PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KOPERASI SIMPAN PINJAM ILEGAL TERKAIT INVESTASI ILEGAL DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENCEGAH PRAKTEK PENGUMPULAN DANA MASYARAKAT SECARA ILEGAL

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

TANIA THRESIA SIREGAR NIM: 140200147

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada mu. Matius 6 : 33 Segala Hormat serta puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Tri

Tunggal, yang karena Kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas hukum Universitas Sumatera

Utara. Skripsi ini berjudul : “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Dalam

Mengawasi Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek

Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal “.

Berkat bimbingan dan arahan serta petunjuk dari dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan-kelemahan serta kekurang-kekurangnya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan- masukan dan arahan-arahan yang bersifat membangn agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi dikemuadian hari.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

i Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza., S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution,. S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan

Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Hasyim Purba., S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat

Akademik.

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution,. S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing

I, terima kasih atas segala perhatian, masukan dan bimbingan Bapak

kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Ibu Tri Murti Lubis., S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing II, terima

kasih atas segala perhatian, masukan dan bimbingan Ibu kepada penulis

selama penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Fakultas Hukum USU.

11. Kedua Orang Tua saya yang sangat saya cintai, Bapak Drs. P. Siregar dan

Mama saya Siti Nurbaya Tampubolon., S.sos terima kasih atas dukungan

doa, cinta dan kasih sayang yang tulus, perhatian, dan saran-saran kepada

ii Universitas Sumatera Utara

saya selama ini sehingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

12. Kakak saya Novia Uly Siregar dan Abang saya Bharata Palti Siregar,

terima kasih karena selama ini memberikan masukan, nasehat, peringatan

dan doa yang menjadi penyemangat saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Buat sahabat kuliah saya dari semester satu yaitu Vita Nova atau Vita

Huang terimakasih, sudah menjadi teman yang baik, yang mau

menolongku selama kuliah, sahabat yang selalu berdua selama di Fakultas

Hukum ini.

14. Buat Kak Ester Josephine Hutagaol (2012)PKK terbaik saya terimakasih

yah kakakku sudah mau menjangkau saya, mau membina serta mengajari

saya banyak hal, Buat PKK keduaku Kak Novika Aritonang (2010) Serta

Buat Kak Yuki Sirait (FKG 2011)PKK ketiga ku terimakasih kak buat

doa, dukungan kakak.

15. Buat adek adek kelompok ku Yakhin yaitu cayne, Yoshi, Mutiara (2015)

dan Boas yaitu Andrew karst, Elsa Sihombing, Surya Sirait (2016)

makasih yah adek-adekku atas sudah menjadi penyemangat kakak untuk

mengerjakan skripsi ini, kerjarlah perkara rohani dan bukan sibuk

mengejar perkara duniawi ini karna hidup didunia ini hanya untuk

sementara.

16. Buat teman-teman KTB yaitu Gita, Iwan dan chesaa terimakasih buat

segala-galanya.

iii Universitas Sumatera Utara

17. Buat Bg Suspim (2008) terimakasih yah bg sudah, mengajari ku banyak

hal, mendengar curhat ku yang aneh-aneh,dan dan mengingatku untuk

kerjakan skripsi mu dek !!!

18. Buat keluarga besar UKM KMK UP FH USU yang tidak mungkin

kusebutkan namanya satu-per satu terimakasih buat segala-galanya sudah

menjadi tempat doa, pelayanan.

Demikianlah Penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas pengetahuaan kita semua.

Medan, 2 Juni 2018 Penulis,

Tania Thresia Siregar NIM. 140200147

iv Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATAPENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... iv ABSTRAK ...... vii BAB I :PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 D. Keaslian Penulisan ...... 8 E. Tinjauan Kepustakaan ...... 8 F. Metode Penelitiaan ...... 12 G. Sistematika Penulisan ...... 15 BAB II PENGATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP SEKTOR JASA KEUANGAN DI ...... 18 A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ...... 18 B. Pengertian Otoritas Jasa Keuangan ...... 27 C. Status Otoritas Jasa Keuangan dan Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Sistem Keuangan Di Indonesia ...... 28 D. Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan ...... 33 E. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga Jasa Keuangan Lainnya ...... 35 F. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan ...... 38 BAB III KEGIATAN INVESTASI ILEGAL DI INDONESIA ...... 44 A. Pengertian Investasi Ilegal ...... 44 B. Bentuk Umum Kegiatan Investasi Ilegal ...... 45 C. Ciri-ciri Investasi Ilegal ...... 47 D. Kasus Investasi Ilegal Di Indonesia ...... 48 E. Pembentukan Regulasi Untuk Mencegah Penipuaan Dalam Bentuk Investasi ...... 55 BAB IV UPAYA PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KOPERASI SIMPAN PINJAM ILEGAL TERKAIT INVESTASI ILEGAL DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENCEGAH PRAKTEK PENGUMPULAN DANA MASYARAKAT SECARA ILEGAL ...... 67 A. Upaya Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ...... 67

v Universitas Sumatera Utara

B. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal ...... 72 C. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Memberikan Perlindungan Konsumen atau Nasabah Yang Melakukan Investasi Pada Koperasi Ilegal ...... 79 BAB V PENUTUP ...... 85 A. KESIMPULAN ...... 85 B. SARAN ...... 86 DAFTAR PUSTAKA ...... 88

vi Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KOPERASI SIMPAN PINJAM ILEGAL TERKAIT INVESTASI ILEGAL DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENCEGAH PRAKTEK PENGUMPULAN DANA MASYARAKAT SECARA ILEGAL Tania Thresia Siregar* Bismar Nasution** Tri Murti Lubis***

Pengawasan koperasi bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan koperasi oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan wilayah keangotaan koperasi dalam mewujudkan kondisi koperasi berkualitas dengan peraturan yang berlaku. Dalam melakukan pengawasan koeprasi Masyarakat diminta waspada dan tidak tergiur dengan bunga tinggi jika berinvestasi di sebuah koperasi. Peringatan itu dilontarkan Kementeriaan Koperasi dan UKM menyusul maraknya kegiatan investasi illegal yang melibatkan pengurus koperasi. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang upaya pengawasan Otoritas Jasa keuangan dalam mengawasi Koperasi Simpan Pinjam illegal serta Usaha Mikro Kecil Menengah dan peran OJK dalam memberikan perlindungan konsumen yang melakukan investasi pada koperasi illegal. Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian normatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dengan hanya mengelola dan menggunakan data-data sekunder yaitu data yang terdiri dari kajian yang digunakan terhadap peraturan perundang-undangan dan berbagai literature yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Berdasarkan hasil penelitiaan diketahui bahwa kemudahan izin mendirikan koperasi menjadi salah satu faktor yang membuat koperasi menjadi salah satu faktor yang membuat investasi illegal menggunakan nama koperasi. Istilah koperasi yang sudah lama di masyarakat membuat investasi berkedok koperasi lebih mudah diterima, dibandingkan sejumlah produk investasi di perbankan atau pasar modal. Legalitas dan skema investasi yang tidak jelas, kerap ditutupi dengan bunga tinggi yang mengiurkan.

Kata Kunci : Koperasi Simpan Pinjam Ilegal, Investasi illegal *Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vii Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada; dengan bekerja sama secara kekeluagaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya1. Dalam BAB XIV Undang-undang

Dasar 1945 Pasal 33 tercantum sebagai berikut:2

1. Perekonomiaan disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Koperasi merupakan badan usaha dalam rangka membangun ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan.3Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa

Indonesia, koperasi Indonesia harus menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadiaan sebagai pencerminan kehidupan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat, lingkungan waktu, dengan suatu ciri khas adanya unsur Ke-Tuhanan Yang

1 R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2005), hlm. 1. 2 Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha (3 ed) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 20. 3 Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 19.

1

Universitas Sumatera Utara 2

Maha Esa, Kegotong royongan dalam arti bekerja sama, saling bantu membantu, kekeluargaan dengan Semboyan Bhineka Tunggal Ika.4

Sejumlah koperasi terindentifikasi melakukan penyalahgunaan izin dan praktik penghimpunan dana masyarakat. Maraknya, investasi illegal disebabkan sebagaian masyarakat cenderung ingin mendapat uang dengan cepat dan mudah.

Selain itu, masyarakat juga dengan mudah tergiur oleh iming-iming bunga investasi yang tinggi.5

Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia saat ini dan makin beragamnya produk keuangan yang ditawarkan, minat masyarakat untuk melakukan investasi makin meningkat.6 Sementara hal ini tidak diambangi dengan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap praktik-praktik penghimpunan dana illegal yang tumbuh subur di masyarakat. Faktor iming-iming imbal hasil yang tetap dan bunga yang tinggi menjadi penarik masyarakat untuk tidak dipikir panjang dalam memasukkan dananya kepada pelaku jasa keuangan tersebut.

Hampir semua orang mengenal uang, dan hampir selalu menginginkannya di dalam dunia modern saat ini. Akan tetapi sangat sedikit yang memahaminya.

Memahami dalam hal ini juga termasuk kemampuan mengelola uang dan mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan dari setiap transaksi menggunakan uang. Sebagai Negara berkembang yang memiliki wilayah sangat luas dan penduduk nomor empat terbesar di dunia, Indonesia menghadapi masalah

4 Ibid, hlm.37. 5 Septian Deny, “ Waspada Koperasi Ini Lakukan Praktik Ilegal”, https://www.liputan 6.com/bisnis/read/2890358//waspada-koperasi-ini-lakukan-praktik-ilegal (diakses pada tgl 27 Febuari 2018 Pukul: 15:00 WIB). 6“Investasi-Ada-Keuntungan-Ada-Juga-Risikonya” http://sikapiuangmu.ojk.go.id/article/127/investasi-ada-keuntungan-ada-juga-risikonya (diakses tgl 27 Febuari 2018, Pukul: 15:30 WIB).

Universitas Sumatera Utara 3

banyaknya penduduk yang belum memahami masalah keuangan. Dengan kata tingkat literasi keuangan (financial literacy ) masyarakat Indonesia masih rendah.7

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin berkembang beberapa tahun terakhir. Memberi dampak dengan meningkatnya jumlah dan jenis investasi yang beranekaragam. Namun dari ternyata banyak jenis investasi yang illegal (bodong) yang merugikan masyarakat. Dari data Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) diidentifikasi 262 penawaran investasi yang terindikasi bermasalah. Dan setelah ditelusuri lebih lanjut, sebanyak 218 penawaran investasi tersebut tidak memiliki kejelasan izin dari otoritas berwenang. Dengan banyaknya jumlah korban dan besarnya dana investor (masyarakat) yang dilarikan.8

Salah satu hambatan dalam pengawasan koperasi adalah adanya kendala hubungan dengan kewenangan pengawasan koperasi di daerah dalam era otonomi daerah. Sesuai dengan lampiran huruf Q UU 23/2014 maka langkah teknis yang akan dikerjakan adalah memilah koperasi sebagai objek pengawasan disesuaikan dengan kewenangan yang tercantum dalam UU dimaksud antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Langkah teknis lainnya, melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas

SDM Pengawasan Koperasi. Melakukan kajian pembentukan pejabat fungsional

7 “Literasi Keuangan menuju Masyarakat yang well literate”, Majalah OJK, Edisi November 2013 tahun I,hlm.54. Financial Literacy adalah suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keyakinan consume maupun masyarakat agar mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik. Dengan bertambahnya tingkat literasi keuangan masyrakat, diharapkan masyarakat dapat membuat keputusan keuangan dengan lebih baik sehingga perencanaan keuangan keluarga atau pribadi menjadi lebih optimal. Masyarakat juga bisa memilih produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, mengetahui manfaat dan risikonya, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen keuangan. 8 Koordinasi BI dan OJK Dalam Mengawasi Sistem Keuangan Indonesia, https://www.kompasiana.com/www.kompasiana.purba/kordinasi-bi-dan-ojk-dalam-mengawasi- sistem-keuangan-indonesia_54f3d3ab745513982b6c8199 (Diakses Tanggal 29 Febuari 2018, Pukul: 09:00 WIB ).

Universitas Sumatera Utara 4

pengawas koperasi, melakukan monitoring dan penerapan sanksi terhadap laporan hasil pemeriksaan kepada koperasi yang diindikasikan melakukan penyimpangan, serta melakukan kerjasama dengan pemda dan instansi terkait dalam pengawasan koperasi. 9

Berdirinya Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK) menandai dimulainya era baru sistem pengawasan sektor jasa keuangan.10 Dalam penjelasan Undang-Undang OJK di bagian umum disebutkan :

Terjadinya proses globallisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar subsector keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsector keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan, diikuti dengan banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Amanat Pasal 34 UU BI merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Pengintegrasian pengawasan secara maksimal perlu dilakukan agar tujuan dari pengintegrasian pengawasan secara maksimal perlu dilakukan agar tujuan dari pengawasan itu tercapai . Pengawasan lembaga jasa keuangan pada prinsipnya terbagi 2 jenis, yaitu pengawasan dalam rangka mendorong lembaga-lembaga

9 Siprianus Edi Hardum, “Kemkop dan Ukm Ojk Tangani Kasus Hukum Koperasi Ilegal” http://www.beritasatu.com/ekonomi/411129-kemkop-dan-ukm-ojk-tangani-kasus-hukum- koperasi-ilegal.html (diakses tanggal 29 Febuari 2018, Pukul: 14.00WIB). 10 Zulkarnain Sitompul, ”Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan Dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan” (Medan: Makalah disampaikan pada seminar tentang keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014), hlm 1.

Universitas Sumatera Utara 5

untuk ikut menunjang pertumbuhan ekonomi dan menjaga kestabilan moneter

(macro-economic supervision), dan pengawasan yang mendorong agar lembaga jasa keuangan secara individual tetap sehat serta mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik (prudential supervision).11 Dengan lahirnya UU OJK yang berlaku pada tanggal 22 November 2011, maka pengawasan lembaga jasa keuangan di Indonesia berubah yang pada awalnya dilakukan oleh beberapa lembaga menjadi pengawasan yang dilakukan oleh lembaga tunggal, yaitu

Otoritas Jasa Keuangan.12

Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) sebagai lembaga yang dibentuk salah satunya dengan tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan dan penanggulanan penghimpunan dana illegal dengan modus operandi investasi yang terjadi di masyarakat.13

Berdasarkan uraian di muka, maka dibuat judul skripsi “Pengawasan

Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Koperasi Simpan Pinjam Ilegal

Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam

Mencegah Praktek Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal ”.

11 Bismar Nasution, “Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan” (Medan: disampaikan pada sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuanagan yang Terintegrasi, Juni 2012),hlm.4. 12 Andrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses,2014), hlm.62. 13 Lihat konsideransi UU Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keungan.

Universitas Sumatera Utara 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan tersebut di atas, dalam skripsi berjudul “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi

Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana

Masyarakat Secara Ilegal “;

1. Bagaimanakah Pengaturan Dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan

Terhadap Sektor Jasa Keuangan Di Indonesia ?

2. Bagaimanakah Bentuk Kegiatan Investasi Ilegal Di Indonesia ?

3. Bagaimanakah Upaya Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap

Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana

Masyarakat Secara Ilegal?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengaturan dan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan

Terhadap Sektor Jasa Keuangan Di Indonesia.

2. Untuk mengetahui Kegiatan Investasi Ilegal Di Indonesia .

3. Untuk mengetahui Upaya Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap

Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro

Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana

Masyarakat Secara Ilegal.

Universitas Sumatera Utara 7

Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan

skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum khususnya ilmu hukum ekonomi khususnya di bidang OJK sebagai pengawas independen yang ditunjuk Mengawasi Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait

Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah

Praktek Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal .

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis maupun bagi para akademis bahkan pada masyarakat mengenai runag lingkup maupun batasan wewenang OJK sebagai pengawas dalam Mengawasi Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi

Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek

Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal dan juga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk para akademisi maupun peneliti lainnya yang ingin mengetahui lebih mengenai wewenang OJK yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan, stabil dan mampu melindungi keperntingan konsumen dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara 8

D. Keaslian Penulisan Sepanjang pengamatan dan pengetahuan, belum ada penelitian tentang

Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Koperasi Simpan Pinjam

Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal. Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelumnya dilakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi

Hukum/Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum melalui surat tertanggal 30 Januari 2018 yang menyatakan bahwa “ tidak ada judul yang sama

“. Dan telah dilakukan pemeriksaan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada di perpustakaan di Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, dan bantuan dari beberapa pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila di kemudian haru terdapat judul yang sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dari judul “Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mengawasi

Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro

Universitas Sumatera Utara 9

Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana

Masyarakat Secara Ilegal “

1. Otoritas Jasa Keuangan

OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.14

Secara kelembagaan, OJK berada di luar pemerintah, yang dapat diartikan bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang mempunyai relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal

(Menteri Keuangan) dan otoritas moneter ().15

Dalam melaksanakan tugasnya, OJK dapat berkoordinasi dengan lembaga jasa keuangan yang terkait dan OJK berwenang untuk membuat peraturan dibidang jasa keuangan terkait, sebagai contoh OJK dapat berkoordinasi dengan

Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di bidang perbankan.16

Visi OJK adalah menjadi lembaga pengawasi industri jasa keuangan yang terpecaya,melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat serta mampu mewujudkan industri jasa keuagan menjadi pilar perekonomian nasional yang

14 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan Pasal 2 ayat (2). 15 Galuh Kartik, “Analisis Terhadap Koordinasi Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Lainnya Dalam Pengawasan Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Lainnya Dalam Pengawasan Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”. Jurnal Panorama Hukum, Vol.2 No.1 Juni 2017, hlm 35. 16 Radhiyan Khairil Anwar, Ade Hari Siswanto, “Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pada Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Pasar Modal”.(Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 2,Agustus 2015).

