BAB III

KONDISI OBJEKTIF KERATON KASEPUHAN

A. Lokasi Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kesepuhan merupakan kerajaan Islam yang bersejarah di kota Cirebon. Keraton ini beralamat di Jl. Kasepuhan No. 43 kampung Mandalangan, kelurahan Kasepuhan kecamatan Lemahwungkuk kota Cirebon, Jawa Barat. Lebih tepatmya pada titik koordinat 06̊ 43' 559" Lintang Selatan dan 108̊ 34' 244" Bujur Timur. Dan seluruh kompleks keraton ini memiliki luas sekitar ± 185.500 m² yang dibatasi oleh Jl. Kasepuhan di sebelah utara, sisi timur Jl. Mayor Sastraatmaja, sisi selatan Kali Kriyan, dan di sisi barat terdapat permukiman penduduk (http://www.disparbud.jabarprov.go.id).

B. Sejarah Keraton Kasepuhan Keraton Kesepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506, beliau bersemayam di dalam Agung Pakungwati Cirebon.Keraton Kesepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergetar Panembahan Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Putri itu cantik rupawan berbudi luhur dan bertubuh kokoh serta dapat mendampingi suami, baik dalam Islamiya, Pembina negara maupun sebagai pengayom yang menyanyangi rakyatnya. Akhirnya beliau pada tahun 1549 wafat dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua, dari pengorbanan tersebut akhirnya nama beliau diabadikan dan dimulyakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kesepuhan. Keraton Kasepuhan merupakan kerajaan Islam yang menjadi tempat para pendiri Cirebon bertahta, dan disinilah pusat pemerintahan Kasultanan Cirebon berdiri. Namun pada tahun 1969, karena konflik internal, Kasultanan Cirebon dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Kartawijaya dan bergelar Anom I, sedangkan untuk Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Martawijaya yang bergelar Sultan Sepuh I. Kedua kaka ini kakak beradik, dan masing-masing menempati Keraton sendiri. C. Arsitektur dan Bangunan Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan merupakan keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Pada setiap sudut arsitektur keraton ini memiliki makna yang terkenal paling bersekarah. Sedangkan halaman depan keraton dikelilingi dengan tembok bata merah dan didalamnya terdapat pendopo. Pintu gerbang utama Keraton Kasepuhan Cirebon ini terletak di sebelah utara dan pintu gerbang kedua berada di selatan kompleks keraton. Gerbang utara disebut Lawang Sanga (Pintu Sembilan). Setelah melewati Kreteg (jembatan) Pangrawit akan sampai di bagian depan keraton. Bagian ini meiliki dua bangunan yang bernama Pancaratna dan Pancaniti. Di depan Keraton Kasepuhan Cirebon terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas perayaan Negara lalu juga sebagai tempat rakyat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman dari Sultan. Di sebelah Barat Keraton Kasepuhan terdapat masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulu merupakan tempat perekonomian yaitu pasar, sekarang adalah pasar kasepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasat di sebelah timur serta memiliki alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di daerah pesisir. Bahkan sampai saat ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid. Sebelum memasuki gerbang kompleks Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun. Bangunan Pancaratna berada pada sisi kiri depan kompleks arah barat berdenah persegi panjang dengan ukuran 8 x 8 m. Lantai tegel, konstruksi atap ditunjang empat soko guru di atas lantai yang lebih tinggi dan 12 tiang pendukung di permukaan lantai yang leih rendah. Atap dari bahan genteng, dan pada puncaknya terdapat mamolo. Bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat seba atau tempat yang menghadap para pembesar desa atau kampung yang diterima oleng Demang atau Wedana, secara keseluruhan memiliki pagar terali besi. Bangunan pangrawit berada di kiri depan kompleks menghadap arah utara. Bangunan ini berukuran 8 x 8 m. Bangunan ini dibangun terbuka tanpa dinding. Tiang-tiang yang berjumlah 16 buah mendukung atap sirap. Bangunan ini memiliki pagar teralis besi. Pengambilan nama Pancaniti berasal dari panca berarti jalan dan niti berarti mata atau raja atau atasan. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat perwira melatih pajurit dalam perang-perangan, tempat istirahat, dan juga sebagai tempat pengadilan. Berikut ini detail arsitektur dan bangunan bersejarah yang ada di Keraton Kasepuhan Cirebon : 1. Halaman Pertama Setelah melewati Pancaratna dan Pancaniti, maka selanjutnya memasuki halaman pertama. Untuk memasukinya bisa melewati Gapura Adi atau Gapura Banteng. Gapura Adi berupa pintu gerbang berbentuk bentar berukuran 3,70 x 1,30 x 5 m menggunakan bahan bata. Gapura Adi ini berada di utara Siti Inggil. Sedangkan Gapura Benteng berupa pintu gerbang dengan bentuk bentar berukuran 4,50 x 9 m. Pintu ini lebih besar dan tinggi daripada Gapura Adi. Terletak pada pipi tangga sebelah timur terdapat stilirisasi bentuk banteng. Halaman pertama ini merupakan komplek Siti Inggil. Pada kompleks tersebut terdapat beberapa bangunan, antara lain Mande Pandawa Lima yang berfungsi untuk tempat duduk pengawal raja, Mande Semirang yang berfungsi sebagai tempat duduk raja Timandu menyaksikan acara di alun-alun, Mande Semar Timandu adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat duduk penghulu atau penasehat raja, Mande Karesmen adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat menampilkan kesenian unguk raja, dan Mande Pengiring adalah bangunan sebagai tempat mengiring raja. Selain bangunan tersebut masih ada satu bangunan lagi yaitu bangunan Pengada. Bangunan ini berukuran 17 x 9,5 m, yang berfungsi sebagai tempat membagi berkat dan tempat pemeriksaan seblum menghadap raja. 2. Halaman Kedua Halaman kedua dibatasi oleh tembok bata. Pada pagar bagian utara terdapat dua gerbang yaitu Regol Pengada dan Gapura Lonceng. Regol Pengada merupakan pintu gerbang masuk halaman

