BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Film Merupakan Sebuah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Film Merupakan Sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Film merupakan sebuah media penyampaian pesan pada media massa yang dapat dikonsumsi oleh khalayak. Sebagai media komunikasi massa, film juga berfungsi sebagai sarana penanaman atau penyebaran sebuah faham mengenai suatu nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu media komunikasi massa merupakan faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). (Rakhmat, 2001:84). Pada zaman modern ini kita harus mengakui bahwa kehidupan masyarakat sekarang identik dengan kebutuhan baik informasi dan hiburan, itu semua dapat ditemukan pada media massa. Salah satunya film, dikonsumsi oleh masyrakat untuk kebutuhan hiburan. Namun dari film tersebut tersirat makna atau pesan yang mudah dicerna oleh masyarakat yang mengkonsumsinya. Hal tersebut dikarenakan bahwa film memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjangkau banyak segmen dan lapisan sosial. Melalui kekuatan dan kemampuan itu lah film diyakini memiliki sebuah potensi yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayak luas. Dalam ranah massa, film akan selalu mempengaruhi, membentuk dan bahkan mengarahkan masyarakat kepada suatu makna dibalik sebuah pesan atau makna. Film adalah sebuah potret masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikan ke dalam layar (Irawanto, 1993:13, dalam Sobur, 2003:127). Melalui realitas yang diproyeksikan ke dalam layar, masyarakat yang mengkonsumsi film tersebut dapat dengan mudah diarahkan oleh pesan yang disampaikan melalui film, sehingga berkat adanya cerminan realitas tersebut, masyarakat dapat dengan mudah terpengaruhi pesan yang disampaikan dalam film tersebut, kemudian memproyeksikan pesan mereka terima untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Masyarakat kali ini sangat membutuhkan dengan apa yang namanya hiburan terutama film. Tetapi selain sebagai media hiburan, film memiliki dan mengandung unsur-unsur atau sifat-sifat yang berkaitan dengan informatif, edukatif, dan juga persuasif. Pada era modern ini dunia perfilman khususnya di Indonesia semakin berkembang pesat. Karena dengan adanya teknologi digital, semua orang dapat membuat sebuah film dengan mudah. Banyak tokoh-tokoh sutradara atau tokoh- tokoh perfilman Indonesia yang mengangkat tema sejarah Indonesia dengan menceritakan dan menggambarkan kembali sosok-sosok pahlawan nasional dan meyampaikan sebuah pesan yang ingin disampaikan dari sutradara tersebut. Di Indonesia sendiri film sering dijadikan sebagai media komunikasi massa untuk menyampaikan sebuah pesan sebuah paham atau ideologi kepada para penontonnya. Karena film tersebut bersivat universal dan mudah dikonsumsi oleh siapapun serta melalui dari sebuah film. Oleh karena itu sebuah paham atau ideologi dapat dengan mudah disampaikan serta ditanamkan kepada siapa saja yang mengkonsumsi atau menontonnya. Hanung Bramantyo memproduksi sebuah film yang menceritakan tokoh sejarah atau pahlawan nasional Indonesia sebagai pendiri Muhammadiyah yaitu K.H. Ahmad Dahlan pada filmnya yang berjudul “Sang Pencerah”. Film ini rilis tahun 2010 berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, yaitu K.H. Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Muhammad Ihsan Tarore sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai tokoh pembaharuan Islam di Indonesia. Dia memperkenalkan Islam yang mampu mengikuti zaman. Sebagai sutradara juga, Hanung Bramantyo dituntut untuk menghidupkan atmosfer atau suasana Yogyakarta pada akhir tahun kurang lebih 1800-an. 2 Gambar 1.1 Poster Film Sang Pencerah Film Sang Pencerah bercerita tentang Darwis (Muhammad Ihsan Tarore) pemuda berusia 21 tahun yang baru saja pulang dari Mekah. Ia sedih karena masyarakat di kampungnya melaksanakan ajaran agama Islam yang melenceng kearah yang sesat. Darwis juga mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Hal pertama yang dibuktikan Darwis adalah arah kiblat yang melenceng. Ia menggunakan sebuah kompas di Masjid Besar Kauman untuk menunjukkan bahwa selama ini penduduk desa sembahyang tidak menghadap ke Ka’bah, melainkan ke arah Afrika. Sang Kyai, Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) tentu naik pitam