Bab Itu Revitalisasi Kelembagaan Yang Fokus Pada KB Perlu D

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab Itu Revitalisasi Kelembagaan Yang Fokus Pada KB Perlu D REVITALISASI KELEMBAGAAN PROGRAM KB SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK INSTITUTIONAL REVITALISATION OF FAMILIY PLANNING PROGRAM AN EFFORT TO CONTROL THE POPULATION GROWTH RATE S. Budi Prasetyo dan Arif Sofianto Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah email: [email protected] ABSTRACT One of the main critical issues in a decentralized development today is the failure of family planning programs that are affected by its institutional forms. This study aims to develop a formula institutional revitalization of family planning program managers are required at this time. The method used in this research is descriptive qualitative models using Spradley’s analytical techniques. This research was conducted in Pekalongan Municipal, Wonosobo Regency, and Purworejo Regency. The conclusion of this study is that the deterioration of family planning programs in the area due to lack of commitment from local leaders, organizations do not focus in carrying out its functions, especially the field staff (field officers), lack of resources and synergies in the implementation of the program. Chief policy areas are very influential in determining the shape of the organization, resource allocation and implementation of synergies. Institutional revitalization needs to be done by the local government is established agencies that focus on population and family planning affairs so that the implementation in the field (field officers) are more focused on family planning matters, but on the other hand still have to pay attention to the ability of the region and some other matters. In addition to the organization in the form of focus, also need to be supported adequacy of resource allocation and increased synergy among sectors fostered by regional heads. Keywords : revitalization, institutional, family planning PENDAHULUAN ekonomi dan politik, juga diakibatkan oleh Laju pertumbuhan penduduk kontrol yang lemah terhadap program KB Indonesia selama satu dekade terakhir secara nasional sampai tingkat daerah. mengalami peningkatan cukup tinggi. Semenjak reformasi bergulir, perhatian Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, terhadap masalah kependudukan sangat laju pertumbuhan penduduk Indonesia kurang, termasuk program KB. sebesar 1,49% per tahun, hal ini Meskipun dari segi substansi menggambarkan bahwa pertumbuhan program KB masih tetap dijalankan di penduduk kurang terkendali. Penduduk daerah, namun secara nasional program Indonesia selama 10 tahun terakhir KB dinilai gagal dan tidak menjadi lebih bertambah sebanyak 32,5 juta jiwa efektif (http://www.antaranews.com (Buletin Kencana, 2012). Berbagai pihak “Menkes: program KB gagal”), Persoalan menilai bahwa fenomena ini terjadi selain terjadi pada kebijakan, struktur karena pengaruh perubahan sosial, kewenangan dan alokasi sumberdaya. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 137 Setelah dihilangkannya kewenangan Sesuai dengan kondisi sebagaimana Badan Kependudukan dan Keluarga dikemukakan di atas, maka tujuan Berencana Nasional (BKKBN) di daerah, penelitian ini ialah membangun formula urusan KB diserahkan sepenuhnya pada kelembagaan pelaksana program KB yang daerah dan tidak semua daerah memiliki dibutuhkan di Jawa Tengah saat ini kelembagaan yang khusus menangani KB. Masing-masing daerah menempatkan METODE PENELITIAN urusan KB di satuan kerja yang berbeda- Penelitian ini merupakan penelitian beda. deskriptif kualitatif, dilakukan di 3 Jawa Tengah merupakan wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dipilih berdasarkan fomrat kelembagaan Indonesia, setelah Jawa Timur dan Jawa KB. Kabupaten Wonosobo merupakan Barat, sebesar 14 persen dari jumlah daerah yang memiliki format kelembagaan penduduk