STRATEGI PEMERINTAH KOTA CILEGON MENUJU CILEGON SMART CITY

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh Murni Agustini 6661130966

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2017

1 1 1 1 Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (Q.S. Al-Insyirah, 6-8)

“Niat adalah Awalan Terbaik” – Murni Agustini

Skripsi ini Ku Persembahkan Ter-untuk Kedua Orangtua Ku Tercinta, Bapak Safrudin dan Ibu Muhayah Serta Adikku Tercinta Putri Reno Desiana Sari, Yang telah memberikan Doa dan Motivasi Kepada Penulis Setiap Waktu

1 ABSTRAK

Murni Agustini. NIM. 6661130966. Skripsi. 2017. Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Riswanda, Ph.D, Dosen Pembimbing II: Anis Fuad, M.Si Belum adanya blueprint atau disebut kerangka pedoman pembentukan kota cilegon smart city menjadi salah satu indikasi permasalahan dalam menerapkan smart city. Untuk menanggapi hal tersebut, pemerintah kota cilegon yang dalam hal ini diwakili oleh Dinas terkait yaitu Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik sedang membedah makna dari visi-misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cilegon periode 2016-2021. Didirikannya Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik ini sendiri bertujuan untuk membangun ekosistem Smart City berbasis Teknologi, Informasi & Komunikasi. Karena konsep pembangunan kota cilgon menuju smart city yang belum jelas, maka hal tersebut menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh pemerintah kota cilegon menuju smart city. Teori yang digunakan yaitu strategi menurut Pearce and Robbins (2011) dan indikator smart city menurut pratama (2016) yang meliputi: smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment & smart living. Metode yang digunakan yaitu Kualitatif-Eksploratif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Informan dalam penelitian ini yaitu diskominfo, Bappeda dan beberapa SKPD di Kota Cilegon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperlukan strategi yang terintegrasi antara SKPD satu dan SKPD lainnya, dalam ruang lingkup pemerintah kota cilegon. Saran dalam penelitian ini yaitu diperlukan partisipasi dari masyarakat dan Non Government Organization (NGO) untuk sama-sama mendukung program prioritas cilegon smart city.

Kata Kunci: Strategi, Smart City (Kota Cerdas)

1 2

ABSTRACT

Murni Agustini. NIM. 6661130966. Essay. Government Strategy of Cilegon City Towards Smart City. 2017. Program Study of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I: Riswanda, Ph.D., Advisor II: Anis Fuad, M.Si No blueprint either that can be called (blueprint) framework cilegon smart city. One of the problems ini implementing smart city. About inturn, it with respect to this, the government of Cilegon City which in this case is represented by the relevant authorities, namely the information and communication service, code and statistic were being by the vision, mission and medium term development plan 2016-2021 cilegon. The establishment of the service is about building smart city ecosystem-based Technology, Information and Communications. Because the concept of the development cilegon towards smarcity is not yet clear, it does attract researchers to conduct further research. The purpose of this research was to determine strategy us undertaken by the cilegon municipality regarding smart city. The theory used is the strategic by Pearce and Robbins (2011) together with indicators of Smart City by Pratama (2016) which are smart economy; smart people; smart governance; smart mobility; smart environment and smart living. The method usedis qualitative-explorative. Data collection techniques are direct observation, indepth interview and documentation study. Informants in this study are, the information and communication service, code and statistic Cilegon Development Planning Board, many public sector in Cilegon. The results showed that an integrated strategy was needed between one public sector and other sector that., community participations as well as those represented by NGO’s are vital in the terms of supporting Smart City in Cilegon. Keywords: Strategy, Smart City

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penyusunan penelitian skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: “Strategi Pemerintah Kota

Cilegon menuju Cilegon Smart City” penyusunan penelitian skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari banyak bantuan dari para pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril maupun materiil.

Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, yaiu sebagai berikut:

1. Prof. Dr.Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si Sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i 4. Iman Nurokhman, S.Ikom., M.Ikom, Sebagai Wakil Dekan II Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Sebagai Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

6. Listyaningsih, M.Si selaku Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan

selaku Pembimbing Akademik dari Peneliti

7. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara dan selaku Pembimbing I Skripsi dari Peneliti yang sudah banyak

sekali memberikan bimbingan dan arahan, serta ilmu dan sarannya yang

sangat membentu peneliti sejak awal hingga terselesaikannya proposal

skripsi ini dengan baik.

8. Anis Fuad, M.Si selaku Pembimbing II Skripsi dari Peneliti yang sudah

membantu dan memberikan banyak waktu, saran dan masukan kepada

peneliti.

9. Semua Dosen dan Staff Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan dan

membantu kegiatan administrasi di Program Studi Ilmu Administrasi

Negara.

10. Bapak Drs. Didin S. Maulana sebagai Sekretaris Dinas Komunikasi,

Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon yang sudah meluangkan

waktunya untuk membantu peneliti menemui informan-informan terkait

penelitian.

ii 11. Bapak Adi Tri Prasetyo Kepala Seksi Pelayanan E-government Dinas

Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Kota Cilegon

yang sudah memberikan waktunya untuk berdiskusi dengan peneliti.

12. Bapak ibu yang berada di lingkungan Dinas Komunikasi, Informatika,

Sandi dan Statistik Kota Cilegon Kota Cilegon yang sudah memberikan

dukungan dan saran kepada peneliti.

13. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materiil

serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya dimasa

depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang

terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan ibu dan bapak.

14. Adikku ( Putri Reno Desiana Sari) yang selalu mengerti terhadap

kesibukan kakaknya.

15. Sahabat seperjuangan “The Alimun” yang setia dalam suka dan duka

menemani sejak awal masuk kelas B Program Studi Ilmu Administrasi

Negara 2013 sampai saat ini.

16. Teman - teman kelas B yang selalu mendukung dan mendoakan yang

terbaik selama ini.

17. Teman kantor Teh Dian Dwi Saputri dan Teh Shifana Mardhatillah, The

Yuli , Pak Anas yang sudah mendukung peneliti baik suka dan duka.

18. Sahabat Terdekat Juwan Sanjaya yang sudah memberikan dukungan dan

motivasi setiap saat dan setiap waktu.

19. Bapak “Zahra Fotocopy” dkk yang sudah membantu peneliti untuk

pencetakan skripsi ini.

iii 20. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

informan penelitian yang sudah menyempatkan waktu untuk diajak

berdiskusi oleh peneliti.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan selesainya penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan penelitian skripsi ini. Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, April 2017

Murni Agustini

NIM. 6661130966

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR………………………………………………... i

DAFTAR ISI………………………………………………...... v

DAFTAR TABEL………………………………………………...... ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………..... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 1

1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………… 10

1.3 Batasan Masalah…………………………………………………..... 10

1.4 Rumusan Masalah…………………………………………………... 11

1.5Tujuan Penelitian…………………………………………………...... 11

1.6 Manfaat Penelitian………………………………………………….. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka…………………………………………………..... 13

v 2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi………………………………… 13

2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi…………………….. 16

2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi…………………………………. 18

2.1.2 Analisis SOAR………………………………………………… 29

2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance) ……………………… 35

2.1.4 Konsep Smart City……………………………………………... 38

2.1.4.1 Smart Economy…………………………………………….. 41

2.1.4.2 Smart People………………………………………………... 42

2.1.4.3 Smart Governance………………………………………….. 43

2.1.4.4 Smart Mobility……………………………………………… 45

2.1.4.5 Smart Environment…………………………………………. 46

2.1.4.6 Smart Living………………………………………………... 47

2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………... 53

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………….. 55

2.4 Asumsi Dasar…………………………………………………...... 59

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian…………………………………. 60

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian………………………………….. 61

3.3 Lokasi Penelitian…………………………………………………... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 62

3.4.1 Sumber Data Primer……………………………………………. 63

vi 3.4.2 Sumber Data Sekunder…………………………………………. 66

3.5 Instrumen Penelitian………………………………………………... 68

3.7 Informan Penelirian………………………………………………… 70

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………… 73

3.9 Uji Keabsahan Data………………………………………………… 78

3.10 Jadwal Penelitian…………………………………………………... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian………………….………………………. 82

4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Wilayah Kota Cilegon…………….. 82

4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Cilegon…….…………………………… 84

4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Cilegon…………………………... 85

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Kota Cilegon.………………...………………………... 87

4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Kota Cilegon……………………………..……….. 88

4.1.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Komunikasi,

Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon……………… 88

4.2 Deskripsi Data………………………………………………………. 91

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………………… 91

4.2.2 Data Informan……………………………………….…………. 94

4.3 Temuan Lapangan…………………………………………………... 97

vii 4.3.1 Strengths (Kekuatan) …………………………………………... 97

4.3.2 Opportunities (Peluang) ……………………………………….. 117

4.3.3 Aspirations (Aspirasi)………………………………………… 132

4.3.4 Results (Hasil) …………………………………………………. 146

4.4 Pembahasan.……..…………………………………………………. 161

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan……..…………………………………………………... 174

5.2 Saran……..…………………………………………………………. 175

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… xi

LAMPIRAN

viii DAFTAR TABEL

Hal

1.1 Daftar Nama-nama Pegawai Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi

dan Statistik Tahun 2017…………………………………….……… 7

2.1 Matriks SOAR………...………………………………………….…. 34

2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….……... 53

3.2 Informan Penelitian…………………………………………………. 70

3.3 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 81

4.1 Luas Wilayah Kota Cilegon Berdasarkan

Kecamatan……………………………………………..……………. 84

4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun

2015………………………………………………………………..… 85

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Tahun 2015……………………………………………………..…... 86

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama……………………….... 87

4.5 Informan Penelitian…………………………………………………. 95

4.6 Analisis Tematik (Pengkodingan).…………………………..….….. 159

4.7 Matriks SOAR……………………………………………..….……. 167

ix DAFTAR GAMBAR

Hal

2.1 Proses Tahapan Manajemen Strategi………………………………….. 19

2.2 Proses Evaluasi dan Kontrol…………………………………………... 28

2.3 Tahapan analisis SOAR………………………………………………. 32

2.4 Diagram Analisis SOAR..…………………………………………….. 33

2.5 Enam Dimensi Smart City……………………………………………. 41

2.6 Preliminary result (Temuan Awal) …………………………………… 57

2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian……………………………………….. 58

3.1 Analisis Dalam Penelitian Kualitatif………………………………….. 74

4.1 Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik……………………………………………..…………………. 91

x BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat, disamping adanya globalisasi, pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan telah tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini berubah. Oleh karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah seharusnya di respon pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan prinsip-prinsip pemerintah yang baik dengan menerapkan asas keefektifan dari fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri. Pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah secara efektif dapat memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik. Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan kepada publik

(masyarakat). Kegiatan pelayanan publik semata-mata didirikan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, mulai dari pembuatan identitas dan lain sebagainya. Oleh karena itu, secara tidak langsung organisasi pemerintah yang

1 2

berkedudukan sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat sudah selayaknya memberikan informasi serta memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyampaian informasi dari penyelenggara pelayanan kepada masyarakat sebaiknya dalam bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan huruf Braile, Bahasa gambar, dan/atau Bahasa local, serta disajikan secara manual atau pun secara elektronic.

Pengembangan pelayanan publik berbasis pada teknologi informasi dan elektronik sudah banyak dikembangkan di beberapa kota di . Seperti

Bandung, , , dan lain-lain. Beberapa kota tersebut rupanya sudah lebih awal mewujudkan pengembangan teknologi. Dimana pelayanan publik saat ini sudah harus mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi sedemikian pesatnya, sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat diciptakan dengan teramat sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Perkembangan teknologi dan komunikasi pada masa sekarang telah mengubah sebagian pola aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti halnya dengan pelayanan publik. Hal ini berarti bahwa setiap individu di berbagai negara didunia dapat saling berkomunikasi serta mendapatkan informasi secara langsung kepada siapapun yang dikehendaki tanpa dibutuhkan perantara (mediasi) apapun.

Kegiatan komunikasi ini bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat luas. 3

Setiap negara/kota pasti memiliki permasalahan yang terus bertambah dalam penataan ruangnya seiring waktu berjalan. Tidak jarang permasalahan yang muncul diakibatkan oleh pembangunan negara/kota itu sendiri. Untuk dapat mencegah hal tersebut dibutuhkan manajemen kota melalui pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Dan saat ini sedang berkembang konsep kota cerdas, dimana kota-kota besar di Indonesia sudah mulai menerapkan konsep tersebut, namun masih belum mencapai seutuhnya. Salah satu dimensi terpenting dari kota cerdas adalah bahwa kota saat ini seharusnya memberikan pelayanan yang menggunakan teknologi terkini dan membangun infrastruktur yang pintar, sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif dan murah kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kota. Kota cerdas merupakan kota yang mampu menggunakan sumber daya manusia (SDM), modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.

Di Indonesia sendiri sudah ada model yang diciptakan untuk penerapan kota cerdas atau smart city yaitu Garuda Smart City Model. Di Indonesia juga ada beberapa kota yang sudah mengimplementasikan Smart City. Sebagai contoh,

Smart City kota Makassar yang mengelola e-Kelurahan untuk mendukung pelayanan di Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakkukang yang termasuk

Smart Society yang mengedepankan kearifan lokal. Serta Kota Surabaya, sebagai kota yang memenangkan predikat Smart City Awards 2011 dengan memenangkan tiga kategori dari empat kategori yaitu Smart Governance, smart Living dan Smart 4

Environment. Smart Governance meliputi partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, layanan publik, serta transparansi pemerintah. Smart

Living melingkupi fasilitas pendidikan, pariwisata, transportasi, serta infrastruktur lainnya yang berbasis TIK, sedangkan yang terakhir Smart Environment, melingkupi pengelolaaan sumberdaya dan lingkungan yang berkelanjutan dengan basis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Begitu juga Kota Manado yang meng-implementasikan Smart City di Bidang Pariwisata melalui pengenalan potensi pariwisata (alam, budaya, kuliner, sejarah) ke seluruh Indonesia dan dunia melalui jaringan internet.

Di Provinsi , sudah banyak yang menerapkan konsep Smart City, seperti Kota Tengerang Selatan yang sudah menerapkan Smart City dengan konsep pembangunan teknologi, Sumber: Tempo.com , begitupun Kota

Tangerang yang lebih dulu menerapkan konsep Kota Pintar dengan konsep kecanggihan infrastruktur teknologi (sumber:tangerangkota.go.id). Sedangkan

Kota Cilegon merupakan Kota yang baru 1 (satu) tahun merintis Smart City. Kota

Cilegon atau biasa disebut Kota Industri saat ini baru merintis Smart City dan sebagai realisasi dari Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik, Kota Cilegon memperoleh penghargaan KABTA

(Kabupaten/Kota) Web Award sebagai Website Terfavorit Pilihan Netizen pada tahun 2015 (Sumber: Beritasatu.com) dan penghargaan inovasi Pelayanan Publik mengenai Inovasi Pengelolaan Pelayanan Pajak di Tahun 2014. Hal tersebut merupakan motivasi untuk Kota Cilegon agar lebih meningkatkan pelaksanaan public service yang lebih baik lagi. Dari hal tersebut pula Kota Cilegon merintis 5

Smart City untuk mendukung berbagai kegiatan pengembangan Sumber Daya

Manusia di Bidang Teknologi Informasi.

Pada awalnya, smart city di kota cilegon ada di bawah kewenangan dari

UPT e-government yang berada di bawah naungan Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Cilegon. Namun, saat awal tahun 2017,

UPT E-government sudah berbeda Struktur Organisasinya, untuk saat ini sudah berada dibawah kewenangan Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik di Kota Cilegon. Dimana terdapat Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang membawahi Pelayanan E-Government. Jadi secara excisting kewenangan untuk menuju Smart City sudah semakin terbuka lebar untuk Kota

Cilegon.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Cilegon No.68 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja

Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik. pengelolaan dan pengembangan E-Government di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon salah satunya yaitu penyelenggaraan pengelolaan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung proses kota menuju Smart and Digital City.

Dimana didalamnya terdapat Tugas dan Fungsi Organisasi untuk menyelenggarakan ekosistem Teknologi Informasi dan Komunikasi Smart City.

Transformasi menuju penataan pemerintahan yang berbasis elektronik ini tidaklah mudah, secara garis besar beberapa tahapan yang perlu dilakukan diantaranya, pengembangan sarana infastruktur teknologi informasi dan komunikasi, pembentukan karakter budaya dan kerja pemerintahan yang berbasis 6

elektronik, dan pengembangan penerapan electronic government melalui government business, government to employee, dan government citizen. (Sumber

:http://www.satubanten.com/index.php/news/banten-news/item/1039-bappeda- cilegon-adakan-pelatihan-manajemen-pengelolaan-sumber-daya-teknologi- informasi)

Smart City di dukung dengan adanya pelaksanaan e-Governance. E-

Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan. Dimana konteks e- governance ini merupakan bentuk interaksi antara pemberi informasi (pemerintah) dengan penerima informasi (publik), dan juga berlaku sebaliknya. Hal ini dilakukan agar bukan hanya publik saja yang menerima informasi dari pemerintah, melainkan pemerintah harus menerima informasi berdasarkan keadaan real dilapangan.

Sebagai irisan dari sistem e-governance, sistem manajemen pemerintah selama ini merupakan sistem hierarki kewenangan dengan lini yang panjang.

Untuk memuaskan kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka ragam dimasa yang akan mendatang, maka pemerintah harus mengembangkan sistem manajemen modern dengan organisasi yang terintegrasi sehingga dapat memperpendek lini pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali oleh pemerintah itu sendiri. Maka upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk me-minimalisir biaya dan waktu yang dikeluarkan salah satu caranya yaitu 7

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau yang populer disebut e-

Government.

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, ada beberapa temuan awal yang peneliti temui setelah diadakannya konsep Smart City di Kota

Cilegon. Adapun beberapa temuan yang ditemukan mengenai Smart City di Kota

Cilegon yang peneliti amati diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Sumber Daya yang seharusnya menjadi faktor penunjang terwujudnya Smart City terhitung masih kurang, Karena dalam hal ini Dinas

Komunikasi, Informasi Sandi dan Statistik terhitung masih baru, jadi masih terdapat 3 bidang dan 2 sub bagian, sedangkan untuk menunjang diterapkannya

Smart City harus di butuhkan pegawai yang mumpuni di bidangnya. Berikut adalah data Sumber Daya yang terdapat di Dinas Komunikasi, Informasi, Sandi dan Statistik.

Tabel 1.1

Daftar Nama-nama Pegawai Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Tahun 2017

No Nama Jabatan

1 Drs. Didin S. Maulana MM Sekretaris

2 Drs. R. Benny Benyamin, M.Si Kabid Pengelolaan Teknologi Informasi

3 Sakri Jasiman, S.Sos Kabid Sandi dan Statistik

4 Atikoh, S.Ag, M.Si Kabid. Pengelolaan Informasi dan komunikasi

5 Lina Rahman, S.Pd, M.Si Kasubag umum kepegawaian 8

No Nama Jabatan

6 Drs. Melly delia, M.Si Kasubag program evaluasi dan keuangan

7 Asep Koswara, S.Sos.I, M.Si Kasie desiminasi informasi publik

8 Saripudin Kasie pelayanan informasi publik

9 Samsul Arif, S.Kom Kasie kerjasama media massa

10 Adi Tri Prasetyo, S.IP, M.Si Kasie layanan egovernment

11 H. Mufti, ST, MM Kasie infrastruktur jaringan telematika

12 Tatang Saputra Kasie aplikasi telematika

13 Soni Murhan, SE, MM Kasie penyelenggaraan sandi

14 Herylian, S.Kom MM Kasie statistik

15 Rina Fatwa Aulia S.Sos, MM Ka UPT Radio

16 Elin Yuliana Susila SP Ka TU Radio

17 Tb. Harun, S.IP Jabatan Fungsional Umum

18 Riki Hamdani, SE Jabatan Fungsional Umum

19 Pipit Baenudin Jabatan Fungsional Umum

20 Saiful Hidayat Jabatan Fungsional Umum

21 Nurjanah, SE Jabatan Fungsional Umum

22 Silvi Mulyani, SE Jabatan Fungsional Umum

23 Wahyu Annas, S.I.Kom Jabatan Fungsional Umum

24 Sofyan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum

25 Nur Dewi Haryani, SH Bendahara

26 Titin Mardiana, S.Kom Jabatan Fungsional Umum 9

No Nama Jabatan

27 Juhri Jabatan Fungsional Umum

28 Efriawan, S.Sos Jabatan Fungsional Umum

29 Wawan Irwansyah Jabatan Fungsional Umum

30 Asep Rukmana Operator Simda

Sumber : Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Tahun 2017

Kedua, kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), hal ini di tandai dengan masih sedikitnya aplikasi yang menyajikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat. Misalnya seperti Layanan informasi pariwisata yang belum tersedia. Begitupun juga dengan layanan Digital Library yang belum sempurna karena dari Pihak Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon belum siap menyediakan beberapa buku online untuk di konsumsi oleh masyarakat Sumber:

Wawancara dengan Kasie. Pelayanan E-government Tanggal 23 Januari 2017.

Ketiga, berkenaan dengan RPJMD Tahun 2016-2021 dari Kota Cilegon dimana salah satunya perwujudan Smart City yaitu belum adanya parameter ukuran keberhasilan yang terperinci terkait apa yang disebut “Smart City” yang dimana hal tersebut dimanfaatkan untuk menyusun dan dijadikan pedoman bagaimana sebuah kota akan dijadikan sebuah kota pintar yang marak diperbincangkan. Menurut hasil wawancara dengan kasie. Pelayanan e- government Kota Cilegon, beliau memberikan penjelasan bahwa, Kota Cilegon ingin mencontoh Kota Surabaya sebagai Smart City dimana sebelumnya Kota 10

Surabaya belum memiliki parameter keberhasilan sebuah kota untuk menjadi

Smart City, tapi perlahan ia berhasil menjadikan Kota Surabaya menjadi Surabaya

Smart City. Jadi sementara Kota Cilegon hanya mengacu pada Peraturan Walikota

No. 68 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi,

Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi, dan Statistik.dan

Peraturan Walikota No. 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem

Pemerintahan Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon.

Sumber : Wawancara dengan Kasie Pelayanan E-Government pada Tanggal 23

Januari 2017.

Mengingat belum ada konsep yang jelas dan konsisten mengenai Smart

City yang dilakukan Kota Cilegon ini menjadi menarik peneliti untuk menyusun penelitian dengan judul “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart

City”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Sumber Daya Manusia sebagai sistem pendukung pengembangan

Smart City masih kurang;

2. Kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui

PPID;

3. Belum adanya parameter ukuran keberhasilan (blue print) yang

terperinci terkait apa yang disebut “Smart City”.

11

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah peneliti mempunyai keterbatasan kemampuan dan berfikir secara menyeluruh, maka dengan itu peneliti mencoba membatasi penelitiannya yang ada dalam identifikasi masalah. Maka peneliti akan membatasi ruang lingkup kajian dengan memfokuskan perhatian mengenai: “Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju

Cilegon Smart City”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada studi pendahuluan dimuka dan dengan memperhatikan fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka hal yang menjadi kajian peneliti, yaitu: “Bagaimana Strategi Pemerintah Kota Cilegon

Menuju Cilegon Smart City”.

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian apapun tentu akan memiliki suatu tujuan dari penelitian tersebut. Hal ini sangat perlu untuk bisa menjadikan acuan bagi setiap kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Karena tujuan merupakan tolak ukur dan menjadi target dari kegiatan penelitian tersebut. Tanpa itu semua maka apa yang akan dilakukan akan menjadi sia-sia. Maksud dan tujuan penelitian tersebut antara lain yaitu: “Untuk mengetahui Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart

City”.

12

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara

Penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi

pengajaran mengenai strategi apa saja yang dilakukan oleh pemerintah

dalam rangka memajukan sebuah kota ataupun daerah dan bermanfaat

untuk digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara.

b. Penelitian lebih lanjut

Hasil dari penelitian ini di harapkan semoga dapat dijadikan referensi

bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan

topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan pada Program

Studi Ilmu Administrasi Negara

b. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berkaitan

dengan Strategi Pemerintah Kota dalam Menuju Smart City di Kota

Cilegon. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Kota Cilegon Menuju

Smart City akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi

Negara untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen

Strategi, Analisis SOAR, Konsep e-Governance, Konsep Smart City serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan suatu proses yang dinamik karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.

Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.

Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah

13 14

organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin tinggi dan semakin baik.

Manajemen strategi berhubungan dengan proses memilih strategi dan kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran- sasaran strategi tersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.

Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and

Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan

Wheelen yang memberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David &

Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Nawawi (2000:148) yang memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan 15

diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya.

Pendapat lain yaitu Menurut David (2010:5)“Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya”.

Menurut Hitt (1997) ada lima tugas manajemen strategi:

1. Memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh

badan/organisasi dan menentukan visi strategi.

2. Mengkonversi visi dan misi strategi kedalam bentuk kinerja yang

telah ditargetkan dengan sasaran yang terukur.

3. Menetapkan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan

(crafting).

4. Mengimplementasikan dan melaksanakan strategi yang telah

dipilih secara efisien dan efektif.

5. Evaluasi kinerja, tinjauan (reviewing) pengembangan baru,

memulai melakukan penyesuaian koreksi dalam bentuk petunjuk,

tujuan, strategi atau implementasi dalam bentuk pengalaman yang

betul-betul nyata, kondisi yang berubah, ide baru dan peluang

baru.

16

2.1.1.1 Pendekatan dalam Manajemen Strategi

1. Berpikir Strategi

Salah satu kapabilitas yang unik dalam strategi adalah kemampuan berfikir stratejik (strategic thinking), berfikir stratejik adalah kemampuan organisasi untuk menjawab permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan:

1) Sebaiknya apa yang kita lakukan bagi organisasi?

2) Mengapa dan bagaimana organisasi mampu

mengembangkannya?

Untuk menjawab pertanyaan pokok tersebut perlu adanya nalar sebagai berikut:

1) Identifikasi faktor-faktor kunci yang menyebabkan

keberhasilan.

2) Kemampuan analisis output organisasi dan

menginformasikannya kepada masyarakat.

3) Pengukuran dan analisis keunggulan dibanding yang lain.

4) Antisipasi terhadap respon yang lain dan perubahan lingkungan

sepanjang masa.

5) Mengekspoitasi sesuatu yang baru dan berbeda ketimbang

pesaing.

6) Mengutamakan atau memprioritaskan investasi dalam usaha

yang meningkatkan keunggulan. 17

Pada dasarnya berpikir stratejik adalah berpikir nalar tentang perkembangan organisasi berdasarkan keunggulan-keunggulan kapabilitas organisasi untuk menghadapi tantangan, ancaman, dan misi organisasi.

2. Keterampilan Strategi

Seorang Top Manajer (Manajer Senior) memerlukan ketrampilan stratejik

(strategic skill):

a. Analisis Strategi, yang terdiri dari:

1) Organization healt audit, yaitu mengadakan penelitian/

pemeriksaan (analisis) secara cermat terhadap kesehatan

organisasi sendiri, baik terhadap kesehatan kelemahan-

kelemahan/ kekurangan-kekurangan maupun terhadap

kekuatan-kekuatan atau kelebihan-kelebihannya.

2) Enivronmental Scanning, yaitu meneliti, memeriksa,

menganalisis secara mendalam situasi dan kondisi

lingkungan yang dapat mempengaruhi organisasi

b. Perencanaan Strategi (Strategic Plannig), yang terdiri atas:

1) Scenario profiling, yaitu membuat suatu jalan cerita atau

menggambarkan peristiwa atau hal-hal yang mungkin yang

mungkin terjadi pada masa yang akan datang (waktu

tertentu) yang dihadapi dengan berfokus kepada faktor-

faktor perubahan yang pokok. 18

2) Perencanaan Program (program planning) yaitu membuat

suatu perencanaan strategi dengan melalui langkah-langkah

secara berurutan dengan melihat perubahan yang terjadi,

dimulai dari menetapkan tujuan, prioritas dan penentuan

cara bertindak, sampai pada langkah pengecekan

(monitoring) sejauhmana keberhasilan dari pelaksanaan

perencanaan tersebut.

c. Manajemen Strategi (strategic management), yang terdiri dari:

1) Translation Process, yaitu proses penjabaran yang dimulai

dari adanya keinginan dari pemimpin yang lebih tinggi

dijabarkan menjadi kebijaksanaan dan aplikasi di lapangan,

yaitu pembuatan rencana kepala dan urutan kegiatan,

sampai kepada bagaimana melayani masyarakat di

lapangan.

2) Management Audit, yaitu, mengecek atau memeriksa

bagaimana manajemen suatu organisasi dengan melihat

hasil (result) dan prosesnya bagaimana manajemen itu

berjalan.

2.1.1.2 Proses Manajemen Strategi

Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses

manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu: (1) pengamatan

lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) 19

evaluasi dan pengendalian. Interaksi keempat elemen tersebut

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses Tahapan Manajemen Strategi

Pengamatan Perumusan Implementasi Evaluasi dan Lingkungan Strategi Strategi Pengendalian

Sumber : Wheelen and Hunger (2003:11)

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa dalam tahapan manajemen strategik saling memiliki interaksi dan timbal balik dari tahap pertama hingga akhir.

Manajemen strategik ini dapat dilihat sebagai suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan beruntun (Kuncoro, 2006 : 13). Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan merupakan sekumpulan komitmen, keputusan, dan aksi yang diperlukan suatu perusahaan atau organisasi untuk mencapai strategic competiveness dan menghasilkan keuntungan diatas rata-rata

(Kuncoro, 2006 : 13). Dari tahapan proses manajemen strategik tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategik merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Manajemen strategik melibatkan pengambilan keputusan jangka panjang yang berorientasi masa depan serta rumit 20

dan membutuhkan cukup banyak sumber daya, maka partisipasi manajemen puncak sangat penting (Pearce & Robinson, 2008 : 13).

A. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan ini meliputi kegiatan memonitor, evaluasi, dan

mengumpulkan informasi dari lingkungan eksternal dan internal

perusahaan. Tujuannya yaitu untuk mengidentifikasi faktor strategis,

elemen eksternal dan internal akan memutuskan strategi dimasa yang akan

datang bagi perusahaan.

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan

kelamahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam

pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel

tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan yang meliputi

struktur, budaya, dan sumber daya organisasi. (Wheelen and Hunger,

2003:11). Perusahaan juga membandingkan keberhasilan di masa lalu

serta pertimbangan tradisional dengan kapabilitas perusahaan saat ini guna

menentukan tingkat kapabilitas perusahaan di masa depan (Pearce &

Robinson, 2008:16).

