T h e B o t a n i c G a r d e n s B u l l e t i n No. Akreditasi 728/AU2/P2MI-LIPI/04/2016

p-ISSN: 0125-961X | e-ISSN: 2460-1519 | Vol. 20 No. 2 | Juli 2017

A PENGUJIAN DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS LIMA JENIS BIJI TUMBUHAN LANGKA: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw dan Joannesia princeps Vell. Seed Longevity and Viability of Five Endangered Species: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Banco) Airy Shaw and Joannesia princeps Vell. Agung Sri Darmayanti, Dewi Ayu Lestari, dan Febrina Artauli Siahaan Buletin Kebun Raya | B FENOLOGI PEMBUNGAAN Areca vestiaria Giseke DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI Flowering Phenology of Areca vestiaria Giseke at Eka Karya Botanic Gardens Bali Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari

STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU The Botanic Gardens Bulletin | V parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium C parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet From Kuantan Singingi Regency Fitmawati, Ade Damayanti, Herman, dan Erwina Juliantari

REKAMAN BARU TUMBUHAN LUMUT SEJATI DI PULAU ENGGANO New Records of Mosses From Enggano Island Florentina Indah windadri dan Dewi Rosalina ol. 20 (2) Juli 2017

REPRODUCTION PHENOLOGY OF Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo IN BOGOR BOTANIC GARDENS D Fenology Reproduksi Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo di Kebun Raya Bogor Angga Yudaputra, Rizmoon N. Zulkarnaen, Arief N. Rachmadiyanto, Joko R. Witono, dan Inggit Puji Astuti

PETA SEBARAN POPULASI Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang DI LAMPUNG, SUMATERA: UPAYA MENUJU PROPOSAL KE IUCN Red Data List DAN KONSERVASI Ex Situ S e r a n g g a y a n g m e m b a n t u Diterbitkan oleh Population Mapping of Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang in penyerbukan A. vestiaria Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI Lampung, Sumatera: An Attempt to Propose to IUCN Red List and Ex situ (A. lebah, B. Semut hitam, C. Vespa Jln. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia Conservation velutina, D. Kupu-kupu) http://krbogor.lipi.go.id Esti Munawaroh dan Yuzammi BULETIN KEBUN RAYA 20 (2): Juli 2017 THE BOTANIC GARDENS BULLETIN 20 (2): Juli 2017 p-ISSN: 0125-961X e-ISSN: 2460-1519

Penerbit / Publisher Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Center for Plant Conservation Botanic Gardens Indonesian Institute of Sciences

Ketua Editor/Editor in Chief: Dr. Joko Ridho Witono

Anggota Dewan Editor/Editorial Boards: Dr. Julisasi Tri Hadiah Dra. Yuzammi, M.Sc. Dr. Titien Ngatinem Praptosuwiryo Dra. Sri Hartini Dra. Inggit Puji Astuti, M.Si.

Editor Penasehat / Advisory Editor: Dr. Didik Widyatmoko, M.Sc.

Reviewer pada Edisi ini / Reviewers for this Edition:

Dr. Ir. Agus Priyono Kartono (Insitut Pertanian Bogor) Deden Girmansyah, M.Si. (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr. Izu Andry Fijridiyanto (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI) Dr. Himmah Rustiami (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Prof. Dr. Dedy Darnaedi (Pusat Penelitian Biologi-LIPI) Dr. Joko Ridho Witono (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI) Dr. Julisasi Tri Hadiah (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI) Dr. Ir. Sudarmono (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI) Dr. Titien Ngatinem Praptosuwiryo (Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI) Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo (Pusat Penelitian Biologi-LIPI)

Sekretariat dan Sirkulasi / Secretariat and Distributor: M Iqbal Permana, S.Kom.

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI Center for Plant Conservation Botanic Gardens–LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia http://jurnal2.krbogor.lipi.go.id/index.php/buletin Email: [email protected] Buletin Kebun Raya jurnal2.krbogor.lipi.go.id p-ISSN: 0125-961X e-ISSN: 2460-1519

BULETIN KEBUN RAYA Volume 20, No. 2, Juli 2017

DAFTAR ISI

PENGUJIAN DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS LIMA JENIS BIJI TUMBUHAN LANGKA: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw dan Joannesia princeps Vell. Seed Longevity and Viability of Five Endangered Plant Species: Parmentiera cereifera Seem., Santalum album L., Dillenia philippinensis Rolfe, Reutealis trisperma (Banco) Airy Shaw and Joannesia princeps Vell. Agung Sri Darmayanti, Dewi Ayu Lestari, dan Febrina Artauli Siahaan ...... 65−78

FENOLOGI PEMBUNGAAN Areca vestiaria Giseke DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI Flowering Phenology of Areca vestiaria Giseke at Eka Karya Botanic Gardens Bali Siti Fatimah Hanum dan Dewi Lestari ...... 79−88

STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet from Kuantan Singingi Regency Fitmawati, Ade Damayanti, Herman, dan Erwina Juliantari ...... 89−100

REKAMAN BARU TUMBUHAN LUMUT SEJATI DI PULAU ENGGANO New Records of Mosses from Enggano Island Florentina Indah Windadri dan Dewi Rosalina ...... 101−110

REPRODUCTION PHENOLOGY OF Hydriastele beguinii (Buret) W.J. Baker & Loo AT BOGOR BOTANIC GARDENS Fenologi Reproduksi Hydriastele beguinii (Burret) W.J. Baker & Loo di Kebun Raya Bogor Angga Yudaputra, Rizmoon N. Zulkarnaen, Arief N. Rachmadiyanto, Joko R. Witono, dan Inggit Puji Astuti ...... 111−118

PETA SEBARAN POPULASI Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang DI LAMPUNG, SUMATERA: UPAYA MENUJU PROPOSAL KE IUCN Red Data List DAN KONSERVASI Ex Situ Population Mapping of Amorphophallus titanum (Becc.) Becc. ex Arcang in Lampung, Sumatera: An Attempt to Propose to IUCN Red List and Ex situ Conservation Esti Munawaroh dan Yuzammi ...... 119−129

| i Jurnal2.krbogor.lipi.go.id Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli 2017 [89–100] e-ISSN: 2460-1519 | p-ISSN: 0125-961X

