Biopic Film and Political Identity: Contestation of Diversity of Ideology

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Biopic Film and Political Identity: Contestation of Diversity of Ideology Vol.10 No.1 Desember 2018 ISSN 2338-428X (Online) DOI: 10.33153/capture.v10i1.2196 ISSN 2086-308X (Cetak) BIOPIC FILM AND POLITICAL IDENTITY: CONTESTATION OF DIVERSITY OF IDEOLOGY IN INDONESIAN MOVIES TEXT POST-SOEHARTO REGIME Dwi Haryanto1 1Universitas Jember Jawa Timur E-mail: [email protected] ABSTRACT This discussion examines the textuality relationship between the historical facts of biography and the narrative structure of films that present figures who during the New Order (Orde Baru) regime were alienated from Indonesian historiography. Through a study of the films Gie, Soegija, Sang Kiai, Soekarno, and Jenderal Soedirman, they can deconstruct the meaning of historical films produced by the New Order regime which are dominated by Soeharto's image. The emergence of biopic films that narrate the characters with identity plurality is a deconstructive tipical and reflects the antithesis of filmmakers on film products in the era of the Soeharto regime. Whereas in the New Order era, films with epic historical genre, identical to the hegemony of the military struggle which are reduced by civil society narratives, such as moslem teacher (kiai) and moslem student (santri) and other minority groups, which in the context of historical facts also contributed greatly to the era of nation formation through representation of ethnic nationalism and civic nationalism. The Indonesian discourse which is reflected in the hidden meanings of biopic films studied represents a plurality of ideologies and identity political formation in popular culture products. Keywords: biopic, film, identity politics, ideology, and Indonesian cinema ABSTRAK Bahasan ini mengkaji relasi tekstualitas antara fakta sejarah biografi dengan struktur naratif film-film yang menghadirkan tokoh yang selama rezim Orde Baru dialienasi dari historiografi Indonesia. Melalui kajian terhadap film Gie, Soegija, Sang Kiai, Soekarno, dan Jenderal Soedirman dapat mendekonstruksi makna film sejarah yang diproduksi oleh Rezim Orde Baru yang didominasi oleh image Soeharto. Kemunculan film-film biopik yang menarasikan tokoh-tokoh dengan pluralitas identitas menjadi penciri yang bersifat dekonstruktif dan merefleksikan antitesis dari para sineas terhadap produk film di era rezim Soeharto. Dimana pada era Orde Baru, film ber-genre epik sejarah, identik dengan hegemoni perjuangan militer yang direduksi narasi masyarakat sipil, seperti kalangan kiai dan santri maupun kelompok minoritas lainnya, yang dalam konteks fakta kebenaran sejarah juga berkontribusi besar dalam era pembentukan nation melalui representasi ethnic nasionalism dan civic nasionalism. Wacana ke-Indonesia-an yang tercermin dari makna-makna tersembunyi dalam film-film biopik yang dikaji merepresentasikan pluralitas ideologi dan formasi politik identitas dalam produk budaya popular. Kata kunci: Film, biopik, politik identitas, ideologi, dan sinema Indonesia 1. PENDAHULUAN Soeharto, ditandai oleh fenomena para Perspektif industri kreatif perfilman sineas (filmmaker) berani menghadirkan Indonesia pascakekuasaan rezim perspektif baru dengan mengangkat tema- 46 tema biografi yang direpresentasikan yang terkadang manipulatif dan hegemonik dalam visualisasi biografi tokoh-tokoh menurut perspektif penguasa. Fungsi film dalam sejarah Indonesia. Fenomena ini sebagai media indoktrinasi ideologi secara merupakan fakta dekonstruktif terhadap politis sangat efektif untuk membangun mainstream film-film ber-genre sejarah, kesadaran publik tentang pengakuan atas terutama era revolusi kemerdekaan fakta kebenaran sejarah penguasa, selain maupun dinamika internal perjalanan melalui penulisan teks-teks historiografi. bangsa Indonesia sebagai sebuah negara Karena film tidak hanya dipandang menjadi berdaulat yang bercirikan film-film heroik media tontonan yang menghibur, tokoh militer, termasuk juga peran melainkan juga berfungsi sebagai media Soeharto sebagai penguasa rezim Orde ekspresi yang sarat dengan nilai-nilai Baru melalui film Penumpasan estetis, etika, moral, dan ideologi Pemberontakan G 30 S/PKI (Arifin C. Noer, (Ayawaila, 2013:2). 