Universitas Sumatera Utara 10

berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum. Misi OJK adalah :17

1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa

keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;

2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan

stabil;

3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

2. Penanaman modal

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara

Republik Indonesia.18 Setiap kegiatan penanaman modal di Indonesia merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan. Pengaturan tentang Penanaman modal dalam negeri diakomodir oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal asing.19Dalam kegiatan penanaman modal ini, setiap penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan suatu bentuk penanaman modal dalam negeri.

17Totok Budisiantoso. Nuritomo, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013),hlm.51. 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 Angka 1. 19 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 2 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara 11

3. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah dan Koperasi

Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut.20

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. 21

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha menengah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut.22

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai dibidang ekonomi, social, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.23

Pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK

20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil, dan Menengah, Pasal 1 angka 1. 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 1 angka 2. 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 23 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Pasal 1 angka 1.

Universitas Sumatera Utara 12

serta bidang usaha yang terbuka untuk usaha besar yang terbuka untuk usaha besar dengan syarat harus bekerja sama dengan UMKM.24

Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal, pemerintah membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada

UMKM.25 Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan UMKMK, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas, teknologi partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah. 26 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan bahwa daftar negative investasi melindungi usaha mikro,kecil, dan menengah melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.27

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normative atau bisa juga sebagai penelitian hukum doktrinal. Pada jenis penelitian ini, hukum dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan

(law in book) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.

Penelitian ini hanya meneliti peraturan perundang-undamgan dan mempunyai beberapa konsekuensi dan sumber dana yang digunakan berasal dari data

24 Undang-Undang Penanaman Modal, Pasal 13 ayat (1). 25 Undang-Undang Penanaman Modal, Pasal 4 ayat (3) huruf c. 26 Undang-Undang Penanaman Modal, Pasal 12 ayat (5). 27 “Dalam Siaran Pers Badan Koordinasi Penanaman Modal DNI baru lindungi UMKMK”,http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:8pB0XIxDpBYJ:www.bkpm. go.id/imageDNI_Baru_Lindungi_Pelaku_Usaha_UMKM.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id(diak ses tanggal 29 Maret 2018, Pukul: 19:24).

Universitas Sumatera Utara 13

sekunder. Dalam penelitian ini, adapun Undang-Undang yang digunakan antara lain :

1. UU Koperasi Nomor 17 tahun 2012

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

(selanjutnya disebut UU OJK).

3. Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah metode yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang secara deduktif melakukan analisa terhadap pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur terhadap suatu permasalahan. Penelitian hukum secara yuridis adalah suatu penelitian yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhdap data sekunder yang digunakan. Sedangkan bersifar normatif maksudnya adalah penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan dengan peraturan lainnya. Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskrptif. Yaitu suatu penelitian yang bertujuan memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas suatu hipotesa dan dapat membantu memperkuat teori yang sudah ada dan membuat teori baru

1. Sumber data

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaa. Data sekunder merupakan data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

Universitas Sumatera Utara 14

pengumpul data primer atau pihak lain.28 Data sekunder mencakup dokumen- dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder berfungsi untuk mencari definisi suatu istilah dan mencari data awal/informasi. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer, UU Koperasi Nomor 17 tahun 2012, UU OJK Nomor

21 tahun 2011 b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berkaitan erat dengan bahan

hukum primer, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi,

artikel-artikel ilmiah dari majalah, laporan-laporan, hasil-hasil penelitian,

jurnal hukum makalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya yang diperoleh

melalui media cetak maupun media elektronik. c. Bahan hukum tersier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk

dan informasi terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum. Sekunder

yaitu kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah dan bahan-bahan lain yang dapat

dipergunakan untuk melengkapi data yang dipergunakan penulis dalam

penulisan skripsi ini.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara pengumpulan data secara studi pustaka (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik, yaitu internet. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengkaji data yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan, buku-buku, majalah, surat kabar, hasil seminar dan sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

28 Husein Umar, Metode Penlitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara 15

3. Analisis data

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah data primer dan sekunder lalu dilakukan analisis data secara kualitatif. Metode analisis data yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, penelitian yang memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan- satuan yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisa gejala- gejala social budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.29

Pendekatan kualitatif dilakukan dengan : a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaann

lainnya yang relevan dengan penelitian; b. Melakukan pengelompokan terhadap Peraturan Perundang-Undangan dan

bahan hukum yang relevan dengan penelitian; c. Mengelolah dan menginterprestasikan data primer maupun sekunder untuk

mendapatkan kesimpulan dari permasalahan; d. Menarik kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yaitu

kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dilakukan dengan pembahasan secara sistematis. Sistematika penulisan ini meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah

sebagai topik yang akan dibahas dalam penulisan ini, tujuan dan manfaat

29 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta,2013),hlm.21.

Universitas Sumatera Utara 16

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP

SEKTOR JASA KEUANGAN DI INDONESIA

Bab ini akan membahas tentang Latar belakang pembentukan Otoritas

Jasa Keuangan, Pengertiaan Otoritas Jasa Keuangan, Status Otoritas Jasa

Keuangan dan Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan dalam sistem

keuangan di Indonesia, Tujuaan dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan,

Tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan terhadap Lembaga Jasa

Keuangan lainnya, dan membahas Dewan Komisioner Otoritas Jasa

Keuangan .

BAB III KEGIATAN INVESTASI ILEGAL DI INDONESIA

Bab ini akan menguraikan tentang Pengertiaan investasi ilegal, Bentuk

umum kegiatan investasi ilegal, Ciri-ciri investasi ilegal, Kasus investasi

ilegal di Indonesia dan Pembentukan regulasi untuk mencegah penipuaan

dalam bentuk investasi .

BAB IV UPAYA PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN

TERHADAP KOPERASI SIMPAN PINJAM ILEGAL TERKAIT

INVESTASI ILEGAL DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH

(UMKM) DALAM MENCEGAH PRAKTEK PENGUMPULAN DANA

MASYARAKAT SECARA ILEGAL

Bab ini akan menguraikan tentang Upaya pengawasan Otoritas Jasa

Keuangan terhadap Koperasi simpan pinjam ilegal terkait investasi ilegal

Universitas Sumatera Utara 17

dan usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Peran Otoritas Jasa

Keuangan dalam mencegah praktek pengumpulan dana masyarakat secara

ilegal, Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan perlindungan

konsumen atau nasabah yang melakukan investasi pada Koperasi ilegal .

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, bab V ini

berisikan kesimpulan dan saran-saran.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

PENGATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP SEKTOR

JASA KEUANGAN DI INDONESIA

A. Latar Belakang Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas jasa sektor keuangan pembentukannya diatur di dalam UU No. 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan. Terdapat 3 (tiga) alasan khusus pendirian OJK di

Indonesia, yaitu :

1. Perkembangan sistem keuangan karena adanya konglomerasi Bank

Indonesiasnis, produk komBank Indonesia (hybrid product), dan

regulatory Bank Indonesiatrage.

2. Permasalahan di sektor keuangan karena adanya moral hazard,

perlindungan konsumen, dan koordinasi lintas sektoral.

3. UU No 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia, Pasal 34 yang

mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa

keuangan30. Lembaga ini didirikan atas dasar disyaratkan Undang-undang

No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia pada pasal 34 ayat (1) berbunyi

“Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor

jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan undang-undang.

Pada ayat (2) berbunyi “Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31

30 Tri Hendro dan Conny Tjandra, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia (Yogjakarta: UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) hal. 488.

18

Universitas Sumatera Utara 19

Desember 2014. Penjelasan dari kedua ayat dalam pasal tersebut,

pembentukan lembaga pengawas sektor keuangan yang memiliki tugas

salah satunya mengawasi bank akan dibentuk paling lambat 34 Desember

2010 31. Serta akan beralihnya fungsi pengawasan bank oleh Bank

Indonesia ke lembaga pengawas sektor keuangan yang disebut Otoritas

Jasa Keuangan32.

Awal pembentukan OJK berawal dari adanya keresahan dari beberapa pihak dalam hal fungsi pengawasan Bank Indonesia. Ada 3 hal yang melatarbelakangi pembentukan OJK yaitu perkembangan industri sektor jasa keuangan di Indonesia, permasalahan lintas sektoral industri jasa keuangan dan amanat Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia (Pasal 34).

Pasal 34 Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia merupakan respon dari krisis yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang berdampak sangat berat terhadap Indonesia, khususnya pada sektor perbankan. Krisis pada tahun

1997-1998 yang melanda Indonesia mengakibatkan banyaknya bank-bank yang mengalami koleps sehingga banyak yang mempertanyakan pengawasan Bank

Indonesia terhadap bank bank33.Krisis Moneter yang terjadi pada Indonesia tahun

1997-1998 memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi perekonomian

Indonesia.

Kondisi ekonomi yang kacau karena krisis tersebut membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam membuat suatu keputusan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menghindari terulangnya krisis ekonomi seperti pada 1997-

31 Adler Haymans, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor, (Jakarta: PT Adler Manurung Press, Cet-I September 2013) h. 3 . 32 Andrian Sutedi, Op.Cit. h. 37. 33 Wahyudi Yasinta, “Rencana Pemisahan Fungsi Pengawasan Bank dari Bank Indonesia (suatu analisis)”, Wacana (Agustus 2001),hlm.51.

Universitas Sumatera Utara 20

1998 adalah dengan membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang bernama OJK34. Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga pengawas jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiyaan, dana pension dan asuransi35.

Alasan pendirian Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana tercantum dalam penjelasan umum UU OJK adalah telah terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial menciptakan sistem keuangan menjadi kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsector keuangan (konglomerasi) telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan.

Selain itu, banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard, belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan36.

Jika UU OJK disahkan, maka otomatis tugas, fungsi, dan wewenang pembinaan dan pengawasan atas sekor jasa keuangan beralih ke institusi baru yang disebut OJK. Sebagain pengawasan terhadap Dirjen Lembaga Keuangan,

Pasar Modal, Badan Pengawas Pasar Modal dan institusi pemerintah lain yang memang mengawasi lembaga pengelola dana masyarakat otomastis akan beralih ke OJK. Pembentukan OJK harus dipahami sebagai suatu challenge yang besar dan memerlukan beberapa prakondisi atau prasyarat, seperti : pertama, perubahan

34 Totok Budisantoso,Op.Cit.hlm 48. 35 Siti Sundari, Laporan Kompendium Hukum Bidang perbankan (Jakarta : Kementerian Hukum dan HAM RI,2011),hlm.44. 36 Zulkarnain Sitompul, Op. Cit. hlm.345.

Universitas Sumatera Utara 21

itu tidak dilakukan pada saat sistem keuangannya belum kuat. Semua lembaga keuangan saling terkait, asuransi, perbankan dan sebagainya. Kedua, berkaitan dengan bagaimana pembiyaan OJK. Ketika OJK dikatakan sebagai lembaga yang independen maka tidak bergantung kepada pihak yang diawasinya. Rencana sekarang, OJK itu dari yang diawasinya. Memang ada contoh seperti itu. Di

Inggris Financial Services Authority (FSA) dibiyai oleh iuran dari bank- bank, asuransi dan lembaga keuangan yang diawasinya37.

Otoritas Jasa Keuangan awalnya dirancang oleh Darmin Nasution ketika menjabat Dirjen Lembaga Keuangan bersama stafnya seperti Firdaus Djaelani yang saat ini menjadi salah satu komisoner OJK. Sebuah bank atau multifinance, asuransi dan juga dana pensiun harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal

Lembaga Keuangan untuk berdiri. Bank harus mendapat ijin juga dari Dirjen

Lembaga Keungan walaupun sudah mendapatkan izin dari Bank Indonesia. Pada sisi lain, Bapepam sebagai sebuah lembaga keuangan yang levelnya sama dengan

Dirjen Lembaga Keuangan dan juga keduanya dibawah lingkup Departemen

Keuangan dan juga keduanya dibawah lingkup Departemen Keuangan telah berdiri pengawasan pasar modal. Berdasarkan kajian dan diskusi di Departemen

Keuangan atau juga agenda politik tersendiri untuk mengebiri kekuasaan Bank

Indonesia maka perlu adanya lembaga yang mengawasi keuangan termasuk perbankan. OJK ini dirancang sehingga digabungkan Bapepam dan Dirjen

Lembaga Keuangan yang dikenal Bapepa,-LK.

37 Afika Yumya Syahmi, “Pengaruh pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan”,Skripsi Sarjana(Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hlm.33.

Universitas Sumatera Utara 22

Ketua Lembaga ini ditunjuk Menteri Keuangan yaitu Darmin Nasution sendiri dimana penunjukan ini diharapkan mempercepat terjadinya Otoritas Jasa

Keuangan38.Para pakar ekonomi mengemukakan pendapat mengenai OJK, bahwa

OJK dibentuk guna mengantisipasi kompleksitas keuangan global. Sektor keuangan memperkuat fondasi, daya saing dan stabilitas perekonomian nasional.

Pembentukan OJK diperlukan guna mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis. Di sisi lain, pembentukan OJK merupakan komitmen pemerintah dalam reformasi sektor keuangan di Indonesia. Pemerintah mempunyai komitmen tinggi dan menjalankan mandat untuk melakukan reformasi di sektor keuangan.

Dengan melihat kehadiran OJK nantinya dapat dimaksudkan untuk menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) yang selama ini cendurung muncul39.

Fungsi pengawasan dilakukan secara terintegrasi berdasarkan UU OJK, langkah-langkah persiapan dan periode transisi telah ditetapkan sehingga pada 1

Januari 2014 Otoritas Jasa Keuangan telah siap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai lembaga pengawas jada keuangan secara terintegrasi. Proses transisi pengawasan industry jasa keuangan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan kegiatab jasa keuangan di sektor peransuraian, dana pension, lembaga pembiyaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya (disingkat lembaga keuangan bukan bank/LKBB) yang dilakukan oleh Bapepam-LK dialihkan pada akhir tahun 2012. Tahap kedua, pengawas bank dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK pada akhir tahun 2013.

38 Adler Haymans Manurung, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor Introduksi(Jakarta: PT Adler Manurung Press 2013 ), hlm.3. 39 Radian system consultant, “sejarah Otoritas Jasa Keuangan” http://radiansystem.com/2012/06/15/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/ (diakses pada tanggal 22 Mei 2018, Pukul: 20:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 23

Sebagai langkah persiapan pendirian Otoritas Jasa Keuangan, pada 26 Juni 2012 ketua dan anggota Dewan Komisioner (selanjutnya disebut dengan DK OJK) sudah terpilih dan satu bulan sejak diangkat, Dewan Komisioner membentuk tim transisi yang bertugas menyiapkan sarana dan prasarana Otoritas Jasa Keuangan40.

Dalam pembentukan OJK yang mandiri/independen dilakukan berlandaskan asas-asas yaitu:

1. Independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan

pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK dengan tetap sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepastian hukum, yakni suatu azas dalam Negara hukum yang lebih

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan

dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK.

3. Kepentingan umum, yakni azas yang membela dan melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan

umum.

4. Keterbukaan, yakni azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan

perlindungan hak asasi pribadi dan golongan serta rahasia Negara,

termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.

40 Zulkarnain Sitompul, Loc. Cit.

Universitas Sumatera Utara 24

5. Integritas, yakni azas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral

dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam

penyelenggaraan OJK.

6. Akuntabilitas, yakni Azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik.

Otoritas Jasa keuangan dibentuk pada tanggal 22 November 2011 di

Indonesia. Undang-undang mendefinisikan bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam menjalankan tugasnya, bebas dari campur tangan pihak lain kecuali untuk hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang. Pembentukan

OJK dimaksudkan sebagai lembaga independen yang mengawasi sektor jasa keuangan Bank Indonesia tanpa mengurangi makna independensi lembaga Negara tersebut, dan pengambilan kebijakan oleh BI tidak akan terpengaruh OJK, sebab

OJK berperan meningkatkan pengawasan terhadap lembaga keuangan menjadi lebih baik41.Ada tiga fungsi pengawasan sektor keuangan yaitu pengawasan terhadap macropudential, pengawasan micropudential. dan pengawasan aktifitas bisnis. Pengawasan ini bertujuan untuk menciptakan peraturan agar semua pihak yang ber-aktifitas di sektor keuangan dapat memahami yang dilakukannya, sebelum membahas mengenai pengertian OJK di Indonesia, maka sebaliknya dibahas mengenai OJK di beberapa Negara.

41 Agus Darmawan.2014,”Perfektif Law As An Allocarive System Undang-Undang OJK)”Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8,no 3 Juli-September 2014,hlm389. Microprudential adalah satu peraturan dimana adaya ekuilibrium parsial dalam suatu konsepsi tertentu dan yang bertujuan untuk mencegah kegagalan anggaran terhadap lembaga keuangan secara individual. Sebaliknya, pendekatan makroprudensial mengakui bahwa secara umum, efek ekuilibirium memiliki peranan penting dan hak tersebut digunakan sebagai sistem pengamanan terhadap sistem financial secara keseluruhan sebagai buntut dari adanya krisis, maka muncul adanya kesepakatan antara para akademisi dan pembuat kebijakan mengenai regulasi keuangan yang perlu diarahkan kearah makroprudensial.

