MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK ------RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 136/PHPU.D-VIII/2010

PERKARA NOMOR 147, 150/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 151/PHPU.D-VIII/2010

PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL

PEMILIHAN UMUM WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA KOTA , KABUPATEN MALANG DAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

TIMUR

ACARA PENGUCAPAN PUTUSAN

J A K A R T A RABU, 1 SEPTEMBER 2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA ------RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 147, 150/PHPU.D-VIII/2010 PERKARA NOMOR 151/PHPU.D-VIII/2010

PERIHAL

Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Walikota dan Wakil Walikota Kota Palu, Kabupaten Malang dan Kabupaten Bolaang Mangondow Timur

PEMOHON

- Hj. Hasba Yanti Ponulele dan Arman Djanggola (Perkara 136/PHPU.D-VIII/2010) - Agus Wahyu Arifin dan Abdul Mujib Syadzili (Perkara 147/PHPU.D-VIII/2010) - Mochamad Geng Wahyudi dan Abdur Rahman (Perkara 150/PHPU.D-VIII/2010) - Sudibyo Mamonto dan Dyane A. Merukh (Perkara 151/PHPU.D-VIII/2010) - Hi. Mokoagouw Sehan dan Meity Ochotan (Perkara 151/PHPU.D-VIII/2010)

TERMOHON

KPU Kota Palu, KPU Kabupaten Malang dan KPU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

ACARA

Pengucapan Putusan

Rabu, 1 September 2010 Pukul 15.35 – 17.30 WIB Ruang Sidang Gedung Panel Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Moh. Mahfud MD (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Harjono (Anggota) 4) Ahmad Fadlil Sumadi (Anggota) 5) Maria Farida Indrati (Anggota) 6) M. Akil Mochtar (Anggota) 7) Hamdan Zoelva (Anggota) 8) Muhammad Alim (Anggota) 9) M. Arsyad Sanusi (Anggota)

Sunardi Panitera Pengganti Mardian Wibowo Panitera Pengganti Makhfud Panitera Pengganti

1

Pihak yang Hadir:

Kuasa Hukum Pemohon Perkara (136/PHPU.D-VIII/2010):

- Indra Riady - Wakil Kamal

Kuasa Hukum Pemohon Perkara (147/PHPU.D-VIII/2010):

- Jufri Muhammad Adi

Kuasa Hukum Pemohon Perkara (150/PHPU.D-VIII/2010):

- Andy Firasadi - Ali Wahyudin - Anthony L. J. Ratag

Kuasa Hukum Pemohon Perkara (151/PHPU.D-VIII/2010):

- Sirra Prayuna - Romeo Tumbal

Termohon Perkara (136/PHPU.D-VIII/2010):

- Tim Termohon Perkara (136/PHPU.D-VIII/2010)

Kuasa Hukum Termohon Perkara (136/PHPU.D-VIII/2010):

- Ahmad Bay Lubis - Dinar Sinaga

Termohon Perkara (147, 150/PHPU.D-VIII/2010):

- Tim Termohon Perkara (147, 150/PHPU.D-VIII/2010)

Kuasa Hukum Termohon Perkara (147, 150/PHPU.D-VIII/2010):

- Robikin Emhas - Syarif Hidayatullah

Termohon Perkara (151/PHPU.D-VIII/2010):

- Syamsahrul Mawonto (Ketua KPU Kab. Bolaang Mongondow Timur)

2

Pihak Terkait Perkara (Perkara 136/PHPU.D-VIII/2010):

- Tim Pihak Terkait (Perkara 136/PHPU.D-VIII/2010)

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara (Perkara 136/PHPU.D- VIII/2010):

- Edmon Leonardo - Jamil - Hidayat

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara (Perkara 147, 150/PHPU.D- VIII/2010):

- Samsul Huda - Mispahuddin Misbah

Pihak Terkait Perkara (Perkara 151/PHPU.D-VIII/2010):

- Meddy Nelson

Kuasa Hukum Pihak Terkait Perkara (Perkara 151/PHPU.D- VIII/2010):

- Nikson Gansalo

3

Sidang Dibuka Pukul 15:35 WIB

1. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Sidang Mahkamah Konstitusi untuk Pengucapan Putusan sengketa hasil Pemilukada Nomor 136, 147 dan 150 serta 151 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3X

Nomor 136 siapa yang hadir?

2. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 136/PHPU.D-VIII/2010:INDRA RIADY

Yang hadir pada sidang kali ini kami berdua yaitu saya Indra Riady, S.H dan Wakil Kamal. Terima kasih, Yang Mulia.

3. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Nomor 147.

4. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 147/PHPU.D-VIII/2010: JUFRI MUHAMMAD ADI

Terima kasih, Yang Mulia. Hadir Kuasa Hukum saya sendiri Jufri Muhammad Adi. Terima kasih.

5. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Nomor 150.

6. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 150/PHPU.D-VIII/2010: ANDY FIRASADI

Terima kasih, Yang Mulia. Yang hadir saya Andy Firasadi sama rekan saya Ali Wahyudin dan Anthony L. J. Ratag.

7. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Nomor 151.

4

8. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA 151/PHPU.D-VIII/2010: SIRRA PRAYUNA

Terima kasih, Yang Mulia. Saya sendiri Sirra Prayuna dan Romeo Tumban. Terima kasih.

9. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Termohon 136.

10. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 136/PHPU.D-VIII/2010: AHMAD BAY LUBIS

Terima kasih, Yang Mulia. Yang hadir Kuasa Hukumnya kami Ahmad Bay Lubis kemudian ada Dinar Sinaga dan kawan-kawan kemudian Prinsipal KPU nya juga datang Kota Palu. Terima kasih.

11. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Nomor 147 dan 150.

12. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 147, 150/PHPU.D-VIII/2010: ROBIKIN EMHAS

147 hadir. Saya Rubikin Emhas dan sebelah kiri saya Syarif Hidayatullah serta seluruh Prinsipal KPU Kabupaten Malang. Terima kasih.

13. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Jadi, sudah 150 juga ya? 151?

14. KUASA HUKUM TERMOHON PERKARA 151/PHPU.D-VIII/2010: SYAMSAHRUL MAWONTO

Terima kasih, Yang Mulia. Saya Samsahrul Mawonto ketua KPU Kabupaten Mongondow dan 4 anggota KPU lainnya yang hadir saat ini. Terima kasih.

15. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Terkait 136.

5

16. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 136/PHPU.D-VIII/2010: EDMON LEONARDO

Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pihak Terkait kami yang hadir saya sendiri Edmon Leonardo kemudian Jamil dan Hidayat termasuk Prinsipal kami.

17. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Terkait 147, 150.

18. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 147,150/PHPU.D-VIII/2010: SAMSUL HUDA

Terima kasih, Yang Mulia. Kuasa Hukum Pihak Terkait. Saya Samsul Huda dan Mispahuddin Misbah. Terima kasih.

19. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Kemudian Terkait 151.

20. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT PERKARA 151PHPU.D-VIII/2010: NIKSON GANSALO

Terima kasih Yang Mulia. Saya Nikson Lalu bersama Prinsipal Saudara Meddy Lenson wakil terpilih. Terima kasih.

21. KETUA : MOH. MAHFUD, MD

Semua sudah ya? baik. diurut saja nomornya dari yang paling kecil nomor 136. Tebal ini tapi dibaca sedikit nanti dibaca sendiri di rumah. Bissmillahirrahmanirrahim.

PUTUSAN Nomor 136/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Palu Tahun 2010 yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Hj. Habsa Yanti Ponulele ST., Msi. Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 20 September 1970; Pekerjaan : Wiraswasta;

6

Tempat Tinggal : Jalan Rajawali Nomor 6A, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu; 2. Nama : Arman Djanggola, S.Sos. Tempat/Tanggal Lahir : Palu, 12 Agustus 1958; Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil; Tempat Tinggal : Jalan Towua Lorong Bone Nomor 30E Kelurahan Tatura Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu; Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Palu Tahun 2010 Nomor Urut 5; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 8 Agustus dan 16 Agustus 2010 memberikan kuasa kepada Muh. Faisal Silenang, S.H., Yasser S. Wahab, S.H., Sadi Rinaldy Farmadi, S.H., Indra Riady, S.H., A.H. Wakil Kamal, S.H., M.H., dan Iqbal Tawakkal Pasaribu, S.H., kesemuanya Advokat berkantor di Jalan Buakana, Komplek Pertamina Blok C Nomor 5 Kota Makassar, yang bertindak baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama Pemberi Kuasa; Selanjutnya disebut------Pemohon; Terhadap: [1.3] Komisi Pemilihan Umum Kota Palu, berkedudukan di Jalan Balai Kota Selatan Nomor 06 Palu, Tengah; Berdasarkan Surat Kuasa Ketua Komisi Pemilihan Umum bertanggal 16 Agustus 2010, memberi kuasa kepada Ahmad Bay Lubis, S.H., Yanrino H.B. Sibuea, S.H., Husni Syaifuddin, S.H., Drs. Aldinar Sinaga, S.H., Bagianta Girsang, S.H., dan Syafruddin A. Datu, S.H., kesemuanya adalah Advokat dan Konsultan Hukum pada “Law Officer Bay Lubis & Partners”, Gedung Arva Lantai IV Jalan Cikini Raya Nomor 60 Blok FGMN Central Cikini Jakarta Pusat, yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama Pemberi Kuasa; Selanjutnya disebut ------Termohon; [1.4] 1. Nama : H. Rusdi Mastura; Pekerjaan : Walikota Palu Periode 2005 – 2010, Sulawesi Tengah; Alamat : Jalan Balaikota Utara Nomor 01 Palu; 2. Nama : H. Andi Mulhanan Tombolotutu, S.H. Pekerjaan : Wakil Walikota Palu Periode 2005 – 2010, Sulawesi Tengah; Alamat : Jalan Kijang Raya Nomor 22 Palu; Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Palu Tahun 2010 Nomor Urut 2; Berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 12 Agustus 2010 dan tanggal 16 Agustus 2010 memberi kuasa kepada: 1) Mujahid A. Latief, S.H., M.H., 2) Jamil B, S.H., 3) Sahrul, S.H., 4) Muh. Hidayat, S.H., 5) Sahrir, S.H., dan 6) Edmond L. Siahaan, S.H., kesemuanya adalah Advokad dan Konsultan Hukum, yaitu:

7

- untuk kuasa hukum Nomor 1 dan Nomor 2 berkantor pada berkantor pada Law Offices Burhan & Partners Jalan Saputan Raya Nomor 50 Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah; - untuk kuasa hukum Nomor 3 sampai dengan Nomor 6 merupakan Tim Penasehat Hukum Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Palu Nomor Urut 2 beralamat di Jalan Raden Saleh Nomor 13 Kelurahan Besusu Barat Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah; masing-masing bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan atas nama Pemberi Kuasa; Selanjutnya disebut ------Pihak Terkait; [1.5] Membaca permohonan dari Pemohon; Mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar dan membaca jawaban tertulis dari Termohon; Mendengar dan membaca keterangan tertulis dari Pihak Terkait; Memeriksa bukti-bukti dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi-saksi dari Pemohon, saksi-saksi dari Termohon, saksi-saksi dan ahli dari Pihak Terkait; Membaca kesimpulan dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait;

22. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Pendapat Mahkamah Dalam Eksepsi [3.18] Menimbang bahwa terhadap eksepsi Pihak Terkait mengenai kewenangan Mahkamah, Pemohon tidak pernah menyampaikan keberatan dalam proses Pemilukada, dan Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) telah dipertimbangkan dalam paragraf [3.5.1] sampai dengan paragraf [3.5.2] dan paragraf [3.8], sehingga mutadis mutandis dianggap telah dipertimbangkan dalam pendapat Mahkamah ini; Dalam Pokok Permohonan [3.19] Menimbang bahwa setelah mencermati permohonan a quo, maka pada pokoknya Pemohon mempersoalkan mengenai tiga belas pelanggaran serius yang bersifat massif, sistematis, dan terstruktur yang dilakukan oleh Termohon dan Pihak sebagaimana telah diuraikan dalam paragraf [3.13] pada Pokok Permohonan; [3.20] Menimbang mengenai dalil Pemohon tentang (i) Termohon melanggar tahapan dan jadwal Pemilukada yang telah ditetapkan, (ii) Jajaran Termohon tidak memberikan sertifikat hasil penghitungan suara baik di tingkat TPS maupun PPK kepada Pemohon, (iii) Termohon telah menghambat atau menghalang-halangi Pemohon untuk mengajukan keberatan ke Mahkamah Konstitusi, (iv) Pihak Terkait (incumbent) mengeluarkan Peraturan Nomor 10 Tahun 2010 yang merugikan Pemohon pasangan calon yang lain, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon demikian tidak berkaitan dengan sengketa Pemilukada di Mahkamah. Oleh karena itu dalil Pemohon tersebut tidak beralasan menurut hukum;

