INFORMASI PEMBANGUNAN KABUPATEN DAN KOTA 2018

No. Publikasi : 11560.1806 Ukuran Buku : 25.7 x 18.2 cm Jumlah Halaman : xxii + 84 halaman

Naskah dan Tata Letak :

- Bidang Integrasi, Pengolahan, dan Diseminasi Statistik BPS Provinsi Aceh

Desain dan Gambar Kulit

- Bidang Integrasi, Pengolahan, dan Diseminasi Statistik BPS Provinsi Aceh

Diterbitkan oleh :

- © BPS Provinsi Aceh bekerjasama dengan BAPPEDA Aceh

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik dan Bappeda Aceh

LAMBANG DAN PIAGAM PANCACITA

PERTAMA : PEMERINTAH ACEH BERUSAHA DENGAN SEPENUH DAYA UPAYA UNTUK MENCIPTAKAN KEADILAN YANG BERSENDIKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM MASYARAKAT

KEDUA : PEMERINTAH ACEH BERUSAHA DENGAN PENUH DAYA UPAYA UNTUK MEMADU BAKAT DAN SIFAT KEPAHLAWANAN SEJATI DI DALAM DADA SEGENAP LAPISAN MASYARAKAT

KETIGA : PEMERINTAH ACEH BERUSAHA DENGAN PENUH DAYA UPAYA KE ARAH TERCIPTANYA KEMAKMURAN MERATA BAGI SEGENAP LAPISAN MASYARAKAT

KEEMPAT : PEMERINTAH ACEH BERUSAHA DENGAN PENUH DAYA UPAYA UNTUK MEMUPUK SUASANA KERUKUNAN DI DALAM PERGAULAN HIDUP SEGENAP LAPISAN RAKYAT

KELIMA : PEMERINTAH ACEH BERUSAHA DENGAN PENUH DAYA UPAYA UNTUK MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN ROHANI DAN JASMANIAH YANG MELIPUTI SEGENAP LAPISAN MASYARAKAT

PETA ACEH

KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA ACEH

Publikasi Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota Tahun 2018 merupakan hasil kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Aceh dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh sebagai upaya menyajikan perbandingan data dan informasi pembangunan antar Kabupaten/Kota di Aceh. Penyediaan data dan informasi tersebut dimaksudkan sebagai penjelasan terhadap perkembangan capaian pembangunan yang telah dilakukan di masing-masing Kabupaten/Kota, sekaligus untuk melengkapi kebutuhan data terhadap perencanaan dan evaluasi pembangunan. Harapan kami, buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan yang bermanfaat untuk berbagai pihak terkait, baik bagi kalangan akademisi, praktisi, maupun pemerintahan. Sebagai sebuah publikasi, tentunya kami menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan, baik segi teknis penyajian maupun jenis data dan informasi yang ditampilkan masih belum sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, di masa mendatang akan menjadi pertimbangan kami untuk melakukan langkah-langkah penyempurnaan sehingga tersusunnya publikasi yang lebih sempurna. Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak terkait yang telah terlibat dalam penyusunan buku ini, terutama kerjasama yang baik dari BPS Provinsi Aceh sebagai lembaga penyusun serta lembaga/instansi daerah dan vertikal lainnya yang bertindak sebagai kontributor data. Akhirnya, kepada Allah SWT kita persembahkan semua usaha kita, semoga seluruh upaya yang telah kita lakukan selama ini menjadi amal ibadah bagi kita semua. Amin, ya Rabbal A’lamin , November 2018 Kepala BAPPEDA ACEH

Azhari, S.E, M.Si. KATA PENGANTAR KEPALA BPS PROVINSI ACEH

Penerbitan Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Aceh dengan BPS Provinsi Aceh.

Peta dan Grafik yang disajikan dalam buku ini merupakan kumpulan data statistik yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah di Provinsi Aceh serta beberapa data dari hasil survei yang dilaksanakan oleh BPS Provinsi Aceh. Kritik dan saran kami harapkan dari berbagai pihak guna peningkatan mutu publikasi ini di masa mendatang.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Instansi-instansi Pemerintah yang telah memberikan bantuannya dalam penerbitan buku ini.

