library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
DAYA TARIK & UPAYA PELESTARIAN TARI BUYUNG
A. Latarbelakang Tari Buyung di Cigugur Kuningan
Tari Buyung diciptakan oleh seorang koreografer yang berdomisili di Cigugur,
beliau adalah Ibu Emalia Djatikusuma istri dari Pangeran Djatikusuma. Tari Buyung
tercipta pada tahun 1969. Buyung sendiri memiliki arti yaitu merupakan sejenis alat
yang terbuat dari logam maupun tanah liat yang digunakan oleh sebagian wanita desa
pada zaman dulu untuk mengambil air di sungai, danau, mata air, atau di kolam. Bagi
Ibu Emalia Djatikusumah, gerak lembut dan nuansa alam di kala bulan purnama
mengilhami lahirnya karya cipta tari yang mengisahkan gadis desa yang turun mandi
dengan teman – temannya dan mengambil air di pancuran Ciereng dengan buyung.
Terciptanya Tari Buyung untuk mencerminkan kehidupan masyarakat
Kuningan Khususnya Cigugur. Sesuai dengan namanya Tari Buyung menggunakan
media Buyung dalam mempersembahkan tarian tersebut, Tari Buyung sendiri
diciptakan untuk menceritakan kegiatan keseharian gadis Desa Cigugur pada zaman
dahulu. Tarian tersebut mulanya hanya sebagai bentuk persembahan di acara
Upacara Adat Seren Taun. Pada saat itu Ibu Emalia belum mengetahui bahwa
kegiatan keseharian gadis desa tersebut akan hilang seiring berkembangnya
Teknologi, maka dari itu sekarang Tari Buyung menjadi Ikon Kabupaten Kuningan.
Tari Buyung juga menarik banyak simpati para penikmat seni. ( Hasil wawancara
dengan Pangeran Gumira Bama Alam dan Ibu Emalian Djatikususma Mei 2018 ).
commit to user 17 library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id18
B. Daya Tarik Tari Buyung sebagai Potensi Wisata Budaya di Kabupaten
Kuningan
1. Busana
Tari Buyung menggunakan riasan panggung untuk kebutuhan keindahan serta
mengikuti perkembangan zaman, pada bagian kepala penari menggunakan Sobrah
atau rambut palsu panjang, menggambarkan gadis desa pada zaman dahulu memiliki
rambut panjang yang terurai cantik (Wawancara dengan Bapak Gumirat Barna
Alam).
Gambar 1 : Rias Penari
Sumber : (Dokumentasi Penari Wulan 2017)
Busana tari Buyung mengandung nilai-nilai filosofis, hal ini dimaksudkan
agar tari Buyung tidak hanya menggambarkan proses menikmati sebuah hiburan tapi
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id19
juga melestarikan budaya dengan buasana adatnya. Busana dan aksesoris penari antar
lain
Gambar 2 : Tata Busana Penari
Sumber : (Dokumentasi Penari Wulan 2017)
Kain Samping pada zaman dahulu gadis desa menggunakan kain samping
sebagai pakaian sehari – hari dalam berbagai macam aktivitasnya. Kemben hijau,
kemben digunakan karena tarian tersebut menggambarkan permainan di air dan
kemben merupakan pakaian tradisi. Warna hijau pada kemben memiliki Filosofi yaitu
tunas-tunas muda akan tumbuh dan berkembang melanjutkan tongkat estafet orang
tuanya. ( seiring berkembangnya zaman warna pada kemben sekarang lebih bervariasi
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id20
lagi namun tidak merubah pakaian tradisi dan makna dari Tata Busana tersebut ) dan
pada saat ini kemben yang digunakan oleh penari berwarna warni hal tersebut hanya
sebagai kebutuhan keindahan saja. Penari Buyung juga tidak lepas dari penggunaan
Selendang Selendang yang digunakan oleh penari adalah Selendang Merah memiliki
makna filosofi simbol keberadaan unsur Api dimanfaatkan unsur Api didalam diri
disalurkan kepada hal – hal yang positif Selendang tersebut masih tetap digunakan
hingga saat ini. Ikat pinggang untuk mengencangkan kain samping yang digunakan
penari. Hiasan leher sebagai aksesoris penari agar menambah kecantikan penari.