8

[3.21] Menimbang mengenai dalil Pemohon tentang Termohon telah meloloskan H. Rusdy Mastura sebagai Calon Walikota Palu, padahal yang bersangkutan tidak memenuhi syarat kesehatan, Mahkamah berpendapat bahwa hal demikian bukan kewenangan Mahkamah untuk menilai pelanggaran pidana Pemilukada dan untuk menilai kesehatan Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah in casu Calon Walikota Palu atas nama H. Rusdy Mastura. Penilaian mengenai ada atau tidaknya pelanggaran Pemilukada hal tersebut merupakan kewenangan dari Panwaslu, Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan Negeri untuk menyelesaikannya, sedangkan penilaian mengenai kesehatan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah hal tersebut merupakan kewenangan dari Tim Dokter yang ditunjuk oleh Termohon; [3.22] Menimbang bahwa mengenai dalil Pemohon tentang (i) pemilih ganda, pemilih di bawah umur, (ii) pemilih yang menggunakan hak pilih atas nama orang lain dalam Pemilukada Kota Palu, dan (iii) Termohon melalui Petugas KPPS telah menolak kehadiran pemilih yang terdaftar di DPT yang tidak mendapat undangan untuk memilih, Mahkamah berpendapat bahwa dalil permohonan Pemohon a quo tidak jelas dan kabur, karena tidak menguraikan dengan jelas mengenai nama-nama pemilih ganda, nama-nama pemilih di bawah umur, dan nama-nama pemilih yang ditolak oleh petugas KPPS, serta Pemohon tidak pula menyebutkan TPS, tempat terjadinya periswa tersebut dan berapa jumlahnya. Mahkamah pada persidangan tanggal 18 Agustus 2010 telah memberikan nasihat kepada Pemohon untuk mengelompokkan dan mempertajam mengenai pelanggaran yang terstruktur, masif, dan sistematis sebagaimana yang didalilkan. Pemohon harus mengelaborasi fakta mengenai masif yang berkaitan penyebarannya terjadi di mana, dilakukan oleh siapa, dan pelanggaran tersebut berupa apa, namun ternyata dalam perbaikan permohonan a quo tidak terdapat keterangan yang demikian. Permohonan seharusnya menguraikan dengan rinci fakta-fakta hukum yang terjadi, kemudian membuktikannya masing-masing fakta tersebut dan bukan sebaliknya hanya menguraikan pokok-pokok fakta hukumnya saja. Permohonan demikian adalah tidak tepat, karena permohonan merupakan dasar utama Mahkamah untuk melakukan penilaian terhadap fakta hukum yang didalilkan terkait dengan pembuktian yang dilakukan. Oleh karena dalil permohonan Pemohon a quo tidak menguraikan dengan jelas mengenai subjek (pelaku), tempat terjadinya peristiwa tersebut dan bagaimana hal demikian terjadi, maka Mahkamah tidak dapat menilai kebenaran dalil-dalil yang terkait dengan bukti-bukti yang diajukan Pemohon. Dengan demikian semua bukti pemohon yang terkait mengenai dalil permohonan tidak terbukti menurut hukum; [3.23] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Tim Sukses Pihak Terkait telah melakukan intimidasi dan penyerangan kepada masyarakat dan Tim Sukses Pemohon. Intimidasi atau ancaman dilakukan kepada 6.325 warga, yaitu apabila warga tersebut tidak memilih Pihak Terkait akan diputus sambungan air bersihnya, tidak diberikan sembako, dan tidak akan dilayani jika berurusan dengan RT/RW, Lurah dan Camat. Adapun penyerangan

9 dilakukan kepada masyarakat dan Pemohon di Hotel Alam Raya Palu oleh organisasi massa. Untuk mendukung dalilnya tersebut, Pemohon menghadirkan saksi bernama Ridwan K. Launtina, Mashur M. Ranuang, Kaco, Nurlaila, dan Rahmawati yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: • Saksi Kaco menerangkan bahwa Ketua RT 2 RW 6 Kelurahan Lolu Utara mengancam kepada delapan warganya yang tidak memilih Pihak Terkait akan dicabut Raskinnya, • Saksi Nurlaila menerangkan bahwa Hasin yang menjabat sebagai Ketua RT akan menumpahkan belanga (panci) milik penjual makanan apabila tidak memilih Pihak Terkait, • Saksi Rahmawati menerangkan bahwa Ketua RT 3 RW 03 Kelurahan Sironindi mengancam tidak melayani warganya yang tidak memilih Pihak Terkait. Pihak Terkait mengajukan bantahan dengan menyatakan dalil a quo sangat mengada-ada dan lebih merupakan fitnah karena hanya didasari atas asumsi semata. Untuk mendukung dalil bantahannya tersebut, Pihak Terkait menghadirkan saksi bernama Ruslan Sangadji, Danawira Asri dan Ahmad Umayer yang pada pokoknya menerangkan bahwa Pihak Terkait tidak pernah melakukan instruksi untuk melakukan intimidasi dan penyerangan; Mahkamah berpendapat bahwa seandainyapun benar ada intimidasi dan penyerangan oleh pendukung Pihak Terkait, hal demikian hanya merupakan peristiwa yang terjadi pada beberapa orang tertentu, secara spontanitas, dan tidak direncanakan terlebih dahulu, sehingga hal demikian tidak terbukti merupakan pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang mempengaruhi perolehan suara dan peringkat masing-masing calon dalam Pemilukada Kota Palu. Dengan demikian dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.24] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Termohon telah melakukan pembiaran terjadinya mobilisasi PNS, RT/RW dan aparat pemerintahan dalam Pemilukada yang dilakukan oleh pihak Terkait. Mahkamah berpendapat bahwa pelanggaran sebagaimana yang didalilkan Pemohon tersebut merupakan kewenangan Panwaslu. Termohon baru mempunyai kewenangan untuk menindaklanjuti pelanggaran dimaksud setelah Panwaslu menyampaikan rekomendasi kepada Termohon [vide Pasal 10 ayat (3) huruf p dan Pasal 78 ayat (1) huruf d UU 22/2007], seandainyapun dalil Pemohon tersebut terbukti, Termohon tidak mempunyai kewenangan untuk menindaklanjuti pelanggaran mobilisasi PNS, RT/RW dan aparat pemerintahan. Selama Panwaslu tidak menyampaikan rekomendasi, maka Termohon tidak dapat melakukan tindakan apapun. Keterangan mengenai tidak adanya laporan atau pengaduan mengenai pelanggaran Pemilukada oleh Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota in casu Pemohon telah diterangkan oleh saksi Termohon bernama Darmiati, S.H, anggota Panwaslu Kota Palu yang menerangkan bahwa ”Panwaslu sudah melakukan himbauan kepada semua pasangan calon apabila ada pelanggaran Pemilukada supaya melaporkan kepada Panwaslu, namun hingga selesainya pelaksanaan Pemilukada tidak ada pasangan calon yang membuat laporan mengenai pelanggaran Pemilukada dimaksud. Pelanggaran

10 yang terjadi selama Pemilukada ditemukan sendiri oleh Panwaslu berupa janji pemberian KTP gratis dan kampanye yang dilakukan di luar jadwal yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 5 yang kasus tersebut masih dalam proses di Kejaksaan”. Dengan demikian dalil Pemohon tidak tepat dan tidak terbukti menurut hukum; [3.25] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Pihak Terkait (incumbent) membuka pendaftaran pegawai honorer sekurang-kurangnya 1.500 orang yang dilakukan sehari sebelum pemungutan suara. Untuk mendukung dalil tersebut, Pemohon menghadirkan saksi bernama Monalisa; Terhadap dalil Pemohon tersebut, Pihak Terkait menyampaikan bantahan yang menyatakan bahwa Pihak Terkait tidak pernah melakukan pendaftaran tenaga honorer sehari sebelum Pemilukada dan tidak pernah memerintahkan aparat pemerintah daerah agar tenaga honorer yang didata tersebut memilih Pihak Terkait. Sesungguhnya yang terjadi adalah pendataan ulang dan bukan pendaftaran tenaga honorer. Pendataan ulang tenaga honorer tersebut merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Menpan Nomor 5 Tahun 2010 yang merupakan program nasional. Kemudian Surat Menpan tersebut ditindaklanjuti oleh Sekretaris Kota Palu dengan pengumuman Nomor 800/1656/BKD bertanggal 15 Juli 2010 dan Surat Pemerintah Kota Palu Nomor 810/1778/BKD bertanggal 3 Agustus 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer. Oleh karena itu pendataan pegawai honorer tersebut tidak dapat dikaitkan dengan Pihak Terkait. Untuk mendukung dalil bantahannya tersebut, Pihak Terkait mengajukan Bukti PT-3 sampai dengan Bukti PT-5, serta menghadirkan saksi Ahyudin, Syaiful Azis, dan Ni Made Werni; Setelah Mahkamah mencermati dan meneliti bukti Pihak Terkait (Bukti PT-3 sampai dengan Bukti PT-5), ditemukan fakta hukum bahwa tidak ada pendaftaran pegawai honorer yang dilakukan oleh Pihak Terkait menjelang Pemilukada Kota Palu Tahun 2010. Bukti PT-5 merupakan Surat Edaran Menpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 05 Tahun 2010 bertanggal 28 Juni 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer Yang Bekerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah yang pada pokoknya menyatakan memberitahukan kepada instansi pemerintah untuk melakukan pendataan pegawai honorer dan menyampaikan daftar nominatif beserta softcopy (compact disc) serta data tenaga honorer hasil inventarisasi Badan Kepegawaian Negara (BKN) paling lambat 31 Agustus 2010. Apabila sampai dengan tanggal tersebut, berkas dimaksud belum diterima BKN, maka instansi yang bersangkutan dinyatakan tidak memiliki tenaga honorer dan tidak mengusulkan kembali tenaga honorer dimaksud. Surat Menpan tersebut oleh Pemda Kota Palu ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Pengumuman Nomor 800/1656/BKD bertanggal 15 Juli 2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer Yang Bekerja Di Lingkungan Instansi Pemerintah Kota Palu Tahun 2010 (vide Bukti PT-3) dan Surat Nomor 810/1778/BKT bertanggal 3 Agustus 2010 perihal Pendataan Tenaga Honorer yang keduanya diterbitkan dan ditandatangani oleh Sekretaris Daerah Kota Palu (vide Bukti PT-4). Pendataan terhadap pegawai honorer tersebut telah dikuatkan oleh keterangan saksi Pihak Terkait Ahyudin, Syaiful Azis, Ni Made Werni, dan Arifin Sunusi yang pada pokoknya menerangkan pendataan

11

pegawai honorer di Kota Palu didasarkan pada Surat Edaran Menpan, bahkan saksi Pemohon sendiri Monalisa sama sekali tidak menerangkan mengenai pendaftaran pegawai honorer di Kota Palu, tetapi saksi Pemohon tersebut juga menerangkan mengenai pendataan kepada saksi untuk dimasukkan ke dalam database pegawai honorer. Berdasarkan fakta hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak terbukti menurut hukum; [3.26] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Pihak Terkait atau Tim Suksesnya telah melakukan money politic berupa pemberian Sembako kepada Mariyam yang beralamat di Jalan Kancil, pemberian uang sebanyak Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- kepada Irma Djahuri, dan Ruli yang beralamat di Jalan Gawalise dan pemberian pengeras suara 6 pcs pada kelompok pengajian dengan maksud untuk memilih Pihak Terkait. Untuk mendukung dalilnya tersebut, Pemohon menghadirkan saksi bernama Arifuddin Lapata, Irsanto C Mamoto, Seprianto, Silintowe Sulle, Syafrin, Canra, Siska Yulianti Yamudi, Dian Rahmawati Tahadju, Muslim, Jumyati, Imran, dan Nuzuluddin; Terhadap dalil Pemohon tersebut, Pihak Terkait mengajukan bantahan yang menyatakan bahwa Pemohon dalam membangun dalilnya hanya didasarkan pada asumsi belaka, seharusnya Pemohon menguraikan secara lebih spesifik siapa yang melakukan, kapan dilakukan dan di mana dilakukan. Pemberian pengeras suara 6 pcs di kelompok pengajian merupakan kegiatan keagamaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan Pemilukada Kota Palu, karena terjadi pada bulan Mei 2010 atau sebelum pelaksanaan tahapan Pemilukada. Hasyim Hadado yang disebut-sebut oleh Pemohon bukanlah Bendahara dan atau pengurus Golkar baik di tingkat kecamatan, di tingkat Kota Palu maupun di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah ataupun sebagai Anggota Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 2. Hasyim Hadado melakukan pembagian Sembako atas inisiatif sendiri, hal tersebut merupakan tradisi keluarga dan telah berjalan bertahun-tahun secara turun temurun. Oleh karena itu pembagian Sembako oleh Hashim Hadado tidak dapat dihubungkan dan/atau dikaitkan dengan pelaksanaan Pemilukada Kota Palu ataupun dikaitkan dengan Pihak Terkait. Fakta hukum menunjukkan bahwa sesungguhnya yang melakukan money politic untuk mempengaruhi pemilih adalah justru dilakukan oleh Pemohon sendiri. Selain itu Pemohon juga melakukan kampanye hitam kepada Pihak Terkait selama dalam masa tenang atau setidak-tidaknya sehari sebelum pemungutan suara Pemilukada Kota Palu. Untuk mendukung dalil bantahannya tersebut, Pihak Terkait mengajukan Bukti PT-1 dan Bukti PT-17, serta menghadirkan saksi bernama Hilman, Mardiana Nelvi, Adista, Eko Sugianto, Yayan Septiawan, Tri Wiyanto, Mustakim, Suwito, Satar, Eva Anggriani, Sumardin A, Yeviza, Susmiati, Rahman, Amin, Abdul Azis, Hidayat Lamarakate, Hj. Hartini Gunawan, Ruslan Sangadji, Danawira Asri, dan Nius Paruki;

23. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI

12

Setelah Mahkamah meneliti dan mencermati bukti Pemohon dan bukti Pihak Terkait, ditemukan fakta hukum sebagai berikut: • Keterangan saksi Pemohon (Arifuddin Lapata) yang menerangkan bahwa telah diberi satu dus Sembako oleh keluarga H. Hasyim Hadado dengan ucapan “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa”. Pembawa Sembako tersebut berpesan “Jangan Lupa Nomor 2”. Keterangan saksi Pemohon tersebut, telah dibantah oleh saksi Pihak Terkait (Nius Paruki) yang menerangkan bahwa “Pembagian bingkisan sembako oleh Hasyim Hadodo sudah merupakan agenda tahunan yang tidak ada kaitannya dengan Pemilukada” • Keterangan saksi Pemohon (Canra dan Siska Yulianti Yamudi) tidak relevan untuk mendukung dalil permohonan Pemohon, karena tempat terjadinya money politic yang diterangkan oleh kedua saksi Pemohon tersebut berbeda dengan tempat terjadinya money politic sebagaimana dalil Pemohon. Pemohon mendalilkan bahwa money politic oleh Pihak Terkait dilakukan di Jalan Kancil dan Jalan Gawasile, sedangkan saksi Pemohon menerangkan bahwa pada tanggal 3 Agustus 2010 menerima Sembako berupa 5 kg Gula Pasir, 5 kg Tepung Terigu, 10 sachet Nescafe, 3 kaleng Susu Cap Bendera, dan khusus untuk saksi Canra mendapat tambahan 10 biji Permen Mentos yang diantar langsung di rumah saksi oleh Tari dan Indah (Tim Pemenangan Nomor Urut 2) di Jalan Basuki Rahmat”. • Keterangan saksi Pemohon (Irsanto C Mamoto, Seprianto, Muslim, Imran Nuzuludin). Saksi Irsanto C. Mamoto dan saksi Seprianto menerangkan bahwa pada tanggal 3 Agustus 2010, “melihat” ada pembagian Sembako di Kantor BKKBN Kota Palu. Saksi Muslim menerangkan bahwa pada tanggal 3 Agustus 2010 menerima Sembako yang dibagikan di Kantor PKK Kota Palu oleh pengawas saksi. Selain itu saksi juga menerima honor sebagai penyapu taman kota. Saksi Imran dan saksi Nuzuludin menerangkan bahwa “melihat” Kasubdin DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) Kota Palu membawa tumpukan kaos yang bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 2 untuk dibagikan kepada pegawai kebersihan (penyapu jalanan); • Dalil Pemohon dan keterangan saksi Pemohon mengenai pembagian Sembako telah dibantah oleh saksi Pihak Terkait (Hidayat Lamarakate, Hj. Hartini Gunawan, dan Nius Paruki). Saksi Lamarakate menerangkan bahwa pembagian Sembako pada tanggal 3 Agustus 2010 yang bekerjasama dengan PKK merupakan agenda tahunan, yang untuk tahun 2010 pembagian Sembako tersebut ditujukan kepada para pemulung dan penyapu jalanan, sedangkan mengenai pembayaran honor kepada pegawai honorer pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang dilakukan setiap tanggal 3 sudah berlangsung sejak bulan Maret 2010. Pembayaran honor setiap tanggal 3 tersebut, dimaksudkan untuk disamakan dengan pembayaran gaji PNS yang juga dilakukan setiap tanggal 3. Saksi Hartini Gunawan menerangkan bahwa pembagian Sembako oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang bekerja sama dengan PKK sudah berlangsung sejak tahun 2007, yang pembagiannya dilakukan setiap menjelang bulan ramadhan. Pembagian Sembako, 10 hari sebelum bulan

