Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 52-64

ZONA LAYAK TAMBANG BAHAN GALIAN NON-LOGAM KECAMATAN PAMONA, KABUPATEN POSO, TENGAH

Geni Dipatunggoro Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT

Research at the Tentena – Sulewana segmen and Meko river, North Pamona district and West Pamona District, Poso regenc, Province. Rock there research area is river alluvial with the potential mining are sand and rock boulders, the mechanical laboratory of rock boulders of point load test result 207,005 – 744,797 Kg/Cm square, fullselment required for building material. Environmental condition of Poso river there are infrastructure for people housing, road of Poso – Tentena (Trans Sulawesi) and Poso Hydroelectric Power at the Sulewana village and the bridge, Meko river there are people housing and the bridge of Tentena , and the forest and the many people garden. At the Poso river Tentena – Sulewana segmen sand can mine but the water level of river much be constant the water level of river much be constant until save the Poso Hydroelectric Power, at the Poso lake sand mining is problem with use the sump machin of sand until 20 meters depth, means the lateral pressure is not save to lake wall and to bellow the safety factor from 1,25 to 1,00 is critical condition, if there little tremble is sliding. At the Meko River there are bridge facility of road Tentena – Pendolo much be not disturb.

Keywords: Environmental condition, mining potential

ABSTRAK

Penelitian dilakukan di daerah aliran Sungai Poso pada segmen Tentena – Sulewana dan Sungai Meko, Kecamatan Pamona Utara dan Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Batuan yang terdapat di daerah tersebut yaitu alluvium sungai dengan potensi bahan galian berupa pasir dan bongkah-bongkah batuan, Bongkah-bongkah bebatuan dari hasil laboratorium mekanika batuan yaitu uji kuat tekan dengan angka 207,995 – 744,797 Kg/Cm persegi, sudah memenuhi syarat sebagai bahan bangunan. Kondisi lingkungan di sungai Poso terdapat beberapa sarana dan prasarana hidup yang berupa pemukiman penduduk, perkampungan dan sararana jalan raya Poso – Tentena (Trans Sulawesi) serta PLTA Poso di Kampung Sulewana dan Jembatan di Tentena dan jalan masuk ke Kampung Sulewana, sedangkan di sungai Meko terdapat pemukiman penduduk dan jembatan terutama jembatan jalan yang menghubungkan Tentena dan Pendolo serta hutan belukar dan kebun penduduk. Pada sungai Poso segmen Tentena – Sulewana penggalian pasir dapat ditambang tetapi harus dapat menjamin tinggi muka air sungai sehingga PLTA Poso aman, di danau Poso masalah yang dapat dikhawatirkan yaitu penambangan pasir dengan menggunakan mesin penyedot karena dapat menyedot pasir sampai kedalaman 20 meter, yang berarti membuat rongga sampai kedalaman itu dan menurut teori pada endapan pasir akan kehilangan tekanan horizontal (lateral pressure) terhadap dinding danau dan akan menurunkan factor keamanan lereng dari 1,25 menjadi 1 dan ini sudah kritis, kalau ada getaran sedikit saja lereng akan longsor. Pada sungai Meko terdapat fasilitas jembatan jalan raya yang menghubungkan Tentena dengan Pendolo yang harus diperhatikan agar jangan sampai terganggu.

Kata kunci: Kondisi lingkungan, potensi bahan galian

PENDAHULUAN Permasalahan tersebut dapat di- cegah dengan membuat suatu zonasi Permasalahan penambangan ber- penambangan sehingga control efek- orientasi sosio – lingkungan adalah nya dapat dikendalikan. Upaya ini belum maksimal dan konprehensifnya tentunya sangat terkait dengan di- kajian dan analisis prospek pengem- mensi keberadaan bahan galian non bangan dari keseluruhan jenis bahan logam, utamanya bahan galian pasir galian non logam tersebut, berdasar- batu yang dijumpai sepanjang Sungai kan aspek - aspek dan faktor-faktor Poso dan Sungai Meko. penentu kelayakan pertambangannya, Penelitian ini bertujuan melakukan sehingga mengakibatkan belum ber- kajian komprehensif tentang zona kembangnya pengelolaan dan/atau pertambangan dan permasalahannya pemanfaatan, baik kearah eksplorasi di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi yang lebih detail, maupun ke arah Tengah, dengan melakukan kegiatan- eksploitasi. kegiatan, antara lain sebagai berikut:

