JURNAL SENI TARI Analisis Gaya Slangit Tari Topeng Tumenggung Di Desa Slangit Cirebon
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JST 8 (1) (2019) JURNAL SENI TARI Terakreditasi SINTA 5 http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst Analisis Gaya Slangit Tari Topeng Tumenggung di Desa Slangit Cirebon Nur Indah Hidayani1, Restu Lanjari2 Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak ________________ Sejarah Artikel Tari Topeng Tumenggung merupakan salah satu Tari Topeng Cirebon yang berada pada urutan Diterima : 28 Mei 2019 keempat mengisahkan tentang Tumenggung Magangdiraja yang diutus oleh Raja Bawarna untuk Disetujui : 22 Juni 2019 mencari Jinggananom yang telah lama tidak membayar upeti. Tujuan penelitian yakni Dipublikasikan : 23 Juli menganalisis bentuk penyajian Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit serta menganalisis Gaya 2019 Tari Topeng Tumenggung Slangit Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnokoreologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni ________________ observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Keywords: Hasil penelitian bentuk penyajian Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit meliputi gerak yang terdiri dari 3 tahap yakni dodoan, unggah tengah serta deder/kering tilu dengan iringan Mask Dance; Dance Style; musikTumenggungan, Waledan, dan Barlen, adapun pola lantai yang digunakan dalam pertunjukan presentation form. Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit tidak baku artinya setiap penari dapat mengkreasikan _________________ sendiri pola lantai saat menari. Rias yang digunakan yaitu rias korektif serta busana yang meniru atribut-atribut dari orang yang berstatus sosial tinggi seperti pemakaian kalung, dasi, dan topi, adapun properti yang digunakan yaitu Topeng Tumenggung. Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit Cirebon dipentaskan di ruang terbuka. Analisis gaya Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit Cirebon muncul melalui analisis postur, interpretasi dan kreativitas. Abstract Tumenggung Mask Dance is one of the Cirebon Mask Dance which is in fourth place tells about Tumenggung Magangdiraja who sent by Raja Bawarna to look for Jinggananom who have not paid tribute for a long time. The purpose of this research is to analyze the presentation formof Tumenggung Mask Dance in Slangit style and analyze the style of Tumenggung Slangit Cirebon Mask Dance. The research method used qualitative with etnochoreology approach. Data collection techniques used observation, interviews and documentation. Data validity used source triangulation. The results show that the form of Tumenggung Mask Dance Style Slangit include motion consisting of 3 stages namely dodoan, unggah tengah and deder/kering tilu with Tumenggungan, Waledan, and Barlen music, and floor design used in Tumenggung Mask Dance performances Slangit style can change it’s mean each dancer can create his own floor design when dancing. Makeup used is corrective makeup and costume like imitatethe attributes of people with high social status such as the use of necklace, tie and hats with Tumenggung mask for the property dance. Tumenggung Mask Dance of Slangit Style Cirebon is performed in an open space. Analysis style of Tumenggung Mask Dance appeared with posture analysis, interpretation and creativity. © 2019 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 2503-2585 Gedung B2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email : 1. [email protected] 2. [email protected] 21 Nur Indah Hidayani / Jurnal Seni Tari 8 (1) (2019) PENDAHULUAN Magangdiraja meminta untuk membayar Tari Topeng Cirebon tumbuh dan upeti namun ditolak dan terjadilah berkembang pada masa pemerintahan perang, Jinggananom kalah. Raja Jenggala di Jawa Timur yaitu Prabu Tari Topeng Tumenggung Gaya Panji Dewa pada abad 10-11 M, Slangit Cirebon hingga kini masih kemudian Tari Topeng masuk ke Cirebon dilestarikan oleh salah satu sanggar yakni dan mengalami perpaduan dengan Sanggar Langgeng Saputra. Sanggar kesenian rakyat setempat seperti Tarling, Langgeng Saputra dikelola oleh Bapak Wayang Kulit, dan Gamelan. Pada tahun Sanija Wijaya selaku keturunan dari Alm 1479-1568, Cirebon menjadi pusat Ardja. Tari Topeng Cirebon seiring penyebaran agama Islam yang dipimpin dengan perkembangan zaman mengalami oleh Syekh Syarif Hidayatullah sebagai perbedaan khususnya pada Tari Topeng Sultan Cirebon bekerjasama dengan Tumenggung Gaya Slangit Cirebon yang Sunan Kalijaga memfungsikan Tari terlihat jelas pada pemakaian kostumnya Topeng dan 6 jenis kesenian lainnya serta durasi menari. seperti Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Peneliti memilih Tari Topeng Brai, Angklung, Reog dan Berokan sebagai Tumenggung Gaya Slangit untuk diteliti bagian dari upaya penyebaran agama mengenai gaya dan bentuk penyajian Tari