ANALISA MAKROEKONOMI DAN IKLIM INVESTASI TERHADAP PASAR MODAL

SYARIAH DI

Achyar Riyanda Halim, M.A.

Analisa Makroekonomi Dan Iklim Investasi Terhadap Pasar Modal Syariah Di Indonesia

©2020, Achyar Riyanda Halim Hak cipta dilindungi undang-undang

Penulis : Achyar Riyanda Halim Tata Letak & Desain Cover : Fadil Fadhilla

ISBN : 978-602-5576-56-0

Cetakan ke-I, Maret 2020

Diterbitkan oleh: YPM (Young progressive Muslim)Press Website :http://www.ypm-publishing.com/ Email: y [email protected]

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penulis

KATA PENGANTAR

Alh{amdulilla>hirabbil ‘alami>n, segala puji penulis haturkan kepada Dzat yang Maha Rahman dan Maha Rahi>m, Allah SWT atas karunia, kasih sayang dan nikmat-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada mahkhluk paling mulia, Pemberi Sh{afa’at, penutup para Nabi dan Rasul, Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu berharap sh{afa’atnya di hari akhirat kelak. Penulisan Tesis yang berjudul ‚Analisa Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Pasar modal Syariah di Indonesia ‚ ini telah melalui proses panjang yang penuh perjuangan dan kerja keras yang di dalamnya masih banyak kekurangan dan keterbatasan baik dalam pemahaman, pengetahuan, serta analisa. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari para pembaca, akademisi, praktisi dan lainnya agar Tesis ini semakin baik, sehingga harapannya dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi syariah, khususnya tentang wakaf. Penyelesain Tesis ini telah melibatkan banyak pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada banyak pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini. Terimakasih itu penulis sampaikan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati kepada: 1. Keluarga penulis, Ayahanda Bapak Osli Mardinal dan Ibunda Hamidah, dan Adinda-Adinda tercinta, Ahmad Gunawan Halim. Dan kepada keluarga di Jakarta Kakek Junaidi Nyaman, Nenek Susilawati, Om Ferry, Tante Vina, Om Rifki dan Tante Sinta serta Kak Shinta dan Bang Rizal yang tidak pernah berhenti memberikan nasihat, kasih sayang, semangat dan doa dalam setiap sujudnya kepada i

penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan, kasih sayang dan rahmat-Nya. 2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, MA. 3. Jajaran pimpinan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Jamhari, MA selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Hamka Hasan, Lc., MA selaku Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, MA selaku Ketua Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Asmawi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Imam Sujoko, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Promotor sekaligus pembimbing dalam penulisan tesis ini, Bapak Prof. Dr. Muhammad Bin Said yang tidak pernah kenal lelah untuk membimbing, memberikan arahan, masukan, motivasi, dan kritik kepada penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik dan menjadi bekal kebaikan di akhirat kelak. 5. Para verifikator dan penguji dalam ujian-ujian penyelesaian tesis ini, Bapak Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA., Bapak Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D, Bapak Dr. JM. Muslimin, MA., Bapak Dr. Kusmana, MA., Bapak Dr. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si, Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak Dr. Imam Sujoko, MA. 6. Para dosen pengampu mata kuliah, Bapak Prof. Dr. Atho Mudzhar, MA., Bapak Dr. Fathurrahman Jamil, MA., Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., Bapak Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Bapak ii

Prof. Dr. Salman Harun, MA., Bapak Prof. Dr. Amin Suma, MA., Bapak Prof. Dr. Suwito, MA., Bapak Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA., Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, MA., Bapak Prof. Dr. Mundzir Suparta, MA., Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si., Bapak Dr. Trisiladi, M.Si., Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Bapak Dr. Anwar Abbas, MA., Bapak Dr. Nadratuzzaman Husen, MA., Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., Bapak Dr. Khamami Zada, Arif Zamhari, MA., Ph.D., dan lainnya yang belum disebutkan dalam kesempatan ini. 7. Jajaran staf sekretariat dan perpustakaan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mas Adam, Mas Arif, Mas Farid, Mba Vemmy, Mas Rofiq dan lain-lain yang belum sempat disebutkan. 8. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada lembaga- lembaga tempat penulis berdiskusi, berorganisasi dan ngopi. LTTQ Fathullah, IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah), Katadata, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Himpunan Mahasiswa MAN/MAPK Kotobaru se- jabodetabek (HIMAPOKUS), IKMM (Ikatan Mahasiswa Minang) se-Jabodetabek, PSQ (Pusat Studi Qur’an) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Dharmasyara (IKMD). Katadata, FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Devisi Pasar Modal Syariah yang telah banyak mmberikan penulis insprirasi dalam tesis ini 9. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain M. Arif, Wildan Munawar M. Rizki, Ahmad Musabiq Habibie, Ahsana Fitria, Devi Mustika Sari, Wiji Lestari, Nila, Navida, Eryz Suci, Sirojul Arifin Sofa, M. Reza, Amir, Rizal, dan lainnya yang belum sempat disebutkan. 10. Teman seperjuangan Kosan 69: Ikfil Hasan, Musabiq, Pak dos Syarif Hidayatullah, Buya Rais el-Hadi, Ivan Habibullah, Pak Tabi’in, Rahmatullah, Mas Hafidz, Rijal Fikri, Ibrahim. Semoga kita selalu diberikan Allah iii

keberkahan dan kemudahan atas segala yang kita lakukan dan kita cita-citakan. Amin. 11. Teman Konjo arek lawan barek minang di Jakarta Anggi, Hanif, Faif, Dhea, Renita, Ririn. Dan seluruh teman-teman penulis selama berada di Ciputat ini. Semoga kita selalu diberikan Allah keberkahan dan kemudahan atas segala yang kita lakukan dan kita cita-citakan. Amin. 12. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.

Akhir kata penulis berharap dan memohon kepada Allah SWT agar ikhtiar dan langkah yang dilakukan menjadi amal ibadah serta selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada penulis dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Jakarta, 07 November 2019 Penulis,

Achyar Riyanda Halim

iv

ABSTRAK

Iklim investasi menjadi salah satu kunci penting untuk berinvestasi di indonesia, terutama menyangkut kenyamanan investasi. Penelitian ini mendiskripsi tentang menganilisa makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar modal syariah Desain penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif deskriptif dengan menguji bentuk peristiwa dalam penelitian dengan beberapa variabel makroekonomi dan indeks korupsi terhadap pasar modal. Analisa penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda untuk memperhatikan pengaruh antara variabel independen dan dependen. Variabel iklim investasi yang diuji dengan indikator indeks korupsi, sedangkan pada variabel makroekonomi terdiri dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga, GDP dan untuk pasar modal syariah diambil dari kapitalisasi saham-saham Jakarta Islamic Index dari tahun 2002-2017. Tujuan dalam penelitian ini menguji aktivitas investasi sangat rentan terhadap indek korupsi dan makroekonomi yang mempengaruhi volatilitas saham syariah di indonesia, karena indeks korupsi memberikan efek negatif yang mana negara itu memiliki tingkat korupsi yang tinggi. Temuan penelitian ini mengivestigasi bahwa variabel stabilitas makroekonomi yang secara signifikan tidak mempengaruhi pasar modal syariah yaitu BI rate, Inflasi, GDP dan Kurs. Sedangkan iklim investasi yaitu indeks korupsi memiliki pengaruh terhadap saham-saham syariah. dikarenakan indikator yang terpengaruh sangat dekat dengan birokrasi pemerintahan dan memberikan rentan terhadap indikator iklim investasi yaitu indeks korupsi di Indonesia. Keterbatasan penelitian ini yaitu melihat dampak kebijakan makroekonomi masih dirasakan di seluruh sektor pasar modal termasuk iklim investasi syariah dan implikasi terhadap iklim investasi belum sepenuhnya dapat dipahami disebabkan, tidak tersedianya data yang relevan, studi empiris diperlukan untuk menunjukkan efek nyata kebijakan makroekonomi Islam sebagai perbandingan. Pembelajaran dari penelitian yang diambil dalam v pembahasan ini untuk meningkatkan kesadaran di antara akademisi dan praktisi tentang kelemahan inheren dari praktik keuangan saat ini. Selanjutnya, juga menyoroti bidang utama yang perlu ditingkatkan untuk pengembangan masa depan dan keberhasilan ekonomi islam di indonesia.

Keyword: Investasi Syariah, Iklim Investasi dan Stabilitas Makroekonomi

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017

1. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin

t ط Tidak dilambangkan 16 ا 1

z ظ b 17 ب 2

‘ ع t 18 ت 3

gh غ ts 19 ث 4

j 20 ؼ f ج 5

h 21 ؽ q ح 6

kh 22 ؾ k خ 7

d 23 ؿ l د 8

m ـ dz 24 ذ 9

n ف r 25 ر 10

w ك z 26 ز 11

h ق s 27 س 12

` ء sy 28 ش 13

y ي s 29 ص 41

d ض 15

vii

2. Vokal pendek

Vocal dalam Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan a Fathah -- َ - i Kasrah -- َ - u Dammah -- َ -

Adapun untuk rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ai a dan i -- َي au a dan u -- َك

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan â a dengan topi di atas --ى ا î i dengan topi di atas --ى ي û u dengan topi di atas --ىػ و

(ال) Kata Sandang .4 Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihskasarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân dan bukan ad-diwân.

5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda - ّ - dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terleak setelah kata sandang yang diikuti oleh -tidak ditulis ad-darûrah melainkan al (الضرورة) huruf-huruf syamsiah. Misalnya, kata darûrah, demikian seterusnya.

viii

6. Tā’ Marbūṭah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No. Kata Arab Alih Aksara tarîqah طريقة 1 al-jamî‘ah al-islamiyyâh اجلامعة االسالمية 2 wahdat al-wujûd كحدة الوجود 3

7. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al- Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara penulisan kata Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata arab Alih Aksara dzahaba al-ustâdzu ذ ه ب األ ست اذ tsabata al-ajru ثػ ب ت اال ج ر al-harakah al-‘asriyyah احل رركة ال ع صريَّة

ix

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أ ش ه د أ ف ال إله إال اهلل Maulânâ Malik al-Sâlih م و الن ا ملك ال َّصالح yu’atstsirukum Allâh يػ ؤث ر ك م اهلل al-mazâhir al-‘aqliyyah املظ اهر ال ع قليَّة

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i ABSTRAK ...... v PEDOMAN TRANSLITETASI ARAB LATIN ...... vii DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR DIAGRAM TABEL ...... xv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...... 1 B. Permasalahan Penelitian...... 22 1. Identifikasi Permasalahan...... 22 2. Rumusan Masalah...... 24 3. Pembatasan Masalah ...... 24 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...... 25 1. Tujuan Penelitian...... 25 2. Manfaat Penelitian...... 26 a. Akademisi ...... 26 b. Praktisi ...... 26 D. Metodologi Penelitian...... 27 1. Jenis Penelitian...... 27 2. Variabel Penelitian...... 28 3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian...... 29 4. Teknik Analisa Data dan Hipotesis Penelitian...... 29 E. Kerangka Pemikiran...... 31 5. Indikator Penelitian ...... 32 F. Kajian Dahulu yang Relevan...... 33 G. Sistematika Penulisan Penelitian...... 41

BAB II : Diskursus Ekonomi Makro, Pasar Modal Syariah dan Iklim Investasi Dari Sudut Pandang Keuangan Islam…………………………………………………... 43

xi

A. Diskursus Konsep Ekonomi Makro dalam Perspektif Ekonomi Islam ...... 46 a. Definisi Makroekonomi Dalam Konteks Ekonomi Islam ... 46 b. Prosepek Makroekonomi Dalam Ekonomi Islam...... 52 c. Prinsip-Prinsip Makroekonomi Dalam Tinjauan Ekonomi Islam ...... 56 d. Arah Kebijakan Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ...... 64 B. Diskursus Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia ...... 76 a. Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ...... 76 b. Risiko-Risiko Dalam Investasi Dari Persepktif Ekonomi Islam ...... 86 c. Dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah Perspektif Makroekonomi ...... 90 1. Faktor-Faktor Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Iklim Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. .... 96 a. Inflasi ...... 96 b. Kurs Mata Uang...... 99 c. Tingkat Suku Bunga (Interest rate) ...... 103 d. Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Bruto) ...... 106 C. Diskursus Iklim Investasi Pasar Modal Syariah Di Indonesia dan Faktor Penentu ...... 107 Korupsi dan Dampak terhadap Iklim Investasi ...... 110

BAB III: Analisa Variabel Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia ...... 115 A. Potret Sejarah Singkat Perkembangan Investasi Di Pasar Modal Syariah dan Iklim Investasi di Indonesia ...... 116 B. Analisis Pengaruh Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia...... 118 a. Analisis Deskripsi Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia ...... 118

xii

b. Estimasi Uji Regresi Berganda (Multiple Linier Regresion) dengan Eviews ...... 121 a. Uji Normalitas, ...... 121 b. Uji Linieritas ...... 123 c. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda dengan Eviews ...... 124 1. Uji Autokorelasi, ...... 124 2. Uji Heteroskedastisitas ...... 125 3. Uji Multikolinieritas ...... 126 4. Uji Estimasi Regresi Liner Berganda ...... 127 a. Uji t (Parsial) ...... 130 b. Uji F dan R Square (Simultan) ...... 132 C. Interprestasi Determinasi Faktor Makroekoknomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks saham Syariahi ...... 134

Bab IV: Implementasi dan Peran Kebijakan Pemerintah DalamPengembangan Arah Iklim Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia Dalam Tinjauan Konsep Makro Ekonomi ...... 143 A. Risiko dan Peluang Iklim Investasi Syariah Perspektif Makroekonomi Islam...... 143 B. Peran Pemerintah pada Iklim Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam...... 167 1. Stabilitas Ekonomi dalam tinjauan Makroekonomi Islam...... 175 2. Kualitas Infrastruktur Terhadap Meningkatkan Investasi Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam ...... 179 3. Kepastian Hukum dan Keamanan Investor Dalam Perspektif Kebijakan Makroekonomi Islam...... 185 C. Implementasi Kebijakan Pengembangan Iklim Investasi Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Dari Sudut Perspektif Ekonomi Islam ...... 189

Bab V: PENUTUP A. Kesimpulan ...... 201 B. Implikasi ...... 203 xiii

C. Saran dan Rekomendasi ...... 204

DAFTAR PUSTAKA ...... 207 GLOSARIUM ...... 239 INDEKS ...... 249 BIODATA PENULIS

xiv

DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL

TABEL: TABEL 1.2: INDIKATOR PENELITIAN ...... 32 TABEL 3.1: HASIL ANALISIS DESKRIPTIF ...... 119 TABEL 3.2: UJI NORMALITAS ...... 122 TABEL 3.3: UJI LINIERITAS ...... 123 TABEL 3.4: UJI AUTOKORELASI ...... 124 TABEL 3.5: UJI HETEROSKEDASITAS...... 125 TABEL 3.7: UJI MULTIKOLINEARITAS ...... 126 TABEL 3.8: UJI ESTIMASI REGRESI LINEAR BERGANDA ... 127 TABEL 4.1: PENDANAAN INFRASTRUKTUR INDONESIA ... 183

GRAFIK: GRAFIK 1.1: PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ...... 7 GRAFIK 1.2: PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI INDONESIA ...... 13 GRAFIK 1.3: KAPITALISASI PASAR SAHAM SYARIAH INDONESIA ...... 15 GRAFIK 1.4: INDEKS KORUPSI INDONESIA ...... 17 GRAFIK 2.4: PENGARUH ZAKAT TERHDAP EKONOMI ... 84

xv

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Siklus pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini tumbuh sangat signifikan dengan munculnya berbagai institusi keuangan yang berorientasikan pada keuntungan (Tija>rah)1 maupun yang bertujuan untuk sosial (Tabarru’)2. Beberapa industri keuangan di negara berkembang maupun

1 Berdagang (Tija>rah) adalah suatu kegiatan yang bertujuan mencari keuntungan atau laba, Imam al-Ghazali mengungkapakan bahwa kegiatan berniaga untuk mencari keuntungan yang dicapai seorang muslim, namun Imam al-Ghazali disini menekankan bahwa berniaga adalah untuk mencari keuntungan dunia akhirat. Berniaga dalam pandangan tersebut adalah bagian dari ta’awun (tolong menolong), maka perdagangan tidak hanya mendapatkan keuntungan akan tetapi juga dapat membantu memenuhi kebutuhan konsumen. Yusuf Qardawi dalam buku fatwa kontemporer bahwa Tijarah (berdagang) adalah membeli sil'ah (barang dagangan) dan menjualnya kembali dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan. Yusuf Al Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 (Jakarta: Gema Insani, 1995) h 588. 2 Basis dasar ekonomi yaitu respon terhadap kebutuhan manusia dan mendapatkan keuntungan, menurut Siddiqi basis ekonomi manusia yaitu altruisme dan memaksimalkan keuntungan. Di sisi lain tujuan ekonomi tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan, akan tetapi tujuan ekonomi juga untuk tujuan social khusus ekonomi Islam. Dalam Kurshid Ahmad pembangunan ekonomi Islam yaitu bertujuan mencapai al-Falah yaitu menghilangkan ketidakadilan dari masyarakat. Menurut Abu A’la al-Maududi tujuan social dalam ekonomi yaitu mencapai kesejahteraan dan keadilan dalam kontek masyarakat. al-Quran menyetujui hal tersebut sebagaiamana disebutkan dalam surah al- Hasyr: 7. Lihat di: Nurul Huda dkk., Ekonomi Pembangunan Islam (Jakarta: Kecana, 2015) h73 1 negara maju telah menyediakan instrumen keuangan berbasis ekonomi Islam yang telah berkembang menjadi suatu aliran ekonomi di dunia termasuk salah satunya adalah pasar modal. Pasar modal berperan besar dalam meningkatkan perekonomian dan pembangunan dengan memberikan modal (Capital) yang menjadi komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam proses perekonomian. Terpenuhinya akan kebutuhan modal dalam pembangunan dapat mengoptimalkan pembangunan itu sendiri dengan basis yang adil, produktif, dan efisien. oleh karenanya, kemudian munculnya konsep pasar modal yang di dalamnya mengakomodir kebutuhan emiten untuk mendapatkan modal dan kebutuhan investor untuk berinvestasi. Pengakomodasian keuangan dengan prinsip Islam adalah wujud andil pemerintah dan masyarakat dalam membangun kegiatan perekonomian melalui investasi syariah di pasar modal untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional.3 Oleh karena itu, ahli ekonomi Islam (praktisi dan akademisi) terus berupaya melahirkan konsep-konsep serta berbagai instrumen yang produktif, aplikatif dan efisientif dalam menghadapi tren pertumbuhan ekonomi pada era globalisasi. Aktivitas di pasar modal merupakan salah satu lokomotif perekonomian suatu negara yang berfungsi sebagai perangsang perekonomian dengan kapitalisasi dana yang besar, fungsinya yang menyediakan prasarana dan sarana untuk beberapa perusahaan atau masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan perusahaan sebagai penerima modal untuk menjalankan operasional perusahaannya. Bagi masyarakat tujuan investasi adalah menahan keinginan membeli sesuatu

3 Zulfikar, Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statiska (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h 4. Iskandar Budiman, “Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar Modal Perspektif Syari`'ah,” Jurnal Investasi Syariah 1, No. 01 (July 2017): h 33. 2 saat ini untuk mendapat keuntungan di masa yang akan datang, sedangkan perusahaan sebagai penerima dana tersebut menggunakan dananya yang berfungsi sebagai penggerak ekonomi bagi perusahaan dalam kegiatan operasinya hal ini disebut sebagai fungsi ekonomi. Sedangkan dalam aktivitas yang lain, pasar modal akan menghasilkan keuntungan bagi investor maupun perusahaan sesuai dengan jalannya investasi yang dipilih, ini disebut sebagai fungsi keuangan. Fungsi pasar modal dapat dijalani oleh perusahaan jika dana yang dikumpulkan dari investor di pasar modal digunakan untuk pembiayaan pada sektor-sektor rill (real asset) dan non-rill (financial asset) yang mengarahkan pada perencanaan pembangunan ekonomi nasional serta membantu meningkatkan eksploitasi perusahaan terhadap aset-aset yang dimiliki seperti investasi yang diarahkan untuk memfasilitasi sektor publik yang akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat umum.4 Keluasan investasi di pasar modal, selain mendapatkan keutungan, investor perlu waspada terhadap risiko yang ada di dalam aktivitas pasar modal yang diakibatkan dari perubahan mekanisme pasar dan ekonomi lokal serta siklus ekonomi internasional. Pola dari risiko sama dengan ketidakpastian (uncertainty) akan terjadinya suatu kejadian yang menimbulkan masalah, dan peluang bagi organisasi perusahaan, pemerintah, dan perorangan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mempengaruhi tingkat pengembalian (expected rate of return) sebagai harapan investor dari aktiva investasi di pasar modal. Munculnya gejolak pasar dan stabilitas ekonomi membuat ganjalan perusahaan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam menjalankan

4 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaran Investasi di Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana 2017), h 24. Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2017) h 42. 3 perusahaan.5 Secara umum tingkat risiko pada investasi di pasar modal dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara tersebut khususnya di bidang politik, arah kebijakan ekonomi dan kebudayaan sosial setempat dan juga kondisi dalam perusahaan yang berdampak pada keuntungan (capital gain) atau risiko kerugian (capital lost) harga saham perusahaan tersebut, karena itu investasi yang baik akan dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan perusahaannya.6 Terlepas pengaruh dari karakteristik risiko internal yang terjadi pada perdagangan di pasar saham, di sisi lain, perlu bagi investor untuk memperhatikan kondisi perekonomian negara tersebut dengan melihat parameter- parameter dari variable makroekonomi yang memiliki pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi risiko investasi di pasar modal, dengan melihat profil negara tersebut investor dapat memperkirakan perusahaan atau indeks saham mana yang memiliki risiko besar akibat dari perubahan variabel makroekonomi pada investasi di bursa saham. Jika arah perekonomian membaik maka pasar modal terpengaruh dengan arah yang sama, begitu pula sebaliknya. Kondisi ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja indeks pasar modal di negara berkembang, sehingga ada sejumlah prediksi bagi perusahaan itu sendiri dan investor yang mengerti secara fundamental negara

5 Ali Abdullah dan Belhamri Khair, dkk., Tathir al- Mutaqiara>t al-Iqtishad al- Kulliat ala A>da’ as-Su>li al-Mali> al- Urduniat, Majalat al-iqtishad wa at-Tanmiat al-Bashariat Vol. 06, No. 01, 2010, h 290. E-Journal: http://www.asjp.cerist.dz/en/article/19404. 6 La Rahmad Hidayat, Djoko Setyadi, and Musdalifah Azis, “Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah serta Jumlah Uang Beredar terhadap Return Saham,” Forum Ekonomi 19, no. 2 (January 10, 2018): h 149, https://doi.org/10.29264/jfor.v19i2.2121. 4 tersebut dapat memprediksi gejolak dari indikator makroekonomi yang ditemukan bisa mempengaruhi kekuatan investasi pada pasar modal di negara berkembang.7 Sebab, karakteristik risiko dan pertumbuhan ekonomi terhadap indeks saham di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia berbeda-beda, serta adanya keterbukaan arus globalisasi yang muncul justru akan juga memberikan efek yang kurang baik bagi negara ketika ada ketidakseimbangan dalam transaksi berjalan.8 Di mana peristiwa ketidakstabilan ekonomi dan ancaman pengaruh buruk keuangan akan mempengaruhi secara langsung terhadap aktivitas saham di pasar keuangan sehingga investor akan mengestimasi risko dan keuntungan (Risk and Profit) ketika akan membeli saham-saham di negara berkembang.9 Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomi yang memiliki level risiko yang tinggi terhadap prosepek pasar modal ke depan diantaranya pengaruh mata uang asing (kurs) terhadap mata uang domestik, inflasi yang tinggi, naiknya suku bunga acuan yang mendorong rendahnya ekspansi swasta dan pemerintah terhadap aset-aset yang di miliki perusahaan,

7 Fakir Tajul Islam, Md. Shahnawaz Mostofa, and Afrida Akhter Tithi, “Macroeconomic and Institutional Determinants of Capital Market Performance in Bangladesh: A Case of Dhaka Stock Exchange,” International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences 7, no. 1 (March 25, 2017): h 307, https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v7-i1/2705. 8 Arintoko And Insukindro, “Effect Of Exchange Rate, Foreign Direct Investment And Portfolio Investment On The Indonesian Economy- A Structural Cointegrating Vector Autoregression.Pdf,” International Journal Of Economics And Financial Issues 07, No. 2 (2017): h 682–91. 9 Anthony Chambet and Rajna Gibson, “Financial Integration, Economic Instability and Trade Structure in Emerging Markets,” Journal of International Money and Finance, 2008, 657. 5 meningkatnya tensi perang dagangan internasional yang mendatangkan sentiment negatif pada fundamental perusahaan dan negara berkembang yang menggunakan bahan baku impor dan menurunkan tingkat ekspor, dan defisit anggaran negara. Dari beberapa penyebab makroekonomi terhadap pasar keuangan akan membatasi kemampuan daya saing pada pasar modal dapat menarik perhatian investor, oleh karena itu, diperlukan penyesuaian kebijakan makroekonomi dan aturan dalam undang-undang terkait pasar modal dalam membantu untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta dapat meningkatkan daya dorong investasi yang stabil untuk mencapai tingkat perekonomian yang tinggi.10 Selain itu perlu insentif informasi dari situasi mendasar ekonomi yang terjadi saat ini seperti kondisi politik, kebudayaan dan arah kebijakan pemerintah yang akan terjadi dan mengubah arah iklim investasi di pasar modal untuk mengambil keputusan dengan langkah yang tepat dalam menghadapi situasi perubahan iklim investasi negara tersebut.11 Dalam teori pembangunan ekonomi diketahui pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif karena semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dengan pasar modal berarti semakin besar bagian pendapatan yang bisa di tabung dan menciptakan ruang bagi investasi yang besar pula, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu investasi yang fungsi sebagai pionir dalam pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat diaplikasikan.12 Maka

10 Chantal Dupasquier and Patrick N. Osakwe, “Foreign Direct Investment in : Performance, Challenges, and Responsibilities,” Journal of Asian Economics 17, no. 2 (April 2006): 241-50, https://doi.org/10.1016/j.asieco.2005.07.002. 11 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi (Yogyakarta: PT Kanisius, 2010) h 344 12 Muhammad Zaenuddin, Isu, Problematika, dan Dinamika Perekonomian, dan Kebijakan Publik (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 152-153. 6

demikian untuk mengetahui hubungan timbal balik tersebut pakar ekonomi dan investor akan melakukan ramalan dari peristiwa kondisi fundamental ekonomi terhadap pasar modal dari goncangan (shock) yang dihasilkan dari variabel tersebut, akankah hal ini mempengaruhi ekspektasi iklim investasi dengan memperhatikan dari pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan yang memberikan informasi positif. Oleh karena itu, dari indicator di atas dapat diartikan analisa makroekonomi merupakan suatu analisa hasil perekonomian secara keseluruhan.13 Untuk mengamati indikator yang mempengaruhi kinerja pasar modal dari pertumbuhan ekonomi dilihat dari tabel di bawah ini akan dapat memberikan prediski dengan mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada masa periode 2010- 2017 yang dapat kita amati untuk prosek kedepan perkembangan iklim investasi di Indonesia diamati dari rasio perumbuhan ekonomi PDB riil sebagaimana grafik dibawah ini: GRAFIK 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan Ekonomi indonesia 6.81 8 6.44 6.19 5.56 5.02 4.79 5.02 5.07 6 4 2

0 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Sumber: Badan Pusat Statistik

13 Sampat Mukherjee, Modern Economic Theory 4th Edision (New Delhi: New Age International, 2008) h 34. 7

Sebagai negara terbesar di tenggara indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang jauh lebih baik dari negara-negara tentangganya, dari masa pengamatan tahun 2010-2017 pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tabel di atas menggambarkan sedang mengalami kondisi penurunan yang signifikan khususnya terjadi penurunan pada tahun 2015 sebesar 4,79%. Penurunan ini di akibatkan terjadi reduksi ekonomi indonesia yang disebabkan adanya rekonstruksi dari ekonomi global yang berjalan lebih lambat dari prediksi sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini dipicu melemahnya perekonomian dunia yang mengakibatkan pelemahan investasi dan ekspor Indonesia. Namun demikian di tahun 2015, Indonesia juga dihadapkan dengan beberapa risiko antara lain melambannya perbaikan ekonomi, penurunan harga komoditas ekspor, dan risiko terkait kemampuan pemerintah pusat maupun daerah untuk membangun infrastruktur.14 Tak heran Indonesia menempati peringkat yang rendah dalam daya saing ekonomi karena belum mampu mencapai efisiensi kegiatan ekonomi. Selain itu juga, dinamika ekonomi global yang ditandai dengan berlanjutnya pelemahan ekonomi dunia dan berkurangnya aliran modal ke emerging markets memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015.15

14 Perekonomian Indonesia Tahun 2016: Prospek Dan Kebijakan Oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional Januari 2016 h I-23 15 kendati posisi pertumbuhan tahun 2015 menurun namun pertumbuhan investasi tetap dalam koridor yang baik, pernyataan ini diperkuat oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam siaran pers menyampaikan hasil realisasi investasi January -December tahun 2015 “Kinerja investasi tetap menunjukkan geliat ditandai dengan pertumbuhan yang memberikan dampak berganda, antara lain peningkatan penyerapan lapangan kerja, memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi fundamental ekonomi dan politik Indonesia, serta prospek 8

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang diharapkan masih belum tercapai akibat lambatnya implementasi reformasi struktural dan terbatasnya dukungan kebijakan-kebijakan negara berkembang terutama di Indonesia.16 Selanjutnya, gejolak perubahan yang dihasilkan dari fundamental ekonomi di atas berkorelasi dalam mempengaruhi pasar modal jika diamati dari kerentanan variabel terjadi dari tingkat inflasi yang masih tidakstabil akan memberikan pengaruh sinyal negatif pada investasi di pasar modal sedangkan permasalahan yang muncul ketika tingkat inflasi terjadi karena hal tesebut dapat merusak spekulasi keuntungan masa depan di pasar modal.17 Namun yang memberikan gairah para investor untuk berinvestasi dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah dengan adanya suku bunga sebagai spekulasi keuntungan yang didapatkan oleh investor. Dalam teori klasik menyatakan bahwa tingkat bunga mempengaruhi investasi jika tingkat suku bunga menurun investor memperluas ekspansi dalam investasi dan juga sebaliknya akan melemahkan kegiatan investasi mereka.18 Situasi makroekonomi secara empiris pertumbuhan ekonomi ke depan dapat terjaga dengan baik" catatan walaupun beberapa laporan pertumbuhan ekonomi di tahun 2015 oleh beberapa institusi pemerintahan memandang ada beberapa perombakan kebijakan yang mulai di terapkan sehingga memakan waktu untuk perubahan dalam jangka panjang. Lihat: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T h 2. 16 Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2015 oleh Bank Indonesia, h 8. Laporan Perekonomian Indonesia 2015 oleh Badan Pusat Statistik, h 32-35, diakses 02-08-2018: 13.53pm 17 Prathama Rahardja dkk., Teori Ekonomi Makro (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2014) h 190. 18 Ada beberapa sektor di pasar modal yang dapat keuntungan dengan adanya penurunan tingkat suku bunga di 9 telah mempengaruhi iklim investasi, risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi menjadi penyebab menurunya tingkat investasi (investment drought) di beberapa kawasan ekonomi berkembang. Sehingga negara-negara tersebut berupaya keras meningkatkan guna mendorong investasi terutama perhatian pada perbaikan iklim investasi agar menciptakan iklim investasi yang kondusif.19 Menciptakan iklim investasi yang baik, dapat dimanifestasikan dengan mengharmonisasi kebijakan pemerintah dalam menangani masalah-masalah di pasar modal diantaranya penyederhanaan prosedur perizinan investasi, peningkatan fasilitas dalam investasi dan stabilitas keamanan, politik dan keseimbangan ekonomi makro, karena bagi investor perlu ada keamanan untuk menjamin kegiatan investasi di negara tersebut.20 Hal ini diperkuat oleh pendapat Ciarlone dan Miceli, dalam Akyol dan Çiçen, menyatakan negara-negara yang memiliki: tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi, likuid, hak milik yang dilindungi dan stabilitas ekonomi makro, memainkan peran penting dalam penentuan strategi investasi.21 Oleh karena itu kebijakan yang tepat

antaranya adalah perbankan dan properti. ini diperkuat pendapat Hendro utomo analis Petindo, sektor yang paling terdampak sektor jasa keuangan sangat terpangaruh oleh makro ekonomi yaitu suku bunga. lihat di: Sinyal kuat penurunan suku bunga, simak strategi untuk saham bank dan property. https://investasi.kontan.co.id/news di akses 23 July 2019 20.06 19 Sjamsul Arifin, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis (Jakarta: IKAPI, 2008) h 172. 20 Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, h 24. 21 Mehmet AKYOL and Yıldırım Beyazıt ÇİÇEN, “The Role of Institutional Factors When Determining Investment Strategies of Sovereign Wealth Funds in Stock Market.Pdf,” Journal Turkish Economic Review 04, no. 03 (2017): h 336, http://dx.doi.org/10.1453/ter.v4i3.1453. 10 untuk diterapkan di mana kebijakan tersebut akan membantu membangun menciptakan kredibilitas untuk proyeksi iklim investasi jangka pendek maupun jangka panjang.22 Ruang lingkup iklim investasi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi suatu polemik politik- ekonomi yang menimbulkan pertanyaan empiris apakah perkembangan pasar modal berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi? Ryrie dalam Madhu dan Giri menjawab bahwa pasar modal berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui pertama, menjadi awal sumber dana dan fasilitator dari keuangan; kedua, menjadi mekanisme yang efisien untuk mengembangkan kepemilikan secara luas dalam sebuah populasi; ketiga, menjadi mekanisme yang efisien untuk mengalokasikan modal untuk produktivitas; dan keempat, hubungan antara pasar modal suatu negara (khusus) dengan pasar modal dunia industri.23

22 Dalam Web S&P 500 Rating Invesment internasional pernah menilai kondisi investasi di Indonesia dengan memberi nilai BBB-, dalam pemberian afirmasi atas Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level tersebut, ada beberapa faktor penting yang mendukung keputusan tersebut, yaitu beban utang pemerintah yang relatif rendah serta kinerja fiskal dan tingkat utang luar negeri yang moderat. Rasio utang pemerintah terhadap PDB dalam beberapa tahun ke depan diproyeksikan akan tetap stabil. Hal ini mencerminkan proyeksi keseimbangan fiskal yang juga relatif stabil. Lebih lanjut, meningkatnya tax collection sebagai dampak dari tax amnesty dan meningkatnya harga minyak dunia diproyeksikan memperbaiki penerimaan negara. Lihat: Kurniasih Miftakhul, S&P Pertahankan Rating Investment Grade untuk Indonesia, https://economy.okezone.com/. Diakses: 01 March 2019: 09.24pm. 23 Ryrie, W. (1991), Stock Market and Role in Economic Development. The stock Exchange Review. Schumpeter, J.A. (1991). The Theory of Economic Development; An Inquiry Into Profit, Capital, Credit, Interest, And The Business Cycle (R. Opie, Trans) Cambrige, MA: Harvard University Press. Madhu Sehrawat and A.K. Giri, “A Sectoral Analysis of the Role of Stock Market 11

Kendati demikian yang mempengaruhi kecenderungan posisi dan negatif pada iklim investasi adalah ketidakseimbangan pada posisi stabilitas makroekonomi dan tingkat korupsi di administrasi, maka fokus pemerintah untuk menjaga kestabilan dengan inisiatif berupa debirokratisasi dan deregulasi UU, salah satunya perubahan pada kebijakan berupa pelayanan cepat izin untuk mempermudah investasi, seperti yang diketahui sejak lama bahwa ada permasalahan beberapa negara karena terlalu lama perizinan yang dibutuhkan untuk berinvestasi sehingga menjadi hambatan besar bagi terlaksananya kegiatan investasi,24 risiko pada kondisi tersebut membuat investor was-was ketika berinvestasi di negara tersebut.25 Pemerintah mulai mencari upaya solusi dalam meningkatkan kapasitas pertumbuhan ekonomi dengan mengembangkan inovasi investasi baru di pasar modal agar dapat memperoleh dana segar bagi perusahaan berupa investasi dengan prinsip syariah seperti saham syariah, reksa dana syariah, sukuk dan EBAS, untuk menarik perhatian orang kaya muslim Indonesia agar mau berpartisipasi dalam

Development on Economic Growth: Empirical Evidence from Indian Economy,” Global Business Review 18, no. 4 (August 2017): h 3, https://doi.org/10.1177/0972150917692242. 24 Pertumbuhan ekonomi pada pasar modal memerlukan lingkungan politik yang dapat menciptakan insentif untuk perkembangan kondisi investasi di pasar modal terutama pada industri keuangan syariah, kemudian sistem hukum dalam perlindungan hak milik, serta perlindungan masyarakat umum terhadap korupsi, dan pengambilan alihan keputusan dari investasi mereka harus jadi bahan pertimbangan kebijakan pemerintah. Lihat: Adiwarman A Karim, Makro Ekonomi Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h 287 25 Enny Sri Hartati dkk, Investasi Mudah? Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016 (Jakarta: IDEF, 2016) h 77-78. 12

pasar modal. Industri keuangan syariah di pasar modal berperan penting dalam meningkatkan pangsa pasar industri keuangan di Indonesia. Eksistensi saham syariah sebagai alternatif permodalan dalam rentan waktu beberapa tahun berdampak dalam peningkatan investasi syariah di pasar modal, dengan meningkatnya volume saham syariah di bursa efek terus mengalami peningkatan per-periode dari tahun ke tahun. Tabel dibawah akan menggambarkan perkembangan saham-saham syariah dari tahun 2007-2018 perperiode sebagai berikut:

GRAFIK 1.2 PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH INDONSIA

PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH INDONESIA periode 1 periode 2

413 407 393

368 366

345

334 331 331

322 321

318

310

304

252 234 228 210 199 198 195

191 183 174

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sejak diregulasinya pasar modal syariah di Indonesia, perkembangan saham syariah (berdasarkan pada tabel di atas) menggambarkan tren peningkatan yang baik per-periode 1 dan 2 tahun 2007-2018, menurut Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan PT BEI Yulinto Aji Santos mengungkapkan untuk transaksi saham di BEI banyak di dominasi oleh saham-saham berbasis syariah yang terdiri dari 62% dan 55% kapitalisasi

13 pasar di BEI merupakan saham-saham syariah, atau juga 56% nilai transaksi saham di BEI dilakukan di saham berbasis syariah. Untuk rata-rata progres dari sisi nilai, volume dan frekuensi transaksi saham-saham berbasis syariah dalam 5 tahun terakhir (2011 hingga Agustus 2016) jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan saham-saham non syariah. dan rata- rata perkembangan volume transaksi saham syariah 167,2 % berbanding 130% non-syariah.26 Kendati perkembangan saham syariah memiliki potensi yang besar namun nyatanya memang belum optimal karena masih kurangnya minat investor lokal (muslim) terhadap investasi saham syariah, disamping itu juga investor masih ragu-ragu karena masih ada anggapan bahwa prinsip syariah masih sama dengan prinsip pada konvensional. Sejalan dengan perkembangan saham-saham syariah di Indonesia juga dilanjutkan dengan meningkat kapitalisasi pasar modal syariah yang ada di Jakarta Islamic Index dan Indeks Saham Syariah Indonesia pada tahun 2014-2017, dapat di lihat dari kapitalisasi pasar modal JII dan ISSI mengalami peningkatan sebagaimana tabel dibawah ini:

26 Eko Supriyad dan Winda Destiana Putri, Investor Saham Syariah Meningkatkan Signifikan diakses 27 February 2019: 02.34pm. lihat: https://www.republika.co.id 14

GRAFIK 1.3 KAPITALISASI PASAR SAHAM SYARIAH INDONESIA

4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

1500000

1000000

500000

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 JII Rp1,134 Rp1,414 Rp1,671 Rp1,672 Rp1,944 Rp1,737 Rp2,035 Rp2,288 Rp2,239 ISSI Rp1,968 Rp2,451 Rp2,557 Rp2,946 Rp2,600 Rp3,170 Rp3,704 Rp3,666

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Diolah) Berdasarkan paparan 2 tabel atas menunjukan bahwa pasar modal syariah di Indonesia mengalami tren yang baik sehingga investor mulai menilik kepada produk investasi syariah di pasar modal. Meskipun pada tahun 2015 mengalami tren penurunan dikarenakan iklim ekonomi dunia yang masih belum sepenuhnya stabil, akibat belum membaiknya harga- harga komoditas dan moderasi perekonomian Cina serta beberapa negara di Eropa, telah membawa dampak bagi berbagai negara berupa terjadinya perlambatan ekonomi seperti halnya yang di alami oleh Indonesia. Namun masih mencatatkan pertumbuhan positif sekitar 4,79% pada tahun 2015 walaupun pertumbuhan ekonomi masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun sebelumnya. Dan mulai mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi juga sama dengan meningkatnya pasar modal syariah pada Jakarta Islamic Indeks dan Index Saham Syariah Indonesia. sampai akhir tahun 2015, Indeks Saham Syariah

15

Indonesia (ISSI) mengalami pelemahan sebesar 13,9% ke level 145,06 dari tahun sebelumnya sebesar 168,64 dan nilai kapitalisasi pasar sahamnya menurun 11,7% menjadi sebesar Rp2.600,85 triliun atau sekitar 53,38% dari total kapitalisasi pasar saham nasional. Pada periode yang sama, Jakarta Islamic Index (JII) mengalami penurunan sebesar 12,7% ke level 603,35. Nilai kapitalisasi pasar saham JII juga menurun 10,66% menjadi sebesar Rp1.737,3 triliun atau sekitar 35,65% dari total kapitalisasi pasar saham nasional.27 Kepercayaan para investor adalah kunci, mengubah persepsi negatif dan akhirnya positif adalah masalah yang kompleks, untuk mengembangkan iklim investasi terhadap pasar modal maka pemerintah mengambil langkah konsolidasi secara hati-hati dan bertahap dengan mempertimbangkan dampak terhadap kepercayaan pelaku ekonomi dan investor baik dalam negeri maupun investor asing.28 Di sisi lain, jika kita memperhatikan dari respon makroekonomi terhadap investasi syariah di pasar modal, terdapat gejolak yang menarik terhadap saham syariah di bursa efek pada jangka pendek dan jangka panjang, sehingga secara umum menunjukan pengaruh variabel makro yang diproxykan terhadap beberapa variabel makro memberikan respon yang bervariatif terhadap pemilik saham syariah di Indonesia.29 Akibatnya perlu dikoreksi pada kinerja pasar modal syariah terhadap faktor-faktor makroekonomi dan iklim investasi di Indonesia yang mempengaruhi indeks saham-saham syariah.

27 Menurut Laporan Otoritas Jasa Keuangan Syariah Devisi Pasar Modal Syariah Tahun 2015. 28 Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Ke Mana? (Jakarta, KPG, 2009) h 112. 29Praphan Wongbangpo and Subhash C. Sharma, “Stock Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions: ASEAN-5 Countries,” Journal of Asian Economics 13, no. 1 (January 2002): 27–51, https://doi.org/10.1016/S1049- 0078(01)00111-7. 16

Menciptakan iklim investasi yang kondusif adalah tujuan pemerintah dalam mempermudah mendorong pembangunan. Sedangakan indikator iklim investasi yang berpengaruh terhadap kinerja ekonomi salah satunya yaitu tingkat korupsi. Korupsi diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi menjadi sebuah fenomena global yang mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan sosial dan ekonomi serta memberikan yang buruk sehingga menyebabkan lesunya investasi dan pertumbuhan ekonomi, dampak korupsi mempersulit pembangunan ekonomi membuat distorsi dan ketidakefiseinan yang tinggi. Dalam sektor swasta, korupsi meningkatkan ongkos karena illegal, ongkos manajeman dalam negosiasi dengan penjabat yang korup dan risiko pembatalan perjanjian.30 Grafik dalam table dibawah ini memperlihatkan perspesi indeks korupsi Indonesia untuk investor menilai iklim investasi:

GRAFIK 1.3 INDEKS KORUPSI INDONESIA

IKLIM INVESTASI (INDONESIA

CORRUPTION INDEX) 34 36 37 37 38 40 28 28 30 32 32 24 23 26 30 19 19 20 22 20 10 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Indonesia Corruption 19 19 20 22 24 23 26 28 28 30 32 32 34 36 37 37 38 Sumber data:Index diolah

30 Syahroni, dkk, Korupsi, Bukan Budaya tetapi Penyakit (Jakarta: IKAPI, 2018) h 81-82 17

Jika tingkat korupsi tinggi negara miskin yang terperangkap dalam jebakan korupsi akan mengakibatkan melemahnya daya investasi di mana perilaku korupsi mendorong menurunkan kepercayan kepada publik dan menimbulkan lebih banyak korupsi dan mengurangi investasi bisnis serta menurunkan kepercayaan investor (foregin direct investment (FDI)).31 Berdasarkan pada tabel di atas tingkat korupsi yang terjadi indonesia menunjukan skor CPI indonesia untuk tahun 2018 (sebesar) 38 dari (skala) 0 sampai 100 dengan ranking 89. Skor ini naik 1 poin dari CPI 2017 yang lalu dan naik 7 peringkat dari tahun 2017 lalu melihat tingkat iklim investasi oleh Bank World menjadikan tingkat korupsi sebagai indeks yang sangat mempengaruhi perubahan iklim investasi bagi investor yang ingin berivestasi di negara tersebut. Menurut Mauro (1999) dalam kajian korupsi terhadap pertumbuhan investasi bahwa korupsi bisa menimbulkan dampak yang besar dan merugikan pada pertumbuhan ekonomi termasuk investasi yang mungkin memiliki implikasi penting, Mauro menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa banyak dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi terjadi melalui investasi, meskipun tetap membuka kemungkinan bahwa beberapa dari pengaruh itu teradi secara langsung.32 Selanjutnya, Mauro telah memberikan bukti empiris sementara bahwa korupsi dapat merendahkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. dampaknya sangat dapat diamati dalam sebuah analisis, perbaikan deviasi standar satu indeks korupsi menyebabkan

31 Mansur Kartayasa, Korupsi & Pembuktian Terbalik: Dari Perspektif Kebijakan Legilasi dan Hak Asasi Manusia (Jakarta: Kencana, 2017) h 37. 32 Paolo Mauro, Dampak Korupsi pada Pertumbuhan Investasi dan Belanja Pemerintah: Sebuah Analisis Lintas-Negara, dalam Kimberly Ann Elliott, Korupsi dan Ekonomi Dunia, Terjemahan A. Rahmad Zainuddin (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999) h 148. 18 investasi naik sebanyak 5% dari PDB dan laju pertumbuhan tahunan dari PDB per kapita naik setengah nilai persentase. bukti ini memperlihatkan banyak dari dampak pada pertumbuhan ekonomi terjadi dari jalur investasi.33 Kim, Haksoon (2010) mengungkapkan bahwa faktor- faktor politik penting dalam menjelaskan aliran penanaman modal bahwa kinerja dalam penanaman modal memiliki secara konsisten hubungan positif dengan tingkat korupsi pemerintah, sementara hubungan negatif dengan hak politik, ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan.34 Penelitian juga menunjukkan bahwa korupsi berkembang pesat di negara-negara di mana peraturan pemerintah menciptakan distorsi antara hasil ekonomi yang akan ada dengan pasar bebas dan hasil aktual. Meskipun Korupsi sangat mengurangi secara langsung pertumbuhan ekonomi melalui investasi pemerintah dalam proyek-proyek dengan menghasilkan produktivitas yang rendah. Bukti tersebut menunjukkan bahwa pemerintah yang korupsi akan mengeluarkan lebih banyak untuk barang modal, daripada pemerintah yang kurang korup, tetapi proyek investasi pemerintah yang korup mungkin mengurangi produktivitas negara.35 Beberapa negara dituduh amat korup telah mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti negara Indonesia, Thailand dan Korea, korupsi dan pertumbuhan terjadi bersamaan. Negara yang tingkat korup terhadap tingkat pertumbuhan yang tinggi kemungkinan menerima penyelewengan uang sebagai suatu yang normal.

33 Paolo Mauro, Dampak Korupsi pada Pertumbuhan Investasi dan Belanja Pemerintah: Sebuah Analisis Lintas-Negara h 149. 34 Kim and Haksoon, “Political Stability and Foreign Direct Investment,” International Journal of Economics and Finance 02, no. 3 (Agustus 2010): 59–71. 35 William Boyes, Michael Melvin, Economics 10th (USA: Cangage Learning, 2016) h 376. 19

Hal tersebut didasari oleh oleh dua argument: pertama, suatu negara yang secara sistematis korup telah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang memuaskan; kedua, korupsi cenderung merusak alokasi keuntungan ekonomi dengan menguntungkan pihak tertentu.36 Permaslahan pokok dalam kegiatan ekonomi bernegara secara esensial dari kajian ekonomi Islam terhadap kebijakan pemerintah pada ekonomi makro mempunyai sisi yang berbeda dari sistem ekonomi yang lain baik dari tujuan, format, dan hasil. Sistem keuangan Islam yang merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah gagalnya ekonomi kapitalis sebagai konsep kesejahteraan (walfare state).37 Perkembangan keuangan Islam telah menjadi kekuatan baru dalam perekonomian global saat ini. Keuangan Islam telah membuat terobosan baru bagi lingkungan keuangan dunia dengan diversifikasi risiko dan berkontribusi dalam kestabilan keuangan global ini, sehingga sistem keuangan Islam telah menjadi bagian integral dalam keuangan global yang diharapkan mampu mengatasi permasalah secara makro ekonomi.38 Ketika masyarakat dalam sistem ekonomi yang lebih responsif terhadap pedoman dalam ajaran agama (al-Quran dan Sunnah), sistem ekonomi yang lebih Islamisasi akan muncul. Pada dasarnya ekonomi Islam memberikan kontribusi kepada kepentingan individu dan publik karena tidak mengabaikan kepentingan masyarakat seperti halnya sistem ekonomi kapitalis dan tidak mengabaikan kepentingan

36 Susan Rose-Ackerman, Ekonomi Politik Korupsi, dalam Kimberly Ann Elliott, Korupsi dan Ekonomi Dunia,Terjemahan A. Rahman Zainuddin (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999) h 48. 37 Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008) h 3 38 Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi di Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta: Gramedia, 2010) h 338. 20 individu pada sistem sosialis. Kebijakan ekonomi Islam berkaitan dengan kedua kepentingan yaitu berusaha untuk menyeimbangkan antar keduanya. Dengan begitu, ekonomi Islam berfungsi untuk menguntungkan dalam kesejahteraan material dan kesejahteraan spiritual. Dalam Islami itu sendiri menganggap bagi individu dalam kegiatan ekonomi sebagai “saleh” dan berbakti selama kegiatan mereka direncanakan dan berorientasi pada tujuan-tujuan Allah.39 Akan tetapi, tidak pernah ada kesepakatan yang struktural ideal dari sistem keuangan Islam yang diperlukan untuk mencapai tujuan semua itu. tujuan dari sistem keuangan Islam dapat disimpulkan sebagai berikut:40 1. Penghapus bunga dari semua transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktivitas keuangan 2. Distribusi kekayaan dan pendapatan yang wajar; 3.Kemajuan pembangunan ekonomi. Ketika ada keterbatasan yang meluas terhadap negara Islam tersebut menghasilkan persoalan moneter, markentalisme, urbanisasi dan sosia ekonomi. Ekonom Muslim mencoba mengembangkan sistem dan teoritis untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul pada kaum muslim modern, sehingga terciptalah prinsip-prinsip Islam dalam keuangan yang menyediakan instrumen untuk mengendalikan semua faktor tersebut. Semua prinsip itu mengfokuskan pada kejelasan dan ketiadaan ambiguitas keadilan dan memiliki etika sehingga menjadi budaya yang baik untuk dapat diadopsi agar mencapai tujuan sistem ekonomi Islam,41 maka dari itu orientasi makroekonomi

39 Abdulrasheed A Hameed, “Islam And Economic Independence Towards Self- Employment And Productivity,” Knowledge Review 26, No. 02 (Desember 2012): h 4-5. 40 Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001) h 123. 41 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance (Jakarta: Gramedia, 2007) h 17-18 21 adalah mengintegrasikan masalah kesejahteraan sosial dalam variabel sosial-ekonomi kritis, seperti tenaga kerja, harga dan pendapatan, tingkat pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan.42 Selain itu, faktanya bahwa ekonomi Islam yang terhubung dengan religiusitas dapat memfasilitasi untuk mencapai kepada sebuah perubahan dalam sosial dan ekonomi (pada sistem dan mekanisme yang luas) yang mengarah pada perbaikan kemanusiaan. Hal ini juga terkait dengan redistribusi yang adil, individu akan merasa puas dan dihargai sejauh kegiatan mereka bermanfaat bagi kemanusiaan.

