Bab Iii Daya Tarik & Upaya Pelestarian Tari Buyung
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III DAYA TARIK & UPAYA PELESTARIAN TARI BUYUNG A. Latarbelakang Tari Buyung di Cigugur Kuningan Tari Buyung diciptakan oleh seorang koreografer yang berdomisili di Cigugur, beliau adalah Ibu Emalia Djatikusuma istri dari Pangeran Djatikusuma. Tari Buyung tercipta pada tahun 1969. Buyung sendiri memiliki arti yaitu merupakan sejenis alat yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa pada zaman dulu untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam. Bagi Ibu Emalia Djatikusumah, gerak lembut dan nuansa alam di kala bulan purnama mengilhami lahirnya karya cipta tari yang mengisahkan gadis desa yang turun mandi dengan teman – temannya dan mengambil air di pancuran Ciereng dengan buyung. Terciptanya Tari Buyung untuk mencerminkan kehidupan masyarakat Kuningan Khususnya Cigugur. Sesuai dengan namanya Tari Buyung menggunakan media Buyung dalam mempersembahkan tarian tersebut, Tari Buyung sendiri diciptakan untuk menceritakan kegiatan keseharian gadis Desa Cigugur pada zaman dahulu. Tarian tersebut mulanya hanya sebagai bentuk persembahan di acara Upacara Adat Seren Taun. Pada saat itu Ibu Emalia belum mengetahui bahwa kegiatan keseharian gadis desa tersebut akan hilang seiring berkembangnya Teknologi, maka dari itu sekarang Tari Buyung menjadi Ikon Kabupaten Kuningan. Tari Buyung juga menarik banyak simpati para penikmat seni. ( Hasil wawancara dengan Pangeran Gumira Bama Alam dan Ibu Emalian Djatikususma Mei 2018 ). commit to user 17 library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18 B. Daya Tarik Tari Buyung sebagai Potensi Wisata Budaya di Kabupaten Kuningan 1. Busana Tari Buyung menggunakan riasan panggung untuk kebutuhan keindahan serta mengikuti perkembangan zaman, pada bagian kepala penari menggunakan Sobrah atau rambut palsu panjang, menggambarkan gadis desa pada zaman dahulu memiliki rambut panjang yang terurai cantik (Wawancara dengan Bapak Gumirat Barna Alam). Gambar 1 : Rias Penari Sumber : (Dokumentasi Penari Wulan 2017) Busana tari Buyung mengandung nilai-nilai filosofis, hal ini dimaksudkan agar tari Buyung tidak hanya menggambarkan proses menikmati sebuah hiburan tapi commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19 juga melestarikan budaya dengan buasana adatnya. Busana dan aksesoris penari antar lain Gambar 2 : Tata Busana Penari Sumber : (Dokumentasi Penari Wulan 2017) Kain Samping pada zaman dahulu gadis desa menggunakan kain samping sebagai pakaian sehari – hari dalam berbagai macam aktivitasnya. Kemben hijau, kemben digunakan karena tarian tersebut menggambarkan permainan di air dan kemben merupakan pakaian tradisi. Warna hijau pada kemben memiliki Filosofi yaitu tunas-tunas muda akan tumbuh dan berkembang melanjutkan tongkat estafet orang tuanya. ( seiring berkembangnya zaman warna pada kemben sekarang lebih bervariasi commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20 lagi namun tidak merubah pakaian tradisi dan makna dari Tata Busana tersebut ) dan pada saat ini kemben yang digunakan oleh penari berwarna warni hal tersebut hanya sebagai kebutuhan keindahan saja. Penari Buyung juga tidak lepas dari penggunaan Selendang Selendang yang digunakan oleh penari adalah Selendang Merah memiliki makna filosofi simbol keberadaan unsur Api dimanfaatkan unsur Api didalam diri disalurkan kepada hal – hal yang positif Selendang tersebut masih tetap digunakan hingga saat ini. Ikat pinggang untuk mengencangkan kain samping yang digunakan penari. Hiasan leher sebagai aksesoris penari agar menambah kecantikan penari. 2. Perlengkapan Gambar 3 : Anggel Samping Sumber : (Dok.Penulis 2018) Tari Buyung menggunakan perlengkapan seperti Buyung, Kendi dan kain Samping sebagai media untuk menjaga keseimbangan Buyung yang diletakan dikepala dan juga sebagai pelindung kepala dalam bahasa Sunda Anggel. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21 Gambar 4 : Buyung Gambar 5 :Kendi Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Buyung yang digunakan untuk penampilan tari Buyung terbuat dari logam atau kuningan. Masyarakat dulu menggunakan buyung untuk mengambil air. Buyung terbuat dari bahan kuningan tujuannya agar lebih kuat saat digunakan untuk mengambil air dan lebih awet di bandingkan dengan buyung yang terbuat dari tanah liat. Buyung yang terbuat dari tanah liat jika terjatuh mudah pecah. Kendi yang digunakan saat pentas yaitu kendi yang terbuat dari tanah liat, kendi tersebut di gunakan sebagai pijakan para penari sebagai wujud keseimbangan dan memiliki makna tersendiri dalam gerakan tersebut. pada zaman dahulu kendi digunakan untuk menyimpan air minum, orang zaman dahulu percaya air minum yang disimpan dalam kendi yang terbuat dari tanah liat kualitas airnya akan terjaga dengan lebih baik. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22 3. Gerakan Dalam Tari Buyung terdapat beberapa jenis gerakan antara lain Nyuhun, Bersimpuh, Buyung diangkat dari kepala untuk mengambil air, Pemainan di Air ( Berenang ), Mencuci Pakaian ( Nyokcrok ), Keramas, Naik Kendi dan menyuhun Buyung, Jala Sutra. Gambar 6 : (Nyuhun) Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Membawa media buyung dengan cara meletakannya di atas kepala, para gadis desa melakukannya saat berangkat ke sumber mata air untuk mengambil air dan commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23 kembali dengan membawa air dengan cara yang sama yaitu nyuhun. Kegiatan ini dilakukan bersama –sama degan teman sebayanya. Gambar 7 : Bersimpuh dibawah Sumber : (Dokumentasi sekretariat Paseban 2017) Bentuk tarian saat penari bersimpuh dibawah, memiliki makna yaitu harapan sebuah bangsa dimuka bumi ini ingin mendapat tempat untuk kemerdekaan lahir, batin kepada Yang Maha Kuasa juga sebagai wujud memohon kepada Yang Maha Kuasa agar di berikan berkah oleh Yang Maha Kuasa, dan juga sebagai wujud bahwa manusia tidak boleh melupakan Sang Pencipta, selalu rendah diri dan selalu mengingat Sang Pencipta. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24 Gambar 8 : Mengangkat buyung dari kepala Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Gerakan tersebut memiliki arti, air adalah lambang kehidupan. Bila tinggal pada sebuah tempat pasti akan sangat memerlukan air bersih yang dibutuhkan. Dan agar kita mengikuti sifat air karena air selalu dapat menyesuaikan diri dimanapun di tempatkan air akan selalu dapat menyesuaikan dirinya. Maka dari itu kita sebagai manusia harus dapat menyesuaikan diri dimana pun kita berada selama lingkungan tersebut baik serta menggambarkan seorang gadis desa yang dalam bekerja gadis tersebut tetap gembira membantu orang tuanya. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25 Gambar 9 : Permainan air berenang Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Gerakan permainan di air atau berenang ini memiliki arti yaitu suka cita gadis desa yang bermain dengan teman sebayanya di mata air atau dalam bahasa sunda yaitu kokojayan berenang sambil bermain dengan riang, untuk menggambarkan suka cita para gadis desa yang selalu riang dalam menjalankan tugasnya membantu mengambil air untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga . Gerakan ini juga menggambarkan bagaiman seorang gadis desa yang cantik dan lemah gemulai saat menari. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26 Gambar 10 : Mencuci Pakaian ( Nyokcrok ) Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Gerakan mencuci pakaian atau dalam bahasa Sunda nyokcrok (menghentak- hentakan pakaian kotor pada media batu dengan air agar kotoran pada pakaian hilang dan menghasilkan bunyi crok crok crok) menggambarkan keterampilan gadis desa, melakukan lebih dari satu hal dalam satu perjalanan, selain mengambil kebutuhan ( air ) sekaligus mencuci pakaian seluruh anggota keluarga dan juga membersihkan perabotan rumah tangga sehingga satu kali perjalanan beberapa pekerjaan dilakukan mendapatkan air, mencuci pakaian serta perabotan. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27 Gambar 11 : Keramas Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Gerakan keramas atau mencuci rambut menggambarkan keterampilan gadis desa, melakukan lebih dari satu hal dalam satu perjalanan, selain mengambih kebutuhan ( air ), Mencuci Pakaian dan perabotan rumah tangga kemudian membersihkan diri dengan berkeramas juga sebagai bentuk kebersihan bahwa gadis desa pada zaman dahulu memperhatikan kebersihan pada zaman dahulu gadis desa selalu memiliki rambut yang panjang dan indah sebagai bentuk mahkota seorang perempuan sehingga para gadis desa selalu merawat rambut dan tubuh dengan baik. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28 Gambar 12 : Naik Kendi danMenyuhun Buyung Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018) Gerakan naik kendi dan menyuhun buyung memiliki arti dimana Bumi dipijak disitu langit dijunjung, hidup penuh keseimbangan, budaya logika dan budaya metafisika dimanapun manusia berada agar selalu mengingat kepada Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, pada gerakan ini penari harus memiliki keseimbangan yang baik dan hanya penari yang bertubuh kecil yang bisa membawakan tarian ini agar kendi yang digunakan bisa kuat menopang penari. commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29 Gambar 13 : Jala Sutra Sumber : (Dok.Penulis 2018) Gerakan Jala Sutra dilakukan apabila penari berjumlah lebih dari 40 orang, gerakan Jala Sutra sendiri memiliki arti, saling memberi, saling mengisi untuk menyaring sifat yang cenderung mendominasi sifat Kemanusiaan. Bentuk tarian tersebut menggunakan selendang penari. Selendang penari satu persatu saling berkait- kaitan dan membentuk sebuah jala yang nantinya akan di ayun-ayunkan oleh para penari sehingga membentuk gerakan yang seirama dan indah. commit to user library.uns.ac.id