Harapan kami semoga bermanfaat bagi pemakainya.

Banda Aceh, November 2018 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Drs. Wahyudin, M.M.

DAFTAR ISI

Lambang dan Piagam Pancacita v

Peta Aceh vi

Kata Pengantar Kepala BAPPEDA Aceh vii

Kata Pengantar Kepala BPS Provinsi Aceh viii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Pendahuluan xix

Notasi Dalam Tabel dan Satuan xx

Penjelasan Teknis xxi

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 ix

Bab I Demografi dan Pembangunan 1 Manusia

Bab II Pemerintahan Daerah 13

Bab III Fasilitas Pendidikan 17

Bab IV Tenaga Kerja dan Kemiskinan 47

Bab V Pembangunan Sektor Kesehatan 61

Bab VI Anggaran Pendapatan dan Belanja 75 Daerah (APBD)

x Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

DAFTAR TABEL

Bab I Demografi dan Pembangunan Manusia

Bab II Pemerintahan Daerah

2.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota Menurut Jenis 14 Kelamin Tahun 2016 (Orang)

Bab III Fasilitas Pendidikan

Bab IV Tenaga Kerja dan Kemiskinan

4.1 Perkembangan Indikator Ketenagakerjaan Aceh Tahun 2010-2017 48

4.2 Jumlah Pekerja Menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Aceh 52 Tahun 2017

4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran 57 terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun 2017 (Persen)

Bab V Pembangunan Sektor Kesehatan

Bab VI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

6.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota Tahun 2017 80

(Rupiah)

6.2 Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Pendapatan Tahun 81

2017 (Rupiah)

6.3 Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Menurut Jenis Belanja Tahun 2017 82 (Rupiah)

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xi

DAFTAR GAMBAR

Bab I Demografi dan Pembangunan Manusia

1.1 Peta Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa) 1

1.2 Peta Perbandingan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen) 2

1.3 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 3

1.4 Grafik Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa/Km²) 3

1.5 Grafik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Tahun 2017 4

1.6 Peta Perbandingan Penduduk (Rasio) Laki-laki dan Perempuan Kabupaten/Kota 5 Tahun 2017

1.7 Peta Perbandingan Persebaran/Distribusi Penduduk Kabupaten/Kota Terhadap Total 6 Penduduk Provinsi Aceh Tahun 2017 (Persen)

1.8 Peta Perbandingan Jumlah Rumahtangga Kabupaten/Kota Tahun 2017 7

1.9 Peta Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Tahun 2017 8

1.10 Peta Perbandingan Angka Harapan Hidup (Tahun) Kabupaten/Kota Tahun 2017 9

1.11 Peta Perbandingan Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten/Kota Tahun 2017 10 (Tahun)

1.12 Peta Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota Tahun 2017 11 (Tahun) 1.13 Peta Perbandingan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan Per Tahun Kabupaten/Kota 12

Tahun 2017 (Ribu Rupiah)

Bab II Pemerintah Daerah

2.1 Grafik Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota Tahun 2017 15 (Orang)

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xiii

Bab III Fasilitas Pendidikan

3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK) Kabupaten/Kota Tahun 2017 18 (Unit) 3.2 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit) 19

3.3 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 20 (Orang) 3.4 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 21 (Orang) 3.5 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota Tahun 22 2017 (Unit) 3.6 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota 23 Tahun 2017 (Orang) 3.7 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota 24 Tahun 2017 (Orang) 3.8 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Menengah Atas dan kejuruan (SMA/SMK) 25 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

3.9 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas dan kejuruan (SMA/SMK) 26 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

3.10 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas dan kejuruan (SMA/SMK) 26 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