1984 diproduksi oleh PPFN), Serangan Realitas sejarah biografi merupakan Fajar (Arifin C Noer, 1988, diproduksi oleh sumber-sumber kreatif bagi para sineas PPFN), Janur Kuning (Alam Rengga dan pelaku industri keratif film untuk Surawidjaja, 1979), maupun Enam Djam di diproduksi menjadi komoditas media film Jogja (Usmar Ismail, 1951 diproduksi (audiovisual). Dengan metode adaptasi, Perusahaan Film Nasional Indonesia- maka teks-teks biografi kemudian PERFINI). direkonstruksi sebagai media konten film, Era tahun 2000-an, di tengah arus yaitu film biopik (biography moving picture). utama film-film terlaris ber-genre komedi, Oleh karena itu, era tahun 2000-an roman percintaan, horor, action, maupun perfilman Indonesia diwarnai oleh hasil adaptasi dari novel (ekranisasi), hadir fenomena beragam film biopik yaitu film produksi film berbasis pada biografi yang berbasis pada deskriptif naratif tokoh (the selama kekuasaan Orde Baru greats man) (lihat Tabel 1). teralienasikan dalam historiografi Tabel 1. Film-film biopik era tahun 2000-an Tahun (penulisan sejarah) Indonesia, terutama No. Judul Film Sutradara Edar pada deskriptif naratif tokoh-tokoh besar 1. 2005 Gie Riri Riza Indonesia dalam konstruksi sejarah 2. 2010 Sang Pencerah Hanung Bramantyo perjuangan pendirian bangsa. Tidak dapat 3. 2012 Soegija Garin dinafikkan bahwa antara sejarah dan film Nugroho memiliki relasi logis yang sangat penting 4. 2012 Habibie & Ainun Faozan Rizal 5. 2013 Sang Kiai Rako dalam membangun mindset publik Prijanto terhadap fakta-fakta kebenaran sejarah 6. 2013 Soekarno Hanung Bramantyo 47 Vol.10 No.1 Desember 2018 ISSN 2338-428X (Online) DOI: 10.33153/capture.v10i1.2196 ISSN 2086-308X (Cetak) 7. 2014 Merry Riana: Hestu alienasi dalam historiografi Indonesia, Mimpi Sejuta Saputra Dolar seperti peran ulama besar Nahdlatul Ulama 8. 2015 Jenderal Viva Westi (NU) yaitu K.H. Hasyim Asy'ari. Fakta Soedirman 9. 2015 Guru Bangsa: Garin sejarah bagaimana perjuangan para ulama Tjokroaminoto Nugroho dan santri yang terwadahi dalam pasukan 10. 2016 Surat Cinta untuk Lukman Kartini Sardi Hizbullah, laskar yang kelahirannya hasil 11. 2016 Athirah Riri Reza kontribusi ulama NU termasuk K.H. Hasyim 12. 2016 RudyHabibie Hanung Bramantyo Asy‟ari, K.H. Wahid Hasyim, dan K.H. 13. 2017 Kartini Hanung Wahab Hasbullah, yang selama ini seakan Bramantyo terpinggirkan (El-Kayyis, 2015:v). Identitas Di antara film-film biopik tersebut dari tokoh-tokoh yang terpinggirkan dan terdapat keragaman dalam hal ideologi dan keterwakilan kelompok minoritas dalam identitas dari masing-masing tokoh yang konstruksi sosial politik di Indonesia dihadirkan dalam film. Deskriptif naratif- dihadirkan dalam industri sinematik sinematik atas visualisasi tokoh yang Indonesia, seperti film Sang Kiai memiliki keterkaitan dengan latar belakang (representasi biografi K.H. Hasyim Asy‟ari) representasi agama dari kalangan Islam dan Soegija (representasi biografi Mgr. dan Katolik, nasionalis religius, sosialis Albertus Soegijapranata, SJ), yang dapat nasionalisme, teknokrat, emansipasi, diartikan sebagai artikulasi dan ekspresi bahkan identitas etnis tionghoa. Artinya, politik identitas, yaitu suatu praktik politik pasca rezim Orde Baru ketika kebebasan yang dikaitkan dengan kepentingan berekspresi dan berkreativitas menemukan anggota-anggota sebuah kelompok sosial momentumnya maka film-film dari tokoh- yang merasa diperas dan tersingkir oleh tokoh yang selama ini teralienasi dari dominasi