Universitas Sumatera Utara 25

1. Inggris

Pengawasan sektor keuangan di Inggris awalnya diatur berbagai

lembaga dimana bank sentral Inggris hanya bertanggung jawab

melakukan regulasi terhadap bank. Sebelumnya, ada Sembilan

lembaga yang mengawasi aktifitas sektor keuangan dan kemudian

disatukan menjadi United Kingdom Financial Services Agency

(selanjutnya disebut UK FSA). UK FSA merupakan lembaga yang

paling dominan dalam regulasi keuangan dan bekerja sama dengan

Bank Of England dan HM Treasury untuk mengelola sistem keuangan

dan memperbaiki struktur internal yang begitu kompleks didasarkan

pada kombinasi regulasi oleh aktifitas sektor keuangan dan

konsumen42.

2. Amerika Serikat

Lembaga federal bertanggung jawab terhadap regulasi keuangan yang

masing-masing membuat regulasi untuk sektor tertentu dari sitim

keuangan seperti lembaga depositori (bank,credit union dan

thirifts),futures dan sekuritas. Amerika Serikat mempunyai 5 (lima)

lembaga federal yang berbeda dimana kelima lembaga berbagai

(sharing) atas kekuasaan untuk regulasi lembaga depositori. Adapun

lembaga tersebut yaitu Office of the comptroller pf currency

(OCC),the federal Reserve sebagai Bank sentral, Federal Deposit

Insurance Corporatiob (FDIC), the Office oh Thift Supervion 9 OTS

dan National Credit Union Administration (NCUA)43.

42 Adler Haymans Manurung, Op.Cit.,hlm.16 43 Ibid., hlm.18.

Universitas Sumatera Utara 26

3.

Australia menerapkan model twin peaks dalam mengatur atau

mengawasi sektor keuanganya. Negara ini merupakan salah satu

Negara yang cukup baik dan contoh menerapkan twinpeaks. Adapun

model twin peaks maksudnya bahwa pengawasan sektor keuangan

dilaksanakan dua lembaga yang diatur sedemikian rupa agar

pengawasan berjalan dengan baik. Kedua lembaga yang mengawasi

sektor keuangan yaitu Australain Securities dan Investment Comision

(ASIC) dan Australian Prudential Regulatory Authority (APRA).

Kekuasaan ASIC termasuk kemampuan mencegah dan memberikan

saksi kepada perusahaan dan professional keuangan sedangkan APRA

menjadi lembaga yang membuat regulasi dan mengawasi lembaga

penerima deposito (lembaga bukan bank), asuransi dan jasa dana

pensiun44.

Negara telah mendirikan beberapa lembaga yang bertujuan untuk melindungi rakyatnya dari keinginan berbagai pihak yang mempunyai keinginan tidak benar. Sehingga, lembaga yang dibangun juga mempunyai fungsi termasuk

OJK. Berdasarkan UU OJK yang dituangkan dalam beberapa pasal,disebutkan fungsi dari OJK.45

Nilai strategis OJK adalah :

1. Integritas

Bertindak objektif, adil dan konsisten sesuai dengan kode etik dan kebijakan

organisasi dengan menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen.

44 Ibid., hlm.23. 45 Adler Haymans Manurung, Op.Cit.,hlm.6

Universitas Sumatera Utara 27

2. Profesionalisme

Bekerja dengan penuh tanggung jawab berdasarkan kompetensi yang tinggi

untuk mencapai kinerja terbaik.

3. Sinergi

Berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun

eksternal secara produktif dan berkualitas.

4. Inklusif

Terbuka dan menerima keberagaman pemangku kepentingan serta

memperluas kesempatan dan akses masyarakat terhadap industry keuangan.

5. Visioner

Memiliki wawasan yang luas dan mampu melihat kedepan (forward looking)

serta dapat berpikir diluar kebiasaan (out of the box thinking). 46

B. Pengertiaan Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan seluruh sektor khususnya sektor

Industri Keuaangan Non Bank/IKNB (Asuransi, Dana Pensiun dan Lembaga

Pembiyaan).47

46 Muliaman D Haddad, Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan,2015),hlm.3. 47 Frianto Pandia,dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta,2009),hal 120.

Universitas Sumatera Utara 28

Otoritas Jasa Keuangan adalah suatu bentuk unifikasi pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan. Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Lembaga yang independen yang berwenang untuk mengatur, mengawasi, memeriksa, dan melakukan investigasi terhadap sektor-sektor jasa keuangan di Indonesia dengan tujuan utama mempromosikan dan mengatur sebuah sistem yang berisi berbagai aturan dan pengawasan secara terpadu terhadap seluruh kegiatan yang terdapat pada sektor jasa keuangan.

C. Status Otoritas Jasa keuangan dan Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan

Dalam Sistem Keuangan Di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen yang menyelanggarakan fungsi pemerintah dalam rangka mengatur dan mengatur dan mengawasi kegiatan sektor jasa keuangan48. Independensi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah struktur regulasi yang tepat untuk

Indonesia, terutama Independesi dari pengaruh politik kepentingan yang masih menjadi momok di Indonesia49 Setiap pihak dilarang campur tangan dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK. Maksudnya adalah bahwa untuk menjamin terselanggaranya pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang optimal, OJK harus dapat bekerja secara independen dalam membuat dan menerapkan tugas dan wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam peraturan

Perundang-undangan di bidang jasa keuangan. Oleh karena itu,, setiap pihak

48 Pasal 3 Dalam Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan. 49 Bismar Nasution, “Struktur Regulasi Independen Otoritas Jasa Keuangan, Seminar tentang Eksistensi dan Tantangan OJK Dalam Menata Industri Jasa Keuangan Untuk Pembangunan Ekonomi”.(Bening Institute, Jakarta 23 April 2013),hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara 29

kecuali pihak sebagimana dimaksud dalam rancangan UU OJK ini tidak diperkenankan untuk turut campur baik langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan tugas dan wewenang OJK 50. secara kelembagaan OJK berada di luar pemerintah, OJK bukanlah bagian dari kekuasaan pemerintah.

Merujuk pada Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 ayat (1) UU OJK, OJK sebagai lembaga independen maksudnya adalah lembaga yang bertugas mengatur dan mengawasi lembaga keuangan bebas dari campur tangan pihak manapun kecuali untuk hal-hal yang disebutkan secara tegas dalam UU OJK51. Independansi, yaitu independensi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang OJK dengan tetap sesuai peraturan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Independensi merupakan alat untuk pencapaian tujuan. Secara kelembagaan, OJK berada di luar pemerintah yang dimaknai bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan pemerintah. Keindependenan OJK berkaitan dengan beberapa hal.

Pertama, independen yang berkait dengan pemberhentian anggota lembaga yang hanya dapat dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang diatur dalam undang-undang pembentukan lembaga yang bersangkutan, tidak sebagaimana lazimnya administrative agencies yang dapat sewaktu-waktu oleh presiden karena jelas merupakan bagian dari eksekutif52.

50 Penjelasan Pasal 4 Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan. 51 Pasal 1 angka 1 jo Pasal 2 ayat (1) UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 52 Adrian Sutedi, Op.Cit, hlm .75.

Universitas Sumatera Utara 30

Kedua, selain masalah pemberhentian yang terbebas dari intervensi

Presiden, Sifat independen juga tercermin antara lain dari :53

1. Kepemimpinan lembaga yang bersifat kolektif, bukan hanya satu orang pimpinan. Kepemimpinan kolegial ini berguna untuk proses internal dalam pengambilan keputusan-keputusan, Khususnya menghindari kemungkinan politisasi keputusan sebagai akibat proses pemilihan keanggotaanya. 2. Kepemimpinan tidak dikuasai atau tidak mayoritas berasal dari partai politik tertentu. 3. Masa jabatan para pemimpin lembaga tidak habis secara bersamaan tetapi bergantian (straggered terms). Lebih jauh dalam penjelasan umum UU OJK disebutkan bahwa OJK dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah. Jadi, seharusnya tidak terpengaruh oleh pemerintah (independen). Meski secara normatif disebutkan bahwa OJK adalah lembaga independen, pada beberapa kalangan masih timbul keraguan akan independansi OJK tersebut. Dalam pelaksanaanya, OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang terdiri dari 9 orang anggota sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU OJK. Komposisi Dewan

Komisioner (selanjutnya disebut DK) yang akan ditempati oleh mantan pegawai lembaga keuangan tertentu menjadi dasar adanya keraguan bahwa OJK akan benar-benar independen. Demikian, disampaikan dosen ekonomi dari Universitas

Gadjah Mada, Rimawan Pradiptyo sebagaimana dikutip dalam artikel “belum dibentuk, independensi OJK diragukan.” Menurut Rimawan, siapa pun yang menjadi DK di OJK akan terlibat secara batin karena lama bekerja di satu lembaga keuangan. Mereka di khawatirkan akan sulit bersikap objektif karena ingin

53 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 3, September 2009,hlm.152.

Universitas Sumatera Utara 31

membalas budi kepada lembaga yang telah membesarkannya54. Susunan anggota

DK OJK terdiri atas:

1. Seorang ketua merangkap anggota ;

2. Seorang wakil ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkao anggota;

3. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;

4. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota;

5. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Peransuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiyaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap

anggota;

6. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;

7. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen;

8. Seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang merupakan anggota

Dewan Gubernur Bank Indonesia;dan

Seorang anggota Ex-officio dari kementerian keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan. Adanya unsur ex-officio dalam

DK OJK itulah yang kemudian dikhawatrirkan akan mempengaruhi pelaksanaan independensi OJK. Secara kelembagaan OJK berada di luar pemerintah yang dimaknai bahwa OJK tidak menjadi bagian dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah. OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lainnya, yakni otoritas moneter dan otoritas

54 Hukum Online, “Otoritas jasa keuangan” http:// www.hukumonline.co/klinik/detail/it4fd97bc71ee6b/otoritas-jasa-keuangan, (diakses pada tanggal 17 Maret 2018, Pukul: 21:00WIB).

Universitas Sumatera Utara 32

fiskal55.Oleh karena itu, lembaga ini memberikan tempat bagi perwakilan kedua otoritas tersebut secara ex-officio. Satu orang anggota dari Bank Indonesia dan seorang lagu dari Kementerian Keuangan. Dua orang ini mengisi Sembilan anggota DK OJK. Keberadaan ex-officio ini dalam rangka koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan di bidang moneter dan fiskal. Meskipun ada unsur pemerintah dalam DK OJK, OJK adalah lembaga indepeden. Independensi OJK juga terlihat dari kepemimpinan OJK secara perorangan. Pimpinan OJK memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat diberhentikan, kecuali memenuhi alasan yang secara tegas diatur dalam UU OJK56. Keidependensian OJK akan sepenuhnya efektif, apabila terdapat Good Corporate Governance (selanjutnya disebut GCG) dalam dunia keuangan dan perbankan. Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG, yaitu Fairness, transparency, accountability dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Fungsi pengawasan itu bukan terletak dari dibentuknya lembaga baru atau tiadk, tetapu dari ada atau tidaknya GCG57. OJK dibentuk untuk memenuhi amanat dari Pasal

34 UU BI. Tugas pokoknya untuk melakukan pengaturan, pengawasan, pemeriksaaan, dan penyidikan terhadap bank-bank dan perusahaan-perusahaan

55 Wiwin Sri Rahyani.2012.” Independensi Otoritas Jasa Keuangan”.Jurnal Legislasi Indonesia,volume 9, Nomor 3, Oktober 2012. 56 Otoritas Jasa Keungan Lembaga Independen”, diunduh dari http://bisniskeuangan.kompas.co/read/211/12/12423080/Menkeu.OJK.Lembaga.Independen,(diaks es pada 14 maret 2018, Pukul: 19:35). 57 “Ironisme OJK gagal di Negara maju namun diminati di Indonesia, diunduh dari http://www.kompasiana.com/rebeccastephanue/ironisme-ojk-gagal-di-negara-maju-namun- diminati-indonesia_550fe0c7a3311ae2dba84be(diakses pada tanggal 16 Maret 2018,Pukul: 14:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 33

sektor jasa keuangan lainnya yang meliputi asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal eventura dan perusahaan pembiyaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya, berarti kedudukan berada di luar institusi pemerintah dan berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan

Pemeriksaan Keuangan (BPK) serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meskipun

OJK lembaga yang independen tetapi keindepedasinya tidak berlaku secara absolute (mutlak)58.

D. Tujuan dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan non bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiyaan dan lemabaga jasa keuangan lainnya.59 Pasal 4 OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan :60

a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel

b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan

c. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

Pasal 5

58 Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan&Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan,Jakarta Febuari 2002,hlm.13. 59 “Otoritas Jasa Keuangan, FAQ Otoritas Jasa Keuangan” ,http://www.ojk.go.id/id/page/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx(diakses pada tanggal 28 Maret 2018, Pukul: 17:00 WIB) . 60 Lihat Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 34

OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.61

Pembentukan OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional seperti sumberdaya manusia, pengelolaan, pengendalian dan kepemilikan di sektor jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (Fairness).

Tujuaan pembentukan OJK ini agar Bank Indonesia focus kepada pengeloaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank itu merupakan sektor dalam perekonomian. Untuk mencapai tujuan, OJK punya kewenangan yang luas yaitu :

1. Membuat peraturan di bidang jasa keuangan;

2. Memberi dan mencabut izin persetujuan dan lain-lain, memperoleh

laporan periodok dan informasi industri jasa keuangan;

3. Mengenakan sanksi administrator dan melakukan pemeriksaan;

4. Melakukan penyidikan atas pelanggaran undang-undang;

5. Memberikan arahan atas pelanggaran undang-undang;

6. Menunjuk pengelolaan statute, mewajibkan pengalihan usaha demi

menjaga kepentingan nasabah;

7. Mencegah kejahatan di bidang keuangan dan mengatur

pengendalian lembaga keuangan;62

61 Lihat Pasal 5 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 35

E. Tugas dan Wewenang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Lembaga

Jasa Keuangan Lainnya

Pasal 6

OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap :63

a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan

b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal;

c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,

Lembaga Pembiyaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Pasal 7

Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor

Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai

wewenang :64

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank meliputi :

1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan

sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta

pencabutan izin usaha bank; dan

2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana penyediaan dana,

produk hibridasi dan aktivitas di bidang jasa;

b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi;

62 Jonas Andika Pratama Simanjuntak, “Fungsi OJK Dalam Melakukan Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan”,(Skripsi Sarjana, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2017), hal.29. 63 Lihat Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 64 Lihat Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 36

1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio

pinjaman terhadap simpanan, dan pecadangan bank;

2. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;

3. Sistem informasi debitur;

4. Pengujian kredit (credit testing);dan

5. Standar akuntansi bank; c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank. Meliputi:

1. Manajemen risiko;

2. Tata kelola bank;

3. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

4. Pencegahan pembiyaan terorisme dan kejahatan; dan d. Pemeriksaan bank.

Pasal 8

Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

6, OJK mempunyai wewenang:65 a. Menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini; b. Menetapkan peraturan perundang-undangan; c. Menetapkan peraturan perundang-undangan; d. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; e. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK; f. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis

terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan Pihak tertentu;

65 Lihat Pasal 8 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 37

g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengola statute pada

Lembaga Jasa Keuangan; h. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,

memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; i. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan

Pasal 9

Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6, OJK mempunyai wewenang :66 a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan; b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh kepala

Eksekutif; c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen, dan tindak lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,

dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam

pengaturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa keuangan dan/atau

pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola statuler; f. Menetapkan penggunaan pengelola statute; g. Menetapakan sanksi administrative terhadap peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan; dan

66 Lihat Pasal 9 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 38

h. Memberikan dan/atau mencabut;

1. Izin usaha;

2. Izin orang perseorangan;

3. Efektifnya pernyataan pendaftaran;

4. Surat tanda terdaftar;

5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6. Pengesahan;

7. Persetujuan atau penetapan pembubaran;

8. Penetapan lain,sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan disektor jasa keuangan.

F. Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 2 UU OJK ditentukan bahwa “Dewan

Komisioner adalah pimpinan tertinggi OJK yang bersifat kolektif dan kolegial”67.

Berkaitan dengan itu, dalam ketentuan Pasal 10 UU OJK ditentukan bahwa, “

OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner yang bersifat kolektif dan kolegial”68.

Ketentuan ini lebih lanjut ditegaskan dalam penjelasan ketentuan Pasal 10 UU

OJK yang menyatakan bahwa dewan komisioner merupakan pimpinan tertinggi

OJK. Dalam rangka pelaksanaan kerja sama dengan otoritas lembaga pengawas lembaga jasa keuangan di Negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya di sektor jasa keuangan, maka anggota dewan komisioner bertindak sebagai pejabat yang mewakili Negara.

Yang dimaksud dengan “bersifat kolektif “ adalah bahwa setiap pengambilan keputusan dewan komisioner diputuskan secara bersama-sama oleh

67 Lihat Pasal 1 angka 2 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 68 Lihat Pasal 10 UU No. 21 Tahun tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 39

anggota dewan komisioner berdasarkan musyawarah untuk mufakat dengan berasaskan kesetaraan dan kekeluargaan di antara anggota dewan komisioner.