Scientific Article

STUDI KOMPARASI KARAKTER MORFOLOGI DAN ISOZIM DUKU Lansium parasiticum(Osbeck) K.C. Sahni & Bennet ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, RIAU Comparative Study of Morphological and Isozyme Character of Duku Lansium parasiticum(Osbeck) K.C. Sahni & BennetFrom Kuantan Singingi Egency

Fitmawati*, Ade Damayanti, Herman, dan Erwina Juliantari

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Jl. HR. Soebrantas Km 12.5 Panam Pekanbaru Riau *Email : [email protected] Diterima/Received: 17 Oktober 2016; Disetujui/Accepted:17 April 2017 Abstrack

Duku (Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet) from Kuantan Singingi Regency, Riau, known by local people as duku turak, hasa unique oval betel nut-like neck, and tastes sweet similar to round duku. It has thick skin that is not easy to break, nor quickly rot. This duku was more preferred by local people than the round shaped duku known as duku gondok. However, the information about the potential of duku turak has not been known widely. The aim of this study was to compare morphology and isozyme characteristics of duku turak and gondok growing in Kuantan Singingi Regency based on morphological and isozyme characteristics. The result showed that turak and gondok can be distinguished based on morphological characteristics i.e tree, leave and fruit shape. Analysis of isozyme banding patterns used esterase isozyme which shows variation in the resulting patterns formed two bands. Acid phospatase (ACP) isozyme formed eight bands and aspartate aminotransferase (AAT) isozyme formed only one band. However, peroksidase isozyme showed no different variation in the resulting patterns. Similarity coefficient value based on morphology characters was about 0.15 – 0.74, while value of isozyme analysis was about 0.29 – 1.00 as well as the combination among morphology characters and isozyme were about 0.24 – 0.71. The results of this study provide characteristic information and taxonomic groupings that can be useful as a type improvement program that relies heavily on available genetic diversity. Keywords: duku gondok, duku turak, isozyme, Kuantan Singingi, Lansium parasiticum, morphology

Abstrak

Duku (Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. Sahni & Bennet) asalKabupaten Kuantan Singingi, Riau, dikenal oleh masyarakat lokal dengan sebutan duku turak. Duku turak memiliki keunikan pada bentuk buahnya yang lonjong dan berleher seperti buah pinang dengan rasa manis seperti duku bulat. Kulit buahnya tebal, tidak gampang pecah dan tidak cepat busuk sehingga lebih disukai oleh masyarakat dibandingkan dengan duku berbentuk bulat yang dikenal dengan sebutan duku gondok. Informasi mengenai potensi duku turak ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan karakteristik morfologi dan isozim duku turak dan gondok dari Kabupaten Kuantan Singingi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa turak dan gondok dapat dibedakan berdasarkan karakter morfologi pohon, daun dan bentuk buah. Analisis pita isozim menggunakan enzim esterase menunjukkan variasi dengan membentuk dua pita. Isozim ACP membentuk delapan pita dan isozim AAT membentuk hanya satu pita. Namun demikian, isozim peroksidase tidak menunjukkan perbedaan variasi dalam pola hasil pita isozim. Koefisien kemiripan berdasarkan karakter morfologi memiliki rentang 0.15 – 0.74, sedangkan analisis pita isozim dengan rentang 0.29 – 1.00. Kombinasi keduanya memiliki koefisien kemiripan dengan rentang 0.24 – 0.71. Hasil dari

|89 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

penelitian ini memberikan informasi karakteristik dan pengelompokan taksonomi duku yang dapat bermanfaat sebagai program perbaikan jenis yang sangat bergantung padakeragaman genetik yang tersedia.

Kata kunci: duku gondok, duku turak, isozim, Kuantan Singingi, Lansium parasiticum, morfologi

PENDAHULUAN Sukmadjaja, 2002). Penggunaan karakter morfologi telah lama digunakan dalam banyak penelitian Duku Lansium parasiticum (Osbeck) K.C. filogenetik namun kontinuitas karakter morfologi Sahni & Bennet merupakan tanaman hortikultura menyulitkan pendefinisian hubungan evolusi khas daerah tropika yang digemari masyarakat sehingga digunakan pendekatan genetik yang lebih Indonesia karena memiliki rasa yang manis, daging informatif untuk mendukung dan memperkuat buah tebal dan berwarna putih jernih. Salah satu data karakter morfologi (Fitmawati et al., 2017). jenis duku yang menjadi komoditas unggulan Salah satunya penanda genetik yang digunakan nasional yaitu duku komering atau duku adalah dengan penanda isozim yang cenderung palembang yang memiliki ciri khas bentuk buah tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Amer, bulat, warna daging buah bening, rasanya manis 2011; El-Beltagi et al., 2011; Johnson et al., 2012; dan hampir tidak berbiji (Aminah 2003). Beberapa Kaswan et al., 2012; Sathisha et al., 2012). Isozim kultivar duku yang menjadi unggulan lainnya adalah penanda molekuler yang didasarkan pada seperti duku condet, duku matesih dan duku pewarnaan protein (Hailu et al., 2014). Rouf (2007) purbalingga juga memiliki bentuk buah bulat mengatakan bahwa isozim merupakan produk dengan rasa yang manis (Widyastuti & Paimin, langsung dari gen dan relatif bebas dari pengaruh 1993). langsung lingkungan, sehingga dapat digunakan Di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi sebagai penciri genetik untuk mempelajari dan Riau, ditemukan duku yang dikenal oleh mengidentifikasi keanekaragaman individu atau masyarakat setempat dengan sebutan duku turak mengidentifikasi suatu kultivar. atau duku pinang. Keunikan dari jenis duku ini Penelitian ini bertujuan untuk mem- adalah memiliki rasa manis, bentuk buah lonjong bandingkan karakteristik morfologi dan isozim dan berleher seperti buah pinang, kulit tebal duku turak dan gondok yang diharapkan di waktu sehingga tidak gampang pecah dan tidak cepat mendatang dapat dikembangkan sebagai kultivar busuk.Nilai konsumtif dukuturak lebih tinggi unggulan baru daerah.Keragaman duku di dibandingkan dengan duku yang berbentuk bulat Indonesia adalah aspek yang sangat penting dan yang dikenal dengan sebutan duku gondok. Jenis menarik untuk dipelajari sebagai program duku tersebut tidak banyak dikenal oleh perbaikan jenis yang sangat bergantung masyarakat Riau pada umumnya, namun hanya padakeragaman genetik yang tersedia. dikenal oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi saja. Oleh karena itu, informasi mengenai BAHAN DAN METODE potensi duku turak ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Lokasi Penelitian dan Pengambilan Sampel