arus besar dalam sebuah bangsa historiografi Indonesia seperti Mgr. Albertus atau negara (Maarif dalam Fauzi dan Soegijapranata (Romo Soegija), Merry Panggabean, 2012:4). Riana, Soe Hok Gie, bahkan Soekarno Film-film biopik tidak saja difungsikan yang mengalami subordinasi politik semasa sebagai representasi biografi dari tokoh Orde Baru dihadirkan dalam film oleh para yang dihadirkan melalui media audiovisual sineas. Kelompok lain yang pada era Orde oleh sineas, melainkan dalam diri sosok Baru menjadi kelompok yang tokoh tersebut melekat identitas-identitas termarginalkan adalah dari kelompok santri yang membentuk suatu konstruksi dari dan ulama. Bagaimana kontribusi para keragaman masing-masing ideologi yang ulama dan santri dalam konteks sejarah melatarbelakangi kiprah para tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia mengalami dalam konteks konstruksi sejarah. Artinya, 48 secara politis identitas mereka juga Hakikat film merupakan produk berpengaruh terhadap ideologi yang budaya populer yang memang diperjuangkan, seperti dalam film Sang Kiai diorientasikan untuk kepentingan pasar bagaimana K.H. Hasyim Asy'ari (bisnis-uang) dan kebutuhan propaganda divisualisasikan secara sinematik sebagai bagian dari komunikasi massa. memposisikan Islam sebagai basis Berlangsung suatu bentuk strategi media perjuangan dan sikap nasionalismenya dengan melakukan rekayasa komodifikasi, dalam konteks kebangsaan. Demikian pula terutama menjadikan biografi sebagai dengan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, perlawanan kultural politik identitas dari melalui film Soegija, sebagai uskup pribumi tokoh-tokoh yang selama ini teralienasikan pertama Indonesia juga memposisikan dalam historiografi Indonesia melalui ideologi agama Katolik sebagai basis konsepsi komoditas film. perjuangannya dalam bersikap terhadap konsepsi nasionalisme dan kebangsaan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Secara dekonstruktif, keberanian sineas Tesis Ninah Arisyanti yang berjudul menghadirkan film-film nasional bertema Politik Identitas Tokoh Keagamaan biografi
Recommended publications
  • LOVE of RELIGION, LOVE of NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Repository Universitas Sanata Dharma Laksana / Love of Religion, Love of Nation 91 LOVE OF RELIGION, LOVE OF NATION: Catholic Mission and the Idea of Indonesian Nationalism Albertus Bagus Laksana Sanata Dharma University Yogyakarta, Indonesia [email protected] Abstract The relationship between nationalism and religion is very complicated. In the context of colonialism, Christianity has surely been perceived as a foreign religion that poses a menace to native nationalism. This essay presents a different picture, taking the case of colonial Java (the Netherlands East Indies) to illustrate the complex historical relationship between Catholicism and Indonesian nationalism. Perhaps it is rather ironic that it was chiefly through their connection with the Dutch Church and their mission enterprise that the Javanese Catholic intelligentsia were made deeply aware of their own dignity as a particular people and the limitations of European colonialism. In this case, Catholic Christianity as a world religion with supranational connection and identity has been able to help the birth of an intense nationalism that was prevented from being too narrow, chauvinistic, or simply “racialist,” precisely because it is connected with its larger ecumenism or network. More specifically, this ecumenism is also founded on the idea of “catholicity,” that is, universalism, that lies at the heart of Catholic Christianity. In the post-colonial Indonesia, however, this Catholic view needs to be translated into common platforms with the views and concerns of Indonesian Muslims, who face the same new challenges as they play their role in the formation of an authentic Indonesian nationalism.
