1 Penjual Jamu Keliling Di Kecamatan Malalayang Kota

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 Penjual Jamu Keliling Di Kecamatan Malalayang Kota PENJUAL JAMU KELILING DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Jeine Dewi Budiantho 090817001 ABSTRACT The informal sector is a safety in the construction sector in Indonesia, especially in solving work problems. This is due to the field in the informal sector, then there will be no unemployment. The informal sector is beginning to be recognized is an alternative to solve the problem of providing jobs. Informal workers especially Jamu Gendong Sellers are generally derived from the outskirts of Java. Jamu gendong is one that is widely consumed health drink for people of various social classes. With the jamu gendong, almost all people believe in the usefulness, especially for health. Prior to bloom and spread among the people of various herbs, of course jamu gendong is the main heir to believe in healing all kinds of diseases and of course make as health care. Jamu gendong can be estimated that the utilization is still high. The presence of the seller jamu gendong still visible in every hallway city of Manado. Under current conditions with a wide range of products offered instantly factories, sales jamu gendong can still survive because of the various ways or strategies undertaken jamu gendong sellers. The persistence jamu gendong because the price is relatively cheap and affordable, its sales were conducted door to door (door to door) so jamu gendong can survive, and pristine potion making sure buyers will quality and quality. Keywords : jamu gendong, health, informal 1 Pendahuluan migran pada akhirnya terpaksa harus memilih sektor informal karena Pertambahan penduduk di kepastiannya dalam memperoleh negara berkembang memunculkan pendapatan secara mudah tanpa persoalan baru antara lain masalah banyak syarat. Selain dikarenakan mobilitas (Mantra, 1995). Persoalan keterbatasan lahan sektor formal di ini muncul karena desakan daya perkotaan, faktor pendidikan rendah dukung lingkungan sudah tidak dan keterampilan terbatas yang memungkinkan lagi sehingga dimiliki rata-rata para migran pun penduduk berpindah–pindah dari menjadi salah satu faktor satu daerah ke daerah yang lain, menjamurnya sektor informal di dengan anggapan bahwa daerah perkotaan. Beberapa penelitian yang tersebut mempunyai fasilitas lebih pernah dilakukan mengungkapkan baik dan menguntungkan bagi diri bahwa pekerja di sektor informal serta keluarganya. umumnya berasal dari desa Perantau di Indonesia biasanya (Manning et al,1984; Hidayat,1978). dilakukan oleh orang–orang yang Sektor informal merupakan juga mempunyai tujuan untuk sektor pengaman dalam pem- mencari mata pencaharian hidup bangunan di Indonesia terutama yang lebih baik, tetapi bersifat dalam memecahkan masalah berpergian sementara saja. Hal ini pekerjaan. Hal ini karena adanya didukung oleh pendapat (Kampto lapangan di sektor informal maka Utomo, 1958) yang mengatakan tidak akan terjadi pengangguran. bahwa mereka (para migran) Sektor informal ini mulai diakui mempunyai harapan apabila sudah merupakan alternatif dalam cukup harta bendanya maka mereka memecahkan masalah penyediaan akan kembali lagi ke kampung lapangan pekerjaan. halaman asal, atau migrasi spontan. (Koentjaraningrat 1982). Para pekerja informal terutama Penjual Jamu Gendong umumnya Penekanan pada latar belakang berasal dari luar kota yaitu dari kondisi perdesaan yang serba Jawa. Jamu gendong merupakan kesulitan dianggap cukup beralasan salah satu minuman kesehatan yang karena sektor informal dianggap banyak dikonsumsi bagi masyarakat bermula dari proses migrasi dari berbagai kelas sosial. Dengan desa ke kota yang berlangsung terus- adanya jamu gendong, hampir menerus, yakni arus pekerja yang seluruh masyarakat mempercayai berlebih keluar dari perdesaan. Para khasiatnya, terutama bagi kesehatan. 