Dewan komisioner OJK terdiri dari Sembilan anggota dengan susunan sebagai berikut:

1. Ketua merangkap anggota ; 2. Wakil ketua sebagai ketua komite etik merangkap anggota ; 3. Kepala eksekutif pengawas perbankan merangkap anggota ; 4. Kepala eksekutif pengawas pasar modal merangkap anggota ; 5. Kepala ekskutif pengawas peransuransian, dana pensiun, lembaga pembiyaan dan lembaga jasa keuangan lainnya merangkap anggota; 6. Seorang ketua dewan audit merangkap anggota ; 7. Seorang anggota yang membidangi edukasi dan perlindungan konsumen ; 8. Seorang anggota ex-officio dari Bank Indonesia ; dan 9. Seorang anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan.

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, seluruh anggota dewan komisioner bersifat kolektif kolegial dan memiliki hak suara yang sama. Dan, untuk mendorong terwujudnya objektivitas, intergritas serta profesionalisme anggota dewan komisiner, maka dewan komisioner dipilih oleh DPR atas calon yang diajukan presiden, di mana calon dimaksud dijaring melalui panitia seleksi yang beranggotakan Sembilan orang yang terdiri atas unsur-unsur pemerintah,

Bank Indonesia (BI), dan masyarakat. Masyarakat dalam keanggotaan ini mewakili unsur akademisi, masyarakat industri perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank.

Untuk pertama kalinya, proses pemilihan anggota dewan komisioner diawali dengan seleksi administrative oleh panitia seleksi, termasuk mendapatkan masukan dari masyarakat, dan selanjutnya panitia seleksi menyampaikan 21 calon anggota dewan komisioner kepada presiden. Setelah menerima calon dari panitia seleksi, presiden akan memilih 14 orang calon untuk disampaikan kepada DPR

Universitas Sumatera Utara 40

dan RI dan dua orang calon diantaranya diusulakan presiden untuk dipilih DPR sebagai ketua dewan komisioner.

Setelah DPR RI memilih satu orang calon sebagai ketua dewan komisioner, selanjutnya terhadap 13 orang calon lainnya, DPR RI akan memilih enam diantaranya sebagai anggota dewan komisioner untuk ditetapkan presiden bersama- sama dengan anggota dewan komisioner, perlindungan konsumen dan masyarakat.

Dalam Undang-Undang OJK, perlindungan konsumen dan masyarakat memperoleh perhatian khusus, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada

OJK untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat dan melakukan pembelaan hukum kepentingan konsumen berupa pengajuan gugatan di pengadilan terhadap pihak –pihak yang menyebabkan kerugian bagi konsumen di sektor jasa keuangan69.

Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu :70

Pasal 10

1) Otoritas Jasa Keungan dipimpin oleh Dewan Komisioner. 2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan kolegial. 3) Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang anggita yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. 4) Susunan Dewan Komisoner sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. Seorang Ketua merangkap anggota; b. Seorang wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik merangkap anggota; c. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan merangkap anggota;

69 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,(Jakarta kencana, hal.228). 70 Lihat Pasal 10 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 41

d. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota; e. Seorang Kepala Eksekutif Pengawas Peransuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiyaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota; a. Seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota; b. Seorang anggota yang edukasi dan perlindungan konsumen; c. Seorang anggota Ex-officio dari Kementrian Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I Kementerian Keuangan. 5) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memiliki hak suara yang sama. Pasal 11

1) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf a sampai dengan huruf g dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon anggota diusulkan oleh presiden. 2) Pemilihan dan penentuan calon anggota Dewan Komisoner untuk diusulkan kepada presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Panitia Seleksi yang dibentuk dengan keputusan Presiden :71 a. Paling singkat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota Dewan Komisioner; atau b. Paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal kekosongan jabatan atau penetapan pemberhentian anggota Dewan Komisioner karena alasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf, huruf g, huruf h, huruf I, dan/ atau huruf j. 3) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri atas unsur Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat. 4) Panitia seleksi mengumumkan penerimaan calon anggota Dewan Komisiner sebagaimana dimaksud pada ayat (2). 5) Pendaftaran calon dilakukan dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja secara terus-menerus. 6) Panitia seleksi melakukan seleksi administaratif terhadap calon anggota dewan komisioner sebagaiamana dimaksud pada ayat (5). 7) Panitia seleksi mengumumkan nama calon yang telah lulus seleksi administratif untuk mendapatkan masukan dari masyarakat paling lama 5 (lima) hari kerja sejak berakhirnya waktu pendaftaran calon sebagaimana dimaksud pada ayat (5). 8) Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada panitia seleksi dalam waktu (dua belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diumumkan. 9) Panitia seleksi melakukan peneliaan dan pemilihan serta menyampaikan calon anggota Dewan Komisioner kepada Presiden sebanyak 3 (tiga) orang calon untuk setiap anggota Dewan Komisoner yang dibutuhkan, paling

71 Lihat Pasal 11 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 42

lama 12 (dua belas) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (8).

Pasal 1272

1) residen memilih dan menyampaikan calon anggota Dewan Komisoner sebanyak 2 (dua) orang calon untuk setiap anggota Dewan Komisioner yang dibutuhkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, paling lama 12 (dua belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya nama calon anggota Dewan Komisoner dari panitia seleksi sebagaimana dimaksdu dalam Pasal 11 ayat (9). 2) Dari calon anggota Dewan Komisoner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Presiden mengajuka sebanyak 2 (dua) orang calon anggota Dewan Komisioner untuk dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagai Ketua Dewan Komisioner. 3) Calon anggota Dewan Komisioner yang tidak terpilih menjadi ketua Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikutsertakan untuk dipilih sebagai anggota Dewan Komisioner oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 4) Dewan Perwakilan Rakyat memilih calon anggota Dewan Komisoner sesuai dengan jumlah anggota Dewan Komisioner yang dibutuhkan, paling lama 45 (empat puluh lima) Hari sejak diterimanya nama-nama calon anggota Dewan Komisoner dari Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 5) Calon anggota Dewan Komisioner terpilih disampaikan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden paling lama 5 (lima) hari kerja sejak selesainya proses pemilihan calon anggota Dewan Komisioner 6) sebagaimana dimaksud pada ayat (4). 7) Presiden mengangkat dan menetapkan calon terpilih sebagai anggota Dewan Komisioner paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya nama calon anggota Dewan Komisioner terpilih dari Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 13 73 1) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (4) huruf h diangkat dan ditetapkan Presiden berdasarkan usulan Gubernur Bank Indonesia. 2) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf i diangkat dan ditetapkan Presiden berdasarkan usulan Menteri Keuangan. Pasal 14 74 1) Ketua, Wakil Ketua dan anggota Dewan Komisioner diangkat dan ditetapkan dengan keputusan Presiden.

72 Lihat Pasal 12 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 73 Lihat Pasal 13 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 74 Lihat Pasal 14 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Universitas Sumatera Utara 43

2) Pembagian tugas di antara anggota Dewan komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf b sampai dengan huruf g diputuskan berdasarkan rapat Dewan Komisioner dan ditetapkan dengan keputusan Dewan Komisioner. 3) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud Pasal 0 ayat (4) huruf a sampai dengan huruf g diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Krisis Moneter yang terjadi pada Indonesia tahun 1997-1998 memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi yang kacau karena krisis tersebut membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam membuat suatu keputusan. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk menghindari terulangnya krisis ekonomi seperti pada 1997-1998 adalah dengan membentuk suatu lembaga pengawasan independen yang bernama OJK, yang diatur oleh Undang-Undang nomor 21 tahun 2011.

Pengaturan mengenai pengawasan OJK sudah baik karna OJK sebagai lembaga independen sudah mampu menjadi lembaga yang bertugas untuk mengatur, mengawasi, dan melindungi industri keuangan yang sehat mengingat negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia juga menggunakan lembaga independen untuk mengawasi keuangan negara.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

KEGIATAN INVESTASI ILEGAL DI INDONESIA

F. Pengertiaan Investasi Ilegal

Investasi berasal dari kata invest yang berarti menanam atau menginvestasikan uang atau modal. Secara umum, Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridicial person), dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian75. Investasi ilegal atau investasi bodong merupakan istilah yang sering dikenal dalam dunia investasi. Iming-iming imbal hasil yang ditawarkan ditambah bujukan serta kurangnya pemahaman tentang investasi membuat seseorang dengan mudah berinvestasi pada instrumen dan perusahaan investasi yang salah76.

Perusahaan atau pihak yang melakukan penawaran investasi ilegal hampir sebagian besar bukan berasal dari Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sehingga perusahaan tersebut tidak terdaftar di OJK. Fakta membuktikan banyak orang terjebak ingin kaya mendadak tanpa kerja keras. Kesempatan ini digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab dengan melakukan penipuan berkedok investasi.

Perusahaan investasi ilegal menyadari karakter investor jika para investor awal

75 Sufmi Dascho Ahmad ,“Peranan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penangulangan Investasi Ilegal Di Indonesia”, Skripsi Sarjana (Fakultas Hukum, Universitas Azzahra, Indonesia) hal.2. (diakses pada tgl. 27 Maret 2018 Pukul: 21:59 WIB). 76 Budi Untung, Buku Cerdas Investasi (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2011), hlm. 101.

44

Universitas Sumatera Utara 45

mendapatkan return sesuai yang dijanjikan, mereka cenderung menginvestasikan kembali dari uang tersebut. Bahkan kemungkinan mengajak keluarga, teman, atau relasi mereka untuk berinvestasi77.

G. Bentuk Umum Kegiatan Investasi Ilegal Investasi Ilegal atau disebut juga investasi bodong pada esensinya merupakan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan namun dikemas dengan investasi78. Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya menyebutkan bentuk umum diduga kegiatan investasi illegal, diantaranya :

(1) Fixed income products, dimana produk ini menawarkan imbal hasil (return) yang dijanjikan secara fixed (tetap) dan tidak akan terpengaruh oleh risiko pergerakan harga di pasar; (2) Simpanan yang menyerupai produk perbankan (tabungan atau deposito), dimana pada beberapa kasus berupa surat Delivery Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterbitkan Bank Indonesia akan suatu perusahaan; (3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada Bank Indonesia dari satu instrument keuangan atau pada sektor riil; (4) Program investasi online melalui internet, yang menjanjikan pengembalian dana investasi secara rutin79. Bentuk kegiatan investasi illegal tersebut memiliki karakteristik dalam produk yang ditawarkan, Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya pun menyebutkan :

(1) Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (bahkan seringkali tidak masuk akal) dan/atau dalam jumlah yang dipastikan;

77 Budi Untung. Ibid. hlm 107. 78 Paripurna,“Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan Dalam Penanganan Investasi Illegal.” www.sikapiuangmu.ojk.go.id: Edukasi Keuangan, 3-4 Agustus 2015, Surabaya:OJK 2015,(diakses Pada tgl: 5 Mei 2018,Pukul: 19:45 WIB). 79 Otoritas Jasa Keuangan,”Bentuk Umum Produk Diduga Illegal yang Ditawarkan” http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/129/bentuk-umum-produk-diduga-ilegal-yang-ditawarkan. (di akses pada tanggal 18 Mei 2018 jam 10.49 ).

Universitas Sumatera Utara 46

(2) Produk investasi ditawarkan dengan janji akan dijamin dengan instrumen tertentu, seperti emas, giro, atau dijamin oleh pihak tertentu seperti pemerintah, Bank dan lain-lain; (3) Menggunakan nama perusahaan-perusahaan besar secara tidaksah untuk meyakinkan calon investor; (4) Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account (akun yang terpisah) agar mudah digunakan secara tidak bertanggung jawab80. Investasi illegal menggunakan skema money game atau skema Ponzi yaitu memutar dana masyarakat dengan cara membayar bonus kepada konsumen lama dengan sumber dana yang berasal dari konsumen baru. Tidak ada sedikitpun aktivitas bisnis nyata untuk menompang pembayaran keuntungan kepada masyarakat, akibatnya sudah dapat diduga, akan kehilangan uang dalam waktu singkat karena uangnya telah diserahkan kepada pihak lain yang telah ikut lebih dulu. Terlebih lagi kegiatan Investasi Illegal menggunakan fasilitas publik untuk mempermudah menjaring masyarakat untuk mengikuti prakteknya tersebut.

Penghimpunan dana dari masyarakat diimingi mendapat keuntungan yang sangat menggiurkan atau dengan bunga diluar batas kewajaran81. Disamping itu untuk meyakinkan masyarakat berupaya memperlihatkan bahwa investasi atau penanaman modal adalah riil dan bergerak diberbagai sektor industri atau pun

Bank Indonesia ini seperti perdagangan, jasa, pertanian, peternakan, sekuritas, valuta asing, dan emas. Namun dalam realitanya, usaha tersebut tidak lain hanyalah memutarkan dana yang sudah dihimpun dari masyarakat atau nasabah untuk membayarkan keuntungan dan cicilan uang yang sudah diterima. Jadi usaha tersebut sangat bergantung pada akumulasi dana yang masuk melalui nasabah

80 Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal” http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/130/karakteristik-umum-produk-diduga-ilegal. (diakses pada tgl.18 Me 2018i,Pukul: 10.55WIB). 81 Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan, (Jakarta:Lembaga Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2013), hlm.1.

Universitas Sumatera Utara 47

yang baru bukan melalui keuntungan yang diperoleh kegiatan usaha. Akibatnya ketika terjadi kemandekan dalam pemasukan dana dari masyarakat, maka akan berdampak kepada pembayaran keuntungan kepada penyedia dana sesuai dengan yang dijanjikan atau sepakati. Disamping itu besarnya pembayaran keuntungan yang tidak sebanding dengan penambahan modal yang masuk berakibat juga pada kehadiran Bank Indonesia dana sehingga merugikan masyarakat.

Oleh karena itu perlunya pemahaman baru untuk melihat modus kegiatan investasi illegal, yang mendatangkan kerugian yang besar bagi masyarakat.

Kegiatan Investasi illegal menyerupai instrument perbankan, dengan ciri utama penipuan berkedok investasi adalah tidak dimilikinya dokumen perizinan yang sah dari regulator (pengawas) terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank

Indonesia, Bappebti –Kementerian Perdagangan,Kementerian Koperasi dan

UKM, dan lain-lainnya. Kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat hanya dapat Dilakukan oleh bank 82.

H. Ciri-ciri Investasi Ilegal

Investasi Bodong ialah penipuan, penipuan berkedok investasi, dimana agar kita mau untuk berinvestasi biasanya pihak yang menawarkan kepada kita untuk berinvestasi dan menjanjikan kepada pihak yang berinvestasi akan mendapat untung yang besar dalam waktu singkat dan instan.

Ciri-ciri investasi bodong menurut OJK:

1. Imbal hasil yang di luar batas kewajaran dalam waktu singkat 2. Penekanan utama pada perekrutan; 3. Tidak dijelaskan bagaimana cara mengelola investasinya;

82 Otoritas Jasa Keuangan, “Booklet Perbankan Indonesia 2014”,(Jakarta: Departemen Perizinan & Informasi Perbankan, 2014), hlm. 9.

Universitas Sumatera Utara 48

4. Tidak dijelaskan underlying usaha yang memenuhi asas kewajaran dan kepatutan di sektor investasi keuangan; 5. Tidak jelasnya struktur kepengurusan, struktur kepemilikan,struktur kegiatan usaha dan alamat domisili usaha; 6. Kegiatan yang dilakukan menyerupai money game dan skema ponzi. Menyebabkan terjadinya kegagalan untuk mengembalikan dana masyarakat yang diinvestasikan; 7. Bila ada barang, kualitas barang tidak sebanding dengan harganya. 8. Bonus dibayar hanya bila ada perekrutan83. Ciri ciri Investasi Ilegal : 84

1. Menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu cepat

2. Menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru “member get member”

3. Memanfaatkan toko masyarakat/tokoh agama/public figure untuk menarik

minat berinvestasi

4. Klaim tanpa resiko (free risk)

5. Legalitas tidak jelas :

 Tidak memiliki izin

 Memiliki izin kelembagaan tapi tidak punya izin usaha

 Memiliki izin kelembagaan dan izin usaha namun melakukan

kegiatan yang tidak sesuai dengan izinnya.

I. Kasus Investasi Ilegal Di Indonesia

Sejumlah kasus penyalahgunaan izin koperasi yang menghimpun dana dari masyarakat itu antara lain dilakukan oleh PT Cakrabuana Sukses Indonesia (CSI) di . PT CSI mendirikan koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah

83 Dina Rayanti, “Bagaimana ciri-ciri investasi Bodong”, https://finance.detik.com/bursa- dan-valas/d-3225619/bagaimana-ciri-ciri-investasi-bodong-ini penjelasan-dari-ojk(diakes pada tanggal 4 April 2018, Pukul:08:17 WIB ). 84 “Dilema Menjerat Pelaku Investasi Ilegal Berbadan Usaha Koperasi”,http://t.co/ZtgGeZUR2P#HukumOnlinehttp://t.co/OZ1ta8XDm2, (diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul: 17:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 49

(KSPPS) menghimpun dana dari masyarakat melalui investasi emas dan tabungan dengan imbal hasil lima persen per bulan. KSPPS BMT CSI Madani

Kota Cirebon dan KSP Pandawa Mandiri Group di Depok, Jawa Barat juga melakukan praktek yang sama85.