Lingkungan eksternal organisasi terdiri atas seluruh kondisi serta

kekuatan yang mempengaruhi pilihan strategis dan menentukan situasi

kompetitifnya. Model manajemen strategis membagi lingkungan eksternal

dalam tiga segmen interaktif: lingkungan jauh, lingkungan industri, dan

lingkungan operasi (Pearce & Robinson, 2008:16). 21

B. Formulasi Strategi

Formulasi strategi merupakan pengembangan perencanaan jangka panjang untuk manajemen yang efektif melalui analisis lingkungan.

Termasuk juga didalamnya terdapat misi, visi, dan tujuan dari perusahaan, mengembangkan strategi, dan pengarahan kebijakan (Wheelen and

Hunger, 2012:65). a) Misi

Misi dapat didefinisikan sebagai alasan atau tujuan suatu organisasi berdiri. Misi merupakan langkah awal dari proses pengembangan strategi organisasi. Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar dan unik yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain (Hunger and Wheelen, 2003:13). Oleh karena itu, sebuah misi yang efektif akan sangat membantu organisasi dalam memformulasikan strateginya. Pengertian yang sama juga dijelaskan oleh

Pearch and Robinson (2008:31) misi yaitu maksud unik yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan mengidentifikasikan lingkup operasinya dalam hal produk, pasar, serta teknologi.

Misi dapat diterapkan secara sempit atau secara luas. Sebagai contoh, misi yang ditetapkan secara sempit untuk asosiasi penyimpanan dan peminjaman atau komunitas bank adalah meminjamkan uang untuk orang-orang dalam komunitas lokal. Tipe pernyataan misi sempit 22

menegaskan secara jelas bisnis utama organisasi, misi ini juga secara jelas membatasi jangkauan aktivitas organisasi yang berhubungan dengan produk atau jasa yang ditawarkan, teknologi yang digunakan, dan pasar yang dilayani. Misi sempit juga membatasi kesempatan-kesempatan untuk tumbuh. Sebaliknya, misi luas melebarkan jangkauan aktivitas organisasi untuk memasukkan banyak tipe atau jasa, pasar, dan teknologi (Hunger and Wheelen, 2003:13). b) Visi

Visi menggambarkan aspirasi dasar atau mimpi dari sebuah organisasi, yang biasanya merupakan inisiatif pendiri atau pemimpin organisasi dengan dukungan dari semua anggota. Pernayataan visi menyajikan maksud strategis perusahaan yang memfokuskan energi dan sumber daya perusahaan pada pencapaian masa depan yang diinginkan

(Pearce and Robinson, 2008:44). Adapun enam kriteria dari sebuah visi yang efektif adalah sebagai berikut (Luis et al, 2011:43):

1. Dapat dibayangkan

Visi harus dapat memberikan gambaran masa depan yang akan

dicapai oleh organisasi.

2. Diinginkan

Sebuah visi harus menjadi keinginan atau mengadopsi

kepentingan jangka panjang dari anggota, pelanggan, dan 23

pihak-pihak lainnya yang memiliki keterkaitan dengan

perusahaan.

3. Dapat dicapai

Visi mengandung sasaran-sasaran jangka panjang yang realitas

dan dapat tercapai.

4. Fokus

Visi harus jelas dalam memberikan panduan dalam proses

pengambilan keputusan.

5. Fleksibel

Visi memberikan keleluasan bagi perusahaan dalam

menetapkan inisiatif atau tanggapan terhadap perubahan

lingkungan bisnis.

6. Dapat dikomunikasikan

Sebuah visi harus mudah untuk dikomunikasikan dan dapat

dengan mudah dijelaskan dalam waktu kurang dari lima menit.

Dalam pembentukan visi dan misi organisasi, nilai budaya merupakan sesuatu pernyataan yang tidak terpisahkan. Nilai budaya organisasi merupakan keyakinan atau kepercayaan mendasar dari apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan dalam mengeksekusi strategi dan merealisasikan misi dan visi organisasi.

24

c) Tujuan

Pernyataan tujuan merupakan uraian dan visi yang menjadi sasaran jangka menengah yang konkret dan terukur. Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan, dan sebaliknya diukur jika memungkinkan.

Pencapaian tujan organisasi merupakan hasil dari penyelesaian misi

(Hunger and wheelen, 2003:15). d) Strategi

Strategi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan secara berbeda atau lebih baik dari kompetitor (atau masa lalu) untuk memberi nilai tambah kepada pelanggan sehingga mampu mencapai sasaran jangka menengah atau jangka panjang organisasi (Luis et al, 2011:61). Menurut

Chandler (1962) yang dikutip dalam Kuncoro (2006:1) strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian lain dari strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan (Pearce & Robinson, 2008:6). Jadi berdasarkan pengertian-pengertian mengenai strategi yang telah dijabarkan, strategi merupakan rencana atau penentuan tujuan yang dilakukan organisasi dalam jangka menengah dan jangka panjang. 25

e) Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu pengarahan untuk melakukan pengambilan keputusan dalam tahap formulasi strategi dengan implementasinya. Perusahaan menggunakan kebijakan untuk membuat karyawan dan seluruh pihak perusahaan membuat keputusan dan melakukan aksi yang mendukung misi, tujuan, dan strategi perusahaan

(Wheelen and Hunger, 2012:69).

C. Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur. Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secaara menyelurh, struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan. Kecuali ketika diperlukan perubahan secara drastis pada perusahaan, manajer level menengah dan bawah akan mengimplementasi strateginya secara khusus dengan pertimbangan dari manajemen puncak. Kadang-kadang dirujuk sebagai perencanaan operasional, implementasi strategi sering melibatkan keputusan sehari-hari dalam alokasi sumber daya (Hunger and Wheelen,

2003:17).

a) Program

Program adalah pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-

langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan 26

sekali pakai (Hunger and Wheelen, 2003:17). Program dibuat

sebagai tindakan orientasi strategi.

b) Anggaran

Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam benuk satuan

uang, setiap program akan dinyatakan secara rincai dalam

biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen untuk

merencanakan dan mengendalikan (Hunger and Wheelen,

2003:18). Jadi dalam anggaran digunakan perencanaan dan

kontrol anggaran, agar biaya yang dibutuhkan dalam setiap

program dapat diketahui.

c) Prosedur

Prosedur, terkadang dikatakan Standard Operating Procedures

(SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau teknik-

teknik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci

bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan (Hunger and

Wheelen, 2003:18).

D. Evaluasi dan Pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan (Hunger and

Wheelen, 2003:19). Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara 27

tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan

mendorong proses baru.

Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah- masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat penyesuaian yang diperlukan (Pearce & Robinson, 2008:510). Pengendalian strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.

Tilles menyebutkan enam pertanyaan kualitatif yang bermanfaat pada evaluasi strategi (David, R. Fred. 2010:510) :

1) Apakah strategi secara internal konsisten? 2) Apakah strategi konsisten dengan lingkungan? 3) Apakah strategi tepat bila dihadapkan dengan sumber daya yang tersedia? 4) Apakah strategi melibatkan tingkat resiko yang bias diterima? 5) Apakah strategi mempunyai kerangka waktu yang benar? 28

6) Apakah strategi bisa dijalankan?

Evaluasi dan pengendalian dapat menunjukan secara tepat kelemahan- kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses baru.

Evaluasi dan pengendalian merupakan langkah akhir yang utama dari rangkaian proses model manajemen strategis. Sasaran dan evaluasi dan pengendalian yaitu munculnya umpan balik. Umpan balik dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk mengidentifikasikan kesalahan atau kekurangan dari implementasi strategi.

Proses evaluasi dan pengendalian ini dapat mengikuti model lima langkah umpan balik sebagai berikut:

Gambar 2.2 Proses Evaluasi dan Kontrol

Tentukan Tetapkan Apakah Mengukur kinerja apa yang terlebih Kinerja sudah Mengambil akan diukur dahulu sesuai tindakan standar- dengan perbaikan standar yang standar digunakan

BERHENTI

Sumber: Hunger and Wheelen (2003:384)

29

Keterangan gambar 2.2 1) Menentukan apa yang diukur : proses dan hasil harus dapat diukur dalam cara yang objektif dan konsisten. 2) Menetapkan standar kinerja : standar adalah ukuran atas hasil kinerja yang dapat diterima. Setiap standar biasanya memasukkan tentang toleransi, yang menentukan penyimpangan yang diterima. 3) Mengukur kinerja aktual : pengukuran harus dilakukan pada saat awal penentuan standar. 4) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan : jika hasil aktual berada diluar rentang toleransi, proses pengukuran berhenti disini. 5) Mengambil tindakan perbaikan : jika hasil aktual berada di luar yang ditetapkan, maka harus diambil sebuah tindakan untuk memperbaiki penyimpangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan yaitu: a) Apakah penyimpangan yang terjadi hanya merupakan suatu kebetulan? b) Apakah proses yang sedang berjalan tidak berfungsi dengan baik? c) Apakah proses yang sedang berjalan tidak sesuai dengan upaya pencapaian standar yang diinginkan? Tindakan harus diambil tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi, tetapi juga untuk mencegah berulangnyapenyimpangan tersebut (Hunger and Wheelen, 2003:384)

Pengendalian strategis (strategic control) berkaitan dengan proses pelacakan sebuah strategi apakah telah dilaksanakan, dengan mendeteksi masalah- masalah atau perubahan dalam asumsi-asumsi dasarnya, dan membuat penyesuaian yang diperlukan (Pearce and Robinson, 2011:510). Pengendalian strategi berkaitan dengan pengarahan langkah tindakan, atas nama strategi, pada saat langkah tersebut dilakukan dan ketika hasil akhir terlihat beberapa tahun kedepan. Tahap pengendalian strategis ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan 30

coba di evaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak sebaliknya. Hasil dari tahap pengendalian strategis ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya.

2.1.2 Analisis SOAR

Analisis SOAR merupakan tawaran alternative untuk memperkaya khasanah Analisis Strategis. Analisis SOAR berasal dari pendekatan Appreciative inquiry. Appreciative inquiry adalah sebuah pendekatan baru yang dikembangkan oleh David Cooperrider untuk membantu individu atau komunitas meraih dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Appreciative inquiry (AI) lebih menitikberatkan pada pengidentifikasian dan pembangunan kekuatan dan peluang ketimbang pada masalah, kelemahan dan ancaman (Stavros, Cooperrider dan

Kelly ; 2003).

Analisis SOAR memungkinkan anggota organisasi menciptakan masa depan yang mereka inginkan sendiri dalam keseluruhan proses dengan cara melakukan penyelidikan, imajinasi, inovasi dan inspirasi. Fokus internal SOAR adalah Kekuatan Organisasi. SOAR yang merupakan kepanjangan dari Strengths

(Kekuatan), Opportunities (Peluang), Aspiration (Aspirasi), Results (Hasil).

1. Strength (S) Hal-hal yang menjadi kekuatan serta aset terbesar yang

dimiliki diungkapkan, baik aset yang berwujud maupun aset yang 31

tidak berwujud. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk memberikan

penghargaan terhadap segala hal-hal positif yang dimiliki, yang pasti akan

selalu dimiliki baik oleh individu maupun organisasi. Kekuatan inilah

yang akan terus dikembangkan demi kemajuan organisasi maupun

individu di masa depan

2. Opportunities (O) Berarti dilakukannya analisis terhadap lingkungan

eksternal guna mengidentifikasi peluang terbaik yang dimiliki serta dapat

dimanfaatkan oleh organisasi Lingkungan eksternal adalah sebuah wilayah

yang penuh dengan berbagai macam kemungkinan dan peluang. Salah

satu syarat bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya

memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara

pandang yang positif dalam memandang lingkungan eksternal yang

berubah dengan sangat cepat

3. Aspirations (A) Para anggota organisasi berbagi aspirasi dan

merancang kondisi masa depan yang mereka impikan, yang dapat

menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri,

pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling

berbagi aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan

visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi

perjalanan organisasi menuju masa depan.

4. Results (R) Berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai

(measurable results) dalam perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh

mana pencapaian dari tujuan yang telah disepakati bersama. Agar para 32

anggota organisasi merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan

(recognition) dan reward yang menarik.

Gambar 2.3

Tahapan Analisis SOAR

INITIATE Keputusan Organisasi melakukan SOAR Framework

INQUIRY

Gunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai-nilai inti, visi, kekuatan dan peluang potensial setiap anggota organisasi

IMAJINASI

Merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan Sasaran jangka panjang dan alternative strategis dan rekomendasi diumumkan

INOVASI

Perancangan bersama sasaran jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem dan struktur yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan

INSPIRE TO IMPLEMENT

Sistem Pengakuan dan Penghargaan

Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003) dalam Darfison, 2016 33

Analisis SOAR bagi perencanaan strategis dimulai dengan initiate

(keputusan untuk memilih SOAR) kemudian dilanjutkan dengan penyelidikan

(inquiry) yang menggunakan pertanyaan positif guna mempelajari nilai- nilai inti, visi, kekuatan, dan peluang potensial. Dalam fase ini, pandangan-pandangan dari setiap anggota organisasi dihargai. Penyelidikan juga dilakukan guna memahami secara utuh nilai-nilai yang dimiliki oleh para anggota organisasi serta hal-hal terbaik yang pernah terjadi di masa lalu.

Kemudian anggota organisasi dibawa masuk ke dalam fase imajinasi, memanfaatkan waktu untuk “bermimpi” dan merancang masa depan yang diharapkan. Dalam fase ini, nilai-nilai diperkuat, visi dan misi diciptakan. Sasaran jangka panjang dan alternatif strategis dan rekomendasi diumumkan. Fase selanjutnya adalah inovasi, yaitu dimulainya perancangan sasaran jangka pendek, rencana taktikal dan fungsional, program, sistem, dan struktur yang terintegrasi untuk mencapai tujuan masa depan yang diharapkan. Guna tercapainya hasil terbaik yang terukur, karyawan harus diberikan inspirasi melalui sistem pengakuan dan penghargaan.

Diagram analisis SOAR merupakan diagram yang berfungsi untuk mengidentifikasi situasi dan posisi yang dihadapi oleh perusahaan dalam persaingan bisnis menurut faktor-faktor strategi internal yang dimiliki perusahaan dan eksternal yang dihadapi perusahaan. diagram SOAR menurut

Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003) adalah sebagai berikut :

34

Gambar 2.4

Diagram Analisis SOAR

Internal Eksternal

Presents S O Strengths Opportunities

Future A R Aspirations Results Sumber : Stavros, Cooperrider, and Kelley (2003)

Diagram diatas menggambarkan 2 kondisi yaitu :

1. Strategic Planning Fokus : perencanaan yang dilakukan focus berdasarkan

hasil tabel Strengths dan Opportunities. Berdasarkan kondisi dari

perusahaan / organisasi

2. Human Development Strategy : perencanaan yang fokus berdasarkan hasil

tabel Aspiration dan Results. Bersumber dari semua elemen stakeholder

(personal) perusahaan / organisasi.

Namun hal ini juga di gambarkan dalam Matriks SOAR, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Matriks SOAR

Strategic Kekuatan (S) Peluang (O) Inquiry (Internal) Daftarkan 5-10 Daftarkan 5-10 kekuatan Appreciative kekuatan Internal disini Internal disini Intent (Eksternal) 35

Aspiration (A) Strategi S-A Strategi O-A Daftarkan 5-10 Ciptakan Strategi yang Ciptakan Stratei yang kekuatan Eksternal menggunakan kekuatan berorientasi kepada disini untuk mencapai aspirasi yang diharapkan aspirasi untuk memanfaatkan peluang

Results (R) Strategi S-R Strategi O-R Daftarkan 5-10 Ciptakan Strategi yang Strategi yang berorientasi kekuatan Eksternal berdasarkan kekuatan kepada kesempatan untuk disini untuk mencapai hasil mencapai results yang yang terukur sudah terukur Sumber: Stavros 2009 dalam Darfison, 2016

Matriks SOAR berfungsi untuk menyusun faktor-faktor strategis yang menggambarkan bagimana kekuatan dan peluang eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan aspirasi dan hasil terukur yang dimilikinya.

Penjelasan matrix SOAR : Strategi SA : strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk mencapai aspirasi yang diharapkan Strategi OA : strategi ini dibuat untuk mengetahui dan memenuhi aspirasi dari setiap stakeholder yang beriorientasi kepada peluang yang ada Strategi SR : strategi ini dibuat untuk mewujudkan kekuatan untuk mencapai Hasil yang terukur Strategi OR : Strategi ini beriorientasi kepada Peluang untuk mencapai Result yang sudah terukur

36

2.1.3 Konsep e-Governance (IT Governance)

E-Governance dapat dipahami sebagai kinerja pemerintahan melalui media elektronik untuk memfasilitasi proses pelayanan publik yang efisien, cepat dan transparan dalam menyebarluaskan informasi kepada publik dan lembaga lainnya untuk melakukan kegiatan administrasi pemerintahan.

IT Governance (e-Governance) merupakan konsep yang berkembang dari sektor swasta, namun dengan berkembangnya penggunaan IT (Teknologi

Informasi) oleh sektor publik, organisasi organisasi pemerintahan maka IT

Governance juga harus diterapkan di sektor yang banyak menuntut perbaikan pelayanan bagi masyarakat. (Budiati, 2016).

Pendapat lain yaitu Menurut Ankur Patel (2010) menyebutkan bahwa : “In simple word, e governance is nothing but a mediator between government and citizens. It is the use of a range of modern information and technologies by government to improve efficiency, service etc” .

Menurut pendapat tersebut, sebagai irisan dari konsep e-governance, berikut klasifikasi dari e government :

1. Government To Citizens

Tipe G-to-C ini merupakan apklikasi e-Government yang paling umum, yaitu

dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi

informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan

masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e- 37

Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan

rakyatnya.

Melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan

mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan

pelayanan sehari-hari.

2. Government To Business

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah

lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekonomian sebuah negara

dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-

harinya, entity bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak

sekali data dan informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu,

yang bersangkutan juga harus berinteraksi dengan berbagai lembaga

kenegaraan karena berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya

sebagai sebuaha entity berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik

antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk

memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya,

namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah

jika terjadi relasi interaksi yanag baik dan efektif dengan industry swasta.

3. Government To Government

Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara

untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan

untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah setiap harinya 38

tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi semata, namun

lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama

antar entity-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain)

dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan,

proses-proses politik, mekanisme hubungan social dan budaya, dan lain

sebagainya.

4. Government To Employee

Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga diperuntukkan untuk

meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan

pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

2.1.4 Konsep Smart City

Smart City atau yang dikenal sebagai kota pintar, merupakan suatu konsep pengembangan, penerapan dan implementasi teknologi yang diterapkan untuk suatu wilayah (khusunya perkotaan) sebagai sebuah interaksi yang menyeluruh

(kompleks) diantara berbagai sistem yang ada didalamnya. Kata City (kota) merujuk kepada arti kota sebagai pusat dari sebuah negara atau wilayah, dimana semua pusat kehidupan berada (pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan, pertahanan dan lain-lain). Demikian juga sebagai pusat pemukiman penduduk, dimana jumlah penduduk di kota relatif jauh lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya (misal desa/subkota). Kota menjadi daya tarik orang untuk menetap. 39

Definisi Smart City menurut Boyd Cohen (2014) dalam Riswanda (2016):

“Kota Pintar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk menjadi lebih cerdas dan efisien dalam penggunaan sumber daya, menghasilkan penghematan biaya dan energi, meningkatkan pelayanan dan kualitas hidup, dan mengurangi jejak lingkungan kesemuanya mendukung inovasi dan ekonomi rendah karbon. Asal kota Pintar Konsep kota pintar berasal pada saat seluruh dunia sedang menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk. Pada tahun 2008,

IBM mulai bekerja pada konsep 'kota pintar' sebagai bagian dari inisiatif Smarter

Planet. Pada awal tahun 2009, konsep telah memikat imajinasi berbagai bangsa di seluruh dunia. Inisiatif tersebut terfokus kuat pada keberlanjutan dan rendah karbon solusi.”

Giffinger,dkk dalam Pratama (2016:94) mendefinisikan Smart City sebagai sebuah performansi yang sangat baik untuk sebuah kota, yang didukung oleh kombinasi yang pintar (smart) dari segala aktifitas serta kesadaran dari masyarakat kota tersebut. Smart City mampu memberikan dampak positif bagi pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat, transportasi, kualitas hidup, persaingan sehat disegala bidang dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Konsep Smart City awalnya diterapkan di negara Amerika Serikat dan Uni

Eropa. Pada mulanya Smart City bertujuan untuk menciptakan kemandirian daerah dan meningkatkan layanan publik. Konsep sekaligus penerapannya juga semakin berkembang. Kini diindonesia Smart City sudah diterapkan diberbagai 40

Kota. Antara lain Kota , Surabaya, Makassar dan lain sebagainya.

Penerapan Smart city mencakup berbagai bidang, antara lain pendidikan, kesehatan, pariwisata, pemerintahan dan lainnya. Smart City dapat dikatakan menjadi konsep masa depan suatu kota untuk kualitas hidup yang lebih baik, dengan berbasiskan teknologi informasi dan komunikasi (Pratama, 2016:94).

Smart City memiliki beberapa elemen penting didalamnya. Elemen tersebut meliputi infrastruktur, modal aset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi, politik dan lingkungan. Dengan kompleksnya suatu kota, maka setiap elemen tersebut diharapkan dapat terintegrasi dengan baik antara satu sama lain. Peran serta pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan akademisi, sangat diperlukan untuk mewujudkan Smart city. Melalui implementasi Smart

City dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan akan menciptakan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat.

Konsep Smart City merupakan konsep yang telah melalui penyempurnaan- penyempurnaan dari konsep yang telah terlebih dahulu berkembang dengan menutup kekurang-kekurangan yang ada dan mempertimbangkan aspek-aspek yang mungkin belum ada pada konsep-konsep berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) yang telah muncul sebelumnya. Konsep ini akhirnya tidak hanya mendasarkan pembangunan dan pengelolaan kota dalam dimensi teknologi, namun juga mencakup dimensi manusia dan dimensi institusional (Nam & Pardo,

2012). 41

Amerika Serikat dan Eropa meruakan negara dan benua yang menjadi pelopor Smart City di dunia. IBM merupakan perusahaan enterprise kelas dunia yang mewadahi berdirinya Smart City. IBM membagi Smart City menjadi enam jenis pembagian. Beberapa referensi menjadikan keenam bagian ini menjadi enam dimensi pada Smart City dan setiap bagian memiliki syarat masing-masing.

Gambar 2.5 Enam Dimensi Smart City

Sumber : Pratama, 2016

2.1.4.1 Smart Economy

Ekonomi merupakan salah satu pilar penopang daerah/ negara/ kota.

Pengelolaan ekonomi suatu daerah/ kota/ negara hendaknya perlu dilakukan dengan lebih baik dan terkomputerisasi. Ekonomi tidak hanya berkaitan dengan barang dan jasa yang disediakan, tapi juga inovasi, kemampuan bersaing, pendidikan dan kewirausahaan. Diindonesia sendiri, salah satu hal penting yang 42

ingin diterapkan pada Implementasi Smart City adalah Smart Economy. Hal ini disebabkan dengan jumlah penduduk yang besar dan potensi yang dimiliki berupa

Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, maka apabila dikelola dengan lebih baik, ekonomi bangsa Indonesia akan meningkat pesat.

2.1.4.2 Smart People

Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi didalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/ dimensi ini terdapat kriteria proses kreativitas (creativity) pada diri manusia dan modal social (social capital).

Beberapa kriteria penilaian tersebut antara lain:

- Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan perguruan

tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT.

- Adanya komunitas IT dan komunitas lain terkait dengan pemanfaatan

teknologi informasi dan wadah kreatifitas masyarakat.

- Adanya peran serta aktif masyarakat didalam mewujudkan tata

kehidupan yang lebih baik memanfaatkan teknologi informasi.

- Modal sosial dalam bentuk kewirausahaan, implementasi teknologi

informasi di masyarakat, pengahpusan digital devide (kesenjangan

pengetahuan), yang berdampak kepada peningkatan kualitas SDM,

kualitas hidup dan pendapatan masyarakat.

Apabila kondisi masyarakat telah menjadi smart, maka pondasi untuk mewujudkan smart city akan tercapai. Bentuk terapan smart city pada suatu atau beberapa buah bidang kehidupan pada kota/ daerah bersangkutan akan berhasil 43

dengan adanya partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta mengembangkan smart city tersebut untuk menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan publik yang lebih baik.

2.1.4.3 Smart Governance

Smart Governance merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan pada tata kelola pemerintahan. Smart Governance meliputi segala syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pemberdayaan (empowerment) dan partisipasi (participation) dari masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama.

Adanya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang bersih, jujur, adil dan berdemokrasi, serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang lebih baik. Smart

Governance terdiri atas tiga bagian berikut:

1. Keikutsertaan masyarakat didalam penentuan keputusan secara langsung

maupun online. Implementasi Smart City pada bagian ini dengan

memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan melalui sistem

decision maker system (sistem penentu keputusan).

2. Peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik. Implementasi Smart City

dalam hal ini memanfaatkan teknologi informasi dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Penyediaan sistem informasi berbasis web dan mobile untuk

pelayanan publik (pembuatan KTP, SIM, wajib pajak dan lain-lain). 44

b. Penyediaan layanan administrasi keuangan/ pembayaran yang lebih

efektif, hemat waktu dan otomatis. Misalkan pembayaran telepon,

listrik, air (PAM), PBB (Pajak Bumi Bangunan) melalui e-Banking/

mobile banking (Komputer/ smartphone/ handphone) serta

transparansi keuangan dan biaya kepada masyarakat.

c. Adanya database yang terstruktur dan bertata baik didalam

penyimpanan data dan informasi terkait dengan layanan publik.

3. Adanya transparansi didalam pemerintahan, sehingga masyarakat menjadi

tahu dan cerdas. Penerapan Smart City pada bagian ini dengan

memanfaatkan teknologi informasi antara lain sebagai berikut:

a. Adanya portal terkait dengan informasi terkini pemerintahan yang

dapat diakses oleh public (masyarakat) baik melalui computer

maupun mobile.

b. Data dan berita yang di inputkan serta informasi yang disampaikan

diproses secara digital dan bebas (independen) dari tekanan pihak

manapun.

c. Adanya sistem informasi untuk menyajikan hasil suara didalam

pemilihan kepala daerah/ kota, presiden dan lain-lain.

d. Adanya penyajian informasi (misal melalui portal) terkait kebijakan

dan usulan pemerintah serta masyarakat dapat turut serta

berkontribusi didalamnya melalui ide, saran, usul dan kritik.

Melalui Smart Governance ini, diharapkan tatanan pemerintahan dapat berjalan dengan baik, melalui keharmonisan hubungan antara pemerintah dengan 45

rakyat serta proses pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan, dengan memanfaatkan teknologi informasi. Selain itu, masyarakat akan melek terhadap teknologi dan pemerintahan (politik), sehingga semua langkah kebijakan dapat benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat.

2.1.4.4 Smart Mobility

Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart Mobility ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart, sehingga diharapkan tercipta layanan public untuk transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus permasalahan umum didalam transportasi, misalkan macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.

Terdapat beberapa kriteria didalam Smart Mobility, yang umunya diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System). Adapun beberapa kriteria pada Smart Mobility tersebut antara lain sebagai berikut (mengacu pada

ITS):

a. Adanya pengelolaan traffic dijalan raya yang lebih baik dengan

memanfaatkan komputer dan teknologi informasi.

b. Adanya pengelolaan informasi travel/ paket perjalanan berbasiskan

computer dan teknologi informasi.

c. Adanya kendali yang pintar yang ditanamkan pada alat transportasi

(embeeded) berbasiskan teknologi informasi dan komputer guna

menghindari adanya kecelakaan didalam berkendara. 46

d. Adanya sistem berbasis komputer dan teknologi informasi untuk

pengelolaan jumlah armada pada suatu layanan transportasi untuk

mengaktifkan biaya operasional serta meningkatkan produktifitas kerja.

e. Adanya sistem yang pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi

untk menyajikan informasi kepada pengguna (masyarakat) terkait dengan

layanan publik dibidang transportasi.

f. Adanya sistem yang pintar berbasiskan komputer dan teknologi informasi

untuk menyajikan solusi transportasi bagi masyarakat didaerah pelosok

secara cepat dan mudah.

2.1.4.5 Smart Environment

Smart Environment meruakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan (environment) yang pintar (smart). Kriteria penilaian disini mencakup proses kelangsungan

(sustainability) dan pengelolaan sumber daya (resourse) yang lebih baik. Untuk mewujudkan Smart Environment, perlu adanya beragam terapan aplikasi dan komputer dalam bentuk Sensor Network dan Wireless Sensor Network, jaringan komputer (termasuk juga jaringan wireless dan jaringan berbasis Cloud

Computing), kecerdasan buatan, database sistem, mobile computing, sistem operasi, paralel computing, recognition (face recognition, image recognition).

Image processing, Intelligence Transport System dan beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.

Smart Environment dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 47

a. Virtual Computing Environment mencakup semua perangkat computer

yang mendukung Smart Environment, dalam hal proses komputasi,

smart device, yang mampu memberikan layanan dimanapun dan

kapanun secara online (umumnya berbasis internet). Sebagai contoh

komputer desktop, computer jinjing, computer mobile (PDA,

handphone, Smartphone, tablet), jaringan computer internet, intranet,

Peer to Peer), dan lain-lain.

b. Physical Environment mencakup semua perangkat mobile dan

komputasi yang melangkapi proses Smart Environment. Umumnya

perangkat ini bukan hanya dihubungkan tapi juga disisipkan

(embeeded). Sebagai contoh: sensor, nano computer, chip controller

dan lain-lain.

c. Human Environment mencakup semua lingkungan human (manusia)

yang menjadi pengguna hingga pengembang dari perangkat lunak dan

perangkat keras computer, termasuk juga dalam hal ini layanan-

layanan berbasis Smart City yang menunjang Smart Environment.

2.1.4.6 Smart Living

Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria dan tujuan untuk proses

pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih

baik dan pintar (smart). Untuk mewujudkan Smart Living, ada tiga hal

yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Fasilitas-fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakat dengan

memanfaatkan teknologi informasi (education facilities). 48

b. Penyediaan sarana, prasarana dan informasi terkait dengan potensi

pariwisata daerah dengan baik dan atraktif memanfaatkan teknologi

informasi (touristic atractivity).

c. Infrastruktur teknologi informasi (ICT Infrastructure) yang memadai,

sehingga semua fasilitas dan layanan public dapat berjalan dengan baik

melalui bantuan komputerisasi dan teknologi informasi.