ketiga dengan ukuran panjang dasar 5 x 6,5 m. Gerbang yang berbentuk ini menggunakan batu dan daun pintunya dari kayu. Gapura Lonceng terdapat di sebelah timur Gerbang Pengada dengan ukuran panjang dasar 3,10 x 5 x 3 m. Gerbang ini berbentuk koriagung (gedung beratap) menggunakan bahan bata. Halaman kedua ini terbagi dua, halaman Pengada dan halaman untuk kompleks Langgar Agung. Halaman Pengada berukuran 37 x 37 m yang berfungsi untuk memarkiran kendaraan atau menambatkan kuda. Di halaman ini dahulu ada sumur untuk memberi minum kuda. Halaman kompleks Langgar Agung merupakan halaman di mana terdapat bangunan kompleks Langgar Agung.

Bangunan Langgar Agung menghadap ke arah timur, memiliki bangunan utama dengan ukuran 6 x 6 m. Teras 8 x 2,5 m. Jadi bangunan ini berbentuk “T” terbalik karena teras depan lebih besar dari bangunan utama. Bagian teras berdinding kayu setengah dari permukaan lantai, kemudian setengah bagian atas diberi terali kayu. Dinding bangunan utama merupakan dinding tembok. Mihrab berbentuk melengkung berukuran 5 x 3 x 3 m. Di dalam Mihrab tersebut terdapat mimbar terbuat dari kayu berukuran 0,90 x 0,70 x 2 m. Atap Langgar Agung merupakan atap tumbang dua dengan menggunakan sirap. Konstruksi atap disangga 4 tiang utama. Langgar Agung ini memiliki halaman dengan ukuran 37 x 17 m. Langgar ini berfungsi sebagai tempat ibadah kerabat keraton. Bangunan Langgar Agung dilengkapi pula dengan Pos Bedug Somogiri. Bangunan yang menghadap ke timur ini berdenah bujursangkar berukuran 4 x 4 m yang di dalamnya terdapat bedug (tambur). Bangunan ini tanpa dinding dan atap berbentuk limas, penutup atap didukung 4 tiang utama dan 5 tiang pendukung. 3. Halaman Ketiga Antara halaman kedua dan ketiga dibatasi tembok dengan gerbang berukuran 4 x 6,5 x 4 m. Gerbang tersebut dilengkapi dengan dua daun pintu terbuat dari kayu, jika dibuka dan ditutup akan berbunyi maka disebut pintu gledeg (guntur). 4. Taman Bunderan Dewandaru

