aq INDICATORS Vol. 2(2)(2020)

INDICATORS Journal of Economics and Business

http://indicators.iseisemarang.or.id/index.php/jebis ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN NILAI MATA RANTAI PEMASARAN SAYUR BUNCIS DI KABUPATEN (STUDI KASUS KECAMATAN KALIKAJAR)

Aprilia Dewi Novita, Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah 1.) Menganalisis efisiensi produksi usahatani sayur buncis di Diterima Agustus 2020 Kabupaten Wonosobo 2.) Menganalisis nilai mata rantai pemasaran sayur buncis di Kabupaten Disetujui September 2020 Wonosobo khususnya di Kecamatan Kalikajar. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Dipublikasikan Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan Purpossive Sampling dimana sampel yang November 2020 diambil berdasarkan pertimbangan tertentu. Dimana diambil daerah penghasil sayur buncis ______terbanyak di Kabupaten Wonosobo. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keywords: fungsi produksi Cobb-Douglass dengan pendekatan Frontier Stokastik dan analisis marjin Production Efficiency, pemasaran. Untuk menghitung nilai efisiensi produksi dengan menggunakan Software Frontier 4.1. Production Factors, Hasil penelitian menunjukan semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap produksi sayur Marketing Margin buncis dengan nilai efisiensi 0,998. Hasil menunjukan belum efisien secara teknis. sedangkan pada ______nilai marjin pemasaran, saaluran yang paling efektif digunakan adalah saluran Nol yaitu dengan presentase keuntungan untuk petani adalah sebesar 100%, hal ini lebih besar daripada saluran 1 dan saluran 2 yang memiliki nilai masing-masing 50% dan 25%.

Abstract ______The aims of this research are 1.) To analyze the production efficiency of bean vegetable farming in Wonosobo 2.) To analyze the value chain of bean vegetable marketing in , especially in Kalikajar District. This research is descriptive quantitative. With the sampling technique using purposive sampling where the sample is taken based on certain considerations. Where the largest bean vegetable producing area is taken in Wonosobo Regency. The analytical tool used in this research is the Cobb-Douglass production function with a Stochastic Frontier approach and marketing margin analysis. To calculate the value of production efficiency using Frontier 4.1 Software. The results showed that all production factors had a positive effect on the production of green beans with an efficiency value of 0.998. The results show that it is not yet technically efficient. while on the marketing margin value, the most effective channel used is channel Zero, which is the percentage of profit for farmers is 100%, this is greater than channel 1 and channel 2 which have values ​ ​ of 50% and 25%, respectively.

©(2020), Ikatan Sarjana Ekonomi – Cabang Semarang Alamat korespondensi: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Gedung L1, Lantai 1, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229 Telp 0248508015 Email: [email protected] PENDAHULUAN