51 Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

 Menyusun konsep perencanaan kannya ke arah eksplorasi yang le- potensi pertambangan bahan gali- bih detail, maupun ke arah eks- an non logam yang berwawasan ploitasi yang ramah lingkungan. lingkungan untuk dijadikan pandu- Serta juga dapat menjadi dasar an teknis dalam melaksanakan pe- dalam menentukan kebijakan pe- ngendalian dan pengawasan per- rencanaan tata ruang (spasial) tambangan melalui pemanfaatan kawasan. ruang di sekitarnya.  Adanya pengaturan dan pemanfa-  Mengidentifikasi lokasi dan meme- atan ruang/lahan yang terkendali. takan zona layak tambang pada Hal ini penting untuk dijadikan da- potensi pertambangan bahan ga- sar bagi Pemerintah Kabupaten Po- lian non logam Sungai Meko dan so dalam penentuan kebijaksanaan Sungai Poso Kabupaten Poso, pemberian Surat Izin Pertambangan dengan melakukan pengecekan/ Daerah (SIPD), pengawasan serta peninjauan lokasi-lokasi tersebut. pengendalian (control) terhadap ke-  Mengidentifikasi dan merumuskan tertiban pembayaran retribusi per- solusi awal terhadap masalah- tambangan untuk meningkatkan masalah pertambangan yang di- PAD di sektor ini, serta menjadi hubungkan dengan dampak yang pedoman dan arahan bagi ma- mungkin timbul apabila dan se- syarakat maupun badan usaha yang telah dilakukan penambangan ter- berusaha dalam sektor pertam- hadap bahan galian non logam bangan bahan galian non-logam yang ada. (non logam) sesuai dengan :  Memberikan saran dan tindak lan- o Undang-Undang Nomor 11 Tahun jut terhadap penyajian data me- 1967 tentang Ketentuan-Keten- ngenai jenis, lokasi, sebaran, kua- tuan Pokok Pertambangan. litas, kuantitas, dan kondisi geo- o Peraturan Menteri Negara Ling- logi, serta analisis awal tentang kungan Hidup Nomor: Kep- aspek-aspek kelayakan ekonomi 43/Men1h/10/1996. Tentang Kri- pertambangan dari keseluruhan teria Kerusakan Lingkungan Bagi bahan galian non logam yang ada. Usaha atau Kegiatan Penam- Daerah penelitian secara admi- bangan Bahan Galian Non logam. nistratif termasuk dalam wilayah Ka- o Keputusan Menteri Energi dan bupaten Poso, Provinsi Sulawesi Te- Sumberdaya Mineral Nomor: ngah, yang meliputi dua kecamatan, 1453.K/29/MEM/2000 tentang yaitu Kecamatan Pamona Utara dan Pe-doman Teknis Penyelengga- Kecamatan Pamona Barat. Keselu- raan Tugas Pemeritah di Bidang ruhan Luas daerah ini dapat dijangkau Pertambangan Umum. dengan kendaraan roda empat dan o Peraturan Pemerintah Nomor roda dua, dimana Sungai Poso ter- 75/2001 tentang Perubahan Ke- letak di daerah Tentena, sementara dua Atas PP Nomor 23 Tahun Sungai Meko berjarak ± 8 km dari 1969 tentang Pelaksanaan Un- pusat kota Poso kearah Barat. dang-Undang Nomor 11 Tahun Penelitian Zona Layak Tambang di 1967. Sungai Meko dan Poso pada pe-  Dalam jangka panjang, inplementa- nambangan Bahan Galian Non logam si dari kegiatan ini akan memberi- dan permasalahanya di Kabupaten kan hasil berupa berkembangnya Poso ini, maka hasil-hasil yang diha- eksplorasi dan eksploitasi serta ter- rapkan, baik dalam jangka pendek tatanya pertambangan bahan galian maupun jangka panjang, adalah : non logam di Kabupaten Poso Pro-  Terdefinisinya faktor-faktor penentu vinsi Sulawesi Tengah secara ramah kelayakan pertambangannya, se- lingkungan dan memberikan kon- hingga dapat menjadi dasar yang lebih pasti dalam mengembang-

53 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro)