Keanekaragaman genetik duku Sampel diambil dari beberapa wilayah memunculkan adanya variasi karakter yang yang tercakup dalam Desa Sikakak dan Pulau berbeda yang dipengaruhi oleh faktor genetik, Bayur, Kecamatan Cerenti; Desa Pulau Ingu dan faktor lingkungan maupun interaksi antara kedua Siberakun Kecamatan Benai; Desa Kinali faktor tersebut. Informasi keanekaragaman Kecamatan Kuantan Mudik; serta Desa Kampung genetik tanaman dapat diketahui melalui Baru dan Lubuk Terentang Kecamatan Gunung pendekatan morfologi dan molekuler. Ciri-ciri Toar, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. morfologi dapat digunakan untuk Analisis karakteristik morfologi dilakukan di mengkarakterisasi pola diversitas genetik namun Laboratorium Botani FMIPA Universitas Riau sifat yang dapat digambarkan hanya dalam sedangkan analisis isozim dilakukan di proporsi kecildari karakter genetik (Hadiati & Laboratorium Hayati Pusat Studi Bioteknologi dan

90| Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli2017 [89–100]

Sumber Daya Hayati Institut Pertanian Bogor. Deskripsi buah Sampel tanaman duku berupa daun, buah dan 1. Bentuk buah 9. Bobot aril dan bunga dipilih secara purposive sampling. Contoh biji (gram) tanaman duku turak dan duku gondok diambil 2. Jumlah aril per 10. Bagian yang sebanyak lima sampel sebagai ulangan pada tiap buah dapat dimakan kultivar. Spesimen voucher disimpan di (%) Laboratorium Botani, FMIPA Universitas Riau. 3. Panjang buah 11. Ukuran buah Karakterisasi Morfologi (cm) 4. Diameter buah 12. Ketebalan kulit Pengamatan yang dilakukan pada sampel (cm) buah (mm) karakterisasi morfologi duku yang meliputi daun, 5. Bobot buah per 13. Ketebalan aril buah dan biji. Data yang dikumpulkan adalah buah (gram) (mm) deskriptif analisis dan data skoring morfologi 6. Bobot buah per 14. Rasa (tingkat masing-masing pohon. Pengamatan terhadap 10 buah (gram) kemanisan) karakter vegetatif dan generatif pada duku (Tabel 7. Bobot kulit 15. Getah pada buah 1) dilakukan berdasarkan buku panduan deskriptor (gram) duku (L. parasiticum). 8. Bobot aril Tabel 1. Karakter morfologi yang diamati pada (gram) tanaman duku. Deskripsi biji A. Organ Vegetatif 1. Panjang biji 5. Jumlah biji (cm) dewasa (dalam Deskripsi pohon satu buah) 1. Bentuk kanopi 4. Tekstur 2. Lebar biji (cm) 6. Bentuk biji permukaan batang 3. Tebal biji (cm) 7. Warna permukaan biji 2. Pola 5. Warna kulit percabangan batang 4. Bobotbiji (gram) 3. Kerapatan cabang Deskripsi daun Analisis Isozim 6 Panjang 11. Bentuk pangkal tangkai daun daun Analisis isozim dilakukan dengan (cm) menggunakan metode yang dikembangkan oleh 7. Panjang daun 12. Bentuk tepi daun Wendel & Weeden (1989) yang dimodifikasi. (cm) Isozim yang dianalisis adalah ACP (acid 8. Lebar daun 13. Penampakan ibu phospatase), EST (esterase), PER (peroksidase) dan AAT (aspartate aminotransferase). Menurut (cm) tulang daun Sumarsono et al. (2012) yang meneliti pola pita 9. Bentuk daun 14. Pertulangan isozim pada varietas mangga, keempat penanda daun genetik isozim tersebut merupakan penanda yang 10. Bentuk ujung 15. Susunan daun tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. daun Tahapan esktraksi dan isolasi isozim meliputi B. Organ Generatif penyiapan bahan, pembuatan larutan buffer, gel Deskripsi bunga pati, ekstraksi enzim, elektroforesis, pewarnaan, 1. Posisi bunga 4. Bentuk ujung pencucian dan dokumentasi. kelopak 2. Warna kelopak 5. Warna mahkota 3. Jumlah kelopak 6. Jumlah mahkota

|91 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

Analisis Data person menggunakan analisis multivariat pada program Minitab versi 14.0 Analisis data matriks kemiripan morfologi dan pola pita isozim menggunakan prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN SIMQUAL (Similarity for Qualitatif Data). Selanjutnya analisis pengelompokan menggunakan Komparasi Karakteristik Duku turak dan gondok SAHN (Sequential Aglomerative Hierarchical and Berdasarkan Penanda Morfologi Nested Clustering) (Rolf, 1998) koefisien similaritas dengan metode SM (Simple Matching) dan Berdasarkan 43 karakter morfologi yang clustering dengan metode UPGMA (Unweighted digunakan dalam pengamatan, diperoleh 19 Pair Group Method Arithmetic Average) karakter yang menjadi karakter pembeda antara menggunakan program komputer NTSYSpc2.02 duku turak dan gondok. Adapun perbedaan (Numerical and Multivari at System). morfologi antara duku turak dan gondok dapat Analisis komponen utama (AKU) dan korelasi dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan ciri morfologi duku turak dan gondok

No Ciri Morfologi Duku turak Duku gondok 1. Bentuk kanopi sebagian besar memiliki pola kanopi cenderung memiliki pola yang lonjong membulat 2. Ketinggian cabang terbentuk pada ketinggian 1–2 m terbentuk pada ketinggian >5m

3. Tekstur permukaan batang kasar halus

4. Warna permukaan kulit cokelat tua cokelat keabu-abuan batang 5. Susunan daun majemuk majemuk menyirip ganjil majemuk menyirip genap 6. Bentuk daun menjorong dan lonjong menjorong dan lonjong 7. Bentuk pangkal daun lancip dan tumpul lancip dan lonjong 8. Panjang tangkai daun 1 – 1,9 cm 0,5 – 0,8 cm 9. Panjang daun 18 – 27,5 cm 19 – 21,3 cm 10. Lebar daun 8,5 – 11,3 cm 6,8 – 8,2 cm 11. Bakal buah pada bunga Berkembang pada bagian ujungnya Tidak berkembang pada bagian sehingga semakin memanjang. ujung sehingga bentuknya membulat. 12. Bentuk buah Lonjong dan berleher seperti buah Bulat pinang 13. Panjang buah 2,3 – 4,4 cm 2,5 – 4,0 cm 14. Diameter buah 1,8 – 3,4 cm 2,4 – 3,5 cm 15. Ketebalan kulit buah 2 – 3 mm 1 mm 16. Bentuk biji lonjong dan mengginjal lonjong dan membulat 17. Panjang biji 0,5 – 2,5 cm 0,6 – 2,8 cm 18. Lebar biji 0,41 – 1,6 cm 0,4 – 2,65 cm 19. Tebal biji 0,32 – 1 cm 0,3 – 1 cm