363 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

Provinsi Jawa Tengah memiliki sektor dimanfaatkan buah, biji dan daunnya. Nama pertanian yang cukup luas. Sektor pertanian buncis ini berasal dari Belanda yaitu boontjes. memiliki peran dalam pertumbuhan Sedangkan dalam bahasa latin memiliki istilah perekonomian baik tingkat daerah maupun (Phaseolus vulgaris L).Tanaman ini tergolong nasional, dimana dalam sektor ini monokotil atau berbiji tunggal, memiliki akar ppenyumbang APBD terbesa di Jawa Tengah. tunggang, sisi yang panjang dan memerlukan Sektor pertanian merupakan mata tiang untuk memanjat. Buncis memiliki pencaharian Penduduk Jawa Tengah dimana sumber serat, folat, mangan, serta vitamin C hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai yang baik untuk tubuh. negara yang agraris. Dalam sektor pertanian Tabel 1. Data Produksi Buncis Provinsi terdapat 4 sub pertanian yaitu: Sub Jawa Tengah Tahun 2017-2019 Hortikultura, Sub Perkebunan, Sub Wilayah Produksi Buncis Tanaman Pangan, dan Sub Kehutanan. Kabupaten 2017 2018 2019 Sub sektor hortikultura merupakan seb sektor Jawa Tengah 335 887 363 650 315 142 yang banyak sekali dibudidayakan di beberapa wilayah di Jawa Tegah, seperti Kabupaten Kabupaten Temanggung, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosobo 59 255 78 947 61 102 , Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Kabupaten , Kabupaten Pemalang, dan yang Magelang 49 804 52 374 56 511 lainnya. Namun, produktivitas pertanian Kabupaten hortikultura terbesar berada di Kabupaten Banjarnegara 58 230 59 155 52 153 Magelang, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Sektor hortikultura memiliki peran yang Semarang 63 072 60 845 48 734 cukup penting dan strategis dalam Kabupaten Tegal 41 790 46 240 32 908 pembangunan nasional karena mampu Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jateng. memberikan kontribusi yang nyata, baik dalam penyediaan produk pangan, kesehatan, Dari data diatas Wonosobo merupakan kosmetika, perdagangan, penyerapan tenaga penghasil komoditas buncis terbesar di kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Provinsi Jawa Tengah. Wonosobo merupakan Upaya-upaya diversifikasi pangan dan salah satu kabupaten dengan kondisi alam peningkatan gizi masyarakat berhubungan erat tersubur di Jawa Tengah, dengan kesuburaan dengan upaya peningkatan produksi tanaman tanahnya tersebut Kabupaten Wonosobo hortikultura. dapat menghasilkan hasil pertanian yang Dengan banyaknya tenaga kerja dan cukup berlimpah. Namun, dengan hasil yang luas lahan pertanian maka pemerintah perlu cukup berlimpah tersebut tidak menjadikan hadir dalam upaya untuk memecahkan Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang masalah dalam sektor pertanian seperti halnya tinggi PDRB nya karena hasil pertanian di produktivitas harga sayur. Jawa Tengah Kabupaten Wonosobo masih dijual dengan memiliki kondisi geografis yang berbeda beda, harga yang sangat rendah dibandingkan harga hampir seluruh wilayah di Jawa tengah pasar. Hal ini membuat angka kemiskinan di terletak didaerah pegunungan sehingga Kabupaten Wonosobo menduduki urutan Provinsi Jawa Tengah memiliki tanah yang kedua tertinggi di Provinsi Jawa Tengah pada subur sehingga dapat menghasilkan hasil tahun 2019 yaitu sebesar 16.63 % dibawah pertanian maupun perkebunan yang melimpah kabupaten yang menduduki urutan seperti tanaman pangan, sayuran dan buah pertama yaitu 16.82%. Menurut data BPS buahan. Dengan melimpahnya hasil pertanian Jawa Tengah pada tahun 2019 kabupaten maka akan meningkatkan pendapatan suatu wonosobo memiliki PDRB sebesar 13 798 daerah melalui kontribusi sektor pertanian. 836,28 angka terkecil kedua dari PDRB Buncis merupakan sayuran sejenis kabupaten lainnya. polong yang sering kita temukan dan dapat 364 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