tribusi berupa PAD yang berarti bagi pat breksi. Sekis terdiri atas sekis pembangunan daerah setempat. mika, sekis mika yakut, sekis se- risit, sekis muskovit, sekis klorit- TINJAUAN PUSTAKA serisit, sekis hijau, sekis glau- kofan, sekis pumpelit dan sekis Litologi yakut-amfibolit. Gneis terdiri atas gneis albit-muskovit, gneis kuar- Berdasarkan Peta Geologi Regional sa-biotit, dan gneis epidot-mus- Lembar Poso (Simandjuntak dkk., kovit-plagioklas. Umur batuan ini 1997) dan Lembar Malili (Siman- diduga lebih tua dari Kapur, te- djuntak dkk., 1991), wilayah Kabu- balnya diduga ribuan meter. paten Poso tersusun atas 13 formasi Batugamping malihan (MTmm) batuan, yaitu: 3. terdiri atas pualam dan batugam- 1. Formasi Latimojong (Kls) terdiri ping terdaunkan; berwarna kela- atas perselingan batusabak, filit, bu muda sampai kelabu kehijau- greywacke, batupasir kuarsa, an, coklat sampai merah kecok- batugamping, argilit dan batula- latan. Satuan ini diduga berasal nau dengan sisipan konglomerat, dari sedimen pelagos laut dalam rijang dan batuan gunungapi. dan berumur lebih tua dari Kapur. Batuan tersebut pada umumnya Granit (gr4) terdiri atas gra- termalihkan lemah. Batusabak 4. nit berumur tua. Merupakan bagi- berwarna kelabu tua sampai hi- an dari Mandala Geologi Sulawesi tam perlapisan masih terlihat baik Barat yang tersingkap di wilayah (10-20 cm). Filit berwarna kelabu Kabupaten Poso. Granit ini meru- dan merah kecoklatan, perlapisan pakan hasil Plutonism (batholith) tidak jelas. Greywacke berwarna sebagai produk dari tektonik kelabu kehijauan,berlapis baik (1- Subduction of continent-oceanic 6 m). Batupasir kuarsa berwarna pada magmatic arc. Berdasarkan hijau cerah, merah kecoklatan K-Ar dating, diduga berumur Pa- dan kelabu terang, berlapis baik. leogen Awal. Batugamping berwarna kelabu tua sampai hitam,berlapis (30-50 5. Batuan Gunungapi Tineba (Tmtv) cm). Argilit berwarna kelabu tua terdiri atas lava andesit horn- sampai kelabu kemerahan. Kong- blenda, lava basal, lava latit ku- lomerat dengan komponen an- arsa dan breksi. Lava andesit ber- desit terubah dan batupasir, ma- warna kelabu sampai kehijauan, triks batupasir, kemas terbuka. porfiritik dengan kristal sulung Rijang berwarna putih, merah dan plagioklas dan hornblenda, seba- coklat, mengandung fosil radio- gian plagioklas terubah menjadi laria. Lava andesit berwarna ke- serisit, kalsit, dan epidot; se- labu, porfiritik, terubah kuat. Sa- bagian hornblenda terubah men- tuan ini tebalnya lebih dari 1000 jadi klorit. Lava basal umumnya m, dengan lingkungan pengen- mempunyai kristal sulung yang dapan laut dalam, sedangkan sudah terubah dengan massa umurnya diperkirakan dari Kapur dasar plagioklas, serisit, stilbit, sampai Eosen. Umur Kapur ber- gelas dan lempung. Lava latit dasarkan fosil yang ditemukan di kuarsa berwarna kelabu, por- Pegunungan Latimojong dan di firitik, menunjukkan mineral u- bahan lempung, serisit, dan klo- Babakan pada Lembar Malili. rit. Breksi berkomponen andesit- 2. Kompleks Pompangeo (MTmp) basal, berukuran sampai 10 m, terdiri atas sekis, grafit, batusa- termampatkan. Satuan ini dihasil- bak, gneis, serpentinit, kuarsit, kan dari aktivitas gunungapi ba- batugamping malihan dan setem- wah laut. Umur batuan diduga