13

ramadhan, hal tersebut telah diagendakan sejak bulan Juni 2010. Saksi Ruslan Sangadji dan Danawira Asrii menerangkan bahwa saksi sebagai Juru Kampanye dan partai pendukung Pasangan Calon Nomor Urut 2 tidak pernah melakukan, mengarahkan, dan memberikan instruksi untuk melakukan money politic; • Berdasarkan keterangan saksi Pihak Terkait tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon telah terbantahkan oleh saksi Pihak Terkait. Lagi pula kesaksian Irsanto C. Mamoto, saksi Seprianto, saksi Imran dan saksi Nuzuludin (saksi Pemohon) adalah bukti yang tidak sempurna karena saksi Pemohon tersebut “hanya melihat” ada pembagian Sembako di Kantor BKKBN Kota Palu, sehingga saksi Pemohon tidak mengetahui secara pasti apa maksud dan tujuan daripada pembagian Sembako tersebut; • Dalil Pemohon mengenai pemberian pengeras suara sebanyak 6 pcs pada kelompok pengajian telah dibantah oleh saksi Pihak Terkait (Nius Paruki, Ketua Pesta Akbar Maulid Nabi Muhammad Saw di Kota Palu) yang menerangkan bahwa tidak pernah ada pemberian pengeras suara sebanyak 6 pcs, yang benar adalah pada tanggal 9 Mei 2010 ada pemberian pengeras suara sebanyak 5 pcs yang dananya diambilkan dari Kas Indonesia Berzikir Sulawesi Tengah; Selain fakta hukum tersebut di atas, Mahkamah juga menemukan fakta hukum bahwa money politic Pemilukada Kota Palu, justru lebih mengarah dilakukan oleh Pemohon. Hal tersebut didasarkan pada keterangan saksi Pihak Terkait (Hilman, Mardiana, Nelvi, Adista, Eko Sugianto, Yayan Septiawan, Tri Wiyanto, Mustakim, Suwitno, Satar, Eva Angriani, Sumardin A, Yeviza, Susmiati, Rahman, dan Amin, dan Abdul Azis) yang pada pokoknya menerangkan bahwa telah menerima uang dari Tim Pemenangan Nomor Urut 5 (Pemohon) dengan pesan untuk memilih Pasangan Calon Nomor Urut 5. Apabila Mahkamah mencermati keterangan saksi Pihak Terkait, maka keterangan saksi Pihak Terkait saling bersesuaian dan berkaitan antara saksi satu dengan saksi lainnya, kecuali keterangan saksi Pihak Terkait (Amin) yang diragukan kebenarannya yaitu yang menerangkan bahwa telah didatangi oleh tiga orang, salah satunya bernama Azis memberikan uang kepada saksi sebanyak Rp. 500.000,- untuk membayar kost. Bukti PT-1 = Bukti T-13 = berkas yang diserahkan oleh saksi Darmiati, S.H., Anggota Panwaslu Kota Palu (saksi Termohon) adalah Putusan Pengadilan Negeri Palu Nomor 01/Pid.S/2010/PN.PL tanggal 12 Agustus 2010 atas nama terdakwa Yudi Arianto dan bukti berupa jilbab sebanyak 21 (dua puluh satu) lembar dengan photo Pasangan Calon Nomor Urut 2 (Habsa Yanti Ponulele – Arman Djanggala) yang bertuliskan “Mengundang Bapak/Ibu,Sdr/Sdr Untuk datang ke TPS masing-masing dan menggunakan hak pilihnya pada hari Rabu, tanggal 04 Agustus 2010, jam 7.00 – 13.00”, yang diserahkan oleh saksi Nius Paruki (saksi Pihak Terkait) telah menambah keyakinan Mahkamah mengenai adanya money politic yang dilakukan oleh Pemohon. Sekalipun Yudi Arianto tidak termasuk/terdaftar dalam Tim Sukses Pemohon (Bukti P-25) namun dakwaan jaksa terhadap Yudi Arianto dalam perkara pidana a quo berupa

14 memberikan uang sebanyak Rp.60.000,- kepada Andi Supriadi dan Sani untuk memilih Habsa Yanti Ponulele (Pemohon) oleh Pengadilan Negeri Palu telah dinyatakan terbukti dan menjatuhkan pidana penjara dan denda kepada Yudi Arianto selama tujuh bulan, dengan masa percobaan 1 tahun, dan denda sebanyak Rp. 2.000.000,- Pelanggaran money politic tidak harus dilakukan oleh Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 5, orang lain yang tidak terdaftar dalam Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 5 pun, pelanggarannya dapat dikaitkan dengan Pasangan Calon tersebut, apabila yang bersangkutan benar-benar dapat dibuktikan bahwa dana money politic tersebut diperoleh dari Pasangan Calon Nomor Urut 5. Terdakwa Yudi Arianto dalam Perkara Pidana Nomor 01/Pid.S/2010/PN.PL didakwa dengan Pasal 117 ayat (2) UU 32/2004 sebagaimana telah diubah dengan UU 12/2008 yang pada halaman 4 baris enam dinyatakan, “… Saat itu terdakwa mengatakan kepada saksi SANI “apa sudah didaftar jadi pemilih” dan dijawab oleh saksi Sani “sudah” kemudian terdakwa Yudi Arianto memberikan amplop yang berisikan uang tersebut kepada saksi SANI dan mengatakan “dari ibu HABSA YANTI… dst”. (vide Bukti PT-1 = Bukti T-13 = berkas dari saksi Darmiati, SH., (saksi Termohon); Berdasarkan fakta hukum dan pertimbangan hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa dalil permohonan Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan hukum; [3.27] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Termohon tidak menyampaikan kartu pemilih dan undangan kepada 4.371 pemilih yang terdaftar dalam DPT, sehingga dengan tidak disampaikannya kartu pemilih dan undangan tersebut menyebabkan banyak masyarakat Kota Palu tidak menggunakan hak pilihnya. Pemohon dalam bukti surat/tulisan yang diajukan tidak secara jelas menunjuk bukti mana untuk mendukung dalilnya tersebut. Apabila dicermati dalil Pemohon, maka alat bukti yang berkaitan dengan dalil Pemohon tersebut adalah tertuang dalam Bukti P-10.1 sampai dengan Bukti P- 14.128, dan sebagian bukti lainnya tersebar dalam Bukti P-15.1 sampai dengan Bukti P-15.515, serta menghadirkan saksi bernama Herling Robert Losu, Abdul Madjid, Hendrik, Syahrul, Yunita Pangkey, Saif Sulaiman, Moh. Yasin, dan Alfian; Terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon telah mengajukan bantahan yang menyatakan tidak benar dan tidak berdasar hukum dalil Pemohon tersebut, karena Termohon telah mengeluarkan Surat Nomor 179/KPU-Kota Palu-024-433212/VIII/2010 bertanggal 2 Agustus 2010 perihal Himbauan, yang mengumumkan kepada masyarakat Kota Palu yang belum mendapatkan undangan dan kartu pemilih, dapat memperoleh kartu pemilih dengan menunjukkan KTP sepanjang nama-namanya ada dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada Kota Palu. Surat KPU Kota Palu tersebut disosialisasikan kepada seluruh Tim Pasangan Calon tanpa terkecuali, baik melalui media cetak, siaran berita di Nuansa TV Palu, maupun menyampaikan langsung kepada Tim Pasangan Calon Nomor Urut 5. Untuk mendukung dalil bantahannya tersebut, Termohon mengajukan Bukti T-14 sampai dengan Bukti T-17, Bukti T-40, dan Bukti T-41;

15

Setelah Mahkamah mencermati dan meneliti bukti Pemohon dan Termohon, ditemukan fakta hukum sebagai berikut: • Kesaksian Nuzuluddin, Hendrik, Nuryana, Sumrak, dan Harisdianto tidak mendukung kebenaran dalil permohonan a quo, karena saksi tersebut sama sekali tidak memberikan keterangan mengenai undangan dan kartu pemilih. Oleh karena itu keterangan saksi Pemohon tersebut harus dikesampingkan; • Saksi Pemohon (Herling Robert Losu, Abdul Madjid, Hendrik, Syahrul, Yunita Pangkey, Saif Sulaiman, Moh. Yasin, dan Alfian) pada pokoknya menerangkan bahwa saksi dan/atau orang lainnya banyak tidak mendapat kartu undangan dan kartu pemilih; • Termohon dalam dalil bantahannya menyatakan bahwa telah mengumumkan kepada masyarakat Kota Palu yang belum mendapat undangan dan kartu pemilih dapat memperoleh kartu pemilih dengan menunjukkan KTP sepanjang nama-namanya ada dalam DPT Pemilukada Kota Palu, padahal apabila diteliti Bukti T-14 sama sekali tidak mengatur pemberian kesempatan kepada pemilih yang tidak mendapat undangan untuk dapat mengggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan KTP, sehingga Bukti T-14 tersebut tidak dapat membenarkan dalil bantahan Termohon. Bukti T-14 merupakan surat himbauan KPU Kota Palu Nomor 179/KPU-Kota Palu-024433212/VIII/2010 bertanggal 2 Agustus 2010 kepada PPK, PPS, dan KPPS se-Kota Palu untuk mencocokkan formulir model C-6 yang dipegang oleh Pemilih dengan KTP/identitas pemilih yang bersangkutan. Setelah Mahkamah meneliti Bukti T-17 berupa rekaman video talk show (dialog interaktif) yang dilakukan oleh Ketua KPU, Ketua Panwaslu, dan Kapolres Palu di Nuansa TV Kota Palu, maka Bukti T-17 itulah sebenarnya yang tepat untuk dijadikan dasar dalil bantahannya. Ketua KPU Kota Palu berdasarkan Bukti T-17 pada pokoknya menyatakan bahwa, “Pemilih yang berhak memilih adalah yang terdaftar dalam DPT, apabila sampai saat ini belum menerima surat panggilan dapat menghubungi PPS untuk mendapatkan C-6, dan apabila pada hari H namanya ada terdaftar dalam DPT mereka masih berhak memilih dengan menunjukkan identitas dirinya langsung menemui KPPS di mana namanya terdaftar”. Berdasarkan Bukti T-17 tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Termohon sebagai penyelenggara Pemilukada Kota Palu telah berusaha secara maksimal melakukan sosialisasi dan himbauan kepada pemilih yang tidak memperoleh formulir model C-6 untuk dapat menggunakan hak pilihnya dengan menghubungi KPPS di tempat mereka terdaftar dengan menunjukkan identitasnya. Oleh karena itu apabila Pemohon mendalilkan terdapat pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya karena pemilih tersebut tidak mendapat formulir model C-6 merupakan dalil yang tidak berdasarkan hukum; Terlepas dari fakta hukum di atas, Mahkamah berpendapat bahwa bukti Pemohon berupa fotokopi surat undangan (C-6 KWK) sebanyak 1.362 (vide Bukti P-10.1 sampai dengan Bukti P-13.150) dan kartu pemilih sebanyak 128 (vide Bukti P-14.1 s.d. Bukti P-14.128 ), seandainyapun benar ada pemilih

16 yang tidak mendapat kartu undangan dan kartu pemilih, maka jumlahnya hanya 1.490 pemilih. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang didalilkan Pemohon bahwa yang tidak memperoleh C-6 dan kartu pemilih berjumlah 4.371. Bukti Pemohon berupa C-6 dan kartu pemilih tersebut tidak serta merta dapat membuktikan bahwa benar ada pemilih yang tidak mendapat C-6 dan kartu pemilih, namun bukti Pemohon tersebut justru membuktikan sebaliknya bahwa nama-nama pemilih yang tercantum dalam Bukti P-10.1 sampai dengan Bukti P-13.150 adalah pemilih yang mendapat C- 6 dan kartu pemilih. Pemilih tersebut tidak menggunakan hak pilihnya bukan semata-mata karena tidak mendapat C-6 ataupun tidak mendapatkan kartu pemilih, namun dapat saja dikarenakan atas kehendaknya sendiri dan seandainyapun pemilih tersebut menggunakan hak pilihnya belum tentu memilih Pemohon. Berdasarkan penilaian hukum tersebut, Mahkamah berpendapat bahwa Bukti P-10.1 sampai dengan Bukti P-13.150 tidak dapat meyakinkan Mahkamah sebagai bukti yang benar yang dapat mendukung dalil permohonan Pemohon, karena bukti-bukti Pemohon tersebut tidak didukung dengan keterangan pemilih yang termuat dalam bukti dimaksud. Menurut Mahkamah, bahkan pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT masih dapat memilih dengan menunjukkan KTP atau paspor [vide Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 bertanggal 6 Juli 2009]. Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa dalil Pemohon tidak terbukti dan tidak beralasan menurut hukum.; [3.28] Menimbang bahwa Pemohon mendalilkan, Termohon telah membatalkan 2.408 surat suara coblos tembus pada gambar dan nomor Pemohon, tetapi Pemohon tidak mempermasalahkan surat suara coblos tembus pada pasangan calon yang lain untuk mendukung dalilnya tersebut, Pemohon menghadirkan saksi bernama Moh. Yasin dan Muslimin; Terhadap dalil Pemohon tersebut, Termohon mengajukan bantahan yang menyatakan bahwa kasus coblos tembus yang terjadi di beberapa TPS telah diselesaikan pada Rekapitulasi Tingkat PPK dengan melakukan penghitungan ulang. Saksi Pemohon telah menerima dan menandatangani Berita Acara Rekapitulasi Penghitungan Ulang Surat Suara Coblos Tembus di Tingkat PPK. Untuk mendukung dalil bantahannya, Termohon mengajukan Bukti T-18 sampai dengan Bukti T-22, serta menghadirkan saksi bernama Marwan, Aspul Arsyad, Sucipto, Muslim, S.Sos, Awir, Chairil, Suwitno, Mardin, Kasmudin, Ferday Paembonan, dan Darmiati, S.H; Setelah Mahkamah meneliti dan mencermati bukti Pemohon dan Termohon, ditemukan fakta hukum bahwa keterangan saksi Pemohon tidak bersesuaian antara saksi yang satu dengan yang lainnya. Saksi Moh. Yasin menerangkan bahwa jumlah surat suara coblos tembus di TPS 3 Kelurahan Nunu yang dinyatakan tidak sah sebanyak 120 suara, sedangkan saksi Muslimin menerangkan bahwa jumlah surat suara coblos tembus di TPS 3 Kelurahan Nunu yang dinyatakan tidak sah sebanyak 38 suara. Seandainyapun benar keterangan saksi Moh. Yasin mengenai jumlah surat suara tidak sah di TPS 3 Kelurahan Nunu sebanyak 120 suara adalah milik Pemohon, maka apabila surat suara tersebut ditambahkan ke dalam perolehan suara Pemohon,

