sebagainya lewat Bali biasanya tuh, jadi lewat Bali baru ke direct ke itu. Apalagi kalau sekarang sudah ada yang direct nih tentu akan menarik secara kualitas. Ya kalau kualitasnya meningkat berarti harganya meningkat, kan gitu. Jadi banyak yang diuntungkan lah. Garudanya untung, masyarakatnya untung karena ada sistem kargo yang cukup bagus. Saya melihat juga kemarin waktu di rumah Pak Fikri di Bali ya (suara tidak jelas) ada ide kalau beban pesawat itu agak berat maka dia akan menggunakan fuel itu agak banyak ya, gitu ya tadi? Begitu Pak (suara tidak jelas)? Maka sekarang ini sebenarnya tidak menarik kalau kemarin itu saya coba ngomong itu ini. tidak menarik sebenarnya naroh tv sudah ndak menarik di pesawat. Kalau udah ada internet yang bagus ya tv tidak perlu. Buat apa buat tv? Buat apa? Orang film nya ada kok di internet segala macem tinggal di apa, di berikan internetnya gratis. Dan saya kebetulan di marcomm jadi agak mengerti tentang apa dunia marketing communication. Jadi kalau itu yang terjadi, saya tidak aneh kalau sampai seandainya ini dapat hampir 3 triliun ya untuk dapat untuk pemasukan terbaru. Ini gak aneh sebenarnya dalam dunia marketing communication, dengan adanya sekarang ini apa, internet yang masuk ke Garuda. Apalagi dengan penurunan daripada apa beratnya tv yang biasa digendong sekarang ini itu menyebabkan fuel nya turun maka tentu HPP yang tadi dipertanyakan oleh Pak Lili tentu akan turun juga, kan gitu. Jadi saya sepenuhnya sebenarnya mendukung Garuda untuk saat ini untuk, karena melihat angkanya juga secara apa, signifikan kita sudah mulai bisa berubah apalagi persoalan di dalam tadi kargo itu yang dilihat di sini ada 2.000% kenaikannya itu karena adanya ada sedikit optimalisasi. Jadi tidak efisiensi tapi optimalisasi. Kalau efisiensi nanti kalau kurang-kurang berat juga nanti, bahaya kalau terlalu banyak efisiensi di penerbangan iya kan? Jadi optimalisasi ini menarik untuk, sebenarnya kita ke depan. Jadi justru saya ingin ini secepatnya terjadi karena kalau enggak nanti membiayai beban dari kita, bebannya ke Pemerintah. Apalagi Pemerintah ingin turun terus, bebannya berarti apa? Nanti kita harus PSO atau PMN kita modal negara lagi ini kita nih, kan begitu. Mau tidak mau Garuda harus hidup gitu, karena connectivity untuk banyak hal ya kita melakukan pariwisata dan sebagainya. Nah tidak ada yang aneh sebenarnya kenapa ribut banget gitu loh. Tidak ada yang aneh kalau Saya lihat ini ya. PSAK keliatannya tidak ada yang aneh dalam PSAK, pelaporan yang semacam ini kan biasa nih gitu. Ya gak tahu nih, mungkin ‘goreng-menggoreng’nya itu. Yang saya curiga hanya itu saja sih, ‘goreng-menggoreng’ atau ada perusahaan dalam perusahaan yang gak bisa masuk perusahaan dalam perusahaaan. Itu yang saya lihat. Mungkin itu yang menjadi catatan bagi Direktur Utama nanti untuk tetap state pada kondisi memajukan Garuda ini ya dan tetap untuk menghindari adanya ‘goreng-menggoreng’ itu ya. ‘Goreng-menggoreng’. Ini bukan jualan pisang goreng jadi jangan goreng-menggoreng. Jadi itu. Jadi yang kedua, ya itu tetap jangan ada.. biasanya ini terjadi dimana- mana nih bukan hanya di Garuda. Biasanya memaksakan untuk perusahaan dalam perusahaan itu ya, perusahaan dalam perusahaan. Dan ada lagi itu dulu tuh, bukan dulu, sekarang-sekarang ini masih banyak, maka kami seperti Komisi VI moratorium anak perusahaan. Anak perusahaan yang sampai ke cicitnya gitu. Biasanya itu untuk transferring profit itu. Begitu untung dibikin anak perusahaan itu bikin anak perusahaan nanti anak perusahaan ini bekerja sama dengan yang lain gitu. Ini jadi kondisinya yang selama ini kita lihat di BUMN BUMN ini. Nah maka dari itu sangat gembira saya ketika terjadi peningkatan yang cukup tajam dalam pendapatan dan apalagi bisa menutupi daripada kerugian yang sebelumnya. Dan tentu kalau ada persoalan yang menyangkup kepada kebijakan yang akhirnya menyebabkan kerugian, ini harus bicara juga. Harus bicara masalah PSO-nya juga. Itu barangkali Pak Gatot juga harus komunikasi dengan baik dengan Pemerintahan untuk bisa jangan sampai ini sudah mulai mau untung ada pihak yang mau ‘goreng’ ada pihak yang mau menurunkan lagi terus kemudian rugi lagi. Ujung-ujungnya juga membebani APBN, buat apa gitu loh yang ujung-ujungnya membebani APBN. Kalau enggak sekalian saja PSO, jelas itu. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang terus saja menjai, bukan goreng-menggoreng sahamnya sekarang, ada goreng- menggoreng opini lagi, kan itu. Banyak goreng-menggorengnya jadinya. Itu barangkali Pak Gatot. Mudah-mudahan ini kita bisa selesaikan dengan baik dan saya yakin kalau dengan inovasi yang tadi diceritakan, dengan optimalisasi yang diceritakan tadi, tentunya dengan mempergunakan IoT itu, Internet of Thing ini akan menjadi saya rasa menjadi lebih bagus lagi. Itu pimpinan. Terima kasih

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Demer. Walaupun waktu berbuka puasa masih lama, tapi memang sekarang jam-nya menggoreng-menggoreng untuk persiapan buka. Saya persilahkan dan kami sudah siapkan buka puasa, kalau sampai magrib. Rupanya sudah selesai menggoreng itu dari pagi Pak. Silakan Pak Adang.

F- PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):

Terima kasih Pimpinan. Ini hanya tambahan saja. Saya tadi sebenarnya mau nanya juga apa yang disampaikan Pak Lili, nanti saja saya pada saat menjelaskan Pak Lili tolong dijelaskan tentang lembar terakhir nih, Saya lihat kargo.. soalnya di satu pihak saya melihat ada laba operasional tapi dipenjelasan indikator.. mungkin saya tidak mengerti, tapi tolong dijelaskan ada satu hal yang di satu pihak minus minus, tapi di sini plus, nanti lembar terakhir saja tolong dijelaskan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Adang. Berikutnya dari meja silakan Pak Steven Abraham. Ini dari Merauke. Silakan.

F- P GERINDRA (STEVEN ABRAHAM):

Terima kasih Pimpinan.

Selamat sore rekan-rekan dan Pak Deputi Dirut Garuda.

