Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Tepung Sagu Menjadi Produk Kue Bagea (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Di Minahasa Selatan)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Tepung Sagu Menjadi Produk Kue Bagea (Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Minahasa Selatan) ASTHUTIIRUNDU DAN A. LAY Balai Penelitian Tanaman Palma Jalan Raya Mapanget, PO Box 1004 Manado 95001 E-mail: [email protected] Diterima 29 Januari 2013 / Direvisi 29 April 2013 / Disetujui 6 Mei 2013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan tepung sagu menjadi produk kue bagea pada industri rumah tangga dengan melakukan analisis kelayakan finansial dan analisis sensitifitas. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni tahun 2012 pada industri rumah tangga kue bagea di Desa Buyungon, Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara. Analisis finansial yang didasarkan pada harga yang berlaku untuk waktu 10 tahun menunjukkan bahwa usaha pengolahan kue bagea adalah layak dan menguntungkan ditandai BCR 1,12, NPV sebesar Rp157.195.610, PBP 5 tahun 1 bulan dan IRR 29,27%. Kelayakan industri rumah tangga ditandai dapat bertahan dan aktif sampai sekarang. Analisis sensitifitas dengan penurunan harga produksi dan kenaikan biaya produksi sebesar 10% memperlihatkan pengaruh yang cukup sensitif terhadap perubahan yang terjadi ditandai dengan menurunnya nilai NPV, BCR dan IRR disertai dengan lamanya pengembalian modal usaha. Model industri rumah tangga kue Bagea di Minahasa Selatan dapat digunakan sebagai salah satu model pengembangan industri kue bagea pada berbagai daerah yang berpotensi sagu. Kata kunci: Tepung sagu, pengolahan, kue bagea, analisis financial, analisis sensitivitas. ABSTRACT Financial Feasibility of Sago Flour for Producing Bagea Cake (A Case Study of Home Industry in South Minahasa) The objective of this research was to analyse the feasibility of processing sago starch into cake product of home industry by conducted financial analysis and sensitivity analysis. The research was conducted in April-June of 2012 on home industry of bagea cakes in the Village Buyungon, District East Amurang, South Minahasa regency, North Sulawesi province. Financial analysis was based on the prevailing price in ten years showed that the processing bagea’s cake is viable and profitable as shown by BCR 1,12 , NPV of Rp 157.195.610, PBP 5 years 1 months and IRR of 29,27 %. Sensitivity analysis with a 10 % decreased the production price and an increased the production cost showed that influence sensitivity for the changes of project. The bagea home industry in South Minahasa can be used as a model of industrial development in sago production regions. Keywords: Sago starch ,processing, bagea cakes, financial analysis, sensitivity analysis. PENDAHULUAN sagu dapat berperan dalam menunjang kebutuhan pangan (Setiyanto et al., 2006). Konsumsi sagu pada masyarakat, sebagian Sagu merupakan bahan pangan yang cukup besar masih dalam bentuk makanan tradisional berpotensi untuk mengatasi rawan pangan dimasa seperti di daerah Papua dan Maluku dikenal dengan akan datang (Yunika, 2009). Sagu menjadi pangan sagu lempeng, papeda, bagea, sinoli, buburne dan lain- pokok lokal yang sudah dikenal di beberapa daerah lain. Di Sulawesi Selatan dan Tenggara dikenal antara lain Maluku, Papua dan Sulawesi (Ruhukail, dengan kapurung dan sinonggi, di Sangihe Talaud 2012). dikenal riringe (Lay et al., 1998). Masyarakat di Kawasan Timur Indonesia Sagu bisa menjadi landasan bersama bagi secara tradisional mengkonsumsi sagu sebagai ketahanan pangan masyarakat, dan yang mem- makanan pokok (staple food) (Setiyanto et al., 2006). bedakan antara satu daerah dengan daerah lain hanya Selain itu pati sagu didaerah Maluku juga dimanfaat- pada selera, cita rasa, dan teknik tata boganya kan sebagai panganan seperti serut, bagea dan sagu (Budianto, 2003). Apabila sagu dapat dipertahankan tumbu (Ruhukail, 2012). Oleh karena itu sebenarnya 61 B. Palma Vol. 14 No. 1, Juni 2013: 61 - 68 sebagai makanan pokok bagi sebagian penduduk di dikemukakan bahwa analis akan merasa perlu untuk beberapa daerah seperti Papua, Maluku, Sulawesi membuat proyeksi mengenai anggaran yang akan Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto maka pengadaan beras nasional menjadi lebih ringan pada masa-masa yang akan datang setiap tahun, (Kanro et al., 2003). Produksi sagu terbesar yang termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan dicapai petani sagu di Sulawesi Tengah terdapat di produksi dan pembayaran-pembayaran kredit yang Kabupaten Buol (1.0 ton/ha) meskipun masih jauh harus dikeluarkan oleh rumah tangga petani, agar lebih kecil dibanding potensi produksi yang dapat dapat menentukan berapa besar pendapatan yang dicapai, yaitu 12 ton/ha (Tarigans, 2001). Produk diterima oleh rumah tangga tani sebagai balas jasa olahan