Indonesia. Menurut hasil Sensus khusus pada KB. Kota Pekalongan Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk merupakan daerah yang mewakili di Jawa Tengah sebanyak 32.380.687 jiwa pelembagaan urusan KB digabung dengan dengan laju pertumbuhan sebesar 0,37% banyak urusan lain. Kabupaten Purworejo (terendah di Indonesia) dan angka Total merupakan wilayah yang mewakili Fertility Rate (TFR) tahun 2007 di kisaran penggabungan urusan KB dengan 2,3 (Kencana Edisi 21 Tahun VII 2012). Pemberdayaan Perempuan, sebagaimaan TFR Jawa Tengah adalah 2,3 namun di kebanyakan daerah lain. tahun 2012 berdasarkan Survey Demografi Sumber informasi dalam penelitian dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka ini adalah pengelola program KB (SKPD tersebut meningkat menjadi 2,5, sementara pelaksana program KB), institusi tingkat nasional sebesar 2,6. Hal tersebut pemerintah daerah yang terkait, serta para berarti bahwa terdapat penurunan kinerja pegiat KB (PLKB, PPKBD, Sub PPKBD). program KB di Jawa Tengah meskipun Informan ditentukan berdasarkan masih sedikit di atas rata-rata nasional. pertimbangan penguasaan masalah sesuai Dibutuhkan kerja keras untuk mencapai dengan kebutuhan data penelitian. Data target MDG’s yaitu sebesar 2,1 pada tahun yang digunakan dalam penelitian ini ialah 2015 (BKKBN Jateng, data primer dan data sekunder. Data primer http://jateng.bkkbn.go.id, Senin, 18 berasal dari diskusi, wawancara dan isian Februari 2013). kuesionar dari para informan yang berisi Kerja tersebut tentu sangat tentang pendapat dan pemahaman dipengaruhi oleh para pelaksana program mengenai kelembagaan pelaksana program KB di daerah yang memerlukan dukungan KB. Instrumen yang digunakan dalam kebijakan, struktur dan sumberdaya dari penelitian ini ialah panduan wawancara, pimpinan daerah serta kesadaran panduan diskusi dan daftar pertanyaan masyarakat. Program KB dipengaruhi oleh terbuka. Informan tertentu diwawancarai kebijakan dan sumberdaya dialokasikan. secara mendalam dan sebagian yang lain Pelaksanaan program KB pascareformasi diminta mengisi daftar pertanyaan terbuka mengalami kemunduran karena berbagai yang disediakan. faktor mulai dari politis sampai Penelitian ini menggunakan teknik operasional. Kebijakan dan kelembagaan analisis yang dikembangkan oleh Spradley serta alokasi sumberdaya mempengaruhi seperti yang dikutip Sugiyono (2009). keberhasilan di maisng-masing daerah. Analisis model Spradley merupakan kesatuan proses linear yang dimulai dari 138 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013 analisis domain, analisis taksonomi, tahun 2012 seebsar 1,99 sedangkan tahun analisis komponensial dan analisis tema 2011 sebesar 2,2. untuk angka DO sebesar budaya. Analisis domian adalah tahap awal 17,3 dan Unmet need 9,39. dengan memperoleh gambaran umum dan Kondisi pelaksanaan program KB menyeluruh tentang situasi sosial yang di Kabupaten Purworejo terbilang kurang diteliti atau objek penelitian. Analisis dibanding daerah lain dengan capaian Taksonomi adalah analisis terhadap angka Total Fertility Rate (TFR) sebesar keseluruhan data yang terkumpul 2,6 sedangkan rata-rata Jawa Tengah 2,5. berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Secara umum pencapain KB tergolong Analisis Komponensial ialah mencari ciri rendah tetapi angka pertumbuhan spesifik pada setiap struktur internal penduduk justru -0,25, hal ini dikarenakan dengan mengkontraskan antarelemen tingginya migrasi ke luar daerah untuk Analisis Tema Budaya adalah upaya mencari pekerjaan. mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. B. Persoalan Program KB Dengan ditemukan benang merah tersebut, Persoalan-peroslaan program KB maka selanjutnya akan dapat disusun dapat dibedakan menjadi aspek kebijakan, konstruksi bangunan situasi sosial/objek kelembagaan, sumberdaya, partisipasi, penelitian secara komprehensif. sinergi dan kinerja. Persoalan-persoalan tersebut saling terkait dan menjadi kunci HASIL PENELITIAN keberhaislan program KB. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Keberhasilan program KB di Secara umum, kinerja program KB daerah saat ini tidak dipungkiri sangat di Kota Pekalongan dari segi pencapaian dipengaruhi oleh kebijakan pimpinan kuantitas, angka TFR sebesar 2,8, lebih daerah. Persoalan kebijakan program KB tinggi dari Jawa Tengah yang hanya 2,5. secara umum adalah tidak adanya jaminan Hal tersebut disebabkan karena untuk mengarusutamakan KB di daerah. pemahaman tradisi, budaya dan religiusitas KB adalah kebijakan jangka panjang, yang kuat sehingga kadang memandang namun dengan skema politik 5 tahunan, bahwa KB itu kurang baik. Peserta KB kebijakan kepala daerah terkesan jangka aktif sebanyak 34.757 PUS yang terbagi pendek dan cuci tangan. menjadi 69,16% mandiri dan melalui Persoalan kelembagaan adalah program pemerintah sebesar 30,84%. belum idealnya bentuk lembaga serta Terdapat sebanyak 22,57% PUS bukan kewenangan yang dimiliki. Sebagian besar peserta KB. informan menyatakan bahwa memang Kabupaten Wonosobo merupakan bentuk lembaga sangat mempengaruhi satu-satunya daerah di Jawa Tengah yang kinerja atau keberhasilan program KB. memiliki satuan kerja khusus menangani Sebagain infroman menyatakan bahwa KB, yaitu Badan Keluarga Berencana. bentuk kelembagaan KB di daerah mereka Namun problemnya anggaran untuk kader kurang sesuai, di Kabupayen Wonosobo masyarakat terbatas. Mulai tahun 2014 KB paling banyak yang menyatakan sesuai akan ditambah alokasi anggaran dan karena fokus pada KB, sedangkan di Kota kegiatannya karena disadari bahwa Pekalongan dan Kabupaten Purworejo persoalan kependudukan kedepan perlu mereka yang menyatakan kurang setuju mendapatkan perhatian serius. Pelaksanaan lebih banyak. Ketika ditanyakan mengenai program KB di Kabupaten Wonosobo konsep lembaga seperti apa sebaiknya cendrung lebih baik dengan capaian TFR untuk KB ke depan, sebagian
Recommended publications
  • Profitability and Farmers Conservation Efforts on Sustainable Potato Farming in Wonosobo Regency
    Ilmu Pertanian (Agricultural Science) Vol. 1 No.1 April, 2016 : 031-036 Available online at http://journal.ugm.ac.id/jip DOI: doi.org/10.22146/ipas.9912 Profitability and Farmers Conservation Efforts on Sustainable Potato Farming in Wonosobo Regency Liana Fatma Leslie Pratiwi, Suhatmini Hardyastuti, Lestari Rahayu Waluyati Magister Management of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Gadjah Mada Jln. Flora no. 1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta 55281 *Corresponding email: [email protected] Received: 4 th March 2016 ; Revised: 15 th March 2016 ; Accepted: 23 rd January 2017 ABSTRACT It takes into account in potato farming sustainability, since it was recognised as a holticultural commodity for farmers’ subsistence in Wonosobo Regency. For the reason that farming land was being degraded by errossion, the potato productivity apparently continued to decline. Potato farming sustainability can be deliberated from economic (profitability) and environmental (conservation efforts) points of view in order to remain profitable in a long term sustainable environment. This study is aimed to (1) to analyse the profitability of potato farming; (2) to analyse farmers’ effort on soil conservation and factors which affected sustainability of potato farming. The method used in this study was basic descriptive analysis. The study site was in Kejajar District, Wonosobo Regency, subsequently 50 random farmers as respondences was obtained. Gross Margin, Return on Invested Capital, and Operating Ratio were used to measure the profitability of potato farming. Conservation Activity Index (CAI) was used to measure farmers’ effort on soil conservation, while paired liner regression model with Ordinary Least Square (OLS) method was used to understand the factors which affected the conservation efforts of test sites.
