AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 7, No. 1 Tahun 2019

UPAYA – UPAYA RAJA AIRLANGGA DALAM MENSEJAHTERAHKAN RAKYAT PADA TAHUN 1019 – 1042 M

SITI ASTRIANA Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negei E-mail : [email protected]

Wisnu S-1 Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negei Surabaya

Abstrak Raja Airlangga memerintah di Kerajaan dengan damai dan mampu mensejahterahkan rakyatnya dari segi ekonomi, sosial, politik dan agama. Terdapatnya beberapa kasta dalam kepemimpinan Raja Airlangga merupakan bentuk dari ajaran Hindu pada saat itu, hingga strata tersebut berorientasi pada beberapa kebijakan Raja Airlangga, dimana dalam mengambil bentuk kebijakan kesejahteraan rakyat, Airlangga akan membedakan taraf kenimatan hak mulai dari Kasta tertinggi yakni; Brahama, disusul Ksatria, hingga yang bawah disebut Kasta Sudra dan Waysa. Sementara bentuk- bentuk kebijakan yang diambil Raja Airlangga juga cukup berkeadilan meski harus ada pembedaan stratifikasi sosial yaitu pemberian hak istimewa. Kata Kunci : Astabrata, Kasta, Hak Istimewa Abstract Raja Airlangga ruled in the Kingdom of Kahuripan peacefully and was able to prosper his people in terms of economic, social, political and religious. The existence of several castes in the leadership of Raja Airlangga was a form of Hindu teaching at that time, until the strata were oriented to several policies of Raja Airlangga, where in taking the form of people's welfare policy, Airlangga would distinguish the level of the right of rights starting from the highest castes; Brahama, followed by Knight, until the lower is called the Sudra and Waysa Caste. While the policy forms taken by Raja Airlangga are also fairly equitable even though there must be a difference in social stratification, namely the granting of privileges. Keywords: Astabrata, Caste, Special Rights

PENDAHULUAN Prasasti Kakurugan I (1023 M / 945 Saka), Prasasti Raja Airlangga merupakan Raja kedua yang Kakurugan II (1023 M / 945), prasasti Terep I (1032 M / memerintah kerajaan di Jawa Timur. Masa pemerintahan 954 Saka), Prasasti Terep II (1023 M / 945 Saka). Raja Airlangga berkisar tahun 1019 – 1042 Masehi. Raja Airlangga pada masa memerintah kerajaan Sebelum Raja Airlangga memerintah di Jawa Timur adalah di Jawa Timur memiliki julukan sebagai Raja Pembaharu Raja . Raja Mpu Sindok memerintah pada Jawa (Ninie Susanti :1). Airlangga juga sangat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur berkisar tahun 929 memperhatikan kesejahteraan rakyatnya mulai dari segi – 948 Masehi. Politik, Agama, Ekonomi dan Sosial, tentu hal tersebut Dalam silsilah Airlangga diketahui berawal dari juga dibuktikan dengan beberapa epigrafi terkait dan anak perempuan Pu Sindok yaitu Sri Isanatunggawijaya beberapa temuan prasasti yang telah ditemukan arkeolog. menikah dengan Sri Lokapala dan mempunyai anak Sri Dalam pemerintahan Raja Airlangga, dirinya Makutawangsawardhana, kemudian Sri memiliki tekad yang kuat dalam membangun Makutawangsawardhana mempunyai anak kesejahteraan rakyatnya. Meski demikian, dalam Gunapriyadharmmapatni atau yang pemerintahan Raja Airlangga juga telah terbagi menjadi menikah dengan Dharmmodayana, putra mahkota Dinasti beberapa kasta sebagaimana ajarah Brahma pada saat itu. Warmadewa dari dan mempunyai tiga orang putra Ninie Sunanti : 5 menyebutkan jika dalam yaitu Airlangga, Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu. pemerintahannya secara umum telah terbagi menjadi 5 Raja Airlangga memerintah di Kerajaan kasta, diantaranya ialah kasta