Tabel 2 Data Produksi Buncis Kabupaten Dalam meningkatkan pendapatan Wonosobo 2014-2018 petani maka diperlukan adanya kelembagaan. Kecamatan 2014 2015 2016 2017 2018 Kelembagaan yang terpola dan terstruktur Wadaslintang 234 0 0 0 0 secara terus menerus untuk memenuhi Kepil 48 0 85 189 263 kebutuhan anggota masyarakat yang terkait Sapuran 3032 6052 3145 2080 2236 erat dengan penghidupan dari bidang Kalibawang 123 0 0 0 0 pertanian di pedesaan. Dengan adanya Kaliwiro 0 0 0 0 0 kelembagaan tersebut petani dapat menjual Leksono 88 63 0 0 0 hasil panennya pada lembaga tersebut agar Sukoharjo 0 0 0 0 0 dijual dengan harga yang sedikit lebih mahal Selomerto 4823 5871 5452 5658 4234 dari pada ketika dijual kepda tengkulak. Kalikajar 23082 16584 24319 21791 22676 Dalam kehidupan komunitas petani, posisi Kertek 3849 4306 3427 1806 1061 Wonosobo 830 2984 2237 2356 3300 dan fungsi kelembagaan petani merupakan Watumalang 1615 2198 2134 2280 1931 bagian pranata sosial yang memfasilitasi Mojotengah 9992 8934 8848 7616 7784 interaksi sosial atau social interplay dalam Garung 20108 15557 11240 15479 35397 suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga Kejajar 0 0 0 0 0 memiliki titik strategis (entry point) dalam Sumber : Badan Pusat Statistik Wonosobo menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di Tabel 2 merupakan data hasil panen pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan buncis selama lima tahun terakhir tahun 2014- dalam rangka peningkatan profesionalisme 2018 di kabupaten Wonosobo. Dari data dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat tersebut dapat kita lihat adanya fluktuasi hasil ini potret petani dan kelembagaan petani di panen buncis di beberapa kecamatan. Seperti Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang terlihat dalam table Kecamatan Kalikajar yang diharapkan (Suradisastra, 2008). merupakan penghasil buncis terbesar di Dalam meningkatkan harga hasil Kabupaten Wonosobo pertanian maka produktivitas pertanian harus Kabupaten wonosobo memiliki luas didukung oleh seluruh aspek pertanian baik lahan pertanian yang sangat luas karena Pemerintah, Petani, Swasta dan lainnya. Kabupaten Wonosobo terletak di wilayah Produktivitas adalah kemampuan tanah untuk pegunungan. Namun, sebagian dari luas lahan menghasilkan produksi tanaman tertentu tersebut digunakan untuk wilayah perkebunan dalam pengolahan tanah tertentu. tembakau serta untuk budidaya tanaman Produktivitas merupakan perwujudan dari sayuran. Dengan luas lahan sebesar 15 772 keseluruhan faktor-faktor (Tanah atau non hektar digunakan untuk lahan padi sawah / tanah) yang berpengaruh terhadap hasil padi ladang. Bagi Indonesia, nilai fungsi tanaman yang lebih berdasarkan pertimbangan pertanian tersebut perlu dipertimbangkan ekonomi. Untuk mewujudkan hal tersebut dalam penetapan kebijakan struktur insentif maka harus adanya kelembgaan kelompok sektor pertanian. Komitmen dukungan insentif tani yang terstruktur. melalui pemahaman peran multifungsi Sebagai salah satu daerah dataran pertanian perlu didefinisikan secara luas, tinggi dan pemandangan ala yang indah bukan saja insentif ekonomi (subsidi dan wonosobo memiliki potensi pertanian yang proteksi), tetapi juga dukungan pengembangan sangat baik terutama pada komoditas sayur sistem dan usaha agribisnis dalam arti luas. mayur. Dalam hal ini adalah buncis wonosobo Pengembangan lahan pertanian abadi akan yang merupakan salah satu komoditas buncis dapat diwujudkan jika sektor pertanian unggulan di Provinsi Jawa Tengah. Namun dengan nilai multifungsinya dapat hal itu masih sangat bertentangan dengan memberikan manfaat bagi peningkatan kehidupan petani buncis wonosobo karena kesejahteraan petani dan pengentasan mereka masih vukup kesulitan untuk mandiri kemiskinan. pangan dan menstbilkan harga panen mereka. 365 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