17

perolehan suara Pemohon tidak akan melebihi daripada perolehan suara Pihak Terkait. Perolehan suara Pihak Terkait berdasarkan Rekapitulasi Suara Termohon (Bukti T-23 = Bukti P-3) berjumlah 43.411, sedangkan perolehan suara Pemohon berjumlah 38.287. Apabila perolehan suara Pemohon berjumlah 38.287 suara ditambah dengan surat suara tidak sah berjumlah 120 suara, maka perolehan suara Pemohon (38.287 + 120) menjadi 38.407 suara. Jumlah perolehan suara Pemohon tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan perolehan suara Pihak Terkait berjumlah 43.411 suara. Berdasarkan fakta hukum tersebut di atas, Mahkamah berpendapat bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan dalil permohonan a quo, oleh karena itu permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak beralasan hukum; [3.29] Menimbang bahwa untuk sebagian besar dalil Pemohon dibuktikan dengan surat pernyataan yang dituangkan dalam Bukti P-15.1 sampai dengan Bukti P-15.518. Surat pernyataan tersebut dibuat dan ditandatangani sendiri oleh yang bersangkutan, tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang untuk itu, sehingga nilai pembuktiannya tidak sempurna, karena surat pernyataan tersebut hanyalah surat biasa dan tidak didukung dengan alat bukti lainnya. Sebagian kecil dari surat pernyataan tersebut yang isinya sama dengan keterangan saksi Pemohon di dalam persidangan yang telah dinilai dalam pertimbangan di atas, sehingga bukti Pemohon a quo harus dikesampingkan. Berdasarkan hal tersebut di atas, dalil Pemohon a quo harus dianggap tidak terbukti menurut hukum;

24. KETUA: MOH. MAHFUD MD

4. KONKLUSI Berdasarkan atas penilaian fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan bahwa: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2] Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan diajukan dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Eksepsi Pihak Terkait tidak tepat dan tidak beralasan menurut hukum; [4.5] Pokok Permohonan tidak tepat dan tidak beralasan menurut hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

18

5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan: Dalam Eksepsi: Menolak eksepsi Pihak Terkait; Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

KETUK PALU 1X

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi pada hari Rabu tanggal satu bulan September tahun dua ribu sepuluh dan diucapkan dalam Sidang Pleno Terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh kami Moh. Mahfud MD selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Harjono, Ahmad Fadlil Sumadi, M. Arsyad Sanusi, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Maria Farida Indrati, dan Hamdan Zoelva masing-masing sebagai Anggota, dibantu oleh Sunardi sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. 147 dan 150 satu perkara. Putusan Nomor 147 dan Nomor 150.

PUTUSAN Nomor 147-150/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010, yang diajukan oleh: Perkara Nomor 147/PHPU.D-VIII/2010 [1.2] 1. Nama : Dr. H Agus Wahyu Arifin, M.M. Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 17 Agustus 1953 Pekerjaan : PNS (MPP 1 September 2009) Alamat : Jalan Raya Karangpandan Nomor 348 RT/RW 05/01 Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang 2. Nama : Drs. H. Abdul Mujib Syadzili, M.Si. Tempat dan Tangal Lahir : Malang, 15 September 1967 Pekerjaan : Kepala SMK NU Miftahul Huda, Kepanjen, Malang Alamat : Jalan Raya Sumberpasir Nomor 99 Pakis, Kabupaten Malang

19

Adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor Urut 3; Berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 23 Agustus 2010, memberikan kuasa kepada Drs. Jufri Muhammad Adi, S.H., M.H., M.M., M.M.Pd., Advokat pada kantor ”Advokat JMA & Partners” yang berkedudukan di Jalan Ahmad Yani Gang Ganesha Nomor 16 Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai ------Pemohon I; Perkara Nomor 150/PHPU.D-VIII/2010 [1.3] 1. Nama : Mochamad Geng Wahyudi, S.H., M.Hum. NIK : 3507191910830001 Pekerjaan : Pengusaha Alamat : Jalan Raya Golek Nomor 1 RT/RW 03/03 Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur 2. Nama : Drs. H. Abdur Rahman NIK : 3507041005650004 Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Malang Alamat : Desa Klepu RT/RW 01/01 Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur Adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor Urut 2; Berdasarkan Surat Kuasa bertanggal 13 Agustus 2010, memberikan kuasa kepada i) Andy Firasadi, S.H., M.H.; ii) Sudiyatmiko Aribowo, S.H.; iii) Anthony LJ Ratag, S.H.; iv) Amir Burhannudin, S.H.; v) Ali Wahyudin, S.H.; dan vi) Didit Wicaksono, S.H., M.H., adalah Advokat yang tergabung dalam Tim Pemenangan Ebes Ngalam yang berkedudukan di Jalan Raya Golek RT/RW 04/06 Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, bertindak untuk dan atas nama Pemohon; Selanjutnya disebut sebagai ------Pemohon II; Terhadap: [1.5] Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang, berkedudukan di Jalan Raden Panji Nomor 119 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur; Berdasarkan Surat Kuasa Nomor 115/KPU-Kab/014.329781/VIII/2010 dan Surat Kuasa Nomor 116/KPU-Kab/014.329781/VIII/2010 masing-masing bertanggal 21 Agustus 2010, memberikan kuasa kepada i) Robikin Emhas, S.H., M.H.; ii) Arif Effendi, S.H.; dan iii) Syarif Hidayatullah, S.H., MBA.; adalah Advokat dan Konsultan Hukum pada ”Art & Partner” beralamat di Menara Kuningan 8th Floor Suite C-2, Jalan HR Rasuna Said Blok X-7 Kav. 5, Jakarta, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Termohon; Selanjutnya disebut sebagai ------Termohon;

20

[1.6] 1. Nama : Drs. H Rendra Kresna, S.H, M.M. Tempat dan Tanggal Lahir : Pamekasan, 22 Maret 1962 Agama : Islam Alamat : Jalan Abdillah VI Genitri, Tirtomoyo, Pakis, Kabupaten Malang 2. Nama : H Subhan, A.Md. Tempat dan Tanggal Lahir : Malang, 29 Agustus 1970 Agama : Islam Alamat : Jalan Semeru Nomor 786 Dilem, Kepanjen, Kabupaten Malang Adalah Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor Urut 1; Berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Agustus 2010, memberikan kuasa kepada i) Rudi Alfonso, S.H.; ii) Samsul Huda, S.H.; iii) Misbahuddin Gasma, S.H.; dan iv) Mona Bidayati, S.H., yaitu Advokat dan Konsultan Hukum pada ”Alfonso & Partners Law Office” yang beralamat di Ariobimo Sentral 6th Floor, Jalan HR. Rasuna Said Kav. X-2 Nomor 5, Jakarta, baik secara bersama- sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Pihak Terkait; Selanjutnya disebut sebagai ------Pihak Terkait; [1.7] Membaca permohonan dari para Pemohon; Mendengar keterangan dari para Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca jawaban tertulis dari Termohon dan Pihak Terkait; Memeriksa bukti-bukti dari para Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Mendengar keterangan saksi dari para Pemohon dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis dari para Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; 25. HAKIM ANGGOTA : AHMAD FADLIL SUMADI

Pendapat Mahkamah Dalam Eksepsi [3.11] Menimbang bahwa dalam tanggapannya, Pihak Terkait mengajukan eksepsi terhadap permohonan para Pemohon yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Permohonan para Pemohon bukan merupakan objek sengketa hasil pemilukada (error in objecto) dan bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi; 2. Permohonan para Pemohon kabur (obscuur libel); [3.11.1] Terhadap eksepsi Pihak Terkait bahwa permohonan para Pemohon bukan merupakan objek sengketa hasil pemilukada (error in objecto) dan bukan kewenangan Mahkamah Konstitusi, Mahkamah memberikan penilaian hukum sebagai berikut. Bahwa pelanggaran-pelanggaran di dalam sengketa Pemilukada dapat dikategorikan ke dalam beberapa pelanggaran Pemilu ataupun pelanggaran

21

Pemilukada seperti pelanggaran administratif dan pelanggaran pidana Pemilu, misalnya money politic, intimidasi, dan penganiayaan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, jenis-jenis pelanggaran tersebut masing-masing ditangani oleh instansi yang fungsi dan wewenangnya telah ditentukan oleh Undang-Undang; Bahwa Mahkamah dalam menangani sengketa Pemilu ataupun Pemilukada telah memaknai dan memberikan pandangan hukumnya melalui putusan- putusannya dengan memberikan penafsiran yang luas demi tegaknya keadilan, yaitu Mahkamah tidak hanya terpaku secara harfiah dalam memaknai Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 dan Pasal 4 PMK 15/2008 yang pada pokoknya menyatakan Mahkamah mengadili perkara Pemilukada terbatas hanya persoalan hasil perolehan suara. Selengkapnya Pasal 106 ayat (2) UU 32/2004 juncto UU 12/2008 menyatakan, “Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berkenaan dengan hasil penghitungan suara yang memengaruhi terpilihnya pasangan calon”, dan Pasal 4 PMK 15/2008 menyatakan, “Objek perselisihan Pemilukada adalah hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh Termohon yang mempengaruhi: a. penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti putaran kedua Pemilukada; atau b. terpilihnya Pasangan Calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah.” Bahwa dalam mengemban misinya Mahkamah sebagai pengawal konstitusi dan pemberi keadilan tidak dapat memainkan perannya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara dalam memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat jika dalam menangani sengketa Pemilukada hanya menghitung perolehan suara secara matematis. Sebab kalau demikian, Mahkamah tidak dapat atau dilarang memasuki proses peradilan dengan memutus fakta hukum yang nyata-nyata terbukti tentang terjadinya suatu tindakan hukum yang menciderai hak-hak asasi manusia, terutama hak politik. Lebih dari itu, apabila Mahkamah diposisikan untuk membiarkan proses Pemilu ataupun Pemilukada berlangsung tanpa ketertiban hukum maka pada akhirnya sama saja dengan membiarkan terjadinya pelanggaran atas prinsip Pemilu yang Luber dan Jurdil. Jika demikian maka Mahkamah selaku institusi negara pemegang kekuasaan kehakiman hanya diposisikan sebagai “tukang stempel” dalam menilai kinerja Komisi Pemilihan Umum. Jika hal itu terjadi berarti akan melenceng jauh dari filosofi dan tujuan diadakannya peradilan atas sengketa hasil Pemilu atau Pemilukada tersebut. Terlebih lagi banyak fakta terjadinya pelanggaran yang belum dapat diselesaikan oleh peradilan umum karena waktu penyelidikan atau penyidikannya telah habis sedangkan KPU dan KPU Provinsi/Kabupaten/Kota harus segera menetapkan hasil Pemilukada sesuai dengan tenggat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang; Bahwa dari pandangan hukum di atas, Mahkamah dalam mengadili sengketa Pemilukada tidak hanya membedah permohonan dengan melihat hasil perolehan suara an sich, melainkan Mahkamah juga meneliti secara mendalam adanya pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang memengaruhi hasil perolehan suara tersebut. Dalam berbagai putusan Mahkamah yang seperti itu terbukti telah memberikan makna hukum dan