2. Perlengkapan
Gambar 3 : Anggel Samping
Sumber : (Dok.Penulis 2018)
Tari Buyung menggunakan perlengkapan seperti Buyung, Kendi dan kain
Samping sebagai media untuk menjaga keseimbangan Buyung yang diletakan
dikepala dan juga sebagai pelindung kepala dalam bahasa Sunda Anggel.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id21
Gambar 4 : Buyung Gambar 5 :Kendi
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Buyung yang digunakan untuk penampilan tari Buyung terbuat dari logam
atau kuningan. Masyarakat dulu menggunakan buyung untuk mengambil air. Buyung
terbuat dari bahan kuningan tujuannya agar lebih kuat saat digunakan untuk
mengambil air dan lebih awet di bandingkan dengan buyung yang terbuat dari tanah
liat. Buyung yang terbuat dari tanah liat jika terjatuh mudah pecah.
Kendi yang digunakan saat pentas yaitu kendi yang terbuat dari tanah liat,
kendi tersebut di gunakan sebagai pijakan para penari sebagai wujud keseimbangan
dan memiliki makna tersendiri dalam gerakan tersebut. pada zaman dahulu kendi
digunakan untuk menyimpan air minum, orang zaman dahulu percaya air minum
yang disimpan dalam kendi yang terbuat dari tanah liat kualitas airnya akan terjaga
dengan lebih baik.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id22
3. Gerakan
Dalam Tari Buyung terdapat beberapa jenis gerakan antara lain Nyuhun,
Bersimpuh, Buyung diangkat dari kepala untuk mengambil air, Pemainan di Air (
Berenang ), Mencuci Pakaian ( Nyokcrok ), Keramas, Naik Kendi dan menyuhun
Buyung, Jala Sutra.
Gambar 6 : (Nyuhun)
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Membawa media buyung dengan cara meletakannya di atas kepala, para gadis
desa melakukannya saat berangkat ke sumber mata air untuk mengambil air dan
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id23
kembali dengan membawa air dengan cara yang sama yaitu nyuhun. Kegiatan ini
dilakukan bersama –sama degan teman sebayanya.
Gambar 7 : Bersimpuh dibawah
Sumber : (Dokumentasi sekretariat Paseban 2017)
Bentuk tarian saat penari bersimpuh dibawah, memiliki makna yaitu harapan
sebuah bangsa dimuka bumi ini ingin mendapat tempat untuk kemerdekaan lahir,
batin kepada Yang Maha Kuasa juga sebagai wujud memohon kepada Yang Maha
Kuasa agar di berikan berkah oleh Yang Maha Kuasa, dan juga sebagai wujud bahwa
manusia tidak boleh melupakan Sang Pencipta, selalu rendah diri dan selalu
mengingat Sang Pencipta.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id24
Gambar 8 : Mengangkat buyung dari kepala
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Gerakan tersebut memiliki arti, air adalah lambang kehidupan. Bila tinggal pada
sebuah tempat pasti akan sangat memerlukan air bersih yang dibutuhkan. Dan agar
kita mengikuti sifat air karena air selalu dapat menyesuaikan diri dimanapun di
tempatkan air akan selalu dapat menyesuaikan dirinya. Maka dari itu kita sebagai
manusia harus dapat menyesuaikan diri dimana pun kita berada selama lingkungan
tersebut baik serta menggambarkan seorang gadis desa yang dalam bekerja gadis
tersebut tetap gembira membantu orang tuanya.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id25
Gambar 9 : Permainan air berenang
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Gerakan permainan di air atau berenang ini memiliki arti yaitu suka cita gadis
desa yang bermain dengan teman sebayanya di mata air atau dalam bahasa sunda
yaitu kokojayan berenang sambil bermain dengan riang, untuk menggambarkan suka
cita para gadis desa yang selalu riang dalam menjalankan tugasnya membantu
mengambil air untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga . Gerakan ini juga
menggambarkan bagaiman seorang gadis desa yang cantik dan lemah gemulai saat
menari.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id26
Gambar 10 : Mencuci Pakaian ( Nyokcrok )
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Gerakan mencuci pakaian atau dalam bahasa Sunda nyokcrok (menghentak-
hentakan pakaian kotor pada media batu dengan air agar kotoran pada pakaian hilang