Dendrogram yang dihasilkan berdasarkan kemiripan yang berkisar antara 28–74% (Gambar penanda morfologi menunjukkan adanya 1). Hal ini berarti bahwa duku turak dan gondok hubungan kekerabatan yang erat antara tanaman jelas memiliki perbedaan pada morfologi yang yang diuji. Duku turak dan gondok terpisah diamati (Tabel 2). membentuk dua kelompok besar pada koefisien

92| Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli2017 [89–100]

T(1)

T(3)

T(4)

T(2)

T(5)

G(1)

G(2)

G(3)

G(5)

G(4)

0.28 0.40 0.51 0.62 0.74 Coefficient Gambar 1. Dendrogram kesamaan duku turak dan gondok berdasarkan karakter morfologi. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)

Analisis Komponen Utama Duku Turak dan menunjukkan bahwa 61,3% dari total 100% Gondok Berdasarkan Penanda Morfologi keragaman dari 28 karakter yang diamati (Tabel 3). Tipe pengelompokan pada duku turak dan gondok Analisis Komponen Utama (AKU) berdasarkan AKU dengan menggunakan PCA memberikan gambaran berupa besarnya pengaruh (Principle Component Analysis) (Gambar 2) me- persentase nilai keragaman dari beberapa nunjukkan pola yang serupa dengan hasil komponen utama (Nasution, 2008). Analisis AKU pengelompokan berdasarkan dendogram pada pada penanda morfologi duku turak dan gondok koefisien kemiripan 28% (Gambar 1).

Gambar 2. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan karakter morfologi pada duku turak dan gondok. Keterangan: (Turak) dan G (Gondok)

|93 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

Tabel 3. Nilai dua komponen utama berdasarkan Komparasi Karakteristik Duku Turak dan Gondok karakter morfologi duku turak dan gondok Berdasarkan Penanda Isozim

No Karakter KU I KU II Penanda isozim merupakan penanda untuk 1. Bentuk kanopi -0,017 -0,552 mengidentifikasi kultivar dan mengetahui 2. Pola percabangan -0,188 -0,289 perubahan yang terjadi selama adaptasi jenis yang 3. Kerapatan cabang 0,062 0,295 4. Tesktur permukaan -0,353 0,074 tumbuh di lokasi yang berbeda (Hailu et al., 2014; batang Pathak et al., 2011). Penggunaan penanda isozim 5. Warna kulit batang 0,176 -0,037 memiliki keuntungan kerena bersifat stabil tidak 6. Panjang tangkai -0,191 -0,082 dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diatur daun oleh gen tunggal yang kodominan (Hailu et al., 7. Panjang daun -0,160 -0,145 2014; Kumar et al., 2009). 8. Lebar daun -0,263 0,069 9. Susunan daun 0,112 -0,071 Analisis pola pita isozim menggunakan 10. Bentuk buah -0,262 -0,288 isozim peroksidase tidak memperlihatkan 11. Bentuk pangkal 0,254 -0,070 perbedaan pada pita yang dihasilkan. Hal ini buah dikarenakan aktivitas enzim Peroksidase pada 12. Warna kulit buah -0,176 0,037 kedua kultivar ini belum memperlihatkan 13. Bobot buah per 0,130 0,033 perbedaan reaksi enzimatik, sehingga buah menghasilkan pola pita yang sama. Isozim esterase 14. Bobot buah per 0,306 0,004 sepuluh buah memperlihatkan variasi pada pitayang dihasilkan 15. Ketebalan kulit -0,223 0,196 ditandai dengan terbentuknya dua pola pita, pada buah isozim ACP terbentuk delapan pola pita dan pada 16. Ketebalan aril -0,107 0,049 isozim AAT hanya menghasilkan satu pita (Gambar 17. Tingkat kemanisan 0,014 0,109 3). (rasa aril) 18. Jumlah aril per 0,130 0.033 Perbedaan pola pita yang dihasilkan buah disebabkan karena adanya sifat spesifik dari enzim. 19. Bobot aril dan biji 0,221 -0,072 Menurut Na’iem (2000) komposisi asam amino 20. Bobot aril 0,221 -0,072 enzim yang berbeda-beda menyebabkan 21. Bagian yang dapat 0,320 -0,113 perbedaan pula dalam muatan ion, ukuran molekul dimakan dan konfigurasinya, sehingga menghasilkan 22. Panjang biji 0,002 -0,113 kecepatan gerak yang tidak sama dari molekul 23. Lebar biji 0,040 -0,273 enzim jika dikondisikan dalam medan listrik dan 24. Ketebalan biji -0,061 -0,239 25. Jumlah biji dewasa 0,103 -0,211 medium gel, yang menyebabkan perbedaan pada perbuah pola pita. Tebal tipisnya pita yang terbentuk 26. Bobot biji 0,040 -0,273 disebabkan oleh perbedaan jumlah molekul yang 27. Bentuk biji -0,279 -0,102 termigrasi. Pita yang tebal memiliki berat molekul 28. Warna biji -0,013 0,161 yang lebih besar dibandingkan dengan pita yang Eigenvalue 8,2573 3,9500 tipis. Pita yang memiliki kekuatan ionik lebih besar Proporsi (%) 0,415 0,198 akan termigrasi lebih jauh daripada pita yang Kumulatif 0,415 0,613 memiliki kekuatan ionik lebih kecil (Cahyarini et al., Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II= Komponen Utama II 2004).

94| Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli2017 [89–100]

Gambar 3. Interpretasi pita isozim (a) peroksidase; (b) esterase; (c) ACP (d) AAT. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok).