Saya Steven Abraham dari Dapil Papua. Mungkin ini saya masalah tiket bagi saya Papua luar biasa harganya, ini jadi masalah Pak. Saya tiap hari ditanya teman-teman, ditanya dari warga Papua, harga tiket ini terlalu tingginya luar biasa. Di ke Papua, Garuda 5,4. Malahan saya kalau dari Merauke bisa sampai 6 juta, 5-6 juta. Yang jadi masalah begini, kalau tadi sudah kita dengar bahwa harga tiket ini ada harga ada batas atas, batas bawah. Juga jangan sampai ini Garuda harus merugi lagi. Bagi saya, saya sadar itu penting. Garuda harus bisa survive jangan selalu rugi terus. Permasalahan yang terjadi di Papua, jumlah maskapai yang masuk terbatas Pak. Kalau tadi dibilang ada 3 maskapai dalam tanda kutip Air Asia wilayah barat saja yang ada mungkin tidak sampai di timur. Seakan-akan kenaikan harga Garuda ini ada kerjasama dengan Lion Air dalam tanda kutip buat di Papua, kenapa? Lion Air sangat menikmati dengan harga mahal ini Garuda, dia memang yang LCC tapi untungnya luar biasa begitu. Ini kan juga mungkin pihak Garuda atau anak perusahaan di Garuda mungkin itu Citilink, sambangi kesana sampai ke Papua sehingga Lion Air tidak sebebas dia, untung yang luar biasa dimana jalur-jalur ini menjadi jalur apa.. gemuk untuk dia. Garuda sedikit mahal, dia turun sedikit saja orang pindah ke Lion Air tapi full dia pasti, begitu. Ini yang saya berharap. Contoh kemarin yang di Merauke ya, di Merauke kemarin mungkin sekarang kan apa, Sriwijaya sudah diambil oleh Garuda, lalu Sriwijaya ada Pak, sekarang ndak ada. Jadi terus Garuda ini ke Merauke tiap minggu sekarang jadi empat kali. Bayangkan Pak sisanya itu di monopoli oleh Lion Group. Harganya luar biasa, keuntungan luar biasa. Jadi kalau dalam tanda kutip yang tadi saya bilang ini seakan-akan dibiarkan oleh ini Garuda untuk Lion Air Group untung luar biasa. Saya berharap juga mungkin dari pihak Garuda pikirkan kembali jalur- jalur yang tidak ada (rekaman tidak jelas) dari ini Citilink mungkin ini bisa dimasuki supaya bisa masuk Pak. Jangan kita biarkan juga Lion Air bisa menikmati ini Pak. Saya di Merauke harga tidak turun lagi, lalu Sriwijaya ada penerbangan yang direct Pak dalam arti Merauke-Makassar-Jakarta, sekarang ndak ada. Yang menikmati sekarang hanya dari Lion Group begitu, itu langsung ada yang Batik, Merauke-Makassar-Jakarta. Jadi memang kalau untuk saya, jujur kalau dari Merauke ke Jakarta saya tidak akan naik Garuda Pak. Kalau naik Garuda putar nya jauh dari Merauke-Jayapura-Makassar-Jakarta atau yang direct, tapi waktu lebih banyak Pak. Jadi saya tetap pilih naik Batik yang dulunya itu ada jalur yang Sriwijaya sekarang Garuda sudah cabut. Jadi mahal bagaimanapun saya naik karena waktunya lebih cepat untuk saya pake, dan itu harga dinikmati full oleh mereka. Itu satu yang saya minta kalau bisa jangan membiarkan ini seakan-akan kenaikan harga Garuda ini menjadi nikmat untuk Lion Group. Yang kedua Pak, masalah kargo. Tadi Bapak bilang efisiensi sudah banyak, Bapak tangkap yang dibilang yang bagian kargo sana segala macam yang dipindahkan. Terus di sini ini profit apa.. kenaikan ini kargo nih 2500% Pak. Kalau bisa efisiensi di dalam tubuh Garuda kenapa harus kenaikan harga begitu Pak? Contoh: saya juga pemakai kargo yang lumayan besar di Merauke karena saya kontraktor yang saya biasa kirim barang banyak Pak, lalu harga yang saya dapat di per kargo bisa 45 ribu Pak satu kilogram. Sekarang kurang lebih hampir 100 ribu. Naiknya 100%. Apa tidak Garuda menjadi regulator juga Pak, harga kargonya? Dalam arti saya bukan minta untuk saya Pak, kargonya, kenapa? Kalau kargo mahal Pak, saya contoh kasus yang case di Merauke, produk perikanan, kepiting, dan lain-lain mau kirim ke Jakarta Pak sekarang tidak mampu Pak, mahal nya luar biasa. Jadi mahal luar biasa, harga juga orang Jakarta termasuk Bapak dapat nanti pasti kepiting-kepiting pasti mahal, satu. Tapi yang terjadi karena mahal orang tidak beli kepiting, di Merauke tidak laku Pak. Terakhir ekonomi semua macet gara-gara kargo. Kenapa Bapak tidak efisiensi kargo saja harga tetap, Bapak sudah untung. Yang terjadi kan sekarang kan kalau tidak salah kargo naik 100% nih dari ini Garuda. Saya mohon harga kargo mungkin sangat diperhatikan karena ini menyangkut perputaran ekonomi untuk semua masyarakat. Kita punya pengusaha kecil, saya di Komisi VI juga kita pengusaha kecil dari Bank BRI dan segala macam yang selalu dibina oleh Bank-bank Himbara tapi mati Pak sekarang. Sekarang mungkin belum nampak Pak. 5-6 bulan ke depan saya yakin 100% pengusaha kecil kita mati untuk yang oleh-oleh. Lion Group yang Lion Air tidak membawahin bagasi. Berarti kalau saya jalan dari Jakarta mau pulang ke Merauke sudah tidak ada, atau daerah lain beli oleh-oleh ndak ada, kargo mahal. Ndak ada semua jalan Pak. Bisnis ekonomi kecil mati semua. Saya berharap ini bisa diturunkan saja kembali harganya tapi dengan efisiensi saya rasa sudah.. ini sudah dapat profit begitu. Itu mungkin yang dari saya Pak. Saya harap nanti yang terakhir yang masalah tiket mungkin kalau mahal oke tapi kalau bisa itu Citilink bisa sampai Merauke atau jalur yang dulu yang Sriwijaya Air dikembalikan lah di Merauke di Makassar. Jangan sampai Garuda yang turun dari 6 ke 4 terus dinikmati luar biasa oleh Lion Air. Itu Pak Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Steven sudah menyampaikan pengalaman beliau sebagai pelaku sebagai customer Garuda, customer loyal dan kebetulan sebagai salah satu mitra Garuda maka beliau concern terkait dengan perkembangan di Papua nanti untuk menjadi perhatian teman-teman di Garuda. Saya persilakan pak Azam apabila ada yang ingin disampaikan, monggo.

F-P DEMOKRAT (Ir. H. AZAM AZMAN NATAWIJANA):

Terima kasih Pak Ketua.

Rekan-rekan Komisi VI yang saya hormati. Pak Deputi, Pak Dirut, dan Direksi Garuda yang lain beserta seluruh jajaran.

Polemik tiket ini kan sudah lama Pak, polemik tiket. Saya ingin mungkin dapat penjelasan dari Pak Dirut. Indonesia kan di regulasi masalah tiket, apakah dengan sistem yang diatur oleh Menhub, Peraturan Menhub yang di regulate ini lebih baik untuk, memang tidak menguntungkan untuk penumpang tetapi apakah ini lebih baik untuk maskapai? Dibandingkan tidak di regulate? Dan apakah ada negara yang tidak regulate? Bagaimana disana? Bagaimana disana? Ya memang kan pilihan-pilihan yang full service tidak LLCC, Garuda kan juga punya juga, LCC. Pilihan-pilihan itu, pilihan- pilihan. Jadi kan masyarakat merasa mahal, merasa mahal. Ini yang perlu dijelaskan permasalahannya sehingga tidak selalu muncul mahal mahal mahal terus muncul yang ndak selesai-selesai masyarakat merasanya mahal, ya toh? Merasa mahal untuk penumpang. Apakah ini regulasi ini yang terbaik untuk Indonesia atau dan juga untuk maskapai? Bagaimana pengalaman di negara lain? Apakah ada yang di-regulate atau tidak ada yang di-regulate? Sehingga kita mendapat pemahaman yang komplit, masalah ini. Ini yang perlu. Jadi ndak selalu muncul masalah polemik di masyakakat dan kita tidak bisa menjelaskan, kita tidak bisa menjelaskan. Ini yang penting. Apa biaya per kilometer? Atau apa-apa. Atau mungkin Pak Dirut bisa jelaskan lebih gamblang pada kita. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Pak Azam.

