1

EDY RAHMAYADI DAN MUSA RAJECKSHAH DALAM WASPADA ONLINE

(Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online)

SKRIPSI

AHMAD RAFIQI LUBIS 140904145

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

Universitas Sumatera Utara 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Ahmad Rafiqi Lubis NIM : 140904145 Judul : Edy Rahmayadi Dan Musa Rajekshah dalam Waspada Online (Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online)

Dosen Pembimbing, Ketua Prodi,

Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph. D Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D NIP. 196710021994031002 NIP. 196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos,M.Si. NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara 3

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Ahmad Rafiqi Lubis

NIM : 140904145

Departemen : Ilmu Komunikasi

Tanda Tangan :

Tanggal : 25 September 2018

Universitas Sumatera Utara 4

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Ahmad Rafiqi Lubis

NIM : 140904145

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Edy Rahmayadi Dan Musa Rajekshah dalam Waspada Online (Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : (...... )

Penguji : (...... )

Penguji Utama : (...... )

Ditetapkan di : Medan Tanggal :

Universitas Sumatera Utara 5

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Ahmad Rafiqi Lubis NIM : 140904145 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Edy Rahmayadi Dan Musa Rajekshah dalam Waspada Online (Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online) Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 25 September 2018 Yang menyatakan,

(Ahmad Rafiqi Lubis)

Universitas Sumatera Utara 6

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Edy Rahmayadi dan Musa Racjeckshah dalam Waspada Online (Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Waspada Online memaknai, memahami dan mengkontruksi citra Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajeckshah sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme, konstruksi sosial media massa, komunikasi massa, hierarki pengaruh isi media, dan media online. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif menggunakan analisis framing sebagai pisau analisis. Data penelitian diperoleh melalui studi kepustakaan dan studi dokumen. Proses penelitian ini menggunakan referensi data dari portal berita di-internet, subjek penelitian merupakan artikel berita Waspada Online yang memuat mengenai Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajeckshah ataupun artikel-artikel lainnya. Analisis teks citra Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajeckshah sebagai pasangan calon terkait pemilihan umum Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 dilakukan dengan analisis framing yang merujuk pada konsep framing Robert N. Entman. Dalam konsep ini, terdapat empat tahapan analisis framing yaitu: Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, dan Treatment Reccomendation. Terdapat tujuh berita yang akan dianalisis, dari rentang tanggal 17 Februari 2018 sampai 25 Februari 2018. Dari penelitian ini, Waspada Online menonjolkan isu bagaimana kegiatan keseharian Edy Rahmayadi dan atau Musa rajeckshah serta menggambarkan pribadi Edy Rahmayadi sebagai pribadi yang santun, rendah hati, berwibawa, disiplin, dan merakyat guna meyakinkan para pemilih saat Pemilu serentak di Sumatera Utara tahun 2018.

Kata Kunci: Eramas, Analisis Framing, Waspada Online

Universitas Sumatera Utara 7

ABSTRACT

This research is entitled Edy Rahmayadi and Musa Racjeckshah in Waspada Online (Framing Analysis of Candidates for North Governor and Deputy Governor in Waspada Online Media). This study aims to find out how Waspada Online interpret, understand and construct the image of Edy Rahmayadi and or Musa Rajeckshah as Candidates for the Governor and Deputy Governor of . The approach used in this research is constructivism paradigm, construction of social mass media, mass communication, advanced media hierarchy, and online media. This study uses qualitative analysis methods that use framing analysis as an analysis. Research data uses literature and document study. This research process uses reference data from internet news portals, the subject of the research is Waspada Online news article which includes Edy Rahmayadi and or Musa Rajeckshah or other articles. Text analysis of the images of Edy Rahmayadi and or Musa Rajeckshah as people participating in the North Sumatra Governor General Election in 2018 was carried out by inverse framing analysis on the concept of framing Robert N. Entman. In this concept, there are four more framing analyzes, namely: Define the Problem, Diagnose the Causes, Make Moral Judgments, and Treatment Recommendations. There are seven news that will be analyzed, starting from February 17 2018 to February 25, 2018. From this research, Waspada Online discusses the issue of how the daily activities of Edy Rahmayadi and or Musa rajeckshah and also Edy Rahmayadi as a person who is polite, humble, authoritative, discipline, and populist for voters during the simultaneous Election in North Sumatra in 2018.

Keywords: Eramas, Framing Analysis, Waspada Online

Universitas Sumatera Utara 8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala puji dan syukur yang tidak hentinya saya lantunkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala curahan rahmat dan ridha-Nya yang tidak dapat saya hitung sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam saya ucapkan kepada baginda Rasulullah Muhammadsallallahu’alaihiwassalam yang telah menuntun ummatnya ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. peneliti menyadari banyaknya dukungan doa dan bantuan secara moril dan materil dari berbagai pihak, khususnya untuk kedua orangtua terkasih, Ayahanda Zulkifli Lubis dan Ibunda Sri Nurhayati atas cinta kasih, doa, nasihat, didikan, perhatian dan semangat yang terus diberikan sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terimakasih atas setiap dukungan dan semangat yang telah diberikan oleh adik-adik terkasih, Adlil Wafi Lubis dan Rahma Maulida Lubis, skripsi ini peneliti persembahkan untuk kalian.

Dalam kesempatan kali ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh jajarannya. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 9

3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan nasihat kepada saya serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. 5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing saya mulai dari awal semester hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 6. Seluruh karyawan Tata Usaha Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam membantu penulis mengurus administrasi selama perkuliahan hingga sidang. 7. Kepada teman terdekat Rini Ulul Azizhah atas doa, dukungan, tenaga, dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini. 8. Untuk para sahabat-sahabat saya yang tergabung dalam grup Gambut Brotherhood Farhan Azizi, Yoel Imanuella Sirait, Muhamad Reza Hanafi Lubis, Dodi Yogasworo, Venesis Hasibuan, Budi Rahman Lubis, Ahmad Rizkon Amri, Tirto Pardede atas setiap dorongan dan semangat yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Arena of Valor, DotA 2, dan Playerunknown’s Battleground. Sumber hiburan dan derita yang diterima peneliti selama menyelesaikan skripsi. 10. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2014 di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terima kasih untuk semua jenis dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam membagi ilmu dan informasi. 11. Serta kepada seluruh pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara 10

Saya juga menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati mengharapkan segala masukan, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan skripsi ini serta menambah pengetahuan dan pengalaman saya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pembaca untuk ke depannya.

Medan, 26 September 2018 Peneliti

Ahmad Rafiqi Lubis

Universitas Sumatera Utara 11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK i KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL DAN BAGAN viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Fokus Masalah 6 1.3 Tujuan Penelitian 6 1.4 Manfaat penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian 8 2.1.1 Paradigma Konstruktivisme 9 2.2 Penelitian Terdahulu 14 2.3 Uraian Teoritis 15 2.3.1 Konstruksi Sosial Media Massa 15 2.3.2 Analisis Framing 19 2.3.2.1 Konsep Framing Entman 24 2.3.3 Komunikasi 26 2.3.4 Komunikasi Massa 27 2.3.5 Hierarki Pengaruh Isi Media 30 2.3.5.1 Gatekeeper 31 2.3.6 Media Online (New Media) 34 2.3.6.1 Perkembangan Media Online di 37 2.3.6.2 Jurnalis Online 39

Universitas Sumatera Utara 12

2.4 Kerangka Analisis 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 42 3.2 Subjek Penelitian 47 3.3 Objek Penelitian 49 3.4 Kerangka Analisis 49 3.5 Teknik Pengumpulan Data 49 3.6 Teknik Analisis Data 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Penelitian 51 4.2 Temuan Awal 53 4.2.1 Analisis Framing berita 1 54 4.2.2 Analisis Framing berita 2 60 4.2.3 Analisis Framing berita 3 63 4.2.4 Analisis Framing berita 4 67 4.2.5 Analisis Framing berita 5 71 4.2.6 Analisis Framing berita 6 74 4.2.7 Analisis Framing berita 7 78 4.3 Pembahasan 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 87 5.2 Saran 87

DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara 13

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

NO. JUDUL HALAMAN

2.1 Paradigma Konstruksionis 12 2.2 Definisi Framing Menurut Beberapa Tokoh 22 2.3 Skema Framing 23 2.4 Konsep framing Entman 24 2.5 Model Analisis Entman 24 2.6 Perkembangan Media Online di Indonesia 39 2.7 Kerangka Analisis 41 3.1 Proses Analisis Data Kualitatif 46 3.2 Analisis Framing Model Robert N. Entman 51 4.1 Analisis Framing model Robert N. Entman 52 4.2 Temuan Awal Berita 53 4.3 ERAMAS siap kampanye tanpa hoax, sara, 59 dan politik uang 4.4 Deklarasi Kampanye Damai Pilgubsu 2018, 63 ERAMAS Datang Pertama 4.5 Relawan: Mereka Salah Menilai Edy Rahmayadi 67 4.6 Usai Jualan Cendol, Edy Rahmayadi Naik Angkot 70 ke Masjid 4.7 Pria Berdarah Batak Ini Curi Perhatian Edy Rahmayadi 73 4.8 Diskusi Sambil Ngopi Bareng Edy Rahmayadi di Ulee 77 Kareng 4.9 ERAMAS Peduli Korban Kebakaran Simpang Gambir 81 Madina 4.10 Framing ERAMAS dalam Media Waspada Online 85

Universitas Sumatera Utara 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pemikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki keperkasaan dalam mempengaruhi masyarakat, tersitimewa pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407)

Politik, seperti komunikasi, adalah proses; melibatkan pembicaraan. bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam makna inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol – kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian (Nimmo, 1989: 8). Komunikasi politik di media massa erat kaitannya dengan opini publik. Opini publik yaitu upaya membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai suatu masalah politik atau aktor politik (Nimmo, 1989: 5). Dalam komunikasi politik, media masa menjadi penggerak utama dalam usaha mempengaruhi individu terhadap terpaan berita yang diterimanya (Nimmo, 1993: 198-200). Media massa menjadi saluran yang sering digunakan dalam menyampaikan informasi politik. Media massa dilihat sebagai alat yang mampu menjustifikasi terhadap realitas sosial yang terjadi di masyarakat

Pemilihan umum Gubernur Sumatera Utara diadakan pada tanggal 27 Juni 2018, di Sumatera Utara pada pemilu tahun ini memiliki dua calon Gubernur salah satunya yaitu Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah. Pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah (Ijeck) mendeklarasikan diri sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara pada hari Minggu tanggal 7 Januari 2018. Sehari setelah deklarasi, pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Daerah pada hari Senin tanggal 8 januari 2018 didampingi pimpinan tiga parpol pendukung dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara (www.cnnindonesia.com). Deklarasi digelar di Lapangan

Universitas Sumatera Utara 15

Merdeka Medan. Acara deklarasi dihadiri Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Presiden PKS Sohibul Imam (www.nasional.harianterbit.com).

Pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah mengikuti pemilihan Gubernur Sumatera Utara setelah mendapatkan dukungan dari Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Gabungan kursi ketiga partai itu di DPRD Sumut adalah 28 di mana Gerindra 13, PKS 9, dan PAN ada 6. Jumlah gabungan kursi itu sudah melebihi syarat administrasi yang ditetapkan guna mencalonkan kandidat dalam Pilkada Serentak 2018 yakni minimal 20 kursi di DPRD provinsi (www.cnnindonesia.com).

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Edy Rahmayadi (lahir di Sabang, , 10 Maret 1961) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/12/I/2018, tanggal 4 Januari 2018 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI, ia ditetapkan menjadi Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun dini). Sebelumnya ia menjabat Pangkostrad menggantikan Jenderal TNI yang telah menjadi KSAD. Edy Rahmayadi, merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1985 berpengalaman dalam bidang infanteri. Jabatan sebelumnya adalah Panglima Kodam I/Bukit Barisan. Edy Rahmayadi pernah menjabat sebagai Komandan Yonif Linud 100/Prajurit Setia yang bermarkas di Namu Sira-Sira, Langkat, Provinsi Sumatera Utara (www.wikipedia.com).

Wakilnya H. Musa Rajekshah (lahir di Medan, 1 April 1974) merupakan pengusaha kelapa sawit, Komisaris PT. Anugerah Langkat Makmur, juga sebagai pihak ketiga produksi PTPN IV, Ijeck panggilan akrabnya juga dikenal memiliki pengalaman organisasi seperti, Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia Sumatera Utara (2 Periode), Ketua Harley Davidson Club Indonesia Sumatera Utara, Pengurus Daerah Persatuan Menembak Indonesia, Musa Rajekshah juga menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia Kota Medan Periode 2014–2019 (www.musarajekshah-ijeck.id).

Universitas Sumatera Utara 16

Michael Schudson (dalam Eriyanto, 2002: 29) menjelaskan bahwa berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Realitas itu dijadikan berita tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Berita yang dimuat media massa bukan semata cermin dari realitas sebagaimana dilihat dan didengar oleh wartawan, tapi merupakan konstruktsi wartawan atau media tersebut terhadap realitas. Maka patut diduga, bahwa media akan membingkai suatu realitas berdasarkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai yang dianut oleh wartawan atau media yang bersangkutan.

Media melakukan apa yang disebut dalam komunikasi politik dengan permainan kata dalam pembicaraan politik (the word play of political talk) guna menciptakan citra politik. Elemen-elemen framing dipergunakan yaitu berupa pemakaian pemilihan kata, penyajian fakta baik itu simbol verbal maupun non verbal (Hamad, 2004: 166).

Perkembangan media online menjadi salah satu awal dari kembangitan media. Sebuah pergeseran telah terjadi dan dianggap sebagi sebuah awalan baru yang sangat membantu banyak pihak tidak terkecuali masyarakat. Lahirnya media online tidak dapat dihindari dari peristiwa booming media online yang terjadi di dunia pada pertengahan 1990an. Pada bulan Mei 1992 Chicago online pada koran pertama di Amerika yang diluncurkan oleh salah satu Tribune di Chicago Amerika Serikat. Sampai pada 2001 database AS telah berisikan 12.878 berita online. Dari perkembangan yang terjadi di Amerika ini, banyak sekali negra lainnya yang ikut mengadopsi hal ini (www.kompasiana.com). Media massa tentu memiliki agenda masing masing, dari sekian banyak agenda media ada dua agenda besar media saat ini yaitu agenda ekonomi dan politik. Media mengarah kearah industri tanpa meninggalkan perannya sebagai institusi masyarakat, hal ini menyebabkan aktivitas media saat ini sangat bergantung dengan agenda ekonomi maupun politik serta teknologi yang terus menerus berubah (McQuail, 2011: 244).

Pada tahun 1996 majalah Tempo dibredel rezim orde baru,kemudian pada tahun 1994 mendirikan Tempo interaktif. Bermuncul media baru seperti Waspada Online dari Sumatera Utara (www.waspada.com) dan kemudian diikut juga oleh

Universitas Sumatera Utara 17

Kompas dengan membuat Kompas Online (www.kompas.com) pada 22 Agustus 1997. Media online ynag bermunculan ini sendiri pada dasarnya memiliki isi yang sama dengan media cetak (Margianto dan Asep, 2012: 12).

Media online sebagai media internet menjadi media massa sekaligus sistem pengiriman yang terintegrasi bagi media tradisional, cetak, radio dan video. Sea dan Hill melihat perkembangan internet di Indonesia tak lepas dari berakhirnya era pemerintahan Soeharto, yang mereka sebut sebagai ‘Indonesia media in the end of an authoritarian order’ situs berita online adalah satu-satunya media yang tidak bias dijangkau oleh otoritarian Soeharto (Romli, 2012).

Mengutip (Severin dan Tankard, 2007: 264) Kurt Lang dan Gladys Engel- Lang penelitian yang meneliti tentang penentuan agenda mengatakan “Media massa memaksakan perhatian pada isu-isu tertentu. Media massa membangun citra publik tentang figur-figur politik. Media secara konstan menghadirkan objek- objek yang menunjukkan apa yang hendaknya dipertimbangkan, diketahui, dan dirasakan individu-individu dalam masyarakat”. Utamanya dari apa yang dikatakan oleh Kurt dan Gladys adalah sebuah framing media, pembentukan agenda terhadap isu isu dan bagaimana figur di konstruksi merupakan wujud sebuah framing. Menurut Eriyanto (2011: 261) framing adalah cara pandang yang digunakan oleh wartawan atau media dalam menyeleksi isu. Untuk mengetahui intensi dari pemilihan frame suatu berita, diciptakan suatu metode khusus yang disebut analisis framing. Pada dasarnya analisis framing adalah metode untuk melihat cara bercerita media atas peristiwa (Eriyanto, 2011:10). Dalam literaturnya (Bungin, 2001: 151) mengatakan framing dapat digunakan untuk melihat bagaimana upaya media menyajikan sebuah event yang mengesankan obyektivitas, keseimbangan, dan non partisan dan mengemasnya sedemikian rupa sehingga khalayak mudah tergiring ke dalam kerangka (framing) pendefinisian realitas tertentu yang dilakukan oleh media melalui pemilihan kata, bahasa, penggunaan simbol dan sistem logika tertentu. Analisis framing adalah instrumen metodologis yang diterapkan untuk mengetahui cara media mengkonstruksi sebuah wacana berita (News discourse) dengan melakukan penonjolan-penonjolan tertentu. Analisis framing selanjutnya dapat dikaitkan dengan kegiatan politik

Universitas Sumatera Utara 18

praktis misalnya, sehingga penelitian ini akan bisa melihat bagaimana kecenderungan sikap politik media terhadap isu-isu yang berkembang melalui pemberitaannya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis berasumsi setiap media akan membingkai pemberitaan mengenai Edy Rahmayadi dan Musa Rajeksyah dalam pencalonannya sebagai gubernur Sumatera Utara, sesuai dengan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai yang dianut oleh mereka. Peneliti ingin melihat bagaimana media Waspada Online menggambarkan Edy Rahmayadi maupun Musa Rajeksyah.

Penulis tertarik mengkaji pemberitaan mengenai Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah atau yang disingkat ERAMAS, karena sebagai calon dengan partai pengusung terbanyak antara lain Partai Perindo, Golkar, Gerindra, PKS, PAN, dan Nasdem. ERAMAS juga merupakan calon dengan elektabilitas tertinggi hingga tanggal 10- Maret 2018 yaitu dengan persentase 33,1% survei dilakukan oleh Media Survei Nasional (Median) dilakukan pada 16-25 Januari 2018 dengan sampel 1.200 warga Sumut yang telah memiliki hak pilih. Teknik menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 3,4% pada tingkat kepercayaan 95%, dan quality control 20% (www.news.okezone.com). hal ini tentu sangat menarik perhatian peneliti untuk mencari tahu bagaimana media Waspada Online mengkonstruksi isi berita dalam sudut pandang Waspada Online.

Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas. Media menghubungkan dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa tersebut lebih mudah diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2002 :187). Konsep media Framing secara sederhana menjelaskan bahwa pemberitaan media seterusnya mereduksi atau mendistorsi sebuah fakta yang sesungguhnya rumit dan bertingkat-tingkat. Robert N. Entman menjelaskan framing me-reduksi fakta dengan menghilangkan atau mengaburkan aspek lain yang tidak kalah penting. Melalui Framing yang disajikan kepada publik bukan fakta itu sendiri, melainkan

Universitas Sumatera Utara 19

penggalan atau sekuel fakta yang pasti tidak lengkap dan dapat mendistorsi persepsi khalayak (Eriyanto, 2002: 79).

Seorang Public Relations dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menganalisis Framing berita. Kemampuan Public Relations dalam menganalisis Framing sebuah berita dari media, digunakan untuk mengetahui jenis pemberitaan, ideologi, dan format penulisan berita yang ditampilkan oleh media. Perlu diketakui bahwa Public Relations turut bertugas dalam menjalin relasi dengan media. Relasi yang dibangun bertujuan untuk memudahkan seorang Public Relations dalam mengirimkan rilis berita kepada media-media yang tentunya memiliki sudut pandang yang berbeda, hal tersebut sangat membantu Public Relations dalam menjalankan tugasnya menjaga citra baik perusahaan (Prakasa, 2016: 5).

1.2 Fokus Masalah

Masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan- pertanyaan yang hendak dicari jawabannya. Dapat juga dinyatakan bahwa perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Pohan, Nurbani, Lubis, Zulkarnain, Humaizi, Lubis, dan Butsi, 2012: 10). Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan fokus masalah sebagai berikut: “Bagaimana Waspada Online mengkontruksi Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah jelang pemilihan umum Gubernur Sumatera Utara 2018 ini?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bagaimana Waspada Online memaknai, memahami dan mengontruksi Edy Rahmayadi dan Musa rajekshah. 2) Untuk melihat perspektif yang ditampilkan Waspada Online dalam memberitakan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Universitas Sumatera Utara 20

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang analisis framing. 2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya pengetahuan mengenai analisis framing dan penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan refensi bersama dalam memahami analisis framing dan masukan bagi masyarakat dalam memaknai sebuah berita.

Universitas Sumatera Utara 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Seorang ahli filsafat ilmu pengetahuan, Thomas Kuhn (1972) mengembangkan konsep paradigmatik sebagai upaya untuk mempelajari anomali- anomali dalam sejarah ilmu pengetahuan. Melalui bukunya, The Strcuture of Scientific Revolution Kuhn menggunakan istilah paradigma dalam dua dimensi yang berbeda. Paradigma berarti keseluruhan perangkat –Kuhn menyebutkannya dengan istilah ‘konstelasi’ – keyakinan, Nilai-nilai, teknik-teknik, dan selanjutnya dimiliki bersama oleh para anggota suatu masyarakat. Kedua, paradigma berarti unsur-unsur tertentu dalam perangkat tersebut, yakni cara-cara pemecahan atas suatu teka-teki, yang digunakan sebagai model atau contoh, yang dapat menggantikan model atau cara lain sebagai landasan bagi pemecahan atas teka- teki dalam ilmu pengetahuan normal (Azwar, 2005: 53).

Menurut Newton-Smith (1981) (dalam Suyanto, 2005: 215) paradigma Kuhn mencakup lima unsur, yaitu: shared symbolic generalization (generalisasi simbolik milik bersama); models (model-model); value (nilai-nilai); metaphysical principles (prinsip-prinsip metafisis), dan exemplar (masalah-masalah konkret).