B. Permasalahan Penelitian Dari gambaran pada pendahuluan dari substansi latar belakang bahwa penelitian ini hendak meneliti pada konsep makroekonomi dalam keuangan Islam dan implementasi konsepnya, dilihat dari salah satu instrument keuangan yaitu investasi syariah di pasar modal di Indonesia. Untuk itu perlu memperhatikan persoalan-persoalan di atas dengan identifikasi masalah pada judul penelitian sebagaimana berikut ini:

1. Identifikasi Masalah Dari kasus pada pendahuluan di atas dapat disimpulkan beberapa persoalan ikwal yang terdapat pada judul penelitian ini berdasarkan kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tema penelitian ini di antaranya sebagai berikut: a) Pengaruh perdagangan global memiliki dampak komplikasi terhadap iklim investasi syariah di Indonesia.

42 Masudul Alam Choudhury, The Principles of Islamic Political Economy: A Methodological Enquiry (UK: St. Martin’s Press, 1992) h 157. 22 b) Efek negatif dari variabel makroekonomi yang tidak stabil berdampak terhadap iklim investasi syariah di pasar modal namun seberapa kuat mempengaruh investasi di pasar modal. c) Semakin tingginya pengaruh korupsi terhadap pasar modal maka pengaruh penurunan daya investasi semakin menurun karena banyaknya penyelewangan birokrasi yang terjadi. d) Efek Korupsi terhadap pengembangan pasar modal dan pengaruh variabel makroekonomi masih dirasakan oleh investor, maka perlu jadi pertimbangan otoritas untuk mengentasi efek korupsi terhadap iklim investasi e) Kendati kekuatan investasi syariah masih terbilang meningkat namun belum cukup banyak memberikan efek kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia, di lain hal memberikan efek yang cukup baik pada perkembangan keuangan Islam. f) Penerapan sistem ekonomi di Indonesia belum cukup memberikan ruang bagi sistem keuangan Islam yang masih di anggap sebagai pihak kedua namun hal ini tidak menurunkan pertimbangan dalam mengambil teori-teori keuangan Islam dalam berpartisipasi terhadap Iklim investasi oleh ekonom Muslim. g) Kekuatan investasi syariah di bursa efek masih kecil dibandingkan dengan investasi yang lain namun hal tersebut tidak mengurangi intensitas investasi syariah masih cukup diminati oleh beberapa investor sebagai alternatif. h) Penerapan teoritis makroekonomi Islam masih belum dapat terealisasi dalam penerapan pertumbuhan ekonomi Indonesia, hanya saja masih belum mampu menebus kebijakan makro

23

di pemerintahan tapi hanya sebatas pada ranah tertentu saja.

2. Rumusan Masalah Untuk menganalisa persoalan dari pendahuluan di atas, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk di dalami secara intensif melalui penelitian komprehensif pada tesis untuk memberikan penjelasan yang lebih utuh dan lengkap dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh makroekonomi dan iklim investasi terhadap indeks saham syariah di Indonesia? 2. Apakah terjadi pengaruh iklim investasi (indeks Korupsi) terhadap indeks saham- saham syariah pada pasar modal di Indonesia? 3. Apakah ekonomi Islam memberikan kontribusinya terhadap perkembangan iklim investasi yang kondusif di pasar modal syariah?

3. Batasan Masalah Penelitian terkait dengan Analisa variabel makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar modal syariah mempunyai permasalahan yang menarik untuk dikaji kembali lebih mendalam bagi peneliti. Oleh karena itu, penelitian mencakup dengan dibatasi pada: pengukuran iklim investasi dapat dilihat dari Indonesia Corruption Index, konsep pengukuran perekonomian secara makroekonomi dapat dilihat pada variabel-variabel yang mendasari pengaruh seperti inflasi, kurs rupiah/USD, PDB, suku bunga acuan Bank Indonesia, jumlah uang bereda (M2) dan harga emas kemudian pada pasar modal syariah dengan objek penelitian pada saham-saham

24

syariah Jakarta Islamic Indeks yang diambil dari kapitalisasi saham-saham syariah di Jakarta Islamic Index, kapitalisasi laporan tahunan bursa efek Indonesia pada periode 2002 -2017.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari penjelasan sebelumnya di latar belakang dapat disimpulkan beberapa tujuan dan manfaat dalam penelitian yang sesuai dengan tema penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian Setelah menguraikan latar belakang mengenai tema dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa tujuan dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut: a) Menganalisa pengaruh iklim dan makroekonomi yang mempengaruhinya terhadap investasi kinerja indeks saham-saham syariah di Indonesia, sehingga hasil analisis tersebut akan melihat kekuatan dan ketahanan pasar modal syariah di Indonesia. b) Membuktikan indikator iklim investasi (indeks korupsi) terhadap mengembangkan pasar modal syariah (indeks saham syariah) di indonesia dengan melihat pengaruh yang dapat mempengaruhi kinerja pasar modal di Indonesia. c) Mengamati perilaku pasar modal terkhususnya saham-saham syariah apabila dipengaruhi oleh indeks korupsi indonesia akan mengakibatkan akan bergejolak sama dengan saham-saham di Indonesia. d) mendeskripsikan respons terhadap penerapan implementasi pada kebijakan pemerintah dalam mengembangkan investasi syariah di Indonesia

25

dilihat dari gejolak indikator makroekonomi di Indonesia

2. Manfaat Penelitian Setelah mengetahui tujuan dalam latar belakang di atas terdapat beberapa yang dihasilkan berupa manfaat dalam penelitian in baik secara akademisi maupun praktisi dan pemerintah yang diharapkan memberikan kontribusi terhadap khazanah penelitian ekonomi Islam di antaranya sebagai berikut:

A. Akademisi Pada penelitian ini diharapkan mampu menambahkan keilmuan pada kajian ekonomi Islam terutama dalam khazanah keilmuan Islam kontemporer tentang pasar modal dan makro ekonomi Islam. Kajian tentang investasi syariah di pasar modal dan makro ekonomi silam memang cukup beragam, namun baru sedikit riset yang secara spesifik fokus pada investasi syariah dalam sudut pandangan makro ekonomi Islam. Oleh karena itu, riset ini diharapkan mampu menyediakan referensi baru tentang hubungan antara teori makro ekonomi Islam dan iklim investasi syariah di bursa efek.

B. Praktisi Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat melalui analisa yang dipaparkan pada pihak- pihak yang bergelut di dunia ekonomi Islam terutama bagi lembaga yang mendalami industri keuangan Islam, tidak hanya untuk para ekonom dan pembuat kebijakan, namun juga masyarakat sebagai investor pada umumnya. Investasi syariah di pasar modal telah menjadi ikon bagi

26

investor muslim sebagai wadah dalam menjalani peraturan syariat yang ditetapkan oleh agam Islam. Melalui kajian ini diharapkan pembuat kebijakan dan masyarakat (investor) memiliki bahan bacaan dan diskusi yang bisa menambah wawasan tentang pengembangan investasi syariah dalam kajian teoritik makro ekonomi Islam di Indoensia. Bagi para pembuat kebijakan, temuan penelitian dapat membantu mereka dalam mengevaluasi kesesuaian kebijakan ekonomi yang ada, apakah mereka berkontribusi positif atau negatif terhadap perkembangan keuangan Islam.

D. Metode Penelitian Pada penelitian ini untuk lebih mendalam mengkaji tema di atas setelah mengetahui rumusan masalah maka model penelitian yang akan diolah untuk menjawab penelitian ini akan dijelaskan pada metode penelitian di bawah ini sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian Penelitian ini dikaji dalam tipe kuantitatif deskriptif yang merupakan salah satu tipe penelitian dalam penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail untuk menjawab persoalan- persoalan tentang tema di atas atau mendapatkan informasi yang lebih detail dan luas terhadap suatu gejala fenomena dengan menggunakan tahapan-tahapan penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.43

43 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta: Kencana, 2013) h 60. C.R Kothari, 27

Penelitian kuantitatif deskriptif dengan sifat penelitian studi kasus yaitu menyelidiki dengan rinci dari satu atau lebih kelompok atau lembaga dengan maksud untuk menganalisa konteks dan proses yang terlibat dalam fenomena penelitian.44 Statisitik deskpritif pada umumnya hanya memberikan gambaran (deskripsi) mengenai keadaan data sebenarnya tanpa bermaksud membuat generalisasi data tersebut.45

2. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan gejala variabel yang bervariasi yaitu suatu faktor yang dapat berubah-ubah atau dapat diubah sesuai tujuan penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar alur hubungan dua atau lebih dapat dicari dan di analisis.46 Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen yang terdiri dari kapitalisasi dan volume Jakarta Islamic Indeks yaitu saham yang likuid yang tercatat di bursa efek Indonesia yang terdiri dari 30 emiten yang terambil berdasarkan rata-rata nilai transaksi harian di pasar reguler tertinggi. Dan juga terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES) sehingga BEI tidak melakukan seleksi saham syariah (Screening Shariah). Pengambilan data dalam bentuk laporan bulanan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa

Research Methodology Methode & Techiques, (New Dehli: New Age Internasional Publisher, 2004) h 130-132. 44 Christine Benedichte Meyer, “A Case in Case Study Methodology,” Journal Indexing and Metrics 13, no. 04 (November 1, 2001): h 329-331, https://doi.org/10.1177/1525822X0101300402. 45 Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2015) h 210. 46 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005) h 103 28

Keuangan (OJK) Indonesia. dari variabel makro ekonomi yang berpengaruh terhadap kinerja saham-saham syariah terdiri dari inflasi, kurs rupiah/USD, PDB, suku bunga, jumlah uang bereda (M2) dan harga emas tahunan yang diterbitkan oleh lembaga atau institusi pemerintah pada tahun 2002-2018. Sedangkan variabel independen yaitu iklim investasi terdiri dari indeks yang akan di representasikan oleh Indonesia Corruption Index.

3. Teknik Pengumpulan Data Sumber data sebagai bahan keterangan tentang suatu obyek penelitian untuk menunjang terlaksananya suatu penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu data primer yang terdiri dari dokumentasi, buku-buku, jurnal dan website yang terkait dengan penelitian tersebut, sedangkan sumber sekunder yaitu data yang tidak didapatkan langsung oleh peneliti akan tetapi didapatkan oleh pihak lain yaitu di antaranya terdiri dari badan pusat statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) yang diambil dari laporan tahunan untuk menganalisis makro ekonomi Indonesia, sedangkan untuk menganalisa pasar modal syariah sumber data diambil dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), world bank, theglobaleconomy dan otoritas jasa keuangan (OJK) yang diambil dari laporan tahunan pada periode 2002-2018. Dalam pengujian data dengan tes regresi berganda menggunakan bantuan program Eviews 10.

4. Teknik Analisa Data dan Hipotesis Pada penelitian ini data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder akan di analisa dengan menguji antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan metode kuantitatif analisis regresi berganda (multiple regression) yang akan

29

analisis mempelajari hubungan/keterkaitan antar variabel atau hubungan kausalitas antar variabel, metode analisis regresi berganda merupakan analisa suatu fenomena yang menunjukkan suatu hubungan sebab akibat di mana variabel independen (terikat) ditentukan oleh lebih dari satu variabel dependen (bebas) dan sekaligus menentukan nilai ramalan atau dugaan dari penelitian tersebut.47 Guna mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel independen (Y) terhadap variabel dependen (X), maka uji regresi berganda terlebih dahulu menganalisa dengan uji asumsi klasik, uji ini terdiri dari uji normalitas, uji autokorelas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas untuk melihat kausalitas pada setiap variabel yang akan diteliti. Dengan model Regresi linear berganda sebagai berikut:

Model 1:

Di mana: Y= Indeks saham-saham Syariah (JII) a = Konstan b1, b2, b3…. = Koefisien Determinasi X1 = inflasi X2 = Kurs X3 = PDB X4 = Suku bunga X5 = Iklim Investasi (Indeks Korupsi Indonesia) e = Error

47 Purbayo Budi Santosa dkk., Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi Dan Niaga (Jakarta: Erlangga, 2007) h 286. Suharyadi dkk., Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern (Jakarta: Salemba Empat, 2013) h 168-169. 30

Uji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis adalah analisa data yang paling penting karena berperan penting untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian.48 Metode dalam menguji hipotesis dalam uji regresi berganda menggunakan Uji signifikan simultasn (uji F) digunakan untuk menguji variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. dan menggunakan uji signifikansi pengaruh Parsial (uji T) untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. dengan perumusan Hipotesis: H0 = hubungan variabel makroekonomi dan iklim investasi tidak memiliki nilai yang mempengaruhi terhadap Indeks saham-saham syariah di Pasar Modal. H1 = hubungan variabel makroekonomi dan iklim investasi memiliki nilai yang mempengaruhi terhadap Indeks saham-saham syariah di Pasar Modal.

E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan proses memilih aspek- aspek dalam tinjauan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dibuat dengan bagan merupakan suatu konsep dasar secara sistematis dan sebagai gambaran logik dari penelitian akan disusun menjadi hipotesis penelitian sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:49

48 Azuar Juliandi dkk., Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep dan Aplikasi (Medan: UMSU Press, 2014) h 122. 49 Firdaus dan Fakhry Zamzam, Aplikasi Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 76. 31

GRAFIK 1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Makroekonomi

Indeks Saham Syariah

Iklim Investasi

5. Indikator Penelitian Indikator penelitian merupakan kumpulan variabel yang akan membantu mengukur beragam perubahan, dengan adanya indikator yaitu bagaimana menentukan parameter untuk mengukur variabel. Maka untuk penelitian ini variabel dan indikator sebagaimana pada tabel di bawah ini:

TABEL 1.2 INDIKATOR PENELITIAN

Periode Satuan Nama Data Indikator Runtun Pengukura Sumber Data Waktu n Inflasi IHK Tahunan Indeks BI PDB investasi, Tahunan Miliaran BPS konsumsi total, pengeluaran pemerintah, dan ekspor (impor) netto

32

Kurs Kurs Tengah Tahunan Rupiah BI Rupiah/USD Suku Bunga BI Sertifikat bank Tahunan Persentase BI indonesia Corruption Index Transparency Tahunan Score IIT Indonesia International Indonesia merilis Corruption Perceptions Index (CPI) atau Indeks Persepsi Korupsi ( IPK) Indonesia pada 2018 Jakarta Islamic Volume Tahunan Kapitalisa www.OJK.com Indeks perdagangan si saham syariah yng terdiri dari 30 saham yang likuid Sesuai dengan syarat-syarat Fatwa saham- saham syariah review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun, Mei dan November,

F. Kajian Terdahulu yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini yang lebih rinci, peneliti melakukan kajian terhadap beberapa literatur dan hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan tema penelitian tesis ini dan untuk membedakan penelitian ini dengan

33 sebelumnya. Berdasarkan penelusuran peneliti terkait dengan tema di atas di antaranya sebagai berikut: 1. Penelitian Praphan Wongbangpoa, Subhash C. Sharmab dalam penelitian ini mengungkapkan:50 pertumbuhan bersamaan di beberapa pasar modal ASEAN dan ekonomi dalam dua dekade terakhir, penelitian ini menyelidiki pengaruh variabel makro ekonomi (GNP, IHK, JUB, Tingkat bunga dan nilai tukar pada harga saham di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand). Penelitian ini mengobservasi pada rentan periode jangka panjang dan jangka pendek antara harga saham dan variabel makro ekonomi, selain itu, variabel makro ekonomi di negara-negara ini fluktuatif yang menyebabkan dan disebabkan oleh harga saham dalam arti granger karena harga saham berinteraksi dengan variabel makro ekonomi pada jangka pendek dan jangka panjang, kebijakan ekonomi atau keuangan pemerintah yang layak dapat menghasilkan keuntungan yang besar di kedua sektor tersebut. Dalam pengamatan mereka dalam jangka panjang harga secara positif terkait dengn pertumbuhan output dan secara negatif ke tingkat agregat harga, hubungan jangka panjang yang negatif antara harga saham dan suku bunga diamati di filipina, singapura dan thailand, namun hubungan positif diamati di Indonesia dan malaysia.

50 Praphan Wongbangpo and Subhash C. Sharma, “Stock Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions: ASEAN-5 Countries,” Journal of Asian Economics 13, no. 1 (January 2002): 27–51, https://doi.org/10.1016/S1049- 0078(01)00111-7 34

2. Penelitian Fakir Tajul Islam, Shahnawaz Mostofa dan Afrida Akhter Tithi,51 penelitian mereka mengambil sampel di bangladesh adalah negara berkembang di Asia pertumbuhan PDB meningkat selama bertahun-tahun bahkan krisis keuangan dunia pada tahun 2008 yang mengarahkan pada peningkatan indeks harga konsumsi (CPI) dan PDB memiliki kontribusi paling signifikan terhadap perkembangan pasar modal di negara ini, seperti yang ditunjukkan dalam temuan penelitian ini, baik variabel kelembagaan dan makro ekonomi secara signifikan mempengaruhi kinerja pasar modal. Secara kategoris, CPI dan PDB sebagai penentu makro ekonomi, dan kapitalisasi pasar total sebagai faktor penentu kelembagaan ditemukan signifikan berdasarkan nilai koefisien untuk mempertahankan pembangunan berkelanjutan, pembuat kebijakan harus fokus pada implementasi kebijakan dan mendapatkan kepercayaan dari investor. Orang-orang di dunia hidup dengan risiko dan berbahaya tetapi mereka tidak ingin memilih untuk menjalani kehidupan yang diatur oleh rasa takut, penentu makro ekonomi bersama dengan determinan kelembagaan akan memberikan gambaran yang jelas tentang pasar modal di Bangladesh sehingga investor mengambil keputusan investasi jauh lebih baik.

51Fakir Tajul Islam, Md. Shahnawaz Mostofa, and Afrida Akhter Tithi, “Macroeconomic and Institutional Determinants of Capital Market Performance in Bangladesh: A Case of Dhaka Stock Exchange,” International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences 7, no. 1 (March 25, 2017): h 307, https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v7-i1/2705. 35

3. Yogi Citra Pratama,52 dalam penelitiannya menganalisa respon stok capital market karena dipengaruhi oleh M2, kurs dolar dan tingkat SBI dengan obyek penelitian di Jakarta Islamic Indeks. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah yang di proxy oleh JII lebih stabil oleh pengaruh guncangan variabel makro. Kemampuan pasar modal syariah terhadap krisis seharusnya semakin meyakinkan pemerintah dan pelaku pasar untuk ikut terlibat mengembangkan investasi syariah, hasil pengujian dekomposisi varian menunjukkan efek yang paling besar dari JII yang dipengaruhi JII itu sendiri. 4. Yudhistira Ardana53 meneliti tentang variabel makro ekonomi terhadap indeks saham syariah Indonesia: model ECM. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa tidak ada pada jangka pendek antara variabel suku bunga BI pada ISSI, namun dikoreksi pada hubungan jika dilihat pada jangka panjang sehingga hubungan antara suku bunga BI pada ISSI adalah negatif. Hubungan jangka pendek antar variabel tukar rupiah dan ISSI adalah positif, namun dikoreksi hubungan jangka panjang antara nilai tukar rupiah dan ISSI adalah negatif. Sedangkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel inflasi dan ISSI tidak adanya pengaruh. Namun teridentifikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara

52 Yoghi Citra Pratama, “Analisis Responsivitas Bursa Syariah Oleh Variabel Makro Ekonomi,” Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 4, No. 2 (February 11, 2016), Https://Doi.Org/10.15408/Aiq.V4i2.2548. 53 Yudhistira Ardana, “Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia: Model ECM,” ESENSI 6, no. 1 (May 17, 2016), https://doi.org/10.15408/ess.v6i1.3118. 36

SBIS dan ISSI. Dan tidak ada pengaruh antara minyak dunia dan ISSI baik itu jangka pendek sedangkan pada jangka panjang memiliki pengaruh minyak dunia dan ISSI adalah positif. 5. Mamunur Rashid dkk.,54 mengobservasi apakah ada sentimen terhadap investor untuk penentu signifikan indeks saham Islam atau tidak dalam konteks negara Malaysia. Penelitian ini menguji tingkat indeks harga saham konvensional dan Islam di Malaysia terhadap indeks sentimen investor dan faktor ekonomi makro. Studi ini menguji dua model secara terpisah: satu menggunakan variabel makro ekonomi dalam kerangka waktu seri triwulanan; model lainnya menggunakan faktor makro ekonomi dan sentimen data dalam kerangka waktu seri triwulanan. Mereka menyelidiki harga aset di pasar saham Islam di Malaysia menggunakan indeks hijrah sebagai variabel dependen dan sejumlah faktor dari dominan konvensional, perilaku dan makro ekonomi, dalam studi mereka melaporkan suku bunga, indeks mata uang dan FTSE bursa Malaysia compsite indeks memiliki pengaruh yang lebih besar pada indeks harga dibandingkan dengan produksi industri, indeks harga konsumen, jumlah uang beredar dan indeks sentimen investor. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa sistem keuangan Islam terhubung sangat lemah atau bahkan terpisahkan dari pasar konvensional, oleh karena dapat digunakan untuk melindungi dari pontensi kerugiaan.

54 Rashid Mamunur, Hassan M. Kabir, and Yein Ng Yuen, “Macroeconomics, Investor Sentiment, and Islamic Stock Price Index in Malaysia.Pdf,” Journal of Economic Cooperation and Development 35, no. 04 (2017): h 221–36. 37

6. Ali Abdullah dan Belhamri Khair,55 dalam penelitian mereka mengungkapkan dampak variabel makro ekonomi terhadap kinerja pasar keuangan di Yordania terkait pada nilai perdagangan dan volume perdagangan, tingkat rotasi saham pada bursa efek di Yordania, dalam penelitian menggunakan metode regresi berganda di mana ada hubungan independen dan dependen. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan kausal antara variabel makro ekonomi dan indikator bursa efek di Yordania terdapat dampak variabel terhadap harga saham pada bursa efek Yordania tidak efisien ketika formula semi-kuat karena ada perubahan makro ekonomi dapat berkontribusi pada ekspektasi pada harga saham, sehingga investor dapat nirlaba atau keuntungan lebih besar dengan menggunakan informasi tenteng keadaan makro ekonomi. Jika dilihat dampak GNP terhadap indikator kinerja pasar modal di Yordania adalah positif begitu juga dengan tingkat inflasi sedangkan perubahan suku bunga deposito berjangka memiliki dampak negatif pada indeks harga saham, nilai pasar dan volume perdagangan. Oleh karena itu penelitian menyarankan agar investor di bursa efek yordania dapat memperhitungkan perubahan dalam dampak makro ekonomi sebagai faktor terpenting dan berpengaruh saat dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. 7. Ghulam Shabbir, Mumtaz Anwar, and Shahid Adil di dalam penelitian ini memberikan wawasan tentang

55 Ali Abdullah dan Belhamri Khair, Tathir al-Mutaqiara>t al- Iqtisadiat al-Kulliat Ala a>da’ as-Ku>Ii al-Mali> al-Urduniat, Majalat al-Iqtishadiat wa at-tanmiat al-Bashariat Vol:6 No. 1 2010. h 287- 300 38

peran stabilitas politik dalam menyelidiki dua hipotesis yang bersaing di negara-negara Muslim Berkembang Delapan, dan juga menyelidiki apakah hubungan kondisional antara korupsi dan stabilitas politik penting atau tidak. Temuan empiris menunjukkan bahwa investasi, populasi dan stabilitas politik memainkan peran positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Korupsi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas kelembagaan yang dialami suatu bangsa. Korupsi bertindak sebagai pasir di roda di negara-negara yang memiliki tingkat stabilitas politik yang lebih tinggi, dan meminyaki roda di negara-negara yang kurang stabil secara politik seperti Nigeria dan Pakistan. Dengan demikian, stabilitas politik kondusif untuk pertumbuhan, karena mengurangi kerusuhan sosial, gejolak politik, dan mendorong investasi, dan di sana oleh pertumbuhan ekonomi.56 8. Penelitian David Hillier, Tiago Loncan57 melihat efek ketidakpastian politik pada pengembalian saham, mengeksploitasi kejutan eksogen terhadap stabilitas politik di Brasil. Ketidakstabilan politik yang tiba- tiba dan keterpurukan di pasar modal. Kami menguraikan variasi cross-sectional pengembalian abnormal di sekitar peristiwa ini dan menyelidiki apakah koneksi politik perusahaan dan paparan

56 Ghulam Shabbir, Mumtaz Anwar, and Shahid Adil, “Corruption, Political Stability and Economic Growth,” The Pakistan Development Review 55, no. 4I-II (December 1, 2016): 689–702, https://doi.org/10.30541/v55i4I-IIpp.689-702. 57 David Hillier and Tiago Loncan, “Political Uncertaininty and Stock Return Evidence,” Pacific-Basin Finance Journal 54 (April 2019): 1–12, https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2019.01.004. 39

terhadap modal asing merupakan faktor dalam penurunan harga. Hasil kami menunjukkan bahwa perusahaan yang terhubung dengan bank pembangunan milik negara Brasil, BNDES, dan perusahaan yang dicantumkan secara silang melalui ADR (American Depositary Receipts) paling terpengaruh oleh guncangan ini. Bukti menunjukkan bahwa koneksi politik dan eksposur modal asing adalah faktor dalam menyalurkan risiko politik ke harga aset, meningkatkan biaya modal ekuitas selama periode ketidakstabilan politik. 9. Takuma Kunieda dkk,58 mengobservasi polemik antara tingkat korupsi pasar modal dan pertumbuhan ekonomi, mereka menemukan negara-negara yang sangat korup cenderung mengenakan tarif pajak yang lebih tinggi (termasuk tarif pajak yang diamati dan suap yang tidak diobservasi) daripada negara-negara yang kurang korup. Ini memperbesar dampak negatif korupsi pemerintah pada pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sangat korup jika negara-negara meliberalisasi rekening modalnya. Akibatnya, yang paling tidak korup, negara-negara yang secara finansial terbuka mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi; paling tidak korup, secara finansial negara- negara tertutup mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi kedua; sangat korup, tertutup secara finansial negara mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi ketiga; dan sangat korup, terbuka secara

58 Takuma Kunieda, Keisuke Okada, and Akihisa Shibata, “Corruption, Capital Account Liberalization, and Economic Growth: Theory and Evidence,” International Economics 139 (October 2014): 80–108, https://doi.org/10.1016/j.inteco.2014.03.001. 40

finansial negara mengalami tingkat pertumbuhan terendah. 10. Kim, Haksoon59 dalam penelitian mereka menginvestigasi hubungan antara investasi langsung asing (FDI) dan stabilitas politik dengan menyelidiki aliran FDI di tingkat negara, kinerja dalam FDI dan langkah-langkah stabilitas politik. Negara-negara dengan hak politik tinggi memiliki arus keluar FDI yang lebih tinggi. Juga, negara-negara dengan tingkat korupsi pemerintah yang tinggi dan tingkat demokrasi yang rendah memiliki arus masuk FDI yang lebih tinggi. Hasilnya konsisten dengan argumen bahwa faktor-faktor politik penting dalam menjelaskan aliran FDI. Kami juga menemukan bahwa kinerja dalam FDI memiliki secara konsisten hubungan positif dengan tingkat korupsi pemerintah, sementara hubungan negatif dengan hak politik, ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan.

G. Sistematika Penelitian Sistematika penelitian merupakan perencanaan susunan dari penulisan tesis sebagai bagian dari rangkuman outline yang akan disusun untuk rancangan penulisan untuk mempermudah dalam penyusunan tesis, penelitian ini akan disusun dalam 5 Bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I terdiri dari pendahuluan yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, yang memuat identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan: tujuan dan manfaat penelitian, bagan pemikiran, kajian terdahulu yang relevan, serta metodologi penelitian. Bab II merupakan pembahasan teori yang membahas mengenai perdebatan akademik tentang menciptakan iklim

59 Kim and Haksoon, “Political Stability and Foreign Direct Investment.” 41 investasi di indonesia yang dilihat dari dimensi yang diteliti oleh peneliti, dalam hal ini terdiri beberapa pembahasan pada Makroekonomi, Investasi Syariah di Pasar Modal dan iklim investasi di antaranya: Diskursus Konsep Investasi Syariah dalam Perspektif Ekonomi Islam terdiri dari pembahasan: Definisi Investasi dalam Konteks Ekonomi Islam; Prospek Investasi dalam Ekonomi Islam; Prinsip-prinsip investasi pasar modal syariah dalam Tinjauan Ekonomi Islam; Kemudian Dinamika Iklim Investasi syariah di pasar Modal Indonesia yang akan di bahas: Faktor-faktor pengaruh iklim investasi di pasar modal syariah Indonesia yang dilihat dari:, Indonesia Corruption Index, Indeks kebebasan investasi dan indeks kualitas regulasi. Selanjutnya, determinasi faktor makroekonomi Di Pasar Modal Indonesia terdiri: dari inflasi, kurs rupiah/USD, PDB, suku bunga, jumlah uang bereda (M2) dan harga emas. Dan yang terakhir adalah Islamic Finance Development and Economic Growth. Bab III merupakan Analisa data yang peneliti peroleh dari diskusi bab sebelumnya untuk melihat pengaruh kontribusi pasar modal syariah diwakili oleh Jakarta Islamic Indeks terhadap makro ekonomi Indonesia yang memiliki pengaruh terhadap iklim investasi dilihat dari fundamental ekonomi dan pasar modal syariah di Indonesia dengan menggunakan alat analisis Regresi berganda (Multivariate Regression Analysis) serta interprestasi data yang diperoleh dalam bentuk deskripsi. Bab IV Analisa Peluang dan tantangan perkembangan investasi di pasar modal syariah Indonesia terhadap iklim investasi syariah di Indonesia di antaranya: interpretasi fundamental makroekonomi dalam pandangan ekonomi Islam, implementasi kebijakan pemerintah dalam iklim investasi terhadap gejolak investasi syariah di pasar modal dan tinjauan dalam implementasi dalam penerapan kebijakan investasi konvensional dan syariah. Bab V Kesimpulan dan Saran Pustaka

42

BAB II

Diskursus Ekonomi Makro, Investasi Syariah di Pasar Modal dan Iklim Investasi Dari Sudut Pandang Keuangan Islam

Studi dari literatur keilmuan ekonomi telah banyak berkontribusi bagi perkembangan khazanah keilmuan (teori dan praktik) yang banyak di adopsi oleh manusia saat ini untuk membantu mereka bagaimana cara bekerja memperbaiki kondisi ekonomi (kehidupan) dan bagaimana mengambil keputusan dalam kebijakan perekonomian serta menjelaskan sisi-sisi yang dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, perusahaan dan pasar serta aspek-aspek lain yang saling berhubungan dengan cara menilai sejauhmana dapat diukur suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa atau mencapai pada tingkat kesejahteraan.1 Secara umum, ilmu ekonomi digunakan ekonom untuk membantu menganalisa dari fluktuasi aktivitas perekonomian keseluruhan dengan mengestimasi dari angka pertumbuhan, angka pengangguran-lapangan kerja, tingkat produksi, tingkat konsumsi, inflasi, suku bunga dan keseimbangan neraca perdagangan.2 Kajian tentang ekonomi tersebut membantu pemerintah untuk mengatasi kesulitan akibat dari persoalan ekonomi yang muncul di tengah-tengah masyarakat dengan konsep-teori yang telah ditemukan oleh peneliti ekonomi terdahulu. Akan

1 Sugianto dkk., Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian Komprehensif (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h 3-6 2 Antoim E.Murphy, The Genesis of Macroeconomic Pemikiran Baru, Terjam: Tri Wibowo Budi Santoso (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h 3. Mark Skousen, The Making of Modern Economic The Lives and Ideas of The Great Thinkers, Terjam: Tri Wibowo Budi Santoso (Jakarta: Kencana, 2009) h 8-9. 43 tetapi tidak semua konsep itu cocok terhadap persoalan tersebut sehingga memunculkan sebuah paradigma ekonomi yang berusaha mendobrak preposisi dalam sistem ekonomi yang dianut dunia saat ini baik secara pandangan, keyakinan atau ideologi tertentu. Terutama untuk mengelola alokasi sumber daya ekonomi yang menyangkut pandangan kepada hak kepemilikan, pemanfaatan, dan distribusi sumber daya ekonomi.3 Artinya bahwa sistem dari ekonomi tersebut memasukkan prinsip selain dimensi umumnya yang dianut oleh konsep ekonomi lama yaitu meletakkan agama (religiusitas/ad-Di

3 Ed. Evra Willya dkk., Senarai Penelitian: Islam Kontemporer Tinjauan Multikultural (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 143. Dwi Condro Trino, Ekonomi Islam Mazhab (Yogyakarta: Irtikaz, 2014) h 19-20. 4 Mohammad Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis (KL: Ikraq, 1995) h 14 5 Muhammad Akram Khan, What is Wrong With Islamic Economic? (UK: Edward Elgar Publishing Inc., 2013) h 60. 44 ekonomi.6 Oleh karena itu, dalam praktiknya konsep ekonomi pertama-tama harus disesuaikan dengan dogma yang telah disediakan dalam ajaran Islam, sehingga mempermudah manusia untuk mencari jalan keluar atas kebutuhan, keinginan dan kelangkaan yang menjadi problematika ekonomi manusia.7 Dan untuk membantu ekonom dalam memahami konsep ajaran Islam ekonomi, pertama, untuk memperbaiki anggapan kesalahan dari pandangan ekonomi kapitalis dan sosialis bahwa tidak ada bertentangan dengan metode ekonomi Islam;8 kedua, mengakomodasi bagi ekonom muslim yang telah mendalami teori ekonomi konvensional untuk dapat kembali memahami ekonomi Islam; ketiga, mengakomodasi masyarakat yang berminat dalam studi fikih muamalat untuk melakukan kajian perbandingan antara ekonomi Islam dan ekonomi konvensional.9

6 Pesatnya perkembangan kajian dan praktik sistem ekonomi Islam di atas, telah membawa angin perubahan positif bagi para ekonomi dunia dalam mempelajari ajaran sebagai sumber ilmu normatif dalam disiplin ilmu. Upaya tersebut melahir banyak pemikir-pemikir ekonomi yang telah berkontribusi dalam ekonomi Islam dan menghasilkan teori-teori baru untuk membangun negara Islam di antaranya: Zayd Ibn Ali (80-120 H), al-Awza’i (80-150H), Abu Yusuf (113-182 H), as-Shaibani (132-189 H), sampai ke zaman Kontemporer seperti Umar Chapra, Nejatullah Shiddiqi, Muhammad Uzier, Fahmi Khan, Muhammad Syafi’i antonio dan Adiwarman A Karim. lihat: Ahmed El-Ashker adan Rodney Wilson, Islamic Economics: A Short History (Leiden: Brill, 2006) h 171-214. 7 Mohammad Atho Mudzhar dan Muhammad Maksum, Fikih Responsif: Dinamika Integrasi Ilmu Hukum, Hukum Ekonomi dan Hukum Keluarga Islam, h 55. 8 Ma>lik Ibn Nubai, al-Muslim fi ‘Ad (Bairut: al- Fikr al-Mu’a>shirah, 2012) h 16 9 IKIT, Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Deepublish, 2015) h 15. Nurul Huda dkk., Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008) h 6 45

Dalam konsepnya, ekonomi Islam memberikan keluasan dalam mengukur kadar dari kebebasan individu dan intervensi negara, sehingga tercipta fleksibilitas ekonomi yang membuat ekonomi Islam terbuka untuk memilih alternatif dalam membentuk kerangka ekonomi.10 Dengan begitu, konsep Islam menawarkan solusi hampir semua permasalahan batasan-batasan ekonomi dan sosial pada peradaban modern saat ini, tanpa menghilangkan etika dan spiritual; sehingga adanya keseimbangan antara aspek materi dan spiritualitas; duniawi dan ukhrawi; individu dan sosial di bawah ajaran Islam yang menginginkan keseimbangan materi melengkapi spiritual.11

1. Diskursus Konsep Ekonomi Makro dalam Perspektif Ekonomi Islam a. Definisi Makroekonomi dalam Konteks Ekonomi Islam Ekonomi makro bagian dari ilmu pengetahuan dalam ekonomi yang meninjau integritas seluruh aktivitas perekonomian. Ruang lingkup ekonomi makro meliputi hasil produksi barang dan jasa, keuntungan atau depresi dalam neraca perdagangan dalam periode satuan perekonomian dalam pemerintahan, pertumbuhan PDB, sirkulasi tren inflasi, jumlah peredaran uang dalam tahunan dan lapangan kerja-pengangguran. Dalam menelaah dan mengkaji ekonomi makro mengarahkan pada penekanan kepada pemangku kebijakan dan masyarakat dengan apa yang dapat

10 Frederic L.Pryor, ‚The Islamic Economic System,‛ Journal of Comparative Economics 09, no. 02 (Juni 1985): h 198-199, https://doi.org/10.1016/0147-5967(85)90039-3. 11 Muhammad Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000) h 7-9. Albeena Mirza and Dr Najma Shaikh, ‚Comparison Between Economic Welfare And The Islamic Welfare Norms,‛ Journal of Grassroot, 2017, h 141. 46

mempengaruhi orientasi terhadap berbagai kondisi pada negara seperti perilaku konsumsi dan investasi, upah dan harga, kebijakan fiskal dan moneter, suplai uang beredar, anggaran belanja pemerintah, tingkat suku bunga, utang negara dan faktor-faktor penentu perubahan kondisi ekonomi secara keseluruhan.12 Makroekonomi (Macroeconomic) tidak mencoba menekankan pada apa yang menentukan hasil dari/oleh proses industri tunggal atau satu motif konsumsi dari rumah tangga (dalam kajian ekonomi mikro). Sebaliknya, makroekonomi mengkaji tentang faktor-faktor output nasional atau hasil produksi keseluruhan, karena dalam kegiatan utama ekonomi makro berupaya mengidentifikasi keseimbangan pola kegiatan produksi naik atau turun yang dihasilkan pada suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk memperhatikan dan mengidentifikasikan pokok penting dalam pertumbuhan ekonomi seperti nilai total semua produksi dan jasa yang dihasilkan negara, total pendapatan pekerjaan dan jumlah orang yang dipekerjakan atau mengidentifikasi jumlah pengangguran dalam beberapa tahun. Selain itu untuk melihat pengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi perlu juga memperhatikan variabel lain yang mempengaruhinya seperti tingkat suku bunga acuan, nilai pasar saham, iklim inflasi dan jumlah uang beredar dll.13 Untuk menganalisa makro ekonomi di atas dapat dibedakan dalam 3 aspek utama:14 pertama, penentuan keseimbangan pendapatan nasional; kedua, problematika

12 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta: Kencana, 2016) h 1. Kevin D. Hoover Causality Macroeconomics ed. 3 (UK: Cambrige University Press, 2001) h 109. David C. Colander, Macroeconomic ed. 5 (New York: Megraw-Hill, 2004), h 14. 13 De Long J Bradford, Macroeconomic (New York: MecGraw-Hill, 2002) h 4. 14 Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern (Jakarta: Raja Grafindo, 2005) h 23 47

laju pertumbuhan; ketiga, peran lembaga dan pemerintah dalam menstabilkan proses jalannya perekonomian. Dari pokok dasar pembahasan makroekonomi, ekonomi Islam membuat sebuah system yang mempunyai persamaan dan perbedaan dari sistematik ekonomi yang telah ada saat ini, bahwa konsep ekonomi Islam telah ada dengan konsep dan fondasi yang berbeda dari konsep ekonomi konvensional. Untuk itu tantangan yang dihadapi oleh makroekonomi dalam kerangka ekonomiIslam adalah untuk merancang yang memenuhi persyaratan kebijakan moneter dan fiskal yang efektif tanpa menggunakan mekanisme suku bunga serta menyediakan alternatif untuk mengandalkan instrumen berbasis suku bunga adalah dengan merancang alat kebijakan yang mengandalkan fitur pembagian risiko keuangan ekuitas.15 Menurut Hasanuzzaman bahwa ekonomi Islam sebagai kajian studi dan penerapan syariah (al-Quran dan Sunnah) yang menolak penyimpangan dalam menghasilkan dan mengendalikan alokasi dari sumber daya ekonomi, sehingga dapat didistribusikan kepada manusia dan dengan itu memungkinkan mereka dapat melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat16 Hal yang sama adebayo dan fagge memberikan keterangan mengenai konsep ekonomi bahwa dibutuhkan tatanan usaha sumber daya alam yang langka.dan memasukkan konsep etika Islam dalam masyarkat.17

15 Azura Othman dkk., Macroeconomic Policy and Islamic Finance in Malaysia (NY: Plagrave Macmillim, 2017) h 10. 16 Karim Ginea dkk., Foundations of Shari’ah Governance of Islamic Banks (UK: Wiley, 2015) h 37. S. M. Hasanuz Zaman, Definition of Islamic Economics, J. Res. Islamic Econ., Vol. 1., No. 02 (1984) h 50. 17 Asmak Ab Rahman, New Developments in Islamic Economics: Examples from Southeast Asia (Malaysia: Emerland, 2019) h 8. 48

Oleh karena itu, struktural dalam ekonomi Islam memiliki peran yang mengarahkan pada dimensi pembangunan ekonomi berbasis nasional dengan fondasi ajaran Islam terhadap tujuan-tujuan yang terkandung dalam ekonomi Islam, menurut chapra bahwa ekonomi Islam merupakan cabang ilmu yang mengakomodasi manusia dalam kesejahteraan melalui alokasi dan distribusi berbagai kelangkaan sumber daya alam yang sesuai dengan keinginan dalam visi dan misi yang ditetapkan berdasarkan syari’at Islam tanpa membatasi diri manusia dalam kebebasan individu secara berlebihan untuk menciptakan kestabilan makroekonomi dan ekologi dengan menguatkan solidaritas yang terjalin di masyarakat.18 Abdul Mannan berpandangan yang sama bahwa ekonomi Islam merupakan studi yang mengkaji sosial dengan mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.19 Mengkaji ekonomi Islam dalam proses pembangunan memiliki manfaat dalam penerapannya di antaranya: pertama, mengidentifikasi struktur dalam ekonomi yang berperan pada pembentukan sistem yang berbasis kepada menyatukan stuktural antara negara-negara muslim untuk membentuk pengembangan manhaj Islam secara independen dari sistem yang diletakkan oleh sistem-sistem ekonomi yang lain; kedua, mengidentifikasi struktural ekonomi guna di dalam mengetahui klasifikasi umum dari tatanan ekonomi dalam masyarakat muslim, dalam hal ini untuk meningkatkan produksi nasional dalam sektor-sektor ekonomi yang mendukung. sistem ekonomi Islam membantu untuk mengetahui peran dari sektor-sektor penting dalam investasi dengan meningkatkan volume ekspor dan impor,

18 Yoyok Prasetyo, Ekonomi Syariah (Bandung, Aria Mandiri Grup, 2018) h 3 19 Abul Hassan, M.A. Choudhury, Islamic Economics: Theory and Practice (London: Routledge, 2019) h 17. 49

artinya ekonomi Islam dapat menggerakkan kinerja keseluruhan kegiatan ekonomi; ketiga, kemungkinan dalam memproses kebijakan pengembangan yang berbasis dasarnya ialah menentukan sektor dengan memilih sektor yang sesuai dalam ekonomi Islam kemudian menggabungkan sektor itu ke dalam satu sistem yang terstruktur untuk membingkai hubungan setiap sektor agar saling melengkapi dalam konteks pembangunan; keempat, untuk mengidentifikasi struktural ekonomi dengan berkontribusi pada tingkat integritas yang tinggi antar sektor berbeda dalam hal pembagian tenaga kerja dan partisipasi perekonomian dari setiap sektor untuk mencapai tujuan visi dan misi dalam ekonomi Islam dengan seimbang dan integrasi produksi antar sektor; kelima, struktur ekonomi Islam harus mencapai tujuan pembangunan keseimbangan yang komprehensif antara material dan spiritual untuk menyeimbangkan itu bermaksud untuk menggabungkan semua aspek dalam setiap sektor secara keseluruhan.20 Menurut Asad Zaman bahwa ekonomi Islam berusaha mengimplementasikan tatanan dari Allah yang berhubungan dengan urusan kegiatan ekonomi dalam kehidupan pribadi manusia (micro), di komoditas (meso) maupun tingkat masyarakat luas (makro).21 Bentuk dasar dari ekonomi Islam yang memiliki karakteristik dari ajaran Islam berupa aspek ketauhidan (Ilahi>ah) menjadi dasar dalam pengembangan sistem ekonomi Islam, selain itu juga aspek moral yang tidak hanya bertitik pada aktivitas individu akan tetapi juga pada

20 Muhammad Ibrahim Miqda>d dan Ahmad Kha>lid Ikasah, Hai>kal al-Iqtishad al-Islami>ah wa Asharuhu fi al-Inti>jaj wa at- Tauziq, Majalat al-Ja>miah al-Iqtishad al-Islamiah li Dirast al- Iqtishadiah wa al-Idari>ah al-Majalah 12, No.02 Juni 2014, h 43-48. http://www.iugaza.edu.ps/ar/periodical. 21 Taha Egri, Necmettin Kizilkaya, Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking and Future Directions (Cambridge Scholars Publishing, 2015) h 232. 50

interaksi secara keseluruhan, dengan nilai-nilai ajaran Islam yang jelas dalam perilaku ekonomi akan muncul tidaklah sama dengan sistem ekonomi lain, Muhammad ibnu Abdullah al-Arabi> menyatakan bahwa ekonomi Islam merupakan cakupan dari fondasi umum pada konsep ekonomi yang didasari dari al-Quran dan Sunnah dalam membangun dengan pembaharuan ekonomi yang bernilai pada asas-asas fondasinya yang sesuai dengan lingkungan dan setiap zaman.22 Meskipun tolak ukur tidak lagi sama bersifat individual dan keduniawian sebagaimana yang dilarang oleh ajaran Islam, dengan begitu tolak ukur akan digantikan dengan mekanisme dalam setiap aktivitas ekonomi, sehingga ekonomi menjadi maksimal dengan aktivitas produktif yang dapat mendekati full employment, pasar yang tidak selalu diancam oleh gangguan sistem monopoli, inflasi, pengangguran dll., yang diakibatkan oleh sistem yang salah dan perilaku moral ekonom. Dalam hal ini Akram Khan memberi pandangan bahwa ekonomi Islam akan mengarahkan kepada tujuan falah (kesejahteraan) dalam hidup manusia yang dicapai dengan mengonstruksikan segala esensial dari alam dengan komponen kerja sama dan partisipasi antara manusia.23 Kurangnya respon terhadap ajaran Islam dalam menopang kegiatan ekonomi ini mengakibatkan usaha dalam teori dan praktik ekonomi Islam menjadi tidak relevan dan berlebihan yang tidak hanya bagi para ekonom Islam yang bekerja di bidang ekonomi konvensional akan tetapi juga bagi umat

22 Muhammad Ibnu Abdullah al-‘Arabi>, al-Iqtisha>d al-Islami> fi Tatbi>qihi ala al-Mujtama’ al-Mua>sirat (Kuwait: Maktabah al- Manar, t.t) h 38. 23 Abdurrahman Haithman dkk., The Foundation of Islamic Economics and Banking (Singapure: Partridge, 2014) h 34. Graeme Newell dkk., Global Trends in Real Estate Finance (UK: Willy Blackwell, 2010) h 159. 51

Islam yang seharusnya menjadi penerima manfaat dari disiplin ilmu ekonomi Islam.24

b. Prospek Makroekonomi dalam Ekonomi Islam Prospek makroekonomi Islam dalam model ekonomi Islam menawarkan prospek yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi yang tahan lama dan kebal terhadap cacat dari model ekonomi. Kebijakan dari makroekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi terdiri dari bermacam-macam ukuran dan fasilitas pendukung tambahan untuk mengurangi problematika ekonomi secara keseluruhan. Tindakan tersebut mencakup kebijakan insentif, kebijakan peraturan dan kebijakan moneter dan fiskal yang sesuai. Redistribusi kekayaan yang sama meskipun dalam kebijakan publik harus mengategorikan masyarakat miskin untuk memberikan peluang yang sama.25 Jika dilihat pada arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh mekanisme ekonomi makro dalam ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi yang lain, berdasarkan pada kebijakan dari ekonomi Islam yang diambil dalam buku Ahami>ah Wu>jud al-Mu’asasa>t al-Iqtisha>d wa al-Mali>at al- Islami>ah al-Muaziat lil Muasasa>t ad-Duwaliat, secara umum memberikan gambaran prospek ekonomi Islam dalam lingkup makro ekonomi di antaranya sebagai berikut:26

24 Taha Egri, Necmettin Kizilkaya, Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking and Future Directions, h 13. 25 Raja M. Almarzoq, Islamic Macroeconomics: A Model for Efficient Government, Stability and Full Employment (NY: Routladge, 2018) h 69. 26 Ahmad Said Labad, Ahami>ah Wu>jud al-Mu’asasa>t al- Iqtisha>d wa al-Mali>at al-Islami>ah al-Muaziat lil Muasasa>t ad- Duwaliat penelitian disajikan ke konferensi ‚Islam dan tantangan kontemporer‛ yang diadakan di fakultas ushuludin di universitas Islam, April 2007 52

1. Memenuhi kebutuhan dasar setiap individu muslim maupun masyarakat Dalam kaitannya secara khusus perekonomian Islam berpandangan tidak mengakui apa yang kutub ekonomi positi sebut dengan kelangkaan sumber daya alam (scarcity of resources). Kegiatan ekonomi Islam menyadarkannya pada teks pada al-Quran dan Hadits, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sistem ekonomi Islam menjamin individu dan kelompok bahwa setiap orang tidak kelaparan dikarenakan kelangkaan sumber daya alam. Siddiqi menganggap jaminan kebutuhan dasar untuk semua sebagai institusi atau fitur lain dari sistem ekonomi Islam. Individu biasanya diharapkan untuk memenuhi kebutuhan mereka melalui upaya mereka sendiri.27 dengan memanfaatkan intermediasi keuangan sosial ini membantu menyelesaikan masalah kemiskinan dan memenuhi dasarnya. Prinsip distribusi ekonomi Islam adalah kebutuhan pertama dan diikuti oleh kecukupan untuk setiap manusia tanpa memandang kebangsaan dan agamanya.28

2. Eksploitasi sumber daya ekonomi dengan pengoperasian secara penuh dan optimal. Ketersediaan kapasitas dari alam yang Allah bentuk untuk merespon kepada kebutuhan pokok maupun sekunder manusia. Kedudukan manusia di dalam Islam sebagai khalifah dimuka bumi yang di amanahkan untuk memanfaatkan secara penuh sumber daya yang banyak

27 Mohamed Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis (KL: Ikraq, 1995) h 37. 28 Toseef Azid, Lutfi Sunar, Social Justice and Islamic Economics: Theory, Issues and Practice (NY: Routladge, 2018) h 87. 53

itu sebagai konsekuensinya dari kebutuhan manusia. Eksploitasi sumber daya ekonomi dengan produktif akan menyediakan manusia pekerjaan, konsumsi yang diinginkan dan kekayaan. Dalam ekonomi Islam asumsi tentang keinginan ekonomi manusia dan kebutuhan untuk memuaskan keinginan dengan barang dan jasa dalam ekonomi akan tetap sama. Akan tetapi secara sumber daya alam asumsinya berbeda yang akan muncul cukup signifikan dengan cara berikut ini:29 1. Jumlah sumber daya ekonomi yang diinginkan sangat terbatas. 2. Dalam batasan konsep standar hidup Islam, produksi dan konsumsi barang dan jasa ekonomi ini akan tunduk pada batasan halal dan haram seperti yang ditetapkan oleh syariah. Baru-baru ini, perhatian telah bergeser ke arah pembangunan manusia, mengatur sistem distribusi kekayaan berdasarkan kemauan dan kapasitas masing- masing individu dalam masyarakat termasuk penekanan pada nilai dan tujuan seperti peningkatan harapan hidup, kesejahteraan dan kebaikan manfaat bersama.30 Pada dasarnya, ada keterkaitan antara manusia, Tuhan dan lingkungan yang diilhami oleh tiga prinsip dasar (mengapa) Islam terhadap sumber daya alam: pertama, kesatuan semua makhluk di bawah satu Tuhan (Tauhid); kedua, peran manusia sebagai wakil (khalif>ah); dan

29 M. Raihan Sharif, Guidelines to Islamic Economics: Nature, Concepts, and Principles (Bangladesh: BIIT, 1996) h 101. 30 Kates W. Robert, Thomas M. Parris, dan Anthony A. Leiserowitz, ‚What Is Sustainable Development? Goals, Indicators, Values, and Practice,‛ Environment: Science and Policy for Sustainable Development 47, no. 3 (April 2005): h 10-11, https://doi.org/10.1080/00139157.2005.10524444. 54

ketiga, pencarian manusia untuk kebaikan publik (masla>hah).31 3. Mencapai kemandirian, kestabilan ekonomi dan menghapus ketergantungan Ekonomi Islam tidak tergantung pada sebuah sistem, undang-undang, perundangan-perundangan, maupun ide publik ataupun pribadi pada setiap sistem ekonomi kontemporer atau sebelumnya yang dibuat oleh manusia, sehingga tidak dapat melihat makna luhur bahwa Islam memutuskan perkara dalam bidang ekonomi, kriminal dan sosialnya kecuali penerapan penuh dari imam Islam dan hukum syariah. Abdulrasheed berpendapat bahwa mengemis atau ketergantungan ekonomi sangat dilarang dalam Islam. Profesionalisme sangat didorong dalam Islam karena melalui inilah dapat mencapai kemandirian ekonomi seperti yang pernah dilakukan oleh para nabi.32 Mengaplikasikan manusia sebagai khalifah dalam kehidupan diumpakan satu tubuh. Jika masalah masyarakat muslim adalah kemiskinan akan menjadi masalah sosial bagi masyarakat muslim yang lain. Islam mengajarkan untuk saling menolong sesama manusia agar dapat membantu kaum muslim yang lain. Menurut syariat Islam semua manusia sama. Tidak ada kelebihan seorang dengan yang lain. Sebagaimana khutbah Nabi di haji wada’: tidak ada perbedaan antara orang-orang arab dengan orang ‘ajam.33