22 keadilan dalam penanganan permohonan, baik dalam rangka pengujian Undang-Undang maupun sengketa Pemilu atau Pemilukada. Dalam praktik yang sudah menjadi yurisprudensi dan diterima sebagai solusi hukum itu, Mahkamah dapat menilai pelanggaran-pelanggaran yang terstruktur, sistematis, dan masif sebagai penentu putusan dengan alasan pelanggaran yang memiliki tiga sifat itu dapat memengaruhi hasil peringkat perolehan suara yang signifikan dalam Pemilu atau Pemilukada (vide Putusan Mahkamah dalam Perkara Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 bertanggal 2 Desember 2008); Bahwa dasar konstitusional atas sikap Mahkamah yang seperti itu adalah ketentuan Pasal 24C ayat (1) yang menyatakan, “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili ..., dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”. Di dalam ketentuan tersebut jelas dinyatakan bahwa Mahkamah mengadili dan memutus “hasil pemilihan umum” dan bukan sekedar “hasil penghitungan suara pemilihan umum” saja. Mahkamah sebagai lembaga peradilan menjadi lebih tepat jika mengadili “hasil pemilihan umum” dan bukan sebagai peradilan angka hasil penghitungan suara, melainkan sebagai peradilan yang mengadili masalah-masalah yang juga terjadi dalam proses- proses pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada; Bahwa dalam menilai proses terhadap hasil Pemilu atau Pemilukada tersebut Mahkamah membedakan berbagai pelanggaran ke dalam tiga kategori. Pertama, pelanggaran dalam proses yang tidak berpengaruh atau tidak dapat ditaksir pengaruhnya terhadap hasil suara Pemilu atau Pemilukada seperti pembuatan baliho, kertas simulasi yang menggunakan lambang, dan alat peraga yang tak sesuai dengan tatacara yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk jenis pelanggaran yang seperti ini Mahkamah tidak dapat menjadikannya sebagai dasar pembatalan hasil penghitungan suara yang ditetapkan oleh KPU atau KPU Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal ini sepenuhnya menjadi ranah peradilan umum dan/atau PTUN. Kedua, pelanggaran dalam proses Pemilu atau Pemilukada yang berpengaruh terhadap hasil Pemilu atau Pemilukada seperti money politic, keterlibatan oknum pejabat atau PNS, dugaan pidana Pemilu, dan sebagainya. Pelanggaran yang seperti ini dapat membatalkan hasil Pemilu atau Pemilukada sepanjang berpengaruh secara signifikan, yakni karena terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif yang ukuran-ukurannya telah ditetapkan dalam berbagai putusan Mahkamah; sedangkan pelanggaran- pelanggaran yang sifatnya tidak signifikan terhadap hasil Pemilu atau Pemilukada seperti yang bersifat sporadis, parsial, perorangan, dan hadiah- hadiah yang tidak bisa dibuktikan pengaruhnya terhadap pilihan pemilih tidak dijadikan dasar oleh Mahkamah untuk membatalkan hasil penghitungan suara oleh KPU/KPU Provinsi/Kabupaten/Kota. Ketiga, pelanggaran tentang persyaratan menjadi calon yang bersifat prinsip dan bisa diukur (seperti syarat tidak pernah dijatuhi hukuman pidana dan syarat keabsahan dukungan bagi calon independen) dapat dijadikan dasar untuk membatalkan hasil Pemilu atau Pemilukada karena ada pesertanya yang tidak memenuhi syarat sejak awal; Bahwa berdasar pandangan dan paradigma yang dianut tersebut maka Mahkamah menegaskan bahwa pembatalan hasil Pemilu atau Pemilukada

23 karena pelanggaran-pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif sama sekali tidak dimaksudkan oleh Mahkamah untuk mengambil alih kewenangan badan peradilan lain. Mahkamah tidak akan pernah mengadili pelanggaran pidana atau administrasi dalam Pemilu atau Pemilukada, melainkan hanya mengambil pelanggaran-pelanggaran yang terbukti di bidang itu yang berpengaruh terhadap hasil Pemilu atau Pemilukada sebagai dasar putusan tetapi tidak menjatuhkan sanksi pidana dan sanksi administrasi terhadap para pelakunya. Oleh sebab itu, setiap pelanggaran yang terbukti menurut Hukum Acara Mahkamah Konstitusi dan dijadikan dasar putusan pembatalan oleh Mahkamah tetap dapat diambil langkah hukum lebih lanjut untuk diadili oleh lembaga peradilan umum atau PTUN sebab Mahkamah tidak pernah memutus dalam konteks pidana atau administratif. Bahkan terkait dengan itu, khusus untuk pelanggaran pidana, Mahkamah Konstitusi sudah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 016/PK/SET.MK/2010 dan Nomor B/18/VIII/2010 bertanggal 10 Agustus 2010 yang isinya mendorong agar temuan-temuan pidana dari persidangan-persidangan Pemilukada di Mahkamah dapat terus ditindaklanjuti; Bahwa objek permohonan para Pemohon terkait dengan sengketa hasil penghitungan suara Pemilukada, yaitu Pemilukada Kabupaten Malang dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang Nomor 106/Kpts/KPU- Kab/014.329781/2010 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010, bertanggal 12 Agustus 2010; Bahwa berdasarkan pandangan hukum di atas, maka eksepsi tentang kewenangan Mahkamah adalah tidak tepat dan tidak beralasan hukum, sehingga Mahkamah berwenang mengadili pelanggaran Pemilu atau Pemilukada untuk menentukan apakah ada pelanggaran-pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, termasuk penghitungan hasil perolehan suara yang berpengaruh terhadap penetapan hasil Pemilu atau Pemilukada; [3.11.2] Terhadap eksepsi Pihak Terkait bahwa permohonan para Pemohon obscuur libel karena tidak menguraikan secara jelas kesalahan hasil penghitungan suara yang telah ditetapkan oleh Pemohon dan tidak adanya dalil para Pemohon mengenai perselisihan hasil penghitungan suara, Mahkamah berpendapat eksepsi a quo sudah memasuki dan terkait dengan pokok permohonan. Oleh karena itu, eksepsi Termohon dan Pihak Terkait a quo akan dipertimbangkan dan diputus bersama pokok permohonan; [3.12] Menimbang bahwa oleh karena Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo, Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan, dan permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan, maka Mahkamah selanjutnya akan mempertimbangkan pokok permohonan; Dalam Pokok Permohonan [3.13] Menimbang bahwa dari fakta hukum, baik dalil Pemohon, jawaban Termohon, jawaban Pihak Terkait, serta bukti-bukti surat dan

24

keterangan saksi Pemohon dan Pihak Terkait, Mahkamah menemukan fakta hukum baik yang diakui maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut: [3.13.1] Bahwa di persidangan terdapat fakta hukum dan dalil-dalil permohonan Pemohon yang tidak dibantah oleh Termohon, karenanya fakta hukum tersebut menjadi hukum bagi Pemohon dan Termohon sehingga hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu: 1. Berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang Nomor 75/Kpts/KPU-Kab/014.329781/2010 tentang Penetapan Nomor Urut dan Nama-Nama Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010, bertanggal 7 Juni 2010, Pemohon I dan Pemohon II adalah Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang dengan Nomor Urut 3 dan Nomor Urut 2; 2. Pemungutan suara pada Pemilukada Kabupaten Malang Tahun 2010 dilaksanakan hari Kamis, tanggal 5 Agustus 2010; 3. Hasil rekapitulasi Pemilukada Kabupaten Malang Tahun 2010 ditetapkan KPU Kabupaten Malang dengan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang Nomor 106/Kpts/KPU-Kab/014.329781/2010 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010, bertanggal 12 Agustus 2010; [3.13.2] Bahwa di samping fakta hukum atau hal-hal yang diakui para pihak, dalam persidangan juga terdapat fakta hukum atau hal-hal yang menjadi pokok perselisihan, yaitu: 1. Ketidaknetralan penyelenggara Pemilukada; 2. Keterlibatan PNS dalam Pemilukada; 3. Ketidaknetralan pejabat Pemerintah dan Anggota DPRD; 4. Penggunaan fasilitas dinas oleh pasangan calon; 5. Intimidasi dan praktik politik uang; 6. Perjudian; dan 7. Perselisihan hasil perolehan suara;

26. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM

[3.14] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah akan memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut: Ketidaknetralan Penyelenggara Pemilukada [3.15] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan dalam pelaksanaan Pemilukada Kabupaten Malang, Termohon, Panwaslu Kabupaten, dan Panwaslu Kecamatan tidak netral dan berpihak kepada Pasangan Calon Nomor Urut 1. Menurut Pemohon I ketidaknetralan tersebut ditunjukkan dengan;

25

1. Anggota KPPS, PPS, dan PPK sering berkumpul dan membantu sosialisasi pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1; 2. Anggota Panwaslu Kabupaten dan Panwaslu Kecamatan membiarkan praktik politik uang (money politic) oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 di Kecamatan Pakisaji, Bantur, dan Gondanglegi, berupa pembagian 2 kg beras yang pada kemasannya terdapat foto Pasangan Calon Nomor Urut 1; 3. Anggota Panwaslu Kabupaten dan Panwaslu Kecamatan Gondanglegi membiarkan praktik politik uang yang diduga dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 dengan cara membagikan kupon sebanyak 2.000 lembar, yang masing-masing kupon dapat ditukarkan dengan 10 kg beras; 4. Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan 2 yang dilakukan di luar jadwal dan tempat yang ditentukan, tidak pernah mendapatkan teguran dan sanksi dari Panwaslu; 5. KPU Kabupaten Malang berkolusi dengan Pasangan Calon Nomor Urut 1 pada saat sosialisasi dengan memberikan contoh kertas suara yang terdapat gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1; Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon I mengajukan Bukti P.I-5 sampai dengan Bukti P.I-11A, Bukti P.I-19, Bukti P.I-19A, Bukti P.I-21, serta Bukti P.I- 27 sampai dengan Bukti P.I-29, dan mengajukan Saksi Sri Hariani, Jumawi, Muhammad Abidin, dan Sugeng Suwarso, yang pada pokoknya menerangkan bahwa para Saksi menerima sembako berupa beras dan/atau gula dari Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 1. Pembagian sembako tersebut ada yang dilakukan sebelum pemungutan suara, dan ada yang dibagikan pada malam hari setelah pemungutan suara selesai, antara lain di Desa Wonorejo; [3.15.1] Termohon membantah dalil Pemohon I tersebut dengan alasan Pemohon I tidak menguraikan dengan jelas kapan, dimana, dan bagaimana cara KPPS, PPS dan PPK membantu sosialisasi pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 dimaksud; Terkait dalil Pemohon I mengenai pembiaran praktik politik uang, Termohon menyatakan Panwaslukada telah menindaklanjuti laporan nomor 24/07/Panwaslucam/Pakisaji/VIII/2010 yang diajukan Suliono di Kecamatan Pakisaji, dengan terlapor Budi dan Misdi. Laporan tersebut tidak memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti. Terhadap Laporan Nomor 01/Panwaslukada/VI/II/2010 yang diajukan Sibaweh Ghozali Amin di Kecamatan Bantur, dengan terlapor Titik Hariono, laporan dimaksud telah kadaluwarsa. Sedangkan Laporan Nomor 015/Panwascam/Pilkada/VIII/2010 yang diajukan Muchlis di Gondanglegi, dengan terlapor Tim Pasangan Ebes Ngalam, laporan dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti. Terkait dalil Pemohon I mengenai tidak ditegurnya Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan 2 yang melakukan kampanye di luar jadwal, Termohon menyatakan, seharusnya Pemohon I melaporkan kepada Panwaslu. Untuk membuktikan dalilnya, Termohon mengajukan Bukti T-72 dan T-73; [3.15.2] Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dengan mengajukan Saksi Ahmad Andi (Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1) dan Misti yang pada pokoknya menerangkan bahwa tidak ada perintah kepada Tim Pasangan Calon Nomor Urut 1 untuk membagikan beras dan gula;

26

[3.15.3] Berdasarkan keterangan para Saksi dan fakta yang terungkap di persidangan, Mahkamah menilai benar terjadi pembagian beras dan gula di beberapa tempat oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1, namun tidak dapat dibuktikan bahwa pembagian beras dan gula tersebut terjadi secara massive sehingga menguntungkan Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan jumlah suara yang cukup signifikan. Atas dasar pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, dalil Pemohon I dinyatakan tidak terbukti menurut hukum; [3.16] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan KPPS dalam setiap kegiatan sosialisasi Pemilukada menggunakan alat peraga yang mengarahkan peserta sosialisasi untuk memilih/mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 1. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P-15; Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa dalil Pemohon II kabur karena tidak dijelaskan siapa KPPS, serta kapan dan dimana dilakukan sosialisasi dimaksud; Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa Pihak Terkait tidak pernah meminta KPPS untuk mensosialisasikan Pasangan Calon Nomor Urut 1; Terhadap dalil Pemohon II tersebut, Mahkamah menilai dalil tidak diuraikan dengan jelas sehingga sulit untuk diperiksa dan dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II tersebut harus dikesampingkan; [3.17] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Termohon memasang baliho berukuran 5x12 meter bergambar surat suara Pemilukada Kabupaten Malang yang hanya mencantumkan gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1. Baliho tersebut dipasang di enam lokasi dengan tujuan mengarahkan masyarakat agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P-16 dan Saksi Muhammad Lutfi, Nur Yasin, Lunto Wiyantoro, dan Suhadi, yang pada pokoknya menerangkan melihat baliho contoh surat suara yang hanya bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1 dipasang di Kecamatan Lawang, Bululawang, Dau, Kepanjen, dan Dampit; [3.17.1] Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang pemasangan alat peraga kampanye bergambar surat suara Pemilukada dengan hanya mencantumkan gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1. Termohon juga menerangkan bahwa setelah mendapat rekomendasi dari Panwaslu terkait baliho pasangan calon yang menggunakan lambang-lambang pemerintah daerah dan penyelenggara pemilu, Termohon menerbitkan surat yang ditujukan kepada semua peserta pemilukada, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan menutup gambar lambang- lambang tersebut. Untuk membuktikan dalilnya, Termohon mengajukan Bukti T-82, Bukti T-83, Bukti T-84, dan Bukti T-88; [3.17.2] Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II, dan menyatakan bahwa lambang Kabupaten Malang dan KPU yang dipergunakan Pemohon II dalam balihonya telah ditutup setelah mendapat surat dari KPU Kabupaten Malang;

27

[3.17.3] Berdasarkan fakta di persidangan, Mahkamah menilai Pasangan Calon Nomor Urut 1 memang memasang baliho bergambar surat suara dengan lambang Pemerintah Kabupaten Malang dan KPU Kabupaten Malang yang hanya mencantumkan gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1 saja, tetapi lambang tersebut telah ditutup setelah mendapat surat dari KPU Kabupaten Malang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti menurut hukum; [3.18] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan terjadi mobilisasi terhadap para Guru Tidak Tetap (GTT) se-Kabupaten Malang di GOR Ken Arok, Kota Malang, pada tanggal 3 Juli 2010, yang dihadiri Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan Anggota DPR RI Nurul Arifin. Pada acara tersebut, Pasangan Calon Nomor Urut 1 menjanjikan jika terpilih sebagai Bupati Malang, para GTT yang hadir akan diangkat menjadi PNS, sedangkan yang belum terdaftar sebagai GTT akan dijadikan GTT. Untuk membuktikan dalilnya Pemohon II mengajukan Bukti P-14 berupa kliping berita dari laman berita surya.co.id berjudul “Rendra Janji Bantu dan Dukung GTT/PTT”; [3.18.1] Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dan menyatakan tidak pernah memobilisasi GTT dalam kegiatan terkait Pemilukada. Untuk membuktikan bantahannya, Pihak Terkait mengajukan Saksi Nurul Yakin yang menerangkan bahwa Saksi adalah GTT SMAN 1 Singosari yang menjadi Ketua Panitia acara Sosialisasi RPP Tenaga Honorer yang dilaksanakan di GOR Ken Arok; [3.18.2] Berdasarkan bukti tertulis dan saksi yang diajukan para pihak, Mahkamah menilai seandainya benar ada janji dari Pasangan Calon Nomor Urut 1 mengenai pengangkatan GTT/PTT sebagai PNS, Pemohon II masih harus membuktikan bahwa janji tersebut mempengaruhi para GTT/PTT untuk memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1. Di samping itu, janji dari pasangan calon tertentu tidak dapat dikualifisir sebagai tindakan terstruktur, sistematis, dan massive yang secara signifikan mempengaruhi perolehan suara masing- masing pasangan calon. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti; Keterlibatan PNS dalam Pemilukada [3.19] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan Pasangan Calon Nomor Urut 1 secara sistematis dan masif melibatkan birokrat mulai dari Kepala Dinas, Camat, dan Kepala Desa, sebagai berikut: 1. Kepala Dinas dan Camat menginstruksikan kepada Kepala Desa/Lurah untuk mensosialisasikan Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan membagikan poster/gambar; 2. Pasangan Calon Nomor Urut 1 menggunakan acara-acara dinas Wakil Bupati Malang untuk sosialisasi dan kampanye dengan membagikan beras, jam dinding, semen, baju koko, mukenah, dan uang, yang pendistribusiannya dilakukan oleh aparat kecamatan maupun desa/kelurahan; 3. Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 1 memesan beras di penggilingan padi di Sumber Wuni, Kecamatan Lawang, untuk dibungkus dan diberi

28

gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1 guna dibagikan kepada pemilih di wilayah Malang Utara; Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon I mengajukan Bukti P.I-20 berupa undangan yang ditandatangani oleh Dra. Elly Amir K mengenai acara silaturahmi dan temu kader pendukung H Rendra Kresna. Menurut Pemohon I, Dra. Elly Amir K adalah PNS di Kawedanan Tumpang; [3.19.1] Mengenai keterlibatan PNS dalam penggalangan dukungan bagi Pasangan Calon Nomor Urut 1, Termohon membantah dalil tersebut dan menyatakan bahwa dalil Pemohon I tidak diuraikan secara jelas sehingga sulit untuk ditanggapi; [3.19.2] Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dengan mengajukan Saksi Ahmad Andi (Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1) yang pada pokoknya menerangkan bahwa Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 tidak pernah melibatkan PNS dan pejabat; Dalam persidangan, Pemohon I hanya mengemukakan dalil-dalil tanpa mengajukan alat bukti apapun. Selain itu, dalil Pemohon I juga tidak diuraikan dengan jelas kapan, dimana, siapa pelaku dan penerima, dan bagaimana praktik keterlibatan aparat pemerintah yang didalilkannya. Dengan pertimbangan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon I harus dinyatakan tidak terbukti menurut hukum; [3.20] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Termohon secara sengaja merekrut PNS dan karyawan badan usaha Pemerintah Daerah sebagai anggota PPK, PPS, dan KPPS. Menurut Pemohon II, tindakan Termohon tersebut adalah upaya memenangkan Pasangan Calon Nomor Urut 1; Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang PNS menjadi anggota PPK, PPS dan KPPS; [3.20.1] Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dengan mengajukan Saksi Ahmad Andi yang menerangkan bahwa tidak ada anggota Tim Kampanye Pasangan Calon Nomor Urut 1 yang berstatus PNS. Pihak Terkait juga mengajukan Saksi Abdulrahman Firdaus yang menerangkan bahwa PNS tidak dilarang untuk menjadi PPK, PPS, atau KPPS; [3.20.2] Mahkamah berpendapat bahwa memang tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang PNS untuk menjadi anggota PPK, KPPS, maupun petugas PPS. Adapun jika ternyata PNS yang menjadi petugas penyelenggara pemilukada melakukan pelanggaran atau bersikap tidak netral, seharusnya Pemohon II melaporkan hal tersebut kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan, yaitu Panwaslu. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti; Ketidaknetralan pejabat dan Wakil Rakyat [3.21] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Kepala Desa bersama-sama dengan istri calon wakil bupati Pasangan Calon Nomor Urut 1 melakukan kampanye di tengah-tengah masyarakat dan mempengaruhi masyarakat agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan menyatakan Pasangan Calon Nomor Urut 1 telah memberikan bantuan uang kepada

29

masyarakat. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P.II- 13; Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa dalil Pemohon II tidak diuraikan dengan jelas mengenai waktu dan tempat terjadinya; Terhadap dalil Pemohon II, Mahkamah menilai bukti rekaman video yang diajukan tidak cukup jelas menunjukkan PNS Djuadi yang dimaksud, serta tidak jelas pula menerangkan kapan pertemuan dengan ibu-ibu Fatayat NU tersebut dilakukan. Seandainya benar bahwa pertemuan tersebut dilakukan di rumah PNS yang bernama Djuadi, Pemohon II tidak membuktikan bahwa hal tersebut mengakibatkan kerugian pada Pemohon II, serta Pemohon II juga tidak dapat menunjukkan pengaruh pertemuan tersebut terhadap pilihan warga sekitar yang secara signifikan dapat mempengaruhi peringkat perolehan suara masing-masing pasangan calon. Selain itu, jika memang terdapat keterlibatan PNS dalam kampanye salah satu pasangan calon, seharusnya dilaporkan terlebih dahulu kepada Panwaslu. Berdasarkan pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II tidak terbukti menurut hukum;

27. HAKIM ANGGOTA : MARIA FARIDA INDRATI

[3.22] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan pada tanggal 3 Agustus 2010 sekitar pukul 19:30 WIB sampai dengan pukul 21:00 WIB, Anggota DPRD Kabupaten Malang Imam Syafii memberikan ceramah di hadapan peserta istighosah yang pada intinya meminta masyarakat agar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1 di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis. Setelah itu, Pamong Desa Tirtomoyo (Tatang) membagikan uang kepada warga yang hadir dalam acara tersebut. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P-10; [3.22.1] Termohon membantah dalil Pemohon II dengan menyatakan bahwa laporan terkait Imam Syafii dinyatakan oleh Panwaslu Kabupaten Malang tidak memenuhi syarat, sedangkan laporan terkait Tatang telah ditindaklanjuti oleh Panwaslu Kabupaten Malang. Untuk membuktikan bantahannya, Termohon mengajukan Bukti T-77. Sementara Pihak Terkait juga membantah dalil Pemohon II dengan mengajukan Saksi Imam Syafii dan Rifai yang pada pokoknya menerangkan bahwa Saksi Imam Syafii memang hadir pada acara tanggal 3 Agustus 2010 di Kecamatan Pakis, tetapi bukan dalam rangka mensosialisasikan Pasangan Calon Nomor Urut 1, melainkan menyampaikan ceramah keagamaan dalam rangka penutupan tahlil. Saksi Rifai pada pokoknya menyatakan bahwa Saksi tidak pernah melaporkan Imam Syafii kepada Panwaslu; [3.22.2] Berdasarkan keterangan serta alat bukti yang diajukan para pihak, Mahkamah menilai benar pada tanggal 3 Agustus 2010 dilaksanakan istighosah di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, yang dihadiri dua orang

30 anggota DPRD Kabupaten Malang. Salah satu Anggota DPRD tersebut, yaitu Imam Syafii, menyampaikan ceramah kepada para peserta istighosah. Seandainya benar ceramah yang dilakukan Imam Syafii berisi ajakan memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1, quod non, Pemohon II tidak dapat membuktikan bahwa ceramah yang diikuti pembagian uang tersebut telah mempengaruhi para peserta istighosah sehingga memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1. Selain itu, seandainya para peserta istighosah benar memilih Pasangan Calon Nomor Urut 1, quod non, Pemohon II harus membuktikan signifikansi pilihan tersebut dengan peringkat perolehan suara masing-masing pasangan calon. Dengan pertimbangan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti; Penggunaan Fasilitas Dinas oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 [3.23] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan Pasangan Calon Nomor Urut 1 menggunakan fasilitas negara berupa mobil dinas dan rumah dinas dalam melakukan kampanye. Hal ini telah dilaporkan Pemohon I kepada Panwaslu Kabupaten; Mengenai penggunaan fasilitas dinas (mobil) dalam penggalangan dukungan bagi Pasangan Calon Nomor Urut 1, Termohon dan Pihak Terkait membantah dalil tersebut dan menyatakan bahwa dalil Pemohon I tidak diuraikan secara jelas sehingga sulit untuk ditanggapi; Terhadap dalilnya, Pemohon I tidak menguraikan secara lebih lengkap dan tidak juga mengajukan alat bukti apapun, baik bukti tertulis maupun saksi. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon I tersebut harus dikesampingkan;

Intimidasi dan Praktik Politik Uang [3.24] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 melakukan intimidasi terhadap pendukung Pemohon I agar tidak memilih Pemohon I dan memilih Pasangan Nomor Urut 1, melakukan politik uang, membagikan bahan bangunan, baju koko, beras, dan mukenah. Hal tersebut dilakukan hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Malang, yakni Donomulyo, Pagak, Bantur, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Ampelgading, Poncokusumo, Wajak, Turen, Gondanglegi, Kalipare, Sumberpucung, Kepanjen, Bululawang, Tajinan, Tumpang, Jabung, Pakis, Pakisaji, Ngajum, Wager, Dau, Karangploso, Singosari, Lawang, Pujon, Ngantang, Kasembon, Gedangan, Tirtoyudo, Kromengan, Wonosari, dan Pagelaran. Untuk membuktikan dalil mengenai adanya praktik politik uang, Pemohon I mengajukan Bukti P.I-24 sampai dengan Bukti P.I-26 berupa kliping surat kabar Jawa Pos edisi 13 Agustus 2010 dan 20 Agustus 2010; dan Malang Post edisi 15 Agustus 2010 mengenai adanya pelanggaran Pemilukada antara lain berupa praktik money politic. Pemohon I juga mengajukan Bukti P.I-30 dan Bukti P.I-31 berupa foto jam dinding dan gelas (mug) yang bergambar Calon Bupati dari Pasangan Calon Nomor Urut 1; [3.24.1] Pemohon II mendalilkan adanya pembagian beras dalam kantong plastik yang bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan gula di

31

Kecamatan Bantur, Pagelaran, Kepanjen, Lawang, dan Pagak. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P.II-7 dan Saksi Mustakim yang pada pokoknya menerangkan bahwa Tim Pasangan Calon Nomor Urut 1 memesan beras sebanyak 50 ton kepada CV Sumber Damai dengan permintaan agar dibungkus dengan kantong bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1, dan kemudian dikirim ke rumah dinas Rendra, kepada Iwan di kantor PT ACA, dan ke Posko Pasangan Calon Nomor Urut 1. Saksi Rohhadi Mulyo Santoso pada pokoknya menerangkan bahwa Suwandi menjanjikan dan memberikan beras kepada pemilih yang mencoblos Pasangan Calon Nomor Urut 1. Saksi Tri Antono menyatakan mendapat pembagian 2,5 kg beras dan gula dari Pasangan Calon Nomor Urut 1. Saksi Sibaweh Ghozali Amin mendapat laporan dari warga bahwa ada pembagian sembako oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1. Saksi Mulyono menerangkan melihat ada yang membawa tiga paket beras; [3.24.2] Termohon membantah dalil Pemohon I, dan mengakui adanya beberapa dugaan pelanggaran yang telah ditindaklanjuti oleh Panwaslukada sebagai berikut: 1. Laporan Haris Budi Kuncahyo bertanggal 5 Agustus 2010, bahwa di Kecamatan Bululawang terdapat dugaan praktik politik uang oleh Sophia (Pasangan Calon Nomor Urut 1) berupa pembagian 35 zak semen. Hasil pemeriksaan Panwaslu Kabupaten Malang menunjukkan bahwa Sophia adalah pedagang bahan bangunan, dan 35 zak semen dimaksud adalah barang dagangan kiriman dari UD Makmur; 2. Laporan bahwa Titik Hariono membagikan sembako pada tanggal 23 Juli 2010. Panwaslu menyatakan laporan tersebut kadaluwarsa karena dilaporkan melebihi tenggang waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak terjadi peristiwa dimaksud; 3. Laporan pembagian raskin di Kecamatan Pagelaran oleh terlapor Subali. Panwaslu menemukan fakta bahwa pada tanggal 4 Agustus 2010, Subali sebagai Ketua RT meminta Hasan dan Huzaimah untuk mengambil raskin, tanpa mengetahui dalam kantong raskin terdapat kartu/kupon yang bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1, dan terlapor bukan tim sukses pasangan calon nomor urut 1; 4. Laporan Nomor 03/Panwascam/02/VII/2010 mengenai dugaan pelanggaran oleh Santoyo di Kecamatan Kepanjen, Panwaslu menyatakan laporan sudah kadaluwarsa; 5. Laporan pembagian beras dan gula oleh Wandi di Kecamatan Lawang pada tanggal 5 Agustus 2010. Panwaslu Kabupaten Malang menemukan fakta bahwa Wandi adalah pedagang sembako yang mempunyai tradisi setiap menjelang Ramadhan membagi-bagikan sembako kepada warga sekitar perumahan yang tidak mampu sebagai shodaqoh; 6. Laporan Yohanes Bagus Budiyanto di Kecamatan Lawang mengenai dugaan politik uang berupa pembagian kartu nama Pasangan Calon Nomor Urut 2, tidak diketahui nama terlapor, sehingga tidak ditindaklanjuti; 7. Laporan dari Tutik Puji Rahayu di Kecamatan Lawang mengenai dugaan praktik politik uang berupa pembagian kaos bergambar Pasangan Calon

