Kidungan Jawa Timuran Dalam Pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya Jombang

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kidungan Jawa Timuran Dalam Pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya Jombang Kidungan Jawa Timuran Dalam Pertunjukan Ludruk Budhi Wijaya Jombang Ainnur Rofiq [email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRAK Kesenian merupakan sesuatu hal yang terkait dengan kebebasan ekspresi manusia tentang kebutuhannya akan keindahan. Pada masyarakat tradisional, kesenian bukan hanya tentang keindahan ekspresi saja, namun juga bisa terkait tentang ritual, sarana berkumpul, dan komunikasi. Kidungan Jawa Timuran merupakan salah satu kesenian tradisional, dan merupakan bagian dari pertunjukan ludruk yang memegang peranan penting. Kidungan Jawa Timuran memiliki kelebihan sebagai alat komunikasi kepada penonton, sehingga di dalam kidungan Jawa Timuran memiliki muatan pesan-pesan yang terkait dengan nilai dan norma yang sesuai dengan sistem nilai budaya di masyarakat. Lalu, pesan budaya apa saja yang ada di dalam kesenian kidungan Jawa Timuran? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, untuk mendapatkan penjelasan dari pesan budaya yang ada di dalam kesenian kidungan Jawa Timuran. Penelitian dilakukan pada kelompok Ludruk Budhi Wijaya Jombang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan kerangka pemikiran pesan budaya dalam kesenian M. Junus Melalatoa dan sistem nilai budaya C. Kluckhohn. Hasil penelitian ini menyajikan unsur-unsur dari kidungan Jawa Timuran, seperti syair, gendhing iringan, kostum dan pemilihan kata dari kidungan. Kidungan Jawa Timuran pada syair-syair tersebut memiliki pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. Pesan-pesan tersebut terkait dengan sistem nilai budaya di masyarakat, yakni tentang kehidupan, kepercayaan, sistem nilai dan norma. Kata Kunci : pesan budaya, kidungan Jawa Timuran, sistem nilai budaya AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 1 ABSTRACT Art is something that is related to the freedom of expression of the human need for aesthtetics. In traditional society, art is not just about the beauty of expression, but could also be related about the ritual, a means of gathering, and communication. Kidungan of East Javanese is one of the traditional arts, it is a part of the ludruk show which plays an important role. Kidungan of East Javanese has its advantages as a means of communication to the audience, so it contains messages related to values and norms in accordance to the cultural value system of a society. So what are the cultural messages contained within the art of East Javanese kidungan? The method used in this research is descriptive, to get an explanation of the cultural messages in the art of East Javanese kidungan. The study was conducted on the Ludruk Budhi Wijaya Jombang group. The datas were then analyzed with the framework of cultural messages in Junus M. Melalatoa arts and cultural value systems C. Kluckhohn. The results of this study presents the elements of East Javanese kidungan such as poetry, gendhing accompaniment, costumes and the wording of the kidungan. Kidungan of East Javanese in these poems have messages it conveys. These messages related to the system of cultural values in the community, which is about the life, beliefs, value systems and norms. Keywords: cultural messages, kidungan of East Javanese, cultural value system Pendahuluan manusia memunculkan sebuah bentuk Kesenian merupakan hasrat-hasrat reaksi sadar dan membentuk perasaan manusia akan estetika dan kreatifitas pada dirinya yang menjadi kreatifitas pemikiran yang dituangkan di unsur dalam kehidupannya dalam sebuah karya seni. Semua karya (Koentjaraningrat, 2009). seni merupakan hasil representasi dari Ludruk merupakan salah satu objek yang dilihat dan dirasakan, sehingga kesenian tradisional di Jawa Timur dapat memunculkan ide dalam diri yang memiliki unsur seni