Taman ini berdenah bulat telur terbuat dari batu cadas. Memiliki arti dari namanya Bunder artinya sepakat. Dewa berarti dewa atau makhluk halus dan ndaru artinya cahaya. Arti keseluruhan adalah “orang yang menerangi sesama mereka yang masih hidup dalam masa kegelapan”. Taman ini memiliki luas 20 m². Di taman ini terdapat nandi, pohon soko sebagai lambang bersuka hati, 2 patung macan putih merupakan lambang Pajajaran, meja dan bangku 2 buah meriam yang dinamai Ki Santomo dan Nyi Santoni. 5. Museum Benda Kuno Bangunan yang menghadap timur berbentuk “E”. Terdapat 2 pintu untuk memasuki bangunan tersebut. Di dalam bangunan ini disimpan benda-benda kuno Keraton Kasepuhan sebagai bukti sejarah. 6. Museum Kereta Bangunan ini menghadap barat dan tepat di timur Taman Bunderan Dewandaru ini berukuran 13,5 x 11 m. Di Museum Kereta tersimpan kereta-kereta dan barang lainnya.

7. Tunggu Manunggal Bangunan ini berupa batu pendek ±50 cm, dan dikelilingi oleh 8 buah pot bunga yang melambangkan Allah yang satu zat sifatnya.

8. Lunjuk Bangunan yang menghadap timur ini berukuran 10 x 7 m yang berfungsi melayani tamu dalam mencatat dan melaporkan urusannya menghadap raja. 9. Sri Manganti Bangunan ini berada di timur tugu manunggal berbentuk bujursangkar. Bangunan ini terbuka tanpa dinding, bungbungan berbentuk joglo dan atap genteng didukung dengan 4 tiang soko guru, 12 tiang tengah dan 12 tiang luar. Langit-langit dipenuhi ukiran-ukiran yang berwarna putih dan coklat. Bangunan ini bernama Sri Manganti karena sri artinya raja, manganti artinya menunggu. Sehingga artinya secara keseluruhan tempat menunggu keputusan raja. 10. Bangunan Induk Keraton

