ek SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

IDENTIFIKASI BATAS LATERAL CEKUNGAN AIRTANAH (CAT)

Zeffitni*

Abstract

Groundwater basin naturally constrained by the limits controlled by the hydrogeologic and geologic conditions or groundwater hydraulics, and in general not the same as the government boundaries. The purpose of this study to identify the lateral boundary of Palu Groundwater Basin (CAT Palu). Analysis method based on analysis of field data for the determination of the geometry and configuration of the lateral aquifer system. The results showed that: 1). external zero flow boundary, are the contact area between the aquifer and the aquifers that form CAT Palu. This form of field boundary fault, conformity and the unconformity as the main geological structures are dominated by graben structures known as Palu Fault, 2). CAT Palu boundary based on groundwater divide coincides with the boundary surface of the water separator which separates the two main aquifer groundwater flow in the opposite direction, 3). external head-controlled boundary in CAT Palu is the sea level because the main aquifer is not depressed, and 4). inflow boundary located in the east and west of Palu River, from structural buckling hillsides and Mount Mount Gawalise Tanggungguno. In the southern part of the Palu River upstream Kamamora area. Outflow boundary located in the northern part of the Gulf of Palu. Key words : basin, groundwater, aquifer

Abstrak

Cekungan airtanah umumnya dibatasi oleh batasan yang dikendalikan oleh kondisi hidrogeologi dan geologi atau kondisi hidraulik airtanah, dan umumnya tidak sama dengan batas wilayah pemerintahan. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi batasan lateral dari cekungan airtanah Palu (CAT Palu). Metode analisa didasarkan pada analisa data lapangan untuk menentukan geometri dan konfigurasi sistem akiifer cekungan tersebut. Hasil identifikasi memperlihatkan bahwa: 1). batas tanpa aliran eksternal, adalah bidang kontak antara akuifer dan non akuifer yang membentuk CAT Palu. Bentuk batasan ini berupa bidang sesar, keselarasan dan ketidakselarasan sebagai struktur geologi utama yang didominasi oleh struktur graben yang dikenal sebagai sesar Palu, 2). batas struktur CAT Palu berdasarkan batas pemisah airtanah berimpit dengan batas pemisah air permukaan pada akuifer utama yang memisahkan dua aliran airtanah dengan arah berlawanan, 3). Batas air permukaan eksternal di CAT Palu adalah muka air laut karena akuifer utama bersifat tidak tertekan, dan 4). Batas aliran airtanah yang masuk berada di bagian timur dan barat Sungai Palu, dari tekuk lereng perbukitan struktural Gunung Gawalise dan Gunung Tanggungguno. Di bagian selatan yaitu dari hulu Sungai Palu di daerah Kamamora. Batas aliran airtanah yang keluar (outflow boundary) berada di bagian utara yaitu Teluk Palu. Kata Kunci : cekungan, airtanah, aquifer

1. Pendahuluan spasial. Keberadaan CAT Palu erat Airtanah di Cekungan kaitannya dengan struktur graben di Airtanah Palu (CAT Palu) merupakan Cekungan Palu, yaitu Sesar Palu. salah satu fenomena fisik yang Secara alamiah cekungan airtanah memerlukan pendekatan analisis dibatasi oleh batas hidrogeologi yang dikontrol oleh kondisi geologi dan