1. PT Cakrabuana Sukses Indonesia (CSI) di Cirebon

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Satgas Waspada Investasi menetapkan aktivitas PT Cakrabuana Sukses Indonesia (PT CSI) sebagai kegiatan yang melanggar hukum atau ilegal. Sehingga, dana masyarakat yang telah dihimpun oleh PT CSI merupakan tanggung jawab Direksi atau pengurus PT CSI sebagai penerima dana86.

Investasi ilegal diperkirakan merugikan masyarakat hingga lebih dari Rp

1 triliun. Berdasarkan catatan Satgas Waspada Investasi, aktivitas PT Cakrabuana

Sukses Indonesia (CSI) dan Swissindo World Trust International

Orbit (UN Swissindo), yang berkantor di Cirebon, ilegal. Keduanya tak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri tengah menyelidiki kasus PT CSI yang telah berekspansi ke Indramayu,

Majalengka, dan Kuningan. Diduga, PT CSI menghimpun dana masyarakat tanpa izin sesuai ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah. PT CSI menjalankan aktivitasnya melalui Koperasi Simpan

Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Madani Nusantara serta KSPPS

BMT Sejahtera Mandiri, yang seharusnya sesuai prinsip koperasi, bukan

85 “Waspada Investasi Ilegal Berkedok Koperasi”,http:// www.depkop.go.id/ content/read/waspada-investasi-ilegal-berkedok-koperasi (diakses pada tgl:19 Mei 2018, Pukul: 20:00 WIB). 86 “OJK tetapkan kegiatan investasi PT.cakrabuana Indonesia”, https://ekonomi.kompas. com/read/2016/11/29/203000626/ojk.tetapkan.kegiatan.investasi.pt.cakra.buana.indonesia.ilegal,(d iakses pada tgl: 21 Mei 2018, Pukul: 22:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 50

perbankan. Investasi ilegal itu, bisa merugikan masyarakat yang telah berinvestasi lebih dari Rp 1 triliun. Jumlah nasabah PT CSI diperkirakan 7.000 orang dengan jumlah investasi per orang setidaknya Rp 50 juta87.

2. KSP Pandawa Mandiri Group di Depok, Jawa Barat.

Salman Nuryanto ditahan atas kasus dugaan penipuan dan penggelapan investasi fiktif Pandawa Group. Ia diduga melarikan dana ratusan ribu investornya senilai total Rp 3 triliun. Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes (Pol)

Wahyu Hadiningrat mengatakan Nuryanto menggunakan Koperasi Simpan

Pinjam Pandawa Mandiri sebagai kedok untuk menarik dana dari-para-investor- secara-ilegal. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri memiliki izin.

Namun kegiatan penghimpunan dana dari para investor itu, adalah praktik ilegal karena tidak memiliki izin atas badan usahanya.

Sedangkan para nasabah mendapatkan keuntungan sebesar 10 persen per bulan dari setiap dana yang disetor ke Pandawa Group. Akan tetapi, dalam praktiknya, Nuryanto meminjamkan kembali uang dari para investor itu kepada para pedagang usaha kecil-menengah (UKM) di pasar-pasarseJabodetabek.Karena kredit para pedagang mengalami kemacetan, diduga hal ini mengakibatkan

Nuryanto tidak dapat memberikan keuntungan serta modal seperti yang dijanjikan kepada para nasabahnya. Penyidik Subdit Fismondev Ditreskrimsus Polda Metro

Jaya sendiri telah menyita sejumlah bidang tanah di beberapa lokasi, berikut 6 unit

87 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cirebon Jadi Tempat Investasi Ilegal, Warga Rugi hingga Lebih dari Rp 1 Triliun", https:// regional.kompas.com/read/2016/ 12/06/15493611/cirebon.jadi.tempat.investasi.ilegal.warga.rugi.hingga.lebih.dari.rp.1.triliun.(diaks es pada tanggal 23 Mei 2018, Pukul: 13:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 51

mobil dan rekening senilai Rp 250 miliar dari Nuryanto cs. Selain Nuryanto, polisi menetapkan 3 tersangka yang berperan sebagai leader dan admin88.

Praktik bisnis investasi bodong dengan pola mirip multi level marketing

(MLM) mulai marak terungkap ke publik. Dua kasus yang terjadi Koperasi Langit

Biru (KLB) dan PT Gradasi Anak Negeri (GAN). Ribuan anggota dan investor kedua perusahaan merusak kantor KLB dan PT GAN lantaran bonus yang tak lagi diterima.

Para petinggi kedua perusahaan kabur, sementara uang miliaran hingga triliunan rupiah milik investor raib. Iming-iming keuntungan jutaan hingga miliaran rupiah ternyata hanya tinggal janji.

Berikut modus-modus yang digunakan KLB dan PT GAN dalam menjaring investor dan melakukan usahanya.

3. Koperasi langit Biru (KLB)

Sebelum berdiri, Koperasi Langit Biru bernama PT Transindo Jaya

Komara (TJK). Jenis usaha mereka adalah pengeloaan daging dan hasil peternakan, berkerja sama dengan 62 penyuplai daging sapi.

Perusahaan itu milik Jaya Komara, seorang mantan penjual kerupuk.

Setelah itu,TJK kemudian bertransformasi menjadi Koperasi Langit Biru dan LKB pada Januari 2011. Seluruh kegiatan KLB dipusatkan di sebuah kantor yang beralamat di Perum Bukit Cikasungka Blok ADF Nomor 2-4,Desa

88 Mei Amelia, “Begini modus nuryanto dalam penipuan investasi pandawa”, https://news.detik.com/berita/d-3428257/begini-modus-nuryanto-dalam-penipuan-investasi- pandawa-group (diakses pada tanggal 23 Mei 2018 Pukul 13.45 WIB).

Universitas Sumatera Utara 52

Cikasunga,Kecamatan Solear,Kabupaten Tangerang: dan kantor cabang di Jalan

BKT Raya, Gang Swadaya VI Nomor 1 RT 008/RW 01, Rawa Bebek, Pulo

Gebeng, Cakung, Jakarta Timur.

Jaya Komara dalam koperasi ini juga memiliki posisi tertinggi, yakni

Direktur Utama. Untuk menjaring investor, PT KLB menawarkan dua paket investasi, yakni investasi paket kecil dan investasi paket besar investasi dengan nilai Rp 10.000 per hari. Angka itu akan dibagi kepada perusahaan Rp 9.000, sementara investor Rp 1.000. Dengan demikian, daan satu bulan, investor mendapat profit sebesar Rp 150.000.

Adapun investasi paket besar dibagi lagi ke dalam dua pilihan, yakni investasi non-Bonus Kredit Sepeda Motor (BKSM) yang bonusnya senilai Rp 1,7 per bulan (dari bulan ke-1 sampai ke- 9). Memasuki bulan ke-10, investor akan langsung mendapat bonus Rp 12 juta. Pada bulan ke-24, investor juga dijanjikan akan mendapat keuntungan Rp 31,2 juta.

Dengan tawaran yang mengiurakan itu, KLB akhirnya berhasil menghimpun 125.000 anggota dengan nilai total investasi mencapai Rp 6 triluan.

Pihak KLB menjanjikan bahwa dana investasi itu akan diputarkan untuk menjalankan bisnis daerah Tulung Agung, Jawa Timur. Namun, dari hasil penulusuran aparat kepolisian, bisnis di Tulung Agung ternyata tidak menghasilkan dan selama ini KLB bekerja hanya mengandalkan uang setoran investor baru yang masuk untuk membayar bonus investor lama.

Aktivitas penyerahan bonus akhirnya macet pada bulan Januari 2012 sehingga sejumlah investor mengadukan persoalan ini ke Polres Tangerang

Universitas Sumatera Utara 53

Kabupaten. Kasus dugaan penipusan dan penggelapan yang dilakukan KLB pun kini sudah dilimpahkan ke Bareskrim Polri.

4. PT Gradasi Anak Negeri (GAN)

PT Gradasi Anak Negeri (GAN) didirikan pada Januari 2012. Perusahaan ini telah memiliki investor sebanyak 21.000 orang dengan dana investasi mencapai Rp 390 miliar. Untuk menjarig investor, PT GAN menawarkan paket investasi atas Sarden Kiki dengan keuntungan mencapai 10 persen dari modal awalnya setiap miggu. Sistem investasi yang ditawarkan PT GAN adalah dengan memberikan modal awal minimal Rp 5 juta kepada agen yang menawarkan paket.

Calon investor dijanjikan akan mendapat 10 persen dari modal awal saat pekan kedua. Setelah itu, investor akan kembali mendapatkan profit sebesar 10 persen setiap minggunya hingga minggu ke- 52. Bonus tambahan juga diperoleh investor jika berhasil menarik investor baru. Seluruh bonus diberikan secara tunai dan menyerahkan cek.

Namun, pada bulan April-Mei 2012, arus penyerahan bonus itu kemudian macet. Hal ini baru diketahui setelah ada beberapa investor yang tidak dapat mencairkan cek bonus yang diberikan.

Pada tanggal 25 Mei 2012, korban yang merasa ditipu akhirnya melapor ke

Polresta Tanggerang Kota. Polisi sempat menggeledah kantor pusat PT GAN dan lima kantor cabang. Hasilnya, polisi sama sekali tidak menemukan Sarden Kiku yang awalnya dijanjikan PT GAN sebagai bisnis utama perusahaan ini . Kasus ini akhirnya dilimpahkan ke Polda Metro Jaya pada tanggal 28 Mei 201289.

89 Sabrina Asril, “Inilah Modus Investasi Bodong ala Koperasi Langit Biru dan PT GAN” http://nasionalkompas.com/read/2012/06/07/16480393/Inilah Modus investasi Bodong ala Koperasi langit Biru. Dan PT.GAN, (diakses pada tanggal 12 Mei 2018 Pukul 00:16 WIB).

Universitas Sumatera Utara 54

1. Gamasmart Karya Utama

 Penawaran : 1. Menggunakan pendekatan agama

2. Menampilkan kisah sukses peserta lama

3. Menggunkan metode MLM

 Korban :

1. Total Nasabah 38.242 orang

2. Profit Nasabah : masyarakat yang belum paham tentang perdagangan

berjangka forex

 Produk

1. Penghimpunan dana dalam bentuk simpanan, investasi sorek yang

digabung dengan produk kesehatan

2. Janji keuntungan 220 % setiap 9 bulan

 Pidana

1. Pidana umum – penipuan, penggelapan, & money laundering

2. Pidana perbankan – bank umum tanpa ijin

2. Cahaya forex Yogyakarta

 Produk

1. Penawaran investasi kontrak berjangka atas valutas asing/forex dengan

return 20% / bln

 Korban

1. ID : 188.886

2. Total investasi Rp 211,2 M

Universitas Sumatera Utara 55

3. Total Profit Rp33,67 M

 Pidana

1. Pidana Umum – penipuaan dan Penggelapan

2. Pidana Perbankan – perdagangan berjangka komoditi

 Penawaran

1. Ditawarkan Melalui Intenet

2. Menggunakan metode penawaran yang mirip MLM

J. Pembentukan Regulasi Untuk Mencegah Penipuaan Dalam Bentuk Investasi

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Kementerian

Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kemeterian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kejaksaan, Kepolisian RI, dan Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) sepakat memperkuat kerjasama dalam Satuan Tugas

Waspada Investasi untuk mencegah dan menangani maraknya tawaran dan praktek investasi ilegal.

Nota Kesepakatan tentang Koordinasi Pencegahan dan Penanganan

Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi ditandatangani oleh pimpinan tujuh kementerian dan instansi itu di Jakarta, Selasa.

Sejumlah money game sangat marak beroperasi di tengah masyarakat kota sampai pedesaan dalam aneka bentuk. Mulai dari yang menyamar sebagai koperasi, MLM gadungan, sampai seolah-olah bisnis emas. Korban terus berjatuhan, tetapi hal serupa ini tetap saja terus muncul secara berulang. Sehingga

Universitas Sumatera Utara 56

sangatlah penting revitalisasi fungsi Satgas Waspada Investasi menjawab tantangan tersebut di atas, sehingga masyarakat terlindungi dari upaya kejahatan berkedok investasi dan atau lebih menyadari konsekuensi serta risikonya jika dihadapkan pada tawaran yang memberi imbal yang di luar batas kewajaran.

Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang

Penghimpunan Dana Masyarakat dan Pengelolaan Investasi atau Satgas Waspada

Investasi merupakan wadah koordinasi antar regulator, instansi pengawas, instansi penegak hukum dan Pihak lain yang terkait dalam hal penanganan dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi.

Satgas Waspada Investasi dibentuk melalui Surat Keputusan Ketua

Bapepam dan LK Nomor: Kep-208/BL/2007 tanggal 20 Juni 2007 untuk masa kerja tahun 2007 yang diperbarui setiap tahunnya. Setelah beralihnya tugas dan fungsi Bapepam dan LK menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Surat Keputusan

Satgas Waspada Investasi tersebut diperbarui melalui Keputusan Dewan

Komisioner OJK Nomor: 01/KDK.04/2013 tanggal 26 Juni 2013.

Nota Kesepakatan antarpimpinan institusi anggota Satgas Waspada

Investasi disusun sebagai payung hukum Satgas untuk memperkokoh komitmen bersama antara Kementerian/Lembaga dalam pelaksanaan tugas pokok Satgas

Waspada Investasi.

Revitalisasi pelaksanaan tugas Satgas Waspada Investasi antara lain meliputi :

Universitas Sumatera Utara 57

1. Preventif

1. Koordinasi antara anggota Satgas Waspada Investasi dalam rangka

meningkatkan edukasi dan pemahaman mengenai ruang lingkup transaksi

keuangan yang berpotensi merugikan masyarakat.

2. Sosialisasi kepada komponen masyarakat, penegak hukum, pemerintah

daerah dan akademisi.

3. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi serta tindakan yang diperlukan

terhadap tawaran-tawaran investasi melalui berbagai sarana pemasaran

tidak terbatas kepada penyampaian melalui internet.

4. Mengefektifkan sarana pengaduan Satgas Waspada Investasi.

2. Kuratif

1. Kerjasama dalam penerbitan ijin keramaian/penyelenggaraan kegiatan

penawaran investasi.

2. Melakukan pembinaan berupa peringatan terhadap perusahaan yang

melakukan penawaran investasi yang berpotensi merugikan masyarakat

agar mendapatkan ijin dan beroperasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

3. Represif

Melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan dan perundang-undangan.

Anggota Satgas Waspada Investasi juga sepakat untuk membentuk Tim

Satgas Waspada Investasi di tingkat daerah dengan perwakilan anggota dari lembaga yang sama dengan Satgas Waspada Investasi di pusat. Tim Satuan Tugas

Universitas Sumatera Utara 58

Waspada Investasi Daerah berfungsi sebagai sarana koordinasi antara Kantor

Regional/Kantor Otoritas Jasa Keuangan dengan instansi/dinas di pemerintah daerah terkait.

Masyarakat telah menyampaikan adanya permintaan informasi dan/atau pertanyaan terhadap legalitas 430 perusahaan yang menawarkan investasi kepada masyarakat. Dari sejumlah itu terdapat 374 tawaran investasi yang berkaitan dengan keuangan (antara lain emas, forex, e-money, e-commerce, investasi haji dan umroh) sementara sisanya sebanyak 56 tawaran berupa investasi di bidang properti, tanaman, komoditas dan perkebunan.

Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, seluruh perusahaan yang menawarkan investasi dan diragukan aspek legalitasnya tersebut, ternyata tidak satupun yang terdaftar di OJK. Dari jumlah tersebut, terdapat 388 tawaran dari perusahaan yang sama sekali tidak memiliki kejelasan ijin beroperasi, 13 tawaran dari perusahaan yang memiliki SIUP/TDP tetapi tidak memiliki ijin yang terkait dengan investasi yang dilakukan, 23 tawaran yang menjadi lingkup perdagangan komoditas, dan 6 tawaran dari perusahaan yang berbentuk koperasi90.

Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan di sektor jasa keuagan dalam perlindungan hukum bagi masyarakat, diatur didalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan, menyebutkan :

90 Otoritas Jasa Keuangan, ”OJK perkuat satgas waspada investasi”, http:// www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Perkuat-Satgas- Waspada- Investasi. aspx,(diakses pada tgl: 30 Mei 2018,Pukul: 12:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 59

Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, yang meliputi :

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan,layanan, dan produknya.

2. Meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat

3. Tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan91.

Kewenangan OJK untuk mengatasi perusahaan yang melakukan investasi illegal pada pasal ini, melakukan tindakan pencegahan kerugian demi perlindungan hukum bagi masyarakat berupa konsumen, dan pembelaan hukum.

Pasal tersebut diimplementasikan oleh Dewan Komisioner yang membidangi

Edukasi & Perlindungan dalam perlindungan hukum bagi masyrakat sebagai konsumen jasa keuangan dengan menggunakan Twin Peak Concept, yaitu tindakan preventif dan represif dalam menjaga stabilitas.keuangan melalu pengaturan dan pengawasan berdasarkan prinsip kehati-hatian 92.

Pada pasal 28 ayat 1 merupakan langkah preventif yang mengatur perlindungan hukum bagi masyarakat dengan keuangan sebagai memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terhadap karakteristik, produk, dan layanan di sektor jasa keuangan, dengan memberikan informasi dan edukasi masyarakat akan mengetahui karakteristik dan produk di sektor jasa keuangan.

