Kontribusi Kaum Paderi Dalam Modernisasi Pendidikan Di Minangkabau Abad XVII – Awal Abad XX

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kontribusi Kaum Paderi Dalam Modernisasi Pendidikan Di Minangkabau Abad XVII – Awal Abad XX Kontribusi Kaum Paderi dalam Modernisasi Pendidikan di Minangkabau Abad XVII – Awal Abad XX OLEH: NINA WONSELA NIM: 2113022100003 Diajukan Kepada Program Pascasarjana Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum) Di Dalam Bidang Sejarah Kebudayaan Islam Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 1 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puja dan puji saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan setiap manusia, yang telah memberikan anugerahnya-Nya untuk menetapkan hati, raga dan pikiran penulis agar fokus dan tidak melalaikan kewajiban agama, kewajiban sosial, serta kewajiban akademik. Shawalat serta salam, saya kumandangkan untuk pemimpin para nabi dan rasul, Muhammad SAW, nabi yang teguh menyebarkan agama Islam, hingga sampai ke tanah Nusantara. Dari keyakinan sampai pada peradaban. Tidak terasa, setelah melewati saat-saat kerja keras, akhirnya tesis selesai disusun. Berbagai macam pengalaman senang dan sedih, mudah dan susah sudah saya alami dalam menyusun tesis ini. Membaca kembali sejarah para datuk-datuk Minangkabau, adalah suatu kesenangan tersendiri, sampai- sampai hampir lupa bahwa masa studi ada batasnya. Inilah yang kemudian yang membuat saya untuk segera mengasingkan diri sejenak dari pekerjaan yang lain, mengkhususkan waktu untuk menyusun dan melewati fase-fase ujian hingga tahap akhir. Saran serta kritik selalu saya tunggu untuk perbaikan kerja saya. Tidak bisa dipungkiri, dalam menyusun suatu sajian bacaan sejarah yang bermutu akan selalu diikuti oleh kesalahan ketikan, analisa serta pengambilan sumber yang kurang tepat. Oleh sebab itu, setiap masukan yang membangun, akan menjadi bahan pertimbangan saya, untuk selalu berhati-hati dalam menyajikan tulisan sejarah yang kronologis, analitis dan argumentatif. Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih beberapa pihak, antara lain: 1. Ucapan terimakasih saya tujukan kepada Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag yang telah memberikan nasehat-nasehat serta kiat-kiat bagaimana bisa menyelesaikan studi magister dengan baik dan terukur. Beliau adalah pribadi yang begitu baik dan inspiratif. Sosok yang begitu saya hormati. Beliau bisa i menempatkan posisi di mana mesti menjadi penunjuk arah dan kapan saatnya menjadi kawan diskusi yang baik. 2. Ungkapan terima kasih saya sampaikan pula kepada jajaran pengurus Program Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab, terutama kepada Dr. Abdullah, M.Ag, Dr Halid, M.Ag sebagai Direktur Program, serta Dr. M. Adip Misbahul Islam, M.Hum sebagai sekretaris, Prof. Oman Fathurahman, M.Hum, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA sebagai penguji dan Dr. Ujang Toyib, Dr. Jajad Burhanuddin, M.Hum serta jajaran dosen-dosen Program Magister SKI yang telah banyak membantu, membesarkan hati, serta menyemangati saya untuk segera menyelesaikan tugas akhir. 3. Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya Prof. Dr. M. Dien Madjid yang tidak jemu menuntun saya dan memberikan arahan-arahan sumber serta analisa serta memberikan dorongan semangat agar tetap istiqomah menyelesaikan tesis ini. 4. Rangkaian kata terima kasih saya alamatkan pula pada sahabat- sahabat seperjuangan di Magister SKI, utamanya angkatan pertama pendahulu saya. Kalian adalah teman berbagi yang terbaik, tempat segala keluh kesah ketika saya susah, dan rekan dialog yang tepat dan menggugah jiwa. 5. Terimakasih kepada suami tercinta, Afrizal