32

Nomor Urut 1 oleh Tofan Teguh Prasetyo pada tanggal 3 Agustus 2010. Panwaslu Kabupaten Malang menemukan fakta bahwa kaos tersebut adalah sisa atribut kampanye yang dibawa oleh Tofan Teguh Prasetyo tanpa dimaksudkan untuk dibagi-bagi; 8. Tidak ada laporan maupun temuan dugaan praktik politik uang di Kecamatan Pagak; Untuk membuktikan dalilnya, Termohon mengajukan Bukti T-74 sampai dengan Bukti T-76, Bukti T-78 sampai dengan Bukti T-80, dan Bukti T-82; [3.24.3] Pihak Terkait membantah telah memesan beras sebanyak 50 ton dengan permintaan agar dibungkus menggunakan kantong bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1. Untuk membuktikan bantahannya, Pihak Terkait mengajukan Saksi Ahmad Andi (Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1) dan Misti yang pada pokoknya menerangkan bahwa tidak ada perintah kepada Tim Pasangan Calon Nomor Urut 1 untuk membagikan beras dan gula; [3.24.4] Terhadap dalil Pemohon I tersebut, Mahkamah menilai Pemohon I tidak menguraikan secara jelas praktik money politic yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1. Selain itu, alat bukti yang diajukan oleh Pemohon I berupa kliping surat kabar tidak cukup memberikan keyakinan kepada Mahkamah bahwa terdapat praktik politik uang sebagaimana didalikan oleh Pemohon I. Terhadap dalil Pemohon II, berdasarkan fakta di persidangan, Mahkamah menilai memang terjadi pembagian beras dan gula oleh Tim Pasangan Calon Nomor Urut 1 kepada masyarakat pemilih, namun Pemohon II tidak dapat membuktikan lebih lanjut bahwa pembagian beras dan gula tersebut dilakukan di banyak tempat dan dibagikan kepada banyak pemilih, sehingga mempengaruhi secara signifikan perolehan suara masing-masing pasangan calon peserta Pemilukada. Atas dasar pertimbangan tersebut, menurut Mahkamah, dalil para Pemohon tidak terbukti menurut hukum dan karenanya harus dikesampingkan;

28. HAKIM ANGGOTA: HARJONO

[3.25] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan terjadi pembagian uang di Kecamatan Pakis, Pagak, dan Gedangan oleh Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan istri Rendra Kresna (Calon Bupati Pasangan Nomor Urut 1). Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P.II-8 berupa laporan Panwascam Pakis ke Panwaskab bertanggal 9 Agustus 2010; Termohon membantah dalil Pemohon II dengan alasan tidak ada laporan atau temuan dari Panwaslu Kabupaten Malang tentang pembagian uang sebagaimana didalilkan oleh Pemohon II; Terhadap dalil Pemohon II tersebut Mahkamah menilai Pemohon II tidak menguraikan dengan jelas peristiwa pembagian uang yang didalilkannya, antara lain mengenai berapa jumlah uang yang dibagikan, dan kepada siapa dibagikan. Selain itu, alat bukti yang diajukan oleh Pemohon II tidak cukup

33 memberikan keyakinan kepada Mahkamah bahwa dalil Pemohon II benar. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II tidak terbukti menurut hukum; [3.26] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 membagikan 35 zak semen di Kecamatan Wajak dan 12 zak semen di Kecamatan Tirtoyudo melalui Kepala Desa Gadungsari, Kecamatan Tirtoyudo. Untuk membuktikan dalilnya Pemohon II mengajukan Bukti P.II-9; Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa Panwaslu Kabupaten Malang tidak menemukan atau menerima laporan mengenai pembagian 12 zak semen di Kecamatan Tirtoyudo; Pihak Terkait juga membantah dalil Pemohon II dengan mengajukan Saksi Sofia yang pada pokoknya menerangkan bahwa Saksi adalah pedagang bahan bangunan dan semen yang dikirim ke rumahnya adalah semen yang dia pesan untuk bahan dagangan; Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan, dalil mengenai pembagian semen oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 di Kecamatan Wajak telah dibantah oleh Saksi Sofia, sementara dalil mengenai pembagian semen di Kecamatan Tirtoyudo tidak dapat dibuktikan oleh Pemohon II. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti menurut hukum; [3.27] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 1 memberikan jam dinding berlogo Pasangan Calon Nomor Urut 1 dan beras di Kecamatan Wagir. Untuk membuktikan dalilnya Pemohon II mengajukan Bukti P.II-11; Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II mengenai adanya pembagian jam dinding bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1; Termohon membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa pembagian jam dinding di Kecamatan Wagir dinyatakan oleh Panwaslu Kabupaten Malang, tidak memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti. Untuk membuktikan bantahannya, Termohon mengajukan Bukti T-81; Berdasarkan bukti yang diajukan Pemohon II, Mahkamah menilai benar terdapat jam dinding yang bergambar Pasangan Calon Nomor Urut 1. Tetapi Bukti P.II-11 yang diajukan Pemohon II tidak menunjukkan kapan pembagian dilakukan, sehingga tidak cukup meyakinkan Mahkamah bahwa hal tersebut merupakan pelanggaran pemilu. Menurut Mahkamah, pembagian atribut bergambar pasangan calon dapat dibenarkan jika dilakukan pada masa kampanye. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II tidak terbukti menurut hukum; Perjudian [3.28] Menimbang bahwa Pemohon I mendalilkan penyelenggaran Pemilukada Kabupaten Malang Tahun 2010 diduga melibatkan praktik perjudian (botoh); Terhadap dalilnya tersebut, Pemohon I tidak mengajukan alat bukti apapun, baik bukti tertulis maupun saksi. Selain itu, seandainyapun dalil Pemohon I benar, quod non, perjudian dengan objek hasil penghitungan suara merupakan tindak pidana yang seharusnya dilaporkan kepada pihak Kepolisian

34 yang memiliki kewenangan untuk menindak. Dengan demikian, menurut Mahkamah, permohonan Pemohon I harus dikesampingkan; Hasil Perolehan Suara [3.29] Menimbang bahwa Pemohon II menyatakan keberatan terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Malang Nomor 106/Kpts/KPU- Kab/014.329781/2010 yang dalam Lampiran Model DB-1 KWK menyatakan: a. Pasangan Calon Nomor Urut 1 memperoleh suara sah sebanyak 672.511 (enam ratus tujuh puluh dua ribu lima ratus sebelas) suara; b. Pasangan Calon Nomor Urut 2 memperoleh suara sah sebanyak 320.571 (tiga ratus dua puluh ribu lima ratus tujuh puluh satu) suara; c. Pasangan Calon Nomor Urut 3 memperoleh suara sah sebanyak 90.877 (sembilan puluh ribu delapan ratus tujuh puluh tujuh) suara; Bahwa Pemohon II mendalilkan mendapat dukungan suara sejumlah 509.922 suara dengan perincian: i) suara PDI Perjuangan pada Pemilu Legislatif 2009 sejumlah 240.222 suara; ii) suara Partai Kebangkitan Bangsa pada Pemilu Legislatif 2009 sejumlah 139.107 suara; iii) suara calon independen yang gagal menjadi peserta Pemilukada sejumlah 82.400 suara; dan iv) suara sepuluh partai pendukung pada Pemilu Legislatif 2009 sejumlah + 48.192 suara. Adapun, menurut Pemohon II, perolehan suara Pasangan Calon Nomor Urut 1 berdasarkan partai pendukung, yaitu Partai Golkar, Partai Demokrat, dan beberapa partai politik, dalam Pemilu Legislatif 2009 adalah sejumlah 451.734 suara. Menurut Pemohon II, dengan jumlah dukungan tersebut di atas, seharusnya Pemohon II memperoleh suara terbanyak dalam Pemilukada Kabupaten Malang; Pihak Terkait membantah dalil Pemohon II dan menyatakan bahwa dalil tersebut tidak berdasar; Terhadap dalil Pemohon II, meskipun tidak dibantah secara tegas oleh Termohon, Mahkamah berpendapat bahwa menghitung perolehan suara pasangan calon tertentu berdasarkan perolehan suara pada pemilu sebelumnya adalah hal yang tidak berdasar. Pada prinsipnya, pemilih bebas memilih pasangan calon yang dikehendakinya. Perubahan pilihan adalah hal yang wajar, sehingga pemilih tidak dapat diharuskan untuk memilih partai atau orang yang sama pada setiap periode pemilihan umum. Dalil Pemohon II yang mengaku memperoleh suara sejumlah 48.192 suara adalah tidak tepat, karena tidak disertai uraian penjelasan dan alat bukti apa pun. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II harus dinyatakan tidak terbukti menurut hukum; [3.30] Menimbang bahwa Pemohon II mendalilkan Pasangan Calon Nomor Urut 1 menerbitkan dan membagikan piagam berlogo Pemerintah Kabupaten Malang yang di dalamnya terdapat gambar Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan mengatasnamakan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Malang Periode 2010-2015 kepada warga masyarakat sebelum pelaksanaan pemungutan suara, yaitu pada tanggal 4 Agustus 2010 yang merupakan masa tenang. Untuk membuktikan dalilnya, Pemohon II mengajukan Bukti P.II-12;

35

Termohon membantah dalil Pemohon II dengan menyatakan bahwa tidak ada laporan maupun temuan Panwaslu Kabupaten Malang mengenai pembagian piagam dimaksud; Berdasarkan Bukti P.II-12 yang diajukan Pemohon II, Mahkamah menilai bahwa piagam Pasangan Calon Nomor Urut 1 dengan logo Pemerintah Kabupaten Malang sebagaimana dimaksud oleh Pemohon II memang benar ada. Tetapi melalui bukti yang diajukannya, Pemohon II tidak dapat menunjukkan kapan pembagian piagam tersebut, serta dilakukan dan diberikan kepada siapa. Dengan demikian, menurut Mahkamah, dalil Pemohon II tidak terbukti menurut hukum; [3.31] Menimbang bahwa berdasarkan penilaian hukum di atas, dalam rangkaian satu dengan yang lain, Mahkamah berpendapat bahwa pokok permohonan para Pemohon tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi hasil Pemilukada Kabupaten Malang Tahun 2010, karenanya demi hukum Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Malang Nomor 106/Kpts/KPU-Kab/014.329781/2010 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010, bertanggal 12 Agustus 2010, dinyatakan berlaku sah menurut hukum; dan selain itu Mahkamah tidak menemukan adanya pelanggaran yang bersifat terstruktur, sistematis, dan massive;

29. KETUA: MOH. MAHFUD MD

4. KONKLUSI Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan: [4.1] Mahkamah berwenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan a quo; [4.2] Pemohon I dan Pemohon II memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan; [4.3] Permohonan diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan; [4.4] Eksepsi Pihak Terkait tidak berdasar dan tidak beralasan hukum; [4.5] Permohonan Pemohon I dan Pemohon II tidak terbukti menurut hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

36

5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan: Dalam Eksepsi: Menolak Eksepsi Pihak Terkait; Dalam Pokok Perkara: Menolak permohonan Pemohon I dan Pemohon II untuk seluruhnya;

KETUK PALU 1X

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, Maria Farida Indrati, M. Arsyad Sanusi, M. Akil Mochtar, Muhammad Alim, Hamdan Zoelva, Harjono, dan Ahmad Fadlil Sumadi, masing-masing sebagai Anggota pada hari Rabu tanggal satu bulan September tahun dua ribu sepuluh yang diucapkan pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi tersebut di atas, dengan didampingi oleh Mardian Wibowo sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Vonis yang terakhir untuk sore ini.

PUTUSAN Nomor 151/PHPU.D-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan dalam perkara permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tahun 2010, yang diajukan oleh: [1.2] 1. Nama : Sudibyo Mamonto, S.P, lahir di Bongkodai, 5 Mei 1957, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, beralamat di Bongkudai Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur; 2. Nama : Dyane A. Merukh, S.H.,M.H., lahir di Wiau Lapi, 6 Juni 1968, pekerjaan Swasta, beralamat di Desa Tutuyan, Kecamatan Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur; Selanjutnya disebut sebagai ------Pemohon I; 3. Nama : Drs. Hi. Mokoagouw Sehan, M.AP, lahir di Motongkat, 30 September 1952, pekerjaan Wakil Bupati Bolaang Mongondow, beralamat di Desa Atoga,

37

Kecamatan Nuangan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur; 4. Nama : Dra. Meity Ochotan, lahir di Modayang, 15 Januari 1959, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, beralamat di Dusun IV Desa Modayang, Kecamatan Modayang, Kabupaten Bolaang Mogondow Timur; Selanjutnya disebut sebagai ------Pemohon II; Dalam hal ini memberi kuasa kepada Sugeng Teguh Santoso, S.H., Sirra Prayuna, S.H., Tanda Perdamian Nasution, S.H., Franky Da Costa, S.H., Weddy F. Ratag, S.H.M.H., Reinhaard M. Mamalu, S.H., Calvein Sualang, S.H., Romeo Tumbel, S.H., dan Felda Maramis, S.H., Semuanya adalah Advokat yang bergabung dalam Tim Pembela Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang memilih alamat domisili di Jalan Raya Babe Palar Nomor 36, Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 16 Agustus 2010; Selanjutnya secara bersama-sama disebut ------para Pemohon. Terhadap: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bolaang Mongondow, berkedudukan di Jalan Brigjen Katamso Nomor 59, Kotabunan; Selanjutnya disebut sebagai ------Termohon; [1.3] Nama : Sehan S. Landjar, lahir di Togid, 17 Desember 1963, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Isimu Selatan, Tibawa, . Nama : Medy Lensun, lahir di Modayag, 9 Maret 1976, pekerjaan Wiraswasta, beralamat di Modayag, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Nomor Urut 4. Dalam hal ini memberi kuasa kepada Nikson Gans Lalu, S.H.,M.H. Advokat pada Rahardjo Lucky Law, yang beralamat di Menara Bidakara Room 0102, Jalan Gatot Subroto Kav. 71-74, Jakarta Selatan, bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 23 Agustus 2010; Selanjutya disebut sebagai ------Pihak Terkait; [1.4] Membaca permohonan dan mendengar keterangan dari Pemohon; Mendengar keterangan dan membaca Jawaban Tertulis dari Termohon Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bolaang Mongondow; Mendengar keterangan dan membaca Keterangan Tertulis dari Pihak Terkait;

38

Memeriksa bukti-bukti dan mendengar keterangan saksi-saksi yang diajukan Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait; Membaca kesimpulan tertulis dari Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait;