Hal tersebut dikarenakan setiap kali musim penelitian ini adalah luas lahan, tenaga kerja, panen harga sayur pasti mengalami penurunan jumlah benih, harga dan pupuk kandang. yang cukup drastic. Namun, demikian Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah pemerintah belum bisa membantu petani dala 100 orang dimana sampel diambil dari hal menstabilkan harga sayur tersebut. beberapa 7 desa penghasil sayur buncis di Sebagian besar petani terjerat pada Kecamatan Kalikajar. Untuk menganalisis tengkulak karena mereka lah yang memberi pengaruh hasil produksi sayur buncis modal tanam mereka begitu saat musim panen menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass tiba maka tengkulak lah yang menentukan sedangkan untuk menganalisis nilai saluran harga panen mereka. Dengan banyaknya hasil pemasaran menggunakan Analisis Marjin pertanian di Kabupaten Wonosobo Pemasaran. Untuk fungsi produksi Cobb- mengakibatkan harga sayur buncis di daerah Douglass dapat ditansformasikan dalam tersebut relative lebih rendah dibandingkan di bentuk linear dalam penenlitian ini adalah : daerah lainnya. Menurut salah satu penduduk disana harga pasar sayur buncis per kilonya adalah sebesar Rp. 6000, dilain kesempatan 𝐿� = �0 + �1𝐿�1 + �2𝐿�2 + �3𝐿�3 Keterangan : bahkan ada warga yang mengatakan bahwa + �4𝐿�4 + � harga buncis ketika menghadapi musim panen LnPr : Produksi Sayur Buncis harga buncis tersebut anjlok hingga harga Rp. LnPk : Pupuk 1500 per Kg. Hal ini bahkan lebih kecil LnTk : Tenaga Kerja daripada harga sayur lainnya. itu merupakan LnBn : Benih harga yang cukup rendah sehingga mereka LnLh : Lahan tidak dapat menutup biaya operasional mereka. Untuk menghitung efisiensi teknik digunakan Namun, ketika pasar lokal tidak memberi alat analisis data yaitu Frontier 4.1. mereka harga yang layak maka petani menjual Pengambilan keputusan dengan menggunakan hasil panennya ke daerah lain. Hal itu karena alat analisis ini sesuai dengan Soekarwati pasar lokal disana memberikan harga jual (1994), adalah sebagai berikut : yang cukup rendah. Untuk meningkatkan a. Jika nilai efisiensi sama dengan satu, hasil penjualan produksi buncis kelompok tani maka penggunaan faktor-faktor bersama dengan Balai Penyuluh Pertanian produksi pada usahatani bawang biasanya memberikan pelatihan khusus merah dapat dikatakan sudah efisien kepada para petani. Dan seharusnya fungsi secara teknis. pemerintah desa, gabungan kelompok tani b. Jika nilai efisiensi tidak sama dengan (Gapoktan), dan organisasi yang relevan satu, maka penggunaan faktor-faktor untuk meningkatkan manfaat produktivitas produksi pada usahatani bawang pertanian yang masih kurang bisa merah dinyatakan tidak efisien secara menyejahterakan para petani buncis hal teknis. tersebut dikarenakan sebagian aparatur yang Menurut Sutrisno (2006) Marjin dalam menangani masalah distribusi sayur tidak mudah karena terdapat mata rantai pemasaran adalah selisih harga antara dua pemilik modal besar yang berjejaring. atau lebih saluran pemasaran atau harga ditingkat produsen atau harga eceran ditingkat METODE PENELITIAN konsumen. Menurut Sudiyono (2001), untuk Penelitian ini menggunakan metode mengetahui nilai marjin pemasaran maka deskriptif dan kuantitatif yaitu dengan dapat dilakukan dengan rumus : mengolah data yang diperoleh secara statistik Mp = Pr - Pf dan diinterpretasikan berdasarkan hasil Keterangan : penelitian. Variabel dependen yang digunakan Mp : Marjin Pemasaran dalam penelitian ini adalah produksi sayur Pr : Harga tingkat produsen buncis, sedangkan variabel independen dari Pf : Harga tingkat konsumen