karena menganggap Dahlan mengubah tradisi yang sudah dilaksanakan penduduk selama bertahun-tahun. Ahmad Dahlan yang sudah dewasa (Lukman Sardi) kemudian merintis pergerakan untuk perubahan arah kiblat melalui suraunya. Namun, penduduk menganggap Dahlan sudah mengajarkan aliran sesat dan merusak keagungan Keraton dan Masjid Besar. Selain arah kiblat, ia mulai menghimbau masyarakat untuk berdoa kepada Tuhan dengan tanpa perantara. Masyarakat tidak perlu berdoa dengan menggunakan kyai, ataupun sesajen. Ia mengatakan bahwa semua umat manusia dapat berdoa langsung kepada Tuhannya. Namun pada akhirnya, Dahlan dimusuhi orang-orang di kampungnya. Tidak hanya itu, kemudian Ahmad Dahlan 3 berjuang untuk membentuk sebuah organisasi yang ia beri nama Muhammadiyah dengan tujuan untuk mengajak umat Islam agar tidak terbelakang, dan mampu mengikuti perkembangan zaman di Indonesia. (Sumber: https://movie.co.id/sang- pencerah/ yang diakses pada tanggal 5 Oktober 2016 pukul 15.03). Film ini dipilih peneliti sebagai objek penelitiannya karena dibalik penggambaran sosok Ahmad Dahlan yang menegakkan islam sebagai mestinya. Film ini sangat jelas merepresentasikan mengenai sikap atau nilai-nilai kepahlawanan yang terdapat pada sosok Ahmad Dahlan. Dalam film Sang Pencerah sikap seorang pahlawan disampaikan melalui beberapa cara salah satunya melalui kostim, adegan, dialog dari Ahmad Dahlan itu sendiri. Walaupun biasanya kepahlawanan identik dengan berperang, bertumpah darah, melawan penjajah dan sebagainya. Tetapi sikap kepahlawanan film ini berupa menyebarkan nilai-nilai kebaikan yang berguna bagi masyarakat. Pada umumnya film-film yang kita tonton dibangun dengan adanya beberapa tanda. Tanda-tanda tersebut termasuk berbagai macam sistem tanda yang saling berkesinambungan sehingga membentuk sebuah pesan yang memiliki efek atau dampak yang diharapkan (Sobur, 2003:128). Tanda yang terkadung dalam sebuah film pada umumnya mengandung banyak makna dan pesan-pesan yang tersirat atau tersembunyi. Salah satunya dapat melalui simbol, teks, warna, latar, kostum pemain, hingga gimmick atau gesture dari para tokoh-tokoh dalam film tesebut. Menurut (Barthes, 1988) semiotika pada dasarnya mempelajari tanda-tanda untuk memahami bagaimana kemanusiaan (humanity), dan memaknai hal-hal (things). Memaknai dalam hal ini bahwa objek-objek atau simbol-simbol tidak hanya membawa sebuah informasi, melainkan dalam hal ini objek-objek tersebut hendak berkomunikasi, dan juga mencoba mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. (Kurniawan, 2001:53). Roland Barthes sendiri membagi atau mengklasifikasikan semiotika ke dalam tiga makna, yaitu makna konotatif, makna denotatif dan juga mitos. Peneliti sangat tertarik untuk meneliti film Sang Pencerah, dalam hal ini film Sang Pencerah itu sendiri memiliki banyak sekali makna tersirat yang disampaikan, salah satunya 4 melalui pakaian, adegan, dan dialog dalam film tersebut. Pakaian, adegan, dan dialog dari sebuah film memiliki makna konotatif dan denotatif yang dimana hal tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan pada teori yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Tidak hanya makan konotatif dan denotatif saja yang dikemukakan Roland Barthes tetapi ada yang disebut mitos. Mitos dalam film ini ialah penanaman sebuah ideologi bahwa seorang pahlawan tidak harus berperang sampai bertumpahkan darah tetapi pahalwana disini diartikan sebagai seseorang yang mengajarkan sebuah kebaikan yang sebagaimana mestinya. Peneliti memilih film ini sebagai objek penelitian karena film ini memiliki makna tersirat dari makna kepahlawanan lewat tokoh Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan oleh peneliti di atas, hal tersebut yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Representasi Kepahlawanan Dalam Film Sang Pencerah (Analisis Semiotika Roland Barthes Mengenai Representasi Kepahlawanan Dalam Film). 1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti jelaskan di atas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan semiotika dari Roland Barthes sebagai referensi untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, peneliti memfokuskan penelitian berdasarkan pertanyaan berikut: 1. Bagaimana kepahlawanan direpresentasikan melalui kostum yang dikenakan oleh tokoh Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah? 2. Bagaimana kepahlawanan direpresentasikan melalui adegan dalam film Sang Pencerah? 