31 Dina M. Abdelzaher, Amr Kotb, dan Akrum Helfaya, “Eco- Islam: Beyond the Principles of Why and What, and Into the Principles of How,” Journal of Business Ethics, 29 Maret 2017, h 4- 6, https://doi.org/10.1007/s10551-017-3518-2. 32 Abdulrasheed A Hameed, ‚Islam And Economic Independence Towards Self- Employment And Productivity,‛ Knowledge Review 26, No. 02 (Desember 2012): h 6. 33 Fathurrahaman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori dan Konsep (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) h 55. 55

4. Berkontribusi pada pembangunan perekonomian global yang berkeadilan Tujuan keseluruhan dari pengembangan ekonomi Islam adalah untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan yang merupakan prinsip pembangunan makro ekonomi dalam ekonomi Islam yang berlandaskan pada syariat Islamiah. Kontribusi keadilan dalam pembangunan perekonomian harus diaplikasikan dalam pemenuhan kebutuhan individu setiap masyarakat, sumber pendapatan yang terhormat, distribusi pendapatan, dan kekayaan secara merata serta pertumbuhan dan stabilisasi ekonomi yang baik.34 Salah satu karakteristik interistik masyarakat di negara adalah masyarakat elit dan masyarakat miskin yang berbeda secara fundamental. Dalam ekonomi Islam keadilan pendistribusian di dalam tatanan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Menurut navqi pendistribusian kekayaan (sumber alam) harus ditafsirkan dalam konteks yang dinamis agar tercapai kontribusi pembangunan perekonomian global yang berkeadilan.35

c. Prinsip-prinsip Makroekonomi dalam Tinjauan Ekonomi Islam Prinsip ekonomi Islam didirikan berlandaskan pada prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat dengan berpedoman pada al-Quran, Hadits, kesepakatan para sahabat dalam perlakuan hukum dan al-Qiyas (studi analogi kasus-kasus yang tidak secara implisit didefinisikan dalam al-Quran dan sunnah oleh sarjana muslim). Dengan demikian nilai dari agama perlu membantu umatnya dalam mengatasi

34 Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum (Jakarta: Kencana, 2018) h 10 35 Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama (Jakarta: Kencana, 2017) h 135 56

problematika ekonomi dan mengatasi problematika masyarakat yang sangat sulit guna membangun teori ekonomi untuk memecahkan masalah perekonomian umat itu sehingga agamawan perlu membangun filsafat ekonomi yang dapat membuat ilm ekonomi dengan bernafaskan pada agama itu sendiri.36 Pada prinsip-prinsip makro ekonomi dalam ekonomi Islam diderivasikan dalam mencapai peluang kesejahteraan umat muslim khususnya untuk mencapai hakikat kebahagiaan dunia dan akhirat. Proses kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pencapaian kinerja ekonomi dalam hal prinsip-prinsip agama diarahkan untuk berkontribusi dalam keadilan sosial, dapat dipahami sebagai kekayaan yang adil dalam masyarakat dan menjaga kepentingan hak dalam lembaga keuangan beroperasi (kinerja sosial-lingkungan).37 Pada prinsip inilah ia tidak dapat diposisikan sebagai teori yang tunduk pada kajian dan penelitian karena prinsip syariat berasal dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah. 38 Namun disisi lain prinsip-prinsip makro ekonomi dalam sudut pandang ekonomi konvensional memiliki pandangan yang berbeda, motifnya ekonomi ini diarahkan pada tren untuk menambah income perkapita, konsumsi fisik yang hedonisme dan redistribusi produksi ke pasaran tanpa mengevaluasi dampak negatif dari kondisi pasar karena alasan-alasan bisnis dan peningkatan ekonomi dengan

36 Oesman Arif, Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat (t.t: Gentanusantara, 2018) h 43 37 Simona Franzoni dan Asma Ait Allali, ‚Principles of Islamic Finance and Principles of Corporate Social Responsibility: What Convergence?,‛ Sustainability 10, no. 3 (28 Februari 2018): h 637, https://doi.org/10.3390/su10030637. 38 Hasbi Hasan, Pemikiran dan perkembangan Ekonomi Syariah di Dunia Islam Kontemporer (Depok: Gramata Publishing, 2011) h 55. 57

memproduksi ke pasar terus menerus diproduksi tanpa harus melihat kondisi.39 Hal ini dijelaskan oleh para ekonom prinsip-prinsip kegiatan ekonomi yang mencakup hal-hal terkait pemenuhan kebutuhan, kebijakan pemerintah dan peran pasar dalam kegiatan perekonomian. Prinsip tersebut diderivasikan menjadi 10 prinsip dalam ekonomi yang dianut oleh beberapa yang terafiliasi pada rasionalitas dalam kegiatan ekonomi mereka di antaranya:40 pertama, setiap orang melakukan tarik ulur pilihan (people face trade-off) manusia setiap memutuskan dalam keputusan ekonomi akan dihadapi pada berbagai rasionalitas pilihan-pilihan, di mana terdapat pengorbanan dalam memilih sesuatu. Trade-off yang dihadapi masyarakat adalah bentuk efisiensi dari nilai ekonomi artinya masyarakat berupaya untuk mendapat hasil yang optimal dari kapasitas yang tersedia. Kedua, sasaran biaya untuk mendapatkan sesuatu (the cost of something is what you give up to get it) biaya sesuatu hal selalu dihadapi oleh pilihan untuk mendapatkan barang dan jasa membutuhkan bandingan antara biaya dan keuntungan dari semua alternatif, biaya ini disebut biaya peluang (opportunity cost) ketika ada keputusan barang dan jasa tersebut. Ketiga, orang rasional berpikir untuk margin (rational people think at the margin) ekonomi yang normal akan berasumsi dengan rasional. Keputusan yang rasional untuk mendapat respons ekonomi jika margin benefit dari keputusan itu lebih besar dari margin costnya. Beberapa kasus, orang akan merencanakan secara rasional untuk

39 Abdul Mujib, ‚Realitas Sistem Perbankan Syariah Dan Ekonomi Islam,‛ Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Bisnis 2, no. 1 (2017): h 17. 40 N. Mankiw, Principles of Macroeconomics h 3-19. dan Principles of Microekonomics h 3-19. dan Principles of Economics h 3-20 58 mendapatkan benefit, prinsip ini dapat dijelaskan kenapa maskapai bersedia menjual tiket pesawat lebih murah dan kenapa orang bersedia membayar mahal pada berlian dari air minum. Keempat, orang tanggap terhadap insentif (people respond to incentives) insentif sesuatu yang membuat seorang mau mengerjakan sesuatu, karena secara rasional membuat keputusan dengan membandingkan harga dan keuntungan karena mereka merespon dengan insentif, oleh karena itu insentif dapat memainkan peran penting dalam ekonomi. Kelima, perdagangan menguntungkan semua pihak (trade can make everyone better off) adanya kerjasama dalam perdagangan dapat memberikan banyaknya manfaat dan saling membantu antara negara lain. Keenam, pasar biasanya sarana terbaik untuk mengatur kegiatan ekonomi (market up usually a good way to organize economic activity) proses ekonomi menjadi lebih baik jika diatur langsung oleh pasar, bukan pemerintah, sebab pemerintah gagal karena mencoba menjalankan perekonomian karena pasar adalah sekelompok aturan sosial yang orang akan membeli atau menjual barang dan jasa tertentu pada titik waktu tertentu. Ketujuh, pemerintah kadang mampu meningkatkan faktor produksi (government can sometimes improve market outcomes) investasi biasanya dilakukan oleh pemerintah hal ini membantu pedagang-pedagang di pasar sehingga dapat menguntungkan kedua pihak yaitu penjual dengan pembeli. Kedelapan, standar hidup negara bergantung pada kapabilitas barang dan jasa (country’s standard of living depends on its ability to produce goods and services) untuk meningkatkan standar hidup, pemerintah harus perlu meningkatkan produktivitas seperti pekerja yang terdidik, mempunyai instrumen untuk mereproduksi barang dan jasa serta teknologi yang tinggi untuk membantu pekerjaan.

59

Kesembilan, harga akan naik ketika pemerintah mencetak lebih banyak uang (prices rise when the government prints too much money) terjadinya inflasi terjadi karena mencetak uang dalam jumlah yang banyak menyebabkan ketidakstabilan, ketika otoritas menciptakan uang lebih banyak sehingga nilai pada uang akan menurun. Kesepuluh, orang-orang menghadapi pilihan-pilihan jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (society faces a short-run trade-off between inflation and unemployment) menaikkan jumlah uang dapat merangsang tingkat pengeluaran barang dan jasa. Permintaan yang tinggi pada waktu yang terus menerus sehingga perusahaan menaikkan produksi serta membutuhkan tenaga kerja yang banyak artinya juga semakin banyak pekerjaan makin mengurangi pengangguran. Sementara itu, pada prinsip ekonomi Islam dalam penerapan secara makro ekonomi berbeda dalam sudut pandang di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, kebijakan pemerintah dan peran pasar dalam kegiatan perekonomian. Sebagaimana yang dipaparkan oleh ekonomi arus utama mengarahkan tujuannya kepada pola individu dalam negara. Kebebasan individu dalam arti luas bermakna dari kebebasan itu sebagai nilai inti. Ketika ada bentrok antara kebebasan individu dan kepentingan sosial, kekhawatiran individu membawa beban, tentu saja selama dalam hal materi tidak ada efek buruk pada yang lain. Sebaliknya, Islam memandang individu sebagai bagian dari entitas yang kompleks. Rangkaian pola ini dalam ajaran Islam berjalan dari individu ke keluarga lalu ke komunitas sampai kemasyarakatan. Ekonomi Islam menemukan ekspresi dalam individu dengan bertanggung jawab secara

60

bernegara. Dengan begitu, secara otomatis mempersempit kesenjangan antara kepentingan individu dan publik.41 Sedangkan pada prinsip ekonomi Islam dapat diterapkan dalam konsep makro ekonomi yang didasarkan atas lima komponen dasar syariah universal dalam ekonomi Islam yakni tauhid (keimanan), nubuwwah (kenabian), khalifah (pemerintahan), ‘adl (keadilan) dan ma’ad (hasil) dalam lima aspek dasar tersebut maka dibangunlah menjadi tiga prinsip derivatif yang menjadi pedoman sistem ekonomi Islam khas dalam mengorganisasikan perekonomian masyarakat muslim dengan unsur ma’tabar dari zaman ke zaman diantaranya:42 a. Multi-Type Ownership (al-Milkiah al-Muzdawi>jah) merupakan interprestasi dari nilai tauhid dan ‘adl, dalam kepemikilikan bersama dan individu diakui oleh ekonomi Islam, namun perlu garansi untuk keadilan dalam kepemilikan barang dan jasa, untuk itu bagian produksi yang vital boleh dikuasai oleh pemerintah (negara). Berbeda halnya dengan penerapan kepemilikan dalam prinsip ekonomi yang lain; prinsip kapitalis percaya pada properti pribadi sebagai aturan umum untuk berbagai jenis kekayaan negara dan mengakui kepemilikan publik hanya ketika dipaksakan oleh kepemilikan sosial, sedangkan konsep sosialisme sebaliknya menganggap kepemilikan sosial atau kepemilikan negara sebagai prinsip umum yang diterapkan pada semua jenis kekayaan negara ini.43 Prinsip ini menetapkan bahwa adanya keseimbangan pada

41 Sayyid Tahir, ‚Islamic Economics and Prospects for Theoretical and Empirical Research,‛ Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics 30, no. 1 (2017): h 7. 42 Yasardin, Asas Kebebasan Berkontrak Syariah (Jakarta: Rajagrafindo, 2018) h 164. 43 Ali ibn an-Nayif al-Shahud, al-Hadarat al-Islamiah Bayn ‘Asalat al-madi wa Mal al-Mustaqbal. Bab 7, h 233 61

kemaslahatan pribadi dan umum serta mengakui kepemilikan sebagai kemaslahatan selama ini dan menolak adanya perselisihan antara kepemilikan tersebut, walaupun di antara kepemilikan tersebut terjadi bertentangan dan tidak menemukan jalan keluar dari perselisihan tersebut, maka ekonomi Islam akan mendahului kepentingan umum dari kepentingan pribadi.44 b. Freedom to act (al-Hurri>ah al-Muqayya>dah) adalah terjemahan dari nubuwwah, adil dan khalifah yang menjadi kesimpulan yakni kebebasan dalam ekonomi Islam45 yang akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian karena setiap individu bebas melakukan transaksi muamalat, sedangkan pemerintah bertindak sebagai regulator yang adil dan mengawasi pelaku-pelaku ekonomi serta memastikan bahwa tidak terjadi bias perdagangan dan menjaga apa yang dilanggarnya dari prinsip syariah, sebab itu, hak individu maupun masyarakat terhadap kebebasan dalam berekonomi. Namun perekonomian pasar bebas setidaknya dibolehkan dalam ekonomi Islam dengan syarat pengalokasian harus adil dalam redistribusi tempat yang memiliki sumber daya ekonomi, dengan begitu tidak dengan sendirinya kekuatan

44 Abdullah ibn Abdu al-Muhsin al-Tariq’il, al-Iqtisha>d al- Islamiah Asasu wa Mabadi wa Ahdaf (t.t: Mu’asasat al-Jarisi lil Tawazi, 2009) h 29. 45 Islam tidak memberikan kebebasan tak terbatas dalam lapangan ekonomi, karena kegiatan ekonomi dalam Islam yan membedakan hanya antara halal dan haram dengan senatiasa memperhatikan aturan syarai’, seseorang mendapatkan kebebasan penuh untuk mencari dan membelanjakan hartanya. Disamping aturan halal dan haram, amat jarang ada pembatasan lain bagi kegiatan ekonomi, penetapan harga barang, kepemilikan maupun monopoli kecuali kalau ada hal-hal tersebut memang amat diperlukan untuk memenuhi kepentingan bersama masyarakat muslim. Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar (Jakarta: Pranadamedia, 2016) h 45. 62

pasar terwujud maka diperlukan sebuah lembaga sebagai yang berhak mengawasi dalam pasar tersebut. Dengan demikian kebebasan dalam ekonomi Islam diartikan tindakan manusia bukan atas kebebasan (pilihan manusia sendiri), namun didasari oleh asa ketuhanan.46 Oleh karena itu kebebasan ini mengandung aturan berkontribusi yang di dalamnya ada: pertama, tidak ada secara mutlak hak milik dalam Islam dan dapat berubah hak kepemilikan itu sesuai dengan ketentuan Islam; kedua, dalam Islam ada hak maka ada kewajiban yang harus dijalankan, bahkan terkadang datangnya kewajiban ini mendahului datangnya hak yang harus dipenuhi oleh manusia atas manusia lain.47 c. Sosial Justice48 (al-Adl al-Ijtima>iah) merupakan makna yang terambil dari tauhid, ‘adil dan khalifah karena komitmen Islam yang besar terkandung dalam persaudaraan dan keadilan, oleh karena itu, bahwa keadilan dalam ekonomi Islam bersifat menyeluruh (universalitas) dan tidak membatasi dengan yang lai dari status dalam sosial yang berlaku pada tatanan masyarakat dan Agama, seperti adanya distribusi kekayaan yang berkeadilan sebab kekayaan tidak boleh beredar di kalangan tertentu. Syariat mewajibkan zakat sebagai solusi dari pemberantasan kemiskinan dan ketimpangan sosial serta menganjurkan zakat dan sodakah

46 Veirhzal Riva, Islamic Risk Management for Islam Bank (Jakarta: Gramedia, 2013) h 197. 47 Ambok Pangiuk, ‚Kepemilikan Ekonomi Kapitalis Dan Sosialis (Konsep Tauhid Dalam Sistem Islam)‛ 4 (2011): h 19. 48 Keadilan sosial (Sosial Justice) merupakan tujuan akhir dari sistem ekonomi Islam, yang penting tidak berlebih-lebihan (sesuai dengan ajaran Islam). Penyimpangan apapun dari pengetahuan disebut zulm (Injustice). Menanamkan nilai keadilan dalam inti sistem tidaklah seperti kebanyakan dari teori-teosri ekonomi pada umunya. Iraj Toutounchain, Islamic Money and Banking: Integrating Money in Capital Theory (Singapure: Willey, 2011) h 39. 63

untuk distribusi kekayaan.49 Sementara itu Islam dengan konsep keadilan dalam keseimbangan sosial telah menolak golongan dari tatanan masyarakat dan melarang tindakan mendestruktif sumber daya ekonomi yang dapat mendiskriminasikan kelompok yang berbeda. 50 Dengan demikian prinsip-prinsip Islam dalam menjalani ekonomi mestinya dapat membela lingkungan di mana perilaku diciptakan untuk mendukung tujuan dalam prinsip ekonomi yang ada pada masyarakat muslim yaitu kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi, dalam upaya menjadikan manusia sebagai satu dan mendukung ajaran Islam dalam ekonomi. Secara umum dapat memaksimalkan kapasitas intelektual mereka, melestarikan dan meningkatkan kesehatan serta secara aktif berkontribusi pada ekonomi dan perkembangan masyarakat. Untuk itu tujuannya pada pembangunan ekonomi dan pertumbuhan dan keadilan ekonomi sosial adalah elemen dasar dari sistem ekonomi Islam dan Islam memberikan panduan ekonomi rinci untuk menciptakan komunitas sejahtera dan adil.51

d. Arah Kebijakan Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam. Kebijakan ekonomi merupakan aspek yang penting dalam mewujudkan salah satu tujuan dari perjalanan ekonomi suatu negara, yaitu menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi harus mengaju dan tidak boleh

49 Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, h 28. 50 Veithzal, Islam Economicd and Finance, h 176. 51 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakor, Economic Development and Islamic Finance (NY: Internasional Bank of Reconstruction and Development, 2013) h 300 64

bertentangan dengan konstitusi, mengenai ekonomi konstitusi berarti berbicara perekonomian yang dilandaskan atas norma hukum konstitusional yang bersifat mutlak dan tidak boleh oleh penentu kebijakan ekonomi yang bersifat operasional, sehingga menghasilkan peraturan-peraturan untuk digunakan sebaik-baik oleh pemerintah.52 Melalui analisis dalam makroekonomi dapat menunjukkan tingkat keseimbangan antara permintaan agregat dan penawaran pada neraca perdagangan, kondisi makroekonomi dalam arah kebijakan pemerintah merupakan indikator utama untuk merumuskan kebijakan dan menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah. Tujuan dalam pengambilan kebijakan antara lain untuk mencapai tingkat perekonomian negara sehingga dapat dipastikan indikator ekonomi makro merupakan permasalahan keseluruhan ekonomi yang mencakup seluruh aspek ekonomi nasional.53 Pada pandangan ekonomi Islam untuk melihat arah kebijakan ekonomi harus berdasarkan pada esensi dari ajaran Islam itu sendiri. Kemudian disaripatikan pada konsep al- Maqa>sid as-Syari>ah yang merupakan bentuk wasilah atau hubungan bagi umat manusia untuk mencari jalan menuju kemaslahatan. Pandangan ini sejalan dengan Imam Syatibi yang menyatakan bahwa dalam konsep maqa>sid syari>ah tidak hanya melindungi manfaat dan kepentingan hidup, tetapi juga bertujuan untuk melestarikan kepentingan umat manusia. Oleh karena itu, manfaat yang diperintahkan oleh

52 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi (Jakarta: Kompas Media, 2010) h 69-70. 53 Tri Widodo dkk., Menuju Negara Maju: Apakah Indonesia Bergerak Ke Arah yang benar? (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2018) h 34. 65

Allah terkait dengan kehidupan, ini menunjukkan bahwa Islam melimpahkan berkata bagi seluruh umat manusia.54 Norashikin dan Hanapi (2018) berpandangan bahwa konsep maqa>sid syari>ah yang tercermin ketika konsep itu diaplikasikan untuk kemaslahatan umum seperti pajak harus dibebani oleh rakyat agar terwujud kemaslahatan umum. Dalam bidang kebutuhan konsumsi, produksi dan distribusi mereka berkesimpulan bahwa itu dapat memenuhi kebutuhan menjadi tanggung jawab dan kewajiban bagi masyarakat dari doktrin agama untuk memenuhinya, baik yang bersifat primer (daruri>ah), sekunder (hajji>yah), maupun tersier (tahsini>yyah). Konsep tersebut mendapatkan banyak tempat di berbagai kajian-kajian ekonomi Islam, baik itu dalam hukum, sosial, politik dan terutama ekonomi.55 Tujuan dari kebijakan ekonomi di antaranya: pertama, memaksimalisasikan tingkat pemanfaatan sumber daya ekonomi; kedua, meminimalisir kesenjangan distribusi; ketiga, pelaksanaan aturan oleh lembaga-lembaga ekonomi.56 Lalu bagaimanakah bentuk arah kebijakan ekonomi Islam dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan ekonomi umat dan menytabilisasikan perekonomian? Tugas utama pengambilan kebijakan ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan atau sasaran yang kemudian dapat digunakan untuk mempengaruhi arah perekonomian yang dapat dibedakan

54 Norashikin Ahmad dan Mohd Shukri Hanapi, ‚Maqasid Al- Syariah Thought in Mainstream Islamic Economics: A Review,‛ International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 8, no. 4 (2018): h 289. 55 Moh. Mufid Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori ke Aplikasi (Jakarta: Prenadamedia, 2016) h 165. 56 Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, h 78 66

menjadi 2 hal: pertama, kebijakan fiskal; kedua, kebijakan moneter. Dari dua kebijakan tersebut pemerintah setidaknya berupaya mewujudkan dalam:57 1. Keseimbangan anggaran dengan menyesuaikan penerimaan dan pengeluaran agar mencapai tingkat keseimbangan penuh terhadap perekonomian. 2. Dengan mempengaruhi tingkat pengeluaran masyarakat agar sesuai atau terjamin terciptanya kesempatan kerja penuh. Maka dengan demikian kontribusi ekonomi islam terhadap arah kebijakan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebijakan Fiskal dalam Islam Kebijakan fiskal (Policy Fiscal) adalah kebijakan ekonomi yang berorientasi dalam perekonomian yang seimbang atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan pengeluaran negara pada satu periode. Dalam perekonomian kebijakan fiskal berfungsi sebagai pengontrol penerimaan dan pengeluaran pemerintah atau alokasi, distribusi dan stabilisasi perekonomian, kebijakan fiskal mempunyai fungsi yang akan dicapai yaitu mempengaruhi jalannya perekonomian dengan belanja pemerintah.58 Dengan cara memperkecil pengeluaran dari anggaran konsumsi pemerintah, jumlah belanja pemerintah, dan jumlah anggaran defisit pemerintah dapat mempengaruhi pada tingkat pendapatan nasional (y) dan laju kesempatan kerja pada periode pemerintahan.59 Oleh karena itu, kebijakan merupakan proses partisipasi seluruh komponen pemangku kepentingan, baik itu eksekutif,

57 Sadono Sukrino, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan (Jakarta: Kencana, 2011) h 223. 58 Prathama Radharja dkk., Pengantar Teori Ekonomi Makro, h 269 59 Amiruddin Idris, Ekonomi Publik (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 152. 67

legislatif, pelaku usaha, ataupun masyarakat. Setiap kebijakan yang dirumuskan oleh kebijakan fiskal mengalami dua tantangan: pertama, keterampilan dalam mengarahkan dinamika perekonomian dalam upaya pencapaian pembangunan. Kedua, mendapat kepercayaan publik.60 Menurut Zhang et al. (2016), dan Benos (2009); Bleaney et al. (2001) dalam Coccia bahwa struktur pajak dan komposisi belanja publik negara mungkin merupakan faktor yang lebih penting bagi pertumbuhan ekonomi daripada total pajak atau total pengeluaran level dan setara dengan komposisi belanja publik .61 Kebijakan fiskal memiliki tujuan dalam sarana pembangunan ekonomi yang mengarahkan pada pertama, untuk meningkatkan laju pasar modal; kedua, mengoptimalisasikan para pembisnis untuk investasi modal usaha (star up); ketiga meningkatkan kesempatan kerja; keempat, meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global; kelima menanggulangi inflasi; keenam, meningkatkan dan mendistribusi pendapatan nasional untuk sektor pembangunan, pemberdayaan dan pemerataan.62 Upaya pemerintah untuk mendapatkan hasil pendapatan perlu merealisasikan kebijakan fiskal dari pemerintah untuk masyarakat untuk merangsang pajak pendapatan rumah tangga yang tinggi berakibat menurunnya pendapatan

60 Fithra Faisal dkk., Dinamika Kebijakan Fiskal Merespons Ketidakpastian Global (Jakarta: Gramedia, 2016) h XXI 61 Mario Coccia, ‚Optimization in R&D Intensity and Tax on Corporate Profits for Supporting Labor Productivity of Nations,‛ The Journal of Technology Transfer 43, no. 3 (Juni 2018): 792–814, https://doi.org/10.1007/s10961-017-9572-1. 62 Achmad Sani Alhusain dkk., Kebijakan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Pembangunan (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2018) h 17. Amiruddin Idris, Ekonomi Publik, 153. 68

yang dibelanjakan masyarakat serta menurunkan tingkat konsumsi masyarakat, mengurangi pengeluaran pemerintah sendiri sehingga dapat menciptakan kelebihan dana dalam (pendapatan lebih besar daripada pengeluaran).63 Instrumen kebijakan fiskal yang digunakan dalam ekonomi adalah pajak yang mengalokasikan pada sektor privat ke bagian publik. Penerapan pajak bagi pemerintah tersebut akan mengontrol daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektro privat. Oleh karena itu pajak menjadi sumber penerimaan strategis anggaran berimbang bagi negara.64 Hal ini karena pembelanjaan pemerintah pada sektor tertentu akan mendapatkan menerima penanaman modal yang lebih besar di sektor tersebut, sedangkan pajak yang tinggi akan mengatasi gairah pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan pada sektor, sehingga kesinambungan kebijakan fiskal dalam penerimaan pajak digunakan untuk menilai bagaimana kebijakan tersebut berangkat dari keberlanjutan untuk penerimaan yang digunakan dalam menggerakkan ekonomi dan mengukur penyesuaian fiskal yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi publik kembali ke jalur yang berkelanjutan.65 Para sarjana dan pembuat kebijakan (untuk tingkatan penekanan fiskal) tertarik pada apakah percampuran pajak yaitu distribusi pendapatan pajak keseluruhan di berbagai sumber pajak memiliki pengaruh terpisah pada kinerja

63 Sadono Sukrino, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, h 234. 64 Early Suandi, Perencanaan Pajak (Jakarta: Salemba Empat, 2006) h 1. 65 Heru Susetyo, Contestation Between State and Non-State Actor in Zakah Management in Indonesia, in Macroeconomic Policy and Islam Finance in Malaysia (2015), h 126. 69

pertumbuhan ekonomi. Menurut Donatella Baiardi et.al (2018) bahwa tekanan pajak secara keseluruhan adalah negatif dan ini masih berlaku antara beban pajak dan pertumbuhan ekonomi, sehingga mengurangi pajak akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pasokan dan permintaan tenaga kerja, serta dapat merangsang investasi. 66 Pandangan sistem ekonomi Islam pada dominasi kebijakan fiskal pemerintah terletak pada sektor riil ekonomi dengan cara menggunakan mekanisme fiskal zakat yang menjadi syarat utama dalam perekonomian riil.67 Ada beberapa instrumen fiskal dalam ekonomi seperti kharaj, jizyah, ushurs dll. salah satu yang memiliki potensi besar terhadap sistem fiskal yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber utama pendapatan negara, sehingga menjadi akhirnya akan meningkatkan ekonomi secara nasional.68 Sebagai perwujudan kebijakan fiskal zakat berfungsi baik sebagai alat untuk menghasilkan pendapatan dan alat pengeluaran yang kuat. Ia mampu menanamkan stabilitas ekonomi secara seluruhan dalam sistem ekonomi Islam. Zakat mengatur konsumsi di antara orang kaya tanpa meniadakan tabungan, mendorong permintaan agregat, selalu berinvestasi dan membuka jalan bagi pertumbuhan non- inflasi dalam pertumbuhan ekonomi. Zakat pada dasarnya adalah penstabilan bawaan otomatis dalam ekonomi Islam

66 Donatella Baiardi dkk., ‚Tax Policy and Economic Growth: Does It Really Matter?,‛ International Tax and Public Finance, 11 Mei 2018, h 1-35, https://doi.org/10.1007/s10797-018- 9494-3. 67 Nurul Huda dkk., Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah (Jakarta: Kencana, 2012) h 213-217. 68 Ira Eka Pratiwi, (A Non-Muslim Region in Indonesia), Qijis: Qudus Internasiona; Journal of Islamic Studies 6, No.1 (2018): h 70 70

dan sebagai poros kebijakan fiskal Islam, zakat mendorong pemanfaatan sumber daya produktif melalui pemberdayaan permintaan efektif fakta bahwa zakat merupakan transfer kekayaan dari orang kaya ke orang miskin, yang selalu memiliki kecenderungan mengonsumsi marginal yang lebih tinggi daripada orang kaya, maka kenaikan tingkat permintaan agregat bahwa di dalam pembayar zakat akan meningkatkan rasio tabungan mereka setelah alokasi intersektoral dari pemanfaatan sumber daya karena ekspansi dalam permintaan agregat.69 Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam diderivasikan pada ajaran Islam itu sendiri yang dieksposisikan dalam kebijakan Islam; pertama, Islam mengontrol pengeluaran yang tidak terkendali dalam negara, termasuk pengeluaran berlebih-lebihan (israf) negara yang dilarang secara keras baik dalam al-Quran dan sunah, larang ini berlaku baik individu maupun negara; kedua, kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam harus mampu menyerap anggaran dalam konstelasi sosio-ekonomi masyarakat.70 Menurut Faridi kendala kegiatan yang penting lainnya terhadap arah kebijakan perpajakan berasal dari sifat khas dari ekonomi dalam Islam. Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam yang dikandung dalam terminologi dan prinsip-prinsip Islam yang saat ini sedang populer di kalang ekonom dengan mengacu pada teori fiskal modern akan menjadi sia-sia dan merugikan diri-sendiri dan yang terpenting ialah memiliki visi yang jelas tentang tidak hanya basis nilai dari ekonomi Islam tetapi juga untuk menguraikan modus

69 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional dari Rezim UU No. 38 Tahun 1999 ke Rezim UU No.23 Tahun 2011 (Jakarta: Kencana, 2015) h 14-21. 70Mustafa Edwin Nasution dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h 236-237. 71

operandinya71. Tanpa upaya seperti itu kita bahkan sama dengan ekonomi lain dan menggambarkan ekonomi masyarakat Islam yang sebagai besar mirip dengan masyarakat yang tidak memiliki nilai dan keuntungan.72 Farid menuturkan pengumpulan zakat dan pengeluaran dapat dijadikan agen stabilisasi yang efektif dengan kurs tetap dan juga berfungsi penstabilan fiskal yang bebas dengan pemerintah sebagai pengelola karena sebagai pentransfer dan pengeluaran pemerintah yang lengkap.73 2. Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam Kebijakan moneter (monetery policy) adalah suatu entitas yang dipegang oleh wewenang moneter (bank sentral) untuk mengendalikan kuantitas uang, mengendalikan suku bunga, daya beli uang dan parameter lainnya pada suatu negara.74 Secara umum ada 2 isu fundamental ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan moneter: pertama, teori keynes menyerang pemisahan tradisional dari teori moneter dan teori nilai; kedua dia juga menekankan untuk permintaan dari uang sebagai aset untuk tujuan spekulasi sebagai alternatif dari aset yang lain untuk menghasilkan keuntungan.75 Otoritas moneter juga mengontrol arah perekonomian dengan mengontrol volume uang beredar terhadap peningkatan keseimbangan harga (kontrol inflasi),

71 Modus operandi adalah cara operasi orang perorang atau kelompok penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya. 72 F R Faridi, ‚Theory of Fiscal Policy in an Islamic State,‛ Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics., 1, no. 2 (1984): h 19. 73 Faridi, h 30. 74 Patta Rapanna dkk., Ekonomi Pembangunan (Makassar: CV Sah Media, 2017) h 120. 75 Iraj Touctounchin, Islamic Money and Banking: Integrating Money in Capital Theory (NY: John Wiley & Sons, 2013) h 120. 72

pemerintah bekerja sama dengan otoritas moneter untuk mengarahkan dengan kebijakan moneter setidaknya dapat mempertahankan harga, bahkan memberikan aturan tambahan atau mengurangi volume uang beredar untuk mempertahankan perekonomian, sekaligus mengendalikan harga-harga (inflasi), deflasi dan stagflasi.76 Arah mengambil kebijakan moneter konvensional dalam mengawasi dan mengendalikan beredar uang (monetary) di negara tersebut dibagi menjadi 2 jenis: pertama, kebijakan moneter ekspansif (Monetary Expansive Policy) yaitu kebijakan dengan mendorong meningkatkan peredaran uang untuk kegiatan ekonomi. Kedua, kebijakan monenter kontraktif (Monetary Contractive Policy) yaitu ditujukan untuk memperlambat jumlah uang yang beredar. kebijakan moneter yang aktif selalu memodifikasi efek dari guncangan variabel makro pada pertumbuhan output. Misalnya, dengan inflasi dan suku bunga pada tren positif, kebijakan moneter akan ekspansi yang terfokus pada stabilisasi ekonomi (Equilibrium Quantity), agar dapat menjaga tingkat bunga nominal jangka pendek di bawah tingkat inflasi yang diharapkan.77 Efektivitas kebijakan moneter tergantung pada hubungan antara yang beredar jumlah uang dengan variabel-variabel ekonomi utama.78 Sebagaimana motif uang terhadap perekonomian; pertama sebagai money demand for transaction. Kedua, money demand for precoutionary dan ketiga money for demand for

76 Prathama Rahardja dkk., Pengantar Teori Ekonomi Makro, h 269. 77 Muhammad Khan, ‘The Effects of Inflation on Economic Growth and on its Macroeconomic Determinants (Universite D’orleans, 2015) h 22. 78 Perry Warjiyo dkk., Kebijakan Moneter di Indonesia (Jakarta:PPSK, 2017) h 4. 73

speculation. Dengan kata lain, hubungan dari kebijakan moneter yang berhasil dalam menytabilisasikan kebijakan moneter adalah dengan menentukan target-target ekonomi, dan memilih instrumen untuk mencapainya serta mengendalikan variasi abnormal dalam perekonomian pada negara berkembang. Dalam ekonomi Islam pola anggaran aktual negara sama dengan kebijakan ekonomi pada umumnya, akan tetapi otoritas wewenang dalam menjalankan didasarkan pada prinsip syariah, Umar chapra berpendapat stabilitas dalam nilai uang harus diberikan prioritas tinggi dalam kerangka acuan Islam menekankan ketegasan pada kejujuran dan keadilan dalam semua urusan manusia dan karena dampak negatif dari inflasi pada keadilan sosial- ekonomi dan kesejahteraan umum.79 Mat Sari, Mirakhor dan Khairul Hafidzi dalam paradigma kebijakan moneter dalam ekonomi Islam berhubungan pada pembangunan kebijakan moneter yang berfungsi tanpa bunga dan didasarkan pada pengaturan bagi hasil. termasuk di dalam pengembangan standarisasi yang berdasarkan tingkat pengembalian riil yang bergerak menjauh dari tolok ukur berbasis bunga yang saat ini berlaku.80 Pandangan Hifzur Rab bahwa perekonomian yang membolehkan bunga (interest) tidak dapat mempertahankan kestabilan harga karena harus dapat menciptakan uang pada tingkat perekonomian untuk memungkinkan peminjam (debitor) menghapus pinjaman,

79 Umar Chapra, Monetery Policy in An Islamic Economy (Jeddah: Internasional Center for Reearch in Islamic Economics, 1983) h 10. 80 Norhanim Mat Sari, Abbas Mirakhor, and Khairul Hafidzi Mohd Subky, ‘Replacing the Interest Rate Mechanism in Monetary Policy: Case of Malaysia’, 2017, h 82, at: https://www.researchgate.net/publication/314121036. 74

oleh karena itu, mata uang akan terus terdepresi, sehingga kestabilitasan moneter dengan menggunakan sistem bunga tidak mungkin stabli. Uang riil yang terdepresiasi secara konsisten tidak dapat menguatkan karena masyarakat akan menolak untuk menerima jumlah (quantity) yang lebih kecil dari apa pun sebagai pengganti yang jumlah (quantity) lebih besar dari barang yang sama. Karena itu, sistem bunga dapat dipertahankan hanya dengan menegakkan mata uang seperti pada uang kertas.81 Stabilitas nilai mata uang dalam kebijakan moneter sangat penting dalam negara Islam. Inflasi menunjukan bahwa uang tidak dapat dijadikan tolak ukur keadilan. Hal tersebut realisasi uang sebagai standar yang kehilangan keadilan baik secara alat pembayaran dan sebagai nilai, justru membuat risiko daya beli pada uang akan merusak efisiensi sistem moneter dan membebankan biaya kesejahteraan pada masyarakat.82 Keseimbangan dalam ekonomi Islam senantiasa terjaga dengan grafik jumlah uang dan ekonomi riil yang stabil. Formulasi kebijakan ini dalam perekonomian Islam menggunakan sumber daya (emas) bukan sistem bunga, menurut Ariff dalam asyari bahwa ketidakadaan instrumen suku bunga tidak akan melumpuhkan kebijakan moneter dalam sistem ekonomi, karena suku bunga tidak lagi mampu menciptakan kestabilan. Kebijakan moneter ekonomi Islam diaktifkan dengan cara mengatur jumlah uang beredar, meskipun wilayah kebijakan moneter dalam Islam sedikit terbatas, bukan menggunakan instrumen sistem bunga tetapi netralisasi kecepatan perubahan-

81 Hifzur Rab, Economic Justice In Islam : Monetary Justice And The Way Out Of Interest (Riba), (Kuala Lumpur : A.S. Noordeen, 2006), h 163 82 Asyari Hasan, Penyederhanaan Mata Uang Dalam Axioma Ekonomi Islam (Stain Batu Sangka, 2014) h 149. 75

perubahan peredar uang.83 Kebijakan yang digunakan bank sentral mesti menghasilkan kerangka pertumbuhan dalam sirkulasi output sepanjang kurun menengah dan panjang dengan harga-harga yang stabil, agar dalam ekspansi otoritas sesuai dengan arah keinginan pemerintah untuk menghasilkan keseimbangan perekonomian negara. Untuk mengejawantahkan ajaran dalam sistem ekonomi Islam dilakukan dengan reformasi perekonomian sejalan dengan tipe-tipe syariah, sehingga praktik-praktik yang tidak berkesesuaian seperti memonopolistiskan dan menghapuskan kekakuan struktural dan menggalakkan semua faktor yang mampu meningkatkan kestabilan perekonomian suatu negara.84

1. Diskursus Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia a. Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam Investasi syariah di sektor keuangan global telah tumbuh secara signifikan lewat penawaran dan pengembangan invonasi produk yang tidak terbatas pada produksi berbasis syariah, dengan akad jual beli, akad penyertaan modal atau akad sewa tetapi juga dikembangkan replika produk konvensional yang memenuhi kriteria Islam. 85 Investment berakar dari kata invest bermakna menanam, dalam kamus Cambridge Dictionary kata invest (investasi/invesment) atau didefinisikan sebagai; to (اش امتر) dalam bahasa arab Ististma>r86

83 Asyari Hasan, Penyederhanaan Mata Uang Dalam Axioma Ekonomi Islam, h 118. 84 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, h 170 85 Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h 81. اِ ْنتِفاع , َح ق Al-Qamus Al Arabi, Ististmar diartikan Sebagai 86 ,yang Bermakna Hampir Sama Dengan Makna Usufruct اال ْنتِفاع Benefit Etc. 76 put money, effort, time, etc. into something to make a profit or get an advantage87: dalam kamus Webster’s New Collegiate kata tersebut diartikan sebagai to make use of for future benefits or advantages. Selanjutnya diartikan sebagai the outplay of money use for income, benefit or profit selanjutnya dapat disimpulkan bahwa Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset berupa benda atau dana, pada suatu yang diharapkan hasil pendapatan atau meningkatnya nilainya di masa yang akan datang.88 atau berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya,89 atau investasi juga bisa berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini. Dalam dunai ekonomi kegiatan investasi dibagi menjadi 2: pertama, investasi pada financial asset dan investasi pada real asset. Untuk financial asset dilakukan dipasar keuangan seperti pembelian Surat Utang Negara (SUN), Deposito, saham, obligasi dll. Sedangkan pada investasi real aset dilakukan dengan membeli aset-aset produktif berupa perdagangan tekstil, pendirian pabrik dll. Dalam memperoleh sumber dana untuk investasi ekonomi konvensional dapat diperoleh di antara aset-aset yang dimiliki, pinjaman dari pihak lain, dan tabungan. Jika diinvestasikan dana tersebut akan memberi harapan peningkatan konsumsi investor di masa depan, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor.90 Menurut Tandelilin keuntungan dari investasi

87 https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/invest, Diakses Selasa 18 Des. 18, 23.00pm. 88 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah: Life And General : Konsep Dan Sistem Operasional, 356. Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah Di Pasar Modal (Jakarta, Modal Publication, 2003), h 45. 89 Dede Rodin, ‚ Tafsir Ayat Ekonomi (Semarang :Karya Abadi Jaya, 2015), h 175 90 Eduardus Tandelilin, Portofolio Dan Investasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h 8 77 berupa kesejahteraan yang bersifat moneter bukan kesejahteraan rohaniah, karena ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilainya saat ini pada masa yang akan datang.91 Sedangkan investasi dalam konteks ekonomi Islam merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan dalam Islam bahkan benih dasarnya sudah ada di dalam al-Qur’an: (QS. al- Baqarah [2]: 261; QS. al-Nisa [4]: 9; QS. Yusuf [12]: 46-49; QS. Luqman [31]: 34 dan QS. al-Hasyr [59]: 18), oleh karena itu, investasi disebut sebagai penanaman dana atau penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip 92 syariah, baik objeknya maupun prosesnya disebut investasi dalam ekonomi Islam karena prinsip kegiatannya berupa penanaman dana atau penyertaan, yang keuntungannya diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi obyek pendanaan sesuai dengan nisbah bagi hasil (profit sharing) yang telah disepakati sebelumnya.93 konsep investasi dalam ekonomi Islam yang diwujudkan dalam bentuk non-financial yang berimplikasi terhadap bentuk kehidupan ekonomi yang kuat. Hal ini tercantum dalam al-Quran surah an-Nisa ayat 9:

َو ل يَ خ َش ٱلَّ ِري َن لَ ى تَ َس ُكى ْا ِم ن َخ ل فِ ِه م ُذ ِّزيَّ ة ِض َع فًا َخافُى ْا َعل َ ي ِه م فَ ل يَتَّقُى ْا ٱ َّّلل َ َو ل يَقُىلُى ْا قَ ى ال َس ِدي ًدا ٩

91 Eduardus Tandelilin, Portofolio Dan Investasi: Teori dan Aplikasi, h 3 92 Elif Pardiansyah, ‘Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis Dan Empiris’, Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017): h 337, Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920. 93 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Ed. Revisi (Jakarta: Azkia Publisher, 2009), h 233 78

‚Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar‛ (Q.S an-Nisa [4]: 9) Aktivitas Investasi memiliki dampak yang luas bagi perekonomian, secara prinsip Islam memberikan panduan dan batasan yang jelas dalam melakukan kegiatan investasi tersebut. Oleh karena itu agar prinsip ajaran Islam tertuang dalam investasi perlu memperhatikan dan memperhitungkan segala aspek sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan ajaran ekonomi dalam Islam. Prinsip-prinsip umum yang harus ada sebagai rambu-rambu berinvestasi dalam Islam seperti pelarangan perusahan yang produksi hal-hal yang dilarang seperti Riba94, Gharar95, Maisir (Gambling)96 dll. Keuangan

94 Riba sebuah keuntungan yang tidak habis atau keuntungan yang meningkatkan jumlah pokok tanpa ada usaha apa pun. Alam, Gupta, Bala menegaskan pandangan mereka bahwa batasan agama melarang riba cukup eksplisit dan tegas. Semua bentuk transaksi riba telah dilarang oleh al-quran (QS. Al-Baqarah : 275-276. QS. Ar- rum: 39. QS. An-nisa: 160-161. dan QS. Ali Imran: 130). Sistem ekonomi ajaran Islam berusaha mendorong pengusaha untuk menambah modal melalui perdagangan; hal itu secara eksplesit melarang bentuk perluasan modal melalui pinjaman (lending or borrowing). Ukuran tingkat riba tidak dibebankan dalam bentuk tidak material (immetarial), hal itu riba sangat dilarang. Sebab dalam Islam tidak ada biaya dalam pinjaman. Pelarangan riba dalam Islam sangat ketat adalah hasil interprestasi ajaran Islam dari kepedulian yang mendalam terhadap kesejahteraan moral, sosial dan ekonomi. Noripah Kamso, Investing In Islamic Funds A Practitioners Perspective, (Willy, 2013), h 36 95 Mustafa Al-Zarqa (1904-1998): memberi penafsiran bahwa gharar adalah penjualan barang yang mungkin keberadaan atau karakteristiknya tidak pasti, oleh karena itu sifat berisiko yang membuat transaksi perdagangan seperti perjudian.95 Mansuri 79

Islam mendorong kegiatan bisnis dan perdagangan untuk menghasilkan pendapatan yang adil dan sah, oleh karena itu selalu ada kedekatan hubungan antara aliran keuangan dan produktivitas. Esensial kepemilikan dari keuangan Islam tersebut berkontribusi terhadap arah yang memisahkan dari pontensial resiko yang dihasilkan kemampuan (Laverage Risk) dan kegiatan keuangan yang bersifat spekulasi. Tujuan larangan maisir ini untuk menjaga dan memelihara harta seorang muslim. Prinsip fundamental lain dari keuangan Islam adalah corak resiko dan pembagian hasil dari transaksi keuangan Islam, maka ciri khas pembagian hasil dan resiko mengklasifikasi transaksi gharar sebagai pola yang tidak teratur (irregular) mungkin valid atau batal (dapat merusak keabsahan). Ia menggambarkan transaksi yang tidak teratur ini (irregular) sebagai satu elemen (penawaran dan penerimaan) yang lengkap telah dilarang. Pendekatan mansuri didesain semua kontroversional tercemar gharar sebagai pola yang tidak teratur sampai ditetapkan valid atau batal. Maha-Hanaan Balala, Islamic Finance And Law: Theory And Practice In A Globalized World (London: I.B.Tauris & Co. Ltd., 2010), h 39 96 Maisir merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Peter Collins berpendapat bahwa definisi standar yang memaknai perjudian (gambling) ada 3 bentuk: pertama, dua atau lebih partisipan yang mempertaruhkan sesuatu yang bernilai (taruhan); kedua, adanya harapan yang besar dalam memenangkan nilai yang lebih besar (hadiah); dan ketiga, dimana yang menang dan kalah tergantung pada hasil pertandingan yang tidak diketahui oleh pihak (player) pada saat taruhan (hasil). Hussin, Ebrahimi dan Yusoff menambahkan elemen yang ada pada perjudian. (maisir/gambling) yang terdapat dalamnya yaitu elemen perusahaan yang memiliki kekuatan dalam penentuan keuntungan dengan spekulasi. Hussin Bin Salamon, Mansoureh Ebrahimi, And Kamaruzaman Yusoff, ‘Speculation: The Islamic Perspective; A Study On Al-Maisir (Gambling)’, Mediterranean Journal Of Social Sciences, 1 January 2015, h 374–78, Https://Doi.Org/10.5901/Mjss.2015.V6n1s1p371. 80 dalam Islam itu membutuhkan keterbukaan dan transparansi yang tinggi dari sistem keuangan lainnya.97 Pada umumnya tujuan investasi yaitu mendapatkan kapital gain tujuan dari investasi menurut Iyah hasil pada tujuan investasi bagi pembangunan ekonomi yang dapat memberikan manfaat:98 a. Investasi menjadi salah satu alternatif untuk memecahkan kesulitan modal untuk membangun pertumbuhan ekonomi. b. Industri yang dibangun dengan investasi akan berkontribusi memperbaiki sarana dan prasarana yang akan membantu pertumbuhan ekonomi c. Investasi membatu pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja serta menciptakan teknologi dan pengetahuan baru dalam industri d. Investasi akan membantu memperoleh devisa negara yang diperoleh dari hasil produksi industri. Sedangkan tujuan investasi menurut Kamaruddin Ahmad tujuan investasi:99 a. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang. b. Mengurangi inflasi: dalam melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau obyek lainnya, seseorang dapat menghindari diri agar kekayaan yang dimilikinya tidak merosot nilainya.

97 Adel Ahmed, ‚Global Financial Crisis: An Islamic Finance Perspective,‛ International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 3, no. 4 (November 23, 2010): h 306–20, https://doi.org/10.1108/17538391011093252. 98 Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, h 67 99 Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, h 97. dan Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah, h 134 81

c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang mau berinvestasi pada bidang investasi di pasar modal. Adapun fungsi permintaan investasi dalam Islam yaitu tidak mengaktivasikan riba (bunga) di dalam mekanisme investasi, sebagai gantinya maka keuangan dan investasi dilakukan dengan mekanisme bagi hasil karena fungsi permintaan investasi yaitu untuk meningkatkan atau mendorong pendapatan investor. Menurut Yosuf dan Majid (2007) membuktikan bahwa suku bunga tidak terhubung dengan baik pada pasar modal dengan saham-saham syariah. hal ini sejalan dengan prinsip ekonomi Islam bahwa riba (suku bunga) tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap volatilitas saham-saham dalam investasi syariah.100 Dengan mengeliminasikan tingkat bunga akan mendorong perusahaan meningkatkan investasi sampai pada tingkat di mana marginal product of investment menjadi sama.101 Ada beberapa penulis menggambarkan model yang menggantikan bunga dengan bagi hasil dalam level makro, menurut M. Fahmi Khan dalam tulisan A Simple Model of Income Determination Growth And Economic Development In The Perspective of an Interest-Free Economy menyatakan permintaan investasi (Investment Demand) ditentukan oleh tingkat keuntungan (expected profits) khan dalam asumsinya bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada:

100 M. Shabri Abd. Majid dan Rosylin Mohd. Yusof, “Long‐run Relationship between Islamic Stock Returns and Macroeconomic Variables: An Application of the Autoregressive Distributed Lag Model,” Humanomics 25, no. 2 (22 Mei 2009): 127– 41, https://doi.org/10.1108/08288660910964193. 101 Muhammad Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN) h 446-447 82 total laba yang diharapkan oleh perusahaan (enterprenuer) dan share in profit yang diklaim oleh pemiliki dana (investment fund). Pada tingkat ini, mungkin tidak ada perbedaan antara pengusaha dan perusahaan, sebab dihadapkan pada stok sumber daya manusia, dia menganggap bahwa setiap perusahaan mewakili sebuah perusahaan tunggal. oleh kerena itu tidak ada beda antara keuntungan dari perusahaan dan produktivitas dari pengusaha. karena kondisi persaingan dapat diasumsikan untuk memastikan bahwa probabilitas perusahaan disamakan atas semua perusahaan dalam perekonomian.102 Studi-studi melaporkan hubungan positif yang kuat antara permintaan investasi, penyediaan dana untuk investasi, dan rasio bagi hasil dapat ditentukan secara simultan. karena penyediaan modal tidak akan menjadi sebagai permintaan yang tidak terhingga atas modal (infinitely elastic) terhadap rasio bagi hasil yang konstan. Melebihi tingkat investasi tertentu, pemilik modal dapat meningkatkan rasio bagi hasil untuk menambah supply modal. Farooq (2007) menyatakan ekonomi Islam menganjurkan nilai-nilai kewirausahaan, produksi melalui integritas dan kerja keras pengusaha.103 Sebagaimana penjelasan di atas, investasi dalam perekonomian Islam ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat harapan keuntungan meningkat dan besar iuran ada aset-aset yang tidak termanfaatkan. Faktor utama lain yang ikut memengaruhi tingkah laku investasi dalam ekonomi Islam adalah ketidakberadaan dari suku bunga, tingkat bunga tidak

102 M. Fahmi Khan, A Simple Model of Income Determination Growth and Economic Development in The Perspective of An Interest-Free Economy, dalam M.A Mannan Financing Deveplment in Islam (Jeddah: Islamic Research and Training and Islamic Development Bank) h 88-90 103 Mohammad Omar Farooq, ‚Partnership, Equity-Financing and Islamic Finance: Whither Profit-Loss Sharing?,‛ Review of Islamic Economics (Special Issue), 11 (2007): 22. 83 masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan (opportinity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.104 Jika dilihat pada kurva investasi syariah di bawah ini:

GRAFIK 2.4 PENGARUH ZAKAT TERHADAP INVESTASI DI DALAM EKONOMI ISLAM

Gambar b Gambar a

Pada gambar a dan gambar b di atas menunjukkan perbedaan antara investasi yang digunakan dalam konsep ekonomi Islam dan ekonomi yang berlaku, konsep ekonomi tanpa bunga dalam investasi di mana x pada gambar b tingkat bunga dapat mengurangi/mengerem keinginan investasi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan investasi akan semakin tinggi. Elastisitas pada investasi terhadap tingkat bunga memiliki pengaruh perubahan terhadap tingkat investasi.