Bapak-bapak sekalian yang saya hormati,

Saya ada catatan kecil saja yang membuat saya tergelitik terkait dengan persoalan Garuda ini. Yang pertama dalam kacamata Komisi VI kita selama ini memang mendorong teman-teman BUMN untuk melakukan terobosan- terobosan agar tidak bekerja bussines as usual. Kalau kita dengarkan tadi dari paparan Dirut Garuda, Garuda sudah melakukan hal itu yang mana kemudian bahkan bisa membalik keadaan dari posisi rugi menjadi untung, atau kalau dari kacamata keuangan ibaratnya dari tadinya merah menjadi biru. Yang kita heran ini bukannya di apresiasi malah kemudian di bully, ini zaman viral kan? Nah ini tentu satu hal yang patut kita cermati bersama. Kita ingin teman-teman bekerja dalam koridor profesional mengedepankan GCG namun berani melakukan terobosan. Tadi dipaparkan ada terobosan untuk pembenahan di persoalan kargo ternyata mengerucut kepada setelah ditata membaik, meskipun Pak Steven memberi catatan bahwa kenapa kemudian berdampak terhadap harga yang naik. Nah ini nanti mohon dijawab. Kemudian pembenahan di persoalan yang membuat terobosan dengan mitra Pak, memberikan tambahan layanan yang ternyata juga bisa menjadi other income buat Garuda. Ada satu hal lagi yang mungkin belum di highlight yang selama ini justru mencuat yakni persoalan negosiasi dengan lessor. Karena salah satu beban pembiayaan atau beban cost yang kita dengar selama ini dari Garuda adalah biaya leasing yang kemudian tidak efisien terkait dengan penggunaan beberapa pesawat. Nah ini tadi juga ditanyakan oleh Pak Lili, mungkin nanti tolong di highlight juga untuk dijelaskan bagaimana teman-teman manajemen menangani ini. Kemudian soal avtur yang juga menjadi salah satu beban ternyata juga sudah ditemukan jalan keluar dengan sinergi BUMN apa, ada pendekatan yang lebih komprehensif, Garuda punya perjanjian long term blanket sehingga kemudia pola term of payment nya juga jadi lebih baik dari kacamata cash flow Garuda. Nah ini menurut saya langkah-langkah terobosan yang mustinya kita lihat secara objektif, harus kita berikan apresiasi kepada manajemen yang sudah melakukan itu. Nah terkait aspek yang lain, saya hanya catatan kecil ini. Saya ingin Garuda menjadi makin tambah bagus yaitu terkait soal layanan. Nah ini kan soal yang bisa kita anggap subjektif tetapi objektif. Yang objektif, beberapa kebetulan saya naik, selalu dapat parkir garuda itu di apa..ribut. Jadi istri saya suka mengkritik “ini gimana sih Garuda yang katanya tuan rumahnya kok selalu dapet nya malah gak pernah dapat garbarata”. Saya tidak bisa menjawab karena yang complain kalau istri ini kadang-kadang kan lebih tajam. Nah mungkin Anda bisa jelaskan, tapi satu hal yang memang ini menimbulkan..saya rasa ini juga kemudian bukan hanya keluhan orang perorang kemudian menjadi omongan adalah dengan berpindahnya hampir sebagian besar maskapai-maskapai internasional ke terminal 3, menurut saya persoalan mendapat apa, garbarata ini kan juga akan semakin, juga akan semakin pelik. Nah ini mungkin Anda jelaskan saja apa yang terjadi sebenarnya. Nah itu satu. Kemudian soal, ya ini kan apakah ada kaitannya soal antara manajemen pengelolaan di AP 2 yang menyangkut hal itu? Karena itu berimplikasi terhadap kedatangan bagasi. Saya secara personal pernah ini menyampaikan keluhan ini kepada Pak Dirut dan Pak Direktur Layanan yang lama ya. Karena kemudian kita melihat ada, sempat timbul kekisruhan dimana kemudian bagasi premium bagi mereka yang duduk di kelas bisnis belum datang tapi malah ada orang-orang yang bisa sudah dapat ngambil bagasi duluan. Nah waktu itu kita melihat kami dalam pengelihatan saya sepertinya oknum-oknum teman-teman di gapura atau Ground Handling ya? Nah setahu saya Ground Handling kan juga anak perusahaan Garuda kan? Garuda punya share di situ. Jadi menurut saya Garuda tidak boleh berlepas tangan untuk juga ikut bersama dengan AP 2 merapikan. Karena orang tahu nya “Ah ini Garuda” gitu saja. Ini resiko yang ini. Ini mungkin hal kecil tapi saya yakin kalau kargo yang menurut saya tebih tough aja bisa dibenahi apalagi hal-hal seperti ini, moga-moga juga juga bisa diselesaikan. Itu saja, kalau.. nah terakhir soal food. Kalau Pak Nyat Kadir mempersepsi bahwa makanan di Garuda sudah bagus, saya juga harus akuin yes, tetapi saya melihat sendiri bahwa di era sekarang ini apa yang dilakukan Air Asia artinya menyediakan sesuai yang diinginkan oleh pelanggan, itu lebih tepat. Kenapa saya utarakan ini? Saya melihat banyak food yang disajikan Garuda ini menjadi waste, banyak gak dimakan Pak. Entah karena orang sudah sarapan atau sudah makan atau mungkin kurang cocok selera. Nah apakah bisa didorong? Karena saya tahu makanan ini kan disediakan oleh anak perusahaan Garuda juga. Nah, apakah tidak bisa didorong misalkan, ya membuat terobosan? Saya ingat waktu itu ada satu event Garuda bikin terobosan menghadirkan makanan dari apa kalau gak salah, Hoka-Hoka Bento atau apa gitu. Artinya kan bisa dengan kerjasama dengan existing penyedia kuliner sehingga Garuda bisa menjadi etalase kuliner nusantara. Nah ini tetapi ini memang tentu dengan aplikasi dengan sistem yang tepat sehingga orang walaupun naik Garuda tidak harus diladeni dengan makanan yang tidak mereka makan tapi memang yang mereka inginkan. Ya ini ada subjektifitas, maksud saya subjektifitas, saya merasa kalau saya lebih senang, ya kalau saya memakan makanan yang saya inginkan gitu. Jadi saya lebih baik misalkan dengan aplikasi saya pesan melalu aplikasi Garuda makanan yang disediakan karena Garuda misalkan punya kerjasama dengan jaringan kuliner nasional misalkan gitu. Dibanding makanan yang disediakan oleh Garuda, yang udah ketebak itu lagi itu lagi begitu. Nah ini, ini mohon dipertimbangkan, tentu bukan hal yang urgent tetapi kalau kira-kira dengan pendekatan itu dari perspektif promo kuliner nusantara bisa mengangkat, kemudian dari perspektif bisnis ternyata lebih ada margin yang menguntungkan, kenapa tidak? Tapi kalau pemikiran itu justru membebani dan mempersulit ya saya kira tidak harus didahulukan. Itu dua hal yang saya ingin mendapat tanggapan dari Pak Dirut. Terima kasih.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Terima kasih Pak Pimpinan. Jadi mungkin kalau bisa saya jawab mengenai layanan dulu, saya bisa pastikan Bapak-bapak di Komisi VI sebagai stakeholder kami, itu khususnya Pak Kadir akan mendapatkan pelayanan.. kita sekarang sudah ganti pakaian Pak menjadi hitam. Dulu misalnya Bapak pernah lihat itu biru sekarang hitam Pak. Jadi Garuda Indonesia dan itu kita bisa samakan, bahkan lebih daripada yang diberikan Lion Pak atau Batik. Jadi saya bisa pastikan Pak Azam, Pak Teguh, Pak Damer, semua mendapatkan pelayanan prioritas walaupun belum ada platinum. Jadi Ini...

F- P NASDEM (Drs. H. NYAT KADIR):

Interupsi Ketua. Saya. maaf begini, mungkin dari segi umum sudah baik, tapi mengenal orang itu penting Pak, saya masalahnya saya ketinggalan apa..KTP itu KTP itu bukan sengaja tidak mau memperlihatkan, tidak, tapi dia di dalam koper bagasi ketinggal di sana. Nah sampai dia mengatakan begini “ini aturan”, Saya tahu aturan tapi ketinggal dan saya sudah bolak balik ke sini, saya bilang. Anda harus kenal saya karena saya termasuk langganan lah di bisnis kelas itu kan, gitu kan. Ini aturan Pak, nah kalau aturan, saya tidak bisa masuk, saya pulang aja, saya ndak apa rugi, tapi saya kecewa dengan Garuda. Saya sampai gitu Pak, hanya karena KTP saja, hanya karena KTP saja kan, sampai dia ngomong ndak bisa. Oh kalau ndak bisa saya pulang aja. Oh takut juga dia pulang saya, “tidak apa”, ah itu tidak konsisten ya.

ANGGOTA DPR RI:

Bapak gak bawa kartu NASDEM?

F-P.NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Ah tak laku Pak, bagi Garuda gak laku kartu NASDEM. Gak ada, dia ndak mau masuk anu politik kan. Saya kan tertinggal kebetulan tidak bawa passport tidak bawa. Ini hanya karena gara itu, udah itu saya merajuk itu lama Pak, saya tidak mau naik itu. Lama sekali saya tidak naik Garuda itu, saya pilih ada yang lebih enjoy itu Batik, dia tidak terlalu kaku soal itu. itu hanya kekakuan sebab merugikan anu Pak, orang kecewa. Nah iya terima kasih.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Terima kasih Pak Ari. Jadi mungkin nanti kita akan perbaiki SOP-nya Pak, jadi kalaupun ada despute mereka harusnya escalate ke atasan masing-masing dan bisa langsung ke Direksi. Jadi memang saya bisa pastikan ke depan Bapak- Bapak yang di sini dan Anggota Komisi VI, kita akan perhatikan. Karena memang dulu saya ingat sebelumnya saya waktu di Direktur Keuangan itu memang khusus untuk Komisi VI itu ada treatment khusus Pak, tapi kemarin kok saya lihat udah gak ada, tapi saya mau on kan lagi itu Pak. Jadi, saya bisa pastikan itu. Jadi terpilih atau tidak terpilih lagi kita akan continue itu Pak. Terima kasih. Ya itu kita janji kita Pak. Dan yang untuk makanan Pak, memang kita apa namanya sudah selain Hoka-Hoka Bento kita sekarang masukan dua UKM Pak. Satu Sarimande, jadi makanan Melayu, ya Sarimande itu dan makanan.. Sarimande ini di Jakarta ada, di beberapa daerah ada Pak, tapi ini UKM Pak. Jadi Sarimande tapi sudah kita audit kesehatannya dan kita sudah kebersihan dan kita selalu mendampingi mereka. Yang lain lagi itu Aljazeerah Pak untuk umroh. Jadi umroh itu kita sudah.. jadi biar lebih makanannya lebih afdol itu dan halalnya terjamin itu pake kambing sama nasi apa ya namanya, biryani ya biryani. Jadi biryani jadi kita.. dan untuk roti pun kita pake sekarang sudah Sokupan dan Harvest Pak. Jadi memang kita akan rubah terus sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

KETUA RAPAT:

