KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU ( :

RHOPALOCERA) DI BLOK HUTAN KAIKALU KAWASAN CAGAR ALAM

KAKENAUWE KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

FIRMAN SYAH PUTRA

H411 12 314

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017 KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA :

RHOPALOCERA) DI BLOK HUTAN KAIKALU KAWASAN CAGAR ALAM

KAKENAUWE KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir dan Melengkapi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

FIRMAN SYAH PUTRA

H411 12 314

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Shala- wat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Atas berkat izin, kasih sayang dan rahmat dari Allah SWT sehingga pe- nulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu

(Lepidoptera : Rhopalocera) Di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe

Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara” yang merupakan salah satu syarat untuk menye- lesaikan pendidikan di jenjang Strata Satu (S1) pada Departemen Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas akhir dapat terselesaikan berkat doa, bantuan, dan dorongan semangat dari berbagai pihak, terutama orang tua penulis,

Ibunda Haya dan Ayahanda Nurbay, S. Pd. I yang telah mengasuh dan mendidik di sega- la hal, semoga Allah SWT, senantiasa menjaga dan melindunginya dimanapun berada.

Saudara(i) ku beserta keluarga besarku, terima kasih atas segala doa dan dukungan, se- moga Allah SWT, senantiasa memberikan perlindungan dan kasih sayang-Nya untuk kita semua.

Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu Dr. Syahribulan, M.Si dan

Bapak Drs. Muh. Ruslan Umar, M.Si, selaku pembimbing yang telah meluangkan wak- tu, tenaga, pikiran dan dorongan moril, sehingga rangkaian penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT, membalas kebaikan bapak dan ibu de- ngan balasan yang lebih baik, amin.

iv

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, yaitu :

 Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA. beserta

seluruh staf.

 Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,

Bapak Dr. Eng. Amiruddin, S.Si, M.Si, beserta seluruh staf.

 Ketua Departemen Biologi FMIPA Unhas, Ibu Dr. Hj. Zohra Hasyim, M.Si beserta

staf dosen dan pengawai.

 Tim penguji : Dr. Zaraswati Dwyana, M.Si., Dr. Syahribulan, M.Si., Dr. Hj. Zohra

Hasyim, M.Si., Dr. Syafaraenan, M.Si., Drs. Muhammad Ruslan Umar, M.Si. dan

Dr. Eddyman W. Ferial, M.Si.

 Penasehat Akademik (PA) penulis, Bapak Drs. Ambeng, M.Si. yang senantiasa mem-

bimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir masa studi.

 Pihak BKSDA Provinsi Sulawesi tenggara yang telah memberikan izin melakukan

penelitian pada kawasan Cagar Alam Kakenauwe.

 Anggota tim sampling Marhuda dan Ardian Syah Putra yang telah membantu penulis

saat melakukan pengambilan data dilapangan.

 Keluarga Mahasiswa FMIPA (KM FMIPA Unhas) terkhusus rekan MIPA angkatan

2012 yang menorehkan banyak momen dengan penulis selama masa studi.

 Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA Unhas (Himbio FMIPA Unhas) terkhusus re-

kan Biofilia 2012 yang terus mensupport penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas

akhir ini.

Wassalamu Alaikum Warahmatulahi Wabarakatu. Makassar, November 2017

Penulis

v

ABSTRAK

Penelitian Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera : Rhopalocera) Di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2017, bertujuan mengetahui tingkat ke- anekaragaman jenis kupu-kupu (Rhopalocera) di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian adalah penelitian lapangan, yang bersifat eksploratif deskriptif, menggunakan metode jelajah dan point sensus, dengan 3 stasiun. Jenis data dikumpulkan adalah jumlah spesies, jumlah individu perspesies, para- meter lingkungan, dan kondisi vegetasi. Sampling kupu-kupu dilakukan dengan teknik jaring ayun. Hasil penelitian diperoleh 41 spesies kupu-kupu yang tercakup ke dalam 5 familia. merupakan familia yang relatif dominan dengan persentase 78,01%, kemudian Pieridae 11,63%, Papilionidae 7,79%, Lycaenidae 2,45%, dan teren- dah dari Hesperiidae hanya 0,11%. Jenis Cethosia myrina dan hypolitus terma- suk yang dilindungi berdasarkan peraturan pemerintah No: 7/1999, yaitu, sedangkan Throides hypolitus termasuk kedalam Appendiks CITES II. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah Ideopsis juventa dan Pareronia tritae sarasinorum. Berdasarkan kriteria penilaian indeks keanekaragaman Shannon Wiener (H’), diperoleh tingkat keanaekara- gaman jenis termasuk kriteria sedang, indeks keseragaman (E) termasuk kriteria stabil dan indeks dominansi Simpson (C) termasuk kriteria rendah. Disimpulkan bahwa kondisi komunitas kupu-kupu di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe Kabupaten Buton, relatif masih dalam keadaan stabil, dan tidak adanya spesies yang dominan.

Kata kunci : Keanekaragaman, Kupu-Kupu, Cagar Alam Kakenauwe

vi

ABSTRACT

Research Species Diversity of the (Lepidoptera: Rhopalocera) In Block Forest Kaikalu Region Nature Reserve Kakenauwe Buton in Southeast Sulawesi, has been carried out in June-July 2017, aims to determine the level of species diversity of butterflies (Rhopalocera) Region Nature Reserve Kakenauwe District Buton, Southeast Sulawesi. This type of research is a field research, explorative descriptive, using roaming and point census, with 3 stations. The type of data collected is the number of species, the number of individuals perspecies, environmental parameters, and the condition of the vegetation. Sampling is done with the nets swing technique. Results showed 41 species of butterflies are covered in 5 familia. Familia Nymphalidae a relatively dominant with the percentage of 78.01%, then 11.63% Pieridae, Papilionidae 7.79%, 2.45% Lycaenidae and Hesperiidae lowest of only 0.11%.type Cethosia myrina and Troides hypolitus including those protected by government regulation No. 7/1999, which, while Throides hypolitus included in CITES Appendix II. The species most often found is ideopsis juventa and Pareronia tritae sarasinorum.Based on the assessment criteria Shannon Wiener diversity index (H '), obtained the degree of diversity including the moderate criteria, uniformity index (E) including stable criteria and Simpson dominance index (C) including low criteria. It was concluded that the condition of butterfly community in Forest Block Kaikalu Nature Reserve Region Kakenauwe Buton, relatively still in a stable state, and the absence of a dominant species.

Keywords: Biodiversity, Butterfly, Nature Reserve Kakenauwe

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i

LEMBAR PENGESAHAN ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

ABSTRAK ...... vi

ABSTRACT ...... vii

DAFTAR ISI ...... viii

DAFTAR GAMBAR ...... x

DAFTAR TABEL ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

I.1. Latar Belakang ...... 1

I.2. Tujuan Penelitian ...... 3

I.4. Waktu dan Tempat Penelitian ...... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 4

II.1. Deskripsi Umum Kupu-kupu (Rhopalocera) ...... 4

II.2. Deskripsi Familia Kupu-kupu ...... 5

II.3. Struktur Morfologi Tubuh Kupu-kupu ...... 8

II.4. Siklus Hidup Kupu-kupu ...... 13

II.5. Habitat Kupu-kupu ...... 16

II.6. Peran dan Manfaat Kupu-kupu ...... 17

BAB III METODE PENELITIAN ...... 18

III.1. Alat Dan Bahan ...... 18

III.2. Tahapan Penelitian ...... 18

a. Observasi Lapangan ...... 18

b. Penentuan Lokasi dan Titik Sampling ...... 18

viii

c. Metode Penelitian dan Sampling ...... 19

d. Analisis Data Penelitian ...... 20

III.3. Peta Lokasi Penelitian ...... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 24

IV.1. Hasil Penelitian ...... 24

IV.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...... 24

IV.1.2. Karakteristik Lokasi Sampling ...... 24

IV.1.3. Keanekaragaman Spesies Kupu-kupu di Blok Hutan Kaikalu 26 Kawasan Cagar Alam Kakenauwe ......

IV.1.4. Hasil Perhitungan Indeks ...... 29

IV.1.5. Parameter Faktor Lingkungan ...... 32

IV.1.6 Spesies Kupu-kupu di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar 35 Alam Kakenauwe ......

IV.2. Pembahasan ...... 35

IV.2.1 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu…………………………. 35

IV.2.2 Karakteristik Familia Kupu-kupu…………………………… 39

IV.2.3. Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaaman, dan Indeks 41 Dominansi Kupu-Kupu Di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe......

IV.2.4 Kondisi Fisik Faktor Lingkungan Bagi Kehidupan Kupu- 42 Kupu ......

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44

V.1. Kesimpulan ...... 44

V.2. Saran ...... 44

DAFTAR PUSTAKA ...... 45

LAMPIRAN ...... 48

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bagian Utama Tubuh Dari Kupu-Kupu Dewasa 8

2 Beberapa Jenis Bentuk Antenna Kupu-Kupu 9

3 Struktur Kaki Depan Kupu-Kupu 10

4 Struktur Vena Sayap Kupu-Kupu Dewasa 11

5 Vena Sayap Kupu-Kupu Dewasa 12 6 Bentuk Telur Kupu-Kupu Berdasarkan Familia 13 7 Susunan Dasar Larva Lepidoptera 14 8 Struktur Pupa Kupu-Kupu 15 9 Siklus Hidup Keseluruhan Kupu-Kupu 16 10 Peta Lokasi Penelitian Blok Hutan Kaikalu 22 11 Peta Kawasan Cagar Alam Kakenauwe 23 12 Lokasi Stasiun 1 24 13 Lokasi Stasiun 2 25 14 Lokasi Stasiun 3 25 15 Jumlah Individu Disetiap Stasiun Sampling 27 16 Jumlah Spesies Disetiap Stasiun Sampling 28 17 Persentase Familia Kupu-Kupu Yang Diperoleh 28 18 gigon gigon 29 19 Papilio polytes alcindor 29 20 Papilio peranthus kransi 29 21 Troides hypolitus 29 22 Papilio demoleus 29 23 Amathusia virgata thoantea 29 24 Elymnias hicetas butona 30 25 Pareronia tritae sarasinorum 30 26 Ideopsis vitrea arachasia 30

x

27 Euploea hewitsonii reducta 30

28 Junonia atlites 30 29 Junonia hedonia 30 30 Ideopsis juventa 30 31 Cyrestris strigata strigata 30 32 Symbrenthia hippocalus clausus 31 33 Moduza lycone lyconides 31 34 Lohora opthalmica 31 35 Pseudergolis avesta nimbus 31 36 Faunis menado pleonasma 31 37 ida 31 38 Chetosia myrina 31 39 Danaus genutia 31 40 Vindula erota boetonensis 32 41 Yoma sabina nimbus 32 42 Hebomoia glaucippe 32 43 Catopsila scylla 32 44 Eurema tominia 32 45 Telicota ternatensis testa Evans 32 46 Perbandingan anatara Indeks keanekaragaman (H’), Indeks Kesera- gaman (E), dan Indeks Dominansi Simpson (C), perstasiun penelitian 34 47 Penangkapan Kupu-Kupu Dengan Jaring Serangga 55

48 Pemasukkan Sampel Kupu-Kupu Kedalam Kertas Papilot 55

49 Penusukkan Toraks Kupu-Kupu Dengan Jarum Serangga dan Pe- 56 nyuntikan Formalin Ke Tubuh Kupu-Kupu 50 Proses Perentangan Sayap Kupu-Kupu 56

51 SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) 58

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Spesies Kupu-Kupu Yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun Di Kawasan Blok Hutan Kaikalu, Cagar Alam Kakenauwe, Kabupaten Buton ...... 26

2 Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi komunitas kupu-kupu dikawasan blok hutan 33 kaikalu cagar alam kakenauwe ......

3 Rata-Rata Nilai Parameter Lingkungan Pada Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe Pada Saat Penelitian...... 35

4 Data Perhitungan Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dari keseluruhan stasiun sampling...... 48

5 Data Perhitungan Indeks Keseragaman (E) dari keseluruhan stasiun sampling...... 50 . 6 Data Perhitungan Indeks Dominansi Spesies (C) dari keseluruhan stasiun sampling...... 52

7 PP-RI No.7 Tahun 1999 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Di- lindungi ...... 57

xii

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang beriklim tropis, yang secara bio- geografis bentang alamnya membentuk bioregion yang terpisahkan antara biogeografi flora dan fauna Asia dengan Australasia. Para naturalis memberi garis semu diantara ke- dua bioregion ini yang disebut garis biogeografi Wallacea yang terletak diantara Pulau

Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan garis biogeografi Weber dan Lydekker diantara Ke- pulauan Maluku dan Pulau Papua. Posisi tersebut menyebabkan Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Elizabeth dkk., 2014).

Indonesia merupakan negara kedua yang memiliki jenis kupu-kupu terbanyak di dunia, dengan jumlah lebih dari 2000 jenis yang tersebar di seluruh nusantara (Amir dkk.,

2008). Kekayaan spesies kupu-kupu Indonesia hanya tertandingi oleh negara-negara tro- pis di Amerika Selatan, seperti Peru dan Brasil yang mempunyai sekitar 3.700 spesies.