Prof. Suhono dalam Pratama (2016) menyatakan bahwa terdapat enam level didalam penerapa Smart City pada suatu kota. Keenam level tersebut terdiri atas level 0 (kota biasa), level 1 (sudah ada website namun belum terintegrasi), level 2 (setiap komponen didalam kota sudah saling terhubung (terintegrasi), level

3 (setiap kota dapat saling bertukar informasi), level 4 (setiap kota memiliki informasi penting didalamnya), dan level 5 (integrasi antarkota secara digital).

Berikut penjelasanya :

1. Level 0

Pada level 0 ini kota masih berupa kota biasa. Belum banyak terdapat

implementasi teknologi informasi di dalam kota, misalkan untuk

peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Namun potensi untuk

menerapkan Smart City masih ada. Kota dengan level 0 ini perlu

disosialisasikan bersama terkait dengan manfaat Smart City serta

bagaimana implementasinya. Kota dan daerah di Indonesia masih banyak

yang berada di level 0. Untuk itu perlu dilakukan kerjasama dan peran

serta kita semua sebagai bangsa Indonesia untuk mulai melangkah

minimal ke level 1 di dalam penerapan Smart City di Indonesia. 49

2. Level 1

Pada level 1 ini, kota baru memulai proses dan tahapan untuk menjadi kota

yang berbasis Smart City. Salah satu cirinya adalah mulai adanya koneksi

internet untuk memudahkan masyarakat di dalam online. Selain itu mulai

ada layanan publik yang bersifat online. Misalkan saja sebuah website

pemerintahan kota/ daerah dengan sajian informasi di dalamnya. Beberapa

daerah dan kota di Indonesia mulai berada di level 1 ini. Hanya saja pada

level ini layanan-layanan yang ada belum terintegrasi menjadi satu –

kesatuan sistem.

3. Level 2

Pada level ini, setiap kota sudah memiliki keterhubungan untuk setiap

komponen di dalamnya secara terkomputerisasi melalui jaringan komputer

( MAN/ Metropolitan Area Network). Pada kondisi ini kota sudah dapat

disebut sebagai Kota Cyber, karena setiap layanan public yang berbasiskan

Smart City sudah saling terhubung satu sama lain. Di beberapa negara di

dunia, level 2 sudah mulai banyak yang menerapkannya. Indonesia perlu

memulai mengintegrasikan semua layanannya secara online, sehingga

memudahkan di dalam melayani masyarakat dengan berbasiskan teknologi

informasi. Sebagai contoh : pada sebuah kota terjadi integrasi layanan

pendaftaran, perpanjangan, pencetakan dan database untuk KTP (Kartu

Tanda Penduduk) serta layanan kesehatan online (misal kartu sehat) yang

sudah terintegrasi dalam satu kota tersebut. Dalam kaitan bidang ilmu 50

Informatika, terutama Public Service Engineering, akan banyak hal yang

dikupas pada bagian ini.

4. Level 3

Pada level 3 ini, setiap kota memiliki kemampuan untuk saling bertukar

informasi (open information) dan bertukar data (open data) satu sama lain.

Pada kondisi ini, suatu kota dapat disebut sebagai kota elektronik

(electronic city), karena hamper semua jenis layanan publik berbasiskan

elektronik (yaitu teknologi informasi dan komunikasi berbasiskan

computer). Sebagai contoh, dua buah kota yang berdampingan dapat

saling mempertukarkan informasi mengenai potensi wilayah masing-

masing (misal pariwisata, kekayaan alam, jumlah penduduk, atau lainnya)

secara digital dan dua arah, sebagai bahan kajian dan diskusi bersama

antara kedua kota bersangkutan. Adanya open information dan open data

akan memudahkan didalam pembelajaran dan proses berbagi teknologi,

informasi dan pengetahuan yang sangat diperlukan didalam proses

implementasi Smart City dan penyempurnaannya.

5. Level 4

Pada level 4 ini, setiap kota memiliki informasi masing-masing dan

memiliki nilai penting di dalamnya. Misalkan pada dua buah kota, dimana

kota pertama memiliki potensi dibidang pariwisata budaya dan pariwisata

kuliner, sedangkan kota kedua memiliki potensi di bidang pusat

pendidikan. Kota pertama memiliki sejumlah besar data dan informasi 51

mengenai pariwisata budaya dan pariwisata kuliner yang mereka miliki.

Data dan informasi ini memiliki nilai penting, yang mana dapat bersifat

sangat rahasia hingga bersifat public (dapat diakses dan diketahui oleh

banyak orang). Setiap kota pada level ini telah memiliki pemetaan akan

informasi penting mengenai potensi yang dimilikinya.

6. Level 5

Pada level 5 ini terjadi integrase yang baik antar kota melalui jaringan

computer (internet maupun intranet). Merupakan bentuk global dari level 2

dan peran serta dari level 3 dan level 4. Setiap kota bukan lagi hanya

bertukar data dan informasi penting, tapi juga dapat saling

mengintegrasikan layanan dan komponen di dalamnya untuk bersama-

sama mewujudkan layanan public yang lebih baik. Sebagai contoh: apabila

di Indonesia telah mampu mencapai level 5 ini di dalam implementasi

Smart City, maka setiap kota di Indonesia akan mampu melakukan

integrase semua layanan secara online untuk KTP, SIM, STNK, dan surat

perizinan lainnya. Sehingga yang berasal dari kota namun

sedang berada di Kota Bandung tidak perlu pulang ke Denpasar hanya

untuk mengurus pendaftaran atau perpanjangan KTP. Sebab layanan dan

database telah terintegrasi. Demikian juga di dalam KTP telah terintegrasi

dengan kartu sehat, kartu pembayaran (kartu ATM, kartu kredit, kartu

pembayaran tol) dan lain sebagainya, yang menjadi satu kesatuan layanan.

Pada beberapa negara di Asia Tenggara, misalkan Malaysia, sudah

menerapkan satu kartu untuk semua. Pada kasus ini, e-KTP di Indonesia 52

memang harus banyak belajar dari Malaysia, sebagaimana disajikan oleh

artikel pada halaman http://birokrasi.kompasiana.com/2013/05/10/e-ktp-

dengan-malaysia-kita-tertinggal-10-tahun-558592.html.

Sustainable Development Goals (SDG’s) Agenda (dalam pengembangan Kota

Cerdas di Indonesia menurut KEMENTERIAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN NASIONAL dalam Konferensi e-Indonesia Initiative (eII) dan

Smart Indonesia Initiatives (SII) Forum ke-1).

1. End poverty in all it forms everywhere 2. End hunger, achieve food security and improves nutrition and promote sustainable agriculture 3. Ensure healthy lives and promote well being for all at all ages 4. Ensure inclusive and equitable quality education and promote life long learning 5. Achieve gender equality and empower all women and girls 6. Ensure availability and sustainable management Of Water And Sanitation For All 7. Ensure Access To Affordable, Reliable, Sustainable, And Modern Energy For All 8. Promote Sustained, Inclusive And Sustainable Economic Growth, Full And Productive Employment And Decent Work For All 9. Build Resilient Infrastructure, Promote Inclusive And Sustainable Industrialization And Foster Innovation 10. Reduce Inequality Within And Among Countries 11. Make CITIES AND HUMAN SETTLEMENTS Inclusive, Safe, Resilient And Sustainable 12. Ensure Sustainable Consumption And Production Patterns 13. Take urgent action to combat climate change and its impacts 14. Conserve And Sustainably Use The Oceans, Seas And Marine Resources For Sustainable Development 15. Protect, restore and promote sustainable use of terrestrial ecosystems, sustainably manage forests, combat desertification, and halt and reverse land degradation and halt biodiversity loss 16. Promote peaceful and inclusive societies for sustainable development, provide access to justice for all and build effective, accountable and inclusive institutions at all levels 53

17. Strengthen the means of implementation and revitalize the global partnership for sustainable development

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian “Strategi Kota Cilegon Menuju Smart City”.

Peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, baik berupa jurnal, skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema

yang diambil dalam penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu

sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No Nama Jenis Judul & Tujuan Metode Hasil Peneliti Penelitian Tahun

1 Hafedh Jurnal Understanding Mengetahui Studi Konsep smart city Chourabi, Smart Cities: kerangka dipahami melalui Taewoo An Integrative atau ruang literatur kerangka atau Framework lingkup ruang lingkup Nam, (2012) dalam yang dipengaruhi Shawan memahami oleh dua faktor. Walker, J. konsep smart Faktor tersebut Ramon cities adalah faktor luar GilGarcia, dan dalam. Faktor Sehl dari luar meliputi Mellouli, pemerintah, individu dan Karine komunitas, Nahon, lingkungan alam, Theresa A. infrastruktur, dan Pardo, dan ekonomi. Adapun HansJoche faktor luar n Scholl meliputi teknologi, pengelolaan, dan kebijakan

54

No Nama Jenis Judul & Tujuan Metode Hasil Peneliti Penelitian Tahun

2 Mujiyono, Jurnal Kesiapan Kota Mengetahui Studi Dengan M. Projo tingkat Literatu memperhatikan Angkasa, Menuju Smart kesiapan r, Focus bahwa kota City, 2016 Kota Shinta Group Pekalongan sudah Pekalongan Dewi Menuju Discuss menerapkan 5 Rismawati, Smart City ion (lima) dari 6 dkk (FGD), (enam) dimensi Penyeb kota cerdas dan aran juga Kuesio mempertimbangka ner n bahwa masih terdapat kendala- kendala penerapan TIK kota Pekalongan serta segala potensi yang dimiliki kota Pekalongan, maka dapat disimpulkan bahwa kota Pekalongan sudah siap berproses menuju Kota Cerdas.

3 Dwita Tesis Kota Surabaya 1. Merumus Deskrip Smart city di Kota Widyaning- Menuju Smart kan Surabaya sudah sih city (2013) tahapan- tif mulai diterapkan tahapan dalam 6 pembangu kualitat komponen smart nan dalam city yaitu smart proses if government, smat pembangu living, smart nan Kota environment, Surabaya smart mobility, menuju smart economy smart city dan smart people. Terdapat 4 fase 55

No Nama Jenis Judul & Tujuan Metode Hasil Peneliti Penelitian Tahun

2. Menemu pembangunan kan menuju smart city struktur yaitu fase (pondasi/ pembenahan pilar) kinerja proses pemerintah, fase pembang ke dua yakni unan mengembalikan Kota kepercayaan Surabaya masyarakat, fase menuju ketiga yaitu smart city pengembangan pelayanan berbasis tik, dan fase yang terakhir yaitu pengembangan sistem dengan teknologi tinggi.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Penelitian ini dilatarbelakangi karena pembentukan konsep Smart City di Kota

Cilegon belum jelas. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan

permasalahannya yaitu: (1) sumber daya manusia sebagai faktor penunjang smart 56

city masih kurang memadai (2) Belum adanya konsep yang jelas untuk icon smart city di kota cilegon (3) Belum adanya parameter ukuran keberhasilan yang terperinci terkait apa yang disebut “Smart City”. Disamping permasalahan tersebut, peneliti menyajikan Preliminary Result (Hasil Awal) yang sudah peneliti dapatkan saat observasi awal menurut narasumber yang peneliti temui. Untuk mengetahui Strategi apa yang sudah dilakukan dalam penyempurnaan program

Smart City di Kota Cilegon maka peneliti menggunakan analisis SOAR untuk membantu peneliti dalam meng-eksplorasi hal-hal terkait penelitian, dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternative strategi apa saja yang dapat dijalankan dalam pelaksanaan program Smart City sehingga meningkatnya keberhasilan kota untuk kota cilegon menjadi smart city. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah ini :

57

Gambar 2.6 Preliminary Result (Temuan Awal)

Perubahan SOTK baru di sahkan awal tahun 2017, UPT EGOV akan berada di bawah Smart City sementara naungan bidang di atur menggunakan Pengelolaan TIK – Kasie. Pelayanan E-gov Perwal No. 68 Tahun Pergeseran 2016 dan No. 106 SOTK / OPD 2016

Kurangnya pegawai Dengan tugas dan yang mumpuni di bidang fungsi organisasi IT, Kasubag TU menyelenggarakan menyatakan “Karena ekosistem TIK Parameter masih baru, jadi staf aja Keberhasilan masih kurang”. Smart City di Cilegon belum ada (blueprint)

Pada buku Pratama, 2016 terdapat Kasie. Pelayanan E- beberapa level Kota Cilegon akan Gov Kota Cilegon tingkatan Smart mencontoh Kota Surabaya mengartikan bahwa City. Di Kota Kota Cilegon masuk Cilegon sendiri karena tidak memiliki BluePrint, tetapi mereka ke dalam Level 2 SKPD di Cilegon berhasil mendapat Smart untuk Smart City sudah terhubung City Award, sementara ada dengan Jaringan perwal yang menjadi internet, sehingga pedoman – Kasie. komunikasi bisa Pelayanan egov. efisien – Kasie. Pelayanan e-gov

Sumber: Wawancara

58

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Penelitian

Preliminary Result

Peneliti, 2017

Input:

1. Sumber Daya Manusia sebagai Faktor penunjang smart city masih kurang memadai. 2. Kurang tersedianya layanan informasi publik secara terpusat melalui PPID 3. Belum adanya parameter ukuran keberhasilan (blue print) yang terperinci terkait apa yang disebut “Smart City”.

Analisis SOAR: Proses:

1. Strengths (Kekuatan) 1. Smart Economy 2. Opportunities (Peluang) 2. Smart People

3. Aspirations (Aspirasi) 3. Smart Governance 4. Smart Mobility 4. Results (Hasil) 5. Smart Environment (Stavros, Cooperrider dan Kelly 6. Smart Living 2003). (Indikator Smart City menurut IBM dalam Pratama 2016)

Output: Mengetahui Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City

Outcome:

Strategi Pemerintah Kota Cilegon berjalan Optimal

Sumber: Peneliti, 2017 59

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa penelitian mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Smart City masih perlu dilakukan kajian ulang oleh berbagai stakeholder di Kota Cilegon, baik instansi pemerintah, swasta ataupun masyarakat pada umumnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-eksploratif dengan pendekatan induktif. Arikunto

(2006:7) menjelaskan bahwa penelitian eksploratif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu.

Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitiannya.

60 61

Penelitian ini menggunakan metode penelitian induktif yaitu penelitian yang berangkat dan bertumpu pada data atau fakta di lapangan yang kemudian dihubungkan dengan teori yang relevan atau sesuai sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum. Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif penyelenggaraan program Smart City di Kota Cilegon. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di dalam Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart City, guna mengetahui kerja stakeholder yang terkait menuju program Smart City di Kota

Cilegon.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah Strategi Pemerintah Kota

Cilegon menuju Cilegon Smart City dengan dilihat dari Analisis SOAR, yaitu :

Strengths (Kekuatan), Opportunities (Peluang), Aspiration (Aspirasi), Results

(Hasil).

62

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Kota Cilegon. Penentuan lokasi penelitian ini dengan alasan bahwa yang berwenang dan menangani urusan smart city adalah Bidang Pengelolaan

Teknologi, Informasi dan Komunikasi pada Dinas Komunikasi, Informatika,

Sandi dan Statistik di Kota Cilegon.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dalam kebanyakan penelitian kualitatif mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian. Prosedur-prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi menurut Creswell (2007 :

267), yaitu :

1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti

langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas

individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti

merekam / mencatat baik dengan cara terstruktur maupun

semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

yang memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas dalam

lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat teribat dalam 63

peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga

partisipan utuh.

2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face

(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai

mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview

(interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enam sampai

delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini

tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum

tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended)

yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para

partisipan.

3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan

dokumen-dokumen kualitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen

publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen

privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).

4. Kategori terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual.

Data ini bisa berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala

jenis suara/bunyi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Sumber data Primer 64

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

1. Observasi

Sedangkan observasi menurut Moleong (2007) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasan dan sebagainya. Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara berperan serta dan cara yang tidak berperan serta. Observasi berperan serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.

Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah observasi berperan serta. Peneliti sebagai pengamat dan sekaligus menjadi bagian dalam suatu organisasi dengan status peserta magang.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara

pewawancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan 65

cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh

terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,

pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian serta

wawancara narasi (Narrative Interview) yang merupakan metode

kualitatif dari ilmu sosial untuk memperoleh data dari informan dengan

cara mengevaluasi hasil data. Naratif merupakan strategi penelitian

dimana didalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu-individu

dan meminta seseorang atau kelompok individu untuk menceritakan

kehidupannya. Informasi ini kemudian diceritakan kembali dengan

kronologi naratif. . di akhir tahap penelitian, peneliti harus

menggabungkan dengan gaya naratif pandangan-pandangannya

tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya tentang

kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly, 2000 dalam

Creswell 2010)

Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam rangka memperoleh informasi tentang hal-hal yang belum tercantum dalam observasi. Dalam 66

melakukan wawancara peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan memberi informasi mengenai pengelolaan

Smart City. Sebagaimana peneliti akan mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan oleh informan.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih

dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan

kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih

dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara

peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian. b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai. c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara. d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.

1. Studi Kepustakaan 67

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang

relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan

text books maupun jurnal ilmiah.

2. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161) dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan, laporan-laporan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari informan penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data 68

sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu melalui data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation

(Moleong, 2007:9). Jadi, peneliti mempunyai peran yang sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan.

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data. 69

Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber data sekunder.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi Kota

Cilegon Menuju Cilegon Smart City. Oleh karena itu dalam penentu narasumber atau yang dapat disebut dengan informan peneliti menggunakan teknik purposive

Network. Teknik Purposive Network yaitu teknik pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan penelitian memiliki jaringan yang dijadikan sebagai sumber data yang memiliki kriteria khusus yang sangat mumpuni dan mengetahui tentang pelaksanaan Program Smart City di Kota 70

Cilegon, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang

diharapkan.

3.6 Informan Penelitian

Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang

terlibat dalam Strategi Kota Cilegon Menuju Smart City, informan yang memiliki

kaya informasi dipilih dan sub-sub unit dipilih untuk mengkaji kajian yang lebih

dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang secara tidak

langsung terlibat dalam Perwujudan Smart City sebagai berikut :

Tabel 3.2

Informan Penelitian

No Kategori Informan Fungsi dan Peran Informan 1 Dinas yang berwenang Kepala Seksi Mengawasi dan mengendalikan, dalam menangani Smart Pelayanan E- serta melakukan koordinasi, City (11) Government konsultasi di bidang pelayanan infrstruktur dasar data center.

2. Staff Pusat Memberikan Informasi kepada Pengelola publik yang membutuhkan Informasi dan berdasarkan perintah kepala Dokumentasi Bidang

71

3. Dinas yang ikut Kepala Bidang Memimpin, mengendalikan, berperan dalam Pengelolaan Pengambil kebijakan/keputusan mengembangkan Smart Informasi dalam bidang pelayanan City (12) Administrasi pembuatan Kartu Identitas. Kependudukan Kota Cilegon.

4 Kepala Sub Pengambil kebijakan/ keputusan Bagian TU bagian umum dan tata usaha Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

5 Kepala Dinas Memimpin, mengendalikan, Perumahan dan Pengambil kebijakan/keputusan Kawasan Pemukiman Kota Cilegon.

6 Kepala Bidang Memimpin, mengendalikan, Perumahan dan Pengambil kebijakan/keputusan Pemukiman dalam bidang Penataan Perumahan (Perkim) Kota dan Kawasan Pemukiman. Cilegon

7 Sekretaris Memimpin, mengendalikan, Dinas Pengambil kebijakan/keputusan Perpustakaan dalam bidang penyimpanan arsip dan Arsip dan kepustakaan. Daerah Kota Cilegon.

8 Kepala Bidang Memimpin, mengendalikan, IT Dinas Pengambil kebijakan/keputusan Penanaman dalam bidang Perizinan dan Modal dan Penanaman Modal. Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon.

9 Kepala Sub Menentukan keputusan dalam Bagian bidang perencanaan bagian Program di Program Smart City 72

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon.

10 Kepala Bidang Memimpin, mengendalikan, Pelayanan Pengambil kebijakan/keputusan Dinas dalam bidang Perizinan dan Perhubungan Penanaman Modal. Kota Cilegon.

11 Kepala Bidang Memimpin, mengendalikan, Perindustrian, Pengambil kebijakan/keputusan dan dalam bidang Perizinan dan Perdagangan Penanaman Modal. Kota Cilegon.

12 Kepala Seksi Mengawasi dan mengendalikan, Perindusrian serta melakukan koordinasi, Dinas konsultasi di bidang industri. Perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon 13 Kecamatan Citangkil Operator SKPD yang memiliki Sistem PATEN PATEN Kecamata Citangkil

14 Pihak Lain yang ikut Manajer PIW Mengatur kegiatan dari Pusat berperan (13) KU Kota Inkubator Wirausaha dan Klinik Cilegon UKM Kota Cilegon

Direktur Mengatur jalannya kegiatan pada Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Kota Kamar Dagang Cilegon dan Industri Kota cilegon 73

14 Pihak Penengah Wakil Walikota Wakil kepala Pemerintahan Kota Kebijakan (14) Cilegon Cilegon

Ketua Dewan Memimpin jalannya tugas pokok Perwakilan dan fungsi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cilegon (Sumber: Peneliti, 2016)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Creswell yaitu penelitian yang melibatkan

pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-[ertanyaan

umum, dan analisis informasi dari para partisipan.

Analisis data dalam peneltian kualitatif sebagai suatu proses penerapan

langkah-langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan berbagai level

analisi yang berbeda, sebagaimana yang di tunjukan dalam gambar 3.3,

mengilustrasikan pendekatan linier dan hierarkis yang dibangun dari bawah ke

atas, tetapi dalam praktiknya pendekan ini lebih interaktif beragam tahap saling

berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan

Creswell (2007 : 276-284).

74

Gambar 3.1

Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif

Menginterpretasi tema-tema/deskripsi- deskripsi

Menghubungkan tema-tema/deskripsi- deskripsi (seperti, grounded theory, studi kasus)

Tema-tema Deskripsi

Menvalidasi keakuratan Men-coding data (tangan atau informasi komputer)

Membaca keseluruhan data

Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis

Data mentah (transkripsi, data lapangan, gambar dan sebagainya)

Sumber:Creswell (2013:276-284)

75

Pendekatan diatas dapat di jabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini :

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini

melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengetik data

lapangan, atau memilah-milih dan menyusun data tersebut kedalam jenis-

jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi.

2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun

general sense atau informasi yang diperoleh dan mereflesikan maknanya

secara keseluruhan. Gagasan umum apa yang terkandung dalam

perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-gagasan tersebut?

Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi

itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-

catatan khusus atau gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data. Coding merupakan

proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan

sebelum memaknainya (Rossman & Rallis, 1998 : 171). Langkah ini

melibatkan berbagai tahap : mengambil data tulisan atau gambar yang

telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi kalimat-

kalimat (atau paragraf-paragraf) atau gambar-gambar tersebut kedalam

kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori ini dengan istilah 76

khusus, yang seringkali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-benar

berasal dari partisipan.

4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,

kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di analisis. Deskripsi ini

melibatkan usaha penyampaian informasi secara detail mengenai orang-

orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-peristiwa dalam setting tertentu.

Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan semua

informasi ini, lau menganalisisnya untuk proyek studi kasus, entografi,

atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk

membuat sejumlah kecil tema atau kategori, bisa lima hingga tujuh

kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil utama dalam

peniliatn kualitatif dan seringkali digunakan untuk membuat judul dalam

bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya

diperkuat dengan berbagai kutipan, seraya menampilkan perspektif-

perspektif yang terbuka untuk di kaji ulang.

5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan

kembali dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer

adalah dengan menerapkan pendekatan naratif dalam menyampaikan

hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi pembahasan tentang kronologi

pristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-subtema, ilustrasi-

ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang

keterberhubungan antar tema. Para peneliti kualitatif juga dapat

menggunakan visual-visual, gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk 77

membantu menyajikan pembahasan ini. Mereka dapat menyajikan suatu

proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan secara

spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau

memberikan informasi deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel

(sebagaimana dalam studi kasus dan etnografi).

6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah menginterpretasi atau

memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa

diambil dari semua ini” akan membantu peneliti mengungkap esensi dari

suatu gagasan (Lincoln & Guba, 1985). Pelajaran ini dapat berupa

interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada kenyataan bahwa

peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya

kedalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari

perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari

literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil

penelitiannya membernarkan atau justru menyangkal informasi

sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-

pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan

yang muncul dari data dan analisis, dan bukan dari hasil ramalan peneliti.

3.8 Uji Keabsahan Data

Uji kredibilitas atau yang biasa disebut uji keabsahan dan reliabilitas data memiliki keterikatan antara deskripsi dan eksplanasi. Uji kredibilitas data memiliki dua fungsi, yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga 78

tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti menurut Prastowo (2011:266). Untuk menguji kredibilitas data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, member check dan menggunakan bahan referensi menurut Prastowo (2011:265). Pada penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas dengan teknik triangulasi dan member check.

Pada penelitian ini, dalam menguji kredibilitas data peneliti melakukan triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.

1. Triangulasi

Menurut Moleong (2007:330), trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu

triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada

penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan 79

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang menghubungkan diantara keduanya.

2. Member Check

Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, dalam Sugiyono membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, membercheck yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck. 80

Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang telah

diperoleh dari informan penelitian dan bertujuan menvalidasi data dengan

yang telah diberikan oleh informan, sehingga data yang didapat menjadi

valid dan dapat dipercaya.

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Pemerintah Kota

Cilegon Menuju Smart City. Waktu penelitiannya dimulai dari bulan November

2016.

81

Tabel 3.3

Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan No. Kegiatan 2016 2017 Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Pengumuman 1 Judul Observasi 2 Awal Penyusunan 3 Proposal BAB I,II dan III Bimbingan dan 4 Perbaikan Proposal Seminar 5 Proposal Perbaikan Proposal dan 6 Pengumpulan Data Pengolahan 7 dan Analisis Data Penyusunan 8 Bab IV dan V 9 Sidang Skripsi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

Kota Cilegon , gambaran umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Kota Cilegon. Hal tersebut akan dijelaskan di bawah ini:

4.1.1 Gambaran Umum Keadaan Wilayah Kota Cilegon

Kota Cilegon merupakan kota otonomi yang secara yuridis dibentuk berdasarkan UU No. 15/1999. Sebagai kota yang berada diujung barat Pulau

Jawa. Kota Cilegon merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan Pulau

Jawa dengan Sumatera.

Secara geografis, Kota ini berada pada koordinat 5o 52’ 24” – 6 o 04’ 07”

Lintang Selatan dan 105 o 54’ 05” – 106 o 05’11” Bujur Timur yang dibatasi oleh :

Sebelah Barat di batasi oleh Selat Sunda dan Sebelah Utara, Timur dan Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Serang. Dengan luas 175,5 Km2, yang berarti

1,82 persen dari daratan Provinsi Banten yang luasnya 9.662,92 Km2. Kota

Cilegon dibagi kedalam 8 (delapan) kecamatan dan 43 Kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antar 21,9 o C – 33,5o C dan curah hujan rata-rata 100 mm per bulan.

82 83

Cilegon merupakan wilayah bekas kewedanan (wilayah kerja pembantu

Bupati KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu

Cilegon, Bojonegara dan Pulomerak.

Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok

Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No.

86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan pembentukan administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 40 tahun

1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon dengan luas wilayah

17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak,

Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber, sedangkan kecamatan Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang

Wilayah Kramatwatu.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang

Penetapan Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah menjadi 4 (empat) Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon, dan Cibeber.

Berdasarkan Undang-undang No. 32 tentang pemerintahan daerah,

Pemerintah Kota Cilegon telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang pembentukan kelurahan di Kota Cilegon yang menyatakan bahwa daerah

Kota Cilegon memiliki 43 Kelurahan dan 8 Kecamatan. Berikut luas masing- masing kecamatan di Kota Cilegon :

84

Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Cilegon

Berdasarkan Kecamatan

Jumlah Luas No Kecamatan % Kelurahan (km2)

1 Ciwandan 6 51,81 29,52

2 Citangkil 7 22,98 13,09

3 Pulomerak 4 19,86 11,32 4 Purwakarta 6 15,29 8,71 5 Grogol 4 23,38 13,32 6 Cilegon 5 9,15 5,21 7 Jombang 5 11,55 6,58 8 Cibeber 6 21,49 12,24 Jumlah 43 175,51 100,00 Sumber : Cilegon Dalam Angka, BPS 2016

4.1.1.1 Visi dan Misi Kota Cilegon

Visi Kota Cilegon:

“ Terwujudnya Kota Cilegon yang Unggul dan Sejahtera berbasis Industri, Perdagangan dan Jasa”

Misi Kota Cilegon

1. Memantapkan Kemandirian Perekonomian Daerah; 2. Memantapkan Lingkungan Kota yang Asri dan Lestari; 3. Memantapkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial; 4. Memantapkan Pelayanan Sarana dan Prasarana Kota; 5. Memantapkan Tata Kelola Pemerintahan. 85

4.1.1.2 Keadaan Penduduk Kota Cilegon

Dalam konteks demografi, menurut data dari Badan Pusat Statistik 2016

Kota Cilegon memiliki jumlah penduduk sebanyak 412.106 Jiwa. Dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 210.505 Jiwa dan jumlah penduduk perempuan 201.601 Jiwa. Kepadatan penduduk di Kota Cilegon terbilang cukup tinggi yaitu 2348 jiwa per km2 pada tahun 2015.

Bila dilihat dari struktur usianya, penduduk Kota Cilegon didominasi oleh usia produktif yaitu usia 15-64 tahun sebanyak 284.706 Jiwa atau sekitar 69,09 %.

Dengan rincian usia non produktif 0-14 thn sebanyak 116.566 atau sekitar 28,29% usia diatas 65 thn sebanyak 10.834 atau sekitar 2,62%. Gambaran tentang hal ini dapat dilihat dari table komposisi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur sepanjang tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2015

No Kelompok Jumlah Umur 1 0-4 42 867 2 5-9 38 332 3 10-14 35 367 4 15-19 36 146 5 20-24 37 480 6 25-29 37 401 7 30-34 37 073 8 35-39 35 169 9 40-44 32 259 10 45-49 26 540 11 50-54 19 987 12 55-59 14 178 86

No Kelompok Jumlah Umur 13 60-64 8 473 14 65+ 10 834 Jumlah 412 106 Sumber : Cilegon dalam Angka, BPS 2016

Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Kota Cilegon sebagian besar tamat sekolah tamat sekolah dasar (34,80%), diikuti penduduk yang belum/tidak bersekolah sebanyak 22,57%, serta penduduk berpendidikan

SMA/sederajat sebanyak 21,81%, dan berpendidikan SMP/sederajat sebanyak

14,38%. Gambaran tentang komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2015

No Pendidikan % 1 Tdk/Blm Sekolah 19,31 2 Blm Tamat SD 3,26 3 Tamat SD 34,80 4 SLTP 14,38 5 SLTA 21,81 6 D-I/II 0,58 7 DIII 1,35 8 DIV/S1 4,12 9 S2 0,35 10 S3 0,02 Total 100,00 87

Sumber: Cilegon Dalam Angka, BPS 2016

Bila dilihat dari keragaman agama yang dianut penduduknya, Kota

Cilegon telah mencerminkan sebagai kota yang tumbuh sebagai kota yang heterogen. Hal ini tampak dari komposisi penduduk menurut agama dan kepercayaan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah % 1 Islam 369.410 89,63 2 Kristen Protestan 5.099 1,24 3 Kristen Katholik 553 0,13 4 Hindu 1.581 0,38 5 Budha 416 0,1 6 Kepercayaan 1371 0,33 Sumber: Cilegon dalam Angka, BPS 2016 4.1.2 Gambaran Umum Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan

Statistik Kota Cilegon.

Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik (Diskominfo Sandi dan

Statistik) merupakan Dinas yang mempunya tugas membantu Walikota dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di Bidang Komunikasi Informatika

Sandi dan Statistik yang menjadi Kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.

88

4.1.2.1 Visi dan Misi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik

Kota Cilegon

Visi Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon

“Terdepan dan Tercepat dalam Memberikan Pelayanan Informasi”

Misi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik

1. Pusat Pelayanan Dan Penyebarluasan Informasi Baik Bersumber Dari

Lembaga/ Instansi Pemerintah Daerah Kota Cilegon Maupun Berasal Dari

Publik

2. Menjalin Kemitraan Dengan Media Massa Dan Insan Pers Baik Media

Cetak Maupun Elektronik

3. Menciptakan Komunikasi Dua Arah Timbal Balik, Dan Mengatur Arus

Informasi, Publikasi Serta Pesan Dari Organisasi/ Instansi Pemerintah

Daerah Kota Cilegon Ke Publiknya Atau Sebaliknya

4. Membangun Identitas Dan Citra Positif Pemerintah Daerah Kota Cilegon.

4.1.2.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan

Informatika, Sandi dan Statistik

Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di Bidang Teknologi dan Informatika, Sandi dan

Statistik. Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik mempunya tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di Bidang Teknologi dan Informatika, 89

Sandi dan Statistik, melaksanakan urusan Teknologi dan Informatik, Sandi dan

Statistik berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan yang diserahkan kepada

Pemerintah Daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik mempunyai fungsi :

a. Pengelolaan opini dan aspirasi publik; b. Pengelolaan informasi untuk mendukung kebijakan nasional dan Pemerintah Daerah; c. Penyediaan konten lintas sectoral dan pengelolaan media komunikasi publik; d. Pelayanan hubungan media dan penyediaan akses informasi; e. Pelayanan infrastruktur dasar data center; f. Disaster Recovery Center TIK; g. Pelayanan pengembangan internet dan penggunaan akses internet; h. Pelayanan sistem komunikasi intra Pemerintah Daerah; i. Pelayanan keamanan informasi E-Government; j. Pelayanan manajemen data dan informasi E-Government; k. Pelayanan pengembangan dan pengelolaan aplikasi generic, spesifik dan suplemen yang terintegrasi; l. Integrase layanan publik dan kepemerintahan; m. Penyelenggaraan ekosistem TIK Smart City; n. Penyelenggaraan E-Government City dan informasi offline Pemerintah Daerah; o. Pengembangan sumberdaya TIK Pemerintah Daerah dan masyarakat; p. Layanan nama domain dan sub domain bagi lembaga pelayanan publik dan kegiatan Pemerintah Daerah; q. Penyelenggaraan persendian untuk pengamanan informasi Pemerintah Daerah; 90

r. Penetapan pola hubungan komunikasi sandi antar Perangkat Daerah; dan s. Penyelenggaraan Statistik secktoral lingkup Daerah.

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik terdiri dari :

a) Unsur Pimpinan adalah Plt. Kepala Dinas. b) Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat, terdiri dari: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Keuangan; c) Unsur Pelaksana adalah Bidang, terdiri dari : 1. Bidang Pengelolaan Teknologi dan Informatika, Sandi dan Statistik, terdiri dari : a) Seksi Pelayanan E-Government; b) Seksi Infrastruktur Jaringan Telematika; c) Seksi Aplikasi Telematika 2. Bidang Pengelolaan Informasi dan Komunikasi, terdiri dari : a) Seksi Pelayanan Informasi Publik; b) Seksi Kemitraan Media; c) Seksi Desiminasi Informasi Publik; 3. Bidang Sandi dan Statistik a) Seksi Statistik; b) Seksi Penyelenggaraan Sandi. d) Unit Pelaksana Teknis; e) Kelompok Jabatan Fungsional.

91

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik

DINAS

SEKRETARIAT

SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PROGRAM, DAN KEPEGAWAIAN EVALUASI DAN KEUANGAN

KELOMPOK BIDANG PENGELOLAAN BIDANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN BIDANG SANDI DAN JABATAN KOMUNIKASI KOMUNIKASI STATISTIK FUNGSIONAL

SEKSI PELAYANAN SEKSI PELAYANAN SEKSI STATISTIK INFORMASI PUBLIK E-GOVERNMENT

SEKSI SEKSI SEKSI KEMITRAAN INFRASTRUKTUR PENYELENGGARAAN MEDIA JARINGAN SANDI TELEMATIKA SEKSI DESIMINASI INFORMASI PUBLIK SEKSI APLIKASI TELEMATIKA

UPT

Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik, 2017

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city , peneliti menggunakan analisis SOAR. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh para pimpinan 92

organisasi untuk menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis yaitu strengths, opportunities, aspiration dan results dari sebuah organisasi. Langkah penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan faktor-faktor yang termasuk dalam strengths, opportunities, aspiration dan results dari beberapa organisasi pendukung smart city di Kota Cilegon. Kedua, peneliti mencocokkan aspirasi dan serta hasil yang di dapat suatu organisasi tertentu dengan kekuatan dan peluang dalam matriks SOAR, untuk mengahsilkan empat rangkaian alternatif strategis.

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat induktif, maka data berbentuk data yang terpisah-pisah namun saling berkaitan erat. Pendapat dan tindakan informan merupakan sumber utama penelitian. Sumber data dari informan dicatat denga menggunakan alat tulis dan direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data sekunder yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen Rencana strategi Dinas

Komunikasi dan Informasi, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Tahun 2016-2021, profil Kota Cilegon dalam angka 2016 merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan program smart city di Kota Cilegon. 93

Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dilakukan pengkodingan data untuk mendapatkan tema dan pola serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban- jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengkodingan , peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu: a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan. b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan. c. Kode I menunjukkan informan. d. Kode , menunjukkan daftar informan dari kategori Instansi yaitu

terdiri dari Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik. e. Kode , , menunjukkan daftar

urutan informan kategori pihak lain yang terkait dengan program Smart City. f. Kode , menunjukkan daftar informan kategori pihak NGO yang ikut

berperan dalam proses smart city. g. Kode , menunjukkan kode informan sebagai penengah dari kebijakan

yang di buat untuk Kota Cilegon. h. Kode P menunjukkan Peneliti.

Setelah pembuatan koding pada tahap pengkodingan data, langkah selanjutnya adalah membaca keseluruhan data, dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/ laporan kualitatif. Pendekatan yang paling popular adalah dengan menerapkan 94

pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Selanjutnya menginterpretasi atau memaknai data, mengajukan pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa diambil dari semua ini” akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literature atau teori. Dalam hal ini, peneliti menegaskan apakah hasil penelitiannya membenarkan atau justru menyengkal informasi sebelumnya. Interpretasi/ pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan buka dari hasil ramalan peneliti.

Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.

4.2.2 Data Informan

Pada penelitian ini, mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon Menuju

Smart City adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang- orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana penyelenggaraan program smart city di Kota Cilegon, serta pihak lainnya yang 95

mendukung penyelenggaraan program smart city yaitu Kepala Seksi Pelayanan E-

Government Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik.

Tabel 4.5 Informan Penelitian Kode Status Informan Jenis No Informan Usia Informan (SI) Kelamin (I)

1 Adi Tri Prasetyo, S.IP, Kasi Pelayanan E- L 41 M.Si Government Diskominfo, Sandi dan Statistik

2 Shifana Mardhatillah, Staff Pengelola P 24 S.E Pusat Informasi dan Dokumentasi

3 Drs. Abdullah Kepala Bidang L 57 PIAK Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

4 Yusminar, SE, MM Kepala Seksi P 56 Program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

5 Ahmad Aziz Setya AP, Kepala Dinas L 60 ST, M.M Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Cilegon.

6 Edhi Hendarto, M.Si Kepala Bidang L 48 Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Cilegon

7 Ida Farida, M.Pd Sekretaris Dinas P 52 Perpustakaan dan 96

Arsip Daerah Kota Cilegon

8 Darmawan Sutanto, Kepala Seksi L 40 M.Si Promosi Promosi Penanaman Modal

9 Alwin Setia M.Si Kepala Sub Bagian L 39 Program di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon.

10 Pakalima ST Kepala Bidang L 59 Pelayanan Dinas Perhubungan Kota Cilegon

11 Dadang S.Sos Kepala Bidang L 60 Perindustrian, dan Perdagangan Kota Cilegon.

12 Ten Nova, SE, ME Kepala Seksi P 38 Perindusrian Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon

13 Murniati S.E Manajer PIW KU P 37 Kota Cilegon

14 Drs. H. Edi Ariadi, Wakil WaliKota L 61 M.Si Cilegon (Sumber, Peneliti 2017)

4.3 Temuan Lapangan 97

Data lapangan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu analisis SOAR. Dimana dalam analisis SOAR ini dapat menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam penyelenggaraan smart city, The Appreciative Inquiry (AI) pendekatan mengubah model SWOT ke

SOAR (kekuatan, peluang, aspirasi, hasil). Hal ini dapat membebaskan kita untuk fokus pada apa yang benar-benar penting: yaitu mengenai masa depan orang- orang dan organisasi. AI (Appreciative Inquiry ) strategi atau perencana strategis menimbulkan pertanyaan penyelidikan untuk menentukan arah proses perencanaan strategis dan menginformasikan konten berdasarkan kekuatan dan peluang. Ini adalah apa yang kita sebut penyelidikan strategis dengan maksud menghargai. Analisis SOAR membantu memilih strategi alternatif untuk meningkatkan strategi menuju smart city di Kota Cilegon agar lebih optimal.

4.3.1 Strengths (Kekuatan)

Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber

Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat mencapai aspirasi dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut. 98

4.3.1.1 Smart Economy

Untuk melanjutkan proses sebuah kota menjadi smart city, ada beberapa indikator yang harus dipenuhi yaitu smart governance, smart people, smart economy, smart mobility, smart environment dan smart living. Berbicara mengenai visi Kota Cilegon yaitu Terwujudnya Kota Cilegon yang Unggul dan

Sejahtera dalam Industri, Perdagangan dan Jasa, terkait dengan smart economy, rupanya Kota Cilegon sendiri memiliki kekuatan untuk menuju kearah smart economy, seperti yang disampaikan oleh I2-10 yaitu:

“Kekuatannya Karena kami berbasiskan industri, kami sudah mengedepankan kearah industri, ada beberapa yang sudah diterapkan terutama ikm, industri kecil menengah, membuat database online, sudah bisa diakses oleh semua orang, sehingga mereka bsa datang berkunjung kesini Kota Cilegon, dari rembang untuk bata untuk studi banding bata, sibolga dari datang ke limbah, seperti majun (sejenis lap) pemanfaatan perca mereka semua tahu lewat website, impact nya berbasis IT seperti itu. Bisa diakses di www.disperindagkop.cilegon.co.id/ikm kebetulan lagi off karena perpindahan OPD baru. Smart Capital juga kita sudah menerapkan. Keterampilan-keterampilan pelatihan untuk meningkatkan keahlian, kita juga memberikan fasilitas seperti merek halal, uji simpan, uji fisik dan kimia. Kampung digital kita juga sudah ada, kadang kita belum tau realisasi mereka seperti apa dan bagaimana, seperti di purwakarta dan ketileng. Dulu piwku, sudah menerapkan e-commerce jual secara online, produk ikm semua sudah ada disitu, seperti barang pakai:sandal hotel, makanan dll.” (Wawancara dengan kasie. Perindustrian di ruang perindustrian disperindagkop Kota Cilegon Kamis, 23 Feb 2017 pukul 09.10 WIB)

Berdasarkan keterangan dari narasumber I2-10 yaitu, Kota Cilegon sebagai ikon kota industri sudah menerapkan setidaknya industri berbasiskan kepada industri berbasiskan teknologi dan informasi, dimana organisasi terkait sudah menyiapkan beberapa web agar bisa diakses oleh masyarakat atau publik untuk mengakses beberapa produk keluaran industri kecil menengah dilingkungan Kota 99

Cilegon. Beberapa website untuk menunjang smart economy tidak terlepas dari dukungan pemerintah Kota Cilegon untuk mengenalkan beberapa produk yang dihasilkan oleh Kota Cilegon, seperti makanan khas dan lain sebagainya.

Hal serupa juga dikatakan oleh I3-1 yaitu:

“Berawal dari produk-produk khas dari Kota Cilegon yang sudah banyak ditemui di kalangan masyarakat, berawal dari situ. Terinspirasi dari ukm, piw-ku itu berdiri sendiri untuk mengangkat sector ukm di Kota Cilegon. Berdiri dari tahun 2015 bulan November tanggal 25, seperti produk pangan ya, kue khas cilegon seperti gipang, emping, itu memiliki ciri khas sendiri pada kota ini, berbeda dengan kota yang lain. Sama seperti daerah-daerah lain yang memiliki ciri khas tersendiri. Dari situlah kita memulai sebuah ide dan dibantu oleh sector pemerintah, akademik dan swasta untuk sama-sama mengangkat UKM Kota Cilegon agar lebih berkembang dalam segala bidang seperti pemasaran, kualitas dan kuantitas dari produk tersebut. Kekuatan kita disitu, kita berkomitmen itu untuk sama-sama mengangkat ukm Kota Cilegon agar terkenal baik dalam negeri maupun internasional. Kita secara tidak langsung sudah mengenalkan ke beberapa daerah untuk produk kita sendiri. Produk kita bukan hanya makanan, tetapi juga kerajinan tangan seperti keranjang belanja, sandal hotel, dan kaos sablon bertuliskan ciri khas cilegon.” .(Wawancara dengan Manager Klinik PIW KU Kota Cilegon di Kantor PIW Ku Jum’at, 17 Mar 2017 pukul 08.30 WIB).

Menurut Narasumber I3-1 menerangkan bahwa, kekuatan Kota Cilegon untuk menjadi smart economy bahwasanya terinspirasi dari banyaknya produk- produk ukm yang dihasilkan oleh masyarkat Kota Cilegon, sehingga berdirilah klinik ukm untuk mencoba membantu memasarkan dan “mengembangkan” bisnis rumahan yang sudah dilatih agar mengemas produk ungulan mereka semenarik mungkin agar bisa meningkatkan nilai jual produk mereka. Hal tersebut merupakan salah satu pilar penopang daerah/ negara/ kota. Pengelolaan ekonomi suatu daerah/ kota/ negara hendaknya perlu dilakukan dengan lebih baik dan terkomputerisasi. Ekonomi tidak hanya berkaitan dengan barang dan jasa yang disediakan, tapi juga inovasi, kemampuan bersaing, pendidikan dan 100

kewirausahaan. Di Kota Ciegon sendiri, salah satu hal penting yang ingin diterapkan pada Implementasi Smart City adalah Smart Economy. Hal ini disebabkan dengan jumlah penduduk yang besar dan potensi yang dimiliki berupa

Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, maka apabila dikelola dengan lebih baik, ekonomi Kota Cilegon akan meningkat dengan pesat.

Tetapi disisi lain kita juga menyiapkan berbagai aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai macam informasi dan data yang kita tampilkan dalam suatu database, namun seiring berjalannya waktu karena kita baru memulai penerapak OPD (Organisasi Perangkat Daerah yang baru, maka sistem semua aplikasi masih belum stabil, berikut ini pernyataan narasumber I2-9 yaitu:

“Terkait informasi dan teknologi kita memiliki database sendiri berbasis multimedia, dengan website semua bisa tau ikm yang ada di cilegon apa saja, kebetulan off dulu Karena jaringan sedang dipindahkan jadi belum bisa di akses lagi. Tapi kita sudah ada database tersebut, kalau sudah beres jaringan baru dan semuanya, masyarakat atau publik pasti bisa akses dengan tampilan baru agar pembaca dan pengunjung website menikmati informasi yang kita berikan”. (Wawancara dengan kabid. Perindustrian di ruang kabid perindustrian disperindagkop Kota Cilegon Kamis, 23 Feb 2017 pukul 09.40 WIB).

Sesuai dengan wawancara dengan narasumber I2-9 menyatakan bahwa perpindahan dan pergeseran OPD baru, menyebabkan off nya jaringan antar dinas yang memuat berbagai macam system dan aplikasi, oleh Karena itu ketidakstabilan ini mendorong organisasi perangkat daerah terkait untuk memberikan inovasi baru, sehingga tampilan lebih menarik untuk dikujungi oleh publik. 101

4.3.1.2 Smart People

Smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi didalam mewujudkan Smart City. Pada bagian/ dimensi ini terdapat kriteria proses kreativitas (creativity) pada diri manusia dan modal social (social capital).

Beberapa kriteria penilaian tersebut antara lain: Adanya jenjang pendidikan formal dalam bentuk sekolah dan perguruan tinggi yang merata kepada masyarakat dan berbasiskan IT, Adanya peran serta aktif masyarakat didalam mewujudkan tata kehidupan yang lebih baik memanfaatkan teknologi informasi.

Namun dari SDM juga untuk menunjang terwujudnya smart city harus berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi dari dinas terkait, dimana dalam hal ini pemerintah sendiri harus mampu mengembangkan masyarakat agar menjadi smart people yang diharapkan, sebagaimana wawancara dengan narasumber I2-5 yaitu:

“ Untuk kekuatan mengenai SDM, kita masih cukup, Karena memang kita baru menjadi dinas, jadi masing-masing sudah sesuai tupoksi nya, tidak kekurangan.Sekarang kita lebih menekankan kepada wi-fi walaupun belum maksimal. anggaran nya masih pakai kantor perpustakaan dan arsip, tapi anggaran masih menggunakan yang kantor. Mudah-mudahan untuk ke depan bisa memperluas jaringan dari anggaran yang kita punya seperti itu untuk menuju smart city, serta sarana prasarana nya juga.” (Wawancara dengan Sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 Feb 2017 pukul 08.30 WIB).

Dari hasil wawancara dengan narasumber I2-5 yaitu bahwa kekuatan organisasi sendiri terletak pada wi-fi yang sudah dimiliki oleh dinas terkait, bahkan mengenai SDM sudah sesuai dengan tupoksinya, sehingga sangat membantu untuk menunjang dan mengembangkan smart city yang akan kita jalankan. Sementara itu SDM di organisasi ini juga sangat membantu pemerintah 102

untuk mengembangkan minat baca masyarakat berkat adanya taman bacaan dan perpustakaan keliling yang diadakan tiap hari di seluruh kelurahan di Kota

Cilegon. Begitupun dengan anggaran yang akan digunakan untuk menuju kearah smart city juga sangat dibuthkan untuk memperluas jaringan agar lebih mendekatkan diri kepada masyarakat.

Selain dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh dinas terkait, pemerintah Kota Cilegon juga menyediakan berbagai macam aplikasi untuk digunakan oleh masyarakat khususnya Kota Cilegon dalam rangka menuju smart people diantaranya ada aplikasi digital library . Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mempublikasikan katalog online tersebut, sebagaimana disampaikan oleh I1-1 yaitu:

“sampai sekarang memang katalog online belum stabil, perlu ada intensifikasi perurusan perizinan dan sebagainya, oleh Karena itu kita masih sebatas memfasilitasi masyarakat yang ingin mengakses ke perpustakaan pusat (nasional) untuk katalog buku online Karena jika untuk mengakses tersebut akan berurusan dengan hak cipta, Karena belum tentu pemilik katalog mengizinkan kita untuk mempublish tanpa ada feedback, itu nanti kita kaji lagi agar katalog buku di Kota Cilegon bisa diakses dengan mudah untuk seluruh lapisan masyrakat, terutama civitas akademika yang membutuhkan banyak referensi dan bahan bacaan lainnya.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e- government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).

Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 bahwasanya terkait dengan aplikasi yang sudah disediakan oleh organisasi, maka secara tidak langsung sudah memberikan akses kepada masyarakat untuk membantu menemukan berbagai macam informasi yang dibutuhkan baik sebagai referensi maupun sumber bacaan 103

lainnya. Sehingga dalam situasi ini sangat dibutuhkan tingkat kesabaran Karena hal ini syarat akan perizinan hak cipta, sehingga dalam mempublikasikan nya untuk kedepa tidak ada masalah apapun.

Dalam hal ini rupanya smart people tidak hanya mengarah kepada apa yang ia baca, tetapi bagaimana perilaku keseharian kita sebagai makhluk social dalam menjalani kehidupan keseharian, sehingga segala bentuk macam perilaku mencerminkan masyarakat yang smart, Karena budaya yang sudah diatur tentu menjadikan sebuah kota menjadi smart baik lingkungan maupun masyarakatnya.

Apalagi sudah dizaman IT, maka perilaku sangat dibutuhkan agar lebih bijak menyikapi berbagai macam pembaharuan menuju kearah globalisasi.

Sebagaimana disampaikan oleh I1-1 bahwasanya:

“sebagai organisasi yang menyeimbangkan dengan tuntutan globalisasi, sudah selayaknya kita dari perwakilan pemerintah Kota Cilegon juga membantu untuk mewujudkan smart people, agar masyarakat lebih bijak menyikapi perkembangan zaman yang lebih modern. Sehingga dalam kenyataannya, di organisasi manapun tidak ada yang ketinggalan teknologi, gagap teknologi Karena sesamanya kita belajar untuk mewujudkan smart people dalam rangka menuju smart city Kota Cilegon”. (Wawancara dengan kasie pelayanan e- government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).

Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 Apabila kondisi masyarakat telah menjadi smart, maka pondasi untuk mewujudkan smart city akan tercapai.

Bentuk terapan smart city pada suatu atau beberapa buah bidang kehidupan pada kota/ daerah bersangkutan akan berhasil dengan adanya partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta mengembangkan smart city tersebut untuk 104

menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan publik yang lebih baik.

Sebagaimana yang dikatakan oleh narasumber I4-2 mengatakan bahwa :

“Saya dan 35 anggota dewan yang lain sangat mendukung adanya gagasan dan pemikiran mengenai program prioritas yang sudah di rencanakan, kita melihat kepada UU No 23 Tahun 2014 mengenai lembaga legislative dan yudikatif di daerah juga haruss mendukung perencanaan yang dibuat oleh kepala daerah Karena harapan kita sama sebagai masyarakat Kota Cilegon dan sama-sama bagian dari Indonesia oleh karena itu kita sebagai bagian dari lembaga legislative di Kota Cilegon ini sangat mendukung adanya pembangunan sarana infrastruktur yang memadai, dan mendukung pula persoalan IT yang berlangsung di Kecamatan yang tersebar di wilayah Kota Cilegon.” (Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon, di Ruang Kantor DPRD Kota Cilegon Hari Senin, 11 Juni 2017)

4.3.1.3 Smart Governance

Konsep dari smart city merupakan aspek yang penting dalam kehidupan terutama dalam suatu pelayanan publik, Karena pelayanan publik itu sendiri sangat mempengaruhi bagi keberlangsungan hidup masyarakat yang mendiami suatu daerah. Smart city itu sendiri memiliki peran yang sangat penting maka dari itu program smart city ini tentunya harus menjadi perhatian khusus agar terwujudnya kota dengan berbasiskan teknologi informasi yang optimal. Seperti yang disampaikan oleh I2-1 yaitu sebagai berikut:

“Masyarakat yang mendiami sebuah kota tentu akan merasa aman jika ia merasakan tempat tinggal yang aman, lingkungan yang aman, yang semua itu tidak jauh terlepas dari administrasi kependudukan yang ia miliki, guna membantu semua sistem yang akan terjadi dimasa yang akan mendatang, oleh Karena itu kita sebagai organisasi terkait, membantu semua yang ingin memiliki dokumen penduduk dengan melampirkan persyaratan-persyaratan tertentu guna melengkapi kebutuhan pembuatan administrasi kependudukan. Tentu saja dalam hal ini, kami dari internal organisasi membuat 105

administrasi tersebut dengan menggunakan SIAK “Sistem Informasi Administrasi Kependudukan” yaitu sistem yang sudah dibuat oleh kementrian dan kita selaku pengguna memanfaatkan sistem tersebut untuk membantu masyarakat yang membutuhkan administrasi kependudukan. Dalam hal ini masyarakat diperlukan kesadaran yang tinggi Karena setiap yang tinggal dan menetap di Kota Cilegon akan merasa aman karena mereka sudah memiliki informasi kependudukan yang sah. Dengan status kota yang kita miliki ini, sudah mungkin banyak masyarakat baru yang berdomisili di lingkungan Kota Cilegon.” (Wawancara dengan Kepala Bidang PIAK di Kantor Disdukcapil Jumat, 17 Feb 2017 pukul 10.35 WIB)

Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh I2-2 yaitu sebagai berikut :

“ya cara kami untuk membantu masyarakat dalam membuat perekaman informasi kependudukan dengan cara mendekatkan diri kepada mereka, setiap hari kita mendatangi masyarakat dengan mobil keliling, untuk membuat informasi kependudukan di kelurahan- kelurahan pada 8 kecamatan di tiap-tiap kecamatan di Kota Cilegon, tentunya sistem kita sudah terintegrasi ke pusat dalam hal pembuatan administrasi kependudukan ini, kita setiap hari bergilir untuk setiap kelurahan agar kita sebagai pemerintah lebih dekat dengan masyarakat” (Wawancara dengan Kasubag Tata Usaha di Kantor Disdukcapil Jumat, 17 Feb 2017 pukul 09.10 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menerangkan bahwa rangka menuju smart governance, pemerintah Kota Cilegon dalam hal administrasi kependudukan sudah senantiasa membantu sebagian besar masyarakat untuk memiliki identitas sebagai warga Kota Cilegon agar mereka lebih percaya diri dan merasa tenang tinggal dan berdomisilli di lingkungan Kota Cilegon. Selain itu organisasi terkait juga sudah menerapkan aplikasi SIAK on-line pada tiap kecamatan agar terintegrasi dengan pusat dalam hal pembuatan administrasi kependudukan. Hal ini di akui oleh organisasi terkait bahwasanya pembuatan administrasi kependudukan memang sangat penting, belum lagi jika ada sebagian 106

masyarakat yang belum sadar akan pentingnya administrasi ini, padahal untuk kedepannya hal tersebut dapat membantu kita untuk menemui informasi yang kita butuhkan terkait masyarakat tersebut. Oleh karena itu kesadaran yang tinggi sangat dibutuhkan sekali.

Pengembangan konsep smart governance juga tidak terlepas dari peran dinas perizinan untuk memberikan kemudahan masyarakat Kota Cilegon dalam mengurus perizinan terkait usaha dan sebagainya. Organisasi terkait juga memberikan akses kemudahan bagi masyarakat agar memiliki izin yang legal dari pemerintah untuk kepentingan mereka. Sebagian besar masyarakat sagat antusias

Karena memang ikon Kota Cilegon merupakan kota industri, maka dari pendirian perizinan skala kecil, menengah sampai skala besar akan di bantu oleh organisasi terkait. Seperti yang disampaikan oleh I2-6 yaitu :

“kita persiapan infrastruktur menyiapkan jaringan yang digunakan untuk mempermudah pelayanan perizinan, kita ada sistem perizinan on-line, Kita sudah di beri bantuan aplikasi oleh Kementrian Kominfo, namanya aplikasi “SI CANTIK” (AplikaSI Cerdas LayanAN Perizinan Terpadu untuk PublIK), ada harapan untuk perizinan dilakukan secara on-line, berdasarkan prototype mereka yang buat. Karena memang sebelumnya kita sudah punya sistem, namanya SIMPADU (SIsteM Perizinan TerpADU) ya hampir sama lah kurang lebih tapi kemarin kan masih offline, maksudnya offline disini jadi pemohon masih datang ke kita, jadi untuk nanti prosesnya kita udah otomasi, terkomputerisasi, nanti kita sudah terintegrasi dengan yang lain. Mulai dari verifikasi sampai pencetakan kita sudah otomasi. Tinggal kita tingkatkan lagi pemohon tidak harus datang ke kantor. Anggaran sudah ada mencukupi untuk mengembangkan dan memelihara berbagai aplikasi yang sudah dimiliki. Selain itu juga, kami menghimbau kepada masyarakat akan pentingnya memohon izin terlebih dahulu Karena agar kedepannya tidak ada masalah. Karena ikon kita sebagai kota industri pun tidak terlepas dari berbagai usaha untuk menciptakan perekonomian yang baru” (Wawancara dengan Kasie promosi di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Cilegon Jumat, 24 Feb 2017 pukul 09.10 WIB) 107

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-6 menyatakan bahwa selama ini sistem perizinan sudah berdasarkan aplikasi on-line, Karena memang sebelum di beri oleh kementerian kominfo, organisasi terkait sudah memiliki berupa sistem yang dinamakan SIMPADU (Sistem Perizinan Terpadu) yang dimana sistem ini untuk melayani masyarakat untuk memperoleh perizinan baik usaha maupun mendirikan bangunan sehingga dalam konteks smart governance, rupanya organissai terkait sudah berhasil mendekatkan diri ke masyarakat untuk mensosialisasikan akan pentingnya pembuatan izin agar segala bentuk ketetapan hukum dapat dipatuhi bersama.

Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Banten yang saat ini ingin menuju kearah smart city . seperti kota-kota sebelumnya yaitu

Kota Selatan dan Kota Tangerang, dimana dalam hal ini sudah ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Cilegon Periode

2016-2021 dimana isi dalam rencana pembangunan itu adalah pengembangan smart city, selain itu juga hal ini terdapat pada misi ke-5 dari Kota Cilegon yaitu agenda cilegon berwibawa. Dengan mengakomodir pengimplementasian dari e- government dan dimana dalam hal ini pemerintah Kota Cilegon Melakukan

Penataan Ruang, Tata Kelola Pemerintah yang Transparan, Membangun

Masyarakat Creative & Mandiri, dan Membangun Perekonomian yang Kokoh melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagaimana yang disampaikan oleh

I2-7 yaitu

“Kekuatan kita Karena memang sudah ada di visi-misi Kota Cilegon, dimana dalam hal tersebut sudah di tuangkan dalam misi ke lima 108

yaitu agenda cilegon berwibawa, dimana salah satu isinya yaitu membangun INTEGRATED CITY CONTROL dengan memanfaatkan Wireless System Network yang mampu memantau seluruh wilayah Kota Cilegon, termasuk didalamnya mengakomodir implementasi e- government dalam hubungannya dengan Government to Government, Government to Bussiness dan Government to Citizen. Lalu juga kita sudah penginventarisasian aplikasi untuk penyelenggaraan pemerintah, misalkan Simreg, memang belum terlalu jauh, dan kita sudah melakukan pemasangan jaringan di tiap kantor SKPD, untuk ruang-ruang publik juga di taman kecamatan cilegon dekat kejaksaan. Untuk pendanaan kita sudah siap dari indikasi perencanaan saja sudah lumayan, untuk beberapa program lumayan besar, SDM inshaallah sudah kuat” (Wawancara dengan kasubag program dan evaluasi di ruang Kasubag program dan evaluasi BAPPEDA Kota Cilegon di Kamis, 23 Feb 2017 pukul 15.10 WIB) Berdasarkan wawancara yang sudah disampaikan tadi, bahwa untuk memulai adanya program smart city di Kota Cilegon didasarkan kepada RPJMD

Kota Cilegon 2016-2021 dan misi ke lima dari Kota Cilegon sendiri yaitu

Memantapkan tata kelola pemerintahan dengan mewujudkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara terpadu menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Begitupun halnya dengan pelayanan di tingkat kecamatan, peneliti juga mendapatkan salah satu informasi terkait Pelayanan Administrasi Terpadu

Kecamatn yaitu di Kecamatan Citangkil bahwasanya berbagai inovasi di tingkat kecamatan dibutuhkan untuk memperbarui kualitas pelayanan kepada masyarakat di tingkat kecamatan, sebagaimana yang disampaikan oleh I2-11 yaitu:

“Kekuatan kita sudah ada di Aplikasi, untuk ditingkat kecamatan sendiri di kecamatan citangkil sudah ada, Karena fokusnya kita pelayanan kepada masyarakat, maka disini kita mencoba untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat.” (Wawancara dengan Narasumber I2-11 Di Kecamatan Citangkil Hari Selasa, 13 Juni 2017) 109

Menurut teori Developing Smart Cities: An Integrated Framework, menyebutkan bahwa:

“Governance is a major execution challenge for smart cites. Limited transparency, fragmented accountability, unequal city divisions and leakage of resources are some of integral characteristics of regular governance.” (governance merupakan tantangan eksekusi pertama bagi kota pintar, dimana transparansi terbatas, akuntabilitas terfragmentasi, divisi kota yang tidak sama, kebocoran sumberdaya dari karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan.) Pada dasarnya dalam suatu tata kelola pemerintahan yang baik, maka banyak sekali tantangan yang akan dihadapi dimasa yang akan mendatang, sehingga pemerintah wajib mengakomodir pengimplementasian smart city yang sudah direncanakan pada rencana pembangunan jangka menengah 2016-2021 bahwa pemerintah membangun ekosistem INTEGRATED CITY CONTROL dalam rangka mewujudkan smart city di Kota Cilegon. Sehingga pemerintah wajib meng-analisis bagaimana impact dari pengimplementasian smart city dimasa yang akan datang dengan mempelajari struktur yang menjadi tantangan eksekusi utama yang dihadapi pemerintah.

4.3.1.4 Smart Environment

Berkenaan dengan indikator lainnya bahwa smart city harus didukung dengan smart environment, dimana Smart Environment merupakan bagian pada

Smart City yang mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan

(environment) yang pintar (smart). Sebagaimana disampaikan oleh I2-3 yaitu:

“kepada bidang permukiman dan sarana arsitektur kota, sarana dan prasarana kota cenderung menerapkan kepada ruang terbuka hijau, bisa berbentuk taman, dan alun-alun. Dan nanti kita persiapkan 110

sarana dan prasarana pendukung adanya smart city, misalnya untuk mewujudkan smart environment tadi ya kita sediakan tempat sampah yang dipilah-pilah bagian organic dan non-organik kemudian kita juga nanti ada papan-papan himbauan seperti itu, itu khusus di ruang terbuka hijau. Kalau yang di bidang perumahan dan pemukiman kita mengedepankan perumahan swadaya, jadi kita harus mensuport seperti jalan lingkungannya, drainase juga, jangan sampai akibat banjir dsb, akibat buang sampah sembarangan. Karena ini menyangkut lingkungannya kita juga harus menyiakan terkait ar bersihnya yang sesuai dengan standar kebutuhan masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang sehat begitu. Jadi dalam bidang ini sangan penting dan menunjang sekali untuk mendukung ke smart environment tadi.” (Wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon Rabu, 22 Feb 2017 pukul 09.22 WIB) Dari hasil wawancara dengan narasumber diatas maka perlu dikatahui bahwa untuk mewujudkan smart environment organisasi terkait harus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang terbentuknya smart environment, sehingga meminimalkan lingkungan menjadi tidak sehat, Karena menyangkut kehidupan masyarakat pada umumnya maka dalam human environment ini organisasi terkait harus mampu menhgkaji berbagai pilihan yang tepat bagi daerah industri seperti Kota Cilegon ini.

Dari kekuatan yang sudah dipaparkan oleh narasumber I2-3 dari sebuah human environment yang menyangkut tatanan lingkungan kehidupan masyarakat

(manusia) maka diperlukan juga sarana infrastruktur penunjang lainnya, seperti green building dan sebagainya. Bagaimana menciptakan lingkungan yang smart dengan berbasiskan kepada sistem teknologi. Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu:

“Kita sudah menerapkan green building, ibaratnya untuk solar cell akan mengisi ketika ada cahaya, kita harus ada recovery bagaimana cara menghidupkan listrik di malam hari Karena kita sudah 111

berbasiskan teknologi, jad semua serba digital, Salah satu contoh penerapan green building sementara Baru Penerangan Jalan Umum di beberapa titik, sudah ada di kita di terapkan di Jalan Lingkar Selatan tetapi ternyata banyak pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti aki nya tidak ada setelah dipasang beberapa bulan.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).

Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 bahwasanya Kota Cilegon sudah menerapkan berbagai macam indikator guna mencapai terwujudya smart city. Akan tetapi masih banyak hal yang perlu di aspirasikan agar hal negative yang bisa menghambat terwujudnya smart city harus diminimalkan.

Kekuatan yang dimiliki dari lingkungan eksternal sudah dijabarkan, berikut adalah kekuatan yang dimiliki oleh pemerintah Kota Cilegon dalam

rangka menuju smart city, sebagaimana disampaikan oleh I2-4 yaitu:

“pertama yaitu komitmen pemerintah untuk menuju ke Smart City, kemudian dana nya ada APBD nya atau tidak nanti akan di implementasikan menjadi anggaran, kemudian SDM nya mencukupi atau tidak, seperti itu. Kita punya SOTK dan OPD baru yang mengurusi mengenai penataan arsitektur kota. Untuk membangun kota kita yang hijau, maka mau tidak mau kita harus tunduk pada aturan, seperti perda mengenai komposisi lahan terbangun, misalnya dalam kondisi wilayah industri itu harus 60%, sedangkan sisanya adalah untuk ruang terbuka hijau. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk program, sudah diselenggarakan ada yang khusus untuk di lelangkan dan sebagainya.” (Wawancara dengan kabid permukiman dinas perkim Kota Cilegon Senin, Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14).

Dari hasil wawancara dengan I2-4 diatas, Untuk mewujudkan smart environment perlu berlandaskan kepada komitmen dari pemerintah agar sesuatu yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan baik serta efektif dan efisien.

Serta berlandaskan kepada aturan perundang-undangan yang mengatur pembangunan disuatu daerah agar terwujudnya smart city lebih real dan tepat. 112

4.3.1.5 Smart Mobility

Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada Smart City yang mengkhususkan pada transportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart Mobility ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart, sehingga diharapkan tercipta layanan publik untuk transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus permasalahan umum didalam transportasi, misalkan macet, pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.

Terdapat beberapa kriteria didalam Smart Mobility, yang umunya diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System), seperti Adanya sistem yang pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi untk menyajikan informasi kepada pengguna (masyarakat) terkait dengan layanan publik dibidang transportasi, Adanya sistem yang pintar berbasiskan komputer dan teknologi informasi untuk menyajikan solusi transportasi bagi masyarakat didaerah pelosok secara cepat dan mudah.

DiKota Cilegon sendiri sudah menerapkan aplikasi yang bernama SAUM

(Sistem Angkutan Umum Massal) berikut adalah wawancara dengan narasumber

I2-8 yaitu :

“Memberikan pelayanan publik merupakan pekerjaan utama kita, pertama itu transport planning (perencanaan lalu lintas) yaitu Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) , publik transport, traffic engineering (rekayasa lalu lintas (Wawancara dengan kabid pelayanan dishub Kota Cilegon, Jumat, 24 Feb 2017 08.30 WIB).

Hal senada juga di ungkapkan oleh I4-1 yaitu: 113

“Kalau untuk system mobility, kita menggunakan aplikasi SAUM (SIstem Angkutan Umum Massal), semua bertahap, kita mau beli bus dulu atau bikin trayek dulu seperti itu, untuk satu daerah yang lurus misalnya, merak-pci nanti ada halte-halte, jalurnya khusus, harus dihitung luas jalan kita, lebar berapa. Semua sudah ada di RPJM untuk lima tahun ke depan. (Wawancara dengan wakil waliKota Cilegon, Selasa, 14 maret 2017 pukul 13.13) Dari hasil wawancara tersebut, rupanya pemerintah Kota Cilegon harus bersedia dengan feedback yang pasti dihadapi berbagai macam pada jangka waktu lima tahun kedepan, menyatukan berbagai macam sudut pandang yang berbeda, agar system ini bisa berjalan sebagaimana mestinya untuk mendukung keberhasilan smart mobility.

Berdasarkan dari tujuan pembangunan berkelanjutan yang dipaparkan oleh kementerian perencanaan dan pembangunan nasional bahwasanya pada agenda tersebut menunjukkan pada point ke-9 yaitu Buiild Resilient Infrastrukcture bahwa untuk pembangunan infrastruktur smart city dibutuhkan pembangunan yang berkelanjutan. Teori yang dikemukakan tersebut bahwasanya berbanding lurus dengan peluang yang akan dijalankan oleh Pemerintah Kota Cilegon untuk membangun infrastruktur mobilitas untuk kelangsungan transportasi umum di lingkar utara Kota Cilegon.

4.3.1.5 Smart Living

Pada Smart Living terdapat syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pengelolaan kualitas hidup (quality of life) dan budaya (culture) yang lebih baik dan pintar (smart). Keseimbangan kualitas hidup dengan lingkungan harus 114

disetarakan. Sebab, jika lingkungan kita berkualitas dan memberikan kenyamanan makan secara otomatis hidup pun akan berkualitas.

Sehubungan dengan RPJMD Kota Cilegon yang sudah disusun dan dikaji ulang oleh pemerintah daerah, dimana letak perusahaan dan industri harus bisa di imbangi dengan ketersediaan ruang terbuka hijau. Mengingat akan kepentingan untuk masyarakat berupa rasa aman dan nyaman, maka pemerintah sendiri harus menyediakan fasilitas berupa ruang terbuka dengan didominasi oleh tanaman hijau, seperti yang disampaikan oleh I2-4 yaiu:

“Kita punya SOTK dan OPD baru yang mengurusi mengenai penataan arsitektur kota. Untuk membangun kota kita yang hijau, maka mau tidak mau kita harus tunduk pada aturan, seperti perda mengenai komposisi lahan terbangun, misalnya dalam kondisi wilayah industri itu harus 60%, sedangkan sisanya adalah untuk ruang terbuka hijau. Biasanya dilaksanakan dalam bentuk program, sudah diselenggarakan ada yang khusus untuk di lelangkan dan sebagainya.” (wawancara dengan kabid, perumahan dan permukiman dinas perkim Kota Cilegon, 22 februari 2017 pukul 10.14 WIB)

Berdasarkan dengan wawancara I2-4 bahwa Kota Cilegon merupakan kota padat industri, sehingga secara otomatis organisasi terkait sebagai utusan dari pemerintah Kota Cilegon wajib menyediakan sarana dan prasarana guna membuat masyarakat lebih aman dan nyaman.

Selain untuk sarana dan prasarana fisik, pemerintah Kota Cilegon juga menyediakan fasilitas non-fisik berupa wi-fi publik. Dimana sarana ini bisa memfasilitasi masyarakat untuk mengakses internet gratis. Fasilitas ini disediakan oleh pemerintah guna meningkatkan kreatifitas dan inovasi masyarakat guna 115

mendukung peningkatan smart living diKota Cilegon. Berikut penjelasan dari narasumber I1-1 yaitu:

“secara eksisting dari RPJMD itu nanti kita memberikan fasilitas wifi publik, pemerintah Kota Cilegon juga sedang gencar untuk membangun ruang terbuka hijau, kita dari diskominfo juga memberikan fasilitas internet gratis untuk masyarakat, tapi dalam kenyataannya dari semacam tantangan juga untuk kita karena masyarakat kini sudah semakin pintar dan cerdas, kita sudah mencoba memblock semua aplikasi yang berbau konten negatif, ternyata masih bisa di di bridge, dilewati semua jaringan yang sudah kami rancang. Kita harus fieldtrip konten bermuatan negati agar sarana dan prasarana ini bisa digunakan dengan bijakf.” (Wawancara dengan kasie. E-government diskominfo, sandi dan statistik Kota Cilegon, Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB).

Berdasarkan wawancara dengan narasumber I1-1 diatas, bahwasanya pemerintah Kota Cilegon sudah menyediakan srana dan prasrana guna menunjang kenyamanan masyarakat, serta menumbuhkan inovasi dan kreativitas masyarakat guna mencapai smart living yang diharapkan. Karena notabene penduduk di Kota

Cilegon adalah masyarakat industri, maka pemerintah Kota Cilegon juga ingin melakukan adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat untuk sama- sama mewujudkan smart living diKota Cilegon guna mencapai smart city yang diharapkan. narasumber I1-1 menyatakan bahwa:

“kita menyediakan fasilitas itu untuk mendukung program prioritas yang diharapkan oleh pemerintah kita, jadi pada dasarnya semua sudah dikaji oleh kita, jadi kekuatan kita adalah semua sudah kita rencanakan didalam RPJMD ini, tinggal kedepan kita integrasikan dengan kebutuhan masyarakat.” (Wawancara dengan kasie. E- government diskominfo, sandi dan statistik Kota Cilegon, Senin, 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB). Jadi dalam susunannya pemerintah Kota Cilegon sudah merencakan hal- hal yang diprioritaskan untuk membangun kota yang nyaman bagi masyarakat. 116

Khususnya bagi usia-usia produktif untuk mendorong inovasi dan kreatifitas.

Selain itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah juga menyebutkan bahwa Perwujudan Smart City merupakan program prioritas yang merupakan komitmen pemerintah sekaligus menjawab tantangan globalisasi dimana faktor kemudahan, kenyamanan, efektifitas dan efisiensi menjadi faktor utama dalam keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan.

Dari data lapangan yang telah dijelaskan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa yang menjadi faktor kekuatan (strengths) Dinas Komunikasi

Informatika, Sandi dan Statistik dalam menuju smart city diantaranya adalah adanya

Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 68 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dinas

Komunikasi, Informatik, Sandi dan Statistik. Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun

2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yang mendorong pemerintah Kota Cilegon untuk mewujudkan smart city yang dalam konsepnya merupakan kompleksitas dari segala unsur kehidupan yang ada dalam masyarakat dan digabungkan dengan teknologi informasi yang mumpuni.

Kebijakan Pemerintah Kota Cilegon saat ini sudah berorientasi dan mendukung program Smart City yaitu bisa dilihat dalam Visi, Misi RPJMD Kota Cilegon

Tahun 2016-2021 yang dituangkan dalam Agenda Pembangunan ke-5 (lima) yaitu

Membangun INTEGRATED CITY CONTROL, dimana dalam hal ini masuk dalam kategori indikasi Rencana Program Prioritas Pemerintah Kota Cilegon pada poin ke-15 (lima belas) yaitu Perwujudan Smart City. Hal ini diimplementasikan untuk mengoptimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronik baik yang berua layanan pemerintah kepada masyarakat (G to C), Layanan Pemerintah Kepada Swasta (G to 117

B), Layanan internal pemerintah (G to G), serta layanan Pemerintah kepada tiap- tiap individu (pegawai) Organisasi (G to E).

Sesuai dengan konsep yang terdapat pada Developing Smart Cities: An

Integrated Framework (Joshi Sujata, et al (2016) bahwa “Governance is a major execution challenge for smart cites.” Dalam sebuah perwujudan smart city, itu digerakkan oleh sebuah tata kelola pemerintahan yang baik, Karena pengimplementasian e-government yang baik pula maka cita-cita untuk smart city pun semakin terbuka sesuai dengan rencana organisasi.

4.3.2 Opportunities (Peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang dimasa yang akan datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.

Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

Opportunities juga merupakan analisis guna mengidentifikasi peluang terbaik yang dimiliki serta dapat dimanfaatkan oleh organisasi. keberhasilan suatu perusahaan adalah kemampuannya memaksimalkan peluang yang dimiliki. Hal ini mensyaratkan adanya cara pandang yang positif dalam memandang lingkungan yang berubah dengan sangat cepat. Peluang atau potensi yang bisa dimanfaatkan tentu saja untuk meningkatkan strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city, potensi pengembangan wilayah yang tertuang pada Rencana Pengembangan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon Tehun 2016-2021 dan secara umum pengembangan potensi wilayah di Kota Cilegon terdapat pula sejumlah kawasan yang memiliki nilai strategis, sesuai dengan rencana tata ruang, yaitu: 118

a) Potensi Pengembangan Industri baik skala nasional maupun berbasis

masyarakat;

b) Potensi Pengembangan Perumahan; Potensi kawasan perkotaan

(permukiman, industri dan kawasan fungsional lainnya);

c) Potensi Pengembangan Wisata; Potensi keindahan panorama

(pemandangan) dari ketinggian Gunung Gede;

d) Potensi Pengembangan Perdagangan dan Jasa; Potensi inlet-outlet

terhadap lokasi pasar dunia;

e) Potensi Kawasan Peruntukan Lainnya; mengembangkan kawasan

pertanian lahan basah yang dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian

pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kecamatan Cibeber dan Kecamatan

Purwakarta;

f) Potensi Kawasan Terminal Terpadu;

g) Potensi Pengembangan Pelabuhan dan Pergudangan;

h) Potensi Pengembangan Pemerintahan dan Bangunan Umum;

i) Potensi Bahan Pertambangan Batuan Kota Cilegon; Pertambangan

Non Mineral;

j) Potensi Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang

Terbuka Non Hijau;

k) Potensi Pengembangan Agrikultur;

Pengembangan potensi wilayah memiliki kaitan erat dengan pengembangan konsep Smart City. Karena pada hakikatnya strategi menuju Smart

City akan berdampak pada perencanaan pembangunan yang mungkin akan 119

dilakukan untuk menjadikan sebuah kota menjadi smart. Dimana diperlukan adanya perencanaan yang matang untuk menjadikan sebuah kota menjadi nyaman untuk ditinggali baik masyarakat setempat maupun pendatang.

4.3.2.1 Smart Economy

Smart Economy adalah gabungan dari ekonomi dan kota pintar (smart economy). Hal tersebut merupakan penjelasan dari bagaimana teknologi dari kota yang pintar (smart city) merubah hal tersebut menjadi perdagangan perkotaan, sebagai driver ekonomi dan bagaimana dibalik sebuah kota cerdas memiliki ekonomi yang baik. Smart economy dalam kehidupan kota mengacu pada industri yang smart yaitu dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Berikut adalah pernyataan narasumber I2-10 yaitu:

“Untuk kedepannya kita membuat sentra-sentra dengan 3 komoditi yaitu yang pertama majun, sarung tangan dan pavling block ditahun 2017. Basic nya ya kita untuk menjalin kemitraan oleh industri kecil menengah dengan perusahaan. Apa yang bisa disupply bisa kita kembangkan, jadi mereka bisa memanfaatkan dari wilayah Kota Cilegon sendiri, tidak mengambil dari luar daerah, multiflyer effect, supply dan demand dari masyarakat cilegon sendiri sehingga ekonomi berkembang, seperti itu. Pendapatan juga naik secara luas, menjadikan PDRB juga naik”. (Wawancara dengan kasie. Perindustrian di kantor disperin Kota Cilegon, Kamis,23 Feb 2017 pukul 09.10 WIB) .

Sesuai hasil wawancara dengan I2-10 yaitu bahwa kedepan organisasi terkait akan menciptakan ukm-ukm baru berdasarkan pada kemitraan yang menghasilkan sentra dengan 3 komoditi, yakni majun, sarung tangan dan pavling 120

block. Untuk sentra majun dan sarung tangan ini pemerintah Kota Cilegon bermitra dengan perusahaan-perusahaan industri di Kota Cilegon.

Setelah itu, tidak hanya bergelut kepada industri-industri besar, tetapi Kota

Cilegon juga berfokus kepada produk-produk lokal hasil dari inovasi dan kreasi masyarakat setempat dengan menghadirkan produk-produk unggulan. Berikut hasil wawancara dengan I3-1 yaitu:

“Peluang ke depan kita masih seputar memperkenalkan produk ke beberapa daerah ya, mungkin suatu saat kita akan memperkenalkan beberapa produk unggulan kita ke “luar”, Karena memang dari sekarang juga sudah banyak yang meng-order dari website kami www.kenekecilegon.com dan www.piwku.cilegon mulai dari daerah- daerah lain, seperti dan sebagainya. Kita ke depan masih memperkuat sistem jaringan dan bekerja sama dengan telkomsel untuk jaringan internet kita. Dan kita juga memperluas tema produk kita agar lebih berkembang.” (Wawancara dengan Manager Klinik UKM PIWKU Cilegon Hari jumat 17 Maret 2017 Pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I3-1 bahwa mengenai peluang kedepan dari UKM Kota Cilegon mengatakan bahwa akan mengenalkan produk unggulan ke berbagai daerah bahkan keluar daerah, oleh sebab itu disini

UKM Kota Cilegon bekerjasama dengan salah satu pemilik jaringan swasta bahwasanya untuk memperluas pengenalan produk dibutuhkan konektifitas untuk media social agar masyarakat dari luar daerah bisa mengenal produk kami.

Selain dari sisi UKM pemerintah juga memikirkan bagaimana cara mendapatkan nilai ekonomis dari kehidupan sehari-hari. Sebagaimana wawancara dengan Pemerintah sendiri menggali sebuah potensi berdasarkan keadaan dilapangan seperti apa yang masyarakat dan industri butuhkan. Seperti yang di- sampaikan oleh I2-9 yaitu: 121

”Ke depan Penumbuhan sentra yang berbasis kemitraan, dilihat dari sisi pemasaran, dari sisi bahan baku. Karena banyak perusahaan industri, kita survey apa yang mereka butuhkan . potensi ikm yang disana belum tumbuh sehingga kita mencoba menumbuhkan ke arah sana dengan memanfaatkan limbah B3 untuk memproduksi pavling block. Kalau itu, kita berkembang (Wawancara dengan kabid. Perindustrian di kantor disperin Kota Cilegon, Kamis,23 Feb 2017 pukul 09.40 WIB) .

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I2-9 bahwa mengenai peluang dari pemerintah Kota Cilegon mengatakan bahwa kedepan peluang Kota

Cilegon dalam mewujudkan smart economy yaitu mendirikan sebuah inovasi dari berbagai wawasan masyarakat yang membangun, oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dengan masyarakat agar ekonomi di Kota Cilegon bisa maju dan berkembang.

4.3.2.2 Smart People

Smart People merupakan salah satu point yang penting dalam menuju kepada Smart City. Dalam hal ini smart people dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan smart city, smart city akan berhasil jika masyarakat dalam suatu kota memiliki wawasan dan pengetahuan yang terbuka (open-minded). Smart people berarti penduduk kota yang dapat dikatakan smart, tidak hanya mengacu pada kualifikasi edukasi seseorang tapi juga kualitas interaksi sosial yang terbentuk.

Berikut pernyataan dari narasumber I2-5 yaitu:

“Kalau untuk peluang ke depan, kita kan rencana memang sudah ada katalog buku online didalam digital library kami, tetapi untuk saat ini masih belum bisa diakses untuk kita Karena masih dalam tahap persiapan, nah tapi jangan khawatir Karena disamping itu juga kita bisa mengakses langsung dari perpusnas (perpustakaan nasional), untuk mencari buku sudah ada computer khusus untuk mencari buku di perpus ini. Peluang ke depan kita masih mengajak masyarakat 122

untuk gemar membaca, Karena dari gemar membaca, jendela dunia akan terbuka, masyarakat jadi memiliki wawasan yang luas, seperti itu, kita saat ini masih mengandalkan mobil perpustakaan keliling jadi bisa ke (Taman Bacaan Masyarakat) kita bisa membantu masyarakat untuk gemar membaca dan kita bekerjasama dengan media juga untuk memberitahu sejauh mana Kota Cilegon mereapkan smart people atau smart city” (wawancara dengan sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah Kota Cilegon Senin, 20 Feb 2017, pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I2-5 yaitu ke depan pemerintah Kota

Cilegon akan menyediakan fasilitas seperti katalog buku online sebagai penunjang mendapatkan informasi yang bisa diakses secara langsung oleh khalayak yang membutuhkan agar secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk gemar membaca agar memiliki wawasan yang terbuka dan luas. Karena dari gemar membaca, jendela dunia akan terbuka. Tentu saja Karena smart people merupakan faktor terpenting didalam mewujudkan smart city, Karena kota yang smart harus didukung dengan masyarakat yang smart dan tak lupa pula bekerja sama dengan media agar kegiatan yang mengacu kepada smart people diketahui oleh masyarakat luas.

Selain dari hal manusianya yang harus smart, maka teknologinya juga harus smart, Karena begitu masyarakat yang pintar tapi tidak dibarengi dengan teknologi, maka hal itu harus dipertimbangkan, sebagaimana yang dikatakan oleh

I4-1 yaitu:

“Peluangnya kita baru membangun infrastruktur, tetapi kita harus optimis. Smart city yang ideal itu seperti apa, di manage sedemikian rupa dari mulai Planning, Organizing, Actuating, Controlling. Itu semua tergantung dari perencanaan sekarang, ada anggaran juga semua tergantung kepada anggaran itu ” 123

Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh I4-1 yaitu bahwa sementara ini pemerintah Kota Cilegon sedang membangun infrastruktur terdahulu,

Sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber I4-2 yaitu:

“yang dibutuhkan oleh pemerintah Kota Cilegon adalah jaringan yang terkoneksi , lalu data dan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat juga bisa disediakan dengan baik, Karena di level pemerintahan seperti kelurahan dan kecamatan itu sangat dekat sekali dengan masyarakat sehingga kita bisa mulai pelayanan yang baik dari tingkat yang paling terdekat dulu yaitu kelurahan dan kecamatan.” wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon, Hari Senin 12 Juni 2017 di ruang kantor DPRD Kota Cilegon) Karena untuk menciptakan smart people harus disertai dengan teknologi yang mumpuni beserta dengan anggaran yang sudah disediakan. Apabila kondisi masyarakat telah menjadi smart, maka pondasi untuk mewujudkan smart city akan tercapai. Bentuk terapan smart city pada suatu atau beberapa buah bidang kehidupan pada kota/ daerah bersangkutan akan berhasil dengan adanya partisipasi masyarakat setempat yang smart, sehingga mampu mengetahui manfaat yang akan diperoleh dan bagaimana mengelola serta mengembangkan smart city tersebut untuk menciptakan tatanan kehidupan dan kualitas layanan publik yang lebih baik.

Sesuai dengan Pilar-pilar Smart City yang dikemukakan oleh Joshi Sujata et al (2016), bahwa salah satu pilar dari smart city yaitu management, yaitu

“smart cities initiatives allow the citizens to participate in the governance and management of the city and become active users” ( inisiatif kota cerdas memungkinkan warga untuk berpartisipasi dalam tata kelola dan manajemen kota.). 124

Dalam hal ini manajemen dibutuhkan untuk mengelola suatu kota untuk menjadi smart city, untuk mengimplementasikan hal tersebut dibutuhkan manajemen yang baik. Baik dari masyarakat maupun dari pihak pemerintah.

4.3.2.3 Smart Governance

Smart Governance merupakan salah satu tugas pokok pemerintahan dalam rangka menuju smart city. Saat ini hal tersebut sangat lumrah diterapkan pemerintah wajib menggunakan teknologi baik system maupun aplikasi agar memiliki pelayanan yang digital. Smart governance berkaitan dengan politik dan partisipasi dari masyarakat, layanan penduduk dan penggunaan jaringan komunikasi baru seperti e-government. Berikut ini penjelasan dari I2-6 yaitu:

“SIMPLE (SIsteM Perizinan on-LinE) sedang dibahas, agar mudah diingat perpaduan antara SIMPADu dengan SI CANTIK, jadi untuk informasi perizinan, pengaduan oleh masyarakat tidak perlu datang ke kantor, langsung buka web kita disitu ada informasi, blanko-blanko perizinan, dasar-dasar hokum maupun untuk melakukan permohonan perizinan, disitu ada fasilitas untuk tracking perizinan, nanti masyarakat sudah tau sejauh mana perizinan sudah di terapkan.”. (Wawancara dengan kasie. Promosi Dinas Penanaman Modal PT SP Kota Cilegon Jum’at,24 Feb 2017, pukul 10 WIB)

Sebagaimana hasil wawancara dengan I2-6 yaitu bahwa ke depan organisasi terkait akan menyediakan fasilitas untuk melakukan perizinan secara on-line, sehingga masyarakat tidak diharuskan untuk datang. Permasalahan perizinan menjadi topik yang hangat karena hal tersebut sangat penting bagi kelompok atau perseorangan yang akan memulai suatu usaha.

Selain dari segi perizinan, untuk pembuatan proses administrasi kependudukan pun ke depan berpeluang kearah yang positif, dimana dalam hal ini 125

mewajibkan masyarakatnya untuk lebih menerima informasi. Berikut adalah pernyataan dari narasumber dari I2-1 yaitu:

“Peluangnya dengan penataan pembuatan dokumen kependudukan, dengan meningkatkan kapasitas dan wawasan SDM untuk meningkatkan inovasi, jadi peluang pengembangan yaitu atas dasar peningkatan wawasan masyarakat agar mudah menerima inovasi yang diinginkan, agar sebuah kota bisa berkembang menjadi kota cerdas. Kedepannya kita meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kecerdasan melalui pendidikan juga yang berbasis IT. Penataan ruang-ruang yang memungkinkan di manfaatkan oleh masyarakat. Dan juga (wawancara dengan kepala bidang PIAK diruang Kabid DKCS Kota Cilegon hari Jumat, 17 Feb 2017 pukul 10.35 WIB).

