RDP Komisi VI DPR RI Dengan Deputi Kementerian BUMN Dan Dirut PT
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI VI DPR RI Tahun Sidang : 2018-2019 Masa Persidangan : V Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) Hari, Tanggal : Kamis, 21 Mei 2019 Waktu : Pukul 14.30 s.d. 16.55 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Ir. H. Teguh Juwarno, M.Si Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si. Kabag Sekretariat Komisi VI DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Membahas Mengenai Kinerja Keuangan Dan Harga Tiket Pesawat. Daftar Anggota : PIMPINAN : 1. Ir. H. TEGUH JUWARNO, M.Si. (Ketua/F-PAN) 2. MOHAMAD HEKAL, MBA. (Wakil Ketua/F- P.Gerindra) 3. Ir. H. AZAM AZMAN NATAWIJANA (Wakil Ketua/F-P.Demokrat) 4. H. DITO GANINDUTO, M.BA. (Wakil Ketua/F- P.Golkar) 5. H. INAS NASRULLAH ZUBIR BE, SE (Wakil Ketua/F-P.HANURA) ANGGOTA : FRAKSI PDIP 6. NYOMAN DHAMANTRA,S.E. 7. Ir. ERIKO SOTARDUGA B.P.S 8. RIEKE DIAH PITALOKA, M.Hum. 9. DRS. ERWIN TPL TOBING 10. ADISATRYA SURYO SULISTO 11. H. IRMADI LUBIS 12. M. R. IHSAN YUNUS, BA,B,Comm, ME.Con 13. JULIARI P. BATUBARA 14. DARMADI DURIANTO 15. DANIEL LUMBAN TOBING FRAKSI PARTAI GOLKAR 16. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E. 17. Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D. 18. HARDISOESILO 19. Ir. H.M. IDRIS LAENA 20. DWIE AROEM HADIATIE, S.I.Kom. 21. EKA SASTRA, SE, M.Si. 22. BOWO SIDIK PANGARSO, S.E. FRAKSIP.GERINDRA 23. FADHLULLAH 24. H. NURZAHEDI, SE 25. KHILMI 26. SUPRATMAN ANDI AGTAS, S.H., M.H. 27. STEVEN ABRAHAM 28. ABDUL WACHID FRAKSI P.DEMOKRAT 29. HJ. MELANI LEIMENA SUHARLI 30. LINDA MEGAWATI, SE., M.Si. 31. H. WAHYU SANJAYA, S.E. 32. SARTONO, SE., MM. FRAKSI PAN 33. PRIMUS YUSTISIO, S.E. 34. H. NASRIL BAHAR, S.E. 35. MOHAMMAD HATTA 36. DAENG MUHAMMAD, SE, M.Si. FRAKSI PKB 37. SITI MUKAROMAH, S.Ag, M. AP. 38. Ir. M. NASIM KHAN 39. H. YAQUT CHOLIL QOUMAS 40. H. LUKMANUL KHAKIM, M.Si. FRAKSI PKS 41. Drs. H. ADANG DARADJATUN 42. H.M. MARTRI AGOENG, S.H. 43. drh. SLAMET FRAKSI PPP 44. H. MUSTOFA ASSEGAF, M.Si. 45. H. ISKANDAR DZULKARNAIN SYAICHU, S.E. 46. H. MUKHLISIN 47. H. ABDUL AZIZ, S.E. FRAKSI P.NASDEM 48. AKBAR FAIZAL 49. Drs. H. NYAT KADIR 50. H. HAMDHANI, S.IP. Hadir Undangan : 1. Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementrian BUMN; 2. Dirut PT. GARUDA INDONESIA. JALANNYA RAPAT : KETUA RAPAT: Yang terhormat Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan konsultan Kementrian BUMN beserta jajaran. Yang terhormat Saudara Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Tbk. beserta jajaran. Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia kepada kita semua, sehingga pada siang hari ini kita dapat melaksanakan rapat kerja Komisi VI DPR-RI. Rapat kerja, maaf Rapat Dengar Pendapat dengan Deputi dan dengan Direksi Garuda. Menurut laporan dari Sekretariat Komisi VI, RDP hari ini telah dihadiri dan ditandatangani 9 Anggota dari 6 fraksi. Dengan demikian telah lebih dari separuh unsur fraksi dan telah memenuhi kuorum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 251 Ayat 1 Peraturan DPR tentang Tata Tertib. Untuk itu dengan mengucapkan bismillahirahmanirrohim izinkan saya membuka RDP Komisi VI pada siang hari ini dan saya nyatakan rapat terbuka untuk umum. RAPAT DIBUKA PUKUL 14.31 WIB KETOK PALU 1 KALI Kami ucapkan terima kasih kepada Saudara Deputi kepada Direktur Utama Garuda beserta seluruh jajaran atas kesediaan waktu untuk menghadiri