Perkembangan Perbankan Syariah Dalam Menghadapi Tantangan Zaman
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DALAM MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN Nurul Ichsan Fak. Agama Islam Uhamka Hp. 082124643807 Abstract: Muslim-majority Indonesia is still weak in the economy. While in some neighboring countries, advanced economies in terms of Islam and sharia banking. In the end, the dream of the realization of the Islamic banking system in Indonesia can be realized by the Muslim community who are concerned with the law of God, with the birth of the modern Islamic banking, which is universal and open to all Indonesian people without exception. A banking system that dreamed it was a banking system that presents the applicable forms of economic tenets wisely formulated in a modern context that is expected to resolve the problems being faced by the people of Indonesia and can change history. This trip started so many challenges and obstacles faced by both direct and indirect. Keywords: Islamic banks, developments, challenges. Abstrak: Indonesia dengan mayoritas muslim masih lemah dalam bidang ekonominya. Sementara di beberapa Negara tetangga, sudah maju dalam hal ekonomi Islam dan perbankan syariahnya. Pada akhirnya, impian terwujudnya sistem perbankan syariah di Indonesia dapat diwujudkan oleh masyarakat muslim yang peduli dengan hukum Allah, dengan lahirnya perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang diimpikan itu adalah suatu sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana dalam konteks modern sehingga diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan dapat merubah sejarahnya. Perjalanan ini baru dimulai sehingga banyak tantangan dan rintangan yang dihadapai baik langsung maupun tidak langsung. Kata kunci: bank syariah, perkembangan, tantangan. Pendahuluan Islam yang berarti keselamatan merupakan satu-satunya agama yang sifatnya universal dan memiliki kesempurnaan di segala aspek yang dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kehidupannya. Agama Islam tidak hanya untuk satu kaum, tidak hanya untuk satu bangsa, Islam menampung semua, ras semua bangsa, semua manusia yang hidup di muka bumi. Agama Islam merupakan agama yang di bawa oleh Nabi Adam As, Ibrahim AS sehingga terakhir oleh Baginda Muhammad SAW. Islam adalah agama samawi yang turun dari Allah SWT bukan agama atau jalan hidup yang lahir dari ide dan pengalaman spiritual seseorang, bukan agama buatan manusia. Islam melarang seluruh manusia untuk berbuat keji sesama manusia lainnya, termasuk kekejian yang lahir dari sistem rente, bunga, interest atau riba. Islam amat sangat membenci dan memerangi sistem riba yang ada di muka bumi ini dengan bentuk dan jenisnya yang beragam, seperti dalam sistem perdagangan dan ekonomi saat ini. Apalagi sistem keuangan modern saat ini seperti dunia perbankan, dunia yang penuh dengan sistem bunga amatlah sulit pada awalnya kita bicara perbankan bebas bunga. Tapi mungkin karena banyak merugikan manusia maka manusia mulai melirik dan melihat sistem perdagangan yang sudah lama diajarkan Islam dari abad ke enam Masehi yaitu sistem bagi hasil “Profit Lost Sharing” yang sekarang kelihatannya menurut pengamatan mereka lebih menguntungkan banyak manusia daripada merugikan manusia Maka lahirlah kini perbankan dengan sistem bagi hasil yang sekarang lebih dikenal dengan bank syariah yang makin hari makin mempesona dan cantik, makin terlihat gagah dan mempesona dan akhirnya banyak yang membuka cabang atau bahkan membuat baru bank syariah walaupun bank yang membuka sistem perbankan syariah ini belum tentu sama “niatnya” dengan orang orang yang memerangi riba. Sehingga kini berkembanglah perbankan syariah di tanah air Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim dengan ekonomi yang mayoritas dikuasai non muslim, Alhamdulillah. Akan tetapi dengan makin berkembangnya sistem perbankan bebas bunga yang diterapkan oleh bank syariah, kian hari maka makin terasa berat dan mulai terlihat benih benih hasil perjuangan ummat Islam dalam mewujudkan perbankan syariah yang murni syariah. Sepanjang rentang waktu itu rintangan dan tantangan terus dilewati, sampai sekarang tahun 2012 ini jelas terlihat munculnya bank bank syariah yang berasal dari bank konvensional, ada bank BCA syariah yang dikenal dengan “Bank Cina Asli” dimana dulu mungkin dua puluh tahun yang lalu tidak terfikir oleh kita akan munculnya BCA syariah. Begitu juga dengan lembaga keuangan syariah lainnya seperti pegadaian syariah dan BMT yang makin hari makin semarak dan banyak jumlahnya dengan aset dan nilai transaksi yang tidak sedikit. Hal ini jelas menggambarkan adanya kata “syariah” menimbulkan makin jelasnya umat Islam dalam