104 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 297. 84 elastis pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga, maka kebijakan-kebijakan dalam moneter makin efektif, sebab turunnya tingkat bunga akan menambah investasi yang cukup besar saat moneter. Sehingga hubungan antara tingkat bunga dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik, maksudnya makin rendah tingkat bunga, akan semakin besar tingkat investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan semakin kecil tingkat investasinya.105 Menurut Adiwarman keberadaan tingkat suku bunga (i) menyebabkan ketidakpastian dalam semua skema, dalam fungsi investasi di atas Y mempunyai sifat acak dalam keberadaan i karena ketidakpastian yang disebabkan oleh harapan investor.106 Suatu pertambahan pada pendapatan mendorong investasi lebih besar, di mana tingkat bunga (i) yang lebih akan menurunkan minat investasi karena bunga dalam pandangan investor sebagai biaya.107 Sedangkan pada gambar a pengganti dari biaya pengeluaran atau tingkat bunga dalam kajian ekonomi Islam terhadap tujuan investasi yaitu tingkat zakat yang dibayarkan atas dana tersebut, Zakat merupakan instrumen yang berfungsi untuk mendorong masyarakat atau investor untuk melakukan investasi, karena investasi merupakan variabel yang dibutuhkan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi.108 Karena dalam investasi pada perekonomian Islam ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat harapan akan tingkat keuntungan dan besar iuran pada aset-aset yang tidak

105 N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, Edisi 6 Terjem: Fitri Lizia dan Imam Numawan (Jakarta: Gelora Aksara Prathama, 2007) h 63-64. 106 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 298. 107 Heru Susanto, Cerdas Memilih Investasi (Jakarta: Gramedia, 2012) h 6-7. 108 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, h 224-225. Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 298. 85 termanfaatkan.109 Oleh karena itu tingkat keuntungan yang diharapkan bukan sebagai variabel kontrol, maka variabel yang dapat dipakai sebagai instrumen oleh otoritas muslim untuk mendorong investasi adalah tingkat biaya aset yang kurang atau tidak produktif. Variabel ini merupakan alternatif tingkat bunga biasa berlaku dalam negara non muslim penganut pasar bebas.110 b. Risiko-Risiko Dalam Investasi Dari Persepktif Ekonomi Islam Risiko investasi timbul karena adanya ketidakpastian atau rumor pada waktu dan besarnya hasil (return) yang akan diterima oleh investor. Dimana setiap investasi yang menghasilkan pengembalian yang tinggi juga disertai berbagai risiko. Suatu investasi memiliki risiko, berarti investasi tersebut tidak memberikan keuntungan yang pasti. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang akan diperoleh bersifat tidak pasti. Oleh karena itu, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tetapi dalam toeri portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari diharapakan. Seperti praktik day trading di pasar konvensional membuat kekhawatiran bagi ekonom Islam karena dalam perdagangan pasar saham bagi sentiment investor memungkinkan spekulatif yang mungkin mengandung transaksi-transaksi dilarang oleh ajaran Islam. Karena itu harus ada perencanaan untuk mengeliminasi unsur-unsur yang dilarang tersebut atau menekan perilaku yang tidak sesuai pada konsep bisnis dalam Islam. Sebab itu segala bentuk spekulasi baik itu sengaja maupun yang diambil dinyatakan Hara>m (tidak diizinkan) dalam fiqh muamalat. Konsep umum lain dari sentiment investor (kecenderungan

109 Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, h 224. 110 Ahmad Rodoni, Invetasi Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009) h 232. 86 spekulasi) bahwa investor sentimental lebih menghargai rumor dari pada fundamental.111 Ketika terjadi spekulasi sentiment investor pasar saham local mengalami penurunan. Mamuur et.al secara teoritis, investasi saham yang sesuai dengan Syariah tidak dapat memiliki koneksi signifikan jangka panjang dengan sentimen investor. Keuangan Islam harus bergantung pada fundamental, bukan pada rumor. Namun, jika sentimen investor memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks saham Syariah Islam, itu mungkin akan menutup gerbang untuk pasar modal Islam.112 Beberapa rencana telah disarankan ekonomi konvensional untuk mengurangi unsur spekulasi, perjudian dll. rencana ini seperti struktur pajak regulasi inventori institusional yang mempengaruhi pasar dan restriksi perubahan harga, sehingga tidak ada dealier yang diperkenankan atau menurunkan harga dengan cepat pada saham.113 pengembangan pasar modal berisiko sangat tergantung pada ketersediaan mekanisme keluar yang efektif karena perusahaan akan menghadapi risiko besar kehilangan investasi mereka. Ada pun secara emprik risiko investasi digolongkan di antara risiko dalam investasi sebagai berikut:114

111 Malcolm Baker, Jeffrey Wurgler, dan Yu Yuan, ‚Global, Local, and Contagious Investor Sentiment,‛ Journal of Financial Economics 104, no. 2 (Mei 2012): 272–87, https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2011.11.002. 112 Mamunur, M. Kabir, dan Ng Yuen, ‚Macroeconomics, Investor Sentiment, and Islamic Stock Price Index in Malaysia.Pdf.‛ 113 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), h 222-223 114 Abdul Halim, Analisis Investasi di Aset Keuangan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015) Cet.1, h 57. Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, 102-103. Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h 180-183 87

a. Interest risk Merupakan risiko terhadap akibat dari perubahan tingkat bunga ketika sensitivitas tingkat bunga akan berpengaruh terhadap aset dan liabiliti perusahaan, hal ini berdampak 2 hal reflektif aliran (gap informasi) dan saham (berpengaruh terhadap nilai saham).115 oleh karena itu Islam tidak memberikan ruang bagi perekonomian dengan system bunga, umar chapra berpendapat bahwa bunga tidak akan tersedia dalam sebuah perekonomian Islam, sehingga perusahaan atau orang hanya memeegang dana likuid mengadapi pilihan tidak mau terlibat dengan risiko atau tetap memegang uangnya dalam bentuk cas tanpa memdapatkan keuntungan atau turut berbagi risiko.116 b. Market risk merupakan risiko yang didapatkan karena kondisi fundamental makroekonomi negara yang berubah-rubah yang dipengaruhi oleh resesi perdagangan dan kondisi perekonomian negara- negara lain. menurut pandji dan Pakarti risiko pasar diakibat menurunya harga pasar subtansial hampir keseluruhan saham maupun saham-saham tertentu, akibat dari perubahan tingkat makroekonomi (inflasi, kurs, JUB dll), keuangan Negara, perubahan manajemen perusahaan atau atas dasar kebijakan pemerintah.117 c. Inflation risk merupakan yang akan ditimbulkan menyebabkan menurunnya total return investasi.

115 H. Kent Baker, Greg Filbeck, Investment Risk Management (Oxford University Press, 2015), h 311 116 Muhammad Umer Chapra, Sistem Moneter Islam h 135. 117 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama h 178. Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Rineka, 2006) h 78. 88

Hasil yang diterima dari investasi tidak dapat menutupi kehilangan karena menurunnya daya beli. Hal ini memperhitungkan kemampuan uang, menurut Ismath dan Abbas berpendapat risiko inflasi mengacu pada risiko yang timbul dari daya beli yang diakibatkan oleh inflasi. d. Business risk merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitablitas perusahaan. Brian Kettell menuturkan bahwa dalam risiko bisnis keuangan Isalm didasarkan pada keyakinan bahwa penyediaan modal dan penggunaan modal harus sama-sama menanggung atau berbagi risiko usaha bisnis.118 e. Liquidity risk, risiko ini terkait pada kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. f. Currency risk merupakan risiko yang ditimbulkan akibat pengaruh perubahan nilai mata uang antar negara lain. Pada umumnya, melakukan Perdagangan melalui transaksi bisnis denga mata uang asing biasanya akan menghadapi masalah gejolak perubahan mata uang tersebut. Karena investasi merupakan pemilihan terhadap perimbangan antara risk and return yang terkait pada sebuah ojek, maka investor perlu memperhatikan hal yang tersebut dengan baik, oleh karenanya besar kecil expeted return investment sangat dipengaruhi oleh perubahan- perubahan yang sumbernya diluar investasi. Kendati ekonomi Islam memandang positif tentang risiko, namun ekonomi Islam atau aplikasi turunnya belum memiliki konsepsi risiko yang komprehensif. Risiko usaha

118 Brian Kettell, Frequently Asked Questions in Islamic Finance (UK: John Wiley and Sons Ltd, 2010) 89

dikaitkan dengan konsep keadilan di mana setiap hasil keuntungan usaha harus dihasilkan dari keterlibatan dalam menghadapi risiko usaha.119 Pentingnya memehami berbagai risiko dalam investasi adalah untuk menghindari atau mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya kerugian dalam investasi.

2. Dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah Perspektif Makroekonomi Klaim bahwa variabel makroekonomi mempengaruhi perilaku pasar saham dalam berinvestasi adalah teori yang mapan dalam literatur ekonomi keuangan. lebih dari beberapa dekade terakhir, interaksi antara pasar modal dan variabel makroekonomi telah menjadi perhatian khusus bagi kebijakan pemerintah dan akademisi. Othman, Chu, Ghauri dkk, literatur keuangan menunjukkan bahwa fluktuasi harga unit pasar tidak dapat disangkal konsekuensinya dari perubahan- perubahan yang terjadi dalam variabel makroekonomi.120 Menurut Miskhin (2013) bahwa harga saham dan aset keuangan lainnya merupakan aspek penting dari dinamika kegiatan ekonomi yang memainkan peran vital dalam ekonomi nasional dari suasana sosial dan digunakan sebagai indikator utama kegiatan ekonomi riil. Naiknya harga saham, misalnya, cenderung dikaitkan dengan peningkatan investasi bisnis dan sebaliknya. Pasar saham juga merupakan faktor penting dalam keputusan bisnis karena harga saham mempengaruhi jumlah dana yang dapat dinaikkan dengan

119 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank h 105 120 Anwar Hasan Abdullah Othman, Hasanuddeen Abdul Aziz, dan Salina Kassim, ‚Identification of Macroeconomic Determinants for Diversification and Investment Strategy for Islamic Unit Trust Funds in Malaysia,‛ International Journal of Emerging Markets 13, no. 4 (17 September 2018): 653–75, https://doi.org/10.1108/IJoEM-03-2017-0074. 90 menjual saham yang baru dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran investasi.121 Berdasarkan pada teori ekonomi, investasi berarti pembelian (produksi) dari capital (modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang). Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu komponen dari PDB = C + I + G + (X-M).122 Teori ekonomi mengatakan bahwa investasi (I) merupakan fungsi dari pendapatan (Y). Peristiwa di mana investasi tidak sejalan dengan laju pertumbuhan PDB didapatkan pada saat terjadinya resesi dalam sirkulasi ekonomi juga didalam perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Jika nilai PDB tetap tinggi dan suku bunga juga tinggi keadaan ini dapat mengurangi investasi.123 Ketentuan pasar modal dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam bermuamalat harus diperhatikan oleh para investasi di pasar modal syariah, paradigma ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan dengan nilai-nilai, norma, aturan dan institusi berbeda dengan pemahaman sistematik yang berorientasi dengan pertimbangan diatur dalam tatanan ekonomi Islam. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem ekonomi yang berlaku karena hal-hal berikut:124

121 Mishkin, F.S. The Economics of Money, Banking and Financial Markets (10thed.). (Edinburgh: Pearson Education Limited Mody, 2013) h 46 122 Selain dari definisi yang telah dipaparkan, investasi juga dapat diartikan sebagai komponen pengeluaran agregat kedua sesudah konsumsi. Investasi bersumber dari dana masyarakat yang ditabung melalui lembaga keuangan untuk kemudian disalurkan kepada perusahaan-perusahaan. Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah (Bandung: Alfabet, 2010) h 29. 123 Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, h 294. 124 Mehmet Asutay, ‚A Political Economy Approach to Islamic Economics- Systemic Understanding for an Alternative 91

1. Fondasi, prinsip operasional dan tujuan berbeda; 2. Konsep dan teori berbeda. 3. Sumber-sumber epistemologis berbeda, seperti pandangan dunia Islam berdasarkan al-Qur'an, yaitu pengetahuan yang diungkapkan; 4. Konsep dasar dalam al-Qur'an tidak terbuka untuk perubahan makna. Dalam segi makroekonomi, perlu ditelaah apakah pergerakan saham disebabkan oleh kondisi makro secara objektif, rumor ataukah isu yang sengaja dilemparkan oleh pihak tertentu? Berdasarkan sudut pandang tersebut, bisa jadi perusahaan yang tampaknya, dapat diterima secara syariah, bukan berarti dogma ajaran Islam ini akan membelenggu investor dan manajer investasi. Justru pelaku pasar modal yang syariah dapat berinvestasi dengan nyaman dan tanpa beban jika memahami konsep Islam dengan baik.125 Fama (1970, 1990, 1990)126 telah mendokumentasikan hubungan antara pasar saham dan aktivitas fundamental ekonomi pada Negara Amerika telah dianalisis dengan baik.

Economic System.pdf,‛ Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies 1, no. 2 (2007): h 5-6. 125 Muhammad Syakir Sula, Asuransi syariah: life and general : konsep dan sistem operasional h 369. 126 Eugene F Fama, “Stock Returns, Real Activity, Inflation, and Money,” The American Economic Review 71, no. 04 (September 1981): 22; Eugene F. Fama, “Stock Returns, Expected Returns, and Real Activity,” The Journal of Finance 45, no. 4 (September 1990): 1089–1108, https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1990.tb02428.x; Eugene F. Fama, “Efficient Capital Markets: II,” The Journal of Finance 46, no. 5 (Desember 1991): 1575–1617, https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1991.tb04636.x. Chung S. Kwon dan Tai S. Shin, ‚Cointegration and Causality between Macroeconomic Variables and Stock Market Returns,‛ Global Finance Journal 10, no. 1 (Maret 1999): 71–81, https://doi.org/10.1016/S1044-0283(99)00006-X. 92

Kwon dan Shin menjelaskan hal yang sama pada kondisi ekonomi memberikan dampak pada fluktuasi pasar saham, kondisi ketidakstabilan ini membangun ketidakpastian bagi banyak pihak. Interaksi antara pasar saham dan variabel ekonomi makro telah menjadi fokus utama dalam penelitian antara akademisi dan praktisi.127 Sejauh ini, terdapat beberapa variabel makro yang terbukti berpengaruh terhadap pasar modal syariah. Menurut Majid dan Roslin mengungkapkan pengaruh pasar modal syariah di Malaysia terhadap variabel makroeknomi pada variabel kurs, jumlah uang beredar (M3), treasury Bill rate (TBR) dan federal fund rate (FFR) dalam hubungan jangka panjang sangat efektif menjadi target yang tepat bagi pemerintah untuk fokus dalam menstabilkan pasar saham syariah dan untuk mendorong lebih banyak aliran modal ke pasar. ketika suku bunga treasury Bill rate (TBR) dan federal fund rate (FFR) meningkat dalam negeri justru investor Muslim akan membeli lebih banyak saham sesuai Syariah; sehingga meningkatkan harga saham syariah.128 Searah dengan Hassan and Azrul juga menunjukan variabel makroekonomi pada tingkat inflasi, pertumbuhan uang, suku bunga, produksi industri, cadangan mata uang asing, nilai tukar, dan kebijakan moneter memiliki hubungan positif dengan Indeks Syariah di Malaysia.129 Hal yang sama juga terjadi di pasar modal syariah di Indoneisa, Ardana (2016) melihat pengaruh jangka panjang

127 Mohd Yahya Mohd Hussin dkk., ‚Macroeconomic Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis‛ 3, no. 4 (2012): 13; Kwon dan Shin, ‚Cointegration and Causality between Macroeconomic Variables and Stock Market Returns.‛ 128 Shabri Abd. Majid dan Yusof, “Long‐run Relationship between Islamic Stock Returns and Macroeconomic Variables,” 139. 129 Hussin dkk., ‚Macroeconomic Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis.‛ 93 dan jangka pendek yang ada pada variabel makroekonomi terhadap indeks saham syariah Indonesia, bahwa cointegrasi tidak ada pada jangka pendek antara variabel suku bunga BI pada ISSI, namun dikoreksi hubungan pada jangka panjang sehingga hubungan antara suku bunga BI pada ISSI adalah negatif. Hubungan jangka pendek antar variabel tukar rupiah dan ISSI adalah positif, namun dikoreksi hubungan jangka panjang antara nilai tukar rupiah dan ISSI adalah negatif. Sedangkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel inflasi dan ISSI tidak adanya pengaruh. Namun teridentifikasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara SBIS dan ISSI. Dan tidak ada pengaruh antara minyak dunia dan ISSI baik itu jangka pendek sedangkan pada jangka panjang memiliki pengaruh minyak dunia dan ISSI adalah positif.130 Rachmawati dan Laila (2015) ssmenutur bahwa variabel makroekonomi dari tingkat inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah secara simultan sangat berpengaruh terhadap indek saham syariah indonesia.131 Saat ini banyak negera-negara berkembang melakukan peremajaan kebijakan yang bertujuan meningkatkan investasi, hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegaitan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan produksi dalam negeri. Melihat dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah di beberapa negara termasuk di Indonesia terhadap stabilitas makroekonomi masih ada beberapa studi empiris yang menguji ketahanan keuangan Islam untuk menghadapi problem krisis keuangan. Menurut Khan (1985), Kia dan

130 Ardana, ‚Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia.‛ 131 Martien Rachmawati dan Nisful Laila, “Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia (Bei),” Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 2, no. 11 (2015): 15. 94

Darrat (2003) dan Abduh, Omar and Duasa (2011) dalam Bakri Abdul Karim,W.S Leea, Zulkefly dan Jais menemukan dalam penelitian mereka bahwa sistem keuangan Islam lebih stabil untuk menghadapi krisis keuangan daripada sistem keuangan konvensional dengan faktor-faktor makroekonomi karena berbagi keuntungan dan kerugian dalam instrumen keuangan Islam tersebut.132 Secara umum perkembangan pasar modal (syariah atau konvensional) telah berpengaruh terhadap pertumbuhan nasional, hal ini karena pentingnya peran pasar modal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Belakangan pasar modal dapat dijadikan tolak ukur pada indikator dari ekonomi makro, naik turunnya indeks suatu bursa dapat dibaca sebagaimana halnya cermin dinamika ekonomi nasional. Bila orang menilai keadaan ekonomi secara nasional, maka dia dapat melihat juga perkembangan indeks harga saham, di samping juga angka inflasi, neraca transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi dll. Dengan demikian pasar modal sangat dipengaruhi oleh situasi variabel makro ekonomi. Secara umum, pasar modal sangat dipengaruhi oleh situasi variabel makroekonomi. Secara logika pun, kausalitas pasar modal ternyata berkorelasi kuat karena sirkulasi yang berputar pada sistem makro ekonomi dapat memberikan efek terhadap turun naiknya pasar modal.133 Jika variabel-variabel ekonomi makro ini berpengaruh signifikan dan secara konsisten terhadap hasil pasar saham syariah, oleh karena itu mereka harus dikointegrasi. Berbagai metodologi peneliti digunakan untuk menguji dan memperhatikan kausalitas antara variabel

132 Bakri Abdul Karim dkk., ‚The Impact of Subprime Mortgage Crisis on Islamic Banking and Islamic Stock Market,‛ Procedia - Social and Behavioral Sciences 65 (Desember 2012): h 73, https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.182. 133 Sawidji Widioatmodjo, Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks Indonesia (Jakarta: Kompas Gramedia, 2015) cet. 1, h 11. 95 ekonomi makro dan pengembalian pasar saham dengan analisis yang tepat. Setiap variabel ekonomi makro memiliki dampak teoretis dan empiris pada pasar saham. Perubahan arah kebijakan moneter berdampak pada pasar saham.

1. Faktor-Faktor Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Investasi Di Pasar Modal Indonesia. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan pasar modal mengalami fase-fase yang memungkinkan nilai pada indeks saham bisa naik dan turun akibat dari variabel makroekonomi, faktor tersebut secara langsung dapat menyebabkan kinerja pasar modal terganggung di antaranya:

a. Inflasi (Inflation) Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa salah satu tujuan dalam perekonomian yaitu memelihara tingkat harga-harga yang relatif stabil. Namun, akhir-akhir ini kita mendapatkan pemberitaan seperti ketidakstabilan harga atau disebut dengan inflasi (inflation), secara umum inflasi sesuatu fenomena/gejala nasional dengan mengetahui kenaikan volume tingkat harga yang berkesinambungan. Menurut teori Keynes kenaikan harga tersebut terjadi karena masyarakat hidup dengan pola outside thresholds diluar dari kemampuannya. Harry g Johnson (1977) berpandangan yang sama mendefinisikan inflasi sesuatu kenaikan nilai dari harga yang berkelanjutan. Yang bukan naik dikarenakan satu atau dua barang.134 Isyarat yang ditimbulkan akibat inflasi menyita perhatian secara keseluruhan dalam kegiatan perekonomian, pada saat masa inflasi masyarakat enggan menabung dan juga tidak menggunakan uang tunai

134 D.N. Dwivedi, Macroeconomics: Theory and Policy (Mcgraw-Hill Education (India) Ltd, 2010), ed. 3, h 390. 96

(Cash), sebab nilai uang riil135 terus merosot, orang-orang kaya cenderung menyimpan uangnya dengan barang. Maka menciptakan dorongan kegiatan spekulasi perdagangan yang berefek kepada terciptanya inflasi. Bagi kalangan investor di pasar modal naiknya inflasi secara relatif merupakan sinyal buruk, bagi industri pendapatan dan biaya perusahaan akan meningkatkan indeks biaya produksi lebih tinggi daripada peningkatan harga yang dinikmati perusahaan maka profitabilitas industri kemungkinan merosot sehingga daya saing akan meningkat.136 Dalam ekonomi Islam inflasi terjadi disebabkan akibat dari perbuatan manusia yang merusak alam, secara makroekonomi apabila terjadi inflasi, maka dalam ekonomi Islam peran pemerintah diperbolehkan untuk melakukan intervensi harga (bukan menetapkan harga) tetapi bertujuan menstabilkan artinya bagaimana pemerintah mendorong harga sesuai dengan kemampuan masyarakat, sedangkan menurut ekonomi kapitalis dengan melakukan intervensi harga hanya sebagai sarana untuk dapat menguasai komoditi atau memaksakan suatu kepentingan, artinya ada tujuan pribadi bukan untuk kemaslahatan masyarakat.137 Hal sebagaimana yang dinyatakan ibnu khaldun bahwa inflasi terjadi karena dua hal: akibat berkurangnya jumlah barang dan kesalahan

135 Nilai yang diukur pada jumlah barang dan jasa yang dapat ditukar dengan uang itu. Jika uang Rp1.000,00 dapat ditukar dengan satu gelas minuman teh, maka dapat dikatakan bahwa nilai riil uang Rp1.000,00 adalah segelas minuman teh. 136 Martien Rachmawati And Nisful Laila, ‚Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) 1)‛ 2, No. 11 (2015): h 15. 137 Zulfikar MS, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi Dan Bisnis Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 2014), Cet. 1, h 28 97

manusia (Human Error).138 Rafiq al-Masri dalam Karim, menurut para ekonom Islam inflasi sangat buruk karena mengakibatkan gangguan pada fungsi uang sebagai penyimpan nilai, menimbulkan sifat konsumtif dan mengarahkan investasi pada non-produktif seperti tanah, bangunan, logam dll.139 Inflasi tinggi akan dapat menjatuh harga saham di pasar, begitu pula sebaliknya, sehingga membuat harga saham bergerak dengan lamban. Dibandingkan dengan studi empiris dengan beberapa penelitian pengaruh tingkat inflasi dengan pasar modal tidak memiliki pengaruh yang singnifikan hal ini menurut Jatiningsih (2007), Nugroho (2008), Pratikno (2009), dalam Adisetiawan (2011).140 Berbeda halnya dengan Choundory dalam investigasi bahwa inflasi dan pasar modal memiliki pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek, Hasil signifikan ini disajikan mungkin menunjukkan positif hubungan antara pengembalian saham dan inflasi.141 Menurut teori Litner dalam Choundory menyatakan bahwa ada korelasi negative terjadi pengembalian saham

138 Zulfikar, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi dan Bisnis Masa Depan, h 45. 139 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Rajagrafindo, 2008) h 138. 140 Oksiana Jatiningsih, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG di BEJ, Jurnal Aplikasi Manajemen, 5(1):18-25. R Adisetiawan, ‚Kausalitas Ekonomi Makro Dan Global Terhadap Pasar Modal Indonesia,‛ Ekonomis : Journal of Economics and Business 2, no. 1 (March 23, 2018): 66, https://doi.org/10.33087/ekonomis.v2i1.32. 141 Taufiq Choudhry, “Inflation and Rates of Return on Stocks: Evidence from High Inflation Countries,” Journal of International Financial Markets, Institutions and Money 11, no. 1 (Maret 2001): 75–96, https://doi.org/10.1016/S1042-4431(00)00037- 8. 98

dan inflasi. Lebih lanjut investigasi penelitian menyatakan bahwa efek negatif yang signifikan dari inflasi saat ini dan satu-periode tertinggal inflasi, pada hasil nyata ditemukan pengaruh terhadap market share. Pada teori Lintner berfokus pada dampak dinamis dan finansial dari perubahan tingkat inflasi pada pengembalian saham.142 Hal ini juga searah dengan Hussin dkk juga menginvestigasi variabel makroekonomi inflasi dan harga saham syariah memiliki hubungan positif.143 Sakti dan Harun menyatakan hubungan antara tingkat inflasi (CPI) dan harga saham syariah adalah asosiasi negatif. Inovasi dalam pasar modal syariah mempengaruhi inflasi secara negatif baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, yang menegaskan bahwa pergerakan harga saham menandakan revisi negatif dalam ekspektasi inflasi.144

b. Kurs Mata Uang (Exchange Rate) Nilai kurs mata uang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut pada pelbagai variabel ekonomi, sosial dan politik. Secara teoritis, nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh hukum pasar artinya nilai mata uang tertentu berfluktuasi apabila dikonversikan kepada nilai mata uang negara berbeda yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap mata uang terhadap

142 Choudhry. Lintner, J., 1975. Inflation and security returns. J. Finance 30, 259–280. 143 Hussin dkk., ‚Macroeconomic Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis.‛ 144 Muhammad Rizky Prima Sakti dan MD. Yousuf Harun, ‚Relationship between Islamic Stock Prices and Macroeconomic Variables: Evidence from Jakarta Stock Exchange Islamic Index,‛ Global Review of Islamic Economics and Business 1, no. 1 (4 Mei 2015): 071, https://doi.org/10.14421/grieb.2013.011-06. 99

pasar internasional.145 Dengan demikian kurs mata uang merupakan mengalihkan nilai mata uang dengan mata uang lainnya untuk membayar barang atau jasa dalam melakukan transaksi suatu negara. Dalam hal ini setiap peran pemerintah (otoritas moneter) mempunyai kewenangan untuk mengintervensi atau turut andil dalam perdagangan mata uang dengan tujuan untuk menstabilkan nilai mata uang negara masing-masing. Ada salah satu teori paling umum digunakan ekonom konvensional dalam menentukan nilai tukar mata uang adalah teori purching power party (teori paritas daya beli) apabila nilai mata uang yang ditukarkan yang disesuaikan dalam pasar, kemungkinan cenderung pada suatu kondisi ekulibrium apabila pursching power (daya beli) suatu negara ekuivalen dengan negara lain.146 Pada sudut pandangan Islam, Malkawi berpendapat bahwa nilai tukar suatu mata uang (sharf) yang dibolehkan; pertama: pertukaran itu sama nilai dari barang; kedua, pertukaran antar mata uang dilakukan pada suatu peristiwa yang sama.147 Hal ini didasarkan pada sabda Nabi:148

145 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional (Yogyakarta: Kanisius, 2002), Cet.1,h 163 146 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional,164- 165. Grisvia Agustin, ‘Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat’, Jurnal Studi Ekonomi dan Pembanguanan (JSEP) 1, no. 1 (2009): h 2. 147 Mohammad Malkawi, Fall Of Capitalism And Rise Of Islam (US: Xlibris, 2010), Ed. 1, h 65 148 Abi al-Fadl al-Asyd 'Abu> al-Maa>’thi> al-Nuwri>, al- Musanad al-Jami’ al-mu’alal (Tunis: Dar al-Gharbi> al-Islami>,) Jus. 6, h 144 100

َع ْنْْ أيبْصاحلْ,ْ َع ْنْْ َأِبْْ َس ِعي دْْالْ ُخ ْد ِر ِّىْْ,ْ َأ نْْ َرُسو َلْْا ِّْللْ,ْ-ْصىلْهللاْعليهْ وسملْ-ْْقَا َلْ:ْ َلْْتَِبي ُعواْا ذل َه َبِِْْب ذل َه ِبْْو َلْْالْو ِر َقِِْْبلْو ِر ِقْْالْ ْوْز انِْْبوْز نْْ ِمثْ الِْْب ِم ْث لْْسواءْْ َ َ َ ِ َ َ َ َ ا بِ َس َوا ءْ.ْ ‚Janganlah jualbeli emas dengan emas dan janganlah jualbeli perak dengan perak kecuali setara, seimbang, harus sama‛. Nilai tukar uang (kurs) adalah sistem yang digunakan untuk pembentukan harga mata uang rupiah ke mata uang asing. dalam perkembangannya kurs memiliki berbagai macam bentuk sistem namun paling banyak digunakan negara adalah sistem kurs mengembang (floating exhange rate system), dalam sistem ini, nilai tukar uang ditetapkan pada permintaan dan penawaran valuta asing. Menurut Freidman lebih praktis negara untuk mengembangkan nilai mata uangnya dari pada mematok (fixed system) pada harga tertentu.149 Berdasarkan teori interest rate parity dan teori portofolio adjustmen menyatakan bahwa perubahan kurs akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Ekspektasi meningkatnya nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing akan mendorong peningkatan harga saham sehingga investor merasa lebih menguntungkan berinvestasi di domestik dari pada di luar negeri. Studi Empiris antara nilai tukar uang dengan pasar modal syariah saling berhubungan secara positif ataupun negatif pada perubahan harga saham di pasar modal syariah. Tandelilin (2010) menyatakan bahwa menguatnya nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi pasar modal, hal yang sama juga

149 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional h 167. 101

sebaliknya.150 Masrizal et.al menemukan bahwa tingkat inflasi tidak signifikan mempengaruhi pasar modal syarih (Jakarta Islamic Index) sehingga tingkat inflasi tidak mempengaruhi keputusan investor di Indonesia untuk menginvestasi saham.151 Maduro (2008) dalam Hussin et.al menemukan bahwa nilai tukar mata uang sangat responsif terhadap perubahan pasar saham dan investasi portofolio global. Oleh karena itu, disarankan, perlu untuk mengevaluasi hubungan antara harga saham dan nilai tukar karena hasilnya akan dapat membawa dampak pada kebijakan moneter dan fiskal.152 hal yang sama pendapat Gumilia et.al yang dilakukan penelitian pada Jakarta Composite Index (JCI) terhadap kurs menemukan pada nilai tukar uang (currency) terhadap JCI memiliki kausalitas dengan nilai negatif secara signifikan.153 kestabilan kurs akan diperoleh jika tidak terjadi spekulasi yang labil (destabilizing speculation), kondisi ini akan menyababkan penurunan daya beli harga saham dan berakibat buruk pada neraca perdagangan.154 semisal

150 Edaurdus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi h 213. 151Masrizal, M Ubaidillah Al Mustofa, dan S Herianingrum, “Macroeconomic Determinants of Jakarta Islamic Index,” KnE Social Sciences 3, no. 13 (31 Maret 2019): 510, https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4227. 152 Mohd Yahya Mohd Hussin dkk., “The Relationship between Oil Price, Exchange Rate and Islamic Stock Market in Malaysia,” Research Journal of Finance and Accounting 3, no. 5 (2012): 11. 153 Reshinta Candra Gumilang dan R Rustam Hidayat, ‚Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan,‛ Jurnal Administrasi Bisnis 14, no. 02 (September 2014): 9. 154 Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh dan Hilman Fauzi ‚The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study 102

dengan pernyataan Bahmani-Oskooee dan Sujata (2016) bahwa perubahan pada nilai mata uang memiliki efek asimetri pada harga saham.155

c. Tingkat Suku Bunga (Interest rate) Bunga (interest rate) dalam konteks ekonomi konvensional yaitu harga yang harus dibayarkan oleh seseorang dalam menggunakan sejumlah uang selama jangka waktu tertentu atau biaya atas balasan jasa yang diperoleh peminjam. Tujuan untuk menyesuaikan dengan bunga pinjaman dan tabungan.156 Pada konteks makroekonomi bunga berfungsi untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, otoritas moneter sebagai pengawas meraka mencangangkan rumusan untuk menstabilisasikan harga mengendalikan uang beredar (M2) dengan suku bunga acuan untuk dapat mendukung tercapainya tujuan kestabilan nilai uang, jika tidak stabil akan menyebabkan aktivitas ekonomi akan menjadi lesu.157 Dalam Islam bunga (interest/usury) termasuk yang dilarang karena memiliki dampak negatif, syafii menilai dampak bunga bagi perekonomian sebagai dampak inflationry yang disebabkan oleh tingkat suku bunga, hal ini karena adanya penentuan harga dari tingkat suku bunga. Dalam dampak sosial bunga merupakan

Between In Indonesia And Malaysia‛ Bulletin of Monetary, Economics and Banking, April 2013: 377-416 155 Mohsen Bahmani-Oskooee dan Sujata Saha, “Do Exchange Rate Changes Have Symmetric or Asymmetric Effects on Stock Prices?,” Global Finance Journal 31 (November 2016): 57– 72, https://doi.org/10.1016/j.gfj.2016.06.005. 156 T. Gilarso, Sj., Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, H 221 157 Bustari Muktar, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta: Kencana, 2016), Cet.1, h 14 103

ketidakadilan dalam memperoleh pendapatan.158 Chaudhry berpendapat sistem bunga juga menghalangi investasi modal dari perusahaan karena tidak mampu menghasilkan laba yang sama atau lebih dari suku bunga yang sedang berjalan, dampak lain dari sistem bunga pada utang dapat memperparah DSR (debit-service ratio) negera-negara debitor dan dengan melihat dampak terhadap makroekonomi bunga akan menghalangi pembangunan ekonomi negara miskin, melainkan juga menimbulkan transfer sumber daya dari negara miskin ke negara kaya.159 Sejauh ini, studi Empiris suku bunga dan pasar modal syariah terhadap iklim investasi menjadi hal yang menarik untuk dikaji, dengan perbedaan prinsip antara keuangan Islam dengan penerapan suku bunga di suatu negara yang berefek pada tingkat harga saham di pasar modal. Menurut Maghayereh (2003), Menike (2006), Kuwomu dan Victor (2011), Hussin et al. (2012) dalam Beik (2015) bahwa tingkat suku bunga berefek negatif terhadap harga saham. Karena perilaku investor cenderung menginvestasikan selain dalam bentuk saham, sehingga harga saham menjadi turun.160 Namun berbeda dengan yang Yosuf dan Majid

158 Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, h 67 159 M. Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar (Jakarta: Kencana, 2016), h 236 160 Irfan Syauqi Beik and Sri Wulan Fatmawati, ‚Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah Internasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index,‛ Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 6, No. 2 (March 13, 2015), Https://Doi.Org/10.15408/Ijies.V6i2.1228. Aktham Maghayereh, ‚Causal Relations among Stock Prices and Macroeconomic Variables in the Small, Open Economy of Jordan,‛ t.t., 14. LMCS Menike, ‚The effect of macroeconomic variables on stock prices in emerging Sri Lankan stock market,‛ Sabaragamuwa university journal 6, no. 1 (2006): 50–67. Kwon dan Shin, ‚Cointegration and 104

(2007) menemukan efek volatilitas suku bunga berdampak pada volatilitas di pasar saham konvensional tetapi tidak berefek pada volatilitas di pasar saham syariah. Pada prinsip syariah tidak menemukan indikator suku bunga sebagai indikator yang menjelaskan volatilitas pasar saham syariah. Namun volatilitas suku bunga bertindak sebagai indikator penting kestabilitas makroekonomi.161 Sedangkan ditingkat iklim investasi yang direpesantasikan oleh korupsi indek ternyata memiliki pengaruh suku bunga dan korupsi terhadap arah iklim investasi. Freixas and Rochet (1997) dalam studi teoretis mereka menggambarkan bahwa ketika tingkat korupsi meningkat di suatu negara, tingkat bunga spesifik negara juga akanmeningkat.162 Dalam Penilitan Suzuki (2017) yang menyatakan bahwa korupsi dan tingkat bunga pada ukuran rata-rata pengaruh tingkat bunga juga secara positif terkait dengan tingkat korupsi. Ketiga, perkiraan guncangan suku bunga dan tingkat korupsi berkorelasi positif satu sama lain. Ketika kita memperlakukan tingkat korupsi sebagai variabel eksogen dalam model, temuan ini mengarahkan kita untuk menerima hipotesis.163

Causality between Macroeconomic Variables and Stock Market Returns.‛ 161 Rosylin Yusof dan M. Majid, ‚Stock Market Volatility Transmission in Malaysia: Islamic Versus Conventional Stock Market,‛ Journal of King Abdulaziz University-Islamic Economics 20, no. 2 (2007): 19–40, https://doi.org/10.4197/islec.20-2.2. 162 Xavier Freixas dan Jean-Charles Rochet, Microeconomics of Banking 163 Tomoya Suzuki, ‚Corruption, Interest Rates and Business Cycles: Comparison of Emerging Economies,‛ Economic Change and Restructuring 51, no. 4 (November 2018): 303–16, https://doi.org/10.1007/s10644-017-9206-5. 105

d. Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) GDP (Gross Domestic Product) merupakan total pendapatan yang dihasilkan dari semua barang dan jasa akhir dari semua warga negara sendiri maupun luar negeri dengan periode tertentu164 dinilai dengan uang atas dasar harga pasaran. Guna membandingkan tingkat pertumbuhan negara dari tahun-tahun sebelumnya dalam menentukan tingkat kesejahteraan perekonomian (measure of economic welfare)..165 Menurut Mankiw, Mark P. Taylor untuk mengukur pertumbuhan GDP dibagi menjadi 2; pertama, total pendapatan setiap warga negara dalam perekonomian; dan kedua, jumlah pengeluaran output perekonomian dari barang dan jasa. Dengan alasan bahwa GDP dapat melakukan pengukuran pada total pendapatan setiap masyarakat dan pengeluaran total dengan sseimbang untuk ekonomi secara keseluruhan.166 Namun, kecenderungan pertumbuhan PDB tidak selalu paralel dengan pergerakan indeks pasar saham. Ada kemungkinan pertumbuhan spesifik sektor yang dikaitkan dengan masing-masing spesifik pada sektor pengembangan pasar modal, karena itu, ada perlu menguji sensitivitas sektor terhadap pertumbuhan ekonomi.167 Basuki dan Yusuf (2018) mengaitkan antara PDB dengan Indek pasar saham Syariah dengan times series, menemukan PDB ketika jangka pendek secara signifikan berpengaruh positif terhadap pasar modal JII. Sedangkan dalam jangka panjang PDB secara kausalitas tidak berpengaruh terhadap

164 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro, h 10. Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Teori Ekonomi Makro, h 14 165 T. Gilarso, SJ., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, h 191 166 N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor, Economics, h 466 167 Sehrawat dan Giri, ‚A Sectoral Analysis of the Role of Stock Market Development on Economic Growth.‛ 106

pergerakan saham JII.168 Akan tetapi beda halnya dalam Gilang dan Asep (2015) menemukan bahwa GDP mempunyai hubungan negatif sehingga tidak terdapat korelasi hubungan pasar modal syariah dengan GDP secara signifikan. 169

3. Diskursus Iklim Investasi Pasar Modal Syariah Di Indonesia Dan Faktor-Faktor Penentu Iklim investasi didefinisikan sebagai kondisi atau lingkungan yang mereflelksikan sejumlah faktor-faktor yang berafiliasi pada kondisi tertentu sehingga membentuk kesempatan dan insentif bagi pemiliki modal (investor) untuk melakukan usahanya atau berinvestasi secara produktif, berdayasaing dan berkembang.170 Nicholas Stern senior World Bank mengatakan bahwa iklim investasi sebagai area sangat penting untuk menentukan arah bagi pasar modal (termasuk di dalamnya investasi syariah), karena iklim investasi didefinisi pertama sebagai kebijakan, kelembagaan dan perilaku lingkungan yang kedua ada dan diharapkan mempengaruhi keuntungan dan risiko yang terkait dengan menjalankan investasi di pasar modal171 Menciptakan Iklim investasi yang baik dan tepat sangat penting untuk Ekonomi dan Perdagangan dengan menciptakan

168 Agus Tri Basuki And A Indriyani Yusuf, ‚Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Dan Indeks Harga Saham Dunia Terhadap Jakarta Islamic Index,‛ Buletin Ekonomi 16, No. 1 (2018): 18. 169 Gilang Perdana Putra And Asep Darmansyah, ‚The Relations Between Macroeconomic Fluctuation, World Gold Price, And Islamic Stock Returns In Indonesia,‛ Journal Of Business And Management, N.D., 15. 170 Shinta R.I Seokro, Anung Herlianto, M. Taufik Amrozy dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 172. 171 World Bank World Bank, Investment Climate Reforms h 9 107 ruang yang dinamis, kondusif dan keadilan dalam persaingan pasar serta juga menjaga keseimbangan antara domestik dan internasional. Oleh karena itu, sebagaimana yang dimaksud iklim investasi yang dijelaskan sebagai kondisi yang ada pada kelembagaan, kebijakan dan peraturan, di mana perusahaan itu beroperasi dalam kegiatananya. Penentuan iklim investasi yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indikator dan alat- ukuran yang tepat untuk membantu menjelaskan karakteristik dan kualitas iklim investasi pada negara tersebut diantaranya yaitu kestabilan politik dan ekonomi, supermasi hokum, infrastruktur, dengan pendekatan regulasi dan pajak serta berfungsinya pasar tenaga kerja dan keuangan, dan kestabilan politik dalam negeri.172 Telah banyak survey yang dilakukan oleh lembaga- lembaga dunia maupun pemerintah negara itu sendiri untuk mengindentifikasi dan melakukan asesmen terhadap iklim investasi, menurut Bank Dunia (WorldBank) telah mengidentifikasi iklim investasi pada 4 faktor yaitu: a. stabilitas makro ekonomi; b. tingkat korupsi; c. birokrasi dan; d. kepastian kebijakan makro ekonomi suatu negara. sedangkan menurut International Finance Corporation (IFC) ada 10 faktor yang dapat mempengaruhi iklim investasi di antaranya: a. Starting Business; b. Dealing With Licenses; c. Employing Worker; d. Registering Proverty; e. Getting Credit; f. Protecting Investor; g. Paying Tax; H. Trading Across Borders; i. Enforcing Contract dan j. Closing a Business.173 Survey di atas diperkuat oleh pendapat Frederic C. Deyo (1987) untuk meningkatkan iklim investasi, negara

172 Andrew Beath, Kathrin Frauscher et.al, The Investment Climate in Brazil, India, and : A Comparison of Approaches for Sustaining Economic Growth, World Bank Publications (December 7, 2007) h 5 173 Shinta R.I Seokro, dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 173. 108 dapat melakukan intervensi srategi (strategic intervention) dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memperbaiki iklim investasi. Intervensi srategi ini meliputi beberapa hal: 1. negara menghilangkan hambatan sistematik (birokrasi berlebihan, peraturan pajak yang rumit, infrastruktur yang kurang memadai, aksi demostrasi kepada pemerintah dll). 2. Negara bertanggungjawab untuk menjaga koherensi dan konsistensi kebijakan-kebijakan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah diberbagai bidang ekonomi dan industry supaya dapat terfokus pada peningkatan produktivitas dan daya penetrasi pasar. 3. Negara bertanggung jawab untuk menjaga agar industrialisasi yang dipilih dapat secara efektif meningkatkan pertumbuhan ekonomi.174 Oleh karena itu, negara mesti saling berperan aktif dengan pelaku pasar modal dalam memonitori proses kegiatan pasar modal untuk dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Beberapa kajian tentang penilaian iklim investasi Indonesia baik dilakukan oleh akademisi maupun otoritas pemerintah hal ini tidak menafikan adanya risiko yang ada pada suatu negara, risiko yang sangat besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim investasi adalah bagian dari risiko negara yaitu bisa disebut juga risiko politik. Risiko politik ini juga berkaitan dengan perubahan ketentuan dalam aturan bahkan undang-undang yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan dapat menyebabkan kerugian yang besar, maka dari itu perlu akan sangat diperhatikan untuk menghindari risiko yang tinggi.175 Chen et.al dalam Hillier dan Loncan (2019) ketidakpastian terkait dengan kekuatan sistematik, sebagain mengalami syok terhadap kondisi ekonomi dan politik yang berlaku dapat mempengaruhi harga saham atau asset melalui dua indikasi: a.

174 Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional h 80. 175 Zulfikar, Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statistika h 254. 109 arus kas yang diharapkan dan; b. tingkat diskonto.176 Dalam hal ini pandangan Pastor dan Veronesi (2013) mengungkapkan bahwa ketidakpastian politik dapat menyebabkan efek ambigu pada harga saham atau terkoreksi harga saham. Jika pemerintah merespon dan mengintervensi dengan tepat pada kondisi kesulitan itu, dapat diartikan sebagai opsi perlindungan pada harga aset, yang mengarah ke efek positif pada harga pasar. Berdasar hal tersebut karena ketidakpastian politik merupakan sumber risiko non- diversifikasi, yang menekan harga aset dengan menaikkan tingkat diskonto.177 A. Korupsi dan Dampak terhadap Iklim Investasi Di lain sisi, dalam Iklim investasi risiko terbesar yang lain muncul dari aktivitas ekonomi pasar yang memunculkan wajah lain dalam perilaku ekonomi Indonesia yaitu persoalan tingkat korupsi178. Jika kita lihat beberapa indikator iklim

176 Hillier dan Loncan, ‚Political Uncertainty and Stock Returns.‛ 177 Lubos Pastor And Pietro Veronesi, ‚Political Uncertainty And Risk Premia,‛ National Bureau Of Economic Research, N.D. 2013. 1-59 178 Korupsi secara definisi menurut Website Webster Dictionary adalah ‚immoral conduct or practices harmful or offensive to society‛ atau ‚a sinking to a state of low moral standards and behavior (the corruption of the upper classes eventually led to fall of the romanempire)‛. Definisi lain korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan pubik dengan cara bertentangan hokum. Sedangkan definisi korupsi pada mekanisme pasar merupakan penyelewangan yang terjadi karena penerapan kriteria mekanisme pasar bebas pada kriteria otoritas. Dalam mekanisme pasar korupsi sebenarnya bukan maksimalisasi keuntungan sendiri, melainkan perbuatan yang mngubah kriteria. Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi Di Indonesia : Sebab, Akibat, Dan Prospek Pemberantasan h 5-6. B. Herry Priyono, Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Implikasi h 43-45. 110 investasi di antaranya dilihat dari aspek tingkat korupsi dibagi menjadi 3 dasar klasifikasi menurut Heidenheimer (1970): berpusat pada kantor public (public-office-centred), berpusat pada kepentingan umum (public-interest-centred) dan model yang berpusat pada pasar (market-centred-models).179 Namun focus peneliti pada saat ini adalah pengaruh terhadap iklim investasi yang cenderung berpusat pada pasar. Berpusat pada pasar (market-centred) didefinisikan upaya untuk memotong konotasi etis dalam perilaku korupsi dan sebagai gantinya memperkenalkan pilihan sosial atau analisis public seperti lembaga hukum ekstra yang digunakan individu atau kelompok untuk mendapatkan pengaruh atas tindakan birokrasi sehingga mempermudah akses birokrasi. Selain itu tingkat korupsi dapat mengakibatkan dampak negaratif bagi masyarakat dan pemerintahan. Kegiatan perekonomian yang paling berbahaya dari faktor inflasi adalah korupsi dan administrasi buruk yang menyebabkan adanya penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi,180 Melihat persamaan MV = PT, korupsi akan mengganggu tingkat harga (P↑) karena para produsen akan menaikkan harga produksinya untuk menutupi biaya- biaya yang telah mereka keluarkan. Harga terdistorsi oleh komponen yang tidak ada sehingga akan mengakibatkan daya biaya tinggi (high cost economy) pada produksi. Pada akhirnya, akan terjadi inefisiensi pengalokasian sumber daya, mengakibatkan kerugian pada masyarakat, sedangkan pada persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓), maka korupsi dan administrasi buruk hanya menjangkau kejahatan

179 M. Kabir Hassan, Mervyn K. Lewis, Handbook on Islam and Economic Life h 284 180 Paul Heywood, ‚Political Corruption: Problems and Perspectives,‛ Political Studies 45, no. 3 (Agustus 1997): h 425, https://doi.org/10.1111/1467-9248.00089. 111 materi bukan kejahatan sistem, sedangkan inflasi kejahatan sistem yang dapat mengganggu hampir seluruh perekonomian negara tersebut.181 Tidak jauh beda halnya penentuan iklim investasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal syariah maupun konvensional untuk mempredksikan iklim investasi pada negara Indonesia, dalam sejarah keislam dan ekonomi ulama- ulama terdahulu telah membuat aturan-aturan dalam kebijakan tata ruang dalam ekonomi untuk mencapai kesejahterana kaum muslim. Di dalam al-Quran pelarangan korupsi yang merujuk pada perbagai penyimpangan perilaku yang mengacam keseimbangan social, ekonomi dan ekologika yang tercantum pada Surah Hud: ayat 85, al-Qashash ayat 4 dan 77, surah al- Ankabut 28-30, surah ar-Rum: 41. Ibnu Khaldun misalkan menyampaikan yang dapat merusak negara adalah pajak yang berlebihan (Excessive taxation) untuk membiayai pengeluaran negara yang tidak produktif. Dia berpendapat bahwa dalam fakta sejarah membuktikan pada pemerintahan dapat menderita beban kerugian melalui ketidakadilan dan tindakan bermusuhan dalam bentuk pajak yang berlebihan.182 Menurut Khan (1985), Kia dan Darrat (2003) dan Abduh, Omar and Duasa (2011) dalam Bakri Abdul Karim et.al menemukan dalam penelitian bahwa sistem keuangan Islam lebih stabil untuk menghadapi krisis keuangan daripada sistem keuangan konvensional dengan faktor-faktor makroekonomi karena berbagi keuntungan dan kerugian dalam instrumen keuangan Islam tersebut.183 Hal yang sama juga disampaikan oleh Umer Chapra butuh rekonstruksi iklim investasi yang dinyatakan

181 Idris Parakkasi, ‚Inflasi Dalam Perspektif Islam,‛ Laa Maisyir 3, no. 1 (n.d.): h 18. 182 Raja M. Almarzoqi, Walid Mansour, Noureddine Krichene, Islamic Macroeconomics: A Model for Efficient Government, Stability and Full employment (Routledge, 2018). 183 Karim et al., ‚The Impact of Subprime Mortgage Crisis on Islamic Banking and Islamic Stock Market,‛ h 73. 112 dalam bukunya Islam and Economic development menyatakan bahwa tingkat korupsi, ketidakefisienan dan pemborosan sangat berbahaya jika tidak dilakukan pemberantasan karena dapat menurunkan kemampuan pemerintah muslim untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan efisien. Maka usaha untuk menurunkan tingkat korupsi mungkin dengan berubahan yang besar disertai oleh reformasi moral, transformasi gaya kehidupan (life-style) dan merubah struktur di dalam ekonomi.184 Sebagai contoh pada masa khalifah Umar pernah menyita seekor unta gemuk milik putranya, Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan Bersama di padang rumput milik Baitul Mall Negara. Hal ini dinilai Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara. Menyadari hal tersebut perlu kiranya kita mengkaji kembali keuangan dan ekonomi Islam termasuk dalam menentukan pola dalam iklim investasi di pasar modal syariah dalam lingkup keilmuan ekonomi Islam. Karena dalam Teorinya korupsi dan perilaku sosial lainnya (Moral Hazard) telah memainkan peran dalam ekonomi dan memengaruhinya. Teori di atas juga menghidupkan kembali konsep Keynesian lainnya, ‚ilusi uang‛ yang merujuk pada fakta bahwa orang sering tertipu oleh nilai nominal variabel ekonomi, seperti upah, harga, pendapatan, dan kekayaan. Mereka ‚bingung oleh inflasi atau deflasi‛ dan tidak ‚berpikir melalui dampaknya. Oleh karena itu, butuh literasi yang cukup banyak untuk membantu pengembangan penelitian terkait ekonomi Islam dan pemerintah mesti memberikan ruang gerak ekonomi Islam dalam mengambil sebuah kebijakan untukturut andil dalam mengembangkan iklim investasi. 185

184 Umer Chapra, Islam and Economic Development (New Delhi: Adam Publisher, 2007) h 91-92 185 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, Introduction to Islamic Economics: Theory and Application h 18. 113

Korupsi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas kelembagaan yang dialami suatu bangsa. Korupsi bertindak sebagai pasir di roda di negara-negara yang memiliki tingkat stabilitas politik yang lebih tinggi, dan meminyaki roda di negara-negara yang kurang stabil secara politik Sebab itu, perlu kehati-hatian yang harus diambil dari beberapa ketetapan pada kebijakan, karena banyaknya negara-negara berkembang menjadi sebuah polemik. beberapa implikasi yang sangat penting untuk memahami dampak pertumbuhan ekonomi korupsi. Oleh karena itu, untuk mengurangi korupsi pada pertumbuhan, promosi stabilitas politik sangat diperlukan, stabilitas politik mengurangi kerusuhan sosial dan kekacauan politik, dan mendorong investasi dan dengan demikian mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini tentu saja menyiratkan bahwa hubungan korupsi-pertumbuhan di masa depan dan efek sosialnya, harus memperhatikan bidang pemerintah.