    [Show full text]
  • Implementation of Spatial Planning in the Dieng Plateau Region of Banjarnegara Regency
    Implementation of Spatial Planning in the Dieng Plateau Region of Banjarnegara Regency Vina Fadhrotul Mukaromah a, 1*, Joni Purwo Handoyo b, 2 a Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Jalan Kaliurang, Sekip Utara, Bulaksumur, Sinduadi, Sleman, DIY 1 [email protected] / [email protected]; [email protected] / [email protected] Informasi artikel A B S T R A K Sejarah artikel Dataran Tinggi terletak di 6 wilayah, yaitu Banjarnegara, Wonosobo, Diterima : 18 Februari 2019 Pekalongan, Batang, Temanggung, dan Kendal. Kawasan yang Revisi : 8 Mei 2019 diprioritaskan berada di Kabupaten Banjarnegara. Pemrioritasan ini Dipublikasikan : 3 Oktober 2019 didasarkan pada potensi kerusakan lingkungan dan pemanfaatan ruang Kata kunci: di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi Penggunaan Lahan penggunaan lahan eksisting beserta peruntukan ruang kawasan sesuai Peruntukan Ruang RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2031. Selain itu, dianalisis Implementasi Penataan Ruang juga kesesuaian antara keduanya, berpedoman pada kriteria dalam Permen ATR/BPN Nomor 6 Tahun 2017 beserta faktor-faktor yang menyebabkan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Kondisi eksisting diinterpretasi melalui Citra Quickbird dan survey lapangan. Hasil penelitian menunjukan 11 jenis penggunaan lahan eksisting yang teridentifikasi dengan luasan terbesar kebun sayur dan ada 10 jenis peruntukan ruang dengan luasan terbesar lahan pertanian hortikultura. Tingkat kesesuaian keduanya tergolong tinggi. Dari kriteria jenis dan besaran, ketidaksesuaian memiliki persentase sebesar 9,36%. Dari segi dampak, pemanfaatan ruang menimbulkan dampak lokal dan regional. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor alami, faktor sosial, serta faktor lainnya (faktor teknis dan faktor regulasi). A B S T R A C T Keywords: Dieng Plateau is located across 6 administratives jurisdiction.
    [Show full text]
  • Kerentanan Wilayah Terhadap Erupsi Gunung Sindoro-Sumbing
    Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Skripsi (Open) Kerentanan wilayah terhadap erupsi Gunung Sindoro-Sumbing (Kabupaten Wonosobo-Temanggung, Jawa Tengah) = eruption vulnerability of Mount Sindoro-Sumbing (Wonosobo- Temanggung Regency, Central Java) Apriliana Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=20317191&lokasi=lokal ------------------------------------------------------------------------------------------ Abstrak Kerentanan merupakan derajat tingkat dimana manusia dengan sistem lingkungannya mengalami gangguan/tekanan akibat adanya bahaya yang terjadi dan dapat menimbulkan bencana atau tidak. Secara umum kajian terbaru tentang kerentanan sekarang ini telah mengalami pergeseran dari penilaian kerentanan tradisional yang hanya berkonsentrasi pada satu tekanan faktor atau sumber daya, menjadi banyak faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini, mengkaji tentang kerentanan sosial kependudukan, kerentanan ekonomi dan kerentanan fisik yang muncul dari bahaya erupsi Gunung Sindoro-Sumbing. Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan adalah pembobotan dari BNPB dan analisis spasial dari pola persebaran permukiman. Secara keseluruhan terdapat 112 desa yang masuk dalam zona bahaya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dengan 41 desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Wonosobo dan 71 desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Temanggung. <hr> <b>Abstract</b><br> Vulnerability is the degree to which the human environment system disorders/stress due to hazards that occur and can lead to catastrophic or not. Recent studies on the vulnerability is now experiencing a shift from traditional vulnerability assessment concentrates only on one factor or resource, to a lot of factors that influence it. This study, examines the social vulnerability, economic vulnerability and physical vulnerability that arising from the hazard cause eruption of Mount Sindoro-Sumbing. This study use weighting methode from BNPB and spatial analisis of residence spread.