yang tidak jemu mendampingi saya menyusun tesis, bahkan ketika malam sudah larut. Juga kepada anak-anak, Yordan yang sulung, Marsela Hingis kedua, Daffa Malderama ketiga, dan bungsu Galas Maharani, kalian adalah sumber kekuatan dan hidup ibu, nak. Semoga kalian mendapatkan apa yang kalian impikan dan cita-citakan. Amin. 6. Terimakasih pula kepada orang tua, ayah Raf Darnys dan almarhumah ibu Syafrida, yang telah mengajarkan saya untuk selalu sabar dan bekerja keras sejak kecil. Semoga kalian diberi kesehatan, kelapangan rezeki serta limpahan anugerah dari Allah SWT. 7. Terakhir, terima kasih saya sampaikan pula bagi sejawat, kawan, serta pihak-pihak lain yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak ada yang bisa membalas kebaikan serta kabajikan kalian semua, selain kehendak dan anugerah dari Allah SWT. Semoga kalian semua ii mendapat kesenangan, kemudahan dan kelapangan rezeki dalam setiap hari- hari dalam hidup ini. Amin. Harapan saya, semoga tesis ini bisa menjadi inspirasi terutama untuk menggugah jiwa dan ingatan kesejarahan, betapa agung dan mulianya hasil karya para generasi pendahulu. Wasalam Depok, 13 Oktober 2017 Nina Wonsela iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nina Wonsela NIM : 2113022100003 Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 27 Januari 1970 Jurusan : Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “ Kontribusi Kaum Paderi dalam Modernisasi Pendidikan Islam di Minangkabau Abad XVII – Awal Abad XX” adalah benar asli karya saya, kecuali kutipan – kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat temuan, kesalahan dan kekeliruan didalamnya, menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya. Depok, 13 Oktober 2017 Yang membuat pernyataan, Nina Wonsela NIM. 2113022100003 iv HALAMAN PENGESAHAN Nama : Nina Wonsela NIM : 2113022100003 Program Studi : Magister Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Judul Tesis :Kontribusi Kaum Paderi dalam Modernisasi Pendidikan Islam di Minangkabau Abad XVII – Awal Abad XX. Telah berhasil dipertahankan pada sidang munaqosah dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum) Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Panitia Sidang Munaqosah Ketua Sidang Sekretaris Sidang (Dr. Halid, M.Ag) (DR. M. Adib Misbachul Islam, NIP: M.Hum) NIP: Penguji I Penguji II (Prof. Dr. Oman Fathurahman, (Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA) M.Hum) NIP: NIP: Tanggal : 13 Oktober 2017 Tanggal :13 Oktober 2017 Pembimbing I (Prof. Dr. M. Dien Madjid ) NIP: 194907061971091001 Tanggal :.13 Oktober 2017 v Abstrak Masyarakat Minangkabau merupakan salah satu tipologi masyarakat yang terlibat dalam proses perubahan sosial yang mempengaruhi perkembangannya ke depan. Muncul dan berkembangnya paham Paderi, ikut merombak tatanan lama masyarakat di sana yang sebelumnya hidup dalam suasana yang dipenuhi dengan unsur kriminalitas seperti merebaknya sabung ayam dan perjudian. Kaum Paderi terlibat persengketaan yang serius dengan kaum adat yang kemudian dibantu oleh kolonial Belanda hingga memuncak pada pecahnya Perang Paderi (1821-1838). Meskipun pasukan Paderi berhasil dikalahkan tentara Belanda, para ulama mereka masih menempati posisi yang tinggi di tengah masyarakat. Terbukti dari beberapa latar keluarga ulama generasi kemudian, seperti Syekh Ahmad Khatib dan Haji Rasul, adalah para ulama yang berpaham Paderi. Dimulai dari keberangkatan Syekh Ahmad Khatib ke Mekkah maka pembaruan di Minagkabau sudah mulai dilakukan. Murid-murid Syekh Ahmad Khatib-lah yang belakangan banyak berperan dalam pembaruan pendidikan Islam di Minangkabau seperti Haji Rasul, Syekh Muhammad Djamil Djambek, Haji Abdullah