3. Bagaimana kepahlawanan direpresentasikan melalui dialog yang diucapkan oleh tokoh Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah? 5 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang telah disebutkan, maka tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kepahlawan direpresentasikan melalui kostum yang dikenakan oleh Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah. 2. Untuk mengetahui bagaimana kepahlawan direpresentasikan melalui adegan dalam film Sang Pencerah 3. Untuk mengetahui bagaimana kepahlawan direpresentasikan melalui dialog dalam film Sang Pencerah 1.4. Manfaat Penelitian Sebagaimana penelitian ini dibuat peneliti berharap, penelitian ini dapat
Recommended publications
  • Perkembangan Karakter Annisa Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
    SANG PENCERAH Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Hlm. 54 -62 Nazriani: Perkembangan Karakter Annisa dalam Novel ... PERKEMBANGAN KARAKTER ANNISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY Nazriani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Buton, Jl. Betoambari No. 36 Baubau. E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengatahui perkembangan karakter Annisa dalan novel Perempuan Bekalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi yakni dengan mengacu pada teori kepribadian milik Sigmund Freud. Hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa perkembangan karakter Annisa dari kecil hingga dewasa selain didominasi oleh unsur ego maka karakter Annisa juga berkembang karena lingkungan sosialnya juga berubah. Proseses perkembangan karakter tersebut yang membentuk pribadi Annisa menjadi seorang muslimah yang tegar dan kuat, layaknya seorang wanita dewasa yang sempurna. Kata kunci: psikologi, karya sastra, novel. Abstract This research was aimed to know the development of Annisa’s character in Perempuan Berkalung Serban novel created by Abidah El Khalieqy. It was library research by using descriptive qualitative method. The data in this research was analyzed by using pshychology approachment, which refered to Sigmund Freud’s personality theory. The result of this research was the development of Annisa’s character started from young until being adult was dominated by egoistic element so that Annisa’s character was developing because of the social alteration. The process of development Annisa’s character made her to be rigid and strong, as a Muslim and perfect adult woman.
    [Show full text]
  • Analisis Karakter Dan Fungsi Karakter Sukarno Dalam Film “Soekarno” Dan “Ketika Bung Di Ende” Dengan Teori Vladimir Propp
    ANALISIS KARAKTER DAN FUNGSI KARAKTER SUKARNO DALAM FILM “SOEKARNO” DAN “KETIKA BUNG DI ENDE” DENGAN TEORI VLADIMIR PROPP SKRIPSI PENGKAJIAN SENI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Film dan Televisi Disusun oleh Ageng Indra Sumarah NIM: 1410727032 PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2021 ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN v vi tugas skripsi ini saya persembahankan untuk : Slamet Widodo dan Elly Hidayai, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bersabar dan memberi doa serta dukungan. Kedua kakak, Ian Aji Hermawan dan Wisnu Widi Widayat. Teman-teman dan semua pihak yang membantu menyelesaikan penelitian ini. vii KATA PENGANTAR Puji syukur selalu tercurahkah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah. Tak lupa shalawat dan taslim diaturkan pada Rasulullah SAW yang selalu memberikan syafaatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Karakter dan Fungsi Karakter Sukarno dalam Film ‘Soekarno’ dan ‘Ketika Bung di Ende’ dengan Teori Vladimir Propp” dengan lancar. Tugas akhir skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata 1 program studi studi Film dan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Disadari bahwa dalam penelitian skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan, dan dorongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas segala nikmat dan anugerah ilmu pengetahuan dan pengalaman serta pelajaran hidup yang diberikan. 2. Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., selaku Dekan Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. 3.
