Bab Itu Revitalisasi Kelembagaan Yang Fokus Pada KB Perlu D
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
REVITALISASI KELEMBAGAAN PROGRAM KB SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK INSTITUTIONAL REVITALISATION OF FAMILIY PLANNING PROGRAM AN EFFORT TO CONTROL THE POPULATION GROWTH RATE S. Budi Prasetyo dan Arif Sofianto Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah email: [email protected] ABSTRACT One of the main critical issues in a decentralized development today is the failure of family planning programs that are affected by its institutional forms. This study aims to develop a formula institutional revitalization of family planning program managers are required at this time. The method used in this research is descriptive qualitative models using Spradley’s analytical techniques. This research was conducted in Pekalongan Municipal, Wonosobo Regency, and Purworejo Regency. The conclusion of this study is that the deterioration of family planning programs in the area due to lack of commitment from local leaders, organizations do not focus in carrying out its functions, especially the field staff (field officers), lack of resources and synergies in the implementation of the program. Chief policy areas are very influential in determining the shape of the organization, resource allocation and implementation of synergies. Institutional revitalization needs to be done by the local government is established agencies that focus on population and family planning affairs so that the implementation in the field (field officers) are more focused on family planning matters, but on the other hand still have to pay attention to the ability of the region and some other matters. In addition to the organization in the form of focus, also need to be supported adequacy of resource allocation and increased synergy among sectors fostered by regional heads. Keywords : revitalization, institutional, family planning PENDAHULUAN ekonomi dan politik, juga diakibatkan oleh Laju pertumbuhan penduduk kontrol yang lemah terhadap program KB Indonesia selama satu dekade terakhir secara nasional sampai tingkat daerah. mengalami peningkatan cukup tinggi. Semenjak reformasi bergulir, perhatian Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, terhadap masalah kependudukan sangat laju pertumbuhan penduduk Indonesia kurang, termasuk program KB. sebesar 1,49% per tahun, hal ini Meskipun dari segi substansi menggambarkan bahwa pertumbuhan program KB masih tetap dijalankan di penduduk kurang terkendali. Penduduk daerah, namun secara nasional program Indonesia selama 10 tahun terakhir KB dinilai gagal dan tidak menjadi lebih bertambah sebanyak 32,5 juta jiwa efektif (http://www.antaranews.com (Buletin Kencana, 2012). Berbagai pihak “Menkes: program KB gagal”), Persoalan menilai bahwa fenomena ini terjadi selain terjadi pada kebijakan, struktur karena pengaruh perubahan sosial, kewenangan dan alokasi sumberdaya. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No. 2 – Desember 2013 137 Setelah dihilangkannya kewenangan Sesuai dengan kondisi sebagaimana Badan Kependudukan dan Keluarga dikemukakan di atas, maka tujuan Berencana Nasional (BKKBN) di daerah, penelitian ini ialah membangun formula urusan KB diserahkan sepenuhnya pada kelembagaan pelaksana program KB yang daerah dan tidak semua daerah memiliki dibutuhkan di Jawa Tengah saat ini kelembagaan yang khusus menangani KB. Masing-masing daerah menempatkan METODE PENELITIAN urusan KB di satuan kerja yang berbeda- Penelitian ini merupakan penelitian beda. deskriptif kualitatif, dilakukan di 3 Jawa Tengah merupakan wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dipilih berdasarkan fomrat kelembagaan Indonesia, setelah Jawa Timur dan Jawa KB. Kabupaten Wonosobo merupakan Barat, sebesar 14 persen dari jumlah daerah yang memiliki format kelembagaan penduduk Indonesia. Menurut hasil Sensus khusus pada KB. Kota Pekalongan Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk merupakan daerah yang mewakili di Jawa Tengah sebanyak 32.380.687 jiwa pelembagaan urusan KB digabung dengan dengan laju pertumbuhan sebesar 0,37% banyak urusan lain. Kabupaten Purworejo (terendah di Indonesia) dan angka Total merupakan wilayah yang mewakili Fertility Rate (TFR) tahun 2007 di kisaran penggabungan urusan KB dengan 2,3 (Kencana Edisi 21 Tahun VII 2012). Pemberdayaan Perempuan, sebagaimaan TFR Jawa Tengah adalah 2,3 namun di kebanyakan daerah lain. tahun 2012 berdasarkan Survey Demografi Sumber informasi dalam penelitian dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka ini adalah pengelola program KB (SKPD tersebut meningkat menjadi 2,5, sementara pelaksana program KB), institusi tingkat nasional sebesar 2,6. Hal tersebut pemerintah daerah yang terkait, serta para berarti bahwa terdapat penurunan kinerja pegiat KB (PLKB, PPKBD, Sub PPKBD). program KB