    [Show full text]
  • Representasi Pergeseran Budaya Patriarki Dalam Film “Kartini” Karya Hanung Bramantyo
    eJournal Ilmu Komunikasi, 2021, 9 (1): 209-221 ISSN 2502-5961 (Cetak), 2502-597X (Online), ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id © Copyright2021 REPRESENTASI PERGESERAN BUDAYA PATRIARKI DALAM FILM “KARTINI” KARYA HANUNG BRAMANTYO Saikah Suhroh1, Hairunnisa2, Sabiruddin3 Abstrak Film Kartini merupakan film biopik, film yang menceritakan biografi suatu tokoh. Tokoh yang diangkat oleh Hanung Bramantyo kali ini adalah biografi tentang perjuangan seorang pahlawan wanita paling populer di Indonesia, (Raden Ajeng) RA.Kartini. Pada awal abad 19, di kala Indonesia masih dijajah oleh Belanda, Pulau Jawa dipimpin oleh kaum ningrat di bawah pengawasan pemerintah Belanda. Hanya keturunan bangsawan (kaum ningrat) yang dapat menempuh pendidikan di bangku sekolah, namun wanita tidak diberi hak yang sama untuk memperoleh pendidikan tinggi layaknya kaum pria. Wanita Jawa kala itu hanya memiliki satu tujuan hidup, yakni menjadi istri seorang pria tanpa peduli menjadi istri keberapa. Akan tetapi, dalam film ini direpresentasikan bagaimana budaya patriarki sebagai suatu sistem sosial berdasarkan Budaya yang berlaku di tengah kaum feodal pada zaman Kolonial Belanda di tanah masyarakat Jawa mulai mengalami pergeseran yang disebabkan oleh mulai terjadinya perubahan dengan sosok Kartini sebagai pelopor. Terlebih sutradara merangkap penulis naskah film ini adalah Hanung Bramantyo yang memiliki ciri khas menonjolkan kaum yang termarginalkan atau di-‘pinggir’-kan oleh masyarakat sekitar pada setiap film buatannya untuk menunjukkan sisi lain dari realitas yang umumnya
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Peranan Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran Dan Gereja Pugeran Dalam Revolusi Indonesia Tahun 1948 - 1949 Di Yogyakarta
    PERANAN PASUKAN POLISI PELAJAR PERTEMPURAN DAN GEREJA PUGERAN DALAM REVOLUSI INDONESIA TAHUN 1948 - 1949 DI YOGYAKARTA Drs. Djumarwan Danar Widiyanta, M.Hum Abstract Yogyakarta is one city that witnesses the struggle of the people in defending the independence of Indonesia. In the Second War of Independence, all levels of society involved such as the Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran (P3). This troop is a Mobile Briagade (Mobbrig) under the leadership of IP II Djohan Soeparno. The headquartered of this force was in SPN Ambarukmo Yogyakarta. P3 troops also played a role in Serangan Umum 1 March 1949. They were divided into several locations including the Benteng Wetan, Kotagede, Pleret and Karangsemut. The attacks of P3 was quite tiring for the Netherlands. War of Independence II also involves the whole society. One of them was the role of Gerja Pugeran located in Pugeran Bantul. At the time of the war this church serves as a refuge, hospitals, and public kitchen. In this church there are also many soldiers who asked for protection during the day. The Church also provides food for the refugees. Key Words : Polisi Pelajar Pertempuran, Pugeran Church, Yoguakarta. Abstrak Yogyakarta merupakan salah satu satu kota yang menjadi saksi perjuangan para rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam Perang Kemerdekaan II, seluruh lapisan masyarakat terlibat tidak terkecuali Pasukan Polisi Pelajar Pertempuran (P3). Pasukan ini merupakan pasukan Mobile Briagade (Mobbrig) di bawah pimpinan IP II Djohan Soeparno. Pasukan ini bermarkas di SPN Ambarukmo Yogyakarta. Pasukan P3 juga berperan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Mereka dibagi dalam beberapa lokasi diantaranya yaitu Pojok Benteng Wetan, Kotagede, Pleret, dan Karangsemut.