sagu yang dikenal di Sulawesi Tengah belum tenaga kerja, keahlian manajemen, dan modal mereka beragam, pada umumnya tepung sagu basah di- (Gittinger, 1986). gunakan sebagai bahan mentah untuk pembuatan Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan makanan tambahan berupa kapurung, baruasa dan finansial usaha industri rumah tangga kue bagea kue bagea (Lay dan Miftahorrachman, 2002). berdasarkan kriteria NPV, BCR, PBP dan IRR, serta Di Sulawesi Utara pemanfaatan tepung sagu melakukan analisis sensitifitas perubahan harga dan banyak dialokasikan sebagai bahan baku pembuatan biaya produksi. Hasil analisis diharapkan dapat kue tradisional khas Minahasa. Kabupaten Minahasa menjadi acuan untuk usaha sehingga memungkinkan Selatan Sulawesi Utara merupakan sentra industri untuk dikembangkan lebih lanjut atau diperluas rumah tangga pembuatan kue bagea. sesuai potensi bahan baku wilayah dan serapan pasar Keberadaan usaha rumah tangga mempunyai produk bagea. dampak, baik secara makro maupun mikro pada peningkatan pendapatan pada usaha rumah tangga BAHAN DAN METODE dalam hubungannya dengan curahan waktu kerja. Perkembangan industri yang kompatibel antara sector pertanian dan sektor industri, khususnya di pedesaan Penelitian ini berlangsung pada bulan April kebanyakan berupa industri rumah tangga dengan sampai dengan Juni tahun 2012 pada industri rumah komoditi pangan. Tumbuhnya industri ini menyebab- tangga kue bagea di Desa Buyungon Kecamatan kan diversifikasi pertumbuhan ekonomi pedesaan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan, (Timisela et al., 2009). Propinsi Sulawesi Utara. Usaha kue bagea tersebut Industri rumah tangga merupakan agro- telah dilakukan selama 30 tahun. Tenaga kerja dalam industri, dimana dari pengembangannya diharapkan usaha kue bagea sebanyak 12 orang. Lembaga yang terjadi peningkatan nilai tambah hasil pertanian terlibat dengan pengusahaan kue bagea pada industri meliputi pemanfaatan, pengembangan dan penguasa- rumah tangga di Minahasa Selatan adalah an teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai Pemerintah Daerah setempat yang memberikan tambah komoditas dan pendapatan bagi pengolah penyuluhan mengenai informasi tentang tata cara sagu (Leatemia, 2008). pelaksanaan produksi yang baik dan kunjungan ke Pengembangan usaha pengolahan kue bagea di industri rumah tangga kue bagea di Minahasa Kabupaten Minahasa Selatan dapat dikatakan lambat Selatan. Instansi pemerintah yang memberikan karena sampai saat ini jumlah pengolah kue bagea di bimbingan adalah Dinas Tenaga Kerja Kabupaten daerah ini masih sedikit. Pada umumnya mereka Minahasa Selatan, Dinas Koperasi Kabupaten tidak mengetahui secara pasti apakah usaha tersebut Minahasa Selatan, Dinas Pariwisata Kabupaten menguntungkan secara finansial bagi mereka. Minahasa Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sehingga dianggap perlu untuk dilakukan suatu Minahasa Selatan dan Badan Pengawasan Obat dan analisis mengenai kelayakan terhadap usaha peng- Makanan (BPOM) Sulawesi Utara. olahan tepung sagu menjadi produk kue bagea. Data yang dikumpulkan terdiri atas data Untuk mengetahui nilai ekonomi pengolahan sagu primer dan data sekunder. Teknik yang dipergunakan menjadi bagea dalam bentuk usaha home industri dalam pengumpulan data adalah metode interview dilakukan analisis finansial dan analisis sensitifitas. dan observasi. Data primer diperoleh melalui Analisis finansial penting untuk mengetahui wawancara langsung kepada pemilik usaha industri posisi usaha pada tahun-tahun tertentu, apakah rumah tangga kue bagea dengan menggunakan dalam keadaan defisit atau keadaan yang mengun- daftar pertanyaan terstruktur, yang terdiri atas tungkan. Tujuan utama analisis finansial dalam usaha karakteristik pemilik usaha industri rumah tangga pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak kue bagea, proses pengolahan sampai pemasarannya. keluarga petani yang menggantungkan kehidupan Pengolahan kue bagea industri rumah tangga di mereka kepada usaha pertanian tersebut. Selanjutnya Minahasa Selatan dilakukan secara konvensional 62 Analisis Kelayakan Finansial Pengolahan Tepung Sagu Menjadi Produk Kue Bagea (Studi Kasus pada Industri Rumah Tangga di Minahasa Selatan) (Asthutiirundu dan A. Lay) karena masih menggunakan peralatan sederhana baik tn (Bt Ct) dalam pembuatan adonan, pembakaran, pemang- NPV = (1 i)t gangan sampai pengemasan, dilakukan secara t1 manual. Mesin yang digunakan dalam proses Dimana : pembuatan kue bagea hanya mesin pencukur kelapa Bt : Penerimaan yang diperoleh dari tahun t. dan alat pengepress santan. Data sekunder adalah Ct : Biaya yang dikeluarkan pada tahun t. data dokumentasi yang diperoleh dari instansi terkait, n : Umur teknis proyek. yaitu Dinas Koperasi Kabupaten Minahasa Selatan. t : Tahun proyek. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis i : Discount rate /tingkat suku bunga