114

BAB III ANALISA VARIABEL MAKROEKONOMI DAN IKLIM INVESTASI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH DI INDONESIA

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, pada bab 3 ini peneliti mencoba menganalisa pengaruh pada variabel-variabel yang telah ditentukan dari makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar modal syariah (Indeks saham-saham Syariah) dalam kondisi yang ada pada kelembagaan, kebijakan dan peraturan, di mana perusahaan itu beroperasi dalam kegiatannya. Penentuan iklim investasi yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indikator dan alat-ukuran yang tepat untuk membantu menjelaskan karakteristik dan kualitas iklim investasi pada negara tersebut diantaranya yaitu kestabilan ekonomi dilihat dari inflasi, Kurs, GDP, BI rate dan Emas, dan pasar modal syariah dilihat dari kapitalisasi naik turunnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), serta untuk melihat pengaruh di atas maka iklim investasi di ukur dari indeks korupsi Indonesia dengan data yang telah dikumpulkan dari tahun 2002-2017. Masih ada beberapa varian variabel yang dapat menyebabkan iklim investasi berubah menurut penelitian ini di antaranya supermasi hukum, infrastruktur, dengan pendekatan regulasi dan pajak serta berfungsinya pasar tenaga kerja dan keuangan, dan kestabilan politik dalam negeri. Setelah peneliti menentukan variabel kemudian menganalisa dengan alat regresi untuk melihat pengaruh setiap variabel independent terhadap variabel dependen yang akan di teliti.

115

A. Potret Perkembangan Investasi di Pasar Modal Syariah di Indonesia Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka Panjang yang diperjualbelikan, dalam UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan gambaran yang spesifik pasar modal memberikan berbagai alternative untuk para investor dan sebuah cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat. Karena fungsi pasar modal sebagai financial intermediaries yaitu mempertemukan pihak-pihak yang membutuhkan dana dengan para pihak yang mengoptimalkan dana tersebut. Secara esensial, pasar modal memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan perekonomian, karena pasar modal memiliki 2 fungsi yang bekarja yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Dilihat potensi di Indonesia dengan jumlah penduduk muslim yang besar adalah peluang yang baik bagi pangsa pasar modal syariah, hal ini dibuktikan dengan terus meningkatnya investor di pasar modal syariah, karena pasar modal syariah dikembangkan untuk mengakomodir kebutuhan umat muslim di Indonesia yang ingin berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Potret perkembangan investasi di pasar modal dimulai dengan didirikan pasar modal yang berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang berada di bursa efek Indonesia terdiri dari 30 emiten dinilai telah memenuhi prinsip syariah yang ditetapkan oleh DSN-MUI dan saham- saham yang paling likuid dan memiliki kapasitas pasar terbesar. Jakarta Islamic Index (JII) digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja saham-saham berbasis syariah. Dengan demikian Indeks JII dapat meningkatkan kepercayaan

116 investor untuk berinvestasi pada saham yang berbasis syariah.1 Selanjutnya pada tahu 2011 BEI meluncurkan indeks saham syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks yang terdiri dari seluruh saham yang terindeks di daftar efek syariah (DES). Konstituen ISSI diseleksi 2 kali dalam setahun (Mei dan November). Kemudian di tahun 2018 BEI meluncurkan indeks saham Syariah JII70 (Indonesia Islamic Indonesia 70) Konstituen JII70 hanya terdiri dari 70 merupakan saham-saham yang tercatat yang paling likuid di BEI. Sama halnya dengan ISSI, review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun (Mei dan November) mengikuti jadwal review DES oleh OJK.2 Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia sudah tumbuh dari tahun ke tahun sesuai dengan kondisi yang dialami oleh ekonomi Indonesia, pada saat ini pasar modal syariah pada tahun 2018 tumbuh dengan nilai kapitalisasi 3.666,69 T turun sebesar -1,2% dari tahun sebelumnya 2017 dengan nilai kapitalisasi 3.704,54 T. Penurunan kapitalisasi tersebut tidak berpengaruh kepada jumlah saham syariah di indonesia. Jumlah saham syariah terus tumbuh di tahun 2018 naik sebesar 413 tumbuh 8,12% dari tahun 2017. Oleh karena itu, dilihat dari peluang dan tantangan pasar modal syariah dalam berinvestasi dipengaruhi oleh pertumbuhan fundamental ekonomi, Menurut fadhilah secara agregat, market share industri keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 8,47% dari total keseluruhan aset di industri jasa keuangan. Sejak di bentuknya pasar modal syariah pada tanggal 13 Indonesia 2003 dibursa efek Indonesia. Pada saat didirikan itu ada dua hal yang dicanangkan oleh Bapepam untuk

1 Iswi Hariyani, Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal (Jakarta: Visimedia, 2010), h 353 2 www.idx.co.id diakses Pada Tanggal 24 Des. 18 Jam 14.32. 117 pengembangan pasar modal syariah. Pertama: mengembangkan kerangka hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar modal syariah. Kedua, mendorong pengembangan produk pada pasar modal berbasis syariah.3 Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi pasar modal syariah Di Indonesia diantaranya penguatan atas produk, lembaga, dan profesi terkait pasar modal syariah, memperkuat kerangka hukum, mengupayakan insentif untuk produk syariah, memperkuat peran pelaku pasar modal, dan sumber daya manusia dan teknologi informasi.4 Pasar modal syariah yang saat ini terus berkembang, lalu apa pengaruhnya terhadap kondisi iklim investasi di Indonesia? maka di sini peneliti akan mencoba memaparkan peta iklim investasi melalui variabel- variabel makroekonomi di Indonesia agar mendapatkan informasi bagaimana pertumbuhan iklim investasi di pasar modal syariah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia?

B. Analisis Pengaruh Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia. a. Analisis Deskripsi Pengaruh Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia Seperti yang jelaskan sebelumnya, untuk mengidentifikasi dan mengobservasi iklim investasi pada variabel makroekonomi dan pasar modal syariah di Indonesia perlu di teliti dengan beberapa variabel-variabel yang berkaitan dengan pembahasan ini yang akan dijelaskan sebagai berikut:

3 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, H 139 4 OJK, Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019. H 9 118

TABEL 3.1 Hasil Analisis Deskripsi Variabel Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah

Indeks SUKU Iklim Saham KURS GDP INFL BUNGA BI Investasi Syariah (JII) Mean 1.11E+08 10376.50 7.820 5.401 6.711.250 2.793.750 Median 1.12E+08 9.624.500 7.600 5.285 6.495.000 2.800.000 Maximum 2.29E+08 13391.00 1.293 6.340 1.711.000 3.700.000 Minimum 1777889. 8.465.000 4.250 4.500 2.780.000 1.900.000 Standar Dev. 74.149.772 1.729.241 2.449.286 0.614277 3.748.356 0.635052 Skewness -0.021833 0.838829 0.794125 0.159823 1.346.461 0.014095 Kurtosis 1.658.334 2.254.575 1.596.066 3.116.860 1.681.191 2.254.575 Jarque-Bera 1.201.316 1.382.136 1.690.797 1.382.136 6.678.859 1.160.034 Prob 0.548451 0.501041 0.429386 0.501041 0.035457 0.559889 Observations 16 16 16 16 16 16 Sumber data: diolah

Berdasarkan hasil analisis tabel deskripsi Makroekonomi dan iklim investasi terhadap Indeks saham syariah pada pengamatan dari tahun 2002-2017, diketahui bahwa terdapat enam variabel dalam penelitian ini di antaranya: a. Iklim investasi direpresentatifkan oleh Indek Korupsi Indonesia; b. Variabel makroekonomi direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Indeks Saham Syariah di representifkan oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic Index, dengan observasi sebanyak 16. Secara deskripsi dijelaskan masing-masing kondisi pada variabel sebagai berikut: 1. Iklim investasi yang direpsentatifkan Indeks Korupsi dalam tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) skor indeks 28, untuk skor indeks minimum (Minimum) yaitu 19.00, sedangkan untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 37.

119

2. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Nilai Tukar (RP/USD) berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah sebesar 10.376.50, untuk Jumlah minimum (Minimum) sebesar yaitu 8.465,00 sedangkan untuk jumlah tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 13.391,00 3. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh BI Rate berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistik deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah sebesar 7.82 persen untuk Jumlah minimum (Minimum) sebesar yaitu 4.25 persen, sedangkan untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 12.93 persen. 4. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Gross Domestic Product (GDP) Indonesia berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah sebesar 5.44 persen untuk Jumlah minimum (Minimum) sebesar yaitu 4.50 persen, sedangkan untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 6.30 persen. 5. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Inflasi berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah skor indeks sebesar 6.72 persen untuk Jumlah minimum (Minimum) skor indeks sebesar yaitu 3.00 sedangkan untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 17.11 persen. 6. Indeks Saham Syariah direpsentatifkan oleh Jakarta Islamic Index, berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah Kapitalisasi sebesar 1.088.844 (Miliar), untuk Jumlah harga minimum (Minimum) sebesar yaitu

120

92070.49 (Miliar), sedangkan untuk Harga tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 2288016 (Miliar).

b. Uji Estimasi Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regresion) Dengan Eviews Uji Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regresion) digunakan untuk melihat apakah ada di antara variabel independen dan variabel dependen saling berhubungan timbal balik dengan menggunakan Uji normalitas dan Uji asumsi Klasik sehingga kita dapat mengestimasi setiap variabel dalam penelitian ini dengan alat Eviews dengan hasil Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regresion) sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Salah satu tujuan uji normalitas adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Dalam model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.5 Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, sehingga uji normalitas residual metode Ordinary Least Square (OLS) secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Carlos Jarque dan Anil K. Bera yang dikenal dengan Jarque-Bera (J-B). Mendeteksi dengan melihat Jarque-Bera yang merupakan asimtosis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Dalam uji statistik dari J-B menggunakan perhitungan Skewness dan Kurtosis untuk menentukan data terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari nilai Probability Jarque-Bera dengan rumusan hipotesisnya yaitu sebagai berikut:

5 Eng. Yeri Sutopo dan Achmad Slamet, Statistik Inferensial (Yogyakarta: ANDI, 2017) h. 95 121

H0 = data terdistribusi normal H1 = data tidak terdistribusi normal Adapun pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika nilai Probability Jarque-Bera > 0.05 (5%), maka H0 diterima dan menolak H1 Jika nilai Probability Jarque-Bera < 0.05 (5%), maka H0 ditolak dan menerima H1. Hasil pengujian uji normalitas dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

TABEL 3.2 UJI NORMALITAS 6 Series: Residuals Sample 2002 2017 5 Observations 16

4 Mean -7.66e-08 Median -3230097. 3 Maximum 48047864 Minimum -44501204 Std. Dev. 20003196 2 Skewness 0.283292 Kurtosis 4.323282 1 Jarque-Bera 1.381396 0 Probability 0.501226 -4.0e+07 -2.0e+07 100.000 2.0e+07 4.0e+07 Sumber data: di Olah dengan Eviews 10 Berdasarkan tabel di atas pada tahap pengujian moralitas masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan instrumen eviews sehingga dapat diketahui bahwa nilai uji normalitas pada Jarque Bera sebesar 1.381396 dengan Prob. Jarque-Bera sebesar 0.50122 > 0.05. Maka hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang uji normalitas telah terpenuhi.

122

2. Uji Linearitas Uji Linieritas adalah keadaan di mana hubungan antara variabel dependen dengan variabel independent bersifat linier (garis lurus) dalam range variabel independent tertentu yaitu yaitu membuat scatter diagram dari variabel bebas dan terikatnya. Apabila scatter diagram menunjukkan bentuk garis lurus maka dapat dikatakan bahwa asumsi linieritas terpenuhi.6 Sebagai berikut: TABEL 3.3 UJI LINEARITAS

Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED Specification: JII_CAP C CORRUPTION INFLASI GDP BI_RATE KURS_US_IDR Omitted Variables: Squares of fitted values

Value df Probability t-statistic 1.199966 9 0.2608 F-statistic 1.439918 (1, 9) 0.2608 Likelihood ratio 2.374594 1 0.1233

Sumber: Diolah

Berdasarkan tabel di atas pada tahap pengujian moralitas masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan instrumen eviews sehingga dapat diketahui bahwa maka model regresi memenuhi asumsi linieritas dan sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari 0,05 maka dapat model tidak memenuhi asumsi linieritas. Nilai Prob. F hitung dapat dilihat pada baris F-statistic kolom Probability. Pada kasus ini nilainya 0.2608 lebih besar dari

6 Singgih Santoso, Statistik Multivariat (Jakarta: Gramedia, 2010) h 50 123

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi linieritas.

3. Uji Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak ada bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada mode regresi yang akan digunakan, ada tiga uji asumsi klasik yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Uji Autokorelasi Dalam model regresi uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi muncul akibat observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan yang lain.7 Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi. Hasil pengujian Autokorelasi dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

TABEL 3.4 UJI AUTOKORELASI Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.949965 Prob. F(2,8) 0.4264 Obs*R-squared 3.070616 Prob. Chi-Square(2) 0.2154

Sumber data: di olah Eviews Dari tabel di atas dapat diketahui hasil dari uji Autokorelasi pada variabel dalam regresi mempunyai nilai prob. F-statistik sebesar 0.949965 dan nilai Prob. Chi-square Obs*R -suared adalah 3.0707616 sehingga

7 Eng. Yeri Sutopo dan Achmad Slamet, Statistik Inferensial h 102 124

semua nilai pada hasil uji tersebut lebih dari taraf nilai 0.05 (0.949965 > 0.05 dan 3.0707616 > 0.05), sehingga dapat asumsi H0 terima. Dengan demikian tidak terdapat dalam variabel masalah autokolerasi model ini, karena jika terdapat autokorelasi maka mengakibatkan pendugaan atau estimasi menjadi tidak efisien dalam uji regresi pada masing-masing variabel tersebut. b. Uji Heteroskedasitas Pada pengujian heteroskedasitas yaitu untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pada pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedasitasitas. Untuk menentukan ada tidaknya heteroskedasitas pada persamaan regresi, dapat dilihat dari nilai prob. F dan nilai Prob. Chi-square. Hasil pengujian Heteroskedasitas dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

TABEL 3.5 UJI HETEROSKEDASITAS Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 1.237879 Prob. F(5,10) 0.3607 Obs*R-squared 6.116986 Prob. Chi-Square(5) 0.2950 Scaled explained SS 5.194869 Prob. Chi-Square(5) 0.3926 Sumber data: di olah dengan eviews Berdasarkan tabel di atas dalam menilai mdel regresi pada uji Heteroskedasitas dapat diketahui bahwa hasil 125

dari uji Heteroskedasitas dengan test Glejser mempunyai nilai prob. F-statistik adalah 0.3607 dan nilai Prob. Chi-square Obs*R -suared adalah 6.116986 di lihat dari semua uji Heteroskedasitas lebih dari taraf nilai 0.05 (0.3607 > 0.05 dan 6.116986 > 0.05). dengan demikian tidak terdapat masalah Heteroskedasitas dalam model ini. c. Uji Multikolinearitas Dalam pengujian asumsi klasik yang lain terdapat uji multikolinearitas yang bertujuan untuk menilai adakah korelasi atau interkorelasi antar variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas terjadi pada model regresi dengan lebih dari satu variabel independen (regresi berganda) di mana terjadi korelasi yang kuat antar variabel independen. Adanya korelasi tersebut kemudian menyebabkan nilai taksiran dari Beta semakin tidak stabil. Model yang baik tentunya tidak mengalami multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas dapat ditunjukkan pada gambar berikut: TABEL 3.6 UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficient Uncentered Centered Variable Variance VIF VIF

C 1.87E+16 498.8174 NA CORRUPTION 5.23E+14 114.1512 5.274142 INFLASI 1.33E+13 20.58459 4.657746 GDP 2.33E+14 183.4360 2.197161 BI_RATE 4.10E+13 72.93791 6.142993 KURS_US_IDR 61128322 180.0267 4.568303 Sumber data: diolah

126

Dari output di atas dapat dijelaskan bahwa uji multikolinearitas setelah menggunakan data hasil transformasi the first difference dan log pada variabel di atas menunjukkan bahwa nilai VIF kurang dari taraf 10 dari seluruh variabel bebas, sehingga model regresi yang diajukan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala multikolinieritas. Setelah melakukan uji asumsi klasik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya normalitas residu, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas pada modal regresi. Pada model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi uji asumsi klasik karena agar dapat memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Berdasarkan uji asumsi di atas model regresi linier berganda telah melewati uji asumsi klasik. Selanjutnya, setelah uji asumsi klasik di atas, peneliti melanjutkan pada Uji Regresi Berganda (Multiple Linier Regresion) untuk menganalisa dari estimasi setiap pengaruh pada variabel independen dan variabel dependen untuk melihat apakah terdapat pengaruh iklim investasi melalui variabel makro ekonomi dan indeks korupsi terhadap variabel indeks saham syariah (JII). Maka didapatkan hasil uji regresi sebagaimana yang penjelasannya sebagai berikut:

TABEL 3.6 UJI ESTIMASI REGRESI BERGANDA

Variabel Koefisie Std. t- Prob n Error Statisti k C -1595714. 1367905 - 0.270 . 1.16653 5 9 BI_Rate? -37256.15 64010.3 - 0.573

127

2 0.58203 4 4 GDP? 43444.72 152639. 0.28462 0.781 2 4 7 INFLASI? 8281.794 36420.5 0.22739 0.824 5 3 7 KURS? -44.75950 78.1846 - 0.579 0 0.57248 6 5 IKLIM_INVESTA 1135111. 228752. 4.96218 0.000 SI 4 2 6

R-squared 0.927226 Mean dependent var 1109976. Adjusted R- 0.890838 S.D. dependent var 741497.7 squared S.E. of regression 244988.1 Akaike info criterion 27.93580 Sum squared 6.00E+11 Schwarz criterion 28.22552 resid Log likelihood -217.4864 Hannan-Quinn criter. 27.95064 F-statistic 25.48216 Durbin-Watson stat 2.416466 Prob. 0.000022

Sumber data: diolah Sebagaimana yang diketahui pada tabel di atas digunakan untuk menggambarkan persamaan regresi linear berganda antar variabel dependen dan independen dengan hasil sebagai berikut: Indeks Saham Syariah = -1595714. + -37256.15 + 43444.72 + 8281.794 + -44.75950 + 1135111 R2 = 0.890838 F-Statistic = 25.48216 Prob (F-statistic) = 0.0000022 Penelitian ini menggunakan lima variabel independen dan satu variabel dependen yaitu Iklim investasi (indeks Korupsi), Kurs, BI rate ITB, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar Modal Syariah (Jakarta Islamic Index) merupakan variabel

128 independen sehingga dimana variabel ini akan mempengaruhi Iklim Ivestasi di Indonesia. Hasil estimasi regresi berganda (multiple linier regresion) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap iklim investasi yaitu variabel suku bunga, Inflasi, indeks tedensi bisnis dan pasar modal Syariah karena memiliki nilai P-value di bawah 5% (0.05). dengan nilai variabel koefisien yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh suku bunga terhadap indeks saham syariah dengan koefisien regresi Suku Bunga sebesar - 37256.15 (pengaruh ke arah koefisien negatif) Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga akan meningkatkan pengaruh negative pada indeks saham syariah sebesar -37.256,15 miliar. 2. Pengaruh Gross Domestic Product (GDP) terhadap indeks saham syariah dengan koefisien regresi GDP sebesar 43444.72 (pengaruh ke arah positif) hal ini menunjukan bahwa peningkatan GDP akan meningkatkan pengaruh positif pada GDP terhadap h m i h e e miliar. 3. Pengaruh inflasi terhadap indek iklim investasi dengan koefisien regresi inflasi sebesar 8281.794 (pengaruh ke arah positif) hal ini menunjukan bahwa peningkatan inflasi akan meningkatkan pengaruh positif pada kapitalisasi indeks saham syariah sebesar 8.281.794 miliar. 4. Pengaruh Kurs (rupiah/USD) terhadap indek iklim investasi dengan koefisien regresi Kurs sebesar - 44.75950 (pengaruh ke arah negatif) hal ini menunjukan bahwa peningkatan Kurs akan meningkatkan pengaruh positif pada kapitalisasi indeks saham syariah sebesar 4.475.950 miliar.

129

5. Pengaruh iklim investasi (indeks korupsi) terhadap kapitalisasi saham syariah dengan koefisien regresi sebesar 1135111 (pengaruh ke arah positif) hal ini menunjukan bahwa peningkatan indeks korupsi akan meningkatkan pengaruh positif pada indeks saham syariah sebesar 11.351,11 kapitalisasi miliar. Berdasarkan pada tabel di atas, maka akan dilakukan uji hipotesis pada model regresi di atas. Pengujian hipotesis pertama sampai dengan kelima dengan menggunakan uji t, sedangkan pengujian hipotesis kelima dilakukan dengan menggunakan uji F. Adapun uji F dilakukan untuk membuktikan pengaruh secara serentak variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.

1. Uji t (Parsial) Berdasarkan output di atas dari hasil regresi berganda, dapat dilihat nilai probabilitas masing-masing variabel. Pengujian parsial atau uji t ini digunakan untuk menguji pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya. Dengan diketahui Variabel makroekonomi direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk iklim investasi di representifkan oleh indeks Korupsi Indonesia hasil uji regresi dapat dinilai dengan probabilitas kecil dari tingkat signifikan 0.05 atau besar dari tingkat taraf 0.05. berikut penjelasan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel: A. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah variabel BI rate memiliki pengaruh terhadap indeks saham syariah negative dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t- statistik sebesar -0.582034 dengan nilai probabilitas variabel BI rate sebesar 0.5734, Berdasrarkan nilai uji kuantititatif dengan tariff akhir 0.05 (5%) maka nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0

130

diterima, maka variabel BI rate menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap saham-saham syariah. B. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah variabel Gross Domestic Product (GDP) memiliki pengaruh terhadap indeks saham syariah positif dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar 0.284624 sedangkan nilai probabilitas variabel Gross Domestic Product (GDP) sebesar 0.7817. Berdasrarkan nilai taraf akhir 0.05 maka nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0 diterima, maka variabel Gross Domestic Product (GDP) menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap Indeks saham syariah. C. dalam penelitian ini adalah variabel Inflasi memiliki pengaruh terhadap Indeks saham syariah positif dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar 0.227393 sedangkan nilai probabilitas variabel Inflasi sebesar 0.8247. Berdasrarkan nilai taraf akhir 0.05 maka nilai probabilitas ini kecil dari nilai taraf 0.05 sehingga H0 ditolak, maka variabel inflasi menunjukkan adanya pengaruh terhadap Indeks saham syariah. D. Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah variabel Kurs (pertukaran nilai mata uang) memiliki pengaruh terhadap iklim investasi negatif dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar -0.572485 sedangkan nilai probabilitas variabel kurs sebesar 0.5796 Berdasarkan nilai taraf akhir 0.05 maka nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0 diterima maka variabel Kurs menunjukkan tidak adanya pengaruh terhadap Indeks saham syariah. E. Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah variabel iklim investasi (indeks korupsi) memiliki pengaruh terhadap indeks saham syariah negatif dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar 4.962182 sedangkan nilai probabilitas variabel indeks tedensi bisnis sebesar 0.0006 Berdasarkan nilai taraf akhir 0.05 maka

131

nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0 diterima maka variabel Pasar modal Syariah menunjukkan adanya pengaruh terhadap Iklim Investasi.

2. Uji F dan R Square Pada dasarnya uji f menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (Simultan) terhadap variabel terikat, maka Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas secara serempak (simultan) dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada penelitian ini adalah dengan c melih t nil i t t el d i tingk t “df” sebagai derajat kebebasan. Jumlah derajat kebebasan adalah jumlah pengamatan pada sampel penelitian dikurangi jumlah pada sampel, ditulis n-k. Pada penelitian ini memiliki jumlah sampel adalah 16, maka didapatkan 16-9 = 7 derajat kebebasan dengan tingkat 0.050 yang telah ditentukan di awal sehingga dapat diketahui t tabel yang diperoleh adalah 2.36462. Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. apakah variabel Variabel makroekonomi direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar Modal Syariah di representifkan oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic Index berpengaruh terhadap Iklim investasi di representatifkan oleh Indek Korupsi Indonesia;sebagai berikut:

Menentukan hipotesis H0 = variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen H1 = variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 25.48216 dengan nilai probabilitas sebesar 0.00022 yang nilainya lebih kecil dari

132

0.05, maka H1 diterima dan H0 menolak. Dengan demikian menunjukkan bahwa makroekonomi direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar Modal Syariah di representifkan oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic Index secara simultan berpengaruh terhadap iklim investasi di pasar modal Indonesia Sedangkan nilai R-square dari output di atas diketahui koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0.890838, maka dapat diartikan bahwa 89,08% variabel saham-saham syariah (JII) dapat dijelaskan oleh oleh Kurs, BI rate,Inflasi, GDP dan iklim investasi di representifkan oleh indeks Korupsi Indonesia. Sedangkan sisanya sebesar 10,92% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Melihat hasil di atas bahwa kegiatan investasi telah berdampak sangat luas bagi perekonomian nasional, secara prinsip Islam, aturan investasi di pasr modal telah memberikan panduan dan batasan yang jelas dalam melakukan kegiatan investasi tersebut. Dalam buku fiqh islam menjelaskan bahwa investasi di pasar keuangan hukumnya boleh sesuai syara dan hukum-hukum yang berlaku. Oleh karena itu agar prinsip ajaran Islam tertuang dalam investasi perlu memperhatikan dan memperhitungkan segala aspek sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan ajaran ekonomi dalam Islam. Pada keuangan Islam mendorong kegiatan bisnis dan investasu untuk menghasilkan pendapatan yang adil dan sah, oleh karena itu selalu ada kedekatan hubungan antara aliran keuangan dan produktivitas. Adel Ahmed (2010) berpendapat bahwa esensial dari keuangan Islam berkontribusi terhadap arah yang memisahkan dari pontensial resiko yang dihasilkan laverage risk (kemampuan) dan kegiatan keuangan yang bersifat spekulasi. Prinsip fundamental lain dari keuangan Islam adalah corak resiko dan pembagian hasil dari transaksi keuangan Islam, maka ciri khas pembagian hasil dan resiko dalam Islam

133 itu membutuhkan keterbukaan dan transparansi yang tinggi dari sistem keuangan lainnya.8 Telah ada beberapa kajian yang dilakukan oleh lembaga- lembaga dunia maupun pemerintah negara itu sendiri untuk mengindentifikasi terhadap iklim investasi, sebagaimana menurut Bank Dunia mengidentifikasi iklim investasi pada 4 faktor di antaranya: a. stabilitas makro ekonomi; b. tingkat korupsi; c. birokrasi dan; d. kepastian kebijakan makro ekonomi suatu negara. Untuk itu Penentuan iklim investasi yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indicator dan alat- ukuran untuk membantu menjelaskan karakteristik dan kualitas iklim investasi pada negara tersebut diantaranya kestabilan politik dan ekonomi, supermasi hokum, infrastruktur, dengan pendekatan regulasi dan pajak serta berfungsinya pasar tenaga kerja dan keuangan, dan kestabilan politik dalam negeri.

c. Interprestasi Determinasi Faktor Makroekoknomi dan Iklim Investasi Terhadap Indeks saham Syariah Hasil ini penelitian menginterprestasikan sebuah kajian pengaruh iklim investasi terhadap indeks saham syariah antara variabel independen dengan variabel dependen untuk melihat pengaruh yang empirik dari penelitian ini, sebagaimana hasil dari uji regresi di atas hasil ini menunjukan bahwa suku bunga (BI rate), inflasi, pasar modal syariah mempunyai pengaruh terhadap iklim investasi (tingkat korupsi). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Suzuki (2017) dan Ghazouani et.al (2007)9 yang menujukan bahwa korupsi dan tingkat bunga

8 Adel Ahmed, “Global Financial Crisis: An Islamic Finance Perspective,” International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 3, no. 4 (November 23, 2010): h 306–20, https://doi.org/10.1108/17538391011093252. 9 Samy Ben Naceur, Samir Ghazouani, dan Mohamed Omran, “The Dete min nt of Stock M ket Development in the Middle‐E te n nd No th Af ic n Region,” ed oleh Akth m 134 rata-rata memiliki pengaruh terhadap pasar modal. Tingkat bunga juga secara positif berkorelasi dengan tingkat korupsi. Dalam memperkirakan guncangan suku bunga dan tingkat korupsi berkorelasi positif satu sama lain. Dalam pandangan Ayyadin dan Baltaci (2013) dan Freixas and Rochet (1997) dalam studi teoretis mereka menggambarkan bahwa ketika tingkat korupsi meningkat di suatu negara, tingkat bunga secara spesifik pada negara juga akan meningkat,10 dan tingkat bunga yang naik yang mengakibatkan akan mempengaruhi iklim investasi secara makro dan berisiko dapat mengubah arah kebijakan ekonomi dalam menentukan iklim investasi di negara tersebut terutama pada terutama pasar modal di negara- negara berkembang. Sedangkan dalam tingkat inflasi terhadap indeks saham syariah berpengaruh, hal ini sesuai dengan pendapat dari Umer Chapra bahwa Inflasi cenderung meredistribusi pendapatan ke atas, sehingga memiringkan keseimbangan terhadap tujuan keadilan sosial-ekonomi. Inflasi menyebabkan kontrol harga dan subsidi pada makanan dan barang konsumsi penting lainnya.11 Sedangkan pada perubahan tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap investasi dan konsumsi melalui pengaruh biaya modal serta efek substitusi dan pendapatan. Pertumbuhan investasi dipengaruhi secara signifikan oleh suku bunga (kredit).12 Dari pernyataan di atas bahwa tingkat korupsi terhadap pasar modal mungkin akan berperan memainkan tingkat harga-harga karena peredaraan uang hanya pada beberpa orang tertentu saja. Hasil penelitian dilihat dari variabel Gross Domestic Product (GDP), inflasi, BI rate, dan kurs tidak berpengaruh

Maghyereh, Managerial Finance 33, no. 7 (12 Juni 2007): 477–89, https://doi.org/10.1108/03074350710753753. 10 Xavier Freixas dan Jean-Charles Rochet, Microeconomics of Banking Second Edition (the MIT Press, 2008) h 23 11 Umer Chapra, Islam and Economics Development, h 45-47 12 Perry Warijoyo, Solikin M. Juhro, Kebijakan Bank Sentral Teori Dan Pratik (Jakarta: Rajawali Press, 2017) h 207. 135 terhadap arah indeks saham syariah hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Gilang dan Asep (2015) dan penelitian ini mendukung pendapat Trisna Dewia et.al (2018) investasi mempunyai hubungan yang positif dengan GDP yang dihasilkan suatu negara. Jika investasi dalam suatu Negara naik, maka GDP cenderung juga akan naik.13 Jjika tingkat korupsi naik akan cenderung berdampak negatif pada produktivitas modal menurut Lambsdorff (2013).14 Dan hasil penelitian ini bertentangan dari penelitian dari Andiyasa et.al (2014) dan Hussin et.al (2012) dan Barney (2013) bahwa tingkat korupsi pemerintah menjadi alasan utama memanfaat instrumen seperti ekspor kayu, emas dan tambang. Korupsi juga memfasilitasi penambangan ilegal dan kekerasan di luar hukum. Akibatnya cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat korupsi dalam iklim investasi akan mempengaruhi investor secara nasional dan ketidakadilan itu berefek mengubah arah kebijakan pemerintah untuk menemukan iklim investasi yang kondusif bagi investor di negara tersebut. Melihat hasil dari analisis kuantitatif pada iklim investasi dalam penelitian ini adalah indeks korupsi memiliki pengaruh terhadap indeks saham-saham syariah (Jakarta Islamic Indeks) yang mana didalam kondisi perekonomian memiliki pengaruh yang berbahaya sehingga menyebabkan adanya penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi. Perilaku koruptor (korupsi dan administrasi buruk) mempunyai kepribadian ganda yang dapat merusak nilai social suatu

13 Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna Dewi, Komang Fridagustina Adnantara, dan Gde Herry Sugiarto Asana, “Modal Investasi Awal Dan Persepsi Risiko Dalam Keputusan Berinvestasi,” Jurnal Ilmiah Akuntansi 2, no. 2 (23 September 2018), https://doi.org/10.23887/jia.v2i2.15636. 14 Johann Graf Lambsdorff, “How Corruption Affects Persistent Capital Flows,” Economics of Governance 4, no. 3 (1 November 2003): 229–43, https://doi.org/10.1007/s10101-002-0060- 0. 136 bangsa. Zurawicki dan Habib (2002) bahwa Korupsi juga tampaknya berdampak negatif bagi investasi publik dan swasta. Maka pandangan ini dinyatakan bahwa tingkat korupsi dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan sektor keuangan administrasi yang buruk. Ayyadin dan Baltaci (2013) melaporkan pengaruh korupsi memberikan dampak pada kepercayaan investor yang dapat menyebabkan menghambat pasar modal.15 Menurut Limbong Korupsi mempengaruhi tingkat inflasi dan korupsi juga menimbulkan distorsi pada sektor public yang mengalihkan investasi public, mengurangi kualitas pelanyanan pemerintah dan infrastruktur dan menambah tekanan anggaran pemerintah.16 Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam laporan oleh World Bank perubahan investasi di akibatkan oleh stabiitas ekonomi, tingkat korupsi, birokrasi dan kepastian kebijakan ekonomi merupakan 4 faktor yang penting tercipta iklim investasi yang baik. Dalam hal ini ada upaya tersendiri bagi pemerintah untuk memperbaikinya kondisi dalam otoritas tersebut menurut Coase (1979) bahwa korupsi ada di antara pihak swasta. Meskipun korupsi dapat dioperasionalkan sebagai variabel yang mencakup semua, yang terdiri dari suap, inefisiensi birokrasi, dan ketidakstabilan politik, korupsi yang digunakan untuk menggambarkan bentuk penyuapan pada

15 Nuri Baltaci dan Hasan Ayaydın, “Corruption, banking sector, and stock market development: A panel data analysis,” European Journal of Research on Education, 2013, Special Issue: Human Resource Management, 01, no. 2 (2013): 94–99. Muhammad Fazri, Hermanto Siregar, dan Heni Hasanah, “Hubungan Antara Korupsi Dengan Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan: Kajian Empiris Pada Sembilan Negara Dikawasan Asean+3,” Jurnal Ekonomi Pembangunan 15, no. 1 (25 Agustus 2017): 1, https://doi.org/10.22219/jep.v15i1.4643. 16 Bernhard Limbong, Ekonomi kerakyatan dan Nasionlisme Ekonomi h 580 137 sektor swasta dan public,17 dikarenakan korupsi menciptakan distorsi dengan menyediakan beberapa perusahaan akses istimewa ke pasar yang menguntungkan bagi pihak tertentu. Hal didukung oleh pendapat Kurer (1993) mengemukakan pejabat yang korup memiliki insentif untuk menciptakan distorsi dalam perekonomian untuk menjaga sumber pendapatan ilegal mereka dan kemudian berpotensi mendistorsi indikator tata kelola, yang pada akhirnya berdampak pada segala upaya korupsi.18 Setidaknya ketahanan ekonomi negara akan berkurang dengan sendirinya akibat korupsi dengan demikian akan mempengaruhi investasi di negara tersebut dan juga mengubah prediksi iklim investasi yang cenderung negatif dan merugikan para investor dan masyarakat di negara tersebut. Oleh karena itu butuh penanganan iklim investasi dari aspek tingkat korupsi yang sangat mempengaruhi makroekonomi dan pasar modal syariah. Walaupun dari hasil regresi nilai dari penelitian divariabel Gross Domestic Product (GDP), inflasi, BI rate dan kurs tidak berpengaruh terhadap arah Jakarta Islamic index akan tetapi berlawan dengan beberapa penelitian karena besar korupsi dan politis meningkatkan risiko default pemerintah karena penggelapan dana publik mengurangi kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban utangnya. Sebaliknya, ada pandangan bahwa korupsi kecil-kecilan akan pemulus bagi perusahaan untuk mempercepat roda perdagangan.19 Limbong menggambarkan bahwa korupsi akan mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidakefisien baik pada sektor privat, korupsi meningkatkan

17 Habib dan Zurawicki, “Corruption and Foreign Direct Investment.” h 292-293 18 Graham Brooks, Criminology of Corruption: Theoretical Approaches (UK: Palgrave Macmillan, 2013) h 59 19 Suzuki, “Corruption, Interest Rates and Business Cycles.” Fazri, Siregar, dan Hasanah, “Hubungan Antara Korupsi Dengan Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan.” 138 ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran illegal dengan mempermudah birokrasi.20 Namun ada beberapa yang menarik dari konsep dan pandangan ekonom muslim tentang menciptakan iklim investasi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun telah menganalisa hubungan sebab akibat pemerintah yang buruk dan harga-harga pangan yang melonjak, ketika administrasi buruk yang korup dan tidak efisien dengan menggunakan insentif menaikkan pajak sehingga membebani masyarakat dan mengurangi produktivitas ekonomi. Ibnu Khaldun dalam peneilitiannya sejalan dengan teori pertumbuhan modern yang meletakan korupsi dapat menghambat terbesar pertumbuhan ekonomi dan social. Sedangkan dalam pandangan al-Maqrizi mengindentifikasi bahwa administrasi yang buruk, korupsi dan lemahnya politik menyebabkan kekrisisan ekonomi dan melemahnya kebijakan pemerintah dalam menangani ressesi yang terjadi.21 Studi penelitian mengenai iklim investasi yang direpresentasikan dalam tingkat korupsi memiliki berpengaruh terhadap daya tahan ekonomi di Indonesia yang dapat mempengaruhi pasar modal. Ibnu Khaldun meneliti adanya pola yang menyeleweng dari pemerintah yang sifat luas dan dalam pada pasar yang terafiliasi oleh kegiatan korupsi yang didorong oleh perilaku penguasa, rawan dengan penyelewengan dan akan muncul beberapa kebijakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ibnu Khaldun berpendapat melalui perilaku pengauasa inilah korupsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan menjadi penghambat dan dapat menghancurkan suatu negara.22

20 Bernhard Limbong, Ekonomi kerakyatan dan Nasionlisme Ekonomi h 579 21 Muhammad Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam h 347 22 Sofyan Rizal, Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persperktif Ibnu Khaldun dan Relevansinya Dengan Teori Pertumbuhan Kontemporer (Jakarta: al-Hikmah, 2017) h 197-198. 139

Oleh karena itu pandangan dan pendapat yang telah diformulakan oleh para ulama-ulama terdahulu untuk menciptakan keefisienan dalam tataran pembangunan ekonomi menjadikan saran bagi otoritas untuk menciptakan kondisi yang kondusif iklim investasi bagi investor. Islam tegas dalam menegakkan tujuan untuk menghapuskan ketidakadilan, ketidakmerataan, ekspliotasi dan kekeliruan. Penegakan keadilan dan penghapusan ketidakadilan telah ditekankan dalam al-Quran. Tak heran Ibnu Taimiyah mengungkapkan hw “All h menyukai negara adil meskipun kafir, tetapi tidak menyukai negara yang tidak adil tapi beriman, dan dunia akan dapat bertahan dengan keadilan meskipun tidak beriman, tetapi tidak akan bertahan dengan ketidakadilan meskipun I l m” 23 Dari penjelasan di atas, dalam praktik ekonomi Islam menunjukan adanya sesuatu yang baru dibandingkan sistem ekonomi-klasik yaitu penekannya tidak hanya pada persoalan pendekatan hasil, akan tetapi menekankan pada proses. Pendekatan proses dalam menentukan hasil dalam ekonomi Islam tercermin dalam mekanisme pasar dalam Islam. Mekanisme dalam ekonomi Islam tidak dapat dianggap struktur atomisitis, namun akumulasi dan konsentrasi produk terjadi mungkin saja selama tidak melanggar visi misi tujuan syariah (maqasid syariah) dari segi kebebasan dan kerja sama. Dengan demikian dari sisi tersebut teori nilai dalam ekonomi Islam tidak dapat dipisahkan antara manfaat normative dan niai ekonomisnya. Oleh karena itu, ekonomi Islam bisa menjadi alternatif dalam menyelesaikan social ekonomi yang melanda dunia saat ini. Menurut Lui (1996) penyimpangan dari pasar kompetitif yang disebabkan oleh peraturan atau gangguan

Kunieda, Okada, dan Shibata, “Corruption, Capital Account Liberalization, and Economic Growth.” 23 Muhammad Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi h 212. 140 adalah penyebab utama korupsi. Liu juga berpandangan lain bahwa gangguan yang terjadi pada system pasar bebas biasanya menyababkan ketidakefisinan (inefficiencies). Namun suap (korupsi) terkadang mungkin dapat mengembalikan sebagian mekanisme harga dan meningkatkan efisiensi alokasi, oleh karena itu korupsi dapat dipandang sebagai respon optimal pelaku pasar terhadap distorsi pasar.24 Zurawicki dan Habib (2002) berpandangan korupsi juga tampaknya berdampak negative bagi investasi public dan swasta.25 Dalam teori atasan-bawahan (principal agent) teori ini melihat relasi antara dua pihak dan tujuan serta insentif yang terjadi dalam situasi yang tidak seimbang atau selalu identikc dengan hierarki dalam perusahaan atau pejabat negara.26 Sebagaimana halnya dalam menentuan iklim investasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal syariah maupun konvensional terhadap prediksi kondisi/iklim investasi pada negara Indonesia, dalam sejarah keIslam dan ekonomi ulama-ulama terdahulu telah membuat aturan-aturan dalam kebijakan tata ruang dalam ekonomi untuk mencapai kesejahterana kaum muslim. Para ulama-ulama terdahulu telah mendisain dengan hokum-hukum ekonomi secara islam agar ekonomi berjalan sesuia dengan norma-norma kemanusiaan. Selain itu ada juga pengaruh kebijakan pemerintah dalam melindungi investasi terhadap factor-faktor yang rentan terhadap pasar modal perlu untuk dilakukan secara nyata. Hal ini penting karena investasi bersifat

24 Francis T Lui, “Three Aspects Of Corruption,” Contemporary Economic Policy XIV, (July 1996): h 4. 25 Mohsin Habib dan Leon Zurawicki, “Corruption and Foreign Direct Investment,” Journal of International Business Studies 33, no. 2 (Juni 2002): 291–307, https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs.8491017. 26 Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi Indonesia (Jakarta: Gramedia Utama, 2008) h 117-118 141 membantu pemodalan perusahaan dan pemerintah untuk membangun perekonmian negara ini. Meskipun korupsi adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, dalam beberapa tahun terakhir, untuk menilai secara kualitatif tingkat korupsi. Korupsi di seluruh dunia diyakini endemik dan meresap dan merupakan kontributor signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang rendah, menghambat investasi, menghambat penyediaan layanan publik dan meningkatkan ketidaksetaraan sedemikian rupa sehingga organisasi internasional seperti Bank Dunia telah mengidentifikasi korupsi sebagai satu-satunya penghalang terbesar bagi pembangunan ekonomi dan sosial. Perlu bagi akademik dan praktisi untuk kiranya mengkaji kembali keuangan dan ekonomi Islam termasuk dalam menentukan pola dalam iklim investasi di pasar modal syariah sesuai dalam lingkup keilmuan ekonomi Islam. Oleh karena itu, butuh literasi yang cukup banyak untuk membantu pengembangan penelitian terkait ekonomi Islam dan pemerintah mesti memberikan ruang gerak ekonomi Islam dalam mengambil sebuah kebijakan iklim investasi.

142

BAB IV

Implementasi dan Peran Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Arah Iklim Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia Dalam Tinjauan Ekonomi Islam

Dari penjelaskan Bab-bab sebelumnya, pada bab ini akan menjelaskan lanjutan inti dari pembahasan yang terkait pada penelitian ini serta menafsirkan dari hasil data-data yang dihasilkan dari variabel-variabel pada bab-bab sebelumnya dengan membandingkannya dalam perspektif ekonomi Islam secara teoritis. Pada dasar keuangan Islam telah memiliki kontribusi untuk menyeimbangi ekonomi makro dalam mewujudkan tingkat kesejahteraan jangka panjang maupun jangka pendek dan memaksimalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam. Meminjam pendapat Fahri Ali bahwa agama dalam konteks di Indonesia memiliki kecenderungan untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi yang terus berkembang. Hal ini berarti adanya proses perubahan sudut pandang terhadap hal-hal baru dapat menggerakkan pembangunan berbasis nilai agama.1

A. Risiko dan Peluang Iklim Investasi Pasar Modal Syariah Perspektif Makrokonomi. Faktor makroekonomi merupakan faktor yang berada di luar manajemen perusahaan, akan tetapi memiliki pengaruh terhadap kenaikan dan penurunan kinerja perusahaan.2 Dalam melakukan analisa fundamental, penilaian terhadap kondisi

1Muhammad Ramadha, Politik Ekonomi Islam Dalam Narasi Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: LKSI, 2018) h 131 2 Stephen Lumby, Chris‎ Jones, Corporate Finance: Theory & Practice (Singapore: Thomson Business Press, 2003) h 657 143 ekonomi dan variabel yang mempengaruhi pasar modal dapat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang akan di ambil oleh pemodal, bila resesi diperkirakan datang pada negara tersebut, kemungkinan harga-harga saham akan sangat berpengaruh oleh situasi tersebut.3 Faktor makro ekonomi secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham-saham di pasar modal maupun perusahaan di antaranya: tingkat inflasi, kurs valuta asing, kebijakan khusus pemerintah, tingkat suku bunga dan kondisi perekonomian internasional. Perubahan dari faktor makro ekonomi tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang.4 Namun sebaliknya harga saham akan terpengaruh dengan langsung oleh perubahan terhadap faktor makro ekonomi disebabkan para investor lebih cepat bereaksi tak terkecuali grup saham-saham syariah. Jika terjadi perubahan secara makroekonomi, investor akan mengkalkulasi dampak tersebut terhadap kinerja perusahaan dalam beberapa tahun ke depan secara analisis fundamental, kemudian mengambil keputusan terhadap kondisi secara makro sebab harga saham lebih cepat menyesuaikan dirinya daripada kinerja perusahaan terhadap dampak dan perubahan kondisi makroekonomi.5

3 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisa Sekuritas Ed. 3 (Yogyakarta, AMP YKN, 2001) h 317-318. 4 Rini Astuti dan Joyce Lapian, ‚Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2006-2015,‛ Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16, no. 02 (2016): 8. h 400. Muh Nurrohim, ‚Analisis Kausalitas Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Dengan Kinerja Sektor Keuangan Dan Sektor Rill,‛ Economics Development Analysis Journal 2, no. 04 (2013): 16. h 354. 5 Muhammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio,(Jakarta: Erlangga 2015) h 200 144

Pasar modal dianggap sebagai barometer dari performa ekonomi dan memuat informasi penting ekonomi saat ini dan masa depan dari situasi ekonomi pada sebuah negara. Perlunya analisis risiko dan peluang pasar modal secara umum memiliki dampak dari faktor-faktor makro ekonomi yang tidak dapat dihindari, namun bisa diturunkan dengan cara memilih melakukan investasi di negara-negara yang sudah kuat sehingga jika terjadi perubahan tidak terlalu drastis.6 Timbulnya risiko terhadap investasi memiliki beberapa faktor fundamental yang ada dalam suatu negara seperti inflasi, suku bunga, PDB atau nilai tukar rupiah, hal ini dipercaya investor dalam meramal kondisi pasar modal terhadap sirkulasi ekonomi. Kemampuan investor untuk mengestimasi perubahan pada variabel-variabel makroekonomi tentunya akan membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.7 Serta memahami hubungan empiris antara variabel makro ekonomi sebagai faktor penjelas dalam variasi keuntungan pasar modal bisa bermanfaat bagi praktisi pasar modal dan pembuat kebijakan. Faktanya hubungan dinamis

6 Dilansirkan beberapa media bahwa pengusaha berharap agar pemerintah tetap mampu menjaga iklim investasi di dalam negeri menyusul hasil survei World Economic Forum (WEF) yang menurunkan peringkat daya saing RI dari posisi 46 pada 2011 menjadi 50 tahun ini. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto, mengatakan agar semua pihak bisa bertindak untuk melakukan koreksi atas hasil survei tersebut. Apalagi, peringkat penurunan daya saing itu lebih terkait persoalan infrastruktur dan birokrasi yang dinilai sangat mengganggu kelancaran arus investasi selama ini. Agaknya menurut beberapa kalangan investor sedikit khawatir dalam berinvestasi di Indonesia. http://www.kemenperin.go.id/artikel/4368/Iklim-Investasi-agar- Dijaga diakses 09 Jun. 19 jam 01.27 pm. 7 Ikatan Bankir Indonesia, Wealth Management: Produk dan Analisis (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017) h 153. 145 antar variabel didokumentasikan dengan baik dan menjadi isu yang penting dalam perdebatan kinerja ekonomi dalam negara maju maupun sedang berkembang. Karena kondisi pasar merefleksikan perubahan kondisi ekonomi, maka perubahan yang terjadi pada kondisi ekonomi tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan para investor terhadap perekonomian di masa yang akan datang, pasar mepresent-valuekan kondisi yang akan mendatang. Pada masa pengamatan dalam penelitian terkait dengan iklim investasi terdapat dimensi risiko fundamental ekonomi dari variabel-variabel makro yang mempengaruhi iklim investasi serta peluang untuk terhindar atau menghasilkan keuntungan bagi investor yang dapat dianalisa dengan mengestimasi risiko dan peluang di pasar modal Indonesia. Jika kita melihat dari respons kausalitas masing- masing variabel makroekonomi memiliki berpengaruh terhadap iklim investasi syariah di pasar modal Indonesia, namun terkadang ramalan dapat berbeda-beda karena ekonom dan para investor memiliki opini dan analisis yang berbeda terhadap indikator yang dapat mempengaruhi iklim investasi tersebut termasuk juga para akademisi yang mempelajari konetivitas variable makroekonomi dan pasar modal. Selanjutnya, perkembangan pasar Islam (Islamic Market) tampaknya memiliki perbedaan fitur dari perkembangan pasar konvensional dan pertumbuhan pasar saat ini. Mengingat prinsip pasar modal syariah mempunyai perbedaan dalam pandangan politik dan struktur ekonomi, profil risiko dan peluang pada setiap kegiatan yang tampak sangat berbeda kerana analisis risiko dan pengembalian keuntungan pada

146 perkembangan pasar saham syariah yang ditemukan relatif lebih tinggi dari pada pasar negara maju.8 Isu dalam penelitian yang terkait antara variabel makroekonomi dan iklim investasi saham syariah di bursa efek mengalami komplikasi dengan adanya hubungan kointegrasi antara indeks saham syariah dan indicator masing- masing varibael dalam penelitian. Beberapa kajian empiris terbaru tentang keuangan syariah telah mengungkapkan dan menemukan hubungan pasar keuangan syariah dan ekonomi makro mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi indeks investasi syariah sehingga mempengaruhi keputusan investor yang ingin berinvestasi terutama di indonesia. Namun adakalanya juga belum ada beberapa penelitian yang ditemukan mengenai iklim investasi di pasar modal dengan mengambil variable iklim investasi yaitu Indeks korupsi. Pada umumnya, beberapa penelitian mengemukakan hasil bahwa indeks korupsi berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan dan ekonomi local. Dengan demikian pertanyaan adalah seberapa lama kondisi perekonomian itu membaik tersebut akan bertahan sebelm mengalami penurunan? di mana saat kondisi ekonomi memasuki tren menurun pada titik terendah atau disebut dengan resesi, maka harga-harga atau grafik indeks saham di bursa efek akan turun pula, semakin kuat resesi maka drastis juga penurunan grafik pada indeks saham. Pada situasi demikian, biasanya yang akan dilakukan oleh investor

8Vihang R. Errunza, ‚Emerging Markets- A New Opportunity for Improving Global Portfolio Performance.pdf,‛ Journal Financial Analysts Journal 39, no. 05 (1983): Pages 51-58; Stijn Claessens, Susmita Dasgupta, dan Jack Glen, ‚Return Behavior in Emerging Stock Markets,‛ The World Bank Economic Review 9, no. 1 (1995): 131–51, https://doi.org/10.1093/wber/9.1.131. 147 menahan (wait and see) kapan akan saatnya siklis ekonomi akan menemui titik balik dan memulai siklis yang baik maka pada saat itu investor akan mengambil keputusan untuk mengambil investasi pada negara tersebut.9 Pernyatan ini didukung oleh pendapat dari Tan, Chin Wen dan Tan (2015) menggambarkan adanya interaksi variabel makro ekonomi terhadap kinerja bursa efek khususnya syariah dalam kondisi ketidakpastian karena hal ini pasar modal syariah terkadang cukup rentan terhadap krisis keuangan, maka penting juga bagi pelaku industri untuk tetap waspada pengaruh krisis ekonomi terhadap investasi. Kondisi Cyclicality sering dijumpai dalam perekonomian bahwa dalam suatu periode tertentu, kegatan ekonomi terlihat mempunyai pola, dari kondisi yang buruk, membaik, dan mencapai puncak, setalah itu buruk kembali, dan membaik lagi (recovery) dan kembali ke puncak lagi. Demikian seterusnya. Pengenalan poal cycliclical dan pasar modal yang bersifat antisipatif akan membantu dalam melakukan peramalan terhadap ekonomi mengalami resesi. Pemodal (investor) yang melakukan perkiraan terhadap kondisi pasar dengan menggunakan faktor siklus perekonomian perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:10 a. Apabila pemodal dapat memperkirakan kondisi ekonomi terburuk (bottoming out) sebelum kondisi tersebut terjadi, membaiknya kondisi pasar dapat diperkirakan paling tidak sebelum kondisi terburuk tersebut tercapai.