Namun Indonesia memiliki tingkat endemitas yang tinggi dalam hal sebaran fauna, yang berarti banyak spesies yang memiliki sebaran terbatas, karena hanya dapat dijumpai dibe- berapa pulau atau bahkan hanya di satu pulau tertentu saja. Tingkat endemitas kupu-kupu mencapai lebih dari 35% dari total jumlah spesiesnya, sedangkan tingkat endemisitas ku- pu-kupu di Peru, Brasil, dan negara-negara lain di Amerika Selatan hanya mencapai 10 persen dari total jumlah spesiesnya (Peggie, 2008).

Kupu-kupu Rhopalocera merupakan anggota ordo Lepidoptera yang umumnya beraktifitas di siang hari. Kelompok ini dicirikan kedua pasang sayap yang dilipat ketika hinggap dan dominan berwarna cerah. Di antara kelompok serangga yang telah dikenal, hanya kupu-kupu memiliki data yang cukup lengkap. Hingga kini, di Indonesia telah ter-

1 catat 1.900 jenis (10,69%) dari kupu-kupu yang telah teridentifiksi di dunia (17.700 je- nis). Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, suku Nymphalidae merupakan yang ter- banyak yaitu 650 jenis (34,21%), dan yang paling sedikit dari suku Riodinidae (40 jenis atau 2,11%). Sebaran jumlah jenis kupu-kupu di Indonesia terbanyak ada di Sumatra

(890), Kalimantan (790), Jawa (640), Sulawesi (557), Papua (466), Maluku (380), dan kawasan Nusa Tenggara (350) (Elizabeth dkk., 2014).

Kupu-kupu berperan penting dalam konservasi karena keberadaannya merupa- kan indikator pemantauan perubahan iklim dan polusi serta dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi suatu habitat yang terancam mengalami kerusakan. Terjadinya degra- dasi lingkungandan deforestasi yang terus terjadi menyababkan banyak spesies kupu- kupu yang terancam punah, sehingga tak terelakkan lagi jika kupu-kupu menjadi subjek yang patutnya dilindungi dan dikonservasi (Braby, 2004), sehingga kelestarian dan ke- anekaragaman jenisnya tetap terjaga.

Suhara (2009) dalam Sulistyani (2013), mengemukakan bahwa keanekaragam- an kupu-kupu di suatu tempat relatif berbeda dengan tempat yanglain, karena keberadaan kupu-kupu di suatu tempat sangat erat kaitannya dengan faktor lingkungan abiotik dan biotiknya.

Kawasan Hutan Lambusango terbagi ke dalam 3 wilayah peruntukan, yaitu wila- yah Suaka Margasatwa seluas sekitar 28.510 ha; wilayah Cagar Alam Kakenauwe seluas sekitar 810 ha; dan wilayah Kawasan Hutan Lindung dan Produksi yang terletak di seki- tar kawasan konservasi hutan seluas sekitar 35.000 ha.Cagar alam Kakenauwe terletak di Kabupaten Buton dengan topografi datar sampai berbukit dengan kelerengan lahan 5

- 30%. Tipe tanahnya termasuk tanah liat berpasir dan berbatu cadas. Kondisi vegetasi hutannya relatif masih cukup bagus meskipun secara sporadis ditemukan tonggak pepo-

2 honan bekas penebangan liar. Pada dasarnya ada 3 tipe vegetasi di kedua lokasi ini, yaitu vegetasi semak belukar, hutan sekunder dan hutan primer dataran rendah (Tahan Uji dan

F.I. Windadri. 2007).

Penelitian mengenai kupu-kupu di kawasan hutan Lambusango pernah dilaku- kan oleh Winarni, (2007), yang difokuskan pada tigakelompok familia yaitu Pieridae,

Nymphalidae, dan Papilionidae. Hasil penelitian terebut menunjukkan tingkat keragam- an dan kemerataan yang tinggi. Sedangkan di kawasan Cagar Alam Kakenauwe belum ada data spesifik dan komprehensif tentang kondisi serta keanekaragaman kupu-kupu di- daerah tersebut, sehingga perlu diadakan penelitian untuk mengetahui kondisi keaneka- ragaman jenis kupu-kupu di kawasan tersebut.

I.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu (Rhopalocera) di Kawasan

Cagar Alam Kakenauwe, Hutan Lambusango, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton,

Sulawesi Tenggara.

I.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2017 di Blok Hutan Kaikalu,

Cagar Alam Kakenauwe, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai tempat pengambilan data primer. Identifikas sampel dan analisis data di lakukan di Laborato- rium Ilmu Lingkungan dan Kelautan Bagian Entomologi, Departemen Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Deskripsi Umum Kupu-kupu (Rhopalocera)

Kupu-kupu termasuk dalam ordo Lepidoptera, yang berarti sayapnya bersisik.

Sisik inilah yang memberi corak dan warna pada sayap. Kupu-kupu hanya sekitar 10 % dari 170.000 jenis Lepidoptera yang ada di dunia, yang terbanyak dari kelompok ngengat

(kupu-kupu malam). Walaupun jumlah jenisnya jauh lebih sedikit daripada ngengat, na- mun kupu-kupu lebih dikenal karena sifatnya yang diurnal (aktif pada siang hari) dan warnanya yang cerah dan menarik (Peggie & Moh. Amir, 2006).

Kupu-kupu umumnya mengunjungi bunga untuk menghisap nektar pada pagi hari pukul 08.00-10.00, namun jika cuaca berkabut maka waktu makannya akan tertunda.

Periode makan juga terjadi pukul 13.00 - 15.00 siang, dan setelah periode makan yang cepat kupu-kupu akan tinggal di puncak pohon atau naungan (Sihombing 2002). Kelom- pok kupu-kupu tertentu seperti suku Hesperiidae dan anak suku (subfamilia) Satyrinae dari suku Nympalidae umumnya terbang dipagi dan sore sekitar waktu matahari terbit dan terbenam, atau bersifat krepuskular (Peggie & Moh. Amir, 2006).

Menurut Scobel (1995), klasifikasi dari kupu-kupu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Subordo : Rhopalocera

Super familia : Hesperioidea (skipper) (1 familia yaitu Hesperidae)

: Papilionoidea (kupu-kupu yang sesungguhnya)(ada 4 familia)

4

Superfamilia Papilionoidea terdiri dari tujuh familia, yaitu Papilionidae, Pieridae,

Lycaenidae, Libytheidae, Nymphalidae, Satyridae dan Danaidae (Borror et al.1996). Se- dangkan Feltwell (2001), menggolongkan famili Satyridae, Libytheidae, Danaidae dan

Nymphalidaeke dalam satu familia yaitu Nymphalidae, dengan demikian superfamily

Papilionoidea terdiri dari empat familia yaitu Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae, dan

Lycaenidae. Penggabungan tersebut didasarkan pada kesamaan karakter keempatnya, yaitu sama-sama hanya memiliki empat kaki yang fungsional. Sepasang kaki depannya mereduksi, dan tidak berfungsi.

II. 2 Deskripsi Familia Kupu-kupu

Familia dari kupu-kupu sesungguhnya / sejati pada dasarnya terbagi dalam 5 kelompok utama yaitu : a. Hesperiidae

Anggota familia Hesperiidae memiliki ukuran sedang, warna sayap umumnya

coklat dengan bercak putih atau kuning. Antena kanan dan kiri berjauhan dan bersiku

diujungnya.Sayap relatif pendek dengan tubuhnya, terbang cepat,sebagian bersifat

krepuscular yaitu aktif pada saat pagi dan sore hari ketika matahari terbit dan terbe-

nam,dengan pakan dari golongan tumbuhan monokotil dan dikotil.Memiliki 3 anak

suku yaitu Coeliadinaem, Pyrginae dan Hesperiinae (Peggie, 2014). b. Papilionidae

Noerdjito dan Aswari (2003) mengemukakan bahwa beberapa jenis kupu-kupu

jantan Papilionidae mempunyai sayap belakang dengan tepi anal melipat dan dileng-

kapi organ kelamin sekunder dengan bulu lebat. Pada umumnyabentuk kupu-kupu

jantan dan betina serupa, tetapi pada jenismisalnya Ornithoptera dan Papilio bentuk

jantan dan betinanya tidaksama (dimorphism) bahkan beberapa jenis kupu-kupu mi-

5

salnya P.memnon kupu-kupu betinanya mempunyai bentuk dan pola warna beragam

(polymorphism). Makanan ulat Papilionidae adalah dari tumbuhan Aristolochiaceae,

Rutaceae, Lauraceae, Annonaceae dan Umbeliferae. Setiap jenis kupu-kupu dari

Papilionidae mempunyai inang yang berbeda, tetapi sebagian besar kupu-kupu yang

semarga mempunyai inang yang sama.

Ukuran tubuh besar, memiliki ekor pada sayap belakangnya oleh karena itu se-

ring disebut kupu-kupu sayap burung atau swallowtail. Warna kupu-kupu

ini cenderung dari kombinasi warna yaitu hitam, merah, hijau, kuning atau biru. Ke-

tika menghisap nektar sayapnya akan terus dikepakkan untuk menopang berat tubuh-

nya yang besar. Ulat swallowtail memiliki kelenjar yang disebut osmeteirum tepat di-

belakang kepalanya dan dapat mengembang saat dalam bahaya, kelenjar ini dapat me-

ngeluarkan bau untuk mengusir predator (Quinn & Klym, 2009).

Pola terbangnya bervariasi, ada yang terbangnya seperti burung, seperti pada spe-

sies dari marga Trogonoptera, Troides dan Ornithoptera. Ada yang seperti melayang

dengan cepat yaitu Papilio, dan ada yang menukik dengan mengepakkan sa-yapnya

dengan cepat yaitu spesies dari marga Graphium. Jumlah spesies yang diketahui di

dunia ada sebanyak 520, yang terdiri atas 3 anak suku, yaitu Papilioninae, Baroniinae

dan Parnassinae. Di Indonesia terdapat sekitar 120 spesies (Peggie, 2014). c. Pieridae

Familia Pieridae terdiri dari empat subfamilia yaitu Pierinae (kupu-kupu putih),

Anthocharinae (kupu-kupu ujung oranye), Dismorphiinae (kupu-kupu neotropika)

dan Colidinae (kupu-kupu kuning) (Borror et al, 1996).

Telur berbentuk seperti pilar, diletakkan satu persatu di atas daun, kuncup, atau

cabang dari tumbuhan pakan yang sesuai. Ulat umumnya relatif mulus dan ditutupi

6

oleh setae yang pendek dan halus. Kepompong Pieridae melekat dengan cremaster

dan benang penyangga yang menggantung. Tumbuhan pakan untuk ulat Pieridae

yakni Capparidaceae, dan Loranthaceae untuk ulat Delias (anak suku Pierinae), serta

Fabaceae (Leguminosae) untuk ulat Catopsilia dan Eurema (anak suku Coliadinae).

Sekitar 1.100 spesies kupu-kupu, yang tergolong ke dalam 4 anak suku, yaitu Pierinae

(lebih dari 700 spesies), Coliadinae (sekitar 250 spesies), Dismorphiinae (sekitar 100

spesies, terutama di Amerika Selatan, hanya sedikit di Eropa), dan Pseudopontiinae

(1 spesies di Afrika). Di Indonesia dikenal lebih dari 250 spesies (Peggie, 2014). d. Nymphalidae

Memiliki banyak variasi warna dari coklat, oranye, dan hitam. Berukuran mulai

kecil sampai besar dengan ciri yang paling penting adalah pasangan tungkai depan

pada kupu-kupu jantan dan betina (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae) bia-

sanya tidak berkembang sehingga tidak berfungsi untuk berjalan. Pada jantan, biasa-

nya pasangan tungkai depan ini tertutup oleh kumpulan sisik yang padat yang me-

nyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai si-

kat. Terdapat sekitar 6.500 spesies yang dikenal dan lebih dari 650 spesies yang telah

diketahui, di Indonesia dikenal terdapat 11 anak suku yaitu Apaturinae, Heliconiinae,

Pseudergolinae, , Nymphalinae, Biblidinae, Charaxinae, Cyrestinae,

Danainae, Libytheinae, dan Satyrinae. (Peggie, 2014). e. Lycaenidae

Umumnya berukuran kecil, berwarna biru, ungu atau oranye dengan bercak me-

talik, hitam atau putih. Banyak spesiesnya memiliki ekor sebagai perpanjangan sayap

belakang. Kaki depan pada kupu-kupu jantan tidak terlalu mengecil tetapi dengan

tarsi yang pendek. Kaki pada kupu-kupu betina normal dan tidak mengecil. Umumn-

7

ya dijumpai pada hari yang cerah, di tempat yang terbuka. Diketahui ada lebih dari

4000 spesies didunia yang tergolong dalam 8 anak suku yaitu Lipteninae, Curetinae,

Polyommatinae, Thecline, Poritiinae, Miletinae, Liphyrinae, Lycaeninae, dan di

Indonesia terdapat sekitar 600 spesies Lycaenidae (Peggie, 2014).