Sebentar, saya interupsi di sini, seinget saya Sokupan, saya salah satu pembeli Sokupan ini masalahnya. Saya ingin minta tolong betul agar.. karena mayoritas penduduk kita Muslim, ini kepastian sertifikasi halalnya tolong dijadikan.. di emphasis ke mereka. Maksud saya begini, sekelas Scout yang notabene LCC nya Singapur saja mereka food nya sudah mereka garansi halal. Maksud sebenernya ini is matter of business, nothing to do dengan.. kalau bagi kami yang Muslim memang ini menjadi sesuatu hal yang sangat prinsip untuk meng-consume yang halal. Tetapi kalau dari kacamata bisnis, ya ini semata karena ya passenger muslim banyak ya apa.. disediakan yang halal toh teman-teman yang non Muslim juga mengkonsumsi yang halal tidak menjadi tidak apa istilahnya tidak burden gitu. Jadi menurut saya penting, karena itu juga apa ya dari kacamata psikologis itu pemihakan, artinya kepada majority, tetapi dari kacamata bisnis ya namanya pelanggan yang lebih banyak ya istilahnya di treat lebih baik, gitu. Itu menurut saya perlu, itu karena itu salah satu apa ya mungkin bisa menjadi competitive advantage, terima kasih.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Baik Pak, tunggu memang kita sudah minta itu dan sudah ada Pak. Jadi selalu kita standar kita harus ada dari MUI jadi stempel halalnya. Terus kemudian untuk yang parkir di pesawat remote pak, memang kita sering mendapatkan ada remote, dan ini kita selalu complain kepada Angkasa Pura II, khususnya memang Angkasa Pura II Pak, kalau di daerah- daerah itu karena di Bali kita selalu dapat premium. Nah memang alasan yang diberikan memang pada waktu itu memang harus mendahulukan yang “white body”, karena memang terminal tiga kita ini kan selalu yang “narrow body”. Tapi kalau kita dapat, kita“white body” 777 sama 330 kita pasti dapatnya yang gak remote. Jadi memang mereka mendahulukan yang membayar lebih banyak, begitu Pak. Jadi ya, bukan hanya itu Pak, kami pun sebenarnya sedik sering berkomunikasi dan memang Pak Awal cukup baik, karena memang ini di lapangannya aja gak terlalu support Pak. Jadi seperti di lounge kita itu kan panas Pak, itu orang taunya Garuda panas, makanya saya kasih stand mohon maaf kondisi pendingin udara tidak berfungsi dengan baik. Nah akhirnya Pak Awal meminta semua itu harus dingin. Jadi itu memang kadang- kadang kita juga harus mengedukasi penumpang. Ini bukan Garuda tapi ini penyedia dari Bandara. Begitu juga dengan bagasi Pak, nah itu memang saya sudah sampaikan ke apa namanya ke Angkasa Pura II, ini brand damage nya itu di Garuda dan di Gapura, padahal itu kan pengaturan terus kemudian pas pada waktu kita mendapatkan slot di bagasi di belakang itu memang itu lebih banyak di Angkasa Pura. Tapi Pak Awal juga sering udah sering bantu Pak, jadi ini mudah-mudahan bisa berubah. Namun, bila memang ada apa namanya masukan atau kritikan langsung ke saya Pak seperti Pak Teguh waktu itu sampaikan, dan saya langsung tau, karena kalau ke bawah itu nyampe ke kita nya lama Pak. Nah terus kemudian Pak Lili, untuk leasing memang menduduki posisi ke dua Pak, sebesar 20 sampai 26% dari komponen cost. 38% it 32% khusus Garuda Pak, 32% itu fuel. Nah khusus untuk leasing ini Pak, mereka itu sebenarnya simpel sama seperti Bank. Jadi kemarin kita sudah lumayan bernafas dan biru kembali, mereka sekarang sudah mulai melunak untuk memberikan keringanan. Jadi, sampai dengan akhir tahun ini kita akan mendapatkan keringanan untuk pengurangan biaya bulanan itu sebesar 60 juta in total Pak, karena mereka melihat bahwa sekarang Garuda sudah mampu sehat kembali, menjelang sehat lah kalau ga bisa dibilang sehat 100%. Jadi mereka memberikan itu pengurangan total-total sampai dengan 60.000.000 Pak, dollar. Dari sekitar 20 pesawat dan itu kita biasanya Pak kita ada namanya MR (Maintanance Reserve). Itu sudah kita dapatkan sekarang $ 150.000.000, kita kasih ganti dengan SDLC. Nah ini mereka mau karena memang ngeliat Garuda sudah untung, untung bukan berarti di quater apa di 2018 saja tapi di quarter satu yang paling penting Pak, yang dimana sepanjang sejarah Garuda berdiri itu gak pernah untung, mereka lihat ini sudah biru mereka langsung memberikan kemudahan-kemudahan itu, dan kita dibantu oleh BRI untuk menyediakan fasilitas SDLC, sehingga yang tadinya uang cash kita itu ada di leasor itu USD 1,5 Billion Pak. Nah yang kemarin bisa kami tarik itu 150, target kami di akhir tahun 2019 ini total 250. Jadi bertahap nanti kita akan minta Pak. Jadi itu yang sudah kita lakukan. Terus kemudian untuk yang cargo Pak, memang di sini ada di cargo diangkut itu minus 20%, itu karena memang yang seperti saya sampaikan tadi Pak, jadi real nya itu sebenarnya cuman apa namanya 15 kilo, gitu tadi padahal disebutkan itu 215, gitu Pak. Jadi, memang itu karena disiplin jadi turun drastis yang gelap-gelapnya itu Pak. memang selain dari kita memang naikin harga. Contoh Pak, ini mungkin Pak Steven bisa saya sampaikan apa namanya, kenapa kita naikan. Jadi Pak, yang contoh Makassar–Jakarta aja Pak, itu 1.800 per kilogram kita charge. Kurir company itu men-charge Bapak itu 15.000 per kilogram. Nah saya gak tau kenapa mereka kok dapat harga pokoknya 1.800 mereka charge 15.000. Nah itu kita naikan, emang betul Pak 100% menjadi 3.600 sampai 3.800 per kilogram. Di tempat Bapak, nyampenya itu bisa lebih, contohnya tadi itu 18.000. Jadi kita naikin 1.800 mereka naikinnya 3.000. Nah ini yang saya minta kepada Asperindo untuk lebih transparan lah, jadi jangan Garuda nya terus yang di salahkan. Namun demikian, saya tadi seperti saya sampaikan Pak, kita sudah berkonsultasi juga dengan Kementerian KKP bahwa kita ingin memberikan nelayan-nelayan di Indonesia Timur itu justru yang lebih tinggi. Makanya kita langsung nanti kami juga sudah melapor Pak ke apa diminta laporan pada waktu itu ke apa namanya Pak Muldoko kenapa kok ini mahal dan Pak Muldoko men-support kalau kita langsung. Nah makanya kita mau langsung Pak ke Hongkong ke Shenzhen, ke Guangzou ke Tokyo dari Makassar. HUB kita nanti di Makassar. Jadi dari Maluku, dari Ternate, dari Merauke itu nanti ke Makassar dulu, kita buat oksigenisasi jadi gak mati kan ya, kita hanya matikan eh kita hanya pingsankan terus kemudian sampai disana hidup lagi, itu harganya jauh lebih mahal Pak, bisa empat, lima kali, gitu Pak.

F-GERINDRA (STEVEN ABRAHAM):

Pak, itu terima kasih Pak, kan begini kalau tadi yang Bapak bilang bahwa ini Garuda punya harga masih sebenarnya yang tidak mahal, tapi pihak yang cargo yang naikin harga. Ini kan ada pengalaman dalam arti Lion Parcel bisa Pak, kenapa ini Garuda tidak langsung ini handle cargo? Begitu. door to door kek ei sehingga ada profit sendiri lah ini buat Garuda, begitu.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Iya, sebenarnya kita juga sudah akan buat Pak. Jadi ini akan menjadi disruption nya nanti Pak, mungkin Bapak pernah denger kemarin itu dengan Gojek. Jadi sekarang Gojek Go-food itu tidak lagi hanya Jakarta. Kadang- kadang Bapak kan hanya mau beli Bakmi GM itu di Jakarta aja, sekarang Bapak mau beli Durian Ucok atau Salak Bali itu bisa langsung dari Jakarta dengan menggunakan Gojek. Jadi kita menggunakan itu. Di lain sisi, kita juga nanti ada produk tau beres Pak, karena e- commerce ini semakin lama semakin meningkat, nah ini yang disruption buat kurir company. Jadi nanti akan langsung Bapak bisa langsung memesan, sebelumnya kan memang kalau kita sekarang mau ngirim paket Pak, kita harus ke PT. Pos, kita harus ke JNT, kita harus ke JNE, dan kemudian JNE akan mengantarkan tergantung pilihan mau sampai rumah atau mau sampai PT. Pos atau kantor-kantor JNE lainnya. Nah, sekarang sama seperti Bapak mau pesen Gojek, itu Bapak tinggal pesen nanti orang akan ambil, akan di package terus kemudian akan diantar, jadi door to door. Ini kenapa Garuda yang hanya bisa? Karena by nature, Garuda itu memonopoli market cargo di Indonesia, by nature Pak, bukan by regulation bukan by intention. Karena apa? Garuda satu-satunya full service carrier yang mempunyai grown time lebih lama daripada LCC lainnya. Makanya kalau Bapak Steven tau, Lion Parcel pun itu client kami. Jadi, mereka itu kalau LCC hanya 20-25 menit grown time-nya. Nah, kita satu jam, jadi waktu untuk mengisi perut pesawat itu lebih besar di kitanya. Yang kedua, mereka LCC mengangkut sampai 220 penumpang, artinya apa? Kapasitas atau porsi belly atau di perutnya itu semakin sedikit, sedangkan kita hanya membawa 160 orang, sehingga kelebihan itu ada di belly, jadi kita bisa membawa cargo lebih besar. Nah ini nanti akan kita launch Pak di bulan kalau gak salah habis lebaran ini ‘tau beres’. Plus juga kita akan ada UAV Pak, UAV kita kerjasama dengan Pelita, untuk pengiriman logistik di Papua. Jadi selama ini kan kalau pake pesawat itu mahal Pak asuransinya, terus kemudian fuel nya, nah ini kita akan memakai kalau UAV itu istilah kerennya drone lah Pak, tapi sebenarnya bukan drone Pak, ini UAV (Unmanned Aircraft Vehicle). Jadi ini yang akan membuat nanti logistik Indonesia itu akan turun. Bayangkan kalau misalnya kita punya HUB di Jayapura atau kemudian di Sorong, itu mengangkut barang-barang bahan pokok dan baliknya itu adalah ikan Pak. Jadi ini mudah-mudahan Oktober kita akan launch juga Pak, kita kerjasama dengan PT Pertamina Pelita Air Service.