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2008: 49) “paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.” Subjektifitas peneliti dan objek penelitian diasumsikan terhubung secara interaktif sehingga temuan dari penelitian tersebut tercipta seiring berlangsungnya penelitian. Dalam literaturnya Nyoman Naya Sujana yang menjelaskan bahwa paradigma sebagai sebuah konsep yang paling umum dan terdalam untuk melihat dan memahami realitas. Konsep tersebut memandang realitas yang tercipta adalah sesuatu yang dapat dipahami oleh manusia (Suyanto, 2005:9).

Universitas Sumatera Utara 22

menurut Dedy N. Hidayat (1999) mengacu pada Guba (1990: 1994) dikutip dari (Bungin, 2006: 237) menjelaskan paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi penelitiannya, ada 3 paradigma: (1) paradigma klasik (classical paradigm); (2) paradigma kritis (critical paradigm); dan (3) paradigma konstruktivisme (constructivism paradigm). Menurut Sendjaja (2005), paradigma klasik (gabungan dari paradigma positivism dan post-positivism menurut Guba), menurut Dedy N. Hidayat (1999), bersifat interventionist, yakni melakukan pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico-deductive method, melalui laboratorium, eksperimen, atau survei eksplanatif dengan analisis kuantitatif. Dengan demikian, objektivitas, validitas, dan realibilitas diutamakan dalam paradigma ini. Paradigma kritis lebih berorientasi participative dalam arti mengutamakan analisis komprehensif, konstekstual, dan multilevel analisis, dan peneliti berperan sebagai aktivis atau partisipan. Paradigma konstruktivisme bersifat reflektif dan dialektikal. Menurut paradigma ini, antara peneliti dan subjek yang diteliti, perlu tercipta empati dan interaksi dialektis agar mampu merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti observasi partisivasi (participant observation).

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis yaitu paradigma yang hampir merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objekstivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Dikutip dari (Bungin, 2008 :202) Peter L. Berger dan Thomas Luckman mengenalkan paradigma konstruktivis dalam “The Social Construction of reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge”. Dikatakan bahwa paradigma ini lahir atas kritik terhadap paradigma positivisme yang mengatakan bahwa realitas adalah objek yang riil dan dapat diteliti terpisah antara objek dan subjek komunikasinya.

Dalam aliran filsafat, gagasan konstruktivisme telah muncul sejak Sokrates menemukan jiwa dalam tubuh manusia, sejak Plato menemukan akal budi dan ide. Gagasan tersebut semakin lebih konkret lagi setelah Aristoteles mengenalkan istilah informasi, relasi, individu, substansi, materi, esensi dan sebagainya. Dan ia

Universitas Sumatera Utara 23

mengatakan bahwa, manusia adalah mahluk sosial, setiap pernyataan harus dibuktikan kebenarannya, bahwa kunci pengetahuan adalah logika dan dasar pengetahuan adalah fakta (Bertens, 1993: 137).

Konstruktivisme merupakan reaksi terhadap epistemologi radikal empiris. Para penganut konstruktivisme kontemporer seperti Khun, Hanson, dan Toulmin yakin bahwa penelitian ilmiah dilaksanakan dalam suatu perspektif global pandangan dunia yang membentuk proses penelitian (Bulaeng, 2004: 11) menjelaskan ada 5 asumsi yang mendasari epistemologi konstruksi, yaitu:

1. Konstruktivisme menolak pandangan logika positivisme. 2. Kaum konstruktivis beranggapan bahwa dunia empiris tidaklah independen. Melainkan persepsi dan interpretasi peneliti akan mempengaruhi apa yang dilihat peneliti saat meneliti. 3. Konstruktivisme menolak perspektif deduksionis yang mempercayai bahwa pengalaman itu tidak berdiri sendiri, melainkan terpadu. 4. Kaum konstruktivis mengingkari operasionalisme yang berpandangan bahwa konsep-konsep teoritis sangat berbeda dengan indikator- indikator empirisnya. 5. Konstruktivisme beranggapan bahwa teori-teori komunikasi lebih dari sekedar hubungan statistik saja. Melainkan juga menjelaskan perilaku komunikasi dengan mengacu pada alasan-alasan seseorang berbicara dengan lainnya. Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno (1997): pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme biasa. Konstrukstivisme radikal hanya dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran kita. Bentuk itu tidak selalu representasi dari dunia nyata.Pengetahuan bagi mereka merefleksi suatu realitas objektif, namun sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman seseorang. Dalam pandangan realisme hipotetis, pengetahuan adalah sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki. Sedangkan konstruktivisme biasa memandang bahwa pengetahuan individu dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam dirinya sendiri.

Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer kepada individu lain yang pasif. Konstruksi harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi itu. Konstruktivisme dapat dilihat sebagai sebuah

Universitas Sumatera Utara 24

kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang ada karena terjadi relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang disekitarnya. Dan konstruksivisme semacam inilah yang oleh Berger dan Luckmann (1990) disebut dengan konstruksi sosial (Bungin, 2008:14). Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Subjek tersebutlah yang merupakan faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan- hubungan sosialnya. Subjek melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan pembentukan diri, serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi (Ardiyanto, 2007:151)

Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan secara langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka (Hidayat, 2003:3). Menurut Patton, para peneliti konstrkutivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. Dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut (Patton, 2002: 96). Paradigma konstruktivis memiliki beberapa kriteria yang membedakannya dengan paradigma lainnya, yaitu ontologi, epistemologi, dan metodologi. Pada level ontologi, paradigma konstruktivis melihat kenyataan sebagai hal yang ada tetapi bersifat majemuk, dan maknanya berbeda bagi tiap orang. Dalam epistemologi, peneliti menggunakan pendekatan subjektif karena dengan cara itu bisa menjabarkan pengkonstruksian makna oleh individu. Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai macam jenis pengkonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah konsensus.

Universitas Sumatera Utara 25

Tabel 2.1 Paradigma Konstruksionis Positivis Konstruksionis Fakta/Peristiwa Ada fakta yang “riil” yang Fakta merupakan konstruksi diatur oleh kaidah-kaidah atas realitas. Kebenaran suatu tertentu yang berlaku universal fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu Media Media sebagai saluran pesan Media sebagai agen konstruksi pesan Berita Berita adalah cermin dan Berita tidak mungkin refleksi dari kenyataan. Berita merupakan cermin dan refleksi haruslah sama dan sebangun dari realitas. Karena berita yang dengan fakta yang hendak terbentuk merupakan konstruksi diliput atas realitas Sifat Berita Berita bersifat objektif: Berita bersifat subjektif: opini menyingkirkan opini dan tidak dapat dihilangkan karena pandangan subjektif dari ketika meliput, wartawan pembuat berita melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif Wartawan Wartawan sebagai pelapor Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektif pelaku sosial Etika, Pilihan Moral, Nilai, etika, opini, dan pilihan Nilai, etika, atau keberpihakan Keberpihakan moral berada di luar proses wartawan tidak dapat Wartawan peliputan berita dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa Nilai, Etika, dan Pilihan Nilai, etika, dan pilihan moral Nilai, etika, dan pilihan moral Moral Peneliti harus berada di luar proses bagian tak terpisahkan dari penelitian suatu penelitian Khalayak Berita diterima sama dengan Khalayak mempunyai apa yang dimaksudkan oleh penafsiran sendiri yang bisa jadi pembuat berita berbeda dari pembuat berita (Sumber: Eriyanto, 2001:19)

Pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat. (Eriyanto, 2002: 19) menyebutkan bahwa pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaiman media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu:

1. Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda.

Universitas Sumatera Utara 26

2. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai; media dapat menyebut mahasiswa sebagai pahlawan dapat juga menyebutnya sebagai perusuh. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah baku jurnalistik 4. Berita bersifat subjektif/konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6. Etika, pilihan moral, dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dalam produksi berita. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral yang dalam banyak hal berarti keberpihakan satu kelompok atau nilai tertentu umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu, adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. 7. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai tafsiran sendiri yang bisa saja berbeda dari pembuat berita (Zamroni, 2009:95)

Dikaitkan dengan pemberitaan, pendekatan konstruksionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan ideologi, nilai-nilai jurnalis, atau media. Menurut pendekatan konstruksionis, hasil kerja seorang jurnalis tidak dapat dinilai dengan standar yang kaku. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai juga akan mewarnai pemberitaan, karena hal-hal itu merupakan bagian yang integral dalam diri jurnalis. Menurut pandangan ini, jurnalis bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta apa adanya (Prakarsa, 2016).

Universitas Sumatera Utara 27

Penelitian ini berangkat dari perspektif konstruksionis. Sesuai dengan uraian di atas maka penggambaran fakta, media, wartawan, dan berita dalam penelitian ini adalah sebagai sebuah satuan dari pola konstruksi. Dengan penggambaran fakta sebagai sebuah konstruksi, media sebagai agen yang mengkonstruk berita hingga bersifat subjektif dan wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektif pelaku sosial.

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun kajian kajian terdahulu yang pernah dibahas sebelumnya sebagai berikut:

1. Pembingkaian Berita Pilkada Serentak di Jawa Barat 2015 (Analisis Framing Robert N. Entman pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak dan Sikap Acuh Warga 9 Desember 2015 pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat edisi 16 September 2015). Nalera Agung Sangga Lasmana (2015), Universitas Komputer Indonesia. Temuan: Seleksi isu yang dilakukan Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar mengangkat sudut pandang yang berbeda pada sebuah peristiwa yakni sisi lain dari suasana menjelang pelaksanaan pilkada serentak 2015 di Jawa Barat. pemberitaan yang dianggap tidak penting menjadi penting dan berita yang tidak biasa serta berbeda dengan berita sebelumnya yang memuat berita tentang Pilkada serentak menjadi dasar pembuatan berita ini sehingga dimuat dalam surat kabar masing-masing media.

2. Analisis Pembingkaian Pemberitaan Bendera Aceh pada Harian Serambi Indonesia dan Harian Rakyat Aceh. Mahmudin (2015), Universitas Sumatera Utara

Temuan: Konstruksi realitas pemberitaan bendera dan lambang Aceh oleh harian Serambi Indonesia berbeda dengan harian Rakyat Aceh. Serambi Indonesia menganggap sebagai masalah politik, hukum, pertahanan dan keamanan (Polhukam). Sedangkan harian Rakyat Aceh menganggap sebagai masalah politik dengan menyoroti moral pemimpin Aceh.

Universitas Sumatera Utara 28

3. Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014 (Analisis Framing Laporan Utama “Siasat Aburizal” di Majalah Tempo Edisi 25 November-1 Desember 2013). Ipak Ayu Hidayatullah Nurcaya (2014), Universitas Sumatera Utara. Temuan: Dari penelitian ini, Majalah TEMPO menggambarkan citra Aburizal Bakrie sebagai sosok yang tidak layak maju menjadi calon presiden Republik Indonesia.Selain permasalahan elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar ini beragam permasalahan internal partai juga mengiringi niatnya untuk menjadi calon presiden

2.3 Uraian Teoritis

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran dalam menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot (Nawawi, 1983: 39). Adapun beberapa uraian teoritis yang relevan dengan topik permasalahan penelitian ini, yaitu :

2.3.1 Konstruksi Sosial Media Massa

Asal usul konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno, 1997: 24).

Berger dan Luckman (1966) (dalam Bungin, 2008:191) menjelaskan konstruksi sosial atas realitas melalui ‘The Social Construction of reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge’. Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas yang terjadi secara stimulan melalui tiga proses sosial, yakni eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat (Bungin, 2006: 202). Berger dan Luckman menjelaskan bahwa realitas sosial dengan memisahkan

Universitas Sumatera Utara 29

pemahaman ‘kenyataan dan pengetahuan’. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Mereka mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu.

Istilah interaksi merujuk pada bagaimana gagasan dan pendapat tertentu dari seseorang atau sekelompok orang ditampilkan dalam pemberitaan. Sehingga realitas yang terjadi tidak digambarkan sebagaimana mestinya, tetapi digambarkan secara lain. Bisa lebih baik atau bahkan lebih buruk, cenderung memarjinkan seseorang atau sekelompok orang tertentu (Eriyanto, 2001: 113).

Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media masa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. Namun proses simultan yang digambarkan di atas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari konten konstruksi sosial media massa, (Bungin, 2008: 205) menjelaskan proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal, yaitu kedudukan(tahta), harta, dan perempuan. Selain tiga hal itu ada juga fokus- fokus lain, seperti informasi yang sifatnya menyentuh perasaan banyak orang, yaitu persoalan sensitivitas, sensualitas, maupun kengerian. Dalam menyiapkan materi konstruksi ada tiga hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal. Dengan demikian media massa tidak bedanya dengan supermarket, pabrik kertas, pabrik

Universitas Sumatera Utara 30

uranium, dan sebagainya. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka adalah membuat media massa yang laku di masyarakat. 2. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujungnya adalah untuk “menjual berita” dan menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis. Contohnya seperti acara acara televisi yang menampilkan kesedihan dan airmata yang mengundang simpati, empati maupun kontroversi. 3. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.

Dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya keberpihakan kepada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, apabila keberpihakan media massa pada masyarakat, maka sudah tentu keberpihakan itu harus menghasilkan uang untuk kantung kapitalis pula. b. Tahap Sebaran Konstruksi Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real-time. Selain media elektronik dan media cetak, sebaran konstruksi juga dapat menggunakan varian media lain, seperti media luar ruangan, media langsung, dan media lainnya. Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi tersebut. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. c. Pembentukan Konstruksi Realitas 1. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara 31

informasi media massa sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap yang pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit tegantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. 2. Pembentukan Konstruksi Citra Pembangunan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; (1)model good news dan (2) model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi sesuatu pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini objek pemberitaan dokonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu sendiri. Sedangkan model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberikan citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri. Realitas sosial yang dimaksud adalah sebuah konstruksi pengetahuan dan/ atau wacana dalam dunia kognitif yang hanya hidup dalam pikiran individu dan simbol-simbol masyarakat, namun sebenarnya tidak ditemukan dalam dunia nyata. Refleksi realitas itu baru terlihat saat individu mengidentikkan dirinya dengan lingkungan sosialnya, dalam bentuk-bentuk yang lebih konkret terlihat di saat mereka menentukan pilihan-pilihan mereka terhadap sebuah produk untuk dipakai. Koridor realitas inilah yang dimaksud dengan realitas yang dicitrakan media, artinya citra itu hanya ada dalam media. Ketergantungan mereka yang hidup dalam realitas media adalah orang-orang yang selalu memiliki kesadaran realitas ini, sebagaimana ia menyadari dirinya sebagai bagian dari realitas itu sendiri. d. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. Alasan-alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini adalah

Universitas Sumatera Utara 32

1. kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi media massa. 2. Kedekatan dengan media massa adalah lifestyle orang modern, di mana orang modern sangat menyukai popularitas, terutama sebagai subjek media massa itu sendiri 3. Media massa walaupun memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subjektivitas media, namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat di akses.

2.3.2 Analisis Framing

Dalam sebuah literatur (Sobur, 2001: 161) Menjelaskan bahwa konsep framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo, 1999: 23). Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strip of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Dalam bukunya Goffman menyatakan bahwa frame sebenarnya sesuatu yang dipelajari dan digunakan dalam keseharian manusia, bahkan mendasari tingkah laku manusia itu sendiri. Dengan mempelajari frame yang ada dalam suatu masyarakat akan memandu sesorang mampu bersosialisasi dan menyatu dengan masyarakat tersebut (Sobur, 2004 :162).

Analisis framing merupakan suatu ranah studi komunikasi yang menonjolkan pendekatan multidisipliner dalam menganalisis pesan-pesan tertulis maupun lisan. Konsep framing atau frame sendiri bukan berasal dari ilmu komunikasi, melainkan dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam prakteknya, analisis framing juga memungkinkan disertakannya konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena-fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat benar-benar dipahami dan diapresiasi berdasarkan konteks sosiologis, politis atau kultural yang melingkupinya (Aristyo, 2017).

Universitas Sumatera Utara 33

Framing merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan di-belokkan secara halus, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya. Bagaimana realitas dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media (Sudibyo, 2001: 186). Dalam Framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, maka ada bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Kita bisa menghadirkan analogi ketika kita memfoto sesuatu pemandangan, maka yang masuk dalam foto hanyalah bagian yang berada dalam frame, bagian lain terbuang (Krisyanto, 2006: 255).

Dalam analisis framing yang diperlukan oleh seorang analis adalah melihat cara media mengkonstruksi realitas. Peristiwa dipahami bukan sebagai sesuatu yang taken for granted (lumrah). Seorang analis dalam analisis framing harus mampu bersikap kritis dan mempertanyakan segala sesuatu yang tampak sebagai kenyataan semua bagi masyarakat luas. Karna setiap berita yang muncul erat kaitannya dengan perspektif kewartawanan, asumsi asumsi yang diterima kemudian diolah berdasarkan ideologi dan perspektif setiap orang. Hal tersebut dilakukan dengan cara melewati proses seleksi dan reproduksi, berita sebenarnya adalah sebuah berita yang artificial, tetapi dapat diklaim objektif oleh pers untuk mencapai tujuan ideologis dan bisnis. Berita tidak hanya menyampaikan tetapi juga menciptakan makna (Sobur, 2004: 89).

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertuntu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah

Universitas Sumatera Utara 34

menyentuh dan diingat oleh khalayak. Karenanya, seperti dikatakan Frank D. Durham, framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti (Eriyanto 2002: 77).

Analisis framing merupakan pendekatan konstruktivis yang dipakai untuk menjelaskan tentang news discourse dengan fokus pada konseptualisasi teks-teks berita secara sintaksis, script, tematik, struktur retorikanya, sehingga akan diperoleh bukti atau temuan terhadap framing dari pemberitaan media massa terhadap isu dalam teks-teks berita. Analisis framing digunakan untuk melihat bagaimana media menangkap dan mengungkap realitas obyektif dalam peliputannya. Framing dapat digunakan untuk melihat bagaimana upaya media menyajikan sebuah event yang mengesankan obyektivitas, keseimbangan, dan non partisan dan mengemasnya sedemikian rupa sehingga khalayak mudah tergiring ke dalam kerangka (framing) pendefinisian realitas tertentu yang dilakukan oleh media melalui pemilihan kata, bahasa, penggunaan simbol dan sistem logika tertentu. Analisis framing adalah instrumen metodologis yang diterapkan untuk mengetahui cara media mengkonstruksi sebuah wacana berita (News discourse) dengan melakukan penonjolan-penonjolan tertentu. Analisis framing selanjutnya dapat dikaitkan dengan kegiatan politik praktis misalnya, sehingga penelitian ini akan bisa melihat bagaimana kecenderungan sikap politik media terhadap isu-isu yang berkembang melalui pemberitaannya (Bungin, 2001: 150).

Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi framing. Beberapa definisi para ahli tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara 35

Tabel 2.2 Definisi Framing Menurut Beberapa Tokoh: Tokoh Metode Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gambson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan- pesan yang ia terima. Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa- peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca.itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. David E. Snow and Robert Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa Benfort dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa. Zhongdang Pan and Gerald Strategi konstruksi dan memproses berita. M. Kosicki Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. (sumber: Eriyanto, 2002: 79)

Universitas Sumatera Utara 36

Jika digambarkan maka skema analisi framing dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.3 Skema Framing Paradigma Konstruksionis Teori Erwin Goffman Peter L. Berger Model Model Murray Edelman Model Robert N. Entman Model William A. Gambson Model Zhoungdang Pan dan Gerald M. Kosicki

(Sumber: Eriyanto, 2002: 13)

Dari model model metode di atas tentu memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya. Penggunaan model tergantung bagaimana bentu berita dan bentuk hasil yang ingin dicapai oleh peneliti.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto, 2002 :187). Sedangkan model framing William Gamson dan Andre Mondigliani menganggap frame sebagai cara bercerita atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan wacana (Krisyanto, 2006: 259). Dan model milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki frame dipahami sebagai suatu proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya (Eriyanto, 2002: 291).

Peneliti memilih untuk menggunakan analisis model Robert Entman, Entman melihat sebuah framing memiliki dua buah dimensi besar yaitu seleksi isu isu berita dan penekanan dalam hal apa yang ingin ditonjolkan. Secara sederhana metode Entman ingin melihat Penonjolan isu dari sebuah realitas yang ditampilkan oleh media. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya framing disajikan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut

Universitas Sumatera Utara 37

dengan menggunakan berbagai seterategi wacana. Semua aspek tersebut dipakai untuk membuat dimensi tertentu dan konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto, 2002: 221).

2.3.1.1 Konsep Framing Entman

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

Tabel 2.4 Konsep framing Entman Seleksi Isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang di masukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu Aspek dari isu tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis/ hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. (Sumber Eriyanto, 2002: 222)

Tabel 2.5 Model Analisis Entman Define problems Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? (Pendefinisian masalah) Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh (Memperkirakan masalah atau sumber apa? Apa yang dianggap sebagai masalah) penyebab dari suatu masalah? Siapa(aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah? Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk (Membuat keputusan moral) menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Universitas Sumatera Utara 38

Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan (Menekankan penyelesaian) untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus di tempuh untuk mengatasi masalah? (Sumber Eriyanto, 2002:223)

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Misalnya frame anti-militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra, yang ada dalam narasi berita.

Konsepsi mengenai framing dari Entman di atas menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose clause (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau member argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Universitas Sumatera Utara 39

Elemen framing lainnya adalah treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

2.3.3 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris ”communication” berasal dari kata Latin ”communicatio”, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna, maksudnya bila seseorang mengadakan kegiatan komunikasi dengan suatu pihak, maka orang tersebut cenderung berusaha untuk mengadakan persamaan arti dengan pihak lain yang menjadi lawan komunikasinya. Joseph A. Devito (1978) dalam bukunya “Communicology: An Introduction to the study of communication” menjelaskan komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih dari kegiatan menyampaikan dan menerima pesan komunikasi yang terganggu keributan, dalam suatu konteks, bersama dengan beberapa efek yang timbul dari kesempatan arus balik. Sedangkan Howard Stephenson (1971) dalam bukunya “Handbook of Public Relations” menjelaskan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan komunikasi dan juga efek komunikasi dari seseorang atau kelompok, kepada orang atau kelompok lainnya (Lubis, 2005: 10).