II.3 Struktur Morfologi Tubuh Kupu-kupu

Struktur morfologi tubuh kupu-kupu dewasa dapat dibagi kedalam beberapa bagian utama yaitu : a. Tubuh Dewasa

Morfologi tubuh kupu-kupu dewasa sama seperti serangga lainnya yang terbagi dalam tiga bagian utama yaitu: kepala, dada dan perut (Gambar 1) dan biasanya mudah dibedakan meskipun sebagian besar tubuhnya ditutupi oleh rambut atau sisik. Eksoske- leton terdiri dari serangkaian lembaran-lembaran yang keras dan kaku (Braby, 2004).

Gambar 1. Bagian utama tubuh dari kupu-kupu dewasa (Wangdi, Karma & Sherub, 2012) b. Kepala

Kepala kupu-kupu terbagi atas enam ruas dengan gerakan sangat terbatas. Tiga ruas pertama terdapat tiga komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal dan an- tena atau sungut. Tiga ruas kepala lainnya merupakan bagian mulut (Noerdjito dan Aswari

2003).

8

Pada kepala terdapat sepasang mata majemuk besar, yang masing-masing per- mukaannya terdiri dari ratusan lensa berbentuk heksagonal. Disamping mata majemuk terdapat oseli atau mata tunggal. Oseli ini tertutupi oleh rambut-rambut halus sehingga sulit dilihat tanpamenyingkapkan rambut-rambut tersebut. Fungsinya se-bagai alat bantu mempertajampenglihatan dari kerja mata majemuk.Antena terletak di ujung kepala dan dapat digerakkan ke segala arah, biasanya lembut seperti benang. Pada beberapa familia, bagian ujung antena membesar, bergada, berambut, bentuk mirip sisir di kedua sisinya atau bahkan berbentuk mirip bulu. Antena juga dilengkapi dengan sel sel saraf yang ber- fungsi sebagai alat pencium dan peraba (Noerdjito dan Aswari 2003). Mata majemuk memungkinkan serangga untuk mengenali bentuk, warna dan gerakan (Braby, 2004).

Gambar 2. Beberapa jenis bentuk antenna pada kupu-kupu (Quinn & Klym, 2009)

Mulut kupu-kupu terdiri dari mandibula (rahang bawah) yang fungsi awalnya sebagai alat penggigit namun tereduksi sedangkan maksila (rahang atas) teradaptasi se- bagai alat pengisap yang berbentuk belahan tabung yang bersatu disebut probosis dan tersegmentasi menjadi tiga bagian dengan bagian pelengkap Palpus labialis. Jika tidak digunakan probosisnya tergulung dan dapat dijulurkan kembali untuk mengisap nektar bunga.Palpus labialisterdiri dari serangkaian kemoreseptor kecil yang sangat sensitif dan diguanakan sebagai alat peraba (Noerdjito dan Aswari 2003). c. Kaki

Kaki kupu-kupu terdiri dari lima segmen yaitu : coxa, trokanter, femur, tibia dan tarsus. Tarsus terbagi menjadi lima segmentasi pada (Gambar 3A, 3F dan 3H) dimana

9 disetiap segmennya terdapat sepasang cakar apikal dan biasanya memiliki kemoreseptor.

Kaki depan berfungsi untuk berjalan pada golongan familia Hesperiidae, Papilionidae dan Pieridae namun sedikit berbeda pada Nymphalidae jantan (Gambar 3C, 3E) dan

Lycaenidae (Gambar 3G) hal ini dikarenakan hilangnya cakar samping dan pengurangan segmen tarsal karena telah bersatu membentuk satu segmen yang panjang. Tibia bagian depan pada Hesperiidae dan Papilionidae memiliki lobus yang dapat bergerak yang di- sebut epiphysis (Gambar 3A). Epiphysis biasanya dilengkapi semacam sisir marjinal berupa rambut atau bulu yang biasanya digunakan untuk membersihkan antenna dan proboscisnya (Braby, 2004).

Gambar 3. Struktur kaki depan kupu-kupu A, Hesperiidae jantan (grass-skippers, Toxidia); B, tarsal claws of Pieridae (jezebels, Delias); C, Jantan dan D, Betina Nymphalidae (tigers, Danaus); E, Jantan dan F, Betina Nymphalidae (nymphs, Vanessa); G, Jantan dan H, Betina Lycaenidae (hairstreaks, Jalmenus).(Braby, 2004) d. Sayap

Sayap kupu-kupu umumnya berbentuk hampir segitiga, namun beberapa familia kupu-kupu memiliki sayap yang sangat bervariasi. Sayap kupu-kupu ditutupi oleh sisik- sisik haIus, di bawah mikroskop bentuknya terlihat sangat beragam ada yang membuIat, memanjang, dan ada yang mirip anak panah. Sisik-sisik ini yang membuat sayap kupu- kupu menjadi berwarna-warni. Sayap, merupakan organ yang terpenting bagi pergerakan kupu-kupu berupa selaput tipis dandilengkapi dengan vena-vena sehingga memperkuat melekatnya sayap (Noerdjito dan Aswari 2003).

10

Kupu-kupu dewasa memiliki dua pasang sayap yang berkembang sempurna.

Pada dasarnya setiap sayap adalah sebuah kantong bermembran pipih, dengan membran atas dan bawah menempel erat dan diperkuat oleh vena. Sayap bagian depan maupun belakang dapat dianggap berbentuk segitiga seperti pada (Gambar 4A). Di salah satu sudutnya yang melekat pada dada merupakan dasar dari sayap (base), satu puncak (apex) dan sudut lainnya tornus. Tepi sayap bagian atas berjalan dari base menuju apex disebut costa, tepi luar dari apex menuju tornus disebut termen, tepi ujung berjalan dari base me- nuju tornus disebut garis dalam (dorsum). Bagian sayap utama juga diberi nama dari da- sarnya yaitu subbasal, submedian, median, postmedian, subterminal, terminal, subcostal, costal, subapical, apical, subtornal dan tornal. Nomenklatur yang berlaku saat ini dari ve- na sayap lepidoptera ditunjukkan dengan rinci pada (Gambar 4B). Perbedaan venation sayap antara keluarga kupu-kupu ditunjukkan pada Gambar 5 (Braby, 2004).

Gambar 4. Struktur Vena sayap kupu-kupu dewasa : area A dan area B (Braby, 2004)

11

Gambar 5. Vena sayap kupu-kupu dewasa : A, Hesperiidae (Regent Skipper, Euschemon rafflesia); B, Hesperiidae(ochres, Trapezites); C, Papilionidae (kite swallowtails, Graphium); D, Pieridae (whites, Pieris);E, Nymphalidae (nymphs, Vanessa); F, Lycaenidae (hairstreaks, Jalmenus).(Braby, 2004). e. Abdomen

Abdomen atau perut kupu-kupu terdiri dari 10 segmen yang masing-masing ter- diri dari lapis punggung atau tergum dan lapis bawah perut atau sternum yang bergabung di area lateral membran rongga dada, spirakel terdapat pada daerah rongga dada segmen ketujuh. Penebalan sternum tidak terdapat pada segmen pertama. Dua atau tiga segmen termodifikasi membentuk alat kelamin. Pada jantan, segmen kesembilan dan kesepuluh dari abdomen membentuk alat kelamin. Sedangkan betina memiliki dua lubang kelamin

: satu lubang terletak di ujung posterior perut yang digunakan untuk bertelur dan satu yang lainnya terletak pada permukaan tengah ventral antara sterna ketujuh dan kedelapan yang digunakan untuk kawin (Braby, 2004).

12

II. 4 Siklus Hidup Kupu-kupu

Peggie (2014) menjelaskan kupu-kupu yang tergolong holometabola, mengala- mi metamorfosis lengkap dengan siklus hidup sebagai berikut: telur-larva (ulat) - pupa

(kepompong) - imago (dewasa). Jangka waktu untuk melengkapi siklus hidupnya berva- riasi bergantung pada spesies dan musim. Di daerah tropik seperti Indonesia, umumnya siklus hidupnya singkat sekitar 5 - 10 minggu, karena tidak ada faktor cuaca yang meng- hambat. Kupu-kupu tropis dapat mempunyai beberapa generasi dalam setahun disebut multivoltine. Di kawasan yang memiliki 4 musim, umumnya kupu-kupu mengalami ma- sa istrahat (diapause) di musim dingin dalam stadium hidupnya.

Nature Society Singapore (2011), menjelaskan bahwa telur kupu-kupu pada bia- sanya berbentuk bulat seperti kepala peluru dan membutuhkan waktu sekitar 2.5-3 hari untuk menetas. Adapun gambar bentuk-bentuk telur setiap familia kupu-kupu ditunjuk- kan pada (gambar 6) :

Gambar 6. Bentuk Telur Kupu-kupu berdasarkan Familia (Harberd, 2005)

Kupu-kupu meletakkan telurnya baik secara tunggal atau dalam kelompok, bia- sanya pada bagian bawah daun dari tumbuhan inang larva, atau kadang-kadang pada ba- tang atau cabang. Beberapa spesies menjatuhkan telurnya dengan bebas baik selama ter- bang maupun pada saat hinggap pada tanaman pakan atau objek terdekat. Larva atau

13 dikenal juga sebagai ulat merupakan stadium yang aktif makan dan berkembang. Ke- banyakan pakan larva adalah daun tumbuhan, tetapi beberapa juga memakan bunga, biji atau bahkan semut dewasa. Larva memainkan peran penting dalam fungsi ekosistem ka- rena mendaur ulang nutrisi dari tumbuhan kembali ke tanah melalui fesesnya. Larva juga merupakan makanan bagi burung pemakan serangga (Braby, 2004). Jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing spesies kupu-kupu bervariasi mulai dari 100-500 butir serta ukuran dan bentuk yang berbeda-beda mulai dari diameter ¼ mm sampai dengan 1 mm (Harberd, 2005).

Larva dewasa berbentuk silindris yang terdiri atas kepala, toraks dan abdomen.

Pada kepala terdapat mata dan mulut penggigit dan pengunyah. Larva juga memiliki 3 antena pendek yang tersegmentasi timbul berdekatan dengan dasar rahang, dan 6 stem- mata atau mata sederhana, yang berbentuk setengah lingkaran dan berdekatan dengan rongga antenna. Terdapat 3 pasang tungkai pendek pada thorax, 4 pasang kaki semu (pro- legs) pada ruas ke-3 sampai ruas ke-6 dan pada bagian ujung abdomen (anal proleg)

(Treadwell, 1996).

Gambar 7. Susunan Dasar Larva Lepidoptera (Stehr, 1987)

Pada fase ini larva hidup sekitar 2 minggu dan mengalami 4 - 5 tahap pertumbuh- an yang disebut instar, dalam pertumbuhannya masing-masing lebih besar dari yang se- belumnya. Karena kulit atau eksoskeleton dari larva tidak dapat meregang maka setiap akan masuk ke tahap instar selanjutnya larva akan berganti kulit. Terakhir kali berganti

14 kulit larva akan masuk ke fase pre-pupa untuk kemudian masuk ketahap selanjutnya ya- itu pupa (Glassberg, 2000). Larva instar akhir Papilionidae, Nymphalidae dan Pieridae umumnya akan melekat pada daun, ranting atau substrat lainnya dengan cremaster di- ujung abdomen. Familia Papilionidae dan Pieridae membuat benang penyangga pada sisi kiri dan kanan tubuhnya. Anggota familia Hesperiidae, Lycaenidae dan Riodinidae tidak memiliki cremaster. Kepompong Lycaenidae dan Riodinidae ada yang tergantung pada daun atau ranting dengan benang penyangga, danada juga yang tergeletak di rumput atau permukaan tanah (Peggie, 2014).

Pupa kupu-kupu beragam bentuk, ukuran maupun warna tergantung dari spesies- nya masing-masing. Beberapa memiliki warna cerah atau dihiasi warna-warna metalik, emas maupun perak yang terkadang terlihat seperti logam. Meskipun banyak ragam bentuk dan warna dari kepompongnya akan tetapi tidak ada hubungannya dengan warna kupu-kupu dewasa nantinya (Harberd, 2005). Di dalam tubuh yang seolah-olah diam dan istrahat ini, terjadi proses perubahan yang besar sehingga akan terbentuk kupu-kupu de- wasa yang siap keluar dari kepompongnya. Tidak seperti ngengat, kepompong kupu- kupu umumnya tidak membentuk kokon, kecuali pada Hesperiidae yang kepompongnya terbentuk dalam balutan benang sutra. Kepompong umumnya menggantung pada ca- bang atau ranting pohon dengan cremaster dan benang penyangga. Waktu fase ini sekitar

10 hari sampai 2 minggu, tergantung spesiesnya (Peggie, 2014).

Gambar 8. Struktur Pupa kupu-kupu(Wangdi, Karma & Sherub, 2012)

15

Saat memasuki fase dewasa, kepompong akan pecah dan terbuka sehingga kupu- kupu dewasa akan muncul, yang biasanya terjadi diawal pagi. Dalam kepompong sayap kupu-kupu terbungkus erat pada tubuhnya. Setelah keluar sayapnya akan mengembang kemudian cairan akan terpompa menuju vena sayap. Pada tahap ini kupu-kupu sangat rentan, dan akan berada di bawah sinar matahari untuk menghangatkan diri dan menge- raskan serta mengatur sayapnya (Glassberg, 2000). Kupu-kupu akan berkembang biak, terdapat beberapa spesies yang mempunyai ritual kawin yang menarik, kupu-kupu jantan mendekati betina dan menari-nari untuk mendapat perhatian. Setelah kawin kupu-kupu betina akan meletakkan telur-telurnya untuk kelanjutan siklus hidupnya. Kupu-kupu de- wasa memiliki cadangan makanan yang ditimbunnya pada stadium ulat, dan akan me- ngunjungi bunga untuk mengisap nektar sebagai tambahan energinya (Peggie, 2014).