    [Show full text]
  • Perkembangan Karakter Annisa Dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy
    SANG PENCERAH Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Hlm. 54 -62 Nazriani: Perkembangan Karakter Annisa dalam Novel ... PERKEMBANGAN KARAKTER ANNISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY Nazriani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Buton, Jl. Betoambari No. 36 Baubau. E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengatahui perkembangan karakter Annisa dalan novel Perempuan Bekalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi yakni dengan mengacu pada teori kepribadian milik Sigmund Freud. Hasil penelitian ini diperoleh informasi bahwa perkembangan karakter Annisa dari kecil hingga dewasa selain didominasi oleh unsur ego maka karakter Annisa juga berkembang karena lingkungan sosialnya juga berubah. Proseses perkembangan karakter tersebut yang membentuk pribadi Annisa menjadi seorang muslimah yang tegar dan kuat, layaknya seorang wanita dewasa yang sempurna. Kata kunci: psikologi, karya sastra, novel. Abstract This research was aimed to know the development of Annisa’s character in Perempuan Berkalung Serban novel created by Abidah El Khalieqy. It was library research by using descriptive qualitative method. The data in this research was analyzed by using pshychology approachment, which refered to Sigmund Freud’s personality theory. The result of this research was the development of Annisa’s character started from young until being adult was dominated by egoistic element so that Annisa’s character was developing because of the social alteration. The process of development Annisa’s character made her to be rigid and strong, as a Muslim and perfect adult woman.
    [Show full text]
  • Nama Dan Alamat SKPD 2014.Pdf
    NAMA DAN ALAMAT EMAIL SKPD PEMERINTAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012014444 1. Kantor Bupati Batang 11. Bagian Umum Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391050 Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 2. Sekretariat Daerah Kabupaten Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 12. Sekretariat DPRD Telp. (0285) 391571 Jl. Jend. Sudirman No. 262 Fax./Santel (0285) 391051 Telp. (0285) 391146 Email : [email protected] 3. Bagian Tata Pemerintahan Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang 13. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Telp. (0285) 392729 / 391571 (DISDIKPORA) Email : [email protected] Jl. Slamet Riyadi No.29 Batang 51214 Telp. (0285) 391321 4. Bagian Pemerintahan Desa Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391223 / 391571 14. Dinas Kesehatan Email : [email protected] Jl. Jend . Sudirman No. 17 Batang 51214 Telp. (0285) 391479 5. Bagian Humas dan Protokol Email : [email protected] Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391304 / 391571 15. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Email : [email protected] (DINHUBKOMINFO) Jl. Raya Kandeman KM 05 Batang 51261 6. Bagian Hukum Telp. (0285) 391387 / 392219 Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Email : [email protected] Telp. (0285) 391571 Email : [email protected] 16. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) 7. Bagian Pengendalian Pembangunan Jl. Jend. Sudirman No. 272 Batang Jl. RA Kartini Nomor 1 Batang Telp. (0285) 391014 Telp. (0285) 391929 / 391571 Email : [email protected] Email : [email protected] 17.
    [Show full text]
  • A. Teeuw Modern Indonesian Literature Abroad In
    A. Teeuw Modern Indonesian literature abroad In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 127 (1971), no: 2, Leiden, 256-263 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/01/2021 02:40:28AM via free access MODERN INDONESIAN LITERATURE ABROAD I n recent years a growing interest in modern Indonesian literature Jl has become manifest outside Indonesia. It may be useful to give a short survey of such materials as have come to my notice, even though this survey is of necessity incomplete. First of all it should be mentioned that literary, cultural and scholarly journals and magazines have discovered modern Indonesian literature and regularly or incidentally publish translations of poetry, short stories, essays etc. The well-known journal INDONESIA, issued half-yearly by the Modern Indonesia Project of Cornell University, has published a number of Indonesian stories in English translation, for example Idrus' stories Fujinkai and Och... Och ... Och (vol. 2) and Surabaja (vol. 5), Ajip Rosidi's stories Among the Family (vol. 1) and A Japanese (vol. 6), while Heather Sutherland (vol. 6) and Harry Aveling (vol. 7) con- tributed essays on modern literature. Another magazine which deserves to be mentioned as an interesting effort to make available to a wider audience modern literary and other cultural products from Southeast Asia including Indonesia is TENGGARA (tenggara means Southeast). So far five issues have come out, .the latest one bearing the year 1969. Another volume, containing Southeast Asian plays, has been announced. Several short stories, poems and essays on Indonesian literature have been published so far.