Bangunan induk keraton merupakan tempat kegiatan atau aktifitas Sultan, dalam bangunan ini terdapat beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda, yaitu : a. Kuncung dan Kutagara Wadasan dibangun pada tahun 1678 oleh Sultan Sepuh I. Kuncung berupa bangunan berukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 m yang digunakan parkir kendaraan sultan. Kutagara Wadasan adalah gapura yang bercat putih dengan gaya khas Cirebon berukuran lebar 2,5 m dan tinggi ±2,5 m. Gaya Cirebon tampak pada bagian bawah kaki gapura yang berukiran wadasan dan bagian atas dengan ukiran mega mendung. Arti ukiran tersebutseseorang harus mempunyai pondasi yang kuat jika sudah menjadi pimpinan atau sultan harus bisa mengayomi bawahan dan rakyatnya. b. Jinem Pangrawit yaitu bangunan yang berfungsi sebagai serambi keraton. Nama Jinem Pangrawit berasal dari kata jinem atau kajineman berarti tempat tugas dan Pangrawit berasal dari kata rawit berate kecil, halus atau bagus. Lantai marmer, dinding tembok berwarna putih dan dihiasi keramik Eropa. Atap didukung 4 tiang sokoguru kayu dengan umpak beton. Ruangan ini digunakan sebagai tempat Pangeran Patih dan wakil sultan dalam menerima tamu. c. Gajag Nguling yaitu ruangan tanpa dinding dan terdapat 6 tiang bulat bergaya tiang tuscan setinggi 3 m. Lantai tegel dan langit-langit berwarna hijau. Ruangan ini tidak memanjang lurus tapi menyerong (membengkok) dan kemudian menyatu dengan bangsal Pringadani. Bentuk ruangan ini mengambil bentuk gajah yang sedang Nguling (menguak) dengan belalainya yang bengkok. Ruangan ini dibangun oleh Sultan Sepuh IX pada tahun 1845. d. Bangsal Pringandani merupakan ruangan yang berada di sebelah selatan ruangan Gajah Nguling. Ruangan ini memiliki 4 tiang utama segi empat berwarna hijau yang berfungsi sebagai tempat menghadap para Bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka. Sewaktu-waktu dipakai pula sebagai tempat sidang warga keraton. e. Bangsal Prabayasa berada di selatan bangsal Pringgandani. “Prabayasa” berasal dari kata praba artinya sayap dan yasa artinya besar. Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa Sultan melindungi rakyatnya dengan kedua tangannya yang besar. Pada dinding ruangan terdapat relief yang diberi nama Kembang Kanigaran berarti lambing kenegaraan. Maksudnya Sri Sultan dalam pemerintahannya harus welas asih pada rakyatnya. f. Bangsal Agung Panembahan merupakan ruangan yang berada di selatan dan satu meter lebih tinggu dari bangsal Prabayaksa. Fungsinya sebagai singgasana Gusti Panembahan. Ruangan ini masih asli dan belum ada perubahan sejak dibangun tahun 1529. g. Pungkuran merupakan ruangan serambi yang terletak di belakang Keraton. Tempat ini berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji pada waktu peringatan Maulid Nabi Muhammad. h. Bangunan Dapur Maulud ini berada di depan Kaputren dengan arah hadap timur yang berfungsi sebagai tempat memasak persiapan peringatan Maulid Nabi SAW. i. Kaputren. Pambuaran artinya menggurat atau mengerik. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat mengerik kayu-kayu wangi (kayu untuk boreh) untuk kelengkapan selamatan Maulud Nabi SAW. D. Manajemen Keraton Kasepuhan Berkaitan dengan pengelolaannya, objek wisata keraton Kasepuhan ini dikelola oleh Badan Pengelola Keraton Kasepuhan Cirebon atau yang disebut BPKK Cirebon. Pengelolaan tersebut dilakukan oleh orang keraton sendiri yang tergabung didalam Yayasan Keraton Kasepuhan dan berbentuk Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Cirebon. Badan inilah yang memanajemen wisata keraton Kasepuhan dan wisata Gua Sunyaragi yang merupakan masih dalam lingkungan Keraton Kasepuhan. Gua Sunyaragi biasa digunakan untuk menampilkan pagelaran seni Cirebon. Berdasarkan informasi pengelola wisata Keraton Kasepuhan, bahwasannya pengunjung atau wisatawan yang datang adalah wisatawan domestik yang berasal dari pulau jawa dan daerah lainnya serta wisatawan asing yang berasal ari berbagai negara seperti Malaysia, Eropa, Belanda dan negara lainnya. Wisatawan asing asal Belanda lebih banyak datang ke Keraton Kasepuhan, karena mereka tertarik dengan nilai sejarahnya. Dalam momen liburan wisata keraton Kasepuhan ini paling banyak dikunjungi, bahkan ketika momen tradisi muludan dalam seminggu bisa sampai 10.000 pengunjung yang datang ke Keraton. Momen tradisi muludan seperti ini merupakn event atau agenda rutin tahunan yang biasa diadakan oleh Keraton Kasepuhan yang bertepatan pada hari kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awal. Pada umumnya wisatawan yang datang ingin melihat benda-benda kuno yang ada di Keraton Kasepuhan sekaligus mengenang kembali sejarah dari keraton Kasepuhan ini. (wawancara dengan Bapak Iman Sugiman selaku perwakilan dari Badan Pengelola Keraton Kasepuhan) Manajemen yang digunakan dalam pengelolaan wisata keraton Kasepuhan ini adalah manajemen tradisional, dimana semua manajemen atau pengelolaan masih menginduk kepada kebijakan sultan Kasepuhan. Belum ada manajemen yang terstruktur seperti manajemen sebuah perusahaan. Visi dan Misi dari objek wisata keraton Kasepuhan ini pun sama dengan visi dan misi awal berdirinya keraton Kasepuhan yang berasal dari Sunan Gunung Jati, yaitu ingsun titip tajug lan fakir miskin. Dimana visi-misi tersebut menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya ini berasal dari kata “titip tajug” yang mempunyai makna untuk selalu memakmurkan masjid atau musholla dengan kegiatan-kegiatan ibadah sebagai sarana mengingat Allah swt. Sedangkan hubungan antara manusia dengan manusia berasal dari kata “titip fakir miskin” yang mempunyai makna untuk saling menolong dan membantu khususnya orang-orang fakir miskin agar terbebas dari jeratan kemiskinan. Pesan Sunan Gunung Jati tersebut menjadi visi-misi dari Keraton Kasepuhan Cirebon dan menjadi tanggung jawab bersama untuk semua masyarakat Cirebon. Namun kaitannya engan visi-misi sebagai sebuah objek wisata, keraton Ksepuhan belum mempunyai visi-misi khusus sebagai target atau tujuan sebagai objek wisata budaya yang ada di Cirebon. Hal ini juga dilatar belakangi oleh manajemen Keraton Kasepuhan yang masih menggunakan manajemen tradisional. Sehingga perumusan visi-misi keraton sebagai objek wisata budaya kaitannya dalam dunia pariwisata belum dilaksanakan oleh manajemen pengelola Keraton Kasepuhan. (wawancara dengan Bapak Iman Sugiman selaku perwakilan dari Badan Pengelola Keraton Kasepuhan) Pada suatu objek wisata diperlukan suatu manajemen pengelolaan sebagaimana manajemen dalam suatu organisasi. Dalam suatu manajemen fungsional dikatakan bahwa manajemen dibagi menjadi beberapa bidang yaitu: 1. Manajemen sumber daya manusia 2. Manajemen produksi 3. Manajemen pemasaran, dan 4. Manajemen strategis.