Ahmad dan lain-lain. Ada tiga pertanyaan yang disampaikan sebagai rumusan masalah yakni; 1) Bagaimana keadaan sosial di Minangkabau pada abad 19 ?; 2) bagaimana model pemikiran Wahabi yang mengilhami lahirnya pembaruan Islam di Minangkabau ?; 3) ulama dan lembaga pendidikan mana saja yang disinyalir mendapat pengaruh dari ajaran Paderi ? Penelitian ini menekankan pada penelitian sejarah sosial. Pada bagian kerangka teori, penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi, dengan melihat pada fenomena perubahan sosial. Hadirnya paham Paderi membawa serta pada perubahan di bidang pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan yang lahir belakangan, dibangun oleh para ulama yang berlatarbelakang keilmuan dan ajaran Paderi, meskipun tidak sepenuhnya mengikuti pola-pola dakwah dan pengajaran kaum Paderi masa awal. vi Pedoman Transliterasi Huruf Arab Huruf Latin tidak ا dilambangkan b ب t ت ث j ج ح kh خ d د ذ r ر z ز s س sy ش ص ض ط ظ ‘ ع g غ f ف q ق k ك l ل m م n ن w و h ه ء y ي vii Vokal Pendek kataba كتب a = _____ su ila سئل i = _____ ya habu يذھب u = _____ Vokal Panjang qala قال a = ... ا qila قيل i = اي u yaqulu = يقول Diftong كيف kaifa = ا ي حول aula = ا و Sumber : Keputusan Bersama Mentri Agama dan Mentri P dan K Nomor 158 tahun 1987- Nomor: 0543 b/u/1987. viii Daftar Isi HALAMAN JUDUL .................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN PENGUJI ................ v ABSTRAKSI ................................................................................................ vi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix BAB I: PEDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 12 C.
Recommended publications
  • THE TRANSFORMATION of TRADITIONAL MANDAILING LEADERSHIP in INDONESIA and MALAYSIA in the AGE of GLOBALIZATION and REGIONAL AUTONOMY by Abdur-Razzaq Lubis1
    THE TRANSFORMATION OF TRADITIONAL MANDAILING LEADERSHIP IN INDONESIA AND MALAYSIA IN THE AGE OF GLOBALIZATION AND REGIONAL AUTONOMY by Abdur-Razzaq Lubis1 THE NOTION OF JUSTICE IN THE ORIGIN OF THE MANDAILING PEOPLE The Mandailing people, an ethnic group from the south-west corner of the province of North Sumatra today, went through a process of cultural hybridization and creolization centuries ago by incorporating into its gene pool the diverse people from the archipelago and beyond; adopting as well as adapting cultures from across the continents. The many clans of the Mandailing people have both indigenous as well as foreign infusions. The saro cino or Chinese-style curved roof, indicates Chinese influence in Mandailing architecture.(Drs. Z. Pangaduan Lubis, 1999: 8). The legacy of Indian influences, either direct or via other peoples, include key political terms such as huta (village, generally fortified), raja (chief) and marga (partilineal exogamous clan).(J. Gonda, 1952) There are several hypotheses about the origin of the Mandailing people, mainly based on the proximity and similarity of sounds. One theory closely associated with the idea of governance is that the name Mandailing originated from Mandala Holing. (Mangaraja Lelo Lubis, : 3,13 & 19) Current in Mandailing society is the usage 'Surat Tumbaga H(K)oling na so ra sasa' which means that the 'Copper H(K)oling cannot be erased'. What is meant is that the adat cannot be wiped out; in other words, the adat is everlasting. Both examples emphasises that justice has a central role in Mandailing civilization, which is upheld by its judicial assembly, called Na Mora Na Toras, the traditional institution of 1 The author is the project leader of The Toyota Foundation research grant on Mandailing migration, cultural heritage and governance since 1998.