Gambar 9. Siklus Hidup keseluruhan dari Kupu-kupu (Washington Department of Fish and Wildlife, 2011)

II.5 Habitat kupu-kupu

Habitat merupakan tempat dimana suatu organisme biasa ditemukan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keadaan organisme. Keseluruhan kon- disi faktor fisika-kimia seperti ruang, substratum, iklim dan berbagai serta biotis akan memengaruhi organisme tersebut. Kupu-kupu merupakan serangga yang bergantung

16 pada tumbuhan hutan untuk makanan larvanya. Kupu-kupu kurang terradaptasi pada lingkungan yang kering dengan kelembaban yang rendah dan temperatur yang ekstrim

(Braby, 2004).

Lepidoptera tersebar dari dataran rendah sampai ketinggian 750 mdpl, bahkan ada yang dapat hidup sampai pada ketinggian 2.000 mdpl (Sihombing, 2002). Kupu-ku- pu menyukai tempat lembab yang memiliki banyak vegetasi berbunga, atau perairan dan banyak mendapat sinar matahari. Sebagian besar jenis hidup di areal kebun buah, areal pertanian, hutan primer dan sekunder (Sihombing, 2002). Sungai merupakan area terbu- ka yang disenangi kupu-kupu hinggap untuk minum, teristimewa pada wilayah berpasir basah dan terkena sinar matahari langsung (Noerdjito dan Aswari 2003).

II.6. Peran dan Manfaat Kupu-kupu

Achmad (2002) mengemukakan bahwa kupu-kupu adalah bagian dari keanekaragaman hayati yang telah banyak memberikan manfaat dalam kehidupan manusia baik dari segi estetika, budaya, ekonomi, penelitian, petunjuk mutu ling-kungan dan penyebaran tumbuhan.

Secara ekologis peran kupu-kupu sangat penting untuk mempertahankan kese- imbangan ekosistem dan memperkaya tingkat keanekaragaman tumbuhan karena berpe- ran sebagai agen penyerbuk (polinator). Kehadiran kupu-kupu di suatu habitat juga meru- pakan sebuah indikator kualitas lingkungan tersebut (Saputro, dalam Febrita dkk., 2013).

Tingkat keragaman kupu-kupu dan penyebaran geografi yang luas memberikan informa- si dalam studi lingkungan sebagai indikator lingkungan, serta perubahan yang mungkin terjadi dalam lingkungan (Afriani, 2010). Dimana tingkat keanekaragaman kupu-kupu di suatu wilayah tentu tidak lepas dari daya dukung habitatnya yakni habitat dengan penutupan vegetasi perdu dan pohon serta adanya aliran sungai (Ariani dkk., 2013).

17

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring serangga, kertas pa- pilot, kompas, Global Positioning System (GPS), jam tangan, termohigrometer, altime- ter, lux meter, jarum serangga, kotak serangga, alat suntik, alat tulis, papan, data sheet, spreading, peta, teropong binokular, kamera digital, hand counter, buku panduan identi- fikasi kupu-kupu. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin dan kapur barus.

III.2 Tahapan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah field research atau penelitian lapangan, yang bersifat eksploratif deskriptif, dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut : a. Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan sebelum memulai pengambilan data, hal ini dila- kukan agar dalam penentuan lokasi samplingnya dapat mewakili setiap kondisi habitat kupu-kupu secara reprentatif dan mendapatkan gambarran umum dari lokasi penelitian di dalam kawasan Blok Kaikalu, Cagar Alam Kakenauwe. b. Penentuan Lokasi dan Titik Sampling

Rute pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri jalan setapak, alur pinggir sungai dan diatur agar melewati berbagai macam kondisi habitat pada kawasan survei.

Titik-titik pengamatan ditentukan berdasarkan keadaan rute yang dapat ditempuh dan berdasarkan pada kondisi tipe vegetasi. Jarak total rute dihitung menggunakan GPS dan hasilnya dipetakan untuk menentukan luas keseluruhan area survei serta waktu yang di- perlukan untuk melintasinya.

18 c. Metode Penelitian dan Sampling

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei dengan teknik jelajah point sensus (point count) dilakukan dengan berjalan sepanjang daerah jelajah dan pada titik tertentu dilakukan pengamatan dan perhitungan jumlah spesies dan jumlah individu perspesies.

Pengambilan sampel dan data dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WITA dan di- lanjutkan pukul 14.00-16.00 WITA, dengan dasar pertimbangan waktu keaktifan kupu- kupu. Sedangkan pengukuran parameter lingkungan meliputi kelembaban, suhu, inten- sitas cahaya, tumbuhan inang, dan ketinggian tempat (mdpl), dilakukan bersamaan de- ngan pengamatan dan pengumpulan data primer.

Metode sampling dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Perhitungan jenis dan jumlah setiap kupu-kupu : dilakukan dengan menggunakan

dua cara yaitu :

a. Pengamatan dan Perhitungan Langsung

Pengamat mencatat dan menghitung seluruh jenis kupu-kupu yang ditemukan di-

seluruh area sampling yang telah ditentukan menggunakan data sheet dengan ban-

tuan buku panduan lapangan kupu-kupu yang telah disediakan.

b. Teknik Sweaping Net/Jaring

2. Teknik sweaping dilakukan di sepanjang area survei yakni kupu-kupu ditangkap

menggunakan jaring serangga. Penangkapan Kupu-kupu dilakukan untuk pembu-

atan spesiemen insektarium dan untuk keperluan identifikasi jika jenisnya tidak da-

pat diketahui dengan pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebagai ko-leksi

masing-masing satu individu setiap spesies yang dipijit bagian toraksnya sam-pai

mati, kemudian disimpan ke dalam kertas papilot dan di beri label yang berisi ca-tatan

19

berupa : lokasi samping, kolektor, waktu dan tanggal pengambilan, dan kondisi

habitat, dan cacatan lainnya. Semua sampel koleksi yang diperoleh tersebut kemudian

dibawa ke laboratorium untuk dipreservasi.

3. Preservasi, proses ini ditujukan untuk membuat insetairum yang dilakukan dengan

cara, sampel mula-mula dikeluarkan dari kertas, lalu di pinning dengan menggunakan

jarum serangga pada bagian tengah toraks. Selanjutnya sayapnya disuntik formalin

pada bagian bawah toraks menggunakan spoit dengan posisi jarum diarahkan menuju

bagain abdomen kupu-kupu. Setelah itu sayapnya direntangkan lalu di masukkan ke

dalam kotak serangga yang telah disediakan.

4. Identifikasi sampel, spesimen yang telah diperoleh dari lokasi penelitian, kemudian

di bawa ke Laboratorium Ilmu Lingkungan dan Kelautan Bagian Entomologi untuk

diidentifikasi menggunakan buku identifikasi Djunijanti Peggie (2006, 2011 dan

2014) dan Van-Wright dan de Jong (2003). d. Analisis Data Penelitian

Pengolahan data lapangan dilakukan dengan menggunakan beberapa rumus eko- logi kuantitatif sebagai berikut :

1. Indeks Keanekaragaman (H’) : merupakan nilai yang menggambarkan seberapa ba-

nyak jumlah spesies dan jumlah individu setiap spesies yang hidup disuatu habitat /

ekosistem, nilai ini menunjukkan tingkat kematangan dan kestabilan dari suatu

ekosistem. Persamaan matematis yang paling umum digunakan adalah Indeks

Keaneragaman dari Shannon-Wiener (Odum 1971; Krebs 1985 in Magurran 1988),

dengan rumus:

푺 푯′ = ∑ 푷풊 풍풏 푷풊 풊=ퟏ Diketahui:

20

H’ = Indeks Keragaman spesies, Pi = Perbandingan proporsi ke i, S = Jumlah spesies yang ditemukan, dan ln = Logaritma natural.

Kriteria penilaian Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener, dikelompokkan

dalam 3 kriteria penilaian sebagai berikut :

H’ ≤ 2 : Keanekaragaman rendah

2 < H’ ≤ 3 : Keanekaragaman sedang

H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

2. Indeks Keseragaman / Equitabilitas (E) : merupakan nilai yang menunjukkan derajat

kemerataan kelimpahan individu antar setiap spesies, yang mencermikan keadaan

kondisi lingkungan, persaingan dalam suatu ekosistem. Persamaan matematis untuk

indeks keseragaman / kemerataan dihitung dengan rumus sebagai berikut : (Odum

1971; Pulov 1969 dalam Magurran 1988) :

푯′ 푬 = 푯풎풂풌풔 Diketahui : E = Indeks keseragaman

퐻푚푎푘푠 = Ln S; S = Jumlah spesies yang ditemukan; dan H’ = Indeks Keragaman spesies

Kriteria penilaian Indeks Keseragaman (E) berkisar antara 0 - 1, nilai ini dike-

lompokkan dalam 3 rentang penilaian berdasarkan Krebs (1972),sebagai berikut:

0 < E ≤ 0.5 : Komunitas tertekan

0.5 < E ≤ 0.75 : Komunitas labil

0.75 < E ≤ 1 : Komunitas stabil

3. Indeks dominansi (C) : merupakan nilai yang menunjukkan seberapa besar tingkat

pemusatan dan penyebaran jenis-jenis tertentu. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pa-

21

da satu jenis, maka nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika bebe-

rapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan ren-

dah. Persamaan matematis yang umum digunakan adalah Indeks Dominansi Simpson

dengan rumus sebagai berikut (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971) yaitu:

푺 푪 = ∑( 푷풊 )ퟐ 풊 =ퟏ Diketahui: C = Indeks dominansi Simpson, Pi = perbandingan proporsi ke I, S = jumlah spesies yang ditemukan.

Kriteria penilaian Indeks Dominansi Simpson berkisar antara 1 - 0, dengan di-

kelompokkan dalam 3 rentang nilai kriteria yaitu :

0 < C ≤ 0.5 : Dominansi rendah

0.5 < C ≤ 0.75 : Dominansi sedang

0.75 < C ≤ 1 : Dominansi tinggi

III.3. Peta Lokasi Penelitian

Penelitian keanekaragaman kupu-kupu ini dilaksanakan di blok hutan Kaikalu,

Kawasan Cagar Alam Kakenauwe, Hutan Lambusango, Kabupaten Buton, Sulawesi

Tenggara seperti pada (Gambar 10). Blok hutan Kaikalu berdasarkan survei awal ter- nyata memiliki keanakeragaman kupu-kupu (BKSDA Kabupaten Buton)

22

Gambar 10. Peta Lokasi Penelitian Blok Hutan Kaikalu

Gambar 11. Peta Kawasan Cagar Alam Kakenauwe Sumber Peta : Kementrian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara.

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Kawasan blok hutan Kaikalu terletak di cagar alam Kakenauwe, yang secara ad- ministratif terletak di Desa Kakenauwe, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton,

Provinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan ini berada pada ketinggian 15 - 300 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan topografi landai yang berbatu-batu. Berdasarkan pem- bagian iklim Schmidt dan Ferguson, tipe iklim Cagar Alam Kakenauwe termasuk tipe C yang bercurah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.980 mm, kelembaban relatif 80 %, dan suhu berkisar 20 - 34 C0.

IV.1.2 Karakteristik Lokasi Sampling

Lokasi penelitian di bagi atas 3 stasiun, yang mana stasiun 1 terletak pada koor- dinat S0511’23.4’’E12253’12.9’’, kawasan cagar alam ini berbatasan langsung dengan perkebunan warga setempat. Pada stasiun ini banyak ditumbuhi tumbuhan yang dapat menjadi sumber pakan untuk kupu-kupu, antara lain : tembelekan Lantana camara, ja- gung Zea mays, beringin Ficus sp., pisang Musa paradisiaca, bambu Bambussa sp. kopi

Coffea canephora, pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis, dan jeruk sp.

Gambar 12. Lokasi stasiun 1 (Dokumentasi penelitian, 2017)

24

Stasiun 2 terletak pada koordinat S0511’08’’E12253’53’’, kawasan ini berba- tasan dengan jalan raya. Tumbuhan pakan dan inang yang terdapat dalam kawasan ini antara lain : pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis, tembelekan Lantana camara, jambu mete Anacardium occidentale, jeruk Citrus sp., dan mangga Mangifera indica.

Gambar 13. Lokasi stasiun 2 (Dokumentasi penelitian, 2017)

Stasiun 3 terletak pada kordinat S0510’41.0’’E12253’35.4’’, merupakan bagi- an dalam Blok Hutan Kaikalu, kawasan cagar Alam Kakenauwe. Tumbuhan inang dan pakan yang terdapat dalam kawasan ini antara lain : mangga Mangifera indica, sirih

Piper sp., dan beringin Ficus sp.