Hubungan kekerabatan antara turak dan Kuantan Mudik. Duku turak tiga dan lima gondok dengan menggunakan enzim peroksidase, mengelompok dengan duku gondok dikarenakan esterase, ACP dan AAT dapat dilihat pada memiliki banyak kesamaan pada kemunculan pola dendrogram(Gambar4.). Pada koefisien kemiripan pita isozim yang dihasilkan. Isozim sebagai protein 54% terbagi dalam dua kelompok besar yaitu adalah produk gen ekspresi yang dipengaruhi oleh kelompok pertama terdiri atas turak satu dan dua perubahan urutan gen, mutasi, interaksi gen dari Kecamatan Cerenti serta turak empat berasal dengan lingkungan. Lingkungan seperti perbedaan dari Kecamatan Gunung Toar. Kelompok kedua ketinggian memiliki efek tidak langsung pada pola terdiri atas duku turak tiga dari Kecamatan Benai isozim. Spesiasi terjadi karena adanya pengaruh dan turak lima dari Kecamatan Gunung Toar, duku faktor genetik dan lingkungan yang saling gondok satu, tiga, dan empat dari Kecamatan berinteraksi. Benai, gondok dua dan lima dari Kecamatan

T(1)

T(4)

T(2)

T(3)

T(5)

G(1)

G(2)

G(3)

G(4)

G(5)

0.54 0.65 0.77 0.88 1.00 Coefficient Gambar 4. Dendrogram kesamaan duku turak dan gondok berdasarkan karakter isozim. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)

|95 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

Analisis Komponen Utama Duku Turak dan atas karakter pita EST 2, ACP 1, ACP 2, ACP 3, ACP Gondok Berdasarkan Penanda Isozim 4 dan ACP 5 sedangkan komponen II terdiri dari pita EST 2, ACP 1, ACP 2, ACP 3, ACP 4, dan AAT. Analisis komponen utama pada duku turak Hasil ekstraksi dua komponen utama ini dan gondok menunjukkan adanya kesamaan membentuk kelompok yang sama seperti hasil karakter isozim sebesar 65,4%. Komponen I terdiri pengelompokan berdasarkan PCA (Gambar 5.).

Tabel 4. Nilai dua komponen utama berdasarkan karakter isozim duku turak dan gondok.

No Karakter KU I KU II 1. EST 2 0,553 0,252 2. ACP 1 -0,298 0,757

3. ACP 2 -0,129 0,158 4. ACP 3 -0,468 0,156 5. ACP 4 0,553 0,252 6. ACP 5 0,238 -0,015

7. AAT 0,088 0,500 Eigenvalue 0,44332 0,38560 Proporsi (%) 0,350 0,304 Kumulatif 0,350 0,654

Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II= Komponen Utama II

Gambar 5. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan karakter isozim pada duku turak dan duku gondok. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok) karakter morfologi lebih kuat dibandingkan karakter isozim. Hal ini kemungkinan dikarenakan Analisis Gabungan Data Morfologi dan Isozim jumlah karakter morfologi yang digunakan lebih Duku Turak dan Duku Gondok banyak dibandingkan karakter pita isozim. Dendrogram berdasarkan penanda Perbedaan pola pita yang dihasilkan morfologi dan isozim memperlihatkan pembagian disebabkan karena adanya sifat spesifik dari enzim. dua kelompok besar duku turak dan gondok Menurut Na’iem (2000), komposisi asam amino (Gambar 6.). Pada koefisien kesamaan 34% enzim yang berbeda-beda menyebabkan membentuk dua kelompok utama. Berdasarkan perbedaan pula dalam muatan ion, ukuran molekul dendrogram tersebut dapat diketahui bahwa dan konfigurasinya. pembentukan kelompok tersebut dikarenakan

96| Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli2017 [89–100]

. T(1)

T(4)

T(2)

T(3)

T(5)

G(1)

G(3)

G(5)

G(2)

G(4)

0.34 0.43 0.52 0.62 0.71 Coefficient Gambar 6. Dendrogram kemiripan duku turak dan gondok berdasarkan karakter morfologi dan isozim. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok).

Analisis Komponen Utama Duku Turak dan isozim menunjukkan adanya kesamaan sebesar Gondok Berdasarkan Penanda Morfologi dan 59% pada dua komponen utama pertama Karakter Isozim yang menyusun komponen I dan komponen II sama dengan karakter yang menyusun KU I dan KU Analisis komponen utama berdasarkan data II pada analisis komponen utama berdasarkan kombinasi 43 karakter morfologi dan 12 karakter karakter morfologi (Tabel 5.).

Tabel 5. Nilai dua komponen utama berdasarkan kombinasi karakter morfologi dan isozim duku turak dan gondok. No Karakter KU I KU II 1. Bentuk kanopi -0,016 0,546 2. Pola percabangan -0,187 0,287 3. Kerapatan cabang 0,059 -0,293 4. Tesktur permukaan batang -0,350 -0,071 5. Warna kulit batang 0,175 0,036 6. Panjang petiole -0,190 0,083 7. Panjang daun -0,160 0,148 8. Lebar daun -0,259 -0,070 9 Susunan daun 0,110 0,069 10. Bentuk buah -0,253 0,290 11. Bentuk pangkal buah 0,253 0,067 12. Warna kulit buah -0,175 -0,036 13. Bobot buah per buah 0,126 -0,033 14. Bobot buah per sepuluh buah 0,301 0,003 15. Ketebalan kulit buah -0,222 -0,194 16. Ketebalan aril -0,106 0,046

|97 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

No Karakter KU I KU II 17. Tingkat kemanisan (rasa aril) -0,017 0,105 18. Jumlah aril per buah 0,126 0,033 19. Bobot aril dan biji 0,219 0,070 20. Bobot aril 0,219 0,070 21. Bagian yang dapat dimakan 0,318 0,108 22. Panjang biji 0,002 0,109 23. Lebar biji 0,038 0,271 24. Ketebalan biji -0,061 0,239 25. Jumlah biji dewasa perbuah 0,102 0,209 26. Bobot biji 0,038 0,271 27. Bentuk biji -0,271 0,095 28. Warna biji -0,013 -0,161 Eigenvalue 8,4683 4,0111 Proporsi (%) 0,400 0,190 Kumulatif 0,400 0,590 Keterangan: KU I= Komponen Utama I, KU II= Komponen Utama II

Gambar 6. Plot dua dimensi komponen utama berdasarkan kombinasi karakter morfologi dan isozim pada duku turak dan gondok. Keterangan: T (Turak) dan G (Gondok)

Korelasi Antara Karakter Morfologi dan Isozim karakter morfologi pada tingkat kepercayaan Duku Turak dan Gondok diatas 95% diperoleh antara esterase 2, ACP 3, dan ACP 4 dengan karakter panjang tangkai daun yang Hasil uji korelasi dari 43 karakter morfologi berkorelasi sebesar 74,5%. ACP 3 juga berkorelasi diperoleh 10 karakter yang saling berkorelasi. sebesar 82,9% dengan karakter panjang daun Korelasi antara 12 karakter pita isozim dengan 43 (Tabel 6).