    [Show full text]
  • Preventing Religious Radicalism Based on Local Wisdom: Interrelation of Tarekat, Adat, and Local Authority in Padang Pariaman, West Sumatera, Indonesia
    SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Volume 11(1), Mei 2018 SEFRIYONO & MUKHIBAT Preventing Religious Radicalism Based on Local Wisdom: Interrelation of Tarekat, Adat, and Local Authority in Padang Pariaman, West Sumatera, Indonesia ABSTRACT: The integrated relation between the sufi order of Syattariyah, the Minangkabau tradition or custom, and the local authority of Nagari Sungai Buluah, Sub-District of Batang Anai, Regency of Padang Pariaman, West Sumatera has become a local wisdom that acts as a social capital for the prevention of religious radicalism in the region. The relation is seen from three social domains, such as “bersurau kaum dan bemasjid nagari” (must have little mosque at the community ethnic level and have mosque at district or regency level); “bermamak ibadat dan bermamak adat” (must have Islamic worship leader and custom or tradition’s leader); and “bermufti nagari dan bernagari” (must obey to the Islamic law adviser in the community and must have district or regency). This article, based on the qualitative study, tries to elaborate the position and roles of sufi order, custom, and local wisdoms in preventing the Islamic radicalism in West Sumatera. The findings show that the traditional institutions, such as little mosque and mosques in the village and regency level; Islamic worship and custom leaders; sufi order of Syattariyah, and Islamic law adviser in the regency level have the critical roles in preventing the Islamic radicalism. The radical organizations, such as the LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia or Indonesia Institute of Islamic Preaching) and “Salafi” (renewel of Islamic thought and movement) cannot growth develop well in Nagari Sungai Buluah, Padang Pariaman, West Sumatera.
    [Show full text]
  • The Influence of Religious Purification Tuanku Nan Renceh Movement Against Minangkabau Culture in the Sub-District of Agam District Tilatang Kamang 1803-1838
    1 THE INFLUENCE OF RELIGIOUS PURIFICATION TUANKU NAN RENCEH MOVEMENT AGAINST MINANGKABAU CULTURE IN THE SUB-DISTRICT OF AGAM DISTRICT TILATANG KAMANG 1803-1838 Ifni Aulia Nisa TM *, Isjoni **, Bunari*** Email:[email protected] (085356611275), [email protected], [email protected] Faculty History Education Study Program FKIP-University of Riau Abstrak : The district Tilatang Kamang there are various traditions that deviate from religion norms. Customs and traditions have clung so hard so to be abolished. The ulama seeks to advise the public to follow the Islmanic Shari’a, but the fact is many people who do not want to listen to that advice, until a religious figure Tuanku Nan Renceh initiate new ideas to change people’s traditions with harsh and radical teachings.This study aims to determine the background (biography) Tuanku Nan Renceh, to know the culture and traditions of Tilatang Kamang society before and after the entry of the renewal, to know the cultures deviant who eradicated by Tuanku Nan Renceh, to know mindset Tuanku Nan Renceh about the culture to deviate, to find out what Tuanku Nan Renceh efforts in making changes to the system and habits of the people who have strayed of religious norms and customs norms prevailing in society.The theory used in this study is religious purification movement theory, the theory of religion, forms of movement of religious purification, and cultural theory. This study uses historical and documentary research. Data collection techniques in this study is the literature, documentation, comparative studies will then be deduced.The results showed that Tuanku Nan Renceh is known as the man who led a religious movement in Tilatang Kamang to change the tradition and culture of the people who deviate.