Brahmana, Ksatria, Waysa, Kahuripan dengan damai dan mampu mensejahterahkan Sudra dan Kilalan. rakyatnya dari segi ekonomi, sosial, politik dan agama. Kasta Brahmana merupakan kasta yang memiliki Perihal catatan sejarah tersebut dibuktikan dengan adanya tingkat strata hidup tertinggi, kasta ini merupakan beberapa prasasti yang dikeluarkan pada masa golongan orang yang mengerti atau faham tentang kitab pemerintahan Raja Airlangga. Dalam masa suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, pemerintahakannya, Raja Airlangga banyak mengeluarkan golongan ini juga diberikan tugas untuk mengajarkan prasasti Kamalagyan yang dibuat pada tahun 1037 Masehi, AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 7, No. 1 Tahun 2019 agama dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat di dalam buku Oud Javaansche Oorkonden karya J.L. A wilayah kerajaan. Brandes. Selain itu, penulis juga observasi mengenai Golongan kedua ialah kasta Ksatria, golongan ini prasasti – prasasti Raja Airlangga di Unit Pengelolaan dalam masa pemerintahan Raja Airlangga memiliki dan Museum Mpu Tantular Sidoarjo. kemampuan untuk mengatur pertahanan di wilayah Melakukan dokumentasi penelitian pada prasasti – prasasti kerajaan, golongan ini juga memiliki ciri khas yakni; sikap tersebut. Selanjutnya melakukan studi historis pada pemberani, jujur dan tangkas. Kasta ini diduduki oleh prasasti Terep, prasasti Pucangan, prasasti Klagen, prasasti pemimpin Negara, pemerintah Negara dan prajurit Negara. Kakurugan, prasasti Cane dan beberapa prasasti lainnya Golongan ke tiga terdapat kasta Waisya dan kasta yang berhubungan dengan masa Raja Airlangga, Sudra. Kasta Waisya merupakan rakyat kahuripan yang khususnya yang berhubungan dengan kesejahteraan memiliki keahlian berbisnis, Bertani dan berbagai profesi rakyat. lainnya yang bergerak dalam bidang ekonomi. Dalam kasta Tahapan kedua yang dilakukan peneliti ialah kritik. Waisya ini ada beberapa macam contohnya; pedagang, data alih aksara prasasti – prasasti Raja Airlangga yang petani, nelayan, pengusaha, dan sejenisnya. Pada kasta terdiri dari Prasasti Kakurugan, Prasasti Klagen, Prasasti Sudra adalah kasta yang paling bawah dari keempat kasta Terep, Prasasti Cane, dan Prasasti Pucangan yang terdapat di atas, contohnya golongan Sudra : buruh rumah tangga di dalam buku Oud Javaansche Oorkonden karya J.L. A dan buruh tani. Brandes. Selain itu penulis juga observasi mengenai Sedangkan golongan ke empat warga kilalan. prasasti – prasasti Raja Airlangga di Unit Pengelolaan Warga kilalan sendiri merupakan golongan orang – orang Majapahit dan Museum Mpu Tantular Sidoarjo. yang tinggal di daerah sekitar wilayah kerajaan kahuripan Melakukan dokumentasi penelitian pada prasasti – prasasti dan orang – orang yang hidup dari keahlian yang tersebut. Selanjutnya melakukan studi historis pada dimilikinya atau disebut seniman. prasasti Terep, prasasti Pucangan, prasasti Klagen, prasasti Sebagai seorang raja, Airlangga memiliki prnsip Kakurugan, prasasti Cane dan beberapa prasasti lainnya dalam menata Negara yang lebih maju dari sebelumnya. yang berhubungan dengan masa Raja Airlangga, Namun hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh dan tradisi khususnya yang berhubungan dengan kesejahteraan lama yang telah berlangsung, yakni; dari dinasti Isyana rakyat. yang memrintah pada masa kerajaan Mataram Kuno. Tahap kedua yang dilakukan peneliti ialah Berdasarkan beberapan hal yang telah diuraikan tahapan kritik. Kritik adalah melakukan kritik dari data- di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan beberapa