2 Sebelum marak dan menyebar aktifitas atau pola tindakan manusia berbagai jamu di kalangan dalam masyarakat. Dan yang ketiga masyarakat, tentunya jamu gendong yaitu, hasil karya manusia berupa adalah pewaris utama untuk tindakan yang oleh Koentjaraningrat meyakini dalam penyembuhan (2005) diartikan sebagai segala jenis penyakit dan tentunya kebudayaan: “Kebudayaan adalah menjadikan sebagai perawatan keseluruhan sistem gagasan dan kesehatan. Dapat diperkirakan rasa, tindakan, serta karya yang bahwa pemanfaatan jamu gendong dihasilkan manusia dalam masih tinggi. Keberadaan penjual kehidupan bermasyarakat, yang jamu gendong masih terlihat di dijadikan miliknya dengan belajar”. setiap lorong Kota Manado. Ketiga aspek kebudayaan yang Dalam kondisi saat ini dengan dibawa oleh para penjual jamu berbagai macam produk pabrik yang gendong lama kelamaan mengalami ditawarkan secara instan, penjualan percampuran kebudayaan dengan jamu gendong masih bisa bertahan masyarakat penerima yaitu masya- dikarenakan berbagai cara atau rakat Manado. Yang dimaksud strategi yang dilakukan para penjual dengan percampuran kebudayaan jamu gendong. Bertahannya jamu atau proses akulturasi yaitu : “Proses gendong karena harganya yang sosial yang timbul apabila relatif murah dan terjangkau, sekelompok manusia dengan suatu penjualannya yang dilakukan secara kebudayaan tertentu dihadapkan door to door (dari rumah ke rumah) pada unsur–unsur dari suatu sehingga jamu gendong bisa kebudayaan asing sehingga unsur– bertahan, dan ramuannya yang unsur asing itu lambat–laun diterima masih alami membuat para pembeli dan diolah kedalam kebudayaan yakin akan mutu dan kualitasnya. sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan Konsep Kebudayaan itu” (Koentjaraningrat 2005). Kehidupan penjual jamu Selanjutnya menurut Koentjara- gendong di Kecamatan Malalayang ningrat, nilai budaya itu merupakan diwarnai dengan kebudayaan yang salah satu bagian paling abstrak dari mereka bawa dari tempat asal sistem gagasan atau ide–ide dan mereka. Kebudayaan yang dimak- biasanya berfungsi sebagai pedoman sudkan disini menyangkut 3 (tiga) tertinggi bagi kelakuan manusia. aspek. Pertama yaitu, ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua yaitu, 3 Menurut Spadley, “Kebudayaan kepercayaan serta latar belakang hendaknya dipahami sebagai pendidikan mereka. Selanjutnya, pengetahuan yang diperoleh dan strategi adaptasi berarti cara untuk dipergunakan untuk menginter- mencapai keadaan yang mapan dan pretasikan pengalaman dan strategi adaptasi terwujud dalam melahirkan tingkah laku serta bentuk mata pencaharian dalam strategi tindakan dalam hidup kehidupan. sehari–hari” (Spradley, 2007). Menurut Edi Suharto (2003), Lingkungan mempengaruhi kebu- strategi adaptasi yang disebut juga dayaan, sehingga kebudayaan yang sebagai corping strategies dalam terbentuk merupakan nilai–nilai, mengatasi goncangan dan tekanan norma–norma, dan model–model ekonomi di kelompokkan menjadi 3 pengetahuan yang sudah disesuaikan kategori, yaitu: dengan kebutuhan lingkungan yang 1) Strategi Aktif dihadapi penjual jamu gendong. Yaitu strategi yang Dengan demikian kebudayaan yang mengoptimalkan segala potensi tumbuh di desa berbeda dengan di keluarga untuk (misalnya kota. melakukan aktifitas sendiri, Strategi Adaptasi memperpanjang jam kerja, Menurut Amri Marzali (2003), memanfaatkan sumber atau strategi adaptasi merupakan perilaku tanaman liar di lingkungan sekitar manusia dalam mengalokasikan dan sebagainya) sumberdaya yang mereka miliki 2) Strategi Pasif dalam menghadapi masalah – Yaitu mengurangi pengeluaran masalah sebagai pilihan – pilihan keluarga (misalnya pengeluaran tindakan yang tepat guna sesuai biaya untuk sandang, pangan, dengan lingkungan sosial, kultural, pendidikan, dan sebagainya) ekonomi, dan ekologis, di tempat 3) Strategi Jaringan dimana mereka hidup. Strategi Misalnya menjalin relasi, baik adaptasi dianggap paling cocok dan secara informal maupun formal menguntungkan untuk menghadapi dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan yang sudah berubah lingkungan kelembagaan (misal- sehingga masyarakat dapat nya: meminjam uang tetangga, mencapai keadaan hidup yang mengutang ke warung, meman- mapan, tidak hanya didasarkan pada faatkan program anti kemiskinan, pertimbangan ekonomi saja, tetapi meminjam uang ke rentenir atau juga amat dipengaruhi struktur bank, dan sebagainya) sosial, politik, agama, dan 4 Migrasi dipelihara para migran dalam Pada dasarnya migrasi adalah mengatasi kesulitan yang pergerakan penduduk secara dihadapinya di kota. geografis, atau perpindahan Ketiga bentuk tersebut, yaitu: penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Hugo (1986) membedakan 1. Jaringan sosial yang didasarkan migrasi dalam dua kategori, yaitu pada sistem kekerabatan dan migrasi permanen dan non kekeluargaan, khususnya permanen. Perbedaannya terletak dengan migran yang se daerah pada tujuan pergerakan tersebut. asal. Jaringan sosial semacam Bila seorang migran bertujuan untuk ini sengaja dibentuk dan pindah tempat tinggal secara tetap, dikembangkan oleh para migran migran tersebut dikategorikan sebagai salah satu strategi sebagai migran permanen. mengatasi persoalan yang Sedangkan migran non permanen dihadapi di kota dan adalah migran yang memiliki jangka mempertahankan kehidupannya waktu untuk tinggal disuatu tempat. di kota; Jaringan Sosial 2. Jaringan sosial yang dibentuk dan dikembangkan dengan Ada cukup banyak strategi yang kelompok – kelompok sosial dikembangkan para migran dalam dalam pola hubungan sosial usahanya untuk mempertahankan vertikal, yaitu dengan orang – kehidupannya di kota dan meraih orang yang memiliki kegiatan kesuksesan dalam kegiatan ekonomi usaha atau kondisi keuangan yang dilakukannya. Salah satu lebih mantap. Bentuk hubungan strategi yang dilakukan migran sosial semacam ini merupakan adalah dengan cara mengembangkan
Recommended publications
  • Pemberdayaan Usaha Jajanan Pasar Guna Peningkatan Industri Kecil Menengah Di Sidoarjo
    Versi online / URL : Volume 14, Mei 2017 PEMBERDAYAAN USAHA JAJANAN PASAR GUNA PENINGKATAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI SIDOARJO Ribangun bamban Jakaria1, Arief Wisaksono2, Cylen setyo rini3 Univeritas muhammadiyah sidoarjo [email protected] ABSTRAK Jajanan pasar yang banyak diperdagangkan di warung-warung, pasar hingga sentra-sentra kuliner wilayah kecamatan Porong Sidoarjo dan sekitarnya adalah hasil produksi yang dikelola oleh usaha-usaha mikro yang tersebar di beberapa tempat di wilayah Kecamatan Porong sendiri, diantaranya adalah usaha mikro “jajanan mbak Anis” yang memproduksi kue-kue basah maupun kering yang tidak hanya melayani permintaan dari perorangan tetapi juga melayani warung dan pemesanan dalam hal ini sebagai mitra 1. Sedangkan mitra 2 adalah kelompok pedagang keliling, yang melakukan penjualan jajanan berupa kue basah dan kering. Permasalahan mitra 1 adalah produksi jajanan berupa kue kering maupun basah, dengan proses pengerjaan masih dilakukan secara manual terutama dalam memotong wortel sebagai bahan baku isi kue pastel. Permasalahan yang dialami oleh ‘kelompok pedagang jajan keliling’ sebagai mitra 2 adalah display tempat jajanan kurang menarik. Dari permasalahan kedua mitra tersebut maka solusi yang diberikan pada mitra 1 adalah, membuatkan alat pemotong wortel dalam bentuk dadu secara sederhana. Solusi untuk mitra 2 adalah, dengan menyediakan tempat display produk Jajanan yang memadai dan bersih. Dengan memberikan solusi atas permasalahan tersebut maka, akan memberikan dampak pada proses pemotongan wortel yang