dan menghasilkan bunyi crok crok crok) menggambarkan keterampilan gadis desa,
melakukan lebih dari satu hal dalam satu perjalanan, selain mengambil kebutuhan (
air ) sekaligus mencuci pakaian seluruh anggota keluarga dan juga membersihkan
perabotan rumah tangga sehingga satu kali perjalanan beberapa pekerjaan dilakukan
mendapatkan air, mencuci pakaian serta perabotan.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id27
Gambar 11 : Keramas
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Gerakan keramas atau mencuci rambut menggambarkan keterampilan gadis
desa, melakukan lebih dari satu hal dalam satu perjalanan, selain mengambih
kebutuhan ( air ), Mencuci Pakaian dan perabotan rumah tangga kemudian
membersihkan diri dengan berkeramas juga sebagai bentuk kebersihan bahwa gadis
desa pada zaman dahulu memperhatikan kebersihan pada zaman dahulu gadis desa
selalu memiliki rambut yang panjang dan indah sebagai bentuk mahkota seorang
perempuan sehingga para gadis desa selalu merawat rambut dan tubuh dengan baik.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id28
Gambar 12 : Naik Kendi danMenyuhun Buyung
Sumber : (Dokumentasi Pribadi 2018)
Gerakan naik kendi dan menyuhun buyung memiliki arti dimana Bumi dipijak
disitu langit dijunjung, hidup penuh keseimbangan, budaya logika dan budaya
metafisika dimanapun manusia berada agar selalu mengingat kepada Kekuasaan
Tuhan Yang Maha Esa, pada gerakan ini penari harus memiliki keseimbangan yang
baik dan hanya penari yang bertubuh kecil yang bisa membawakan tarian ini agar
kendi yang digunakan bisa kuat menopang penari.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id29
Gambar 13 : Jala Sutra
Sumber : (Dok.Penulis 2018)
Gerakan Jala Sutra dilakukan apabila penari berjumlah lebih dari 40 orang,
gerakan Jala Sutra sendiri memiliki arti, saling memberi, saling mengisi untuk
menyaring sifat yang cenderung mendominasi sifat Kemanusiaan. Bentuk tarian
tersebut menggunakan selendang penari. Selendang penari satu persatu saling berkait-
kaitan dan membentuk sebuah jala yang nantinya akan di ayun-ayunkan oleh para
penari sehingga membentuk gerakan yang seirama dan indah.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id30
4. Iringan Musik dan Lagu
Tari Buyung menggunakan iringan alat musik yaitu : Kecapi rincik, Gendang,
Seruling, Gong dan Kecapi Indung. Iringan lagu juga di ciptakan oleh ibu Emalia
Djatikusumah. Dalam syair Rumpaka Tari Buyung memiliki tujuan untuk memohon
Kesejahteraan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Lagu : TEJA MANTRI ( Wanda Mamaos )
Nu geulis nonoman sunda Kagungan atikan diri Tara aral jeung subaha Putra – putri sing walagri Mumpunjung ka maha suci Nya indung tunggul rahayu Nya bapa tangkal darajat Rumawat bumi pertiwi Teu kenging aral subaha Pamugi urang waluya Lagu : KAHYANGAN ( Wanda Panambih )
Caang bulan yungabungbang Nyala cai katampian Suka bungah gogonjakan Icikipak kokojayan
Nyekel kendi nyuhun buyung Suka seuri galumbira
Silanglang silanglang peucang Buuk kuring geura panjang Panjangna salawe deupa
Saha anu teu misuka Para mojang keur ngabungbang Mawa cai sukan – sukan
Icikipak icikipak icikibung 2 x
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id31
Terjemahan dari Lagu yang digunakan dalam Tari Buyung
Yang Cantik Gadis Sunda Kepunyaan diri sendiri Tidak pernah emosi dan selalu bahagia
Putra –putri agar bahagia Menyembah kepada Yang Maha Kuasa
Seorang Ibu yang mengandung Seorang ayah yang mengangkat derajat keluarga Yang menjaga Bumi Pertiwi Tidak boleh emosi, Ikhlas Semoga kita tentram
Terang bulan malam hari Ngambil air di mata air Bergembira bersama-sama Kesana kemari sambil berenang Memegang kendi dan mengangkat buyung dikepala Senang tertawa bergembira
Bermain seperti kijang Rambut saya segera panjang Panjagnya dua puluh lima jengkal Siapa yang tidak suka Para gadis sedang begadang Membawa air suka-suka
Gemericik Suara air 2x
Dari berbagai daya tarik tersebut berarti tari buyung mempunyai potensi
wisata terlebih lagi dengan adanya iringan musik dan lagu yang menambaha
keindahaan dari tarian tersebut.