data yang telah ditemukan dengan tujuan untuk masalah berikuti: (1) Bagaimana strategi raja Airlangga mendapatkan fakta dalam penelitian. Tahap kritik sumber dalam mengembangkan kesejahteraan masayarakatnya, (2) sejarah dibagi menjadi dua yaitu kritik intern dan ekstern. Bagaimana bentuk kebijakan Raja Airlangga dalam upaya Maka dalam penelitian ini memakai ilmu bantu epigrafi mensejahterakan rakyat di bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan filologi untuk menentukan usia, asal tulisan, tata dan Agama. bahasa serta mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang menyelinap dalam teks prasasti. Tujuan memakai ilmu METODE PENELITIAN bantu epigrafi dan filologi adalah untuk pembacaan tulisan Metode yang digunakan oleh peneliti adalah kuno dan penerjemahannya supaya tidak terjadi kesalahan. metode penelitian sejarah. Metode ini dapat dimengerti Tahap selanjutnya ialah tahapan interpretasi, sebagai pengungkapan kejadian atau peristiwa yang terjadi tahap ini merupakan penafsiran terhadap fakta yang pada masa lampau dalam penulisan sejarah dibutuhkan ditemukan dengan jalan menghubungkan fakta lain yang suatu pendekatan supaya menjadi rangkaian sejarah yang diakui kebenarannya. Pada tahap ini peneliti melakukan utuh. Penelitian mengenai “Upaya - upaya Raja Airlangga interpretasi berdasar fakta-fakta yang telah ditemukan, dalam Menyelenggarakan Kesejahteraan Masyarakat setelah dilakukan kritik sumber. Penulis mencari hubungan Tahun 1019 – 1042 M” menggunakan metode pendekatan antara fakta dengan fakta lain dengan sumber berdasarkan sejarah (historical approach). Pendekatan sejarah adalah yang koherensi. kegiatan pengumpulan, menguji, dan menganalisis secara Terakhir peneliti akan melakukan tahapan kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dengan Historiografi atau tahap penulisan yang bertujuan untuk menggunakan analisa logis atau sering disebut dengan pola menyajikan hasil laporan dari penelitian yang dilakukan. kesejarahan. Dalam hal ini, penulisan tentang “Upaya-upaya Raja Tahap pertama ialah tahapan Heuristik, dalam Airlangga dalam Menyelenggarakan Kesejahteraan Rakyat tahapan ini peneliti mencari dan menemukan sumber- Tahun 1019 – 1042 M”. sumber yang diperlukan serta relevan dari sumber primer ataupun sumber sekunder. Dalam hal ini peneliti HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan data primer berupa keterangan data alih Raja Airlangga disebutkan sebagai The True aksara prasasti – prasasti Raja Airlangga yang terdiri dari Personality Karena ditempatkan tokoh Airlangga sebagai Prasasti Kakurugan, Prasasti Klagen, Prasasti Terep, raja besar yang menjadi bagian dari suatu kawasan yang Prasasti Cane, dan Prasasti Pucangan yang terdapat di lebih luas, yaitu Asia Tenggara.1 Masa sesudah 1000 M

1 De Casparis, Airlangga. (Jakarta : University , 1958), hlm. 58. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 7, No. 1 Tahun 2019 merupakan periode yang sangat penting dalam perjalanan Jones2, dimana dirinya menyebutkan bahwa dari segi social sejarah kuno Asia Tenggara. Hal ini disebabkan telah Raja Airlangga memiliki hubungan erat dengan rakyatnya, terjadi beberapa perubahan mendasar yang disebabkan sekalipun kenyataannya pada masa pemerintahan tetap ada pengaruh pergolakan negara-negara di luar Asia Tenggara. untuk feudal yang tidak bisa dilepaskan, namun rakyat Sejak masa Raja Airlangga memerintah telah tetap memiliki hak komunitas untuk meminta bantuan pada mengeluarkan Prasasti sebanyak 33 Prasasti, dimana sang raja ketika rakyat sudah tidak bisa mengatasi prasasti