366 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

LnLh : Lahan HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis stokastik frontier pada tabel 4.9 yang merupakan input Sesuai pada penelitian yang dilakukan awal dari produksi sayur buncis. Semua oleh Satiti (2013) pada Liana (2014) variabel tersebut memiliki pengaruh positif mengingat bentuk model estimasinya dalam terhadap efisiensi produksi sayur buncis di bentuk Logaritma Natural maka koefisien Kabupaten Wonosobo. Hasil perhitungan regresi merupakan koefisien elastisitas. Berikut Frontier 4.1 menunjukkan 0.998 dimana angka adalah hasil estimasi efisiensi produksi dengan tersebut masih belum efisien secara teknik. menggunakan Analisis Stokastik Frontier Sehinga perlu melakukan penambahan lahan dapat dilihat pada Tabel 3 dalam perhitungan yang digunakan dan pengurangan jumlah efisiensi dapat menggambarkan keadaan tenaga kerja yang digunakan dalam proses sebenarnyya dilapangan berikut adalah hasil produksi sayurbuncis tersebut. estimasi fungsi produksi pada Tabel 3. Menurut Andriyani terdapat 3 saluran pemasaran yang secara deskriptif menjelaskan Tabel 3. Hasil Panen Analisis Stokastik bahwa T- N Koefisie Standar Saluran 1 : Petani Kubis → Pedagang Variabel Rati o n Error pengumpul → pedagang besar → pedagang o pengecer → konsumen Konstant 1.87 1 2.001 1.069 Saluran 2 : Petani kubis → Pedagang besar → a 0 pedagang pengecer → Konsumen 2.15 2 LX₁ 0.179 0.083 Saluran 3 : Petani Kubis → pedagang pengecer 7 → konsumen 2.96 3 LX₂ 0.539 0.182 Dalam penelitian tersebut 0 menghasilkan persentase marjin pemasaran 1.03 4 LX₃ 0.166 0.160 pada saluran I 51,43 %, saluran II 42,86%, 7 saluran III 28,57%. Dengan presentase nilai 5.60 5 LX₄ 0.819 0.146 Farmer’s Share saluran I 48,57%, saluran II 0 55,71%, dan saluran III 69,95%. Dimana Rata-Rata Nilai Teknis 0.998 dalam penelitian tersebut diperoleh saluran n 100 pemasaran kubis yang paling efisien adalah Sumber : Data Primer Diolah, 2021 saluran pemasaran dengan nilai marjin pemasaran terendah dan nilai Presentase Model estimasi : Farmer’s Share tertinggi yaitu saluran pemasaran III. 𝐿� = �0 + �1𝐿�1 + Hasil Estimasi : LnPr = 2.001 + 0.179LnPk + Berdasarkan penelitian pada petani �2𝐿�2 + �3𝐿�3 + �4𝐿�4 + � 0.539LnTk + 0.166LnBn + 0.189LnLh sayur buncis di kecamatan Kalikajar, Keterangan : Kabupaten Wonosobo unsur saluran LnPr : Produksi Sayur Buncis pemasaran yang terlibat dalam pemasaran LnPk : Pupuk sayur buncis terdapat 3 saluran pemasaran LnTk : Tenaga Kerja dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut LnBn : Benih Gambar 1 Saluran Pemasaran Sayur Buncis

PETANI

KONSUMEN PEDAGANG BESAR TENGKULAK

367 KONSUMEN PEDAGANG BESAR

KONSUMEN Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

Gambar 1 menujukan adanya 3 pola saluran Saluran Pemasaran 2 : pemasaran pada usahatani sayur buncis Petani Tengkulak Pedagang dengan rincian sebagai berikut : besar Konsumen. Saluran Pemasaran 0 : Adapun saluran pemasaran tersebut Petani Konsumen terdapat dalam hasil analisis. Hasil tersebut Saluran Pemasaran 1 : dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut. Petani Pedagang besar Konsumen

Tabel 4. Analisis Marjin Pemasaran, Distribusi Marjin dan Farmer’s Share Usahatani Sayur Buncis Kabupaten Wonosobo Pola Pemasaran Uraian Sal.0 % Sal. 1 % Sal. 2 %