Manajemen sumber daya manusia yang berkaitan dengan peranan manusia dalam mengelola suatu kegiatan secara profesional menggunkan kompetensi dan kecakapannya. Manajemen produksi berkaitan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan barang dan jasa. Manajemen keuangan berkaitan pada kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan organisasi. Atau secara sederhana manajemen keuangan ini merupakan kegiatan pengelolaan terhadap keuangan organisasi. Manajemen pemasaran yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan produksi barang atau jasa di pasaran, pendistribusian, promosi dan penjualan barang atau jasa. Dalam manajemen pemasaran ini akan ditentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan merumuskan strategi pemasaran yang efektif dan efisien.

Pada tahun 2014, sultan Sepuh XIV P.R.A Arief Natadiningrat telah membuat program yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan yang datang berkunjung ke keraton Kasepuhan. Program tersebut adalah program pelatihan kepariwisataan yang di prioritaskan untuk seluruh abdi dalem yang ada di keraton Kasepuhan. Program pelatihan kepariwisataan ini merupakan hasil dari kerjasama antara pihak pengelola keraton Kasepuhan dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dengan memprioritaskan abdi dalem yang sehari-hari berada dan bekerja di lingkungan Keraton seperti guide atau pemandu keraton, juru masak, petugas kebersihan dan lain sebagainya.