di Jawa Tengah meskipun Informan ditentukan berdasarkan masih sedikit di atas rata-rata nasional. pertimbangan penguasaan masalah sesuai Dibutuhkan kerja keras untuk mencapai dengan kebutuhan data penelitian. Data target MDG’s yaitu sebesar 2,1 pada tahun yang digunakan dalam penelitian ini ialah 2015 (BKKBN Jateng, data primer dan data sekunder. Data primer http://jateng.bkkbn.go.id, Senin, 18 berasal dari diskusi, wawancara dan isian Februari 2013). kuesionar dari para informan yang berisi Kerja tersebut tentu sangat tentang pendapat dan pemahaman dipengaruhi oleh para pelaksana program mengenai kelembagaan pelaksana program KB di daerah yang memerlukan dukungan KB. Instrumen yang digunakan dalam kebijakan, struktur dan sumberdaya dari penelitian ini ialah panduan wawancara, pimpinan daerah serta kesadaran panduan diskusi dan daftar pertanyaan masyarakat. Program KB dipengaruhi oleh terbuka. Informan tertentu diwawancarai kebijakan dan sumberdaya dialokasikan. secara mendalam dan sebagian yang lain Pelaksanaan program KB pascareformasi diminta mengisi daftar pertanyaan terbuka mengalami kemunduran karena berbagai yang disediakan. faktor mulai dari politis sampai Penelitian ini menggunakan teknik operasional. Kebijakan dan kelembagaan analisis yang dikembangkan oleh Spradley serta alokasi sumberdaya mempengaruhi seperti yang dikutip Sugiyono (2009). keberhasilan di maisng-masing daerah. Analisis model Spradley merupakan kesatuan proses linear yang dimulai dari 138 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.11 No.2 – Desember 2013 analisis domain, analisis taksonomi, tahun 2012 seebsar 1,99 sedangkan tahun analisis komponensial dan analisis tema 2011 sebesar 2,2. untuk angka DO sebesar budaya. Analisis domian adalah tahap awal 17,3 dan Unmet need 9,39. dengan memperoleh gambaran umum dan Kondisi pelaksanaan program KB menyeluruh tentang situasi sosial yang di Kabupaten Purworejo terbilang kurang diteliti atau objek penelitian. Analisis dibanding daerah lain dengan capaian Taksonomi adalah analisis terhadap angka Total Fertility Rate (TFR) sebesar keseluruhan data yang terkumpul 2,6 sedangkan rata-rata Jawa Tengah 2,5. berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Secara umum pencapain KB tergolong Analisis Komponensial ialah mencari ciri rendah tetapi angka pertumbuhan spesifik pada setiap struktur internal penduduk justru -0,25, hal ini dikarenakan dengan mengkontraskan antarelemen tingginya migrasi ke luar daerah untuk Analisis Tema Budaya adalah upaya mencari pekerjaan. mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. B. Persoalan Program KB Dengan ditemukan benang merah tersebut, Persoalan-peroslaan program KB maka selanjutnya akan dapat disusun dapat dibedakan menjadi aspek kebijakan, konstruksi bangunan situasi sosial/objek kelembagaan, sumberdaya, partisipasi, penelitian secara komprehensif. sinergi dan kinerja. Persoalan-persoalan tersebut saling terkait dan menjadi kunci HASIL PENELITIAN keberhaislan program KB. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Keberhasilan program KB di Secara umum, kinerja program KB daerah saat ini tidak dipungkiri sangat di Kota Pekalongan dari segi pencapaian dipengaruhi oleh kebijakan pimpinan kuantitas, angka TFR sebesar 2,8, lebih daerah. Persoalan kebijakan program KB tinggi dari Jawa Tengah yang hanya 2,5. secara umum adalah tidak adanya jaminan Hal tersebut disebabkan karena untuk mengarusutamakan KB di daerah. pemahaman tradisi, budaya dan religiusitas KB adalah kebijakan jangka panjang, yang kuat sehingga kadang memandang namun dengan skema politik 5 tahunan, bahwa KB itu kurang baik. Peserta KB kebijakan kepala daerah terkesan jangka aktif sebanyak 34.757 PUS yang terbagi pendek dan cuci tangan. menjadi 69,16% mandiri dan melalui Persoalan kelembagaan adalah program pemerintah sebesar 30,84%. belum idealnya bentuk lembaga serta Terdapat sebanyak 22,57% PUS bukan kewenangan yang dimiliki. Sebagian besar peserta KB. informan menyatakan bahwa memang Kabupaten Wonosobo merupakan bentuk lembaga sangat mempengaruhi satu-satunya daerah di Jawa Tengah yang kinerja atau keberhasilan program KB. memiliki satuan kerja khusus menangani Sebagain infroman menyatakan bahwa KB, yaitu Badan Keluarga Berencana. bentuk kelembagaan KB di daerah mereka Namun problemnya anggaran untuk kader kurang sesuai, di Kabupayen Wonosobo masyarakat terbatas. Mulai tahun 2014 KB paling banyak yang menyatakan sesuai akan ditambah alokasi anggaran dan karena fokus pada KB, sedangkan di Kota kegiatannya karena disadari bahwa Pekalongan dan Kabupaten Purworejo persoalan kependudukan kedepan perlu mereka yang menyatakan kurang setuju mendapatkan perhatian serius. Pelaksanaan lebih banyak. Ketika ditanyakan mengenai program KB di Kabupaten Wonosobo konsep lembaga seperti apa sebaiknya cendrung lebih baik dengan capaian TFR untuk KB ke depan, sebagian