9 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi h 345 10 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisa Sekuritas…. h 323-325 148

b. Pada saat kondisi perekonomian membaik, harga saham mungkin sudah stabil atau bahkan sedikit menurun. Selain itu, investor harus melakukan manajemen risiko yang berhati-hati dan memilih instrumen lindung nilai yang sesuai sehingga praktik pencegahan dapat diambil untuk melindungi stabilitas pasar saham syariah terutama dalam kurun waktu ketidakpastian kondisi ekonomi. Dan juga perlu menentukan kebijakan pemerintah yang tepat untuk mengurangi dampak krisis dan memastikan kestabilan pasar saham-saham syariah.11 Pada pengamatan variabel makroekonomi dan pasar modal syariah terhadap iklim investasi perubahan pada beberapa indikator atau variabel iklim investasi pada objek indek korupsi di Indonesia hampir semua variabel makro dan pasar modal syariah dalam penelitian memiliki pengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia yang akan menyebabkan komponen dari kebijakan makroekonomi dipengaruhi dari situasi iklim investasi tersebut. Pergerakan pasar ekuitas syariah di Indonesia berisi informasi tentang informasi masa depan dengan variasi masa depan dari beberapa variabel. Secara khusus, pasar saham syariah Indonesia lebih banyak didorong oleh faktor domestik. Ini merespon lebih terhadap guncangan moneter dibandingkan dengan guncangan yang lain. Perubahan yang dialami oleh iklim investasi terhadap indikator suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam kebijakan moneter dikarenakan setiap negara memiliki

11 Tan Kim Leng, Chin Wen Cheong, dan Tan Siow Hooi, ‚Stylized Facts and Impact of Oil Price Shocks on International Shariah Stock Markets,‛ IJEM International Journal of Economics and Management 9, no. Special Issue (2015): 77. 149 lembaga keuangan sendiri yang menentukan kebijakan moneter mereka sendiri dalam mengatur tinggi atau rendahnya tingkat suku bunga, sehingga tidak akan mempengaruhi dan penurunan produktivitas ekonomi di negara tersebut, dalam keadaan ini tingkat bunga dapat menjadi salah satu faktor yang akan mengganggu produktivitas dan likuiditas perusahaan, dan akan mengalihkan investor untuk beralih ke bentuk lain dari investasi dalam risiko rendah.12 Secara umum, teori suku bunga dan investasi didasarkan bahwa selama suku bunga tinggi, maka investasi akan menurun begitu pula sebaliknya.13 Investasi yang bergantung pada tingkat bunga karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman, bila tingkat bunga berubah maka jumlah investasi juga ikut akan berubah atau sedikit proyek investasi yang mengalami keuntungan, sehingga menyebabkan kuantitas investasi akan berkurang.14 Pada pengamatan tingkat suku bunga terhadap iklim investasi memiliki pengaruh dengan koefisien yang negatif memiliki pengaruh pada iklim investasi syariah di Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa terjadi kausalitas atau tidaknya antar variabel secara signifikan terhadap perubahan tingkat suku bunga yang cenderung menurunkan daya investasi, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan tingkat suku bunga dapat dirasakan guncangan (shock) secara

12 S D Mahabir, S Pangemana, Dan J E Tulung, ‚Analysis Of Macroeconomic Variables On Stock Market Volatility Of Sector 1 In ,‛ Jurnal Emba 07, No. 02 (2019): 2048. 13 Setyo Tri Wahyudi, Statistika Ekonomi Konsep, Teori dan Penerapan (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017) h 172 14 Muchammad Nadjib, Esta Lestasi, Jusmliani dkk, Investasi Syariah Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2008) h 268 150 periodik terhadap iklim investasi pada masa penelitian. Sehingga jika terjadi kenaikan suku bunga maka iklim investasi akan mengalami penurunan yang menyebabkan penurunan investasi atau memiliki pengaruh.15 Boediono memaparkan dalam teori makro, bahwa fungsi investasi mempunyai slope negatif artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan atau sesuaikan direncanakan.16 Dalam kenyataannya perubahan suku bunga, bila tidak terlalu besar, tidak begitu berpengaruh dalam pembelian barang baru. Dari gambaran di atas dalam padangan ekonomi Islam yang berdasarkan pada konsep ekonomi Islam itu sendiri yang tidak menggunakan suku bunga dalam memperoleh keuntungan (return). Hal tersebut dijelaskan pada konsep tingkat keuntungan sebagai pengganti dari konsep tingkat suku bunga sangat penting dalam teori keuangan Islam, karena tingkat keuntungan memainkan peranan yang sangat sentral dalam menilai harga dari beberapa aset keuangan. Jika suku bunga dapat memanipulasi harga saham, misalnya dengan menciptakan pasar palsu dalam suatu saham yang merupakan aspek lain dari eksploitasi yang akan dianggap

15 Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi Pasar Modal Pengantar Menjadi Investor yang Profesional (Jakarta: Gramedia, 2005) h 108. Buddi Wibowo, ‚Comovement Indeks Pasar Saham Syariah dan Variabel Makro Ekonomi: Pendekatan Regime- Switching Regression,‛ IQTISHADIA 10, no. 2 (11 Januari 2018): 83, https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v10i2.2237. Nousheen Zafar, Syeda Faiza Urooj, dan Tahir Khan Durrani, ‚Interest Rate Volatility and Stock Return and Volatility,‛ European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, no. 14 (2008): 6. 16 Boediono, Makro Ekonomi h 47. 151 sebagai riba dalam Islam.17 Produk keuangan dalam Islam seharusnya tidak berpengaruh terhadap suku bunga, karena pada dasarnya konsep keuntungan adalah konsep skema ex- post (berbasis pos-ditentukan tunai), sedangkan konsep bunga pada dasarnya adalah konsep ex-ante atau ditentukan sebelumnya (basis akrual).18 Akan tetapi jika kondisi suatu negara mengalami deficit financing oleh pemerintah akan memperketat dorongan kompetisi dengan investor atas sumber modal yang terbatas, dan kompetisi ini akan menyebabkan peningkatan suku bunga. Pada akhirnya, kenaikan suku bunga ini akan meniadakan investasi terutama investasi swasta.19 Adiwarman dalam teori ekonomi makro Islam pendapat bahwa ada inisiatif dari mengganti suku bunga dengan variabel expected rate of profit penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit, dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis perusahaan. Sedangkan variabel expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis perusahaan.20 Investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan yang tergantung pada pangsa keuntungan relatif antara investor dan perusahaan. Sehingga penggunaan tingkat bunga diganti dengan pengeluaran pada tingkat zakat dan biaya lain aset kurang produktif juga mempengaruhi keputusan investasi. Menurut

17 Shahnaz Naughton dan Tony Naughton, ‚Religion, Ethics and Stock Trading: The Case of an Islamic Equities Market,‛ Journal of Business Ethics 23 (2000): 145–59. 18 Ari Kuncoro, ‎Viverita, ‎Sri Rahayu Hijrah Hati, Enhancing Business Stability Through,(America: CRC Press, 2017). 19 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Indonesia, h 267 20 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 296. 152

Metwally permintaan investasi akan meningkat dalam ekonomi Islam, apabila: bertambahnya tingkat keuntungan yang diharapkan dan bertambahnya tingkat iuran zakat terhadap aset yang tidak produktif. Oleh karena itu, keuntungan yang diharapkan dalam berinvestasi tersebut menentukan volume investasi dalam ekonomi yang mengenal zakat tanpa bunga, sebab itu, bila tingkat keuntungan yang diharapkan menjadi nol, maka investasi masih terus berlangsung. Hal itu tentu tidak diperoleh dari suatu perekonomian yang tingkat bunganya positif seperti pada konsep ekonomi konvensional.21 Untuk menciptakan stabilisasi ekonomi melalui jalur investasi dan tabungan dalam menggerakkan perekonomian maka zakat memainkan peranan besar, di mana zakat diterapkan dan riba (suku bunga) dilarang, keputusan investasi menjadi bagian integral dari tabungan. Jika investasi tidak menjadi bagian integral dalam keputusan menabung, maka tingkat kekayaan akan menurun. Jika tabungan diikuti oleh investasi, maka tingkat kekayaan tergantung pada rasio bagi hasil dan tingkat pengembalian, karena pembayaran zakat bersifat konstan. Sedangkan Dalam perekonomian konvensional di mana investasi adalah bagian integral dari perekonomian, di mana bunga tidak dilarang dan zakat tidak diterapkan, keputusan investasi sama sekali terpisah dari keputusan menambung. Dikotomi ini menjadi penyebab utama dalam fluktuasi perekonomian.22 Disisi lain, dilihat pada variabel makroekonomi yang lain seperti variabel Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap

21 Muchammad Nadjib, Esta lestasi, jusmliani dkk, Investasi Syariah Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik h 273-279. 22 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia (Jakarta: Kencana, 2015) h 17-18 153 iklim investasi syariah di Indonesia. Di masa pengamatan tingkat PDB terhadap pengaruh iklim investasi syariah memiliki pengaruh dengan koefisien positif dari guncangan (shock) dalam masa pengamatan dari iklim investasi syariah di Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas secara signifikan terhadap perubahan tingkat PDB terhadap turun naiknya iklim investasi dan juga sebaliknya, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan PDB dapat dirasakan guncangan (shock) secara periodik terhadap iklim investasi pada masa penelitian sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan pemerintah. Perencanaan investasi dalam meningkatkan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan menjadi salah satu rancangan pemerintahan saat ini. Dalam teori Brem mengemukakan hal yang dapat menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi perencanaan investasi perusahaan yaitu semakin panjang jangka waktu investasi perusahaan maka semakin stabil perekonomian.23 Sadono Sukirno dalam analisis teori makro, tingkat pertumbuhan ekonomi makro yang dicapai suatu diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil. Dan menurut metode pengeluaran dalam perhitungan pendapatan nasional, salah satu jenis agregatya adalah pengeluaran investasi.24 Menurut Asaolu dan Ogunmuyiwa (2012) dalam Adaramol (2012) bahwa perkembangan ekonomi secara keseluruhan adalah fungsi dari seberapa baik kinerja pasar saham. Bukti empiris dari negara maju serta pasar negara berkembang telah membuktikan bahwa pengembangan pasar

23 Sjamsul Arifin, Bangkitnya perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis (Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008) h 57 24 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo, 2019) h 141. 154 saham sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDB bagi negera tersebut.25 Tingkat investasi sering kali dinyatakan dalam bentuk rasio investasi bruto terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), menurut Keynes, peningkatan daya investasi akan meningkatkan PDB (output) berlipat ganda melebihi besar peningkatan investasi semula. Sebaliknya, penurunan investasi dapat juga menyebabkan penurunan pada PDB secara berlipat ganda melebihi besarnya penurunan investasi semula.26 maka dengan meningkatnya PDB merupakan sinyal yang baik (positif) untuk investasi dan begitu sebaliknya, hal ini karena mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Menurut Fakir Tajul dalam penelitian pada kasus pasar modal di Bangladesh variabel GDP memiliki kontribusi paling signifikan terhadap pengembangan pasar modal di Bangladesh.27 Peran modal investasi dalam meningkatkan PNB dan PDB dikarenakan penanaman modal sebagai sarana untuk mengukur pembangunan suatu

25 Adaramola Anthony Olugbenga, ‚Exchange Rate Volatility and Stock Market Behaviour: The Nigerian Experience,‛ European Journal of Business and Management 4 (2012): 10. 26 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Indonesia, h 258. Babajide Abiola Ayopo, Lawal Adedoyin Isola, dan Somoye Russel Olukayode, ‚Stock Market Response to Economic Growth and Interest Rate Volatility: Evidence from Nigeria,‛ International Journal of Economics and Financial Issues, 6, no. 1 (2016): 7. Shuangqun, ‚Research on the Relationship between Interest Rate and Stock Price in China,‛ International Journal of Science and Research (IJSR) 6, no. 7 (5 Juli 2017): 2093–99, https://doi.org/10.21275/27071710. 27 Islam, Mostofa, dan Tithi,‎ “Macroeconomic‎ and‎ Institutional Determinants of Capital Market Performance in Bangladesh.” 155 pendapatan nasional bruto artinya berinvestasi sebagai sarana yang melibatkan seluruh potensi masyarakat.28 Usaha pemerintah saat ini adalah mengubah paradigma masyarakat dari menabung ke penanaman investasi di bursa efek terus dimotivasi. Hal ini untuk mendorong masyarakat tidak hanya menahan uang mereka dalam bentuk deposito, akan tetapi mengalihkan dalam bentuk investasi di bursa efek untuk menghasilkan keuntungan pada masa depan dan membantu perekonomian negara. Karena selama ini lebih dari satu dekade terakhir konsumsi dan pengeluaran rumah tangga masih mendominasi PDB dengan kontribusi mencapai lebih besar dari 56% PDB, sedangkan pembentukan modal tetap bruto (investasi) hanya tumbuh kisaran 8,69%, lebih rendah dari dibanding ekspor dan impor. Padahal pada masa sebelum krisis kontribusi investasi berada pada kisaran 30% dari PDB.29 Pendapatan nasional sebagai suatu angka atau nilai yang menggambarkan seluruh produksi, pengeluaran, ataupun pendapatan yang dihasilkan dari semua pelaku atau sektor ekonomi dari suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, penanaman modal (investasi) sangat berperan penting dalam meningkatkan Produk Nasional Bruto (PNB) karena semakin besar investasi yang dilakukan maka tingkat PNB negara tersebut juga akan semakin baik yang menggambarkan semakin baik pula tingkat kesehatan ekonomi pada negara tersebut.30 Sementara itu dari variabel makroekonomi lain yaitu inflasi terhadap iklim investasi syariah dalam masa

28 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 139 29 Sri Adiningsih, Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu? (Yogyakarta: Kanisius, 2008) h 102. Lihat: www.katadata.com akses 13.57am 21 Mei 2019 30 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 139 156 pengamatan pada iklim investasi syariah dan tingkat inflasi memiliki pengaruh dengan koefisien positif dalam masa pengamatan pada terhadap iklim investasi syariah di Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas secara signifikan terhadap perubahan tingkat inflasi terhadap iklim investasi dan juga sebaliknya, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan tingkat inflasi dapat dirasakan guncangan (shock) secara periodik terhadap iklim investasi pada masa penelitian dengan tren negatif terhadap iklim investasi syariah di Indonesia. Di samping itu, hubungan antara inflasi memiliki kecenderungan negatif dari dua periode jangka pendek dan jangka panjang. Ketika tingkat inflasi diperkirakan meningkat maka iklim investasi mengalami resesi. dalam penelitian yang lain mendukung yang menemukan Choudhry (2001) ternyata inflasi memiliki hubungan yang positif dengan iklim investasi syariah berupa imbal hasil indeks dibursa saham. Eksplorasi dari tingkat inflasi menunjukkan keyakinan investor terhadap aktivitas ekonomi di masa yang akan datang yang diprediksikan akan mempengaruhi iklim investasi saham syariah sehingga saham secara rata-rata akan mengalami kenaikan sejak periode penelitian.31 Berdasarkan data dari tingkat inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan.32 Oleh karena itu, risiko inflasi disebutkan

31 Choudhry, ‚Inflation and Rates of Return on Stocks.‛ 32 Dalam konteks Indonesia pada beberapa tahun terakhir dari pemerintahan ada beberapa keterangan di media elektronik seperti Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, bagi investor, yang terpenting adalah tingkat pengembalian investasi secara nyata. "Biasanya kan kalau investor asing itu atau investor secara umum itu mempertimbangkan juga real return-nya. Real return investasi yang dimaksud adalah selisih antara tingkat pengembalian investasi 157 juga risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.33 Sehingga mengarahkan investasi pada hal-hal yang non- produktif berupa penumpukan kekayaan seperti bangunan, logam mulia, mata uang asing (kurs) dengan mengorbankan investasi ke arah yang produktif seperti Industrial, transformasi dan lainnya.34 ketika inflasi mengalami peningkatan yang tinggi; risiko dalam bentuk aset keuangan akan meningkat. Selain itu akan melemahkan mata uang domestik terdepresiasi terhadap mata uang asing.35 Fama (1981) dan Geske and Roll (1983) menemukan hubungan inflasi memiliki koefisien negatif dengan iklim investasi pada imbal hasil sehingga inflasi mencerminkan adanya risiko keuangan di masa depan yang menyebabkan iklim investasi terhadap nilai intrinsik saham menjadi terdiskon lebih besar.36

dengan besaran inflasi. Misalkan, tingkat pengembalian investasi satu negara adalah sebesar 5%, dan tingkat inflasi 3%. Maka real return investasinya adalah sebesar 2%. Lihat: Selfie Miftahul Jannah, Inflasi Rendah, Investor Untung atau Buntung? https://finance.detik.com diakses 01 Jun. 19 7.55 am 33 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi h 102 34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 139 35 I Mawardi, T Widiastuti, dan P‎Sucia‎Sukmaningrum,‎“The‎ Impact of Macroeconomic on Islamic Stock Prices: Evidence from Indonesia,”‎ KnE Social Sciences 3, no. 13 (31 Maret 2019): 504, https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4226. 36 Robert Geske dan Richard‎Roll,‎“The‎Fiscal‎and‎Monetary‎ Linkage‎ between‎ Stock‎ Returns‎ and‎ Inflation,”‎ The Journal of Finance 38, no. 1 (Maret 1983): 1–33, https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1983.tb03623.x;‎ Fama,‎ “Stock‎ Returns, Real‎Activity,‎Inflation,‎and‎Money.” 158

Proses inflasi yang terjadi tidak hanya akibat kenaikan- kenaikan dari barang-barang yang dikonsumsi oleh pabrik, namun juga akibat oleh pemerintah itu sendiri. Dalam ekonomi makro Islam, menurut Ibnu Khaldun dalam pandangannya telah membangun hubungan sebab akibat antara pemerintah yang buruk dengan harga pangan yang terus melonjak, serta menjelaskan bahwa pada tahap selanjutnya, ketika administrasi publik menjadi korup dan tidak efisien serta menggunakan pemaksaan perpajakan.37Persoalan tataran makro dapat menyebabkan intervensi harga-harga yang dilakukan di bursa berjangka hanya sarana untuk menguasai komoditi atau memaksakan kepentingan politik bukan untuk kemaslahatan masyarakat.38 Hossein, Zamir, Mirakhor berpendapat bahwa para sarjana dan ekonom syariah mengangkat isu bahwa indikasi terhadap inflasi tidak menjawab, sebaliknya, stabilitas harga dan disiplin fiskal harus dicapai untuk memerangi inflasi tersebut. Dalam hal ini, peran negara dalam menyebabkan inflasi telah menyebabkan disekuilibrium (ketidakseimbangan ekonomi) sehingga perekonomian harus mendapat perhatian serius. beberapa ekonom berpendapat bahwa itu adalah tanggung jawab negara-negara Islam untuk dapat mengambil langkah- langkah yang efektif memeriksa inflasi untuk meminimalkan depresiasi nilai uang. ketika kebijakan pemerintah dari sumber inflasi, pemerintah harus memberi kompensasi kepada peminjam.39

37 Ambok Pangiuk, ‚Inflasi pada Fenomena Sosial Ekonomi:,‛ Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, t.t., 28. 38 Zulfikar MS, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi dan Bisnis Masa Depan, h 45-46. 39 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, Introduction to Islamic Economics: Theory and Application h 151. Idris 159

Selain itu, faktor pengaruh kurs terhadap iklim investasi syariah di Indonesia pada masa pengamatan iklim investasi syariah dan tingkat kurs memiliki pengaruh dengan koefisien positif terhadap iklim investasi syariah di Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas secara signifikan terhadap perubahan tingkat kurs terhadap iklim investasi, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan tingkat kurs terhadap iklim investasi pada masa penelitian dengan tren negatif terhadap iklim investasi syariah di Indonesia. Di samping itu, hubungan antara kurs memiliki kecenderungan negatif .40 Sepanjang tahun penelitian variabel kurs asing terus mengalami fluktuatif secara signifikan dalam masa pengamatan hal ini merupakan sinyal negatif bagi

Parakkasi, ‚Inflasi Dalam Perspektif ISLAM,‛ Laa Maisyir 3, no. 1 (t.t.): 18. 40 Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, data GDP AS kuartal I-2019 yang tumbuh lebih tinggi daripada ekspektasi (3,2%) jadi pemberat rupiah. Indeks dollar AS menyentuh level 98 atau tertinggi sepanjang 2019. Peluang rupiah rebound cukup berat lantaran sudah masuk musim pembagian dividen. Kegiatan ini membuat permintaan the greenback melonjak. Siklus ini bisa berpengaruh pada pelebaran defisit transaksi berjalan di kuartal II. Lihat: Kurs rupiah sulit bangkit. https://investasi.kontan.co.id. Namun kurs juga menanti ketetapan suku bunga sebagai barometer ‚Rupiah kembali menguat pada perdagangan. Di pasar spot, rupiah menguat 0,04% ke Rp 14.233 per dollar AS. Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,1% di Rp 14.228 per dollar AS. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, penguatan rupiah dipicu ekspektasi pelaku pasar bahwa The Federal Reserves kembali bersikap dovish pada pertemuan FOMC. Keyakinan para pelaku pasar didasari dari data ekonomi AS yang kurang memuaskan, seperti data inflasi dan penjualan rumah baru di AS‛. lihat: Kurs rupiah menanti arah suku bunga. https://investasi.kontan.co.id 160 perekonomian yang akan menyebabkan dampak terjadinya inflasi. Menguatnya nilai tukar asing terhadap rupiah akan mengganggu dan meningkatkan biaya impor bahan baku untuk produksi serta dapat meningkatkan tingkat suku bunga.41 Temuan ini didukung oleh pernyataan Bilson et.al. (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel exchange rate secara signifikan memiliki hubungan dan dampak terhadap pengembalian saham pasar modal di negara berkembang yang memiliki koefisien dominan sebagian besar negatif.42 Dan hasil penelitian Maku dan Atanda, secara teoritis, nilai tukar sebagai variabel ekonomi makro diperkirakan akan mempengaruhi kinerja iklim investasi di pasar saham.43 Ketika mata uang terdepresiasi, sehingga impor akan lebih murah dan ini gilirannya akan menyebabkan peningkatan profitabilitas pada perusahaan dan nilai saham perusahaan tersebut. Sementara ekspor domestik mendapatkan insentif untuk meningkatkan nilai rupiah sehingga produk menjadi lebih murah di mata uang asing. Indikasi ini disebabkan pengaruh mata uang domestik berfluktuasi pada laba perusahaan Indonesia.44 Selain pengaruh kurs untuk menciptakan iklim investasi, variabel kurs terpengaruh oleh tingkat korupsi yang

41 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi h 346 42 Christopher M Bilson, Timothy J Brailsford, Vincent J Hooper, Selecting Macroeconomic Variables As Explanatory Factors Of Emerging Stock Market Returns Pacific-Basin Finance Journal, Volume 9, Issue 4, August 2001, Pages 401-426 43. Olukayode E Maku dan Akinwande A Atanda, ‚‘Does Macroeconomic Indicators Exert shock on the Nigerian.pdf,‛ t.t., https://mpra.ub.uni-muenchen.de/id/eprint/17917. 44 Shabri Abd. Majid dan Yusof,‎ “Long‐run Relationship between‎Islamic‎Stock‎Returns‎and‎Macroeconomic‎Variables.” 161 mempengaruhi iklim investasi terhadap kebijakan pemerintah untuk memperkuat daya beli kurs terhadap pembelian barang impor barang dan jasa makin mahal, dengan cerminan kurs valuta asing yang berubah di pasar akan menyebabkan perubahan uang yang beredar di masyarakat.45 Dengan demikian kekuatan dan kelemahan mata uang akan cenderung bergantung pada kekuatan perekonomian yang sedang berjalan terutama pada variabel yang kuat dalam mempengaruhi nilai mata uang. Oleh karena itu pandangan peneliti kurs akan mencermikan kestabilan dalam penekanan praktik ekonomi Islam untuk stabilitas internal pada nilai mata uang, kurs akan terbukti lebih stabil karena semua faktor lainnya yang mempengaruhi kurs. Seperti perkembangan yang berputas, ketidakseimbangan structural dan perbedaan dalam laju pertumbuhan, bersifat jangka panjang dan mempengaruhi tren jangka panjang dalam kurs. Dalam perspektif ekonomi Islam nilai tukar uang dalam ekonom Islam menganut sistem kurs mengembang terkendali (Managed Floating Exchange Rate) dengan pemerintah secara aktif mempengaruhi nilai tukar rupiah, pengaruh pemerintah dilakukan melalui operasi pasar yaitu dengan membeli dan menjual valuta asing di pasar.46 Oleh karena itu nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.47 Satu cara bagi sistem Managed Float untuk memperkirakan target nilai tukar adalah mengikuti indikator

45 I. Wayan Sudirman, Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan Empirikal h 123 46 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Indonesia, h 359 47 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 168. 162 statistik yang merespons kekuatan ekonomi yang sama dengan tren nilai tukar. Kemudian, ketika nilai indikator berubah, target nilai tukar dapat disesuaikan. mendefinisikan nilai tukar mungkin sulit di pasar berdasarkan pada kondisi ekonomi yang fluktuatif dikarenakan tingkat suku bunga.48 Munculnya hubungan antar pasar modal dan exchange rate untuk beberapa alasan: pertama antar variabel mata uang asing dan pasar modal memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam hal kebijakan moneter dan fiskal. Menurut Gavin bahwa booming pasar saham memiliki efek positif pada permintaan agregat dan jika booming pasar saham cukup besar, ekspansi moneter atau kontraksi kebijakan fiskal yang berfokus pada suku bunga dan nilai tukar riil pasti akan dinetralkan. Kedua, dengan memahami hubungan harga saham dan nilai tukar, itu akan membantu untuk memprediksi kemungkinan penurunan keuangan akan dapat menilai iklim investasi syariah di Indonesia.49 seperti pada nilai mata rupiah terhadap dolar pada tahun 1997 yang membuat kolaps pasar saham pada tahun tersebut. Fluktuasi nilai tukar rupiah akan menyebabkan beberapa dampak pada ekonomi. Dampaknya biasanya dalam hal kenaikan harga komoditas di sektor riil, berkurang jumlahnya tabungan domestik, dan banyak dampak lainnya. Ini akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan sangat mungkin bahwa investor akan menarik dana mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penurunan investasi di pasar modal akan menyebabkan harga saham menurun,50

48 Robert Carbaugh, International Economics, (New York: South-Western College, 2008) h 478 49 Hussin‎ dkk.,‎ “The‎ Relationship‎ between‎ Oil‎ Price,‎ Exchange‎Rate‎and‎Islamic‎Stock‎Market‎in‎Malaysia.” 50Mahfoudh‎ Hussein‎ Mgammal,‎ “The‎ Effect‎ of‎ Inflation,‎ Interest Rates and Exchange Rates on Stock Prices Comparative 163 sehingga dapat menyebabkan perubahan iklim investasi di pasar modal syariah di Indonesia dari perubahan kurs tersebut akan mempengaruhi tren bisnis di pasar modal Indonesia. Informasi dini mengenai kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah di negara tersebut sangat diperlukan oleh pemerintah dan pengusaha. Untuk mengukur hal tersebut diperlukan Indeks tendensi bisnis yang merupakan pengamatan kondisi bisnis dalam suatu negara yang dilihat dari hasil survei otoritas atau pemerintah yang terkait untuk melihat perkembangan bisnis yang ada negara Indonesia. Indeks ini menilai kondisi dan persepsi bisnis atas situasi ekonomi terkini serta ekspektasi bisnis ke depan,51 dalam investasi terhadap indeks tendensi bisnis yang sesuai dengan kategorisasi yang dimasukkan dalam indeks tendensi bisnis, namun dilihat dari investasi dilakukan untuk meningkatkan output di masa depan dan memberikan standar hidup yang lebih tinggi di masa depan ada tiga jenis pengeluaran investasi. seseorang melakukan investasi residensial berupa investasi dalam bentuk tempat tinggal yaitu rumah baru untuk ditinggali. Bisnis investasi tetap yaitu dalam bentuk mesin yang dibeli oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa dan investasi inventaris yaitu perusahaan yang menyediakan barang baku untuk diolah oleh perusahaan.52

Study‎Among‎Two‎Gcc‎Countries,”‎International Journal of Finance and Accounting, t.t., 13, https://doi.org/doi: 10.5923/j.ijfa.20120106.06. Gagan Deep Sharma dan Mandeep Mahendru, ‚Impact of macro economic variables on stock market in India,‛ Global Journal of Management and Business Research, 10, no. 07 (2010): 10–14. 51 Muhammad Handry, Krisis Keuangan Di Indonesia (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008) h 56 52 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 46 164

Oleh karena itu, pemerintah sudah berupaya merevitalisasi perekonomian sudah dilakukan lewat melalui dua jalur kebijakan. Pertama, jalur moneter dengan menurunkan suku bunga atau mempertahankan tingkat suku bunga. Tujuannya, supaya dunia usaha dan bisnis dapat melakukan ekspansi bisnis dengan biaya murah. Kedua, jalur fiskal, dengan cara melakukan skema stimulus untuk membangkitkan usaha.53 Dengan melihat tingkat penilaian dari nilai Indeks Tendensi Bisnis yang mendukung dengan peningkatan ekonomi yang cukup tinggi dan lebih baik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ekonomi Indonesia triwulan II-2018 terhadap triwulan II-2017 (y on y) tumbuh 5,27 persen, lebih cepat jika dibanding triwulan II- 2017 yang tumbuh 5,01 persen. Ekonomi Indonesia triwulan II-2018 ini juga lebih cepat jika dibanding triwulan I-2018 yang tumbuh 5,06 persen.54 Kondisi bisnis dan optimisme pelaku usaha triwulan II-2018 meningkat dari triwulan sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan semua kategori lapangan usaha. Keseimbangan bisnis terhadap investasi untuk produksi barang dan jasa yang dilihat dari agregat permintaan akan barang yang ada di pasar. Keseimbangan pasar barang pada sektor bisnis dicapai ketika output agregat sama dengan pengeluaran agregat yang direncanakan (C+I). Untuk perekonomian dua sektor perubahan keseimbangan dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan investasi.55

53 M. Chatib Basri, Rumah Ekonomi Rumah Budaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012) h 89 54 Laporan Indeks Tendensi Bisnis Dan Indeks Tendensi Konsumen 2018 (Jakarta: Bps, 2018) h 23-28. www.bps.go.id 55 Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia (Jakarta : Grasindo, 2005) h 70- 74. 165

Namun perekonomian benar-benar berada dalam keseimbangan hanya jika terpenuhinya keseimbangan umum, yaitu terjadi keseimbangan pada semua pasar secara simultan. Keadaan yang memenuhi syarat di mana keadaan perekonomian yang tingkat pendapatan dan tingkat bunganya stabil.56 Perencanaan kestabilitas uang pada suatu negara akan berpengaruh terhadap perkambangan pasar modal. Negara mengendalikan ekonomi dapat menggunakan kebijakan (fiskal dan moneter). Jumlah uang akan mempengaruhi tingkat bunga, yang pada selanjutnya pengaruhi harga sekuritas dan hampir semua kegiatan ekonomi khusunya arus keluar masuk valuta asing (neraca pembayaran) dan mempengaruhi harga sekuritas.57 Isu akitvitas ekonomi terkait dengan iklim investasi sangat berpengaruh terhadap pemberantasan korupsi membuat suku bunga meningkat dan peningkatan jumlah uang beredar. Untuk tingkat inflasi dan nilai tukar relatif stabil kurang terpengaruh dampak korupsi. Menurut Kumeida dkk, (2015) penurunan korupsi akan meningkatkan arus investasi langung luar negeri dan mengendalikan jumlah uang yang beredar agar dapat stabil di negara.58 Asalkan stabilitas politik terpenuhi, keadilan dalam pemerataan kemakmuran, tidak ada gejolak social, konsistensi penegakan hokum, tidak ada korupsi, stabilitas nilai mata uang okal terjaga dan lembaga pasar uang dalam jangka panjang. Berkenaan dengan stabilitas ekonomi, Ibn Khaldun dalam bukunya Muqaddimah mengatakan bahwa ekonomi

56 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 81. 57 Eduardus Tandelilin, Pasar Modal & Manajemen Portofolio h 211 58 Kunieda, Okada, dan Shibata, ‚Corruption, Capital Account Liberalization, and Economic Growth.‛ 166

(stabilitas) adalah faktor kunci bagi sektor-sektor lain. Ekonomi yang baik mengarah pada stabilitas sektor lain. Sebaliknya, manajemen ekonomi yang buruk dapat membahayakan sektor lain.59 ketersediaan dan mobilisasi sumber daya merupakan sine qua non untuk pembentukan modal riil dan, karenanya dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Proses pengembangan nyata hanya dapat dicapai jika sumber daya dimobilisasi secara efisien dan diubah menjadi kegiatan yang produktif. Ditumpang dengan pengembangan sistem keuangan Islam yang efisien dalam menyediakan hubungan vital antara tabungan dan investasi adalah penting sehingga mendapat mengatasi problematika sistem ekonomi negara yang sakit serta mengubah arah iklim investasi yang didukung oleh ekonomi syariah menjadi berkembang pada negara termasuk negara Indonesia.60

B. Peran Pemerintah pada Iklim Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam. Peran pemerintah sebagai the guardian of the industry menjadikan sponsor utama, penerapan market to market berdasarkan generally accepted valuation principle61, satu misi

59 Bedjo Santoso, Ahamed Kameel Mydin Meera, dan Khaliq Ahmad,‎“Is‎Gold‎Dinar‎the‎Appropriate‎Money‎in‎Islam ?,”‎Journal of Islamic Finance 6, no. Special Issue (Januari 2017): 73–90, https://doi.org/10.12816/0047341. 60 Abul Hassan, M.A. Choudhury, Islamic Economics: Theory and Practice (UK: Routledge , 2019) h 281. 61 Prinsip penilaian yang diterima secara umum yaitu adanya kesepakatan di seluruh dunia mengenai fundamental yang mendukung disiplin penilaian, hukum lokal dan keadaan ekonomi mungkin membutuhkan aplikasi khusus (dan kadang-kadang terbatas), tetapi dasar-dasar metode dan teknik penilaian secara umum mirip di hampir seluruh dunia. Hal ini terdiri dari konsep 167 utama pemerintah adalah menciptakan governance yang kuat, di mana Indonesia telah menjadi salah satu negara dalam keseriusan pemerintah dan pelaku pasar modal untuk menciptakan sebuah industri yang lebih sehat dan kompetitif secara nasional maupun internasional. Dalam pelaksanaan tugas pembangunan ekonomi nasional, pemerintah harus mendukung segala proses kegiatan dan mengawal setiap kegiatan perekonomian. Termasuk pada sektor industri keuangan terutama pasar modal yang memiliki peran yang penting dalam mendorong pembangunan nasional. Barnanke dan Kutter menyatakan efek dari kebijakan moneter pada tujuan makro ekonomi tidak langsung dan tertinggal, dan pengaruh langsung terhadap kebijakan moneter adalah pasar modal.62 Perkembangan pasar modal pada investasi syariah dalam beberapa tahun terakhir memberikan kontribusi yang besar terhadap arah perekonomian Islam terutama pembangunan berskala nasional.63 Dengan kajian keuangan syariah di tanah dan properti konsep real estat dan aset, harga, biaya, pasar, nilai dan nilai pasar. 62 Bernanke, B., and M. Gertler, Agency Costs, Net Worth and Business Cycle, American Economic Review 79, 1989, h 14-31. 63 Pada periode presiden Jokowi 2015 di bidang ekonomi yang dihadapi tidaklah mudah, secara umum paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan dalam kebijakannya, berupaya untuk dapat menyentuh berbagai aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. tujuannya untuk menangkal perlambatan dan keluar dari zona merah ekonomi terutama dampak dari perlambatan ekonomi dunia dan faktor-faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi ekonomi domestik dengan cara memberikan perhatian kepada investasi yaitu memperbaiki struktur ekonomi yang lebih kondusif bagi perkembangan industri, kepastian berusaha di bidang perburuhan, kemudahan investasi, memangkas berbagai perizinan serta memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan kredit 168

Indonesia yang mengalami peningkatan dan penyesuaian terhadap lingkungan ekonomi Indonesia terutama pasar modal syariah yang berkontribusi dalam rancangan pembangunan nasional. Rancangan tersebut sebagaimana yang tertuang dalam masterplan Komite Nasional Keuangan Syairah (KNKS) untuk membantu pemerintah mencapai tujuan umum pembangunan nasional di antaranya:64 a. Menarik investasi asing untuk mendanai proyek- proyek infrastruktur, pendidikan, pertanian dan lain- lainnya yang diperlukan. b. Menggerakkan tabungan domestik untuk pembiayaan proyek-proyek nasional dan mendukung iklim investasi yang lebih baik; c. Meningkatkan daya saing industri keuangan dengan mempromosikan persaingan yang sehat antara institusi keuangan konvensional dan syariah dengan berfokus pada inovasi produk, kualitas pelayanan, dan efisiensi melalui skala ekonomi dan tataran bermain yang setara; d. Meningkatkan peran Indonesia dalam mendukung keuangan syariah mengingat Indonesia merupakan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Pembangunan ekonomi harus di topang investasi yang merupakan salah satu lokomotif pembangunan dan sebagai

perbankan. Dari sini ada beberapa kebijakan presiden Jokowi yang terfokus pada tiga hal besar yakni: meningkatkan daya saing industri; mempercepat proyek-proyek strategi nasional dan mendorong iklim investasi di sektor properti. Widhu Putra, Perekonomian Indonesia h 10. 64 Komite Nasional Keuangan Syairah (KNKS), Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia 2019-2024 h 6 169 salah satu sumber pembangunan ekonomi.65 Begitu penting peran dan dukungan investasi terhadap kelanjutan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat disadari betul oleh pemerintah. Sebab beberapa pembangunan proyek-proyek membutuhkan dukungan dana yang besar. Untuk itu peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat penting, nilai jual daerah terhadap investor sangat ditentukan oleh kondisi daerah maupun nasional. Kondisi yang dimaksud adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen pelayanan, kualitas masyarakat, fasilitas dan kemudahan yang diberikan serta stabilitas politik dan penegak hukum.66 Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh industri keuangan pada investasi syariah di pasar modal dalam rangka mengembangkan industri keuangan syariah diantaranya: a. Literasi terhadap pemahaman masyarakat mengenai pasar modal syariah; b. Risiko pasar dalam negeri yang mengakibatkan investor tidak berminat; c. Aturan masih mempersulit investor untuk berinvestasi; d. lingkungan politik dan ekonomi yang dianggap belum stabil. Diperlukannya koordinasi dan sinergi kebijakan dalam mendorong lembaga di bawah kontrol pemerintah dapat menjadi lokomotif pengembangan pangsa pasar modal pada investasi syariah baik sebagai pihak penerbit maupun sebagai investor.67 Strategi pengembangan pasar modal syariah sebagaimana tertuang dalam roadmap pasar modal syariah 2015-2019 yaitu perlunya pengupayaan penguatan pengaturan atas produk, lembaga dan profesi yang terkait dengan investasi syariah di

65 Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 49 66 Widhu Putra, Perekonomian Indonesia h 136-137. 67 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Edisi Kedua (Jakarta: Prenada Media, 2017) h 150 170 pasar modal Indonesia, dalam rangka mempercepat pertumbuhan pasar modal berbasis syariah diperlukan peningkatan supply dan demand atas produk dan jasa pasar modal syariah masih rendah tingkat likuiditas produk syariah, serta melakukan koordinasi kebijakan dalam pengembangan investasi syariah.68 Pada bagian ini bagaimana pemerintah dapat berperan sebagai investor dan pemegang kebijakan (Policy Maker) sebagai salah satu praktik dari kebijakan fiskal dari sisi pengeluaran dan kebijakan moneter untuk menekan gejolak dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah bagian penting dari pembangunan negara, keberhasilan tidak akan terlihat tanpa adanya hasil riil berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di bidang ekonomi. Dalam hal ini pertumbuhan ditandai dengan masuknya dana ke dalam sistem ekonomi suatu negara.69 Salah satu peran pemerintah dalam mengatur perekonomian adalah dengan penerapan kebijakan yang baik dan mengarah kepada kedaulatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sarana dan prasarana terutama untuk menunjang iklim investasi syariah. Pertumbuhan ekonomi membutuhkan lingkungan politik (Political Stability) yang stabil agar dapat menciptakan insentif untuk investasi, sistem hukum terhadap korupsi, penyuapan dan pengembalian alih hasil-hasil dari investasi. Bahkan dalam lingkungan yang kondusif atau tidak ada kejahatan pun keputusan politis dapat memengaruhi insentif untuk berinvestasi dan produktivitas dari investasi tersebut

68 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 Devisi Pasar Modal Syariah h xx 69 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 138 171 termasuk peraturan-peraturan seperti pada perdagangan surat berharga, perlindungan terhadap pemikiran melalui hak-hak dan pada masalah-masalah yang lain.70 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi iklim investasi seperti 1. Kualitas infrastruktur; 2. Kualitas Keamanan; 3. Transparansi urusan pemerintah; 5. Kondisi makroekonomi; 6. Kualitas kelembagaan;71 faktor ini akan menjadi PR bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas iklim investasi agar membangun negara ini lebih baik dari negara-negara yang lain. Upaya perbaikan iklim investasi untuk menarik investor lokal maupun asing telah diupayakan oleh pemerintah yaitu dengan memberikan banyak produk investasi dengan arah baru bagi para investor yaitu investasi syariah. Inovasi investasi ini telah diupayakan untuk menarik modal dari masyarakat untuk mau menanamkan modal mereka di pasar modal. Di mana ada inovasi dalam investasi menjadi pembeda dalam karakteristik dalam investasi di pasar model Indonesia yang mungkin dapat membantu mendorong masyarakat terutama muslim indonesia turut andil dalam pembangunan negara. Mengarahkan kebijakan yang tepat dalam iklim investasi72 memainkan peran yang sangat penting dalam

70 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 139 71 Sjamsul Arifin, Bangkitnya perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 173. 72 Secara umum, ini termasuk tiga kategori besar, yang pertama mencakup masalah ekonomi makro atau tingkat negara, seperti kebijakan fiskal, moneter, nilai tukar dan stabilitas politik. Yang kedua meliputi tata kelola dan lembaga, termasuk pelecehan birokrasi dan sistem keuangan dan hukum. Kategori terakhir mencakup infrastruktur yang diperlukan untuk investasi produktif, termasuk transportasi, listrik, dan komunikasi. Lihat Mary Hallward-Driemeier, Scott Wallsten, dan Lixin Colin Xu, 172 menentukan seberapa besar hambatan dan peluang yang diuntungkan bagi para pelaku terkait dengan investasi. Mensimulasikan peraturan dengan tepat akan menciptakan iklim investasi yang menarik seluruh yurisdiksi nasional walaupun secara teknis sangatlah sulit karena banyak berbagai kepentingan yang harus diikutsertakan dan secara politis dan sosial bersifat destabilisasi.73 Juga, dalam mengidentifikasi hambatan iklim investasi bank dunia, WEF dan JETRO untuk Asia menganalisa berbagai sekmen terhadap pengaruh perjalanan investasi, di antaranya:74 a. Kondisi infrastruktur yang kurang memadai b. Kebijakan yang tidak jelas dan tidak pasti dari pemerintah maupun perusahaan c. Prosedur perpajakan yang sulit dan rumit d. Prosedur perdagangan yang sulit dan rumit e. Upah buruh yang semakin mahal f. Masalah perburuhan seperti demonstrasi dll. Dari faktor di atas yang mempengaruhi daya saing global terhadap dorongan investasi perlu dipertimbangkan bagi pemerintah75 Indonesia masih harus meningkatkan

‚Ownership, Investment Climate and Firm Performance.: Evidence from Chinese Firms,‛ The Economics of Transition 14, no. 4 (Oktober 2006): 629–47, https://doi.org/10.1111/j.1468- 0351.2006.00267.x. 73 Majalah Prospek Cerah Investasi Di Kabupaten Pakpak Bharat (Pidii, 2019) h 10. 74 Sjamsul Arifin, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 174 75 Dalam persaingan globalisasi ini, peran negara tidak cukup menjadi penjaga, tugas negara menjalankan peran sebagai: a. Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang produksi yang belum cukup atau kurang merangsang prakarsa dan minat pengusaha; b. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang produksi yang penting bagi negara; c. Pengelola dan pengusaha di 173 ketersediaan infrastruktur, stabilitas makroekonomi, serta kesehatan dan pendidikan, risiko nilai tukar rupiah juga menjadi kendala kondisi pendukungan investasi.76 Iklim investasi di Indonesia masih dianggap masih sulit karena masih banyaknya aturan yang membuat para investor sulit untuk menanamkan modal di Indonesia menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, mengklaim iklim investasi di Indonesia pada beberapa tahun agak berat. Menurut Thomas, sejumlah faktor yang memengaruhi tak lain terkait gejolak nilai tukar mata uang rupiah di awal kuartal II 2018 hingga ancaman perang dagang di pasar global. Thomas menilai pemberian insentif yang merupakan inisiatif dengan Kementerian Perindustrian itu dapat berdampak optimal. Pasalnya 40% dari investasi nasional merupakan sektor industri. Pemberian insentif tersebut dinilai dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat persaingan antar negara untuk menarik investor asing saat perang dagang menjadi kian sengit.77 Menurut beberapa ahli bidang-bidang produksi yang menguasai hajat masyarakat; d. Mengimbangi bagi kekuatan pasar pengusaha swasta; e. Penunjang pelaksanaan kebijaksanaan negara. Bernhard Limbong, Ekonomi Kerakyatan Dan Nasionalisme Ekonomi, h 294-295. 76 Tim Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 (Jakarta: Gremedia, t.t) h 202. 77 Kepala BKPM: Iklim Investasi di Indonesia Tahun Ini Agak Berat", https://tirto.id/kepala-bkpm-iklim-investasi-di- indonesia-tahun-ini-agak-berat-cN2p. Diakses 01 Jun. 19. 13.46 am. Menambahkan disisi yang lain Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM) Thomas Lembong mengakui capaian investasi sepanjang tahun 2018 masih jauh dari harapan. Pertumbuhan investasi melambat dari di atas 10 persen pada 2017 menjadi sekitar 4 persen pada 2018. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 tak mencapai target. "Memang realisasi investasi di 2018 cukup mengecewakan. Itu tentunya juga jadi salah satu faktor 174 seperti Marx, Hebarmas dan Rawls kita dapat menentukan pelbagai pemikiran mengenai peran negara salah satu yaitu perlunya perbaikan-perbaikan dalam regulasi terhadap pasar modal. Ketika globalisasi kian merambah dan menjadi Mega kapitalis, maka peran negara membangun politik regulasi dalam tingkat yang sangat tinggi untuk mengimbanginya.78 Untuk itu perlu dikaji bagian yang mempengaruhi iklim investasi yang akan ditinjau daru persepktif Ekonomi Islam sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Stabilitas Ekonomi dalam Tinjauan Makroekonomi Islam Stabilitas ekonomi mengacu pada kondisi di mana output nasional tumbuh dengan baik dengan inflasi yang rendah serta penggunaan sumber daya yang maksimal.79 Sutton dan Tosovky menyatakan bahwa stabilitas ekonomi adalah situasi atau kondisi di mana sistem tersebut dapat; mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam kegiatan produktif pada waktu yang berbeda-beda; memprediksi dan mengukur risiko finansial dan menyerap guncangan (shock) artinya stabilitas ekonomi meliputi efisiensi dan ketahanan sistem keuangan yang notabene merupakan suatu konsep kompleks.80

ya g menyebabkan ekonomi secara total di bawah keinginan kita," : Ambaranie Nadia Kemala Movanita, "BKPM: Realisasi Investasi Tahun 2018 Cukup Mengecewakan", https://ekonomi.kompas.com/ 78 Bernhard Limbong, Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi,( Jakarta : Margaretha Pustaka, 2011) h 294. 79 Karl E. Case dan Ray C Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi 8, h 19 80 Tim Bank Indonesia, IMF & Stabilitas Keuangan Internasional (Jakarta: Alex Media Komputindo, t.t) h 13. 175

Pada umumnya, pemerintah berupaya menciptakan stabilitas keamanan dan politik, memelihara kestabilan ekonomi agar menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal ini sejalan dengan Samuelson menyatakan dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki iklim investasi, pemerintah harus melakukan efisiensi, keadilan dan juga stabilitas dalam negara.81 Bagi Indonesia efisiensi, keadilan dan stabilitas tersebut di atas secara penuh masih dalam level proses dan pemerintah harus memperbaiki untuk meningkatkan stabilitas ekonomi.82 Prinsip dasar keuangan untuk mencapai kestabilan ekonomi dalam tinjauan keuangan Islam yaitu dengan mewujudkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan ekonomi, efisien, dan pertumbuhan ekonomi yang di atur dalam al- Quran dan Sunah. Keuangan Islam sama sekali berbeda dari keuangan konvensional untuk mencapai kestabilan makro ekonomi.83 Tidak hanya melarang semua bentuk bunga,

81 Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 66. 82 Dilansirkan di antarnews menurut pendapat Bahana Sekurita Muhammad Wafi menuturkan stabilitas ekonomi nasional yang terjaga dapat memberikan harapan bagi investor untuk tetap berinvestasi di pasar saham. ‚bagi investor yang penting stabilitas ekonomi di dalam negeri terjaga, mengingat kondisi perekonomian global masih dibayangi ketidakpastian. IHSG melemah, Analis: Stabilitas ekonomi bikin investor bertahan di pasar saham. https://www.antaranews.com di akses 14 Juni 2019 jam 02.23 p.m. 83 Keuangan Islam sekarang merupakan segmen material dari dunia keuangan global. Apakah kemunculannya sebagai kekuatan signifikan dan bersaing dalam penyediaan jasa keuangan sesuai dengan paradigma ekonomi Islam dan pandangan dunianya masih harus dilihat. Ada beberapa temuan teoritis dan empiris yang menjanjikan yang menunjuk pada kontribusi positif keuangan Islam untuk inklusi keuangan, stabilitas keuangan, atau bahkan 176 transaksi berbasis spekulasi84, dan perdagangan utang, ia tidak menggunakan pinjaman dan kredit sebagai bentuk intermediasi keuangan.85 Zarqa memiliki pandangan bahwa sistem ekonomi Islam yang dimiliki oleh sistem Islam berbasis ekuitas (bebas bunga) dapat berkontribusi, sementara sistem berbasis bunga mempredisposisi ekonomi terhadap

perkembangan ekonomi yang lebih baik. Namun, masih ada keraguan apakah keuangan Islam dapat membedakan dirinya dari mitra konvensionalnya. Atau, pada akhirnya, akan ada konvergensi antara keduanya, dengan keuangan Islam menjadi serupa dengan keuangan konvensional. Pada saat yang sama, keuangan Islam masih dikepung oleh masalah-masalahnya sendiri, yang meliputi kurangnya standarisasi dan harmonisasi, sumber daya manusia dan bakat yang tidak memadai, dan kerangka kerja yang tidak memadai untuk menangani risiko yang unik bagi keuangan Islam. Masalah- masalah ini menambah kebutuhan untuk memiliki efek nyata yang nyata dari keuangan Islam yang sejalan dengan tujuan syariahnya.Mansor H. Ibrahim dan Nafis Alam, ‚Islamic Economics and Islamic Finance in the World Economy,‛ The World Economy 41, no. 3 (Maret 2018): 668–73, https://doi.org/10.1111/twec.12506. 84 Spekulasi pasar modal cenderung mengguncangkan harga melalui pembelian yang berlebihan manakala harga diperkirakan meningkat atau menjual ketika harga sedang turun. Dalih yang mengatakan bahwa spekulasi yang dilakukan oleh spekulan membantu menstabilkan harga saham (atau iklim investasi dalam skala besar) hanya benar jika spekulan bergerak menurut arah yang berbeda-beda dan bagian-bagian terpisahkan itu bergerak saling mengoreksi. Ini dapat terjadi kalau tidak ada perbedaan dalam harga jual dan harga beli saham-saham. akan tetapi namanya juga spekulasi, tentu menyangkut penilaian dan antisipasi yang didasarkan pada sekedar informasi dan rumor yang ada. Lihat Umar Chapra, al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil, h 74. 85 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Noureddine Krichene And Abbas Mirakhor The Stability Of Islamic Finance h 80 177 ketidakstabilan.86 Kebijakan stabilisasi adalah implementasi kebijakan moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi perekonomian, khususnya fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat pengangguran.87 Tujuan dari stabilitas (moneter dan fiscal) dalam indikator ekonomi adalah terciptanya keadilan ekonomi yang dijalankan dengan sistem Islam, sehingga pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja penuh, tingkat inflasi bukan merupakan tujuan melainkan sebagai sarana untuk menciptakan distribusi ekonomi yang adil. Oleh karena itu, stabilitas ekonomi hanya merupakan indicator yang harus dicapai agar distribusi ekonomi yang adil tidak dapat dicapai tanpa stabilitas ekonomi? Distribusi ekonomi tetap dapat dijalankan, namun tentunya tidak dapat mencapai sasaran secara optimal.88 Maka demikian stabilitas merupakan kondisi yang diupayakan tetap ada sehingga kedua fungsi pemerintah sebelumnya tetap dapat dijalankan, karena itu, stabilitas dan keakuratan perkiraan dalam lingkungan perekonomian yang sangat penting mengakumulasi kapital dan pertumbuhan produksi. Akan tetapi korupsi telah menyebabkan banyaknya diskontraksi antar pelaku ekonomi dan pemerintahan. Umar chapra menuturkan bahwa kinerja stabilitas ekonomi yang lebih baik akan dapat mereduksi kesulitan-kesulitan investor dan kesenjangan yang cenderung diciptakan oleh resesi, inflasi, pergerakan harga yang tak menentu dan kurs asing. Oleh karena itu, sekalipun dalam masyarakat muslim tidak

