DIVERSITAS JENIS TANAMAN POLONG-POLONGAN (Fabales) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DESA KEKAIT, KECAMATAN GUNUNG SARI, KABUPATEN LOMBOK BARAT
oleh Rahmatul Izah NIM 1501040514
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2019 DIVERSITAS JENIS TANAMAN POLONG-POLONGAN (Fabales) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DESA KEKAIT, KECAMATAN GUNUNG SARI, KABUPATEN LOMBOK BARAT
Skripsi diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
oleh Rahmatul Izah NIM 1501040514
JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2019
ii
PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan skripsi ini untuk almamaterku, semua guru dan dosenku, Ibuku Rohimah (Almrh.), Bapakku Azhar, Nenekku Asiyah, Kakakku H. Fawazelly, dan teman-temanku.”
viii KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW., juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutNya.
Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut.
1. Nurdiana, SP., MP., sebagai pembimbing I yang memberikan bimbingan,
motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah
kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih
matang cepat selesai;
2. Ervina Titi Jayanti, M. Sc. Sebagai Pembimbing II yang memberikan
bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa
bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan
skripsi ini lebih matang cepat selesai;
3. Dr. Ir. Edi M. Jayadi, M. P., sebagai ketua jurusan yang telah memberikan
banyak masukan dan kemudahan bagi penulis;
4. Dr. Hj. Lubna, M. Pd., selaku dekan fakultas tarbiyah sekaligus penasehat
akademik yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis;
ix 5. Prof. Dr. H. Mutawalli, M. Ag., selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberi tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu dan memberi
bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa
pernah selesai.
6. Kepala Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat
yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Masyarakat Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok
Barat yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT., dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Mataram,
Peneliti,
Rahmatul Izah
x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...... i HALAMAN JUDUL ...... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... iii NOTA DINAS PEMBIMBING...... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...... v PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...... vi HALAMAN MOTTO ...... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... viii KATA PENGANTAR...... ix DAFTAR ISI...... xi DAFTAR TABEL ...... xiii DAFTAR GAMBAR...... xiv LAMPIRAN...... xv ABSTRAK ...... xvi
BAB I PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah...... 4 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...... 5 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...... 6 E. Telaah Pustaka ...... 6 F. Kerangka Teori ...... 30 G. Metode Penelitian ...... 32 H. Sistematika Pembahasan...... 39 BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...... 41 A. Jenis Polong-polongan (Fabales) ...... 41 B. Tabel Karakter ...... 55 C. Kunci determinasi...... 52 D. Karakter yang dimiliki...... 53 E. Persebaran jenis polong-polongan (Fabales) ...... 53
BAB III PEMBAHASAN ...... 56 A. Jenis Tanaman Polong-polongan (Fabales) pada masing-masing ketinggian ...... 56
BAB IV PENUTUP...... 61 A. Kesimpulan ...... 61
xi B. Saran ...... 61 DAFTAR PUSTAKA
xii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakter jenis tumbuhan polong-polongan yang ditemukan, 51 Tabel 2.2 Hasil Temuan Tanaman Polong-polongan (Fabales), 54 Tabel 2.3 Suhu, pH tanah, dan Kelembaban masing-masing plot, 57
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Centro (Centrosema pubescens Benth.), 13 Gambar 1.2 Desmodium (Desmodium uncinatum (Jacq.) DC), 15 Gambar 1.3 Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet), 17 Gambar 1.4 Puero (Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.), 18 Gambar 1.5 Stylo (Stylosanthes guianensis (Aubl.) Sw.), 20 Gambar 1.6 Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud), 22 Gambar 1.7 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit), 24 Gambar 1.8 Turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers), 26 Gambar 1.9 Putri malu (Mimosa pudica L.), 29 Gambar 1.10 Kerangka Teoritik, 30 Gambar 1.11 Tanaman Herbarium, 35 Gambar 2.1 Karakter temuan jenis 1, 42 Gambar 2.2 Karakter temuan jenis 2, 44 Gambar 2.3 Karakter temuan jenis 3, 45 Gambar 2.4 Karakter temuan jenis 4, 46 Gambar 2.5 Karakter temuan jenis 5, 48 Gambar 2.6 Karakter temuan jenis 6, 49
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian, 73 Lampiran 2 Rencana jadwal kegiatan penelitian, 75
xv DIVERSITAS JENIS TANAMAN POLONG-POLONGAN (Fabales) BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DI DESA KEKAIT, KECAMATAN GUNUNG SARI, KABUPATEN LOMBOK BARAT
Oleh :
RAHMATUL IZAH NIM 1501040514
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian penulis terhadap diversitas jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat. Namun, di zaman yang semakin maju ini seringkali muncul permasalahan seperti degradasi lahan dan kekeringan sehingga menimbulkan dampak pengurangan keanekaragaman jenis. Disamping itu, daerah ini memiliki ketinggian tempat dengan struktur permukan tanah perbukitan dan tidak berbukit. Dengan perbedaan ketinggian tempat, penelitian ini bertujuan “Untuk mengetahui diversitas jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempatnya”. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan secara tersebar dengan membuat 10 plot pada masing-masing ketinggian yakni pada ketinggian 0- 100 m/ dpl, 100-200 m/ dpl, 200-300 m/ dpl, dan 300-400 m/ dpl. Ketinggian 0-100 m/ dpl merupakan ketinggian tempat yang paling rendah karena daerah ini merupakan tempat pemukiman penduduk. Dan ketinggian 300-400 m/ dpl merupakan tempat yang tertinggi karena termasuk daerah perbukitan yang tidak terdapat pemukiman penduduk. Dari masing-masing ketinggian, tumbuhan Centro (Centrosema pubescens Benth.) paling banyak ditemukan yakni pada ketinggian 200-300 m/ dpl sedangkan tanaman Komak (Lablab purpureus L. Sweet), Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit), dan Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) ditemukan paling sedikit dengan masing-masing jumlah 1 tanaman pada ketinggian 100-200 m/ dpl. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) teridentifikasi berjumlah 6 jenis diantaranya: komak (Lablab purpureus (L.) Sweet), Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), (Sesbania grandiflora L.), Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit), dan gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) yang ditemukan paling banyak jenisnya pada ketinggian 0-100 m/ dpl. Tumbuhan ini ditemukan secara tersebar namun tidak merata karena pada masing-masing ketinggian ditemukan jumlah jenis yang berbeda- beda.
Kata Kunci: Diversitas, Polong-polongan (Fabales), Ketinggian tempat, Desa Kekait
xvi 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diversitas merupakan berbagai macam (variasi) bentuk, jumlah, dan
sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup. Sedangkan
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), keanekaragaman merupakan
keseluruhan ragam makhluk yang diperlihatkan suatu daerah mulai dari
keanekaragaman genetik, jenis, dan ekosistemnya.1 Salah satu tumbuhan yang
diperlihatkan pada suatu daerah yakni keanekaragaman jenis tumbuhan
Polong-polongan (Fabales).
Polong-polongan (Fabales) merupakan jenis tumbuhan yang memiliki
buah bertipe polong. Jenis Polong-polongan (Fabales) memiliki beberapa
karakteristik yang dapat diamati mulai dari segi habitus atau perawakan, akar
(Radix), batang (Caulis), daun (Folium), bunga (Flos), buah (Fructus) dan biji
(Semen). Karakterisasi penting dilakukan untuk mengetahui nama suatu jenis
tumbuhan. Dan kuantitas jenis Polong-polongan (Fabales) dapat di pengaruhi
oleh kondisi suatu daerah tersebut. Berbagai permasalahan yang muncul
1Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2008), (http://kbbi.web.id/anekaragam). 2
dalam keberlangsungan keanekaragaman hayati, tidak hanya berada dalam
tingkat desa akan tetapi dapat terjadi dalam tingkat dunia.2
Masyarakat dunia mengakui bahwa keanekaragaman hayati
merupakan suatu keprihatinan umum manusia, dan menjadi satu bagian yang
tak terpisahkan dari proses pembangunan. Konservasi keanekaragaman hayati
akan membutuhkan investasi yang cukup besar, namun akan memberikan
manfaat-manfaat nyata dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Akan
tetapi, pemanfaatan ini membutuhkan waktu yang panjang supaya tidak
mengakibatkan pengurangan keanekaragaman hayati.3
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang sangat tinggi baik pada kelompok flora maupun kelompok fauna
sehingga Indonesia dijuluki sebagai Negara “Megabiodiversitas”. Kelompok
flora memiliki keanekaragaman yang tinggi sehingga selalu memberikan
ruang untuk terus menerus dikaji. Hal ini dapat terus dilakukan mulai dari
tingkatan provinsi sampai ke desa. Seperti salah satu provinsi di wilayah
Indonesia bagian barat yakni Nusa Tenggara Barat.4
2Regina Rosita Butarbutar dan Soemarno, “Pengaruh aktivitas wisatawan terhadap keanekaragaman tumbuhan di Sulawesi”, Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. Vol.1, No.2, April, 2013. Hlm. 87. 3Regina Rosita Butarbutar dan Soemarno, “Pengaruh aktivitas wisatawan terhadap keanekaragaman tumbuhan di Sulawesi”, Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. Vol.1, No.2, April, 2013. Hlm. 87, 88. 4Dian Noviar, “Pengembangan ensiklopedi biologi mobile berbasis android materi pokok pteridophyita dalam rangka implementasi kurikulum 2013”, Cakrawala Pendidikan, Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Juni 2016, No. 2, hlm. 198. 3
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang
memiliki keanekaragaman jenis flora yang tersebar disetiap kabupaten.
Keanekaragamannya terlihat dari berbagai macam spesies yang ditemukan,
khususnya pada tumbuhan Polong-polongan (Fabales). Jenis tumbuhan ini
dapat ditemukan di wilayah kabupaten Lombok Barat.5
Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu daerah yang dapat
ditemukan tumbuhan jenis Polong-polongan (Fabales). Menurut penelitian,
tumbuhan ini tahan terhadap lahan yang kering dan dapat menyuburkan
tanah.6 Namun, perkembangan zaman yang semakin maju seringkali muncul
permasalahan seperti yang terjadi di wilayah utara kabupaten Lombok Barat
yakni Desa Kekait.
Desa Kekait merupakan salah satu wilayah yang dikelilingi dengan
bentang perbukitan yang menjulang tinggi. Banyak jenis tanaman yang
tumbuh di daerah tersebut. Namun tidak semua jenis tanaman dapat tumbuh
dengan baik, karena daerah ini merupakan daerah yang cukup kering.
Menurut penelitian, permasalahan yang muncul pada lahan kering adalah
erosi dan kondisi tanah yang miskin unsur hara.7 Hal ini dapat berdampak
pada pengurangan jumlah jenisnya.
5Devi Erlinda Mardiyanti, Karuniawan Puji Wicaksono, Medha Baskara, “Dinamika Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi”. Jurnal Produksi tanaman Volume 01, Nomor 01, Maret 2013, hlm. 25. 6Reksohadiprojo, “Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi BPFE”, (Yogyakarta: UGM, 1981), hlm. 132. 7Herdiawan I. “Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan. Balai Penelitian Ternak”. 2013, hlm. 67. 4
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 26 September 2018 di desa
Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat. Desa Kekait memiliki tingkat ketinggian tempat yang berbeda, ini terlihat dari adanya daerah perbukitan dan tidak berbukit. Pada ketinggian 0-19 m/ dpl (di atas permukaan laut) merupakan daerah yang struktur permukaan tanahnya datar, padat pemukiman, dan terdapat beberapa jenis tanaman Polong-polongan
(Fabales) yang tumbuh seperti turi (Sesbania grandiflora), putri malu
(Mimosa pudica), dan kacang tanah (Arachis hypogaea). Pada ketinggian 20-
400 m/ dpl (di atas permukaan laut) merupakan daerah perbukitan yang ditumbuhi dengan beragam jenis tumbuhan, salah satunya tumbuhan jenis
Polong-polongan (Fabales).