Tari, seni manusia itu lah untuk menciptakan karya seni, dalam bentuk yang unik dan artistik Musik, dan seni Teater. Ludruk pada sehingga memberikan kepuasaan akan awalnya merupakan perkembangan hasrat dalam jiwa mereka yang sebuah kesenian yang berasal dari disampaikan. Kesenian adalah sarana jalanan atau dari penyaluran hasrat dan pengembangan mbarang(ngamen)(Setiawan, 2015). akal pikiran manusia menjadikan Seiring dengan perkembangannya dirinya kreatif. Karena akal pikiran ludruk yang dalam asal-usulnya AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 2 memiliki banyak versi cerita, dapat yang begitu terbuka namun berisi masuk dan berkembang di kota tentang nasehat maupun sinisme sosial Surabaya. tetapi dapat diterima dengan mudah Kidungan Jawa Timuran oleh semua kalangan masyarakat adalah sebuah perpaduan seni sastra karena kemasan penyampaiannya yang dan seni musik yang berupa seni unik. Maka di dalam setiap parikan bertutur dengan iringan musik. kidungan Jawa Timuran akan selalu Kidungan Jawa Timuran ini terdapat pesan yang disampaikan merupakan bagian dari pagelaran kepada para penonton pagelaran kesenian ludruk, yang ditampilkan ludruk pada setiap penampilannya. setelah tari Remo. Dimana orang yang Dengan penggunaan bahasa yang menyampaikan kidungan atau bisa sangat mudah diterima oleh para disebut pemain kidungan adalah penonton, akan memunculkan pelawak/lakon dan penari dalam komunikasi sosial yang terjadi dalam pementasan ludruk dengan isi berupa kesenian kidungan Jawa Timuran. pesan-pesan mengenai pendidikan, Dalam pagelaran ludruk ada masalah-masalah politik, kehidupan beberapa macam kidungan Jawa sehari-hari sebagai komunikasi sosial Timur seperti yang diklasifikasikan dalam bentuk pantun berbahasa Jawa oleh Supriyanto (1992) : atau parikan dengan mengikuti nada - Kidungan lawak iringan gendhing Jawa Timuran pada Kidungan yang disampaikan oleh gamelan musik karawitan. pelawak dalam pagelaran “kidungan Jawa Timuran memiliki keistimewaan atau ludruk.Dimana kidungan lawak yang keunikan baik bentuk maupun bagus adalah kidungan yang dapat cara melagukannya yang membedakannya dengan mencapai daya tarik dalam bentuk dan melagukan” penyampaian kritik sosialnya. Kualitas (Hardjoprawiro, 1985 : 5) teater ludruk lebih sering diukur dari Kidungan Jawa Timuran kualitas penampilan dari pelawak serta menggunakan bahasa pergaulan dagelan yang disampaikan. Oleh sehari-hari atau bahasa Jawa Ngoko karena itu, parikan lawak menjadi AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 3 ujung tombak dalam pagelaran ludruk ludruk pada Era Reformasi sekarang suatu komunitas. ini banyak yang berbentuk syair, - Kidungan Bedhayan/Bedayan sedangkan dengan bentuk pantun hanya sedikit. Bentuk pantun Bedayanpada teater ludruk tidak sama (parikan) maupun bentuk syair yang dengan bedhayan seperti bedhaya paling banyak ditemui berirama aa aa. srimpi yang ada di keraton yogya atau Sugiri(2003) juga membuat klasifikasi solo. Bedayan pada ludruk adalah mengenai fungsi dari isi atau pesan penampilan dari tandak-tandak yang kidungan Jawa Timuran pada Era menari dan menyanyi diatas Reformasi, yaitu : panggung. Kidungan bedayan adalah (1) Sebagai hiburan kidungan yang dilagukan oleh para (2) Sebagai penyampaian kritik penari/tandhak. sosial - Kidungan adekan/adegan (3) Sebagai peningkatan bidang Kidungan adegan disini adalah kebudayaan parikan jula-juli yang isinya (4) Sebagai kritik bidang ekonomi disesuaikan dengan cerita pertunjukan (5) Sebagai peningkatan bidang dengan maksud untuk membawa kesadaran berpolitik suasana. Adegan yang dimaksud, (6) Sebagai peningkatan bidang misalnya adegan sedih, gembira, atau pembangunan adegan percintaan dua tokoh di atas (7) Sebagai peningkatan bidang panggung. ketakwaan kepada Tuhan Yang Selain itu, ada pula kidungan Maha Esa ngeremo/beskalan, yaitu kidungan (8) Sebagai peningkatan bidang yang disampaikan oleh penari remo pendidikan putra atau remo putri (beskalan). Dengan meninjau klasifikasi Kidungan tersebut sebagai pelengkap yang dilakukan Sugiri, terkait dengan setelah penutup tari remo sebagai isi atau pesan pada kidungan Jawa pembuka dari pagelaran ludruk. Timuran, terdapat usaha pemain untuk Menurut Sugiri(2003), melakukan komunikasi kepada kidungan yang terdapat di kesenian penonton dengan menyampaikan AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.1/Pebruari 2017, hal 4 pesan-pesan yang terkait dengan dalam penelitian ini, observasi permasalahan yang dikemas dalam merupakan hal yang wajib dilakukan bentuk pantun maupun syair. untuk melihat suasana pertunjukan Kidungan Jawa Timuran yang ludruk di kabupaten Jombang, menjadi unsur penting atau wajib dan khususnya padabagian kidungan Jawa harus ada di dalam kesenian ludruk, Timuran. serta bentuk kidungan Jawa Timuran Seperti yang diungkapkan oleh yang unik karena menggunakan Bogdan dan Taylor (1975 dalam parikan dengan iringan musik Moleong 2011) bahwa metodologi gendhing Jawa Timuran dari kualitatif menjadi prosedur penelitian karawitan. Pesan yang tersirat dalam yang menghasilkan data deskriptif lirik-lirik kidungan Jawa Timuran dan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari interaksi yang terjadi yang dilakukan orang-orang dan perilaku yang telah oleh pelaku terhadap penonton dalam diamati. Menurut pendapat mereka, kesenian kidungan Jawa Timuran, pendekatan ini mengarah pada latar dimana penonton juga memberikan dan individu tersebut secara utuh. respon dari lirik-lirik yang ada dalam Observasi adalah melakukan kidungan tersebut. Kidungan Jawa pengamatan pada lokasi penelitian Timuran mengandung pesan-pesan yaitu pada pagelaran-pagelaran ludruk budaya yang berkaitan dengan sistem Budhi Wijaya pada tanggal 15 kepercayaan, pengetahuan, sistem nilai September 2016 di desa Banjarjo dan norma. kecamatan Bareng, dan dusun Posari, Metode desa Keporejo kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. untuk melihat Metode penelitian yang kesenian
Recommended publications
  • The Revitalization of Srimpi Muncar Dance Through Social Media in the Hyppereality-Post Truth Era Risa Kaizuka1,* Dr
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 552 Proceedings of the 4th International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2020) The Revitalization of Srimpi Muncar Dance Through Social Media in the Hyppereality-Post Truth Era Risa Kaizuka1,* Dr. Kuswarsantyo1 Andi Azri Nining Rukmana1 1Graduate School of Art Education, Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT This study aims to describe the revitalization of Srimpi Muncar dance through social media in the post-truth era of hyperreality. The researchers focused on the performance of Srimpi Muncar dance in Uyon-uyon Hadiluhung which was held live streaming from YouTube and Periscope accounts of Ngayogyakarta Hadiningrat Palace on August 10, 2020, in the midst of the Covid-19 pandemic. This study employed the qualitative research method with a phenomenological approach. Primary data were collected through documentation techniques with tables classifying comments given by the public to the palace social media accounts. Secondary data were obtained through interviews and consultation with supervisors. The data analysis was carried out in three stages, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing. In this study, the data reliability was checked using the data triangulation technique. The results show that the live streaming show of Srimpi Muncar dance is not hyperreality, because it has a positive impact. The social media accounts of the Yogyakarta Palace play an essential role in the revitalization of Srimpi Muncar dance. Social media is a new way to preserve Yogyakartan classical dance. This new strategy in performing shows is acceptable. It seems that traditional arts will not disappear with technological advances, but technology will be an aid for developing traditional arts nowadays.