86 Muhammad Anas Zarqa, ‚Stability in an interest-free Islamic economy- A note.pdf,‛ Pakistan Journal of Applied Economic 2, no. 2 (1983): 181–88. 87 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 8. 88 Nurul Huda, dkk., Keuangan Publik Islami: Pendekatan Teoritis dan Sejarah, h 70. 178 akan bergantung pada optimalitas pareto dalam memformulasikan untuk mencapai suatu kebijakan dan menekankan pertumbuhan ekonomi yang optimal dan meminimalisasikan ketidakpastian sangat diperlukan untuk memenuhi implikasi dari Khalifah dan ‘adalah.89 Resep-resep kebijakan dalam ekonomi Islam telah menjadi saran (penghapusan spekulasi pasar modal dan Riba diganti dengan penerapan karena bagi hasil dengan pembayaran tunai) kedua hal ini akan menjamin sehatnya pasar modal yang sangat penting bagi jalannya perekonomian atas dasar modal sendiri yang efisien.90 Ada alasan untuk meyakini bahwa hubungan antara finansial dan pertumbuhan riil ekonomi akan menjadi kuat dalam ekonomi Islam di mana bagi hasil dapat diharapkan memiliki pengaruh positif yang signifikan pada proses investasi-tabungan. Hubungan positif antara ekspansi pasar keuangan dan pengembangan keuangan di satu sisi dan antara pengembangan keuangan dan pembangunan ekonomi di sisi lain mengharuskan partisipasi aktif oleh otoritas moneter dalam mengembangkan infrastruktur keuangan perekonomian.91

2. Kualitas Infrastruktur Terhadap Meningkatkan Investasi Dalam Tinjauan Ekonomi Islam Infrastruktur merupakan salah prasyarat utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang merata menunjukkan adanya investasi, dan investasi yang merata

89 Muhammad Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi h 215 90 Umar Chapra, al-Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yoyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997) h 75 91 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, Introduction to Islamic Economics: Theory and Application h 285. 179 mencerminkan adanya pembangunan dan mampu melayani pergerakan ekonomi.92 Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk meringankan beban dunia usaha. Prioritas pertama, pemerintah meminta pemda memberikan fasilitas dan kemudahan agar usaha bisa tetap berjalan baik. Prioritas kedua adalah peningkatan pembangunan proyek infrastruktur di seluruh Indonesia untuk mengatasi gelombang pengangguran, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, energi, perhubungan dan perumahan. Selain akan menyerap tenaga kerja, proyek infrastruktur juga membuat perekonomian akan bergerak.93 Ada beberapa komponen dalam suatu negara yang harus dibenahi dengan mengembangkan infrastruktur di antara:94 1. Perlunya perbaiki kapasitas kelembagaan dan tata kelola pemerintah karena sangat penting untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dan investor dalam meningkatkan iklim investasi. 2. Isu spending infrastrucutr dalam mendukung investasi infrastruktur karena anggaran negara untuk sektor ini masih minim dan lebih banyak mengandalkan sektor swasta dan perbankan

92 Entatarina Simanjuntak, Luhur Selo Baskoro, Melisa Aulia, Iman Argiono, Menik Wahyuningsih, Pemantauan Pelaksanaan Investasi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum, (Jakarta: Pusat Kajian Strategis Kementerian Pekerjaan Umum, 2015) h 1. Rosramadhana, Bungaran Antonius, Strategi dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi Daerah Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Pustaka, 2018) h 109. 93 Rindang Bangun Prasetyo, ‚Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia,‛ Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan 2, No. 2 (Mei 2009): 15. 94 Ainur Rofiq, Kemajuan Ekonomi Indonesia h 47. 180

3. Masalah lain yang juga perlu dipertajam adalah isu seberapa besar strategi ideal yang dipenuhi agar rakyat miskin memiliki akses terhadap infrastruktur dan memenuhi target MDGs; 4. Untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Pembangunan infrastruktur dalam tinjauan ekonomi Islam sebagaimana yang telah dilakukan pada zaman nabi Muhammad SAW, beliau membangun infrastruktur berupa sumur umum, pos, jalan raya, dan pasar. Kemudian dilanjutkan oleh para khalifah seperti Umar ibn Khattab r.a., telah mendirikan dua kota perdagangan yang besar yaitu Basrah (sebagai pintu masuk perdagangan dengan romawi) dan kota kuffah (sebagai pintu masuk kota persia), selain itu juga khalifah Umar juga membangun kanal dari Fustat ke laut merah, sehingga orang yang membawa gandum ke kairo tidak perlu lagi naik onta karena mereka bisa menyeberang dari sinai langsung menuju laut merah.95 Dengan pembangunan infrastruktur tersebut, persediaan dan kapasitas produksi ekonomi negara Islam berkembang pesat, pada zaman pemerintah Islam tidak ada masalah bagi orang-orang non- muslim untuk ikut dalam pembangunan negara Islam. Di negara Indonesia perkembangan infrastruktur berjalan sangat cepat sejak era reformasi ini, percepatan ekonomi digenjot dengan menaikkan proyek infrastruktur yang dapat membantu bisnis dan mempermudah inverstasi. Pemerintah Indonesia sadar pentingnya untuk memperbaiki kondisi

95 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 299. Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, h 100-101. Mustafa Murrad, Kisah Hidup Umar ibn Khattab h 154. Khalif Muammar, ‚Faktor Kegemilangan Tamadun Islam: Pengajaran Dari Masa Lalu,‛ Jurnal Hadhari Bil 02 (2009): 18. 181 infrastruktur sehingga dapat memberikan jalan bagi iklim investasi dan bisnis menjadi lebih menarik. Saat ini, tidak ada cukup banyak jalan, pelabuhan, bandara, dan jembatan di Indonesia (ekonomi terbesar di Asia Tenggara), sedangkan- tidak jarang-kualitas infrastruktur yang sudah ada mampu memadai kondisi geografi investasi. Namun, pengembangan infrastruktur Indonesia (baik infrastruktur keras maupun lunak) bukanlah tugas yang cepat dan mudah. Nusantara terdiri dari sekitar 17,000 pulau (meskipun banyak dari pulau- pulau ini tidak ada penghuni dan tidak menunjukkan aktivitas ekonomi), untuk meningkatkan konektivitas dan menyiratkan ada kebutuhan untuk fokus pada infrastruktur (dan biaya lebih mahal). Hal ini terlihat pada tabel dibawah ini bahwa peningkatan infrastuktur untuk memaju perkembangan iklim investasi dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan pembiayaan untuk membangun infrasturktur terutama di era Kepresidenan Joko Widodo:

182

TABEL 4.1 PENDANAAN INFRASTRUKTUR INDONESIA

TAHUN INFRASTRUKTUR

2002 152.278

2003 155.609

2004 318.488

2005 320.724 2006 357.414 2007 357.789 2008 345.240 2009 330.112 2010 520.932.082 2011 599.692.276 2012 641.182.301 2013 576.000 2014 675.005.895 2015 682.389 2016 832.735 2017 892.801 2018 959.307.381

Sumber: WorldBank, Data di olah

Data di atas yang di ambil dari Worldbank menjelaskan pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk pembangunan kemudahan berinvestasi di Indonesia terus mengalami kenaikan dan penrunan. Setiap Presiden berbeda dalam mengambil keputusan untuk infrastruktur dan penganggaran untuk infrastruktur, pada masa presiden Jokowi pembangunan di genjot untuk upaya memobilisasi dan kemudahan berbisnis dimana Indonesia tengah mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dalam empat tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo atau hingga Oktober 2018, pemerintah

183 telah membangun jalan nasional sepanjang 3.432 km dan jalan tol sepanjang 941 km.96 Peningkatan infrastruktur berbarengan dengan peningkatan indeks daya saing. Dikutip dari laporan Global Competitiveness Report 2019 yang dirilis World Economic Forum (WEF), tahun 2018, sub-indeks infrastruktur Tanah Air adalah 67,7. Pada 2018, nilai sub- indeks infrastruktur Indonesia adalah 66,8. Namun ditahun 2019 pada 2019, indeks daya saing tersebut turun tipis 0,3 poin jadi 64,6.97 Namun peningkatan tersebut banyak dinilai oleh sebagian public Indonesia sehrus positif tetapi dianggap negative. Pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan mobilisasi dalam investasi menurut Prasetyo dan Firdaus merupakan langkah yang tepat bagi pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur untuk bisnis agar memudahkan dunia usaha serta menjadikan pelayanan bagi investor dalam bisnisnya. Dengan demikian infrastruktur mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di Indonesia. Oleh sebab itu kebijakan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dalam menghadapi krisis global sangatlah tepat dan perlu

96 Yuli Yanna Fauzie, Beda Pembangunan Infrastruktur Era Soeharto Hingga Jokowi,https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190108205316- 532-359404/beda-pembangunan-infrastruktur-era-soeharto-hingga- jokowi. Diakses 15 October 2019, 10.38 am 97 Tirta Citradi, 5 Tahun Jokowi, Infrastruktur Capai Target Nggak Ya? https://www.cnbcindonesia.com/news/20191014145618- 4-106825/5-tahun-jokowi-infrastruktur-capai-target-nggak-ya/2. Tirta Citradi, Daya Saing RI Turun, Apa Sih yang Jadi Penyebab Menurut WEF?. https://www.cnbcindonesia.com/news/20191010180356-4- 106043/daya-saing-ri-turun-apa-sih-yang-jadi-penyebab-menurut- wef. Di akses 15 October 2019. 10.48 am 184 mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.98 Richaud et al. mengungkapkan memberikan dukungan tambahan untuk dampak positif infrastruktur terhadap investasi. Berdasarkan teori pertumbuhan endogen, mereka membuat model empat kuasi untuk menyelidiki dampak infrastruktur terhadap pertumbuhan, perdagangan, investasi domestik, dan investasi asing. Perkiraan mengkonfirmasi dampak positif infrastruktur terhadap iklim investasi.99

3. Kepastian Hukum dan Keamanan Investor Penegakan hukum dan keamanan bagi investor100 merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam

98 Prasetyo dan Firdaus, ‚Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia.‛ Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan No. 2 Vol. 2. 2009 h 15 99 Christine Richaud dan Khalid Sekkat, ‚Infrastructure and Growth Spillovers: A Case for a Regional Infrastructure Policy in Africa,‛ t.t., 26. 100 Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam memulai usaha di Indonesia diperhatikan oleh Undang-Undang sehingga terdapat pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu. Dengan sistem itu, sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Selain pelayanan penanaman modal di daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal diberi tugas mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanam modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Jabaran tugas pokok dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal pada dasarnya memperkuat peran badan tersebut guna mengatasi hambatan penanaman modal, meningkatkan kepastian pemberian fasilitas kepada penanam modal, dan memperkuat peran penanam modal. Peningkatan peran penanaman modal tersebut harus tetap dalam koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan 185 menjaga iklim investasi atau bisnis di suatu negara hal ini agar dapat berjalan suatu investasi dengan pasti, perlu memprioritaskan dalam kebijakan pemerintah untuk pembangunan yaitu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi dan pengembangan kawasan khusus.101 Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk melahirkan kepastian hukum agar penanaman modal baik domestik maupun asing dapat merasa nyaman dan kondusif serta tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. adanya kepastian hukum menjadi pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi agar mendapatkan perlindungan usahanya.102 Kejelasan pengaturan dalam rangka hokum di pasar modal memperkuat kepastian hokum di dalam investasi, hingga memungkinkan pasar modal sebagai tempat investasi yang aman dan menarik untuk dapat menjembatani investasi ke sector-sektor riil dan menyediakan

dengan tetap memperhatikan kestabilan makroekonomi dan keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 2 ayat 4. https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2007/25TAHUN2007UUPenj.h tm 101 Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 15 102 Muhammad Zaenuddin, Isu, Problematika, dan Dinamika Perekonomian, dan Kebijakan Publik, h 323. Subaidi, ‚Rekonstruksi Hukum Pasar Modal Syariah Dalam Memberi Jaminan Kepastian Hukum.Pdf,‛ ISTIDLAL: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 01, no. 2 (2017). 186 instrument yang likuid dan stabil sebagai dengan perangkat hokum pasar modal.103 Pengaturan tentang kegiatan penanaman modal di Indonesia diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, disebutkan bahwa kegiatan penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum. Sementara itu yang dimaksud dengan ‚asas kepastian hukum‛ adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.104 Dalam ranah kepastian hukum adalah adanya konsistensi peraturan dan penegakan hukum di Indonesia sebagai salah satu tujuan hukum merupakan bagian dari upaya mewujudkan keadilan.105 Konsistensi peraturan ditunjukkan dengan adanya peraturan yang tidak saling bertentangan antara satu peraturan dengan peraturan yang lain, dan dapat dijadikan pedoman untuk suatu jangka waktu yang cukup106.

103 Shidarta, Abdul Rasyid, Ahmad Sofian dkk, Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis (Jakarta: Kencana, 2018) h 130-131 104 Pada Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf a UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Selain asas kepastian hukum dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 diatur pula asas keterbukaan; akuntabilitas; perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; kebersamaan; efisiensi berkeadilan; berkelanjutan; berwawasan lingkungan; kemandirian; dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 105 Herri Swantoro, Harmonisasi Keadilan dan Kepastian Dalam Peninjauan Kembali h 176. Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, h 159- 160. Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah h 195-96. 106 Di beberapa kasus di pasar modal dalam investasi ada yang di sebut investasi bodong atau investasi ilegal yang ada di 187

Pada zaman khalifah Umar Ibn Khattab menjamin adanya keamanan dalam perdagangan dalam jalur menuju kota perdagangan dengan cara membentuk organisasi polisi yang menjaga kestabilan ekonomi dalam jalur perdagangan.107 Oleh karena itu, perlu adanya penyelenggaran pelayanan terpadu seperti pelayanan satu pintu terhadap kegiatan investasi merupakan upaya untuk menciptakan iklim investasi yang sangat diminati oleh investor. beberapa langkah yang sudah, sedang dan akan diupayakan pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di indonesia dalam melihat potensi iklim investasi seperti Menyederhanakan proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam rangka

Indonesia hal ini sangat merugikan beberapa pihak termasuk investor sendiri maka diperlukan bantuan hukum dan pengawasan secara masif untuk memberantas investor ilegal dan diperlukan perlindungan hukum bagi investor untuk menjamin dirinya dari hal negatif. Lebih lanjut, Satgas Waspada Investasi merilis praktik penawaran produk atau kegiatan usaha dari 57 entitas yang menawarkan jasa investasi ilegal. Rinciannya, 33 entitas bergerak di bidang Foreign Exchange (forex) atau perdagangan berjangka, sembilan entitas di bidang Cryptocurrency, delapan entitas, Contoh entitas yang sudah dihentikan kegiatan usahanya tetapi masih beroperasi adalah PT Maestro Digital Telekomunikasi, PT Global Mitra Group, dan UN Swissindo di bidang Multi Level Marketing (MLM), dan tujuh entitas di bidang lainnya. Lihat: Majalah Edukasi Otoritas Jasa Keuangan Fintech Leading Berkembang Pesat, Potensi masih Signifikan edisi Juni 2018, sikapiuangmu.ojk..go.id. 107 Munadi Idris dan Nur Rahmah, ‚Masa Keemasan Keuangan Islam (Perspektif Sejarah),‛ Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah 2, no. 1 (24 April 2019): 1–21, https://doi.org/10.5281/zenodo.2649799. Kharidatul Mudhiiah, ‚Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik,‛ Iqtishadia 8, no. 2 (2015): 22. Ahmad Munir Hamid, ‚Peran Baitul Mal Dalam Kebijakan Keuangan Publik,‛ ADILLA: Jurnal Ekonomi Syariah 1, no. 1 (2018): 21. 188 penanaman modal di indonesia; Membuka secara lebih luas bidang–bidang yang semula tertutup; Memberikan berbagai skema insentif dalam investasi termasuk di dalamnya investasi syariah, baik pajak maupun non-pajak; Mengembangkan kawasan-kawasan untuk menanamkan modal dengan berbagai kemudahan; Menyempurnakan berbagai produk hukum dengan mengeluarkan peraturan perundang-undangan baru yang lebih menjamin iklim investasi yang sehat; Menyempurnakan proses penegakan hukum dan penyelesaian sengketa yang efektif dan adil; Menyempurnakan tugas, fungsi, dan wewenang instansi terkait untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik; Membuka kemungkinan pemilikan saham asing yang lebih besar.108 C. Implementasi Kebijakan Pengembangan Iklim Investasi syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Dari Sudut Perspektif Makroekonomi Islam. Indikator-indikator makroekonomi berhubungan langsung dengan pasar modal syariah menunjukkan bahwa proses pemulihan perekonomian masih terus berlangsung.109 Melihat iklim ekonomi 15 tahun terakhir pasca-krisis sudah mengalami perbaikan-perbaikan, namun belum mampu berada pada titik baik. Lemahnya implementasi kebijakan ekonomi dan beberapa masalah dalam ekonomi dan non-ekonomi yang terstruktural membuat lambatnya perekonomian Indonesia. Hasil yang dicapai dalam perbaikan pada sektor keuangan

108 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal h 57-58. Yunial Laily Mutiari Dan M Zainul Arifin, ‚Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Memfasilitasi Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap Perusahaan Di Indonesia,‛ NURANI 18, no. 2 (Desember 2018): 11. 109 Lilik Salamah, ‚Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia,‛ Masyarakat, Kebudayaan dan Politik XIV, no. 2 (April 2001): 12. 189

(finansial) tidak diiringi dengan hasil pencapaian yang sama oleh sektor non-keuangan. Bila dilihat dari sisi kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah, tampak permasalahan utama adalah pada implementasi kebijakan tersebut.110 Mazmanian dan Sabatier mengutarakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan.111 Sehingga ada faktor implementasi dalam kebijakan di antaranya: Ketertelusuran masalah; kemampuan undang-undang untuk menyusun implementasi; variabel non-hukum yang mempengaruhi implementasi; dan tahapan dalam proses implementasi.112 Implementasi dalam kebijakan menurut Abdul Wahab adalah suatu tindakan yang mengarahkan pada suatu tujuan dari individu atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dengan mencari peluang untuk mencapai tujuan tersebut atau mewujudkan sasaran kebijakan tersebut. Suatu kebijakan dikatakan dapat berhasil bila kebijakan tersebut diimplementasikan untuk mencapai tujuan bersama.113 Maka dalam hal ini kebijakan ekonomi merupakan upaya

110 Sri Adiningsih, Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu? h 29. 111 K.I. Hanf, Theo A.J. Toonen, Policy Implementation in Federal and Unitary Systems: Questions of Analysis h 303. Gedeon M. Mudacumura, Desta Mebratu, M. Shamsul Haque, Sustainable Development Policy and Administration h 435. Riant Nugrho D, Kebijakan Publik Neg. Berkembang h 119. Benny Hjern, ‚Implementation Research — The Link Gone Missing,‛ Journal of Public Policy 2, no. 3 (Agustus 1982): 301–8, https://doi.org/10.1017/S0143814X00001975. 112 Benny Hjern, ‚Implementation Research — The Link Gone Missing,‛ h 33 113 Muhammad Ali, Kebijakan Pendidikan Menengah Dalam Perspektif Governance di Indonesia (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017) h 36 190 pemerintah untuk mencapai perekonomian yang diinginkan oleh negara dengan tujuan kemaslahatan masyarakat. Sebab itu untuk melihat kinerja ekonomi secara keseluruhan dalam ekonomi makro menekankan perhatiannya pada kebijakan ekonomi dan variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi kinerja perekonomian dengan mengumpulkan data pendapatan, harga, pengangguran, produksi, investasi dan berbagai variabel ekonomi lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa antar variabel saling memiliki ketergantungan maupun saling mempengaruhi. Dalam hal untuk menciptakan iklim investasi yang menggairahkan pemerintah perlu melakukan inisiatif misalnya dengan insentif suku bunga dan mengendalikan iklim usaha serta keamanan yang kondusif bagi para pelaku pasar.114 Peran pasar modal sebagai pendanaan akan semakin meningkatkan dengan mengaju pada indikator ekonomi yang kondusif terhadap pasar modal seperti tingkat suku bunga yang rendah, inflasi yang terkendali serta nilai tukar yang relatif stabil. Di samping itu, kebijakan-kebijakan yang kemungkinan hal itu efektif sekiranya pemerintah atau otoritas mempersiapkan suatu rancangan kebijakan strategis untuk jangka panjang maupun jangka menengah dalam mengolah sumber daya yang ada di Indonesia.115 Sunaryati Hartono menyatakan bahwa prinsip utama dalam menentukan kebijakan ekonomi pemerintah terletak pada peningkatan kesempatan serta kesanggupan masyarakat untuk pembangunan nasional. Optimalisasi sumber pembiayaan dalam negeri antara lain adalah pengembangan

114 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 9. 115 Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas: Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan (Jakarta: LP3ES, 2006) h 315. 191 investasi.116 Salah satu implementasi kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, (disingkat RPJM Nasional) tahun 2014-2019 memprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan dalam iklim investasi melalui perbaikan hukum, penyederhanaan prosedur, dll. kebijakan pendanaan investasi ini diarahkan untuk menjamin ketersediaan pendanaan pembangunan kemandirian dalam pendanaan pembangunan, memberikan insentif bagi investasi yang menciptakan kesempatan kerja besar (padat pekerja) dan bagi pelaku usaha menengah.117 Upaya pemerintah dalam mengembangkan iklim investasi yang kondusif tertuang dalam paket kebijakan pembangunan ekonomi jilid II yang diwujudkan dengan menciptakan iklim investasi yang nyaman dan terfokus dengan kegiatan investasi di Indonesia di antaranya: Pertama, adanya pelayanan perizinan investasi 3 jam. Layanan kilat ini berlaku untuk investor yang melakukan investasi di kawasan industri dengan nilai minimal Rp100 miliar dan menyerap minimal 1.000 tenaga kerja lokal. Hanya dalam tiga jam, investor akan mendapatkan 8+1 izin sekaligus sesuatu yang membutuhkan berhari-hari kalau diurus satu per satu. Kedua,

116 Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 23. 117 Lihat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 BAB 4 Kerangka Makro Ekonomi, sub-sub 4.3 Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan. Investasi didorong dan mencapai sekitar 10,4 persen pada tahun 2017, dan 12,1 persen pada tahun 2019. Dorongan kuat dari investasi akan meningkatkan kontribusi ekspor barang dan jasa, serta konsumsi. Ekspor diperkirakan tumbuh 8,8 persen pada tahun 2017, dan mencapai 12,2 persen pada tahun 2019. Konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah tumbuh secara bertahap dan masing-masing mencapai 6,1 persen dan 2,5 persen pada tahun 2019. 192 percepatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk penerbitan tax allowance,118 salah satu insentif yang ditawarkan untuk investor di Indonesia. Dengan percepatan ini, investor tidak harus menghadapi birokrasi yang berbelit untuk mendapatkan hak tax allowance investor.119 Upaya mendorong investasi dilakukan dengan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi, peningkatan fasilitas investasi serta adanya stabilitas keamanan dan stabilitas ekonomi.120 Salah satu perolehan pendanaan dalam investasi yang saat ini dikembangkan oleh pemerintah yaitu investasi syariah yang berinvestasi berdasarkan pada prinsip syariah ini bertujuan untuk menarik para investor di indonesia.121 ketua dewan komisioner OJK Hadad dalam sambutan Roadmap Pasar modal Syariah mengungkapkan bahwa hal penting dalam pengembangan keuangan syariah ini adalah bahwa industri keuangan syariah harus dapat menjadi industri

118 Tax allowance yaitu pengurangan pajak akan diberikan apabila perusahaan memiliki nilai investasi yang tinggi atau nilai ekspor yang tinggi. Ketentuan lain adalah perusahaan tersebut menyerap banyak tenaga kerja juga memanfaatkan sumber daya lokal dengan baik. Lihat: Maudy Puteri Agusdina, Tax Holiday dan Tax Allowance, Apa Arti dan Perbedaannya? Diakses https://klikpajak.id. 11 Jun. 19, 01.37 pm. 119 BKPM, Regulasi dan Deregulasi Perizinan dalam Mendukung Peningkatan Investasi, h 30. Lihat Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi, h 55-58. Lihat diportal berita: Kebijakan Investasi di Indonesia yang Mendorong Pertumbuhan Investasi https://kumparan.com. 120 Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 24. 121 Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di Indonesia h 18. 193 keuangan yang inklusif. Industri keuangan syariah harus dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam skala kecil dan menengah hingga skala pembiayaan yang besar untuk menunjang pembangunan nasional. Di samping itu, keuangan syariah juga dipercaya akan berkembang lebih cepat dan berkelanjutan bila didukung dengan integrasi dan sinergi antara sektor riil, sektor keuangan, dan sektor religius/sosial sehingga ketiga sektor tersebut dapat tumbuh lebih cepat secara bersama-sama. Sejalan dengan itu maka kemudahan akses masyarakat terhadap produk, kualitas pelayanan, serta infrastruktur di industri keuangan syariah juga ditingkatkan. Dengan demikian, industri keuangan syariah dapat berperan secara signifikan dalam pembangunan nasional dan menyejahterakan masyarakat. Kebijakan pemerintah122 dalam pengembangan investasi syariah di pasar modal untuk pembangunan Indonesia sesuai dengan amanah undang-undang No. 8 tahun 1995 dalam sasaran pembangunan jangka panjang untuk terciptanya perekonomian mandiri, kemakmuran masyarakat yang merata, pertumbuhan yang tinggi dan terciptanya kestabilan ekonomi.123 Hal ini juga merupakan landasan kukuh dan kepastian pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan

122 Kebijakan pemerintah dalam konteks ini dapat diaplikasikan dalam wujud monitoring terhadap aset dan kapital nasional yang bergerak dalam keuangan dan kepentingan publik. Pemerintah mempunyai kewenangan dan keberanian pada aset-aset dan kapital nasional yang tidak mencerminkan pemerataan dan kepentingan nasional untuk direposisi oleh pemerintah. Agar pemerintah dapat menjaga asas keadilan sebagai pemegang kebijakan sehingga pemerintah dapat menjaga kestabilan ekonomi. Ahmad Dahlan, Keuangan Publik Teori Dan Praktik h 50 123 Lihat dalam penjelasan umum atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 194 untuk pasar modal syariah dalam berpartisipasi untuk arah pembangunan.124 Implementasi kebijakan-kebijakan yang diputuskan terhadap peran pasar modal syariah melahirkan regulasi yang mengatur pasar modal yang berkerjasama dengan Fatwa-fatwa DSN-MUI dalam mengatur instrumen pasar modal syariah tersebut. Namun pada sudut pandang makro ekonomi Islam peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi untuk menciptakan iklim investasi syariah125 harus dengan pengelolaan dan kebijakan investasinya sesuai prinsip syariah126. Implementasi konsep dasar makro dalam ekonomi

124 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah h 8. 125 Salah satunya dengan mengembangkan instrumen investasi syariah yang hingga saat ini kontribusinya belum banyak teroptimalkan. Menurut hitung-hitungan Otoritas Jasa Keuangan (2016), pergerakan investasi syariah di pasar modal baru mencapai 0,2% dari total penduduk Indonesia. Kelemahan pengelolaan investasi syariah di Indonesia lebih disebabkan belum adanya infrastruktur investasi yang memadai untuk mengakomodasi prospek produk-produk syariah. Infrastruktur syariah yang paling mendesak untuk segera dibangun ialah pengembangan sumber daya insani (SDI) dan pengembangan lembaga keuangan syariah melalui riset atau pusat-pusat studi kajian ilmiah. Apalagi pengembangan lembaga keuangan syariah belum dipandu secara simultan dengan rencana portofolio jangka panjang (cetak biru perencanaan) sehingga sangat wajar jika kita sudah tertinggal cukup jauh oleh negara lain seperti Arab Saudi, Bahrain, Sudan. Lihat: Rekonstruksi Investasi Syariah di akses http://feb.ub.ac.id/id/rekonstruksi-investasi- syariah.html. 11 Jun. 19, 01.51 p.m 126 Beberapa penelitian memberikan beberapa alasan untuk ekonomi yang berbeda pada ekonomi yang dipakai oleh beberapa negara saat ini. Hal ini karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi pada dunia yang mengarah ke ‚sistem‛ yang berbeda. Akibatnya sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem berlaku karena hal-hal 195

Islam berusaha mengembangkan persamaan dan persaudaraan kaum muslim untuk menjauh dari pola perilaku yang akan menghancurkan nilai-nilai Islam dalam kegiatan muamalat. Semua negara muslim mampu memenuhi kebutuhan pokok dengan penggunaan sumber daya alam yang efisien dan penghapusan konsumsi yang tidak esensial, baik pada sektor perorangan maupun publik. Perwujudan keadilan-sosial dan restrukturisasi perekonomian sesuai dengan asas-asas Islam sehingga dapat berfungsi sebagai katalisator.127 Lebih dari itu, investasi mendapat legitimasi langsung di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. banyak ayat Al-Qur’an yang terkait dengan anjuran berinvestasi, seperti QS. al-Baqarah [2]: 261; QS. al-Nisa [4]: 9; QS. Yusuf [12]: 46-49; QS. Luqman [31]: 34 dan QS. al-Hasyr [59]: 18.128 Implementasi kebijakan moneter dalam makroekonomi Islam tanpa bunga (riba) belum seutuhnya optimal diterapkan beriku: i. Fungsi, prinsip operasi dan tujuan yang berbeda; ii. Berbeda dari konsep dan teori; iii. Sumber-sumber epistemologi yang berbeda yaitu bersumber dari al-Quran dan sunnah; iv. Konsep dasar dalam al-Quran tidak terbuka untuk perubahan makna. Mengenai tempat keuangan Islam memberikan alasan, karena keuangan Islam dalam sistem ini adalah merupakan aspek kelembagaan ekonomi Islam, yang mengatur pembiayaan kegiatan ekonomi dalam kerangka Islam. Sebagai bagian dari pemahaman sistemis, maka, ada kebutuhan untuk memiliki lembaga keuangan Islam menggunakan instrumen keuangan sesuai dengan aturan dan peraturan Islam, yang terikat oleh Syariah. Asutay, ‚A Political Economy Approach to Islamic Economics- Systemic Understanding for an Alternative Economic System.‛ 127 Umer Chapra, Sistem Moneter Islam h 44-45 128 Elif‎ Pardiansyah,‎ “Investasi‎ dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris,”‎ Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, no. 2 (31 Oktober 2017): 337, https://doi.org/10.21580/economica.2017.8.2.1920. lihat juga: Roadmap OJK Devisi Pasar Modal Syariah tahun 2014-2019. 196 di Indonesia untuk meningkatkan investasi syariah di pasar modal, hal ini terbukti ketika salah satu pasar modal syariah ISSI maupun JII jika terkontaminasi negatif terhadap pengaruh suku bunga. Dalam pengendalian kebijakan moneter dengan bunga sebagai opportunity cost tidak memberikan jaminan terhadap penggunaan modal yang tersedia. Dalam kata lain, tidak ada mekanisme kontrol dari suku bunga dalam mengalokasikan untuk dana pinjam digunakan. Jika tidak ada mekanisme kontrol yang disertai dengan rentannya fluktuasi suku bunga maka memungkinkan dana akan dialokasikan untuk usaha-usaha yang tidak bersinggungan dengan sektor riil. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya Perilaku ini akan mengurangi sumber dana investasi di sektor riil, yang pada gilirannya investasi itu tidak akan menjamin adanya tambahan produktivitas dan sumber lapangan kerja baru.129 Pengambilan kebijakan-kebijakan moneter maupun fiskal dalam ekonomi Islam diharapkan menyumbangkan signifikan terhadap pemberantasan kemiskinan dan pengangguran (ketidakadilan) pendapatan. Tidak adanya ketetapan suku bunga sebagai biaya dari capital (cost of capital) dan dikenakan pajak bagi aset produktif yang menganggur akan mendorong pemilik modal pemilik modal untuk menginvestasikan kekayaan pada sektor yang produktif. Setidaknya dalam konteks ini ada beberapa syarat dalam ekonomi Islam:130

129 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 196 130 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah h 23 197

1. Penghapusan pengeluaran yang berlebih-lebihan (ekstravagansa) dan pemborosan terhadap pemakaian sumber daya.131 2. Pengekangan transaksi yang bersifat spekulatif. 3. Berupaya peningkatan tenaga kerja. 4. Peraturan mengenai penggunaan sumber daya keuangan untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Dalam strategi manajemen moneter Islam, ketika ada penurunan actual return dari kegiatan investasi dalam kondisi ekonomi sedang lesu, maka hal ini akan di respons oleh para pemegang dana untuk menurunkan investasinya dan cenderung memegang uang kas riil.132 Sesungguhnya perlu ditekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan-tujuan Islam sepenuhnya, bukan hanya pembaharuan ekonomi berdasarkan ajaran Islam tidak dapat dihindari tetapi perlu juga bagi pemerintah untuk memainkan peranan positif, dan semua kebijakan pemerintah, termasuk fiskal, moneter dan pendapatan harus menuju arah yang sama. Perlu juga dihapus praktik-praktik segala upaya untuk menghilangkan kekakuan struktural dan mendorong semua faktor yang mampu meningkatkan penawaran barang dan jasa serta kestabilitasan ekonomi dapat memainkan implementasi dari kebijakan pemerintah dan badan wewenang dalam struktural pemerintah Indonesia untuk mencapai kinerja ekonomi yang baik.133 Dalam praktiknya tidak sepenuhnya sistem yang ada sekarang diterima, dengan beberapa catatan dengan menggunakan framework sistem keuangan dan moneter yang

131 Pelarangan tersebut tercantum dalam kalam Allah di Surah al-Araaf: 31 dan al-Furqaan: 67 132 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 197 133 Umar Chapra, al-Quran Menuju sistem Moneter Yang Adil, h 75 198 ada untuk memanfaatkan sepenuhnya demi kepentingan umat. Langkah ini perlu ditempuh mengingat tidak adanya sistem moneter Islam yang solid dan secara teoritis bisa diuji kemampuannya. Sedikit sekali literatur yang secara komprehensif mengkaji dan mengembangkan sistem moneter Islam, baik itu berupa model ekonomi ataupun bahasan deskriptif-kualitatif. Oleh karena itu keinginan untuk membentuk sistem yang Islami akan terbentur pada keterbatasan acuan dan panduan, baik teoritis maupun empiris.134 Meskipun sistem keuangan pada skala nasional berserta alat dan instrumennya didasari oleh fondasi yang adil dan pantas, pemerintah dapat memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan agar kekuatan- kekuatan pasar yang efisien dengan baik, yang akan menuntun pada pendistribusian pendapatan dan alokasikan pada sumber daya alam. Hal ini dicapai secara tidak langsung melalui kendali atas sentimen negatif pada pasar atau investasi dengan mengarahkan kebijakan moneter dan fiskal untuk memfasilitasi iklim investasi secara baik.

134 Mustafa Edwin Nasution dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h 272. 199

200

BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini membuktikan secara empiris bahwa interaksi perekonomian di suatu negara terhadap gejolak ekonomi saling terhubung satu sama lain yang dapat diukur oleh faktor-faktor alami dari pertumbuhan ekonomi. Untuk menggerakan perekonomian dalam pemerintahan ini dibutuhkanlah suatu modal. Salah satu cara yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian adalah dengan berinvestasi di pasar modal yang didalamnya memiliki fungsi sebagai keuangan dan perekonomian. Faktor utama yang penting dari investasi adalah menilai sebaik mana iklim investasi pada negara tersebut baik atau tidak dalam memberikan keuntungan dan keberlanjutan perusahaan dalam memutar modalnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara Iklim Investasi (indeks korupsi) dan variabel ekonomi makro terhadap pasar modal syariah di Indonesia. Dari analisis pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan skenario dalam penelitian ini terdapat dalam indek saham syariah terdapat hubungan positif terhadap iklim investasi (indeks korupsi) artinya ada pengaruh, tetapi tidak pada variabel makroekonomi (kurs, inflasi, suku bunga dan GDP) terhadap indeks saham syariah di Indonesia yang tidak memiliki berpengaruh terhadap indeks saham-saham syariah selama dalam penelitian. Penemuan penelitian dari olah data regresi antar variabel yang menunjukan pengaruh yang signifikan dengan koefisien posisitf pada hubungan kausalitas antara Jakarta Islamic Index Indonesia dan iklim investasi (korupsi), sehingga penelitian ini 201 sesuai dengan temuan dari Kim, Haksoon dan Takuma Kunieda dkk dalam penemuan mereka, berdasarkan itu dapat dikatakan bahwa kinerja dalam pasar keuangan baik itu berbasis konvensional maupun syariah di Indonesia ternyata secara konsisten memiliki pengaruh hubungan positif dengan tingkat korupsi pemerintah, sementara hubungan negatif dengan hak politik, ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan. Namun demikian, pengaruh iklim investasi (indeks Korupsi) menjadi kunci bagi pemerintah. Persoalan yang muncul dari penelitian ini bahwa pasar modal syariah pun tidak luput dari lingkaran korupsi, akibatnya perlu ada regulasi dalam menscrening investor dalam berinvestasi di saham-saham syariah, agar dapat uang haram dalam mengelolah saham-saham syariah. Pengaruh iklim investasi terjadi karena ada korelasi yang diuji dalam uji statistic yang menyatakan bahwa pasar modal bias jadi alternative yang dapat memperbesar dampak negatif korupsi pemerintah pada pertumbuhan ekonomi negara-negara yang sangat korup jika negara-negara meliberalisasi aliran modalnya. Faktanya dalam penelitian ini membenarkan adanya hubungan positif antara indeks saham syariah terhadap indeks korupsi sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat korupsi suatu negara maka semakin berkurang kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal termasuk saham-saham yang berbasis syariah. Indikator iklim investasi yang ditujukkan oleh indikator korupsi menunjukan sangat pentingnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengawasi dan melindungi keamanan investasi dan asset bangsa Indonesia. Pada kasus saat ini peneliti kaji menemukan faktor dari pemerintah memiliki sentimen negatif pada perjalan pasar modal, hal ini terbukti bahwa variabel yang dipengaruhi di antaranya BI rate, Inflasi, ITB dan pasar modal syariah karena memiliki potensi yang dapat merusak sirkulasi ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, penentuan kebijakan harus sesuai oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

202 meredam gejolak iklim investasi yang dapat menyebabkan indeks dari saham-saham di pasar modal tetap konsisten. Perkembangan alur ekonomi islam di beragai keuangan Nampak belum dapat menditeksikan persoalan tersebut baik dari segi teknikal dan fundamental, dalam analisi tesisi ini masih jauh dari prinsip-prinsip dasar investasi yang tealh diturunkan menjadi UU pedoman pasar modal syariah. Dari hasil tesis bahwa ekonomi isalm belum sepenuhnya mampu mengatasi persoalan korupsi (moral hazard) yang sangat bias terhadap etika berbisnis di Indonesia.

A. IMPLIKASI

Implikasi dari penelitian ini bertujuan untuk melihat iklim investasi yang dapat mempengaruhi pasar modal syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukan implikasi bahwa pengaruh kestabilan makroekonomi terhadap saham-saham syariah tidak berpenaruh secara signifikan dari hasil olah data sedangkan dari indikator iklim investasi dalam sudut pandang indeks korupsi di Indonesia memberikan dampak terhadap kapitalisasi saham-saham syariah di pasar modal. Dampak terbesar dari iklim investasi yang cenderung sangat dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi, tingkat korupsi, geo politik dan birokrasi memunculkan polemik bagi investor yang akan memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan iklim investasi di Indonesia. Dampak ini akan mempengaruhi indeks kemudahan investasi yang telah dipromosikan pemerintah bagi masyarakat untuk menggalang dana dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi Indonesia, namun dalam mencapai kemudahan berinvestsi penghambat terbesar memang dari pengaruh iklim investasi itu sendiri yaitu indek korupsi. Implikasi dari penelitian ini digunakan sebagai masukkan bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih waspada terhadap kriminalisasi birokrasi dan administrasi korupsi karena akan

203 menyebabkan munculnya kesulitan dalam berinvestasi di negara tersebut. Sebagian besar dampak yang terjadi terhadap tingkat korupsi dapat dijelaskan pada perilaku pembelanjaan negara yang dapat memicu krisis ekonomi dan moral terhadap iklim investasi di Indonesia. Selain itu, dibutuhkan penunjang iklim investasi untuk memberikan dampak terhadap investor dan kenyamanan dalam menjalanin bisnis dan investasi diantaranya peran pemerintah terhadap penegakan hokum untuk investasi di pasar modal berupa upaya kepastian hokum pada investor maupun penyelesaian sengketa di pasar modal, kemudian peran pemerintah dalam mobilisasi yaitu peningkatan infrastruktur untuk kemudahan menjalani bisnis.

B. SARAN DAN REKOMENDASI

Kajian iklim investasi di pasar modal syariah dalam sudut pandang makroekonomi Islam (Islamic Macroeconomic) merupakan kajian dan penelitian yang menarik dan sangat luas di mana hampir seluruh warga negara memeluk keyakinan agama Islam yang dapat mengarahkan dan mendorong ekonomi umat di era globalisasi saat ini. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak memberikan ruang penelitian lakukan ini. Beberapa saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini hanya terfokus pada implikasi teori makroekonomi Islam dan investasi syariah di pasar modal terhadap pengaruhnya pada iklim investasi. Objek kajian dalam kajian ini hanya membandingkan teori makroekonomi Islam dan makroekonomi secara umum dengan meneliti pada kinerja saham-saham syariah untuk melihat iklim investasi syariah terhadap pertumbuhan di Indonesia. penelitian selanjutnya (future research) diharapkan 204

lebih banyak melibatkan variabel-variabel lainnya yang dapat lebih menjelaskan bentuk iklim investasi syariah dalam teori-teori makroekonomi Islam seperti analisis secara fundamental ekonomi dalam perspektif makroekonomi Islam, indeks profit rate sebagai pengganti suku bunga, dan inovasi kebijakan dalam teori makroekonomi Islam pada penilaian tren iklim investasi syariah serta memperbanyak objek kajian agar didapatkan hasil yang lebih komprehensif. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah khususnya pemangku otoritas untuk dapat memberikan ruang bagi ekonomi berbasis religius (Islam) agar dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan kebijakan pada skala nasional. Pada umumnya, dalam konteks menciptakan iklim investasi syariah dan keterlibatan otoritas pemerintah yang baik dan kuat akan menciptakan kinerja pasar modal yang baik di Indonesia. selain dapat dijadikan spirit pengembangan literasi ekonomi Islam di tengah masyarakat Islam di Indonesia juga dapat dijadikan strategi bagi pemerintah untuk memanfaatkan sebagai mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah-tengah gejolak perekonomian global dan membentengi ekonomi umat terhadap pengaruh kebudayaan kapitalisme dan sosialisme yang di anut oleh bangsa barat dalam mengembangkan ekonomi mereka.

205

206

Daftar Pustaka Book Abul Hassan, M.A. Choudhury. Islamic Economics: Theory And Practice. London: Routledge, 2019. Adiningsih, Sri. Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu. Yogyakarta: Kanisius Press, 2008. Ahmad Said Labad. ‚ Ahami'ah Wujud Al-Mu’asasat Al- Iqtishad Wa Al-Maliat Al-Islamiah Al-Muaziat Lil Muasasat Ad-Duwaliat , Apr.‛ Di Fakultas Ushuludin Di Universitas Islam. Mesir, April. Penelitian Disajikan Ke Konferensi ‚Islam Dan Tantangan Kontemporer‛ . Al-‘Arabi, Muhammad Ibnu Abdullah. Al-Iqtishad Al-Islami Fi Tatbi'qihi Ala Al-Mujtama’ Al-Mua'sirat. Kuwait: Maktabah Al-Manar, N.D. Albert Kurniawan, (Jakarta: Buku Kita, 2010). Belajar Mudah Spss Untuk Pemula. Jakarta: Buku Kita, 2010. Ali Ibn An-Nayif Al-Shahud. Al-Hadarat Al-Islamiah Bayn ‘Asalat Al-Madi Wa Mal Al-Mustaqbal. N.D. Al-Khawarzmi, Abu Al-Qasim Muhammad Ibn Umar Al- Zamakhshari. Al-Kishaf ‘An Haqa’iq Al-Tanzil Wa ‘Uyun Al’aqawil Fi Wujuh Al-Ta’wi. Bairut: Dar Ihya Al-Turas Al-Arab, N.D. Al-Maraghi, Ahmad Ibn Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. Mesir: Shirkat Maktabat Wa Matba’at Mustafa Al-Baba Al- Halbi Wa Awladuhu, 1934.

207

Al-Nuwri, Abi Al-Fadl Al-Asyd 'Abu Al-Maa’thi. Al- Musanad Al-Jami’ Al-Mu’alal. Tunis: Dar Al-Gharbi Al-Islami, N.D. Al-Tariq'il, Abdullah Ibn Abdu Al-Muhs. Al-Iqtishad Al- Islamiah Asasu Wa Mabadi Wa Ahdaf . Muasasat Al- Jarisi Lil Tawazi, 2009. Amir, Fithra Faisal Dan Fithra Hidayat. Dinamika Kebijakan Fiskal Merespons Ketidakpastian Global. Jakarta: Gramedia, 2016. Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Depok: Gema Insani Prees, 2001. Aravik, Havis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, 2017. Ari Kuncoro, Viverita, Sri Rahayu Hijrah Hati, Dony Abdul Chalid. Enhancing Business Stability Through Collaboration: Proceedings Of The International Conference On Business And Management Research (Icbmr 2016), October 25-27, 2016, Lombok, Indonesia . Amarica: Crs Press, 2017. Arif, Oesman. Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat . Bandung: Genta Nusantara, 2018. Arifin, Sjamsul. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah . Jakarta: Azkia Publisher, 2009. Arsyianti, Irfan Syauqi Dan Laily Dwi. Ekonomi Pembangunan Syariah Edisi Revisi. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2016.

208

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas Media, 2010. Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance . Jakarta: Gramedia, 2007. Aziz, Abdul. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabet, 2010. Azuar Juliandi, Irfan, Saprinal Manurung. Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep Dan Aplikasi . Yogyakarta: Umsu, September 2014. Balala, Maha-Hanaan. Islamic Finance And Law: Theory And Practice In A Globalized World. London: I.B.Tauris & Co. Ltd, 2010. Boediono. Ekonomi Indonesia, Mau Ke Mana. Jakarta: Kpg, 2009. Bradford, De Long J. Macroeconomic. New York: Mecgraw- Hill, 2002. Brooks, Graham. Criminology Of Corruption: Theoretical Approaches. Uk: Palgrave Macmillan, 2013. Budiman, Iskandar. ‚Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar Modal Perspektif Syariah.‛ Jurnal Investasi Syariah 1.01 (2017): 3-18. . Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005. Carbaugh, Robert. International Economics. New York: South-Western College, 2008.

209

Chapra, Umar. Al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1997. Chapra, Umer. Islam And Economic Development . New Delhi: Adam Publisher, 2007. Chaundry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta: Pranadamedia, 2016. Choudhury, Masudul Alam. The Principle Of Islamic Political Economy: A Methodological Enquiry. Uk: St. Martin's Press, 1992. Colander, David C. Macroeconomic Ed. 5. New York: Megraw-Hill, 2004. Djamil, Fathurrahman. Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori Dan Konsep. Jakarta: Sinar Grafika, 2015. Dwivedi, D.N. Macroeconomics: Theory And Policy. India: Mcgraw-Hill Education, 2010. E.Murphy, Antoim. The Genesis Of Macroeconomic Pemikiran Baru. Trans. Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Rajawali Press, 2011. Ed. Evra Willya, Prasetyo Rumondor Dan Busran. Senarai Penelitian: Islam Kontemporer Tinjauan Multikultural. Yogyakarta: Deepublish, 2018. Ekananda, Mahyus. Analisis Ekonometrika Untuk Keuangan. Jakarta: Salemba, 2018. Ekonomi, Konstitusi. Konstitusi Ekonomi . Jakarta: Kompas Media, 2010. Fair, Karl E. Case Dan Ray C. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi 8. Jakarta: Erlangga, 2007.

210

Faniyah, Iyah. Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Deepublish, 2017. Filbeck, H. Kent Baker Dan Greg. Investment Risk Management. Uk: Oxford University Press, 2015. Hadiwinata, Bob Sugeng. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisius, 2002. Halim, Abdul. Analisis Investasi Di Aset Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media,, 2015. Hamid, Karim Ginea Dan Azhar. Foundations Of Shari’ah Governance Of Islamic Banks. Uk: Wiley, 2015. Handry, Muhammad. Krisis Keuangan Di Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008. Haneef, Mohamed Aslam. Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis. Kuala Lumpur: Ikraq, 1995. Hartati, Ennay Sri. Investasi Mudah? Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016. Jakarta: Indef, 2016. Hartono, Tony. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: Rosdakarya, 2006. Hasan, Hasbi. Pemikiran Dan Perkembangan Ekonomi Syariah Di Dunia Islam Kontemporer. Depok: Gramata Publishing, 2011. Hasyim, Ali Ibrahim. Ekonomi Makro. Jakarta: 2016. Herlambang, Sugiarto Dan Tedy. Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Pt Remaja Rosdakarya, 2007.

211

Hoover, Kevin D. Causality Macroeconomics Ed. 3 . United Kingdom: Cambrige University Press, 2001. Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portopolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: Upp Amp Yknp, 2001. Idris, Amiruddin. Ekonomi Publik . Yogyakarta: Deepublish, 2018. —. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Deepublish, 2014. Ikit. Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta: 2015, 2015. Indonesia, Ikatan Bankir. Wealth Management Produk Dan Analisis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017. Indonesia, Tim Bank. Imf & Stabilitas Keuangan Internasional. Jakarta: Alex Media Komputindo, N.D. —. Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015 . Jakarta: Gramedia, 2015. Jajuli, M. Sulaeman. Ekonomi Islam Umar Bin Khattab . Yogyakarta: Deepublish, 2015. Jones, Stephen Lumby Dan ‎Chris. Corporate Finance: Theory & Practice. Singapore: Thomson Business Press, 2003. Judisseno, Rimsky K. Sistem Moneter Dan Perbankan Di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002. Kabbara, Abdulrahman Haitham Shoukat. The Foundations Of Islamic Economics And Banking. Singapure: Partidge, 2014.

212

Kamso, Noripah. Investing In Islamic Funds A Practitioners Perspective. Uk: Willy, 2013. Karim, Adiwarman A. Makro Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013. ______. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam . Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. ______. Ejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ketiga . Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada, 2004. Karmann, Alexander. Financial Structure And Stability. New York: Physica-Verlag, 2000. Kartayasa, Mansur. Korupsi & Pembuktian Terbalik: Dari Perspektif Kebijakan Legilasi Dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: : Kencana, 2017. Kettell, Brian. Frequently Asked Questions In Islamic Finance. United Kingdom: John Wiley And Sons Ltd,, 2010. Khan, Muhammad. The Effects Of Inflation On Economic Growth And On Its Macroeconomic Determinants. France: Universite D’orleans, 2015. Kothari, C.R. Research Methodology Methode & Techiques. New Dehli: New Age International Publisher, 2004. Kurniawan, Endy J. Think Gold! Membeli Masa Depan Dengan Harga Hari Ini . Jakarta: Gramedia Utama, 2013. Leonard J. Kazmier, (Jakarta: Erlangga, 2005). Schaum's Easy Outlines Statistik Untuk Bisnis. Jakarta: Erlangga, 2005.