Gambar 14. Lokasi Stasiun 3 (Dokumentasi penelitian, 2017)

25

IV.1.3 Keanekaragaman Spesies Kupu-Kupu di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh sebanyak 945 individu kupu-kupu yang meliputi 41 jenis kupu-kupu dan tercakup dalam 5 familia, seperti yang disajikan yang pada Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Spesies Kupu-Kupu Yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun di Kawasan Blok Hutan Kaikalu, Cagar Alam Kakenauwe, Kabupaten Buton.

Jumlah Individu / St No Familia No Spesies / Jenis % 1 2 3 Total I Papilionidae 1 Graphium agamemnon 7 12 0 19 2,01 2 Graphium deucalion 1 0 0 1 0,11 3 Graphium meyeri meyeri 4 3 0 7 0,74

4 Graphium milon milon 2 1 0 3 0,32

5 Papilio ascalapus ascalapus 3 0 0 3 0,32 6 Papilio demoleus 3 5 0 8 0,85 7 Papilio gigon gigon 3 9 0 12 1,27 8 Papilio peranthus kransi 9 0 0 9 0,95 9 Papilio polytes alcindor 5 0 0 5 0,53

10 Papilio sataspes sataspes 1 0 0 1 0,11

11 Troides hypolithus 4 1 0 5 0,53 Jumlah 42 31 0 73 7,72 II Nymphalidae 1 Abisara sp. 0 0 5 5 0,53 2 Amathusia virgata thoanthea 0 0 3 3 0,32 3 Chetosia myrina 28 14 6 48 5,08

4 Cyrestris strigata strigata 2 0 0 2 0,21

5 Danaus genutia 5 9 0 14 1,48 6 Elymnias hicetas butona 3 0 0 3 0,32 7 Lexias aetes butongensis 0 1 0 1 0,11 8 Euploea algea tombugensis 14 9 4 27 2,86 9 Euploea hewitsonii reducta 42 16 12 70 7,41

10 Faunis menado pleonasma 35 27 0 62 6,56

11 Idea blanchardii munasensis 1 0 0 1 0,11 12 Ideopsis juventa 113 53 13 179 18,94 13 Ideopsis vitrea arachasia 13 2 0 15 1,59 14 Junonia atlites 7 2 12 21 2,22 15 Junonia hedonia 6 3 5 14 1,48

16 Dhopia evelina dermoides 7 5 0 12 1,27

17 Lohora opthalmica 8 0 1 9 0,95 18 Moduza lycone lyconides 0 1 0 1 0,11 19 Neptis ida 0 2 0 2 0,21 20 Pareronia tritae sarasinorum 78 45 0 123 13,02

26

21 Pseudergolis avesta nimbus 12 25 0 37 3,92 22 Symbrenthia hippoclus clausus 0 0 6 6 0,63 23 Vindula erota boetonensis 5 9 23 37 3,92 24 Yoma sabina nimbus 21 5 13 39 4,13 Jumlah 400 228 103 731 77,35 III Pieridae 1 Catopsila pomona 12 31 0 35 4,55 2 Catopsila scylla 6 19 0 25 2,65 3 Eurema tominia 9 16 0 25 2,65

4 Hebomoia glaucippe 13 7 4 24 2,54

Jumlah 40 73 4 109 11,53 IV Lycaenidae 1 Pithecops phoenix Rober 9 14 0 23 2,43 Jumlah 9 14 0 23 2,43 V Hesperiidae 1 Telicota ternatensis testa Evans 1 0 0 1 0,11 Jumlah 1 0 0 1 0,11 Jumlah Total 492 346 107 945 100

Perbandingan jumlah individu kupu-kupu yang terhitung dari ke tiga stasiun pe- nelitian berturut-turut terbanyak dijumpai pada stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 seperti terlihat pada Gambar 15 sebagai berikut :

600

500 492 400

300 346

200 Jumlah Individu (ekor) Individu Jumlah 100 107 0 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambar 15. Jumlah individu kupu-kupu disetiap stasiun sampling

Perbandingan jumlah jenis kupu-kupu yang teridentifikasi perstasiun relatif ber- beda, dan secara berurutan terbanyak pada stasiun 1, 2 dan 3, seperti terlihat Gambar 16 sebagai berikut :

27

40 35 35 30 28

25 spesies 20 14

15 Jumlah 10 5 0 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Gambar 16. Jumlah spesies disetiap stasiun sampling

Kelompok familia yang dominan ditemukan dan teridentifikasi, karena memiliki jumlah jenis dan individu terbanyak adalah dari Nymphalidae kemudian secara berturut- turut Pieridae Papilionidae, Lycaenidae dan tersedikit dari familia Hesperiidae seperti yang disajikan pada Gambar 17 sebagai berikut :

Lycaenidae Hesperiidae Papilionidae Pieridae 2% 0% 8% 12%

Nymphalidae 78%

Gambar 17. Persentase Familia kupu-kupu yang diperoleh

Jenis kupu-kupu yang jumlahnya paling banyak ditemukan adalah dari jenis

Ideopsis juventa (18.94 %) dan Pareronia tritae sarasinorum (13.02 %), sedangkan jenis yang paling sedikit ditemukan ada 6 spesies yaitu Graphium deucalion, Papilio sataspes sataspes, Lexias aetes butongensis, Idea blanchardii munasensis, Telicota ternatensis testa Evans, dan Moduza lycone lyconides.

28

IV.1.4 Spesies Kupu-Kupu Yang Diperoleh di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Ca- gar Alam Kakenauwe

Spesies kupu-kupu yang ditemukan di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar

Alam Kakenauwe disajikan pada Gambar 18 - 45 sebagai berikut :

Gambar 18. Papilio gigon gigon Gambar 19. Papilio polytes alcindor

Gambar 20. Papilio peranthus kransi Gambar 21. Troides hypolithus

Gambar 22. Papilio demoleus Gambar 23. Amathusia virgata thoanthea

29

Gambar 24. Elymnias hicetas butona Gambar 25. Pareronia tritae sarasinorum

Gambar 26. Ideopsis vitrea arachasia Gambar 27. Euploea hewitsonii reducta

Gambar 28. Junonia atlites Gambar 29. Junonia hedonia

Gambar 30. Ideopsis juventa Gambar 31. Cyrestris strigata strigata

30

Gambar 32. Symbrenthia hippoclus clausus Gambar 33. Moduza lycone lyconides

Gambar 34. Lohora opthalmica Gambar 35. Pseudergolis avesta nimbus

Gambar 36. Faunis menado pleonasma Gambar 37. Neptis ida

Gambar 38. Chetosia myrina Gambar 39. Danaus genutia

31

Gambar 40. Vindula erota boetonensis Gambar 41. Yoma sabina nimbus

Gambar 42. Hebomoia glaucippe Gambar 43. Catopsila scylla

Gambar 44. Eurema tominia Gambar 45. Telicota ternatensis testa Evans

IV.1.5 Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi

Hasil perhitungan data penelitian dengan menggunakan statistika ekologi terdiri dari Indeks Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener, Indeks Keseragaman, dan Indeks

Dominansi Simpson di peroleh nilai indeks sebagai berikut (Tabel 2).

32

Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi Komunitas Kupu-Kupu di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe

Stasiun Stasiun Stasiun No Indeks Rerata 1 2 3 1 Keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) 2,81 2,86 2,33 2,67 2 Nilai Indeks Keseragaman (E) 0,80 0,86 0,91 0,86 3 Indeks Dominansi Simpson (C) 0,10 0,08 0,12 0,10

Nilai indeks keanekaragaman (H’), komunitas kupu-kupu pada ketiga stasiun pe- nelitian berkisar antara 2,33 - 2,86, tertinggi pada stasiun 2, dan terendah pada stasiun 3. dengan rata-rata H’ = 2,67, yang berdasarkan pada kriteria penilaian tingkat keanekara- gaman jenis, maka komunitas kupu-kupu di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam

Kakenauwe termasuk dalam kriteria sedang.

Nilai indeks keseragaman (E), komunitas kupu-kupu pada ketiga stasiun peneli- tian berkisar antara 0,80 - 0,91, nilai tertinggi pada stasiun 3, dan terendah pada stasiun

1, dengan rata-rata E = 0,86. Berdasarkan pada kriteria penilian indeks keseragaman, maka komunitas kupu-kupu di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe termasuk kriteria stabil

Nilai indeks dominansi jenis kupu-kupu diperoleh nilai berkisar antara 0.08 -

0.12, terendah pada stasiun 2 dan tertinggi pada stasiun 3, dengan rata rata C = 0,1. Ber- dasarkan pada kriteria penilian indeks dominansi, maka komunitas kupu-Kupu di

Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe termasuk kriteria doninansi rendah.

Pada Gambar 46, berikut ini diperlihatkan perbandingan antara Indeks Keaneka- ragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Keseragaman (E), dan Indeks Dominansi

Simpson (C), perstasiun penelitian dan reratanya perstasiun.

33

3.50 2.81 2.86 3.00 2.67 2.50 2.33

2.00

1.50

NilaiIndeks 0.91 1.00 0.80 0.86 0.86

0.50 0.10 0.08 0.12 0.10 0.00 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Rerata / Stasiun

Indeks Keanekaragaman Shannon Wiener (H') Indeks Keseragaman (E) Indeks Dominansi Simpson (C)

Gambar 46. perbandingan antara Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Keseragaman (E), dan Indeks Dominansi Simpson (C), perstasiun penelitian

Berdasarkan gambar 46. walaupun jumlah spesies dan individu kupu-kupu di stasiun 1 relatif lebih banyak dibandingkan stasiun 2 ternyata indeks keanekaragaman dan indeks keseragamanannya lebih rendah dari stasiun 2. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keaneragaman suatu komunitas bukan hanya ditentukan oleh banyaknya spesies yang terdapat dalam suatu komunitas, tetapi juga ditentukan oleh tingkat kemeratan jum- lah individu perspesies. Terlihat pula pada stasiun 2 nilai indeks dominansinya lebih ren- dah dibandingkan dengan stasiun 1 maupun stasiun 3. Semakin rendah suatu nilai indek dominansi semakin stabil suatu komunitas. Dengan demikian bahwa stasiun 2 memiliki kondisi komunitas kupu-kupu yang relatif lebih baik dibandingkan stasiun 1, apalagi dengan stasiun 3. Namun secara umum kondisi komunitas kupu di Kawasan Blok Hutan

Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe, relatif masih stabil atau belum mengalami tekanan yang berat.

34

IV.1.6 Parameter Lingkungan

Hasil pengukuran tiga arameter lingkungan (ketinggian, suhu dan kelembaban) pada lokasi penelitian dperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 3. Rata-Rata Nilai Parameter Lingkungan Pada Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe Pada Saat Penelitian.

Stasiun Parameter Rata-rata 1 2 3 Ketinggian (mdpl) 207 184 224 205 Suhu (°C) 29 33.5 32 30.5 Kelembaban (%) 79 73 74 75.33

Tabel 3, diperlihatkan rata-rata ketinggian lokasi penelitian adalah 205 mdpl, suhu rata-rata siang hari yaitu 30.5°C, dan kelembaban relatif rata-rata siang hari yaitu

75.33 %.

IV.2. Pembahasan

IV.2.1 Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah individu kupu-kupu terbanyak ditemukan pada stasiun 1 dan 2, hal ini dikarenakan di kedua stasiun ini memiliki vege- tasi tumbuhan pakan maupun inang yang relatif beragam, kondisi lingkungan yang relatif cukup mendukung untuk tempat kupu-kupu mencari makan, bermain dan bertelur. Pada kedua wilayah stasiun ini dominan merupakan area terbuka, dan di stasiun 1 juga terdapat sungai yang merupakan sumber mineral untuk keberlangsungan hidup kupu-kupu. Se- cara umum faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap kehidupan kupu-kupu antara lain suhu, cahaya matahari, curah hujan, ketersediaan sumber air, dan vegetasi pa- kan. Sedangkan pada stasiun 3, yang merupakan kawasan yang didominasi oleh tumbuh- an berupa pohon-pohon yang tinggi, sehingga jarang ditemukan tumbuhan pakan dan inang kupu-kupu dibawah tegakan pohon. Hal ini sejalan dengan pernyataan Peggie dan

35

Moh. Amir (2006), bahwa ada keterkaitan yang sangat erat antara kupu-kupu dengan tumbuhan untuk makanan ulatnya yang dikenal sebagai tumbuhan inang.

Setiap jenis kupu-kupu pada umumnya akan memilih tumbuhan inang tertentu sebagai tempat meletakkan telur-telurnya. Beberapa jenis dapat memilih 3 - 4 jenis tum- buhan yang termasuk dalam suku yang sama ataupun berbeda, dan beberapa jenis lainnya bersifat spesifik dalam memilih tumbuhan inang. Menurut (Soekardi 2007), tumbuhan penghasil nektar sebagai sumber pakan bagi imago kupu-kupu juga sangat mempenga- ruhi keanekaragaman jenisnya disuatu wilayah. Apabila kedua tumbuhan ini (pakan dan inang) tersedia di suatu habitat, maka memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan hidupnya dari generasi ke generasi di habitat tersebut. Bila hanya salah satunya saja yang tersedia, maka kupu-kupu tidak dapat melangsungkan kehidupannya. Oleh karena itu kompleksitas dan bervariasinya tumbuhan disuatu daerah sangat mempengaruhi keane- karagaman spesies kupu-kupu di wilayah tersebut.