E. Struktur Pergantian Sultan Keraton Kasepuhan Setelah pembagian kesultanan Cirebon, Kasepuhan dipimpin oleh anak pertama Pangeran Girilaya yang bernama Pangeran Syamsudin Martawidjaja yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Sepuh I (www.kasepuhan.com)  Sultan Sepuh I Sultan Raja Syamsudin Martawidjaja (bertahta dari 1679 - 1697)  Sultan Sepuh II Sultan Raja Tajularipin Djamaludin (bertahta dari 1697 - 1723)  Sultan Sepuh III Sultan Raja Djaenudin (bertahta dari 1723 - 1753)  Sultan Sepuh IV Sultan Raja Amir Sena Muhammad Jaenuddin (bertahta dari 1753 - 1773)  Sultan Sepuh V Sultan Sepuh Sjafiudin Matangaji (bertahta dari 1773 - 1786)  Sultan Sepuh VI Sultan Sepuh Hasanuddin (bertahta dari 1786 - 1791) bertahta menggantikan saudaranya Sultan Sepuh V Sultan Sjafiudin Matangaji  Sultan Sepuh VII Sultan Sepuh Djoharudin (bertahta dari 1791 - 1815)  Sultan Sepuh VIII Sultan Sepuh Radja Udaka (Sultan Sepuh Raja Syamsudin I) (bertahta dari 1815 - 1845) menggantikan saudaranya Sultan Sepuh VII Sultan Djoharuddin  Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman (Sultan Sepuh Raja Syamsudin II) (bertahta dari 1845 - 1853)  Perwalian oleh Pangeran Adiwijaya bergelar (Pangeran Syamsudin IV) (menjadi wali bagi Pangeran Raja Satria dari 1853 - 1871)  Pangeran Raja Satria (memerintah dari 1872 - 1875) mewarisi tahta ayahnya Sultan Sepuh IX Sultan Radja Sulaeman sebagai putera tertua Sultan Sepuh IX yang sah, setelah meninggalnya walinya yaitu Pangeran Adiwijaya sesuai dengan penegasan Residen Belanda untuk Cirebon tahun 1867  Pangeran Raja Jayawikarta (memerintah dari 1875 - 1880) menggantikan saudaranya Pangeran Raja Satria  Sultan Sepuh X Sultan Radja Atmadja Rajaningrat (bertahta dari 1880 - 1885) diangkat sebagai Sultan untuk menggantikan saudaranya yaitu Pangeran Raja Jayawikarta  Perwalian oleh Raden Ayu (Permaisuri Raja) menjadi wali bagi Pangeran Raja Adipati Jamaludin Aluda Tajularifin dari 1885 – 1899  Sultan Sepuh XI Sultan Sepuh Radja Jamaludin Aluda Tajularifin (bertahta dari 1899 - 1942)  Sultan Sepuh XII Sultan Sepuh Radja Radjaningrat (bertahta dari 1942 - 1969)  Sultan Sepuh XIII Pangeran Raja Adipati DR.H. Maulana Pakuningrat. SH (bertahta dari 1969 - 2010)  Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat. SE (bertahta dari 2010 - sekarang).

F. Struktur Kepengurusan Keraton Kasepuhan (Surat Keputusan Sultan Sepuh Xiv Keraton Kasepuhan Cirebon Nomor : 003/SK/SSXIV/VI/2017) 1. Pembina 1 Sultan Sepuh XIV P.R.A.Arief Natadiningrat,SE. 2 Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. Jawa Barat. 3 Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan & Pariwisata Kota Cirebon. 2. Pengawas R.A.S. Isye Natadiningrat 3. Direktur PR. Luqman Zulkaedin,SH 4. Wakil Direktur I PR. Nisfudin Ardiningrat a) Kabag Keamanan dan a) R Bono Sutrisno Ketertiban Wakabag Keamanan Sukesa dan Ketertiban b) Kabag Pertamanan b) Thamrin Iskandar c) Kabag Umum c) E Usman Zaelani d) Kabag Kebersihan d) Robekto e) Kabag Pengembangan e) Ahmad Jazuli dan Humas 5. Wakil Direktur II PR. Goemelar Soeriadiningrat a) Kabag Tampi Tamu & a) E. Rochadi Susilakusuma Wargi b) Kabag Benda Cagar b) Moh.Maskun Budaya dan Adat Tradisi Wakabag Benda RM.Hafid Permadi Cagar Budaya dan Adat Tradisi c) Kabag Langgar Agung c) Drs Suparman Wakabag Langgar Udi Casmadi Agung Wakil Direktur III RR Siti Fatimah Nurkhayani,SI.Kom a) Kabag Promosi dan a) RR Alexandra W Pemasaran Wakabag Promosi dan RR Gumiwang K Pemasaran Anggota 1. PRM Nusantara 2. Ratih Marlina,S.Pd