    [Show full text]
  • The Value of Yogyakarta Palace Dances : Relevance to the Nation Character Nurturing
    The Value ofYogyakarta Palace Dances... 377 THE VALUE OF YOGYAKARTA PALACE DANCES : RELEVANCE TO THE NATION CHARACTER NURTURING Sunaryadi Institut Seni Indonesia Email: [email protected] Abstrak Tan Keraton Yogyakarta bukan sekedar tontonan tetapi adalah sebuah media yang mengandung tuntunan. Bukan hanya bagi semuayang terlibat dalam pementasan tari, tetapi juga tuntunan bagi yang menonton Patokan bak.u dalam tari keraton yang hersumber pada nilai tata krama keraton merupakan etika moralitas, sebagai sarana penanaman karakter. Nilai-nilai tersebut terumuskan dalam empat prinsip yang wajib dimiliki penari yaitu sawiji, greget, sengguh, dan ora mingkub (falsafah Joged Mataram). D ikaji dari aspek aksiologis, tari keraton mengandung ajaran yang menempatkan \rasa sebagai rub’ dan 'pengendalian diri sebagai in ti’. Aspek rasa sertapengendalian diri ini labyang memiliki relev ansi bagi pembangunan karakter bangsa saat ini. .wjELlujI j 6J_aLi*u> ^ (jjSjLivXI .lr>a 9 lSengguh t g reg et^ sawiji 05&J ^.iEs <xjjI J (^jjl j^ai y * Joged mingkuh (Ijjlj L i us LftjLltlj ii i II ,k> t*b _j •S^JU ftJLa aju& ^ Keywords, tari keraton, Joged Mataram, penanaman karakter. 378 Millah Vol. XU, No. 2, Februari 2013 A. Introduction Indonesian society now days has many colored multiple conflicts, demonstrations, religious conflict, the position seizure, and the seizure of property rights indigenous territories. Regrettably, all of them tend to be wild and brutal. Violence happens everywhere, attitudes of tepa slira are scarce, sincere attitude has been hard to find. Many cultural roots reflected in Pancasila has been abandoned, as if the nation has lost the identity and lost the spirit of the cultural life of the nation adhesive.
    [Show full text]
  • Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut Di Pantai Muncar, Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis) Relin D.E
    MUDRA Jurnal Seni Budaya Volume 32, Nomor 1, Februari 2017 p 41 - 55 P-ISSN 0854-3461, E-ISSN 2541-0407 Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut Di Pantai Muncar, Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis) Relin D.E Jurusan Teologi, Fakultas Brahma Widya, IHDN Denpasar E-mail: relin_denayu @yahoo.co.id Tari Gandrung merupakan kekayaan budaya lokal banyuwangi dan dijadikan maskot daerah Banyuwangi. Tari gandrung banyak dipentaskan diberbagai acara publik termasuk di dalam tradisi petik laut. Pementasan Tari Gandrung dalam tradisi petik laut memiliki makna tersendiri karena tradisi ini diyakini sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Laut agar nelayan dianugrahkan ikan yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Tari Gandrung dan makna filosofi Tari gandrung yang terkandung dalam tradisi Petik laut di pantai Muncar Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. dengan analisis deskriftip kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi (data-data sekunder). Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Setiap peragaan Gandrung Banyuwangi selalu berpola jejer, paju dan seblang-seblang. Dalam pementasannya memasuki tiga babak yakni pertama jejer, gending terdiri dari lagu Padha Nonton yang terdiri dari delapan bait 32 baris setiap baitnya terbagi menjadi empat baris, baru kemudian dilanjutkan dengan gending Padha Nonton pada bait-bait berikutnya dengan gerak tari yang sesuai warna lagu yang dibawakan. Kemudian babak kedua disebut Paju gending yang dibawakan bebas sesuai permintaan yang akan ikut menari (maju gandrung) dan ketiga Seblang-seblang yang selalu diawali dengan gending atau lagu yang berjudul Seblang Lukito dan gending-gending lainnya. Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut secara filosofis bila diamati dari lagu Padha nonton dengan syairnya berbentuk bebas dan pola yang berkembang ini merupakan gambaran filosofis hidup tentang manusia.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Tata Busana Dan Rias Srimpi Pandhelori Dalam
    Nilai-Nilai Pendidikan Tata Busana dan Rias Srimpi Pandhelori dalam Perspektif Hermeneutik 307 Nilai-Nilai Pendidikan Tata Busana dan Rias Srimpi Pandhelori dalam Perspektif Hermeneutik Wenti Nuryani, Suminto A Sayuti, Dwi Siswoyo Program Studi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No 1, Depok, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55281 Tlp. 087734147935, E-mail: [email protected] ABSTRACT This research was a descriptive qualitative research using a hermeneutic approach and was aimed at revealing the meaning of traditional symbols contained in Yogyakarta-style Srimpi Pandhelori dance costumes and makeup. The symbols in Srimpi Pandhelori costumes and makeup are the media that transform noble characters. It is closely related to the character building based on local genious. Therefore, this research is aimed at describing the symbols found in Srimpi Pandhelori dance as an absorption element of the noble character values. Every instrument in costumes and makeup represents local wisdom which is designed to be a medium of noble character education. The main data collection technique of the research was direct observation of Srimpi dance performances strengthened by records. The data were validated by using credibility techniques by doing 1). observation perseverance, 2). triangulation of methods and sources, 3). peer discussion, and 4). adequacy of references. The data analysis used in this research was a dialectical hermeneutics approach i.e. the approach where interpretation procedures to obtain meaning uses elements of analysis from Madisson called a normative method consisting of coherence, comprehensiveness, contextuality, penetration, and appropriateness. The results show that each instrument in costumes and make up of Srimpi Pandhelori dance pattern contains symbols.
    [Show full text]
  • An Innovation in Javanese Dance Choreography
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) Vol.79, 2019 Paradoks: An Innovation in Javanese Dance Choreography Silvester Pamardi Indonesia Institute of the Arts, Surakarta, Indonesia Abstract Paradoks was a form of choreography that was based on Javanese choreography. This research was to develop Javanese choreography which tended to follow the pattern of court dance rules. The basic assumption of this research was Paradoks based on the Javanese choreographic form that had been through a process of development. This research was an innovation study in the Javanese choreography development. Javanese choreography had standard patterns as a form of noble dance. This meant that Javanese choreography had a high artistic level, not only from its historical factor but also because of its current position in the Palace. The problems examined in this study were: What was the form of Paradoks choreography? How was the innovation expression in the development of Javanese choreography in Paradoks dance? The specific objective to be achieved was to provide knowledge and understanding to the wider community about the pattern for forming the Paradoks choreography as an innovation in the development of Javanese choreography. The target of this research was to produce a written study on the innovation of developing the Paradoks choreography forming pattern in an internationally reputed journal. Another target was as a presentation of the research results to achieve the title of professor. This research used an artistic approach to the creation of art. Keywords: Paradoks , motion pattern, choreography DOI : 10.7176/ADS/79-06 Publication date: December 31st 2019 Introduction Art that had become custom and tradition actually was when these custom forms were considered not to have a bad impact.
    [Show full text]
  • 1 Transformasi Bentuk Tari Srimpi Dalam Pembukaan
    TRANSFORMASI BENTUK TARI SRIMPI DALAM PEMBUKAAN LODDROK RUKUN FAMILI DI KABUPATEN SUMENEP – MADURA Melia Santoso 11020134225 S1-Pend. Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya [email protected] Dr. Setyo Yanuartuti, M.Si Abstrak Loddrok merupakan salah satu pertunjukan tradisional yang ada di Madura, dalam Loddrok terdapat sebuah tari Srimpi yang ditarikan oleh enam orang laki-laki menggunakan busana perempuan. Saat ini tari Srimpi telah mengalami transformasi kedalam bentuk baru. Pada penelitian ini peneliti merumuskan tiga rumusan masalah yaitu bagaimana struktur bentuk tari Srimpi?, bagaimana bentuk transformasi tari Srimpi?, dan apa faktor penyebab terjadinya transformasi pada tari Srimpi?.penelitian ini bertujuan untuk menjawab tiga permasalah yang terjadi pada transformasi tari Srimpi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data penelitian seperti observasi, wawancara, dokumentasi, dan validitas data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa struktur tarian Srimpi adalah serangkaian hubungan antar elemen-elemen yang terdiri atas 2 gugus, 6 kalimat, 8 frase, dan 26 motif yang terhubung dalam satu kesatuan yang utuh, ditunjang oleh rias dan busan, gending “Terak Bulen”. Transformasi tari Srimpi terjadi dua kali, pada tahun 2002 dan tahun 2005. Tahun 2002 tari Srimpi mengalami transformasi pada busana dan penambahan gerak jogetan atau saweran yang disertai kejhungan, pada tahun 2005 tari Srimpi mengalami transformasi pada busana dan iringan musik. Faktor terjadinya tari Srimpi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Tari Srimpi saat ini mengalami transformasi bentuk dari klasik menujuh kreasi. Kata Kunci: Transformasi, Tari Srimpi, Pertunjukan, Loddrok Abstract Loddrok is one of the traditional performances in Madura, in Loddrok Srimpi there is a dance that is danced by six men using women's clothing.
    [Show full text]
  • Performing Indonesia a Conference and Festival of Music, Dance, and Drama
    Performing Indonesia a conference and festival of music, dance, and drama October 31−November 3, 2013 Freer Gallery of Art, Arthur M. Sackler Gallery, and S. Dillon Ripley Center, Smithsonian Institution A joint presentation of the Embassy of the Republic of Indonesia in Washington, D.C., and the Freer and Sackler Galleries, Smithsonian Institution Embassy of the Republic of Indonesia in Washington, D.C. H.E. Dr. Dino Patti Djalal, Ambassador of the Republic of Indonesia to the United States of America Freer Gallery of Art and Arthur M. Sackler Gallery Smithsonian Institution Julian Raby, The Dame Jillian Sackler Director of the Arthur M. Sackler Gallery and Freer Gallery of Art Performing Indonesia: A Conference and Festival of Music, Dance, and Drama steering committee Sumarsam, University Professor of Music, Wesleyan University Andrew McGraw, Associate Professor of Music, University of Richmond Haryo Winarso, Attaché for National Education, Embassy of the Republic of Indonesia Michael Wilpers, Manager of Public Programs, Freer and Sackler Galleries Ministry of The Embassy of the Education and Culture Republic of Indonesia, Republic of Indonesia Washington, D.C. Performing Indonesia a conference and festival of music, dance, and drama October 31−November 3, 2013 Schedule evening concerts conference International Gallery, S. Dillon Ripley Center Indonesian Music: Past and Present Javanese Shadow-Play: Hanoman on Fire* Keynote Address Thursday, October 31, 7:30 pm Traditional Performing Arts of Indonesia Javanese Dance and Gamelan from Yogyakarta* in a Globalizing World Friday, November 1, 7:30 pm Sumarsam Saturday, November 2, 11 am Musicians and Dancers of Bali* Freer, Meyer Auditorium Saturday, November 2, 7:30 pm Session 1 Traditional Theater and Dance from Sumatra* Perspectives on Traditional Repertoires Sunday, November 3, 7:30 pm Friday, November 1, 2–5:30 pm gamelan marathon S.
    [Show full text]
  • Indo 91 0 1302899078 77 1
    The M usic of Bedhaya Anduk: A Lost Treasure Rediscovered Noriko Ishida1 Bedhaya is a genre of traditional Javanese court dances performed by nine female dancers accompanied by a gamelan ensemble, the main component of which is a vocal chorus, in a style of gamelan music called bedhayan. The court of the Kasunanan in Surakarta, or Solo, Central Java, has long been famous for its bedhaya. More than thirty bedhaya titles are found in manuscripts of song texts produced in the eighteenth and nineteenth centuries, but of the thirty-odd bedhaya for which we have the lyrics, those which have been performed until now are only three: Bedhaya Ketawang, Bedhaya Duradasih, and Bedhaya Pangkur. As for the rest, we have lost either the choreography or the accompanying music, or both, and therefore they cannot be performed properly any more. Bedhaya Anduk, also called Bedhaya Gadhungmlathi, is one of those bedhaya that contemporary musicians have been unable to perform because both its choreography and the accompanying music were lost, but I recently discovered the notation of what seems to be the melody and musical accompaniment of Bedhaya Anduk in one of the notebooks written in 1907 by a Solonese court musician. Alas, I have not yet been able to find any other, independent source to corroborate my conclusion that this is the music of Bedhaya Anduk, but judging from the high artistic status of the musician who notated the piece, and from the lyrics and the melody itself, all of which will be discussed below, it seems safe to say that the notation in question is genuine.