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

atau hidrolika airtanah, serta pada pada zona yang 100% jenuh umumnya tidak sama dengan batas (saturated). Di atas zona yang 100% wilayah pemerintahan. Berdasarkan jenuh terdapat zona yang tidak 100% pembatasannya, terdapat cekungan jenuh tetapi sebagian terisi oleh airtanah yang utuh di dalam udara dan dikenal sebagai zona kabupaten / kota, lintas kabupaten / tidak jenuh (unsaturated). Distribusi kota, lintas propinsi dan bahkan lintas vertikal airtanah disajikan pada negara (Pusat Lingkungan Geologi, Gambar 1. 2007). Suatu batas cekungan Hendrayana (1994) airtanah tidak sama dengan batas memberikan batasan airtanah wilayah pemerintahan. Berkaitan sebagai air yang bergerak dalam dengan kajian penelitian, konsep tanah yang terdapat dalam ruang batas cekungan menurut Pusat dari batuan sebagai air celah. Lingkungan Geologi (2007) juga Airtanah dibedakan atas: airtanah ditemui di CAT Palu. CAT Palu secara yang terdapat pada lapisan tanah administratif pemerintahan, yang permeabel dan impermeabel, mencakup Kota Palu sebagai Ibukota airtanah bebas dan airtanah Provinsi Tengah serta tertekan, serta airtanah tumpang sebagian Kabupaten Donggala dan yaitu airtanah yang terbentuk di atas Sigi. Analisis agihan sistem akuifer suatu lapisan impermeabel di dalam berdasarkan identifikasi batas lateral zona aerasi. CAT Palu, merupakan salah satu Pada pendapat lain Perdue metode untuk dapat mengetahui Research Foundation (1996) batas CAT Palu. memberikan batasan airtanah sebagai air yang tersimpan dalam akuifer pada suatu cekungan 2. Telaah Pustaka airtanah, yang dipengaruhi oleh 2.1 Hidrogeologi dan Akuifer kondisi geologi, hidrogeologi, gaya Todd (1980) memberikan tektonik serta struktur bumi yang batasan airtanah sebagai air yang membentuk cekungan. mengisi pori-pori atau ruang antar butir-butir tanah maupun batuan

Gambar 1. Distribusi Vertikal Airtanah (Todd, 1980)

338 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

Gambar 2. Tipe Akuifer (Todd, 1980; Santosa dan Adji, 2006)

Notosiswoyo (2002) memberikan batasan bahwa menambahkan bahwa airtanah penentuan batas lateral dan vertikal merupakan sumberdaya alam yang cekungan airtanah akan terbaharui, namun waktu pengisian menunjukkan geometri cekungan kembali (replenishment) sangat airtanah. Penentuan agihan lateral relatif, tergantung pada: dan vertikal akuifer maupun non ketersediaan air, kondisi permukaan, akuifer menunjukkan konfigurasi curah hujan, litologi, konduktivitas sistem akuifer. Parhusip (2001) hidraulik, topografi, kedalaman muka menambahkan bahwa tinjauan airtanah dan pengaruh sifat zona terhadap airtanah memiliki cakupan tidak jenuh. Todd (1980) menjelaskan yang cukup luas, diantaranya: jenis bahwa airtanah tersimpan dalam akuifer, parameter akuifer yang suatu lapisan batuan yang dapat menunjukkan karakteristik akuifer, menyimpan dan meluluskan air yang maupun pemanfaatan serta disebut sebagai akuifer. Terdapat kualitasnya. Informasi geologi beberapa macam perlapisan batuan diantaranya: penampang (cross atau formasi geologi yang dapat section) geologi, log pemboran dan berfungsi sebagai akuifer, antara lain: sumur yang dikombinasi dengan endapan aluvial, batugamping, informasi hidrogeologi akan batuan vulkanik, dan batupasir. menunjukkan unit hidrostratigrafi Gambar 2. mengilustrasikan akuifer cekungan airtanah (Maxey, 1964; berdasarkan letak dan Seaber, 1988). Penampang (cross kedudukannya terhadap batuan, section) geologi dapat menunjukkan yang dibagi menjadi: akuifer tidak formasi geologi, unit stratigrafi, bidang tertekan (unconfined aquifer) dan piezometrik, kandungan kimia air dan akuifer tertekan (confined aquifer). korelasi formasi dari log pemboran Berkaitan dengan geometri dari beberapa sumur (Erdelyi, 1988). dan konfigurasi akuifer, Pusat Pendugaan geolistrik merupakan Lingkungan Geologi (2007) salah satu metode geofisika untuk