3.11 Grafik Perbandingan Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 2017 27 (Unit) 3.12 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 28 2017 (Orang) 3.13 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 29 2017 (Orang) 3.14 Grafik Perbandingan Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota Tahun 2017 30 (Unit) 3.15 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota Tahun 31 2017 (Orang) 3.16 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota 32 Tahun 2017 (Orang)

xiv Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

3.17 Grafik Perbandingan Jumlah Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 2017 33 (Unit)

3.18 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 34 2017 (Orang)

3.19 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 34 2017 (Orang)

3.20 Peta Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota Tahun 2017 36 (Persen)

3.21 Grafik Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen) 37

3.22 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 7-12 Tahun 38 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.23 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 13-15 Tahun 39 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.24 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 16-18 Tahun 40 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.25 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SD 41 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.26 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SMP 42 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.27 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SMA 43 Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

3.28 Peta Perbandingan Jumlah Perpustakaan Kabupaten/Kota Tahun 2017 45

Bab IV Tenaga Kerja dan Kemiskinan 4.1 Grafik Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan 49 Pengangguran Aceh Tahun 2010-2017 (Ribuan Jiwa)

4.2 Grafik Perkembangan Jumlah Pekerja menurut Lapangan Usaha di Aceh Tahun 49 2010-2017 (Ribuan Jiwa)

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xv

4.3 Grafik Persentase Pekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Aceh 50 Tahun 2017

4.4 Grafik Persentase Pekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Aceh Tahun 2017 51

4.5 Grafik Persentase Pekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seluruhnya di Aceh Tahun 53 2017

4.6 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh Tahun 2012-2017 53

4.7 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Aceh Tahun 54 2012-2017 (Persen)

4.8 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Derah Tempat Tinggal Tahun 54 2012-2017 (Persen)

4.9 Grafik TPT Menurut Jenjang Pendidikan di Aceh Tahun 2013-2017 (Persen) 55

4.10 Grafik TPT Menurut Kelompok Umur di Aceh Tahun 2017 (Persen) 56

4.11 Peta Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen) 58

4.12 Peta Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Ribu 59 Jiwa) 4.13 Peta Perbandingan Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Rupiah/Kapita) 60

Bab V Pembangunan Sektor Kesehatan

5.1 Grafik Perbandingan Jumlah Puskemas dan Polindes Kabupaten/Kota Tahun 2017 61 (Unit)

5.2 Peta Persebaran Jumlah Puskemas dan Polindes Kabupaten/Kota Tahun 2017 62 (Unit) 5.3 Grafik Perbandingan Jumlah Ambulans Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit) 63

5.4 Peta Persentase Balita Imunisasi BCG Kabupaten/Kota Tahun 2017 65

5.5 Peta Persentase Balita Imunisasi Campak Kabupaten/Kota Tahun 2017 66

5.6 Grafik Jumlah Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten/Kota Tahun 2017 67

5.7 Grafik Jumlah Bayi Gizi Buruk Kabupaten/Kota Tahun 2017 68

5.8 Peta Persebaran Jumlah Kasus Demam Berdarah Kabupaten/Kota Tahun 2017 69

xvi Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

5.9 Peta Persebaran Jumlah Kasus Penyakit Diare Kabupaten/Kota Tahun 2017 70

5.10 Peta Persebaran Jumlah Kasus Penyakit Tuberculosis (TB) Kabupaten/Kota Tahun 71 2017

5.11 Peta Persebaran Jumlah Dokter Umum di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 72 (Orang)

5.12 Peta Persebaran Jumlah Perawat di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 73 (Orang)

5.13 Peta Persebaran Jumlah Bidan di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang) 74

Bab VI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

6.1 Grafik Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Triliun Rupiah) 79

6.2 Grafik Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Triliun Rupiah) 80

6.3 Grafik Realisasi Surplus/Defisit Anggaran Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Triliun Rupiah) 81

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xvii

Halaman ini sengaja dikosongkan

xviii Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

PENDAHULUAN

Buku Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota Tahun 2018 merupakan publikasi BAPPEDA Aceh yang bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Publikasi ini diterbitkan untuk memberikan gambaran perbandingan tentang kondisi wilayah kabupaten/kota Se-Aceh, khususnya keadaan tahun 2017. Data statistik yang disajikan bersumber dari berbagai Dinas/Instansi Pemerintah yang berada di wilayah Aceh. Penyajian publikasi ini dibagi dalam 6 (enam) bab, yaitu:

Bab I : Demografi dan Pembangunan Manusia Pada bab ini disajikan Karakteristik Demografi seperti jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk., penduduk laki - laki dan perempuan, Kemiskinan serta Indeks Pembangunan Manusia di Aceh.