    [Show full text]
  • TARI SRIMPI.Pdf
    TARI SRIMPI EKSPRESI BUDAYA PARA BANGSAWAN JAWA PUSTAKA WISATA BUDAYA Disusun Oleh : Arif E. Suprihono DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA 199411995 TARI SRIMPI Penulis Arif E. Suprihono Penerbit Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Ditjen Kebudayaan, Depdikbud Jakarta 1994/1995 KATAPENGANTAR Proyek Pengembangan Media Kebudayaan dalam tahun anggaran 1994/1995, melaksanakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan penyebarluasan informasi budaya, antara lain dengan menerbitkan Pustaka Wisata Budaya. Penerbitan Pustaka Wisata Budaya ini dilaksanakan mengingat informasi tentang aneka ragam kebudayaan Indonesia untuk obyek wisata budaya sangat kurang. Dengan menampilkan informasi yang mudah dipahami, diharapkan dapat meningkatkan perhatian, minat dan apresiasi masyarakat terhadap obyek atau sesuatu yang mempu­ nyai potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata budaya. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, penyusunan, penyelesaian, sehingga b:uku ini dapat terbit. Sebagai sebuah terbitan Pustaka Wisata :audaya, buku ini tentu masih jauh dari sempurna. Kritik, perbaikan serta ko­ reksi dari pembaca kami terima dengan tangan terbuka, demi kesem­ purnaan buku ini. Mudah-mudahan, dengan terbitnya Pustaka Wisata Budaya ini, dapat bermanfaat dalam meningkatkan dan mengembangkan wisata budaya. iii DAFTARISI Halaman KATA PENGANTAR .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. iii DAFTAR lSI . v PENDAHULUAN . 1 BAB.I. TARI SRIMPI EKSPRESI BUDAY A ISTANA ..... 8 A. Periodisasi sejarah Brandon . 8 B. Perwujudan Tari Klasik . 12 C. Tari Srimpi Gaya Yogyakarta . 14 Hubungan tari dengan musik pengiring . 25 Tata busana khas srimpi gaya Yogyakarta . 29 Tema cerita sajian tari srimpi . 30 D. Tari Srimpi Gaya Surakarta . 31 BAB.II. MENEMPATKAN TARI SRIMPI DI JAMAN INI . 37 A. Dari Kesenian Istana ke Masyarakat . 39 B. Tuntutan Pergeseran Jaman . 42 C. Studi Tari Srimpi pada masa ini .
    [Show full text]
  • MAGIS PADA KESENIAN KUDA LUMPING DALAM PERSPEKTIF AKIDAH ISLAM (Studi Di Desa Sidodadi Kecamatan Way Lima Pesawaran) Oleh ABIEM PANGESTU
    MAGIS PADA KESENIAN KUDA LUMPING DALAM PERSPEKTIF AKIDAH ISLAM (Studi di Desa Sidodadi Kecamatan Way Lima Pesawaran) Pembimbing I : Dr. Abu Thalib Khalik, M.Hum Pembninmbing II : Muhammad Nur, M.Hum Skripsi Di Ajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama ( S. Ag ) Dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama Oleh Abiem Pangestu NPM : 1331010052 Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M ABSTRAK MAGIS PADA KESENIAN KUDA LUMPING DALAM PERSPEKTIF AKIDAH ISLAM (Studi di Desa Sidodadi Kecamatan Way Lima Pesawaran) Oleh ABIEM PANGESTU Skripsi ini berjudul “Magis Pada Kesenian Kuda Lumping Dalam Perspektif Akidah Islam (Studi di Desa Sidodadi Kecamatan Way Lima Pesawaran)”. Judul ini diambil karena mengandung banyak permasalahan, dan sekaligus mengungkapkan permasalahan-permasalahan tersebut. Antara lain : para pemain kuda lumping di Desa Sidodadi semuanya beragama Islam tetapi dalam pelaksanaan kesenian kuda lumping tersebut mengandung unsur-unsur magis yang telah menyimpang dari akidah Islam, karena setiap pelaksanaan kesenian kuda lumping selalu dikaitkan dengan sesajen yang dipersembahkan untuk roh halus. Lagi pula dalam pertunjukan selalu dilaksanakan dalam keadaan mabuk sehingga mereka tidak sadarkan diri dalam membawakan tariannya. Untuk mengkaji masalah ini digunakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat “Deskriptif” dengan tujuan menggambarkan secara tepat mengenai kekuatan magis yang ada pada kesenian kuda lumping dalam hubungan dengan akidah Islam dan pengaruhnya dalam masyarakat. Sumber data diperoleh dari lapangan dan buku-buku bacaan. Sedangkan metode pengumpulan data digunakan metode observasi, interview, dokumentasi dan dilengkapi dengan pengolahan serta analisis data. Pada kenyataan di lapangan dijumpai beberapa pelaksanaan kesenian kuda lumping yang dilakukan oleh masyarakat yang beragama Islam di Desa Sidodadi Kecamatan Way Lima Pesawaran tidak sesuai dengan akidah Islam yang mereka anut.