F-GERINDRA (STEVEN ABRAHAM):

Berapa kapasitasnya itu?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ini untuk yang pertama 1,2 ton Pak, tapi untuk tahun depan 2020 Juni itu akan datang yang lima ton. Sedangkan pesawat biasa itu hanya mengangkut dua sampai tiga ton. Dan ini satu jam nya itu hanya 10 liter bensin pertamax aja Pak. Jadi pesawatnya mesinnya pun rotor. Nah ini bisa dibuat oleh PT DI, cuman radarnya itu.. (rekaman tidak jelas) nah ini kita lagi apa namanya, mengajukan kepada DKPPU dan memang sebenarnya ini terbangnya lebih rendah daripada pesawat Pak, jauh lebih rendah hanya 500 meter Pak eh berapa 5.000 meter sorry lima hah? 500 feet, 5.000 meter Pak. kalau helikopter berapa sekitar 2.000an Pak, 2.000 feet sedangkan kalau pesawat sekitar 35.000 feet. Jadi secure Pak, tapi ini kita terus godok dan kita sampaikan ke DKPPU. Nah nanti mungkin ini hanya mimpi Pak, bayangkan kalau misalnya di Cikarang itu, kita pakai chopper atau drone ini, kita lewat laut dan memang rendah tidak berapa namanya traficnya tidak ini tidak bersinggungan dengan pesawat, itu hanya 30 menit Pak, bawa gak usah ke Tanjung Priok Pak, mungkin Bapak dari Cikarangnya langsung mau ke Surabaya mau ke Balikpapan, itu menghemat biaya logistik jauh sekali, karena jarak tempuhnya ini 1.200 kilometer Pak. (rekaman tidak jelas) ya safety flight memang, dan itu pun kita ensurance Pak, jadi kalaupun jatuh di laut kan memang, dan gak ada orang yang di sini Pak. (rekaman tidak jelas) .Ya memang pasti itu Pak. itu yang memang sekarang memang lagi digodok dan kita selalu support untuk komunikasi. Jadi yang akan Garuda lakukan untuk cargo bukan hanya yang business as usual, tapi kita akan melakukan hal-hal seperti itu. Ah ini minta tolong kalau misalnya nanati Bapak-Bapak berkenan nanti Pak Iqbal nih Direktur cargo saya yang akan presentasi masing-masing. Dan kami mengundang Pak untuk pengusaha-pengusaha lokal itu untuk join di dengan kita. Kemarin HKTI juga berminat untuk mengirim sayur, ikan-ikannya itu dari kita semua Pak. Ah terus kemudian untuk yang.. oh iya untuk negara Pak, hanya Indonesia yang ada TBA, dan TBB di dunia. Jadi memang TBA ditentukan pada waktu 2014 agar memperhatikan kemampuan masyarakat untuk tidak lebih daripada yang mereka mampu. TBB di tahun 2016 April ditentukan pada waktu itu agar masing-masing maskapai ini tidak saling membunuh karena harganya yang selalu rendah. Pada waktu itu dalam kurun waktu 10 tahun itu ada 20 maskapai yang tutup Pak. Mungkin Bapak pernah denger namanya dulu Jatayu, Bali Paradise, Adam Air, Batavia, Unamid Pak, ada 20 airline mati suri, Simpati, Merpati, jadi itu yang ditetapkan. Nah, di Indonesia sendiri Pak mungkin ditampilkan harga rata-rata per jam itu dalam rupiah itu kita paling penting.. paling rendah sendiri Pak itu yang dibandingkan dengan Jepang itu sekitar 2,3 juta rupiah. Terus kemudian dari China itu 1,5 begitu juga USA, Europe, Australi, kita yang paling rendah. Jadi ini komposisi pada waktu kita TBA nya masih tinggi. Sekarang diturunin jadi lebih turun lagi. Jadi kalau soal airline itu juga kita memang komposisi biayanya juga sama, mau di China, mau di Jepang mau di USA komposisinya sama. Fuel, USD, sewa pesawat, itu aja Pak. Dan kita mungkin.. saya bukannya memprotes tapi ini saya memberikan apa adanya, kita dikenakan lagi di Avtur itu PPN 10%, leasing pesawat untuk Indonesia itu 10% juga. Jadi komponen tax nya cukup besar, sehingga kita tidak bisa kalau bersaing di luar negeri. Bersyukur kita punya apa namanya pasar-pasar seperti di Jepang, Singapur dan Jeddah dan Madinah yang merupakan pasar-pasar tradisional kita dari dulu. Namun kalau untuk bersaing Pak, Bapak lihat di sini komposisi harga rata-ratanya kita jauh di bawah, sehingga kita tidak bisa berkompetisi. Jadi itu kira-kira yang menyebabkan harga memang lebih mahal dan kita menjadi tidak kompetitif.

KETUA RAPAT: Sebentar Pak Ari, tayangan yang tadi ini menarik ini, coba Anda membandingkan itu antara penerbangan full service rata-rata kursi perkilometer hanya 2.500? Sementara ojek aja 2.300 sampai 2.600

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya pak.

KETUA RAPAT:

Ya kalau itungannya kilometer ya demikian, artinya ini bisa menjadi gambaran bahwa apa terkait dengan aturan batas atas bawah atas bawah tadi kan di tanyakan secara spesifik Pak Azam. Kalau dari kacamata Garuda sebaiknya hal ini perlu ada atau tidak? Mungkin secara spesifik begitu, walaupun tadi anda mengatakan bahwa di seluruh dunia cuma ada di Indonesia.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Itu pajak Pak ini.

KETUA RAPAT:

Silakan.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Kalau dari sisi Garuda ya memang sebenarnya karena kita cost-nya adalah sama seperti cost-nya Japan Airline, sama kaya Delta, ya kita sih berharapnya sama juga dengan harga jualnya Pak. Maksudnya kita ini margin ya pasti ujung-ujungnya cuman 2%, Singapore Airline aja yang segitu sehatnya cuma 3%, kita kadang-kadang 1,5 kadang-kadang 1%. Nah itu apalagi dengan TBA diturunkan. Jadi memang impact nya adalah seperti Pak Steven rasakan kita gak bisa lagi terbang di daerah-daerah remote Pak. Jadi terus terang saya sudah dapat kemarin sudah diprotes juga sama Belitung kita tutup karena rugi Pak. 1,5 juta.. 1,3 juta Dollar per enam bulan. Daripada saya dimarahin Bapak, saya mendingan saya tutup. Tapi saya di telphone sama Pak Muldoko langsung, ”kenapa kok ditutup?” Saya bilang ”ya karena rugi Pak”. Jadi kita gak bisa lagi mensubsidi dari daerah apa jalur-jalur gemuk seperti Surabaya, Denpasar, Jogja itu ke daerah-daerah yang di ujung. Kalau Bapak boleh tahu, di Papua itu kami lebih banyak daripada Lion Group. Pak Steven tau dari mungkin Bapak lahir kita lebih banyak. Nah itu karena kita lebih banyak mensubsidi dari rute-rute kita yang di Surabaya, di Denpasar, karena memang seperti di Denpasar kita naikan apapun pasti penuh Pak, karena orang larinya ke Bali. Apalagi sekarang ke Bali itu udah gak hanya di Selatan, mau di Utara, mau di Timur, Barat, semuanya ke Bali Pak. Jadi ke Surabaya juga kita naikan mereka sih tenang-tenang aja, ya memang protes sih memang yang apa namanya penumpang yang pedagang yang Lion, karena bagasinya berbayar. Biasanya mereka bawa 40 kilo gratis gitu kalau sekarang berbayar. Jadi tiketnya mungkin hanya 500 ribu, 600 ribu kalau Jakarta ke Surabaya, tapi bagasinya bisa 900 ribu. Nah di situ mereka untungnya di sana. Karena kalau LCC sendiri sih sebenernya harganya sudah cukup rendah.