    [Show full text]
  • AS NEW GENRE Muria Endah Sokowati
    1 ‘ISLAM’ AS NEW GENRE Muria Endah Sokowati Department of Communication Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] ABSTRACT The revival of Islam in the political discourse in Indonesia after the collapse of new order period implicated in the adoption of Islamic way of life of people in every day life. This situation has brought to the production of movies containing Islamic values. The movies were successful in attracting audience and triggered the same movies produced. The emergence of special movies with Islamic content for religious marketplace-at this context, for Muslim audience-has created a new genre in movie industry during the post new order in Indonesia. As a new genre, Islamic movies were made with their generic convention, including structural codes and patterns, which build the movie texts, such as iconography, characterization, setting, dialogue type, and narration. This paper will identify and analyze what and how the generic convention consisted in Islamic movies within Indonesian context. By using genre analyses proposed by Thwaites et. al (1994), this paper will explore the structure of the texts, and link to the context, in order to describe and define the Islamic movies as new movie genre in Indonesia. According to Thwaites et. al, this analysis offered the reading of genre focusing on the textual and contextual effects. The analytical process not only reads the structure and elements of representation, but also enables to read and study the choice of subject matter contained in the movies and its relation to the social context of the process of meaning production. This paper also explains the representation of Islamic values, gender relation, and also the depiction of western culture, which often mentioned as the opposite of Islam and middle-east culture.
    [Show full text]
  • Pesan Moral Islami Dalam Film Sang Pencerah
    PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM SANG PENCERAH (KAJIAN ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Disusun oleh : Dianita Dyah Makhrufi NIM 09210044 Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Anisah Indriati, M.Si NIP 19661226 199203 2 002 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013 iii iv Skripsi ini dipersembahkan untuk : Almamaterku tercinta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak mengajarkan ilmu dunia dan akherat Bapak dan Ibu terimakasih atas segalanya yang telah merawat, membesarkan, dan menyekolahkan anaknya hingga sarjana semoga bermanfaat, amien v Halaman Motto Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (Qs. Al Israa’: 7) Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Qs. Ar Ra’d: 11) Kesuksesan tidak pernah berakhir, kegagalan tidak pernah menghancurkan, yang terpenting adalah keberanian untuk mencoba... (Winston Churchil) vi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pesan Moral Islami dalam Film Sang Pencerah (Kajian Analisis Semiotik Model Roland Barthes). Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.
    [Show full text]
  • KH Ahmad Dahlan
    107 tahun K.H. Ahmad Dahlan [1] [2] K.H. Ahmad Dahlan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Pengantar : R. Tjahjopurnomo Kepala Museum Kebangkitan Nasional Penulis: Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Tim Museum Kebangkitan Nasional Editor: Prof. Dr. Djoko Marihandono, Desain dan Tata Letak: Sukasno ISBN 978-602-14482-8-1 Diterbitkan: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [2] K.H. Ahmad Dahlan KATA SAMBUTAN KEPALA MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap Syukur ke hadirat Allah swt, berkat Rahmat dan Karunia-Nya, buku yang berjudul K.H. Ahmad Dahlan Perintis Modernisasi di Indonesia dapat diterbitkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan selesai tepat pada waktunya. Hal ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa mengingat persiapan yang dilakukan tidak begitu lama. Oleh karena itu, terima kasih saya ucapkan atas prestasi, jerih payah, dan usaha yang dilakukan oleh mereka yang menangani persiapan penerbitan ini. Selain itu, terima kasih juga saya ucapkan kepada para kontributor, yakni Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed, sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 yang juga dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah bersusah payah menyiapkan tulisan ini. Dengan terbitnya buku ini, satu tulisan tentang jasa pahlawan sudah diterbitkan lagi oleh Museum Kebangkitan Nasional di samping pahlawan- pahlawan lain yang sudah berhasil ditulis jasanya dan diterbitkan.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Pendidikan Profetik Dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo
    NILAI-NILAI PENDIDIKAN PROFETIK DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: ALFIATIN NIM. 1123301017 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2015 i ii MOTTO “Segala yang Aku Tahu, Aku Tahu Hanya Karena Cinta” 1 (Leo Tolstoy) 1 Michael Hoffman, The Last Station, (Hollywood, Egoli Tossel Film Halle, 2009), sebuah film biopic Leo Tolstoy. iii PERSEMBAHAN Terimakasih Tuhan atas segala kasih sayang-Mu, memberikan orang-orang terbaik untuk menemani hidup ini. Karya sederhana ini penulis persembahkan dengan setulus kasih kepada sepasang pahlawan yang telah mengajariku membaca mulai dari Alif-Ba-Ta, A-B-C-D, hingga Ha-Na-Ca-Ra-Ka, Bapak Ikhwan dan Ibu Markhamah. Dan sebagai kado sederhana kepada persyarikatan, selamat Muktamar ke-47 dan selamat milad ke 106 tahun. Selamat Muktamar ke-33 juga, organisasi seperjuangan, Nahdlatul ‘Ulama, semoga terjalin persaudaraan seperti halnya para founding father keduanya. iv v NOTA DINAS PEMBIMBING Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Purwokerto Di Purwokerto Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari Alfiatin, NIM: 1123301017 yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Profetik dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Rektor IAIN Purwokerto untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam (S.Pd.I). Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Purwokerto, Juli 2015 Pembimbing, Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag. 19680816 199403 1 004 vi Nilai-nilai Pendidikan Profetik dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo Alfiatin NIM: 1123301017 ABSTRAK Penelitian ini meneliti tentang Nilai-nilai Pendidikan Profetik dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo.
    [Show full text]
  • BAB II GAMBARAN UMUM FILM SANG PENCERAH A. Film Sang
    BAB II GAMBARAN UMUM FILM SANG PENCERAH A. Film Sang Pencerah Film Sang Pencerah merupakan film karya Hanung Bramantyo yang berangkat dari kisah sejarah perjuangan salah satu tokoh besar K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Kisah ini diadopsi dan dikembangkan oleh Hanung Bramantyo menjadi skenario film yang selanjutnya diproduksi menjadi film yang berjudul “Sang Pencerah”. Film Sang Pencerah berdurasi 112 menit dan menghabiskan biaya 12 Miliyar ini ditulis dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini diproduseri oleh Raam Punjabi di bawah naungan PT Multivision Plus (MVP) dan mendapat dukungan penuh dari PP Muhammadiyah. Pemain film ini diantaranya: Lukman Sardi, Ihsan Taroreh, Slamet Rahardjo, Zazkia Adya Mecca, Yati Surachman, Pangki Suwito, Ikranegara, Sujewo Tejo, Ricky Perdana, Mario Irwansyah, Denis Adhiswara, Abdurrahman Afif, serta penampilan perdana dari Giring Nidji. Syuting perdana Film Sang Pencerah dimulai tanggal 21 Mei 2010 sekaligus menandai rangkaian proses produksi film yang menjadi kado istemewa Milad ke-100 warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Berbicara masalah proses pembuatan film serta sukses atau tidaknya dalam proses produksinya, tentu saja tidak akan pernah lepas dari peran tim kreatif yang terlibat. 30 Berikut beberapa tim kreatif yang terlibat di dalam proses produksi film, diantaranya : (Gambar 2 : Cover Film Sang Pencerah) Sumber: www.wikepedia.com B. Tokoh-tokoh Dalam Film Sang Pencerah Keberhasilan sebuah film ditentukan oleh performa pemain (cast) dan akting, keberhasilan film tentu juga tidak lepas dari orang-orang yang bekerja dibalik layar yang biasa dikenal sebagai crew film (Pratista, 2008: 154). Berikut adalah cast dan crew dalam film sang pencerah yang peneliti kaji. CAST Pemeran Tokoh - Ikhsan Taroreh - Muhammad Darwis - Lukman Sardi - Ahmad Dahlan - Yati Soerachman - Nyai Abubakar - Slamet Rahardjo Jarot - Kyai Penghulu Kamaludiningrat 31 - Giring Nidji - M.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Dakwah Dalam Film Sang Pencerah
    Nilai-nilai Dakwah dalam Film Sang Pencerah Edi Amin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstract: Religious movies have been largely produced nowadays. One of them is Sang Pencerah, a movie directed by Hanung Bramantyo and sponsored by one of the largest religious organization in Indonesia, Muhammadiyah. This is a biography movie from its founder, KH. Ahmad Dahlan. Since it describes about a religious leaders and his central role in establishing Muhammadiyah, we can find many experiences and facts from Dahlan during his proselytizing. Muhammadiyah is known as a proselytizing organization, with the main principles of amar makruf nahi munkar (call for goodness and forbidden disavowal). This article presents the proselytizing dimensions by