Biaya Pemasaran (Rp./Kg) Rp - Transportasi Rp 300.00 8 Rp 500.00 6 Tenaga Kerja Rp 200.00 5 Rp 400.00 5 Retribusi Rp 70.00 2 Rp 75.00 1 Subtotal 1 Rp 570.00 14 Rp 975.00 12 Harga Jual Petani Rp 8,000.00 Rp 2,000.00 Rp 2,000.00 Tengkulak Rp 4,000.00 Rp 4,000.00 Pedagang Besar Rp 8,000.00 Keuntungan Pemasaran Petani Rp 8,000.00 Tengkulak Rp 3,430.00 Pedagang Besar Rp 7,025.00 Konsumen Sub total 2 Rp 8,000.00 100 Rp 3,430.00 86 Rp 7,025.00 88 Total Rp - 100 Rp 4,000.00 100 Rp 8,000.00 100 Marjin Pemasaran Rp - Rp 2,000.00 Rp 6,000.00 Distribusi Marjin 100 50 25 Farmer's Share 100 50 25 Sumber : Data Primer Diolah 2021 Berdasarkan hasil analisis diatas pemasaran dan apabila nilainya semakin kecil besarnya nilai marjin dihitung berdasarkan maka biaya yang dikeluarkan untuk selisih harga yang ditawarkan oleh pedagang pemasaran semakin tinggi. Dalam hal ini dari besar pada konsumen tingkat akhir dan harga beberapa saluran pemasaran tersebut saluran yang ditawarkan oleh petani pada konsumen yang paling efisien dalam pemasaran sayur tingkat akhir. Untuk nilai distibusi marjin buncis adalah saluran pemasaran nol (0) 368 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020) dengan nilai Marjin Pemasaran dan nilai 2. Nilai dari efisiensi produksi adalah sebesar Farmer’s Share 100% karena dalam saluran 0,998 itu berarti usahatani sayur buncis di pemasaran ini petani langsung menjual ke Kabupaten Wonosobo belum efisien secara konsumen tingkat akhir sehingga harga yang teknis. Dimana apabila nilai efisiensi diterima oleh petani lebih tinggi daripada tersebut <1 maka usahatani tersebut dapat ketika petani menjualnya kepada tengkulak dikatakan belum efisien. Sedangkan dalam atau ke pedagang besar. Hal tersebut juga teori Cobb-Douglas nilai efisiensi teknis memumgkinkan petani untuk mendapatkan dikatakan efisien apabila nilainya = 1. pendapatan yang lebi tinggi sehingga dapat Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi meningkatkan pendapatan petani dan juga teknis dalam usahatani Sayur buncis petani dapat mensejahterakan keluarga. Hasil dari perlu melakukan pengurangan faktor penelitian ini berbanding terbalik dengan produksi tenaga kerja. Karena, tenaga kerja penelitian yang dilakukan oleh Lia Andriyani yang dipekerjakan dalam usahatani sayur dkk yang menyatakan bahwa saluran buncis lebih banyak daripada faktor pemasaran III dengan nilai marjin pemasaran produksi lainnya. terendah yang paling efisien. 3. Dalam usahatani sayur buncis di Dalam wawancara langsung dengan Kecamatan Kalikajar Kabupaten responden usahatani sayur buncis di Wonosobo terdapat 3 saluran pemasaran. kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Dimana apabila petani melakukan Dari seluruh responden mengatakan bahwa penjualan dengan konsumen tingkat akhir untuk pemasaran sayur buncis dilakukan secara langsung maka petani akan secara langsung kepada tengkulak dengan memperoleh keuntungan yang lebih besar harga jual sayur buncis Rp. 2000 per Kg daripada ketika petani melakukan jikalau sedang musim panen, namun pada saat penjualan kepada tengkulak/pedagang musim panen reda harga sayur buncis menjadi terlebih dahulu. Pada saluran 0 petani Rp. 8000 per Kg nya. Hal tersebut memiliki nilai jual sayur buncis sebesar Rp. menyebabkan pendapatan petani buncis 8000-, / Kg sayur buncis, sedangkan menjadi turun sedangkan biaya yang harus apabila petani menjual ke dikeluarkan tidak sebanding dengan harga tengkulak/pedagang besar petani hanya jualnya. Namun ketika petani menjual ke memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. konsumen secara langsung harga jual yang 2000-, / Kg. didapatkan sebesar Rp. 8000-, sehingga 4. Pada usahatani sayur buncis Kabupaten pendapatan yang diperoleh oleh petani lebih Wonosobo mempunyai nilai distribusi tinggi ketika menjualnya secara langsung marjin pemasaran dan Farmer’s Share kepada konsumen tingkat akhir. masing-masing saluran pemasaran memiliki nilai 100%, 50% dan 25%. Hal SIMPULAN tersebut dikarenakan setiap saluran Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemasaran mempunyai biaya pemasaran efisiensi produksi dan nilai marjin pemasaran yang berbeda-beda, berarti semakin banyak usahatani sayur buncis di Kabupaten lembaga pemasaran yang terlibat dalam Wonosobo studi kasus Kecamatan Kalikajar pemasaran sayur buncis maka akan dapat disimpulkan bahwa : semakin kecil nilai distribusi marjin dan 1. Faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, nilai Farmer’s Share nya. pupuk dan benih mempunyai pengaruh positif terhadap usahatani sayur buncis di DAFTAR PUSTAKA Kecamatan Kalikajar. Oleh sebab itu Anandra, A. R. (2010). Analisis Efisiensi apabila salah satu faktor produksi tersebut Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ditambahkan untuk usahatani sayur buncis pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging dengan asumsi faktor produksi yang lain di Kabupaten Magelang. E-Journal Undip, tetap maka akan menambah jumlah 3,4, 71 hal. produksi sayur buncis. 369 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

http://eprints.undip.ac.id/26358/1/skrip Agriculture Sciences, April 2017. si_ahmad_ridhani https://www.researchgate.net/profile/Pr osenjit_Das9/publication/333247746_Pe Anwar, S. (2016). ANALISIS EFISIENSI rformance_Evaluation_of_Indian_Inform PEMASARAN USAHA AGRIBISNIS ation_Technology- TOMAT EFFICIENCY ANALYSIS OF _enabled_Services_ITeS_Industry_An_A TOMATO AGRIBUSINESS BUSINESS pplication_of_Two- MARKETING ( Lycopersicum esculentum ) Stage_Data_Envelopment_Analysis/link IN REGENCY OF BOYOLAL konsep s/5ce438df92851c4eabb4dcc8/Performa sarana dan sehingga penyimpanan. 3(2), 131–140. Fajar, M., Gitaningtyas, O. P., Muhtoni, M., & Dhahari, P. (2019). The Estimation of Aumora, N. S., Bakce, D., & Dewi, N. (2016). Production Function and Technical Analisis Efisiensi Produksi Usahatani Efficiency Shallot Farming. Jurnal Kelapa di Kecamatan Pulau Burung Matematika “MANTIK,” 5(1), 50–59. Kabupaten Indragiri Hilir. Sorot, 11(1), 47. https://doi.org/10.15642/mantik.2019.5. https://doi.org/10.31258/sorot.11.1.387 1.50-59 0 Flannery, D. (1988). Phenomenology and the Back, R. M., Niklas, B., Liu, X., Storchmann, price of beans. Bulletin of the Royal College K., & Vink, N. (2019). American of Psychiatrists, 12(8), 320–322. Association of Wine Economists Along the https://doi.org/10.1192/s014007890002 Supply Chain : Wine on the U . S . Market. 0976 244. Islam, S., Naha, T., Begum, J., Khatun, M., & Brameld, J. M., & Parr, T. (2016). Improving Hossain, M. (2018). Marketing and efficiency in meat production. Proceedings Financial Analysis of Milk Production- A of the Nutrition Society, 75(3), 242–246. Value Chain Perspective. Asian https://doi.org/10.1017/S002966511600 Development Policy Review, 6(1), 32–40. 0161. https://doi.org/10.18488/journal.107.20 18.61.32.40. Cevik, A. S. (2000). The efficiency of standard wreath product. Proceedings of the Hoque, F., Afrin, S., Akter, A., Khatun, M., Edinburgh Mathematical Society, 43(2), Beg, T. H., Afrin, T., & Yoezer, K. 415–423. (2021). Measuring technical efficiency of https://doi.org/10.1017/S001309150002 the cauliflower cultivation in Bangladesh: 1003 A case study on Dhaka district. Journal of Applied Horticulture, 23(1), 54–58. Chonani, S. H., Prasmatiwi, F. E., & Santoso, https://doi.org/10.37855/jah.2021.v23i0 H. (2014). Efisiensi Produksi dan 1.11 Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Katchova, A. L. (2010). Agricultural Contracts Lampung Timur: Pendekatan Fungsi and Alternative Marketing Options: A Produksi Frontier. Jiia, 2(2), 133–141. Matching Analysis. Journal of Agricultural and Applied Economics, 42(2), 261–276. Dangkung, L. I., Pudjiastuti, A. Q., & https://doi.org/10.1017/s107407080000 Khoirunnisa, N. (2020). Efisiensi 3448 produksi sawi pakcoy ( Brasica rapa L .) di Desa Sumberejo Kota Batu. Journal of Kai, Y., Baruwadi, M., Tolinggi, W. K., Agricultural Socio-Economics (JASE), 2(2), Agribisnis, J., Pertanian, F., Gorontalo, 67–75. U. N., Pertanian, F., & Gorontalo, U. N. (2016). Analisis Distribusi Dan Margin Das, P., & Datta, A. (2018). Performance Pemasaran Usahatani Kacang Tanah Di Evaluation of Indian Information Kecamatan Pulubala Kabupaten Technology-enabled Services (ITeS) Gorontalo. AGRINESIA : Jurnal Ilmiah Industry: An Application of Two-Stage Agribisnis, I(1), 71–78. Data Envelopment Analysis, IJAME. International Journal of Advances in 370 Aprilia D. N., Sucihatiningsih D. W. P./ INDICATORS Journal of Economics and Business Vol. 2(2)(2020)