30. HAKIM ANGGOTA: MARIA FARIDA INDRATI

Pendapat Mahkamah [3.17] Menimbang bahwa dari fakta hukum, baik dalil para Pemohon, jawaban Termohon dan keterangan Pihak Terkait, bukti-bukti surat dan keterangan saksi-saksi para Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, Mahkamah menemukan fakta hukum, baik yang diakui maupun yang menjadi perselisihan hukum para pihak, sebagai berikut: [3.17.1] Bahwa di persidangan terdapat fakta hukum dan dalil-dalil permohonan para Pemohon yang tidak dibantah oleh Termohon dan Pihak Terkait, karenanya fakta hukum tersebut telah menjadi hukum bagi para Pemohon, Termohon dan Pihak Terkait, maka tidak perlu dibuktikan lagi, yaitu: 1. Para Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Bolaang Mongondow Timur dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Tahun 2010, sebagaimana termuat dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Nomor 25 Tahun 2010 tentang Penetapan Nama dan Nomor Urut Pasangan Calon Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Periode 2010-2015, tertanggal 16 Juni 2010; 2. Pemilukada dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus 2010; [3.17.2] Bahwa di samping fakta hukum atau hal-hal yang diakui para pihak, dalam persidangan juga terdapat fakta hukum atau hal-hal yang menjadi perselisihan hukum para pihak, yaitu tentang: 1. Terjadi praktik politik uang (money politic) dalam bentuk pembagian beras dan uang kepada masyarakat pada masa kampanye terutama pada masa tenang oleh Pasangan Calon Nomor Urut 4 atau Tim Suksesnya atau orang yang disuruh untuk melakukannya; 2. Terjadi pelanggaran dalam tata cara penghitungan suara di tingkat TPS. [3.18] Menimbang bahwa terhadap hal-hal yang menjadi perselisihan hukum di atas, Mahkamah akan memberikan pertimbangan dan penilaian hukum sebagai berikut: [3.18.1] Bahwa para Pemohon mendalilkan, pada masa kampanye dan pada saat masa tenang, Pasangan Calon Nomor Urut 4 melalui Tim Kampanye atau Tim Sukses atau orang yang ditunjuk, melakukan kegiatan pembagian beras dan uang kepada pemilih dan mengajak untuk memilih Pasangan Calon Nomor Urut 4. Untuk mendukung dalilnya, para Pemohon mengajukan bukti tertulis yang diberi tanda Bukti P-6.1, Bukti P-6.5 sampai dengan Bukti P-6.8 dan seorang saksi yang relevan bernama Rael Agow yang pada pokoknya

39 menerangkan saksi menerima laporan dari Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2 bahwa telah terjadi praktik politik uang (money politic) yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 4. Bahwa terhadap dalil para Pemohon a quo, Termohon membantah seluruh dalil, bukti-bukti dan keterangan saksi yang diajukan oleh para Pemohon. Sementara Pihak Terkait membantah dalil para Pemohon dengan menyatakan bahwa dalil para Pemohon a quo sangat mengada-ada karena Pihak Terkait tidak pernah melakukan pelanggaran hukum sebagaimana yang didalilkan oleh para Pemohon. Untuk mendukung keterangannya, Pihak Terkait mengajukan seorang saksi bernama Yusra Al Habsy yang pada pokoknya menerangkan tidak penah mendapat panggilan dari Kepolisian atau Kejaksaan terkait dugaan praktik politik uang (money politic) dan membagi-bagikan beras. Sebagai Ketua Tim Sukses Pihak Terkait, saksi tidak pernah mengenal orang yang disebutkan oleh saksi dari para Pemohon; Bahwa dari Bukti P-6.1, Bukti P-6.5 sampai dengan Bukti P-6.8 berupa penerimaan laporan (Model A-1 KWK), yang semuanya dibuat oleh Mohammad Julianto, yang pada pokoknya melaporkan terjadinya pelanggaran pidana Pemilukada berupa pemberian uang, Mahkamah menilai bukti-bukti tertulis yang diajukan para Pemohon tidak dapat menunjukkan secara jelas bahwa telah terjadi pelanggaran Pemilukada berupa praktik politik uang (money politic) karena bukti tertulis yang diajukan hanya berupa penerimaan laporan yang dibuat dengan tanpa menyebut tanggal dan tempat dimana laporan dimaksud diberikan. Bukti-bukti tertulis a quo juga tidak didukung dengan bukti-bukti lain yang sah menurut hukum seperti tindak lanjut dari Panwaslukada dan/atau bukti berupa putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap sehubungan dengan dugaan pelanggaran yang didalilkan merupakan pelangaran pidana Pemilukada. Keterangan saksi yang diajukan para Pemohon juga tidak dapat memberikan keyakinan kepada hakim bahwa telah terjadi pelanggaran pidana Pemilukada seperti yang didalilkan para Pemohon karena saksi yang memberikan keterangan di hadapan sidang Mahkamah bukanlah orang yang melihat, mendengar langsung, menyaksikan, peristiwa hukum tersebut terjadi melainkan hanya menerima laporan dari Tim Sukses Pasangan Calon, saksi juga tidak mengetahui nama orang yang menerima uang, bahkan salah seorang saksi yang diajukan adalah Ketua Panwaslukada sama sekali juga tidak menyinggung adanya pelanggaran yang berkategori pidana. Dalam posita-nya para Pemohon hanya menyatakan bahwa pemberian beras dan uang dilakukan oleh Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 4, sama sekali tidak menjelaskan siapa yang melakukan, kapan, di mana, dengan cara bagaimana dugaan pelanggaran pidana Pemilukada tersebut dilakukan; Bahwa berdasarkan penilaian dan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berpendapat, dalil-dalil para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum; [3.18.2] Bahwa para Pemohon mendalilkan, telah terjadi pelanggaran tata cara penghitungan suara di tingkat TPS di seluruh TPS di Kecamatan Modayag, Kecamatan Nuangan, Kecamatan Tutuyan, dan Kecamatan

40

Kotabunan. Untuk mendukung dalil-dalinya para Pemohon mengajukan bukti tertulis yang diberi tanda Bukti P-3, Bukti P-3.1, Bukti, P-3.2, Bukti P-4 sampai dengan Bukti P-6 dan mengajukan empat saksi yang relevan masing-masing bernama Akhlis Aer, S.Sos yang menyatakan di beberapa TPS terjadi kerusakan surat suara melebihi kewajaran, saksi meneruskan laporan kepada Termohon untuk ditindaklanjuti. Saksi Jemi E Tine, menerangkan bahwa saksi menolak pleno KPU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur karena terjadi intimidasi dari Pjs. Bupati kepada Kepala Desa untuk memilih pasangan calon tertentu, terjadi penghilangan suara dan penghitungan suara ulang. Saksi Alzufri Gobel, dan Rael Agow yang pada pokoknya menerangkan terjadi pelanggaran administrasi berupa kesalahan tata cara penghitungan suara di tingkat TPS di Kecamatan Modayag, Kecamatan Tutuyan, Kecamatan Nuangan, dan Kecamatan Kotabunan. Ada ketidakkonsistenan jumlah suara dalam rekapitulasi di PPK Kecamatan Modayag, dan adanya kekeliruan dalam menentukan surat suara sah dan surat suara tidak sah di Kecamatan Tutuyan. Sebaliknya Termohon membantah dalil-dalil para Pemohon dengan menyatakan bahwa dalil telah terjadi pelanggaran tata cara penghitungan suara di tingkat TPS, di seluruh wilayah Kecamatan Modayag, Kecamatan Nuangan, Kecamatan Tutuyan, dan Kecamatan Kotabunan adalah dalil yang mengambang dan tidak jelas karena hanya berdasarkan asumsi tanpa disertai bukti-bukti pelanggaran yang terjadi di tingkat KPPS hingga tingkat KPU Kabupaten. Sementara Pihak Terkait menyatakan dalil para Pemohon a quo tidak jelas atau kabur karena saksi-saksi para Pemohon telah menandatangani Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara dan mengakui keabsahan penghitungan suara yang dilakukan Termohon. Bahwa sikap PPK yang hanya melaksanakan penghitungan suara ulang di tiga TPS telah sesuai dengan ketentuan yang belaku. Meskipun begitu Termohon tetap melaksanakan rekomendasi dari Panwaslukada dengan membuka 5 (lima) kotak suara sebagaimana permintaan para Pemohon. Bahwa dari hasil pembukaan 5 (lima) kotak suara memang terjadi perubahan, namun perubahan tersebut sangat kecil yang semata-mata disebabkan oleh kesalahan teknis administratif. Bahwa berdasarkan Bukti P-4 berupa fotokopi surat Panwaslukada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur kepada KPU Kabupaten Bolaang Mongondow Timur untuk menindaklanjuti dan menyelesaikan dugaan terjadinya kesalahan dalam penghitungan surat suara di beberapa TPS di seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, Mahkamah menilai bukti a quo merupakan rangkaian dugaan pelanggaran yang terjadi dalam tahapan penghitungan suara. Berdasarkan Bukti P-5 berupa Berita Acara yang berisi perintah kepada PPK untuk segera melaksanakan penghitungan suara kembali perolehan suara masing-masing pasangan calon, dan Bukti P-5.1 berupa fotokopi pengantar Berita Acara yang berisi perintah kepada PPK untuk segera melaksanakan penghitungan suara ulang, secara hukum penyelenggara Pemilu telah menindaklanjuti surat dari Panwaslu terhadap adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilukada. Namun yang menjadi permasalahan

41 hukum adalah para Pemohon mempersoalkan ketidaksediaan Termohon melakukan penghitungan suara ulang di seluruh TPS seperti yang dimohonkan para Pemohon. Terhadap hal tersebut, Mahkamah menilai sebagai berikut: 1. Bahwa dari dalil-dalil yang diajukan para Pemohon dan fakta yang terungkap dalam persidangan, para Pemohon tidak dapat menguraikan dengan jelas di TPS mana terjadi kesalahan tata cara penghitungan suara, siapa yang melakukan kesalahan, berapa besar pengaruh kesalahan tersebut terhadap perolehan suara masing-masing pasangan calon; 2. Bukti-bukti tertulis yang diajukan para Pemohon tidak menggambarkan rangkaian pelanggaran yang diduga terjadi, melainkan lebih menekankan pada tindak lanjut yang dilakukan Termohon serta ketidakpuasan para Pemohon atas tindak lanjut yang sudah dilakukan Termohon; 3. Tanpa bermaksud menilai proses tahapan yang sudah dilakukan penyelenggara Pemilukada, Mahkamah juga menilai penghitungan suara ulang yang dilakukan Termohon semata-mata didasarkan atas surat dari Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 2 sebagaimana Bukti P-6 dan Bukti T-2, tidak didasarkan atas adanya laporan secara berjenjang mulai dari tingkat TPS sampai PPK dari saksi pasangan calon maupun dari Pengawas Pemilu Lapangan dan Panwas Kecamatan; 4. Bahwa berdasarkan Bukti P-6 dan Bukti T-2 yang diajukan para Pemohon dan Termohon, berupa surat dari Ketua Tim Pemenangan Pasangan Calon Nomor Urut 2 tentang permintaan penghitungan suara ulang di beberapa TPS yang diduga bermasalah, yakni semua TPS di Desa Modayag, semua TPS di Desa Liberia, semua TPS di Desa Tutuyan 1 Desa Tutuyan 2 dan Desa Tutuyan 3, semua TPS di Desa Kotabunan, semua TPS di Desa Buyat, semua TPS di Desa Buyat 1 dan Desa Buyat 2, semua TPS di Desa Bulawan, semua TPS di Desa Matabulu, semua TPS di Desa Guaan, semua TPS di Desa Bongkudai Baru, semua TPS di Desa Bongkudai Utara, dan semua TPS di Desa Tobongan, dikaitkan dengan Bukti T-2 berupa Berita Acara Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di TPS-TPS sebagaimana dimaksud, Bukti T-4 berupa fotokopi Berita Acara Rapat Pleno Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara oleh Panwascam Kecamatan Tutuyan, setelah diteliti dengan saksama telah ternyata tidak ada keberatan dari para saksi pasangan calon atas pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Mahkamah tidak menemukan dokumen lain baik yang diajukan para Pemohon maupun Termohon dan Pihak Terkait yang dapat mengurangi keotentikan dokumen yang diajukan Termohon. 5. Bahwa dari Bukti T-6 yang diajukan Termohon berupa fotokopi Berita Acara pembukaan kotak surat suara dan penghitungan suara ulang, Mahkamah menilai terjadi perubahan perolehan suara antara yang tertulis dalam Formulir Model C1-KWK dan hasil penghitungan suara, namun perubahan tersebut hanya bertambah satu dan dua suara bagi masing- masing pasangan calon. 6. Bahwa tidak adanya keberatan saksi pasangan calon dalam berita acara rekapitulasi di tingkat TPS sebagaimana yang dimohonkan para Pemohon

42

dan ketiadaan bukti-bukti yang cukup menurut hukum, Mahkamah menilai tidak relevan mempersoalkan dilakukannya pemungutan suara ulang di semua TPS yang dimohonkan para Pemohon. Terlebih lagi, pengaduan dan permintaan penghitungan suara ulang a quo diajukan setelah diketahuinya perolehan suara di masing-masing TPS yang notabene sudah dapat diprediksikan perolehan suara masing-masing pasangan calon di tingkat KPU Kabupaten. Berdasarkan atas pertimbangan dan penilaian hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berpendapat dalil-dalil para Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum. [3.19] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum di atas, dalam kaitannya satu sama lain, Mahkamah menilai dalil-dalil permohonan Pemohon tidak berdasar dan tidak beralasan hukum sehingga oleh karenanya harus dikesampingkan;

31. KETUA: MOH. MAHFUD MD

4. KONKLUSI Berdasarkan seluruh penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di atas, Mahkamah berkesimpulan sebagai berikut: [4.1] Mahkamah berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan a quo; [4.2] Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk bertindak selaku Pemohon dalam perkara a quo; [4.3] Permohonan para Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan Undang-Undang; [4.4] Dalil-dalil para Pemohon tidak terbukti menurut hukum; Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mengingat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316), Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844), serta Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076);

5. AMAR PUTUSAN Mengadili, Menyatakan: Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.

KETUK PALU 1X

43

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Maria Farida Indrati, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva, Harjono, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing sebagai Anggota, pada hari Rabu tanggal satu bulan September tahun dua ribu sepuluh yang diucapkan dalam Sidang Pleno terbuka untuk umum pada hari yang sama oleh sembilan Hakim Konstitusi yaitu Moh. Mahfud MD, selaku Ketua merangkap Anggota, Achmad Sodiki, M. Arsyad Sanusi, Maria Farida Indrati, Ahmad Fadlil Sumadi, Hamdan Zoelva, Harjono, M. Akil Mochtar, dan Muhammad Alim, masing-masing sebagai Anggota dengan didampingi oleh Makhfud sebagai Panitera Pengganti, serta dihadiri oleh Pemohon/Kuasanya, Termohon/Kuasanya, dan Pihak Terkait/Kuasanya. Dengan demikian sidang dinyatakan selesai dan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 17:30 WIB

Jakarta, 1 September 2010 Kepala Biro Administrasi Perkara dan Persidangan,

Kasianur Sidauruk NIP. 19570122 198303 1 001

44

45