yang memberikan penjelasan mengenai kebijakan permasalahan. Airlangga dalam mensejahterakan rakyatnya terdapat pada 4. Kasta Sudra prasasti Pucangan 963 Caka, prasasti Terep I (1032 M / Dalam prasasti Kelagen atau Kamalagyan yang 954 Saka), Prasasti Terep II (1023 M / 945 Saka), Prasasti dibuat untuk memperingati pembuatan bendungan di Kamalagyan (1037 M / 959 Saka) dan prasasti Kakurugan Waringin Sapta, dimana dalam prasati ini menyebutkan (1043 M/ 945 Saka). Raja Airlangga dalam menjalankan bahwa raja telah memberikan pengurangan pajak yang tugasnya sebagai sebagai seorang raja, dirinya mampu harus diserahkan para istana untuk Desa Kamalagyan, mengaplikasikan empat aspek bernegara yakni di bidang Pangkaja, Kebun Sirih, tepian-tepian sungai dan rawa- ekonomi, politik, agama dan social. rawa. Diketahui bahwa pajak yang diberikan pada istana A. Kebijakan Raja Airlangga Terhadap Masyarakat seluruhnya bernilai 17 Swarna, 14 masa, 4 kupang dan 4 Astabrata satak serta dikurangi 10 swarna khusus diberikan pada Raja Airlangga di bulan Asuji, Dari daerah Kalagyan Dalam strategi dan siasatnya Raja Airlangga memberikan hak istimewa pada beberapa kasta di Sandangan, yang pajaknya 2 swarnna dan 10 masa emas, kerajaannya, hal tersebut dilakukan oleh Airlangga sebagai dikurangi 2 swarnna untuk diterimakan kepada wargga hatur demi kepentingan bendungan itu juga, sedangkan bentuk anugrah karena telah mengabdikan diri kepada dari Kakalangan yang pajaknya 1 masa dan 2 kupang, kerajaan. Oleh karena itu, Airlangga dalam strateginya dikurangi 1 masa untuk diterimakan kepada wargga pati telah memberikan kebijakan khusus pada masyarakat Astabrata dan memberikan hak istimewa bagi rakyatnya untuk kepentingan bendungan it., Sementara, pajak yang terbagi menjadi beberapa kasta, yakni; Kasta Brahma, tersebut juga untuk keperluan merawat bendungan. Namun, untuk pajak perdagangan yang diberikan pajak kasta Ksatria, kasta Waysa, Sudra dan Warga Kilalan berupa mata uang perak tidak dikurangi.3 (warga asing). Raja Airlangga juga memiliki alasan yang cukup kuat B. Raja Airlangga dalam Memberikan Bentuk Hak dalam memberi anugerah tersebut yakni karena Bengawan Istimewa untuk Kesejahteraan Rakyatnya (Brantas) sering menjebil tanggul di Waringin Sapta 1. Kasta Brahmana hingga menyebabkan desa di sekitar hilir mengalami Menurut isi dari Prasasti Pucangan menjelaskan banjir. Disebutkan juga desa tersebut ialah desa Lusun, bahwa Airlangga dalam memberikan hak istimewa berupa Panjuwuan, Panjiganting, Sijanantyesan, Talan, Anugerah pada kaum Brahmana yang dikeluarkan pada Dasapangkah dan Pangkaja. Tak hanya itu, desa di daerah masa Raja Airlangga, dimana Prasasti Pucangan dan Terep status Sima, Kalang, Kagyan, Thani Jumput, Biara-Biara, tersebut menyebutkan pemberian hak beribadah, Bangsal-Bangsal kamulan, bangunan suci pemujaan menyembah, status sosial bagi Brahmana dan status terhadap dewa dan pertapaan pada Sang Hyang Dharmma ekonomi yang istimewa. ring Isanabhwana daerah labapura di Surapura.4 2. Kasta Ksatria Disitulah rakyat resah karena sudah dua kali Dalam data Prasasti Kakurugan tersebut sangat disebutkan rakyat memperbaikinya, namun selalu gagal. jelas bahwa hak istimewa yang diberikan Raja merupakan Disitulah Negara hadir, Raja Airlangga pun memberikan rincian gaya hidup yang hanya dimiliki oleh golongan raja, anugerah berupa kerja bakti untuk membuat bendungan, keluarganya dan para kasta Ksatria. Hak istimewa tersebut sedangkan tantangan yang cukup besar ini juga menjadi berupa rumah, bisa membunuh dan kekayaan ekonomi cambukan bagi rakyat untuk