Tingkat keanekaragaman spesies tertinggi dari ketiga stasiun penelitian di Kawa- san Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe, ditemukan pada stasiun 2, hal ini dise- babkan karenakan tersedianya tumbuhan inang dan pakan yang terdapat dalam kawasan ini antara lain mangga Mangifera indica, sirih Piper sp., dan beringin Ficus sp. Menurut

Feltwell (2001), bahwa wilayah pinggiran sungai merupakan lokasi kupu-kupu mengam- bil mineral yang tersimpan pada pasir, sehingga wilayah tersebut menjadi tempat ber- aktivitasnya kupu-kupu dengan frekuensi kehadiran berbagai jenis kupu-kupu juga men- jadi lebih tinggi.

Berdasarkan species kupu-kupu yang ditemukan selama penelitian diketahui ter- dapat beberapa spesies yang ditemukan pada ketiga lokasi sampling yaitu Euploea algea tombugensis, Euploea hewitsonii reducta, Chetosia myrina, Ideopsis juventa, Junonia

36 atlites, Junonia hedonia, Vindula erota boetonensis dan Yoma sabina nimbus. Hal ini didukung oleh keberadaan vegetasi berupa semak berbunga maupun pohon berbunga yang menjadi pakan kupu-kupu tersebut.

Selain itu juga terdapat spesies kupu-kupu yang hanya ditemukan di salah satu stasiun sampling yaitu Graphium deucalion, Papilio ascalapus ascalapus, P. peranthus kransi, P. polytes alcindor, P. sataspes sataspes, Amathusia virgata thoanthea, Abisara sp, Idea blanchardii munasensis, Moduza lycone lyconides, Neptis ida, Symbrenthia hippalus dan Telicota ternatensis testa Evans. Hal ini diduga berkaitan dengan keterse- diaan tumbuhan pakan dan inang, serta kehadiran spesies hewan lain berupa burung yang diduga sebagai predator larva kupu-kupu.

Beberapa jenis kupu-kupu ditemukan dalam jumlah sedikit hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya waktu kehadiran kupu-kupu pada setiap habitat berbe- da, karena kebutuhan dan kebiasaan dari setiap jenis kupu-kupu, juga oleh kondisi cuaca setempat yang sering hujan. Menurut Suantara (2000) dalam Bariyah (2011), bahwa jum- lah spesies kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada awal musim kemarau dibandingkan dengan musim hujan. Hal ini disebabkan kebanyakan spesies kupu-kupu berada pada ta- hap pupa saat musim hujan.

Nymphalidae merupakan familia kupu-kupu yang ditemukan dengan jumlah in- dividu terbanyak dari keseluruhan kupu-kupu yang didapatkan. Hal ini dikarenakan pada blok hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe tersedia banyak tumbuhan pakan untuk larva dan pakan imago dari familia ini. Menurut Peggie dan Amir (2011), sumber pakan kupu-kupu familia Nymphalidae adalah dari familia Leguminoceae, Annonaceae,

Compositae, dan Poaceae. Tumbuhan pakan dan inang Nymphalidae yang ditemukan dilokasi penelitian diantaranya yaitu : Ficus sp., dan Citrus sp. Familia Nymphalidae me-

37 rupakan familia kupu-kupu bersifat kosmopolit yang mampu berdistribusi luas di banyak wilayah dunia, makanannya berupa buah busuk, kotoran hewan dan getah pohon, serta memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi pada berbagai jenis habitat karena ber- sifat polifag (Braby 2004).

Sementara Familia Lycaenidae dan Hesperiidae merupakan familia kupu-kupu dengan jumlah spesies paling sedikit ditemukan Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar

Alam Kakenauwe. Hal ini diduga disebabkan karena jumlah vegetasi yang menjadi sum- ber pakan kupu-kupu dan larvanya sangat sedikit dan kurang beragam. Familia

Lycaenidae memiliki jenis pakan antara lain dari familia Combretaceae, Lythraceae, dan

Myrsinaceae, sedangkan familia Hesperiidae memiliki jenis pakan antara lain familia

Combretaceae, Roxburghiaceae, dan Zingiberaceae (Munifah, 2012).

Dari keseluruhan species kupu-kupu yang ditemukan selama penelitian, diketa- hui ada dua species kupu-kupu dengan persentase kemunculan terbanyak di Kawasan

Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe yaitu Ideopsis juventa dan Pareronia tritae sarasinorum. Hal ini diduga saat waktu penelitian kedua spesies tersebut memasuki peri- ode tetas dan bersifat kosmopolitan (Nymphalidae), serta ditunjang oleh ketersediaan tumbuhan pakan dan inang.

Berdasarkan status kupu-kupu, diketahui ada dua spesies yakni Cethosia myrina dan Troides hypolitus yang dilindungi di Indonesia melalui peraturan pemerintah Nomor

7/1999, dan untuk Troides hypolitus termasuk Appendix II CITES yaitu spesies yang pada saat ini tidak termasuk dalam kategori terancam punah, namun memiliki kemung- kinan untuk terancam punah jika perdagangannya tidak diatur (CITES II, 2017). Spesies organisme yang termasuk Apendiks II dapat diperdagangkan dengan pembatasan kuota

(Wijnstekers 2011). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-

38

II/2005 Pasal 18 ayat 1 dan 2, hasil pengembangbiakan generasi pertama (F1) jenis-jenis yang dilindungi dan atau yang termasuk dalam Appendiks I CITES tidak dapat diperjual- belikan dan atau diekspor, kecuali dari jenis-jenis tertentu yang dilindungi dan tidak ter- masuk dalam Appendiks I CITES (Apendiks II dan III CITES), yang karena sifat biolo- ginya dan kondisi populasinya yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk diperda- gangkan setelah terlebih dahulu dinyatakan sebagai satwa buru oleh menteri atas dasar rekomendasi dari otoritas keilmuan.

Berdasarkan endemisitas kupu-kupu diketahui terdapat species yang merupakan jenis endemik Buton yaitu Pseudergolis avesta nimbus, Idea blanchardii munasensis,

Lexias aetes butongensis, Graphium meyeri meyeri (Vane-Wright & de Jong, 2003)

IV.2.2 Karakteristik Familia Kupu-Kupu a. Papilionidae

Menurut Peggie & Moh. Amir (2006), anggota suku ini umumnya berwarna me- narik: merah, kuning, hijau, dengan kombinasi hitam dan putih. Kupu-kupu ini berukur- an sedang sampai besar. Beberapa spesies mempunyai ekor yang merupakan perpanjang- an sudut sayap belakang. Spesies kupu-kupu Papilionidae yang ditemukan di Kawasan

Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe sebanyak 11 spesies (Lihat Tabel 1) b. Nymphalidae

Memiliki banyak variasi warna dari coklat, oranye, dan hitam. Berukuran mulai kecil sampai besar dengan ciri yang paling penting adalah pasangan tungkai depan pada kupu-kupu jantan dan betina (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae) biasanya tidak berkembang sehingga tidak berfungsi untuk berjalan. Pada jantan, biasanya pasangan tungkai depan ini tertutup oleh kumpulan sisik yang padat yang menyerupai sikat, se- hingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat (Peggie, 2014).

39

Spesies kupu-kupu Nymphalidae yang ditemukan di Kawasan Blok Hutan Kaikalu

Cagar Alam Kakenauwe sebanyak 24 spesies (Lihat Tabel 1). c. Pieridae

Familia Pieridae terdiri dari empat subfamilia yaitu Pierinae (kupu-kupu putih),

Anthocharinae (kupu-kupu ujung oranye), Dismorphiinae (kupu-kupu neotropika), dan

Colidinae (kupu-kupu kuning) (Borror et al, 1996). Spesies kupu-kupu Pieridae yang ditemukan di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe sebanyak 4 spesies

(Lihat Tabel 1). d. Lycaenidae

Menurut Peggie (2014) kupu-kupu dalam familia ini umumnya berukuran kecil, berwarna biru, ungu atau oranye dengan bercak metalik, hitam atau putih. Banyak spesiesnya memiliki ekor sebagai perpanjangan sayap belakang. Kaki depan pada kupu- kupu jantan tidak terlalu mengecil tetapi dengan tarsi yang pendek. Kaki pada kupu-kupu betina normal dan tidak mengecil. Umumnya dijumpai pada hari yang cerah di tempat yang terbuka. Spesies kupu-kupu Lycaenidae yang ditemukan di Kawasan Blok Hutan

Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe hanya 1 spesies yaitu Pithecops phoenix Rober (Lihat

Tabel 1). e. Hesperiidae

Anggota familia Hesperiidae memiliki ukuran sedang, warna sayap umumnya coklat dengan bercak putih atau kuning. Antena kanan dan kiri berjauhan dan bersiku di- ujungnya. Sayap relatif pendek dibanding tubuhnya, terbang cepat, sebagian bersifat aktif pada saat pagi dan sore hari ketika matahari terbit dan terbenam atau disebut crepuscular, pakan dari golongan tumbuhan monokotil dan dikotil. Memiliki 3 anak suku yaitu

Coeliadinaem, Pyrginae dan Hesperiinae (Peggie, 2014). Spesies kupu-kupu Hesperiidae

40 yang ditemukan di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe hanya ter- dapat 1 spesies yaitu Telicota ternatensis testa Evans (Lihat Tabel 1).

IV.2.3 Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaaman, dan Indeks Dominansi Kupu-Kupu Di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe.

Keanekaragaman jenis kupu-kupu di blok hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam

Kakenauwe berdasarkan pada kriteria penilaian indeks keanekaeaman Shanon-Wiener diperoleh hasil pada ketiga stasiun sampling, termasuk kriteria sedang, walaupun nilai indeks keanekaragaman tersebut relatif berbeda antar stasiun sampling. Perbedaan nilai indeks keanekaragaman dalam suatu komunitas, sangat dipengaruhi oleh jumlah spesies, dan sebaran jumlah individu perspesiesnya, yang hal ini juga bergantung pada faktor ve- getasi yang menjadi habitat dan sumber pakan bagi kupu-kupu. Menurut Saputro (2007), bahwa nilai keanekaragaman yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan jenis vege- tasi di sekitar lokasi penelitian, baik yang digunakan sebagai sumber pakan dewasa dan larva, atau karena variasi kanopi yang ada di sekitar area penelitian. Rata-rata nilai Indek

Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam

Kakenauwe adalah 2.67. Nilai ini termasuk dalam rentang nilai 2 < H’ ≤ 3, dan ber- dasarkan Magurran (1998), hal ini menunjukkan tingkat stabilitas komunitas biota terse- but adalah moderat (sedang), dengan demikian keanekaragaman spesies kupu-kupu di

Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe adalah sedang.

Nilai indeks keseragaman atau equitabilitas (E) komunitas kupu-kupu di Blok

Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe yaitu 1.07, nilai masuk dalam rentang nilai 0.75 < E ≤ 1, yang menurut Krebs (1972) nilai tersebut menunjukkan bahwa komunitas masih dalam keadaan stabil. Sedangkan untuk tingkat dominansi species (C) kupu-kupu di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam Kakenauwe adalah 0,10, nilai tersebut berada pada rentang nilai 0 < C ≤ 0.5, sehingga berdasarkan Simpson, 1949 da-

41 lam Odum, 1971, hal itu menunjukkan tingkat dominansi rendah, yang berarti bahwa ti- dak ada spesies yang betul-betul dominan di daerah tersebut. Semakin rendah nilai indeks dominansi semakin stabil ekosistem tersebut, dan sebaliknya.

Tingkat pemusatan jumlah spesies, jumlah setiap spesies dan penyebaran komu- nitas kupu-kupu di Kawasan Blok Hutan Kaikalu Cagar Alam Kakenauwe tidak menun- jukkan adanya pemusatan ke spesies tertentu, tetapi relatif ke beberapa jenis yang secara bersama-sama, sehingga nilai dominansi spesies tersebut rendah. Pada wilayah stasiun 1 dan 2, dominan merupakan area terbuka sehingga hanya sedikit dinaungi oleh kanopi pohon yang menyebabkan paparan sinar matahari tercukupi pada kedua stasiun ini. Hu- tan yang sedikit terbuka menghasilkan ruang dan cahaya yang cukup, sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang diban-dingkan dengan hutan alami Spitzer et al., (1997) dalam Estalita R. Sri (2012).

Tabel 46, perbandingan antara ketiga indeks diatas juga menunjukkan bahwa stasiun 3 memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah dibandingkan dua stasiun lainnya dengan nilai (H’ = 2,86), hal tersebut disebabkan sedikitnya jumlah spesies dan kurang meratanya jumlah individu perspesiesnya, hal ini nampak pada nilai indeks do- minansinya yang lebih tinggi dibandingakan dengan stasiun 1 dan 2. Walaupun demikian cakupan nilai dari ketiga indeks tersebut masih dalam taraf yang sama dengan dua stasiun yang lainnya yakni keanekaragaman spesiesnya dalam kategori sedang dan nilai kese- ragamannya juga menunjukkan komunitas pada stasiun 3 tergolong stabil dengan tingkat dominansi spesies yang masih tergolong rendah.