98| Buletin Kebun Raya Vol.20 No. 2, Juli2017 [89–100]

Tabel 6. Korelasi Pearson antara karakter morfologi duku turak dan gondok

No Karakter C5 C6 C7 C9 C28 C29 C32 C33 C41 C42

1. C8 - - 0,899 ------

2. C9 0,896 -0,896 ------

3. C28 -0,896 0,896 ------

4. C29 - - - 0,896 -0,896 - - - - -

5. C33 -0,918 0,918 - -0,940 - -0,918 0,901 - - -

6. C34 0,896 -0,896 - - - 0,896 - - - -

7. C40 ------0,901 - -

8. C41 -0,905 0,905 - - 0,927 -0,905 - - - -

9. C42 -0,905 0,905 - - 0,927 -0,905 - - - -

10. C43 -0,954 0,954 - - 0,909 -0,954 - - 0,895 0,895

Keterangan: C5= tekstur permukaan batang, C6= warna kulit batang, C7= panjang tangkai (cm), C8= panjang daun (cm), C9= lebar daun (cm), C28= bentuk pangkal buah, C29= warna kulit buah, C32= bobot buah per buah (g), C33= bobot buah per sepuluh buah (g), C34= ketebalan kulit buah (mm), C40= jumlah aril perbuah, C41= bobot aril dan biji (g), C42= bobot aril (g), C43 = Bagian yang dapat dimakan

Berdasarkan hasil penelitian ini, isozim ACP, antara karakter morfologi dan isozim berkisar EST, PER dan AAT telah digunakan sebagai antara 0,24–0,71. penanda biokimia untuk mengidentifikasi jenis duku turak dan gondok yang berbeda dan DAFTAR PUSTAKA memperjelas kedudukan taksonomi duku turak asal Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan Amer, S.A.M. 2011. Genetic variability of the Saudi penanda morfologi, jenis duku turak dan duku Arabian Uromastyx aegyptia microlepis using gondok memiliki karakter yang berbeda didukung protein and isoenzymes electrophoreses. dengan hasil profil isozim yang dapat menilai Advances in Bioscience and Biotechnology 2: kesamaan dan perbedaan genetik duku turak dan 27–32. duku gondok. Aminah, S. 2003. Dampak perubahan agroklimat pada kualitas, kuantitas dan budidaya duku KESIMPULAN (Lansium domesticum Corr.) Komering. Thesis, Program Studi Ilmu Lingkungan, Analisis pola pita isozim menggunakan Program Pascasarjana Universitas Indonesia, isozim esterase memperlihatkan variasi pada pita Jakarta. yang dihasilkan ditandai dengan terbentuknya dua pola pita, pada isozim ACP terbentuk delapan pola Cahyarini, R.D., A. Yunus & E. Purwanto. 2004. pita dan pada isozim AAT hanya menghasilkan satu Identifikasi keragaman genetik beberapa pita. Namun pada isozim peroksidase tidak varietas lokal kedelai di Jawa berdasarkan memperlihatkan perbedaan pada pita yang analisis isozim. Agrosains 6 (2): 79–83. dihasilkan. Hasil analisis kemiripan pada sepuluh duku kultivar turak dan gondok berdasarkan El-Beltagi, H.S., A.A. Mohamed & B.E. Ekki. 2011. karakter morfologi menunjukkan rentang nilai Differences in some constituents, enzymes berkisar antara 0,15–0,74, sedangkan pada analisis activity and electrophoretic characterization isozim berkisar antara 0,29–1,00 serta gabungan of different Rapeseed (Brassica napus L.)

|99 Fitmawati et al. Studi komparisi karakter morfologi dan isozim …

. Analele Universităţii din Oradea - di Indonesia. Thesis, Program Pasca Sarjana, Fascicula Biologie 18(1): 45–52. Institut Pertanian Bogor.

Fitmawati, R. Fauziah, I. Hayati, N. Sofiyanti, E. Pathak, K., D. Hatwal, R. Bist, D.C. Pathak & A.K. Enou & Matra. 2017. Phylogenetic analysis of Gaur. 2011. Study of biochemical variability Mangifera from central region of in the populations of Aconitum balfourii by using trnL-F intergenic spacer. Biodiversitas soluble protein and isoenzyme 18 (3): 1035–1040. electrophoretic patterns. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 3(3): 295–301. Hadiati, S. & D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman pola pita beberapa varietas nenas berdasarkan Rolf, R.I.M. 1998. NTSYS-pc. Numerical taxonomy analisis isozim. Jurnal Bioteknologi Pertanian and multivariate analysis system. version 2.0. 7 (20): 62–70. Department of Ecology and Evolution State of New York. Hailu, H.W., D.H. Kristiyanto, A.R.A. Altawi & S.M. Raqib. 2014. Isozyme electrophoresis and Rouf, A. 2007. Studi keragaman genetik tanaman morphometric comparison of reed (Imperata jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Jawa cylindrica) adaptation to different altitudes. Tengah. Thesis, Program Pasca Sarjana, International Journal of Innovation Research Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. in Science, Engineering and Technology 3(5): Sathisha, C.S.R., S. Prasad, R. Gowda & V. 12389–12394. Anitalakshmi. 2012. Characterization of