    [Show full text]
  • SEJARAH MASUKNYA HABAIB KE INDRAMAYU Shaleh Afif : Guru SMA-IT Madinatul Ulum Email :[email protected]
    Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 15 No.2, Desember 2018, hlm. 283-302 ISSN (Cetak): 0216-5937 SEJARAH MASUKNYA HABAIB KE INDRAMAYU Shaleh Afif : Guru SMA-IT Madinatul Ulum Email :[email protected] Abstrak Penelitian terkait Sejarah Masuknya Habaib Ke Indramyu yang dilakukan oleh habaib yang berada di Kabupaten Indramayu serta perannya dalam dakwah agama Islam dalam kurun waktu 1998 sampai 2014. Adapun mayoritas habaib yang berada di Nusantara didominasi berasal dari Hadralmaut dan cukup besar penyebarannya, sementara itu penelitian ini lebih khusus hanya membahas habaib di wilayah Indramayu.Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Kondisi keagamaan di Indramayu serta sejarah masuknya habaib di Indramayu yang tentunya memiliki beragam kegiatan untuk mensyiarkan dakwah Islam, juga menguatkan keislaman masyarakat di Indramayu.Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian sejarah, yaitu penelitian yang mempelajari peristiwa atau kejadian masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang dihasilkan, melalui empat tahap yaitu: heuristik (pengumpulan sumber), kritik (kritik intern dan kritik ektern), interpretasi, dan historiografi (penulisan sejarah). Penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa: pertama, kondisi keagaman di Indrmayu sama halnya dengan kondisi keagamaan yang lain yaitu memgang teguh agama Hindu-Budha Kedua, komunitas habaib ini datang dari Hadhramaut (Yaman) pada abad ke 18. Awalnya komunitas habaib yang ada di Indramayu masih tergolong komunitas Arab di Cirebon, akan tetapi pada tahun 1872 komunitas Indramayu memisahkan diri dari komunitas Arab Cirebon, dan menyebar ke seluruh daerah di Indramayu. Meskipun komunitas Arab-Indramayu lebih muda daripada komunitas Arab Cirebon, tetapi komunitas Arab di Indramayu lebih berkembang daripada komunitas Arab di Cirebon. Kata kunci : Habib, Dakwah Islam, Ulama, Indramayu A.
    [Show full text]
  • The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia A
    The Genealogy of Muslim Radicalism in Indonesia THE GENEALOGY OF MUSLIM RADICALISM IN INDONESIA A Study of the Roots and Characteristics of the Padri Movement Abd A’la IAIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia Abstract: This paper will trace the roots of religious radicalism in Indonesia with the Padri movement as the case in point. It argues that the history of the Padri movement is complex and multifaceted. Nevertheless, it seems to be clear that the Padri movement was in many ways a reincarnation of its counterpart in the Arabian Peninsula, the Wahhabi> > movement, even though it was not a perfect replica of the latter. While the two shared some similarities, they were also quite different in other respects. The historical passage of the Padris was therefore not the same as that of the Wahhabi> s.> Each movement had its own dimensions and peculiarities according to its particular context and setting. Despite these differences, both were united by the same objective; they were radical in their determination to establish what they considered the purest version of Islam, and both manipulated religious symbols in pursuit of their political agendas. Keywords: Padri movement, fundamentalism, radicalism, Minangkabau, Wahhabism.> Introduction Almost all historians agree that Islam in the Malay Archipelago – a large part of which subsequently became known as Indonesia – was disseminated in a peaceful process. The people of the archipelago accepted the religion of Islam wholeheartedly without any pressure or compulsion. To a certain extent, these people even treated Islam as belonging to their own culture, seeing striking similarities between the new religion and existing local traditions.
    [Show full text]
  • INDO 16 0 1107129329 39 80.Pdf (6.209Mb)
    Roadside village between Malang and Selecta NOTES ON CONTEMPORARY INDONESIAN POLITICAL COMMUNICATION Benedict R. OfG. Anderson With the appearance in 1970 of Indonesian Political Thinking, students of Indonesian society and politics were for the first time presented with a wide-ranging collection of writings and speeches by important Indonesian politicians and intellectuals in the post-1945 period.1 The timing of its publication was not fortuitous: it clearly reflected a steadily growing scholarly interest in Indonesian ideology and political discourse.2 Recent work by Dahm, Weatherbee, Legge and Mortimer has been devoted to pioneering analysis of important segments of Indonesian political thought.3 Their writings show not only how rich this field of enquiry is, but also how much m m m research still needs to be done. At the same time it is useful to recognize that the materials used in this genre of research haewsssa specialized represent a particular type of political communication. In general, they take the form of more or less studied, quasi-literary and printed 1. Herbert Feith and Lance Castles, eds., Indonesian Political Thinking, 1945-1965 (Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, 1970). For a useful critique, see Alfian, "Indonesian Political Thinking’: A Review," Indonesia, 11 (April 1971), pp. 193-200. 2. In addition, a number of translations of important individual texts by Indonesian political leaders have been published. These include: Sutan Sjahrir, Out of Exile, trans. Charles Wolf, Jr. (New York: John Day, 1949); Mohammad Hatta, Past and Future (Ithaca, N.Y.: Cornell Modern Indonesia Project, 1960); Sukarno, Mar- haen and Proletarian, trans.