339

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

mengetahui material penyusun cekungan airtanah merupakan suatu akuifer melalui geometri dan satuan hidrogeologi yang terdiri dari konfigurasi akuifer (Todd, 1980; satu atau beberapa bagian akuifer Zohdy, 1989; Santosa dan Adji, 2006). yang saling berhubungan membentuk suatu sistem dan dapat berubah akibat perubahan 2.2 Cekungan airtanah lingkungan. Hadian dkk., (2006) Boonstra dan Ridder (1981) ; menambahkan bahwa airtanah Zeffitni, (2010) menjelaskan bahwa merupakan air inter koneksi secara pada suatu cekungan airtanah terbuka pada batuan saturasi di mengalami proses hidrologi yang bawah permukaan tanah, baik pada berlangsung secara terus menerus. zona jenuh maupun tidak jenuh. Proses pertambahan volume airtanah Pada zona jenuh, terdapat sistem air dalam cekungan melalui proses jenuh berupa air bawah tanah. Sistem perkolasi dari air permukaan, ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, sebaliknya volumenya akan hidrogeologi, dan gaya tektonik yang berkurang akibat proses membentuk cekungan airtanah. evapotranspirasi, pemunculan Pada pendapat lain Gregory sebagai mataair, serta adanya aliran dan Walling (1973); Zeffitni (2010), menuju sungai. Faktor litologi sangat menjelaskan bahwa cekungan menentukan terhadap kecepatan airtanah merupakan suatu area proses perkolasi air permukaan. dengan air yang berasal dari aliran Keterdapatan endapan aluvial permukaan. Cekungan airtanah merupakan ciri utama litologi suatu merupakan salah satu contoh dari cekungan airtanah. Todd (1980); sistem geomorfologi. Zeffitni, (2010) berpendapat bahwa

Gambar 3. Morfologi dan Sebaran Sedimen Pada Cekungan Airtanah (Boonstra dan De Ridder, 1981)

340 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

Penggunaan sistem boundary), dan batas pemisah geomorfologi sangat tepat untuk airtanah (groundwater devide). menunjukkan hubungan antara bagian - bagian sistem dalam suatu b. Batas Muka Air Permukaan (Head- objek. Sistem aliran airtanah Controlled Boundaries) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Batas muka air permukaan Hubbert (Gregory dan Walling, 1973); merupakan batas cekungan Zeffitni (2010) menambahkan bahwa airtanah, pada batas tersebut aliran airtanah disebabkan oleh beda diketahui tekanan hidrauliknya. potensial fluida. Toth (Gregory dan Batas muka air permukaan terdiri Walling, 1973) menunjukkan model atas: batas muka air permukaan matematika dari sistem aliran tetap eksternal (external head- airtanah berdasarkan persamaan controlled boundary, B1), dan Laplace, dengan menggunakan pola batas muka air permukaan internal dasar Hubbert. Pada model tersebut (internal head-controlled pola aliran airtanah dapat boundary, B2). diidentifikasikan secara hipotetikal geologi baik secara isotropik dan c. Batas Aliran Airtanah (Flow- homogen dengan perubahan Controlled Boundaries) topografi sebagai spesifik area yang Batas aliran airtanah atau batas disebut dengan batas tekanan. imbuhan airtanah (recharge Gambar 3. menunjukkan hubungan boundary) merupakan batas antara topografi dengan gradien cekungan airtanah. Berdasarkan hidraulik. arah alirannya, batas aliran Berkaitan dengan konsep airtanah dibedakan menjadi dua batas cekungan, Boonstra dan Ridder jenis, yaitu: batas aliran airtanah (1981); Pusat Lingkungan Geologi masuk (inflow boundary, C1) dan (2007); Zeffitni (2010), menjelaskan batas aliran airtanah keluar bahwa cekungan airtanah (outflow boundary, C2). Batas mempunyai batas baik pada arah aliran airtanah ini ditetapkan lateral maupun vertikal yang sebagai batas cekungan airtanah menunjukkan geometri dan pada arah lateral. konfigurasi sistem akuifer, dan terdiri dari 4 hal sebagai berikut. d. Batas Muka Airtanah Bebas (Free Surface Boundary, D) a. Batas Tanpa Aliran (Zero-flow Batas muka airtanah bebas Boundaries / Noflow Boundaries) merupakan batas cekungan Batas tanpa aliran merupakan airtanah, pada batas tersebut batas cekungan airtanah, pada diketahui tekanan hidrauliknya batas tersebut tidak terjadi aliran sebesar tekanan udara luar. Muka airtanah atau alirannya tidak airtanah bebas atau muka freatik, berarti jika dibandingkan dengan merupakan batas vertikal bagian aliran pada akuifer utama. Batas atas cekungan airtanah. Pada tanpa aliran dibedakan menjadi Gambar 4. terlihat model batas tiga tipe: batas tanpa aliran cekungan airtanah baik berupa eksternal (external zero-flow batas tanpa aliran, batas muka air boundary), batas tanpa aliran permukaan, batas aliran airtanah internal (internal zero-flow dan batas muka airtanah bebas secara lateral dan vertikal.