cultivars based on electrophoretic analysis of Johnson, M., N. Janakiraman, K. Chalini, M. seed proteins and isozymes in sunflower Narayani & V. Kalaiarasi. 2012. Studies on (Helianthus annuus L.). Indian Journal of Plant developmental variation of isoperoxidase and Sciences 1(1): 35–38. protein profile of Zea mays L. Journal of Stress Physiology and Biochemistry 8:16–23. Sumarsono, T.B. Suparjana & E.S. Purwati. 2012. karakteristik morfologi dan pola pita isozim Kaswan, V., A. Joshi, S.R. Maloo. 2012. Assessment varietas mangga (Mangifera sp.) di of isozyme diversity in the medicinal plant Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar isabgol (Plantago ovata Forsk). Journal of Cell Nasional Pengembangan Sumber Daya Tissue Research 12: 33–49. Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II. Purwokerto. Kumar, P., V.K. Gupta, A.K. Misra, D.R. Modi & B.K. Pandey. 2009. Potential of molecular markers Wendel, J. F. & N. F. Weeden. 1989. Visualization in plant biotechnology. Journal of Plant Omics and interpretation of plant isozyme. In: 2(4): 141–162. Soltis, D.E. & P.S. Soltis (Eds.) Isozymes in Plant Biology. Dioscorides Press. Portland, Na’iem, M. 2000. Analisis isozim dan Oregon. pemanfaatannya di bidang kehutanan. Yogyakarta. Widyastuti, Y.E. & F.B. Paimin. 1993. Mengenal buah unggul Indonesia. Penebar Swadaya. Nasution, M.A. 2008. Analisis parameter genetik Jakarta. dan pengembangan kriteria seleksi bagi pemuliaan nenas (Ananas comosus (L.) Merr.)

100| BULETIN KEBUN RAYA

Buletin Kebun Raya adalah publikasi ilmiah resmi dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya –LIPI. Jurnal ini terbit 2 kali setiap tahun, 2 nomor setiap volume, berisi tulisan ilmiah hasil penelitian, ulasan, atau gagasan asli tentang konservasi tumbuhan, biologi tumbuhan dan pengembangan perkebunrayaan di Indonesia dan daerah tropis lainnya.

Pengiriman Naskah: Pendahuluan Isi pada pendahuluan memuat latar Redaksi menerima naskah yang sesuai untuk belakang dan tujuan penelitian. dipublikasikan dalam jurnal ini. Naskah hendaknya dikirim dalam bentuk elektronik melalui e-mail Bahan dan Metode harus menekankan pada attachment ke: [email protected] dan di prosedur/cara kerja dan analisis data. Untuk studi lapangan, lebih baik jika lokasi penelitian disertakan. unggah melalui sistem daring (on line) pada laman: Keberadaan peralatan tertentu yang penting cukup http://jurnal.krbogor.lipi.go.id/ . disebutkan dalam cara kerja.

Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI No. 06/E/2013 dan Hasil dan Pembahasan ditulis sebagai suatu Nomor 5 Tahun 2014 tentang Kode Etika Publikasi Ilmiah, rangkaian, namun, untuk naskah dengan yang pada intinya Kode Etika Publikasi Ilmiah ini pembahasan yang panjang dapat dibagi dalam menjunjung tiga nilai etik dalam publikasi, yaitu (i) beberapa sub judul. Hasil harus jelas dan ringkas Kenetralan, yakni bebas dari pertentangan kepentingan menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana hasil dalam pengelolaan publikasi; (ii) Keadilan, yakni terjadi, tidak sekedar mengungkapkan hasil dengan memberikan hak kepengarangan kepada yang berhak kata-kata. Penyertaan foto-foto orisinal hasil sebagai pengarang; dan (iii) Kejujuran, yakni bebas dari penelitian sangat dihargai. Pembahasan harus duplikasi, fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme (DF2P) merujuk pada pustaka-pustaka penelitian terdahulu, dalam publikasi. Penulis wajib mengisi dan melengkapi tidak hanya opini penulis. pernyataan klirens etik agar naskahnya dapat segera diproses. Formulir klirens etik dapat disalin pada lembar Tabel dibuat ringkas dengan hanya menyajikan data terakhir jurnal ini. yang esensial, serta mudah dipahami. Judul tabel ditulis singkat namun lengkap. Judul dan kepala tabel Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan huruf kapital pada awal kalimat. Garis penulisan naskah antara lain: vertikal tidak boleh digunakan. Catatan kaki menggunakan angka dengan kurung tutup dan diketik Format Penulisan: superscript. Tabel dimuat setelah daftar pustaka untuk Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa keperluan penempatan oleh Layout Editor. Inggris. Naskah diketik dalam Microsoft Office Word Tabel 1. Klasifikasi ketahanan kayu terhadap penggerek (dalam file .doc atau .docx) dengan satu kolom, font kayu di laut Times New Roman ukuran 12, spasi ganda, batas margin Table 1. Wood resistance class againts marine borers 3 cm untuk semua sisi. Panjang naskah tidak melebihi Kelas Intensitas serangan 20 halaman, termasuk tabel dan gambar. (Class) (Attack intensity) % I < 7,3 Naskah dapat juga ditulis pada template yang telah II 7,3 – 27,1 disediakan pada laman: http://jurnal.krbogor.lipi.go.id/ III 27,1 – 54,8 index.php/buletin/pages/view/template. IV 54,8 – 79,1

V > 79,1 Judul dibuat ringkas tetapi dapat mencerminkan isi Sumber (source) : naskah dan ditulis dengan huruf capital. Terjemahan judul ditulis dengan huruf kecil dalam bahasa Inggris, di Gambar, Grafik dan Foto Seluruh gambar harus dirujuk bawah judul yang berbahasa Indonesia atau sebaliknya. dalam teks. Resolusi minimal untuk foto adalah 300 dpi (dot per inch), sedangkan untuk grafik dan line art Abstrak ditulis dalam 2 bahasa yaitu: bahasa Indonesia adalah 600 dpi. Diberi judul dan keterangan yang jelas maupun bahasa Inggris, disusun secara akurat dan dalam bahasa Indonesia dan Inggris serta menggunakan informatif dalam satu paragraf yang utuh, tidak lebih 1 Spasi. dari 250 kata, satu spasi. Kesimpulan dan Saran tidak perlu dibuat tersendiri, Keywords terdiri atas tiga sampai lima kata, disusun namun menjadi bagian akhir pembahasan sebagai kalimat penutup. menurut abjad dan dicetak tebal.