    [Show full text]
  • Best Weighted Selection in Handling Error Heterogeneity Problem on Spatial Regression Model
    Best Weighted Selection in Handling Error Heterogeneity Problem on Spatial Regression Model Sri Sulistijowati Handajani1, Cornelia Ardiana Savita2, Hasih Pratiwi1, and Yuliana Susanti1 1Statistics of Study Program FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Jl.Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta, Indonesia 2Mathematics of Study Program FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Jl.Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta, Indonesia Keywords: Spatial Regression Model, Heterogeneity in Error, Ensemble Technique, R2, RMSE. Abstract: Spatial regression model is a regression model that is formed because of the relationship between independent variables with dependent variable with spasial effect. This is due to a strong relationship of observation in a location with other adjacent locations. One of assumptions in spatial regression model is homogeneous of error variance, but we often find the diversity of data in several different locations. This causes the assumption is not met. One such case is the poverty case data in Central Java Province. The objective of this research is to get the best model from this data with the heterogeneity in error. Ensemble technique is done by simulating noises (m) from normal distribution with mean nol and a standard deviation σ of the spasial model error taken and adding noise to the dependent variable. The technique is done by comparing the queen weighted and the cross-correlation normalization weighted in forming the model. Furthermore, with these two weights, the results will be compared using R2 and RMSE on the poverty case data in province of Central Java. Both of weights are calculated to determine the significant factors that give influence on poverty and to choose the best model.
    [Show full text]
  • Analisis Geospasial Perubahan Penggunaan Lahan Dan
    JGISE Vol. 3 No. 2 (2020), pp. 152 - 160 | https://doi.org/10.22146/jgise.60931 JGISE Journal of Geospatial Information Science and Engineering ISSN: 2623-1182 | https://jurnal.ugm.ac.id/jgise Analisis Geospasial Perubahan Penggunaan Lahan dan Kesesuaiannya Terhadap RTRW Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2031 Geospatial Analysis of Land Use Changes in 2008-2013 and Their Suitability to the RTRW of Purworejo Regency in 2011-2031 Virgiawan Aji Saputra, Purnama Budi Santosa Department of Geodetic Engineering, Fakulty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, INDONESIA Penulis Korespondensi: Purnama Budi Santosa | Email: [email protected] Diterima (Received): 28/10/2020 Direvisi (Revised): 15/11/2020 Diterima untuk Publikasi (Accepted): 16/11/2020 ABSTRAK Kabupaten Purworejo terletak pada jalur lintas selatan di wilayah Jawa Tengah yang menghubungkan Yogyakarta dengan kota-kota lain di wilayah selatan Jawa Tengah seperti Kutoarjo, Kebumen, Purwokerto, serta kota-kota lainnya. Letak Kabupaten Purworejo yang strategis ini berdampak pada dinamika sosial, ekonomi, dan kependudukan, khususnya pertumbuhan wilayah. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kabupaten Purworejo, serta kesesuaiannya dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2011-2031. Metode yang digunakan adalah pendekatan analisis geospasial untuk melakukan analisis spasial-temporal perubahan spasial penggunaan lahan dari tahun 2008 dan 2013. Hasil analisis perubahan spasial ini kemudian dikorelasiakan dengan peta RTRW Kabupaten Purworejo tahun 2011-2031 untuk mengetahui tingkat kesesuaian pengunaan lahan di Kabupaten Purworejo terhadap RTRW. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu 5 tahun dari tahun 2008 sampai dengan 2013 terjadi perubahan penggunaan lahan sebesar 0,1%. Perubahan luas penggunaan lahan terbesar terjadi di Kecamatan Grabag dengan persentase 0,71%, sedangkan Kecamatan Ngobol, Bener, Gebang, dan Loano bisa dikatakan tidak mengalami perubahan penggunaan lahan.