5. Makna Tari Buyung
Tari Buyung pada mulanya diciptakan untuk mengekpresikan kegiatan gadis
desa Cigugur pada masa itu. Setiap gerakan dalam tari Buyung memiliki makna yang
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id32
tersirat. Menginjak kendi sambil membawa buyung di kepala (nyuhun) erat
relevansinya dengan ungkapan “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung”.
Membawa buyung di atas kepala sangat memerlukan keseimbangan. Hal ini berarti
bahwa dalam kehidupan ini perlu adanya keseimbangan antara perasaan dan pikiran.
Pergelaran tari buyung dengan formasi Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung,
Medang Kamulan, dan Nugu Telu memiliki makna yang menyiratkan bahwa
masyarakat petani Sunda adalah masyarakat yang religius. Tuhan diyakini sebagai
Kausa Prima dari segala asal-usul sumber hidup dan kehidupan. Sementara manusia
merupakan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna di antara mahluk-mahluk
ciptaan Tuhan lainnya.
Alam penuh dengan energi. Alam selalu bereaksi dengan tingkah laku
manusia, dan ikut mempengaruhi karakter manusia. Eksistensi dalam alam
makroskofis dilihat sebagai sesuatu yang tersusun secara hierarkis. Sehingga, secara
moral manusia di tuntut untuk menyelaraskan hidupnya dengan alam, yaitu antara
mikroskofis (manusia) dan makroskofis (alam raya) untuk membuahkan kesadaran
mengenai penghayatan iman terhadap keagungan Tuhan Sang Maha Pencipta.
Dalam Tari Buyung terdapat formasi dengan pola laintai yaitu Jala Sutra, Nyakra
Bumi, Bale bandung, Medang Kamulang, dan Nugu Telu:
Formasi dan makna Jala Sutra
Masyarakat Petani Sunda adalah masyarakat religious. Bagi petani bumi yang subur
lahan yang mapan merupakan bagian dari hidup kehidupannya, juga bagian dari
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id33
kepercayaannya. Maka tidaklah berlebih – lebihan jika padi selalu dijadika simbol
kemurahaan Tuhan.
Didasari pula pangan , khususnya padai telah memberi kekuatan bagi kelangsungan
hidup manusia. Saling memberi, saling mengisi. Manusia sebagai konsumen
terpanggil untuk mengatur keseimbangan dalam hidupnya, dengan berpedoman pada
norma – norma tertentu. Dalam artian erat relevansinya yang khas memilih dan
manyaring sifat yang cenderung mendominasi sifat kemanusiaan
Formasi dan makna Nyakra Bumi
Bumi tempat manusia hidup menunjukkan kecenderungan menjalin suatu ikatan
dalam kehidupan manusia,. Kesatuan dalam kenaekargaman hidup ( Manyakra
Manggilingan ) dalam implementasinya sering terjadi ujian berat. Mampukah
manusia memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak ekosistem dalam
kehidupannya.
Formasi dan makna Bale bandung
Masyarakat petani sunda maneyadari yang terlihat, terdengar, tercium bahkan
menyaksikan bangkitnya kreativitas untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Kewaspadaan dan ketelitian untuk menyeleksi terhadap berbagai rangsangan luar
semakin melahirkan mawas diri dalam rangka menggali jati diri baik selaku manusia
maupun bangsa.