Langkah mengedukasi masyarakat oleh OJK atas amanat pasal 28 tersebut dengan

91 Tri Hendro dan conny Tjandra,Op.Cit.hlm.498. 92 Tri Hendro dan Conny Tjandra, Ibid. hlm. 497.

Universitas Sumatera Utara 60

memberikan edukasi ke beberapa daerah dengan Focus Group Discussion

Investasi Illegal, melalui ministite OJK bidang Edukasi& Perlindungan pun edukasi kepada masyarakat luas, namun peran masyarakat untuk tidak mudah terjebak pada investasi illegal sangat penting, pemahaman terhadap investasi yang tidak spekulatif, keuntungan yang wajar sejalan dengan keuntungan kegiatan usaha perusahaan, dan lebih cerdas dalam menyalurkan dana pada perusahaan lembaga yang jelas telah memiliki izin Otoritas Jasa lembaga pengawas 93.

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 28 ayat 2 & 3 Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK berwenang untuk meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat dan melakukan tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Adanya pasal tersebut merupakan langkag OJK dalam rangka memberikan perlindungan hukum pada tahap represif, yakni dengan meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi dapat merugikan masyarakat, dan melakukan tindankan yang dianggap perlu, penggunaan pasal ini merupakan tindak lanjut dari pengaduan masyrakat sebagai konsumen yang dirugikan atas adanya kegiatan investasi illegal, sehingga perusahaan yang melakukan investasi illegal dapat dicabut usahanya dan dapat diberikan sanksi kepada perusahaan yang melakukan investasi illegal, agar tidak merugikan masyarakat secara luas.

93 “Otoritas Jasa Keuangan”, Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta: Departemen Perizinan & Informasi Perbankan, 2014), hlm.4.

Universitas Sumatera Utara 61

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK melakukan pelayanan pengaduan konsumen yang meliputi :

a. Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan

konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan ;

b. Membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh

pelaku di Lembaga Jasa Keuangan; dan

c. Memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh

pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan.

Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut, maka apabila terjadi perusahaan yang melakukan kegiatan investasi illegal dan merugikan masyarakat., maka

Otoritas Jasa Keungan harus melakukan pelayanan pengaduan masyarakat yang dirugikan atas adanya kegiatan investasi illegal dengan menyiapkan perangkat, membuat mekanisme pengaduan dan memberikan fasilitas penyelesaian pengaduan masyarakat yang dirugikan oleh perusahaan yang melakukan kegiatan inevstasi illegal.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, korban investasi illegal dapat menyampaikan pengaduan yang berindiskasikan sengketa antara Pelaku Jasa Keuangan dengan

Konsumen (pihak yang dirugikan oleh adanya investasi illegal) kepada Otoriatas

Jasa Keuangan. Konsumen dapat melakukan pengaduan atas kerugian yang diterima, kaitanya dengan kegiatan investasi illegal yang melakukan penghimpunann dana dari masyarakat luas, pengaduan dapat dilakukan dengan

Universitas Sumatera Utara 62

fasilitas yang diberikan OJK melalui peraturan pelaksana Peraturan OJK

No.1/D.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan pada Surat

Edaran OJK No 2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian Pengaduan

Konsumen Pada pelaku usaha jasa keuangan, namun melihat investai illegal merupakan skema yaitu memutar dana masyarakat sebagai perkara ini menjadi yang perlu diatasi.

Tindak lanjut pengaduan masyarakat kepada OJK dapat dilakukan dengan cara penyelesaian pengaduan berupa pernyataan maaf atau menawarkan ganti rugi kepada masyarakat yang dirugikan sesuai apa yang diatur pada Surat Edaran OJK

No.2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada pelaku usaha jasa keuangan, namun melihat investasi illegal merupakan skema, yaitu memudar dana masyarakat sebagai perkara ini menjadi yang perlu diatasi.

Pembelaan hukum oleh OJK didalam Pasal 30 Undang-Undang No 21

Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK dapat memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang telah dirugikan dengan cara mengajukan gugatan atau pun ganti rugi. Mengajukan gugatan ke

Pengadilan untuk memperoleh harta kekayaan milik pihak yang dirugiakn kepada perusahaan yang menyebabkan kerugian, baik yang berada di penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian maupun dengan itikad tidak baik, selain mengajukan gugatan dapat juga memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian masyarakat. Perlu dipertimbangkan agar keseluruhan sengketa antara masyarakat sebagai konsumen perusahaan jasa keuangan dengan perusahaan jasa

Universitas Sumatera Utara 63

keuangan tunduk pada suatu lembaga penyelesaian sengketa tertentu. Hal ini dimaksudkan agar memberikan keamanan bagi masyarakat sebagai konsumen, mengingat mahalnya proses penyelesaian sengketa dengan menggunakan badan peradilan94.

Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam hal menggulangi adanya investasi illegal yang ada di masyarakat :

1. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai

karakteristik kegiatan penghimpunan dana dan pengeloaan investasi.

Sosialisasi program pencegahan tindakan melawan hukum dalam penghimpunan dana masyrakat dan pengeloaan investasi ini bertujuan untuk menginformasikan dan mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap tawaran penanaman dana dan upaya pengeloaan investasi yang dilakukan oleh pihak- pihak. Otoritas Jasa Keuangan juga melakukan edukasi ke beberapa Perguruan

Tinggi dengan mengadakan acara seminar atau Focus Group Disscussion (FGD) atau mengadakan tele conference dan Otoritas Jasa Keuangan juga mengadakan gathering media, yaitu dengan cara mengundang wartawan dari berbagai media untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai pemahaman investasi khususnya mengenai pencegaan investasi illegal yang ada di masyarakat. Hal tersebut dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dimaksudkan agar memberikan pemahaman kepada masyrakat mengenai investasi yang baik dan aman dan dapat terhindar dari adanya kegiatan investai illegal sehingga tidak merugikan masyarakat.

94 Andrian Sutedi, Op,Cit. hlm. 92.

Universitas Sumatera Utara 64

2. Penyelesaian sengketa

Kegiatan bertransaksi di bidang keuangan akan menimbulkan risiko atau akan memiliki potensi sengketa di masa depan, sehingga OJK mengatur adanya kewajiban bagi pelaku usaha jasa keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen. Dalam penyelesaian pengaduan oleh lembaga jasa keuangan sering kali tidak tercapai kesepakatan antara konsumen dengan lembaga jasa keuangan.

Apabila konsumen tidak puas terhadap penanganan pengaduan, maka konsumen keuangan dapat meneruskan sengketa ke pengadilan atau Lembaga Alternatif

Penyelesaian Sengketa (LAPS) 95.

Pengaturan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan tersebut juga merupakan pelaksanaan amanah Pasal 29 huruf c Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, dimana OJK diberi tugas untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikam oleh pelaku di lembaga jasa keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Pengertiaan memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen dimaksud perlu dimaknai secara luas, yaitu melalui kebijakan mekanisme penyelesain sengketa di sektor jasa keuangan 96.

3. Mengeluarkan Regulasi yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum

terhadap Korban Investasi Illegal

OJK mengeluarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

12/SEOJK.07/2014 tentang penyampaian Informasi dalam rangka pemasaran

Produk dan atau Layanan Jasa Keuangan. Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan

95 Dian Husni Fadlia Yunanti, Peran Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Dalam Perlindungan Hukum Bagi Investor Atas Dugaan Investasi Fiktif (Jurnal Law Reform Volume 11 Nomor 2 Tahun 2015),hlm.213. 96 Ibid. hlm. 214.

Universitas Sumatera Utara 65

(SE-OJK) tersebut merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tanggal 6 Agustus 2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan yang efektif akan berlaku efektif sejak 6

Agustus 2014. Surat Edaran ini mengatur bahwa penawaran oleh POJK harus menggunakan data yang telah disetuji oleh Konsumen atau masyarakat yang bersedia dihubungi melalui sarana SMS, telepon atau email.

OJK menerbitkan peraturan tentang perlindungan konsumen jasa keuangan yaitu, Peraturan Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen Sektor Jasa Keuangan yang akan menjadi pedoman bagi lembaga jasa keuangan dan masyarakat. Pedoman bagi masyarakat adalah peraturan ini akan menjadi patokan karena public bisa mengetahui industri keuangan apa saja yang masuk dalam pengawasan OJK, jenis pengaduan apa yang bisa masyarakat sampaikan, dan tahapan apa saja dalam pengaduan dan persayaratannya 97.

Membuat Satgas Waspada Investasi

4. Dalam rangka optimalisasi, efisiensi dan respon cepat atas pengaduan dan

atau pelaporan dari masyarakat atas kegiatan penghimpunan dana tanpa

izin yang terjadi di daerah, maka di tahun 2016 telah dibentuk Tim kerja

Satgas Waspada Investasi Daerah di 35 Provinsi. Satgas Waspada

Investasu telah melakukan kegiatan sosialisasi waspada investasi yang

diduga illegal kepada masyarkat. Di tahun 2016 Satgas Waspada Investasi

telah melakukan pembahasan dan/atau pemeriksaan bersama terhadap 31

Entitas dengan aktivitas pengeloaan investasi telah melakukan penghentian

kegiatan operasional terhadap 26 entitas yang terindekasi penyimpangan

97 Dian Husna Fadlia dan Yunanto, Ibid. hlm.212.

Universitas Sumatera Utara 66

izin yang diberikan oleh intansi tertentu98. Investasi ilegal sudah marak

terjadi di Indonesia bahkan bentuk kegiatan investasi ilegal juga

bermacam-macam seperti bentuk koperasi, MLM gadungan, bahkan bisnis

emas, dalam hal ciri-ciri investasi ilegal investasi yang berkedok penipuan,

biasanya pihak yang menawarkan kepada kita menjanjikan kepada pihak

yang berinvestasi akan mendapat untung yang besar dalam waktu singkat

dan instan, untuk mencegah semakin banyaknya kasus penipuan dalam

bentuk investasi, OJK sebagai lembaga independen yang bertugas

mengatur serta mengawasi keuangan negara melakukan tindakan

pencegahan kerugian mayarakat seperti : Memberikan informasi dan

edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa

keuangan,layanan, dan produknya, Meminta lembaga jasa keuangan untuk

menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan

masyarakat, Tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

98 Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Capaian Kinerja Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2012-2017” .

Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPAYA PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP KOPERASI SIMPAN PINJAM ILEGAL TERKAIT INVESTASI ILEGAL DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENCEGAH PRAKTEK PENGUMPULAN DANA MASYARAKAT SECARA ILEGAL

A. Upaya Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Koperasi Simpan Pinjam Ilegal Terkait Investasi Ilegal Dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Koperasi, khususnya koperasi Simpan Pinjam (KSP), merupakan lembaga keuangan non-bank yang memperoleh modal atau dana dari pungutan terhadap anggota yang kemudian akan disalurkan kembali kepada anggota sendiri. Sesuai dengan azas koperasi yang berpegang teguh kepada prinsip kekeluargaan, secara tradisional KSP menghimpun dana dan menyalurkan dana secara internal.

Koperasi Simpan Pinjam dalam praktiknya tidak hanya melibatkan anggota tetapi juga pihak ketiga. Terjadi perubahan-perubahan dalam operasional

Koperasi Simpan Pinjam sehingga terus tumbuh dan asetnya bertambah. Banyak di dapati Koperasi Simpan Pinjam (Credit Union) di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki aset puluhan hingga ratusan milyar rupiah. Dan merupakan hal yang biasa bagi Koperasi Simpan Pinjam tersebut sehingga sudah sepatutnya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

OJK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan payung hukum UU

Nomor 21 Tahun 2011 yang memiliki fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi di dalam sektor jasa keuangan. OJK yang didirikan sebagai pengganti Bapepam-LK mempunyai fungsi, tugas, dan

67

Universitas Sumatera Utara 68

wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan terhadap penyedia jasa keuangan.

Seperti telah disinggung sebelumnya, perubahan praktik Koperasi Simpan

Pinjam dalam beroperasional yang mulai melibatkan pihak ketiga berdampak kepada berpindahnya pengawasan Koperasi Simpan Pinjam menjadi di bawah tentang pengkoperasian berdampak kepada pembentukan Lembaga Pengawasan

Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) oleh Mahkamah Konstitusi.

Pada butir undang-undang perkoperasian yang dibatalkan, disebutkan

Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam (USP) berada di bawah

Kementerian Koperasi dan UKM. Sehingga akibat dari pembatalan tersebut untuk selanjutnya fungsi pengawasan diteruskan kepada OJK. Untuk sementara sebelum instrument regulasi pengawasan oleh OJK resmi dibentuk pasca pembatalan

Tahun 1992 dinyatakan kembali berlaku untuk sementara99.

OJK berwenang melakukan pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan dalam kegiatan transaksi di Pasar Modal, Perbankan, juga investasi

Keuangan non perbankan misalnya asuransi, dana pensiun, Lembaga Pembiyaan dan Lembaga jasa keuangan lainnya (misalnya pengadaian, lembaga penjaminan, lembaga pembiyaan ekspor Indonesia, perusahaan pembiyaan sekunder perumahan dll). Pembentukan OJK berdasarkan “ UU Nomor 21 Tahun 2011

Tentang otoritas Jasa Keuangan”.

Dalam pasal 1 ayat 1 dinyatakan sebagai berikut : Otoritas Jasa

Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan

99 Artha Jaya ,”Pengawasan koperasi simpan pinjam illegal “, http://propensitytoassume. blogspot.co.id/2015/01/pengawasan-koperasi-simpan-pinjam-olh.html,(diakses pada tgl 23 Mei 2018, Pukul : 17:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 69

wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

OJK terhadap koperasi, aktifitas dalam perkoperasian tentu saja diawasi oleh Kementerian Kopearasi dan Usaha Kecil Menengah yang memang diamanatkan UU untuk membentuk dan mengawasi Koperasi di Indonesia. UU yang dimaksud adalah “UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang pengkoperasian”.

Dalam BAB XI tentang Pengawasan, Pasal 96 ayat 2, dijelaskan bahwa : 1) Pengawasan terhadap Koperasi wajib dilakukan untuk meningkatkan

kepercayaan para pihak terhadap Koperasi.

2) Pengawasan terhadap Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Menteri.

Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang :

1. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa

keuangan;

2. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala

Eksekutif;

3. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,

dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam

peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;

4. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/ atau

pihak tertentu ;

5. Melakukan penunjukan pengelola statute;

6. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;

Universitas Sumatera Utara 70

7. Menetapkan sanksi administrative terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa

keuangan ;dan

8. Memberikan dan/atau mencabut :

1. Izin usaha;

2. Izin orang perorangan;

3. Efektifnya pernyataan pendaftaran;

4. Surat tanda terdaftar;

5. Persetujuan melakukan kegiatan usaha;

6. Pengesahan;

7. Persetujuan atau penetapan pembubaran; dan

8. Penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan100. Koperasi simpan pinjam (KSP) dan

Unit Simpan Pinjam (USP) akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), menyusul dibatalkannya UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian oleh Mahkamah Konstitusi.

Disampaikan dalam website resmi OJK sebagai berikut:

Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta, 11 Juli 2014 : Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) menyepakati Nota Kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri dan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang koordinasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro (UU LKM).

100 Devin anggara,”pengawasan otoritas jasa keuangan terhadap koperasi”, https://devinanggara.wordpress.com/2015/01/04/pengawasan-otoritas-jasa-keuangan-terhadap- koperasi/ januari 4,2015.(diakses pada tgl 24 Mei 2018, Pukul: 21: 59 WIB).

Universitas Sumatera Utara 71

Nota Kesapahaman antara tiga lembaga ini ditandangani oleh Ketua

Dewan Komisioner OJK, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Koperasi dan UKM di kantor OJK Kompleks Bank Indonesia Jakarta tanggal 11 Juli 2014.

Nota Kesepahaman ini merupakan tindak lanjut dari amanat Pasal 28 UU

LKM yang menegaskan bahwa :

1. Pembinaan, pengaturan, dan Pengawasan LKM dilakukan Otoritas Jasa

Keuangan.

2. Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Otoritas Jasa Keuangan melakukan koordinasi dengan kemernterian yang

menyelenggarakan urusan koperasi dan Kementeriaan Dalam Negeri.

3. Pembinaan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didelegasikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

4. Dalam hal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota belum siap Otoritas Jasa

Keuangan dapat mendelegasikan pembinaan dan pengawasan LKM

kepada pihak lain yang ditunjuk.

Selain itu, Nota Kesapahaman ini juga dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaaan inventerisasi LKM yang belum berbadan hukum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 40 UU LKM yang menegaskan bahwa OJK,

Kementerian yang menyelenggaraan urusan koperasi, dan Kementeriaan Dalam

Negeri harus melakukan inventerasisasi LKM yang belum berbadan hukum.

Ruang lingkup Nota Kesapahaman ini adalah koordinasi terkait pelaksanaan UU

LKM yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara 72

a. Sosialisasi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Lembaga Keuangan Mikro

b. Inventarisasi LKM yang belum berbadan hukum

c. Penyusunan peraturan pelaksanaan Undang-Undang tentang

Lembaga Keuangan Mikro

d. Pendataan dan peningkatan kapasitas SDM Pemerintah Daerah

yang akan ditugas untuk melaksanakan pembinaan dan

pengawasan LKM

e. Fasilitas penunjukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

sebagai Pembina dan pengawas LKM oleh Bupati/Walikota.

f. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan LKM

g. Pemanfaatan data dan informasi.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM, OJK akan melakukan pelatihan bagi SDM Pemerintah Daerah yang akan ditugasi untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan LKM. Sementara itu, untuk persiapan pembinaan dan pengawasan LKM oleh Pemeritah Kabupaten/Kota, OJK telah melakukan koordinasi dan beberapa Pemerintah Daerah101.

B. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Mencegah Praktek Pengumpulan Dana Masyarakat Secara Ilegal

Penghimpunan dana illegal adalah penghimpunan dana yang dilakukan oleh perusahaan keuangan yang melakukan penghimpunan dana di masyarakat tanpa memiliki izin resmi dari Otoritas yang berwenang untuk mengeluarkannya,

101 “Pengawasan koperasi oleh ojk” , http://mutiaan.blogspot.co.id/2015/01/Pengawasan Koperasi-oleh-ojk-sebelum.html januari 04,2015.(diakses pada tgl. 26 Mei 2018, Pukul: 16:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 73

dalam hal ini OJK. Dengan lahirnya OJK, maka tugas pengaturan dan pengawasan terhadap industri jasa keuangan bank dan non bank yang sebelumnya dipegang oleh Bank Indonesia dan Bapepam-LK telah beralih ke OJK102.Ciri –ciri dari perusahaan keuangan yang melakukan penghimpunan dana illegal tersebut adalah sebagai berikut : 103

a. Bentuk umum produk yang ditawarkan

1) Fixed income products, yang tidak terpengaruh pergerakan pasar

2) Simpanan yang menyerupai produk perbankan (tabungan atau

deposito), dimana pada beberapa kasus berupa surat Delivery

Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterbitkan suatu

perusahaan

3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari

masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada lebih dari satu

instrument keuangan atau pada sektor riil

4) Program investasi online melalui internet yang menjanjikan

pengembalian dana investasi secara rutin.

b. Karakteristik umum produk

1) Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (tidak masuk akal)

dan atau dalam jumlah yang pasti.

2) Produk investasi ditawarkn dengan janji akan dijamin dengan instrument

tertentu seperti giro atau dijamin oleh pihak tertentu seperti pemerintah,

bank.

102 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003), hlm.149. 103 Press Release, “Penanganan Dengan Tindakan Melawan Hukum dan Pengelolaan Investasi”, November 2007.

Universitas Sumatera Utara 74

3) Menggunakan nama perusahaan-perusahaan besar secara tidak sah untuk

meyakinkan calon investor

4) Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account.

a. Metode umum penjualan produk

1) Penjualan atau penawaran produk investasi dilakukan melalui

tenaga marketing secara lamgsung atau melalui bisnis dengan

menggunakan sistem yang menyerupai Multi Level Marketing

(MLM). Di sisi lain MLM merupakan salah satu sistem dalam

memasarkan barang dan/atau jasa; Calon nasabah mengisi

formulir, dan membuka rekening bank untuk menerima profit

sharing /komisi/bonus. Setoran dana dilakukan secara tunai

atau transfer. Atas setoran tersebut diterbitkan sertifikat atau

surat sanggup/promissory notes yang mencantumkan jadwal

pembayaran profit sharing. Dapat pula berupa jual/beli surat

Delivery Order (D/O) perusahaan manufaktur ataupun Surat

Berharga lainnya, dimana terdapat klausul bahwa kepada

pemegang (holders) akan dibayarkan imbalan berupa bunga

sebesar persentase tertentu di atas bunga deposito

2) Pada beberapa kasus, penawaran produk investasi dilakukan

dengan menggunakan kegitaan keagamaan untuk menarik

nasabah

3) Penawaran produk investasi pada umumnya menggunakan

media internet/online

Universitas Sumatera Utara 75

4) Perusahaan pengerah dana masyarakat secara illegal bertindak

seolah-olah sebagai agen dari perusahaan investasi yang berada

di dalam maupun di luar negeri atau bekerja sama dengan

pengelola dana investasi yang berkedudukan di dalam maupun

di luar negeri yang telah mempunyai izin usaha yang sah dari

otoritas

5) Dana masyarakat umunya dijanjikan akan dikelola dan

diinvestasikan melalui beberapa pialang berjangka dan atau

perusahaan efek yang sering disebut sebagai aliansi

strategisnya

6) Penawaran produk investasi sering diadakan dalam acara

seminar atau investor gathering, yang pada umumnya sering

diikuti oleh para publik figure seperti pejabat, artis, tokoh

politik dan lainnya dan dilakukan di tempat yang mewah atau

hotel berbintang 4 atau 5 , guna menunjukkan bonafiditasnya

usahanya.

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga baru yang lahir dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 menandai dimulainya era baru sistem pengawasan sektor jasa keuangan. Dalam pasal 4 UUOJK, tujuan dibentuknya OJK agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi konsumen dan masyarakat. Yang dimaksud dengan “melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat” adalah termasuk perlindungan terhadap

Universitas Sumatera Utara 76

pelanggaran dan kejahatan di sektor keuangan seperti manipulasi dan berbagai bentuk penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan104. Dengan demikian, maka

OJK sebagai lembaga pengawasan yang terintegrasi terhadap industri jasa keuangan mempunyai peran sebagai pelindung konsumen dan masyarakat terhadap penghimpunan dana illegal.

Penyebab dari maraknya kasus penghimpunan dana illegal dengan modus investasi yang semakin memakan korban adalah akibat dari rendahnya pemahaman masyarakat terhadap produk-produk keuangan. Oleh karena itu sebagai lembaga yang memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, OJK juga berperan untuk memberikan edukasi agar masyarakat paham finansial105.

Sebagai bentuk perlindungan terhadap masyarakat dalam hal pencegahan kerugian sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang, maka OJK memiliki wewenang memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan dan produknya106. OJK juga melakukan pelayanan pengaduan konsumen yang meliputi menyiapakan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen, membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan dan memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsuen yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan107.

104 Penjelasan Pasal 4 UU OJK. 105 Lidya Suryani Widayati, “Pencegahan Dan Penanganan Investasi Ilegal”, Info Hukum Vol. V, No. 05/I/P3DI/Maret/2013. 106 Pasal 28 UU OJK Nomor 21 Tahun 2011. 107 Pasal 29 UU OJK Nomor 21 Tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara 77

Tanggung jawab OJK dalam pencegahan dan penanggulangan penghumpunan dana illegal adalah sebagai berikut : 108

i. Pencegahan

Dalam melakukan pencegahan terhadap penghimpunan dana illegal

dengan modus operandi investasi, OJK melakukan tindakan pencegahan

sebagai berikut :

a. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai

karakteristik kegiatan penghimpunan dana dan pengelolaan

investasi illegal.

b. Knowledge sharing dengan penegak hukum dan regulator di

daerah.

Selain itu, OJK juga mengeluarkan Peraturan OJK tentang Perlindungan

Konsumen sektor jasa keuangan bahwa apabila pelaku usha jasa keuangan melakukan kegiatan penawaran/promosi maka pelaku usaha jasa keuangan terdaftardan diawasi oleh OJK. Dengan demikian konsumen dan masyarakat dapat mengetahui apakah sebuah PUJK tidak atau memiliki izin dari OJK109. OJK juga bertanggung jawab menghimbau masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan investasi yang menawarkan imbal balik hasil yang tidak wajar melalui berbagai program edukasi dan sosialisaso, seperti :110

1. Program edukasi dan kampanye nasional literasi keuangan

108 Peran OJK, http://sikapiuangmu.ojk.go.id/article/133/peran-ojk-melakukan- penawaran-investasi-ilegal (diakses tanggal 21 Mei 2018, Pukul 22:02 WIB). 109 Pasal 20 Peraturan Otroritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa keuangan. 110 Waspada jebakan investasi bodong, Majalah OJK Edisi IV,http:// sikapiuangmu.ojk.go.id/public/content/files/Majalah-OJK-4.pdf (diakses tanggal 21 Mei, Pukul: 22:45 WIB).

Universitas Sumatera Utara 78

2. Penguatan infrakstruktur literasi keuangan

3. Pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang terjangkau.

ii. Penanggulangan

Sebagai bentuk penanggulangan, OJK membantu melakukan upaya koodinatif antarinstansi terkait untuk mempercepat proses penanganan melalui kerangka kerjasama Satuan Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan

Hukum di Bidang Penghimpunan Dana dan Pengelolaan Investasi atau yang lebih dikenal dengan Satgas Waspada Investasi. OJK menerima laporan dan pengaduan masyarakat, lalu OJK mengkoodinasikan dengan Satgas Waspada Investasi untuk penanganannya.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Dugaan Tindakan Melawan hukum Di

Bidang Pengelolaan Investasi yang dibentuk berdasarkan SK Ketua Bapepam-LK

Nomor: Kep- 208/BL/2007 yang ditetapkan pada tanggal 20 Juni 2007, yang terakhir diperpanjang dengan SK Ketua Bapepam-LK Nomor :Kep-124/BL/2012 yang ditetapkan pada tanggal 19 Maret 2012. Satgas ini beranggotakan beberapa instansi terkait, yang meliputi : Bappebti, OJK, Kepolisiaan RI, Kejaksaan Agung,

Bank Indonesia, Kementerian Perdangan, Kementerian Koperasi dan UKM,

Penanaman Modal, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tugas Satgas meliputi : 111

Menginventarisasi kasus-kasus pengeloaan investasi yang mempunyai potensi kerugian masyarakat ;

111 Lidya Sunarmi Widyawati, Op.Cit. hlm 3.

Universitas Sumatera Utara 79

a. Menganalisis dugaan tindakan melawan hukumm yang merupakan

pelanggaran di bidang peraturan perundang-undangan di masing-

masing bidang investasi ;

b. Mengehentikan atau menghambat maraknya kasus-kasus

pengelolaan investasi dengan modus operandi pengerahan dana

masyarakat ;

c. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang praktik

pengerahan dana masyarakat oleh pihak yang tidak mempunyai

izin atau penyalahgunaan izin;

d. Meningkatkan koordinasi penanaganan dugaan tindakan melawan

hukum di masing-masing di bidang investasi ;

e. Melakukan pemeriksaan secara bersama terkait dengan

pelanggaran yang terjadi di masyarakat dan tindak lanjut untuk

menghentikan tindakan melawan hukum tersebut.

Mengacu pada tugas Satgas, Praktek penghimpunan dana illegal dengan modus operandi invetasi akan dapat dicegah apabila Satgas dapat bekerja optimal dan ada koordinasi yang baik antar instansi dalam Satgas sangat penting karena peraktik Penghimpunan dana illegal semakin canggih112.

C. Peran Otoritas Jasa Keuangan Dalam Memberikan Perlindungan

Konsumen atau Nasabah Yang Melakukan Investasi Pada Koperasi Ilegal

Otoritas Jasa keuangan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan di sektor jasa keuangan dalam perlindungan konsumen atau nasabah

112 Lidya sunarmi, Ibid. hal 3.

Universitas Sumatera Utara 80

yang melakukan Investasi pada Koperasi Ilegal, diatur dalam Pasal 28 Undang-

Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, menyebutkan :

Tentang Otoritas Jasa Keuangan, menyebutkan :

“ Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat”, yang meliputi :

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya

2. Meminta Lembaga Jasa Keungan untuk menghentikan kegiatannya apabila

kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat

3. Tindakan lain yang dianggap perlu dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan113.

Kewenangan OJK untuk mengatasi perusahaan yang melakukan investasi

illegal pada pasal ini, melakukan tindakan pencegahan kerugian demi

perlidungan hukum bagi masyarakat berupa konsumen, dan pembelaan

hukum. Pasal tersebut diimplementasikan oleh Dewan Komisioner yang

membidangi Edukasi & Perlindungan dalam perlindungan hukum bagi

masyarakat sebagai konsumen jasa keuangan dengan menggunakan Twin

Peak Concept, yaitu tindakan preventif dan represif dalam menjaga

stabilitas keuangan melalui pengaturan dan pengawasan berdasarkan

prinsip kehati-hatian114. Pada pasal 28 ayat 1 merupakan langkah preventif

yang mengatur perlindungan hukum bagi masyarakat dengan keuangan

sebagai memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat terhadap

karakteristik, produk, dan layanan di sektor jasa keuangan, dengan

113 Tri Hendro dan conny Tjandra, Op.Cit. h.498. 114 Tri Hendro dan conny Tjandra, Ibid.h.497.

Universitas Sumatera Utara 81

memberikan informasi dan edukasi mayarakat mengetahui karakterisktik

dan produk di sektor jasa keuangan. Langkah mengedukasi masyarakat

oleh OJK atas amanat pasal 28 tersebut dengan memberikan edukasi ke

beberapa daerah salah satunya ke Surabaya dengan Focus Group

Discussion Investasi Illegal, melalui ministite OJK bidang Edukasi &

Perlindungan pun edukasi diberikan kepada masyarakat luas, namun peran

masyarakat untuk tidak mudah terjebak pada investasi illegal sangat

penting, pemahaman terhadap investasi yang tidak spekulatif, keuntungan

yang wajar sejalan dengan keuntungan kegiatan usaha perusahaan, dan

lebih cerdas dalam menyalurkan dana pada perusahaan lembaga yang jelas

telah memiliki izin Otoritas Jasa lembaga pengawas115.

Selain itu dengan Strategi Nasional Keungan, edukasi masyarakat lebih dapat dioptimalkan, Strategi Nasional diluncurkan dengan bersamaan dengan

Financial Customer Care, kedua program ini dijalankan untuk mengurangi kerugian masyarakat atas ketidaktahuan. Strategi Nasional Program Literasi

Keuangan diciptakan untuk mengedukasi masyarakat untuk memiliki pengetahuan keuangan yang tinggi dan meningkatkan penggunaan produk dan jasa keuangan.

Pada pasal 28 ayat 2 & 3 merupakan langkah OJK pada tahap represif, yakni dengan meminta lembaga jasa keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat, dan melakukan tindakan yang dianggap perlu, yaitu sesuai dengan membahas investasi illegal maka OJK, penggunaan pasal ini tindak lanjut dari pengaduan masyarakat sebagai

115 Otoritas Jasa Keuangan, “Booklet Perbankan Indonesia 2014”, (Jakarta: Departemen Perizinan & Informasi Perbankan, 2014) h. 4

Universitas Sumatera Utara 82

konsumen yang dirugikan atas kegiatan investasi illegal, sehingga perusahaan yang melakukan investasi illegal dapat dicabut izin usahanya.

Tindakan lanjut untuk pengaduan yang diterima OJK termaksud pada pasal 29 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan mengatur pelayanan pengaduan konsumen menyebutkan bahwa OJK dalam pelayanan pengaduan konsumen dapat melakukan diantarannya :

a. Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan

Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan ;

b. Membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di

Lembaga Jasa Keuangan ;

c. Memfasilitasi penyelesaian pengaduan consume yang dirugikan oleh

pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan Peraturan perundang-

undangan di sektor jasa keuangan.

Pasal 29 mengatur pelayanan OJK dalam pengaduan nasabah atas kerugian yang didapat atas investasi illegal. Pelayanan pengaduan diimplementasikan pada program pembentukan Sistem Pelayanan Konsumen

Keuangan Terintegrasi (Financial Customer Care/FCC), prioritas utama meningkatkan ketersedian informasi bagi masyarakat dan pelayanan pengaduan konsumen keuangan sesusai dengan kewenangan OJK116. Dibidangi oleh Dewan

Komisioner bidang Edukasi & Perlindungan Konsemen OJK pada satgas waspada inevstasi melalui pengaduan konsumen online pada website OJK, untuk

116 Tri Hendro dan conny Tjandra, Op. Cit.h.499.

Universitas Sumatera Utara 83

menampung pengaduan konsumen efektif 117. Pengaturan lebih lanjut pasal 30 tersebut diatur di dalam Peraturan OJK No. 1/D.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan, mengatur penyelesaian pengaduan masyarakat dan pemberian fasilitas oleh OJK termaksud pasal 40 ayat 1 Undang-Undang No

21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan, “Konsumen dapat menyampaikan pengaduan yang beridendikasikan sengketa antara Pelaku Jasa

Keuangan dengan konsumen kepada Otoritas Jasa Keunagan ”. Pasal 40 konsumen dapat melakukan pengaduan atas kerugian yang diterima, kaitannya dengan kegiatan investasi illegal yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat telah merugikan masyarakat luas, pengaduan dapat dilakuka dengan fasilitas yang diberikan OJK melalui peraturan pelaksana Peraturan OJK No.

1/D.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan pada Surat

Edaran OJK No. 2 / SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian pengaduan konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, pengaduan didasarkan atas ungkapan ketidakpuasan nasabah yang disebabkan oleh adanya kerugian finansial akibat kegiatan investasi illegal.

Tindak lanjut pengaduan masyarakat kepada OJK dapat dilakukan dengan cara penyelesaian pengaduan berupa penyataan maaf atau menawarkan ganti rugi kepada masyarakat yang dirugikan sesuai apa yang diatur pada Surat Edaran OJK

No 2/SEOJK.07/2014 Tentang Pelayanan & Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada pelaku usaha jasa keuangan, namun melihat investasi illegal merupakan skema yaitu memutar dana masyrakat sebagai perkara ini menjadi yang perlu

117 “OJK jembatani konsumen dengan industri jasa keuangan” http://m.hukumonline.com/ berita/baca/website OJK jembatani konsumen dengan industri keuangan (di akses pada tgl 28 Mei 2018, Pukul 23:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara 84

diatasi118. Pengawasan koperasi simpan pinjam berada di bawah fungsi pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dan berkoordinasi kepada Kementeriaan dalam Negeri serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah . OJK sebagai lembaga yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan memerlukan kerja sama dan koordinasi antar instansi untuk mencegah dan menanggulangi praktik penghimpunan dana illegal yang terjadi dimasyarakat.