Istilah komunikasi sendiri berasal dari bahasa Latin seperti yang djelaskan oleh Wiryanto (2006:5), “Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.” Penjelasan ini seolah menjadi penguat definisi komunikasi sebagai proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.” Definisi ini menekankan komunikasi sebagai sebuah proses dengan jumlah komunikan minimal dua orang (Mulyana 2005: 3).

(Uchyana, 2002: 11) mengatakan komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang

Universitas Sumatera Utara 40

(komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Dalam literatur yang berbeda (Bungin, 2006: 31) menyimpulkan lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial orang- orang dalam masyarakat; termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi.

2.3.4 Komunikasi Massa

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan sebuah medium massa untuk mengirimkan pesan kepada khalayak yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau membujuk(Vivian, 2008 :405). Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/ pendengar/ penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Pembahasan komunikasi yang kian pesat dan kompleks beserta penelitian yang terus menerus dilakukan menjadi bukti bahwa ilmu komunikasi massa menjadi bagian penting dalam proses kajian keilmuan (Nurudin 2003: 1). Nurudin menambahkan bahwa media massa dalam komunikasi massa memiliki beragam bentuk antara lain media elektronik (televisi, radio), media cetak(surat kabar, majalah, tabloid), buku dan film. Dalam perkembangan komunikasi massa yang sudah sangat modern dewasa ini ada satu perkembangan tentang media massa yakni ditemukannya internet. Belum ada, untuk tidak mengatakan tak ada, bentuk media dari defenisi komunikasi massa yang memasukkan internet dalam media massa. Padahal jika ditinjau dari ciri, fungsi dan elemennya, internet jelas masuk dalam bentuk komunikasi massa (Nurudin 2003: 4).

Mengutip (Nurudin, 2003:6) Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup :

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada

Universitas Sumatera Utara 41

khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan diantara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan- pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Diartikan sebagai milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga, lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan bukan organisasi sukarela atau nirlaba. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam mebatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

Agar dapat memperjelas komunikasi massa kita membutuhkan ciri-ciri ataupun karakteristik khusus dari komunikasi massa. (Ardianto, 2004: 7) merinci karakteristik komunikasi massa, diantaranya :

a. Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa itu menggunakan media massa. baik media cetak maupun elektronik, Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah : komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa laik tidaknya pesan tersebut untuk dimuat. Ketika sudah laik, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh

Universitas Sumatera Utara 42

lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plate. Kemudian masuk mesin cetak. Itu hanya gambaran satu pesan saja. Apabila media komunikasi yang digunakan televisi tentu akan banyak lagi melibatkan orang. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta atau opini. Namun tak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi. d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Efendy, seperti dikutip komala, dalam Karlinah, dkk.(1999) mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Inilah salah satu ciri komunikasi massa yang sekaligus juga merupakan kelebihan komunikasi massa dari komunikasi antarpersona dan kelompok. e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Jadi dalam komunikasi antarpersona, yang menentukan efektivitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia: bukan pada “apanya” tetapi pada “bagaimana”. Sedangkan komunikasi massa menekankan pada “apanya” (Rakhmat, pada Komala, Dalam Karlinah, dkk. 1999). Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog

Universitas Sumatera Utara 43

sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. g. Stimulasi Alat Indra “Terbatas” Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan dalam media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan gerakan lainnya yang dapat diartikan, semua simbol tersebut merupakan umpan balik yang diterima oleh seluruh alat indra komunikator.

2.3.5 Hierarki Pengaruh Isi Media

Proses pemilihan peristiwa yang akan diangkat sebagai berita, proses gatekeeping dan editing di news room senantiasa melibatkan banyak individu, bahkan dipengaruhi banyak level di dalamnya. Ada lima level yang bisa berpengaruh pada isi pemberitaan media massa. Mulai dari Level individu pekerja media atau wartawan, rutinitas media, organisasi, extramedia, dan ideologi (Shoemaker and Reese, 1996: 64).

1. Individu Pekerja Media atau Wartawan Keberagaman pola pikir wartawan memengaruhi isi berita. Wartawan selaku frontliner yang langsung bersinggung dengan narasumber di lapangan akan memutuskan bagaimana dia akan membentuk suatu realitas. Preferensinya akan suatu kasus dapat mempengaruhi wartawan dalam memilih sudut pandang, judul, narasumber, penekanan hingga ke kata-kata yang digunakan. Preferensi wartawan berbeda-beda bergantung pada tingkat pendidikan, pengalaman, kesukaan, agama, gender, dan sikap wartawan terhadap peristiwa yang dihadapinya (Shoemaker dan Reese, 1996: 64). 2. Rutinitas Media Rutinitas media adalah sistem yang digunakan media yang sudah terpola, terinstitusi, suatu bentuk yang berasal dari pengulangan yang dilakukan terus menerus. Sehingga dijadikan sebagai acuan kerja oleh awak media sehari-hari. Sistem kerja redaksional yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara 44

sebagai alur kerja sehari-hari sehingga terciptanya budaya dan ciri khas dari isi media (Shoemaker dan Reese, 1996: 105). 3. Struktur Organisasi Media sebagai institusi sudah pasti memiliki struktur organisasi. Dengan pembagian tanggung jawab kerja dan kepemimpinan yang jelas maka media akan berjalan dengan semestinya. Awak media harus memberitakan hal-hal diluar preferensinya berdasarkan perintah dari atasannya. Atau tulisan dan hasil reportase dari atasannya akan terkena suntikan sehingga sesuai dengan keinginan oleh media tersebut. Selain itu bentuk organisasi juga berpengaruh dalam menentukan isi, karena bentuk organisasi membagi prosedur dan tanggung jawab di dalam organisasi (Shoemaker dan Reese, 1996: 144). 4. Extramedia Kekuatan ekstramedia berarti isi media dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal media seperti budaya, kebutuhan khalayak, agama dan lingkungan sosial politik tempat media tersebut berada. Dengan kata lain, level ini membahas mengenai sumber-sumber informasi media, pengiklan, khalayak sasaran kontrol pemerintah, dan pasar media (Shoemaker dan Reese, 1996: 197). 5. Ideologi Setiap institusi apalagi pers pasti memiliki ideologi masing-masing. Pers selaku institusi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat memiliki kekuatan yang besar untuk itulah diperlukan kontrol dalam bentuk ideologi. Dengan adanya ideologi setidaknya setiap wartawan yang ada di suatu media mempunyai garis merah yang sama dalam menulis berita, dan beretika ketika bersinggungan langsung dengan masyarakat. Tentu hal ini berpengaruh bagi isi media karena ideologi mengatur bagaimana harusnya wartawan menulis berita dan berperilaku (Shoemaker dan Reese, 1996: 222).

2.3.5.1 Gatekeeper

Dua pemain utama yang amat memengaruhi proses komunikasi massa adalah gatekeeper dan regulator. Gatekeeper adalah orang media yang memengaruhi pesan. Regulator adalah orang media yang melakukan hal serupa (Vivian, 2008: 459).

Istilah gatekeeper ini pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relations (1947), seorang ahli psikologi dari australia pada tahun 1947. Kata itu merupakan sebuah istilah yang berasal dari lapangan sosiologi tetapi kemudian digunakan pula dalam penelitian komunikasi massa. Di dalam komunikasi massa dengan salah satu elemennya adalah informasi, mereka yang

Universitas Sumatera Utara 45

bertugas untuk mempengaruhi informasi (dalam media massa) bisa disebut dengan (gatekeeper). Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu- individu atau kelompok orang-orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknanya yang disebut gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa. Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper. Mereka memainkan peran dalam beberapa fungsi. Mereka dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambahkan pesan yang akan disebarkan.

Berita bukanlah apa yang disepakati oleh seluruh wartawan, melainkan apa yang disiarkan oleh pemegang fungsi utama dalam pers, yakni “penjaga gawang” seperti reporter yang berpengaruh, editor berita dan editor kawat; atau berita adalah apa yang dipelajari oleh jurnalis agar mereka dapat menyepakatinya melalui pengalaman sosialisasi di dalam kamar berita (Nimmo 1989: 246).

Cita-cita jurnalis, yakni pencarian kebenaran yang tidak bias, dan pemberitaan kebenaran sejujurnya, mengandung arti bahwa pekerjaan jurnalistik tidak boleh berpihak. Namun, sebagai manusia, jurnalis punya nilai-nilai pribadi yang memengaruhi segala yang mereka lakukan, termasuk dalam pekerjaannya. Karena penilaian berita oleh jurnalis sangat penting, maka kita perlu tahu apa nilai-nilai yang dianut wartawan itu. Apakah mereka dari kubu kiri? Apakah mereka pendukung ideologi tertentu? Apakah mereka orang orang aneh yang sulit ditebak? Apakah mereka sadar diri? (Vivian, 2008:308).

Secara umum, peran gatekeeper sering dihubungkan dengan berita, khususnya surat kabar. Tugas gatekeeper adalah bagaimana dengan seleksi berita yang dilakukannya pembaca menjadi tertarik untuk membacanya (Nurudin, 2003:108). Lebih lanjut (Nurudin, 2003: 114) memaparkan ada tiga hal yang bisa dicatat. Pertama, pentapisan informasi adalah subjektif dan personal. Kedua, pentapisan informasi adalah membatasi terhadap apa yang ingin diketahui pembaca. Ketiga, pentapisan informasi menjadi suatu aktivitas yang tidak bisa dihindari oleh media (Hiebert, Ungurait Bohn 1985).

Universitas Sumatera Utara 46

(Vivian, 2008: 459) Mengatakan dalam literaturnya bahwa setiap orang media yang dapat menghentikan atau mengubah pesan di tengah jalan menuju audiens disebut gatekeeper. Produser siaran berita adalah gatekeeper karena mereka memutuskan mana yang akan disiarkan dan mana yang tidak. Mereka mengambil keputusan tentang apa yang harus ditonjolkan dan apa yang tidak. Editor koran dan majalah melakukan hal yang serupa, menyortir ratusan berita untuk memilih yang cocok untuk publikasi mereka. Gatekeeper mempunyai tanggung jawab yang besar karena mereka membentuk pesan yang sampai ke kita. Mereka bahkan memutuskan pesan mana yang tidak akan sampai ke kita. Ketika gatekeeper melakukan kesalahan, proses dan pesan komunikasi akan terganggu.

(Nurudin 2003: 115) Mengutip dari John R Bittner(1996) paling tidak gatekeeper mempunyai fungsi sebagai berikut; (1)menyiarkan informasi pada kita; (2) untuk membatasi informasi yang kita terima dengan mengedit informasi ini sebelum disebarkan pada kita; (3) untuk memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain; dan (4) untuk menginterpretasi informasi. Secara sederhana dapat diartikan bahwa seorang gatekeeper merupakan orang yang berperan baik individu maupun kelompok yang menyaring opini atau peristiwa suatu berita. Proses seleksi dan penyaringan inilah yang diartikan sebagai gatekeeper, baik itu penentuan topik, isi berita, sensor atau hal hal yang lebih dalam lagi. Sehingga berita yang ditampilkan oleh media sedemikian rupa dan akhirnya dapat dibagikan kepada publik.

Selain Gatekeeper ada peran lain yang juga ikut dalam mewarnai isi media yaitu regulator. Ketika pihak-pihak tertentu “ikut campur” dalam tugas penyediaan informasi yang diemban pers sehingga memengaruhi isi informasi, maka distorsi kebebasan pers merupakan keniscayaan. Dalam catatan panjang praktik pers di indonesia, (Kriyantono, 2013: 19) dalam bukunya menjabarkan beberapa distorsi terhadap kebebasan pers, yaitu:

a. Distorsi Kekuasaan Distorsi ini berasal dari birokrasi pemerintahan, baik berupa regulasi formal maupun perilaku birokrat/aparat sipil atau militer. Distorsi ini sering terjadi pada era Orde baru. Dalam sistem otoriter, seperti orde

Universitas Sumatera Utara 47

baru, hak-hak berpendapat dan menyampaikan informasi sangat dibatasi dan dikebiri. Misalnya, peraturan menteri penerangan No. 1/1984 yang mengatur pencabutan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers(SIUPP), padahal UU pokok pers waktu itu (No. 22/1982) Dengan tegas mengatakan “terhadap pers nasional tidak dikenal pembredelan (penghentian penyiaran, penerbitan dan peredaran secara paksa)”. SIUPP adalah nyawanya perusahaan pers. Logika nalar mengatakan pencabutan SIUPP ya sama dengan bredel, sama-sama tidak dapat beroperasi lagi. Berbagai cara menutup-nutupi informasi sering dilakukan banyak pihak, termasuk menghalang halangi tugas pers. b. Distorsi Pemilik Bisnis Distorsi ini terjadi jika pemilik modal maupun kekuatan ekonomi lainnya maupun kekuatan ekonomi lainnya mampu memengaruhi proses produksi informasi. Kisah “perang berita” antara beberapa media untuk mendukung pencitraan pemilik modal yang sedang bertarung di kancah politik adalah contoh nyata distorsi ini. c. Distorsi Masyarakat Yaitu ketika aksi-aksi masyarakat mengancam kebebasan pers, seperti aksi anarkis menyerbu kantor-kantor surat kabar karena tidak setuju dengan pemberitaan media tersebut. d. Distorsi Pekerja Pers Yaitu ketika pekerja pers tidak dapat menjaga profesionalitasnya dalam menulis berita, sehingga menghasilkan distorsi informasi.

2.3.6 Media Online (New Media)

Sejarah media baru selalu hadir seiring dengan perkembangan teknologi. Perkembangan media juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi masyarakat. Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg melahirkan media cetak pada abad 18. Pada tahun 1920-an munculnya radio melahirkan jurnalisme radio. Begitu pula kehadiran televisi pada pertengahan abad 20 melahirkan jurnalisme broadcasting. Pada setiap zaman jurnalisme menghadapi tantangannya yang khas. Tantangan-tantangan itu muncul terutama karena medium penyampai pesan yang

Universitas Sumatera Utara 48

terus berkembang juga memiliki karakternya sendiri yang unik. Yang mempengaruhi publik pertama-tama bukan informasi yang disampaikan, tapi medium penyampai informasi itu sendiri. Ketika McLuhan pertama kali mengenalkan istilah “global village” dan “the medium is the message” pada 1964 dalam bukunya Understanding Media, tak seorangpun yang dapat membayangkan makna frase itu dalam wujudnya sekarang ini. Media online dan Internet merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Internet disini sebagi penunjang dari kinerja dari media online. Kemunculan world wide web (www) juga menjadi salah satu yang paling menarik disini. Web disini menjadi salah satu hal yang mendapatkan perhatian dari pihak tertentu dan masyarakat biasa. Perkembangan media online menjadi salah satu awal dari kembangitan media-media lainnya. sebuah pergeseran telah terjadi dan dianggap sebagi sebuah awalan baru yang sangat membantu banyak pihak tidak terkecuali masyarakat. Lahirnya media online tidak dapat dihindari dari peristiwa booming media online ynag terjadi di dunia pada pertengahn 1990an.

Internet berasal dari jaringan komputer departemen pertahanan AS yang diciptakan pada tahun 1969 yang disebut ARPAnet, singkatan dari Advanced Research Project Agency Network. Pentagon membangun jaringan untuk bertukar informasi dengan kontraktor militer dan universitas yang melakukan riset militer. Pada 1983, National Science Foundation, yang diberi tugas mempromosikan sains, mengambil alih proyek ini. Jaringan National Science Foundation ini menariok lebih banyak pengguna, banyak diantaranya yang punya jaringan internet sendiri. Misalnya, kebanyakan universitas yang bergabung dengan jaringan network file system atau disingkat (NSF) punya jaringan komputer intrakampus, jaringan NSF kemudian menjadi konektor untuk ribuan jaringan lainnya. Untuk sistem backbone yang menghubungkan jaringan-jaringan, Internet adalah nama yang tepat (Vivian, 2008: 266).

Perkembangan media online ini terus berkembang dan mulai memasuki ranah-ranah baru. Bermula dari seseoranag sosiolog bernama Ted Nelson dengan formulanya mengenai konsep hypertext pada 1963. Konsep berpikir ini kemudian terus berkembang sampai pada tahun 2000an. Sebuah peristiwa yang pernah

Universitas Sumatera Utara 49

terjadi di Amerika yaitu 11 September 2001 yang menimpa World Trade Center d New York menjadi awal melonjaknya permintaan akan informasi secara lebih cepat. Berbagai macam pihak yang ingin tahu akan kejadian ini menginginkan sebuah informasi. Media online pastinya juga menjadi salah satu yang mendapatkan hal serupa. Pada saat itu media online sangat dibutuhkan perannya untuk menyampaikan sebuah informasi dengan cepat. Dari kebutuhan akan informasi yang banyak ini beberapa media kemudian memberikan informsai secara gratis tanpa dipungut biaya kepada masyarakat (Margianto dan Asep, 2012).

Pada tahun 2000 media mainstream memang sudah mulai terlibat dengan khalayak mereka. Pada 2003 merupakan awal kemunculan dari jurnalisme warga. Sebuah kemudahan dalam hal akses telah didapatkan masyarakat. Tahun 2005 pihak media juga telah menggunakan video untuk membangun sebuah interksi dengan khalayaknya. Dari tahun 2007-2008 perkembangan terus terjadi sampai pada tahap penggunaan konten yang dapat menarik perhatian publik. kepentingan finasial sebuah lembaga kemudian menjadi hal yang sangat diperhitungkan disini. Perkembangan yang terjadi di dunia ini kemudian sampai pada negra kita, Indonesia (Margianto dan Asep, 2012).

Melalui perspektif studi media atau komunikasi massa, media online menjadi objek kajian teori media baru (new media), yaitu yang mengacu pada permintaan akses ke konten (isi atau informasi) kapan saja, dimana saja, pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi real time. Secara teknis, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Portal, website, radio online, TV online, dan email merupakan kategori media online (Romli: 2012: 34).

Dari segi konten atau sajian informasi yang disajikan media online secara umum sama dengan media cetak seperti koran atau majalah, yakni terdiri dari berita, artikel opini, feature, foto, dan iklan yang dikelompokkan kategori tertentu. Isi media online umumnya dibagi dua bagian, yaitu halaman dan kategori.

Universitas Sumatera Utara 50

Halaman biasanya berisi informasi statis sedangkan kategori berisi pengelompokan jenis tulisan dari sisi topik atau tema (Romli: 2012: 35).

2.3.6.1 Perkembangan Media Online di Indonesia

Perkembangan Media Online yang terjadi di Dunia benar-benar memberikan dampak yang besar pada beberapa negara dibelahan dunia lainnya. Pergeseran mulai muncul dalam hal mengkonsumsi sebuah konten. Indonesia menjadi salah satu negara yang kemudian ikut merasakan perkembangan media online ini. banyak sekali perubahan yang terjadi saat itu. Pada tahun 1990an internet muncul dikarenakan proyek hobi dari beberapa pihak yang tertarik dengan jaringan komputer (www.kompasiana.com).

Pada tahun 1994 wabah penggunaan internet semakin marak dikarenakan adanya sebuah jasa komersil pertama yaitu Indonet. Catatan tentang media pertama di Internet adalah Repulika.com. catatn yang ada mengacu pada institusi ini yang tayang perdana 17 Agustus 1994. Pada tahun 1996 Tempo bisa dibilang menglami masa-masa sulit mereka karena majalah mereka yang direbel rezim orde baru pada 1994 mendirikan Tempo interaktif. Bermuncul media baru seperti Waspada Online dari Sumatera Utara (www.waspada.com) dan kemudian diikut juga oleh Kompas dengan membuat Kompas Online (www.kompas.com) pada 22 Agustus 1997. Media online yang bermunculan ini sendiri pda dasarnya memiliki isi yang sama dengan media cetak (Margianto dan Asep, 2012: 16).

Di negara kita juga pada awalnya hanya melakukan sebuah kegiatan memindahkan berita dari media cetak dalam media online. Pada dasarnya isi berita yang ada dimedia cetak dan online memiliki persamaan. Perbedaan yang ada antara keduanya hanya pada sebat medianya saja. Tetapi, pada tahun 1998 Detik.com melakukan sebuah perbedaan dalam hal isi dari berita cetak dan online. Detik.com tidak memiliki versi cetak dari beritannya, tetapi dalam perkembangannya mereka pernah membuatnya. Detik sendiri merupakan media online yang otonom. Awal mula munculnya pemikiran dari Budiono, pemikiran seperti ini sendiri dikarenakan adanya hasrat untuk memberikan sebuah informasi secepat mungkin tanpa menunggu harus dicetak besoknya. Pada tahun 2000-2003

Universitas Sumatera Utara 51

muncul yang namanya booming dotcom yang mana Indonesia tidak dapat terhindar dari dampak ini. Situs-situs lokal mulai bermunculan seakan berlomba- lomba untuk menarik perhatian masyarakat. Kebanyakan yang terjun dalam hal ini adalah para pemodal. Euforia ini ternyata tidak berjalan dengan lancar. Keuntungan yang didapatkan oleh pemodal dirasa tidak baik. Beberapa media juga memilih untuk tetap mempertahankan usahanya. Tahun 2003 kemudian menyisakan beberapa cerita. Keuntungan beberapa media benar-benar berkurang. Kemunculan Okezone menjadi sebuah penanda bangkitnya media online di Indonesia. Setelah tahun 2003 situs-situs berita muncul dengan lebih berwarna dan atraktif. Seiring dengan perembangan jaman, teknologi internet terus berkembang, dana situs-situs berita membuka ruang interaksi bagi pembacanya (Margianto dan Asep, 2012).

Banyak media massa yang kita kenal sekarang sedang mengalami konvergensi ke format digital. Konglomerat dan joint ventures ikut mempercepat proses peleburan teknologi ini. Deregulasi pemerintah juga ikut berperan dalam membebaskan lingkungan bisnis yang mendorong munculnya usaha-usaha baru. Tak ada yang percaya bahwa koran cetak akan lenyap dalam semalam, atau film bioskop akan punah dalam seminggu, atau rental video dan siaran TV akan bangkrut secara sekaligus berbarengan. Semua perusahaan media besar itu sudah masuk ke internet, dan pada saatnya nanti, pesan digital melalui internet akan mendominasi (Vivian, 2008: 278).

Universitas Sumatera Utara 52

Bagan 2.6 Perkembangan Media Online di Indonesia

(1990an) (1997) (1998) Internet dan Munculnya portal Publik mulai tertarik wabahnya yang berita online pertama di dengan media online mulai muncul di indonesia dan www.detik.com publik www.waspada.com dan muncul diikuti oleh www.kompas.com

(2001-2003) (2003-Sekarang) Munculnya Portal berita online Okezone.com dan terus bermunculan krisis yang berhasil mereka lalui

2.3.6.2 Jurnalis Online

Menulis suatu berita yang kemudian disebarkan ke khalayak bukan suatu hal yang mudah. Setiap berita yang telah dibuat harus dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk keakuratan isi beritanya. Akurasi berita dapat diartikan sebagai ketepatan dalam menulis sebuah berita agar berita yang diterima oleh khalayak tidak menumbulkan penafsiran yang beragam dan mengandung faktualitas. Keakuratan ini dapat berupa kebenaran tentang subjek, waktu, tempat dan alur kejadian serta opini yang benar-benar diutarakan dan nilai- nilai berita yang tidak dilebih-lebihkan (Kriyantono, 2013: 244).

Paul Bradshaw (Dalam Romli, 2012: 13) melalui tulisannya di “Basic Principle of Online Journalism menyebut, ada 5 prinsip dasar jurnalistik online, yaitu :

1. Keringkasan Berita Berita online dituntut untuk bersifat ringkas, untuk menyesuaikan kehidupan manusia dan tingkat kesibukannya yang makin tinggi. Pembaca memiliki sedikit waktu untuk membaca dan ingin segera tahu informasi. Hal ini juga sesuai dengan salah satu kaidah bahasa jurnalistik KISS, yakni Keep It Short and Simple. Contohnya, berita yang ada di media online

Universitas Sumatera Utara 53

tidak terlalu panjang tidak melebihi 100 kata namun isinya telah mencakup keseluruhan isi berita. 2. Kemampuan Beradaptasi (Adaptability) Wartawan Online dituntut agar mampu menyesuaikan diri di tengah kebutuhan dan preferensi publik. Kemajuan teknologi membuat jurnalis dapat menyajikan berita yang beragam, seperti dengan penyediaan format suara (audio), Video atau gambar dalam suatu berita. Contohnya, di setiap berita online saat ini selain isi teks berita para jurnalis akan melampirkan beberapa gambar atau video yang mendukung isi berita tersebut. 3. Dapat Dipindai (Scannability) Pembaca media online tidaklah seperti pembaca pada media cetak yang dapat berlama-lama membaca tanpa membuat mata lebih cepat lelah. Contohnya: berita atau artikel pada media detik.com tentang Anas Urbaningrum yang langsung singkat padat jelas, sehingga dengan membaca sekilas saja viewers dapat mengartikan apa informasi yang disampaikan. 4. Interaktivitas (Interactivity) Komunikasi dari publik kepada jurnalis dalam jurnalistik dalam jurnalisme online sangat dimungkinkan dengan adanya akses yang semakin luas. Pembaca atau Viewers dibiarkan untuk menjadi pengguna (user). Semakin audiens merasa dirinya dilibatkan, maka mereka akan semakin dihargai dan senang membaca berita yang ada. Contoh: pada situs berita kapanlagi.com terdapat dasilitas untuk pembaca mengomentari berita dan juga dapat menyebarluaskan berita dengan fasilitas share Facebook, Twitter, dan G+ (Google Plus) agar teman atau kerabatnya dapat juga melihat berita tersebut. 5. Komunitas dan Percakapan (Community and Conversation) Media online memiliki peran yang lebih besar daripada media cetak atau media konvensional lainnya, yakni sebagai penjaring komunitas. Jurnalis online juga harus memberi jawaban atau timbal balik kepada publik sebagai sebhuah balasan atas interaksi yang dilakukan publik tadi. Contoh: Situs forum kaskus yang tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk berbagi informasi, berita terbaru dengan sesama kaskuser (Member Kaskus).

Universitas Sumatera Utara 54

2.4 Kerangka Analisis

Kerangka Analisis menggambarkan bagaimana suatu permasalahan penelitian dijabarkan. Berdasarkan teori yang dijabarkan di atas, maka kerangka analisis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2.7 Model Teoritik

Berita Edy Rahmayadi & Musa Rajeksyah yang dimuat di portal berita Waspada Online Periode 17 Februari 2018 sampai dengan 25 Februari 2018

Analisis framing menggunakan metode Robert Entman : 1. Define Problems 2. Diagnose Causes 3. Make Moral Judgement 4. Suggest Remedies

Mengetahui pembingkaian yang dilakukan Waspada Online terhadap pemberitaan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah

Universitas Sumatera Utara 55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi dibentuk dari kata “metodos” (cara, teknik atau prosedur) dan “logos” (ilmu). Jadi, metodologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur atau teknik-teknik tertentu. Metodologi penelitian ini digunakan peneliti untuk memecahkan suatu permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian (Kriyantono, 2006: 49).

Metode adalah suatu proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi adalah pendekatan umum yang digunakan untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri merupakan suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain. Jadi metodologi penelitian adalah prosedur yang digunakan untuk mencari jawaban dengan melakukan pendekatan umum (Mulyana, 2005: 145). Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkah- langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan (Nawawi, 1983: 62).

Penelitian ini memusatkan pada penelitian kualitatif. Pengertian penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang orang yang di teliti (Taylor dan Bogdan, 1984: 5). Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang

Universitas Sumatera Utara 56

peneliti memulai berpikir secara induktif, menangkap berbagai fakta dan fenomena-fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya. (Bungin, 2008:6).

(Suyanto, 2005: 168) menjabarkan tentang perbedaan-perbedaan pokok penelitian kuantitatif dari penelitian kualitatif dapat terlihat dari:

1. Cara Memandang Sifat Realitas Sosial Penelitian kualitatif menganggap realitas sosial itu bersifat ganda. Realitas sosial merupakan hasil konstruksi pemikiran dan bersifat holistis. Di pihak lain, penelitian kuantitatif memandang realitas sosial bersifat tunggal, konkret, dan teramati. 2. Peranan Nilai Penelitian kualitatif menganggap bahwa proses penelitian tidak dapat dikatakan sebagai sepenuhnya “bebas nilai”. Di pihak lain, penelitian kuantitatif menggap bahwa proses penelitian sepenuhnya “bebas nilai”. 3. Fleksibilitas Dalam Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidak bersifat kaku tetapi selalu disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Demikian pula hubungan antara peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif dan tidak dapat dipisahkan. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif prosedur pengumpulan data distandarisasi dan mengganggap bahwa hubungan peneliti dengan yang diteliti adalah independen dan dapat dipisahkan.

Metode-metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk mengkaji hal ihwal tertentu secara mendalam dan rinci. Metode-metode ini menghasilkan sejumlah besar informasi rinci mengenai sejumlah kecil orang dan kasus. Hal ini meningkatkan pemahaman terhadap kasus-kasus dan situasi itu, namun juga mengurangi kemungkinan generalisasi (Suyanto, 2005: 186).

Biklen dan Lincoln & Guba (dalam Moloeng, 2008: 8) menjabarkan tentang 11 ciri ciri penelitian kualitatif yaitu:

1. Memiliki Latar Alamiah Maksud dari ciri ini adalah setiap penelitian kualitatif harus bisa beradaptasi terhadap latar dari objek penelitiannya. Misalnya peneliti sedang meneliti masalah siswa sekolah maka peneliti harus sering mengunjungi tempat siswa biasa berkumpul seperti ruang kelas, perpustakaan, kantin dan lainnya. Menurut Lincoln dan guba (1985:39), hal ini dilakukan karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. 2. Manusia Sebagai Alat (Instrumen)

Universitas Sumatera Utara 57

Manusia adalah pengumpul data utama dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif umumnya mengambil data melalui manusia dengan cara observasi dan wawancara. Dalam hal ini peneliti harus berinteraksi secara langsung dengan responden dan interaksi yang dilakukan memakan waktu yang cukup lama. Sering kali hal ini menyebabkan beberapa gangguan. Beberapa gangguan umum yang sering terjadi di antaranya adalah sering kali responden merasa terganggu dengan kehadiran peneliti sehingga menghasilkan output yang berbeda dengan biasanya atau ada juga responden yang merasa gugup jika diwawancarai secara serius sehingga jawabannya tidak merefleksikan fenomena yang terjadi. Pada saat itu juga peneliti sebagai pengumpul data bisa langsung mengganti strategi agar masalah-masalah itu selesai. Dalam penelitian studi pustaka, peneliti yang berperan sebagai penerjemah literatur membutuhkan pengetahuan dalam memahami bahasa dan simbol-simbol. Bahasa dan simbol- simbol tersebut tidak bisa secara langsung diterjemahkan karena ada kemungkinan multitafsir dan memiliki pesan tersembunyi. Hal ini membuat campur tangan dari media dibutuhkan agar pesan sebenarnya dapat dienkripsi. Karena data yang bersifat organik dan multi interpretasi maka manusia adalah instrumen utama dalam penelitian kualitatif. 3. Metode Kualitatif Penelitian Kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelahaan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 4. Analisis Data Secara Induktif Penelititan kualitatif menggunakan analisis data secara induktif (khusus ke umum). Analisis secara induktif digunakan karena lebih mampu dalam menemukan kenyataan-kenyataan jamak yang terdapat dalam data. Analisis induktif juga membuat hubungan antar peneliti- responden lebih aksplisit, dapat dikenal, dan akuntable. Metode induktif dianggap lebih mampu menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Selain itu analisis induktif mampu menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Nilai-nilai secara eksplisit dapat diperhitungkan sebagai bagian dari struktur analitik. 5. Teori dari Dasar Di dalam penelitian kualitatif, teori berkembang sesuai data yang diterima oleh si penelitit. Teori dibangun dari dasar sesuai data yang ada. Penelitian kualitatif tidak menjadikan teori pra-peneklitian sebagai patokan dalam peneltiain melainkan hanya sebagai abstrak penelitian saja. Hal ini terjadi karean di dalam penelitian kualitatif akan ditemukan kenyataan-kenyataan jamak yang tidak bisa diprediksi

Universitas Sumatera Utara 58

sehingga tidak relevan menggunakan teori yang terpatri sejak awal. Selain itu penelitian kualitatif bersifat mempercayai apa yang dilihat sehingga peneltiain ini berusaha sejauh mungkin untuk netral. Dan teori-teori yang dibangun dari dasar lebih dinamis dan responsif sehingga sesuai dengan penelitian kualitatif yang memiliki sifat sejenis. 6. Deskriptif Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata dan gambar bukan angka-angka. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif menjadikan manusia dan buah pikirannya sebagai objek penelitian. Sehingga laporan penelitian kualitatif akan berisi kutipan- kutipan yang menggambarkan hasil dari wawancara, observasi, berita, film, musik dan lainnya. 7. Mementingkan Proses Daripada Hasil Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil. Hal ini terjadi karena jawaban yang dicari dari penelitian kualitatif terdapat di proses di dalam suaty fenomena bukan hasilnya. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menekankan hasil, penelitian kualitatif lebih fokus terhadap bagaimana proses suatu fenomena itu terjadi. Di dalam kuantitatif data-data bisa disimpulkan melalui angka sedangkan kualitatif tidak bisa karena untuk menjelaskan proses di dalam fonomena perlu penjabaran dengan kalimat. 8. Adanya Batas yang Ditentukan oleh Fokus Penelitian kualitatif memiliki kenyataan yang jamak. Hal ini membuat banyak peristiwa yang bisa diangkat di dalam sebuah penelitian kualitatif. Oleh karean itu dibutuhkan batasan-batasan yang membuat peneliti fokus terhadap satu masalah yang ingin diangkat. Selain itu dengan adanya penetapan fokus maka hubungan antara peneliti dan responden akan lebih mudah terbentuk. 9. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data Dengan jamaknya kenyataan yang ada di dalam penelitian kualitatif dan beragamnya varian responden yang ada maka dibutuhkan kriteria khusus agar pembahasan menjadi lebih kecil dan homogen. Dengan begitu maka data yang diperoleh tidak random (acak) dan memiliki pola tersendiri sehingga menjadikan data dapat ditertanggungjawabkan dan sistematis. 10. Desain yang Bersifat Sementara Besarnya probabilitas dan kenyataan yang akan dihadapi peneliti dalam penelitian kualitatif membuat penelitian ini mustahil untuk diramal. Oleh karean itu penggunaan desain yang kaku akan menjadi sia-sia pada penelitian kualitatif. Dengan desain yang bersifat sementara maka peneliti dapat menyesauaikan desain sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang diterima di lapangan sehingga tidak perlu mengulang keseluruhan dari penelitian. 11. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama Penelitian kualitatif lebih menghendaki apabila hasil penelitian didiskusikan dan disepakati bersama. Hal ini dikarenakan data dan peneliti merupakan manusia yang penuh dengan persepsi dan

Universitas Sumatera Utara 59

interpretasi masing-masing. Dengan adanya diskusi dan kesepakatan bersama hasil penelitian akan menjadi lebih valid karena telah diverifikasi kenetralan, keabsahan, dan ketepatannya. Penelitian kualitatif menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya bersifat teoretis. Data sebagai bukti dalam menguji kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis, tidak diolah melalui perhitungan mathematik dengan berbagai rumus statistika (Nawawi, 1983: 32).

Bagan 3.1 Proses Analisis Data Kualitatif

Fakta Empiris Tataran Konseptual Berbagai Data Analisis/Klasifikasi Pemaknaan/ di Lapangan Data/Kategorisasi Interpretasi Ciri-ciri Ciri-ciri umum umum

Kesahihan Data: BERTEORI & KONTEKSTUAL -Kompetensi Subjek

-Authenticity & triangulasi

-Intersubjectivy Agreement

(Sumber: Kriyantono, 2006:197)

Bagan tersebut menjelaskan tentang proses penelitian kualitatif. metode diatas menjelaskan analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut didapat baik melalui observasi, wawancara mendalam, focus group discussion maupun dokumen- dokumen. Kemudian data tersebut diklasifikasi kedalam kategori tertentu, setelah diklasifikasikan, periset melakukan pemaknaan terhadap data. Pemaknaan ini bersifat prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi sosial manusia (Kriyantono, 2006: 196).

Universitas Sumatera Utara 60

3.2 Subjek Penelitian

Mohammad Said dan Ani Idrus mendirikan Surat Kabar Harian WASPADA dengan motto “Demi Kebenaran dan Keadilan” bertekad bulat mengangkat bendera Republiken. Koran daerah ini dengan sikap tegas menyatakan diri sebagai bagian dari pendukung Kemerdekaan Republik Indonesia. Slogan pro pejuang itu bukan basa-basi, tapi ditunjukkan lewat artikel dan pemberitaan yang tegas dan tajam menghantam Belanda yang terus berupaya menancapkan pengaruh dan cengkeramannya menduduki Medan dan sekitarnya demi menguasai lahan-lahan perkebunan, seperti areal tembakau Deli dan komoditas pangan maupun rempah-rempah. (www.wikipedia.org).

Nama WASPADA memiliki kisah sejarah tersendiri. Masa itu, kondisi masyarakat diliputi ketakutan dan kegelisahan, panik luar biasa, sehingga sebagian besar warga Kota Medan bersikap waspada serta mengungsi ke luar kota, sejalan sengitnya peperangan dan berpindahnya kantor-kantor Pemerintahan Republik di bawah pimpinan Gubernur Tengku M. Hassan ke Pematang Siantar, lebih kurang 120 km dari Medan. Satu poin lagi yang memantapkan hati Mohammad Said memberi nama korannya WASPADA adalah terkait lemahnya delegasi pemerintahan Indonesia masa itu dalam perundingan dengan petinggi Belanda. Setiap hari para pejuang bersama rakyat menghadang pasukan Belanda, khususnya konvoi menuju Pelabuhan Belawan. Belanda dibuat kelabakan akibat tersendatnya pasokan logistik dan akhirnya mendesak dilakukan perjanjian dengan pemerintahan Republik Indonesia di , dipimpin Menteri Pertahanan RI Amir Syarifuddin. Sayangnya, tim delegasi Republik Indonesia cenderung mengalah yang akhirnya sepakat untuk menyetujui perluasan wilayah kekuasaan Belanda dari gangguan pejuang tentara rakyat di Medan. Pemimpin kita kecolongan alias tidak ‘’WASPADA’’ terhadap strategi busuk Belanda yang mengakibatkan kerugian besar bagi para pejuang dan kedaulatan Republik Indonesia (www.wikipedia.org).

Pertama kali terbit, Surat Kabar WASPADA dicetak 1000 eksemplar dan terjual habis walapun dengan format penerbitan yang hanya setengah halaman. Dalam perjalanannya, surat kabar WASPADA dibreidel berkali-kali karena

Universitas Sumatera Utara 61

melawan Belanda, pernah dilarang terbit sampai lima kali, bahkan sampai adanya buka paksa kantor dan percetakan WASPADA oleh militer Belanda. Pada masa Orde Lama kehidupan surat kabar di Indonesia, termasuk WASPADA penuh dengan perjuangan, mengalami beberapa kali masa sulit, sehingga harus bekerja keras untuk bisa mandiri (terbit), termasuk sulitnya mendapatkan bahan baku kertas sehingga harus didatangkan dari luar negeri (Pulau Penang) dengan boat dengan cara menerobos blokade Belanda ke Pelabuhan Tanjung Balai. Pada masa Orde Baru hampir semua surat kabar dan majalah (penerbitan) mengalami ancaman bredel lewat pencabutan SUIPP. Tidak ada kebebasan pers sehingga fungsi kontrol media tidak bisa dijalankan dengan efektif. Namun WASPADA tetap berupaya menjalankan kontrol sosial dengan penuh hati-hati. WASPADA tercatat sebagai surat kabar tertua No 2 dalam sejarah pers Indonesia yang kontinu terbitnya (tanpa jeda), menembus usia 70 tahun - pada 11 Januari 2017 (www.wikipedia.org).

Waspada Online adalah media pertama di Sumatera Utara yang resmi berdiri pada 11 januari 1997 bertepatan dengan HUT Harian Waspada ke-50 dengan tujuan utama melengkapi sistem informasi sebagai referensi utama di Medan, Sumatera Utara, dan Aceh. Pada 24 Juni 2009, Waspada Online di- launching ulang dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Waspada Online tercatat menembus 5(lima) besar media online terbaik di luar pulau jawa dan 10 Besar se-Indonesia pada periode 2010-2011. Waspada Online memiliki berbagai konten, antara lain Fokus Redaksi, Sumut, Aceh, Warta(Indonesia Hari Ini, Politik, Mancanegara, Ekbis, Teknologi), PSMS(Lokal, Nasional, Internasional, PSMS), Ragam(Gaya Hidup, Kesehatan, Hiburan, Remaja, Wisata), Artikel Pembaca(Pengamat, Umum), Komunitas, dan konten terbaru Waspada Online News yang memuat berita-berita Medan dan sekitarnya dalam versi Bahasa Inggris (www.waspada.co.id).

Universitas Sumatera Utara 62

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah berita-berita yang memuat Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajekshyah ataupun artikel artikel yang terkait dalam portal berita Waspada Online dari rentang tanggal 17 Februari 2018 sampai 25 Februari 2018. Rentang waktu selama sembilan hari dipilih karena banyaknya berita dan artikel yang memuat berita Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshyah di portal Waspada Online. Selain itu pemilihan 9 hari atas pertimbangan variasi berita akan lebih luas jika dipilih rentang waktu sembilan hari.

3.4 Kerangka Analisis

Analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut. Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis makna yang tampak di permukaan. (Bungin, 2008: 39)

Penelitian ini akan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Analisis framing yang digunakan oleh Robert N. Entman memahami framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian di samping penggunaan metode yang tepat diperlukan pula kemampuan memilih dan menyusun teknik serta alat pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik dan alat pengumpulan data ini sangat berpengaruh pada objektivitas hasil penelitian. Teknik pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian akan memungkinkan dicapainya pemecahan masalah secara valid dan realiable, yang pada gilirannya akan memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang objektif (Nawawi, 1983: 94).

Universitas Sumatera Utara 63

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Studi Dokumen(Document Research) Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dianalisis dari bahan-bahan tertulis pada portal berita waspada online yang memuat berita tentang Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajekshyah.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis framing Robert N. Entman untuk menganalisis artikel pemberitaan Edy Rahmayadi & Musa Rajekshyah pada portal berita waspada online. Model ini didasarkan pada dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Penonjolan aspek dilakukan agar informasi menjadi lebih bermakna, menari8k, dan lebih gampang di ingat. Realitas yang ditampilkan secara menonjol memungkinkan agar khalayak lebih gampang terpengaruh dan lebih memahami suatu realitas yang terjadi. Berikut adalah model analisis framing Robert N. Entman:

Universitas Sumatera Utara 64

Tabel 3.2 Analisis Framing Model Robert N. Entman

Define problems Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? (Pendefinisian masalah) Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnose Causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh (Memperkirakan masalah atau sumber apa? Apa yang dianggap sebagai masalah) penyebab dari suatu masalah? Siapa(aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah? Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk (Membuat keputusan moral) menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan (Menekankan penyelesaian) untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus di tempuh untuk mengatasi masalah? (Sumber Eriyanto 2002: 223)

Universitas Sumatera Utara 65

BAB IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 Proses Penelitian

Penelitian ini berjudul Edy Rahmayadi dan Musa Racjeckshah dalam Waspada Online (Analisis Framing Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam Media Waspada Online). Penelitian ini akan memusatkan pada penelitian deskriptif kualitatif dengan perangkat analisis isi kualitatif menggunakan analisis framing sebagai pisau analisis.

Proses penelitian ini menggunakan referensi data dari portal berita di- internet, subjek penelitian merupakan artikel berita Waspada Online yang memuat mengenai Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajeckshah ataupun artikel-artikel yang terkait dalam portal berita Waspada Online dari rentang tanggal 17 Februari 2018 sampai 25 Februari 2018. Berdasarkan rentang waktu tersebut terdapat enam belas berita yang memuat mengenai Edy Rahmayadi dan atau Musa rajeckshah ataupun artikel yang terkait dengan ERAMAS, kemudian peneliti akan memilih beberapa berita yang akan dianalisis hingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Proses penelitian menggunakan perangkat analisis framing Robert N. Entman. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar ; seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari sebuah realitas. Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk Journal of Political Communication dan tulisan lain yang mempraktikkan konsep itu dalam suatu studi kasus pemberitaan media.

Universitas Sumatera Utara 66

Tabel 4.1 Analisis Framing model Robert N. Entman Define Problems Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? (Pendefinisian Masalah) Sebagai apa? Pembahasan apa yang terjadi? Diagnose Causes Peristiwa itu disebebkan oleh apa? Apa (Memperkirakan Masalah) yang dianggap sebagai penyebab? Siapa yang menjadi aktor utama? Make Moral Judgement Nilai moral apa yang disajikan? Nilai (Membuat Keputusan Moral) moral apa yang menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dapat dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Reccomendation Penyelesaian apa yang ditawarkan? (Menekankan Penyelesaian) Kesimpulan apa yang ditawarkan?

Tabel di atas merupakan empat unit analisis yang terdapat di dalam model analisis Robert N. Entman. Keempat unit analisis ini bertujuan untuk melihat seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas yang ditampilkan dalam sebuah berita oleh media. Dengan perangkat analisis model Robert N. Entman peneliti akan melihat framing apa yang dibentuk oleh Waspada Online terhadap Edy Rahmayadi dan atau Musa Rajeckshah sehingga tujuan penelitian tercapai.

Universitas Sumatera Utara 67

4.2 Temuan Awal Tabel 4.2 Temuan Awal Berita Tanggal Judul Berita Rubrik Narasumber Isu Terbit 18 Februari ERAMAS siap Pemilu Cagub: Edy Rahmayadi, Kesiapan 2018 kampanye tanpa Komisioner KPU RI: ERAMAS dalam hoax, sara, dan Ilham Syahputra, Ketua berkampanye politik uang KPU Sumut: Mulia serta sikap KPU Banurea, Komisioner dan Bawaslu Bawaslu Sumut: Hardi Munthe 18 Februari Deklarasi Kampanye Pemilu Cagub: Edy Rahmayadi Antusiasme para 2018 Damai Pilgubsu Pedagang: Sulaiman relawan dan 2018, ERAMAS paslon dalam Datang Pertama deklarasi kampanye Damai 19 Februari Relawan: Mereka Fokus Cagub: Edy Rahmayadi Tindakan Edy 2018 Salah Menilai Edy Redaksi, Relawan: Nila Fauziah Rahmayadi Rahmayadi Sumut Nasution menjadi sorotan 21 Februari Usai Jualan Cendol, Sumut Cagub: Edy Rahmayadi Kegiatan Edy 2018 Edy Rahmayadi Naik Zulfadli: Supir angkutan Rahmayadi Angkot ke Masjid umum 22 Februari Pria Berdarah Batak Sumut Cagub: Edy Rahmayadi Kegiatan Edy 2018 Ini Curi Perhatian Pedagang: Muhammad Rahmayadi Edy Rahmayadi Siregar 23 Februari Diskusi Sambil Sumut Cagub: Edy Rahmayadi Konsep 2018 Ngopi Bareng Edy kampanye Rahmayadi di Ulee ERAMAS serta Kareng visi misinya jika terpilih menjadi Gubernur Sumut 23 Februari ERAMAS Peduli Sumut Paslon: Edy Rahmayadi Kepedulian 2018 Korban Kebakaran & Musa Rajeckshah ERAMAS Simpang Gambir Pimpinan Ponpes: terhadap korban Madina Mustafa Bakri Nasution kebakaran di Tokoh Muda Madina: Simpang Gambir Takdir Siregar Madina

Universitas Sumatera Utara 68

4.2.1 Analisis Framing Berita 1 Tanggal Terbit: 18 Februari 2018 Berita 1 ERAMAS siap kampanye tanpa hoax, sara, dan politik uang Isi Berita “Ratusan pendukung, relawan, dan partai politik pengusung calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara Nomor 1, Edy rahmayadi – Musa Rajekshah meriahkan deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan KPU Sumut, Minggu )18/2_ di Taman Budaya Sumatera Utara. Saat deklarasi, pendukung ERAMAS dengan setia menunggu di bawah panggung dan meneriakkan 1 komando, 1 tujuan saat Edy Rahmayadi menyatakan kesiapan timnya melaksanakan kampanye pemilihan yang damai, demokrasi dan mengedukasi masyarakat dalam rangka mewujudkan kedaulatan pemilih. “(kami) siap melaksanakan kampanye tanpa hoax, politisasi SARA, dan politik uang. Tunduk dan patuh terhadap perundang-undangan yang berlaku,”tegas mantan pangostrad ini. Usai deklarasi, jendral bintang tiga ini juga melakukan penandatanganan akan deklarasi kampanye damai yang akan dihelat selama tiga bulan ke depan. Sebelumnya, komisioner KPU RI, Ilham Syahputra menegaskan, provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi paling besar dan menjadi contoh bahwa SUMUT masyarakatnya beragam, namun bisa hidup rukun bersama. “kalau orang memandang kita keras dan buat onar (itu jauh dari kenyataan), padahal kalau kita datang kita dijamu, kalau tamu saja begitu, apalagi di pesta demokrasi ini,” jelasnya. Menurut dia, KPU akan bekerja secara maksimal, profesional dan amanah dalam melaksanakan tahapan-tahapan pemilu. Jika KPU melakukan pelanggaran dalam tahapan pemilu, Ilham meminta agar laporkan pelanggaran tersebut ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). “Kita siap melakukan (tahapan pemilu dengan) adil kepada setiap paslon. Kalau tidak adil, laporkan ke DKPP,” Tegasnya. Hal senada juga disampaikan Ketua KPU Sumut, Mulia Banurea. Dia berharap kepada para tim kampanye untuk mengajak masyarakat berkampanye dengan memberikan proses pendidikan politik. ‘’percayalah kepada kami, kami selalu diasistensi oleh pimpinan KPU RI, setiap langkah tanggung renteng tahapan pemilu ini akan kami lakukan dengan aturan yang berlaku. Kami, demi allah menyelenggarakan penyelenggaraan pemilu dengan sebaik mungkin,” jelasnya. KPU Sumut menegaskan agar seluruh PPS, PPK dan penyelenggara lainnya supaya menjaga jarak yang sama dengan pasangan calon. Tim kampanye, dan partai politik pengusung. “kami dalam melaksanakan tahapan pilgubsu selalu melakukan proses secara transparan dan akuntabel, jelasnya. Terkait tahapan pelaksanaan kampanye, imbuh mulia, tim pemenangan harus menjalankan tiga prinsip yakni prinsip kejujuran, transparan dan akuntabel serta melakukan kampanye dialogis dalam menyampaikan visi misi sehingga masyarakat akan tahu siapa calon yang akan dipilih. “Ketiga prinsip berdemokrasi ini harus dilakukan agar masyarakat bisa mengenali calonnya, sehingga masyarakat tahu siapa

Universitas Sumatera Utara 69

calon yang layak memimpin. Kalau sudah sadar, tentunya Sumut semakin berdaulat,” tuturnya. Sementara itu, Komisioner Bawaslu Sumut, Hardi Munthe menyatakan, kampanye ini tim kemenangan pasangan calon didorong untuk melakukan kampanye dialogis, makanya alat peraga kampanye dibatasi. “KPU Sumut memastikan tahapan pemilu berjalan, Bawaslu memastikan pengawasan dengan tidak menggunakan politik uang, dan politik SARA. Kita anti hoax, dan tidak menggunakan ujaran kebencian,” tandasnya. Bahkan kata Hardi, ada sanksi diskualifikasi jika tim pemenangan atau pasangan calon melakukan pelanggaran sesuai undang-undang seperti money politik terstruktur, menggunakan ASN dan penyelenggara secara terstruktur, sistematis.” Kami yakin dan percaya ini dijaga dengan baik,” jelasnya.”

1. Frame Berita 1 “Menonjolkan citra pendukung ERAMAS sangat antusias menyambut deklarasi damai” serta “Citra kompetensi KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara yang akan mengawal secara maksimal kampanye di Sumut” 2. Bukti frame 1 “Ratusan pendukung, relawan, dan partai politik pengusung calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara Nomor 1, Edy rahmayadi – Musa Rajekshah meriahkan deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan KPU Sumut, Minggu )18/2_ di Taman Budaya Sumatera Utara. Saat deklarasi, pendukung ERAMAS dengan setia menunggu di bawah panggung dan meneriakkan 1 komando, 1 tujuan saat Edy Rahmayadi menyatakan kesiapan timnya melaksanakan kampanye pemilihan yang damai.”

“KPU akan bekerja secara maksimal, profesional dan amanah dalam melaksanakan tahapan-tahapan pemilu. Jika KPU melakukan pelanggaran dalam tahapan pemilu, Ilham meminta agar laporkan pelanggaran tersebut ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). “Kita siap melakukan (tahapan pemilu dengan) adil kepada setiap paslon. Kalau tidak adil, laporkan ke DKPP,” Tegasnya. Hal senada juga disampaikan Ketua KPU Sumut, Mulia Banurea. Dia berharap kepada para tim kampanye untuk mengajak masyarakat berkampanye dengan memberikan proses pendidikan politik.”

a. Define Problems

Pada artikel ini Waspada Online mencoba untuk menyampaikan pesan yang langsung membentuk makna yang bisa ditangkap oleh pembaca dari judul

Universitas Sumatera Utara 70

berita secara tersurat dari kata “ERAMAS siap”. Waspada secara gamblang ingin menunjukkan bahwa seluruh pendukung, relawan, dan partai pengusung ERAMAS sudah siap untuk menjunjung tinggi kampanye bersih dan sehat, hal tersebut didukung dengan meletakkannya di paragraf pertama serta foto Edy Rahmayadi yang sedang berdiri di tempat yang tinggi dengan pengambilan foto dari sudut bawah. Waspada online juga menegaskan bahwa deklarasi damai yang diselenggarakan diramaikan oleh para pendukung, relawan dan partai pengusung ERAMAS. Deklarasi tersebut dilakukan untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan di Sumatera Utara karena belakangan ini sebelum pemilihan umum Gubernur Sumatera Utara, terjadi gesekan seperti yang dialami provinsi DKI Jakarta, mengingat Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar dan masyarakatnya beragam. Waspada online mengkonstruksi bahwa para pendukung ERAMAS sangat kompak dan setia. Secara tersirat Waspada online ingin memperlihatkan bahwa ERAMAS sangat menjunjung tinggi kampanye tanpa hoax, sara, dan politik uang.

Berita ini muncul dalam rubrik pemilu, sebuah rubrik yang membahas tentang perkembangan politik serta pemilu yang akan berlangsung. Berita berita yang ada di dalam rubrik ini lebih bersifat mengajak karena berita ini ditujukan untuk mempengaruhi masyarakat selain sebagai media informasi masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya. Berita berita yang ada di dalam rubrik tersebut juga lebih banyak menonjolkan citra dari partai politik. Selain itu, dengan menempatkan berita ini di rubrik pemilu maka Waspada online memperlihatkan berita ini harus diperhatikan oleh mereka yang peduli dengan pilihan politik.

“Ratusan pendukung, relawan, dan partai politik pengusung calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara Nomor 1, Edy rahmayadi – Musa Rajekshah meriahkan deklarasi kampanye damai yang diselenggarakan KPU Sumut, Minggu )18/2_ di Taman Budaya Sumatera Utara. Saat deklarasi, pendukung ERAMAS dengan setia menunggu di bawah panggung dan meneriakkan 1 komando, 1 tujuan saat Edy Rahmayadi menyatakan kesiapan timnya melaksanakan kampanye pemilihan yang damai, demokrasi dan mengedukasi masyarakat dalam rangka mewujudkan kedaulatan pemilih. “(kami) siap melaksanakan kampanye tanpa hoax, politisasi SARA, dan politik uang. Tunduk dan patuh terhadap perundang-undangan yang

Universitas Sumatera Utara 71

berlaku,”tegas mantan pangostrad ini. Usai deklarasi, jendral bintang tiga ini juga melakukan penandatanganan akan deklarasi kampanye damai yang akan dihelat selama tiga bulan ke depan. Sebelumnya, komisioner KPU RI, Ilham Syahputra menegaskan, provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi paling besar dan menjadi contoh bahwa SUMUT masyarakatnya beragam, namun bisa hidup rukun bersama.”

Tak hanya itu saja, Waspada Online juga membingkai bahwa ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yaitu penyelenggara pemilu seperti KPU, Bawasli, dan DKPP. Waspada Online dalam berita tersebut tidak menampilkan komentar ataupun menggambarkan tanggapan maupun sikap dari calon gubernur Djarot Saifulhidayat maupun wakilnya Sihar Sitorus, Hal ini tentu dengan jelas Waspada Online ingin menampilkan Bahwa hanya Edy Rahmayadi yang akan melakukan kampanye bersih, tindakan deklarasi ini juga merupakan suatu bentuk respon dari masyarakat yang khawatir akan terjadinya kampanye kotor atau black campaign.

b. Diagnose Causes

Sumber masalah dalam hal ini terkait dengan apa yang terjadi di DKI Jakarta, yang kemudian menimbulkan stigma curiga pada salah satu pasangan calon yaitu Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah. Deklarasi ini juga merupakan suatu bentuk kampanye untuk mematahkan stigma dari masyarakat yang khawatir akan terjadinya kampanye kotor atau black campaign. Waspada online melihat persiapan kampanye tidak hanya sekedar berhenti di penandatanganan untuk siap ber-kampanye tanpa hoax, sara, dan politik uang bagi pasangan calon Gubernur namun juga merupakan tugas dari penyelenggara seperti KPU, BAWASLU, dan DKPP. Waspada online menilai bahwa penting bagi penyelenggara seperti KPU, BAWASLU, dan DKPP untuk mengatakan bahwa mereka juga akan menjaga kontestasi politik yang akan berlangsung.

“KPU akan bekerja secara maksimal, profesional dan amanah dalam melaksanakan tahapan-tahapan pemilu. Jika KPU melakukan pelanggaran dalam tahapan pemilu, Ilham meminta agar laporkan pelanggaran tersebut ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). “Kita siap melakukan (tahapan pemilu dengan) adil kepada setiap paslon. Kalau tidak adil, laporkan ke DKPP,” Tegasnya.

Universitas Sumatera Utara 72

Hal senada juga disampaikan Ketua KPU Sumut, Mulia Banurea. Dia berharap kepada para tim kampanye untuk mengajak masyarakat berkampanye dengan memberikan proses pendidikan politik.” c. Make Moral Judgement

Pada berita ini waspada online pertama-tama menampilkan Edy rahmayadi sebagai sosok yang sangat menjunjung Kampanye bersih, Waspada Online juga menggambarkan pendukung, relawan dan partai pengusungnya sangat setia dan kompak. Setelah itu waspada menggambarkan bahwa KPU, DKPP siap bertanggung jawab dan memberi sanksi jika melakukan kampanye hoax, sara, dan politik uang. Waspada online menegaskan bahwa cara agar kampanye bersih dapat di-implementasikan adalah dengan menjaga jarak antara PPS, PPK dan penyelenggara lainnya dengan pasangan calon maupun tim kampanye, untuk memperkecil kemungkinan melakukan kecurangan.

Menurut Waspada online setiap pasangan calon dan tim suksesnya harus dengan tegas menjalankan prinsip prinsip kejujuran, tak hanya itu pihak pihak lain sebagai penyelenggara pemilu juga harus bertanggung jawab jika terjadi kecurangan dalam pemilu.

“‘percayalah kepada kami, kami selalu diasistensi oleh pimpinan KPU RI, setiap langkah tanggung renteng tahapan pemilu ini akan kami lakukan dengan aturan yang berlaku. Kami, demi allah menyelenggarakan penyelenggaraan pemilu dengan sebaik mungkin,” jelasnya.’ KPU Sumut menegaskan agar seluruh PPS, PPK dan penyelenggara lainnya supaya menjaga jarak yang sama dengan pasangan calon. Tim kampanye, dan partai politik pengusung. “kami dalam melaksanakan tahapan pilgubsu selalu melakukan proses secara transparan dan akuntabel, jelasnya.”

d. Treatment Reccomendation

Pemenuhan informasi merupakan tujuan utama dari Waspada Online. Hal ini dapat dilihat dari kutipan – kutipan penyataan langsung dari pihak yang terkait dalam persoalan ini adalah pihak pihak yang melaksanakan Pemilu, seperti ketua KPU dan pihak pihak terkait. Pengutipan tersebut memberi kepuasan tersendiri bagi khalayak pembaca yang ingin mengetahui informasi mengenai konsistensi dari KPU serta Bawaslu yang diharapkan dapat mengurangi kecemasan

Universitas Sumatera Utara 73

masyarakat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Menurut Waspada online satu satunya cara agar tidak terjadinya kecurangan baik itu hoax, sara atau politik uang adalah dengan memberikan sanksi bagi para pelakunya, namun dengan dalih apabila kecurangan tersebut dilakukan dengan cara yang terstuktur dan sistematis.

“Bahkan kata Hardi, ada sanksi diskualifikasi jika tim pemenangan atau pasangan calon melakukan pelanggaran sesuai undang-undang seperti money politik terstruktur, menggunakan ASN dan penyelenggara secara terstruktur, sistematis.” Kami yakin dan percaya ini dijaga dengan baik,” jelasnya.” Dalam hal ini, Waspada Online membingkai Edy Rahmayadi sebagai Calon Gubernur yang akan melakukan kampanye bersih untuk mematahkan stigma masyarakat serta menciptakan citra baik. Serta KPU, Bawaslu dan DKPP sebagai penyelenggara Pemilu juga dibingkai sebagai penyelenggara yang akan siap mengawal dan memberikan sanksi yang tegas.

Tabel 4.3 ERAMAS siap kampanye tanpa hoax, sara, dan politik uang Define Problems Seluruh pendukung, relawan, dan partai (Pendefinisian Masalah) pengusung ERAMAS sangat antusias melaksanakan kampanye bersih. Deklarasi damai diramaikan oleh para pendukung, relawan dan partai pengusung ERAMAS. Deklarasi tersebut dilakukan untuk menjaga keharmonisan dan kerukunan di Sumatera Utara. Diagnose Causes Persiapan kampanye tidak hanya sekedar (Memperkirakan Masalah) penandatanganan untuk siap ber-kampanye tanpa hoax, sara, dan politik uang oleh pasangan calon gubernur namun juga merupakan tugas dari penyelenggara seperti KPU, BAWASLU, dan DKPP. Penyelenggara juga harus memberikan sikap yang tegas. Make Moral Judgement Setiap pasangan calon dan tim suksesnya harus (Membuat Keputusan Moral) dengan tegas menjalankan prinsip prinsip kejujuran, tak hanya itu pihak pihak lain sebagai penyelenggara pemilu juga harus bertanggung jawab jika terjadi kecurangan dalam pemilu. Treatment Reccomendation Agar tidak terjadinya kecurangan baik itu hoax, (Menekankan Penyelesaian) sara atau politik uang adalah dengan memberikan sanksi bagi para pelakunya, namun dengan dalih apabila kecurangan tersebut dilakukan dengan cara yang terstuktur dan sistematis.

Universitas Sumatera Utara 74

4.2.2 Analisis Framing Berita 2 Tanggal Terbit: 18 Februari 2018 Berita 2 Deklarasi Kampanye Damai Pilgubsu 2018, ERAMAS Datang Pertama Isi Berita “Calon Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tiba di Taman Budaya Sumatra Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan Timur, Minggu (18/2/2018) pukul 08.30 WIB. Cagub nomor urut 1 yang didukung Partai Gerindra, PKS, PAN, Partai Golkar, Partai Nasdem dan Partai Hanura langsung disambut puluhan simpatisan dan pendukungnya. “Eramas Eramas pasti menang,” begitu teriakan yel-yel menyambut kehadiran Edy, Minggu (8/2/2018). Setengah jam kemudian, tampak Paslon lainnya tiba dilokasi deklarasi. Suasana langsung membaur dan penuh keakraban saat masing- masing pasangan calon saling berpelukan dan bergandengan tangan sebagai bentuk persaudaraan dan demokratis dalam persaingan di Pilkada Sumut 2018. Moment kebersamaan dan saling bercengkrama dari kedua kubu ini tak berlangsung lama. Setelah melepas senyum, masing-masing Paslon menuju tempat duduk yang telah disediakan. Bukan hanya awak media yang menyoroti kehadiran Edy yang kerap hadir pertama pada acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut. Seorang pedagang, Sulaiman, juga mengatakan hal senada. “Salut sama ERAMAS ini, selalu datang pertama. Sang juara kan memang harus seperti itu,” ucapnya sambil memperagakan simbolis nomor urut satu, yakni mengacungkan jari telunjuk. Sebelumnya, pada Rapat Pleno Terbuka Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018 di ballroom hotel Grand Mercure Maha Cipta, Selasa (13/2/2018), pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah juga pertama.”

1. Frame Berita 2 “Menonjolkan citra ERAMAS yang disiplin” 2. Bukti frame “Bukan hanya awak media yang menyoroti kehadiran Edy yang kerap hadir pertama pada acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut. Seorang pedagang, Sulaiman, juga mengatakan hal senada. “Salut sama ERAMAS ini, selalu datang pertama. Sang juara kan memang harus seperti itu,” ucapnya sambil memperagakan simbolis nomor urut satu, yakni mengacungkan jari telunjuk.”