Dari hal tersebut yang disampaikan oleh narasumber I2-1 yaitu bahwasanya peluang untuk kedepan dalam hal penataan pembuatan dokumen kependudukan dengan meningkatkan kapasitas dan wawasan SDM untuk meningkatkan inovasi agar masyarakat lebih mudah menerima inovasi. Administrasi kependudukan merupakan hal yang paling pokok dimasyarakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh narasumber I2-11 yaitu

“peluang kita ke depan diupayakan bisa menambahkan kualitas SDM dimana SDM sendiri itu merupakan unsur utama yang harus dimiliki organisasi Karena untuk menunjang pelayanan juga. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM yaitu dengan cara Bimbingan Teknologi yang dilakukan oleh internal organisasi kita.” (wawancara dengan operator PATEN kecamatan citangkil Kota Cilegon Selasa, 13 Juni 2017, pukul 10.15 WIB) Sesuai dengan RPJMD Tahun 2016-2021 bahwa organisasi terkait harus meningkatkan pembinaan, pengawasan dan evaluasi pelayanan pendaftaran penduduk dan meningkatkan pengelolaan Informasi administrasi kependudukan.

4.3.2.4 Smart Mobility 126

Smart mobility yang dimaksud yaitu kemampuan kota dalam memberikan kesempatan akses yang seluas-luasnya pada lokal maupun internasional. Dalam

RPJMD Kota Cilegon tahun 2016-2021 juga menyebutkan bahwa untuk peluang kedepan, pemerintah Kota Cilegon juga akan meningkatkan tata kelola angkutan orang, barang dan khusus melalui manajemen rekayasa lalu lintas, pengembangan siste angkutan umum masal, serta pengembangan prasarana lalu lintas jalan, sebagaimana yang disebutkan oleh I2-8 yaitu:

“Kita kedepan ada transmart, Sistem Angkutan Umum Masal yang tidak bersinggungan dengan exsisting, angkot-angkot, liat kondisi social-ekonomi, nanti kita jalurnya lewat JLS (Jalan Lingkar Selatan) menuju ke Alun-alun Cilegon. Nanti kita sediakan Shultter Bus, nanti kita membagi kedalam 6 jurusan. Kita nanti membuat aplikasi yang bisa memesan Shullter Bus by mobile. Kita berorientasi kepada pelayanan kepada masyarakat, bukan profit oriented. Politik ekonomi harus di tunjang dengan adanya subsidi. Dulu kita mengenai Sistem Angkutan Umum Massal dengan sebutan WAP ( Wajib Angkut Penumpang) menggunakan pola-pola bus besar, sama konsepnya mengenai angkutan massal. Harus dilihat dari land news, tata guna lahan nya, sebab jaringan jalannya, sebaran pusat kegiatannya. Kalau mau menciptakan SAUM harus dilakukan peran pemerintah dengan cara subsidi. Seperti , Surabaya, bandung).

Hal serupa juga disampaikan oleh I4-1 yaitu:

“untuk Sistem Angkutan Umum Massal masih proses, semua kita proses dulu harus bisa bersabar, kita lihat dahulu peluang kedepan bagaimana, efektif atau tidak Karena memikirkan angkutan lain yang terlebih dahulu sudah beroperasi, jadi kita harus merencanakan hal ini matang-matang, Karena menyangkut pola hidup masyarakat.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon, hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.10 WIB)

Sebagaimana yang sudah disampaikan oleh narasumber I4-1 bahwasanya untuk program Sarana Angkutan Umum Massal harus dikaji terlebih dahulu,

Karena memang dalam segi perencanaannya masih dalam tahap pembentukan 127

halte dan jurusan yang akan dilalui oleh shuttle yang akan dioperasikan. Oleh sebab itu masyarakat diminta untuk sama-sama bekerjasama dalam hal ini, menyengkut pelayanan transportasi agar masyarakat terbiasa dengan inovasi baru yang diberikan oleh pemerintah atas dasar pelayanan publik supaya kegiatan transportasi masyarakat lebih teratur.

4.3.2.5 Smart Environment

Smart environment merupakan salah satu aspek smart city yang membahas kemajuan teknologi serta penggunaannya untuk melindungi dan memelihara lingkungan kota baik keamanan maupun alam. Dalam kenyataannya smart environment menuju kepada seberapa baik masyarakat mengelola lingkungan yang ada disekitar mereka dengan cara yang lebih bijak. Sehingga dalam kurun waktu yang relative lama tidak akan merubah proporsi sebuah alam kearah yang negative. Agar generasi masyarakat berikutnya bisa menikmati keindahan kota yang asri bebas dari segala hal-hal yang berbau negative.

Sesuai dengan potensi yang sudah disebutkan diawal, bahwa potensi yang sedang digencarkan yaitu Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang

Terbuka Non Hijau. Sebagaimana yang disebutkan oleh I2-3 yaitu:

“kita nanti ada program pembangunan pemukiman kumuh, kita tata supaya tidak kumuh. Ya kita buatkan jalan lingkungan, drainase lingkungan seperti itu, pembuatan taman-taman dan pot-pot dirumah- rumah untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang semula kumuh 128

menjadi tidak kumuh lagi, ini terkait dengan program KOTAKU “KOta TAnpa KUmuh” salah satu penunjang ya untuk smart city, kalau anggaran menyesuaikan dengan RPJMD kita, adi sudah terukut dan pasti dipenuhi, kalau sudah sesuai RPJMD ya janagan khawatir Karena memang di canangkan untuk 5 tahun ke depan seperti itu. Nanti tinggal dinas kominfo saja yang mengintegrasikan tiap SKPD untuk kearah smart city.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman di ruang kepala dinas perumahan dan permukiman hariRabu, 22 februari 2017 09.22 WIB)

Hal serupa juga dikatakan oleh narasumber I2-4 yaitu: “untuk peluang kita ke depan sudah ada ya, kedepan Karena memang kita banyak lahan yang belum terbangun, maka yang belum terbangun itu kita coba dirikan sebuah taman-taman untuk masyarakat. Sehingga ruang terbuka lebih banyak ditiap kecamatan. Tidak hanya itu saja, kami juga akan menertibkan daerah kumuh, Karena yang namanya dikampung pembangunan rumah tidak menggunakan jasa developer, sehingga jarak masih tidak teratur, nanti kita benahi lebih baik lagi.” (wawancara dengan kepala bidang perumahan dan permukiman di ruang kepala bidang perumahan dan permukiman Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14 WIB) Dari hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, bahwasanya untuk meningkatkan lingkungan yang pintar, maka dari hal yang terekecil dahulu yaitu menertibkan daerah yang kumuh. Jika semua sudah ditertibkan, maka bisa jadi masyarakat akan lebih menghargai lingkungan mereka yang baru. Sehingga, kemungkinan-kemungkinan terjadi hal-hal yang negative bisa ternetralisir Karena masyarakat sudah terbiasa hidup rapih dan asri.

Berbicara mengenai smart environment, ternyata bukan hanya mengenai lingkungan yang ditinggali oleh masyarakat saja. Akan tetapi hal tersebut harus diimbangi dengan teknologi yang mendukung. Sebagaimana yang dikatakan oleh

I1-1 yaitu:

“untuk kearah smart environment dengan mematuhi skema paperless, maka disini kami sudah memiliki aplikasi e-office. Jadi mengenai 129

email SKPD, kita sudah memiliki namun ada beberapa kendala Karena kita memang perpindahan OPD baru, sehingga email yang masih OPD lama akan di re-konfigurasi ulang. Karena hal tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit, jadi ke depan kita akan mere- konfigurasi ulang email yang sudah disimpan oleh tiap-tiap SKPD, sehingga kita akan kembali kepada skema smart environment.” (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB). Namun mengingat bahwasanya smart environment mengacu kepada teknologi, maka Kota Cilegon sudah berpeluang untuk membangun green building dimana teknologi yang sudah dimiliki Kota Cilegon yaitu solar cell, teknologi ini mengandalkan sistem surya, green building adalah bagaimana sebuah bangunan / kantor tidak mengandalkan sumber listrik manapun, tetapi hanya mengandalkan dari sistem teknologi yang sudah kita pakai. Sebagaimana yang disampaikan I1-1 yaitu:

“disepanjang jalan lingkar selatan Kota Cilegon, kita sudah menggunakan sistem solar cell, dimana bahan bakar hanya mengisi saat siang hari, Karena ada tenaga surya, tetapi saat malam hari juga kita harus bisa merecovery, agar saat malam tidak ada tenaga sury, sebuah bangunan tetap memiliki penerangan.” (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).

Dari hal yang sudah disampaikan oleh I1-1 yaitu bahwa Kota Cilegon sudah menerapkan teknologi solar cell, namun hanya ada beberapa titik. Belum secara keseluruhan. Sehingga untuk peluang kedepan, rupanya pemerintah Kota

Cilegon akan berupaya menerapkan teknologi tersebut ke berbagai titik tambahan yang dirasa memerlukan sistem teknologi tersebut.

Berdasarkan pemaparan dari kementerian perencanaan dan pembangunan nasional menyebutkan bahwa point pertama dalam agenda tujuan pembangunan 130

berkelanjutan yaitu menakhiri segala bentuk kemiskinan dimana-mana. Oleh

Karena itu pemaparan dari narasumber yang peneliti temui bahwa pembangunan kota tanpa kumuh termasuk kedalam perencanaan nasional untuk mengimplementasikan smart city.

4.3.2.6 Smart Living

Rasa nyaman yang dapat diperoleh masyarakat dengan adanya beberapa indikator yaitu seperti dalam sebuah kota harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti kesehatan, perumahan, aksesibilitas, persampahan, energi, keanekaragaman hayati, air, teknologi, dan transportasi. Rasa nyaman tentu saja harus didukung dengan adanya fasilitas yang dirasa sangat menyenangkan, sehingga manusia yang mendiami tempat tersebut memiliki rasa memiliki.

Tetapi hal tersebut tentu saja harus disertai dengan rasa memiliki yang tinggi sehingga kemungkinan-kemungkinan terburuk bisa dihilangkan. Seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu:

“pada indikator smart living, pemerintah sudah menyediakan berbagai fasilitas yang ada ya, seperti pembuatan taman (ruang) publik, ada 8 taman, di tiap-tiap kecamatan. Didalam ruang publik tersebut, kami lengkapi dengan sedikit sentuhan hiburan, seperti air mancur, lapangan basket, taman bunga, area bersepeda, wi-fi publik dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan pemerintah hanya untuk membuat masyarakat nyaman dan bahagia. (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB).

Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yaitu : “pemerintah Kota Cilegon sudah mengupayakan yang terbaik untuk masyarakatnya, terutama wi-fi diarea publik. Karena adanya fasilitas wi-fi gratis ini kami selaku masyarakat juga bisa mencari informasi ter-up to date. Sehingga masyarakat tertarik dan merasa nyaman. 131

Ditambah adanya fasilitas lain yang menunjang. Bisa jadi fasilitas tersebut digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul bersama rekan, sahabat dan sanak saudara.” (wawancara dengan staff PPID dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 13.340 WIB). Dari yang sudah disampaikan oleh dua narasumber diatas, bahwasanya secara tidak langsung pemerintah sudah mengupayakan yang terbaik untuk masyarakatnya, sehingga masyarakat akan hidup lebih nyaman, Karena memiliki fasilitas-fasilitas yang baru yang memiliki nilai guna dan ,anfaat yang positif bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

Namun disisi lain, pemerintah juga menghimbau agar masyarakat tidak terlena dengan berbagai kecanggihan teknologi masa kini, dikhawatirkan ada hal- hal yang menjadikan dampak buruk bagi penggunanya. Seperti apa yang disampaikan oleh I1-1 yaitu:

“karakter masyarakat setiap kota itu berbeda, sehingga kita tidak bisa langsung menjustifikasi karakter suatu masyarakat tersebut. Tiap daerah baik kota, kabupaten atau provinsi kita memiliki permasalahan yang unik, sehingga dalam hal ini Kota Cilegon yang notabene masyarakatnya yaitu masyarakat industri, jadi harus memaklumi kalau-kalau mereka cuek, Karena aktifitasnya monoton pagi-sore dikantor, tidak ada waktu untuk bersosialisasi, sehingga jika kita bisa bekerjasama, maka smart city kedepan bisa terwujud secara nyata. . (wawancara dengan kasie. Pelayanan e-government dinas komunikasi informastika sandi dan statistik hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB). Dari hal tersebut diatas bisa disimpulkan bahwasanya semua teknologi canggih tidak melulu memiliki dampak yang positif, kita harus juga memikirkan kemungkinan terburuknya, sehingga baik masyarakat maupun pemerintah bisa meminimalisisr adanya miss commmunication dalam langkah awal cilegon menuju smart city. 132

Dari hasil temuan dilapangan Faktor peluang (opportunities) Pemerintah

Kota Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memiliki perencanaan tata ruang dalam pembangunan, potensi wilayah industri yang dimiliki Kota Cilegon akan berdampak kepada perilaku masyarakat yang lebih individualis. Sehingga peran pemerintah dalam mensinergikan kerjasama dengan masyarakat harus diperhatikan. Sebab, menuju smart city bukan hanya kewajiban dari pemerintah kota saja, melainkan adanya dukungan dari masyarakat agar terciptanya sinergitas pembangunan cilegon smart city. peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat itu sendiri dengan cara memberdayakan dan juga banyak stakeholders yang bisa menjadi mitra seperti komunitas sosial, NGO, serta perusahaan. Pada era perkembangan teknologi ini perlu memanfaatkan berbagai media elektronik untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi secara kreatif dan masif.

4.3.3 Aspiration ( Aspirasi)

Aspiration memungkinkan dimana para anggota organisasi berbagi aspirasi dan merancang kondisi masa depan yang mereka impikan, yang dapat menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan baik terhadap diri sendiri, pekerjaan, departemen, maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi ini menjadi hal yang sangat penting guna menciptakan visi, misi serta nilai yang disepakati bersama, yang menjadi panduan bagi perjalanan organisasi menuju masa depan. Aspiration di butuhkan bagi suatu organisasi untuk bisa menjadi pedoman untuk mewujudkan apa yang diharapkan bersama dalam suatu lingkungan organisasi. 133

Terlebih dari hal itu, konsep smart city merupakan konsep yang melibatkan beberapa elemen yang kompleks. Smart City memiliki beberapa elemen penting didalamnya. Elemen tersebut meliputi infrastruktur, modal aset, perilaku, budaya, ekonomi, sosial, teknologi, politik dan lingkungan. Dengan kompleksnya suatu kota, maka setiap elemen tersebut diharapkan dapat terintegrasi dengan baik antara satu sama lain. Peran serta pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan akademisi, sangat diperlukan untuk mewujudkan Smart city.

4.3.3.1 Smart Economy

Berbagi aspirasi dalam internal organisasi sangat dibutuhkan, bagaimana tidak, dalam suatu organisasi akan berjalan baik dengan adanya musyawarah yang menghasilkan mufakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh I2-10 yaitu:

“Kita berniat untuk bisa jadi lebih mengedepankan dengan berbagai macam ikm untuk membangun supply and demand dilingkungan kota industri ini, dengan membangun rumah produksi misalnya. cara produksi seperti apa, lingkungan seperti apa untuk di sentra-sentara rumah produksi apakah sudah layak. Untuk penataan sentra-sentra juga harus perkelompok dan masih banyak yang harus dibenahi. (wawancara dengan kasie perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan hari Kamis,23 Feb 2017, pukul 09.10 WIB).

Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-10 yaitu bahwa aspirasi dari internal organisasi yaitu membangun supply and demand, agar masyarakat yang memiliki usaha kecil dan sebagainya. Agar mereka memahami apakah produk yang mereka hasilkan bisa dipasarkan dan apakah sudah layak atau tidak, dan penataan sentra-sentra yang akan dijalankan oleh masyarakat dan diawasi 134

oleh organisasi terkait agar perekonomian tumbuh dan berkembang sehingga meningkatkan PDRB Kota Cilegon.

Sedangkan untuk para pendiri ukm dan ikm yang sudah berjalan mereka juga tidak terlepas dari pandangan organisasi terkait. Oleh karena itu dengan didirikannya pusat klinik ukm di Kota Cilegon adalah untuk mewadahi masyarakat agar sharing informasi yang mereka butuhkan lebih tepat. Berikut pernyataan dari I3-1 yaitu:

“Bentuk aspirasi kita bermacam-macam ya, mulai dari para tenant (pemula ukm) kita sering sharing, apa saja yang di butuhkan untuk memulai usaha. Kita selalu berdiskusi bagaimana menciptakan kemasan yang menarik peminat, dan memiliki nilai jual yang sesuai dengan pasar.(wawancara dengan manager klinik ukm PIW KU Cilegon hari Jum’at,17 Maret 2017, pukul 08.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I3-1 yaitu bahwasanya aspirasi dari internal organisasi yaitu terkait dengan sharing information yang dibutuhkan oleh para tenant (pemula ukm). Bagaimana menciptakan sebuah produk yang bisa meningkatkan nilai jual dan menarik perhatian konsumen.

Sehingga sharing informasi ini bermanfaat terhadapa para pelaku ukm, menjadikan ukm berkembang merupakan tujuan awal mereka, sebab dari mulai perkembangan ukm maka secara tidak langsung mereka bisa mengembangkan perekonomian daerah.

Selain dari sarana ukm dan ikm, pemerintah Kota Cilegon juga menambahkan aspirasi pada internal organisasi untuk bekerjsama dengan pemilik sarana jaringan agar mereka bisa memanfaatkan fasilitas jaringan tersebut untuk 135

memasarkan produk-produk yang dihasilkan para ukm di Kota Cilegon, sebagaimana pernyataan narasumber I2-9 yaitu:

“Kita bekerjasama dengan PT. Telkom untuk membantu jaringan di kampung digital, kita sudah MoU, lalu juga untuk kemitraan kita sudah survey mereka membutuhkan apa saja untuk membantu mereka, produk apa saja yang bisa di supply kita sebagai ikm agar ekonomi tumbuh dan berkembang di masyarakat Kota Cilegon.” (wawancara dengan kabid perindustrian dinas perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan hari Kamis,23 Feb 2017, pukul 09.40 WIB).

Dari hasil wawancara dengan I2-9 Sebagai sarana penunjang dari smart economy, pemerintah juga menyediakan fasilitas berupa jaringan untuk masyarakat guna memasarkan produk-produk unggulan mereka agar dikenal masyarakat luar daerah, sehingga mereka menyebutnya dengan kampung digital, sehingga pemerintah menyediakan fasilitas tersebut untuk menunjang kearah smart city, khususnya untuk smart economy.

Pengembangan ekonomi di Kota Cilegon juga memberikan dampak yang positif bagi masyarakatnya. Sebab, dari fasilitas-fasilitas yang diberikan masyarakat juga antusias untuk menerimanya, sehingga pemikiran masyarakat lebih terbuka untuk sama-sama mengembangkan perekonomian daerah Kota

Cilegon.

4.3.3.2 Smart People

Smart People merupakan hal yang sangat dinantikan dalam sebuah kota cerdas. Dimana, kota cerdas bisa diungkapkan karena perilaku human nya yang cerdas. Sehingga dapat dikatakan suatu daerah tersebut cerdas karena memang masyarakatnya cerdas, bisa menerima inovasi yang ada dan terus berkembang. 136

Salah satu kriteria pengembangan wilayah bisa dilihat dari keadaan masyarkatanya, apakah ia bisa menerima perubahan kearah global, atau malah justru tertinggal. Oleh sebab itu dibutuhkan perlikau yang bijak untuk mengikuti kearah yang positif dari suatu perubahan globalisasi.

Arus globalisasi menuntut masyarakat untuk sama-sama membuka wawasan agar lebih terbuka. Tentu hal ini tidak jauh dari kebiasan masyarakatnya untuk membaca, karena membaca wawasan masyarakat lebih terbuka dalam menerima informasi dan inovasi, seperti yang disampaikan oleh I2-5 yaitu :

“Dengan adanya mobil keliling kita bisa menjangkau ke daerah-daerah yang belum bisa memungkinkan ke sini (perpus), permintaan juga lumayan, jadi kita bisa gentian untuk keliling, dengan adanya taman-taman kota yang sudah di buat oleh pemerintah, maka kita juga mau ke tempat publik seperti itu. Agar masyarakat bisa sambil bermain bisa beljar juga seperti itu. Bukunya juga macam-macam, pengetahuan umum, agar minat baca masyarakat meningkat, sehingga wawasan mereka lebih terbuka untuk menerima dan menciptakan inovasi baru. (wawancara dengan sekretaris dinas perpustakaan dan arsip daerah hari senin,20 Feb 2017, pukul 08.30 WIB).

Dari hasil wawancara dengan I2-5 Sebagai sarana penunjang dari smart people, pemerintah juga menyediakan fasilitas berupa perpustakaan keliling, agar masyarakat terutama yang masih usia produktif juga bisa tertarik untuk membaca, agar wawasannya semakin bertambah, dari aspirasi yang sudah dimusyawarahkan bersama, pemerintah juga memastikan agar disetiap taman bisa menyediakan sarana perpustakaan keliling agar masyarakat bisa membaca sambil bermain.

Hal tersebut juga disampaikan oleh I4-1 yaitu : “Kalau itu sifatnya kebijakan, Karena itu semua sudah ada pada RPJM maka semua elemen harus mendukung. Tidak boleh tidak mendukung, semua harus mendukung, Karena ini program dari kepala daerah. Kita sekarang sudah menyiapkan taman-taman publik 137

ya. Disitu bukan hanya menyediakan udara yang bersih, melainkan juga fasilitas wi-fi publik untuk mengakses internet untuk segala kebutuhan masyarakat dan sarana perpustakaan keliling atau y ataman bacaan lah ya, nah dari situ masyarakat mulai tertarik untuk membaca kan, sehingga secara tidak langsung tumbuhlah smart smart people yang baru, kalau sudah begitu, mudah sekali untuk kita menuju ke smart city.”(wawancara dengan wakil waliKota Cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB).

Menurut wawancara dengan narasumber I4-1 bahwa, tidak hanya fasilitas fisik saja yang disediakan oleh pemerintah, melainkan juga non-fisik seperti sarana internet gratis yang sudah disediakan di taman-taman yang mayoritas sudah dibangun oleh pemerintah Kota Cilegon. Hal tersebut juga disampaikan oleh I1-1 bahwa:

“guna nya ada sarana internet gratis adalah agar masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi secara cepat, sehingga segala bentuk ketidaktahuan bisa diakses saat itu juga, seperti pencarian referensi untuk para civitas akademika bisa dilakukan dimana saja terutama di titik-titik yang sudah kita sediakan”.(wawancara dengan kasie pelayanan egovernment dinas komunikasi dan informatika, sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin, 20 maret 2017, pukul 10.00 WIB)

Menurut hasil wawancara dengan I1-1 beliau menyatakan bahwasanya, smart people dapat dikatakan sebagai tujuan utama yang harus dipenuhi didalam mewujudkan smart city, pada bagian dimensi ini dibutuhkan kreativitas pada diri manusia dalam memanfaatkan sistem teknologi informasi terutama dalam ruang lingkup perguruan tinggi.

Pemanfaatan sistem informasi serta sarana dan prasarana yang sudah disediakan oleh pemerintah Kota Cilegon wajib dijaga dan dipelihara Karena hal tersebut bisa jadi modal social dalam pengimplementasian teknologi informasi 138

dimasyarakat serta penghapusan digital divide dan knowledge divide yang berdampak pada peningkatan kualitas SDM.

4.3.3.3 Smart Governance

Smart governance merupkan bagian atau dimensi dari smart city yang mengkhusukan kepada tata kelola pemerintahan, smart governance meliputi segala syarat, kriteria dan tujuan untuk proses pemberdayaan dan partisipasi dari masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama. Adaya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan smat governance.

Mengingat bahwa Smart City membutuhkan elemen yang kompleks, maka secara tidak langsung pemerintah Kota Cilegon itu sendiri membutuhkan motivasi dan dorongan dari berbagai pihak yang terlebih dahulu menerapkan smart city, sebagaimana yang disampaikan oleh I2-7 yaitu:

“Kita ada di BAPPEDA, memiliki bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Litbang itu sendiri memiliki tugas dan fungsi untuk meneliti dan mengembangkan salah satu program unggulan pemerintah yaitu smart city, dan hingga saat ini, bidang litbang sudah mengkaji apakah kita ada kerjasama dengan pemkot bandung atau pun pemkot lainnya yang sudah dulu menerapkan, maka kita kaji terlebih dahulu hingga matang.” (Wawancara dengan Kasubag Program dan Evaluasi di Kantor BAPPEDA Kota Cilegon Kamis, 23 feb 2017 pukul 15.10 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I2-7 diatas bahwasanya konsep smart city memerlukan berbagai macam perencanaan yang matang, baik dari ruang lingkup pemerintah itu sendiri maupun masyarakat dengan melibatkan partisipasi aktif seperti musrenbang dan sebagainya. Pemerintah Kota Cilegon ini sendiri dalam menuju smart city rupanya telah mempersiapkan berbagai 139

perencanaan yang memungkinkan bisa meningkatkan strategi yang akan diimplementasikan oleh pemerintah dengan terbentuknya bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu strategi juga untuk mengimplementasikan salah satu program prioritas pemerintah yaitu Cilegon Smart City. Sebagaimana yang disampaikan oleh I4-2 yaitu:

“Kita semua anggota dewan mendukung kegiatan dan rencana yang diberikan oleh pimpinan Kota Cilegon, kemarin kita sama-sama melakukan kunjungan ke

PT. Telkom untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan Kota Cilegon mengenai jaringan untuk mendukung kelangsungan Program Cilegon Smart City.”

(Wawancara dengan I4-2 di Kantor Ketua DPRD Cilegon Hari Senin, 12 Juni

2017)

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan prinsip-prinsip pemerintah yang baik dengan menerapkan asas kefektifan dari fungsi-fungsi pemerintah itu sendiri. Pelayanan Publik yang di lakukan oleh Pemerintah secara efektif dapat memperdalam kepercayaan pada pemerintahan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh I4-1 yaitu:

“berpedoman kepada undang-undang yang sudah ada, kita dalam menjalankan keefektifan pelayanan publik kita sudah memiliki aplikasi untuk membayar pajak, bayar pajak diKota Cilegon sudah bisa dari mana saja, kalau menurut pertimbangan kita sudah ada dari aspirasi beberapa SKPD juga sudah disiapkan Misalnya untuk pembayaran non-tunai itu sudah bagus sekali. Kita nanti bekerja sama dengan bank BNI untuk membuat seperti di kementrian social, untuk kartu yang diberikan kepada RTS (Rumah Tangga Sasaran) nanti bentuknya non-tunai semua, itu cita-cita ya, dinas sosial kita sudah bekerja sama dengan BNI.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon dikantor walikota Kota Cilegon hari selasa, 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB) 140

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber I4-1 yaitu bahwa berdasarkan beberapa aspirasi dari tiap-tiap internal organisasi sampailah kepada tahap sejauh ini, dengan menetapkan berbagai aplikasi yang sudah dicanangkan untuk membuat pelayanan mudah dan cepat. Sehingga asas-asas efektif dan efisien dalam asas good governance bisa diterapkan. Adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat diharapkan dapat mewujudkan tata kelola dan jalannya pemerintahan yang brsih, jujur dan adil dan berdemokrasi serta kualitas dan kuantitas layanan publik yang baik.

4.3.3.4 Smart Mobility

Smart mobility merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang mengkhususkan pada trasnportasi dan mobilitas masyarakat. Pada smart mobility ini terdapat proses transportasi (transport) dan mobilitas (mobility) yang smart, sehingga diharapkan terciptanya layanan publik untuk transportasi dan mobilitas yang lebih baik serta menghapus permasalahan umum dijalan transportasi, misalkan macet pelanggaran lalu lintas, polusi dan lain-lain.

Berdasarkan indikasi rencana program pembangunan serta isu strategis, visi dan misi RPJMD 2016-2021 terdapat suatu kegiatan yang mengarah kepada smart mobility yaitu pelayanan sistem angkutan umum massal (SAUM) yang merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan moda transportasi publik yang 141

murah, aman dan nyaman. Ditahun 2017 ini SAUM akan diuji cobakan dijalur anyer-seruni melalui jalur jalan lingkar selatan, yang diimplementasikan melalui penyiapan armada, pembangunan shelter, penyiapan regulasi dan tata kelola serta sosialisasi program. rute SAUM lainnya adalah melalui jalur jalan lingkar utara, yang ditargetkan akan beroperasi setelah terbangunnya Jalan Lingkar Utara.

Namun disamping itu juga, rupanya dibutuhkan semacam reward dari pemerintah kepada internal organisasi, karena tuntutan teknologi masa kini menuntut para individu dalam suatu organisasi memiliki semacam smartphone untuk memperoleh akses aplikasi dalam menjalankan smart mobility, sebagaimana yang disampaikan oleh I2-8 yaitu:

“Kalau mengenai aspirasi kita membutuhkan semacam reward, Karena memang mau tidak mau kita harus memiliki sebuah teknologi smartphone yang bisa memuat aplikasi-aplikasi guna menunjang terbentuknya smart city, Karena memang di organisasi sekarang sistem nya kita otonomi, bukan sentralisasi lagi. Jadi kewenangan kita berbasiskan kepada pemerintah Kota Cilegon. (Wawancara dengan kabid. Pelayanan dinas perhubungan Kota Cilegon hari jumat 24 februari 2017 pukul 08.30 WIB)

Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-8 yaitu bahwa para anggota internal organisasi membutuhkan teknologi smartphone yang bisa memuat aplikasi-aplikasi guna menunjang terbentuknya smart city. Begitu juga yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:

“kalau orang-orangnya sudah memiliki teknologi untuk mempermudah smart city, maka secara tidak langsung aplikasi- aplikasi apapun bisa dijalankan, terutama untuk memesan shulter bus, jadwal emberangkatan dan sebagainya untuk kearah smart mobility itu”. . (Wawancara dengan wakil walikota cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB)

142

Berdasarkan hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, bahwasanya dalam menuju smart mobility, maka dari internal organisasi sendiri harus memiliki teknologi serupa untuk bisa mengandalkan kecanggihan teknologi. Ada beberapa kriteria untuk menuju kearah smart mobility, yang umumnya diimplementasikan kedalam ITS (Intelligent Transport System). contohnya beberapa kriteria itu seperti adanya pengelolaan traffic dijalan raya , adanya pengelolaan informasi travel/paket perjalanan, adanya sistem pintar berbasiskan computer dan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyajikan informasi keada masyaraat terkait pelayanan publik. Namun disisi lain, untuk kearah smart mobility di Kota Cilegon belum memiliki kriteria-kriteria tersebut. Sehingga banyak aspirasi yang harus dikaji ulang oleh pemerintah Kota Cilegon.