Bab II : Pemerintahan Daerah Di bab ini membahas jumlah anggota dewan menurut kabupaten dan kota di Aceh.

Bab III : Fasilitas Pendidikan Data yang dimuat dalam bab ini yang menyangkut perbandingan fasilitas pendidikan di kabupaten/kota se-Aceh.

Bab IV : Tenaga Kerja dan Kemiskinan Data yang dimuat dalam bab ini yang menyangkut indikator ketenagakerjaan Provinsi Aceh dan kondisi kemiskinan daerah kabupaten/kota.

Bab V : Pembangunan Sektor Kesehatan Data yang disajikan dalam bab ini adalah mengenai sektor kesehatan seperti perbandingan jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota se-Aceh

Bab VI : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Data yang disajikan perbandingan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing kabupaten/kota se-Aceh.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xix

NOTASI DALAM TABEL

… Data tidak tersedia - Tidak ada atau nol 0 Data dapat diabaikan , Tanda Desimal r Revisi * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara L/M Laki-Laki P/F Perempuan

SATUAN

atm (Atmosphere) : 760 mmHg hektar (ha) : 10 000 m kilometer (km) : 1 000 meter / metres kuintal : 100 kg liter (untuk beras) : 0,80 kg ons : 28,31 gram ton : 1 000 kg Satuan lain : buah, butir, dus, lembar, kotak, batang, unit, persen (%)

Perbedaan angka di belakang koma disebabkan oleh pembulatan angka

xx Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

PENJELASAN TEKNIS

Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk usia 15 tahun keatas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya tanpa harus mengerti apa yang dibaca/ditulisnya terhadap penduduk usia 15 tahun keatas.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi dari semua anak yang masih sekolah pada satu kelompok umur tertentu terhadap penduduk dengan kelompok umur yang sesuai.

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang sesuai dengan kelompok usianya terhadap seluruh anak pada kelompok usia tersebut.

Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan atau penduduk yang mencari pekerjaan.

Bekerja adalah melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan/ keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus-menerus dalam seminggu sebelum pencacahan. Termasuk dalam hal ini pekerja keluarga tanpa upah yang membantu suatu usaha dan mereka yang punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja.

Laju Pertumbuhan Penduduk adalah rata-rata tahunan laju perubahan jumlah penduduk di suatu daerah selama periode tertentu.

Mencari Pekerjaan/Pengganggur adalah mereka yang belum pernah bekerja dan sedang mencari pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja dan sedang mencari pekerjaan, mereka yang sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja, serta mereka yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 xxi

Penduduk adalah mereka yang berdomisili di wilayah geografis Republik selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomilisi kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.

Rumah Tangga (RT) adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase penduduk pencari pekerjaan (yang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang tidak bekerja tetapi bersedia bekerja apabila ada yang menyediakan, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja) terhadap angkatan kerja.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan masa berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran.

xxii Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Jumlah penduduk kabupaten/kota di Aceh tiap tahunnya terus bertambah. Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk kabupaten/kota di Aceh pada Tahun 2017 paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara yaitu, 602.554 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di kota Sabang, yaitu sebesar 33.978 jiwa.