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan langsung di lapangan maka dari itu, peneliti memilih tempat penelitian di desa Kekait, kecamatan Gunung
Sari, kabupaten Lombok Barat untuk mengambil spesies tumbuhan jenis
Polong-polongan (Fabales) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempat. Maka dari itu, untuk mengetahui jenis tumbuhan Polong-polongan (Fabales), peneliti akan melakukan karakterisasi morfologi pada tumbuhannya. 5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah diversitas jenis tanaman Polong-polongan (Fabales)
berdasarkan ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari,
kabupaten Lombok Barat?”
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian yang akan dilakukan adalah
“Untuk mengetahui diversitas jenis tanaman Polong-polongan (Fabales)
berdasarkan ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari,
kabupaten Lombok Barat”.
Penelitian ini memiliki 2 manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun
manfaat secara praktis, yakni sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini, adalah:
a. Dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan atau wawasan
kepada peneliti mengenai diversitas jenis tanaman Polong-polongan
(Fabales) berdasarkan ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan
Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat.
b. Dapat mengembangkan penelitian kepada peneliti selanjutnya dan
dijadikan sebagai landasan teori untuk memperkuat penelitian. 6
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini, antara
lain:
a. Untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi UIN Mataram dapat
dijadikan sebagai rujukan atau referensi dalam praktikum dan
pembelajaran biologi.
b. Untuk lembaga UIN Mataram dapat menunjang peningkatan kegiatan
belajar mengajar, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Ruang lingkup atau objek dalam penelitian ini adalah jenis tanaman
Polong-polongan (Fabales), kemudian di identifikasi morfologi luarnya pada
bagian organ vegetatif (akar (Radix), batang (Caulis), daun (Folium)) dan
organ generatif (bunga (Flos), buah (Fructus), biji (Semen)). Hal ini dilakukan
untuk mengetahui nama spesies yang ditemukan. Setting/ tempat
penelitiannya yakni di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten
Lombok Barat. Desa Kekait dipilih sebagai daerah penelitian karena terdapat
perbedaan ketinggian tempat yakni adanya kawasan perbukitan dan tidak
berbukit. Sehingga dengan adanya perbedaan ketinggian tempat, memudahkan
peneliti untuk mengetahui keanekaragaman jenis tanaman Polong-polongan
(Fabales). 7
E. Telaah Pustaka
Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula hanya merupakan
cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang telah menjadi ilmu yang berdiri
sendiri. Dari berbagai bidang ilmu tumbuhan yanng telah berdiri sendiri
adalah morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan pada tubuh tumbuhan.8
Istilah flora diartikan sebagai semua jenis tumbuhan yang tumbuh
disuatu daerah tertentu. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan life-form
(bentuk hidup atau habitus) tumbuhan, maka akan muncul berbagai istilah
seperti flora pohon (flora berbentuk pohon), flora semak belukar, flora
rumput, dan sebagainya. Apabila istilah flora ini dikaitkan dengan nama
tempat, maka akan muncul istilah-istilah seperti Flora Jawa, Flora Gunung
Halimun, dan sebagainya. Sesuai dengan kondisi lingkungannya, flora disuatu
tempat terdiri dari beragam jenis yang masing-masing terdiri dari beragam
variasi gen yang hidup di beberapa tipe habitat. Oleh karena itu, muncullah
istilah keanekaragaman flora yang mencakup makna keanekaragaman jenis,
8Gembong Tjitrosoepomo. “Morfologi Tumbuhan”. Yogyakarta: Gadjah Mada University press. 2016. Hlm. 1,4, dan 5. 8
keanekaragaman genetik dari jenis, dan keanekaragaman habitat jenis-jenis
flora tersebut tumbuh.9
Berdasarkan bentuknya, tanaman Leguminosa atau Polong-polongan
dibagi menjadi tiga yakni pohon, perdu, dan semak. 1) pohon adalah tanaman
Leguminosa yang berkayu dan mempunyai tinggi lebih dari 1,5 meter.
Contoh: Leucaena leucocephala, Sesbania grandiflora, Gliricidia sepium,
Bauhinia sp.,. 2) perdu adalah tanaman Leguminosa yang berkayu dan
mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter. Contoh: Desmantus vergatus,
Desmodium gyroides, Flemengia congesta, Indigofera arrecta, 3) semak
adalah tanaman Leguminosa yang tidak berkayu, sifat tumbuhnya memanjat
dan merambat. Contoh: Centrosema pubescens, Pueraria phaseoloides,
Calopogonium mucunoides.10
Centrosema pubescens termasuk tanaman sub famili Papilionaceae
dari familia Leguminosae atau Fabaceae, spesies ini berasal dari Amerika
selatan dan telah ditanam dengan hasil baik di daerah tropik dan sub tropik
sedangkan masuk ke Indonesia belum diketahui dengan pasti, tanaman Centro
tahan terhadap kondisi lingkungan kering, tahan terhadap kondisi lahan yang
tergenang air, dan dapat ditanam pada naungan.11
9Cecep kusmana dan Agus Hikmat, “Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia”, Jurnal Pengelolaan sumberdaya Alam dan Lingkungan, Departemen Konservasi sumberdaya hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Vol. 5, No. 2, Desember 2015, hlm. 187. 10Http://repository.uin-suska.ac.id/2591/4/BAB%20II.pdf diakses 05 November 2018, pukul 20.08 WITA. 11Reksohadiprojo, “Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi BPFE”, (Yogyakarta: UGM, 1981), hlm. 132. 9
Berdasarkan penelitian lain menjelaskan bahwa famili Fabaceae
merupakan salah satu kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia. Famili
Fabaceae merupakan anggota dari bangsa Fabales yang dicirikan dengan
buah bertipe polong dan biasa disebut legum. Memiliki perawakan yang
beragam, mulai dari herba, perdu, liana hingga pohon. Sebagian besar
anggotanya yang berperawakan pohon dan liana memiliki bunga dengan
bentuk dan warna yang indah, seperti: Cassia sp., Erythrina sp., Mucunano
voguineensis Scheff., dan Strongy lodonmacrobotrys A.Gray.12
Berdasarkan penelitian mengungkapkan bahwa, keanekaragaman
tumbuhan merupakan keanekaragaman spesies tumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik tumbuhan
maupun hewan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat 38.000 spesies tumbuhan
termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga.13
Penelitian lain mengungkapkan bahwa, keanekaragaman hayati erat
kaitannya dengan produktivitas. Perkembangan bioteknologi baru yang dapat
menggantikan produk biologis dari tanaman dan kerusakan ekonomi serta
sosial akan mempercepat proses erosi keragaman. Pemanfaatan keragaman
hayati secara ekonomi masih berorientasi pada keuntungan yang besar tanpa
memperhatikan dampak terhadap kerusakan lingkungan. Dampaknya dapat
12Adelita Indria putri dan Dharmono. “Keanekaragaman Genus tumbuhan dari family Fabaceae di kawasan Hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut kalimantan Selatan”, LP2M Universitas Lambung Mangkurat, Vol. 3, nomor 01, 2018, ISSN 2623-1611, hlm. 209. 13Devi Erlinda Mardiyanti, Karuniawan Puji Wicaksono, Medha Baskara, “Dinamika Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi”. Jurnal Produksi tanaman Volume 01, Nomor 01, Maret 2013, hlm. 25. 10
mengakibatkan keanekaragaman hayati di Indonesia terus menerus mengalami
kemerosotan. Hutan tropis sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati
yang berada di wilayah Indonesia diduga telah menyusut lebih dari
setengahnya, bahkan lahan pertanian mengalami degradasi.14
Selain dari dugaan pemanfaatan keanekaragaman hayati dan degradasi
lahan pertanian yang tidak terkontrol, ini juga dapat disebabkan karena faktor
kurangnya air sehingga lahan mengalami kekeringan dan menurut penelitian,
permasalahan yang muncul pada lahan kering adalah erosi dan kondisi tanah
yang miskin unsur hara, sehingga perlu adanya upaya konservasi tanah dan
air. Salah satu teknik konservasi tanah dan air adalah melalui penanaman
tanaman penutup tanah (cover crops) dan penguat teras yang berasal dari
tanaman jenis Leguminosa dan Rumput-rumputan.15
Budidaya tanaman pakan dari jenis Leguminosa di daerah lahan kering
sudah sejak dahulu dilakukan dengan tujuan untuk tanaman pelindung,
mencegah erosi dan memenuhi kebutuhan pakan ternak. Pada kondisi
agroekosistem lahan kering diperlukan tanaman pakan yang toleran terhadap
cekaman kekeringan. Tanaman harus mampu memanfaatkan unsur hara yang
rendah, dan mencegah terjadinya erosi, sehinga sumber daya lahan dan air
14Sutoyo, “Keanekaragaman hayati Indonesia”, Buana Sains, Vol. 10, Nomor 02, 2010, hlm. 101 dan 102. 15Herdiawan I. “Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan”. Balai Penelitian Ternak. 2013. hlm. 67. 11
dapat terjaga, disamping sumber daya pakan ternak dapat terjamin sepanjang
tahun.16
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa tanaman Leguminosa
merupakan sumber pakan bagi ternak ruminansia. Dapat memperbaiki
pengolahan sumber daya lahan pertanian, seperti pelindung permukaan tanah
dari erosi, memperbaiki kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah dan memperbaiki pertumbuhan gulma.17
Herbarium merupakan material pokok yang penting dalam studi
sistematik tumbuhan. Herbarium mempunyai dua pengertian, pertama
diartikan sebagai tempat penyimpanan spesimen tumbuhan baik yang kering
maupun basah. Selain tempat penyimpanan juga digunakan untuk studi
mengenai tumbuhan terutama untuk tatanama dan klasifikasi. Herbarium
sangat erat kaitannya dengan kebun botani, institusi riset, ataupun pendidikan.
Pengertian kedua dari herbarium adalah spesimen (koleksi tumbuhan), baik
koleksi basah maupun kering. Spesimen kering pada umumnya telah dipres
dan dikeringkan serta ditempelkan pada kertas (kertas mounting), diberi label
berisi keterangan yang penting dan sulit dikenali secara langsung dan
spesimen kering tersebut diawetkan serta disimpan dengan baik di tempat
16Ibid., 17Rasidin, “Peran Tanaman Pakan Ternak Sebagai Tanaman Konservasi dan Penutup Tanah di Perkebunan”, Pross. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak, (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015), hlm. 12. 12
penyimpanan yang telah disediakan. Spesimen basah yaitu koleksi yang
diawetkan dengan menggunakan larutan tertentu, seperti: FAA atau alkohol.18
Proses mengidentifikasi tumbuhan bertujuan untuk mengetahui
identitas dari tanaman yang belum diketahui. Identifikasi dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan yakni mendeskripsikan tanaman dan menggunakan
daftar kemungkinan. Tanaman yang akan diidentifikasi harus dideskripsikan
semua bagian morfologinya. Penggunaan referensi harus mencakup semua
kemungkinan yang akan terjadi dalam proses identifikasi. Tanaman asli
ataupun tanaman naturalisasi dan flora daerah dapat pula digunakan dalam
proses identifikasi tumbuhan yang belum diketahui.19
Jenis-jenis Leguminosa atau Polong-polongan (Fabales) dapat
dikelompokan menjadi tiga yaitu jenis Leguminosa yang tumbuh menjalar
dan merambat yang digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan
merupakan legum semak, misalnya: Centrosema pubescens, Calopogonium
mucunoides, Desmodium intortum, Desmodium uncinatum, Lablab purpureus
(L.) sweet, Macroptilium atropurpureum, Pueraria phaseoloides. Jenis
Leguminosa yang tumbuh tegak tetapi batangnya tidak berkayu dan
mempunyai tinggi kurang dari 1,5 meter, misalnya: Stylosanthes guianensis.