4.3.3.5 Smart Environment

Smart environment merupakan bagian atau dimensi pada smart city yang mengkhususkan kepada bagaimana menciptakan lingkungan yang pntar (smart).

Kriteria penilaian disini mencakup kelangsungan pengelolaan sumber daya

(resource) yang lebih baik. Untuk mewujudkan smart environment, perlu adanya beragam terapan aplikasi dan computer dalam bentuk database system dan beragam teknologi lainnya yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan manusia itu sendiri.

Namun didalam sebuah lingkungan yang pintar, diwajibkan adanya

sebuah aspirasi langsung dari masyarakat, seperti yang disampaikan oleh I2-4 yaitu: 143

“Kalau aspirasi yaa, kita untuk semua program kan kita ada top- down dan button-up, aspirasi dari kita ini yang top-down bagaimana kacamata kita untuk membangun cilegon smart city, kalau button up bisa saja dari masyarakat seperti misalnya kita memerlukan dan membutuhkan perpustakaan, wi-fi publik itu yang kita selalu buka mekanisme tersebut tiap tahun melalui musrenbang musyawarah kelurahan, kecamatan dan kota, disitulah sebetulnya aspirasi masyarakat dilibatkan.” (Wawancara dengan kabid. Perumahan dan permukiman kota cilegon di kantor perumahan dan permukiman hari Rabu 22 februari 2017 pukul 10.14 WIB).

Menurut hasil wawancara dengan narasumber I2-4 bahwasanya dalam aspirasi dibutuhkan skema top-down dan button-up sehingga melalui implementasi Smart City dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan akan menciptakan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh I2-3 yaitu:

“Karena dari mulai perencanaan kemudian pelaksanaan pengawasan itu juga yang menjadi aspirasi dan partisipasi aktif bentuknya seperti musrenbang dan sebagainya, dalam hal perencanaan sudah dibuat dokumen-dokumen perencanaannya, kalau untuk pelaksanaan kita sudah ada tender dan sebagainya, pengawasan, nanti kita berjalan sesuai dengan pelaksanaannya”. (Wawancara dengan Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman di ruang kantor dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon di Kamis, Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22 WIB) Dari hasil wawancara dari dua narasumber diatas, bahwasanya untuk mengelola lingkungan yang pintar diharapkan aspirasi dari perwakilan masyrakat agr terbentuknya smart environment cepat terlaksana. Jika semua sudah terlaksana maka akan diadakannya pengawasan setelah pengimplementasian itu berjalan.

Akan tetapi bukan hanya dari segi aspirasi masyarakat saja yang dibutuhkan, melainkan kesadaran dan dukungan dari masyarakat juga, 144

dikarenakan saat ini pemerintah sudah menerapkan green building namun hanya dibeberapa titik saja.

4.3.3.6 Smart Living

Smart Living mengedepankan aspek yang membuat masyarakat menjadi nyaman untuk meninggali sebuah kota. Dimana rasa aman dan nyaman itu tercipta karena banyaknya fasilitas dan sarana prasarana pendukung disebuah kota yang bisa meningkatkan daya tarik masyarakat tersebut. Dikota-kota besar secara otomatisasi memiliki beberapa fasilitas yang membuat masayarakat merasanyaman tinggal dikota tersebut.

Salah satu sistem yang biasa digunakan oleh kota-kota besar di indonesia untuk mengukur sejauh mana rasa nyaman masyarakat yang mendiami suatu kota itu yaitu IKM (Indeks Kebahagiaan Masyarakat). aspirasi-aspirasi dari internal organisasi pun berdatangan pada tiap kota yang baru akan mengimplementasikan smart city, seperti yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:

“kalau untuk indeks kebahagiaan masyarakat, jika nanti selama tujuan akhirnya positif, maka kita akan mencoba mengembangkan konsep tersebut, lebih menekankan kepada seberapa besar kenyamanan diKota Cilegon, sejauh mana kota industri dibilang nyaman (wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas kominfo, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Hari Senin 20 Maret 2017 Pukul 10.00 WIB)

Hal serupa juga dikatakan oleh I1-2 yaitu:

“sama seperti kota bandung ya, sudah dengar juga kalau ada indeks kebahagiaan masyarakat, bahwa memang dari segi pemerintah dan pelayana publik bisa tau seberapa besar masyarakat merasa bahagia tinggal di kota industri yang notabene masyarakatnya sebagai masyarakat industri.” (wawancara dengan staff PPID Dinas kominfo 145

sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin 20 maret 2017 pukul 14.26) Menurut hasil wawancara dengan narasumber tersebut bahwa dalam kurun waktu yang singkat setelah ditetapkannya Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun

2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik yaitu Kota

Cilegon sedang gencar menyiapkan aplikasi-aplikasi yang kemudian digunakan oleh berbagai SKPD yang berada dalam ruang lingkup pemerintah Kota Cilegon.

Misalnya aplikasi yang digunakan untuk masyarakat, rupanya pemerintah Kota

Cilegon sudah menyadari akan hal itu, terutama untuk mengukur sejauh mana masyarakat Kota Cilegon merasa nyaman dan bahagia tinggal di kota industri ini.

Karena tergolong masih muda dalam mengimplementasikan smart city, sejauh ini pemerintah Kota Cilegon sudah menyikapi isu-isu pembangunan dalam rangka menuju cilegon smart city. Salah satu indikasi pembangunan yang akan dibuat menurut data RPJMD 2016-2021 yaitu perwujudan smart city. Smart living sebagai salah satu indikator dari smart city rupanya menjadi hal yang penting juga karena menyangkut kehidupan yang layak dalam arti sempit memberikan rasa nyaman kepada para masyarakatnya. Seperti yang di sampaikan oleh I2-4 yaitu”

“Smart Living diKota Cilegon memang tergolong masih baru ya, Karena memang kita baru menyediakan berbagai sarana yang menunjang, dahulu waktu belum ada taman-taman yang tersedia di tiap kecamatan, anak-anak remaja biasa berkumpul di jl. Bonakarta, mereka anak-anak muda anak ABG berkumpul disitu, tetapi setelah kita sediakan itu mereka bisa berkumpul ditempat yang lebih nyaman, dengan pemandangan kota yang lebih rapih, dan ditempat yang lumayan ramai pengunjung, sehingga mereka bisa menjadi tempat berkumpul bersama dan tempat pertemuan kawan-kawan lama misalnya. ”(wawancara dengan kabid perumahan dan permukiman dinas perumahan dan permukiman hari rabu 22 feb 2017 pukul 10.14) 146

Adanya fasilitas taman dan ruang publik memberikan sentuhan kenyamanan bagi para pelajar. Hal ini Karena mereka memiliki ruang untuk berdiskusi dan menjadi tempat untuk berkumpul bersama rekan-rekan dengan fasilitas internet gratis didalamnya. Walau sarana internet gratis tersebut belum lancar, tetapi disatu sisi pemerintah Kota Cilegon sudah menyediakan sarana tersebut bagi kelangsungan kegiatan pembelajaran masyarakat.

Faktor Aspirasi (Aspiration) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon

Smart City diantaranya adalah dari tiap-tiap internal organisasi berbagi aspirasi untuk merancang kondisi masa depan Kota Cilegon menuju smart city yang mereka impikan, menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap disi sendiri, pekerjaan maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi merupakan tugas utama mereka dalam menjalankan roda organisasi. Dimana pemerintah Kota Cilegon saling mengaspirasikan bagaimana caranya mewujudkan cilegon smart city dengan cara meningkatkan sarana edukasi via teknologi dan informasi, pengintegrasian Local Area Network dan Metropolitan

Area Network, Mengajak peran serta masyarakat untuk sama-sama mengembangkan smart city serta mengembangkan kapasitas dan kualitas SDM pada internal organisasi pemerintah Kota Cilegon.

4.3.4 Result (Hasil)

Results Berarti menentukan ukuran dari hasil-hasil yang ingin dicapai

(measurable results) dalam perencanaan strategis, guna mengetahui sejauh mana 147

pencapaian dari tujuan yang telah disepakati bersama. Agar para anggota organisasi merasa termotivasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan ini, maka perlu dirancang sistem pengakuan (recognition) dan reward yang menarik.

Perwujudan smart city merupakan komitmen pemerintah sekaligus menjawab tantangan globalisasi dimana faktor kemudahan, kenyamanan, efektifitas dan efisiensi menjadi faktor utama dalam keberhasilan penyelenggaraan pemerintah. Hal ini diimplementasikan melalui pembangunan integrated control city system, penempatan smart wifi pada area publik, serta optimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronil (e-government), sebagai langkah awal menuju Cilegon Smart City yang terintegrasi dan terpadu.

4.3.4.1 Smart Economy

Perkembangan suatu daerah bisa dilihat dari tingkat perekonomian suatu wilayah tersebut. Dalam konteks pembangunan suatu daerah semua berasaskan pada tingkat perekonomian dari daerah tersebut. Jadi secara otomatis, perwujudan smart city juga harus diimbangi dengan keberadaan ekonomi yang memadai.

Terlebih lagi economi merupakan salah satu unsur penunjang kehidupan bagi masyarakat yang mendiami suatu kota bahkan daerah. 148

Pada tiap-tiap daerah tentu memiliki berbagai macam cara dan upaya untuk memajukan perekonomian suatu daerah. Terlebih lagi jika salah satu daerah tersebut memiliki sebuah ikon. Sama seperti Kota Cilegon yang memiliki ikon sebagai kota industri pasti memiliki cara tersendiri untuk menyikapi hal tersebut. Berikut merupakan hasil wawancara dengan salah satu narasumber, menurut I2-10 mengatakan bahwa :

“untuk hasil kita selama membangun perekonomian daerah menuju ke smart economy kita menerapkan pelatihan-pelatihan seperti itu, melalui proses pengolahan. Seperti dari barang baku – setengah jadi – barang jadi. Kita pelatihan itu lewat dari balai besar dibawah kementrian perindustrian. Seperti yang sudah kita datangi itu balai keramik di bandung, balai agro di bogor, balai logam di bandung,balai besar kimia dan kemasan juga sudah kita datangi demi masyarakat yang terampil , lalu juga kerajinan dan batik di yogya. Mengapa kita menempatkan pelatihan di balai? Ya Karena Balai lebih kompeten jadi kita bawa ke balai, balai itu semua sudah sesuai standar nasional Indonesia. Dan kita pun mengharapakan progres ke arah sana. Seperti AMDK air minum dalam kemasan harus SNI Standar Nasional Indonesia. Bentuk SNI ada macam, yaitu sukarela dan wajib. Kalau seperti air minum harus SNI. Karena menyangkut kesehatan masyarakat, lampu pijar juga kita harus SNI, untuk mainan anak misalnya. Sejauh ini kita sudah bekerja sama dengan MUI untuk palabelan halal makanan kalau untuk uji simpan dengan balai besar kemasan dan kimia juga untuk umur simpan. (wawancara dengan kasie. Perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon hari kamis 23 februari 2017 pukul 09.10 WIB

Hal serupa juga dikatakan I2-9 bahwa :

“Kita sudah menerapkan beberapa pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan keterampilan kelompok ikm, agar lebih berkualitas tentunya dengan dilakukan di balai seperti itu nanti standar nya lebih baik lagi. Tentunya dengan memnuhi pangsa pasar seperti apa dan bagaimana. Kita lebih ke proses agar kelompok masyarakat pemilik ikm mengetahui dan memahami bagaimana ber proses yang baik dan benar dalam memproduksi suatu barang.(wawancara dengan kepala bidang perindustrian dinas perindustrian dan perdagangan Kota Cilegon 23 februari 2017 pukul 09.40 WIB) 149

Menurut hasil wawancara dengan dua narasumber diatas bahwasanya dalam menerapkan ekonomi yang pintar, dibutuhkan pelatihan-pelatihan yang menunjang keterampilan dari masyarakat setempat. Terlebih jika hal itu menjadi suatu keahlian, maka merupakan nilai yang positif dari masyarakat tersebut,

Karena berhasil mengambil nilai positif dari apa yang sudah diajarkan pada pelatihan-pelatihan yang sudah difasilitasi oleh pemerintah Kota Cilegon.

Masyarakat dituntut untuk berfikir secara mengglobal, bahwa jangan melulu kita jadikan diri kita sebagai konsumen, melainkan menjadi produsen yang siap mengekspor produk yang kita miliki agar ekonomi menjadi berkembang, seperti yang diungkapkan oleh narasumber I3-1 yaitu sebagai berikut:

“Hasil yang sudah kita dapatkan sejauh ini untuk mengarah ke smart economy sudah berjalan sedikit demi sedikit. Karena kita juga masih dalam proses kearah sana ya, masih mengajak masyarakat untuk berfikir bahwa kita harus bisa mengembangkan perekonomian daerah, tidak hanya mengandalkan sebagai konsumen, tetapi juga berfikir bagaimana kita menjadi produsen. Lebih baik lagi jika kita bisa mengenalkan produk kita ke luar daerah tempat tinggal kita.” (wawancara dengan manager klinik ukm piw ku Kota Cilegon hari jumat 17 maret 2017 pukul 08.30 WIB)

Hasil yang bisa di pahami dari wawancara dengan narasumber I3-1 adalah smart economy sudah berjalan diKota Cilegon, berkat adanya kemauan dari masayrakat untuk mengubah mind-set dari konsumen menjadi produsen.

Sehingga dalam hal ini, keterampilan masyarakat dalam memberikan inovasi sangat dibutuhkan.

4.3.4.2 Smart People 150

Smart People berbicara mengenai masyarakat yang terbuka wawasannya, pengalaman dan juga motivasi untuk kearah yang lebih baik. Seseorang akan lebih berhasil atau sukses jika pengalaman atau motivasi hidupnya beraneka

ragam. Seperti yang disampaikan oleh narasumber I2-5 yaitu :

“Selama ini kita sudah mengadakan lomba-lomba di tingkat sekolah, sehingga guru, bisa menghimbau kepada murid-murid untuk ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Karena dari lomba-lomba seperti itu membuktikan kualitas dari siswi tersebut. Dengan cara mendongeng pasti kita secara tidak langsung menuntut ibu dan anak untuk gemar membaca seperti itu. Setuju sekali dengan adanya program Smart City di Kota Cilegon Karena dengan seperti itu masyarakat jadi lebih terbua ke hal yang positif dan bisa mengembangkan dirinya dengan tidak membatasi ruang lingkup nya hanya di daerah cilegon saja, jadi harus lebih mengglobal seperti itu.” (wawancara dengan sekretaris dinas Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Cilegon hari senin 20 februari 17 pukul 08.30 WIB).

Sebagaimana hasil dari wawancara oleh narasumber I2-5 tersebut bahwasanya para siswa/I dilatih sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam rangka menuju smart people. Rupanya hal tersebut juga dibenarkan oleh

narasumber I1-2 yaitu :

“sejauh ini smart people bisa diimbangi dengan adanya taman-taman baca di sekitar masyarakat, sehingga mereka bisa mengajarkan banyak hal kepada anak-anak sejak dini, generasi perlu diperbaharui, sehingga kreatifitas dan inovasi dibutuhkan.” (wawancara dengan staff PPID Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statitstik Kota Cilegon Hari Senin, 20 Maret 2017 Pukul 14.26 WIB). Berbicara mengenai smart people, perlu dilakukan sejak dini.

Mengenalkan hal-hal yang baru demi untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas masyarakat dalam rangka menuju cilegon smart city. Namun dalam waktu yang sempit ini justru kita harus membenahi dari ruang lingkup internal organisasi terlebih dahulu, sebab dari ruang lingkup pemerintah lah yang memiliki 151

kewenangan sebagai alat ukur cerdas atau tidaknya masyarakat Kota Cilegon.

Seperti yang disampaikan oleh narasumber I1-1 yaitu:

“smart people dibangun dari tiap-tiap internal organisasi, mengacu kepada RPJMD kita, kita harus menyelaraskan apa yang sudah kita rencanakan. Thas sein thas sollen, sehingga kedepannya kita tidak kesulitan, Karena kita membangunnya dari dalam dulu, sehingga hasil sampai saat ini kita masih memperbaiki people-people dari dalam agar lebih smart.” (Wawancara dengan kasie pelayanan e- government Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statitstik Kota Cilegon Hari Senin, 20 Maret 2017 Pukul 10.00 WIB)

Dari hasil wawancara dengan narasumber I1-1 diatas, bahwasanya pemerintah Kota Cilegon perlu membenahi smart people dari dalam internal organisasi terlebih dahulu, sebab pemerintah Kota Cilegon menyelaraskan dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Tujuan diadakannya pembenahan smart people adalah agar masyarakat memiliki acuan atau bahkan pedoman standarisasi ukuran untuk masyarakat yang smart yang berwawasan luas dan terbuka.

4.3.4.3 Smart Governance

Selain peningkatan layanan yang lebih efektif dan efisien perwujudan cilegon smart city juga akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas daerah dan daya saing daerah. Seperti yang di sampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai berikut: 152

“Yang sudah kita dapatkan ya untuk pemerintah sendiri sudah menerapkan beberapa system, simda, asset, ya sudah di integrasi seperti aplikasi seperti penghargaan pembayaran pajak, Kota Cilegon sudah mendapatkan peringkat untuk pengelolaan pajak pada tahun 2015, contohnya pembayaran pajak di Kota Cilegon sudah bisa di check dan dilakukan dari seluruh Indonesia. Secara otomatis PAD kita meningkat, tagihan mereka by mobile, realisasi pendapatan bertambah. Termasuk kenaikan pangkat otomatis sudah on-line, tapi memang belum terintegrasi. Nanti kita juga akan menerapkan sidik jari yang langsung terintegrasi ke ruang walikota, kita sudah membuat LAN (Local Area Network) nya dan WAN (Wide Area Network) nya juga. Tinggal kita untuk taman-taman itu yang belum dikasih hotspot Karena tamannya masih baru, nanti kita kasih juga untuk memfasilitasi masyarakat.” (Wawancara dengan Wakil WaliKota Cilegon di ruang Wakil WaliKota Cilegon Selasa, 14 Mar 2017 pukul 13.13 WIB)

Dari hasil wawancara dengan I4-1 diatas yaitu bahwasanya Kota Cilegon sudah memiliki beberapa aplikasi yang sudah digunakan dan dikembangkan sampai saat ini. Selain itu juga berkat aplikasi yang digunakan, Kota Cilegon pernah meraih penghargaan untuk pengelolaan pajak pada tahun 2015, sehingga kedepannya Kota Cilegon akan lebih mengembangkan berbagai aplikasi lain yang sudah saling ter-integrasi agar semua data dan informasi bisa disebarkan dengan mudah serta efektif dan efisien.

Selain dari beberapa aplikasi yang sudah disebutkan oleh narasumber sebelumnya, rupanya Kota Cilegon juga sedang mengembangkan aplikasi yang sedang dipersiapkan untuk hal perizinan secara online, sebagaimana disampaikan oleh I2-6 yaitu :

“ya untuk mempermudah perizinan masyarakat, lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat atas informasi apa yang dibutuhkan masyarakat. Kalau keluhan ada seperti waktu proses peizinan mengenai persyaratan, bilang rumit, itu sesuai SOP, perizinan lama ternyata setelah kita tracking penyebabnya dari mereka banyak kesalahan atau perubahan yang harus ditindak lanjuti dari hasil temuan-temuan kita dilapangan, kita 153

bisa proses perizinan itu setelah semua persyaratannya di nyatakan lengkap dan benar, yang lengkap kan belum tentu benar. Kalau benar sudah pasti lengkap.”(Wawancara dengan Kasie promosi Dinas DPMPTSP Kota Cilegon ,Jum’at 24 Feb 2017 pukul 10.00 WIB)

Dari hasil yang sudah disebutkan narasumber I2-6 maka untuk menjadikan tata kelola pemerintahan yang baik, maka diperlukan suatu sistem untuk mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat. Agar pelayanan kepada masyarakat tidak terlalu rumit, maka dibutuhkan sistem yang terintegrasi tiap

SKPD Kota Cilegon.

Selain dari sistem pelayanan, maka pemerintah Kota Cilegon juga menggaet kerjasama dengan beberapa pemerintah kota lain untuk sama-sama mengembangkan konsep smart city, sebagaimana dengan narasumber I2-7 yaitu:

“Sejauh ini hasilnya di angka 2016 kemarin dimana UPT e-government sudah menerapkan pemasangan internet di tiap SKPD yang terhubung dengan server kita, aplikasi juga sudah ada dan digunakan oleh seluruh dinas, kemudian wifi diruang publik itu sama terkait ukm yaitu kerjasama dengan Broadband Social Corporate, terakhir mou dngn kota Tangerang bagaimana Kota Cilegon memiliki suatu data center yaitu integrated city control, traffic juga dan sebagainya. (wawancara dengan kasubag program dan evaluasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Cilegon di Kantor BAPPEDA Kota Cilegon Hari Kamis,23 Feb 2017 pukul 15.10 WIB)

Dari hasil wawancara dengan narasumber I2-7 yaitu dibutuhkannya kerjasama dengan pemerintah dari kota yang sudah sama-sama mengimplementasi kan smart city dikota tersebut. Hal ini untuk mempermudah sharing information dari antar ruang lingkup pemerintah sebagai salah satu penerapan dari sistem e-government yaitu Government to Government (G to G).

Selain dari tata kelola pemerintahan yang baik, menjalin kerjasama dengan pemerintah kota yang lain rupanya pemerintah Kota Cilegon juga sedang 154

mengkaji ulang beberapa hal yang bisa dianggap pedoman untuk menjadi pedoman pada pembentukan smart city. Sebagaimana hasil wawancara dengan narasumber I1-1 yaitu:

“mengenai blue print (pedoman arsitektur) kita memang belum sejauh itu, kita masih membedah RPJMD Kota Cilegon periode 2016- 2021 dimana program prioritas pak wali yaitu perwujudan smart city ada didalamnya. Kita sampai saat ini masih berpacu dengan perwal no 106 tahun 2016 tentang penyelenggaraan pemerintah berbasis elektronik, sehingga sampai saat ini kita masih berproses pembuatan blueprint smart city, karena sejauh ini yang ada baru blueprint e- government saja, smart city kita masihmengkaji terus ((wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas komunikasi dan informatika, sandi dan statistik Kota Cilegon Hari senin,20 maret 2017 pukul 10.00 WIB)

Dari hasil wawancara I1-1 yaitu bahwasanya dalam membuat pedoman arsitektur kota (blue print) maka pemerintah kota harus membedah RPJMD Kota

Cilegon, dengan berlandaskan pada visi misi yang sudah tersedia didalam

RPJMD tersebut.

Namun hasil yang terlaksana oleh Kamar Dagang dan Industri Kota

Cilegon menyatakan bahwasanya :

“kegiatan sementara masih manual, tetapi semua berdasarkan prosedur yang kita buat. Seperti jargon ulangtahun kota cilegon yaitu cilegon smart city, yang terpenting kita tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia nya dahulu, lalu infrastruktur yang memadai serta sarana prasarana yang menunjang.” (wawancara dengan I3-2 dengan Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Kota Cilegon di Kantor Kamar Dagang dan Industri Kota Cilegon Hari Selasa Tanggal 13 Juni 2017) 4.3.4.4 Smart Mobility Smart mobility berperan terhadap kelangsungan transportasi masyarakat dalam suatu kota. Bekerjasama dengan leading sector sangat dibutuhkan, Karena dalam hal ini 155

integrasi dari berbagai organisasi sangat dibutuhkan, agar tidak adanya miss communication antar ruang lingkup pemerintah Kota Cilegon. Sebagaimana disampaikan oleh narasumber I2-8 yang mengatakan bahwa :

“Selama ini kita baru menegakkan e-tilang, kita bekerjasama dengan kepolisian, mereka punya program nya, kita log-in disana. Ini bisa manual dan electronic, namun sekarang sudah elektronik. Kita tinggal foto, lalu kirim ke aplikasi nya, tinggal si tersangka membayar ke bank sejumlah uang yang di tuntut, selama ini sudah berjalan. Untuk KIR kita masih manual KIR merupakan Kelayakan kendaraan, seperti angkot, bus dan truck. Itu wajib uji, yaitu angkutan umum dan barang, diindonesi masih sebatas itu. Tapi untuk pelayanan kita masih belum smart city, tapi kedepannya kita akan membuat suatu aplikasi untuk menunjang kepada Smart City berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dasar hukumnya. Untuk masalah CCTV, kami baru menerapkan di Terminal Terpadu Merak (TTM) bagaimana caranya kita mengawasi penumpang-penumpang dari ASDP ke Dinas Perhubungan”. (Wawancara dengan Kabid Pelayanan Dinas Perhubungan Kota Cilegon Hari jumat 24 februari 2017 pukul 08.30 WIB)

Hasil dari wawancara dengan narasumber I2-8 diatas bahwasanya untuk meningkatkan sistem pelayanan maka harus bekerja sama dengan leading sector yang bersangkutan, sebab hal itu akan meminimalkan miss communication diantara ruang lingkup SKPD di Kota Cilegon.

Berbeda dengan pelayanan, pemerintah Kota Cilegon sendiri sudah memantau sejauh mana perkembangan untuk mengimplementasikan salah satu indikasi dari perencanaan pembangunan yang sudah tercantum dalam RPJMD

2016-2021 yaitu menurut I4-1 mengatakan sebagai berikut:

“sampai saat ini kita sudah pembebasan lahan, pembangunan jalan lingkar utara, untuk jalur sistem angkutan umum massal, lalu juga untuk penganggaran pengadaan armada sudah selesai tahun ini, tinggal nanti pengimplementasian nya saja.” (wawancara dengan wakil waliKota Cilegon hari selasa 14 maret 2017 pukul 13.13 WIB). Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber diatas, bahwa hasil sementara untuk peningkatan layanan transportasi jalur darat, pemerintah Kota 156

Cilegon sudah melakukan sejauh pembebasan lahan dan penganggaran pengadaan armada, namun disisi lain tentu hal itu tidak terlepas dari perencanaan yang sudah dibuat oleh pemerintah Kota Cilegon.

4.3.4.5 Smart Environment

Smart environment mengajarkan kita bahwa dalam suatu kota yang smart juga harus didukung oleh lingkungan yang pintar. Oleh sebab itu peran dari pemerintah maupun masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini. Integrasi dari unit-unit pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk hasil yang lebih nyata. Berikut

pernyataan narasumber I2-3 yaitu :

“Karena kita merupakan SKPD baru gabungan dari beberapa SKPD, jadi ya kita memakai hasil yang SKPD lalu yaitu terkait dengan pembangunan ruang terbuka hijau, dan green buiding yang tadinya kewenangan dari dinas kebersihan dan pertamanan sekarang sudah berpindah ke kita yaitu dinas perumahan dan permukiman, kita tinggal merawat dan menambah fasilitas-fasilitas yang kurang ya kita tambahkan dan lengkapi, itu sudah ada untuk taman layak anak, cilegon boulevard, taman masjid agung, pembangunan alun-alun kota serta taman-taman lain yang notabene dibangun oleh pemkot cilegon.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh narasumber I2-4 yaitu : “Hasil yang kita dapatkan dari sisi kota untuk pembangunan ruang publik, masyarakat cilegon ini perlu, Karena di tadinya masyarakat untuk berkumpul itu susah, sekarang Karena di bangun taman, awalnya sebelum ada taman, begitu mereka masih berantakan, selama belum ada ruang publik, itu biasanya anak muda berantakan dijalanan, ketika sudah ada, mereka berkumpul dipusat ruang publik ini, ya minimal kelihatan, masyarakat cilegon perlu, kalaupun kurang kita tinggal tambahkan saja yang masih jelek kita perbaiki, apalagi jika ada wi-fi lebih bermanfaat lagi. Meningkatkan quality of life, saya sangat setuju sekali dengan program ini Karena secara tidak langsung kita mengikuti arus perkembangan teknologi yang semakin berkembang.” (wawancara dengan kepala bidang perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 10.14). 157

Dari hasil wawancara dengan narasumber tersebut hasil yang sudah terlihat untuk sementara ini untuk indikator smart environment adalah sebatas pada ruang publik yang sudah dibuat untuk kepentingan masyarakat pada umumnya. Sehingga hasil yang masih terlihat sedikit ini kemudian akan dikembangkan dalam waktu dekat untuk penambahan fasilitas seperti hotspot atau internet gratis.

4.3.4.6 Smart Living

Quality of life merupakan salah satu unsur alat pengukur kebahagian dari masyarakat yang mendiami suatu kota, terlihat sejak saat ini pembangunandiKota

Cilegon didominasi oleh pembangunan ruang-ruang publik untuk kepentingan masyarakat. Sebagaimana contoh dari kota-kota lain, bahwasanya ruang publik dibutuhkan untuk mewadahi kreatifitas masyarakat. Seperti yang disampaikan

oleh narasumber I1-1 yaitu :

“pembentukan smart living terkait smart city kita usahakan dengan membangun berbagai taman diKota Cilegon, seperti taman masjid, taman layak anak dan taman bermain, hal itu merupakan salah satu niat dari pemerintah Kota Cilegon untuk meningkatkan taraf kebahagiaan masyarakat Kota Cilegon sendiri.” ( wawancara dengan kasie pelayanan e-government dinas komunikasi , informatika sandi dan statistik Kota Cilegon hari senin 20 maret 2017 pukul 10.00 WIB)

Hal tersebut juga disetujui oleh narasumber I2-3 yaitu :

“Saya sangat setuju sekali dengan adanya indikator smart living di Kota Cilegon, dengan begitu kita bisa tahu sebenarnya apakah kota industry ini bisa nyaman atau tidak, tergantung dari kita memperlakukan masyarakatnya, berbagai fasilitas pun kami berikan 158

hanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat.” (wawancara dengan kepala dinas perumahan dan permukiman Kota Cilegon hari Rabu, 22 feb 2017 pukul 09.22). Dari hasil wawancara dengan dua narasumber diatas, diyakini bahwa sedikit demi sedikit pemerintah Kota Cilegon sudah memperhatikan dan akan memfasilitasi kualitas hidup masyarakat diKota Cilegon dengan adanya taman- taman publik yang sudah difasilitasi dengan internet gratis, rasa aman dan nyaman yang terbentuk juga akan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Dari hasil temuan dilapangan Faktor Hasil (Results) yang sudah dihasilkan oleh publik Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memperluas kewenangan untuk membangun cilegon smartcity dengan penciptaan OPD baru yang semula UPT e-Government menjadi

Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik, kemudian pemerintah Kota

Cilegon membangun taman atau ruang publik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai, pemerintah juga sudah memasang jaringan pada tiap SKPD di beberapa titik, memiliki aplikasi-aplikasi untuk memudahkan pengembangan kearah smartcity, pemerintah Kota Cilegon juga bekerjasama dengan Broadband

Social Corporate untuk pengadaan Bandwith Smart City, serta melakukan MoU kerjasama dengan pemerintah kota Tangerang dalam pengadaan Integrated City

Control dilingkungan pemerintah Kota Cilegon.