341

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

Secara alamiah cekungan bahwa suatu batas cekungan airtanah dibatasi oleh batas airtanah tidak sama dengan batas hidrogeologi yang dikontrol oleh wilayah pemerintahan. Berkaitan kondisi geologi dan atau hidrolika dengan kajian penelitian, konsep airtanah, serta pada umumnya tidak batas cekungan menurut Pusat sama dengan batas wilayah Lingkungan Geologi (2007) juga pemerintahan. Berdasarkan ditemui di CAT Palu. CAT Palu secara pembatasannya, terdapat cekungan administratif pemerintahan, airtanah yang utuh di dalam mencakup Kota Palu sebagai Ibukota kabupaten / kota, lintas kabupaten / Provinsi Sulawesi Tengah serta kota, lintas propinsi dan bahkan lintas sebagian Kabupaten Donggala dan negara (Pusat Lingkungan Geologi, Sigi. 2007). Pada Gambar 5. terlihat

Gambar 4. Tipe Batas Cekungan Airtanah (Boonstra dan Ridder, 1981; Pusat Lingkungan Geologi, 2007; Zeffitni, 2010)

Gambar 5. Contoh Cekungan Airtanah Lintas Kabupaten / Kota (Pusat Lingkungan Geologi, 2007; Zeffitni, 2010)

342 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

3. Metode Analisis 3.2 Analisis Hasil Untuk Menguji Cekungan Palu di Provinsi Hipotesis Sulawesi Tengah terdiri atas Analisis ini ditujukan untuk beberapa cekungan airtanah, yaitu: menguji hipotesis, yaitu agihan spasial CAT Palu, CAT Bobo, CAT Langko, sistem akuifer berdasarkan dan sebagian CAT Watutua. pendekatan geomorfologi dan Berdasarkan pertimbangan geologi menunjukkan bahwa agihan fenomena agihan spasial airtanah akuifer secara lateral ditentukan oleh yang lebih kompleks di CAT Palu, kondisi geomorfologi. Penentuan maka penelitian ini lebih difokuskan metode analisis ini berpedoman di CAT Palu Provinsi Sulawesi Tengah. pada Panduan Teknis Pengelolaan Secara administratif mencakup Airtanah oleh Badan Geologi, Pusat sebagian Kota Palu (Ibukota Provinsi Lingkungan Geologi (2007). Sulawesi Tengah), Kabupaten a Batas tanpa aliran eksternal (tipe Donggala dan Sigi. batas A1) yang ditentukan dengan menggunakan peta geologi dan peta hidrogeologi. 3.1 Analisis Spasial dan Kelingkungan Batas ini merupakan bidang Analisis ini ditujukan untuk kontak antara akuifer dan non mengetahui agihan airtanah dengan akuifer. Batas ini dapat berupa satuan bentuklahan sebagai satuan bidang sesar, keselarasan evaluasi. Proses analisis ini dilakukan (conformity) dan ketidakselarasan dengan cara interpretasi citra satelit (unconformity). yang dilanjutkan dengan b Batas pemisah airtanah (tipe pengecekan lapangan untuk batas A3) yang ditentukan menyusun peta satuan bentuklahan. berdasarkan peta geologi, Klasifikasi bentuklahan yaitu atas hidrogeologi dan peta topografi dasar genetik, mengacu pada (konfigurasi relief). Berdasarkan Verstappen dan Van Zuidam (1968) penggunaan peta ini maka akan dan skala mengacu pada klasifikasi dapat diketahui bahwa batas bentuklahan pada pemetaan skala pemisah airtanah berimpit dengan 1:250.000. Berdasarkan peta satuan batas pemisah air permukaan bentuklahan dilakukan pengamatan pada suatu akuifer utama yang lapangan terhadap faktor lingkungan memisahkan dua aliran airtanah fisik yang berkaitan dengan dengan arah berlawanan. keberadaan dan karakteristik c Batas muka air permukaan airtanah. eksternal (tipe batas B1) yang Faktor lingkungan fisik ditentukan berdasarkan: peta meliputi: litologi, stratigrafi, struktur topografi, peta geologi dan geologi dan penggunaan lahan. hidrogeologi, dan hasil analisis Proses pemetaan menggunakan data hidrogeologi bawah Sistem Informasi Geografis PC permukaan (geolistrik). Arc/Info, yang penyajiannya dengan Berdasarkan hal tersebut maka menggunakan Arc View GIS versi 3.3, batas muka air permukaan Map Info Discover versi 6.0, Globe eksternal adalah muka air laut. Mapper versi 9.0, Rockworks versi 2002 d Batas aliran airtanah (tipe batas dan Surfer versi 8.0. C1 dan C2) yang masuk dan keluar cekungan airtanah, yang

343

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

ditentukan berdasarkan: peta Hasil koreksi geometri dan geologi dan hidrogeologi, peta proses tampalan dari peta geologi curah hujan, dan peta aliran lembar Palu, Pasangkayu, dan Poso airtanah. Berdasarkan informasi ternyata batas tanpa aliran eksternal dari peta – peta tersebut dapat (external zero-flow boundary) diketahui batas aliran airtanah (Qin merupakan bidang kontak antara dan Qout). akuifer dan non akuifer yang membentuk CAT Palu. Batas ini

berupa bidang sesar, keselarasan 4. Hasil dan Pembahasan (conformity) dan ketidakselarasan Penentuan batas Cekungan (unconformity) sebagai struktur Airtanah Palu dilakukan melalui geologi utama yang didominasi oleh identifikasi tipe batas cekungan struktur graben yang dikenal dengan airtanah, yakni batas hidraulik yang Sesar Palu yang berarah utara – barat dikontrol oleh kondisi geologi dan laut berikut sesar lainnya yang hidrogeologi. berarah baratlaut - tenggara. Bentuknya menyerupai terban yang dibatasi oleh sesar – sesar aktif. 4.1 Batas Tanpa Aliran Eksternal (Tipe Penurunan bagian tubuh batuan Batas A1) yang disebabkan oleh sesar tersebut Batas tanpa aliran eksternal telah mengakibatkan terbentuknya (external zero-flow boundary), cekungan seluas + 3.481 km2, dengan ditentukan berdasarkan Peta Geologi arah memanjang baratlaut – Palu Lembar 2015 Tahun 1973, tenggara. Secara fisiografis, Pasangkayu Lembar 2014 dan Poso Cekungan Airtanah Palu adalah Lembar 2114 Tahun 1993, skala bagian dari Cekungan Palu. 1:250.000 dan Peta Potensi serta Penurunan bagian tubuh batuan Pengamatan Hidrogeologi Cekungan pada Cekungan Palu telah Palu Sulawesi Tengah Tahun 1994, mengakibatkan terbentuknya skala 1:250.000 oleh Direktorat Cekungan Airtanah Palu (CAT Palu) Geologi Tata Lingkungan, Bandung. dengan luas + 474,60 km2. Struktur Hasil tampalan peta geologi tersebut geologi lainnya disamping struktur ternyata terdapat ketidakselarasan utama (main structure) adalah pada litologi penyusun akuifer, struktur sesar geser atau mendatar stratigrafi, dan struktur geologi yang dan sesar normal yang mematahkan membentuk Cekungan Palu. Sebagai batuan - batuan terobosan granit titik kontrol pengamatan geologi gradnodiorit, endapan molasa yaitu sesar Palu – Koro yang berarah celebes sarasin, batuan sekis dan utara – selatan berikut sesar lainnya genes. Di samping itu dijumpai struktur yang berarah baratlaut – tenggara. sekunder berupa liniasi (lineament) Adapun titik kontrol pengamatan atau kelurusan yang berupa rekahan geomorfologi yaitu: 1). tekuk lereng - rekahan (kekar) umumnya terdapat perbukitan struktural di bagian timur pada batuan terobosan granit. dan barat dari Sungai Palu, yaitu Gunung Tanggungguno dan Gawalise, dan 2). pola aliran Sungai 4.2 Batas Pemisah Airtanah (Tipe Palu dan anak –anak sungainya. Batas A3) Berdasarkan hal tersebut maka Batas Cekungan Airtanah dilakukan koreksi geometri terhadap Palu berdasarkan batas pemisah peta geologi hasil tampalan.

344 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

airtanah (groundwater devide) adalah muka air laut karena akuifer ditentukan berdasarkan peta geologi, utama bersifat tidak tertekan. hidrogeologi dan peta topografi yang didukung dengan data citra satelit Landsat TM Tahun 1999, ETM+ 4.4 Batas Aliran Airtanah (Tipe Batas Tahun 2005 dan SRTM Tahun 2008 C1 dan C2) skala 1:250.000. Pada penelitian ini Penentuan batas cekungan penggunaan citra satelit sebagai airtanah pada bagian ini informasi dasar untuk mengetahui berdasarkan aliran airtanah yang morfologi, morfokronologi dan masuk (Qin) dan keluar (Qout) pada morfogenesa daerah penelitian. cekungan airtanah, yang ditentukan Proses analisis dengan menggunakan berdasarkan: peta geologi dan program Arc View Gis 3.3, Map Info hidrogeologi, peta curah hujan, dan Discover versi 6.0, dan Globe Mapper peta aliran airtanah. Berdasarkan versi 9.0. Informasi peta topografi peta tersebut dapat diketahui batas diantaranya berupa faktor relief dan aliran airtanah yang masuk (inflow kontur (interval 250m) menunjukkan boundary, C1) dan batas aliran adanya pencerminan interaksi antara airtanah keluar (outflow boundary, faktor litologi dan proses, serta C2) di CAT Palu. Arah aliran airtanah merupakan faktor kontrol utama bebas di CAT Palu ditentukan terhadap satuan bentuklahan di CAT berdasarkan pola kontur airtanah, Palu. Kondisi geomorfologi (variasi berdasarkan kedalaman muka freatik relief topografi, struktur dan proses rata – rata musim kemarau dan geomorfologi) sangat menentukan hujan. Analisis kontur dan arah aliran terhadap agihan potensi airtanah di airtanah dengan menggunakan CAT Palu. Hasil analisis menunjukkan program Rockworks versi 2002, seperti bahwa batas pemisah airtanah disajikan pada Gambar 6. pola aliran berimpit dengan batas pemisah air airtanah mengikuti pola topografi. permukaan pada akuifer utama yang Airtanah mengalir dari perbukitan memisahkan dua aliran airtanah menuju dataran aluvial baik secara dengan arah berlawanan. Di bagian mayor maupun minor membentuk timur dari tekuk lereng perbukitan cekungan lokal. Airtanah secara struktural Gunung Gawalise dan di umum menuju dan terkonsentrasi di bagian barat dari Gunung sekitar Sungai Palu. Aliran sungai Tanggungguno. bersifat effluent, dimana airtanah bergerak menuju Sungai Palu sehingga selalu mengalir sepanjang 4.3 Batas Muka Air Permukaan tahun (perenial). Secara mayor aliran Eksternal (Tipe Batas B1) airtanah mengalir dari CAT bagian Pada bagian ini batas timur dan barat menuju dataran cekungan airtanah juga ditentukan aluvial terus ke arah utara yaitu Teluk berdasarkan: peta topografi, peta Palu. Secara minor atau aliran sungai geologi dan hidrogeologi, serta hasil bersifat iffluent, airtanah mengalir dari analisis data hidrogeologi bawah dataran aluvial di sepanjang Sungai permukaan. Berdasarkan hal tersebut Palu, Gumbasa, Kawatuna, Lewara maka batas muka air permukaan dan Poboya menuju aliran sungai eksternal (external head-controlled tersebut. boundary) di Cekungan Airtanah Palu

345

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

Gambar 6. Model Arah Aliran Airtanah Bebas di CAT Palu (Hasil Analisis Data Muka Freatik dan Hydraulic Head, 2009)

Pola aliran airtanah minor penentuan geometri CAT Palu secara dengan sistem akuifer yang bersifat lateral, dapat dijelaskan sebagai lokal juga terdapat di perbukitan berikut. denudasional dan pada bagian a. Batas tanpa aliran eksternal tekuk lereng perbukitan struktural (external zero-flow boundary) Gunung Gawalise di bagian barat yaitu bidang kontak antara akuifer menuju Sungai Palu atau memasok dan non akuifer yang membentuk air Sungai Lewara. Di bagian timur CAT Palu. Batas ini berupa bidang mengalir dari tekuk lereng perbukitan sesar, keselarasan (conformity) Gunung Tanggungguno menuju dan ketidakselarasan Sungai Palu atau memasok air Sungai (unconformity) sebagai struktur Poboya, Kawatuna, dan Paneki. geologi utama yang didominasi Batas aliran airtanah yang masuk oleh struktur graben yang dikenal (inflow boundary, C1) berada di dengan Sesar Palu. bagian timur dan barat Sungai Palu b. Batas CAT Palu berdasarkan batas yaitu dari tekuk lereng perbukitan pemisah airtanah (groundwater struktural Gunung Gawalise dan devide) berimpit dengan batas Gunung Tanggungguno. Batas aliran pemisah air permukaan pada airtanah yang keluar (outflow akuifer utama yang memisahkan boundary, C2) berada di bagian dua aliran airtanah dengan arah utara yaitu Teluk Palu. berlawanan. c. Batas muka air permukaan 5. Kesimpulan eksternal (external head- controlled boundary) di CAT Palu Berdasarkan hasil analisis adalah muka air laut karena pada bagian sebelumnya maka akuifer utama bersifat tidak simpul bahasan sebagai pembuktian tertekan. hipotesis berkaitan dengan

346 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

d. Batas aliran airtanah yang masuk Penyusunan Peta (inflow boundary) berada di Geomorfologi. BSN . bagian timur dan barat Sungai Palu yaitu dari tekuk lereng Bemmellen, V.R.W. 1949. The Geology perbukitan struktural Gunung of Indonesia. Government Gawalise dan Gunung Printing Office The Hauge. Tanggungguno. Di bagian selatan .

yaitu dari hulu Sungai Palu di Boonstra, J and Ridder, D. 1981. daerah Kamamora. Batas aliran Numerical Modelling of airtanah yang keluar (outflow Groundwater Basins. ILRI boundary) berada di bagian utara Publication 29. London. yaitu Teluk Palu. De Rider, N.A. 1972. Hydrogeology of Hasil penelitian ini Different Types of Plain. sependapat dengan: 1). Todd (1980) ILRI.Wageningen. bahwa cekungan airtanah merupakan suatu satuan Erdelyi, M. and Galfi, J. 1988. Surface hidrogeologi yang terdiri atas satu and Subsurface Mapping in atau beberapa bagian akuifer yang Hydrogeology. A Wiley - saling berhubungan membentuk Interscience Publication. John suatu sistem, 2). Gregory dan Walling Wiley & Sons. New York. (1973) bahwa cekungan airtanah Gregory, K.J. and Walling, D.E. 1973. merupakan salah satu contoh dari Drainage Basin Form and sistem geomorfologi. Penggunaan sistem geomorfologi sangat tepat Process. Fletcher and Son Ltd. Norwich. untuk menunjukkan hubungan antara bagian - bagian sistem dalam suatu Hadian, M.S.D, Mardiana, U., dan objek secara lateral, dan 3). Ponce et Abdurahman, O. 2006. al., (1999) bahwa cekungan airtanah Sebaran Akuifer dan Pola terdiri atas: bagian atas sub Aliran Airtanah di Kecamatan cekungan, dengan runoff sebagai Batuceper dan Kecamatan bagian utama pada aliran Benda Kota Tangerang, permukaan dan daerah sub Provinsi Banten. Jurnal cekungan dengan runoff pada aliran Geologi Indonesia, Vol.1 No.3 sungai. Penelitian ini juga sependapat September 2006:115-128. dengan yang dikemukakan oleh Pusat Geologi Lingkungan. Ruchijat dan Denny (1989) dan Bandung. Suryaman dkk., (1995) bahwa di DAS Palu, batas pemisah aliran air Hendrayana, H. 1994. Pengantar permukaan berimpit dengan batas Hidrogeologi. Laporan Kursus cekungan aliran airtanah, namun Singkat Pengelolaan Airtanah sedikit kelemahan dari hasil penelitian Angkatan I Yogyakarta, 6-15 tersebut tidak menyebutkan jenis Juli 1994. UGM. Yogyakarta. akuifer dan arah aliran airtanah yang Maxey, G.B. 1964. Hydrostratigraphic diamati. Unit. Journal of Hydrology 2, pp.124-129.

6. Daftar Pustaka Murtolo. 1993. Geomorfologi Lembah Badan Standarnisasi Nasional. 1999. Palu dan Sekitarnya, Sulawesi SNI. 13-6185-1999. ICS07.070. Tengah. Bulletin Geologi Vol.