Ucapan Terimakasih disajikan secara singkat; semua Batty, A.L., K.W. Dixon, M.C. Brundrett & K. sumber dana penelitian dan setiap potensi konflik Sivasithamparam. 2002. Orchid conservation and kepentingan perlu disebutkan. Penyebutan nama mycorriozal association. In: Sivasithamparam, K., orang perlu nama lengkap; penyebutan nama institusi K.W. Dixon and R.L. Barrett (eds.) Mycroorganism perlu disertai nama kota dan/atau negara. in plant conservation and biodiversity. Kluwer Academic Publication Dordrecht. Daftar Pustaka hendaknya berasal dari sumber yang jelas dan terpercaya. Pustaka yang dirujuk diusahakan Prosiding dari terbitan sepuluh tahun terakhir, dengan jumlah pustaka primer paling sedikit sepuluh pustaka. Sumber Argent, G. 1989. Vireya taxonomy in field and dituliskan dengan mengikuti tatacara (style) yang laboratory. Proceedings of the forth international dikeluarkan oleh APA (American Psychological Rhododendron conference. Wollongong, NSW. Association). Daftar pustaka yang dirujuk harus disusun Phillips, M. & L.G. Paleg. 1970. The isolated aleurone menurut abjad berdasarkan nama belakang penulis layer. In Carr, D.J. (ed.) Proceedings of the (untuk penulis pertama), untuk penulis berikutnya seventh international conference on plant growth dengan hanya menuliskan huruf pertama diikuti substances. Springer–Verlag, Berlin. dengan tanda titik dan nama belakang ditulis lengkap, tahun terbit, judul pustaka, terbitan (Vol., No., Hlm.), Skripsi/Thesis/Disertasi kota penerbit dan penerbit, spasi 1 dan 6 pt Mo, B. 2004. Plant 'integrin-like' protein in pea (Pisum setelahnya. Apabila ada lebih dari satu pustaka yang sativum L.) embryonic axes. PhD Dissertation, ditulis penulis maupun kelompok penulis yang sama Department of Biology, University of South dan pada tahun yang sama, maka huruf ‘a’, ‘b’, dan seterusnya ditambahkan setelah tahun terbit. Untuk Dakota. jangkauan halaman harap menggunakan tanda En dash “–” bukan kata sambung “-”. Publikasi elektronik Royal Botanic Gardens. 2011. Kew's Millennium Seed Beberapa penulisan daftar pustaka seperti contoh bank–Orchid Seed Stores Project. berikut: http://www.kew.org/science-conservation/save- Jurnal seed-prosper/millenium-seed-bank/projects- Peterson, R.L., Y. Uetake & C. Zelmer. 1998. Fungal partners/more-seed-projects/orchid-seed- symbioses with orchid protocorms. Symbiosis 25: stores/index.htm. (accessed 20 June 2011). 29–55. Prendergast, J.R., R.M. Quinn, J.H. Lawton, B.C. Kim, Y.S. 2006. Conservation of plant diversity in Korea. Eversham & D.W. Gibbons. 1993. Rare species, Lanscape and Ecological Enginering 2: 163–170. the coincidence of diversity hotspots and doi:10.1007/s11355-006-0004-x conservation strategies. Nature 365: 335–337. Doi:10.1038/365335a0. (diakses 18 Oktober Buku 2012). Sastrapradja, S., R.E. Nasution, Irawati, L. Soerojo, M. Pence, V.C. 2010. Evaluating costs for the in vitro Imelda, S. Idris, S. Soerohaldoko & W. Roedjito. propagation and preservation of endangered 1976. Anggrek Indonesia. Lembaga Biologi . In Vitro Cellular & Developmental Biology– Nasional LIPI, Bogor. Plant (published online: 25 November 2010). Berjak, P., J.M. Farrant, D.J. Mycock & N.W. Pammenter. 1989. The basis of recalcitrant seed behavior. In: Taylorson, R.B. (ed.) Recent advances in the development and germination of seeds. Plenum Press, New York.

BULETIN KEBUN RAYA The Botanic Gardens Bulletin PUSAT KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA ̶ LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13, Bogor 16003, Indonesia

SURAT PERNYATAAN KLIRENS ETIK PUBLIKASI ILMIAH

Sehubungan dengan pengajuan karya tulis ilmiah atas nama saya untuk dimuat pada Buletin Kebun Raya, dengan ini saya: Nama : ...... Jabatan : ...... Unit/Lembaga : ...... Alamat Kantor : ...... Alamat Rumah : ...... Email : ...... No. HP/Telp. : ......

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan : Judul : Penulis : 1...... 2...... 3......

Kategori Naskah (pilih salah satu): a. Hasil penelitian (full paper) b. Ulasan (review) c. Catatan Penelitian (research note) d. Komunikasi Pendek (Brief/Short Communication)

Adalah hasil karya sendiri atau bersama tim, yang: √ Isinya asli atau bebas dari: a) fabrikasi; b) falsifikasi; c) plagiasi; d) duplikasi; e) fragmentasi/salami; dan f) pelanggaran hak cipta data/isi. √ Belum pernah dimuat atau tidak sedang diproses untuk diajukan pada media publikasi yang lainnya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan jujur dan bertanggung jawab sesuai Peraturan Kepala LIPI No. 06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti dan Peraturan Kepala LIPI No. 5 Tahun 2015 tentang Kode Etika Publikasi Ilmiah.

...... ,Tanggal, ......

Penulis Utama,

Nama: ...... NIP......

Formulir Klirens dapat juga diunduh pada tautan berikut: http://bit.ly/1MVkPrN Keterangan : a) Fabrikasi adalah tindakan membuat data dari yang tidak ada menjadi seolah-olah ada (pemalsuan hasil penelitian) yaitu mengarang, mencatat dan/atau mengumumkan hasil penelitian tanpa pembuktian telah melakukan proses penelitian; b) Falsifikasi adalah mengubah data dengan maksud agar sesuai yang dikehendaki peneliti (pemalsuan data penelitian) yaitu memanipulasi bahan penelitian, peralatan atau proses, mengubah atau tidak mencantumkan data atau hasil sedemikian rupa, sehingga penelitian itu tidak disajikan secara akurat dalam catatan penelitian; c) Plagiasiadalah pencurian gagasan, pemikiran, proses, objek dan hasil penelitian, baik dalam bentuk data atau kata-kata, termasuk bahan yang diperoleh melalui penelitian terbatas (bersifat rahasia), usulan rencana penelitian dan naskah orang lain tanpa menyatakan penghargaan; d) Duplikasi adalah pemublikasian temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari 1 (satu) saluran tanpa ada penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan/atau tidak merujuk publikasi sebelumnya; e) Fragmentasi/salami adalahpemublikasian pecahan-pecahan dari 1 (satu) temuan yang bukan merupakan hasil penelitian inkremental, multi-disiplin dan berbeda-perpektif. (Rujukan Utama Peraturan ka LIPI No.06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti)