Forum Ilmu Sosial
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
FIS43 (1) (2016) FORUM ILMU SOSIAL JURNAL http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS FORUM ILMU SOSIAL ANUT GRUBYUG: TAKLUKNYA PETANI PADA MOBILISASI PEMBANGUNAN. Studi Kasus pada Proyek Pengembangan Jarak Pagar Sebagai Sumber Energi Alternatif di Kecamatan Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta Gunawan Jurusan Sosiologi dan Antropologi-Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Gd. C7 Lt.1 Sekaran-Gunung pati-Semarang. InfoArtikel Abstrak Sejarah Artikel Masyarakat desa khususnya yang tinggal di wilayah dengan kondisi ekologis Diterima Mei 2016 yang kering dan tandus seringkali menjadi warga yang harus hidup dalam Disetujui Juni 2016 jerat kemiskinan. Kondisi tersebut mendorong munculnya kehendak negara Dipublikasikan Juni 2016 untuk memperbaiki dan mengatur warganya melalui proyek-proyek pembangunan. Atas nama pembangunan, tangan-tangan negara bergerak Keywords : mengatur warganya dengan tujuan mulia, yaitu meningkatkan taraf hidup Jatropha, mobilization, farmers, dan memperbaiki kehidupan masyarakat menjadi lebih baik daripada construction sebelumnya. Melalui kajian terhadap proyek pengembangan tanaman jarak pagar sebagai sumber energi alternatif, maka tulisan ini mencoba mengurai berlangsungnya proyek pengembangan Jarak Pagar yang dijalankan dengan memobilisasi petani telah gagal untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mobilisasi telah menghasilkan warga yang semakin tidak berdaya karena menjadi anut grubyuk, hanya ikut-ikutan dengan yang lain. Keberadaan proyek untuk mengatasi krisis energi telah menjadikan petani masuk dalam demensi krisis lain yaitu krisis kemandirian sehingga petani selalu berharap dengan proyek- proyek berikutnya. Mereka menyerah secara total tunduk di bawah struktur kekuasaan yang mengatur mereka. Data untuk tulisan ini dikumpulkan dari penelitian kualitatif yang dilakukan di Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Abstract Villagers especially those living in areas where ecological conditions were dry and barren often the people who have to live in poverty. These conditions encourage the emergence of the will of the state to improve and regulate its citizens through development projects. The name of development, the hands move countries regulate its citizens with a noble purpose, namely improving the standard of living and improve people's lives better than ever. Through the study of the development project Jatropha as an alternative energy source, then this paper tries to parse the ongoing development of the Jatropha project which is run by mobilizing farmers have failed to improve people's lives. The results showed that the mobilization has resulted in an increasingly helpless citizens due to being embraced grubyuk, just went along with the others. The existence of the project to overcome the energy crisis has made farmers fall into another crisis dimension the crisis of 46 Forum Ilmu Sosial, Vol. 43 No. 1 Juni 2016 self-reliance so that farmers are always looking forward to the next projects. They surrendered totally subservient to the power structure that governs them. Data for this paper were collected from qualitative research conducted in the District Tepus, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta. 2016 Universitas Negeri Semarang * Alamat korespondensi [email protected] PENDAHULUAN selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau. Berdasarkan catatan RPKD tahun Masyarakat desa khususnya yang 2013, terdapat lahan kritis Seluas 15.611 ha tinggal di wilayah dengan kondisi ekologis yang berada di wilayah bagian selatan dan yang kering dan tandus seringkali menjadi tengah. warga yang harus hidup dalam jerat Kondisi geografis di wilayah selatan kemiskinan. Kemiskinan yang dialami oleh yang kering dan tandus, tetap dimanfaatkan masyarakat tersebut ditengarai disebabkan oleh penduduk setempat untuk bertani adanya keterbatasan dan hambatan dalam dengan sistem pengolahan lahan tadah hujan. memanfaatkan sumber daya yang ada di Lahan-lahan pertanian hanya dapat meng- sekitar mereka. Minimnya sumber daya yang hasilkan panen sekali dalam setahun dengan ada terutama lahan pertanian, menjadikan tanaman utamanya padi, ketela dan jagung. penduduk setempat tidak dapat memenuhi Lahan bercocok tanam yang tersedia sangat kebutuhan pokoknya, khususnya pangan. sedikit dengan tingkat produktifitas rendah. Hal tersebut terjadi juga di Gunungkidul, Minimnya sumber daya yang ada Daerah Istimewa Yogyakarta. menempatkan Gunungkidul sebagai daerah Secara umum wilayah di Gunungkidul dengan jumlah penduduk miskin terbanyak merupakan wilayah yang kering dengan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan curah hujan rata-rata 1.954,43 mm/tahun catatan BPS tahun 2010. Sebanyak 20% dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ penduduk dari 688,145 orang termasuk tahun. Dalam satu tahun, hujan turun rata- dalam kategori miskin. Hal itu disebabkan rata tujuh bulan sedangkan lima bulan oleh karakteristik dan kualitas geografis, berikutnya adalah musim kemarau. Pada serta kesuburan tanah yang buruk untuk waktu-waktu tertentu kemarau dapat usaha pertanian (Gunawan; 2014) berlangsung selama enam sampai deplapan Dalam padangan pemerintah (baca: bulan. Wilayah Gunungkidul bagian selatan, negara), kemiskinan adalah malah yang berhadapan langsung dengan samodera harus deselesaikan. Warga miskin harus Hindia, curah hujannya lebih rendah dientaskan dari jurang kemiskinan sehingga dibanding wilayah lainnya sehingga menjadi hidupnya menjadi lebih sejahtera. wilayah paling kering dengan kondisi tanah Pemerintah harus dapat mewujudkan cita- yang didominasi oleh lapisan kartst sehingga cita negaranya menjadi negara yang adil, kurang subur untuk pertanian. Wilayah ini makmur, sentosa. Kondisi ideal itu dicapai Forum Ilmu Sosial, Vol. 43 No. 1 Juni 2016 47 melalui “Pembangunan”. Terminologi masih harus ditambahi dengan tanaman lain pembangunan menjadi sangat populer pada yang non pertanian. Untuk menjawab era orde baru. Jika pada era pemerintahan pertanyaan tersebut saya mencoba me- sebelumnya, Soekarno membangun nerangkan dari relasi kuasa antara negara otoritasnya melalui kharisma personal dan dengan petani di Gunungkidul dengan menguatkan semangat nasionalisme, maka menempatkan peristiwa tersebut sebagai pada era pemerintahan Soeharto legitimasi praktek kepengaturan negara kepada kekuasannya dibangun melalui janji warganya. Pengembangan tanaman jarak pembangunan ekonomi masa depan. pagar menjadi salah satu strategi yang Pembangunan berkembang menjadi diterapkan oleh pemerintahan (baca: negara) idiologi yang melegitimasi kekuasaan dalam mengatasi persoalan kemiskinan dan negara untuk mengatur warganya. Atas krisis energi fosil. nama pembangunan, tangan-tangan negara Penanaman jarak pagar di Gunung- menjalankan kekuasannya mengatur kidul sebagai bagian dari upaya mengatasi warganya untuk mengapai tujuan mulia, persoalan krisis dan ketergantungan terhadap yaitu meningkatkan kesejahteraan dan energi fosil merupakan bentuk praktik negara memperbaiki kehidupan masyarakat agar dalam mengelola dan mengatur kehidupan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. warganya sebagai wujud dari kehendak Warga menjadi target pembangunan yang untuk memperbaiki. Kehendak untuk manut dan harus menerima program memperbaiki terletak di gelanggang pembangunan sesuai kehendak pemerintah. kekuasaan yang oleh Foucault disebut Namun pada banyak kasus pembangunan dengan kepengaturan (governmentality), justru turut memunculkan persoalan- yaitu gagasan mengenai relasi kekuasaan persoalan baru yang berkembang dan ikut yang diimplementasikan untuk menata, berperan dalam menciptakan kesenjangan mengatur, dan mengendalikan individu- dan pertikaian sosial dewasa ini (Li, 2012: individu atau masyarakat sesuai dengan 1). kehendak penguasa (baca: negara). 'The Dalam konteks relasi kuasa antara conduct of conduct' atau 'pengarahan negara dan warga seperti yang telah saya perilaku' yakni upaya untuk mengarahkan singgung di awal, maka tulisan ini ingin perilaku manusia dengan serangkaian cara menjawab pertanyaan, mengapa petani di yang telah dikuasai sedemikian rupa. Gunungkidul ikut serta dalam penanaman Tujuannya adalah untuk menjamin “ke- jarak pagar. Padahal tanaman tersebut sejahteraan masyarakat, perbaikan keadaan bukanlah tanaman yang dapat mencukup hidup mereka, peningkatan kemakmuran, kebutuhan subsistensi mereka terutama usia harapan hidup, kesehatan, dst.” (Li pangan. Dalam konteks petani Gunungkidul 2012:9) pertanyaan ini menjadi relevan karena Data dalam tulisan ini diperoleh dari selama ini pertanian di sana ditujukan untuk penelitian lapangan di Desa Purwodadi, dan memproduksi sumber pangan. Di sisi lain Desa Sumberwungu, Kecamatan Tepus, kondisi lahan tanaman pangan yang terbatas Gunungkidul, Provinsi daerah Istimewa 48 Forum Ilmu Sosial, Vol. 43 No. 1 Juni 2016 Yogyakarta. Desa tersebut menjadi tempat Asia, seperti Indonesia, Philipina, dan India, dilangsungkan proyek penanaman jarak Myanmar serta di Afrika, seperti pagar oleh perusahaan dan pemerintah. Data Mozambigue, Kenya, Tanzania, dan dikumpulkan melalui wawancara dengan Ethiophia. Tanaman ini mulai ditanam secara para petani dan penyelenggara proyek untuk masif karena bijinya dipromosikan dapat melihat sejauh mana keikutsertaan serta menjadi sumber biofuel. Pengembangan interaksi sosial yang terjadi ketika proyek tanaman Jarak pagar diharapkan dapat tersebut berlangsung. menyelesaikan persoalan klasik di negara dunia ketiga yaitu krisis energi, kemiskinan, JEJAK-JEJAK JARAK PAGAR DI dan pengangguran (Amir, 2008). Jarak pagar INDONESIA merupakan tanaman