perjuangan menegakkan hukum Allah di muka bumi, khususnya dalam bidang ekonomi semoga perjuangan mereka mereka yang ingin menegakkan hukum Allah ini mendapatkan keredaan dan balasan di sisi Allah SWT, amin. Pembahasan A. Sekilas Proses Pembentukan Bank Syariah Konsep teoritis mengenai Bank Islam modern muncul pertama kali pada tahun 1940- an, dengan gagasan mengenai perbankan yang berdasarkan bagi hasil. Berkenaan dengan ini dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari penulis antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) dan Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan pendahuluan mengenai perbankan Islam ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul A’la Al-Mawdudi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1962) . Secara kelembagaan yang merupakan Bank Islam pertama adalah Myt-Ghamr Bank. Didirikan di Mesir pada tahun 1963, dengan bantuan permodalan dari Raja Faisal Arab Saudi dan merupakan binaan dari Prof. Dr. Abdul Aziz Ahmad El Nagar. Myt-Ghamr Bank dianggap berhasil memadukan manajemen perbankan Jerman dengan prinsip muamalah Islam dengan menerjemahkannya dalam produk-produk bank yang sesuai untuk daerah pedesaan yang sebagian besar orientasinya adalah industri pertanian. Namun karena persoalan politik, pada tahun 1967 Bank Islam Myt-Ghamr ditutup. Kemudian pada tahun 1971 di Mesir berhasil didirikan kembali Bank Islam dengan nama Nasser Social Bank, hanya tujuannya lebih bersifat sosial daripada komersil.1 Alergi Politik terhadap perbankan Islam tidak hanya terjadi di Mesir, tetapi juga di beberapa belahan dunia Islam lainnya. Perbankan Islam seringkali tidak dipercaya karena diduga punya kaitannya dengan gerakan fundamentalis Islam. Hal ini juga terjadi di Indonesia yang mayoritas beragama Islam tetapi dikuasai ekonominya oleh orang non Islam sehingga negara Indonesia termasuk terlambat dalam hal penegakan hukum perbankan syariah dan tidak ada swasta yang dapat mendirikan bank swasta yang bersifat bebas bunga. Bank Islam pertama yang bersifat swasta adalah Dubai Islamic Bank, yang didirikan tahun 1975 oleh sekelompok usahawan muslim dari berbagai negara. Pada tahun 1977 berdiri dua bank Islam dengan nama Faysal Islamic Bank di Mesir dan Sudan. Dan pada tahun itu pula pemerintah Kuwait mendirikan Kuwait Finance House. 2 1 Zainul Arifin. Memahami Bank Syariah. Jakarta: Alvabet. 2000. Hal. 11, lihat juga di buku Adiwarman Karim. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan…Hal. 23. 2 Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah , Prinsip, Praktik, dan Prospek. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2001. Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir. Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi Pakistan bulan Desember 1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang pendirian Bank Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam (Federation of Islamic Banks). Inti usulan yang diajukan dalam proposal tersebut adalah bahwa sistem keuangan bedasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian. 3 Proposal tersebut diterima, dan Sidang menyetujui rencana pendirian Bank Islam Internasional dan Federasi Bank Islam. Bahkan sebagai tambahan diusulkan pula pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan Pembangunan Negara- negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries), serta pembentukan perwakilan-perwakilan khusus yaitu Asosiasi Bank-bank Islam (Association of Islamic Banks) sebagai badan konsultatif masalah-masalah ekonomi dan perbankan Islam . Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya bulan Maret 1973, usulan sebagaimana disebutkan di atas kembali diagendakan. Bulan Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil minyak bertemu di Jeddah untuk membicarakan pendirian Bank Islam. Rancangan pendirian bank tersebut, berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dibahas pada pertemuan kedua, bulan Mei 1972. Pada Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah tahun 1975 berhasil disetujui rancangan pendirian Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 milyar dinar dan beranggotakan semua negara anggota OKI . Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah 1975, menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islami atau Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 milyar SDR (Special Drawing Right). Semua negara anggota OKI menjadi anggota IDB. Kini, bank yang berpusat di Jeddah Arab Saudi itu telah memiliki lebih dari 43 negara anggotannya. 4 Pada tahun-tahun awal beroperasinya, IDB mengalami banyak hambatan karena masalah politik. Meskipun demikian, jumlah anggotanya makin meningkat, dari 22 menjadi 43 negara itu