Universitas Sumatera Utara 75

a. Define Problems Kedua Paslon Cagub dan Cawagub Sumut dijadwalkan akan datang ke Taman Budaya Sumatra Utara untuk menandatangani deklarasi kampanye bersih Pilgubsu 2018. Waspada Online menampilkan Edy Rahmayadi sebagai tokoh utama. Waspada Online menonjolkan isu bahwa Edy rahmayadi merupakan orang yang disiplin. Waspada Online juga hanya menampilkan hanya para pendukung ERAMAS yang sangat antusias, ini merupakan salah satu aspek yang ingin digaris bawahi oleh Waspada Online karena berada di paragraf pertama. Waspada Online menekankan bahwa tidak hanya awak media yang menyoroti Edy Rahmayadi, pendapat seorang pedagang ikut untuk memperkuat citra yang diselipkan sebagai gambaran dari opini masyarakat tentang Edy Rahmayadi.

“Bukan hanya awak media yang menyoroti kehadiran Edy yang kerap hadir pertama pada acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut. Seorang pedagang, Sulaiman, juga mengatakan hal senada. “Salut sama ERAMAS ini, selalu datang pertama.”

Waspada Online tidak menampilkan nama calon lainnya dalam berita ini tetapi hanya menyebutkannya sebagai “Paslon Lainnya”, secara langsung Waspada Online memberikan penanda bahwa hanya Edy Rahmayadi yang menjadi inti utama dari berita ini.

““Eramas Eramas pasti menang,” begitu teriakan yel-yel menyambut kehadiran Edy, Minggu (8/2/2018). Setengah jam kemudian, tampak Paslon lainnya tiba dilokasi deklarasi.”

b. Diagnose Causes

Aktor utama dalam berita ini adalah Edy Rahmayadi, dalam berita yang dimuat Waspada Online pada lamannya hanya bercerita tentang Edy rahmayadi, Paslon lain digambarkan sebagai orang yang tidak disiplin, namun Waspada Online tidak menuliskan itu secara gamblang namun dapat dipahami dari kalimatnya, kedisiplinan ERAMAS juga diartikan sesuai dengan nomor urut mereka yaitu 1 yang berarti juara dan akan menang, tentu hal tersebut bukanlah suatu patokan dalam kemenangan.

“Sang juara kan memang harus seperti itu,” ucapnya sambil memperagakan simbolis nomor urut satu, yakni mengacungkan jari

Universitas Sumatera Utara 76

telunjuk. Sebelumnya, pada Rapat Pleno Terbuka Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018 di ballroom hotel Grand Mercure Maha Cipta, Selasa (13/2/2018), pasangan Edy Rahmayadi – Musa Rajekshah juga pertama.”

Dalam pemberitaan ini Waspada Online bersikap tendensius terhadap satu pasangan calon. Keberpihakan Waspada Online sangat terasa dari foto yang hanya menampilkan Edy Rahmayadi, serta isi berita yang tidak pernah menyebutkan nama Paslon Lainnya.

c. Make Moral Judgement

Waspada Online menyajikan nilai moral saling menghormati dan menghargai antar paslon dengan bergandengan saling memberikan senyuman. Waspada menilai tindakan yang dilakukan oleh kedua pasangan calon merupakan cara mereka yang santun dalam berdemokrasi.

“Suasana langsung membaur dan penuh keakraban saat masing-masing pasangan calon saling berpelukan dan bergandengan tangan sebagai bentuk persaudaraan dan demokratis dalam persaingan di Pilkada Sumut 2018.” d. Treatment Reccomendation

Kedua pasangan calon datang ke Taman Budaya Sumatra Utara untuk menandatangani janji kampanye bersih yang dihadiri oleh para pendukung paslon serta disaksikan oleh KPU dan Bawaslu. Deklarasi tersebut berjalan damai dan keduanya bersedia untuk datang dan menandatangani perjanjian kampanye bersih.

“Calon Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tiba di Taman Budaya Sumatra Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan Timur, Minggu (18/2/2018) pukul 08.30 WIB. Moment kebersamaan dan saling bercengkrama dari kedua kubu ini tak berlangsung lama. Setelah melepas senyum, masing- masing Paslon menuju tempat duduk yang telah disediakan.”

Universitas Sumatera Utara 77

Tabel 4.4 Deklarasi Kampanye Damai Pilgubsu 2018, ERAMAS Datang Pertama Define Problems Waspada Online menonjolkan isu bahwa (Pendefinisian Masalah) Edy rahmayadi merupakan orang yang disiplin. Waspada Online juga hanya menampilkan hanya para pendukung ERAMAS yang sangat antusias Diagnose Causes Dalam pemberitaan ini Waspada Online (Memperkirakan Masalah) bersikap tendensius terhadap satu pasangan calon Make Moral Judgement Waspada Online menyajikan nilai moral (Membuat Keputusan Moral) saling menghormati dan menghargai antar paslon dengan bergandengan saling memberikan senyuman. Treatment Reccomendation Deklarasi tersebut berjalan damai dan (Menekankan Penyelesaian) keduanya bersedia untuk datang dan menandatangani perjanjian kampanye bersih.

4.2.3 Analisis Framing Berita 3 Tanggal Terbit: 19 Februari 2018 Berita 3: Relawan: Mereka Salah Menilai Edy Rahmayadi Isi Berita “Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, kerap diberitakan sebagai sosok yang kasar, arogan dan tidak memiliki jiwa toleransi. Saat menghadiri acara Deklarasi dan pelantikan relawan ERAMAS (PRIMER) untuk pemenangan Cagub dan Cawagub, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah, di Balai Namaken, Jalan Jamin Ginting Medan. Edy begitu sapaan Edy Rahmayadi disambut dengan penampilan Marching Band MB Nur Adia Corps. Cagub nomor urut 1 ini langsung meminta Marching Band MB Nur Adia Corps untuk berhenti. Sambil mengepalkan tangan dan badan sedikit membungkuk, Edy meminta maaf. Sontak seluruh relawan dan tentunya para pemain Marching Band terheran. Sedangkan Edy langsung menuju tempat duduk yang telah tersedia. Saat menyampaikan sambutan, Edy menjelaskan alasan dirinya menyuruh pemain Marching Band untuk berhenti. “Saya minta maaf karena menyuruh adik-adik berhenti bermain. Tepat di sebelah kita, ada yang kemalangan, janganlah acara kita ini sampai mengganggu mereka,” kata Edy seraya menunjuk gedung di sebelah, Senin (19/2). Puluhan relawan tampak tersenyum dan berdecak kagum melihat sosok mantan Pangkostrad ini. “Pak Edy yang terbaik. Kami butuh Gubernur seperti ini,” ucap seorang relawan, Nila Fauziah Nasution sambil tersenyum. Saat ditanya apakah sosok Edy Rahmayadi adalah sosok yang kasar, arogan dan tidak

Universitas Sumatera Utara 78

memiliki toleransi, wajah Nila langsung berubah. Relawan ini juga menyebut, banyak kalangan salah menilai sosok Edy Rahmayadi. “Siapa yang bilang begitu? Apa enggak dilihatnya Pak Edy ini cemana. Mereka asal menilai,” ucap Nila dengan nada kesal. Bagi Nila, sosok Edy adalah sosok pemimpin yang berwibawa, tanggung jawab dan penuh kasih sayang. “Saya sering lihat pak Edy di siaran tv. Tadi aja waktu masuk gedung suasananya penuh keakraban. Dimana letak arogannya coba?,” ucap Nila.” 1. Frame Berita 3 “Menampilkan citra Edy Rahmayadi yang toleran” 2. Bukti frame

“Edy menjelaskan alasan dirinya menyuruh pemain Marching Band untuk berhenti. “Saya minta maaf karena menyuruh adik-adik berhenti bermain. Tepat di sebelah kita, ada yang kemalangan, janganlah acara kita ini sampai mengganggu mereka,” kata Edy seraya menunjuk gedung di sebelah, Senin (19/2). Puluhan relawan tampak tersenyum dan berdecak kagum melihat sosok mantan Pangkostrad ini. “Pak Edy yang terbaik. Kami butuh Gubernur seperti ini,” ucap seorang relawan, Nila Fauziah Nasution sambil tersenyum. Saat ditanya apakah sosok Edy Rahmayadi adalah sosok yang kasar, arogan dan tidak memiliki toleransi, wajah Nila langsung berubah. Relawan ini juga menyebut, banyak kalangan salah menilai sosok Edy Rahmayadi.”

a. Define Problems

Waspada Online menceritakan pengalaman seorang relawan yang kagum dengan tindakan Edy Rahmayadi yang menghentikan marching band yang menyambutnya dalam pertemuannya dengan para relawannya, hal tersebut dilakukan karena tepat disebelah gedung pertemuan relawan ada yang sedang ber- belasungkawa, Waspada Online mengambil opini dari pendukung Edy Rahmayadi, digambarkan oleh relawan tersebut di dalam berita sebagai orang yang kasar dan kejam, Waspada Online menggambarkan bahwa relawan melabeli Edy Rahmayadi sebagai sosok yang kasar dan kejam sebelumnya, kemudian dipatahkan oleh tindakan Edy Rahmayadi yang digambarkan sebagai sosok pemimpin yang berwibawa, tanggung jawab dan penuh kasih sayang.

“Sontak seluruh relawan dan tentunya para pemain Marching Band terheran. Sedangkan Edy langsung menuju tempat duduk yang telah tersedia. Saat menyampaikan sambutan, Edy menjelaskan alasan dirinya

Universitas Sumatera Utara 79

menyuruh pemain Marching Band untuk berhenti. “Saya minta maaf karena menyuruh adik-adik berhenti bermain. Tepat di sebelah kita, ada yang kemalangan, janganlah acara kita ini sampai mengganggu mereka,”. Puluhan relawan tampak tersenyum dan berdecak kagum melihat sosok mantan Pangkostrad ini.”.

b. Diagnose Causes

Dalam Judul berita ini Waspada Online mencoba untuk menampilkan pribadi Edy Rahmayadi yang sebenarnya tentang citra buruk yang berkembang di masyarakat, anggapan sosok yang arogan, kasar dan tidak memiliki toleransi muncul setelah sebelumnya beredar sebuah video tentang Edy Rahmayadi saat menjabat sebagai Pangdam I Bukit Barisan memarahi warga yang berunjuk rasa di depan gedung DPRD Sumut tentang sengketa tanah TNI yang digarap oleh para petani di Ramunia. Waspada Online dalam berita ini kemudian mencoba untuk membingkai pribadinya dengan tindakan yang dilakukan Edy Rahmayadi secara langsung mematahkan opini yang berkembang di masyarakat. Waspada Online juga menampilkan Edy Rahmayadi menjadi sosok yang dekat dengan para relawannya, tergambar dari foto di berita Edy Rahmayadi berfoto di tengah kerumunan para relawannya. pada awal paragraf Waspada Online menggambarkan Edy Rahmayadi yang kasar dengan keinginannya sendiri dan mengepalkan tangan ke atas menyuruh Marching Band untuk berhenti namun kemudian dijelaskan oleh Waspada Online sebagai bentuk empatinya kepada orang lain yang sedang kemalangan.

“Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, kerap diberitakan sebagai sosok yang kasar, arogan dan tidak memiliki jiwa toleransi. Edy Rahmayadi disambut dengan penampilan Marching Band MB Nur Adia Corps. Cagub nomor urut 1 ini langsung meminta Marching Band MB Nur Adia Corps untuk berhenti. Sambil mengepalkan tangan dan badan sedikit membungkuk, Edy meminta maaf. Sontak seluruh relawan dan tentunya para pemain Marching Band terheran. Relawan ini juga menyebut, banyak kalangan salah menilai sosok Edy Rahmayadi. “Siapa yang bilang begitu? Apa enggak dilihatnya Pak Edy ini cemana. Mereka asal menilai,””. Secara tersusun Waspada Online menjelaskan opini apa yang saat ini sedang terjadi di masyarakat tentang Edy Rahmayadi akan tetapi anggapan masyarakat tentang sosok yang arogan, kasar dan tidak memiliki toleransi itu salah, Edy Rahmayadi digambarkan merupakan sosok yang berwibawa hal

Universitas Sumatera Utara 80

tersebut merupakan bentuk politisasi citra yang dengan sangat mudah dirubah oleh media, bagaimana media membentuk opini publik dengan menempatkan relawan sebagai penyumbang pandangan sebagai wakil dari penilaian masyarakat umum.

c. Make Moral Judgement

Nilai moral yang disajikan oleh Waspada Online adalah tindakan Edy Rahmayadi yang menghentikan Marching Band untuk menghormati orang yang lain yang sedang kemalangan merupakan sebuah tindakan yang mulia dan sopan, tindakan tersebut dimaknai oleh Waspada Online sebagai empati Edy Rahmayadi kepada orang lain yang sedang kemalangan, kemudian Waspada Online menampilkan relawan yang simpati karena tindakan tersebut.

“Puluhan relawan tampak tersenyum dan berdecak kagum melihat sosok mantan Pangkostrad ini. “Pak Edy yang terbaik. Kami butuh Gubernur seperti ini,” ucap seorang relawan, Nila Fauziah Nasution sambil tersenyum. Saat ditanya apakah sosok Edy Rahmayadi adalah sosok yang kasar, arogan dan tidak memiliki toleransi, wajah Nila langsung berubah.”

d. Treatment Reccomendation

Penonjolan isu dalam berita ini lebih ke-bagaimana Waspada Online mencoba untuk mematahkan isu dan opini yang terbentuk di masyarakat dengan memberikan pandangan dari relawan yang bertemu langsung dengan Edy Rahmayadi yang ternyata berbeda dari opini dan isu buruk, Waspada Online menilai Edy Rahmayadi dari sisi positif. Pesan yang ingin disampaikan Waspada Online adalah miss-interpretasi yang saat ini sedang bergulir di masyarakat atau secara sederhana jangan menilai Edy Rahmayadi dari berita buruknya. Saat bertemu langsung maka opini buruk tersebut tidak sesuai dengan pribadi Edy Rahmayadi yang sebenarnya baik.

“Relawan ini juga menyebut, banyak kalangan salah menilai sosok Edy Rahmayadi. “Siapa yang bilang begitu? Apa enggak dilihatnya Pak Edy ini cemana. Mereka asal menilai,” ucap Nila dengan nada kesal. Bagi Nila, sosok Edy adalah sosok pemimpin yang berwibawa, tanggung jawab dan penuh kasih sayang. “Saya sering lihat pak Edy di siaran tv. Tadi aja waktu masuk gedung suasananya penuh keakraban. Dimana letak arogannya coba?,” ucap Nila.”

Universitas Sumatera Utara 81

Tabel 4.5 Relawan: Mereka Salah Menilai Edy Rahmayadi Define Problems Waspada Online menggambarkan bahwa (Pendefinisian Masalah) relawan melabeli Edy Rahmayadi sebagai sosok yang kasar dan kejam sebelumnya, kemudian dipatahkan oleh tindakan Edy Rahmayadi yang digambarkan sebagai sosok pemimpin yang berwibawa, tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Diagnose Causes Secara tersusun Waspada Online (Memperkirakan Masalah) menjelaskan opini apa yang saat ini sedang terjadi di masyarakat tentang Edy Rahmayadi akan tetapi anggapan masyarakat tentang sosok yang arogan, kasar dan tidak memiliki toleransi itu salah, Edy Rahmayadi digambarkan merupakan sosok yang berwibawa. Make Moral Judgement Tindakan Edy Rahmayadi yang (Membuat Keputusan Moral) menghentikan Marching Band untuk menghormati orang yang lain yang sedang kemalangan merupakan sebuah tindakan yang mulia dan sopan, tindakan tersebut dimaknai oleh Waspada Online sebagai empati Edy Rahmayadi kepada orang lain yang sedang kemalangan. Treatment Reccomendation Waspada Online mencoba untuk (Menekankan Penyelesaian) mematahkan isu dan opini yang terbentuk dimasyarakat dengan memberikan pandangan dari relawan yang bertemu langsung dengan Edy Rahmayadi

4.2.4 Analisis Framing Berita 4 Tanggal Terbit: 21 Februari 2018 Berita 4 Usai Jualan Cendol, Edy Rahmayadi Naik Angkot ke Masjid Isi Berita “Waktu menunjukkan pukul 11.19 WIB. Setelah menjual ludes dagangan cendol milik Peti, dari Pasar Gambir Tembung, calon Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menuju Masjid Baitul Aziz. Namun, saat turun dari becak cendol. Hal tak terduga kembali dilakukan Edy, begitu sapaan akrab Edy Rahmayadi. Saat itu angkutan umum kota (angkot) nomor 65 melintas di depan Cagub nomor urut 1 ini. Tiba-tiba mantan Pangkostrad ini langsung menyetop angkot tersebut.”Pinggir bang,” kata Edy sambil melambaikan tangan, Rabu (21/2). Setelah angkot tersebut berhenti, Edy

Universitas Sumatera Utara 82

langsung duduk di posisi paling depan tepat di sebelah sopir. “Bang, ke Masjid depan sana ya bg,” ucap Edy seraya menunjukkan jalan. Supir angkot yang diketahui namanya adalah Zulfadli, hanya bengong melihat sosok yang duduk di sampingnya. Sepanjang perjalanan menuju Masjid, Edy bersama Zulfadli saling bercengkrama. “Berapa penghasilan perhari kita bang?,” tanya Edy sambil menepuk pundak Zulfadli. “60 ribu per hari pak,” jawab Zulfadli “Berapa tanggungan kita bang,” tanya Edy lagi “Anak saya 1 pak, istri saya juga 1,” jawab Zulfadli sambil tersenyum. Obrolan hangat antara Edy dan Zulfadli harus berakhir saat mobil yang mereka kendarai sampai di tempat tujuan. Saat turun dari angkot, tak lupa Edy mengucapkan terimakasih dan meminta Zulfadli berhati-hati dalam mengendarai angkot. “Makasih bang, hati-hati dijalan” ucap Edy. Binar kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari raut wajah Zulfadli. Senyumnya terus merekah menatap punggung Edy saat berjalan memasuki masjid. “Enggak salah saya pilih nomor 1. Semoga beliau (Edy Rahmayadi) jadi Gubernur Sumut,” ucapnya.” 1. Frame Berita 4 “Menampilkan citra Edy Rahmayadi yang ramah serta membaur dengan masyarakat” 2. Bukti frame “Setelah menjual ludes dagangan cendol milik Peti, dari Pasar Gambir Tembung, calon Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menuju Masjid Baitul Aziz. Namun, saat turun dari becak cendol. Hal tak terduga kembali dilakukan Edy, begitu sapaan akrab Edy Rahmayadi. Saat itu angkutan umum kota (angkot) nomor 65 melintas di depan Cagub nomor urut 1 ini. Tiba-tiba mantan Pangkostrad ini langsung menyetop angkot tersebut.”Pinggir bang,” kata Edy sambil melambaikan tangan, Rabu (21/2). Setelah angkot tersebut berhenti, Edy langsung duduk di posisi paling depan tepat di sebelah sopir. “Bang, ke Masjid depan sana ya bg,” ucap Edy seraya menunjukkan jalan. Supir angkot yang diketahui namanya adalah Zulfadli, hanya bengong melihat sosok yang duduk di sampingnya.”

a. Define Problems

Lewat berita ini Waspada Online mengajak kita untuk mengikuti kegiatan Edy Rahmayadi, kali ini Waspada Online menampilkan Edy Rahmayadi yang baru saja selesai membantu seorang pedang berjualan cendol, lalu bergegas ingin ke mesjid untuk menunaikan sholat zuhur, namun menuju mesjid Edy Rahmayadi menggunakan angkutan umum dan duduk di sebelah sopir angkutan umum kemudian bercerita singkat, dalam berita ini Waspada Online menggunakan

Universitas Sumatera Utara 83

kacamata rakyat kecil yang di wakilkan oleh sopir angkot. Waspada online menggambarkan bahwa sopir angkot tersebut tidak membayangkan bahwa yang duduk disebelahnya adalah Edy Rahmayadi, dan karena kemurahan hatinya digambarkan sopir angkutan umum tersebut yakin untuk memilih Edy Rahmayadi di Pilgubsu.

“Setelah menjual ludes dagangan cendol milik Peti, dari Pasar Gambir Tembung, calon Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menuju Masjid Baitul Aziz. Binar kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari raut wajah Zulfadli. Senyumnya terus merekah menatap punggung Edy saat berjalan memasuki masjid. “Enggak salah saya pilih nomor 1. Semoga beliau (Edy Rahmayadi) jadi Gubernur Sumut,” ucapnya.”

b. Diagnose Causes

Sosok utama dalam berita ini adalah Edy Rahmayadi dan Zulfadli sebagai sopir angkot, Edy Rahmayadi dan Zulfadli diperlihatkan melakukan komunikasi namun hanya satu arah karena Waspada Online ingin pembaca fokus pada Edy Rahmayadi. Edy Rahmayadi merupakan Objek dalam frame hal tersebut dilihat dari foto dalam berita yang hanya memperlihatkan Edy Rahmayadi saja tanpa memperlihatkan wajah Zulfadli di dalamnya, dengan pose merangkul Zulfadli seorang supir angkutan umum menandakan keakraban diantara mereka, dalam hal ini Waspada Online ingin menampilkan disentimen hirarkial, yang memberikan kesan dan menghapuskan impresi pemberian kelas dalam masyarakat, antara rakyat kecil dan Calon Gubernur.

“Setelah angkot tersebut berhenti, Edy langsung duduk di posisi paling depan tepat di sebelah sopir. “Bang, ke Masjid depan sana ya bg,” ucap Edy seraya menunjukkan jalan. Supir angkot yang diketahui namanya adalah Zulfadli, hanya bengong melihat sosok yang duduk di sampingnya. Sepanjang perjalanan menuju Masjid, Edy bersama Zulfadli saling bercengkrama.”

c. Make Moral Judgement

Isi dari pesan berita memperlihatkan kegiatan Edy Rahmayadi. Kesan ramah lagi-lagi menjadi isu yang ingin ditonjolkan oleh Waspada Online dengan menggambarkan Edy Rahmayadi memulai obrolan dengan sang supir angkutan umum tersebut. Perlakuan Edy Rahmayadi kepada Zulfadli direspon baik dengan

Universitas Sumatera Utara 84

senyuman Zulfadli yang menjadi tanda bahwa ia senang dengan komunikasi yang berlangsung. Edy Rahmayadi juga memberikan ucapan terima kasih dan meminta Zulfadli berhati-hati, merupakan sebuah frame yang ingin menampilkan pribadi Edy Rahmayadi secara langsung.

“Edy bersama Zulfadli saling bercengkrama. “Berapa penghasilan perhari kita bang?,” tanya Edy sambil menepuk pundak Zulfadli. “60 ribu per hari pak,” jawab Zulfadli “Berapa tanggungan kita bang,” tanya Edy lagi “Anak saya 1 pak, istri saya juga 1,” jawab Zulfadli sambil tersenyum. Saat turun dari angkot, tak lupa Edy mengucapkan terimakasih dan meminta Zulfadli berhati-hati dalam mengendarai angkot. “Makasih bang, hati-hati dijalan” ucap Edy. Binar kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari raut wajah Zulfadli.” d. Treatment Reccomendation

Konklusi dari berita ini adalah bagaimana Waspada Online memberikan pengalaman dari seorang supir angkutan umum menilai secara langsung Edy Rahmayadi yang tidak sungkan untuk naik angkutan umum, pesan yang ingin dibingkai dalam berita ini adalah Edy Rahmayadi merupakan orang yang rendah hati dan ramah.

“Setelah angkot tersebut berhenti, Edy langsung duduk di posisi paling depan tepat di sebelah sopir. “Bang, ke Masjid depan sana ya bg,” ucap Edy seraya menunjukkan jalan. Supir angkot yang diketahui namanya adalah Zulfadli, hanya bengong melihat sosok yang duduk di sampingnya. Binar kebahagiaan tidak dapat disembunyikan dari raut wajah Zulfadli. Senyumnya terus merekah menatap punggung Edy saat berjalan memasuki masjid.”

Tabel 4.6 Usai Jualan Cendol, Edy Rahmayadi Naik Angkot ke Masjid Define Problems Waspada Online menampilkan Edy Rahmayadi (Pendefinisian Masalah) yang baru saja selesai membantu seorang pedang berjualan cendol, lalu bergegas ingin ke mesjid untuk menunaikan sholat zuhur, namun menuju mesjid Edy Rahmayadi menggunakan angkutan umum dan duduk di sebelah sopir angkutan umum Diagnose Causes Waspada Online ingin menampilkan disentimen (Memperkirakan Masalah) hirarkial, yang memberikan kesan dan menghapuskan impresi pemberian kelas dalam masyarakat, antara rakyat kecil dan Calon Gubernur.

Universitas Sumatera Utara 85

Make Moral Judgement Kesan ramah menjadi isu yang ingin ditonjolkan (Membuat Keputusan Moral) Waspada Online dengan menggambarkan Edy Rahmayadi memulai obrolan dengan sang supir angkutan umum tersebut. Perlakuan Edy Rahmayadi kepada Zulfadli direspon baik dengan senyuman Zulfadli yang menjadi tanda bahwa ia senang dengan komunikasi yang berlangsung. Treatment Reccomendation Waspada Online memberikan pengalaman dari (Menekankan Penyelesaian) seorang supir angkutan umum menilai secara langsung Edy Rahmayadi yang tidak sungkan untuk naik angkutan umum, pesan yang ingin dibingkai dalam berita ini adalah Edy Rahmayadi merupakan orang yang rendah hati dan ramah.

4.2.5 Analisis Framing Berita 5 Tanggal Terbit: 22 Februari 2018 Berita 5 Pria Berdarah Batak Ini Curi Perhatian Edy Rahmayadi Isi Berita “Muhammad Siregar, berhasil mencuri perhatian calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, saat belanja di Pasar Gambir, Tembung, Rabu (22/2) kemarin. Dihadapan Cagub nomor urut 1, pria berdarah Batak ini bersenandung sembari menari kegirangan. “Yeyeye dapat peci pak Edy,” ucapnya sambil melompat-lompat diantara kerumunan warga yang memadati pasar Gambir. Ulah pedagang sayur ini membuat Edy, begitu sapaan Edy Rahmayadi tak kuasa menahan tawa. Beberapa pedagang lainnya tampak iri dengan Regar, begitu sapaan akrab Muhammad Regar, yang menerima hadiah peci dari Edy. “Enak lah kau Regar, buatku aja lah itu,” ucap Lia, pedagang buah. Mendengar hal itu, Regar semakin kegiraan. Berulang kali Ia menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Bagi Regar, hanya mendapat peci dari Edy, telah membuat dirinya begitu bahagia. Regar mengaku, sejak dulu dirinya sudah mengidolakan mantan Pangkostrad. “Peci calon Gubernur loh ini, sebentar lagi jadi Gubernur kita,” katanya sembari mengejek para pedagang lain.” 1. Frame Berita 5 “Edy Rahmayadi sangat dikagumi oleh pedagang” 2. Bukti frame “pria berdarah Batak ini bersenandung sembari menari kegirangan. “Yeyeye dapat peci pak Edy,” ucapnya sambil melompat-lompat diantara kerumunan warga yang memadati pasar Gambir. Ulah pedagang sayur ini membuat Edy, begitu sapaan Edy Rahmayadi tak kuasa menahan tawa. Beberapa pedagang lainnya tampak iri dengan Regar. Bagi Regar, hanya mendapat peci dari Edy, telah

Universitas Sumatera Utara 86

membuat dirinya begitu bahagia. Regar mengaku, sejak dulu dirinya sudah mengidolakan mantan Pangkostrad. “Peci calon Gubernur loh ini, sebentar lagi jadi Gubernur kita,” katanya sembari mengejek para pedagang lain.”

a. Define problems

Waspada Online melihat berita ini dari posisi seorang pedagang yang menceritakan pengalaman bahagianya setelah diberikan peci yang dikenakan Edy Rahmayadi yang saat itu sedang berkunjung ke pasar Gambir, Tembung. Penonjolan karakter dalam berita ini adalah Muhammad Siregar seorang pedagang sayur di pasar Gambir, Tembung.

“Muhammad Siregar, berhasil mencuri perhatian calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, saat belanja di Pasar Gambir, Tembung, Rabu (22/2) kemarin. Beberapa pedagang lainnya tampak iri dengan Regar, begitu sapaan akrab Muhammad Regar, yang menerima hadiah peci dari Edy.”

b. Diagnose Causes

Dalam bingkai kali ini, sama seperti berita sebelumnya, Waspada Online menggunakan kacamata dari masyarakat sebagai opinion leader dalam membentuk citra Edy Rahmayadi, jika kita menelisik dari data yang sudah ada, setiap hari memiliki agenda yang berbeda dalam menonjolkan citra, dimulai dari citra empati, sopan santun, ramah, dan saat ini citra murah hati. Tentu hal tersebut saling punya kaitan antara satu citra dengan citra lainnya tidak dipungkiri hal tersebut merupakan strategi politik.

““Enak lah kau Regar, buatku aja lah itu,” ucap Lia, pedagang buah. Mendengar hal itu, Regar semakin kegiraan. Berulang kali Ia menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Bagi Regar, hanya mendapat peci dari Edy, telah membuat dirinya begitu bahagia.” c. Make Moral Judgement

Waspada Online menggambarkan seorang pedagang yang sangat bahagia setelah mendapatkan peci milik Edy Rahmayadi, ia mengungkapkan kebahagiaannya dengan menari-nari. Pesan yang ingin disampaikan Waspada Online bahwa Edy Rahmayadi sangat dikagumi oleh para pedagang khususnya dan masrarakat pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara 87

“pria berdarah Batak ini bersenandung sembari menari kegirangan. “Yeyeye dapat peci pak Edy,” ucapnya sambil melompat-lompat diantara kerumunan warga yang memadati pasar Gambir. Bagi Regar, hanya mendapat peci dari Edy, telah membuat dirinya begitu bahagia. Regar mengaku, sejak dulu dirinya sudah mengidolakan mantan Pangkostrad.” d. Treatment Reccomendation

Digambarkan sebagai suatu hal yang sangat luar biasa bagi sang pedagang tersebut karena merupakan orang yang sangat mengidolakan Edy Rahmayadi sejak masih menjabat sebagai Pangkostrad. Edy Rahmayadi datang ke pasar di tempat ia berjualan dan memberikan pecinya untuk sang pedagang.

“Berulang kali Ia menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri. Bagi Regar, hanya mendapat peci dari Edy, telah membuat dirinya begitu bahagia. Regar mengaku, sejak dulu dirinya sudah mengidolakan mantan Pangkostrad.” Tabel 4.7 Pria Berdarah Batak Ini Curi Perhatian Edy Rahmayadi Define Problems Waspada Online melihat berita ini dari (Pendefinisian Masalah) posisi seorang pedagang yang menceritakan pengalaman bahagianya setelah diberikan peci yang dikenakan Edy Rahmayadi Diagnose Causes Waspada Online menggunakan kacamata (Memperkirakan Masalah) dari masyarakat sebagai opinion leader dalam membentuk citra Edy Rahmayadi Make Moral Judgement Pesan yang ingin disampaikan Waspada (Membuat Keputusan Moral) Online bahwa Edy Rahmayadi sangat dikagumi oleh para pedagang khususnya dan masrarakat pada umumnya. Treatment Reccomendation Digambarkan sebagai suatu hal yang (Menekankan Penyelesaian) sangat luar biasa bagi sang pedagang tersebut karena merupakan orang yang sangat mengidolakan Edy Rahmayadi.

Universitas Sumatera Utara 88

4.2.6 Analisis Framing Berita 6 Tanggal Terbit: 23 Februari 2018 Berita 6 Diskusi Sambil Ngopi Bareng Edy Rahmayadi di Ulee Kareng Isi Berita “Calon Gubsu nomor urut 1, Edy Rahmayadi, mengawali Jumat (23/2) pagi di warung kopi Ulee Kareng Jalan Dr Mansyur Medan. Bersama sejumlah jurnalis dan warga, Edy berdiskusi ringan terkait sejumlah hal. “Ya gak usah sarat protokoler-lah. Sekarang kan kita harus bicara kualitas, bukan kuantitas,” kata Edy mengawali diskusi. Dengan waktu yang mepet menuju pemungutan suara 27 Juni 2018, Edy mengajak warga untuk membahas kepemimpinan berkualitas. “Sumut ini jangan jadi ajang coba- coba. Bukan soal anda disuruh-suruh jual jamu oleh tim lalu dibiarkan jamunya laku apa enggak. Pemimpin harus berkualitas. Maka saya mengajak warga memilih nomor urut 1 Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah pada 27 Juni 1018. Mari kita menuju TPS menggunakan hak pilih kita,” kata Edy. Dengan potensi Sumut yang luar biasa, sambung Edy, maka harus dikelola oleh kepemimpinan yang memahami kondisi Sumatera Utara. “Potensi ini adalah lokomotif pembangunan. Kalau salah kelola maka habislah kita,” imbuh mantan Pangkostrad itu. Dengan konsep Sumut Bermartabat, Edy juga menerangkan misinya. Pertama, tata kelola tenaga kerja. “Adalah keheranan bagi kita bahwa potensi sumber daya kaya luarbiasa ini banyak generasi yang tak punya pekerjaan. Ingat, ini bisa berdampak pada keamanan nasional,” kata Edy. Kedua, adalah soal kesehatan khususnya ibu hamil. “Jangan ada lagi ibu yang mau melahirkan tapi masih disibukkan dengan biaya persalinan. Jangan ada lagi anak gizi buruk atau tak punya biaya saat menderita sakit seperti kasus anak hydrocepalus yang ditelantarkan karena tak punya biaya berobat,” tandas Edy. Ketiga, soal pendidikan. Edy menegaskan bidang pendidikan mampu membawa Sumut menjadi bermartabat. “Martabat itu harga diri. Jangan ada lagi anak kita mau masuk sekolah favorit harus dengan cara curang. Di mana harga diri Sumut ini. Biaya pendidikan janganlah diakali. Kasihan orang miskin. Saya ini pernah miskin jadi saya tahu rasanya. Ibu saya jual kue untuk bisa menyekolahkan saya. Alhamdulillah anak itu pernah jadi Pangkostrad,” kata Edy disambut tepuk tangan warga yang hadir. Persoalan infrastruktur, pertanian serta nelayan juga menjadi fokus Edy agar Sumut bisa bermartabat. “Kalau bisa Sumut ini jadi penyuplai kebutuhan pokok nasional,” kata Edy. Usai penjelasan misinya itu, Edy pun berdialog dengab jurnalis dan pengunjung yang hadir di Ulee Kareng Jalan Dr Mansyur Medan. Dialog membahas soal tata kelola birokrasi, pemerataan pembangunan hingga keadilan sosial.”

Universitas Sumatera Utara 89

1. Frame Berita 6 “penonjolan konteks pidato Edy Rahmayadi” 2. Bukti frame “Edy mengajak warga untuk membahas kepemimpinan berkualitas. “Sumut ini jangan jadi ajang coba-coba. Bukan soal anda disuruh- suruh jual jamu oleh tim lalu dibiarkan jamunya laku apa enggak. Pemimpin harus berkualitas. Maka saya mengajak warga memilih nomor urut 1 Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah pada 27 Juni 1018. Mari kita menuju TPS menggunakan hak pilih kita,” kata Edy.”

a. Define problems

Di judul berita kita melihat bahwa Waspada Online ingin menampilkan Edy Rahmayadi yang sangat membaur dengan konsep diskusi sambil ngopi bareng, namun setelah kita masuk ke tubuh berita, tidak ditemukannya Edy Rahmayadi berdiskusi, hanya menampilkan kutipan dari pidato Edy Rahmayadi saat melakukan pertemuan di ulee kareng dengan wartawan dan beberapa pengunjung. Dalam foto berita tersebut terlihat Edy Rahmayadi berdiri menggunakan pengeras suara diantara banyak orang yang duduk mendengarkan Edy Rahmayadi yang sedang berbicara. Edy Rahmayadi menghadap dua orang yang berdiri di sampingnya dan salah satu orang tersebut adalah Camera Person, dengan posisi hanya menolehkan kepalanya, Edy Rahmayadi seolah marah dengan kedua orang tersebut.

“Calon Gubsu nomor urut 1, Edy Rahmayadi, mengawali Jumat (23/2) pagi di warung kopi Ulee Kareng Jalan Dr Mansyur Medan. Bersama sejumlah jurnalis dan warga, Edy berdiskusi ringan terkait sejumlah hal. Usai penjelasan misinya itu, Edy pun berdialog dengab jurnalis dan pengunjung yang hadir di Ulee Kareng Jalan Dr Mansyur Medan. Dialog membahas soal tata kelola birokrasi, pemerataan pembangunan hingga keadilan sosial.” b. Diagnose Causes

Substansi dari diskusi yang dimaksud dalam judul berita tidak dapat kita cari di dalam tubuh berita, dalam isi berita hanya mengkonstruksi bagaimana gagasan dan pandangan Edy Rahmayadi kepada para wartawan dan pengunjung kedai kopi ulee kareng. Framing yang dilakukan oleh Waspada Online masih

Universitas Sumatera Utara 90

sama bagaimana ingin menampilkan Edy Rahmayadi sebagai sosok yang bersahaja terlihat dalam judul berita. Dalam isi berita Waspada Online mengkonstruksi pemberitaan tersebut dengan menempatkan seluruh isi pidato dan gagasan Edy Rahmayadi sebagai isi berita yang mencakup berbagai masalah. Lewat berita ini Waspada Online mengajak para pembacanya untuk melihat visi misi serta harapan Edy Rahmayadi kedepannya jika terpilih, di dalam isi berita juga menyelipkan tanggal pemilihan serta nomor urutnya.

“Maka saya mengajak warga memilih nomor urut 1 Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah pada 27 Juni 1018. Mari kita menuju TPS menggunakan hak pilih kita,” kata Edy. Dengan potensi Sumut yang luar biasa, sambung Edy, maka harus dikelola oleh kepemimpinan yang memahami kondisi Sumatera Utara. “Potensi ini adalah lokomotif pembangunan. Kalau salah kelola maka habislah kita,” imbuh mantan Pangkostrad itu.”

c. Make Moral Judgement

Waspada Online menilai bahwa keputusan Edy Rahmayadi untuk mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara adalah karena kepeduliannya akan seluruh aspek yang ada, terutama pembangunan, kesehatan, pendidikan serta sumber daya alam yang melimpah namun ketakutannya akan tata kelola yang salah kemudian akan merusak atau menghancurkan Sumatera Utara. Persoalan infrastruktur, pertanian serta nelayan juga menjadi fokus Edy Rahmayadi.

“Dengan potensi Sumut yang luar biasa, sambung Edy, maka harus dikelola oleh kepemimpinan yang memahami kondisi Sumatera Utara. “Potensi ini adalah lokomotif pembangunan. Kalau salah kelola maka habislah kita,” imbuh mantan Pangkostrad itu. Dengan konsep Sumut Bermartabat, Edy juga menerangkan misinya. Pertama, tata kelola tenaga kerja. “Adalah keheranan bagi kita bahwa potensi sumber daya kaya luarbiasa ini banyak generasi yang tak punya pekerjaan. Ingat, ini bisa berdampak pada keamanan nasional,” kata Edy. Kedua, adalah soal kesehatan khususnya ibu hamil. “Jangan ada lagi ibu yang mau melahirkan tapi masih disibukkan dengan biaya persalinan. Jangan ada lagi anak gizi buruk atau tak punya biaya saat menderita sakit seperti kasus anak hydrocepalus yang ditelantarkan karena tak punya biaya berobat,” tandas Edy. Ketiga, soal pendidikan. Edy menegaskan bidang pendidikan mampu membawa Sumut menjadi bermartabat. “Martabat itu harga diri. Jangan ada lagi anak kita mau masuk sekolah favorit harus dengan cara curang. Di mana harga diri Sumut ini. Biaya pendidikan janganlah diakali. Kasihan orang miskin. Saya ini pernah miskin jadi saya tahu rasanya. Ibu saya jual

Universitas Sumatera Utara 91

kue untuk bisa menyekolahkan saya. Alhamdulillah anak itu pernah jadi Pangkostrad,” kata Edy disambut tepuk tangan warga yang hadir. Persoalan infrastruktur, pertanian serta nelayan juga menjadi fokus Edy agar Sumut bisa bermartabat. “Kalau bisa Sumut ini jadi penyuplai kebutuhan pokok nasional,” kata Edy. Usai penjelasan misinya itu.” d. Treatment Reccomendation

Dalam berita tersebut Edy Rahmayadi memberikan pandangannya dengan konsep bermartabat Edy juga menerangkan visi misinya tersebut, selebihnya Edy Rahmayadi mengajak pembaca untuk memilih pemimpin yang berkualitas dan yang dimaksud adalah Paslon Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah dalam Pemilu serentak 2018 sebagai konklusi yang ditawarkan untuk perubahan di Sumatera Utara.

“Dengan waktu yang mepet menuju pemungutan suara 27 Juni 2018, Edy mengajak warga untuk membahas kepemimpinan berkualitas. Pemimpin harus berkualitas. Maka saya mengajak warga memilih nomor urut 1 Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah pada 27 Juni 1018. Mari kita menuju TPS menggunakan hak pilih kita,” kata Edy.” Tabel 4.8 Diskusi Sambil Ngopi Bareng Edy Rahmayadi di Ulee Kareng Define Problems Judul berita Waspada Online ingin menampilkan (Pendefinisian Masalah) Edy Rahmayadi yang sangat membaur dengan konsep diskusi sambil ngopi bareng, pada isi berita menampilkan kutipan dari pidato Edy Rahmayadi saat melakukan pertemuan di ulee kareng dengan wartawan dan beberapa pengunjung. Diagnose Causes Waspada Online mengajak para pembacanya untuk (Memperkirakan Masalah) melihat visi misi serta harapan Edy Rahmayadi kedepannya jika terpilih, di dalam isi berita juga menyelipkan tanggal pemilihan serta nomor urutnya. Make Moral Judgement Waspada Online menilai bahwa keputusan Edy (Membuat Keputusan Moral) Rahmayadi untuk mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Sumatera Utara adalah karena kepeduliannya akan seluruh aspek yang ada, terutama pembangunan, kesehatan, pendidikan serta sumber daya alam, Persoalan infrastruktur, pertanian serta nelayan juga menjadi fokus Edy Rahmayadi. Treatment Reccomendation Edy Rahmayadi mengajak pembaca untuk memilih (Menekankan Penyelesaian) pemimpin yang berkualitas dan yang dimaksud adalah Paslon Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah dalam Pemilu serentak 2018 sebagai konklusi yang ditawarkan untuk perubahan di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 92

4.2.7 Analisis Framing Berita 7 Tanggal Terbit: 23 Februari 2018 Berita 7 ERAMAS Peduli Korban Kebakaran Simpang Gambir Madina Isi Berita “Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah menyampaikan keprihatinan mendalam atas musibah kebakaran di Simpang Gambir, Mandailing Natal pada Senin (19/2) sore. Sebagai bentuk keprihatinan, pada Jumat (23/2) Tim ERAMAS memberikan bantuan kepada korban kebakaran yang meludeskan 12 rumah warga tersebut. Diwakili H Mustafa Bakri Nasution, Tim ERAMAS memberikan bantuan langsung kepada korban kebakaran. Dari pantauan wartawan, tim memberikan bantuan berupa selimut, sak semen, kodi seng, kain sarung hingga sembako. “Jangan dilihat bentuknya. Pesan dari Bapak Edy Rahmayadi dan Bapak Musa Rajekshah bahwa ERAMAS peduli terhadap warga yang sedang mengalami musibah. Mudah-mudahan kita semua diberi ketabahan,” kata Mustafa Bakri Nasution yang juga Pimpinan Ponpes Musthafawiyah Purba Baru itu. Menyikapi kepedulian itu, tokoh muda Mandailing Natal Takdir Siregar SH turut memberikan apresiasi. “Pertama sekali saya juga turut prihatin atas musibah yang menima saudara-saudara kami di Simpang Gambir. Kepedulian Eramas ini patut diapresiasi karena terbilang sigap mengenai hal ini,” kata Takdir. Takdir yang juga Ketua Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Mandailing Natal itu menilai yang sudah dilakukan Eramas sebagai salah satu bukti kepedulian yang tidak pandang bulu. “Tidak pandang bulu dimana, golongan mana pun. Hal-hal seperti ini yang sangat dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat Madina,” kata Takdir. Menurutnya kepedulian itu perlu dipertahankan hingga saatnya nanti Eramas terpilih pada Pilgubsu 27 Juni 2018. “Dan yang perlu diperhatikan jangan pernah melupakan Madina seperti yang sebelumnya yang jarang memperhatikan pembangunan dan sosial di Madina,” tukas Takdir.”

