Biopic Film and Political Identity: Contestation of Diversity of Ideology
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Vol.10 No.1 Desember 2018 ISSN 2338-428X (Online) DOI: 10.33153/capture.v10i1.2196 ISSN 2086-308X (Cetak) BIOPIC FILM AND POLITICAL IDENTITY: CONTESTATION OF DIVERSITY OF IDEOLOGY IN INDONESIAN MOVIES TEXT POST-SOEHARTO REGIME Dwi Haryanto1 1Universitas Jember Jawa Timur E-mail: [email protected] ABSTRACT This discussion examines the textuality relationship between the historical facts of biography and the narrative structure of films that present figures who during the New Order (Orde Baru) regime were alienated from Indonesian historiography. Through a study of the films Gie, Soegija, Sang Kiai, Soekarno, and Jenderal Soedirman, they can deconstruct the meaning of historical films produced by the New Order regime which are dominated by Soeharto's image. The emergence of biopic films that narrate the characters with identity plurality is a deconstructive tipical and reflects the antithesis of filmmakers on film products in the era of the Soeharto regime. Whereas in the New Order era, films with epic historical genre, identical to the hegemony of the military struggle which are reduced by civil society narratives, such as moslem teacher (kiai) and moslem student (santri) and other minority groups, which in the context of historical facts also contributed greatly to the era of nation formation through representation of ethnic nationalism and civic nationalism. The Indonesian discourse which is reflected in the hidden meanings of biopic films studied represents a plurality of ideologies and identity political formation in popular culture products. Keywords: biopic, film, identity politics, ideology, and Indonesian cinema ABSTRAK Bahasan ini mengkaji relasi tekstualitas antara fakta sejarah biografi dengan struktur naratif film-film yang menghadirkan tokoh yang selama rezim Orde Baru dialienasi dari historiografi Indonesia. Melalui kajian terhadap film Gie, Soegija, Sang Kiai, Soekarno, dan Jenderal Soedirman dapat mendekonstruksi makna film sejarah yang diproduksi oleh Rezim Orde Baru yang didominasi oleh image Soeharto. Kemunculan film-film biopik yang menarasikan tokoh-tokoh dengan pluralitas identitas menjadi penciri yang bersifat dekonstruktif dan merefleksikan antitesis dari para sineas terhadap produk film di era rezim Soeharto. Dimana pada era Orde Baru, film ber-genre epik sejarah, identik dengan hegemoni perjuangan militer yang direduksi narasi masyarakat sipil, seperti kalangan kiai dan santri maupun kelompok minoritas lainnya, yang dalam konteks fakta kebenaran sejarah juga berkontribusi besar dalam era pembentukan nation melalui representasi ethnic nasionalism dan civic nasionalism. Wacana ke-Indonesia-an yang tercermin dari makna-makna tersembunyi dalam film-film biopik yang dikaji merepresentasikan pluralitas ideologi dan formasi politik identitas dalam produk budaya popular. Kata kunci: Film, biopik, politik identitas, ideologi, dan sinema Indonesia 1. PENDAHULUAN Soeharto, ditandai oleh fenomena para Perspektif industri kreatif perfilman sineas (filmmaker) berani menghadirkan Indonesia pascakekuasaan rezim perspektif baru dengan mengangkat tema- 46 tema biografi yang direpresentasikan yang terkadang manipulatif dan hegemonik dalam visualisasi biografi tokoh-tokoh menurut perspektif penguasa. Fungsi film dalam sejarah Indonesia. Fenomena ini sebagai media indoktrinasi ideologi secara merupakan fakta dekonstruktif terhadap politis sangat efektif untuk membangun mainstream film-film ber-genre sejarah, kesadaran publik tentang pengakuan atas terutama era revolusi kemerdekaan fakta kebenaran sejarah penguasa, selain maupun dinamika internal perjalanan melalui penulisan teks-teks historiografi. bangsa Indonesia sebagai sebuah negara Karena film tidak hanya dipandang menjadi berdaulat yang bercirikan film-film heroik media tontonan yang menghibur, tokoh militer, termasuk juga peran melainkan juga berfungsi sebagai media Soeharto sebagai penguasa rezim Orde ekspresi yang sarat dengan nilai-nilai Baru melalui film Penumpasan estetis, etika, moral, dan ideologi Pemberontakan G 30 S/PKI (Arifin C. Noer, (Ayawaila, 2013:2). 1984 diproduksi oleh PPFN), Serangan Realitas sejarah biografi merupakan Fajar (Arifin C Noer, 1988, diproduksi oleh sumber-sumber kreatif bagi para sineas PPFN), Janur Kuning (Alam Rengga dan pelaku industri keratif film untuk Surawidjaja, 1979), maupun Enam Djam di diproduksi menjadi komoditas media film Jogja (Usmar Ismail, 1951 diproduksi (audiovisual). Dengan metode adaptasi, Perusahaan Film Nasional Indonesia- maka teks-teks biografi kemudian PERFINI). direkonstruksi sebagai media konten film, Era tahun 2000-an, di tengah arus yaitu film biopik (biography moving picture). utama film-film terlaris ber-genre komedi, Oleh karena itu, era tahun 2000-an roman percintaan, horor, action, maupun perfilman Indonesia diwarnai oleh hasil adaptasi dari novel (ekranisasi), hadir fenomena beragam film biopik yaitu film produksi film berbasis pada biografi yang berbasis pada deskriptif naratif tokoh (the selama kekuasaan Orde Baru greats man) (lihat Tabel 1). teralienasikan dalam historiografi Tabel 1. Film-film biopik era tahun 2000-an Tahun (penulisan sejarah) Indonesia, terutama No. Judul Film Sutradara Edar pada deskriptif naratif tokoh-tokoh besar 1. 