    [Show full text]
  • State and Religion: Considering Indonesian Islam As Model of Democratisation for the Muslim World
    CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk Provided by eDoc.VifaPol OccasionalPaper 122 State and Religion: Considering Indonesian Islam as Model of Democratisation for the Muslim World Syafi q Hasyim If you wish to support our work: Commerzbank Berlin BIC 100 400 00 Donations account: 266 9661 04 Donations receipts will be issued. Imprint: Published by the Liberal Institute Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit Reinhardtstraße 12 D–10117 Berlin Phone: +49 30.28 87 78-35 Fax: +49 30.28 87 78-39 [email protected] www.freiheit.org COMDOK GmbH Office Berlin First Edition 2013 STATE AND RELIGION: CONSIDERING INDONESIAN IsLAM AS MODEL OF DEMOCRATISATION FOR THE MUSLIM WORLD Syafiq Hasyim Paper prepared for the Colloquium on Models of Secularism, hosted by the Friedrich Naumann Stiftung, Berlin, July 31, 2013. Contents Introduction 5 Compatibility between Islam and Modern State 6 History of Indonesian Islam 10 Pancasila State 13 Indonesian Islam in Public Sphere and the State 16 Islam in the Political Sphere 19 Reform Era: Revitalisation of Islamic Ideology? 21 Indonesian Salafi-Wahhabi Groups and their Question on the Pancasila State 25 Conclusion 27 Bibliography 27 About the author 32 4 5 Introduction Since the fall of Suharto in 1998, Indonesia has been noticed by the interna- tional community as the largest Muslim country in the world (Mujani & Liddle 2004, pp. 110-11; Ananta et al. 2005). This recognition is because Indonesia has hinted more progress and improvement in democracy and human rights than other Muslim countries such as Turkey, Egypt and Pakistan. Freedom of press, the implementation of fair general elections, the distribution of power among the state institutions (trias politica) and some many others are main indicators depicting the rapid democratisation of Indonesia.
    [Show full text]
  • Negosiasi Islam Kultur Dalam Gerakan Paderi Rao Di Sumatera Tengah (1820-1833)
    NEGOSIASI ISLAM KULTUR DALAM GERAKAN PADERI RAO DI SUMATERA TENGAH (1820-1833) Safwan Rozi STAIN Bukit Tinggi [email protected] Abstrak Gerakan Paderi di Sumatera Tengah adalah revolusi intelektual dan sebuah batas sejarah yang menentukan perkembangan Minangkabau. Di dalamnya ada elemen-elemen fanatisme, kesalehan, resistensi terhadap kolonialisme, dan juga negosiasi budaya. Tulisan ini mengkaji tipologi gerakan keagamaan dalam gerakan Paderi melalui pendekatan sejarah sosial. Pembahasan difokuskan pada sejarah gerakan Paderi, dialektika agama dan budaya lokal, serta negosiasi kaum adat dan kaum agama dalam gerakan Paderi di tanah Rao. Negosiasi adat dan Islam tersebut terjadi pada tahun 1833. Golongan adat dan golongan Paderi bersatu bahu-membahu melawan Belanda. Persatuan bukan hanya dalam bentuk kekuatan saja tapi juga dalam bentuk visi yang kemudian dikenal dengan konsensus Plakat Puncak Pato di Tabek Patah Tanah Datar yang berbunyi “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah dan syarak mangato adat mamakai”. Ikrar ini mengikat golongan adat dan golongan Paderi yang mengakui eksistensi adat dan eksistensi agama Islam dalam pranata sosial. Kesepakatan tersebut kemudian memperkokoh posisi kelembagaan agama dalam masyarakat Minang. Abstract THE NEGOTIATIONS OF THE CULTURAL ISLAM IN THE PADERI RAO MOVEMENT IN CENTRAL SUMATRA (1820-1833). Padri movement is a revolution in Central Sumatra and intellectual history that determines a boundary for the Minangkabau. In it there is fanaticism, coloniality resistance, piety, heroic, history of a very gradual and cultural negotiation. With the use of social history through a heuristic approach, critic and sintetict method, this paper will examine some of the typology of religious Volume 6, Nomor 1, Juni 2012 85 Safwan Rozi movements in Padri movement.