54 Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

Miosen Tengah – Miosen Akhir ka- Batugamping umumnya berupa rena diterobos oleh granit ber- batugamping koral. Fosil fora- umur Plio-Pistosen. Tebal satuan minifera dalam lempung gam- ini sekitar 500 m. pingan menunjukkan umur Plio- 6. Tufa Rampi (Tmrt) terdiri atas tuf sen dengan lingkungan pengen- hablur, batupasir tufan, dan tuf dapan laut dangkal. Tebal formasi abu-abu. Batupasir tufan ter- ini sekitar 800 m. Formasi ini mampatkan, berlapis baik (1-3 menindih tak selaras Formasi m), sebagian terubah. Tuf umum- Pompangeo. nya telah terubah, termampat- 9. Formasi Napu (TQpn) terdiri atas kan, berlapis baik (10-20 cm), batupasir, konglomerat, batula- berselingan dengan batupasir nau dengan sisipan lempung dan tufan. Tuf hablur berwarna kelabu gambut. Formasi Napu diduga muda sampai putih, sebagian berumur Plio-Plistosen dengan terubah menjadi lempung. Satuan lingkungan pengendapan laut ini diterobos oleh granit berumur dangkal sampai payau. Tebal for- Plio-Plistosen. Umur tuf Rampi di- masi ini mencapai 1000 m, di- duga Miosen Tengah – Miosen duga menjemari dengan Formasi Akhir atau kemungkinan Paleogen Puna dan ditindih tak selaras oleh (Sunarya dkk, 1980; dalam Si- endapan danau. mandjuntak, 1997). Ketebalan 10. Granit Kambuno (Tpkg) terdiri satuan ini sekitar 500 m, diduga atas granit dan granodiorit. Granit menjemari dengan Batuan Gu- berwarna putih berbintik hitam, nungapi Tineba dan menindih tak berbutir sedang sampai kasar, selaras Formasi Latimojong. terdiri atas granit biotit, granit 7. Formasi Tomata (Tmpt) terdiri hornblenda – biotit, mikroleuko- atas perselingan serpih, batupa- granit dan mikrogranit hornblen- sir, konglomerat, dan sisipan lig- da-biotit. Granodiorit mengan- nit. Batupasir berukuran halus ba- dung mineral mafik hornblenda. nyak mengandung fosil foramini- Granit di Peg. Takolekaju fera yang menunjukkan umur menunjukkan umur 3,35 juta ta- Miosen Akhir-Pliosen, lingkungan hun (Sukamto, 1975) atau Plio- pengendapan laut dangkal setem- sen. pat payau. Tebal formasi ini men- 11. Formasi Poso (Tppl) terdiri atas capai 500 m. batugamping, napal, batupasir 8. Formasi Puna (Tpps) terdiri atas tufan, dan konglomerat. Kan- konglomerat, batupasir, lanau, dungan fosil foraminifera menun- serpih, batulempung gampingan jukkan umur Pliosen dengan ling- dan batugamping. Konglomerat kungan pengendapan laut dang- tersusun atas komponen batu- kal. Ketebalan formasi ini menca- gamping terdaunkan, sekis, pai 800 m. gneis, dan kuarsa susu, dengan 12. Endapan danau (Qd) terdiri atas semen karbonat, padat, dan ke- lempung, lanau, pasir dan kerikil. ras. Batupasir berwarna coklat Perlapisan mendatar dengan tebal kehijauan – kehitaman, padat, beberapa meter hingga puluhan keras, berlapis baik (30-200 cm). meter. Lanau berwarna kelabu sampai 13. Aluvium dan endapan pantai (Qal) kelabu kehitaman, agak keras, terdiri atas pasir, lempung, lum- berlapis baik (10-30 cm). Serpih pur, kerikil, dan kerakal. Banyak berwarna kelabu, agak keras dan terdapat di sekitar muara sungai padat, berlapis baik. Batulempung dan pantai. gampingan berwarna kuning ke- coklatan-kelabu, kurang padat.

55 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro)