b) Kabag Kosumsi b) Evi Purwaningsih Wakil Direktur IV Donny Husen a) Kabag Keuangan a) Otong AB b) Kabag Tiket b) Gita Deshara c) Kabag Pemandu dan c) E. Nurasa Suryakusuma Informasi Wakabag Pemandu Iman Sugiman dan Informasi d) Kabag Listrik dan d) R. Tharsoma Martabrata Peralatan Mesin e) Kabag Parkir e) Misdiyanto Sekretariat Sultan Sepuh a) Drs E. Subandi b) R. Mukhtar c) Ahmad Jazuli d) Donny Husein e) Andi Rokhman S.Pd.I f) HerryYudha Bahtiar Unit Pengelola Dalem Agung

a) E Haryanto a) Manager b) R.M. Yuski b) Adm dan keuangan Unit Pengelola Museum Pusaka Keraton Kasepuhan a) Raden Mukhtar a) Manager b) Andi Rohman S.Pd.I b) Adm dan Keuangan c) Oman Sumantri c) Kabag Kurator Museum Unit Pengelola Paket Wisata

a) Manager a) Drs E Subandi b) Adm dan Keuangan b) Ipong Ririn Unit Pengelola Galery dan Kuliner

a) Manager a) Runi Hanggaeni b) Adm dan Keuangan b) Liliy Rhena Sari Unit Pengelola Alun Alun Keraton Kasepuhan a) Donny Husen a) Manager b) E. Raharyadi b) Adm dan Keuangan Unit Pengelola Audio Visual dan Fhoto Booth a) Yudi Saptono a) Manager b) Suherman b) Adm dan Keuangan

Tabel 3.1 Struktur Kepengurusan Keraton Kasepuhan

G. Laporan Jumlah Pengunjung Keraton Kasepuhan Tahun 2017

Jumlah

No Nama

Jan Feb Mart April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des

1 DEWASA 1,198 1,694 2,653 1,759 2,789 332 1502 793 1532 1,512 1,284 3,122 20,170

Ph. 2 DEWASA 5,429 2,640 3,170 5,584 3,348 4,964 3149 2437 4465 2,864 1,806 5,926 45,782

3 ADULT 7 16 11 10 13 9 17 20 44 36 1 21 205

4 Ph. ADULT 11 12 6 6 36 4 14 38 25 19 1 19 191

PHOTOGRA 5 PY 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 PELAJAR 647 683 979 0 0 0 678 196 665 835 872 3,295 8,850

Ph. 7 PELAJAR 1,877 525 803 931 1,445 104 1100 451 1294 958 547 2,085 12,120

8 STUDENT 0 0 1 1,377 775 2,074 6 0 0 1 4 4,238

Ph. 9 STUDENT 2 1 1 1 1 0 3 2 0 1 2 14

GREBEG 10 MULUD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11,246 11,246

11 DISCOUNT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 9,171 5,571 7,624 9,668 8,407 7,487 6,469 3,937 8,025 6,226 4,511 25,720 102,816

Tabel 3.2 Laporan Jumlah pengunjung Keraton Kasepuhan tahun 2017