    [Show full text]
  • Java : Arts and Representations
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 97 | 2019 Varia JAVA : ARTS AND REPRESENTATIONS. Art historical and Archaeometric Analyses of Ancient Jewellery (7–16th C.) : The Prillwitz Collection of Javanese Gold Analyses stylistiques et archéométriques de bijoux anciens (VIIe-XVIe siècle) : la collection Prillwitz d’or javanais Mai Lin Tjoa-Bonatz and Nicole Lockhoff Electronic version URL: https://journals.openedition.org/archipel/1018 DOI: 10.4000/archipel.1018 ISSN: 2104-3655 Publisher Association Archipel Printed version Date of publication: 11 June 2019 Number of pages: 19-68 ISBN: 978-2-910513-81-8 ISSN: 0044-8613 Electronic reference Mai Lin Tjoa-Bonatz and Nicole Lockhoff, “JAVA : ARTS AND REPRESENTATIONS. Art historical and Archaeometric Analyses of Ancient Jewellery (7–16th C.) : The Prillwitz Collection of Javanese Gold”, Archipel [Online], 97 | 2019, Online since 11 June 2019, connection on 15 September 2021. URL: http:// journals.openedition.org/archipel/1018 ; DOI: https://doi.org/10.4000/archipel.1018 Association Archipel JAVA: ARTS AND REPRESENTATIONS MAI LIN TJOA-BONATZ AND NICOLE LOCKHOFF 1 Art historical and Archaeometric Analyses of Ancient Jewellery (7–16th C.): The Prillwitz Collection of Javanese Gold Introduction 1 Jewellery has been the most common form of gold ware found in Southeast Asia since the late 1st millennium BCE. Those items included are ear ornaments and rings – worn on the fingers, ears, toes or as pendants. During the 7th to early 16th centuries,2 conventionally referred to as the Classical Period, Java produced mostly unique rings in a copious variety and intricate 1. Dr. Mai Lin Tjoa-Bonatz is an art historian and archaeologist, [email protected].
    [Show full text]
  • Investment Environment in Central Java Indonesia
    INVESTMENT ENVIRONMENT IN CENTRAL JAVA INDONESIA Tokyo, 22nd August 2014 Central Java Board of Investment INDONESIA Central Java – The Right Place to Invest 1 Central Java Overview Indonesia Central Java • Land Area of 3,25 Ha • Located between 3 (1,7% of Indonesia); major provinces; East 30,47% wetland, Java, West Java, and 69,53% non wetland Yogyakarta • Consist of 29 • Distance from Jakarta regencies, 6 cities (Capital City) : 544 Km • Provincial Capital : (45 minute flight) Semarang • Distance from Singapore : (2 hour flight) Why Central Java • Economic • Population : 34,67 • Minimum Wage in Growth : 5,2 % million people 2014 ranges from (Qw II 2014) (2013) IDR. 910.000 to 1.423.500 • Labor Force : 17,72 • Total GDP : IDR. million people 174.34 trilion (February 2014) (QW II 2014) • Inflation : 5,03 % (yoy QW II 2014) Central Java - The right place to invest MACRO ECONOMIC DOMINANT SECTOR FOR GDP (%) 35 30 25 20 15 Percentage 10 5 0 2011 2012 2013 Manufacture 33.3 32.8 32.2 Trade, Hotels and Restaurant 19.1 20.3 20.8 Agriculture 19.7 18.8 19.3 Services 10.6 10.7 10.4 4 INVESTMENT REALIZATION (Rp. trillion) 6 5 4,861 4 2,825 3 2,57 FDI 1,633 2 1,659 DDI 1,358 1,49 0,859 VALUE (Rp. Trillion) (Rp. VALUE 0,987 1 0,793 0 2009 2010 2011 2012 2013 YEAR FDI BY COUNTRY OF ORIGIN NO COUNTRIES PROJECTS NO COUNTRIES PROJECTS 1. South Korea 69 6. US 16 2. Japan 25 7. Taiwan 16 8.
    [Show full text]
  • Determinants of Economic Growth in the Kedu Residency Period 2010-2019
    Indonesian Financial Review Vol. 1 No.1 Determinants of Economic Growth in the Kedu Residency Period 2010-2019 Luthfiana Riski Dewanti1*, Gentur Jalunggono2 1 Ekonomi Pembangunan: Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar, Indonesia 2 Ekonomi Pembangunan: Fakultas Ekonomi, Universitas Tidar, Indonesia Economic growth is very important to measure economic progress as a result of national development. Several factors can be used in calculating economic growth. The purpose of this study is to analyze how the influence of Gross Regional Domestic Product (GRDP), Human Development Index (HDI) and total poor population on economic growth in the Kedu Residency. This research was conducted in districts or cities in the Kedu residency area for 10 years starting from the period 2010-2019. This study uses a fixed effect model. The analysis shows that the Gross Regional Domestic Product (GRDP) variable and the Human Development Index (HDI) together have a positive and significant effect on economic growth in the Kedu Residency. The variable of poor people has a positif and significant influence on economic growth in the Kedu Residency. keywords: Gross Regional Domestic Product (GRDP); Human Development Index (HDI); Poor Population; Economic Growth; Fixed Effect Model JEL Classification: G32, C22 Corresponding author’s email: [email protected] ISSN : XXXX-XXXX E-ISSN : XXXX-XXX 1 Indonesian Financial Review Vol. 1 No.1 Introduction Economic growth is the development of activities in the economy that causes goods and services produced in the community to increase so that it will increase the prosperity of the community (Sukirno, 1994). According to Lincolin (1997), economic growth is defined as an increase in Gross Domestic Product regardless of whether the increase is greater or less than the population growth rate, and whether there is a change in the economic structure or not.