Peraturan – Peraturan yang . Peraturan Pemerintah Nomor 75/ Berhubungan dengan 2001 tentang Perubahan Kedua Pengelolaan DAS Atas PP Nomor 32 Tahun 1969 Sebagaimana uraian diatas bahwa tentang Pelaksanaan Undang – dalam perencanaan kegiatan yang u- Undang Nomor 11 Tahun 1967. tama adalah dampaknya, salah satu Berdasarkan Peraturan pemerintah cara untuk memperkecil dampaknya, Nomor. 35 tahun 1991 tentang salah satu cara untuk memperkecil sungai, dalam Bab XII, Tentang dampak dari suatu kegiatan adalah Kewajiban & Larangan. Pasal 24 : melengkapi dengan undang – undang Masyarakat wajib ikut serta men- dan peraturan – peraturan. Peraturan jaga kelestarian rambu-rambu dan tersebut antara lain : Undang – Un- tanda-tanda pekerjaan dalam dang Republik No. 04 tahun rangka pembinaan sungai. Pasal 1982 tentang ketentuan – ketentuan 25: Dilarang mengubah aliran su- pokok lingkungan, kumpulan dan cu- ngai kecuali dengan izin Pejabat plikan peraturan pengawasan penge- yang berwenang. Pasal 29 : (1) lolaan lingkungan pertambangan u- Melakukan pengerukan atau peng- mum Bulan Februari Tahun 1993 yang galian pada sungai hanya dapat memuat peraturan – peraturan Mentri dilakukan ditempat yang telah di- Pertambangan dan keputusan Kemen- tentukan oleh Pejabat berwenang. trian Negara Lingkungan Hidup. (2) Pelaksanaan ketentuan seba- Adanya pengaturan dan pemanfa- gaimana dimaksud dalam ayat (1) atan ruang/lahan yang terkendali sa- diatur lebih lanjut. ngatlah penting untuk dijadikan dasar bagi Pemerintah dalam penentuan ke- BAHAN DAN METODE bijaksanaan pemberian Surat Izin Per- PENELITIAN. tambangan Daerah (SIPD), penga- wasan serta pengendalian (kontrol) Metode penelitian yang diterapkan terhadap ketertiban pembayaran re- adalah metode induksi-akumulatif, tribusi pertambangan untuk mening- dengan memadukan hasil-hasil kajian katkan PAD di sektor ini, serta men- pustaka dan laporan penelitian ter- jadi pedoman dan arahan bagi masya- dahulu, data-data hasil peninjauan la- rakat maupun badan usaha yang ber- pangan dengan pendekatan metode usaha dalam sektor pertambangan penyelidikan geologi dan pertambang- bahan galian non logam. an serta hasil-hasil diskusi dan wa- Berikut merupakan peraturan–per- wancara dengan pemerintah dan Ma- aturan yang berhubungan dengan pe- syarakat Kabupaten Poso; yang ke- ngelolaan daerah aliran sungai : seluruhan nya di kaji, dianalisis dan . Undang– Undang Nomor 11 Tahun disintetis secara kompherensif. 1967 tentang Ketentuan–Keten- Secara umum data yang dikum- tuan Pokok Pertambangan. pulkan untuk dianalisis terbagi dua, . Peraturan Menteri negara Ling- yaitu data primer dan data skunder. kungan hidup Nomor : Kep-43/ Pengambilan data primer dilakukan di Menlh/10/1996, tentang Kriteria lapangan, berupa kegiatan pemetaan Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha kondisi sebaran bahan galian non lo- atau Kegiatan Penambangan ba- gam dan pengukuran kondisi geologi han Galian Non logam. yang menunjang serta faktor-faktor . Keputusan Menteri Energi dan penambangan yang dijumpai di la- Sumberdaya Mineral Nomor: pangan. Sedangkan pengumpulan da- 1453.K/29/MEM/2000 tentang Pe- ta sekunder sebagian besar dilakukan doman Teknis Penyelenggaraan pada tahap persiapan dan kajian pus- Tugas Pemerintah di Bidang Per- taka, yang di lakukan di studio tambangan Umum. sebelum kegiatan pengambilan data lapangan di lakukan. Sedangkan se-

56 Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

cara keseluruhan, penelitian ini akan dan analisa untuk menentukan zonasi dilaksanakan selama3 (tiga) bulan layak tambang disepanjang sungai. atau 90 hari. Pengambilan data mengenai kon- HASIL DAN PEMBAHASAN disi geologi permukaan yang dilaku- kan berdasarkan peta topografi yang Secara geologi endapan yang ter- tersedia dengan tujuan untuk me- dapat di daerah Sungai Poso dan Su- nafsirkan dan merekonstruksi keada- ngai Meko adalah endapan Alluvium an geologi permukaan daerah pene- sungai yang umurnya relative muda litian. dan proses pengendapannya masih Metode kerja yang dilakukan ada- berlangsung hingga saat ini. Endapan lah dengan cara lintasan terpilih di se- ini terdiri dari campuran bongkah batu panjang aliran sungai, untuk menge- guling, kerikil, pasir, dan lempung. tahui batuan dasar yang tersingkap, Secara megaskopis pada pengamatan serta pengukuran gejala geologi untuk lapangan konfigurasi besar butirnya mengetahui variasi litologi, urutan semakin halus kearah hilir. Pada u- stratigrafi, dan struktur geologi, yang mumnya bersifat lepas, lunak dan ra- diekspresikan dalam peta geologi pe- puh dan mempunyai sifat kelulusan nelitian. Dari rekonstruksi peta geo- air yang tinggi. Eksploitasi material- logiini diharapkan dapat di ketahui di- material ini relative mudah karena si- mensi, arah dan penyebaran bahan fatnya yang lunak dan belum terkon- galian. solidasi. Perlu diperhatikan penggalian Setelah dilakukan pengambilan yang dalam dapat menimbulkan data dan rekonstruksi kondisi geologi, gangguan pada muka air tanah yang maka dilakukan pemetaan material cukup tinggi. galian C di sepanjang aliran sungai Di danau Poso dijumpai material Poso dan sungai Puna. yang termasuk bahan galian non lo- Kegiatan pengambilan data untuk gam yaitu berupa batuan lepas yang pemetaan Zona Layak Tambang Ba- berukuran bongkah dan kerakal atau han Galian Non logam adalah sebagai 64 - >256 milimeter, sirtu 0,25 – 4 berikut: 1) Pengamatan, pendeskrip- milimeter, dan kerikil serta pasir sian dan pencatatan data, sketsa dan kelanauan 0,31 – 2 milimeter. potret, serta pengeplotan lokasi dan Pada bagian hilir danau Poso dan sebaran bahan galian ke peta dasar. dekat jembatan jalan yang kearah 2) Pendeskripsian serta pengambilan Kampung Sulewana terdapat penam- contoh bahan galian. 3) Pembuatan bangan pasir yang berarti disitu ter- sumur uji dan parit uji, pada material dapat pasir yang bersifat lepas. Khu- pasir sampai lempungan. sus di bagian hilir danau Poso meru- Data-data yang telah dikumpulkan pakan kantung aluvium atau pasir dari keseluruhan tahapan sebelum- yang sebagian sudah ditambang oleh nya, kemudian dianalisis dan diolah masyarakat baik manual maupun untuk memperoleh informasi terpadu menggunakan mesin penyedot. tentang: 1) Situasi dan kondisi geo- Di danau Poso dijumpai material logi daerah penelitian. 2) Jenis, sebar- yang termasuk bahan galian non lo- an, dan kualitas bahan galian. 3) Po- gam yaitu berupa batuan lepas yang tensi sumberdaya terindikasi (indicat- berukuran bongkah dan kerakal atau ed resource). 4) Analisis awal tentang 64 - >256 milimeter, sirtu 0,25 – 4 aspek-aspek kelayakan dan ekonomi milimeter, dan kerikil serta pasir tambang. kelanauan 0,31 – 2 milimeter. Pada tahapan ini juga dievaluasi Pada bagian hilir danau Poso dan jenis, lokasi, sebaran, dan kondisi lo- dekat jembatan jalan yang kearah kasi geologi serta aspek lingkungan Kampung Sulewana terdapat penam- yang berpengaruh. Dari data-data ter- bangan pasir yang berarti disitu ter- sebut kemudian dilakukan pengkajian,