    [Show full text]
  • SKRIPSI Disusun Oleh: HENDRIA IRAWAN NIM. 140301001
    SKRIPSI EKSISTENSI SILSILAH TAREKAT SYATTARIYAH ABU PEULEUKUNG (Studi Kasus Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya) Disusun Oleh: HENDRIA IRAWAN NIM. 140301001 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY BANDA ACEH 2019 M/1440 H EKSISTENSI TAREKAT SYATTARIYAH ABU PEULEUKUNG (STUDI KASUS KECAMATAN SEUNAGAN, KABUPATEN NAGAN RAYA) Nama : Hendria Irawan NIM : 140301001 Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam Pembimbing I : Dr. Damanhuri, M.Ag Pembimbing II : Raina Wildan, S.Fil.I, MA Kata Kunci : Tarekat Syattariyah Abu Habib Muda Seunagan, Jamaah Tarekat Syattariyah, Aktivitas Jamaah ABSTRAK Syekh Abdullah asy-Syattari ialah pendiri tarekat Syattariyah yang merupakan seorang ulama tasawuf terkenal di India yang wafat pada 1415 M. Ibrahim al-Kurani termasuk salah satu mursyid yang diberikan ijazah oleh Syekh Abdullah Syattari. Ibrahim al-Kurani memapankan karirnya di Madinah setelah menutut ilmu di berbagai tempat di Timur Tengah. Ia adalah ulama yang mempunyai hubungan amat luas, bukan hanya dari segi muridnya, tetapi juga kerena karyanya yang amat dikenal luas. Di Nagan Raya berkembang tarekat Syattariyah yang dikembangkan oleh Habib Muda Seunagan. Habib Muda Seunagan belajar dari Habib Syaikhuna Muhammad Yasin seorang guru dan ayah kandung sendiri untuk menyebarkan sebuah tarekat Syyattariyah. Hingga kini tarekat Syattariyah dikembangkan oleh Abu Habib Qudrat. Masalah yang diangkat dan diteliti oleh penulis adalah bagaimana aktivitas
    [Show full text]
  • Karya Khatib Abdul Munaf Imam Maulana : Tinjauan Historiografi
    KARYA KHATIB ABDUL MUNAF IMAM MAULANA : TINJAUAN HISTORIOGRAFI Oleh 1 Sudirman 2 Herwandi 1 Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Jl. Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh. Kota Padang, Sumatera Barat 25163, Indonesia 2 Staf Pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas Jl. Universitas Andalas, Limau Manis, Kec. Pauh. Kota Padang, Sumatera Barat 25163, Indonesia [email protected] Abstrak Kepemimpinan karismatis adalah kepemimpinan yang berdasarkan kepercayaan, kepatuhan, dan kesetiaan para pengikutnya. Ini timbul dari kepercayaan yang penuh kepada pemimpin yang dicintai, dihormati dan dikagumi. Hal yang menarik dari Khatib Abdul Munaf Imam Maulana adalah mengenai karya-karya dan posisinya dalam pusaran jaringan tarekat Syattariah di Minangkabau (1943-2006). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana dinamika, posisi dan strategi Khatib Abdul Munaf Imam Maulana dalam mengembangkan tarekat Syattariyah di Minangkabau.Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selain sumber tertulis, data juga didapat melalui sumber lisan, yaitu mewawancarai orang-orang yang dekat dan mengetahui tentang kehidupan seorang Khatib Abdul Munaf Imam Maulana. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi bahwa Khatib Imam Maulana Abdul Munaf lahir di Batang Kabung Koto Tangah Padang. Ia seorang ulama yang mendedikasikan dirinya berpuluh-puluh tahun untuk berdakwah, secara lisan maupun tulisan. Di bidang kepenulisan, ia telah menulis 23 naskah Islam, baik yang berbahasa Arab maupun berbahasa melayu. Hal ini membuktikan bahwa surau di Minangkabau sangat potensial sebagai media pendidikan, karena di surau juga hidup dan berkembang tradisi intelektual berupa penyalinan dan penulisan naskah-naskah terutama naskah Islam. Keyword: Ulama, Surau, Naskah, Tarekat, Syattariah Abstract The charismatic leadership is a leadership that is based on the trust, obedience, and loyalty of the followers.