KETUA RAPAT:

Pak Ari, terkait ini tadi Anda mengatakan bahwa Garuda harus berani mengambil langkah tegas misalkan dengan menutup rute domestik contoh tadi Belitung atau juga sebagian mengurangi penerbangan yang di layanan Merauke ya? Bagaimana menjela (suara hilang) rute penerbangan jarak jauh Jakarta-London yang menurut apa iya sasus gitu, kita gak tau figure out dalemannya, itu juga merugikan Pak, gimana penjelasannya?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Untuk yang London, pasti kita akan tutup karena kita tidak bisa mensubsidi lagi Pak. Sebelumnya memang kita buka karena kita masih mense.. bisa mensubsidi dari jalur kita yang domestik dan Singapur, Jeddah seperti itu. Nah sekarang kita akan kita berfikir untuk menutup setelah liburan. Jadi liburan ini kan lebaran, habis itu mereka yang liburan Pak sampai Agustus karena summer. Nah setelah itu kita berfikir untuk menutup. Amsterdam pun kita akan tutup dari enam kali mungkin hanya tiga kali atau empat kali. Jadi, impact-nya cukup banyak dari penurunan tarif ini, dan sebenarnya kalau Eropa mungkin kita gak terlalu pusing Pak, tapi yang akan dapat saya protes itu dari Bupati-Bupati di luar pinggiran Pak, seperti di Morotai, di Maumere, Bima, itu pasti akan kita kurangi, dan saya yakin Lion Group juga akan bisnisnya itung-itungan “kalau Garuda tutup ngapain saya di sana, pasti gua rugi”. Propeller itu rugi Pak, jadi APR itu mau harganya setinggi apapapun itu rugi, karena satu, biaya fuel di daerah itu jauh lebih mahal, kalau satu harga itu untuk premium Pak, tapi kalau avtur itu bisa 80% di atas. Kemudian jam operasinya Pak itu sampai jam tiga atau empat sore aja. Sehingga kita harus ngitung-ngitung lagi, memang harus tepat di sana dan kalau sudah malam itu nginap di sana. Biaya lagi, crew kita berapa, segala macam. Jadi sungguh tidak menguntungkan saat ini harga diturunkan kita gak bisa operasi di ujung-ujung dunia lagi, kecuali seperti Pak apa namanya Pak Anto tadi sampaikan bahwa kita diberi penugasan ya kita siap. Namun ya...

KETUA RAPAT:

Yang dengan daerah-daerah itu ya dulu saya mengenal ada istilah kerjasama dengan pemerintah daerah dimana kemudian Pemda ada yang berani mensubsidi bahkan ada yang dulu Merauke saya ingat ya, beli pesawat di operasikan oleh Merpati apa Garuda gitu, itu apakah masih ada itu?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Udah gak ada lagi Pak, karena terkait gini Pak, jadi mereka kadang- kadang cuman enam bulan atau maksimum satu tahun, setelah itu mengajukan lagi ke DPR nya untuk ini gak disetujui Pak. Jadi harapan palsu semua jadi kayak di Mumbai itu justru Kemenpar menjanjikan kita sekitar 8 Miliar sebulan, Mumbai-Denpasar sekarang kita tutup Pak. Jadi Tanjung Karang.. (rekaman tidak jelas) Mumbai, nggeh, Mumbai-Denpasar itu tadinya kita buka dengan harapan delapan miliar kita diberikan hampir setiap bulan oleh Kemenpar.. Mumbai di India, karena memang wisatawan India itu memang pengennya ke Bali Pak, karena ke Bali ini mereka menganggap memang pure Hindu nya. Jadi, mereka kaya religious trip ke sana, cuman karena rugi ya kita tutup Pak.

(rekaman tidak jelas)

Iya, seperti itu, dan memang India memang ininya kecil kan Pak acceptasi terhadap harganya sensitivity nya tinggi, jadi kita tutup. Begitu juga Belitung-Singapura kemarin kita tutup karena memang ada janji dari Kemenpar akan memberikan 8 miliar untuk enam bulan belum terealisasi. Jadi sekarang kita cukup straight kalau misalnya daerah-daerah yang merugikan kita.. merugikan kita tetep Pak ada, tapi kalau sudah sangat merugikan kita tutup. Kalau Maumere kita kayanya masih ya Maumere. Ya Maumere kita kurangi Pak, terus kemudian Bima, Langgur kita tutup Pak, Langgur Bapak baru denger Langgur hehe, Maluku Tenggara itu Pak, wah itu.. tapi kaya ikan Pak tapi nanti kita akan cargo-nya kita akan tingkatkan di sana. Terus mungkin Bapak denger Saumlaki-Bau-Bau, Wangi-Wangi, ah itu daerah-daerah ujung yang belum pernah Bapak denger itu, itu kita ke sana, karena kita sebelumnya dapat subsidi dari daerah gemuk sini. Lain saya mungkin pada sebelumnya saya gak berani mengatakan satu lagi, tetapi saya berani Pak, kalau Air Asia Bapak liat gak ada yang ke Saumlaki, gak ada yang ke Maumere, mereka hanya daerah-daerah gemuk itu yang sudah saya sampaikan concern kita ke Kemenhub, kenapa kok Garuda diginiin. Saya bukannya juga membela Lion Group, Lion Group juga seperti itu. Mereka ke daerah-daerah tetapi di sini kok Air Asia bisa seenaknya, itu Pak. Itu yang memang hal-hal yang memang kita tidak bisa hindari. Namun sekarang.. namun demikian kami tetap terbuka kalau memang ada penugasan dari Kementerian BUMN sebagai pemegang saham atau melalui dari stakeholder kita Komisi VI, kita akan tetap buka tapi konsekuensinya pasti kita akan rugi Pak. Demikian yang bisa kita sampaikan.

F-GOLKAR (Dari. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Pak Ketua. Pak Ketua, satu Pak.

KETUA RAPAT:

Ah Pak Lili, iya ini silakan ditanggapin Pak.

F-GOLKAR (Dari. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Terima kasih Pak, saya mengapresiasi apa yang disampaikan dilaksanakan Bapak ya, jadi dengan demikian kita bangga lah ya dengan apa namanya tu manajemen yang dilaksanakan. Cuma satu yang barangkali yang mungkin belum tapi tadi sudah disinggung mengenai mengenai memberdayakan UMKM. Jadi, banyak yang apa usaha-usaha kecil yang men-supply ke Garuda untuk gift dari apa souvenir ya. Itu dulu memang melalui apa orang ketiga, akhirnya barangkali apa usaha kecilnya itu mati lah Pak, tapi mendengar kesempatan yang disampaikan Bapak saya kira barangkali ini bisa ini, karena ada gift yang atau souvenir-souvenir yang diberikan oleh Garuda itu kan itu kan asalnya kan dari usaha-usaha kecil. Jadi saya kebetulan dulu apa membantu mendorong untuk bisa masuk ke Garuda, tapi melalui apa namanya itu broker ya mati ya Pak tapi dengan kesempatan yang disampaikan Bapak, saya kira bangga dan bagus sekali, supaya apa namanya tuh lebih mendorong usaha kecil disamping BL-BL yang diberikan oleh Bapak sekalian. Saya kira itu saja Pak, terima kasih Pak.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Izin Pimpinan, mumpung lagi sama Pak Lili, akan saya tadi ada terlewat Pak, di ‘Tau Beres’ itu nanti Pak, mungkin Bapak-Bapak pernah liat, Bukalapak, terus kemudian Shopee, Lazada, pernah nggak ada barang UMKM di sana Pak? Semuanya 99%, Chinese Goods.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Oh iya betul.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Di ‘Tau Beres’ nanti kita akan siapkan satu untuk UMKM. Nah UMKM ini nanti kalau mereka sudah selesai berproduksi mereka akan tags kita itu Pak dari aplikasi, sehingga di dalam satu lokasi, contoh di Lembang atau di Sukabumi, nah itu kan keliatan UMKM-UMKM yang siap untuk diambil barangnya. Dengan aplikasi yang mereka punya, kita lebih efisien kalau misalnya bawa satu misalnya truk ke sana. Karena sebelumnya mereka kan harus mengeluarkan biaya ke Bandung itu sendiri-sendiri Pak. Dengan aplikasi itu nanti ‘tau beres’, kita akan meng-collect itu semuanya Pak, sehingga lebih efisien. Dan itu kita siapkan barang UMKM untuk dijual. Sekarang pun sudah kita jual Pak tapi terbatas masih apa namanya BUMN. Jadi, Sarinah, Perindo, terus apa namanya apalagi tuh Pertani, BULOG, itu kita siapkan. Jadi, UMKM kita akan siapkan market place-nya Pak, karena UMKM gak ada market place-nya di Indonesia ada Chinese goods semua. Demikian Pak.

KETUA RAPAT:

Saya ingin klarifikasi aja, sebagai inisiatif, saya apa sangat men- support ini ‘Tahu Beres’.. enak di apa di pronounce maksudnya gampang gitu ya “Tau Beres”. Tapi saya mau tanya, ini nanti akan menjadi (rekaman tidak jelas) iya Pak... tahu, apa maksudnya akan sepenuhnya manage by Garuda team atau atau Garuda bekerja sama dengan pemain-pemain logistik yang sekarang juga banyak. BUMN banyak banget logistik. Gimana Pak?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya, kita di amanatkan oleh pemegang saham, kita harus bekerja sama dengan PT Pos yang pasti, karena PT Pos sendiri mempunyai 6.000 station. Memang yang aktif itu sekitar 4.200 Pak. Nah ini yang kita akan apa kerjasamakan dengan PT Pos sebagai warehouse-nya Pak, karena mereka tersebar. Kalau enggak itu ya memang agak susah, karena memulai sesuatu yang baru pasti mahal. Selain itu juga kita membuka dari sisi first miles nya Pak. First miles-nya kita sudah tahu, yang ada jemputan itu kan cuma ada Gojek, Grab, kalau Lion Parcel itu kan belum se-komprehensif Gojek sama Grab Pak. Jadi kemungkinan kita akan juga kerjasama dengan mereka untuk first miles-nya.. untuk kek apa namanya penjemputannya. Jadi warehousing- nya mid stream-nya adalah PT Pos, kemudian pengantarannya juga PT Pos. Demikian Pak.