IV.2.4 Kondisi Fisik Faktor Lingkungan Bagi Kehidupan Kupu-Kupu

Hasil pengukuran parameter lingkungan menunjukkan bahwa suhu udara ter- tinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 33.5°C, sedangkan suhu udara yang terendah di sta-

42 siun 1 yaitu 29°C. Tingginya suhu udara pada stasiun 2 dikarenakan wilayah ini merupa- kan area terbuka yang berada di pinggiran kawasan yang berbatasan langsung dengan ja- lan raya sehingga, sedangkan rendahnya suhu udara pada stasiun 1 berkaitan dengan pe- nutupan kanopi pohon yang relatif rapat. Kisaran suhu udara dari ketiga stasiun peng- amatan berada pada kisaran yang sesuai untuk kehidupan kupu-kupu dimana menurut

Sulistyani (2013). Kupu-kupu merupakan organisme yang sangat dipengaruhi oleh suhu, hal ini disebabkan karena kupu-kupu bersifat poikilotermal (suhu tubuh tergantung pada suhu lingkungan sekitarnya). Soedrajat (2008) dalam Bariyah (2011) menyatakan bahwa kupu-kupu akan mencari makanan pada suhu yang hangat berkisar 30°C, suhu tubuhnya pada saat terbang 5-10°C di atas suhu lingkungan. Pencarian makanan pada suhu yang rendah akan membutuhkan energi yang banyak.

Kelembaban udara tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 79% dan terendah ter- dapat pada stasiun 2 yaitu 73%. Untuk dapat beraktifitas optimal, kupu-kupu umumnya membutuhkan kelembaban udara lingkungan antara 60 - 75% (Kingsolver dalam Ariani

L., 2013). Sedangkan, untuk berkembangbiak, kupu-kupu membutuhkan kelembaban udara yang lebih tinggi yaitu antara 84 - 92%, namun kupu-kupu tidak mampu beradap- tasi pada daerah yang memiliki kelembaban terlalu tinggi yaitu > 92% (Borror dkk,

1992). Berdasarkan data hasil pengukuran kelembaban didapatkan rata-rata kelembaban kawasan 75.33 % yang mana diketahui tidak jauh dari kelembapan optimal yang diper- lukan kupu-kupu untuk beraktifitas.

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Keanekaragaman kupu-kupu di Blok Hutan Kaikalu Kawasan Cagar Alam

Kakenauwe Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, memiliki tingkat keanekaragaman jenis kriteria sedang (H’=2,67), tingkat keseragaman (E = 1.07) kriteria stabil dan tingkat dominansi (C = 0.10) kriteria rendah. Ketiga indeks tersebut menunjukkan komunitas kupu-kupu di daerah tersebut masih dalam keadaan yang relatif stabil.

V.II. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama agar dapat di- ketahui secara detail kekayaan kupu-kupu di Kawasan Cagar Alam Kakenauwe

Kabupaten Buton dan hubungannya dengan tanaman inang atau pakan mengingat referensi mengenai kupu-kupu masih terbatas.

44

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A., 2002, Habitat dan pola sebaran kupu-kupu jenis komersil di Hutan Wisata Bantimurung Sulawesi Selatan. Majalah Ilmiah Flora dan Fauna.

Afriani, F., 2010.Kupu-kupu (Rhopalocera) di Kawasan Wisata Lubuk Bonta,Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.FMIPA Universitas Andalas (Skripsi). Padang. Hal. 1.

Amir M, WA Noerdjito dan S Kahono, 2008.Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat.BCP – JICA. Bogor.

Anonim, 2010. Laporan Inventarisasi Kupu-Kupu Di Hutan Bayuwindu, Limbangan Kabupaten Kendal. Sekolah Rakyat Pattiro. Kendal.

Ariani Linda, Putu Artayasa dan H. M. Liwa Ilhamdi, 2013. Keanekaragaman Dan Distribusi Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera) Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Suranadi Sebagai Media Pembelajaran Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram. Mataram.

Bariyah, K., 2011. Hubungan Panjang Probosis Kupu-kupu dengan Preferensi Pakan di Areal Kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi S1. Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Borror DJ, CA Triplehorn dan NF Jhonson, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Braby. M. F, 2004. The Complete Field Guide to Butterflies of Australia. Csiro Publishing. Australia.

CITES, 2017.Convention on Internasional Trade In Endengered Species of Wild Fauna And Flora.Appendices I, II, and III.page 49.

Elizabeth A. Widjaia, Yayuk Rahayuningsih, Joeni Setijo Rahajie, Rosichon Ubaidillah, Ibnu Maryanto, Eko Baroto Walujo dan Gono Semiadi,2014. Kekinian Keane- karagaman Hayati Indonesia.LIPI Press. Jakarta. xxiv hlm + 344 hlm.

Estalita Rahayu. Sri, 2012. Keanekaragaman spesies dan Distribusi Kupu-kupu (Lepidoptera;Rhopalocera) Di Beberapa Tipe Habitat Di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok.

45

Erniwati., 2009. Keanekaragaman Dan Sebaran Serangga Di Kawasan Pulau-Pulau Kecil Taman Nasional Karimunjawa.Berita Biologi 9 (4) : 349-353.

Febrita. E., Yustina dan Dahmania., 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Sub Ordo Rhopalocera) Di Kawasan Wisata Haponasan Rokan Hulu Sebagai Sumber Belajar Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Jurnal Biogenesis 10(2): 48-49.

Feltwell, J., 2001. The Illustrated Encyclopedia of Butterflies. Grange Books. Rochester.

Glassberg, J., 2000. Butterflies Through Binoculars: The West. Oxford Univ. Press. New York.

Harberd, R., 2005. A Manual Of Tropical Butterfly Farming. http://www.darwin- initiative.org.uk/documents/13005/3192/13-005FRApp7. Manual of Tropical Butterfly Farming.pdf. Diakses pada 12 Desember 2016.

Krebs CJ.,1972. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abudance. Harper and Row Publication. New York.

Magurran, A.E., 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey: x + 179 hlm.

Munifah, 2012. Modul keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Taman Kyai Langgeng Magelang sebagai penyusunan modul pengayaan materi Keanekaragaman Hayati untuk SMA kelas X semester 2. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Yogyakarta. Yogyakarta.

Nature Society Singapore, 2011.The Butterfly Trail at Orchard.TheNature Society. Singapura.

Noerdjito, W.A dan Pudji Aswari.2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa Seri Keempat Kupu-kupu Papilionidae.LIPI. Bogor.

Odum E. P., 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Edition. Philadelphia and London: W. Saunders Co.

Peggie, D., Mohammad Amir. 2006. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic Garden. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Jakarta. Page: 8-10

Peggie, D., 2008. Kupu-Kupu, Keunikan TiadaTara.Kompas (national newspaper in Indonesia).http://nasional.kompas.com/read/2008/07/21/09425169/kupu-kupu. keunikan. tiada.tara. Diakses pada 12 Desember 2016.

46

Peggie, D., 2011. Precius and Protected Indonesian Butterflies. Binamitra Megawarna. Jakarta. Hal 3-4

Peggie, D., 2014. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara Publishing. Jakarta.

Quinn, Mike.,and Mark Klym, 2009. An Introduction to Butterfly Watching. http://www. tpwmagazine.com/nature/media/Butterfly-watching.pdf. Diakses 12 Desember 2016.

Scoble MJ., 1995. The Lepidoptera: Form, Function and Adversity. Oxford University Press. New York.

Sihombing DTH., 2002. Satwa Harapan I: Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.

Soekardi H., 2007. Kupu-kupu di Kampus Unila. On line at http://www.unila.ac. id (Diakses pada tanggal10Oktober 2017).

Sulystiani, T H., 2013. Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu (Lepidoptera:Rhopalocera) di Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Tahan Uji dan F.I.Windadri,2007. Keanekaragaman Jenis TumbuhanDi Cagar Alam Kakenauwe Dan Suaka Margasatwa Lambusango, Pulau Buton Sulawesi Tenggara. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Treadwell, L., 1996. An Introduction To The Identification Of Caterpillars. Dept. of Applied Ecology and Environmental Sciences

Wangdi, Karma and Sherub, 2012. Field Guide to Nymphalids (Brush-footed) of Bhutan. UWICE.Bumthan.

Wijnstekers W., 2011. The Evolution of CITES 9th Edition. On line at http://www.cic- wildlife.org (Diakses pada tanggal10 Oktober 2017).

47

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel 4. Data perhitungan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dari keseluruhan stasiun sampling

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 No. Jenis Jenis Jenis ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi

1 Graphium agamemnon 7 0.01423 -4.2526 0.0605 Graphium agamemnon 12 0.03468 -3.3615 0.11658 Abisara sp. 5 0.04673 -3.0634 0.14315

2 Graphium deucalion 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Graphium meyeri meyeri 3 0.00867 -4.7478 0.04117 Amathusia virgata thoanthea 3 0.02804 -3.5742 0.10021

3 Graphium meyeri meyeri 4 0.00813 -4.8122 0.03912 Graphium milon milon 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Chetosia myrina 6 0.05607 -2.8811 0.16156

4 Graphium milon milon 2 0.00407 -5.5053 0.02238 Papilio demoleus 5 0.01445 -4.237 0.06123 Euploea algea tombugensis 4 0.03738 -3.2865 0.12286 Papilio ascalapus 5 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Papilio gigon gigon 9 0.02601 -3.6492 0.09492 Euploea hewitsonii reducta 12 0.11215 -2.1879 0.24537 ascalapus 6 Papilio demoleus 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Troides hypolithus 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Ideopsis juventa 13 0.1215 -2.1079 0.2561 7 Papilio gigon gigon 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Chetosia myrina 14 0.04046 -3.2074 0.12978 Junonia atlites 12 0.11215 -2.1879 0.24537

8 Papilio peranthus kransi 9 0.01829 -4.0013 0.07319 Danaus genutia 9 0.02601 -3.6492 0.09492 Junonua hedonia 5 0.04673 -3.0634 0.14315

9 Papilio polytes alcindor 5 0.01016 -4.589 0.04664 Lexias aetes butongensis 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Lohora opthalmica 1 0.00935 -4.6728 0.04367 Euploea algea 10 Papilio sataspes sataspes 1 0.00203 -6.1985 0.0126 9 0.02601 -3.6492 0.09492 Symbrenthia hippalus 6 0.05607 -2.8811 0.16156 tombugensis Euploea hewitsonii 11 Troides hypolithus 4 0.00813 -4.8122 0.03912 16 0.04624 -3.0739 0.14214 Vindula erota boetonensis 23 0.21495 -1.5373 0.33046 reducta Faunis menado 12 Chetosia myrina 28 0.05691 -2.8663 0.16312 27 0.07803 -2.5506 0.19904 Yoma sabina nimbus 13 0.1215 -2.1079 0.2561 pleonasma 13 Cyrestris strigata strigata 2 0.00407 -5.5053 0.02238 Ideopsis juventa 53 0.15318 -1.8761 0.28739 Hebomoia glaucippe 4 0.03738 -3.2865 0.12286

14 Danaus genutia 5 0.01016 -4.589 0.04664 Ideopsis vitrea arachasia 2 0.00578 -5.1533 0.02979

15 Elymnias hicetas butona 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Junonia atlites 2 0.00578 -5.1533 0.02979 Euploea algea 16 14 0.02846 -3.5594 0.10128 Junonua hedonia 3 0.00867 -4.7478 0.04117 tombugensis

48

Dhopia evelina 17 Euploea hewitsonii reducta 42 0.08537 -2.4608 0.21007 5 0.01445 -4.237 0.06123 dermoides 18 Faunis menado pleonasma 35 0.07114 -2.6431 0.18803 Moduza lycone lyconides 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Idea blanchardii 19 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Neptis ida 2 0.00578 -5.1533 0.02979 munasensis

Pareronia tritae 20 Ideopsis juventa 113 0.22967 -1.4711 0.33787 45 0.13006 -2.0398 0.26529 sarasinorum

Pseudergolis avesta 21 Ideopsis vitrea arachasia 13 0.02642 -3.6335 0.09601 25 0.07225 -2.6276 0.18985 nimbus Vindula erota 22 Junonia atlites 7 0.01423 -4.2526 0.0605 9 0.02601 -3.6492 0.09492 boetonensis 23 Junonua hedonia 6 0.0122 -4.4067 0.05374 Yoma sabina nimbus 5 0.01445 -4.237 0.06123

24 Dhopia evelina dermoides 7 0.01423 -4.2526 0.0605 Catopsila pomona 31 0.0896 -2.4125 0.21614

25 Lohora opthalmica 8 0.01626 -4.119 0.06698 Catopsila scylla 19 0.05491 -2.902 0.15936 Pareronia tritae 26 78 0.15854 -1.8418 0.29199 Eurema tominia 16 0.04624 -3.0739 0.14214 sarasinorum Pseudergolis avesta 27 12 0.02439 -3.7136 0.09057 Hebomoia glaucippe 7 0.02023 -3.9005 0.07891 nimbus 28 Vindula erota boetonensis 5 0.01016 -4.589 0.04664 Pithecops phoenix Rober 14 0.04046 -3.2074 0.12978