    [Show full text]
  • Dari Islam Radikal Ke Islam Pluralis Genealogi Gerakan Paderi Dan Pengaruhnya Terhadap Islam Pluralis Di Perbatasan Minangkabau
    DARI ISLAM RADIKAL KE ISLAM PLURALIS GENEALOGI GERAKAN PADERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP ISLAM PLURALIS DI PERBATASAN MINANGKABAU Syafwan Rozi IAIN Bukittinggi E-mail: [email protected] Diterima: 11-12-2014 Direvisi: 23-2-2015 Disetujui: 9-3-2015 ABSTRACT Dialectics of religion and social reality can be seen as one of the factors driving the emergence of religious movements. Social reality in the community can lead to the interpretation of typical social movements with basicly social implication. Thus, the radical religious movement grows as a backlash against perceived unjust structures and threatens its existence. Polemics about Padri movement in the Minangkabau as a radical movement must be thoroughly understood and not partially, through the study of history with genealogical approach, interpreting the history of this war will not merely in the sense of time, space, and actor. By tracing genealogy of this religious movement lead us to understand change of identity and historical facts that speak another. Allegations that the Padri movement is extreme and radical to be deeply reconsidered. In fact, the Padri movement has been instrumental in creating a religious understanding of Islamic societies tend Minangkabau northern frontier in the puritanical religious understanding, more pluralist because it is inhabited by several ethnic and even religious, and most importantly between customary and religious accommodation. Under this approach, especially genealogy post- modernism and identity, this paper will examine the history and influence of the Padri movement toward religious understanding Minangkabau society’s northern frontier. Keyword: Radical Islam, Pluralist Islam, Genealogy of Paderi Movement ABSTRAK Dialektika agama dan realitas sosial diyakini sebagai salah satu faktor penggerak munculnya gerakan sosial keagamaan.
    [Show full text]
  • Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims
    In Search of New Social and Spiritual Space: Heritage, Conversion, and Identity of Chinese-Indonesian Muslims (Op Zoek naar Nieuwe Plek, Maatschappelijk en Geestelijk: Erfgoed, Bekering en Identiteit van Chinese Moslims in Indonesië) (met een samenvatting in het Nederlands) PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof.dr. G.J. van der Zwaan, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op vrijdag 24 februari 2012 des ochtends te 12.45 uur door Syuan-Yuan Chiou geboren op 24 september 1967 te Pingtung, Taiwan Promotor: Prof.dr. M.M. van Bruinessen This thesis was accomplished with financial support from the International Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM), the Netherlands, the Chiang Ching-kuo Foundation for International Scholarly Exchange (CCKF), Taiwan, and the Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS), RCHSS, Academia Sinica, Taiwan. About the author: CHIOU Syuan-yuan (邱炫元) is a sociologist, who is interested in exploring contemporary Indonesian Muslim society and Chinese-Indonesians. He obtains his PhD degree in Utrecht University, the Netherlands. He was involved in the International Institute for the Study of Islam in the Modern World at Leiden, the Netherlands, where he joined interdisciplinary projects, working on various issues of contemporary Islam in Africa, Middle East, Southeast Asia, and West Europe during 2001-2007. He has published several works about Chinese-Indonesian Muslims.
    [Show full text]