    [Show full text]
  • Analisis Karakter Dan Fungsi Karakter Sukarno Dalam Film “Soekarno” Dan “Ketika Bung Di Ende” Dengan Teori Vladimir Propp
    ANALISIS KARAKTER DAN FUNGSI KARAKTER SUKARNO DALAM FILM “SOEKARNO” DAN “KETIKA BUNG DI ENDE” DENGAN TEORI VLADIMIR PROPP SKRIPSI PENGKAJIAN SENI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 Program Studi Film dan Televisi Disusun oleh Ageng Indra Sumarah NIM: 1410727032 PROGRAM STUDI TELEVISI DAN FILM JURUSAN TELEVISI FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2021 ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN v vi tugas skripsi ini saya persembahankan untuk : Slamet Widodo dan Elly Hidayai, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bersabar dan memberi doa serta dukungan. Kedua kakak, Ian Aji Hermawan dan Wisnu Widi Widayat. Teman-teman dan semua pihak yang membantu menyelesaikan penelitian ini. vii KATA PENGANTAR Puji syukur selalu tercurahkah ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah. Tak lupa shalawat dan taslim diaturkan pada Rasulullah SAW yang selalu memberikan syafaatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Karakter dan Fungsi Karakter Sukarno dalam Film ‘Soekarno’ dan ‘Ketika Bung di Ende’ dengan Teori Vladimir Propp” dengan lancar. Tugas akhir skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata 1 program studi studi Film dan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Disadari bahwa dalam penelitian skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan, dan dorongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas segala nikmat dan anugerah ilmu pengetahuan dan pengalaman serta pelajaran hidup yang diberikan. 2. Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., selaku Dekan Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. 3.
    [Show full text]
  • AS NEW GENRE Muria Endah Sokowati
    1 ‘ISLAM’ AS NEW GENRE Muria Endah Sokowati Department of Communication Universitas Muhammadiyah Yogyakarta [email protected] ABSTRACT The revival of Islam in the political discourse in Indonesia after the collapse of new order period implicated in the adoption of Islamic way of life of people in every day life. This situation has brought to the production of movies containing Islamic values. The movies were successful in attracting audience and triggered the same movies produced. The emergence of special movies with Islamic content for religious marketplace-at this context, for Muslim audience-has created a new genre in movie industry during the post new order in Indonesia. As a new genre, Islamic movies were made with their generic convention, including structural codes and patterns, which build the movie texts, such as iconography, characterization, setting, dialogue type, and narration. This paper will identify and analyze what and how the generic convention consisted in Islamic movies within Indonesian context. By using genre analyses proposed by Thwaites et. al (1994), this paper will explore the structure of the texts, and link to the context, in order to describe and define the Islamic movies as new movie genre in Indonesia. According to Thwaites et. al, this analysis offered the reading of genre focusing on the textual and contextual effects. The analytical process not only reads the structure and elements of representation, but also enables to read and study the choice of subject matter contained in the movies and its relation to the social context of the process of meaning production. This paper also explains the representation of Islamic values, gender relation, and also the depiction of western culture, which often mentioned as the opposite of Islam and middle-east culture.
    [Show full text]
  • Danilyn Rutherford
    U n p a c k in g a N a t io n a l H e r o in e : T w o K a r t in is a n d T h e ir P e o p l e Danilyn Rutherford As Head of the Country, I deeply regret that among the people there are still those who doubt the heroism of Kartini___Haven't we already unanimously decided that Kartini is a National Heroine?1 On August 11,1986, as Dr. Frederick George Peter Jaquet cycled from Den Haag to his office in Leiden, no one would have guessed that he was transporting an Indonesian nation­ al treasure. The wooden box strapped to his bicycle looked perfectly ordinary. When he arrived at the Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, the scholar opened the box to view the Institute's long-awaited prize: a cache of postcards, photographs, and scraps of letters sent by Raden Adjeng Kartini and her sisters to the family of Mr. J. H. Abendanon, the colonial official who was both her patron and publisher. From this box so grudgingly surrendered by Abendanon's family spilled new light on the life of this Javanese nobleman's daughter, new clues to the mystery of her struggle. Dr. Jaquet's discovery, glowingly reported in the Indonesian press, was but the latest episode in a long series of attempts to liberate Kartini from the boxes which have contained her. For decades, Indonesian and foreign scholars alike have sought to penetrate the veils obscuring the real Kartini in order to reach the core of a personality repressed by colonial officials, Dutch artists and intellectuals, the strictures of tradition, and the tragedy of her untimely death.