    [Show full text]
  • Seni Pertunjukan Wisata Di Candi Borobudur Kabupaten Magelang
    SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari oleh Ayu Nur Adilla 2501415152 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.” _Andrew Jackson_ PERSEMBAHAN : Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Almamater Universitas Negeri Semarang 2. Ibu dan Kakak tercinta v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan penyusunan skripsi dengan judul SENI PERTUNJUKAN WISATA DI CANDI BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG yang disusun dalam rangka memenuhi tugas dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak, penulis skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada pihak- pihak sebagai berikut : 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas selama melaksanakan perkuliahan. 2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti. 3. Dr.
    [Show full text]
  • Bulletin of the ICTM Vol
    BULLETIN of the INTERNATIONAL COUNCIL for TRADITIONAL MUSIC No. 122, April 2013 ISSN (Online): 2304-4039 Including Preliminary Programme for 42nd ICTM World Conference in Shanghai, China, 11-17 July 2013 Contents FROM THE SECRETARIAT ICTM Study Group on Music of CALENDAR OF EVENTS Jumbie. Mémoire sociale et Message from the Secretary the Turkic Speaking World. Pages 84-85 musicale dans les steelbands General; Gerlinde Haid Pages 30-35 (Trinidad et Tobago); Sounds of RECENT PUBLICATIONS BY ICTM Secrets. Field Notes on Ritual (1943-2012); Katalin Kovalcsik Announcements — Related MEMBERS (1954-2013). Organisations: El Oído Music and Musical Instruments Pages 2-5 Pensante, new peer-reviewed Bellows and Bows: Historic on the Islands of Vanuatu; Recordings of Traditional Fiddle Soundscape of Bosnia and ICTM ELECTIONS 2013 journal; Annual Conference Journées d’Etude 2013; and Accordion Music Across Herzegovina (CD); Staging Message from the Nomination International Conference Canada; Collection of Papers of Socialist Femininity: Gender Committee; Candidates’ Beyond the East-West Divide: 7th International Symposium Politics and Folklore Statements Rethinking Balkan Music’s "Music in Society"; Flower Performance in Serbia; 4tajeri3. Pages 6-11 Poles of Attraction. World: Music Archaeology of Podoba in kontekst slovenskega ljudskega plesa; Svadbene pesme 42nd ICTM WORLD CONFERENCE Pages 36-37 the Americas / Mundo Florido: i obi5aji Srba u Kikindi i okolini; IN SHANGHAI, CHINA Arqueomusicología de las REPORTS Américas, vol. 1; Historija Tradicionalni plesovi Srba u Preliminary Programme of the Reports from ICTM National muzike u Bosni i Hercegovini; Banatu; Un bruit pieux. Bandas, next ICTM World Conference. and Regional Representatives: Italy in Australia’s Musical musique et fête dans un village Pages 12-29 Belgium; Bosnia and Landscape; Multipart Music.
    [Show full text]