    [Show full text]
  • Tourism Employments Changes in Indonesia
    International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 21, Issue 5 (April) ISSN 2289-1552 2020 TOURISM EMPLOYMENTS CHANGES IN INDONESIA Maula Fadhilata Rahmatika M. Pudjihardjo Sasongko ABSTRACT Unemployment and poverty are the main problems in every developing country. One solution used to stimulate job creation and poverty reduction is to develop the tourism sector. With its natural beauty, the tourism sector in Indonesia has been able to develop rapidly in recent years. The development of the tourism sector in Indonesia certainly also affects the structure of the workforce. This research was conducted to determine the effectiveness of employment in the tourism sector and provide policy recommendations by the results of the projected labour needs over the next few years. The method used in this research is a mixed-method to look deeper into the condition of the existing tourism workforce. The results showed that the elasticity of employment absorption in the tourism sector in 2010-2018 was 0.02. Also, the projected labour demand for the tourism sector from 2019-2023 shows a positive trend. The low language and tourism education constraints become one of the problems that cause the tourism sector has not yet developed optimally. Keywords: elasticity, employment changes, tourism, labour demand, Indonesia. INTRODUCTION Policymakers in developing countries have been worked hard on reducing unemployment rate in these recent years. In Indonesia, reducing unemployment rate has been viewed as an annual task and leads to make unemployment as a problematic issue to deal with. Compared to other developing countries in Southeast Asia, Indonesia’s unemployment rate is the highest with Mongolia, Pakistan, and Philippines (Trading Economics, 2017).
    [Show full text]
  • Studi Kasus Pada Warung Tegal Di Jakarta Timur)
    Journal of Development and Social Change, Vol. 1, No. 2, Oktober 2018: P.159-166 p-ISSN 2614-5766, https: //jurnal.uns.ac.id/jodasc WARUNG TEGAL: RELASI KAMPUNG MENYANGGA KOTA JAKARTA (Studi Kasus Pada Warung Tegal di Jakarta Timur) Maflahah1, Akhmad Ramdhon2 1,2Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Indonesia Email1: [email protected], Email2: [email protected] Received 2 Maret 2018, Accepted 8 April 2018, Available online 21 Oktober 2018 Abstract : Low of skills and education background lead Tegal society was unable to access the economic formal sector in urban areas. Then, they choose the informal sectors such as street vendors, pedicab, and others to get money. Warung Tegal is one of to be a solution to keep them alive in the city. Warung Tegal become one of the solution to address this problem, moreover Warung Tegal is does not need high education and specific skills to do. The purpose of this research is to identified how Warung Tegal as a informal sector can stay and keep growing as high as city’s development to be a buffer the economic of the city. Theory that use in this research is Pierre Bourdieu’s social capital. The method that use in this research is qualitative research. The approach that use is case study and the sampling method is purposive sampling. Warung Tegal can be one of solution that can stay and compete in economic of the city. It prove that Warung Tegal can give a economic welfare to Tegal society. It can be seen that there are a lot of warteg with high persistent, mutual cooperation, and high social capital between warteg seller give a power to each other to stay in the city.