57 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro) dapat pasir yang bersifat lepas. Khu- Pengandapan alluvium sungai sus di bagian hilir danau Poso meru- yang terus menerus dan jika ditam- pakan kantung aluvium atau pasir bang dalam beberapa hari akan penuh yang sebagian sudah ditambang oleh lagi dengan material tersebut, ba- masyarakat baik manual maupun rangkali ini merupakan pertimbangan menggunakan mesin penyedot (lihat pihak aparat untuk dapat meman- foto). faatkan kondisi alam dalam mengelola Pengamatan lapangan dilakukan bahan galian non logam. pada empat titik penambangan pasir (lihat titik pengamatan dibawah ini) Kondisi Lingkungan Sungai Poso yang dilakukan oleh masyarakat seca- (pada segmen Tentena – ra manual dan hasil penambangan di- Sulewana) dan Sungai Meko. tumpuk didekat lokasi penambangan. Kondisi lingkungan di daerah ini Permasalahan penambangan pasir terdapat beberapa sarana dan prasa- dengan menggunakan mesin penye- rana hidup yang berupa pemukiman dot yang menurut orang-orang pe- penduduk, perkampungan dan sarana nambang di lapangan mereka sudah jalan raya Poso – Tentena (Trans Su- menyedot sampaI kedalaman 20 me- lawesi) serta PLTA Poso di Kampung ter dibawah permukaan air atau di Sulewana serta Jembatan di Tentena bawah mesin penyedot yang berarti dan jalan masuk ke Kampung Su- sudah membuat ruang sampai keda- lewana. Jalan Trans Sulawesi sejajar laman 20 meter, ini dikhawatirkan atau mengikuti aliran sungai Poso dari akan mengganggu kestabilan lereng Tentena sampai ke Sulewana danau terhadap pemukiman diatasnya Disepanjang aliran sungai Meko yang walaupun begitu tetap masalah terdapat sarana dan prasarana hidup kestabilan lereng harus dihitung yaitu terdiri dari pemukiman pendu- kemudian. duk dan jembatan terutama jembatan Analisis Petrografi dari beberapa jalan yang menghubungkan Tentena sample pasir yang diuji menunjukan dan Pendolo dan termasuk kedalam bahwa pasir terdiri dari mineral kuar- wilayah Kecamatan Pamona Barat. sa, kuarsit, skis mika, chlorite dan mi- Selain pemukiman dan jembatan ter- neral besi, dan sama sekali tidak me- dapat pula hutan belukar dan kebun ngandung impurities. penduduk. Pengaliran sungai Meko didominasi oleh material endapan alluvium su- Analisis Zona Layak Tambang ngai berukuran bongkah dan kerakal Sungai Poso (segmen Tentena – dan kerikil yang sebarannya bergra- Sulewana) dan Sungai Meko. dasi dari hulu sungai hingga kemuara. Sepanjang sungai Poso pada seg- Material endapan alluvium sungai men Tentena sampai ke Sullewana umumnya berupa sekis, sekismika, pada dasarnya dapat ditambang teta- sekiskuarsa, kuarsit, gneiss, marmer. pi karena di Sulewana terdapat pro- Bahan galian non logam yang be- yek besar yaitu PLTA Poso yang ber- rupa alluvium sungai yang terdiri arti harus menjaga dan menjamin bongkah dan kerakal bebatuan ter- tinggi muka air sungai sehingga PLTA endapkan disepanjang aliran sungai tidak terganggu dan di bagian danau Meko sepanjang kurang lebih 10 kilo- Poso terdapat penambangan pasir de- meter dengan lebar sungai antara 20 ngan menggunakan mesin sedot. sampai 30 meter dan ketebalan allu- Pada penambangan pasir di danau vium rata-rata 4 meter terbukti de- Poso masalah yang dapat dikha- ngan lengan backhoe (alat keruk) watirkan yaitu penambangan dengan yang masuk kedalam dasar sungai menggunakan mesin penyedot karena masih mendapatkan material ini. dapat menyedot pasir sampai keda- laman 20 meter, yang berarti mem-