Dahlan as seen in the movie. Keywords: Sang Pencerah, film religius, dakwah, KH. Ahmad Dahlan. A. Pendahuluan Tulisan ini melihat pesan-pesan dakwah yang disampaikan dalam film Sang Pencerah (SP). Film religi SP yang mengangkat perjuangan seorang tokoh pendiri organinisasi masa Islam Muhammadiyah, KH. Achmad Dahlan, pada dasarnya merupakan transformasi budaya masa lalu (sejarah). Bangsa besarlah yang mau becermin pada sejarah, dalam arti sejarah masa lalu dijadikan guru bagi menata visi dan misi bangsa ke depan. Film sebagai media komunikasi memiliki peran efektif dalam Kontekstualita, Vol. 25, No. 2, 2010 313 EDI AMIN menyampaikan pesan. Stephen W. Littlejohn dan Kareen A. Foss menyatakan bahwa media merupakan bagian dari kekuatan institusi suatu masyarakat (society’s institutional forces); penyebaran pesan dapat memengaruhi masyarakat sebagai representasi budaya.1 Sayangnya, nilai budaya tidak sepenuhnya dapat ditranformasikan, apalagi jika budaya itu dianggap telah lalu. Banyak kendala, selain persoalan dana atau biaya produksi, karena masih ada anggapan bahwa yang lama telah usang.
    [Show full text]
  • Films Based on Adaptation, Sequel, Prequel, and Remake: Between Creativity and Market Dominance Muh
    Films Based on Adaptation, Sequel, Prequel, and Remake: Between Creativity and Market Dominance Muh. Bahruddin1 and Dhika YuanYurisma2 1Muh. Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom., Doctoral Student of Communication Sciences, University of Indonesia, Email: [email protected] 2Dhika YuanYurisma, M.Ds., Lecturer of Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Email: [email protected] ABSTRACT The Indonesian film industry began to flourish in the late 90s and the end of 2000, after ten years in a stagnant state. The growth of the creative industries is received gladly by the masses. The birth of the film industry shows that many Indonesian films still exist. Unfortunately, the growth in this film industry is still largely dominated by the market as the main reference. The films based on adaptation, sequel, prequel and remake are the films that are most widely produced and become the best-selling films. Films like these are not bad, however they could slowly amputating the creativity of the filmmakers. This is due to the fact that the production of the film is based solely on the content that has previously been sold well in the market. In a film based on adaptation, the content of the film refers to a novel or a book that became the best seller. While in a film based on sequel, prequel and remake, the content refers to the previous film that became blockbuster in the market. This is what is feared to reduce the creativity of the filmmakers. The concepts of industry hegemony, the idea of the organic intellectuals, and the presence of the Government become critically important parts of this review.
    [Show full text]
  • Negotiating Islam with Cinema a Theoretical Discussion on Indonesian Islamic Films
    PB Wacana Vol. 14 No. 1 (April 2012) AHMADWacana NURIL Vol. HUDA 14 No., Negotiating 1 (April 2012):Islam with1–16 cinema 1 Negotiating Islam with cinema A theoretical discussion on Indonesian Islamic films AHMAD NURIL HUDA Abstract This paper aims at exploring certain negotiations that justify Muslim’s cinematic texts and practices. It focuses on the questions about what is Islamic and un- Islamic about film, who and what decides certain films as Islamic, and what are the meanings of cinematic practices of Islam for Muslim society. Furthermore, this paper tries to investigate these questions from a theoretical basis using concepts of Islamic modernity, Islamic Ummah and Public, in order to shed some light on the idea of how a production of an Islamic film may trigger the creation of a political and religious identity. Keywords Indonesian Islamic film, Islamic modernity, Islamic Ummah and Public. a. Introduction Over the last five years, we have witnessed Islam’s increasing omnipresence in the realm of Indonesian cinema. At present, in Indonesia, Islamic films with a large variety of themes abound using many ways of mediations and practices. Films picturing Islamic symbols, rituals and values, whether in a propagative (dakwah) manner or not, are not only screened in theatres, but also broadcast on TV, available on disks, and may be downloaded from the Internet. As a result, new cinematic practices have emerged in the country. If in the early 1960s many good Indonesian Muslims avoided going to the movies because it was associated with improper behaviour, now a days, even devout Muslims living in pesantren (Islamic boarding house) may attend films screened in theatres and produce films of their own.
