Katalog Hutan Di Titik Nol.Cdr
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Art Exhibition “Hutan di Titik Nol” Katalog ini dibuat sebagai suplemen pada acara Climate Art Festival pada pameran seni berjudul: “Hutan di Titik Nol” Arahmaiani|Arya Pandjalu|Dwi Setianto|Setu Legi|Katia Engel Taring Padi|Sara Nuytemans|Natalie Driemeyer & Anna Peschke Pengarah Artistik Bram Satya 2-12 Oktober 2013 Sangkring Art Space Nitiprayan RT 01 RW 20 No. 88, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Penulis Ade Tanesia Christina Schott Desain Wimbo Praharso Penerbit Jogja Interkultur © 2013 This Catalogue is published to accompany Climate Art Festival Event Art Exhibition: “GROUND ZERO FOREST” Arahmaiani|Arya Pandjalu|Dwi Setianto|Setu Legi|Katia Engel Taring Padi|Sara Nuytemans|Natalie Driemeyer & Anna Peschke Artistic Director Bram Satya Oct 2nd - 12th, 2013 Sangkring Art Space Nitiprayan RT 01 RW 20 No. 88 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Writer Ade Tanesia Christina Schott Art Exhibition Design Wimbo Praharso “Hutan di Titik Nol” Publisher Jogja Interkultur © 2013 Cover: Katia Engel “Hujan Abu / Grey Rain“ Katalog ini dibuat sebagai suplemen pada acara Climate Art Festival pada pameran seni berjudul: “Hutan di Titik Nol” Arahmaiani|Arya Pandjalu|Dwi Setianto|Setu Legi|Katia Engel Taring Padi|Sara Nuytemans|Natalie Driemeyer & Anna Peschke Pengarah Artistik Bram Satya 2-12 Oktober 2013 Sangkring Art Space Nitiprayan RT 01 RW 20 No. 88, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Penulis Ade Tanesia Christina Schott Desain Wimbo Praharso Penerbit Jogja Interkultur © 2013 This Catalogue is published to accompany Climate Art Festival Event Art Exhibition: “GROUND ZERO FOREST” Arahmaiani|Arya Pandjalu|Dwi Setianto|Setu Legi|Katia Engel Taring Padi|Sara Nuytemans|Natalie Driemeyer & Anna Peschke Artistic Director Bram Satya Oct 2nd - 12th, 2013 Sangkring Art Space Nitiprayan RT 01 RW 20 No. 88 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Writer Ade Tanesia Christina Schott Art Exhibition Design Wimbo Praharso “Hutan di Titik Nol” Publisher Jogja Interkultur © 2013 Cover: Katia Engel “Hujan Abu / Grey Rain“ The Climate Art Festival tentang topik tersebut. pengetahuan yang dapat ditransfer, - Sebuah proyek seni lingkungan antar budaya - Sebagai salah satu negara industri pemahaman antar budaya dan jaringan terkaya, pemerintah Jerman memiliki sosial memainkan peran penting dalam Latar belakang tanggung jawab atas sejarah pada emisi hal ini . Sebagai negara kepulauan terbesar di karbon secara global. Dalam perjalanan dunia, Indonesia tentunya mengalami dari kesadaran ekologis yang tumbuh Implementasi dampak dari perubahan iklim paling inilah pemerintah Jerman Ide untuk Climate Art Festival ini muncul besar. Pemerintah Indonesia memang menerjemahkan pertanggung jawaban ini ketika brainstorming pada beberapa menandatangani semua perjanjian dengan mendukung negara-negara proyek antarbudaya yang menyampaikan internasional yang penting pada tindakan berkembang sebagai tujuan melindungi kebutuhan global untuk tindakan untuk melawan perubahan iklim, tetapi iklim saat ini. Juga dengan menjalin mengenai masalah lingkungan kepada langkah-langkah terkait belum mencapai prioritas kemitraan pada isu perubahan masyarakat lokal. Pekerja Seni, wartawan sebagian besar penduduk. Negara ini iklim Indonesia sebagai salah satu dari dan aktivis lingkungan yang kebetulan diklasifikasikan sebagai produser terbesar isu- isu dasar dalam pembangunan semuanya perempuan berasal dari ketiga penghasil gas rumah kaca di dunia kooperasi Jerman, terutama berfokus Indonesia dan Jerman, bekerja bersama- - terutama diakibatkan oleh kerusakan pada "Alam dan Perlindungan Iklim" , sama untuk menyatukan potongan demi yang cepat dari hutan hujan. Perubahan "Lalu Lintas Kota Pengurangan Emisi" dan potongan untuk rangkaian program ini. yang dihasilkan dari kondisi iklim ini "Hutan dan Perlindungan Iklim". Jogjakarta sebagai kota budaya membuat petani paling terpukul, atas metropolis paling penting di Indonesia kehilangan mata pencaharian mereka Tujuan dan kota pelajar terbesar dengan nuansa atau mengalami bencana alam akibat Climate Art Festival ini ingin mentransfer pedesaan tradisional sekitarnya tampak perbuatan manusia, seperti juga nelayan kerjasama Jerman - Indonesia dari tingkat ditakdirkan sebagai lokasi untuk acara ini. yang dihadapkan dengan perubahan politik - ilmiah ke tingkat budaya. Seni, Galeri lokal, studio dan pekerja seni dan yang tidak biasa dari laut dan kehidupan Musik dan Pertunjukan adalah media kelompok aktivis merespon dengan baik laut. yang mampu menjangkau publik yang terhadap gagasan dan berkat dukungan Namun kemudian penduduk perkotaan lebih luas dan membuka kemungkinan- dana dari Kedutaan Besar Jerman untuk dan industri juga semakin banyak kemungkinan baru