    [Show full text]
  • Pelatihan Karyawan Di Warung Spesial Sambal Yogyakarta
    PELATIHAN KARYAWAN DI WARUNG SPESIAL SAMBAL YOGYAKARTA Robinal Sugianto Manajemen Sumber Daya Manusia Universitas Islam Indonesia Jl. Prawiro Kuat, Condong Catur, Kecamatan Depok, Condongcatur, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta INDONESIA [email protected] ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pelatihan Karyawan di Warung Spesial Sambal Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui bagaimana Pelatihan Karyawan di Warung Spesial Sambal Yogyakarta, 2) untuk mengetahui apa perbedaan pelatihan di warung special sambal Yogyakarta dengan yang lainya, dan 3) untuk mengetahui dampak pelatihan terhadap karyawan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentsi. Narasumber didalam penelitian ini adalah Doni Setiawan, Widyatmoyo, Buangsetiawan, Ridwan Nurahman, Nabilla Nuvianti Putri, dan Ari Cahyanti. Untuk mengetahui keabsahan data digunakan uji kredibilitas dan uji transferability. Metode penggujian data menggunakan triangulasi sedangkan metode analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/verification. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat dua cara pelatihan yang di terapkan warung spesial sambal, yakni pelatihan level warung dan warung level manajemen. Disamping itu, terdapat metode pelatihan yaitu dengan memberikan teori atau nilai-nilai dasar kepribadian dan praktek (workshop). Spiritual company universal atau disebut prinsip dasar kepribadian yaitu Jujur, Disiplin, Kerja Keras, Rendah Hati, dan Takwa, yang diterapkan warung special sambal
    [Show full text]
  • Pelatihan Perancangan Kemasan Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Di Pabrik Krupuk Sgm Mulya
    Volume 3, Nomor 3, September (2020) http://dx.doi.org/10.36257/apts.vxix PELATIHAN PERANCANGAN KEMASAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK DI PABRIK KRUPUK SGM MULYA Tri Wisudawati1), Ecclisia Sulistyowati 2) 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universtas Duta Bangsa Surakarta 2 Program Studi Manajemen, Fakultas Hukum dan Bisnis, Universtas Duta Bangsa Surakarta email: [email protected], [email protected] Abstract Various facilities that are felt in utilizing information technology in the industry are very helpful in marketing activities ranging from marketing products, finding customers to buying and selling transactions that can increase competitiveness so that it can develop more rapidly. The development of technology in facing business competition is so rapid, especially in the field of marketing, so that the home industry business "SMG Crackers Factory" has not used marketing strategies to increase the product brand and sales of these crackers. The development of technology here is the development of information innovation in marketing. The SMG Crackers Factory only becomes a distributor who distributes the crackers daily to the seller of mobile crackers in a makeshift packaging such as a tin jar box. So we will provide training to owners and employees in increasing product innovation by using the 4P marketing mix method, namely Product, Price, Place, and Promotion. As a result of this community service, SMG crackers factories can market their products maximally in various market segments through product designs that contain company brand information and can market products with more variety and attract consumers. Keywords: Product quality, Marketing Mix, Marketing, Packaging Design 1.
    [Show full text]
  • PENGUSAHA WARUNG TEGAL DI JAKARTA (Pendekatan Modal Sosial)
    Jurnal Hukum Islam (JHI), Volume 13, Nomor 1, Juni 2015, (13-24) Website : http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/jhi PENGUSAHA WARUNG TEGAL DI JAKARTA (Pendekatan Modal Sosial) Rinda Asytuti Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Pekalongan Jl. Kusumabangsa No. 9 Pekalongan, Jawa Tengah 51114 [email protected] Abstract: Warung Tegal (Warteg) is an example of local based small and medium enterprises, of which the owners are coming from a local town called Tegal. While the town of Tegal, where such restaurants originally come from, has its own distinctive culture, Warung Tegal are closely linked with urban migrant culture of Jakarta. Warteg is not only a place to suffice people needs of having meals but also as a place for people to share and discuss stories and information from daily life up to political issues. On the other hand, this small enterprise is not individually owned, but rather it is owned and developed by families in turns. I found the social modal factor within Warteg owners is interesting to be further researched. This study aims at finding out the level of social modal among Warteg owners in Jakarta. The quantitative approach to measure social modal based on the variables of cohesion, trust, norms and economic empowering networking were employed in this research. The result of this study showed that there was a significant correlation of 54.8 % between social modal variables, which included cohesion, trust, norms and networking, and Warteg economic development. Additionally, the result of the study also indicated that cohesion level and networking factor were the most significant factors influencing the economic development of Warteg in Jakarta.