Formasi dan makna Medang Kamulang
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id34
Masyarakat petani sunda menyadari sedalam – dalamnya, bahwa dalam tatanan
kehidupan ini telah terjalin asosiasi dalam daur kehidupan antara manusia dan mahluk
hidup lainnya.
Manusia sebagai konsumen perlu mengupayakan agar mata rantai ini tetap terpeihara.
Sebab pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam pada dasarnya diarahkan bagi
keselamatan kesejahteraan manusia kini dan yang akan datang.
Formasi dan makna Nugu Telu
Masyarakat Sunda Menyadari bahwa kehidupan ini merupakan TRI DAYA EKA
KARSA tiga taraf kehidupan, yang terdiri dari taraf hidup nabati ( hidup tapi pasif ),
taraf hidup hewani ( hidup aktif namun lebih banyak dipengaruhi insting ) dan taraf
hidup insani ( hidup kehidupan manusia yang didasari akal, rasa dan budi ). Disadari
oleh manusia bahwa yang ada di sekeliling, sekitar kita baik langsung maupun tidak
langsung akan memberi warna pada karakteristik individu. Keanekaragaman hidup,
pada dasarnya kesatuan dalam menerima hidup yakni sentuhan cipta, rasa dan karsa.
C. Pelestarian Tari Buyung di Cigugur ( Seren Taun )
Penemtasan Tari Buyung biasanya di selenggarakan setiap satu tahun sekali pada
saat pelaksanaan Upacara Adat Seren Taun. Seren taun adalah upacara adat panen
padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Upacara ini berlangsung
khidmat dan semarak di berbagai desa adat Sunda. Upacara adat sebagai syukuran
masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat sekitarnya, bahkan dari
beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara. Beberapa desa adat Sunda yang
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id35
menggelar Seren taun tiap tahunnya adalah Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur,
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kasepuhan Banten Kidul, Desa Ciptagelar,
Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Desa adat Sindang Barang, Desa Pasir Eurih,
Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten,
Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya
Menurut catatan sejarah dan tradisi lokal, perayaan Seren taun sudah turun-
temurun dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda purba seperti kerajaan Pajajaran.
Upacara ini berawal dari pemuliaan terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi
dalam kepercayaan Sunda kuno. Sistem kepercayaan masyarakat Sunda kuno
dipengaruhi warisan kebudayaan masyarakat asli Nusantara, yaitu animisme-
dinamisme pemulian arwah karuhun (nenek moyang) dan kekuatan alam, serta
dipengaruhi ajaran bercorak Hindu. Masyarakat agraris Sunda kuno memuliakan
kekuatan alam yang memberikan kesuburan tanaman dan ternak, kekuatan alam ini
diwujudkan sebagai Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi padi dan kesuburan.
Pasangannya adalah Kuwera, dewa kemakmuran. Keduanya diwujudkan dalam Pare
Abah (Padi Ayah) dan Pare Ambu (Padi Ibu), melambangkan persatuan laki-laki dan
perempuan sebagai simbol kesuburan dan kebahagiaan keluarga. Upacara-upacara di
Kerajaan Pajajaran ada yang bersifat tahunan dan delapan tahunan. Upacara yang
bersifat tahunan disebut Seren taun Guru Bumi yang dilaksanakan di Pakuan
Pajajaran dan di tiap wilayah. Upacara besar yang bersifat delapan tahunan sekali
atau sewindu disebut upacara Seren taun Tutug Galur atau lazim disebut upacara
Kuwera Bakti yang dilaksanakan khusus di Pakuan.
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id36
Rangkaian ritual upacara Seren taun berbeda-beda dan beraneka ragam dari
satu desa ke desa lainnya, akan tetapi intinya adalah prosesi penyerahan padi hasil
panen dari masyarakat kepada ketua adat. Padi ini kemudian akan dimasukkan ke
dalam leuit (lumbung) utama dan lumbung-lumbung pendamping. Pemimpin adat
kemudian memberikan indung pare (induk padi/bibit padi) yang sudah diberkati dan
dianggap bertuah kepada para pemimpin desa untuk ditanan pada musim tanam
berikutnya. Di beberapa desa adat upacara biasanya diawali dengan mengambil air
suci dari beberapa sumber air yang dikeramatkan. Biasanya air yang diambil berasal
dari tujuh mata air yang kemudian disatukan dalam satu wadah dan didoakan dan
dianggap bertuah dan membawa berkah. Air ini dicipratkan kepada setiap orang yang
hadir di upacara untuk membawa berkah. Ritual berikutnya adalah sedekah kue,
warga yang hadir berebut mengambil kue di dongdang (pikulan) atau tampah yang
dipercaya kue itu memberi berkah yang berlimpah bagi yang mendapatkannya.
Kemudian ritual penyembelihan kerbau yang dagingnya kemudian dibagikan kepada
warga yang tidak mampu dan makan tumpeng bersama. Malamnya diisi dengan
pertunjukan wayang golek. Puncak acara seren taun biasanya dibuka sejak pukul
08.00, diawali prosesi ngajayak (menyambut atau menjemput padi), lalu diteruskan
dengan tiga pergelaran kolosal, yakni tari buyung, angklung baduy, dan angklung
buncis-dimainkan berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang hidup di Cigugur.
Rangkaian acara bermakna syukur kepada Tuhan itu dikukuhkan pula melalui
pembacaan doa yang disampaikan secara bergantian oleh tokoh-tokoh agama yang
ada di Indonesia. Selanjutnya, dilaksanakan kegiatan akhir dari Ngajayak, yaitu
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id37
penyerahan padi hasil panen dari para tokoh kepada masyarakat untuk kemudian
ditumbuk bersama-sama. Ribuan orang yang hadir pun akhirnya terlibat dalam
kegiatan ini, mengikuti jejak para pemimpin, tokoh masyarakat, maupun rohaniwan
yang terlebih dahulu dipersilakan menumbuk padi. Puluhan orang lainnya berebut
gabah dari saung bertajuk Pwah Aci Sanghyang Asri (Pohaci Sanghyang Asri).
Dalam upacara Seren taun dilakukan berbagai keramaian dan pertunjukan
kesenian adat. Ritual seren taun itu sendiri mulai berlangsung sejak tangal 18
Rayagung, dimulai dengan pembukaan pameran Dokumentasi Seni dan Komoditi
Adat Jabar. Setiap hari dipertunjukkan pencak silat, nyiblung (musik air), kesenian
dari Dayak Krimun, Indramayu, suling rando, tarawelet, karinding, dan suling
kumbang dari Baduy. ( Wikipedia Upacara Adat Seren Taun 2016 ) Selain Pada
Acara Upacara Adat Seren Taun Tari Buyung juga sering tampil dalam acara – acara
kebudayaan seperti pada berikut adalah dokumentasi pementasan tari Buyung
Gambar 14 : Pentas di Monument Nasional dalam acara World Royal Heritage Festival 2013
Dok : Sekretariat Paseban 2013
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id38
Gambar 15 : Pentas di Universitas Indonesia, dalam acara Malam Unjuk Budaya (Olimviade Ilmu Sosial)
Dokumentasi : Sekretariat Paseban 2014
Gambar 16 : Pentas di HUT Kabupaten Kuningan
Dokumentasi : Warta Kuningan 2016
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id39
Pementasan saat acara World Royal Heritage Festival merupakan Undangan
dari Bapak Ir. Joko Widodo Selaku Gubernur DKI Jakarta pada saat masa
Jabatannya. Bapak Ir. Joko Widodo Merupakan Presiden yang memimpin Indonesia
saat ini. Selain Bapak Ir. Joko Widodo jauh sebelumnya Presiden Abdurahman
Wahid atau Bapak Gus dur merupakan presiden yang memiliki perhatian terhadap
kekayaan budaya yang di miliki Kabupaten Kuningan
Gambar 17 : Kunjungan Bapak Gus dur Pada Seren Taun saat masih menjabat sebagai Presiden RI
Dok : Sekretariat Paseban 2000
Setelah Kunjungannya tersebut pada tahun 2001 kemudian tari Buyung
diundang tampil di istana kepresidenan oleh Bapak Gus dur.