untuk berkomunikasi Indonesia, Kerjasama Pembangunan menghadapi dampak dari perubahan mengenai hal ini dengan masyarakat Jerman (GIZ) , Goethe-Institut iklim, yaitu meningkatnya suhu dan tanpa keahlian khusus pada topik. Indonesien dan organisasi bantuan polusi di daerah metropolitan dan Lokakarya dapat menjadi proyek konkrit Misereor, Climate Art Festival dapat melonjaknya persoalan pada pasokan sebagai langkah awal yang bisa berlanjut direalisasikan. energi. Oleh karena itu - di samping kemudian setelah festival dan keputusan politik – sangat dibutuhkannya memberikan contoh bagi orang lain Christina Schott © 2013 ide-ide praktis, bagaimana masyarakat dengan cara yang berkelanjutan. umum dapat menangani masalah ini Targetnya adalah untuk menunjukkan dengan kehidupan sehari-hari mereka bahwa bahkan masyarakat kecil secara dan menyesuaikan kebiasaan mereka. aktif dapat bertindak melawan Sementara pemisahan sampah, hemat perubahan iklim dan kerusakan energi dan pertanian organik sudah lingkungan : dengan menggunakan menjadi rutinitas umum di negara-negara energi alternatif, pengelolaan sampah barat, kebanyakan masyarakat Indonesia kolektif atau mendesain ulang ruang bahkan belum pernah mendengar publik. Mengenai pentingnya Climate Art Festival | Pameran Seni | ”Hutan di Titik Nol” Climate Art Festival | Art Exhibition | ”Ground Zero Forest” The Climate Art Festival tentang topik tersebut. pengetahuan yang dapat ditransfer, - Sebuah proyek seni lingkungan antar budaya - Sebagai salah satu negara industri pemahaman antar budaya dan jaringan terkaya, pemerintah Jerman memiliki sosial memainkan peran penting dalam Latar belakang tanggung jawab atas sejarah pada emisi hal ini . Sebagai negara kepulauan terbesar di karbon secara global. Dalam perjalanan dunia, Indonesia tentunya mengalami dari kesadaran ekologis yang tumbuh Implementasi dampak dari perubahan iklim paling inilah pemerintah Jerman Ide untuk Climate Art Festival ini muncul besar. Pemerintah Indonesia memang menerjemahkan pertanggung jawaban ini ketika brainstorming pada beberapa menandatangani semua perjanjian dengan mendukung negara-negara proyek antarbudaya yang menyampaikan internasional yang penting pada tindakan berkembang sebagai tujuan melindungi kebutuhan global untuk tindakan untuk melawan perubahan iklim, tetapi iklim saat ini. Juga dengan menjalin mengenai masalah lingkungan kepada langkah-langkah terkait belum mencapai prioritas kemitraan pada isu perubahan masyarakat lokal. Pekerja Seni, wartawan sebagian besar penduduk. Negara ini iklim Indonesia sebagai salah satu dari dan aktivis lingkungan yang kebetulan diklasifikasikan sebagai produser terbesar isu- isu dasar dalam pembangunan semuanya perempuan berasal dari ketiga penghasil gas rumah kaca di dunia kooperasi Jerman, terutama berfokus Indonesia dan Jerman, bekerja bersama- - terutama diakibatkan oleh kerusakan pada "Alam dan Perlindungan Iklim" , sama untuk menyatukan potongan demi yang cepat dari hutan hujan. Perubahan "Lalu Lintas Kota Pengurangan Emisi" dan potongan untuk rangkaian program ini. yang dihasilkan dari kondisi iklim ini "Hutan dan Perlindungan Iklim". Jogjakarta sebagai kota budaya membuat petani paling terpukul, atas metropolis paling penting di Indonesia kehilangan mata pencaharian mereka Tujuan dan kota pelajar terbesar dengan nuansa atau mengalami bencana alam akibat Climate Art Festival ini ingin mentransfer pedesaan tradisional sekitarnya tampak perbuatan manusia, seperti juga nelayan kerjasama Jerman - Indonesia dari tingkat ditakdirkan sebagai lokasi untuk acara ini. yang dihadapkan dengan perubahan politik - ilmiah ke tingkat budaya. Seni, Galeri lokal, studio dan pekerja seni dan yang tidak biasa dari laut dan kehidupan Musik dan Pertunjukan adalah media kelompok aktivis merespon dengan baik laut. yang mampu menjangkau publik yang terhadap gagasan dan berkat dukungan Namun kemudian penduduk perkotaan lebih luas dan membuka kemungkinan- dana dari Kedutaan Besar Jerman untuk dan industri juga semakin banyak kemungkinan baru untuk berkomunikasi Indonesia, Kerjasama Pembangunan menghadapi dampak dari perubahan mengenai hal ini dengan masyarakat Jerman (GIZ) , Goethe-Institut iklim, yaitu meningkatnya suhu dan tanpa keahlian khusus pada topik. Indonesien dan organisasi bantuan polusi di daerah metropolitan dan Lokakarya dapat menjadi proyek konkrit Misereor, Climate Art Festival dapat melonjaknya persoalan pada pasokan sebagai langkah awal yang bisa berlanjut direalisasikan. energi. Oleh karena itu - di samping kemudian setelah festival dan keputusan politik – sangat dibutuhkannya memberikan contoh bagi orang lain Christina Schott © 2013 ide-ide praktis, bagaimana masyarakat dengan cara yang berkelanjutan. umum dapat menangani masalah ini Targetnya adalah untuk menunjukkan dengan kehidupan sehari-hari mereka bahwa bahkan masyarakat