58 Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

buat rongga sampai kedalaman itu mengganggu pemukiman pendu- dan menurut teori pada endapan pasir duk dan kestabilan lereng danau. akan kehilangan tekanan horizontal 2. Penambangan pasir dengan cara (lateral pressure) terhadap dinding penyedotan menggunakan mesin danau dan akan menurunkan factor boleh dilakukan dengan syarat ada keamanan lereng dari 1,25 menjadi 1 penelitian yang menyatakan ke- dan ini sudah kritis, kalau ada getaran stabilan lereng bibir danau ter- sedikit saja lereng akan longsor (lihat jamin tidak longsor. gambar dibawah ini). 3. Perlu difikirkan sepanjang sungai Lereng agar aman dapat dibuat Poso dari Tentena sampai ke Sule- terasering dan pada bagian puncak le- wana merupakan segmen bagian reng harus ditanami atau dengan ve- hulu dari proyek PLTA Poso yang getasi ringan yakni rerumputan dan harus menjamin tinggi muka air pada kaki lereng dapat ditanami pe- sungai sehingga PLTA tidak pohonan untuk menaikan lateral terganggu. pressure atau sebagai penahan lereng 4. Di Sungai Meko material bahan Potensi bahan galian non logam galian non-logam berupa bong- yang berupa bongkah-bongkah dan kah-bongkah dan kerakal bebatu- kerakal bebatuan mempunyai volume an dengan volume 800.000 meter- sepanjang sungai Meko dari muara kubik dapat dimanfaatkan pada sampai ke hulu sepanjang 10 kilo- daerah yang tidak ada pemukiman meter dengan lebar sungai rata-rata penduduk dan saran jalan dan 20 meter dan kedalaman endapan jembatan. alluvium nya rata-rata 4 meter 5. Perlu adanya penelitian lanjutan menjadi 800.000 meterkubik. yang lebih mendetil untuk mende- Sungai Meko mempunyai arus sa- teksi daerah-daerah longsor se- ngat deras pada waktu musim peng- hingga bahaya ini tidak terjadi dan hujan karena gradien sungainya besar pada bagian mana saja daerah jadi proses pengangkutan endapan yang boleh dilanjutkan penam- alluvium atau bongkah-bongkah dan bangan pasir dan batu. kerakal bebatuan sangat cepat malah- an pada waktu musim penghujan 2 atau 3 hari saja endapan sudah DAFTAR PUSTAKA bertumpuk kembali. Bongkah-bongkah bebatuan dari Aswan, Iwan, Dipatunggoro, Geni, hasil laboratorium mekanika batuan Zainith, Adrian, dan Permana, yaitu uji kuat tekan dengan nagka Wahyu. 2007. Laporan Lapangan 207,995 – 744,797 Kg/Cm persegi, Survei Batu Besi Daerah G. Ba- sudah memnuhi syarat sebagai bahan tubesi, Desa Masewe dan Sekita- bangunan rnya, Kecamatan Pamona Timur, Pada sungai Meko terdapat fasili- Kabupaten Poso, Propinsi Sula- tas jembatan jalan raya yang meng- wesi Tengah. PT. Gemilang Man- hubungkan Tentena dengan Pendolo diri Perkasa, Jakarta. yang barangkali ini harus diperhatikan Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral agar jangan sampai terganggu. Kabupaten Poso. 2008. Data Kua- sa Pertambangan di wilayah Ka- KESIMPULAN bupaten Poso. Otto Sumarwoto, 1990, Analisis Dam- 1. Di Sungai Poso pada lokasi danau pak Lingkungan, Gadjah Mada Poso zona layak tambang yaitu di University Press, 378 h. bagian hilir danau, penambangan PT. Bangun Nusa Elok. 2008. yang dilakukan dengan cara ma- Penyelidikan Umum Endapan La- nual termasuk aman karena tidak terit Nikel di Desa Taripa Ke- camatan Pamona Timur dan Se-

59 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro)

latan, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Jakarta. Rachmat, dkk., 1983, Batu Bangunan di Jawa Barat, Direktorat Sumber- daya Mineral, Bandung. Ritonga, S.M., 1989, Bahan Bangun- an, Balai Penelitian Bahan-bahan Bangunan. Simandjuntak, T.O, Surono, dan Supandjono, J.B. 1991. Peta Geo- logi Lembar Malili, Sulawesi. Ska- la 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Ban- dung. Simandjuntak, T.O, Surono, dan Su- pandjono, J.B. 1997. Peta Geologi Lembar Poso, Sulawesi. Edisi ke- 2, skala 1:250.000. Pusat Pene- litian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian daerah Kabupaten Poso.

60

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

Tabel 1. Faktor/Kriteria Pembatas dalam analisis pengembangan usaha pertambangan

Faktor Pembatas Kriteria Keterangan Kawasan Lindung  Mengacu kepada  Kawasan yang memeberikan UU No 24 tahun perlindungan kawasan bawahannya 1992  Resapan Air  Berjarak 100 m  Lereng  Kemiringan 40%  Ketinggian  Ketinggian 1000 mdpl  Mengacu pada  Kawasan Perlindungan Setempat Keppres 32 tahun  Sempadan Pantai  Berjarak 50 – 100m 1999  Sempadan Sungai  Berjarak 200 m  Kawasan Mata Air  Berjarak 100 m  Kawasan Cagar Alam & Budaya  Mengacu Kepada  Cagar Alam  Diluar kawasan cagar alam Perda tentang  Hutan Wisata  Diluar kawasan hutan wisata RUTRD/RTRW  Kawasan Pantai berhutan bakau  Diluar kawasan hutan bakau  Taman Hutan Raya  Diluar kawasan taman hutan raya  Cagar Budaya & Pengetahuan  Diluar cagar budaya dan ilmu  Pengembang-an pengetahuan Bahan galian Gol  Kawasan Lindung Khusus C pada kawasan  Kehakiman  Diluar kawasan kehakiman lindung harus ada  Hankam  Diluar kawasan hankam kesepakatan  Kawasan Rawan Bencana terkait.  Rawan Erosi  Tidak berada pada kawasan rawan  Daerah Tergenang banjir, longsor dan gempa bumi.  Hidrologi  Sungai  Tidak mengganggu badan sungai  Tidak mengganggu kualitas & kuantitas sumberdaya air  Tidak menggannggu pola aliran sungai  < 1.5 m dari dasar sungai  Tidak mengganggu geometric sungai  Mata air  Tidak mempengaruhi sumber mata air yang ada.  Topografi  Kemiringan Lereng  Untuk batuan tak kompak 40% , (22o). Misal lempung, pasir, bentonit dan lain- lain  Untuk batuan kompak 100 % (45o).  Ketinggian missal batu gamping dan lain-lain  Ketinggian lebih dari 1000 mdp  Tata Guna Lahan  Kawasan Permukiman  Berjarak 25 m  Kawasan Hutan Produksi  Berjarak 100 m dari jalan  Fasilitas  Jalan  Berjarak 50 m dari jalan desa  Berjarak 100 m dari jalan kabupaten & propinsi  Jembatan  Berjarak 200 m dari jalan Negara dan kereta api  Saluran Irigasi  Berjarak 500 m kea rah hulu dari jembatan dan 1000 m kearah hilir  Berjarak > 200m dari saluran irigasi.

61 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro)

Gambar 2. Mesin Penyedot Pasir di Tentena

Gambar 3. Pengerukan bebatuan di Sungai Meko tampak dalam 4 meter

62 Bulletin of Scientific Contribution, Volume 11, Nomor 1, April 2013: 51-64

Gambar 4. Peta aliran sungai Poso segmen Tentena – Sulewana

63 Zona layak tambang bahan galian non-logam Kecamatan Pamona, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Geni Dipatunggoro)

Gambar 5. Peta aliran sungai Meko

64