    [Show full text]
  • The Transition Between Animism and Dynamism Belief to Islamic Culture Found in Sang Pencerah Movie
    PROCEEDING ISBN: 978-602-6779-26-7 1st National Seminar of PBI (English Language Education) THE TRANSITION BETWEEN ANIMISM AND DYNAMISM BELIEF TO ISLAMIC CULTURE FOUND IN SANG PENCERAH MOVIE Bima Budi Utama*1), Farah Kamila Hayati 2), Zulfa Alfaniah3) Teacher’s Training and Education Faculty, Pekalongan University Indonesia [email protected] Abstract Islam is the majority religion in Indonesia right now, before islam comes to Indonesia there is an old belief to the spirit and object which has magical power, it is called as animism and dynamism. Animism is a belief to the existence of magical spirit and ghost. Dynamism is a belief to some object that believed can give a benefit or disaster. Animism and dynamism still exist in Indonesia until Islam comes, although there is a transition time in Hindu Buddha period. It is all shown and can be found in “Sang Pencerah” movie, in that movie we can see the transition between animism and dynamism to the Islamic culture in Indonesia. This research intended to find the transition of animism and dynamism to Islamic culture that exist in Indonesia. It uses descriptive qualitative method to find out the fact about the research. This study finds out that there is still an effect of animism and dynamism, and Indonesian citizen still do the animism and dynamism culture although they are moslems. Islam try to erase some negative culture from animism and dynamism which is not suitable with Islam culture. Keywords: Animism, Dynamism, Sang Pencerah Movie, Islam Culture Introduction during the transition of that belief to Islam is the majority religion the Islamic religion.
    [Show full text]
  • Muhammadiyah Studies: Transformasi Kajian Tentang Gerakan Islam Di Indonesia
    Analisa Journal of SocialMuhammadiyah Science and Religion Studies: Transformasi Kajian Tentang Gerakan Islam di Indonesia Website Journal : http://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/analisaMutohharun Jinan DOI: http://dx.doi.org/10.18784/analisa.v22i2.96 MUHAMMADIYAH STUDIES: TRANSFORMASI KAJIAN TENTANG GERAKAN ISLAM DI INDONESIA Muhammadiyah Studies: The Transformation of Research on Islamic Movement in Indonesia MUTOHHARUN JINAN Fakultas Agama Islam Abstract Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I Pabelan This research aims to describe the studies of the Muhammadiyah. Scholars have Surakarta 57102 conducted some researches, observations, and discussions on the Movement of Telp. 0271-717417 Fax. 0271-715448 Muhammadiyah. The research is not limited to the Muhammadiyah as an Islamic [email protected]; [email protected] movement, but also its roles as the economic, educational, and socio-political Naskah diterima: 8 Juni 2015 movement. Research and discussion on the various dimensions of Muhammadiyah Naskah direvisi : are called Muhammadiyah Studies. This research uses a historiographical approach. 8 Oktober – 12 November 2015 The Muhammadiyah studies can be divided into three periods; the first is the period Naskah disetujui: 4 Desember 2015 from 1912 to 1950. The interest of researchers in the first period is still low. The style of studyis more ideological than scientific. The second is the period from 1950 to 2000. In this period the study of Muhammadiyah became part of modern Islamic Studies using many approaches such aspolitics, economy, culture and education. The third is after 2000s, Muhammadiyah studies are characterized by new themes as a part of popular culture. Keyword: Muhammadiyah, transformation, islamic movement.
    [Show full text]