menyelsaikan perkara besar yang lebih tinggi dari kasta di bawahnya. Sedangkan untuk ini, hingga akhirnya jawaban ini dibuktikan dalam masa Dyah Kaki Ngadulungen memiliki hak istimewa yang pemerintahan Airlangga (tepatnya di wilayah Sidoarjo).5 sama dengan raja, terlebih diberi tugas untuk mengawasi Banjir bah yang selalu membawa malapetakan dari wilayah-wilayah kerajaan. segi social, ekonomi, politik dan agama mampu di 3. Kasta Waisya selsaikan dan tampil kemuka dalam gelanggang sejarah Indonesia. Disitulah letak kebahagiaan kasta Sudra ketika Kasta Waisya sebagai status paling bawah bendungan kukuh dan kuat dan aliran sungai Brantas telah dibanding dengan Brahmana atau Ksatria tetap memiliki dipecah menjadi kearah utara, besuka citalah para hak istimewa. Pandangan tersebut diungkapkan oleh masyarakat yang mengambil dagangan di Hubung Galuh,

2 Jones, Antoinette M. Barett, Early Tenth Century 4 Rahardjo, Supratikno, Peradaban Jawa, Dinamika From the Inscriptions in the First Quarter of the Century. Pranata Politik, Agama dan Ekonomi Jawa Kuno, (Jakarta : (Holland/Chinnaminson-USA : Dordrecht, 1984). Komunitas Bambu, 2002), Hlm. 360. 3 Chistie, Jan Wisseman, “Water from the Ancestors: 5 Sugeng Haryadi, “Rekontruksi Jalur Pelayaran Irrigation in Early Java and Bali”, dalam: Jonathan Rigg (ed). The Perdagangan di Sungai Brantas pada Masa Majapahit”, (Yogyakarta Gift of Water: Water Management, Cosmology and the State in South : Skripsi Sarjana Jurusan Arkeologi Falkustas Sastra Universitas East Asia, (London: School of Oriental and African Studies Gadjah Mada, 1998). University of London, 1992), hlm. 5. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 7, No. 1 Tahun 2019 hal serupa juga dinikmati oleh para pedagang dan nahkoda golongan Ksatria, kewenangan hak sima yang diberikan dari pulau-pulau lain, dimana mereka semua berkumpul di sesuai dharmma atau kewajiban dari amsing-masing Hujung Galuh. Untuk para petani yang semula sawahnya golongan sosial dan pertahanan kerajaan Kahuripan kebanjiran kini bisa menggarap sawahnya berkat terlindungi dari musuh-musuhnya. Karena golongan bendungan. Ksatria termasuk golongan yang dibidang kemiliteran. Oleh karena itu, bendungan di Waringin Sapta itu Dari segi sosial, masa kepemimpinan Raja mereka sebut bendungan Sri Maharaja. Akan tetapi, Airlangga merupakan seseorang pemimpin bijaksana dan kemudian raja berpikir akan kemungkinan banyaknya karismatik yang memperdulikan masyrakatnya. Sehingga orang yang hendak menghancurkan karya besar itu. Oleh masa kepemimpinan Raja Airlangga masyarakatnya bisa karena itu, raja memerintahkan agar penduduk Desa merasakan dan menikmati kesejahteraan dalam Kamalagyan dengan kalagyaninya yang tinggal ditanah- kehidupannya. Misalnya adanya pemberian anugerah tanah sekitar bendungan itu sebagai penjaga, untuk penetapan status sima yang sesuai dengan dhaarmma atau mengantisipasi semua orang yang hendak menghancurkan kewajiban dari masing-masing golongan sosial yang bendungan itu. Untuk itu, mereka mendapatkan bagian mendapatkan anugrah tersebut. Hal ini dapat dibuktikan pajak seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu jumlah dengan adanya peninggalan kerajaan Kahuripan, yaitu yang dikurangkan dari pajak yang semestinya disetor ke Prasasti Klagen, Prasasti Pucangan, Prasasti Terep, dan kas kerajaan. Prasasti Kakurugan I. Dengan demikian, Raja Airlangga yang menerima Sedangkan berdasarkan segi ekonomi, masa pujian sebagai ratu cakrawati dengan memperbaiki semua kepemimpinannya Raja Airlangga wilayah yang bangunan dan tempat suci serta