347

Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 4. Nopember 2011: 337 - 349

3. No. 26. Jurusan Geologi Santosa, L.W dan Adji, T.N. 2006. dan Sumberdaya Mineral- Penyelidikan Potensi Airtanah FTM-ITB. Bandung. Cekungan Airtanah Sleman - Yogyakarta di Kabupaten Notosiswoyo, S. 2002. Penerapan Bantul. Laporan Kegiatan. Metode Drastic Untuk Deprindagkop - Bidang Pendugaan Daerah Imbuhan Pertambangan dan Energi. Airtanah Bebas (Dengan Propinsi Daerah Istimewa Kasus Endapan Aluvial / Yogyakarta. Volkanik Pada Daerah Tropis). Bulletin Geologi Vol. 34. No. 2. Seaber, P.R, Sosenshein, J.S, and Departemen Teknik Geologi. Back, W. 1988. FIKTM - ITB. Bandung. Hydrostratigraphic Units, In: Hydrogeology. Journal The Parhusip, H, Legowo, S, dan Hutasoit, Geology of North America, V. L.M. 2001. Ketersediaan 0-2, Geol.Soc.Amer. Airtanah Untuk Pengembangan Irigasi di Sukamto, R.A.B. 1996. Geologi Lembar Nainggolan, Pulau Samosir. Palu Sulawesi Tengah. Pusat Bulletin Geologi, Vol.33. No.3. Penelitian dan Departemen Teknik Geologi - Pengembangan Geologi. FIKTM - ITB. Bandung. Bandung.

Ponce, V.M, Pandey, R.P, dan Kumar, Suryaman, Danaryanto, Hadi, S, dan S. 1999. Groundwater Suroto. 1995. Potensi Airtanah Recharge by Channel Cekungan Palu Sulawesi Infiltration in El Barbon Basin, Tengah. Laporan Kegiatan. Baja California, Mexico. Direktorat Geologi dan Journal of Hydrology 214 pp. Sumberdaya Mineral. 1-7. Bandung.

Purdue Research Foundation. 1996. Todd, D.K. 1980. Groundwater Groundwater. Diterima 15 Hydrology. John Willey and Oktober 2008, dari Sons, Inc. New York. http://www.purdue.edu/ Verstappen, H.Th and Van Zuidam, envirosoft/groundwater/src/g R.A. 1968. System of eo.htm. Geomorphological Survey. Pusat Lingkungan Geologi. 2007. ITC. Delf. Kumpulan Panduan Teknis V.S. Arm. 1962. Peta Topografi Lembar Pengelolaan Airtanah. Pusat Palu. Edisi I – AMS, First Printing Lingkungan Geologi. Palu Copy of Engineer V.S. Bandung. Arm. Washington DC. Ruchijat, S dan Denny, B.R. 1989. Survey Potensi Airtanah Zeffitni. 2010. Pendekatan Daerah Palu, Sulawesi Hidromorfologi dan Visualisasi Tengah. Laporan Kegiatan. Relief Pada Citra Satelit Untuk Direktorat Geologi Tata Penentuan Model Geometrik Lingkungan. Sub Direktorat Airtanah Cekungan Palu. Hidrogeologi. Bandung. Proseding Hasil Penelitian Universitas Gadjah Mada

348 Identifikasi Batas Lateral Cekungan Airtanah (CAT) Palu (Zeffitni)

Tahun 2009. ISBN 978-602- Kualitas di Cekungan 8718-10-3. LPPM UGM: Airtanah Palu Provinsi Yogyakarta Sulawesi Tengah. Jurnal Mektek Tahun XII No. 3 Zeffitni. 2010. Potensi Airtanah Septeber 2020. ISSN 1411 – Berdasarkan Karakteristik 0954. Airtanah Pda Setiap Satuan Hidromorfologi di Cekungan Zohdy, A.Ar. 1980. Application of Airtanah Palu. Jurnal Mektek Surface Geophysics to Tahun XII No. 2 Mei 2020. ISSN Groundwater Investigation. 1411 – 0954. Departement of the Interior. Washington D.C. U.S. Zeffitni. 2010. Agihan Spasial Potensi Airtanah Berdasarkan Kriteria

Lampiran:

Gambar Peta Cekungan Airtanah Palu Berdasarkan Satuan Geologi (Hasil Analisis Peta Satuan Geologi Cekungan Palu, 2009

349