Jenis Leguminosa yang tumbuh tegak berupa pohon, misalnya: Albizzia
18Pinta Murni, Muswita, Haris, Upik Yelianti, Winda Dwi Kartika. “Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia Muaro jambi”. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, Vol 30, nomor 02, 2015, hlm. 01. 19Http://eprints.umm.ac.id/38103/3/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 04 Maret 2019, pukul 10.00 WITA. 13
alcataria, Caliandra calothyrsus, Gliricidia sepium, Leucaena leucocephala,
dan Sesbania grandiflora. Jenis Leguminosa dapat dibedakan dengan melihat
deskripsinya. Jenis leguminosa berbeda dalam adaptasi terhadap iklim, tanah
dan lingkungannya. Leguminosa banyak mempunyai kegunaan yaitu
menyuburkan tanah karena mampu menfiksasi N udara dan bersimbiosis
dengan mycoriza, sebagai penutup tanah sehingga mencegah terjadi erosi,
hijauan makanan ternak, kayu bakar, dan sebagai bahan baku kertas dan pagar
hidup.20
Leguminosa atau Polong-polongan terdapat tiga sub-familia yaitu
Mimosoideae, Caesalpinioedeae dan Papilionideae. Bagian tanaman
Leguminosa dapat dibedakan menjadi dua yaitu bagian vegetatif dan bagian
generatif. Bagian vegetatif dari Leguminosa adalah akar (Radix), batang
(Caulis) dan daun (Folium), sedangkan bagian generatif dari Leguminosa
adalah bunga (Flos) dan buah (Fructus). Sistem perakaran Leguminosa terdiri
dari akar primer dan akar sekunder. Bentuk tanaman Legum dibagi menjadi
tiga yaitu pohon, perdu dan semak. Tipe daun Leguminosa yaitu tunggal dan
majemuk. Tipe bunga terdiri dari bulir, tandan dan bulir seperti tandan.
Polong terdiri dari satu biji atau lebih dari satu biji. Adapun contoh dari
beberapa tanaman Leguminosae sebagai berikut:21
20Muhammad Ali Ardi. “Agrostologi 2 Klasifikasi dan Morfologi”. Http://www.academia.edu/35317345/. Diakses tanggal 26 maret 2019. Pukul 09.37 WITA. 21Ibid., 14
1. Centro (Centrosema pubescens Benth.)
Nama lain :
Centro (Australia), Jetirana (Argentina, Brasil), Gejuko de chivo
(Colombia), Campanilla (Colombia), Butterfly pea.
Asal :
Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Introduksi pertama kali ke
daerah Asia Selatan dan telah ditanam dengan hasil baik di daerah tropik
dan sub-tropik.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Centrosema Spesies : Centrosema pubescens Benth.
Deskripsi :
Tanaman ini merupakan tanaman berumur panjang (perennial), yang
tumbuh kuat dengan cara merambat dan memanjat yang tumbuh menyebar
sehingga cepat menutupi tanah dengan tinggi antara 40-45 cm dalam
waktu 4-8 bulan setelah ditanam. Tanaman ini berdaun banyak, batangnya
agak berbulu dan batangnya tidak berkayu sampai umur 18 bulan. Bentuk
daun trifoliate, dengan helai daun berwarna hijau gelap berbentuk elips. 15
Helai daun agak berbulu khususnya dibawah permukaan daun. Stipules
(tangkai daun) panjang dan kuat. Panjang daun 1,5-7 cm dan lebar daun
0,6-4,5 cm. Bunganya besar yang tersusun dalam tandan yang pendek.
Warna bunga violet keputihan. Panjang Calyx (kelopak bunga) 6-10 mm.
Polongnya berbentuk linear dengan panjang 4-17 cm dan lebar 6-7 mm.
Polong terdiri dari 20 biji. Apabila matang buahnya akan merekah dan
bijinya akan terlontar. Warna biji coklat kemerahan terdapat ornamen
berwarna keputihan. Panjang biji 4-5 mm dan lebar biji 3 mm serta
ketebalannya 2 mm. Tanaman ini terdapat dua kultivar yaitu Belalto dan
Common. Gambar tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1 Centrosema pubescens Benth.22
2. Desmodium (Desmodium uncinatum (Jacq.) DC)
Nama lain :
Siverleaf Desmodium (Australia), Silverleaf Spanish clover (Kenya).
Asal :
Merupakan tanaman indigenous dari Argentina, Brazil, dan Venezuela
dan sekarang telah tersebar pada daerah tropik dan sub-tropik di seluruh
dunia.
22Ibid., 16
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Desmodium Spesies : Desmodium uncinatum (Jacq.) DC
Deskripsi :
Tanaman ini merupakan legum berumur panjang yang tumbuh menjalar atau merambat. Batangnya silindris atau segi empat yang ditutupi bulu-bulu pendek yang berwarna coklat muda. Diameter batang 2,5-4 mm.
Tanaman ini dapat menjalar sepanjang 5 cm. Tipe daun trifoliate (berdaun tiga), dengan daun penumpu (Stipule) berwarna cokelat yang pendek, panjang tangkai daun 2-7 cm. Bentuk daun oval dengan ujung runcing berwarna hijau tua dan disepanjang bagian tengah berwarna putih keperakan. Panjang daun 3-6 cm dengan lebar 1,5-3 cm. Tipe bunga kupu- kupu tersusun dalam tandan berwarna merah jambu sampai keunguan, satu tandan terdiri dari 10-30 bunga, panjang bunga 1 cm. Polongnya panjang dan berwarna hijau muda yang terdiri dari 4-8 segment. Biji berwarna coklat muda sampai hijau, bentuknya oval agak segitiga dengan panjang 3 mm dan lebar 2 mm dengan ketebalan 1 mm. Gambar tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.2 dibawah ini: 17
Gambar 1.2 Desmodium uncinatum (Jacq.) DC23
3. Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)
Nama lain :
Dolichos lablab, Rongai dolichos, lab lab bean (Australia), Tonga
bean (Inggris), batao (Philipina), Frijol jacinto (Colombia), Fiwi bean
(Zambia), Egyton bean dan komak.
Asal :
Tanaman ini berasal dari Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, India
Timur dan Barat dan beberapa negara di Asia.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Lablab Spesies : Lablab purpureus (L.) Sweet
23Ibid., 18
Deskripsi :
Tanaman ini merupakan legum berumur pendek (Annual), tumbuh
membentuk tanaman yang merambat dengan daun lebar. Batang tegak,
panjang hamparan dapat mencapai 3-6 m, tipe daun trifoliate (tiga buah),
bentuk daun oval meruncing dengan bulu yang pendek, panjang daun 7,5-
15 cm, tangkai daun panjang dan tipis. Rangkum bunga tersusun dalam
bentuk tandan terdiri dari banyak bunga, bunga berwarna putih atau biru
atau ungu. Polong terdiri dari 2-4 biji dengan panjang polong 4-5 cm.
Warna biji coklat pucat dengan panjang biji 1 cm dan lebar 0,7 cm.
Tanaman ini terdiri dari 2 varietas yaitu Rongai dan Highworh. Gambar
tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.3 dibawah ini:
Gambar 1.3 Lablab purpureus (L.) Sweet24
4. Puero (Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.)
Nama lain :
Puero (Australia), tropical kudzu.
Asal :
Tanaman ini berasal dari Asia Selatan, Malaysia dan Indonesia.
24Ibid., 19
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Pueraria Spesies : Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.
Deskripsi :
Tanaman ini termasuk legum berumur panjang bersifat menjalar dan memanjat dengan sistem perakaran yang luas dan dalam. Diameter batang sekitar 0,6 cm dan dapat menjalar sampai 5-6 m, bercabang banyak dari tiap bukunya, hamparan yang terbentuk diatas permukaan tanah dapat mencapai tinggi 60-75 cm. Tipe daun trifoliate, daun muda ditutupi oleh bulu-bulu berwarna coklat, daunnya berbentuk oval agak segitiga dan lebar, panjang tangkai daun 5-10 cm yang ditutupi dengan bulu yang berwarna coklat. Rangkum bunganya tersusun dalam tandan dengan panjang 15-30 cm, berwarna violet keputihan. Polongnya panjang, silinder dan agak melengkung berwarna kehitaman setelah masak, panjangnya sekitar 3 mm. Gambar tanaman ini dapat dilihat pada gambar 4. berikut ini: 20
Gambar 1.4 Pueraria phaseoloides (Roxb.) Benth.25
5. Stylo (Stylosanthes guianensis (Aubl.) Sw.)
Nama lain :
Schofield srylo, Stylo (Australia, Malaysia), Saca-estrepe (Brazil),
Alfafa del Brazil (Colombia), Tropical lucerna (Malaysia).
Asal :
Tanaman ini berasal dari Amerika latin, sekarang ini telah tersebar
pada daerah tropika.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Sub ordo : Rosinae Famili : Papilionaceae Genus : Stylosanthes Spesies : Stylosanthes guianensis (Aubl.) Sw.
Deskripsi :
Tanaman ini merupakan legum berumur panjang, dengan cabang yang
tumbuh keatas dan tingginya dapat mencapai 1 m dan akan menjadi lebih
25Ibid., 21
mendatar apabila digembalai. Batang berbulu dan akan menjadi berkayu pada dasarnya bila bertambah umur. Tipe daun trifoliate dengan bentuk ellips, sempit dan panjang serta agak berbulu. Panjang helai daun 15-55 mm, lebar 7-13 mm, panjang tangkai daun 6-15 mm. Bunga kupu-kupu, kecil-kecil tersusun dalam tandan dan berwarna kuning. Polong berbulu terdiri dari 1 biji berwarna coklat kekuningan dengan panjang 1,75 mm.
Terdapat empat varietas yang terkenal yaitu Schofild, Cook, Endeavour, dan Oxley. Ciri khas dari setiap varietas yaitu: 1). Varietas Schofield:
Tumbuh tegak, helai daun berwarna hijau gelap berbentuk elips dengan bulu-bulu yang panjang pada permukaan bawah, panjang daun 15-55 mm, lebar 7-13 mm, mahkota bunga yaitu bagian bendera berwarna kuning muda sedangkan bagian sayap dan lunasnya berwarna kuning tua, buah polongnya bewarna coklat gelap panjang 2-3 mm. 2). Varietas Cook:
Tumbuh agak rendah, batang kemerahan berbulu halus, helai daun hijau tua sampai kebiruan, berbulu pada kedua permukaannya, stipula berwarna merah, mahkota bunga bagian bendera berwarna orange dengan garis lembayung, sedangkan bagian sayap dan lunas berwarna kuning, biji berwarna kuning kecoklatan. 3). Varietas Endeavour: Tumbuh agak rendah, bercabang sangat banyak, batang berwarna hijau terang dengan bulu-bulu yang panjang, helai daun hijau muda, sempit, stipula berwarna hijau, mahkota bagian bendera berwarna kuning dengan garis-garis lembayung muda, sedangkan bagian sayap dan lunas berwarna kuning. 4). 22
Varietas Oxley: Tumbuh agak rebah, berbatang lembut, bercabang banyak
dan berbulu jarang, helai daun lebih sempit dan kecil dibandingkan
varietas Schofield, bunga berwarna kuning polong berwarna coklat muda
panjang 3 mm, lebar 2 mm, biji berwarna kuning kecoklatan. Gambar
tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.5 dibawah ini:
Gambar 1.5 Stylosanthes guianensis (Aubl.) Sw.26
6. Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.)