daerah dengan status dima, berdekatan dengan tambak atau sawah, kehidupannya hal ini sebagai bentuk pendewasaan kerajaan di masa mengalami kesejahteraan karena dengan adanya pemerintahannya, karena itulah Raja Airlangga selalu bendungan Waringin Sapta ( irigasi ) untuk mengalirkan ke menyebarluaskan perbuatan Darma agar ditiru oleh sawah – sawah masyarakat yang mengalami kekeringan. rakyatnya serta supaya rakyat berlomba-lomba dalam Maka dari itu masyarakat golongan Waisya dan Sudra jika berbuat kebajikan. mencari nafkah mengalami kemakmuran atau mudah Namun, dalam kalimat tersebut juga menyatakan didapat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini bahwa Airlangga mengkhawatirkan aka nada usaha untuk dibuktikan dengan adanya peninggalan kerajaan menghancurkan semua pembaharuan yang dilakukannya, Kahuripan yaitu prasasti Klagen. prasasti Klagen ini terlihat bahwa Airlangga masih belum percaya pada ditemukan di wilayah tropodo, kecamatan krian, kabupaten seluruh rakyat yang taat pada pemerintah atau istana. sidoarjo. Sedangkan prasasti Kamalagyan sendiri dibuat selang Sementara berdasarkan segi keagamaan dan seminggu tambah sehari setelah Airlangga berhasil Pendidikan, pada golongan Brahmana memenuhi mengalahkan raja Wijayawarmma yang merupakan raja kebutuhannya untuk beribadah. Dengan adanya kebutuhan kecil pemberontak pada pemerintah. yasa Brahmana pada bangunan-bangunan suci berdekatan Dari keterangan diatas, kita dapat menarik dengan sawah-sawah yang ada di perairan irigasi. Hal ini kesimpulan bahwa pembangunan dawuhan Sri Maharaja dibuktikan dengan adanya peninggalan dari kerajaan telah memberikan dapat bagi kasta Sudra dan Waysa dari Kahuripan yaitu Prasasti Terep. Prasasti Terep ditemukan segala aspek kehidupan bernegara, mulai dari Sosial, diwilayah Mojokerto desa Terep. Politik, Agama dan Ekonomi. Perubahan yang dilakukan Dengan demikian, pada masa Raja Airlangga oleh Raja Airlangga telah membawa sendi-sendi memimpin sebuah wilayah, di situlah semua tergambar kehidupan yang besar, dari masyarakat berlatar belakang dengan jelas bahwa dalam sejarah peradaban Indonesia budaya yang semula menjadi agraris, kini menjadi yang kini rasakan, sebenarnya bisa jadi kalah jauh dengan masyarakat bercampur dengan maritime. masa Airlangga memimpin suatu wilayah, dimana aspek bernegara mulai dari social, politik, ekonomi dan agama PENUTUP hingga system ketatanegaraan sudah tersusun dengan Ssimpulan sempurna, bahkan perkembangan tekhnologi irigasi yang Prabu Airlangga adalah raja yang menelurkan mendapat decak kagung dunia Internasional juga di kebijakan dengan memberikan anugerah melalui gadang-gadang dimulai dari masa Airlangga. penetapan status sima yang sesuai dengan dharmma atau Saran kewajiban dari masing-masing golongan kasta sesuai Penelitian pada upaya-upaya Raja Airlangga dengan ajaran dan agama pada masa Raja Airlangga dalam mensejeahterakan rakyatnya pada tahun 1019 – sendiri. 1042 Masehi ini masih jauh dari kata sempurna, Pada aspek politik atau pertahanan keajaan diharapkan masukan dan sarah bagi para pembaca yang Kahuripan di atas menjelaskan bahwa Dyah kaki ngadu bersifat membangun. Penelitian upaya Raja Airlangga lengan diberikan hak sima terhadap Raja Airlangga. untuk kesejahteraan rakyatnya pada dasarnya memiliki Dikarenakan ikut berjuang dalam mempertahankan daya Tarik sendiri pagi penulis maupun pembaca untuk kedaulatan kerajaan Kahuripan yang dibuktikan dari lebih jauh memahami bagaimana perjalanan sejarah peninggalan kerajaan Kahuripan yaitu prasasti Kakurugan bangsa yang kini kita kenal dengan nama ‘Indonesia’, I. Prasasti Kakurugan I ditemukan di wilayah Mojokerto dimana semua peradaban maju telah diawali dari Raja dan Prasasti Kakurugan I terbuat dari logam. Melalui Airlangga dengan kebijakan system bernegara, juga pada AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 7, No. 1 Tahun 2019 kemajuan tekhnologi di masanya. Semoga melalui Lombard Dennis. 