KETUA RAPAT:

Oke, Alhamdullilah, Pak Dirut terima kasih, Pak Deputi,

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Ketua.

KETUA RAPAT:

Ya? Masih ada? Pak.. Nyat Kadir, silahkan.

ANGGOTA DPR RI:

Urusan Pramugari ini.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Pramugari.

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Bukan pramugari ini. Senang kalau apa untung, ya kan? Dari merugi tiga koma sekian (suara tidak jelas) tiba-tiba untung. Nah untung itu berapa dan bagaimana cara menghitung untung ini? Dengan apa kerjasama dengan apa tadi.. dengan wifi tadi. Nah itu gimana ngitung untungnya di depan gitu. Padahal masih proses, ya itu aja tadi yang belum dijawab.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

‘Tau Beres’ sudah Pak. Sudah, tapi di iPhone belum kayanya. Baru Android, baru Android Pak. Ya Pak Kadir, jadi seperti saya sampaikan di awal memang ini menyangkut adalah IOT Pak. Jadi, kita ada satu kerjasama dengan PT. Mahata tersebut, mereka akan mendapatkan untuk satu pasang bola mata, itu akan dibayar empat Dollar oleh pengiklan mereka Pak. Jadi, itu dengan Airira itu salah satu gold jaringan global. Namun yang penting adalah semua itu sudah comply dengan PSAK 23 dan semua juga sudah di audit, sehingga kita tidak ada yang melanggar dan semua memang sudah diperiksa juga di tes oleh OJK, dan sekarang lagi di...

(rekaman tidak jelas)

Iya Pak?

(rekaman tidak jelas)

Uangnya kita akan minta itu sampai dengan akhir tahun Pak. Jadi mereka akan membayar iya piutang Pak, iya jadi piutang itu dicatat. Justru kalau kita tidak catat itu namanya kita disalahkan penggelapan. Jadi kita semuanya sudah...

(rekaman tidak jelas)

Iya, kalaupun jeleknya Pak secara PSAK kalaupun nanti gak tertagih atau tertagihnya sebagian, itu dicadangkan dalam biaya untuk mengurangi keuntungan di 2020, jadi... atau 2019. Jadi itu memang semua sudah comply sesuai dengan aturan Pak.

(rekaman tidak jelas)

Kenapa Pak? (Rekaman tidak jelas)

Pendapatan di sana sekitar US 170.000.000 Pak. Iya. Untuk pemasangan di seluruh pesawat Garuda group termasuk Sriwijaya.

(Rekaman tidak jelas)

Ya sekitar 2T itu Pak. Itu untuk hak exclusive selama 15 tahun. Kalau untuk 15 tahun segitu murah Pak, jadi.. tapi karena gak ada saingan mereka ini konsepnya memang baru Pak.

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Sembari apresiasi kepada Bapak, mungkin Dirut yang terobosan yang mendatangkan keuntungan baru kali ini. Selama ini..

(rekaman tidak jelas)

Hah? Apa Pak? Apa Pak ini?

(rekaman tidak jelas)

Bukan, baru kali ini kan kalau untung kan baru kali ini, kan gitu. Cuma ada tadi pemikiran terobosan ya bukan terobosan lah dari Pak Sartono tadi sampaikan, Pegawai, ASN, TNI, POLRI itu diberi harga khusus bisa atau tidak? Itu kan bisa mendatangkan ini Pak.. Ada ndak anu arah ke sana bicaranya dan menyalahi atau tidak gitu? Kalau ini bosan mereka itu Pak, temasuk guru-guru. Tapi guru-guru sudah MoU sama Sriwijaya Pak, PGRI. Ada harga yang di korting dan PGRI itu pada umumnya ASN. Nah bisa Bapak jawab itu?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya, pasti ada Pak, jadi bila memang tadi cargo bisnis yang terintegrasi itu meningkat, plus juga pendapatan kita dari IOT meningkat, saya yakin Pak pendapatan tiket ini mungkin hanya tinggal 50-60%. Kalau saat ini sampai saat ini dikisaran 90% Pak. Kalau sampai 50-60 kita bisa tetep memimpin untungnya seperti ini, tapi kita berikan discount-discount kepada apa golongan tertentu. Pasti itu Pak.

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Nah ini saya mau tanya, biasanya kami umur 60 ini dapat korting, sekarang?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Masih Pak, 25% tapi kata Pak Tugu tadi dikecualikan untuk Komisi VI haha..

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Ndak, dulu, dulu.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Gak Pak, masih Pak masih 25%.

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Dulu saya gak tau penyesuaian harga ya, kalau harga tiga juta sekian itu seperti saya dapat dua juta enam ratus ya, ke Batam itu atau bolak balik. Sekarang masih tiga juta tiga ratus apa atau karena kenaikan ya? Saya nggak tau. Hah?

(suara tidak jelas)

Kalau gak bawa KTP itu cuma satu kali.. masa..

F-GOLKAR (Dari. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Umur Bapak berapa Pak?.

F-NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Bukan bawa KTP, ada yang (suara tidak jelas) di sana.

KETUA RAPAT:

Tapi saya tadi kaget asli Pak Nyat Kadir, rupanya gak bawa KTP nya waktu naik pesawat, saya pikir waktu mau check in hotel beda itu Pak soalnya.

F-P.NASDEM (DRS. NYAT KADIR):

Hah?

KETUA RAPAT:

Enggak Pak udah lewat Pak, beliau tahu.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Tapi.. ya Pak Kadir bisa saya pastikan 25% untuk 60 tahun dibuktikan dengan KTP belinya di gerai-gerai Garuda Pak.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

80 tahun berapa Pak

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

bisa Pak duduknya di lavatory mungkin Pak.

F-P.GOLKAR (Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D.):

Saya 80, jadi..

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

60 di atas 60 Pak, jadi 25%.

(rekaman tidak jelas)

Di gerai-gerai Garuda Pak, ga bisa di travel agent.

KETUA RAPAT:

Untuk Pak Lili sudah di atas 70, udah 7 kali anggota dewan, jadi beliau harusnya free hahhahhaahhahaha.

F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):

Saya mendukung, saya mendukung juga, saya pendukung karena 70 juga hahahaha.

KETUA RAPAT:

Bapak Ibu sekalian terima kasih, sekali lagi sebelum kita bacakan kesimpulan, kita menghargai penjelasan yang disampaikan ini juga rapat terbuka ini adalah juga forum public expose yang berbeda tentu saja dengan public expose yang dilakukan Garuda di BEI. Nah, apa yang disampaikan tadi secara gamblang sudah didalami oleh anggota, kita juga sudah mendengar bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh teman-teman Garuda ini adalah langkah-langkah yang tetap dalam koridor Good Coorporate Governance atau dalam menjaga profesionalitas. Kita mengapresiasi langkah terobosan yang dilakukan, tentu terobosan akan bermata dua, di satu sisi apa juga akan bisa melukai misalkan tadi daerah- daerah yang karena keberanian manajemen melakukan terobosan, mungkin akan berkurang layanannya, nanti mungkin akan mucul protes-protes juga, nah itu yang harus diantisipasi. Membenahi cargo pun juga ada orang yang harus dipindahkan itu juga akan bisa menimbulkan gejolak tapi ternyata juga bisa diatasi. Nah, hal-hal seperti ini moga-moga bisa terus dilanjutkan tanpa kemudian mengurangi apa KPI utama yaitu di layanan, karena ini adalah bisnis pelayanan Garuda. Kami percaya, teman-teman akan mampu melakukan itu. Baik kita akan bacakan draft kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI dengan Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa survei dan Konsultan Kementerian BUMN, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (persero), Tbk Masa Sidang V Tahun Sidang 2018-2019, Selasa, 21 Mei 2019. Poin nomor satu, 1. Komisi VI DPR RI mengapresiasi langkah-langkah manajemen PT Garuda Indonesia (persero), Tbk yang telah.. dalam memperbaiki kinerja keuangan dan yang telah berhasil membukukan kinerja positif.

Diulang..

1. Komisi VI DPR RI mengapresiasi langkah-langkah manajemen PT Garuda Indonesia (persero), Tbk dalam memperbaiki kinerja keuangan, berhasil membukukan kinerja positif.

Kayaknya ada yang kalimat kurang, kalimat.. “dalam memperbaiki kinerja keuangan sehingga.. sehingga” mungkin pakai “sehingga”. “Sehingga berhasil membukukan kinerja positif. Wah udah “berhasil” “dapat” lagi, oke “dapat”nya saja, oke, apakah ini bisa di setujui usulan nomor satu?

F-PKS (Drs. H. ADANG DARADJATUN):

Saya mau tahu sedikit, kinerja keuangan nih konteksnya tadi saya menarik tentang keberanian pimpinan untuk melakukan good governance nih minimal masuk juga, penting, ya penting karena tidak bicara keuangan saja, berbicara tentang Man, Money, Material ya saya pikir gimana masuk nih tentang kemampuan direksi yang ada sekarang memberikan suatu perubahan segi mentality.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Kinerja Positif dengan tetap melakukan GCG yang baik.. ah dengan melakukan tata kelola ya. Dengan melakukan, ya.