Nama lain :
Gliricidia maculata (H.B.K.) Steud, mother of cacao, mata-rotan,
kakauati (Philipina), Mexican lilac, Madera negra, gamal (Indonesia), rat
killer, quick stick.
Asal :
Tanaman ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah, tanaman ini
mempunyai fungsi yang serba guna sehingga tanaman ini banyak tersebar
di dunia.
Klasifikasi :
26Badan Litbang Pertanian, “Agroinovasi: Tanaman Stylo (Stylosanthes guianensis) sebagai Pakan Ternak Ruminansia”, No. 3445, Tahun XLII, hlm. 10. 23
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Gliricidia Spesies : Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.
Deskripsi :
Tanaman ini merupakan legum pohon yang tumbuh tidak begitu besar, dapat tumbuh mencapai 10 meter. Diameter batang dapat mencapai 30 cm.
Tipe daunnya majemuk sederhana terdiri dari 3-11 pasang daun. Panjang helai daun 2,25-6 cm, berwarna hijau. Bunga kupu-kupu berwarna putih dan merah jambu. Panjang polong 22 cm dan lebar polong 1,5 cm. Pada umur 1 tahun dapat mencapai 3 meter atau lebih. Tanaman ini banyak kegunaannya antara lain: pupuk hijau tanaman pangan, kayu bakar, hijauan makanan ternak, tetapi racun untuk beberapa binatang misalnya kuda dan tikus, tanaman peneduh pada kopi, teh dan coklat, sebagai pagar hidup, bunganya menghasilkan nectar yang diperlukan lebah untuk menghasilkan madu. Gambar tanaman ini dapat dilihat pada Gambar 1.6 dibawah ini: 24
Gambar 1.6 Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.27
7. Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Nama lain :
Leucaena, ipil-ipil (Philipina), lamtoro (Indonesia), guaje, yaje, uaxin
(Amerika latin), Leadtree.
Asal :
Tanaman ini berasal dari Mexico dan diintroduksi ke pulau Pasifik,
Philipina, Indonesia, Papua New Guinea, Malaysia dan Afrika Barat,
sekarang telah berkembang di daerah tropika.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Leucaena Spesies : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
27Ibid., 25
Deskripsi :
Tanaman ini termasuk legum pohon yang mempunyai banyak varietas tergantung dari bentuk dan besarnya. Telah diketahui lebih dari 800 varietas yang diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu: tipe common, tipe giant, tipe Peru.
Tipe Common: Tanaman pendek, tingginya mencapai 5 meter dan mulai berbunga pada umur muda yaitu 4-6 bulan, tipe ini berasal dari
Mexico dan telah tersebar secara luas didaerah tropik. Bunganya tersusun dalam bonggol berwarna putih. Tanaman ini menghasilkan biji yang banyak, produksi kayu dan hijauannya sedikit, digunakan sebagai kayu bakar, tanaman peneduh.
Tipe Giant: Tanaman ini tinggi dapat mencapai 20 meter dengan daun yang besar, bunganya berbunga dua kali setahun dan sedikit menghasilkan biji, berasal dari Amerika Tengah dan Mexico, menghasilkan lebih banyak biomassa dibandingkan dengan tipe common.
Tipe Perdu: Tanaman ini merupakan tanaman yang sedang, tingginya mencapai 10 meter, dengan cabang yang banyak, menghasilkan lebih banyak hijauan untuk makanan ternak.
Sistem perakaran tanaman ini dalam. Tipe daun majemuk ganda bunga tersusun didalam bongkol berwarna putih kekuningan. Tanaman ini banyak digunakan sebagai hijauan makanan ternak, kayu bakar, kayu, 26
timber, pupuk hijau, tanah peneduh dan tanaman hias. Gambar tanaman
ini dapat dilihat pada gambar 1.7 dibawah ini:
Gambar 1.7 Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit28
8. Turi (Sesbania grandiflora (L.)) Pers
Nama lain :
Agati grandiflora, Agati, Bacule, Katurai (Philipina), August flower
(Guyana), West Indian pea tree, Turi (Malaysia, Indonesia), Chogache
(India).
Asal :
Tanaman ini berasal dari negara Asia seperti India, Malaysia,
Indonesia, dan Philipina. Tanaman ini telah tersebar secara luas di Florida,
India Barat, Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Sesbania Spesies : Sesbania grandiflora (L.) Pers
28 Ibid., 27
Deskripsi :
Tanaman ini termasuk legum pohon yang berumur panjang, dapat
mencapai 20 tahun atau lebih, tingginya dapat mencapai 4,3-5,5 m bila
berumur 1 tahun dan 8 meter dengan diameter batang 10 cm bila berumur
3 tahun dan maksimal tingginya mencapai 10 meter dengan diameter
batang berkisar 30 cm. Kayunya berwarna putih dan lembut. Tipe daun
majemuk sederhana. Bunga kupu-kupu berwarna putih dan merah anggur
dengan panjang bunga berkisar 10 cm. Polong berbentuk silinder dengan
panjang polong 60 cm terdiri dari 50 biji. Tanaman ini berfungsi sebagai
pakan ternak, kayu bakar, pulp, makanan dan pupuk hijau. Gambar
tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.8 dibawah ini:
Gambar 1.8 Sesbania grandiflora (L.) Pers29
9. Putri Malu (Mimosa pudica Linn.)
Nama lain :
Nama daerah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica Linn.) di berbagai
daerah di Indonesia adalah putri malu (Indonesia); sihir put, siker put
(Batak); padang getap (Bali); daun kaget-kaget (Manado); rebah bangun
(Minangkabau); kucingan (Jawa); rondo kagit (Sunda); todusan (Madura).
29Ibid., 28
Sedangkan untuk nama asing tumbuhan putri malu (Mimosa pudica Linn.) di berbagai negara yakni han xiu cau (China); makahiya (Filipina); malu- malu (Malaysia); mai yarap (Thailand); mori vivi (Hindia Barat); mac co
(Vietnam) dan shame plant, sensitive plant (Inggris).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Mimosa Spesies : Mimosa pudica Linn.
Deskripsi :
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti
Indonesia dengan ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut. Putri malu
(Mimosa pudica Linn.) biasanya tumbuh merambat, kadang seperti
semak. Putri malu (Mimosa pudica Linn.) biasa tumbuh liar di pinggir
jalan atau di tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari.
Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica Linn.) memiliki ciri-ciri morfologi
sebagai berikut: 1) Akar (Radix), Tumbuhan putri malu memiliki akar
tunggang berwarna putih kekuningan. Akar Mimosa pudica Linn.
memiliki bau yang khas yakni menyerupai buah jengkol. 2) Batang
(Caulis), Pada batang terdapat bulu halus dan tipis berwarna putih. 29
Batang muda berwarna hijau mencolok dan batang tua berwarna merah.
3) Daun (Folium), Bentuk daun menyirip dan bertepi rata. Daunnya kecil
tersusun secara majemuk, berbentuk lonjong serta letak daun berhadapan.
Warna daun hijau namun ada juga yang berwarna kemerah-merahan.
Warna daun bagian bawah dari putri malu (Mimosa pudica Linn.)
berwarna lebih pucat. Bila tersentuh, daun putri malu akan segera
mengatup. Pada tangkai daun terdapat duri-duri kecil. 4) Bunga (Flos),
Bunga berbentuk bulat seperti bola, warnanya merah muda dan
bertangkai serta bentuk bunga berambut. Pada saat matahari tenggelam,
bunga akan menutup seakan layu dan mati, tapi jika terkena sinar
matahari lagi maka bunga itu akan kembali mekar. 5) Buah (Fructus),
Buah dari putri berukuran kecil, terdapat bulu-bulu halus berwarna
merah, namun hanya terdapat pada bagian tertentu saja. Ketika buah telah
masak, buah tersebut akan pecah sehingga bijinya akan jatuh dan
menyebar ke segala arah. Biji ini nantinya akan tumbuh menjadi tunas
baru. Buah yang mentah maupun telah masak berwarna hijau. Gambar
tanaman ini dapat dilihat pada gambar 1.9 dibawah ini:
Gambar 1.9 Mimosa pudica Linn.30
30Ibid., 30
F. Kerangka Teori
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga dengan adanya
kerangka teori ini dapat memberikan gambaran prihal fakta-fakta lapangan
dan solusi yang diharapkan. Berikut ini gambaran umum penelitian yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Diversitas Jenis Tanaman Polong- Polongan (Fabales)
Daerah Jenis
Polong-polongan (Fabales) Desa Kekait: 1. Perbedaan Beragam Jenis ketinggian tempat Fakta 2. Daerah yang kering tumbuhan menyebabkan erosi (pengikisan tanah) Diduga 3. Degradasi lahan Masalah keberagaman flora pertanian (Fabales) berkurang
Tujuan
Mengidentifikasi jenis Polong-Polongan (Fabales)
Gambar 1.10 Kerangka Teoritik31
31Fitriani Sarmita, Endah Dwi Hastuti dan Sri Haryanti. “Pertumbuhan Legum pada Ketinggian yang Berbeda”, Jurnal: BIOMA, Vol. 13, Nomor 02, Desember 2011, hlm. 67. 31
Kerangka teori di atas menjelaskan bahwa, peneliti akan melakukan penelitian terkait keanekaragaman jenis tanaman Polong-polongan (Fabales).
Peneliti akan melakukan penelitian di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat. Objek yang akan diteliti adalah tumbuhan jenis
Polong-polongan (Fabales) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempat.
Daerah ini memiliki tingkat ketinggian tempat yang berbeda. Sehingga, semakin rendah ketinggian suatu tempat atau semakin tinggi suatu tempat, hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah jenis tanaman yang dapat tumbuh.
Karena, setiap jenis tumbuhan memiliki tempat keberlangsungan hidupnya masing-masing. Seperti contoh: tanaman Leguminosa atau Polong-polongan
(Fabales) ini cenderung ditemukan pada daerah yang kering dan jarang ditemukan pada tempat yang lembab. Permasalahan yang lain ialah desa
Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat termasuk daerah yang cukup kering sehingga memicu terjadinya erosi (pengikisan tanah) dan degradasi (pengalihan fungsi) lahan pertanian sehingga mengakibatkan keberagaman tumbuhan menjadi berkurang, khususnya pada tumbuhan jenis
Polong-polongan (Fabales). Maka dari itu, peneliti akan mengidentifikasi jenis tumbuhan Polong-polongan (Fabales) yang masih dapat ditemukan di daerah tersebut. 32
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe
penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan dalam
rangka mendapatkan data atau informasi yang bersifat sebenar-benarnya
serta memberikan pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai
diversitas jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) berdasarkan
ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten
Lombok Barat.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam melakukan penelitian ini dilakukan dalam
jangka waktu 1 minggu untuk mencari data mengenai keanekaragaman
jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) berdasarkan ketinggian tempat
di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat.
Menurut Spradley, kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen
penelitian.32 Kedudukan peneliti dimaksudkan sebagai alat pengumpul
data.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian
dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang seharusnya terjadi dari
32http://eprints.ums.ac.id/12946/4/BAB_III.pdf diakses 12 November 2018, pukul 19.04 WITA. 33
objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data yang akurat. Untuk
membatasi penelitian, maka secara substansial peneliti akan mengambil
lokasi di desa kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat.
4. Sumber data
Sumber data adalah sesuatu yang menjadi dasar atau tolak ukur untuk
memperoleh sebuah data. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.33 Peneliti mendapatkan sumber data dari lokasi
penelitian yakni di desa Kekait, kecamatan Gunung sari, kabupaten
Lombok Barat terkait dengan keanekaragaman jenis tumbuhan Polong-
polongan (Fabales). Kemudian untuk mempertajam penelitian maka,
peneliti mengambil sumber data dari beberapa referensi seperti buku dan
jurnal terkait tumbuhan Polong-polongan (Fabales).
5. Prosedur pengumpulan data
Adapun langkah-langkah dalam mengumpulkan data pada penelitian
ini adalah:
a. Melakukan observasi di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari,
kabupaten Lombok Barat.
33Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 157. 34
b. Membuat plot berukuran 10 m x 10 m pada lokasi penelitian, yakni di
daerah yang ketinggian tempatnya berbukit dan tidak berbukit atau 0-
400 m/ dpl (di atas permukaan laut). c. Membuat 10 plot pada masing-masing ketinggian 0-100 m/ dpl (di
atas permukaan laut), 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut), 200-
300 m/ dpl (di atas permukaan laut), dan 300-400 m/ dpl (di atas
permukaan laut). d. Mengambil beberapa sampel tumbuhan jenis Polong-polongan
(Fabales) pada daerah yang permukaannya datar dan ketinggian yang
permukaannya berbukit di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari,
kabupaten Lombok Barat. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan
mencabut tanaman yang masih bagus dan mempunyai bagian tanaman
yang masih lengkap misalnya pada bagian alat hara (akar/ Radix,
batang/ Caulis, daun/ Folium) dan alat reproduksi (bunga/ Flos, dan
biji/ Semen). Dan yang terpenting terdapat akar/ Radix, batang/
Caulis, dan daun/ Folium. e. Mengoleksi sampel yang ditemukan dengan cara membuat herbarium.
Adapun gambar dari pembuatan herbarium seperti contoh dibawah
ini: 35
Gambar 1.11 Herbarium34
Pembuatan Ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan identifikasi tumbuhan jenis Polong-polongan (Fabales).
Adapun langkah-langkah membuat herbarium yakni:35
1. Menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat-alatnya meliputi:
a. Gunting
b. Silet
c. Alat tulis menulis (pensil/ pulpen)
d. Kamera
Adapun bahan-bahannya meliputi:
a. Koran bekas
b. Kardus
c. Plester bening
d. Kertas label
34Https://academia.edu /mengenal-herbarium, diakses 25 Maret 2019, 10:21 WITA. 35Nurdiana dan Ervina Titi jayanti, Petunjuk praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi, Mataram: Laboratorium IPA BIOLOGI UIN (Universitas Islam Negeri mataram, 2017)), hlm18-19 36
2. Membuat etiket gantung pada setiap tanaman dengan bantuan
benang kasur atau tali rafia. Adapun yang dicantumkan pada etiket
gantung yakni: nomor koleksi, nama spesies (jika langsung
diketahui nama spesies tersebut), tanggal pengambilan tanaman
tersebut.
3. Setelah itu, sampel/ spesimen dimasukkan kedalam lipatan kertas
koran kemudian mengapitnya dengan kardus ukuran ± 45 cm x 35
cm. Dan jika banyak sampel yang ditemukan, maka sampel
diletakkan secara vertikal yang diapit oleh koran dan kardus.
Apabila ditemukan buah-buah yang besar, maka buahnya dipisah
dan dimasukkan kedalam kantong plastik, memberikan label, dan
mengeringkannya secara terpisah.
4. Memberikan etiket gantung pada setiap tanaman yang akan
dikeringkan.
5. Menyimpan spesimen beberapa hari ditempat yang tidak terkena
sinar matahari langsung hingga kering.
6. Setelah sampel/ spesimen dikeringkan, maka sampel siap untuk
dilakukan penempelan pada kertas manila dan dilem di atas kertas
manila atau dapat diplester supaya sampel yang telah dikeringkan
menjadi rapi.
7. Setelah itu, koleksi kering siap untuk dilakukan identifikasi. 37
f. Mengidentifikasi ciri-ciri morfologi jenis tumbuhan Polong-polongan
(Fabales) yang ditemukan berdasarkan ciri-ciri pada akar, batang,
daun, bunga (jika ada), dan biji (jika ada). Identifikasi ini mengacu
pada jurnal-jurnal dan buku terkait jenis-jenis tumbuhan Polong-
polongan (Fabales).
g. Mengklasifikasikan tumbuhan jenis Polong-polongan (Fabales) yang
ditemukan.
h. Mendokumentasikan hasil temuan di lapangan dalam bentuk photo.
6. Teknik analisis data
Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif, yaitu:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.
b. Penyajian Data (Data Display)
Menyajikan data yaitu penyusunan sekumpulan informasi yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan. Dalam penelitian ini, secara teknis data-data akan disajikan
dalam bentuk teks naratif dan gambar tumbuhan yang akan ditemukan.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan 38
dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan. Secara
teknis proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan cara mendiskusikan data-data hasil temuan
dilapangan dengan teori-teori yang dimasukan dalam bab tinjauan
pustaka.36
7. Pengecekan keabsahan Data
Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data menggunakan kriteria
kredibilitas (derajat kepercayaan) dan teknik pemeriksaannya
menggunakan triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pada
triangulasi ini, peneliti memanfaatkan penggunaan triangulasi teori.
Triangulasi teori ini, hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya
dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari
36Http://digilib.unila.ac.id/3240/17/BAB%20III.pdf diakses 12 November 2018, pukul 17.23 WITA. 39
bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan.
Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman
asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam
atas hasil analisis data yang telah diperoleh.37 Teori-teori ini akan
didapatkan dari jurnal-jurnal maupun referensi-referensi lainnya yang
relevan dengan hasil penelitian.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan langkah-langkah dalam
penyusunan skripsi yang di uraikan dari bagian awal sampai bagian akhir.
Adapun penulis menyusun sistematika pembahasan dengan rincian sebagai
berikut: Penyusunan skripsi ini terdiri dari sub-sub bab yang berurutan, pada
bagian awal terdapat halaman sampul, halaman judul, persetujuan
pembimbing, nota dinas pembimbing, pernyataan keaslian skripsi, pengesahan
dewan penguji, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada),
dan abstrak (Inggris). Selanjutnya terdapat bagian bab I pendahuluan, yakni
terdapat bagian latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, ruang lingkup dan Setting penelitian, telaah pustaka, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Kemudian pada bab II
paparan data dan temuan, pada bagian ini di ungkapkan seluruh data dan
37Moleong J. Lexy, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya Offset, 2011), hlm. 330-332. 40
temuan penelitian. Selanjutnya pada bab III pembahasan, pada bagian ini di ungkapkan proses analisis terhadap temuan penelitian sebagaimana di paparkan pada bab II berdasarkan pada perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana di ungkap di bagian pendahuluan. Selanjutnya bab IV penutup, pada bagian ini terdapat bagian kesimpulan dan saran. Pada kesimpulan ini menjawab rumusan masalah dan saran mengenai harapan penulis dari isi skripsi. Dan terakhir adalah daftar pustaka, pada bagian ini mencantumkan sumber-sumber referensi. 41
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Jenis polong-polongan (Fabales) Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di desa Kekait, kecamatan
Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat pada tanggal 30 Mei 2019, ialah
sebagai berikut: Desa Kekait merupakan desa yang terletak di ujung utara
dalam seputaran Kabupaten Lombok Barat. Desa Kekait terdiri dari 7 dusun
yakni dusun Wadon, Puncang, Kekait 1, Kekait 2, Kekait daye, Thaebah, dan
Batu Butir. Di desa ini, terdapat beberapa jenis tanaman Fabales yang dapat
dijumpai seperti Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet), Turi (Sesbania
grandiflora L.), Lamtoro (Leucaena leucochepala (Lam.) de Wit), dan
tumbuhan jenis lainnya.
Desa Kekait merupakan daerah yang cukup kering, karena daerah ini
kadang mengalami kekurangan air dan sangat jarang dijumpai tanaman yang
sifatnya membutuhkan banyak air seperti tanaman Padi (Oryza sativa).
Berdasarkan struktur permukaan tanahnya, terlihat sangat jelas bahwa ada
sedikit perbedaan di desa Kekait, yakni adanya dusun yang bertempat di
daerah perbukitan dan tidak berbukit. Dusun Batu Butir merupakan satu-
satunya dusun yang termasuk daerah perbukitan. Sedangkan dusun-dusun
yang lainnya tidak termasuk daerah perbukitan.
Kawasan 6 dusun yang tidak berbukit merupakan kawasan yang padat
penduduk sehingga sangat jarang ditemui tumbuh-tumbuhan namun 42
disamping daerah pemukiman penduduk, terdapat sawah yang terbentang luas dan perbukitan. Pada kawasan sawah terdapat beberapa jenis tanaman yang dapat dijumpai seperti: Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.), Jagung (Zea mays), Turi (Sesbania grandiflora L.) dan Komak ungu (Lablab purpureus
(L.) sweet). Pada kawasan perbukitan atau di dusun Batu Butir, terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat ditemukan seperti: Pohon Aren (Arenga pinnata), Centro (Centrosema pubescens Benth.), Gamal (Gliricidia sepium
(Jacq.) Steud.), Lamtoro (Leucaena leucochepala (Lam.) de wit), dan Putri
Malu (Mimosa pudica L.).
Berdasarkan pengambilan sampel yang telah dilakukan, terdapat 6 jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) yang ditemukan. Berikut karakterisasi morfologi tumbuhannya.
1.
a b c d Gambar 2.1 Karakter jenis 1 Keterangan gambar 2.1 a. Habitus atau perawakan b. Daun (Folium) c. Buah (Fructus) dan batang (Caulis) d. Bunga (Flos)
Karakterisasi tanaman:
Tanaman ini merupakan tanaman yang banyak di budidayakan oleh
masyarakat karena mudah tumbuh pada kawasan tropis dan dapat di 43
jadikan sebagai bahan pangan. Habitus tanaman semak, akarnya berada di dalam tanah, arah tumbuh membelit-menjalar (Volubilo-repens), bentuk daun (Circumscriptio): bangun delta (Deltoideus), berdaun lebar dan berwarna hijau tua, ujung daun (Apex folli) meruncing (Acuminatus), pangkal daun (Basis folli) membulat (Rotundus), tepi daun (Margo folli) rata (Integer), permukaan daun berbulu halus (Villosus), venasi daun
(Nervatio atau Venatio) bertulang menyirip (Penninervis), memiliki buah
(Fructus) yang berbentuk bulan sabit, warnanya putih keunguan dan terdapat polong yang berjumlah 3-5 biji dalam 1 buah. Warna polong hijau dengan corak keunguan, ketika kering polongnya berwarna hitam.