    [Show full text]
  • Pesan Moral Islami Dalam Film Sang Pencerah
    PESAN MORAL ISLAMI DALAM FILM SANG PENCERAH (KAJIAN ANALISIS SEMIOTIK MODEL ROLAND BARTHES) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Disusun oleh : Dianita Dyah Makhrufi NIM 09210044 Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Anisah Indriati, M.Si NIP 19661226 199203 2 002 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013 iii iv Skripsi ini dipersembahkan untuk : Almamaterku tercinta jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak mengajarkan ilmu dunia dan akherat Bapak dan Ibu terimakasih atas segalanya yang telah merawat, membesarkan, dan menyekolahkan anaknya hingga sarjana semoga bermanfaat, amien v Halaman Motto Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. (Qs. Al Israa’: 7) Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Qs. Ar Ra’d: 11) Kesuksesan tidak pernah berakhir, kegagalan tidak pernah menghancurkan, yang terpenting adalah keberanian untuk mencoba... (Winston Churchil) vi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pesan Moral Islami dalam Film Sang Pencerah (Kajian Analisis Semiotik Model Roland Barthes). Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.
    [Show full text]
  • Bambang AK Prosiding ISBN 978
    PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL@2015 Diterbitkan bersama oleh Jurusan Sastra Indonesia-Fakultas Sastra Universitas Jember Dengan Penerbit Buku Pustaka Radja, Desember 2015 Jl. Tales II No. 1 Surabaya Telp. (Lini Penerbitan CV. Salsabila ANGGOTA IKAPI NO. Editor: Agustina Dewi S., S.S., M.Hum. Layout dan Design Sampul: Salsabila Creative Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal PROSIDING SEMINAR NASIONAL FOLKLOR DAN KEARIFAN LOKAL Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal DAFTAR ISI 1. FOLKLOR INDONESIA: DUA MANFAAT YANG TERABAIKAN - Ayu Sutarto-1 2. REKONSTRUKSI/ DEKOSNTRUKSI KEARIFAN LOKAL DALAM BEBERAPA NOVEL INDONESIA - Pujiharto-9 3. RITUAL DAN SENI TRADISI USING, MEMBACA IDENTITAS SUARA-SUARA LOKAL - Novi Anoegrajekti-17 4. RAGAM BAHASA FOLKLOR NUSANTARA SEBAGAI WADAH KEARIFAN MASYARAKAT - Tri Mastoyo Jati Kesuma-37 5. SEBLANG, MANTRA DAN RITUAL DALAM KONTEKS STRUKTUR SOSIAL - Heru S.P. Saputra dan Edy Hariyadi-46 6. HATI SINDEN, DARI REKONSTRUKSI KE REFLEKSI: APRESIASI DENGAN KAJIAN HERMENEUTIK - Sri Mariati-76 7. BAHASA REGISTER DOA DALAM RITUS KARO DAN KASADA (COLLECTIVE MIND MASYARAKAT TENGGER JAWA TIMUR) - Sri Ningsih-90 8. CERITA DARI KARANGSOGA: GENETIKA, IDEOLOGI, DAN LIMINALITAS - Teguh Supriyanto dan Esti Sudi Utami-107 9. REPRESENTASI TOKOH DRAMA MANGIR KARYA PRAMUDYA ANANTA TOER - Titik Maslikatin-121 Seminar Nasional Folklor dan Kearifan Lokal 10. KEKERASAN DAN PENDERITAAN DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL SAADAWI DALAM PERSPEKTIF HUMANIORA - Sunarti Mustamar-134 11. LINGUISTIK LINTAS SUKU BANGSA - Sudartomo Macaryus-148 12. TOKOH KRESNA DALAM WIRACARITA MAHABHARATA SEBAGAI TOKOH IDENTIFIKASI ETIK MORAL - Asri Sundari-163 13. KONSEPSI (COLLECTIVE MIND) WONG JAWA YANG TERCERMIN DALAM PITUDUH JAWA - Sri Ningsih dan Ali Badrudin-201 14.
    [Show full text]