    [Show full text]
  • Total Solid Dan Berat Jenis Susu Sapi Perah Di Kelompok Peternak Tani Tulus Tanam Dan Susu Murni Kabupaten Wonosobo”
    RINGKASAN WAHYU SANY HIDAYATULLOH. “Total Solid dan Berat Jenis Susu Sapi Perah di Kelompok Peternak Tani Tulus Tanam dan Susu Murni Kabupaten Wonosobo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Total Solid dan Berat Jenis susu yang dihasilkan oleh kedua kelompok tersebut. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 22 – 31 Agustus 2016 di Kabupaten Wonosobo dan Koperasi PESAT Purwokerto. Bahan yang digunakan adalah susu sapi segar. Sampel sebanyak 20 liter diperoleh dari 20 peternak yang berbeda, yaitu 10 peternak dari Tulus Tanam dan 10 peternak dari Susu Murni. Pengambilan sampel dilakukan secara komposit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji “t” dan dilanjutkan dengan analisis regresi dan koefisien determinasi. Rataan hasil uji Total Solid susu di Kelompok Peternak Tani Tulus Tanam dan Susu Murni adalah 12,85 ± 1,171 % dan 11,96 ± 0,766 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa Total Solid tidak berbeda nyata pada kedua kelompok (P > 0,05). Rataan hasil uji Berat Jenis susu di Kelompok Peternak Tani Tulus Tanam dan Susu Murni adalah 1,02639 ± 0,00071695 gr/ml dan 1,02712 ± 0,00108181 gr/ml. Nilai Berat Jenis tidak berbeda nyata pada kedua kelompok (P > 0,05). Analisis regresi linier dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Total Solid terhadap Berat Jenis pada masing – masing kelompok. Hasil analisis regresi hubungan Total Solid terhadap Berat Jenis di Kelompok Peternak Tani Tulus Tanam adalah P > 0,05. Hasil analisis regresi hubungan Total Solid terhadap Berat Jenis di Kelompok Peternak Tani Susu Murni adalah P > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Total Solid terhadap Berat Jenis pada masing – masing kelompok karena nilai P lebih besar dari 0,05.
    [Show full text]
  • Kabupaten Purworejo Dalam Angka 2018
    KABUPATEN PURWOREJO DALAM ANGKA 2018 https://purworejokab.bps.go.id https://purworejokab.bps.go.id KABUPATEN PURWOREJO DALAM ANGKA 2018 Purworejo Regency in Figures 2018 ISSN : 0215-6083 Katalog BPS / BPS Catalog : 1102001.3306 Ukuran Buku / Book Size : 15 cm x 21 cm No. Publikasi / Publication Number : 33060.1801 Jumlah Halaman / Number of Pages : xx + 367 halaman / pages Naskah / Manuscript : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo Statistics of Purworejo Regency Penyunting / Editor : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo Statistics of Purworejo Regency Gambar Kulit / Figures : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo Statistics of Purworejo Regency Diterbitkan oleh / Published by : ©Badan Pusat Statistikhttps://purworejokab.bps.go.id Kabupaten Purworejo/ Statistics of Purworejo Regency Dicetak oleh / Printed by: Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo Statistics of Purworejo Regency Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa ijin tertulis dari Badan Pusat Statistik Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part of all this book for commercial purpose without permission from BPS-Statistics Indonesia https://purworejokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Kabupaten Purworejo Dalam Angka 2018 merupakan publikasi rutin tahunan BPS Kabupaten Purworejo. Informasi statistik yang dimuat dalam buku ini meliputi geografi, pemerintahan, kependudukan, ketenagakerjaan, pertanian, industri, energi, perdagangan, transportasi, komunikasi, keuangan, harga-harga dan produk domestic regional bruto. Publikasi ini dapat terwujud berkat kerja sama dan partisipasi dari berbagai pihak, kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Mudah-mudahan statistik yang disajikan member manfaat bagi banyak pihak untuk berbagai keperluan. Kami mengharapkan tanggapan dan saran dari para pengguna publikasi ini untuk perbaikan edisi yang akan dating.
    [Show full text]
  • Spatial Modelling for Rice Production Analysis in Central Java Province Indonesia
    Journal of Physics: Conference Series PAPER • OPEN ACCESS Spatial modelling for rice production analysis in Central Java province Indonesia To cite this article: A Karim et al 2019 J. Phys.: Conf. Ser. 1217 012113 View the article online for updates and enhancements. This content was downloaded from IP address 103.140.22.2 on 11/11/2020 at 00:41 ISNPINSA 2018 IOP Publishing IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 1217 (2019) 012113 doi:10.1088/1742-6596/1217/1/012113 Spatial modelling for rice production analysis in Central Java province Indonesia A Karim1, D S Sarra1, R Wasono1, T W Utami1, and Toheri2 1Department of Statistics, University of Muhammadiyah Semarang, Indonesia 2Department of Mathematics Education, IAIN Syekh Nurjati, Cirebon, Indonesia E-mail: [email protected] Abstract. Rice is one of staple food in Central Java province because rice is the main carbohydrate and calorie source for society in general. From year to year rice production in various regions in Indonesia shows a significant increase. Central Java is one of the provinces in Indonesia which has the agricultural sector as its main sector. However, in the last five years, the average rice production in Central Java showed a stagnant decline in value. This study was aimed to model the spatial effects on rice productivity in the cities in Central Java along with the factors that influence it. The method used is spatial modeling approach. The results of the analysis show that spatial lag X (SLX) model has the smallest AIC value, estimation result shows that rice production and harvest area have significant effect on rice productivity in Central Java.
    [Show full text]
  • 151 Cluster of Indonesia KABUPATEN-KOTA Potential In
    P-ISSN: 2407-5434 Available online at http://journal.ipb.ac.id/index.php/ijbe E-ISSN: 2407-7321 DOI number: 10.17358/IJBE.2.3.151 CLUSTER OF INDONESIA KABUPATEN-KOTA POTENTIAL IN DEVELOPING FOOD CROP AND HORTICULTURE COMMODITIES Imam Wahyudi*)1, Nunung Nuryartono**), and Amzul Rifin***) *) Statistic Bogor Layungsari Road III, No. 13, Bogor 16161 **) Department of Economics, Faculty of Economics and Management, Bogor Agricultural University Kamper Road, Wing 4 Level 5, Campus of IPB Darmaga Bogor 16680 ***) Department of Agribusiness, Faculty of Economics and Management, Bogor Agricultural University Kamper Road,Wing 4 Level 5, Campus of IPB Darmaga Bogor 16680 ABSTRACT Identification of potential areas in an agricultural sector is needed in order to meet the national food needs, among others, by carrying out mapping the potential areas through clustering the Kabupaten- Kota in Indonesia, especially on imported agricultural commodities of food crops and horticultures. The use of cluster analysis with top-down clustering method (K-means) produces the best cluster. Of 268 regencies-cities, there are 7 clusters, namely Cluster 1 consisting of 154 regencies, Cluster 2 consisting of 2 regencies, Cluster 3 consisting of only1 regency, Cluster 4 consisting of 8 regencies, Cluster 5 consisting of 24 regencies, Cluster 6 consisting of 75 regencies, and Cluster 7 consisting of 4 regencies. Each cluster has its own dominant commodity characteristics. The results of typology klassen on constructed clusters show that food crop and horticulture commodities have grown well and fast. Out of 13 commodities, there are 7 major commodities: Cluster 1: rice and corns; Clusters 2, 3 and 7: cassava; Cluster 4: corns, cassavas and chilly; Cluster 5: apples; Cluster 6: corns, shallots, and garlic.
    [Show full text]