    [Show full text]
  • Documenting Family Businesses Typology in Traditional Food Sector in Surabaya: Architecture Design and Business Principles
    Documenting Family Businesses Typology in Traditional Food Sector in Surabaya: Architecture Design and Business Principles Priskila Adiasih 1,*, Gunawan Tanuwidjaja 2, and Adi Wibowo 3, 1 Business Accounting Program, Petra Christian University, Indonesia 2 Architecture Program Study, Petra Christian University, Indonesia 3 General Education Department, Petra Christian University, Indonesia Abstract. Family business (FB) in the food industry was very important. Capturing the Family Business Resilience in Traditional Food Sector in Surabaya was conducted from 2015 to 2016 by Petra Christian University, funded by UBCHEA (https://unitedboard.org/). The purposes were to document the Family Business in traditional food sector in Surabaya and the types of business place of the family business. It was conducted with qualitative methods of: FB location mapping, students’ workshop, interview and photo documentation, video documentation, SWOT analysis, marketing and architectural design for traditional food vendors. FB in Traditional Food Sector in Surabaya were found interesting but less sustainable. The Business Principles, such as, hard work and humility were found central. They could be more sustainable with application of human resources development and professional management. Meanwhile attractive factors of the FBs were the food quality, human service and affordable food price. Several types of architecture typology were found: the restaurant, the legal eating place (warung) and the illegal street-hawker stall. The informal ones were found because of the behavior of Surabaya’s residents. Lastly, more business development strategies were needed, such as website marketing, collaboration with online marketing such as Go-Food and architectural rehabilitation. Keyword: family business, Surabaya traditional food, food quality, food prices 1 Introduction 1.1 Background Tirdasari & Dhewanto, [1], 1 highlighted the importance of family business in hospitality industry of Indonesia, especially the food industry.
    [Show full text]
  • Indonesian Food Culture Mapping: a Starter Contribution to Promote Indonesian Culinary Tourism Serli Wijaya
    Wijaya Journal of Ethnic Foods (2019) 6:9 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-019-0009-3 REVIEW ARTICLE Open Access Indonesian food culture mapping: a starter contribution to promote Indonesian culinary tourism Serli Wijaya Abstract The food culture of Indonesia is shaped by several factors such as nature, history, and culture. With its enormous geographic and cultural diversity across the archipelagos, it is evident that Indonesian cuisine is rich in variety and taste. As such, food can be utilised as a strategic means to boost the tourism industry of the country. In the past 5 years, the Indonesian government has given a great support for the development of culinary tourism as one special interest tourism sector that is promoted extensively to the international market. Promoting Indonesian culinary tourism should not be merely exposing the ample varieties of the traditional food that Indonesia has, but more importantly, telling the market about the socio-cultural values behind the food itself. This study aimed to portray how Indonesian food culture has been shaped, developed, and held as the value embedded in the society and has been passed from one generation to the next. For the purpose of the study, a range of literature from journal articles, books, archives, magazines, and articles to Internet sources that are relevant to Indonesian culinary discussions was reviewed. Keywords: Food culture, Indonesian cuisine, Culinary tourism Introduction international visitors [5]. There are thousands of local Food plays a significant part in all aspects of human life, foods which potentially offer a strong focal point to por- including from fulfilling basic physiological needs to tray Indonesia as a tourism destination.