Bunga (Flos) berwarna ungu keputih-putihan, dan sistem perakaran tunggang (Radix primaria).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Lablab Nama Latin : Lablab Purpureus (L.) Sweet Nama umum : Komak Nama lokal : Komak 44
2.
a b c d e Gambar 2.2 Karakter jenis 2 Keterangan gambar 2.2 a. Habitus atau perawakan b. Daun (Folium) c. Batang (Caulis) d. Bunga (Flos) e. Buah (Fructus)
Karakterisasi tumbuhan:
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai pada
kawasan tropis terlebih di daerah Indonesia. Habitus atau perawakan
semak, sifat tumbuhnya membelit-menjalar (Volubilo-repens) dan
menumpang pada tumbuhan lain yang tumbuh berada didekatnya, daun
(Folium) berwarna hijau muda-hijau tua, bentuk daun (Circumscriptio)
memanjang (Oblongus), ujung daun (Apex folli) runcing (Acutus), pangkal
daun (Basis folli) membulat (Rotundus), tepi daun (Margo folli) rata
(Integer), permukaan daun licin suram (Laevis-opacus), venasi daun
(Nervatio atau venatio) menyirip (Penninervis), memiliki buah (Fructus)
yang berwarna hijau dan terdapat polong yang berjumlah 8 biji. Polong
berwarna hijau dan bila polongnya mengering berwarna kecokelatan dan
memiliki corak tak beraturan yang berwarna cokelat kehitaman di setiap
permukaan polongnya. Bunga (Flos) berwarna ungu muda seperti kupu-
kupu, Sistem perakaran tunggang (Radix primaria). 45
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Centrosema Nama Latin : Centrosema pubescens Benth. Nama umum : Centro Nama lokal : Antap-antapan
3.
a b c d Gambar 2.3 Karakter jenis 3 Keterangan gambar 2.3 a. Habitus atau perawakan b. Daun (Folium) c. Batang (Caulis) d. Bunga (Flos)
Karakterisasi tumbuhan:
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh pada daerah
yang beriklim tropis. Tumbuhan ini berhabitus semak dengan tinggi < 1
meter. Ciri khas yang dimiliki tumbuhan ini adalah daunnya yang selalu
mengatup ketika terkena rangsangan dari luar. Arah tumbuhnya menjalar
(Repens), bentuk daun (Circumscriptio) memanjang (Oblongus), warna
daun hijau muda-tua, ujung daun (Apex folli) tumpul (Obtusus), pangkal 46
daun (Basis folli) membulat (Rotundus), tepi daun (Margo folli) rata
(Integer), permukaan daun licin suram (Laevis-Opacus), venasi daun
(Nervatio atau Venatio) menyirip (Penninervis), bunga (Flos) berwarna
merah muda keunguan yang berbentuk bulat (Oval), memiliki polong
berwarna cokelat yang berjumlah 2-4 biji, batang (Caulis) berwarna
cokelat kemerahan yang di penuhi dengan duri halus dan keras, sistem
perakaran tunggang (Radix primaria).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Mimosa Nama Latin : Mimosa pudica L. Nama umum : Putri Malu Nama lokal : Kembang kejut
4.
a b c Gambar 2.4 Karakter jenis 4 Keterangan gambar 2.4 a. Habitus atau perawakan b. Batang (Caulis) c. Bunga (Flos) 47
Karakterisasi tanaman:
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai pada kawasan persawahan, banyak dijumpai sebagai pagar pembatas dan dapat dijadikan sebagai makanan pada bagian daun (Folium), bunga (Flos), dan buah (Fructus) yang masih muda. Dapat dijadikan sebagai pakan ternak pada bagian batang (Caulis), buah (Fructus), dan daun (Folium). Dapat dijadikan sebagai kayu bakar pada bagian batang (Caulis). Dapat dijadikan sebagai pupuk hijau pada bagian daun (Folium), dan beraneka ragam pengelolaan fungsi lainnya.
Habitus perdu, bentuk daun (Circumscriptio) memanjang (Oblongus), daunnya berwarna hijau, ujung daun (Apex folli) terbelah membulat
(Retusus-Rotundatus), pangkal daun (Basis folli) membulat (Rotundatus), tepi daun (Margo folli) rata (Integer), permukaan daun licin (Laevis), venasi daun (Nervatio atau Venatio) menyirip (Penninervis). Memiliki buah (Fructus) yang bentuknya panjang berwarna hijau dan terdiri dari banyak polong, bisa mencapai 50 polong dalam 1 buah. Ketika buah
(Fructus) mengering akan berwarna kehitaman begitupun dengan warna polongnya. Bunga (Flos) berwarna putih, sistem perakaran tunggang
(Radix primaria). 48
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Sesbania Nama Latin : Sesbania grandiflora L. Nama umum : Turi Nama lokal : Ketujur
5.
a b c d e Gambar 2.5 Karakter jenis 5 Keterangan gambar 2.5 a. Habitus atau perawakan b. Daun (Folium) c. Batang (Caulis) d. Bunga (Flos) e. Buah (Fructus)
Karakterisasi tumbuhan:
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh pada kawasan
tropis. Habitus pohon, bentuk daun (Circumscriptio) memanjang
(Oblongus), warna daun hijau tua, ujung daun (Apex folli) runcing
(Acutus), pangkal daun membulat, tepi daun rata, permukaan daun licin,
venasi daun (Nervatio atau Venatio) menyirip (Penninervis), buah
(Fructus) pipih memanjang berwarna hijau, terdapat polong yang 49
berwana cokelat dan berbentuk pipih yang berkisar 10-30 biji, bunga
(Flos) berwarna putih, bentuknya bulat, sistem perakaran tunggang (Radix
primaria).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Mimosaceae Genus : Leucaena Nama Latin : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Nama umum : Lamtoro Nama lokal : Koste
6.
a b c d Gambar 2.6 Karakter jenis 6 Keterangan gambar 2.6 a. Habitus atau perawakan b. Daun (Folium) c. Batang (Caulis) d. Bunga (Flos)
Karakterisasi tumbuhan:
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berhabitus pohon karena
dapat tumbuh mencapai 1,5 meter. Tumbuhan ini banyak dijumpai pada
daerah hutan atau kebun yang biasanya tumbuhan ini dijadikan sebagai 50
pagar pembatas tanaman. Habitus perdu, bentuk daun (Circumscriptio) bulat telur (Ovatus), warna daun hijau muda-tua, ujung daun (Apex folli) runcing (Acutus), pangkal daun (Basis folli) membulat (Rotundus), tepi daun (Margo folli) rata (Integer), permukaan daun licin (Laevis), venasi daun (Nervatio atau Venatio) menyirip (Penninervis), bunga (Flos) berwarna merah muda, terdapat biji (Semen) berwarna kecokelatan dan berbentuk pipih, Sistem perakaran tunggang (Radix primaria).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae Sub kingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Rosidae Ordo : Fabales Famili : Fabaceae Genus : Gliricidia Nama Latin : Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Nama Umum : Gamal Nama lokal : Keroton 51
B. Tabel karakter
Tabel 2.1 Karakter jenis tumbuhan polong-polongan (Fabales) yang ditemukan
Komak Centro Putri Malu Turi Lamtoro Gamal No. Sifat (Lablab (Centrosema (Mimosa (Sesbania (Leucaena (Gliricidia karakter purpureus) pubescens) pudica) grandiflora) leucocephala) sepium)
1. Habitus Semak Semak Semak Perdu Pohon Pohon 2. Bentuk daun Delta Memanjang Memanjang Memanjang Memanjang Bulat telur 3. Permukaan Berbulu Licin Licin Licin Licin Licin daun halus 4. Ujung daun Meruncing Runcing Tumpul Terbelah Runcing Runcing membulat
Tabel 2.1 menunjukkan karakter atau ciri-ciri morfologi yang
dimiliki oleh masing-masing spesies yang ditemukan. Berdasarkan
habitusnya terdapat 3 jenis yang berhabitus semak yakni komak
(Lablab purpureus (L.) Sweet), Centro (Centrosema pubescens
Benth.), dan Putri malu (Mimosa pudica L.). Dilihat dari bentuk daun,
Komak (Lablab purpureus (L.) sweet) memiliki bentuk daun delta
sedangkan Centro (Centrosema pubescens Benth.) dan putri malu
(Mimosa pudica L.) memiliki bentuk daun memanjang. Kemudian
permukaan daun pada komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) berbulu
halus sedangkan tumbuhan centro (Centrosema pubescens Benth.) dan
putri malu (Mimosa pudica L.) permukaan daunnya licin. Kemudian
pada ujung daunnya, komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) memiliki
ujung daun yang meruncing, centro (Centrosema pubescens Benth.)
ujung daunnya runcing dan putri malu (Mimosa pudica L.) ujung 52
daunnya tumpul. Selanjutnya tumbuhan yang berhabitus perdu
dimiliki oleh turi (Sesbania grandiflora L.) dengan bentuk daun
memanjang, permukaan daun licin, dan ujung daun terbelah
membulat. Kemudian tumbuhan yang berhabitus pohon dimiliki oleh
Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Gamal (Gliricidia sepium)
dengan bentuk daun yang berbeda. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
memiliki bentuk daun memanjang sedangkan gamal (Gliricidia
sepium) memiliki bentuk daun bulat telur. Kemudian permukaan
daunnya terdapat kesamaan yakni licin dengan ujung daun yang sama
pula yakni runcing.
C. Kunci Determinasi
1. a). Habitus semak ...... 2
b). Habitus perdu...... 4
2. a). Permukaan daun berbulu halus ...... Lablab purpureus (L.) Sweet
b). Permukaan daun licin...... 3
3. a). Ujung daun runcing...... Centrosema pubescens Benth.
b). Ujung daun tumpul ...... Mimosa pudica L.
4. a). Ujung daun terbelah membulat ...... Sesbania grandiflora L.
b). Ujung daun runcing...... 5
5. a). Bentuk daun memanjang...... Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
b). Bentuk daun bulat telur ...... Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. 53
D. Karakter yang dimiliki
1a-2a = Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)
1a-2b-3a = Centro (Centrosema pubescens Benth.)
1a-2b-3b = Putri malu (Mimosa pudica L.)
1b-4a = Turi (Sesbania grandiflora L.)
4b-5a = Lamtoro (Leucaena leucocephala)
4b-5b = Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.)
E. Persebaran Jenis Polong-polongan (Fabales)
Adapun tabel hasil dari pengambilan spesies tanaman Polong-
polongan (Fabales) berdasarkan ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan
Gunung sari, kabupaten Lombok Barat sebagai berikut: 54
Tabel 2.2 Hasil Temuan Jenis Tanaman Fabales di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat
Jenis Polong-polongan (Fabales) Komak Centro Putri Turi Lamtoro Gamal No. Ketinggian Tempat Plot (Lablab (Centrosema malu (Sesbania (Leucaena (Gliricidia tempat purpureus) pubescens) (Mimosa grandiflora) leucocephala) sepium) pudica) 1. 0-100 m/dpl Tidak I (diatas berbukit II permukaan (0-19 III laut) m/dpl) IV & V perbukit VI an (19- VII 100 VIII m/dpl) IX X 2. 100-200 Perbukit I m/dpl an II (diatas III permukaan IV laut) V VI VII VIII IX X 3. 200-300 Perbukit I m/dpl an II (diatas III permukaan IV laut) V VI VII VIII IX X 4. 300-400 Perbukit I m/dpl an II (diatas III permukaan IV laut) V VI VII VIII IX X 55
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa tumbuhan jenis Polong-polongan
(Fabales) ditemukan pada kisaran ketinggian tempat 0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut), 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut), 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut), dan 300-400 m/dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian tempat 0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan 6 jenis
Polong-polongan (Fabales) diantaranya: Komak (Lablab purpureus (L.)
Sweet), Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica
L.), Turi (Sesbania grandiflora L.), Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit), dan Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) Ini menunjukkan ketinggian tempat masih optimal karena jenis tumbuhan yang ditemukan bervariasi.
Pada Tabel 2.2 di atas menunjukkan ketinggian tempat 100-200 m/ dpl
(di atas permukaan laut) ditemukan 5 jenis tumbuhan Polong-polongan
(Fabales) diantaranya: Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet), Centro
(Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), Lamtoro
(Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit), dan Gamal (Gliricidia sepium
(Jacq.) Steud.). Dari data ini menunjukkan ketinggian tempat berpengaruh terhadap jumlah jenis tumbuhan Polong-polongan (Fabales). Walaupun terdapat sedikit perbedaan akan tetapi, daerah ini masih menunjukkan daerah yang optimal karena masih ditemukan jenis Polong-polongan (Fabales). 56
Pada Tabel 2.2 di atas menunjukkan ketinggian tempat 200-300 m/ dpl
(di atas permukaan laut) ditemukan 3 jenis Polong-polongan (Fabales) diantaranya: Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), dan Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit). Pada ketinggian tempat 300-400 m/dpl (di atas permukaan laut) ditemukan 4 jenis tumbuhan Polong-polongan (Fabales) diantaranya: Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit), dan Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.).
Dari pengambilan sampel pada masing-masing ketinggian menunjukkan perbedaan jumlah jenis Polong-polongan (Fabales). 57
Tabel 2.3 Suhu, pH tanah, dan kelembaban pada masing-masing plot dari hasil Temuan Jenis Tanaman Fabales di desa Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat
No. Ketinggian tempat Tempat Plot Suhu pH Tanah Kelembaban (°C) (%) 1. 0-100 m/ dpl (di atas Tidak berbukit (0-19 I 29 7 80 permukaan laut) m/dpl) & perbukitan II 29 7 80 (19-100 m/dpl) III 29 7 80 IV 29 7 80 V 29 7 80 VI 29 7 80 VII 29 7 80 VIII 29 7 80 IX 29 7 80 X 29 7 80 2. 100-200 m/dpl (di Perbukitan I 28 6 83 atas permukaan laut) II 28 6 83 III 28 6 83 IV 27 7 83 V 28 6 83 VI 28 6 83 VII 28 6 83 VIII 28 6 83 IX 28 6 83 X 27 7 83 3. 200-300 m/dpl (di Perbukitan I 27 7 83 atas permukaan laut) II 27 7 83 III 27 7 83 IV 27 7 83 V 27 7 85 VI 27 7 85 VII 27 7 85 VIII 27 7 85 IX 27 7 85 X 27 7 85 4. 300-400 m/dpl (di Perbukitan I 26 6 89 atas permukaan laut) II 26 6 89 III 26 6 89 IV 25 7 90 V 25 7 90 VI 25 7 90 VII 25 7 89 VIII 25 7 90 IX 25 7 90 X 25 7 90 58
Tabel 2.3 menunjukkan kisaran suhu, pH tanah, dan kelembaban pada masing-masing plot disetiap ketinggian. Pada ketinggian 0-100 m/ dpl (diatas permukaan laut) menunjukkan suhu 29°C, pH tanah 7 (normal), dan kelembaban 80 %. Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (diatas permukaan laut) menunjukkan suhu pada 27-28°C, pH tanah 6-7 yang sifatnya (asam dan normal), dan kelembaban 83%. Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (diatas permukaan laut) menunjukkan suhu pada 27°C, pH tanah 7 (normal), dan kelembaban 83-85%. Pada ketinggian 300-400 m/ dpl (diatas permukaan laut) menunjukkan suhu pada kisaran 25-26°C, pH tanah 6-7 atau (asam-normal), dan kelembaban 89-90%. 59
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Tanaman Polong-polongan (Fabales) pada masing-masing
ketinggian
Dari data yang diperoleh langsung dilapangan menunjukkan
hasil terdapat jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) yang
ditemukan berjumlah 6 jenis diantaranya: Komak (Lablab purpureus
(L.) Sweet), Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu
(Mimosa pudica L.), Turi (Sesbania grandiflora L.), Lamtoro
(Leucaena leucocephala (Lam.) de wit), dan Gamal (Gliricidia sepium
(Jacq.) Steud.) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempat di desa
Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat. Adapun
keanekaragaman jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) yang
dilihat berdasarkan ketinggian tempat sebagai berikut:
1. Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)
Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) merupakan tanaman
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman Komak
(Lablab purpureus (L.) Sweet) ditemukan pada ketinggian tempat
terendah yakni pada 0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut) yang
berjumlah 2 tanaman. Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas
permukaan laut) ditemukan 1 tanaman komak (Lablab purpureus
(L.) Sweet). Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan 60
laut) tidak ditemukan tanaman Polong-polongan (Fabales) jenis
komak (Lablab purpureus L. Sweet). Pada ketinggian 300-400 m/
dpl (di atas permukaan laut) tidak ditemukan pula tanaman komak
(Lablab purpureus L. Sweet) ini.
2. Centro (Centrosema pubescens Benth.)
Centro (Centrosema pubescens Benth.) merupakan tumbuhan
yang tahan terhadap kondisi kering dan banyak ditemukan di
wilayah Indonesia. Tumbuhan Centro (Centrosema pubescens
Benth.) ditemukan pada ketinggian tempat terendah yakni pada 0-
100 m/ dpl (di atas permukaan laut) dengan jumlah 2 tumbuhan.
Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut)
ditemukan tumbuhan Centro (Centrosema pubescens Benth.)
berjumlah 3 tumbuhan. Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas
permukaan laut) ditemukan tumbuhan Centro (Centrosema
pubescens Benth.) berjumlah 8 tumbuhan. Pada ketinggian 300-
400 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan jenis tanaman
Centro (Centrosema pubescens Benth.) berjumlah 1 tumbuhan.
3. Putri malu (Mimosa pudica L.)
Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan tanaman yang
banyak ditemukan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Pada
ketinggian tempat 0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan
jenis tumbuhan putri malu (Mimosa pudica L.) berjumlah 6 61
tumbuhan. Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan
laut) ditemukan jenisnya berjumlah 6 tumbuhan. Pada ketinggian
200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan jenis Putri
malu (Mimosa pudica L.) berjumlah 2 tumbuhan. Pada ketinggian
300-400 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan jenisnya
berjumlah 4 tumbuhan.
4. Turi (Sesbania grandiflora L.)
Tanaman turi (Sesbania grandiflora L.) merupakan tanaman
yang dapat dijumpai pada kawasan tropis seperti di wilayah
Indonesia. Tumbuhan ini biasanya menjadi pagar pembatas
tanaman hidup. Pada ketinggian 0-100 m/ dpl (di atas permukaan
laut) ditemukan jenis tanaman turi (Sesbania grandiflora L.)
berjumlah 3 tanaman. Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas
permukaan laut) tidak ditemukan tanaman turi (Sesbania
grandiflora L.) begitupun pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas
permukaan laut) dan ketinggian 300-400 m/ dpl (di atas permukaan
laut) tidak ditemukan tanaman turi (Sesbania grandiflora L.).
5. Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit)
Tumbuhan lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit)
merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai pada kawasan tropis
yakni di Indonesia. Pada ketinggian 0-100 m/ dpl (di atas
permukaan laut) ditemukan 3 tumbuhan. Pada ketinggian 100-200 62
m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan tumbuhan lamtoro
(Leucaena leucocephala (Lam.) de wit) berjumlah 1 tumbuhan.
Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut)
ditemukan tumbuhan lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de
wit) berjumlah 2 tumbuhan. Pada ketinggian 300-400 m/ dpl (di
atas permukaan laut) ditemukan tumbuhan lamtoro (Leucaena
leucocephala (Lam.) de wit) berjumlah 4 tumbuhan.
6. Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.)
Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) merupakan tumbuhan
yang banyak dijumpai pada kawasan tropis. Pada ketinggian 0-100
m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan tumbuhan Gamal
(Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) berjumlah 3 tumbuhan. Pada
ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan
tumbuhan Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) berjumlah 1
tanaman. Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut)
tidak dtemukan tumbuhan gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.)
dan pada ketinggian 300-400 m/ dpl (di atas permukaan laut)
ditemukan tumbuhan Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.)
berjumlah 5 tumbuhan.
Dari data yang diperoleh langsung dilapangan menunjukkan pada ketinggian 0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut) merupakan ketinggian tempat terendah dan paling banyak ditemukan jenis 63
tanaman Polong-polongan (Fabales) di antaranya: Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet), Centro (Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), Turi (Sesbania grandiflora L.), Lamtoro
(Leucaena leucocephala (Lam.) de wit), dan Gamal (Gliricidia sepium
(Jacq.) Steud.) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempat di desa
Kekait, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat. Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut) merupakan ketinggian yang paling sedikit ditemukan jenis tanaman polong- polongan (Fabales) yakni terdapat 3 jenis diantaranya: Centro
(Centrosema pubescens Benth.), Putri malu (Mimosa pudica L.), dan
Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit) yang dilihat berdasarkan ketinggian tempat di desa Kekait, kecamatan Gunung
Sari, kabupaten Lombok Barat.
Pada ketinggian tempat terendah (0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut)), jumlah jenis yang paling banyak ditemukan ialah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica L.) dengan jumlah 6 tumbuhan.
Dan tumbuhan yang paling sedikit ditemukan ialah tanaman komak
(Lablab purpureus L. Sweet) dengan jumlah 2 tanaman dan tumbuhan centro (Centrosema pubescens Benth.) dengan jumlah 2 tumbuhan.
Pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut), tumbuhan yang paling banyak ditemukan yakni tumbuhan putri malu (Mimosa pudica L.) dengan jumlah 6 tumbuhan. Dan tumbuhan yang paling 64
sedikit ditemukan yakni komak (Lablab purpureus L. Sweet) dengan
jumlah 1 tanaman dan gamal (Gliricidia sepium) dengan jumlah 1
tanaman. Pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut)
tumbuhan yang paling banyak ditemukan ialah tumbuhan centro
(Centrosema pubescens Benth.) dengan jumlah 8 tumbuhan. Dan
tumbuhan yang paling sedikit ditemukan yakni putri malu (Mimosa
pudica L.) dan lamtoro (Leucaena leucocephala) dengan masing-
masing jumlah 2 tumbuhan. Pada ketinggian 300-400 m/ dpl (di atas
permukaan laut) merupakan ketinggian tempat tertinggi dan jenis
tanaman polong-polongan (Fabales) yang banyak ditemukan ialah
tumbuhan gamal (Gliricidia sepium) dengan jumlah 5 tumbuhan. Dan
tumbuhan yang paling sedikit ditemukan ialah tumbuhan centro
(Centrosema pubescens Benth.) dengan jumlah 1 tumbuhan.
Dan menurut penelitian terdahulu oleh Herdiawan tentang
pertumbuhan tanaman pakan ternak Legum pohon Indigofera
zollingeriana pada berbagai taraf perlakuan cekaman kekeringan
menyatakan, “Tumbuhan Polong-polongan (Fabales) dapat bertahan
hidup pada lahan dengan kondisi kering dan mencegah erosi”.38
Sehingga keterkaitan penelitian terdahulu dengan penelitian yang telah
dilakukan dilapangan maka, terdapat persamaan dari sifat tanaman
38Herdiawan I. “Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan”. Balai Penelitian Ternak. 2013. hlm. 67. 65
polong-polongan (Fabales) yang dapat bertahan dengan kondisi lahan
yang kering dan tempat ternaungi membuat jenis tanaman polong-
polongan (Fabales) yang ditemukan beranekaragam jenis.