1996. Nusa Jawa : Silang Budaya. penelitian ini,pembaca mampu memahami dengan detail Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama sepak terjang Raja Airlangga dalam mengupayakan rakyatnya agar hidup sejahtera, terlebih bagi para pembaca Moehadi. 1986. Sejarah Indonesia. Jakarta : Karunika agar bisa mengaplikasikan aspek positif dari kebijakan Jakarta, Universitas Terbuka bernegara Raja Airlangga untuk kehidupan sehari-hari. Mustopo M Habib. 2002. Kali Brantas dan Kilas Balik DAFTAR PUSTAKA Pengendaliannya. ’s Cultural Heritage Buku Society Anderson, Benedict R.O.G. 1983. Refleksi Tentang Sejarah. Dick Hartoko (Terj). Gramedia: R, Pitono. 1961. Sedjarah Indonesia Lama. Malang : Jakarta. Lembaga Penerbitan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang Bakker SJ, JWM. 1972. Ilmu Praasasti Indonesia. Djurusan Sedjarah Budaja IKIP Sanata Dharma Susanti, Ninie. 2010. Airlangga : Biografi Raja Pembaru : Yogyakarta. Jawa Abad XI. Jakarta : Komunitas Bambu

Budiman Wicaksono. 2001. Sejarah Lengkap Kerajaan- Suryadi Aang . 1992. Keperkasaan Kerajaan Sriwijaya di kerajaan Indonesia. Surabaya: Pilar Sembilan Pulau Sumatera. Siantar : Pelita Siantar.

Lombard. Denys. 1996. Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian Soejatmoko, dkk (ed). 1995. Historiografi Indonesia: III; Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentaris. Sebuah Pengantar. Gramedia Pustaka Utama: Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Jakarta.

Djoened, Marwati, Poesponegoro. 2009. Sejarah Nasional Soemadio, Bambang (ed). 1984. “Jaman Kuna” Lihat Indonesia Jilid II. Jakarta : Balai Pustaka Marwati D. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (ed. Umum), Sejarah Nasional G. de CASPARIS. Airlangga. Universitas Airlangga Jilid II. P.N. Balai Pustaka Jakarta.

Gottscalk, Louis. Mengerti Sejarah. Penerbit UI Press : Prasasti Koleksi Museum Nasional Jilid I. Proyek Jakarta. Pengembangan Museum Nasional Tahun 1985/1986 : Jakarta. Haryono, Timbul. 1980.”Gambaran tentang Upacara Penetapan Sima”. Dalam MA III. No. 1-2. (Tanpa Nama),1985. Penulisan Sejarah Jawa. Bhratara : Jakarta. Boechari. 1958. Astabrata. Dalam Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Medan Bahasa. Gaung Persada (Tanpa Nama), 1990. Kehidupan Beragama golongan Rsi Jones, Antoinette M. Barett. 1984. Early Tenth Century di Jawa. Dalam Monumen. Lihat Sedyawati, edi Java From the Inscriptions in the First Quarter dkk ( peny ). of the Century. Dordrecht: Holland/Chinnaminson-USA. Artikel Nuning Susanti. Airlangga pada geografi politik. Jakarta : J.L.A. Brandes. 1913. Oud-Javaansche Oorkounden Universitas Indonesia (OJO). VGB. deel XCI. Batavia : Albecht & Co. Majalah S’ Hage Martinus Nijheff Sedyawati, Edy. 1978. Permasalahan Telaah Ikonografi dari Sumber-Sumber Jawa Kuna. Majalah Kasdi Aminuddin. 2011. Memahami Sejarah. Surabaya : Arkeolog I. Unesa Press (Tanpa Nama), 1981. “Ulah Para Pemungut Pajak didalam masyarakat Jawa Kuna.” Dalam Majalah Kartodirdjo, Sartono. 1982. Pemikiran dan Perkembangan Arkeologi IV (1-2)67-87. Historiografi Indonesia Suatu Alternatif. Gramedia: Jakarta.

Kartodirdjo, Sartono. 1984. Kepemimpinan Dalam Dimensi Sosial. LP3S : Jakarta.