1. Frame Berita 7 “Menampilkan citra kepedulian ERAMAS terhadap korban kebakaran” 2. Bukti frame “Sebagai bentuk keprihatinan, pada Jumat (23/2) Tim ERAMAS memberikan bantuan kepada korban kebakaran yang meludeskan 12 rumah warga tersebut. Diwakili H Mustafa Bakri Nasution. Tim ERAMAS memberikan bantuan langsung kepada korban kebakaran. Dari pantauan wartawan, tim memberikan bantuan berupa selimut, sak semen, kodi seng, kain sarung hingga sembako. Kepedulian ERAMAS ini patut diapresiasi karena terbilang sigap mengenai hal ini,” kata Takdir. Takdir yang juga Ketua Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Mandailing Natal itu

Universitas Sumatera Utara 93

menilai yang sudah dilakukan Eramas sebagai salah satu bukti kepedulian yang tidak pandang bulu. “Tidak pandang bulu dimana, golongan mana pun.”

a. Define problems

Pada foto berita Waspada Online menampilkan lima orang pria yang berdiri di belakang meja dan dua orang wanita, seorang pria paruh baya mengenakan lobe putih dari mereka terlihat dalam gambar hendak menyalami seorang wanita berkerudung. Perwakilan tim ERAMAS datang ke lokasi musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 19 Februari 2018 di simpang Gambir Mandailing Natal. Waspada Online mengatakan mereka membawakan beberapa bantuan dalam bentuk barang fisik namun tidak mencantumkan jumlahnya.

“Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah menyampaikan keprihatinan mendalam atas musibah kebakaran di Simpang Gambir, Mandailing Natal pada Senin (19/2) sore. Sebagai bentuk keprihatinan, pada Jumat (23/2) Tim Eramas memberikan bantuan kepada korban kebakaran yang meludeskan 12 rumah warga tersebut. Diwakili H Mustafa Bakri Nasution, Tim ERAMAS memberikan bantuan langsung kepada korban kebakaran. Dari pantauan wartawan, tim memberikan bantuan berupa selimut, sak semen, kodi seng, kain sarung hingga sembako.”

b. Diagnose Causes

Sosok Edy Rahmayadi dan Musa rajeckshah tidak ditampilkan dalam foto berita, namun dalam isi berita mereka mencantumkan pesan dari Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah kepada korban. Waspada Online mengkonstruksi bahwa kepedulian ERAMAS tidak pandang bulu, hal tersebut dituturkan oleh pimpinan pondok pesantren Musthafawiyah serta tokoh pemuda setempat yang mengapresiasi tindakan tim ERAMAS.

“Mudah-mudahan kita semua diberi ketabahan,” kata Mustafa Bakri Nasution yang juga Pimpinan Ponpes Musthafawiyah Purba Baru itu. Menyikapi kepedulian itu, tokoh muda Mandailing Natal Takdir Siregar SH turut memberikan apresiasi. “Pertama sekali saya juga turut prihatin atas musibah yang menima saudara-saudara kami di Simpang Gambir. Kepedulian Eramas ini patut diapresiasi karena terbilang sigap mengenai hal ini,” kata Takdir.”

Universitas Sumatera Utara 94

c. Make Moral Judgement Bentuk keprihatinan ERAMAS kepada para korban sangat terasa dari redaksional judul serta bentuk isi kalimat dari tokoh setempat yang merasa terbantu dan diperhatikan oleh ERAMAS. Tokoh masyarakat setempat juga merasakan bahwa kepedulian ERAMAS tidak memandang bulu serta sigap dalam membantu masyarakat.

“Takdir yang juga Ketua Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Mandailing Natal itu menilai yang sudah dilakukan Eramas sebagai salah satu bukti kepedulian yang tidak pandang bulu. “Tidak pandang bulu dimana, golongan mana pun. Hal-hal seperti ini yang sangat dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat Madina,” kata Takdir.” d. Treatment Reccomendation

Masyarakat madina berharap agar tindakan yang dilakukan ERAMAS terus berlanjut ketika mereka terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara. Memperhatikan setiap sudut masyarakat Sumatera Utara tanpa terkecuali. Baik itu memperhatikan pembangunan maupun sosial di Madina.

“Takdir yang juga Ketua Gerakan Pemuda Nusantara (GPN) Mandailing Natal itu menilai yang sudah dilakukan Eramas sebagai salah satu bukti kepedulian yang tidak pandang bulu. “Tidak pandang bulu dimana, golongan mana pun. Hal-hal seperti ini yang sangat dibutuhkan masyarakat khususnya masyarakat Madina,” kata Takdir. Menurutnya kepedulian itu perlu dipertahankan hingga saatnya nanti Eramas terpilih pada Pilgubsu 27 Juni 2018. “Dan yang perlu diperhatikan jangan pernah melupakan Madina seperti yang sebelumnya yang jarang memperhatikan pembangunan dan sosial di Madina,” tukas Takdir.”

Universitas Sumatera Utara 95

Tabel 4.9 ERAMAS Peduli Korban Kebakaran Simpang Gambir Madina Define Problems Perwakilan tim ERAMAS datang ke (Pendefinisian Masalah) lokasi musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 19 Februari 2018 di simpang Gambir Mandailing Natal. Waspada Online mengatakan mereka membawakan beberapa bantuan. Diagnose Causes Waspada Online mengkonstruksi bahwa (Memperkirakan Masalah) kepedulian ERAMAS tidak pandang bulu, hal tersebut dituturkan oleh pimpinan pondok pesantren Musthafawiyah serta tokoh pemuda setempat yang mengapresiasi tindakan tim ERAMAS. Make Moral Judgement Bentuk keprihatinan ERAMAS kepada (Membuat Keputusan Moral) para korban sangat terasa dari redaksional judul serta bentuk isi kalimat dari tokoh setempat yang merasa terbantu dan diperhatikan oleh ERAMAS. Treatment Reccomendation Masyarakat madina berharap agar (Menekankan Penyelesaian) tindakan yang dilakukan ERAMAS terus berlanjut ketika mereka terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 96

4.3 Pembahasan

Pemilihan Waspada Online sebagai subjek penelitian pada penelitian ini memiliki beberapa alasan. Waspada Online memiliki kantor pusat di Medan, Sumatera Utara. Waspada Online sebagai media lokal diharapkan dapat lebih intens mencari informasi yang lebih banyak, akurat dan cepat daripada media mainstream. Waspada Online merupakan media pertama di Sumatera Utara yang resmi berdiri pada 11 januari 1997.

Pemilihan Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah sebagai objek penelitian pada penelitian ini berdasarkan alasan: Sebagai calon dengan partai pengusung terbanyak antara lain Partai Perindo, Golkar, Gerindra, PKS, PAN, dan Nasdem. ERAMAS juga merupakan calon dengan elektabilitas tertinggi hingga tanggal 10- Maret 2018 yaitu dengan persentase 33,1% survei dilakukan oleh Media Survei Nasional (Median) dilakukan pada 16-25 Januari 2018 dengan sampel 1.200 warga Sumut yang telah memiliki hak pilih. Teknik menggunakan multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 3,4% pada tingkat kepercayaan 95%, dan quality control 20%. Menjadi menarik bagi peneliti untuk melihat bagaimana Media online lokal tertua melihat Pemilu di provinsinya dan apa yang ingin disampaikan kepada para pembacanya tentang pasangan calon yang memiliki elektabilitas tertinggi.

Waspada online memiliki banyak rubrik, yang menjadi fokus peneliti ada 3 rubrik diantaranya Pemilu, Fokus Redaksi, dan Sumut. Dari hasil pengamatan peneliti tentang rubrik pemilu merupakan rubrik berita yang berisi tentang pemilu, pasangan calon pemilu dan partai politik. fokus redaksi merupakan rubrik yang menaungi berita yang dianggap penting di dalamnya dimana Fokus Redaksi sebagai bentuk notice kepada pembaca, rubrik Fokus Redaksi akan selalu menggandeng rubrik lainnya sebagai bentuk pemetaan berita. Serta rubrik Sumut yang berisikan tentang berita yang terjadi di Sumatera Utara.

Penemuan awal penelitian sudah diketahui untuk selanjutnya adalah pembahasan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Waspada Online memaknai, memahami dan mengontruksi Edy Rahmayadi dan Musa rajekshah.

Universitas Sumatera Utara 97

Serta untuk melihat perspektif yang ditampilkan Waspada Online dalam memberitakan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Media massa pada dasarnya adalah media diskusi publik tentang sesuatu masalah yang melibatkan tiga pihak: wartawan, sumber berita, dan narasumber. Ketiga pihak itu mendasarkan keterlibatannya pada masing-masing dan hubungan di antara mereka terbentuk melalui operasionalisasi teks yang mereka konstruksi. Wacana berita semacam arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan. Masing-masing pihak memberikan perspektif untuk memberikan pemaknaan terhadap isu, namun dalam hal ini, baik itu wartawan, sumber berita, dan narasumber sependapat, hal ini mencerminkan sikap dari media tersebut yaitu Waspada Online pro terhadap pasangan calon ERAMAS.

Frame Berita 1 Menonjolkan citra pendukung ERAMAS sangat antusias menyambut deklarasi damai serta Citra kompetensi KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara yang akan mengawal secara maksimal kampanye di Sumut

Frame Berita 2 Menonjolkan citra ERAMAS yang disiplin

Frame Berita 3 Menampilkan citra Edy Rahmayadi yang toleran

Frame Berita 4 Menampilkan citra Edy Rahmayadi yang ramah serta membaur dengan masyarakat

Frame Berita 5 Edy Rahmayadi sangat dikagumi oleh pedagang

Frame Berita 6 Penonjolan konteks pidato Edy Rahmayadi

Universitas Sumatera Utara 98

Frame Berita 7 Menampilkan citra kepedulian ERAMAS terhadap korban kebakaran

Isu utama yang paling sering ditonjolkan dalam berita yang telah dianalisis adalah tentang citra sosok Edy Rahmayadi, baik itu kepribadian maupun perilaku. Berita yang membahas isu-isu ini berisi tanggapan-tanggapan oleh masyarakat yang sangat mendukung penuh dan sangat mengharapkan kemenangan Edy Rahmayadi. Menjadi menarik membahas bagaimana berita berita tentang citra sosok Edy Rahmayadi selalu bervariasi mulai dari penggambaran yang tepat waktu, peduli, empati, bersahaja, rendah hati, dan beberapa sifat baik lainnya yang sudah dijabarkan. Hal itu tak lain untuk menepis anggapan yang bergulir di masyarakat saat ini tentang pribadi Edy Rahmayadi yang dianggap keras, kasar dan semena-mena seperti dalam video yang beredar saat Edy Rahmayadi menjabat Pangdam I Bukit Barisan yang berseteru dengan pengunjuk rasa di depan gedung DPRD Sumut dalam sengketa lahan di Ramunia. Namun dalam berita yang disajikan Waspada Online hal tersebut tidak pernah dibahas, Waspada Online hanya menggambarkan relawan yang menepis anggapannya selama ini tentang Edy Rahmayadi. Menelisik pada setiap berita yang telah di analisis, peneliti melihat penonjolan sosok Edy Rahmayadi dalam tiap-tiap berita sangat berpihak dan mendukung kepada Paslon Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah, serta sosok Edy Rahmayadi selalu ditampilkan sebagai sosok utama dalam isi setiap berita yang sudah di analisis. Penonjolan karakter yang dilakukan waspada mengisyaratkan keberpihakannya terhadap pasangan calon yang satu ini, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian dari 7 berita yang telah dianalisis dengan menggunakan metode Robert N. Entman.

Universitas Sumatera Utara 99

Tabel 4.10 Framing ERAMAS dalam Media Waspada Online Define Problems Waspada Online mengajak pembaca (Pendefinisian Masalah) untuk melihat kegiatan kegiatan Edy Rahmayadi saat deklarasi kampanye Damai, pergi berkunjung ke pasar, dan membantu masyarakat yang terkena musibah Diagnose Causes Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah (Memperkirakan Masalah) diberitakan secara terus menerus dan menjadi pemeran utama dalam setiap berita yang dibingkai oleh Waspada Online Make Moral Judgement Pribadi Edy Rahmayadi dari keseluruhan (Membuat Keputusan Moral) berita menggambarkan pribadi yang santun, rendah hati, berwibawa, disiplin, dan merakyat. Treatment Reccomendation Untuk memperkenalkan calon Gubernur (Menekankan Penyelesaian) dan Wakil Gubenur serta meyakinkan para pemilih dalam memilih Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah saat Pemilu serentak di Sumatera Utara tahun 2018

Frame yang dibentuk oleh Waspada Online secara garis besar menggambarkan pribadi Edy Rahmayadi sebagai pribadi yang santun, rendah hati, berwibawa, disiplin, dan merakyat guna meyakinkan para pemilih saat Pemilu serentak di Sumatera Utara tahun 2018.

Dalam pembentukan dan penulisan berita, secara sadar atau tidak sadar akan melibatkan nilai-nilai tertentu yang dimiliki wartawan dan latar belakang kepemilikan sebuah media, sehingga mustahil berita merupakan pencerminan realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena adanya cara pandang yang berbeda. Berita bersifat subjektif karena saat melihat realitas wartawan atau media melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. Namun dalam pandangan konstruksionis, perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dengan berita tidak dianggap “kesalahan”, tetapi suatu kewajaran karena berita adalah produk jurnalistik bukan “representasi” dari realitas.

Universitas Sumatera Utara 100

Potensi konstruksi realitas yang dibentuk oleh media sangat besar. Menekankan isu isu tertentu yang kemudian mampu untuk menggiring persepsi publik, potensi ini kemudian digunakan untuk kepentingan individu ataupun beberapa golongan tertentu sebagai alat kampanye. Pemilik media tentu membutuhkan biaya untuk membesarkan medianya serta agar dapat terus survive dalam persaingannya dengan media lain. Kerjasama antara pemilik media dengan individu ataupun golongan tertentu bukan suatu hal yang mustahil mengingat keduanya saling membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara 101

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Waspada Online mencoba untuk melaksanakan karya junalistik yang seobjektif mungkin. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana Waspada Online memberitakan dari sudut netral serta dengan menghadirkan narasumber, namun pembingkaian terjadi pada narasumber yang kemudian menguatkan kalimat selanjutnya yang dibentuk oleh Waspada Online. Waspada Online memaknai ini sebagai interpretasi masyarakat awam secara umum. Bentuk kebahagiaan dan harapan masyarakat kepada ERAMAS. Konstruksi yang terjadi adalah bagaimana Edy Rahmayadi sering kali ditampilkan dan menonjolkan sifat-sifat baik, hal tersebut merupakan bentuk reaksi untuk mematahkan stigma yang timbul di masyarakat. 2. Sikap dalam kacamata sudut pandang Waspada Online dalam melihat Edy Rahmayadi dan Musa Rajeckshah merupakan sosok yang tepat dan pantas menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara. Perspektif yang digunakan Waspada Online dalam melihat ERAMAS menggunakan sisi- sisi positif dan mendukung ERAMAS.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut ini:

1. Secara Teoritis, penerapan analisis framing akan membantu dalam perkembagan penelitian komunikasi khususnya untuk menambah variasi penelitain yang bersifat kualitatif. Ideologi Konstruktivisme yang dipakai berpotensi menciptakan subjektivitas peneliti dalam menganalisa sehingga

Universitas Sumatera Utara 102

diperlukan pemeriksaan dan pengkajian ulang oleh pihak ketiga agar data yang ada tetap bersifat objektif. 2. Secara Praktis, penelitian analisis teks media khusunya framing akan merubah pola pikir (mind set) seseorang dalam melihat realitas yang dibentuk oleh media. Cara pandang dahulu yang melihat media adalah sumber informasi yang secara terang-terangan dalam mengungkapkan fakta secara perlahan akan berubah dan menyadari bahwa isi media merupakan sebuah konstruksi sosial. 3. Secara Akademis, penelitian ini dapat memberikan masukan atau peritimbangan terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya, khusunya penelitian teks media. Analisis framing dapat menjadi sebuah wahana yang mampu memberikan pembelajaran, pendidikan maupun konstribusi tertentu pada akademisi maupun penggiat dunia jurnalistik

Universitas Sumatera Utara 103

Daftar Referensi Ardianto. (2004). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Aristyo. (2017). Analisis Framing Pemberitaan Serangan Paris diRepublika.co.id, Universitas Sumatera Utara. Azwar. (2005). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. : Pustaka Pelajar. Berita Deklarasi Edy-Ijeck Dihadiri Prabowo Subianto. www.nasional.harianterbit.com. (2018). Diakses 11 April 2018. Bertens. (1993). Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bulaeng. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi. Bungin. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Bungin. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa : Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Data Biografi. www.id.wikipedia.org. (2018). Diakses 11 Maret 2018. Data Biografi. www.musarajekshah-ijeck.id. (2018). Diakses 12 Maret 2018. Edy-Ijeck Akan Deklarasi Pilgub Sumut Akhir Pekan. www.cnnindonesia.com. (2018). Diakses 11 Maret 2018. Effendy. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Eriyanto. (2001). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Eriyanto. (2002). Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS. Eriyanto. (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian IlmuKomunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hamad. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse analysis terhadap berita-berita politik. Jakarta: Granit.

Universitas Sumatera Utara 104

Hanum. (2015). Konstruksi Pemberitaan Bencana Alam Lokal Dalam Program Berita Televisi Bersiar Nasional, Universitas Paramadina. Hidayat. (2003). Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik, Klasik, Universitas Indonesia. Hidayatullah. (2014). Citra Aburizal Bakrie Terkait Pemilu Presiden 2014, Universitas Sumatera Utara. Krisyanto. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kriyantono. (2013). Potret Media Massa di Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press). Lubis. (2005). Komunikasi Antar Budaya. Medan: USU Digital Library. Margianto dan Asep. (2012). Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika Problematika Praktik Jurnalisme Online Indonesia, Aliansi Jurnalisme Independent (AJI). McQuail. (2011). Teori Komunikasi Massa, Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Moleong. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Mulyana. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi. (1983). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nimmo. (1989). Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nimmo. (1993). Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Patton. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods. USA: Sage Publication Inc. Perkembangan Media. www.kompasiana.com. (2018). Diakses 08 April 2018. Pohan, Nurbani, Lubis, Zulkarnain, Humaizi, Lubis dan Butsi. (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian. Medan: PT.Grasindo Monoratama. Prakarsa. (2016). Analisis Framing Berita Pembunuhan Engeline di viva.co.id, Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 105

Romli. (2012). Jurnalistik Online: Panduan Mnegelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia. Sejarah Waspada Online. waspada.co.id. (2018). Diakses 08 April 2018. Sejarah Waspada Online. www.wikipedia.org. (2018). Diakses 08 April 2018. Sendjaja. (2005). Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan. Severin dan Tankard. (2007). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa. Edisi Kelima. Jakarta: Kencana. Shoemaker dan Reese. (1996). Mediating The Massages: Theoris of Influences on Mass Media Content. Second Edition. USA: Logman Publisher. Sobur. (2001). Analisis Teks Media, Suatu pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sobur. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudibyo. (1999). Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru. Yogyakarta: Bigraf Publishing. Sudibyo. (2001). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Jakarta: LKis Pelangi Aksara. Suparno. (1997). Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Survei Pemilihan Gubernur Sumatera Utara. news.okezone.com. (2018). Diakses 08 April 2018. Suyanto. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenadamedia Group. Taylor dan Bogdan. (1984). Bentuk Penelitian Kualitatif Teori Dalam Penelitian Kualitatif. Jakarta: Mizan Pustaka. Uchyana. (2002). Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman. (2015). Media Tradisional Vs Media Online, STAIN Kudus. Vivian. (2008). Teori Komunikasi massa edisi kedelapan. Jakarta: Prenada Media Group. Zamroni. (2009). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistomologi, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Universitas Sumatera Utara 106

Universitas Sumatera Utara 107

Universitas Sumatera Utara 108

Universitas Sumatera Utara 109

Universitas Sumatera Utara 110

Universitas Sumatera Utara 111

Universitas Sumatera Utara 112

Universitas Sumatera Utara 113

Universitas Sumatera Utara 114

Universitas Sumatera Utara 115

Universitas Sumatera Utara 116

Universitas Sumatera Utara 117

Universitas Sumatera Utara 118

Universitas Sumatera Utara 119

BIODATA PENELITI

Nama : Ahmad Rafiqi Lubis

NIM : 140904145

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 29 Juli 1996

Alamat : Jl. Delitua Km. 9 No. 2A

Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara

Email : [email protected]

Orangtua

Bapak : Zulkifli Lubis

Ibu : Sri Nurhayati

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Pendidikan : 2001-2002

TK DEWANTARA MEDAN

2002 – 2008

SDN 060927 MEDAN

2008 – 2011

SMP NEGERI 34 MEDAN

2011 – 2014

SMA SWASTA ERIA MEDAN

Universitas Sumatera Utara 120

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI Jalan Pof. A. Sofian No. 1 Kampus USU Medan 20155 Telepon / Fax : (061) 8217168 Laman : www.ilmukomunikasi.usu.ac.id

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN

NAMA : Ahmad Rafiqi Lubis NIM : 140904145 PEMBIMBING : Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph. D

NO. TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF PEMBIMBING 1. 05 Maret 2018 ACC Judul

2. 20 Maret 2018 Bimbingan Bab I

3. 05 April 2018 Bimbingan Bab I - III

4. 28 Agustus 2018 Revisi Bab I - III

5. 13 September 2018 Bimbingan Bab IV - V

6. 21 September 2018 Revisi Bab IV - V

7. 27 Oktober 2018 Menyerahkan Bab I - V

8. 02 Oktober 2018 Revisi Bab I - V

9. 03 Oktober 2018 Menyerahkan Bab I - V

10. 05 Oktober 2018 ACC Seminar Hasil

Catatan : Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Universitas Sumatera Utara