Untuk penelitian selanjutnya oleh Andy wijanarko dan A.A
Rahmianna tentang implikasi sifat fisika dan kimiawi tanah pada
ketinggian yang berbeda terhadap budidaya kacang tanah di sumba
timur, NTT yang mengungkapkan bahwa, “Semakin tinggi suatu
tempat maka, pH tanah semakin menurun.39 Pada keadaan ini jumlah
jenis tumbuhan dapat berkurang karena pengaruh dari keasaman tanah.
Dari hasil pengamatan 6 jenis tanaman polong-polongan
(Fabales) maka jenis tanaman terbanyak dihasilkan oleh tumbuhan
centro (Centrosema pubescens Benth.) dengan jumlah 8 tumbuhan
dengan ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut).
Tumbuhan ini banyak ditemukan pada ketinggian 200-300 m/ dpl (di
atas permukaan laut) karena pada ketinggian tempat ini, memiliki pH
tanah yang normal. Dan berdasarkan penelitian terdahulu oleh
Reksohadiprojo tentang “Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik” menyatakan bahwa tanaman Polong-polongan (Fabales) tahan
terhadap kondisi lingkungan kering, tahan terhadap kondisi lahan yang
39Andy wijanarko dan A.A Rahmianna. “Implikasi sifat fisika dan kimiawi tanah pada ketinggian yang berbeda terhadap budidaya kacang tanah di sumba timur, NTT”. 2017. hlm. 399. 66
tergenang air, dan dapat ditanam pada naungan.40 Dengan kondisi
lahan yang kering dan kondisi lahan yang tergenang air ini membuat
jenis tanaman Polong-polongan (Fabales) mampu bertahan hidup dan
menjaga keanekaragamannya.
Tanaman yang ditemukan paling sedikit ialah komak (Lablab
purpureus L. Sweet), lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de wit),
dan gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) pada ketinggian 100-200
m/ dpl (di atas permukaan laut). Tanaman ini ditemukan dengan
jumlah masing-masing 1 tanaman. Menurut penelitian terdahulu oleh
Andy wijanarko dan A.A Rahmianna tentang implikasi sifat fisika dan
kimiawi tanah pada ketinggian yang berbeda terhadap budidaya
kacang tanah di sumba timur, NTT mengungkapkan bahwa semakin
tinggi suatu tempat maka, pH tanah semakin menurun.41 Dan
berdasarkan hasil penelitian terdahulu dengan penelitian yang telah
dilakukan dilapangan maka, ”Ada persamaan semakin tinggi
ketinggian suatu tempat maka pH tanah menurun sehingga jumlah
jenis tanaman yang ditemukan berkurang. Ini terlihat pada ketinggian
0-100 m/ dpl (di atas permukaan laut) dengan ketinggian 100-200 m/
dpl (di atas permukaan laut). Jumlah jenis tanaman yang berkurang ini
40Reksohadiprojo, “Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi BPFE”, (Yogyakarta: UGM, 1981), hlm. 132. 41Andy wijanarko dan A.A Rahmianna. “Implikasi sifat fisika dan kimiawi tanah pada ketinggian yang berbeda terhadap budidaya kacang tanah di sumba timur, NTT”. 2017. hlm. 399. 67
disebabkan oleh faktor pH tanah pada ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut) yang bersifat asam (< 7)”.
Berdasarkan data yang diperoleh langsung di lapangan, ketinggian 0-100 m/ dpl termasuk daerah yang terendah dan Jenis tanaman komak yang ditemukan pada ketinggian ini merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah kebun, sawah, dan pemukiman penduduk. Tanaman ini dapat tumbuh karena adanya campur tangan manusia. Dan dapat dimanfaatkan sebagai pelengkap kebutuhan sehari-hari.
Ketinggian 100-200 m/ dpl (di atas permukaan laut) termasuk daerah perbukitan di desa Kekait, kecamatan Gunung sari, kabupaten
Lombok Barat. Pada ketinggian ini ditemukan beberapa jenis tanaman seperti: komak, centro, putri malu, lamtoro dan gamal. Tanaman komak dapat ditemukan karena masih ada aktivitas manusia seperti berkebun.
Ketinggian 200-300 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan tumbuhan centro, putri malu, dan gamal. Tumbuhan ini banyak ditemukan di daerah perbukitan karena sifatnya yang dapat tumbuh di daerah ternaungi dan tidak ternaungi. Mayoritas tumbuhan ini ditemukan di daerah perbukitan karena di ketinggian 0-100 m/ dpl dan
100-200 m/ dpl lebih banyak aktivitas manusia seperti penanaman palawija atau biji-bijian yang menjadi kebutuhan manusia. 68
Ketinggian 300-400 m/ dpl (di atas permukaan laut) ditemukan tumbuhan centro, putri malu, lamtoro, dan gamal. Kawasan ini termasuk daerah perbukitan dan tempat ternaungi karena banyak pohon-pohon sehingga sinar matahari yang masuk sedikit. Tumbuhan ini dapat bertahan hidup karena tahan terhadap kondisi lahan dengan kadar pH tanah asam.
Ketinggian di atas 400 m/ dpl (di atas permukaan laut) merupakan daerah yang ternaungi karena kurangnya pencahayaan.
Tumbuhan yang mampu bertahan pada ketinggian di atas 400 m/ dpl
(di atas permukaan laut) merupakan tumbuhan yang dapat dibudidayakan karena tanaman ini membutuhkan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi. 69
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data serta
pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahwa
“Tanaman Polong-polongan (Fabales) teridentifikasi berjumlah 6 jenis
diantaranya: komak (Lablab purpureus (L.) sweet), centro
(Centrosema pubescens Benth.), putri malu (Mimosa pudica L.), turi
(Sesbania grandiflora L.), lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de
Wit), dan gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.).
B. Saran
1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai pelengkap kebutuhan
hidupnya pada jenis tanaman polong-polongan (Fabales).
Misalnya dijadikan sebagai lauk pauk pada tanaman komak dan
turi. Sebagai pakan ternak hewan seperti sapi dan kambing pada
tumbuhan centro, turi, dan gamal. Sebagai bahan bangunan pada
tumbuhan gamal dan lamtoro.
2. Bagi mahasiswa agar dapat mengembangkan penelitian yang
sejenis dalam keanekaragaman jenis tanaman polong-polongan
(Fabales). DAFTAR PUSTAKA
Adelita Indria putri dan Dharmono, “Keanekaragaman Genus tumbuhan dari family Fabaceae di kawasan Hutan Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut kalimantan Selatan”, LP2M Universitas Lambung Mangkurat, Vol. 03, Nomor 01, ISSN 2623-1611, 2018, hlm. 209.
Andy wijanarko dan A.A Rahmianna, “Implikasi sifat fisika dan kimiawi tanah pada ketinggian yang berbeda terhadap budidaya kacang tanah di sumba timur, NTT, seminar hasil penelitian tanaman aneka kacang dan umbi, 2017, hlm. 399.
Badan Litbang Pertanian, “Agroinovasi: Tanaman Stylo (Stylosanthes guianensis) sebagai Pakan Ternak Ruminansia”, No. 3445, Tahun XLII, hlm. 10.
Cecep kusmana dan Agus Hikmat, “Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia”, Jurnal Pengelolaan sumberdaya Alam dan Lingkungan, Departemen Konservasi sumberdaya hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Vol. 5, No. 2, Desember 2015, hlm. 188.
Devi Erlinda Mardiyanti, Karuniawan Puji Wicaksono, Medha Baskara, “Dinamika Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi”. Jurnal Produksi tanaman Volume 01, Nomor 01, Maret 2013, hlm. 25.
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: 2008), Http://kbbi.web.id/anekaragam, diakses pada tanggal 28 Oktober 2019, pukul 13.32 WITA.
Dian Noviar, “Pengembangan ensiklopedi biologi mobile berbasis android materi pokok pteridophyita dalam rangka implementasi kurikulum 2013”, Cakrawala Pendidikan, Fakultas Sains dan Tekhnologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Juni 2016, No. 2, hlm. 198
Fitriani Sarmita, Endah Dwi Hastuti dan Sri Haryanti. “Pertumbuhan Legum pada Ketinggian yang Berbeda”, Jurnal: BIOMA, Vol. 13, Nomor 02, Desember 2011, hlm. 67-72.
Gembong, Tjitrosoepomo. “Morfologi Tumbuhan”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2016 Herdiawan I. “Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon Indigofera zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman Kekeringan”. Balai Penelitian Ternak. 2013, hlm. 67.
Https://academia.edu /mengenal-herbarium, diakses 25 Maret 2019, 10:21 WITA.
Http://digilib.unila.ac.id/3240/17/BAB%20III.pdf diakses 12 November 2018, pukul 17.23 WITA.
Http://eprints.ums.ac.id/12946/4/BAB_III.pdf diakses 12 November 2018, pukul 19.04 WITA.
Http://eprints.umm.ac.id/38103/3/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 04 Maret 2019, pukul 10.00 WITA.
Http://repository.uin-suska.ac.id/2591/4/BAB%20II.pdf diakses 05 November 2018, pukul 20.08 WITA.
Moleong J. Lexy, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 157, 330-333.
Muhammad Ali Ardi, “Agrostologi 2 Klasifikasi dan_Morfologi”, https://www.academia.edu/35317345/, diakses tanggal 26 Maret 2019, pukul 09.37 WITA.
Nurdiana dan Ervina Titi jayanti, “Petunjuk praktikum Taksonomi Tumbuhan Tinggi”, (Mataram: Laboratorium IPA BIOLOGI UIN (Universitas Islam Negeri mataram, 2017)), hlm18-19.
Pinta Murni, Muswita, Haris, Upik Yelianti, Winda Dwi Kartika. “Lokakarya Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi di MAN Cendikia Muaro jambi”. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, Vol. 30, nomor 02, 2015, hlm. 01.
Rasidin, Peran Tanaman Pakan Ternak Sebagai Tanaman Konservasi dan Penutup Tanah di Perkebunan, Pross. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak, (Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005), hlm. 12. Regina Rosita Butarbutar dan Soemarno, Pengaruh aktivitas wisatawan terhadap keanekaragaman tumbuhan di Sulawesi, Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. Vol.1, No.2, April, 2013. Hlm. 87, 88
Reksohadiprojo, Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik Edisi Revisi BPFE, (Yogyakarta: UGM, 1985), hlm. 132.
Sutoyo, “Keanekaragaman hayati Indonesia”, Buana Sains, Vol. 10, Nomor 02, 2010, hlm. 101 dan 102.
Yayasan Penyelenggara Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil Hadis, (Bandung: Penerbit Semesta Al- Qur’an, 2013) hlm. 158. LAMPIRAN 1 Dokumentasi Penelitian di Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat
Gambar 1 Lokasi Penelitian
Patok Tali rafia Gambar 2 Alat dan Bahan Pembuatan Plot
Gambar 3 Pengambilan Sampel Gambar 4 Lingkungan Sekitar
a b c
d e f Gambar 5 Spesies-spesies yang ditemukan
Keterangan gambar 5 a. Komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) b. Centro (Centrosema pubescens Benth.) c. Putri malu (Mimosa pudica L.) d. Turi (Sesbania grandiflora L.) e. Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) f. Gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Steud.) LAMPIRAN 2 RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Bulan ke- No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Memasuki lapangan
4. Tahap seleksi dan analisis
5. Membuat draf laporan
6. Diskusi draf laporan
7. Penyempurnaan laporan
8. Persiapan dilapangan
9. Pengambilan sampel
10. Pelaksanaan penelitian
11. Penyusunan skripsi
12. Penyempurnaan skripsi
13. Daftar ujian
14. Munaqasyah skripsi