    [Show full text]
  • Tradisi Minum Jamu Cekok Mempengaruhi Peningkatan Nafsu Makan Anak Serta Proses Pewarisan Dari Generasi Ke Generasi
    MAKARA, KESEHATAN, VOL. 7, NO. 1, JUNI 2003 RAMUAN JAMU CEKOK SEBAGAI PENYEMBUHAN KURANG NAFSU MAKAN PADA ANAK: SUATU KAJIAN ETNOMEDISIN Afiani Ika Limananti, Atik Triratnawati Jurusan Antropologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia Abstrak Jamu berupa ramuan tradisional sebagai salah satu upaya pengobatan telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tujuan : mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan dan kesehatan tubuh, serta untuk tujuan kecantikan. Salah satu jenis jamu yang terdapat di Yogyakarta adalah jamu cekok khusus untuk anak-anak. Tujuan tulisan ini adalah mengetahui ramuan yang terkandung dalam jamu cekok serta mengetahui manfaat jamu cekok terhadap peningkatan nafsu makan dan kesehatan anak. Konsumen jamu cekok sebagai informan penelitian ini adalah lima keluarga yang memiliki anak usia balita. Keterangan tambahan diperoleh dari pemilik warung jamu cekok dan seorang ahli tanaman obat tradisional. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga Juni tahun 2003. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam serta sumber pustaka yang relevan. Bahan utama jamu cekok adalah empon-empon yang terdiri dari Curcuma xanthorriza Robx (temulawak), Zingiber americans L. (lempuyang emprit), Tinospora tuberculata Beume (brotowali), Curcuma aeruginaosa Robx (temu ireng) serta Carica papaya L. (papaya). Alasan utama orang tua mencekok anaknya karena hilangnya nafsu makan yang dikhawatirkan akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak. Manfaat utama pengobatan ini adalah mengembalikan napsu makan anak disamping sebagai cara penyembuhan mencret, perut kembung, cacingan serta batuk dan pilek. Pengaruh faktor kepercayaan atau sugesti akan khasiat jamu cekok mengakibatkan konsumen menyatakan kepuasannya setelah mencekokkan anaknya. Kepercayaan ini tidak lepas dari pengaruh tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
    [Show full text]
  • Food Menu Starters
    AJENGAN - FOOD MENU STARTERS 1. Krupuk Udang $7.00 Basket of Indonesian shrimp crackers with peanut sauce 2. Krupuk Singkong $7.00 (V) Basket of spicy cassava crackers with peanut sauce (veg) 3. Apokat Mebasa Santen Misi Oong $15.00 (V) Avocado with mushroom and coconut cream sauce (veg) 4. Sayur Tahu $14.00 (V) Lemongrass and coconut soup with rice noodles, corn, spring onion, mung beans and soya bean curd (veg) 5. Cumi-Cumi Mebasa Lalah $16.00 Calamari sautéed in dark spicy sauce 6. Kerang Mebasa Lalah $16.00 Steamed whole mussels in bowl of tomato spicy sauce 7. Udang Mebasa Santen $16.00 Seasonal prawns in spicy coconut sauce ACCOMPANIMENTS 8. Nasi Putih $3.00 (V) Fragrant steamed rice per individual serve 9. Sesaur $3.00 (V) Shredded coconut with palm sugar and spices 10. Basa Kacang $3.00 (V) Peanut sauce by the bowl FISH & SEAFOOD 11. Be Pasih Panggang $28.00 Whole grilled seasonal fish with Balinese spicy tomato relish, includes shrimp paste 12. Be Pasih Asem Manis $28.00 Pan-fried seasonal fish fillets with light coconut and tamarind palm sugar sauce and spinach and potato 13. Campuran Be Pasih Mebasa Kental $36.00 Seasonal seafood – prawns, calamari, mussels, pipis, baby squid, fish fillet – in large bowl of spicy coconut sauce CHICKEN DISHES 14. Sate Ayam Mebasa Kacang $23.00 Chicken satay with peanut sauce and acar 15. Mie Goreng Ayam $25.00 Stir-fried wheat noodles with chicken pieces, bok choi, Chinese cabbage, capsicum, broccoli and bean shoots 16. Ayam Negara $28.00 West Bali style chicken – boneless chicken pieces in coconut and candlenut gravy with half boiled egg 17.