(rekaman tidak jelas)

KETUA RAPAT:

Bikinnya didalam kurung, maksudnya “Good Coorporate Governance” nya iya iya. “Governance”, bukan government, govern,govern, governance, nance, governance. Iya oke. Dalam kurung apa “tata kelola” oh di “GCG” iya thank you, ok ok gak usah GCG aja, iya oke. Poin nomor satu bisa disetujui ya, baik, terima kasih.

RAPAT SETUJU KETOK PALU 1 KALI

Baik terima kasih. Poin dua,

2. Komisi VI DPR RI mengapresiasi..

Gak usah pake “kepada”, titik “Garuda Indonesia”.. “mengapresiasi manajemen” aja, “manajemen terhadap kebijakan perubahan bisnis model, umroh, haji” ya? Ya “umroh-haji dan pengembangan bisnis usaha cargo, sepanjang tetap memperhatikan dan sesuai dengan..” waduh gimana nih?

(rekaman tidak jelas)

Hahaha. “sebagai upaya” mungkin gitu ya? “Bisnis cargo sebagai upaya peningkatan kinerja perusahaan” begitu ya? Ya begitu ya sepanjang nya ya pasti kalau GCG nya sudah di atas tadi sudah ketentuan (suara tidak jelas). Kalau kalimatnya begini apakah cukup Pak Dirut?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Cukup Pak.

KETUA RAPAT:

Ya.

2. Komisi VI mengapresiasi manajemen PT Garuda Indonesia (persero), Tbk terhadap kebijakan perubahan bisnis model, umroh, haji, kemudian bisnis usaha cargo sebagai upaya peningkatan kinerja perusahaan.

Yang ketiga,

3. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Garuda Indonesia (persero), Tbk dalam memberlakukan tarif tetap memperhatikan maksud dan tujuan pendirian BUMN, serta memperhatikan ketentuan dalam memberlakukan tarif untuk penumpang pelayanan ekonomi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(rekaman tidak jelas)

“Penumpang kelas ekonomi”, “pelayanan” buang. Maksudnya gimana?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Memang yang diatur kelas ekonomi Pak.

KETUA RAPAT:

Yang diatur kan hanya ekonomi kan Pak ya?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Yang bisnis enggak.

KETUA RAPAT:

Kalau bisnis enggak kan? Yang diatur maaf yang diatur batas atas batas bawah itu hanya ekonomi kan Pak? Iya jadi.. kira-kira kalimat ini perlu gak? “Komisi VI DPR RI meminta kepada (suara tidak jelas) dalam memberlakukan tarif tetap memperhatikan maksud dan tujuan pendirian BUMN, serta memperhatikan ketentuan dalam memberlakukan tarif untuk Penumpang kelas ekonomi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan”.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Benar Pak.

KETUA RAPAT:

Itu masih oke ya?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Masih oke Pak.

KETUA RAPAT:

Iyah.

(rekaman tidak jelas)

Baik, jadi saya kira poin ini memayungilah. Baik poin ketiga terima kasih, setuju ya?

RAPAT SETUJU KETOK PALU 1 KALI

Kemudian catatan, tadi kan di awal Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Garuda Indonesia untuk segera menyampaikan laporan hasil audit BPK dan laporan. bukan ini poin saya, maksud saya begini, opini dari bursa, kan Garuda sudah melakukan public expose ke BEI, sampai hari ini kan belum ada semacam apa ya bahasanya apa ya tanggapan atau pendapat, pendapat BEI maupun dari ikatan akuntan. Lah nanti kan pasti hasil itu akan diberikan kepada Garuda, kami meminta kepada Garuda nanti segera menembuskan kepada kami. Poinnya seperti itu sebenarnya. Redaksinya tolong diperbaiki. Kalau audit BPK kan saya kira secara berkala kita juga menerima, yang terpenting adalah pendapat dari ya dari Bursa Efek, kira-kira maksudnya seperti itu kira-kira Pak, gimana Pak Dirut?

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Sebenarnya secara aturan memang BEI tidak memberikan opini, dia hanya memberitahukan mana yang kita salah mana yang harus dilakukan, which is itu sudah semua. Tapi di media saya juga bingung, mereka menyatakan akan memberikan pendapat, tapi di aturan undang-undang BEI nya mereka hanya bilang bahwa ini salah dan dikenakan apa hukuman sanksi atau kita harus melakukan ini-ini. Dan kita sudah diminta ke apa namanya insidential public expose itu yang terakhir yang mereka bisa lakukan, itu sudah kita lakukan juga. Jadi mungkin kalau menurut saya, memberikan hasil apa sesuai undang-undang ya dia gak ngasih ya, oh gak usah dari BEI Pak, dari regulator terkait, nanti kan siapapun yang akan memberikan akan kita sampaikan Pak.

KETUA RAPAT:

Apakah itu BEI apakah misalkan ada pendapat dari Ikatan Akuntan,

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Ya BPK.

KETUA RAPAT:

Atau dari BPK yah, nah oke baik. Nanti tolong ditembuskan kepada kami, tertulis sebagai apa pelengkap laporan ini dari pihak terkait ya.

DIRUT PT. GARUDA INDONESIA:

Regulator Pak, penilaian regulator terkait.

KETUA RAPAT:

Dari Regulator terkait, regulator. Memberikan hasil laporan penilaian, apa ya, bukan penilaian tidak selalu penilaian sih, tanggapan saja lah ya, iya. Memberikan laporan hasil tanggapan.. memberikan laporan, hasilnya dipindah. “Memberikan laporan tanggapan dari pihak regulator terkait”. Iya. Regulator terkait. Iya. Saya kira cukup.

Bapak, Ibu sekalian,

Terima kasih sebesar.. bahwa kita setujui kesimpulan ini.

KETOK PALU 1 KALI

Nah untuk selanjutnya saya persilahlan Pak Deputi, ehem apabila ada pesan sponsor atau hal-hal lain yang ingin disampaikan, saya persilakan.

DEPUTI BUMN:

Iya, terima kasih Pak, jadi sudah semuanya bisa dijawab sama Dirut- nya ya udah bagus lah. Ya.

Bapak Pimpinan dan Ibu, Bapak Anggota Komisi VI yang kami hormati,

Kami mengucapkan terima kasih atas respon yang positif untuk kinerja Garuda pada Tahun 2018 dan rencana ke depan yang tentu akan meningkatkan performance dari Garuda. Tidak hanya dari sisi pelayanan yang tadi Pak.. Bapak Pimpinan menyampaikan tadi juga dari sisi angkutan barang cargo dan lebih meningkatkan pada pelayanan pada nanti N to N nya juga bisa di perhatikan. Itu saja harapan kami, mohon support dukungan Pimpinan dan Anggota Komisi VI, agar kinerja kami dalam hal ini pihak Garuda akan bisa ter-maintance dengan baik sesuai dengan rencana, dan insha Allah tahun ini bisa bukan bisa memastikan tapi insha Allah bisa biru ya. Dan fundamental operasinya sudah cukup bagus. Jadi tahun lalu memang rugi operasionalnya tapi insha Allah tahun ini akan lebih bagus karena first quarter yang biasanya year of year rugi 62 juta sudah positif (suara tidak jelas) pada saat low season. Jadi ini yang sangat bagus untuk manajemen yang baru, semoga quarter berikutnya bisa lebih baik lagi. Sekali lagi terima kasih atas kesimpulan yang ada di atas yang sangat bagus untuk memberikan motivasi pada manajemen dan kami untuk bisa lebih giat lagi. Mohon maaf sekiranya ada kata yang kurang berkenan.

Wabillahitaufik Walhidayah, Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT:

Walaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih.

Pak Deputi, Bapak, Ibu sekalian, teman-teman media yang hadir juga dan khususnya teman-teman jajaran Direksi Garuda,

Apa yang kita dengarkan dan kemudian apa kesimpulan yang kita ambil, saya kira ini memberikan sinyal yang tegas, bahwa langkah-langkah yang sudah ditempuh oleh teman-teman jajaran Direksi Garuda, secara moril kita dukung, namun tetap dalam koridor kami untuk memberikan pengawasan secara objektif. Kita memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk menjelaskan persoalan-persoalan yang dihadapi dan kita juga sangat membuka diri terhadap apa masukan dari masyarakat maupun sangat terbuka juga untuk menyampaikan hal-hal yang kami percaya masih bisa dilakukan upaya perbaikan. Semoga teman-teman terus bisa apa berkinerja secara maksimal di Garuda. Kami haturkan terima kasih sekali lagi dan Pak Deputi insha Allah kita pekan depan masih ketemu lagi, issue nya lebih seru juga itu kita akan ngomongin soal Jiwasraya, yang juga dari pemberitaan menimbulkan keingintahuan kita atau keprihatinan kita. Baik, terima kasih, kami akhiri.

Billahitaufik Walhidayah, Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, dan rapat kami nyatakan ditutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.55) KETOK PALU 3 KALI

Jakarta, Mei 2019 a.n Ketua Rapat Sekretaris Rapat,

TTD.

Dewi Resmini, S.E., M.Si. NIP. 19600525 198303 2 004