29 Yoma sabina nimbus 21 0.04268 -3.154 0.13462

30 Catopsila pomona 12 0.02439 -3.7136 0.09057

31 Catopsila scylla 6 0.0122 -4.4067 0.05374

32 Eurema tominia 9 0.01829 -4.0013 0.07319

33 Hebomoia glaucippe 13 0.02642 -3.6335 0.09601

34 Pithecops phoenix Rober 9 0.01829 -4.0013 0.07319 Telicota ternatensis testa 35 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Evans 34 Total 492 H' 2.8134 Total H' 2.85906 Total 107 H' 2.33241 6 Keterangan : ∑i : Jumlah Individu kupu-kupu, Pi : Jumlah Individu suatu spesies/jumlah total spesies H’ : Indeks keanekaragaman kupu-kupu

49

Lampiran 2 . Tabel 5. Data perhitungan Indeks Keseragaman Equatabilitas (E) dari keseluruhan stasiun sampling

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 No. Jenis Jenis Jenis ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi E ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi E ∑i Pi Ln Pi Pi Ln Pi E 1 Graphium agamemnon 7 0.01423 -4.2526 0.0605 Graphium agamemnon 12 0.03468 -3.3615 0.1166 Abisara sp. 5 0.04673 -3.06339 0.14315 2 Graphium deucalion Amathusia virgata 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Graphium meyeri meyeri 3 0.00867 -4.7478 0.0412 thoanthea 3 0.02804 -3.57422 0.10021 3 Graphium meyeri meyeri 4 0.00813 -4.8122 0.0391 Graphium milon milon 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Chetosia myrina 6 0.05607 -2.88107 0.16156 4 Graphium milon milon Euploea algea 0.00407 2 -5.5053 0.0224 Papilio demoleus 5 0.01445 -4.237 0.0612 tombugensis 4 0.03738 -3.28653 0.12286 5 Papilio ascalapus ascalapus Papilio gigon gigon 9 Euploea hewitsonii 0.0061 3 -5.0999 0.0311 0.02601 -3.6492 0.0949 reducta 12 0.11215 -2.18792 0.24537 6 Papilio demoleus 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Troides hypolithus 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Ideopsis juventa 13 0.1215 -2.10788 0.2561 7 Papilio gigon gigon 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Chetosia myrina 14 0.04046 -3.2074 0.1298 Junonia atlites 12 0.11215 -2.18792 0.24537 8 Papilio peranthus kransi 9 0.01829 -4.0013 0.0732 Danaus genutia 9 0.02601 -3.6492 0.0949 Junonia hedonia 5 0.04673 -3.06339 0.14315 9 Papilio polytes alcindor 5 0.01016 -4.589 0.0466 Lexias aetes butongensis 1 0.00289 -5.8464 0.0169 Lohora opthalmica 1 0.00935 -4.67283 0.04367 10 Papilio sataspes sataspes Euploea algea 0.00203 Symbrenthia hippalus 1 -6.1985 0.0126 tombugensis 9 0.02601 -3.6492 0.0949 6 0.05607 -2.88107 0.16156 11 Troides hypolithus Euploea hewitsonii Vindula erota 0.00813 4 -4.8122 0.0391 reducta 16 0.04624 -3.0739 0.1421 boetonensis 23 0.21495 -1.53733 0.33046 12 Chetosia myrina Faunis menado 0.05691 Yoma sabina nimbus 28 -2.8663 0.1631 pleonasma 27 0.07803 -2.5506 0.199 13 0.1215 -2.10788 0.2561 13 Cyrestris strigata strigata 2 0.00407 -5.5053 0.0224 Ideopsis juventa 53 0.15318 -1.8761 0.2874 Hebomoia glaucippe 4 0.03738 -3.28653 0.12286 14 Danaus genutia 5 0.01016 -4.589 0.0466 Ideopsis vitrea arachasia 2 0.00578 -5.1533 0.0298 15 Elymnias hicetas butona 3 0.0061 -5.0999 0.0311 Junonia atlites 2 0.00578 -5.1533 0.0298 16 Euploea algea tombugensis 14 0.02846 -3.5594 0.1013 Junonia hedonia 3 0.00867 -4.7478 0.0412 17 Euploea hewitsonii reducta Dhopia evelina 0.08537 42 -2.4608 0.2101 dermoides 5 0.01445 -4.237 0.0612 18 Faunis menado pleonasma 35 0.07114 -2.6431 0.188 Moduza lycone lyconides 1 0.00289 -5.8464 0.0169 19 Idea blanchardii munasensis 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Neptis ida 2 0.00578 -5.1533 0.0298

50

Pareronia tritae 20 Ideopsis juventa 113 0.22967 -1.4711 0.3379 45 0.13006 -2.0398 0.2653 sarasinorum 21 Ideopsis vitrea arachasia Pseudergolis avesta 0.02642 13 -3.6335 0.096 nimbus 25 0.07225 -2.6276 0.1899 22 Junonia atlites Vindula erota 0.01423 7 -4.2526 0.0605 boetonensis 9 0.02601 -3.6492 0.0949 23 Junonua hedonia 6 0.0122 -4.4067 0.0537 Yoma sabina nimbus 5 0.01445 -4.237 0.0612 24 Dhopia evelina dermoides 7 0.01423 -4.2526 0.0605 Catopsila pomona 31 0.0896 -2.4125 0.2161 25 Lohora opthalmica 8 0.01626 -4.119 0.067 Catopsila scylla 19 0.05491 -2.902 0.1594 26 Pareronia tritae sarasinorum 78 0.15854 -1.8418 0.292 Eurema tominia 16 0.04624 -3.0739 0.1421 27 Pseudergolis avesta nimbus 12 0.02439 -3.7136 0.0906 Hebomoia glaucippe 7 0.02023 -3.9005 0.0789 28 Vindula erota boetonensis 5 0.01016 -4.589 0.0466 Pithecops phoenix Rober 14 0.04046 -3.2074 0.1298 29 Yoma sabina nimbus 21 0.04268 -3.154 0.1346 30 Catopsila pomona 12 0.02439 -3.7136 0.0906 31 Catopsila scylla 6 0.0122 -4.4067 0.0537 32 Eurema tominia 9 0.01829 -4.0013 0.0732 33 Hebomoia glaucippe 13 0.02642 -3.6335 0.096 34 Pithecops phoenix Rober 9 0.01829 -4.0013 0.0732 35 Telicota ternatensis testa Evans 1 0.00203 -6.1985 0.0126 Total 492 H' 2.8134 0.8 Total 346 H' 2.8591 0.9 Total 107 1 2.3324 0.9

Keterangan : ∑i : Jumlah Individu kupu-kupu Pi : Jumlah Individu suatu spesies/jumlah total spesies H’ : Indeks keanekaragaman kupu-kupu E : Indeks keseragaman kupu-kupu

51

Lampiran 3. Tabel 6. Data perhitungan Indeks Dominansi Spesies (C) dari keseluruhan stasiun sampling

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 No. Jenis Jenis Jenis ∑i pi C ∑i pi C ∑i pi C 1 Graphium agamemnon 7 0.0142 0.0002 Graphium agamemnon 12 0.0347 0.0012 Abisara sp. 5 0.0467 0.0022

Graphium deucalion 1 Amathusia virgata thoanthea 2 0.002 4.1E-06 Graphium meyeri meyeri 3 0.0087 8E-05 3 0.028 0.0008 3 Graphium meyeri meyeri 4 0.0081 6.6E-05 Graphium milon milon 1 0.0029 8E-06 Chetosia myrina 6 0.0561 0.0031 4 Graphium milon milon 2 0.0041 1.7E-05 Papilio demoleus 5 0.0145 0.0002 Euploea algea tombugensis 4 0.0374 0.0014 5 Papilio ascalapus ascalapus 3 Papilio gigon gigon 9 0.026 0.0007 Euploea hewitsonii reducta 12 0.0061 3.7E-05 0.1121 0.0126 6 Papilio demoleus 3 0.0061 3.7E-05 Troides hypolithus 1 0.0029 8E-06 Ideopsis juventa 13 0.1215 0.0148 7 Papilio gigon gigon 3 0.0061 3.7E-05 Chetosia myrina 14 0.0405 0.0016 Junonia atlites 12 0.1121 0.0126 8 Papilio peranthus kransi 9 0.0183 0.00033 Danaus genutia 9 0.026 0.0007 Junonua hedonia 5 0.0467 0.0022 9 Papilio polytes alcindor 5 0.0102 0.0001 Lexias aetes butongensis 1 0.0029 8E-06 Lohora opthalmica 1 0.0093 9E-05 10 Papilio sataspes sataspes 1 0.002 4.1E-06 Euploea algea tombugensis 9 0.026 0.0007 Symbrenthia hippalus 6 0.0561 0.0031 11 Troides hypolithus 4 0.0081 6.6E-05 Euploea hewitsonii reducta 16 0.0462 0.0021 Vindula erota boetonensis 23 0.215 0.0462 12 Chetosia myrina 28 0.0569 0.00324 Faunis menado pleonasma 27 0.078 0.0061 Yoma sabina nimbus 13 0.1215 0.0148 13 Cyrestris strigata strigata 2 0.0041 1.7E-05 Ideopsis juventa 53 0.1532 0.0235 Hebomoia glaucippe 4 0.0374 0.0014 14 Danaus genutia 5 0.0102 0.0001 Ideopsis vitrea arachasia 2 0.0058 3E-05 15 Elymnias hicetas butona 3 0.0061 3.7E-05 Junonia atlites 2 0.0058 3E-05 16 Euploea algea tombugensis 14 0.0285 0.00081 Junonua hedonia 3 0.0087 8E-05 17 Euploea hewitsonii reducta 42 0.0854 0.00729 Dhopia evelina dermoides 5 0.0145 0.0002 18 Faunis menado pleonasma 35 0.0711 0.00506 Moduza lycone lyconides 1 0.0029 8E-06 19 Idea blanchardii munasensis 1 0.002 4.1E-06 Neptis ida 2 0.0058 3E-05

52

Ideopsis juventa 113 Pareronia tritae sarasinorum 20 0.2297 0.05275 45 0.1301 0.0169 21 Ideopsis vitrea arachasia 13 0.0264 0.0007 Pseudergolis avesta nimbus 25 0.0723 0.0052 22 Junonia atlites 7 0.0142 0.0002 Vindula erota boetonensis 9 0.026 0.0007 23 Junonua hedonia 6 0.0122 0.00015 Yoma sabina nimbus 5 0.0145 0.0002 24 Dhopia evelina dermoides 7 0.0142 0.0002 Catopsila pomona 31 0.0896 0.008 25 Lohora opthalmica 8 0.0163 0.00026 Catopsila scylla 19 0.0549 0.003 26 Pareronia tritae sarasinorum 78 0.1585 0.02513 Eurema tominia 16 0.0462 0.0021 27 Pseudergolis avesta nimbus 12 0.0244 0.00059 Hebomoia glaucippe 7 0.0202 0.0004 28 Vindula erota boetonensis 5 0.0102 0.0001 Pithecops phoenix Rober 14 0.0405 0.0016 29 Yoma sabina nimbus 21 0.0427 0.00182 30 Catopsila pomona 12 0.0244 0.00059 31 Catopsila scylla 6 0.0122 0.00015 32 Eurema tominia 9 0.0183 0.00033 33 Hebomoia glaucippe 13 0.0264 0.0007 34 Pithecops phoenix Rober 9 0.0183 0.00033 35 Telicota ternatensis testa Evans 1 0.002 4.1E-06 Total 492 0.1015 Total 346 0.076 Total 107 0.115

Keterangan : ∑i : Jumlah Individu kupu-kupu Pi : Jumlah Individu suatu spesies/jumlah total spesies C : Nilai Dominansi spesies kupu-kupu

53

Lampiran 4. Dokumentasi Proses Sampling Kupu-kupu

Gambar 47. Penangkapan kupu-kupu dengan jaring serangga (Dokumentasi Penelitian, 2017)

Gambar 48. Pemasukkan sampel kupu-kupu kedalam kertas papilot (Dokumentasi Penelitian, 2017)

55

Lampiran 5. Dokumentasi Preservasi sampel kupu-kupu

Gambar 49. Penusukan toraks kupu-kupu dengan jarum serangga dan Penyuntikan formalin ke tubuh kupu-kupu (Dokumentasi Penelitian, 2017)

Gambar 50. Proses perentangan sayap kupu-kupu

56

Lampiran 6. Tabel 7. PP-RI No.7 Tahun 1999 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi

INSECTA (SERANGGA) No Nama Ilmiah Nama Indonesia 1 Cethosia myrina Kupu bidadari 2 Ornithoptera chimaera Kupu sayap burung peri 3 Ornithoptera goliath Kupu sayap burung goliath 4 Ornithoptera paradise Kupu sayap burung surge 5 Ornithoptera priamus Kupu sayap priamus 6 Ornithoptera rotschldi Kupu burung rotsil 7 Ornithoptera tithonus Kupu burung titon 8 Trogonotera brookiana Kupu trogon 9 Troides amphrysus Kupu raja 10 Troides andromanche Kupu raja 11 Troides criton Kupu raja 12 Kupu raja 13 Troides helena Kupu raja 14 Troides hypolitus Kupu raja 15 Troides meoris Kupu raja 16 Troides Miranda Kupu raja 17 Troides plato Kupu raja 18 Troides rhadamantus Kupu raja 19 Troides riedeli Kupu raja 20 Troides vandepolli Kupu raja

57

Lampiran 7. Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI)

Gambar 51. SIMAKSI

58