Dalam memberikan perlindungan konsumen atau nasabah yang melakukan investasi pada koperasi ilegal peran OJK adalah dengan memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengetahui karakteristik, produk, layanan di sektor jasa keuangan sehingga masyarakat tidak mudah terjebak pada investasi ilegal.

118 Iyustina, “Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Dalam Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Studi Kasus Investasi Save Our Trade Di Kabupaten Mempawah”,hlm.22. http:// docplayer.info>amp>60979059-Iyustina-sh (diakes pada tanggal 29 Mei 2018 Pukul: 08:57 WIB).

Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab-bab di muka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sistem pengaturan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap

industri Jasa Keuangan di Indonesia sudah diatur secara eksplisit dalam

UU OJK dan peraturan pelaksanaanya. Hal-hal yang diatur dalam UU OJK

terkait pengaturan dan pengawasan untuk industri jasa keuangan non bank,

diatur dalam Pasal 8 UU OJK antara lain meliputi menetapkan peraturan

pelaksana UU, menetapkan peraturan dan keputusan, menetapkan

kebijakan, menetapkan struktur organisasi dan infarakstruktur, dan

menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan sanksi dalam industri

jasa keuangan. Dalam hal pengawasan diatur dalam Pasal 9 UU OJK,

antara lain meliputi melakukan pengawasan terhadap industri jasa

keuangan dengan menetapkan kebijakan pengawasan, melakukan

pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, serta menetapkan

sanksi administratif.

2. Investasi illegal merupakan penipuan berkedok investasi, dimana agar kita

mau untuk berinvestasi serta menjanjikan kepada pihak yang berinvestasi

akan mendapat untung yang besar dalam waktu singkat dan instan. Bentuk

kegiatan investasi ilegal menyerupai instrument perbankan, dengan ciri

utama penipuan berkedok investasi adalah tidak dimiliknya dokumen

perizinan yang sah dari regulator (pengawas) terkait seperti Otoritas Jasa

85

Universitas Sumatera Utara 86

Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Kementerian Koperasi dan UKM, dan

lain-lainnya.

3. Upaya pengawasan OJK terhadap Koperasi Simpan Pinjam Illegal dan

Usaha Mikro Kecil Menengah OJK menyepakati Nota Kesepahaman

dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah tentang koordinasi pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan (UU LKM). OJK

membantu melakukan upaya koordinatif antarinstansi terkait untuk

mempercepat proses penanganan melalui kerjasama Satuan Tugas

Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan

Dana atau yang lebih dikenal dengan Satgas Waspada Investasi yang

dibentuk berdasarkan SK Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep- 208/BL/2007

yang ditetapkan pada tanggal 20 Juni 2007, yang terakhir diperpanjang

dengan SK Ketua Bapepam- LK Nomor: Kep-124/BL/2012 yang

ditetapkan pada tanggal 19 Maret 2012.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

1. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas jasa sektor

keuangan dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga independen

haruslah tetap melaksanakan tugasnya dengan berintegritas yaitu

menjunjung tinggi kejujuran dan komitmen serta bekerja dengan penuh

tanggung jawab agar mencapai kinerja yang terbaik sehingga OJK sebagai

Universitas Sumatera Utara 87

lembaga yang didirikan negara dapat melindungi masyarakat dari

berbagai pihak yang mempunyai keinginan tidak benar.

2. Pengawasan OJK dalam mencegah kegiatan Investasi illegal Diharapkan

OJK sebaiknya melakukan edukasi kepada masyarakat-masyarakat

sampai ke pelosok- pelosok daerah agar masyarakat semakin paham

tentang investasi yang berbentuk ilegal serta OJK haruslah semakin giat

memberikan edukasi bagaimana mencegah investasi illegal agar tidak

semakin banyak korban yang berjatuhan sehingga masyarakat tidak

terjebak dalam kegiatan bentuk investasi illegal yang marak terjadi

dimasyarakat.

3. Upaya OJK dalam mengawasi koperasi simpan pinjam illegal dan

UMKM berkedok investasi illegal OJK haruslah semakin giat melakukan

sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat serta mengerjakan tugas OJK

dengan integritas dan bertanggung jawab sebagai lembaga yang

mengawasi Koperasi Simpan Pinjam dan UMKM yaitu apa yang telah

menjadi kesepakatan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan

haruslah tetap dikerjakan OJK.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA B. BUKU

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbankan,(Jakarta:Lembaga Kajian & Advokasi untukIndependensi Peradilan, 2013).

Ashshofa Burhan, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta,2013).

Hadhikusuma R.T. Rahardja Sutantya, Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2005.

Haymans Adler, Otoritas Jasa Keuangan: Pelindung Investor, (Jakarta: PT Adler Manurung Press, Cet-1,2013.

Haddad D Muliaman, Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan,2015.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,(Jakarta kencana).

Nuritomo.Budisiantoso Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2013.

Pandia Frianto,dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta,2009).

Simatupang Burton Richard Aspek Hukum Dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2003.

Sudarsono dan Edilius, Manajemen Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,2010.

Sutedi Andrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan (Jakarta: Raih Asa Sukses,2014.

Tjandra Conny dan Hendro Tri, Bank & Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia (Yogjakarta: UPP STIM YKPN, Cet-I Oktober 2014) .

Untung Budi, Buku Cerdas Investasi (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2011.

Umar Husein, Metode Penlitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005).

W Pachta Andjar, Bachtira Rosana Myra, Benemay Maulisa Maria, Hukum Koperasi Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

88

Universitas Sumatera Utara 89

B. PERUNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa keuangan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil, dan Menengah.

Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

C. MAKALAH, JURNAL, SKRIPSI, TESIS, DISERTASI

Darmawan Agus.2014,”Perfektif Law As An Allocarive System Undang-Undang OJK)”Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 8,no 3 Juli-September 2014.

Kartik Galuh, “Analisis Terhadap Koordinasi Otoritas Jasa Keuangan Dengan Lembaga Lainnya Dalam Pengawasan Perbankan Berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Lainnya Dalam Pengawasan Perbankan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan”. Jurnal Panorama Hukum, Vol.2 No.1 Juni 2017.

“Literasi Keuangan menuju Masyarakat yang well literate”, Majalah OJK, Edisi November 2013 tahun I.

Nasution Bismar, “Struktur Regulasi Independen Otoritas Jasa Keuangan, Seminar tentang Eksistensi dan Tantangan OJK Dalam Menata Industri Jasa Keuangan Untuk Pembangunan Ekonomi”.(Bening Institute, Jakarta 23 April 2013).

Nasution Bismar, “ Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Kajian Terhadap Independensi dan Pengintegrasian Pengawasan Lembaga Keuangan” (Medan: disampaikan pada sosialisasi Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK Era Baru Pengawasan Sektor Jasa Keuanagan yang Terintegrasi, Juni 2012).

Otoritas Jasa Keuangan, “Booklet Perbankan Indonesia 2014” (Jakarta: Departemen Perizinan & Informasi Perbankan).

Otoritas Jasa Keuangan, “Laporan Capaian Kinerja Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2012-2017”.

Rahyani Sri Wiwin.2012.” Independensi Otoritas Jasa Keuangan”.Jurnal Legislasi Indonesia,volume 9, Nomor 3, Oktober 2012.

Universitas Sumatera Utara 90

Release Press, “Penanganan Dengan Tindakan Melawan Hukum dan Pengelolaan Investasi”, November 2007.

Satriawan Iwan dan Arifin Zainal, Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 3, September 2009.

Simanjuntak Pratama Andika Jonas, “Fungsi OJK Dalam Melakukan Pengaturan Dan Pengawasan Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan”,(Skripsi Sarjana, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2017).

Sitompul Zulkarnain, ”Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan” (Medan: Makalah disampaikan pada seminar tentang keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014).

Siswanto Hari Ade, Anwar Khairil Radhiyan, “Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pada Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Pasar Modal”.(Lex Jurnalica Volume 12 Nomor 2,Agustus 2015).

Syahmi Yumya Afika, “Pengaruh pembentukan Pengawasan Lembaga Perbankan Suatu Kajian Terhadap Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan”,Skripsi Sarjana(Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004).

Sundari Siti, Laporan Kompendium Hukum Bidang perbankan (Jakarta : Kementerian Hukum dan HAM RI,2011).

Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan&Persiapan Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan, Naskah Akademik Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan,Jakarta Febuari 2002.

Widayati Suryani Lidya, “Pencegahan Dan Penanganan Investasi Ilegal”, Info Hukum Vol. V, No. 05/I/P3DI/Maret/2013.

Yasinta Wahyudi, “Rencana Pemisahan Fungsi Pengawasan Bank dari Bank Indonesia (suatu analisis)”, Wacana (Agustus 2001).

Yunanti Fadlia Husni Dian, Peran Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Dalam Perlindungan Hukum Bagi Investor Atas Dugaan Investasi Fiktif (Jurnal Law Reform Volume 11 Nomor 2 Tahun 2015).

D. WEBSITES

Anggara Devin,”pengawasan otoritas jasa keuangan terhadap koperasi”, https://devinanggara.wordpress.com/2015/01/04/pengawasan-otoritas-jasa- keuangan-terhadap-koperasi/ januari 4,2015.(diakses pada tgl 24 Mei 2018, Pukul: 21: 59 WIB).

Universitas Sumatera Utara 91

Ahmad Dascho, Sufmi “Peranan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Penangulangan Investasi Ilegal Di Indonesia”. (Fakultas Hukum, Universitas Azzahra, Indonesia) hal.2. (diakses pada tgl. 27 Maret 2018 Pukul: 21:59 WIB).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cirebon Jadi Tempat Investasi Ilegal, Warga Rugi hingga Lebih dari Rp 1 Triliun", https://regional.kompas.com/read/2016/12/06/15493611/cirebon.jadi.tempat .investasi.ilegal.warga.rugi.hingga.lebih.dari.rp.1.triliun. (diakses pada tanggal 23 Mei 2018, Pukul: 13:00 WIB).

Bagaimana ciri-ciri investasi Bodong, https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d- 3225619/bagaimana-ciri-ciri-investasi-bodong-inipenjelasan-dari-ojk (diakses pada tanggal 4 April 2018, Pukul:08:17 WIB ).

Begini modus nuryanto dalam penipuan investasi pandawa, https://news.detik.com/berita/d-3428257/begini-modus-nuryanto-dalam- penipuan-investasi-pandawa-group (diakses pada tanggal 23 Mei 2018 Pukul 13.45 WIB).

Dalam Siaran Pers Badan Koordinasi Penanaman Modal DNI baru lindungi UMKMK”,http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:8pB0XI xDpBYJ:www.bkpm.go.id/imageDNI_Baru_Lindungi_Pelaku_Usaha_UM KM.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id(diakses tanggal 29 Maret 2018, Pukul: 19:24).

Dilema Menjerat Pelaku Investasi Ilegal Berbadan Usaha Koperasi, http://t.co/ZtgGeZUR2P#HukumOnlinehttp://t.co/OZ1ta8XDm2, (diakses pada tanggal 23 Maret 2018 Pukul: 17:00 WIB). https://ekonomi.kompas.com/read/2016/11/29/203000626/ojk.tetapkan.kegiatan.i nvestasi.pt.cakra.buana.indonesia.ilegal,(diakses pada tgl: 21 Mei 2018, Pukul: 22:00 WIB).

Inilah Modus Investasi, http://nasionalkompas.com/read/2012/06/07/ 16480393/ Inilah Modus investasi Bodong ala Koperasi langit Biru. Dan PT.GAN

Iyustina, “Kedudukan Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Dalam Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Studi Kasus Investasi Save Our Trade Di Kabupaten Mempawah”,hlm.22. docplayer.info>amp>60979059- Iyustina-sh (diakes pada tanggal 29 Mei 2018 Pukul: 08:57 WIB).

Ironisme OJK gagal di Negara maju namun diminati di Indonesia, diunduh dari http://www.kompasiana.com/rebeccastephanue/ironisme-ojk-gagal-di- negara-maju-namun-diminati-indonesia_550fe0c7a3311ae2dba84be(diakses pada tanggal 16 Maret 2018,Pukul: 14:00 WIB.

Universitas Sumatera Utara 92

Investasi ada keuntungan ada juga risikonya, http://sikapiuangmu.ojk.go.id/ id/article/127/investasi-ada-keuntungan-ada-juga-risikonya (diakses tgl 27 Febuari 2018, Pukul: 15:30 WIB).

Jaya Artha ,”Pengawasan koperasi simpan pinjam illegal”, http://propensity toassume.blogspot.co.id/2015/01/pengawasan-koperasi-simpan-pinjam- olh.html,(diakses pada tgl 23 Mei 2018, Pukul : 17:00 WIB).

Koordinasi BI dan OJK Dalam Mengawasi Sistem Keuangan Indonesia, https://www.kompasiana.com/www.kompasiana.purba/kordinasi-bi-dan-ojk dalam-mengawasi-sistem-keuangan- indonesia_54f3d3ab745513982b6c8199 (Diakses Tanggal 29 Febuari 2018, Pukul: 09:00 WIB ).

Kemkop dan ukm ojk tangani kasus hukum koperasi ilegal, http://www.beritasatu.com/ekonomi/411129-kemkop-dan-ukm-ojk-tangani- kasus-hukum-koperasi-ilegal.html (diakses tanggal 29 Febuari 2018, Pukul: 14.00WIB.

OJK jembatani konsumen dengan industri jasa keuangan, http://m.hukumonline. com/berita/baca/website OJK jembatani konsumen dengan industri keuangan (di akses pada tgl 28 Mei 2018, Pukul 23:00 WIB)

Otoritas Jasa Keuangan, “Booklet Perbankan Indonesia 2014”, (Jakarta: Departemen Perizinan & Informasi Perbankan, 2014) .

Otoritas-jasa-keuangan, http://www.hukumonline.co/klinik/detail/it4fd97bc71ee6b/otoritas-jasa-keuangan, (diakses pada tanggal 17 Maret 2018, Pukul: 21:00WIB).

Otoritas Jasa Keuangan, FAQ Otoritas Jasa Keuangan, http://www.ojk.go.id/id/page/FAQ-Otoritas-Jasa-Keuangan.aspx(diakses pada tanggal 28 Maret 2018, Pukul: 17:00 WIB) .

OJK perkuat satgas waspada investasi, http://www.ojk.go.id/id/berita-dan- kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-Perkuat-Satgas-Waspada- Investasi.aspx,(diakses pada tgl: 30 Mei 2018,Pukul: 12:00 WIB)

Otoritas Jasa Keuangan,”Bentuk umum produk diduga illegal yang ditawarkan” http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/129/bentuk-umum-produk-diduga- ilegal-yang-ditawarkan. (di akses pada tanggal 18 Mei 2018 jam 10.49 ).

Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal” http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/130/karakteristik-umum-produk- diduga-ilegal.(diakses pada tgl.18 Me 2018i,Pukul: 10.55WIB).

Otoritas Jasa Keungan Lembaga Independen”, diunduh dari http://bisniskeuangan. kompas.co/read/211/12/12423080/Menkeu. OJK. Lembaga. Independen, (diakses pada 14 maret 2018, Pukul: 19:35).

Universitas Sumatera Utara 93

Pengawasan koperasi oleh ojk, http://mutiaan.blogspot.co.id/2015/01/ Pengawasan Koperasi-oleh-ojk-sebelum.html januari 04,2015.(diakses pada tgl. 26 Mei 2018, Pukul: 16:00 WIB).

Peran OJK, http://sikapiuangmu.ojk.go.id/article/133/peran-ojk-melakukan- penawaran-investasi-ilegal (diakses tanggal 21 Mei 2018, Pukul 22:02 WIB).

Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan Dalam Penanganan Investasi Illegal. www.sikapiuangmu.ojk.go.id: Edukasi Keuangan, 3-4 Agustus 2015, Surabaya:OJK 2015,(diakses Pada tgl: 5 Mei 2018,Pukul: 19:45 WIB).

Radian system consultant, “sejarah Otoritas Jasa Keuangan” http://radiansystem.com/2012/06/15/sejarah-otoritas-jasa-keuangan-ojk/ (diakses pada tanggal 22 Mei 2018, Pukul: 20:00 WIB). waspada investasi ilegalberkedok koperasi , http://www.depkop.go.id/content/ read/waspada-investasi-ilegal-berkedok-koperasi(diakses pada tgl:19 Mei 2018, Pukul: 20:00 WIB).

Waspada jebakan investasi bodong, Majalah OJK Edisi IV, http://sikapiuangmu. ojk.go.id/public/content/files/Majalah-OJK-4.pdf (diakses tanggal 21 Mei, Pukul: 22:45 WIB).

Waspada Koperasi ini lakukan investasi praktik Ilegal,https://www.liputan6.com/ bisnis/read/2890358//waspada-koperasi-ini-lakukan-praktik-ilegal (diakses tgl 27 Febuari 2018 Pukul: 15:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara