Download This PDF File
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
STRATEGI MEMIKAT DAN MEMPERTAHANKAN PELANGGAN MELALUI DIGITAL MARKETING DAN APLIKASI KEUANGAN FINTECH WARUNG JAMU TRADISIONAL PADA ERA PANDEMI COVID-19 Sofiati1, Ika Septi Kurnia Anggraeni2 1) STIE Widya Wiwaha Yogyakarta, e-mail : [email protected] 2) Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta, e-mail : [email protected] ABSTRACT The aim of this program is to formulate a strategy to attract and retain customers in bu Hadi's traditional herbal medicine stalls during the COVID-19 pandemic. Forming an independent entrepreneur based on science and technology, improving business management skills for the home industry community in particular traditional herbal medicine drinks in Yogyakarta and creating entrepreneurial training methods suitable for traditional herbal medicine entrepreneurs. The method of recruiting participants through the selection of survey results in several traditional herbal medicine stalls and sellers of jamu gendong keliling in Yogyakarta. The method used in achieving the objectives of the training implementation of this Training Program is the supply through two stages between the first, the supply of materials in tutorials accompanied by discussions, role playing in the location of traditional jamu stalls bu Hadi, both practices guided by the advocate. The target and externality to be achieved from this program is to produce a new independent female entrepreneur based on science and technology in the traditional herbal beverage home industry during the COVID- 19 pandemic. The outer in the form of services and products of traditional herbal medicine drinks.Keywords: COVID-19 Pandemic, Modern Marketing, Digital Marketing, Digital Financial Technology ABSTRAK Tujuan program ini adalah merumuskan strategi memikat dan mempertahankan pelanggan di warung jamu tradisional bu Hadi pada saat pandemi COVID-19. Membentuk seorang wirausahawan mandiri yang berbasis iptek, meningkatkan ketrampilan manajemen usaha bagi masyarakat industri rumahan pada khususnya minuman jamu tradisional di Yogyakarta dan menciptakan metode pelatihan kewirausahaan yang cocok bagi pengusaha jamu tradisional. Metode perekrutan peserta melalui seleksi hasil survey di beberapa warung jamu tradisional maupun penjual jamu gendong keliling di Yogyakarta. Adapun metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan pelaksanaan pelatihan Program Pelatihan ini adalah pembekalan melalui dua tahap antara pertama, pembekalan materi secara tutorial disertai diskusi, bermain peran di lokasi warung jamu tradisional bu Hadi oleh Pengusul, kedua praktek dipandu pengusul .Target dan luaran yang ingin dicapai dari program ini adalah menghasilkan seorang wirausahawan baru perempuan mandiri yang berbasis iptek di industri rumahan minuman jamu tradisional pada saat pandemic COVID-19. Adapun luaran dalam bentuk jasa dan produk minuman jamu tradisional. Kata kunci: Pandemi COVID-19, Pemasaran Modern, Digital Marketing, Financial Technology Digital 1. Pendahuluan pandemi COVID-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian domestik seperti Jamu Tradisional adalah sebutan untuk obat penurunan konsumsi dan daya beli, tradisional dari Indonesia. Belakangan penurunan pada kinerja perusahaan, populer dengan sebutan herba atau herbal. ancaman pada sektor perbankan dan Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa keuangan, serta semakin lemahnya bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar eksistensi UMKM di Indonesia. -akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Ada juga menggunakan bahan dari Mitra yang diajak berkolaborasi tubuh hewan, seperti empedu kambing, dalam hal ini praktisi yang memiliki warung empedu ular, atau tangkur buaya. Seringkali jamu tradisional di Suryatmajan, kuning telur ayam kampung atau bebek, Yogyakarta. Permasalahan yang ditemukan, anggur juga dipergunakan untuk tambahan sebagian besar pengusaha UMKM kurang campuran pada jamu. Jamu biasanya terasa memperhatikan strategi pemasaran yang pahit sehingga perlu ditambah madu sebagai baik khususnya strategi memikat dan pemanis agar rasanya dapat ditoleransi mempertahankan pelanggan jamu peminumnya. Bahkan ada pula jamu yang tradisonal. Akibatnya, saat pandemi ditambah dengan anggur, selain berfungsi COVID-19 banyak warung jamu tradisional sebagai pengurang rasa pahit, anggur juga yang menutup usaha karena masih berfungsi sebagai penghangat tubuh. Dari melakukan cara tradisional untuk banyaknya pedagang jamu tradisional di menjalankan usaha. Berdasarkan survey di Yogyakarta sangat bervariasi untuk setiap warung jamu tradisional bu Hadi pengusul penjaja jamu. Hal tersebut tergantung pada menemukan permasalahan bahwa pelanggan kebiasaan yang mereka pelajari dari jamu di warung bu Hadi sebagian besar pengalaman tentang jamu apa yang diminati adalah ibu-ibu. Di samping itu mereka serta pesanan yang diminta oleh pelanggan. merasa pembeli maupun pelanggan datang Setiap hari jumlah dan jenis jamu yang sendiri melalui informasi dari mulut ke dijajakan tidak selalu sama, tergantung mulut dan kalau pasar sedang sepi mereka kebiasaan dan kebutuhan konsumen. menganggap belum rejekinya. Situasi Pandemik COVID-19 Bertitik tolak dari pemasalahan memberi dampak yang cukup signifikan tersebut, solusi yang ditawarkan tim bagi Indonesia (Implikasi & Usaha, 2020) pengabdi adalah memberikan pelatihan menyebutkan bahwa kajian yang dibuat oleh tentang manajemen pemasaran khususnya kementrian keuangan menunjukkan bahwa strategi memikat calon pelanggan kaum muda yang selama ini jarang ada agar sampai pada tahap pelaksanaan, secara tertarik menjadi pelanggan di warung jamu berkesinambungan berkoordinasi dan tradisional bu Hadi. Langkah selanjutnya berkonsultasi dengan mitra. Tindakan- adalah memberikan pelatihan strategi tindakan operasional yang diperlukan untuk mempertahankan pelanggan di warung jamu mengatasi permasalahan adalah dengan tradisional bu Hadi dengan mengenalkan konsultasi dan sosialisasi. Pelaksanaan PKM mengenai digital marketing. Karena banyak ini terbagi dalam tiga kategori yaitu kebijakan pemerintah terkait pandemi pemberian materi manajemen pemasaran COVID-19 seperti misalnya PSBB dan strategi memikat dan mempertahankan (Pembatasan Sosial Berskala Besar), WFH pelanggan jamu tradisional, praktek, dan (Work From Home), SFH (School From monev. Home) dan lain sebagainya, secara tidak PKM berjalan selama 3 hari dengan langsung mengubah kebiasaan masyarakat proporsi jadwal materi PKM 30%, Praktek Indonesia melakukan aktivitas belanja dengan praktisi 40% dan monitoring dan menggunakan aplikasi digital baik evaluasi (monev). Jumlah peserta pelatihan marketing maupun finansial. sebanyak 3 orang yaitu pemilik warung jamu tradisional bu Hadi dan dua orang asisten. 2. Metode Pelaksanaan kegiatan Pola pemilihan mitra dilakukan Adapun program pelaksanaan PKM setelah tim pengabdi mengamati potensi- ditampilkan dalam Chart 3.1 berikut: potensi dan permasalahan yang dihadapi mitra. Penentuan pola pemilihan mitra ini dilakukan agar program yang telah dirancang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Metode yang digunakan dalam melakukan PKM adalah pelatihan disertai praktek, monitoring evaluasi dan pendampingan.Persiapan dalam pelaksanaan Adapun materi yang diberikan antara lain pengabdian masyarakat memerlukan survei konsep Pemasaran Online dan Strategi yang rinci, lengkap, menyeluruh dan selalu Digital Marketing. Saat pandemi COVID-19 memperoleh update informasi. Sebelum beberapa kebijakan pemerintah seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), pada peran yang dilekatkan pada WFH (Work From Home), SFH (School perempuan dalam pemanfaatan internet. Ini From Home) dan lain sebagainya mau tidak senada dengan laporan APJII (Asosiasi mau membawa pengaruh keputusan belanja Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) konsumen, mereka lebih menyukai tahun 2016 bahwa 132,7 juta penduduk melakukan pembelian secara online dan Indonesia merupakan pengguna aktif melakukan pembayaran dengan internet. Pengguna internet laki-laki menggunakan E-Wallet. Penelitian yang kuantitasnya lebih besar, 52,5% sedangkan dilakukan oleh (Suliyanthini et al., 2021) perempuan yang memanfaatkan internet menemukan bahwa perilaku konsumen hanya 47,5%. sebelum dan sesudah pandemi COVID-19 Melihat fenomena di atas, maka tim menunjukkan perubahan yang cukup pengabdi mempunyai inisiatif untuk signifikan. Hasil penelitian ini menemukan memperkenalkan pemasaran berbasis bahwa sebelum pandemi konsumen dalam online. (Widyartati & Umkm, 2017) mencari informasi tempat, barang dan jasa menyebutkan bahwa strategi pemasaran lebih banyak dilakukan dibandingkan saat online atau sering disebut online marketing pandemi COVID-19, hal ini karena kegiatan strategy merupakan segala usaha (bisnis) seperti mendatangi secara langsung yang dilakukan untuk melakukan suatu penjualan produk barang maupun jasa. Hal pemasaran produk atau jasa melalui media ini disebabkan adanya perubahan kebiasaan online, yaitu media internet. Penelitian ini pencarian informasi barang maupun jasa menemukan bahwa penggunaan media kebanyakan dilakukan secara online. online mampu meningkatkan laba UMKM. Penelitian Anggraini & Supriyanto Dengan kata lain strategi pemasaran online (2019) menunjukkan penggunaan digital secara positif meningkatkan laba pada marketing di kalangan UMKM masih UMKM. Penjelasan tersebut secara terbatas karena minimnya kemampuan sederhana digambarkan dalam pola pelaku usaha. Mereka yang tergolong early pemikiran sebagai berikut : adopter, lebih mengoptimalkan Whats App STRATEGI LABA dan Facebook guna membantu transaksi PEMASARAN UMKM perdagangan. Kesenjangan digital antara ONLINE laki-laki