    [Show full text]
  • Small Plates° Salads° Pasta° Grill° Warung° Pizza
    small plates° grill° burgers° baja taco (2) 120 baby snapper 190 the cliff burger 265 crisp snapper fillets, cabbage, radish, onion, baby snapper fillet, fennel, orange, pine nut, 150g wagyu beef patty, seared foie gras, bacon, coriander, salsa verde, lime mayo wild rocket cheese, onion, pickle, relish, secret sauce, baby burger+ loaded fries mac & cheese balls (3) 90 giant papuan prawns 335 macaroni, triple cheese, truffle aioli butterflied giant prawns, kemangi butter, tropical burger 220 sambal, steamed vegetable, white rice 150g wagyu beef patty, palm syrup bacon, soft shell crab 120 smoked pineapple, lettuce, onion rings, jicama, pineapple, cucumber, coriander, local lobster 650 relish, mayo+ loaded fries sweet chilli 500g whole lobster, tarragon butter, bisque foam, salmon roe, steamed vegetable, baby potato los pollos burger 180 scallop & prawn fritters (3) 100 crispy chicken, chilli sauce, shredded lettuce, scallop, prawn, roasted cauliflower, steak frites 400 avocado, salsa, sour cream + loaded fries pork crackling, lime mayo dry-aged australian ribeye, red wine jus, café de paris butter,fries veggie burger 150 smoky eggplant dip 90 grilled portobello mushroom, baby leaves, eggplant dip, flatbread tempeh, beetroot, shallot, walnut, hazelnut dressing, aioli + loaded fries indonesian tuna ceviche 120 warung° yellowfin tuna ‘ceviche’, chilli, kaffir lime, nasi or mie goreng nelayan 180 lemon basil, virgin coconut oil fresh seafood, egg net, fried rice or noodles, spices & sweet soy bbq+ fried° prawn cocktail 140 185 poached prawns,
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    STRATEGI MEMIKAT DAN MEMPERTAHANKAN PELANGGAN MELALUI DIGITAL MARKETING DAN APLIKASI KEUANGAN FINTECH WARUNG JAMU TRADISIONAL PADA ERA PANDEMI COVID-19 Sofiati1, Ika Septi Kurnia Anggraeni2 1) STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, e-mail : [email protected] 2) Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta, e-mail : [email protected] ABSTRACT The aim of this program is to formulate a strategy to attract and retain customers in bu Hadi's traditional herbal medicine stalls during the COVID-19 pandemic. Forming an independent entrepreneur based on science and technology, improving business management skills for the home industry community in particular traditional herbal medicine drinks in Yogyakarta and creating entrepreneurial training methods suitable for traditional herbal medicine entrepreneurs. The method of recruiting participants through the selection of survey results in several traditional herbal medicine stalls and sellers of jamu gendong keliling in Yogyakarta. The method used in achieving the objectives of the training implementation of this Training Program is the supply through two stages between the first, the supply of materials in tutorials accompanied by discussions, role playing in the location of traditional jamu stalls bu Hadi, both practices guided by the advocate. The target and externality to be achieved from this program is to produce a new independent female entrepreneur based on science and technology in the traditional herbal beverage home industry during the COVID- 19 pandemic. The outer in the form of services and products of traditional herbal medicine drinks.Keywords: COVID-19 Pandemic, Modern Marketing, Digital Marketing, Digital Financial Technology ABSTRAK Tujuan program ini adalah merumuskan strategi memikat dan mempertahankan pelanggan di warung jamu tradisional bu Hadi pada saat pandemi COVID-19.
    [Show full text]