Berdasarkan dengan apa yang disampaikan oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional bahwa Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan slah satunya yaitu Strengthen the means of implementation and revitalize the 159

global partnership for sustainable development yang berarti mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan yang efektif.

Tabel 4.6 Analisis Tematik (Pengkodingan) 160

Major Indikator Tujuan Pembangunan Themes Smart City Berkelanjutan Soar (Indicators Of (Sustainable Development Analysis Smart City) Goals) Kota Cilegon sudah menerapkan salah satu pendukung pembelajaran. “Sudah ada katalog buku Governance is a major execution online, namun kita masih Smart People challenge for smart cites perlu intensifikasi

perurusan perizinan penerbitan dsb” (I1-1) - Accessibility

Dalam hal teknologi informasi dan komunikasi organisasi memberikan akses informasi bagi yang Governance is a major execution Smart membutuhkan. “Terkait challenge for smart cites Governance informasi dan teknologi kita sudah punya database sendiri” (I2-9)- Accessibility

Dalam pembangunan menuju smart city, harus S diimbangi dengan SDM yang memadai untuk menghasilkan smart people “Untuk terkait SDM kita Ensure inclusive and equitable Smart People sudah cukup, Karena quality education memang baru menjadi dinas, maka semua sudah sesuai tupoksinya/” (I2-5)- Sumber Daya/ Capability

Perkembangan zaman mengiringi kecanggihan teknologi, oleh Karena itu kita menyikapi dengan bijak “agar masyarakat menyikapi perkembangan Smart People promote life long learning zaman yang semakin modern, maka jangan ada yang ketinggalan teknologi.” (I1-1) – e- Literacy

161

Major Indikator Tujuan Pembangunan Themes Smart City Berkelanjutan Soar (Indicators Of (Sustainable Development Analysis Smart City) Goals) Identitas kependudukan sangat penting bagi kenyamanan masyarakat“kita sebagai organisasi terkait, Smart membantu masyarakat promote life long learning Governance yang akan memiliki dokumen kependudukan.” (I2-1) - System Information Management

“kami menghimbau kepada masyarakat bahwa utuk permohonan izin usaha itu Smart Community participation in sangat penting” Governance development planning (I2-6) - e-participation

“Kita akan membangun INTEGRATED CITY CONTROL dengan Smart Ensure inclusive and equitable termasuk didalam nya yaitu Governance quality education G to G, G to C, dan G to B (I2-7) - coordination

“menyangkut kepada sarana arsitektur kota kita menerapkan kepada ruang Smart Build Resilient Infrastructure terbuka hijau.” (I2-3) - Environment Smart Environment

“kita memberikan pelayanan public seperti transport planning SAUM.” Smart Mobility Build Resilient Infrastructure (I2-8) - Smart Mobility

Dalam perusahaan membutuhkan beberapa komoditi untuk membantu proses produksi “untuk Smart Inclusive And Sustainable O kedepannya kita akan Economy Industrialization membuat sentra-sentra dengan 3 komoditi untuk menjalin kemitraan antara 162

Major Indikator Tujuan Pembangunan Themes Smart City Berkelanjutan Soar (Indicators Of (Sustainable Development Analysis Smart City) Goals) ukm dengan perusahaan.” (I2-10) - UKM Ekspansion

Dari mulai planning sampai pengawasan harus didukung oleh semua organisasi pemerintah Smart “smart city yang ideal itu promote life long learning Governance seperti apa, di manage sedemikian rupa POAC nya.” (I4-1) - Management

Program Ko-Ta-Ku Kota Tanpa Kumuh “nanti kita ada End poverty in all it forms pembangunan pemukiman Smart everywhere kumuh, kita tata supaya Environment

jangan kumuh lagi.” (I2-3) - Regional Development

“untuk smart environment disini, sistem paperless nya kita pakai e-office, Karena perpindahan OPD dan Smart server, jadi kita harus promote life long learning Governance merekonfigurasi ulang email yang sudah disimpan.” (I2-3) - Re- Configuration “Pada indikator smart living, pemerintah sudah menyediakan taman public, Make Cities and Human dengan sedikit sentuhan Smart Living Settlements Inclusive, safe, hiburan untuk anak-anak.” Resilient and Sustainable (I1-1) - Smart Living

“karakter masyarakat itu berbeda, sehingga kita tidak bisa langsung Community participation in Smart People menjustifikasi suatu development planning masyarakat tersebut” (I1-1) - Social Activity

A “kita berniat Smart Build Resilient Infrastructure, 163

Major Indikator Tujuan Pembangunan Themes Smart City Berkelanjutan Soar (Indicators Of (Sustainable Development Analysis Smart City) Goals) mengedepankan berbagai Economy Promote Inclusive And ikm untuk membangun Sustainable Industrialization And supply and demand.” (I2-10) Foster Innovation. - Supply and Demand smart economy includes factors all around economic competitiveness as entrepreneurship, trademarks, innovation, productivity and flexibility of the labor market and the Smart Foster Innovation integration in the national Economy and global market. “kita selalu berdiskusi bagaimana menciptakan kemasan yang menarik peminat.” (I3-1) - Marketing

Berkiblat ke Bandung Smart City, mengenai Indeks Kebahagiaan Masyarakat “kalau untuk indeks kebahagiaan masyarakat, Smart Living Smart Living jika nanti tujuan akhirnya positif, maka kita akan coba mengembangkan konsep tersebut.” (I1-1) - Quality Of Life

Economy is one of the major drivers of smart city initiatives Promote Sustained, Inclusive And “untuk kearah smart Sustainable Economic Growth, economy, kita sudah Smart Full And Productive Employment menerapkan beberapa Economy And Decent Work For All pelatihan-pelatihan untuk R para pemula ukm.” (I2-10) - Economic Development

“kita sudah menerapkan Smart beberapa pelatihan yang promote life long learning Economy bisa meningkatkan 164

Major Indikator Tujuan Pembangunan Themes Smart City Berkelanjutan Soar (Indicators Of (Sustainable Development Analysis Smart City) Goals) keterampilan kelompok ikm.” (I2-9) - Education and Training

Dibutuhkan media yang bisa mempromosikan Kota Cilegon menuju smart city Dengan sudah didapatkannya beberapa penghargaan yang didapatkan oleh Kota Cilegon. Governance is a major execution “pemerintah sudah Smart challenge for smart cites menyiapkan beberapa Governance

sistem, kita sudah dapat penghargaan pengelolaan pajak 2015, dan website terfavourit netizen, serta pemeringkatan e-gov kita juga dapat.” (I4-1) - Appreciation

(Sumber: Penelitian diolah, 2017)

4.4 Pembahasan

Dari pemaparan di atas mengenai gambaran umum analisis SOAR Dinas

Komunikasi & Informatika, Sandi dan Statistik dalam penyelenggaraan Program

Smart City dapat diketahui bahwa dalam penyelenggaraan Program Smart City di

Kota Cilegon masih banyak yang harus dikaji ulang baik dari internal organisasi maupun seluruh stakeholder yang berada dilingkungan pemerintah Kota Cilegon sehingga perlu analisis yang lebih mendalam. 165

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang peneliti temui, peneliti masih mengamati diantaranya masih rendahnya kesadaran dari internal organisasi akan pentingnya pedoman utama pembentukan smart city, masih rendahnya kapasitas

SDM yang mumpuni dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga sarana pengelolaan informasi terpusat terhambat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu kiranya menganalisis lebih mendalam untuk menentukan strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan dalam program menuju smart city. Dalam analisis SOAR akan dianalisis apa yang menjadi kekuatan, peluang, aspirasi dan hasil sehingga dapat merumuskan strategi yang tepat. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

Faktor kekuatan (strengths) Pemerintah Kota Cilegon Menuju Cilegon Smart

City diantaranya adalah adanya Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2016 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas

Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik serta Peraturan Walikota Nomor 106

Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik di

Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon yang mendorong Pemerintah Kota Cilegon mewujudkan sistem Pemerintahan Kota berbasis elektronik yang optimal.

Kebijakan Pemerintah Kota Cilegon saat ini sudah berorientasi dan mendukung program Smart City yaitu bisa dilihat dalam Visi, Misi RPJMD Kota Cilegon

Tahun 2016-2021 yang dituangkan dalam Agenda Pembangunan ke-5 (lima) yaitu

Membangun INTEGRATED CITY CONTROL, dimana dalam hal ini masuk dalam kategori indikasi Rencana Program Prioritas Pemerintah Kota Cilegon pada poin 166

ke-15 (lima belas) yaitu Perwujudan Smart City. Hal ini diimplementasikan untuk mengoptimalisasi layanan pemerintah berbasis elektronik baik yang berua layanan pemerintah kepada masyarakat (G to C), Layanan Pemerintah Kepada Swasta (G to

B), Layanan internal pemerintah (G to G), serta layanan Pemerintah kepada tiap- tiap individu (pegawai) Organisasi (G to E).

Faktor peluang (opportunities) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon

Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memiliki perencanaan tata ruang dalam pembangunan, potensi wilayah industri yang dimiliki Kota Cilegon akan berdampak kepada perilaku masyarakat yang lebih individualis. Sehingga peran pemerintah dalam mensinergikan kerjasama dengan masyarakat harus diperhatikan. Sebab, menuju smart city bukan hanya kewajiban dari pemerintah kota saja, melainkan adanya dukungan dari masyarakat agar terciptanya sinergitas pembangunan cilegon smart city. peluang juga bisa dimanfaatkan dari masyarakat itu sendiri dengan cara memberdayakan dan juga banyak stakeholders yang bisa menjadi mitra seperti komunitas sosial, NGO, serta perusahaan. Pada era perkembangan teknologi ini perlu memanfaatkan berbagai media elektronik untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi secara kreatif dan masif.

Faktor Aspirasi (Aspiration) Pemerintah Kota Cilegon menuju Cilegon

Smart City diantaranya adalah dari tiap-tiap internal organisasi berbagi aspirasi untuk merancang kondisi masa depan Kota Cilegon menuju smart city yang mereka impikan, menimbulkan rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap disi sendiri, pekerjaan maupun organisasi secara keseluruhan. Saling berbagi aspirasi 167

merupakan tugas utama mereka dalam menjalankan roda organisasi. Dimana pemerintah Kota Cilegon saling mengaspirasikan bagaimana caranya mewujudkan cilegon smart city dengan cara meningkatkan sarana edukasi via teknologi dan informasi, pengintegrasian Local Are Network dan Metropolitan

Area Network, Mengajak peran serta masyarakat untuk sama-sama mengembangkan smart city serta mengembangkan kapasitas dan kualitas SDM pada internal organisasi pemerintah Kota Cilegon.

Faktor Hasil (Results) yang sudah dihasilkan oleh Pemerintah Kota

Cilegon menuju Cilegon Smart City diantaranya adalah Kota Cilegon memperluas kewenangan untuk membangun cilegon smartcity dengan penciptaan OPD baru yang semula UPT e-Government menjadi Dinas Komunikasi Informatika Sandi dan Statistik, kemudian pemerintah Kota Cilegon membangun taman atau ruang publik dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak terpakai, pemerintah juga sudah memasang jaringan pada tiap SKPD di beberapa titik, memiliki aplikasi- aplikasi untuk memudahkan pengembangan kearah smartcity, pemerintah Kota

Cilegon juga bekerjasama dengan Broadband Social Corporate untuk pengadaan

Bandwith Smart City, serta melakukan MoU kerjasama dengan pemerintah kota

Tangerang dalam pengadaan Integrated City Control dilingkungan pemerintah

Kota Cilegon. Jika digambarkan dengan Matriks SOAR dapat dilihat sebagai berikut:

168

Tabel 4.7 Matriks SOAR

Faktor Internal Strengths (S) Opportunites (O) a. Peraturan Walikota a. Pengembangan sarana (Perwal) Nomor 68 infrastruktur Th. 2016 tentang telekomunikasi, Pembentukan Dinas mempermudah pelayanan Komunikasi, publik kepada masyarakat Informatika, Sandi dan dan sebagainya. Statistik. Peraturan b. Banyak masyarakat dan Walikota Nomor 106 stakeholders yang bisa Th. 2016 Ttg dijadikan mitra seperti Penyelenggaraan NGO, Komunitas Sosial Sistem Pemerintah dan Perusahaan. Berbasis Elektronik. c. Pemanfaatan media massa b. Kebijakan Pemerintah untuk mempromosikan Kota Cilegon sudah cilegon smart city. mulai memperhatikan kearah smart city. Faktor Eksternal c. Kualitas SDM bidang IT cukup baik. Aspiration (A) Strategi SA Strategi OA a. Meningkatkan a. Mendorong a. Mengoptimalkan infrastruktur jaringan pembangunan dengan infrastruktur yang sudah telekomunikasi peningkatan ada untuk memaksimalkan b. Meningkatkan sarana infrastruktur jaringan pelayanan publik di edukasi via teknologi telekomunikasi. lingkungan pemerintah dan informasi. b. Membangun Kota Cilegon. c. Pengintegrasian Local sinkronisasi program b. Merangkul stakeholders Area Network dan edukasi dengan SKPD yang bisa dijadikan mitra Metropolitan Area terkait. seperti NGO, Komunitas Network c. Memotivasi kepada Sosial dan Perusahaan d. Mengajak masyarakat masyarakat untuk sama- untuk sama-sama untuk berperan serta sama mendukung mendukung cilegon smart mengembangkan program smart city city. smart city. d. Mendorong c. Mengoptimalkan SDM e. Pengembangan pembangunan jaringan yang ada dan melibatkan kapasitas dan kualitas LAN dan MAN yang stakeholders. SDM di Dinas terkait. terintegrasi. d. Mengoptimalkan peran 169

e. Mengoptimalkan peran media elektonik dalam SDM dari internal melaksanakan program maupun eksternal smart city organisasi untuk mendukung program cilegon smart city Result (R) Strategi SR Strategi OR a. Perluasan a. Mendorong penguatan a. Melakukan pengadaan kewenangan dari UPT lembaga sebagai pemilik sarana dan prasarana menjadi Dinas. kewenangan penunjang smart city. b. Pemanfaatan lahan pembangunan Cilegon b. Membuat suatu media tidak terpakai untuk Smart City elektonik yang membantu ruang-ruang publik. b. Membangun koordinasi dalam pelaksanaan program c. Pemasangan jaringan dan kerjasama antar smart city. LAN di beberapa titik SKPD serta stakeholder c. Melakukan kerjasama dan SKPD di Kota agar terintegrasi dan singronisasi program antar Cilegon. bersama-sama SKPD yang terkait d. Penciptaan aplikasi- mendukung terciptanya kelangsungan program aplikasi penunjang cilegon smart city smart city. cilegon smart city. c. Membangun perluasan d. Membangun kemitraan e. Kerjasama dengan jaringan LAN se-Kota dengan stakeholder dan Broadband Social Cilegon. pihak swasta untuk Corporate. d. Memperkuat kerjasama membantu jalannya f. Kerjasama dengan dengan pemerintah kota/ kelangsungan cilegon smart pemerintah kota daerah, maupun city. tangerang untuk stakeholder. untuk pengadaan integrated terciptanya kemajuan city control di suatu daerah pemerintah Kota Cilegon. Sumber : (Penelitian diolah, 2017)

1. Strategi SA (Strengths – Aspiration)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city

berdasarkan strategi SA (Strengths – Aspiration) yang dapat dilakukan

diantaranya : Mendorong pembangunan dengan peningkatan infrastruktur

jaringan telekomunikasi karena secara tidak langsung pelaksanaan Cilegon 170

Smart City membutuhkan banyak jaringan telekomunikasi yang memadai,

Membangun sinkronisasi program edukasi dengan SKPD terkait seperti

Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah dalam memfasilitasi kebutuhan

masyarakat dalam mencari sumber referensi yang memadai agar minat

baca masyarakat lebih meningkat, serta memotivasi kepada masyarakat

untuk sama-sama mendukung program smart city dengan yang menjadi

pilar utama yaitu smart people, serta mendorong pembangunan jaringan

LAN dan MAN yang terintegrasi untuk mendukung program smart city di

Kota Cilegon.

2. Strategi SR (Strengths – Results)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city

berdasarkan strategi SR (Strengths – Results) yang dapat dilakukan

diantaranya adalah : Mendorong penguatan lembaga sebagai pemilik

kewenangan pembangunan cilegon smart city, karena dari tupoksi Dinas

Komunikasi & Informatika, Sandi dan Statistik itu sendiri yaitu untuk

pembangunan ekosistem smart city berbasis Teknologi, Informasi dan

Komunikasi, membangun koordinasi dan kerjasama antar SKPD serta

stakeholder agar integrasi untuk bersama-sama mendukung terciptanya

cilegon smart city, karena dari integrasi ini maka secara tidak langsung

semua komponen SKPD di Kota Cilegon akan mendukung program

prioritas dari pemerintah Kota Cilegon sendiri, membangun perluasan 171

jaringan LAN (Local Area Network) se-Kota Cilegon untuk membantu

pekerjaan antar SKPD di lingkungan pemerintah Kota Cilegon,

memperkuat kerjasama dengan pemerintah kota/ daerah lain maupun

stakeholder, untuk terciptanya kemajuan Kota Cilegon dalam program

cilegon smart city.

3. Strategi OA (Opportunities – Aspiration)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city

berdasarkan strategi OA (Opportunities – Aspiration) yang dapat

dilakukan diantaranya adalah : Mengoptimalkan infrastruktur yang sudah

ada untuk memaksimalkan pelayanan publik di lingkungan pemerintah

Kota Cilegon, seperti infrastruktur jaringan yang sudah dibeberapa titik di

tiap SKPD di lingkungan pemerintah Kota Cilegon, karena untuk

melakukan pelayanan kepada masyarakat dibutuhkan infrastruktur

jaringan yang memadai, Merangkul stakeholders yang bisa dijadikan mitra

seperti NGO, Komunitas Sosial dan Perusahaan untuk sama-sama

mendukung cilegon smart city. Dengan banyaknya merangkul beberapa

stakeholder maka kita bisa memperluas dukungan untuk menuju cilegon

smart city. Mengoptimalkan SDM yang ada dilingkungan pemerintah Kota

Cilegon untuk mengadakan pengembangan kompetensi dalam memaknai

teknologi informasi dan komunikasi. Mengoptimalkan peran media 172

elektonik dalam melaksanakan program smart city untuk mempromosikan

kepada masyarakat luas bahwa Kota Cilegon menuju smart city.

4. Strategi OR (Opportunities – Results)

Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara, bahwa strategi pemerintah Kota Cilegon menuju smart city

berdasarkan strategi OR (Opportunities – Results) yang dapat dilakukan

diantaranya adalah Melakukan pengadaan sarana dan prasarana penunjang

smart city seperti jaringan, bandwith, internet dan intranet, wi-fi publik

dan sebagainya untuk menunjang dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai. Membuat suatu media elektonik yang membantu dalam

pelaksanaan program smart city, untuk memperkenalkan dan

mempromosikan bahwa Kota Cilegon berpotensi menjadi smart city,

melakukan kerjasama dan sinkronisasi antar SKPD yang terkait

kelangsungan program smart city. Membangun kemitraan dengan

stakeholder dan pihak swasta untuk membantu jalannya kelangsungan

cilegon smart city.

Berdasarkan strategi analisis SOAR yang telah disajikan di atas, peneliti mencoba merumuskan strategi alternative yang dapat dilakukan oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik menuju program smart city di

Kota Cilegon, strategi alternative tersebut diantaranya ialah:

1. Strategi I, Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Komunikasi dan

Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon. Pada strategi ini Dinas 173

Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu

melakukan penguatan kelembagaan dengan cara meningkatkan manajemen

organisasi dengan memperhatikan perencanaan program-program dalam

upaya meningkatkan ekosistem smart city berbasis Teknologi, Informasi dan

Komunikasi, meningkatkan kekuatan SDM dengan meningkatkan kualitas,

meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar bidang, meningkatkan sarana

dan prasarana guna menunjang penyelenggaraan program smart city,

mengembangkan media massa seperti website untuk memberikan informasi

serta menjadi media sosialisasi secara kreatif terkait cilegon smart city.

2. Strategi II, Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam

penyelenggaraan program smart city. Pada strategi ini Dinas Komunikasi dan

Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu meningkatkan

komunikasi lintas sektor baik secara formal maupun informal. Meningkatkan

kerjasama dengan stakeholders atau SKPD memiliki peran untuk sama-sama

mendukung program smartcity seperti Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Dinas Perumahan dan permukiman, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Penanaman

Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Dinas Perhubungan. Melakukan

sinkronisasi program kerja SKPD terkait program Smart City agar

terintegrasinya program yang terarah dan efektif sehingga SKPD berjalan

beriringan tidak tumpang tindih dan berjalan masing-masing. Membentuk

kelompok kerja yang melibatkan lintas sektor untuk berperan dalam

penyelenggaraan program smart city. 174

3. Strategi III, Strategi mendorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif

dalam program smart city. Strategi ini diharapkan Dinas Komunikasi dan

Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon merangkul masyarakat atau

komunitas-komunitas sosial untuk bersama-sama terlibat dalam program

smart city, Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota

Cilegon melakukan pembinaan terhadap komunitas-komunitas sosial atau

Non Government Organization (NGO) untuk membantu dalam

penyelenggaraan program smart city, memfasilitasi dan mendorong

komunitas-komunitas sosial dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan

dengan program samrt city baik melalui kerjasama ataupun kompetisi

perlombaan agar menumbuhkan rasa tanggung jawab. Selain itu Dinas

Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon harus

membangun kemitraan dengan perusahaan untuk turut memberikan dukungan

dalam penyelenggaraan program smart city diKota Cilegon dengan

pemanfataan dana CSR untuk dioptimalkan guna mendukung program smart

city di Kota Cilegon.

4. Strategi IV, Penguatan kesadaran baik internal organisasi pemerintahan

maupun masyarakat dalam mewujudkan Cilegon Smart City. Pada strategi ini

Dinas Komunikasi dan Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon perlu

meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi atau pembinaan

yang dilakukan secara continue atau berjalan terus-menerus dan dilakukan

secara masif dan kreatif maksudnya ialah dengan memanfaatkan media

massa, melakukan sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah, pembinaan 175

masyarakat secara kelompok, memotivasi atau mendorong kemandirian masyarakat untuk menyadari bahwa untuk menyongsong kota yang pintar, harus didukung oleh masyarakat yang pintar juga (smart people).

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai strategi Pemerintah Kota Cilegon

Menuju Smart City yang di dalamnya menggunakan teknik analisis SOAR yang menyatakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan, maka alternatif yang dapat dijadikan rumusan Strategi

Pemerintah Kota Cilegon dalam menuju smart city adalah sebagai berikut:

5. Strategi penguatan kelembagaan organisasi Dinas Komunikasi dan

Informatika, Sandi dan Statistik.

6. Strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan Cilegon

Smart City.

7. Strategi mendorong peran serta masyarakat untuk berperan aktif dalam

rangka mewujudkan Cilegon Smart City.

8. Strategi penguatan kesadaran baik internal organisasi pemerintahan maupun

masyarakat dalam mewujudkan Cilegon Smart City .

Berdasarkan teori dari Prof. Suhono dalam Pratama (2016) menyatakan bahwa terdapat enam level didalam penerapan smart city pada suatu kota, Keenam level tersebut terdiri atas

176 177

a. level 0 (kota biasa);

b. level 1 (baru memulai proses dan tahapan menjadi kota berbasis smart

city dilihat dari sudah adanya website tetapi belum terintegrasi secara

terpusat);

c. level 2 (setiap komponen didalam kota sudah saling terhubung);

d. level 3 (setiap kota dapat saling bertukar informasi);

e. level 4 (setiap kota memiliki informasi penting didalamnya)

f. level 5 (integrase antarkota secara digital).

Berdasarkan hasil dari penelitian, bahwasanya smart city dikota cilegon saat

ini berada pada level 1. Dimana hal tersebut ditandai dengan sudah adanya

website pemerintah kota cilegon dengan sajian informasi didalamnya. Serta

pelayanan publik yang bersifat on-line seperti layanan pengaduan (helpdesk

system) namun belum terintegrasi dengan SKPD lainnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pemerintah Kota Cilegon

Menuju Smart City, maka peneliti mencoba memberikan saran atau masukan dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam menyelenggarakan program smart city sebagai berikut :

1. Pemerintah Kota Cilegon memberikan perhatian khusus terhadap

keberlangsungan program smart city dengan memperhatikan peningkatan

sumber daya manusianya yang mumpuni dalam bidang IT pada setiap OPD di 178

Kota Cilegon, Meningkatkan sarana prasarana pada setiap OPD di Kota

Cilegon guna menunjang program-program Cilegon Smart City.

2. Pemerintah Kota Cilegon perlu mengoptimalkan kerjasama lintas sektor

dengan melakukan koordinasi secara intensif serta mengoptimalkan peran

Focus Group Discussion (FGD) dalam ruang lingkup pemerintah Kota

Cilegon.

3. Pemerintah Kota Cilegon perlu merangkul komunitas-komunitas sosial

seperti LSM, mahasiswa (civitas akademika), NGO serta perusahaan untuk

turut serta dalam mewujudkan cilegon smart city dengan melibatkan dalam

kegiatan-kegiatan serta mengadakan kompetisi-kompetisi guna menarik

perhatian serta memfasilitasi gagasan ide untuk mewujudkan smart people.

4. Pemerintah Kota Cilegon perlu meningkatkan pemahaman dan kepedulian

masyarakat dengan melakukan sosialisasi atau pembinaan secara continue

atau berjalan terus-menerus secara masif dan kreatif dengan memanfaatkan

media massa, melakukan sosialisasi/pembinaan di sekolah-sekolah,

memotivasi atau mendorong kemandirian masyarakat untuk menyadari bahwa

tuntutan globalisasi semakin cepat dan secara tidak langsung kita harus

mengikuti dan memfilter segala bentuk informasi yang didapat.

5. Bagi pemerintah Kota Cilegon harus bisa mengimplementasikan segitiga

koordinasi antara Pemerintah, Swasta (NGO) dan Akademisi untuk sama-

sama membangun Cilegon Smart City. DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Creswell, John W. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed edisi Ketiga. : Pustaka Belajar David, R. F. 2010. Strategic Management. : Salemba Empat Herujito, M. Yayat. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT. Grasindo Hunger, J. D & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi. ______. 2012. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi Irelend, A.M Hitt. 1997. Manajemen Strategis. Yogyakarta:Andi Kuncoro, 2006. Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta : Erlangga Pratama, I Putu A.E. 2014. Smart City beserta Cloud Computing dan Teknologi- teknologi Pendukung Lainnya. Bandung: Informatika Robinson, B. R and John A. Pearce. 2008. Manajemen Strategi : Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Yogyakarta: Andi ______. 2011. Manajemen Strategi: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Yogyakarta: Andi Siagian, P. Sondang. 2007. Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung

Dokumen:

Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik Kota Cilegon Peraturan Walikota Nomor 106 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon Cilegon Dalam Angka 2016, BPS Kota Cilegon

xi Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cilegon Tahun 2016 – 2021 Rencana Strategis Dinas Komunikasi, Informatika, Sandi dan Statistik 2016 Kota Cilegon, Rev. Buku Evaluasi Implementasi E-Government dan Pra – Persiapan Pengembangan Smart City di Kota Cilegon, April 2017.

Sumber Lain:

Ankur Patel 2010. E-Governance. Amity International Bussiness School. Budiati, Ayuning. 2016. IT Governance Sektor Publik Indonesia. Chourabi, et al 2012. Understanding Smart Cities: An Integrative Framework. Dwita Widyaningsih, 2013. Kota Surabaya Menuju Smart City. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Joshi Sujata, et al. 2016. Developing Smart Cities: An Integrated Framework Pengembangan Kota Cerdas di Indonesia. 2015. Kementeria Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Riswanda. 2016. E-Governance towards Understanding Smart Cities. MAP UNTIRTA Strategic Inquiry, Appreciative Intent: Inspiration to SOAR A New Framework for Strategic Planning

xii xiii

LAMPIRAN

xii xiii

xiv

xv

xvi

xvii

xviii

xix

xx

xxi

xxii

xxiii

xxiv

xxv

xxvi

xxvii

xxviii

xxix

xxx

xxxi

xxxii

xxxiii

xxxiv

xii xiii

xiv

xv

xvi

xvii

xviii

xix

xx

xxi

xxii

xxiii

xxiv

xxv

xxvi

xxvii

xxviii

xxix

xii xiii

14

DOKUMENTASI NARASUMBER

Wawancara dengan Kasie. Perindustrian Dinas Wawancara dengan Wakil Walikota Cilegon Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon terkait smart economy Terkait smart governance dan smart mobility di Kota Cilegon

Wawancara dengan sekretaris dinas Perpustakaan dan arsip Wawancara dengan Kasie, perumahan dan permukiman dinas

Daerah terkait smart people kota cilegon Perumahan dan permukiman terkait smart environment 15

Wawancara dengan Kepala dinas perumahan dan Wawancara dengan kasubag program dan evaluasi permukiman terkait smart environment kota cilegon BAPPEDA kota Cilegon terkait smart governance

Wawancara dengan Kasie. Promosi dinas penanaman Wawancara dengan Kasie pelayanan dinas perhubungan Modal dan perizinan terpadu satu pintu Kota Cilegon kota cilegon terkait smart mobility 16

Wawancara dengan Ketua DPRD Kota Cilegon Wawancara dengan Kasie pelayanan e-government diskominfo kota cilegon

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Wawancara dengan Operator PATEN di Kecamatan di Kecamatan Citangkil Citangkil

17

DOKUMENTASI FASILITAS YANG

SUDAH ADA

Taman Layak Anak Taman Kecamatan Ciwandan

Cilegon Boulevard Taman Kecamatan Cilegon

18

Gerbang Kota Cilegon akses jl. tol cilegon timur Kegiatan Focus Group Discussion dengan internal organisasi pemerintah kota cilegon

Penerapan sistem solar cell pada Penerangan Jalan Umum di Jalan Lingkar Selatan sebagai penerapan dalam Smart Environment 19

20