Islam. Topeng Tumenggung Gaya Slangit di Tari Topeng Cirebon kemudian Cirebon dengan berbagai alasan dan berkembang, sehingga memperoleh dan pertimbangan seperti diketahui bahwa memiliki bentuk penyajian yang spesifik, Tari Topeng yang ada di Cirebon yang selanjutnya dikenal dengan istilah berjumlah lima namun hanya Tari Topeng Babakan atau Dinaan karena dalam Topeng Tumenggung yang berbeda satu babak mewakili satu karakter dengan tari Topeng Panji, Topeng Samba, tertentu sesuai dengan kedok yang Topeng Rumyang, dan Topeng Klana. digunakan. Pertunjukan tari Topeng Tari Topeng Tumenggung dalam Cirebon terdiri dari 5 babak yang urutan kelengkapan kostum tidak menggunakan penyajiannya terdiri dari Topeng Klana, sobrah hanya menggunakan topi. Tari Topeng Tumenggung, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung dipilih karena Topeng Samba, dan diurutan pertama memiliki sifat dan karakter manusia yang ada Topeng Panji (Masunah dan Karwati bijaksana sehingga dapat menjadi 2003:31-39). gambaran kehidupan manusia yang lebih Tari Topeng Gaya Slangit baik, selain itu dalam setiap event atau diciptakan oleh dalang topeng Sudjana acara di Cirebon Tari Topeng Ardja di Desa Slangit. Dalang Topeng Tumenggung Gaya Slangit ini jarang Sudjana Ardja menafsirkan pertunjukan dipentaskan atau dilombakan sehingga tari Topeng Cirebon dalam tiga peneliti memilih Tari Topeng pandangan yaitu pertumbuhan jasmani Tumenggung Gaya Slangit Cirebon manusia dari bayi sampai dewasa, dengan menganalisis bentuk penyajian kebatinan dan keagamaan. Tari Topeng dan gaya agar tarian ini dapat dikenal Cirebon terdiri dari lima macam tarian oleh masyarakat luas khususnya yang biasanya disebut dengan “Panca masyarakat Cirebon. Wanda” atau lima macam yang terdiri Bentuk penyajian dalam tari dari Klana, Tumenggung, Rumyang, mempunyai pengertian cara penyajian Samba, dan Panji pada urutan pertama. atau cara menghidangkan suatu tari Tari Topeng Tumenggung secara menyeluruh meliputi unsur-unsur merupakan bentuk tarian keempat yang atau elemen pokok dan pendukung tari. mengisahkan sebuah kisah kecil dari Elemen-elemen itu ialah gerak tari, desain cerita Panji. Dikisahkan bahwa lantai, tata rias, kostum, tempat Tumenggung Magangdiraja diutus Raja pertunjukan, dan musik/iringan Bawarna untuk mencari Jinggananom (Soedarsono, 1978:23). yang hilang dan telah lama tidak Jazuli (2016:60) mengatakan membayar upeti. Ketika bertemu dengan bahwa tata rupa kelengkapan sajian tari Jinggananom,Tumenggung meliputi gerak, musik, tema, tata busana, 22 Nur Indah Hidayani / Jurnal Seni Tari 8 (1) (2019) tata rias, tempat pentas, tata wawancara dan dokumentasi. Observasi lampu/cahaya, dan properti. Penelitian dilakukan empat kali yang pertama yaitu mengacu pada teori Jazuli yang observasi lokasi Sanggar Langgeng mengatakan bahwa bentuk penyajian Saputra pada tanggal 13 Mei 2017, yang dapat diihat melalui gerak, musik, tema, kedua pada saat persiapan pertunjukan tata busana, tata rias, tempat pentas, tata Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit lampu/cahaya, dan property. Cirebon pada tanggal 10 September 2017, Gaya secara kontekstual dapat yang ketiga pada saat pertunjukan Tari tersusun dari simbol, bentuk, dan orientasi Topeng Tumenggung Gaya Slangit nilai (tradisi) yang mendasari tari (Royce Cirebon tanggal 23 September 2017, dan dalam Jazuli 2016:47). Masunah dan yang keempat setelah pertunjukan Tari Karwati (2003:39) menjelaskan, istilah Topeng Tumenggung Gaya Slangit gaya merupakan ciri khas yang selalu Cirebon tanggal 24 September 2017. berulang ketika penari tampil. Gaya Wawancara dilakukan empat kali individu biasanya dipengaruhi oleh dengan narasumber yang berbeda. interpretasi dan kreativitas individu serta Wawancara pertama dilakukan di Balai postur atau wanda seseorang. Gaya Desa Slangit Cirebon pada tanggal 13 individu ini dapat dijadikan pula sebagai Mei 2017 kepada Bapak Anjoyo selaku gaya daerah atau sebaliknya. Interpretasi Kuwu di Desa Slangit Cirebon, dapat dilihat melalui karakter peran pembahasan wawancara mengenai letak Tumenggung yang ditarikan penari. geografis dan demografis Desa Slangit Kreativitas penari yang terlihat pada Cirebon, kemudan dilanjutkan dengan berbagai variasi gerak serta susunan sajian wawancara di Sanggar Langgeng Saputra tarinya dan postur atau wanda yang dapat kepada Bapak Sanija Wijaya selaku dilihat melalui cara penari menarikan Tari pimpinan Sanggar Langgeng Saputra, Topeng Tumenggung Gaya Slangit pembahasan wawancara mengenai Cirebon khususnya dalam pengolahan mengenai latar belakang Tari Topeng tenaga, ruang dan waktu. Tumenggung Gaya Slangit Cirebon. Wawancara kedua dilakukan di METODE Sanggar Langgeng Saputra kepada Adel Metode penelitian yang dianggap selaku penari Tari Topeng Tumenggung paling tepat dalam penelitian ini yaitu Gaya Slangit Cirebon pada tanggal 23 metode kualitatif dengan pendekatan