RDP pada siang hari ini. Memang ditengah suasana bulan puasa ini rapatnya menjadi tentu akan berbeda, yang biasanya mungkin kenceng- kencengan, nah ini agak slow-slow saja. Tetapi memang kita membahas substansi yang tengah ramai diperbincangkan. Menjadi tidak lazim tentunya, apabila Komisi VI sebagaimana sesuai amanah yang diberikan sebagai Komisi yang salah satu tugasnya adalah melakukan fungsi pengawasan kepada mitra kerja, mitra kerja kita khususnya Kementrian BUMN dan teman- teman di BUMN. Apabila tidak mengetahui sebenarnya apa yang terjadi. Pertama tentu yang mencuat ke publik adalah persoalan kinerja keuangan atau ramai laporan keuangan. Kita tentu ingin mendengar karena di satu sisi kalau kita cermati kinerja keuangan Garuda dalam periode 1, 2 tahun yang lalu kita mendengar masih diliputi kerugian. Nah kemudian laporan terbaru, kita melihat rapornya menjadi biru. Dari perspektif komisi tentu kita menyambut gembira bahwa ini adalah kerja keras teman-teman di jajaran manajemen. Namun, tentu ketika kemudian mencuat ke publik kok sepertinya laporannya dipersoalkan oleh komisaris. Maka kita ingin tahu ada apa ini, nah kami nanti ingin mendengar soal itu yang pertama. Kemudian yang kedua, Pak Deputi karena ini terkait dengan persoalan publik juga yaitu persoalan tarif tiket. Di satu sisi, kita sering mendengar tantangan yang dihadapi oleh teman-teman maskapai tidak hanya Garuda, adalah persoalan e persaingan harga tiket. Dihadapkan lagi persoalan bahan bakar, atau avtur yang juga tinggi. Pada saat yang sama, maskapai dituntut harus melakukan efisiensi. Nah, ini semua kan bercampur kemudian men mengerucutnya dalam bentuk tiket atau harga tiket yang kemudian dibebankan kepada konsumen. Kalau mengikuti pemberitaan, Pak Menteri Perhubungan maunya diturunin terus. Padahal mereka atau Kementerian Perhubungan sudah membuat batas atas batas bawah. Sepengetahuan kita temen-temen di maskapai kan tentu tidak berani melanggar batasan itu, namun e apa dari kacamata pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Perhubungan masih menghendaki agar tiket ini bisa diturunkan sehingga tidak memberatkan kepada konsumen. Nah apa perdebatan ini juga apa menimbulkan pertanyaan bagi kami di komisi. Bagaimana sih temen-temen di maskapai apa menyusun formula sehingga harga tiket yang muncul yang dari kacamata konsumen tidak membebani. Tetapi, dari kacamata manajemen tentu diharapkan agar tetap kinerja perusahaan bisa berjalan. Di sisi yang lain karena Komisi VI juga bermitra dengan KPPU, kita juga mengikuti pemberitaan KPPU mencermati jangan sampai persoalan tiket ini terselubung ada persoalan kartel. Karena sekarang maskapai kan katanya kan tinggal praktis tinggal 2 ya Pak ya. Garuda Group sama. Oh ada tiga, Garuda Group, ada Lion Grup, dan ada Air Asia Group. Nah kalau tiga duduk kongkow-kongkow tanpa ini kan sudah bisa cucok ngatur-ngatur harga. Itu kan nggak boleh dalam konteks persaingan usaha kalau ketahuan. Tapi maksud saya, temen-temen KPPU juga mencermati itu. Maaf, pakai catatan kaki. Nah ini hal-hal yang menurut saya, kita ingin berikan kesempatan seluas-luasnya kepada Pak Deputi, kepada temen-temen Garuda khususnya untuk menjelaskan kepada kita Komisi. Saya yakin temen-temen Komisi juga mencermati hal ini, dan kami persilakan untuk mendalami. Moga-moga dengan forum ini, persoalan ini bisa kita clear-kan sehingga teman-teman di jajaran manajemen tetap bisa bekerja dengan tenang memberikan