Lema, T. Z., & Tessema, S. A. (2017). Taub.] through different marketing Analysis of the technical efficiency of rice channels in Bhiwani district. Annals of production in Fogera district of Ethiopia: Agri Bio Research, 23(1), 44–48. a stochastic frontier approach. Ethiopian Journal of Economics, 26(2), 88–108. Tahir, A. G., Darwanto, D. H., Mulyo, J. H., & Jamhari, N. (2016). Analisis Efisiensi Mardhiah, A., & Suhartini, A. M. (2020). Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Analisis Efisiensi Teknis Produksi Ubi Sulawesi Selatan. Jurnal Agro Ekonomi, Kayu Di Provinsi Lampung Tahun 2017: 28(2), 133. Pendekatan Stochastic Frontier Analysis. https://doi.org/10.21082/jae.v28n2.201 Seminar Nasional Official Statistics, 2019(1), 0.133-151 210–217. https://doi.org/10.34123/semnasoffstat. Tefera, N. (2020). Technical Efficiency of v2019i1.132 Fertilizer-use and Farm Management Practices : Evidence from Four Regions in Mercy Ngum, A., Bett (PhD), E. K., & Mugwe Ethiopia Technical Efficiency of Fertilizer-use (PhD), J. N. (2020). Performance of and Farm Management Practices : Evidence Soybean Marketing in Emby, Tharaka from Four Regions in Ethiopia. July. Nithi and Meru Countries, Kenya. American Research Journal of Agriculture, Wang, J., Tian, Y., Song, M., Zhao, J., & Li, 7(1), 1–7. H. (2018). Coal saving in China: from https://doi.org/10.21694/2378- Pareto-Koopmans to Kaldor-Hicks 9018.21002 criterion. Journal of Organizational Millet, S., Aluwé, M., Van Den Broeke, A., Change Management, 31(1), 103–117. Leen, F., De Boever, J., & De https://doi.org/10.1108/JOCM-06- Campeneere, S. (2018). Review: Pork 2017-0231 production with maximal nitrogen efficiency. Animal, 12(5), 1060–1067. https://doi.org/10.1017/S175173111700 2610

Nurjati, E., Fahmi, I., & Jahroh, S. (2018). Analisis Efisiensi Produksi Bawang Merah di Kabupaten Pati dengan Fungsi Produksi Frontier Stokastik COBB- DOUGLAS. Jurnal Agro Ekonomi, 36(1), 55. https://doi.org/10.21082/jae.v36n1.201 8.55-69.

Panjaitan, F. E. D., Lubis, S. N., & Hashim, H. (2013). Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Pay, Y. A., & Nubatonis, A. (2017). Analisis Pemasaran Buncis di Desa Oerinbesi Kecamatan Biboki Tanpah Kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor, 2(04), 52– 54. https://doi.org/10.32938/ag.v2i04.173

Singh, M., Kumar, R., Luhach, V. P., & Singh, V. (2018). Economic analysis of marketing cost, margin and price spread of guar [Cyamopsis tetragonoloba (L.) 371