213

Lewis, Mevyn K. Perbankan Syariah . Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001. Limbong, Bernhard. Ekonomi Kerakyatan Dan Nasionalisme Ekonomi. Jakarta: Pustaka Margaretha,, 2011. M. Chatib Basri (Jakarta:, 2012. Rumah Ekonomi Rumah Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012. Maksum, Mohammad Atho Mudzhar Dan Muhammad. Fikih Responsif: Dinamika Integrasi Ilmu Hukum, Hukum Ekonomi Dan Hukum Keluarga Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017. Malkawi, Mohammad. Fall Of Capitalism And Rise Of Islam. Us: Xlibris, 2010. Mankiw, N. Gregory. Principle Of Microeconomic. Uk: Cengage Learning, 2009. —. Principles Of Economics . Uk: Cengage Learning, 2017. —. Principles Of Macroeconomics . Uk: Cengage Learning,, 2014. Manna, Abdul. Aspek Hokum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana, 2017. —. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2018. Manurung, Prathama Rahardja & Mandala. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2014. Manurung, Prathama Rahardja Dan M. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Ed. 05. Jakarta: Lembaga Penerbit Feui, 2008.

214

Mark Skousen, , Terjam: (Jakarta: Kencana, 2009). The Making Of Modern Economic The Lives And Ideas Of The Great Thinkers. Trans. Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Kencana, 2009. Mirakhor, Zamir Iqbal And Abbas. Economic Development And Islamic Finance. New York: John Wiley & Sons Ltd, 2011. Mishkin, F.S. The Economics Of Money, Banking And Financial Markets (10thed.). Edinburgh: Pearson Education Limited Mody, 2013. Mohammad Aslam Haneef, (Kl: Ikraq, 1995). Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis. Kuala Lumpur: Ikraq, 1995. Ms, Zulfikar. Kaffahisme: Ideologi Ekonomi Dan Bisnis Masa Depan. Jakarta: Gramedia, 2014. Mufid, Moh. Ushul Fiqh Ekonomi Dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori Ke Aplikasi . Jakarta: Prenadamedia, 2018. Muhammad Umar Chapra, (Jakarta: Gema Insani, 2000). Islam Dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani, 2000. Mukherjee, Sampat. Economics For C.A. Professional Education Course 1. New Delhi: New Age International, 2002. —. Modern Economic Theory 4th Edition. New Delhi: New Age International, 2008. Muktar, Bustari. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Kencana, 2016.

215

Mulyani, EnDang. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Uny Press, 2018. Musdalifah Azis, Sri Mintarti, Maryam Nadir. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor Dan Return Saham. Yogyakarta: Deepublish, 2015. Mustafa Edwin Nasution, Budi Setyanto, Nurul Huda, Muhammad Arief Mufraeni, Dan Bey Sapta Utama. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2006. N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor. Economics. Uk: Cengage Learning Emea, 2006. Najib, Mochammad. Investasi Syariah, Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008. Nubai, Malik Ibn. Al-Muslim Fi ‘AShirah, 2012. Nubai, Malik Ibnu. Al-Musim Fi Alam Al-Iqtishad. 2012: Al- Fikr Al-Mu'ashirah, Bairut. Nursofiza, Sudin Haron Dan Wan. Islamic Finance Banking System. Malasyia: Mcgraw-Hill , 2009. Nurul Huda, Achmad Aliyadin, Agus Suprayogi, Decky Mayricko Arbain, Hastomo Aji, Restukanti Utami, Rika Andriyati, Totok Harmoyo. Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis Dan Sejarah. Jakarta: Kencana, 2012. Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana, 2008. Nuryanto, ‎Zulfikar Bagus Pambuko, (Malang: Unimma Press, 2018. Eviews Untuk Analisis Ekonometrika Dasar:

216

Aplikasi Dan Interpretasi: Eviews. Magelang: Universitas Muhammadiyah Magelang, 2018. Othman, A., Mat Sari, N., Alhabshi, S.O., Mirakhor, A. Macroeconomic Policy And Islamic Finance In Malaysia. New York: Plagrave Macmillin, 2017. Pakarti, Pandji Anoraga Dan Piji. Pengantar Pasar Modal. 2006: Rineka, Jakarta. Perry Warijoyo, Solikin M. Juhro. Kebijakan Bank Sentral Teori Dan Pratik. Jakarta: Rajawali Press, 2017. Pontjowinoto, Iwan P. Prinsip Syariah Di Pasar Modal. Jakarta: Modal Publication, 2003. Pracoyo, Tri Kunawangsih Pracoyo Dan Antyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2005. Prasetyo, Yoyok. Ekonomi Syariah . Bandung: Aria Mandiri Grups, 2018. Purbayu Budi Santosa, Muliawan HamDani. Statistika Deskriptif Dalam BiDang Ekonomi Dan Niaga. Jakarta: Erlangga, 2007. Purwanto, Suharyadi Dan. Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat, 2013. Putra, Windhu. Perekonomian Indonesia . Jakarta: Rajagrafindo, 2019. Qaradhawi, Yusuf Al. Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 . Jakarta: Gema Insani, 1995. Rahman, Asmak Ab. New Developments In Islamic Economics: Examples From Southeast Asia. Malaysia: Emerland, 2019.

217

Raja M. Almarzoq, Walid Mansour, Noureddine Krichene. Islamic Macroeconomics: A Model For Efficient Government, Stability And Full Employment. New York: Routladge, 2018. Ramadha, Muhammad. Politik Ekonomi Islam Dalam Narasi Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Lksi, 2018. Riva, Veirhzal. Islamic Risk Management For Islam Bank . Jakarta: Gramedia, 2013. Rodin, Dede. ‚ Tafsir Ayat Ekonomi . Semarang : Karya Abadi Jaya, 2015. Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta, 2009. Rofiq, Ainur. Kemajuan Ekonomi Indonesia. Bogor: Ipb Press, 2013. Rosadi, Dedi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews . Yogyakarta: Andi Offset, 2012. Rosramadhana, Bungaran Antonius. Strategi Dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi Daerah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Pustaka, 2018. Sadono, Sukirno. Makro Ekonomi Dalam Teori Pengantar (. Jakarta: Rajawali Prees, 2010. Samsul, Muhammad. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga, 2015. Serfianto, Iswi Hariyani Dan. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visimedia, 2010. Sharif, M. Raihan. Guidelines To Islamic Economics: Nature, Concepts, And Principles. Bangladesh: Biit, 1996.

218

Shidarta, Abdul Rasyid, Ahmad Sofian Dkk. Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis. Jakarta: Kencana, 2018. Slamet, Eng. Yeri Sutopo Dan Achmad. Statistik Inferensial . Yogyakarta: Andi, 2017. Soekro, Shinta R.I Arifin. Dalam Bank Indonesia, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Decade Setelah Krisis . Jakarta: Media Komputindo, 2008. —. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: Media Komoutindo, 2008. Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah:. Jakarta: Prenada Media, 2017. —. Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia. Jakarta: Prenandamedia, 2014. Solikin, Perry Warjiyo Dan. Kebijakan Moneter Di Indonesia,. Jakarta: Ppsk, 2017. Statistik, BaDan Pusat. Laporan Perekonomian Indonesia 2018. Jakarta: Bps, 2018. Suadi, Amran. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan Dan Kaidah Hukum. Jakarta: Kecana, 2018. Suandi, Early. Perencanaan Pajak . Jakarta: Salemba Empat, 2006. , Patta Rapanna Dan Zulfikry. Ekonomi Pembangunan . Makassar: Sah Media, 2017. Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo, 2005.

219

Sukrino, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah Dan Dasar Kebijakan . Jakarta: Kencana, 2011. Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah: Life And General : Konsep Dan Sistem Operasional. Jakarta: Kencana, 2004. Sunar, Toseef Azid Dan Lutfi. Social Justice And Islamic Economics: Theory, Issues And Practice. New York: 2018, 2018. Suryani, Hendriyadi. Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian BiDang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2015. Susanto, Heru. Cerdas Memilih Investasi . Jakarta: Gramedia, 2012. Suyono. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Deepublisher, 2018. Syariah, Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Devisi Pasar Modal. ‚Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019.‛ 2015. T. Gilarso, Sj. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Pt. Kanisius, 2008. Taha Egri, Necmettin Kizilkaya. Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking And Future Directions. Cambridge: Cambridge Scholars Publishing, 2015. Taha Egri, Necmettin Kizilkaya,. Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking And Future Directions. Cambridge: Cambridge Scholar Publishing, 2015. Tandelilin, Eduardus. Portofolio Dan Investasi. Yogyakarta: Pt Kanisius, 2010.

220

Toutounchain, Iraj. Islamic Money And Banking: Integrating Money In Capital Theory . Sinagpura: Willey, 2011. Tri Widodo, Akhmad Akbar Susamto, Ma'ruful Musthofa, Martha Hidriyani Dan Amiadji Nur Kamil,. Menuju Negara Maju : Apakah Indonesia Bergerak Ke Arah Yang Benar? Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2018. Trino, Dwi Condro. Ekonomi Islam Mazhab. Yogyakarta: Irtikaz, 2014. Vidler, Susan Grant Dan Chris. Economics In Context. Uk: Heinemann Educational Books Ltd, 2010. Wahyudi, Setyo Tri. Statistika Ekonomi Konsep, Teori Dan Penerapan. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017. Wibisno, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional Dari Rezim Uu No. 38 Tahun 1999 Ke Rezim Uu No.23 Tahun 2011 . Jakarta: Kencana, 2015. Widioatmodjo, Sawidji. Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia, 2015. Widoatmodjo, Sawidji. Cara Sehat Investasi Pasar Modal: Pengantar Menjadi Investor Yang Profesional. Jakarta: Gramedia, 2005. Wijayanto, Ridwan Zakhrie Dan. Korupsi Mengorupsi Di Indonesia: Sebab, Akibat, Dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia, 2010. William Boyes, Michael Melvin,. Economics 10th. Usa: Cangage Learning, 2016.

221

Wilson, Ahmed El-Ashker Dan Rodney. Islamic Economics. A Short History (Themes In Islamic Studies). English: Brill, 2006. Yasardin. Asas Kebebasan Berkontrak Syariah . Jakarta: Rajagrafindo, 2018. Yudiaatmaja, Fridayana. Analisis Regresi Dengan Menggunakan Aplikasi Komputer Statistik. Jakarta: Gramedia, 2013. —. Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: Gramedia, 2005. Yunarto, Robert Kurniawan Dan Budi. Analisis Regresi Dasar Dan Penerapan. Jakarta: Kencana, 2013. Yusuf, Muri. Metode Peelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana, 2013. Zaenuddin, Muhammad. Isu, Problematika, Dan Dinamika Perekonomian Dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Deepublish, 2018. Zamzam, Firdaus Dan Fakhru. Aplikasi Metodologi Penelitian . Yogyakarta: Deepublisher, 2018. Zulfikar. Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statistika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.

Journal Abdelzaher, Dina M., Amr Kotb, Dan Akrum Helfaya. ‚Eco- Islam: Beyond The Principles Of Why And What, And Into The Principles Of How.‛ Journal Of Business Ethics, 29 Maret 2017, 1–12. Https://Doi.Org/10.1007/S10551-017-3518-2.

222

Adisetiawan, R. ‚Kausalitas Ekonomi Makro Dan Global Terhadap Pasar Modal Indonesia.‛ Ekonomis : Journal Of Economics And Business 2, No. 1 (23 Maret 2018): 66. Https://Doi.Org/10.33087/Ekonomis.V2i1.32. Agustin, Grisvia. ‚Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat.‛ Jurnal Studi Ekonomi Dan Pembanguanan (Jsep) 1, No. 1 (2009): 12. Ahmad, Norashikin, Dan Mohd Shukri Hanapi. ‚Maqasid Al- Syariah Thought In Mainstream Islamic Economics: A Review.‛ International Journal Of Academic Research In Business And Social Sciences 8, No. 4 (2018): 11. Ahmed, Adel. ‚Global Financial Crisis: An Islamic Finance Perspective.‛ International Journal Of Islamic And Middle Eastern Finance And Management 3, No. 4 (23 November 2010): 306–20. Https://Doi.Org/10.1108/17538391011093252. Akyol, Mehmet, Dan Yıldırım Beyazıt Çiçen. ‚The Role Of Institutional Factors When Determining Investment Strategies Of Sovereign Wealth Funds In Stock Market.Pdf.‛ Journal Turkish Economic Review 04, No. 03 (2017). Http://Dx.Doi.Org/10.1453/Ter.V4i3.1453. ArDana, Yudhistira. ‚Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model Ecm.‛ Esensi 6, No. 1 (17 Mei 2016). Https://Doi.Org/10.15408/Ess.V6i1.3118. Arintoko, Dan Insukindro. ‚Effect Of Exchange Rate, Foreign Direct Investment And Portfolio Investment On The

223

Indonesian Economy- A Structural Cointegrating Vector Autoregression.Pdf.‛ International Journal Of Economics And Financial Issues 07, No. 2 (2017): 682–92. Astuti, Rini, Dan Joyce Lapian. ‚Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2006- 2015.‛ Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16, No. 02 (2016): 8. Asutay, Mehmet. ‚A Political Economy Approach To Islamic Economics- Systemic Understanding For An Alternative Economic System.‛ Kyoto Bulletin Of Islamic Area Studies 1, No. 2 (2007): 3–18. Ayopo, Babajide Abiola, Lawal Adedoyin Isola, Dan Somoye Russel Olukayode. ‚Stock Market Response To Economic Growth And Interest Rate Volatility: Evidence From Nigeria.‛ International Journal Of Economics And Financial Issues, 6, No. 1 (2016): 7. Bahmani-Oskooee, Mohsen, Dan Sujata Saha. ‚Do Exchange Rate Changes Have Symmetric Or Asymmetric Effects On Stock Prices?‛ Global Finance Journal 31 (November 2016): 57–72. Https://Doi.Org/10.1016/J.Gfj.2016.06.005. Baiardi, Donatella, Paola Profeta, Riccardo Puglisi, Dan Simona Scabrosetti. ‚Tax Policy And Economic Growth: Does It Really Matter?‛ International Tax And Public Finance, 11 Mei 2018, 1–35. Https://Doi.Org/10.1007/S10797-018-9494-3. Baker, Malcolm, Jeffrey Wurgler, Dan Yu Yuan. ‚Global, Local, And Contagious Investor Sentiment.‛ Journal

224

Of Financial Economics 104, No. 2 (Mei 2012): 272– 87. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jfineco.2011.11.002. Baltaci, Nuri, Dan Hasan Ayaydın. ‚Corruption, Banking Sector, And Stock Market Development: A Panel Data Analysis.‛ European Journal Of Research On Education, 2013, Special Issue: Human Resource Management, 01, No. 2 (2013): 94–99. Basuki, Agus Tri, Dan A Indriyani Yusuf. ‚Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Dan Indeks Harga Saham Dunia Terhadap Jakarta Islamic Index.‛ Buletin Ekonomi 16, No. 1 (2018): 18. Beik, Irfan Syauqi, Dan Sri Wulan Fatmawati. ‚Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah Internasional Dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index.‛ Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 6, No. 2 (13 Maret 2015). Https://Doi.Org/10.15408/Ijies.V6i2.1228. Ben Naceur, Samy, Samir Ghazouani, Dan Mohamed Omran. ‚The Determinants Of Stock Market Development In The Middle‐Eastern And North African Region.‛ Disunting Oleh Aktham Maghyereh. Managerial Finance 33, No. 7 (12 Juni 2007): 477–89. Https://Doi.Org/10.1108/03074350710753753. Bin Salamon, Hussin, Mansoureh Ebrahimi, Dan Kamaruzaman Yusoff. ‚Speculation: The Islamic Perspective; A Study On Al-Maisir (Gambling).‛ Mediterranean Journal Of Social Sciences, 1 Januari 2015. Https://Doi.Org/10.5901/Mjss.2015.V6n1s1p371.

225

Budiman, Iskandar. ‚Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar Modal Perspektif Syari`Ah.‛ Jurnal Investasi Syariah 1, No. 01 (Juli 2017): 3–18. Chambet, Anthony, Dan Rajna Gibson. ‚Financial Integration, Economic Instability And Trade Structure In Emerging Markets.‛ Journal Of International Money And Finance, 2008, 22. Choudhry, Taufiq. ‚Inflation And Rates Of Return On Stocks: Evidence From High Inflation Countries.‛ Journal Of International Financial Markets, Institutions And Money 11, No. 1 (Maret 2001): 75–96. Https://Doi.Org/10.1016/S1042-4431(00)00037-8. Claessens, Stijn, Susmita Dasgupta, Dan Jack Glen. ‚Return Behavior In Emerging Stock Markets.‛ The World Bank Economic Review 9, No. 1 (1995): 131–51. Https://Doi.Org/10.1093/Wber/9.1.131. Coccia, Mario. ‚Optimization In R&D Intensity And Tax On Corporate Profits For Supporting Labor Productivity Of Nations.‛ The Journal Of Technology Transfer 43, No. 3 (Juni 2018): 792–814. Https://Doi.Org/10.1007/S10961-017-9572-1. Dewi, Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna, Komang Fridagustina Adnantara, Dan Gde Herry Sugiarto Asana. ‚Modal Investasi Awal Dan Persepsi Risiko Dalam Keputusan Berinvestasi.‛ Jurnal Ilmiah Akuntansi 2, No. 2 (23 September 2018). Https://Doi.Org/10.23887/Jia.V2i2.15636. Dupasquier, Chantal, Dan Patrick N. Osakwe. ‚Foreign Direct Investment In Africa: Performance, Challenges, And Responsibilities.‛ Journal Of Asian Economics 17,

226

No. 2 (April 2006): 241–60. Https://Doi.Org/10.1016/J.Asieco.2005.07.002. Errunza, Vihang R. ‚Emerging Markets- A New Opportunity For Improving Global Portfolio Performance.Pdf.‛ Journal Financial Analysts Journal 39, No. 05 (1983): Pages 51-58. Fama, Eugene F. ‚Efficient Capital Markets: Ii.‛ The Journal Of Finance 46, No. 5 (Desember 1991): 1575–1617. Https://Doi.Org/10.1111/J.1540- 6261.1991.Tb04636.X. ———. ‚Stock Returns, Expected Returns, And Real Activity.‛ The Journal Of Finance 45, No. 4 (September 1990): 1089–1108. Https://Doi.Org/10.1111/J.1540- 6261.1990.Tb02428.X. Fama, Eugene F. ‚Stock Returns, Real Activity, Inflation, And Money.‛ The American Economic Review 71, No. 04 (September 1981): 22. Faridi, F R. ‚Theory Of Fiscal Policy In An Islamic State.‛ Journal Of King Abdulaziz University: Islamic Economics., 1, No. 2 (1984): 16. Farooq, Mohammad Omar. ‚Partnership, Equity-Financing And Islamic Finance: Whither Profit-Loss Sharing?‛ Review Of Islamic Economics (Special Issue), 11 (2007): 22. Fazri, Muhammad, Hermanto Siregar, Dan Heni Hasanah. ‚Hubungan Antara Korupsi Dengan Perkembangan Pasar Saham Dan Perbankan: Kajian Empiris Pada Sembilan Negara Dikawasan Asean+3.‛ Jurnal Ekonomi Pembangunan 15, No. 1 (25 Agustus 2017): 1. Https://Doi.Org/10.22219/Jep.V15i1.4643. 227

Geske, Robert, Dan Richard Roll. ‚The Fiscal And Monetary Linkage Between Stock Returns And Inflation.‛ The Journal Of Finance 38, No. 1 (Maret 1983): 1–33. Https://Doi.Org/10.1111/J.1540- 6261.1983.Tb03623.X. Gumilang, Reshinta Candra, Dan R Rustam Hidayat. ‚Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.‛ Jurnal Administrasi Bisnis 14, No. 02 (September 2014): 9. Gunasekarage, Abeyratna, Anirut Pisedtasalasai, Dan David M. Power. ‚Macroeconomic Influence On The Stock Market: Evidence From An Emerging Market In South Asia.‛ Journal Of Emerging Market Finance 3, No. 3 (Desember 2004): 285–304. Https://Doi.Org/10.1177/097265270400300304. Habib, Mohsin, Dan Leon Zurawicki. ‚Corruption And Foreign Direct Investment.‛ Journal Of International Business Studies 33, No. 2 (Juni 2002): 291–307. Https://Doi.Org/10.1057/Palgrave.Jibs.8491017. ———. ‚Corruption In The Context Of International Business: Conceptual And Methodological Issues.‛ Journal Of Transnational Management Development 6, No. 3–4 (Maret 2002): 167–80. Https://Doi.Org/10.1300/J130v06n03_10. Hallward-Driemeier, Mary, Scott Wallsten, Dan Lixin Colin Xu. ‚Ownership, Investment Climate And Firm Performance.: Evidence From Chinese Firms.‛ The Economics Of Transition 14, No. 4 (Oktober 2006): 629–47. Https://Doi.Org/10.1111/J.1468- 0351.2006.00267.X.

228

Hameed, Abdulrasheed A. ‚Islam And Economic Independence Towards Self- Employment And Productivity.‛ Knowledge Review 26, No. 02 (Desember 2012): 6. Hamid, Ahmad Munir. ‚Peran Baitul Mal Dalam Kebijakan Keuangan Publik.‛ Adilla: Jurnal Ekonomi Syariah 1, No. 1 (2018): 21. Heywood, Paul. ‚Political Corruption: Problems And Perspectives.‛ Political Studies 45, No. 3 (Agustus 1997): 417–35. Https://Doi.Org/10.1111/1467- 9248.00089. Hidayat, La Rahmad, Djoko Setyadi, Dan Musdalifah Azis. ‚Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Serta Jumlah Uang Beredar Terhadap Return Saham.‛ Forum Ekonomi 19, No. 2 (10 Januari 2018): 148. Https://Doi.Org/10.29264/Jfor.V19i2.2121. Hillier, David, Dan Tiago Loncan. ‚Political Uncertaininty And Stock Return Evidence.‛ Pacific-Basin Finance Journal 54 (April 2019): 1–12. Https://Doi.Org/10.1016/J.Pacfin.2019.01.004. Hjern, Benny. ‚Implementation Research — The Link Gone Missing.‛ Journal Of Public Policy 2, No. 3 (Agustus 1982): 301–8. Https://Doi.Org/10.1017/S0143814x00001975. Hussin, Mohd Yahya Mohd, Fidlizan Muhammad, Mohd Fauzi Abu, Dan Salwah Amirah Awang. ‚Macroeconomic Variables And Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series Analysis‛ 3, No. 4 (2012): 13. Hussin, Mohd Yahya Mohd, Fidlizan Muhammad, Mohd Fauzi Abu, Dan Azila Abdul Razak. ‚The 229

Relationship Between Oil Price, Exchange Rate And Islamic Stock Market In Malaysia.‛ Research Journal Of Finance And Accounting 3, No. 5 (2012): 11. Ibrahim, Mansor H., Dan Nafis Alam. ‚Islamic Economics And Islamic Finance In The World Economy.‛ The World Economy 41, No. 3 (Maret 2018): 668–73. Https://Doi.Org/10.1111/Twec.12506. Idris, Munadi, Dan Nur Rahmah. ‚Masa Keemasan Keuangan Islam (Perspektif Sejarah).‛ Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah 2, No. 1 (24 April 2019): 1–21. Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.2649799. Islam, Fakir Tajul, Md. Shahnawaz Mostofa, Dan Afrida Akhter Tithi. ‚Macroeconomic And Institutional Determinants Of Capital Market Performance In Bangladesh: A Case Of Dhaka Stock Exchange.‛ International Journal Of Academic Research In Accounting, Finance And Management Sciences 7, No. 1 (25 Maret 2017): 306–11. Https://Doi.Org/10.6007/Ijarafms/V7-I1/2705. Karim, Bakri Abdul, Wong Siew Lee, Zulkefly Abdul Karim, Dan Mohamad Jais. ‚The Impact Of Subprime Mortgage Crisis On Islamic Banking And Islamic Stock Market.‛ Procedia - Social And Behavioral Sciences 65 (Desember 2012): 668–73. Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2012.11.182. Kim, Dan Haksoon. ‚Political Stability And Foreign Direct Investment.‛ International Journal Of Economics And Finance 02, No. 3 (Agustus 2010): 59–71. Kunieda, Takuma, Keisuke Okada, Dan Akihisa Shibata. ‚Corruption, Capital Account Liberalization, And Economic Growth: Theory And Evidence.‛

230

International Economics 139 (Oktober 2014): 80–108. Https://Doi.Org/10.1016/J.Inteco.2014.03.001. Kwon, Chung S., Dan Tai S. Shin. ‚Cointegration And Causality Between Macroeconomic Variables And Stock Market Returns.‛ Global Finance Journal 10, No. 1 (Maret 1999): 71–81. Https://Doi.Org/10.1016/S1044-0283(99)00006-X. Lambsdorff, Johann Graf. ‚How Corruption Affects Persistent Capital Flows.‛ Economics Of Governance 4, No. 3 (1 November 2003): 229–43. Https://Doi.Org/10.1007/S10101-002-0060-0. Leng, Tan Kim, Chin Wen Cheong, Dan Tan Siow Hooi. ‚Stylized Facts And Impact Of Oil Price Shocks On International Shariah Stock Markets.‛ Ijem International Journal Of Economics And Management 9, No. Special Issue (2015): 20. L.Pryor, Frederic. ‚The Islamic Economic System.‛ Journal Of Comparative Economics 09, No. 02 (Juni 1985): 197–223. Https://Doi.Org/10.1016/0147- 5967(85)90039-3. Lui, Francis T. ‚Three Aspects Of Corruption.‛ Contemporary Economic Policy Xiv, (Juli 1996): 4. Maghayereh, Aktham. ‚Causal Relations Among Stock Prices And Macroeconomic Variables In The Small, Open Economy Of JorDan,‛ T.T., 14. Mahabir, S D, S Pangemana, Dan J E Tulung. ‚Analysis Of Macroeconomic Variables On Stock Market Volatility Of Sector 1 In Indonesia Stock Exchange.‛ Jurnal Emba 07, No. 02 (2019): 2041 – 2050.

231

Maku, Olukayode E, Dan Akinwande A Atanda. ‚‘Does Macroeconomic Indicators Exert Shock On The Nigerian.Pdf,‛ T.T. Https://Mpra.Ub.Uni- Muenchen.De/Id/Eprint/17917. Mamunur, Rashid, Hassan M. Kabir, Dan Yein Ng Yuen. ‚Macroeconomics, Investor Sentiment, And Islamic Stock Price Index In Malaysia.Pdf.‛ Journal Of Economic Cooperation And Development 35, No. 04 (2017): 221–36. Masrizal, M Ubaidillah Al Mustofa, Dan S Herianingrum. ‚Macroeconomic Determinants Of Jakarta Islamic Index.‛ Kne Social Sciences 3, No. 13 (31 Maret 2019): 510. Https://Doi.Org/10.18502/Kss.V3i13.4227. Mawardi, I, T Widiastuti, Dan P Sucia Sukmaningrum. ‚The Impact Of Macroeconomic On Islamic Stock Prices: Evidence From Indonesia.‛ Kne Social Sciences 3, No. 13 (31 Maret 2019): 499. Https://Doi.Org/10.18502/Kss.V3i13.4226. Menike, Lmcs. ‚The Effect Of Macroeconomic Variables On Stock Prices In Emerging Sri Lankan Stock Market.‛ Sabaragamuwa University Journal 6, No. 1 (2006): 50–67. Meyer, Christine Benedichte. ‚A Case In Case Study Methodology.‛ Journal Indexing And Metrics 13, No. 04 (1 November 2001): 24. Https://Doi.Org/10.1177/1525822x0101300402. Mgammal, Mahfoudh Hussein. ‚The Effect Of Inflation, Interest Rates And Exchange Rates On Stock Prices Comparative Study Among Two Gcc Countries.‛ International Journal Of Finance And Accounting,

232

T.T., 13. Https://Doi.Org/Doi: 10.5923/J.Ijfa.20120106.06. Mirza, Dr Albeena, Dan Dr Najma Shaikh. ‚Comparison Between Economic Welfare And The Islamic Welfare Norms.‛ Journal Of Grassroot, 2017, 10. Muammar, Khalif. ‚Faktor Kegemilangan Tamadun Islam: Pengajaran Dari Masa Lalu.‛ Jurnal Hadhari Bil 02 (2009): 18. Mudhiiah, Kharidatul. ‚Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik.‛ Iqtishadia 8, No. 2 (2015): 22. Mujib, Abdul. ‚Realitas Sistem Perbankan Syariah Dan Ekonomi Islam.‛ Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 2, No. 1 (2017): 17. Mutiari, Yunial Laily, Dan M Zainul Arifin. ‚Peran BaDan Koordinasi Penanaman Modal Dalam Memfasilitasi Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap Perusahaan Di Indonesia.‛ Nurani 18, No. 2 (Desember 2018): 11. Naughton, Shahnaz, Dan Tony Naughton. ‚Religion, Ethics And Stock Trading: The Case Of An Islamic Equities Market.‛ Journal Of Business Ethics 23 (2000): 145– 59. Nurrohim, Muh. ‚Analisis Kausalitas Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Dengan Kinerja Sektor Keuangan Dan Sektor Rill.‛ Economics Development Analysis Journal 2, No. 04 (2013): 16. Olugbenga, Adaramola Anthony. ‚Exchange Rate Volatility And Stock Market Behaviour: The Nigerian Experience.‛ European Journal Of Business And Management 4 (2012): 10.

233

Othman, Anwar Hasan Abdullah, Hasanuddeen Abdul Aziz, Dan Salina Kassim. ‚Identification Of Macroeconomic Determinants For Diversification And Investment Strategy For Islamic Unit Trust Funds In Malaysia.‛ International Journal Of Emerging Markets 13, No. 4 (17 September 2018): 653–75. Https://Doi.Org/10.1108/Ijoem-03-2017- 0074. Othman, Anwar Hasan Abdullah, Ahamed Kameel, Dan Hasanuddeen Abdul Aziz. ‚Relationship Between Macroeconomic Variables And Net Asset Value (Nav) Of Islamic Equity Unit Trust Funds: Cointegration Evidence From Malaysian Unit Trust Industry.‛ Global Journal Of Business And Social Science Review 1 (2013): 12. Pangiuk, Ambok. ‚Inflasi Pada Fenomena Sosial Ekonomi:‛ Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, T.T., 28. ———. ‚Kepemilikan Ekonomi Kapitalis Dan Sosialis (Konsep Tauhid Dalam Sistem Islam)‛ 4 (2011): 19. Parakkasi, Idris. ‚Inflasi Dalam Perspektif Islam.‛ Laa Maisyir 3, No. 1 (T.T.): 18. Pardiansyah, Elif. ‚Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis Dan Empiris.‛ Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017): 337. Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920. ———. ‚Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis Dan Empiris.‛ Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017): 337. Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920.

234

Pastor, Lubos, Dan Pietro Veronesi. ‚Political Uncertainty And Risk Premia.‛ National Bureau Of Economic Research, 2013, 1–59. Prasetyo, RinDang Bangun, Dan Muhammad Firdaus. ‚Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia.‛ Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan 2, No. 2 (Mei 2009): 15. Pratama, Yoghi Citra. ‚Analisis Responsivitas Bursa Syariah Oleh Variabel Makro Ekonomi.‛ Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 4, No. 2 (11 Februari 2016). Https://Doi.Org/10.15408/Aiq.V4i2.2548. Putra, Gilang PerDana, Dan Asep Darmansyah. ‚The Relations Between Macroeconomic Fluctuation, World Gold Price, And Islamic Stock Returns In Indonesia.‛ Journal Of Business And Management, 2015, 15. Rachmawati, Martien, Dan Nisful Laila. ‚Faktor Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia (Bei).‛ Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan 2, No. 11 (2015): 15. Richaud, Christine, Dan Khalid Sekkat. ‚Infrastructure And Growth Spillovers: A Case For A Regional Infrastructure Policy In Africa,‛ T.T., 26. Robert, Kates W., Thomas M. Parris, Dan Anthony A. Leiserowitz. ‚What Is Sustainable Development? Goals, Indicators, Values, And Practice.‛ Environment: Science And Policy For Sustainable Development 47, No. 3 (April 2005): 8–21. Https://Doi.Org/10.1080/00139157.2005.10524444.

235

Said, Ali, Dan Rihab Grassa. ‚The Determinants Of Sukuk Market Development: Does Macroeconomic Factors Influence The Construction Of Certain Structure Of Sukuk?‛ Journal Of Applied Finance & Banking 03, No. 05 (Agustus 2013): 17 (251-267). Sakti, Muhammad Rizky Prima, Dan Md. Yousuf Harun. ‚Relationship Between Islamic Stock Prices And Macroeconomic Variables: Evidence From Jakarta Stock Exchange Islamic Index.‛ Global Review Of Islamic Economics And Business 1, No. 1 (4 Mei 2015): 071. Https://Doi.Org/10.14421/Grieb.2013.011-06. Salamah, Lilik. ‚Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia.‛ Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Xiv, No. 2 (April 2001): 12. Santoso, Bedjo, Ahamed Kameel Mydin Meera, Dan Khaliq Ahmad. ‚Is Gold Dinar The Appropriate Money In Islam ?‛ Journal Of Islamic Finance 6, No. Special Issue (Januari 2017): 73–90. Https://Doi.Org/10.12816/0047341. Sari, Norhanim Mat, Abbas Mirakhor, Dan Khairul Hafidzi Mohd Subky. ‚Replacing The Interest Rate Mechanism In Monetary Policy: Case Of Malaysia,‛ 2017. At: Https://Www.Researchgate.Net/Publication/3141210 36. Sehrawat, Madhu, Dan A.K. Giri. ‚A Sectoral Analysis Of The Role Of Stock Market Development On Economic Growth: Empirical Evidence From Indian Economy.‛ Global Business Review 18, No. 4 (Agustus 2017): 911–23. Https://Doi.Org/10.1177/0972150917692242.

236

Shabri Abd. Majid, M., Dan Rosylin Mohd. Yusof. ‚Long‐Run Relationship Between Islamic Stock Returns And Macroeconomic Variables: An Application Of The Autoregressive Distributed Lag Model.‛ Humanomics 25, No. 2 (22 Mei 2009): 127– 41. Https://Doi.Org/10.1108/08288660910964193. Sharma, Gagan Deep, Dan Mandeep Mahendru. ‚Impact Of Macro Economic Variables On Stock Market In India.‛ Global Journal Of Management And Business Research, 10, No. 07 (2010): 10–14. Shuangqun,. ‚Research On The Relationship Between Interest Rate And Stock Price In China.‛ International Journal Of Science And Research (Ijsr) 6, No. 7 (5 Juli 2017): 2093–99. Https://Doi.Org/10.21275/27071710. Simona Franzoni, Dan Asma Ait Allali. ‚Principles Of Islamic Finance And Principles Of Corporate Social Responsibility: What Convergence?‛ Sustainability 10, No. 3 (28 Februari 2018): 637. Https://Doi.Org/10.3390/Su10030637. Subaidi. ‚Rekonstruksi Hukum Pasar Modal Syariah Dalam Memberi Jaminan Kepastian Hukum.Pdf.‛ Istidlal: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 01, No. 2 (2017). Suzuki, Tomoya. ‚Corruption, Interest Rates And Business Cycles: Comparison Of Emerging Economies.‛ Economic Change And Restructuring 51, No. 4 (November 2018): 303–16. Https://Doi.Org/10.1007/S10644-017-9206-5. Tahir, Sayyid. ‚Islamic Economics And Prospects For Theoretical And Empirical Research.‛ Journal Of King Abdulaziz University: Islamic Economics 30, No. 1 (2017): 18.

237

Wibowo, Buddi. ‚Comovement Indeks Pasar Saham Syariah Dan Variabel Makro Ekonomi: Pendekatan Regime- Switching Regression.‛ Iqtishadia 10, No. 2 (11 Januari 2018): 83. Https://Doi.Org/10.21043/Iqtishadia.V10i2.2237. Wongbangpo, Praphan, Dan Subhash C. Sharma. ‚Stock Market And Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions: Asean-5 Countries.‛ Journal Of Asian Economics 13, No. 1 (Januari 2002): 27–51. Https://Doi.Org/10.1016/S1049-0078(01)00111-7. Yusof, Rosylin, Dan M. Majid. ‚Stock Market Volatility Transmission In Malaysia: Islamic Versus Conventional Stock Market.‛ Journal Of King Abdulaziz University-Islamic Economics 20, No. 2 (2007): 19–40. Https://Doi.Org/10.4197/Islec.20-2.2. Zafar, Nousheen, Syeda Faiza Urooj, Dan Tahir Khan Durrani. ‚Interest Rate Volatility And Stock Return And Volatility.‛ European Journal Of Economics, Finance And Administrative Sciences, No. 14 (2008): 6. Zarqa, Muhammad Anas. ‚Stability In An Interest-Free Islamic Economy- A Note.Pdf.‛ Pakistan Journal Of Applied Economic 2, No. 2 (1983): 181–88.

238

Glosarium

BKPM : Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas untuk merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Capital Gain : Sebuah keuntungan yang didapatkan seorang investor dari selisih harga jual dikurangi dengan harga beli suatu saham atau properti sewaan tersebut. Seorang yang mendapatkan keuntungan capital gain.

Capital Lost : Sebuah kerugian yang didapatkan seorang investor dari selisih harga beli dikurangi dengan harga jual suatu saham.

Capital : Investasi yang dilakukan pemilik perusahaan. Di dalam neraca dituliskan dalam angka nilai kekayaan bersih (networth), yaitu aktiva dikurang kewajiban-kewajiban lain dan angka kerugian.

Day trading : Salah satu strategi tranding yang cukup banyak digunakan para trade jangka pendek. Harga saham bias bergerak naik-turun dengan cepat

239

karean adanya peran dari dat trader yang mengincar profit jangka pendek.

Deficit Financing : Berkurangnya kas dalam keuangan.

Enterprenuer : Orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun manajemen operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Financial Asset : Investasi disektor keuangan atau sering juga disebut portfolio investment (investasi portofolio) adalah komitmen untuk mengikatkan aset pada surat-surat berharga (securities), yang diterbitkan oleh penerbitnya. Penerbit surat berharga ini beragam,mulai dari individu, perusahaan hingga pemerintah. Demikian pula dengan jenisnya, sangat beragam, mulai dari yang sederhana seperti utang piutang antar pribadi hingga produk derivative (turunan) yang rumit, seperti future. Sebagai contoh investasi pada sektor keuangan ini, misalnya, kita menabung uang di bank, membeli saham, obligasi atau reksadana.

240

Foreign Direct Investment : Jenis investasi secara langsung oleh luar negeri. FDI merupakan bentuk investasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dari suatu negara untuk menanamkan modalnya dengan jangka waktu yang panjang kesebuah perusahaan di negara lain. Iklim Investasi : Kondisi atau lingkungan yang mereflelksikan sejumlah faktor-faktor yang berafiliasi pada kondisi tertentu sehingga membentuk kesempatan dan insentif bagi pemiliki modal (investor) untuk melakukan usahanya atau berinvestasi secara produktif, berdayasaing dan berkembang.

Inflasi : Suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan terus- menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Infrastruktur : Dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor 241

privat sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik. Interest Rate : Harga yang harus dibayarkan oleh seseorang dalam menggunakan sejumlah uang selama jangka waktu tertentu atau biaya atas balasan jasa yang diperoleh peminjam.

Investasi Syariah : Suatu penanaman modal yang dilakukan masyarakat dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan prinsip Islam, hukum Islam yang berpedoman pada syariah Islam.

Investor : Orang perorangan atau lembaga baik domestik atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Jakarta Islamic Indexs : Salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah.

Kebijakan Fiskal : Kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda 242

dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.

Kebijakan Monenter Kontraktif : Ditujukan untuk memperlambat jumlah uang yang beredar. kebijakan moneter yang aktif selalu memodifikasi efek dari guncangan variabel makro pada pertumbuhan output.

Kebijakan Moneter Ekspansif : Kebijakan dengan mendorong meningkatkan peredaran uang untuk kegiatan ekonomi.

Kebijakan Moneter : Proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.

Korupsi : Tindakan seseorang yang menyalahgunakan kepercayaan dalam 243

suatu masalah atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan.

Kurs/Nilai Tukar Rupiah : Sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.

Makroekonomi : Studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makroekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Pasar Modal Syariah : Pasar modal yang sesuai dengan syariah Islam atau dengan kata lain instrumen yang digunakan berdasarkan pada prinsipsyariah dan mekanisme yang digunakan juga tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Pasar Modal : Suatu aktivitas yang berhubungan dengan perdagangan efek dan penawaran umum, perusahaan publik yang berhubungan dengan efek yang 244

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berhubungan dengan efek.

Produk Domenstik Bruto : Nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.

Profitabilitas : Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tert entu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya.

Real Asset :Komitmen mengikatkan aset pada sektor real. Seperti diketahui, istilah sektor real sering digunakan untuk menunjukkan sektor diluar keuangan, seperti perdagangan, industri, pertanian dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi pada sektor real adalah komitmen mengikatkan aset di luar sektor keuangan. Sebagai contoh dari real asset investment, misalnya membeli ruko untuk berdagang tekstil atau barang lainnya, membangun pabrik, membeli apartemen kemudian

245

disewakan, membeli lukisan untuk dijual kembali dan masih banyak lagi.

Return/keuntungan : Penghasilan (gain) atau kerugian (loss) karena turunnya nilai investasi pada suatu periode tertentu.

Riba : Penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam.

Risiko Investasi : Tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan.

Saham : Surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan. Membeli saham berarti anda telah memiliki hak kepemilikan atas perusahaan tersebut.

Surat Utang Negara (SUN) : Surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya.

Stabilitas Ekonomi : Situasi atau kondisi di mana sistem tersebut dapat; mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam kegiatan produktif pada waktu yang berbeda-beda; memprediksi dan mengukur risiko finansial dan 246

menyerap guncangan (shock) artinya stabilitas ekonomi meliputi efisiensi dan ketahanan sistem keuangan yang notabene merupakan suatu konsep kompleks.

Zakat : Harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).

247

248

INDEKS

CPI, 11, 21, 23, 63 A Currency risk, 57 agama, 12, 29, 30, 37, 43, 51, 92, 129 D Ahami>ah Wu>jud, 34 Akram Khan, 30, 34 daruri>ah, 43 al-Adl al-Ijtima>iah, 41 Dealing With Licenses, 71 al-Hurriah al-Muqayyadah, 40 debitor, 48 al-Iqtisha>d al-Islami> fi Tatbi>qihi ala debit-service ratio, 66 al-Mujtama’ al-Mua>sirat, 34 DES, 17 al-Milkiah al-Muzdawi>jah, 40 al-Quran, 1, 12, 30, 32, 33, 35, 37, E 46, 50, 91, 112, 114, 123, 125 American Depositary Receipts, 26 ekonomi, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, Asad Zaman, 33 12, 13, 14, 15, 16, 18, 22, 23, 24, aset, 4 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 52, B 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, Bank Dunia, 71, 88 62, 63, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 72, BEI, 9, 17, 18, 76 73, 77, 83, 88, 90, 91, 92, 93, 94, birokrasi, 14, 71, 73, 88, 90, 91, 93, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 109, 121, 129 103, 104, 105, 106, 107, 109, BPS, 18, 20, 21 111, 112, 113, 114, 115, 117, Brasil, 26 118, 119, 120, 121, 122, 123, bunga, 6, 7, 12, 22, 24, 32, 47, 48, 124, 125, 127, 128, 129, 130 52, 53, 54, 55, 56, 59, 60, 65, 66, ekonomi Islam, 1, 14, 32, 33, 34, 35, 76, 84, 89, 95, 96, 97, 102, 105, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 48, 106, 112, 120, 124 53, 57, 92, 96, 97, 103, 113, 115, bursa efek, 8, 10, 14, 15, 16, 17, 25, 123, 124, 128, 130 75, 94, 99, 127 ekonomi kapitalis, 12 Business risk, 57 ekspor, 4, 5, 20, 33, 89, 99, 102, 121 emerging markets, 6 Employing Worker, 71 C enterprenuer, 53 capital gai, 3 Equilibrium Quantity, 47 capital lost, 3 Exchange Rate, 3, 63, 65, 98, 103, Chaudhry, 66 139, 142, 144 Closing a Business., 71 expected profits, 53 Corruption Index, 15, 18, 21, 27 249

F 97, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, FDI, 11, 26, 27 111, 112, 114, 117, 118, 120, federal fund rate, 59 121, 123, 125, 127, 129, 130 financial asset, 2, 50 Imam al-Ghazali, 1 finansial, 26, 63, 111, 114, 119, 152 Imam Syatibi, 42 fiscal, 5 impor, 4, 20, 33, 99, 102 Fiskal, 43, 44, 103, 131 Indeks Tren Bisnis, 21 floating exhange rate, 64 Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, fundamental, 6 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, future income, 3 22, 24, 27, 41, 42, 45, 46, 47, 49, 52, 60, 61, 62, 64, 65, 68, 69, 70, G 71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 84, 87, 88, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, Gambling, 51 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, GDP, 67, 68, 77, 78, 79, 83, 84, 86, 107, 108,109, 110, 111, 112, 114, 87, 88, 89, 91, 99, 101, 127 116, 117, 118, 119, 120, 121, Getting Credit, 71 122, 123, 124, 125, 127, 128, Gharar, 51 129, 130, 131, 132, 133, 134, GNP, 22, 25 135, 136, 137, 138, 139, 143, Gross Domestic Product, 67, 79, 84, 144, 145, 146 86, 89, 91 inefficiencies, 72 inefisiensi, 90 H infinitely elastic, 53 inflasi, 4, 6, 15, 18, 19, 24, 25, 27, hadits, 37 29, 31, 34, 39, 44, 45, 47, 48, 52, Hadits, 35 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 68, hajji>yah, 43 69, 73, 76, 85, 86, 89, 90, 92, 93, harga emas, 15, 18, 19, 27, 68, 85, 99, 100, 101, 102, 106, 111, 113, 89, 91 120, 127 Hasanuzzaman, 32 Inflation, 47, 57, 59, 61, 62, 63, 100, Human Error, 62 104, 134, 140, 141, 143 Inflation risk, 57 I infrastruktur, 6, 70, 71, 75, 88, 90, 93, 109, 110, 114, 115, 116, 122, IHK, 20, 22 123 iklim investasi, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, interest, 48 13, 14, 15, 16, 18, 19, 27, 66, 70, Interest risk, 56 71, 73, 75, 77, 78, 83, 84, 85, 86, International Finance Corporation, 87, 88, 89, 90, 91, 93, 94, 95, 96, 71 250 investasi, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, J 13, 14, 15, 16, 20, 23, 24, 26, 27, 31, 33, 39, 44, 45, 49, 50, 51, 52, Jakarta Islamic Index, 9, 10, 15, 64, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 65, 66, 68, 69, 76, 78, 79, 84, 85, 65, 66, 68, 70, 71, 72, 73, 75, 76, 86, 87, 88, 139, 140, 143 77, 78, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91, jizyah, 45 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 104, 105, 106, 107, K 108, 109, 110, 111, 112, 114, 115, 116, 117, 118, 120, 121, kapitalisasi pasar, 9, 23 122, 123, 124, 125, 127, 128, 129 kebijakan ekonomi, 2, 12, 16, 22, 42, Investasi syariah, 49 43, 48, 71, 89, 90, 107, 119, 120 investment fund, 53 Keynes, 61 investment risk, 2 khalifah, 36 investor, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, kharaj, 45 16, 23, 24, 25, 50, 53, 55, 59, 62, korup, 10, 12, 26, 90, 91, 101 64, 66, 70, 76, 89, 90, 91, 92, 93, korupsi, 8, 10, 11, 14, 25, 26, 66, 71, 94, 95, 96, 97, 100, 104, 108, 72, 73, 84, 88, 89, 90, 91, 95, 102, 109, 110, 112, 114, 116, 117, 106, 109, 129 118, 119, 121, 122, 129 Korupsi, 10, 11, 12, 14, 21, 72, 73, IPI, 25 77, 78, 84, 87, 89, 90, 133, 137 Islam, 1, 3, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17, kuantitatif, 17, 18, 128 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, kurs, 4, 15, 18, 19, 24, 25, 27, 46, 56, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 59, 63, 64, 65, 87, 89, 91, 92, 100, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 101, 102, 103, 104, 127 55, 56, 58, 59, 60, 62, 64, 66, 73, Kurs Rupiah/USD, 20 74, 88, 91, 92, 96, 97, 99, 100, Kurs Tengah, 20 101, 103, 106, 107, 109, 111, 112, 114, 115,117, 118, 123, 124, L 125, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 141, 142, 144, laverage risk, 52 145, 146 liberalisasi, 26 Islamisasi, 12 Limbong, 90, 91, 110, 111, 134 ISSI, 9, 24, 60, 76, 124 Liquidity risk,, 57 Ististma, 49 M

M2, 15, 18, 19, 21, 24, 27, 65, 69, 77, 78, 79, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 105 251

Macroeconomic, 31 pasar modal syariah, 9, 10, 15, 24, makroekonomi, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 13, 27, 59, 63, 64, 68, 69, 74, 75, 76, 14, 15, 16, 19, 23, 27, 28, 31, 32, 77, 94, 95, 108, 122, 127, 129 34, 42, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, Paying Tax, 71 63, 65, 66, 74, 75, 76, 77, 78, 85, PDB, 7, 15, 18, 19, 20, 23, 27, 31, 87, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 97, 99, 58, 67, 93, 97, 98, 99, 151 108, 109, 110, 117, 119, 124, pionir, 4 128, 129 politik, 2, 4, 6, 7, 8, 11, 25, 26, 43, maqa>sid syari>ah, 43 63, 70, 71, 88, 90, 91, 94, 101, market risk, 2 106, 108, 109, 111, 129 Market risk, 56 Profit, 4 maslahah, 36 profitabilitas, 1 Monetary Contractive Policy, 47 Protecting Investor, 71 Monetary Expansive Policy, 47 publik, 2, 12, 34, 36, 40, 44, 73, 90, moneter, 5, 13, 21, 31, 32, 34, 43, 91, 101, 122, 123 46, 47, 48, 50, 54, 60, 61, 63, 65, purchasing power, 45 68, 95, 103, 105, 106, 107, 108, purching power party, 63 109, 113, 114, 124, 125, 128 Muhammad ibnu Abdullah al-Arabi, R 33 multiple regression, 18 real asset, 2 Registering Proverty, 71 N regulasi, 70 rekonstruksi, 5 navqi, 37 religiusitas, 29 negara Islam, 13 Riba, 51 net aset value, 25 Risk, 4 Rupiah, 3, 20, 21, 64, 102, 138, 141 O S oil price world, 25 OJK, 18, 21, 22, 76, 77, 108, 122, saham, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 15, 17, 21, 124 22, 24, 25, 26, 31, 50, 53, 55, 56, opportinity cost, 54 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 66, 67, opportunity cost, 54 68, 69, 71, 75, 76, 92, 94, 95, 96, optimalitas pareto, 113 98, 100, 102, 103, 104, 105, 112, 119, 127, 129 P scarcity of resources, 35 shock, 4 pasar modal, 2, 151 Siddiqi, 35 252 spending power, 45 V stabilitas politik, 26 star up, 44 volatilitas, 53, 66 Starting Business, 71 strategic intervention, 71 W suku bunga, 4, 6, 15, 18, 19, 22, 24, 25, 27, 29, 31, 32, 46, 47, 48, 53, world bank, 18 54, 55, 58, 59, 60, 65, 66, 84, 89, 92, 93, 95, 96, 97, 102, 103, 105, Y 106, 120, 124, 127, 129 SUN, 50 Yordania, 25 Sunnah, 12, 30, 32, 33, 123 syariah, 1, 2, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16, Z 18, 19, 21, 24, 27, 32, 36, 40, 41, 48, 49, 50, 53, 54, 58, 59, 60, 63, Zakat, 45, 46, 55, 97, 137 41, 45, 46, 64, 66, 68, 69, 70, 73, 75, 76, 77, 54, 55, 97 83, 89, 91, 93, 94, 95, 96, 97, 99, 101, 103, 104, 107, 108, 109, 119, 122, 123, 124, 127, 128, 129, 130

T

Tabarru’, 1 tahsini>yyah, 43 teoritis, 13, 14, 56, 63, 92, 102, 112, 125, 129 theglobaleconomy, 18 Tija>rah, 1 Trading Across Border, 71 treasury Bill rate, 59

U

Umar Chapra, 30, 31, 48, 112, 114, 125, 135 ushurs, 45

253

254

BIODATA PENULIS

Achyar Riyanda Halim adalah putera pertama dari bapak Osli Mardinal dan Ibu Hamidah, dari dua bersaudara. Lahir di Pulaupunjung (Sumatera Barat), pada tanggal 01 Desember 1992. Dalam dunia Pendidikan Penulis memulai dari sekolah dasar (SDN) 08 Muaro Bungo dari kelas 1-4, kemudian pindah SDn 17 di Kuala Tungkal Jambi 4-6. Kemudian melanjutkan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negri (MTSn) 01 di Kuala Tungkal tahun (2007), setelah lulus penulis melanjutkan Pendidikan menengah di Madrash Aliyah Program Khusus Padang Panjang (Sumatera Barat) hingga lulus di tahun (2010). Setelah lulus penulis melanjutkan Pendidikan ke bangku perkuliahan Starta-1 di Jakarta yaitu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun (2015) kemudian melanjutkan Strarta-2 di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun (2016). Selain Pendidikan formal penulis selalu beriringan dengan kegiatan non formal seperti aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Minang (IKMM), dan Forum Kumpulan Mahasiswa Pascasarjana (FKMP) Jakarta sampai sekarang. Selain itu penulis selalu aktif diberbagai kegiatan sepertiHimpunana Mahasiswa MAN/MAPK Kotobaru (HIMAPOKUS) dan acara-acara yang berkaitan dengan ekonomi-politik Indonesia maupun internasional seperti Katadata, FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Devisi Pasar Modal Syariah,