layanan. Yang terakhir sekali kita ingin mendengar mungkin sudah ya kalau terkait kesiapan dengan lebaran temen-temen Garuda sudah, oke. Jadi kita apa agenda kita khusus dua itu. Apakah dari temen-temen anggota ada agenda atau poin lain yang ingin di highlight atau kita persilakan untuk dikembangkan nanti di dalam apa perjalanan rapat. Gitu ya Pak ya, cukup ya kata Pak Darma cukup dua jam. Baik moga-moga bisa kita cukupkan, saya persilakan langsung kepada Pak Gatot, Pak Deputi untuk menyampaikan paparan terlebih dahulu sebelum nanti dilanjutkan Pak Ari Askhara, Dirut Garuda. Saya persilakan. DEPUTI BUMN: Terima kasih Bapak Pimpinan. Yang kami hormati Bapak Pimpinan, Bapak Teguh Juwarno. Ibu Bapak Anggota Komisi VI DPR-RI yang kami hormati. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore. Salam sejahtera untuk kita semua. Om swastiastu. Terima kasih atas kesempatan pada sore hari ini. Bapak Pimpinan, Anggota yang kami hormati. Untuk pemaparan tadi yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan tentang laporan keuangan Garuda, harga tiket pesawat dan yang lainnya. Perlu nanti mohon izin Bapak Pimpinan dan Anggota, laporan keuangan biar nanti dari Pak Ari Ashkara menjelaskan secara lengkap. Khusus untuk harga tiket Bapak Pimpinan, Pak Menko Perekonomian sudah mengundang Ibu Menteri dua kali. Tanggal 6 dan 13 Mei yang lalu untuk penetapan harga tiket. Posisi kami Kementerian BUMN, Ibu Menteri BUMN adalah karena sebagai operator. Jadi kita serahkan kepada regulator Kementerian Perhubungan untuk penetapan itu. Jadi, pada saat di dalam rapat kami, Ibu Menteri juga menyampaikan bahwa sejak 2016 tarif batas atas tiga pesawat tidak pernah naik. Sementara kurs dolar dan avtur juga naik. Artinya dari sisi airlines sendiri itu juga tertekan dari sisi cost-nya. Jadi nanti, in detail nanti bisa sambil jalan Bapak Pimpinan. Untuk mempersingkat waktu, mohon izin Bapak Pimpinan dan Bapak Ibu anggota Komisi VI, Pak Ari Ashkara Dirut Garuda akan menjelaskan. Mohon berkenan, yo. DIRUT PT. GARUDA INDONESIA: Terima kasih Pak Gatot. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam kebajikan, om swastiastu, namo budaya. Yang terhormat pak Bapak Pimpinan dan Anggota Ibu-Bapak, Ibu- Anggota Komisi VI yang saya hormati. Untuk menjawab yang pertama mungkin saya bisa kasih berikan latar belakang mengenai transaksi yang sebelumnya cukup menarik perhatian. Khususnya transaksi free wifi on board transaction. Jadi transaksi di tersebut didasari pada layanan wifi gratis dalam penerbangan Garuda Group untuk melayani menggantikan layanan wifi berbayar yang ada yang ada saat ini di pesawat. Transaksi tersebut ditandatangani di Oktober 2018 antara Citilink dan Mahata. Kemudian itu menjadi menarik perhatian karena ada dua komisaris dari pemegang saham minoritas yang tidak ingin menandatangani persetujuan atas laporan keuangan yang di-audited oleh BDO, yang mana itu BDO dipilih langsung dan e disetujui oleh komisaris itu sendiri. Jadi, semua transaksi yang ada di laporan keuangan Garuda itu sudah melalui laporan audited dan diaudit oleh independen auditor BDO. Yang mana itu di tunjuk langsung oleh komisaris. Transaksi tersebut sudah kami laporkan juga sesuai dengan compliance di Garuda di November, Desember, dan Januari. Namun, pada last minute memang dua komisaris tidak menyetujui dengan alasan ada beberapa hal yaitu tidak sesuainya dengan PSAK 23 dan tidak diakuinya pendapatan tersebut secara utuh.