1. Adat Perubahan dan Peran
Tari Buyung tercipta oleh Ibu Ratu Emalia Djatikusumah pencipta merupakan
penganut agama Sunda Wiwitan. Terciptanya tari Buyung tidak lepas dari ajaran
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id40
Sunda Wiwitan yang memiliki arti berupa persembahan kepada Tuhan atas
kemurahannya.
2. Perubahan dan Perkembangan
Tari Buyung memiliki kaitan yang erat dengan Upacara adat Seren Taun.
Kegiatan Seren taun sudah berlangsung pada masa Pajajaran dan berhenti ketika
Pajajaran runtuh. Empat windu kemudian upacara itu hidup lagi di Sindang Barang,
Kuta Batu, dan Cipakancilan. Namun akhirnya berhenti benar pada 1970-an. Setelah
kegiatan ini berhenti selama 36 tahun, Seren taun dihidupkan kembali sejak tahun
2006 di Desa Adat Sindang Barang, Pasir Eurih, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten
Bogor. Upacara ini disebut upacara Seren taun Guru Bumi sebagai upaya
membangkitkan jati diri budaya masyarakat Sunda. Sedangkan di Cigugur sendiri
tetap berlangsung semenjak pembangunan Keraton Paseban Tri Panca Tunggal pada
1840. Di Cigugur, Kuningan, upacara seren taun yang diselenggarakan tiap tanggal
22 Rayagung-bulan terakhir pada sistem penanggalan Sunda, sebagaimana biasa,
dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal, kediaman Pangeran
Djatikusumah. Sebagaimana layaknya sesembahan musim panen, ornamen gabah
serta hasil bumi mendominasi rangkaian acara. Masyarakat pemeluk kepercayaan
Sunda Wiwitan tetap menjalankan upacara ini, seperti masyarakat Kanekes,
Kasepuhan Banten Kidul, dan Cigugur. Kini setelah kebanyakan masyarakat Sunda
memeluk agama Islam, di beberapa desa adat Sunda seperti Sindang Barang, ritual
Seren taun tetap digelar dengan doa-doa Islam. Upacara seren taun bukan sekadar
tontonan, melainkan juga tuntutan tentang bagaimana manusia senantiasa bersyukur
commit to user library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id41
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, terlebih di kala menghadapi panen. Upacara ini
juga dimaksudkan agar Tuhan memberikan perlindungan di musim tanam mendatang.
Dalam Perkembangannya Tari Buyung telah mengalami perubahan namun
perubahan tersebut tidak mengubah makna yang terkandung didalamnya. Ibu Ratu
Emalia Djatikusumah tidak mencatat secara detail perubahan-perubahan tersebut
namun menurutnya perubahan mengikuti perkembangan zaman seperti pada Tata
Rias saat dulu penari tidak menggunakan Riasan Wajah kemudian sekarang sudah
menggunakan Riasan wajah. Penambahan Gerakan atau penambahan variasi dalam
gerakan. Menurutnya variasi tersebut bertujuan agar tarian lebih variatif saat di
pentaskan. Pementasan Tari Buyung tentunya yang memiliki perkembangan lebih
banyak dimulai pada 1970 hanya ditampilkan dalam Pagelaran Budaya Upacara Adat
Seren Taun kemudian mulai mendapat sorotan dari berbagai kalangan pemerintahan
seperti pada saat Kunjungan Presiden Gus dur pada tahun 2000 kemudian
pementasan di tahun 2001 di Istana Kepresidenan yang membuat tari Buyung lebih
dikenal. Dan menarik masyarakat Internasional dimana saat penampilan tersebut
terdapat tamu dari kedutaan besar setiap negara yang ada di Indonesia dan tertarik
terhadap tarian tersebut kemudian rutin mulai berkunjung setiap penyelenggaraan
Upacara Adat Seren Taun setiap tahunnya. ( Wawancara dengan Ibu Ratu Emalia
Djatikusumah. 2018 )
commit to user