2005 Gie Riri Riza Indonesia dalam konstruksi sejarah 2. 2010 Sang Pencerah Hanung Bramantyo perjuangan pendirian bangsa. Tidak dapat 3. 2012 Soegija Garin dinafikkan bahwa antara sejarah dan film Nugroho memiliki relasi logis yang sangat penting 4. 2012 Habibie & Ainun Faozan Rizal 5. 2013 Sang Kiai Rako dalam membangun mindset publik Prijanto terhadap fakta-fakta kebenaran sejarah 6. 2013 Soekarno Hanung Bramantyo 47 Vol.10 No.1 Desember 2018 ISSN 2338-428X (Online) DOI: 10.33153/capture.v10i1.2196 ISSN 2086-308X (Cetak) 7. 2014 Merry Riana: Hestu alienasi dalam historiografi Indonesia, Mimpi Sejuta Saputra Dolar seperti peran ulama besar Nahdlatul Ulama 8. 2015 Jenderal Viva Westi (NU) yaitu K.H. Hasyim Asy'ari. Fakta Soedirman 9. 2015 Guru Bangsa: Garin sejarah bagaimana perjuangan para ulama Tjokroaminoto Nugroho dan santri yang terwadahi dalam pasukan 10. 2016 Surat Cinta untuk Lukman Kartini Sardi Hizbullah, laskar yang kelahirannya hasil 11. 2016 Athirah Riri Reza kontribusi ulama NU termasuk K.H. Hasyim 12. 2016 RudyHabibie Hanung Bramantyo Asy‟ari, K.H. Wahid Hasyim, dan K.H. 13. 2017 Kartini Hanung Wahab Hasbullah, yang selama ini seakan Bramantyo terpinggirkan (El-Kayyis, 2015:v). Identitas Di antara film-film biopik tersebut dari tokoh-tokoh yang terpinggirkan dan terdapat keragaman dalam hal ideologi dan keterwakilan kelompok minoritas dalam identitas dari masing-masing tokoh yang konstruksi sosial politik di Indonesia dihadirkan dalam film. Deskriptif naratif- dihadirkan dalam industri sinematik sinematik atas visualisasi tokoh yang Indonesia, seperti film Sang Kiai memiliki keterkaitan dengan latar belakang (representasi biografi K.H. Hasyim Asy‟ari) representasi agama dari kalangan Islam dan Soegija (representasi biografi Mgr. dan Katolik, nasionalis religius, sosialis Albertus Soegijapranata, SJ), yang dapat nasionalisme, teknokrat, emansipasi, diartikan sebagai artikulasi dan ekspresi bahkan identitas etnis tionghoa. Artinya, politik identitas, yaitu suatu praktik politik pasca rezim Orde Baru ketika kebebasan yang dikaitkan dengan kepentingan berekspresi dan berkreativitas menemukan anggota-anggota sebuah kelompok sosial momentumnya maka film-film dari tokoh- yang merasa diperas dan tersingkir oleh tokoh yang selama ini teralienasi dari dominasi arus besar dalam sebuah bangsa historiografi Indonesia seperti Mgr. Albertus atau negara (Maarif dalam Fauzi dan Soegijapranata (Romo Soegija), Merry Panggabean, 2012:4). Riana, Soe Hok Gie, bahkan Soekarno Film-film biopik tidak saja difungsikan yang mengalami subordinasi politik semasa sebagai representasi biografi dari tokoh Orde Baru dihadirkan dalam film oleh para yang dihadirkan melalui media audiovisual sineas. Kelompok lain yang pada era Orde oleh sineas, melainkan dalam diri sosok Baru menjadi kelompok yang tokoh tersebut melekat identitas-identitas termarginalkan adalah dari kelompok santri yang membentuk suatu konstruksi dari dan ulama. Bagaimana kontribusi para keragaman masing-masing ideologi yang ulama dan santri dalam konteks sejarah melatarbelakangi kiprah para tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia mengalami dalam konteks konstruksi sejarah. Artinya, 48 secara politis identitas mereka juga Hakikat film merupakan produk berpengaruh terhadap ideologi yang budaya populer yang memang diperjuangkan, seperti dalam film Sang Kiai diorientasikan untuk kepentingan pasar bagaimana K.H. Hasyim Asy'ari (bisnis-uang) dan kebutuhan propaganda divisualisasikan secara sinematik sebagai bagian dari komunikasi massa. memposisikan Islam sebagai basis Berlangsung suatu bentuk strategi media perjuangan dan sikap nasionalismenya dengan melakukan rekayasa komodifikasi, dalam konteks kebangsaan. Demikian pula terutama menjadikan biografi sebagai dengan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, perlawanan kultural politik identitas dari melalui film Soegija, sebagai uskup pribumi tokoh-tokoh yang selama ini teralienasikan pertama Indonesia juga memposisikan dalam historiografi Indonesia melalui ideologi agama Katolik sebagai basis konsepsi komoditas film. perjuangannya dalam bersikap terhadap konsepsi nasionalisme dan kebangsaan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Secara dekonstruktif, keberanian sineas Tesis Ninah Arisyanti yang berjudul menghadirkan film-film nasional bertema Politik Identitas Tokoh Keagamaan biografi