Gambar 1.1 Peta Perbandingan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 1

Gambar 1.2 Peta Perbandingan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Berdasarkan Gambar 1.2 dapat ditinjau perbandingan pertumbuhan penduduk di tiap kabupaten/kota di Aceh Tahun 2017. Daerah yang pertumbuhan penduduknya tertinggi, yaitu Kabupaten Aceh Singkil sebesar 2,38 persen. Sedangkan daerah yang pertumbuhan penduduknya terendah adalah Kota Sabang, yaitu hanya sebesar 1,06 persen.

2 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 1.3 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa)

602.554

453.224 419.594 432.599 409.109

287.007 259.913 231.893 208.481 204.273 198.980 201.682 171.574 145.726 161.329 154.795 119.490 142.526 91.375 91.024 89.618 78.725 33.978

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Gambar 1.4 Grafik Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa/Km²)

4.641

1.301

845

252 279 141 136 224 135 163 50 64 56 50 77 46 73 77 16 46 23 75 67

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 3

Gambar 1.4 menunjukkan bahwa Kota Banda Aceh tingkat kepadatan penduduknya sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Kota Banda Aceh tingkat kepadatan penduduknya pada Tahun 2017 tertinggi, yaitu sebesar 4.641 jiwa per km². Sedangkan kabupaten/kota yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah Kabupaten Gayo Lues, yaitu sebesar 16 jiwa per km², kemudian disusul Aceh Jaya, yaitu sebesar 23 jiwa per km².

Gambar 1.5 Grafik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Tahun 2017

83,95

76,34 75,89 74,1 72,19 72 71,89 71,11 71,73 70,2 69,52 68,09 68,07 67,37 67,67 67,99 66,32 67,78 65,03 65,09 64,41 65,01 62,88

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Sebagai ibukota provinsi, Kota Banda Aceh menempati posisi pertama dalam peringkat IPM se-Aceh, yaitu sebesar 83,95, kemudian disusul Kota sebesar 76,34 dan Kota sebesar 75,89. Daerah-daerah yang capaian Indeks Pembangunan Manusianya paling rendah adalah Kota Subulussalam (62,88) dan Kabupaten Simeulue (64,41).

4 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Perbandingan rasio penduduk laki-laki dan perempuan menurut kabupaten/kota di Aceh Tahun 2017 dapat dilihat pada Gambar 1.6. Nilai rasio tertinggi, yaitu Kabupaten Aceh Jaya sebesar 107,76, Kota Banda Aceh sebesar 105,98 dan Kabupaten Simeulue 105,81. Sedangkan rasio perbandingan penduduk yang terendah adalah di Kabupaten Pidie sebesar 93,71.

Gambar 1.6 Peta Perbandingan Penduduk (Rasio) Laki-laki dan Perempuan Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 5

Gambar 1.7 Peta Perbandingan Persebaran/Distribusi Penduduk Kabupaten/Kota Terhadap Total Penduduk Aceh Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Persebaran atau distribusi penduduk kabupaten/kota di Aceh belum merata. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.7 pada Tahun 2017 persebaran penduduk di Aceh yang tertinggi adalah di kawasan Aceh Utara, yaitu sebesar 11,61 persen, Bireuen sebesar 8,73 persen dan Pidie sebesar 8,34 persen. Sedangkan kawasan Kota Sabang adalah yang terendah persebaran penduduknya, yaitu sebesar 0,65 persen dari total penduduk Aceh.

6 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Jika dilihat dari Gambar 1.8 jumlah rumahtangga (RT) kabupaten/kota di Aceh pada Tahun 2017 perbandingannya sangat bervariasi. Adapun kabupaten/kota yang jumlah rumahtangganya terbanyak, yaitu di Kabupaten Aceh Utara (139.721 RT), disusul Kabupaten Pidie (107.337 RT) dan Kabupaten Bireuen (104.643 RT). Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah rumahtangga paling sedikit, yaitu Kota Sabang (8.707 RT).

Gambar 1.8 Peta Perbandingan Jumlah Rumahtangga Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 7

Gambar 1.9 Peta Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Pada Tahun 2017 Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten/kota di Aceh menunjukkan adanya perbedaan pembangunan manusia antar wilayah, seperti yang terlihat pada Gambar 1.9 di atas. Kota Banda Aceh adalah daerah dengan IPM tertinggi, yaitu sebesar 83,95. Sementara IPM terendah tercatat di Kota Subulussalam, yaitu sebesar 62,88.

8 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Salah satu komponen pembangunan manusia di antaranya adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Pada Tahun 2017, 2 (dua) daerah dengan AHH tertinggi di Aceh adalah Kota Lhokseumawe (71,14 Tahun) dan Kota Banda Aceh (70,96 Tahun). Angka tersebut tergolong tinggi, mengingat masih terdapat daerah lain di Aceh yang memiliki AHH yang rendah, yaitu Kota Subulussalam (63,56 Tahun) dan Kabupaten Aceh Selatan (63,89 Tahun).

Gambar 1.10 Peta Perbandingan Angka Harapan Hidup (Tahun) Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 9

Gambar 1.11 Peta Perbandingan Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Tahun)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Komponen berikutnya dari IPM adalah Harapan Lama Sekolah (HLS), Gambar 1.11 memperlihatkan bahwa Kota Banda Aceh, Langsa dan Lhokseumawe merupakan 3 (tiga) daerah di Aceh yang berhasil mencatatkan HLS tertinggi di Tahun 2017. Tidak mengherankan karena ketiga wilayah tersebut sudah lebih baik fasilitas pendidikannya, baik dari segi jumlah maupun kualitas sarana dan prasarananya. Sementara Kabupaten Aceh Timur, Simeulue, dan Gayo Lues daerah daerah yang terendah HLS-nya.

10 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Indikator pendidikan lainnya yang terkait pembangunan manusia adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Gambar 1.12 menjelaskan bahwa 4 (empat) kota di Aceh, yaitu berturut-turut Banda Aceh, Langsa, Lhokseumawe dan Sabang merupakan yang tertinggi capaian RLS-nya. Berbeda cukup signifikan dengan daerah lain seperti Kota Subulussalam, Kabupaten Gayo Lues dan Aceh Timur yang capaian RLS-nya masih rendah, yaitu masing- masing hanya sebesar 7,12 Tahun, 7,39 Tahun dan 7,80 Tahun.

Gambar 1.12 Peta Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Tahun)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 11

Indikator terakhir yang terkait dengan IPM, yaitu mengenai kondisi hidup layak yang diukur dalam besarnya pengeluaran perkapita disesuaikan (PPD) penduduk di suatu wilayah. Terlihat dari Gambar 1.13 bahwa daerah perkotaan di Aceh lebih tinggi PPD nya dibandingkan dengan kawasan lain. Penduduk di Kota Banda Aceh tercatat Pengeluaran Perkapitanya sebesar 15,917 juta rupiah per Tahun, sementara di Simeulue hanya sebesar 6,677 juta rupiah per kapita per Tahun.

Gambar 1.13 Peta Perbandingan Pengeluaran Perkapita Disesuaikan Per Tahun Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Ribu Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

12 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Pemerintahan Daerah di kabupaten/kota se- Aceh dipimpin oleh 18 (delapan belas) Bupati dan 5 (lima) Walikota definitif. Dari segi legislatif, masing-masing kabupaten/kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat (DPRK) yang jumlah keanggotaannya berbeda-beda proporsinya sesuai dengan keterwakilan masing-masing wilayah.

Grafik di bawah (Gambar 2.1) memperlihatkan bahwa jumlah dan jenis kelamin Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di provinsi Aceh di seluruh kabupaten/kota pada Tahun 2017 didominasi oleh laki-laki. Adapun kabupaten/kota yang jumlah anggota DPR paling banyak berjenis kelamin laki-laki adalah di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 43 orang, kemudian di Kabupaten Bireuen sejumlah 39 orang dan Aceh Timur sejumlah 36 orang. Adapun DPR yang paling sedikit jumlah anggota laki-lakinya, yaitu Kota Sabang sejumlah 14 orang.

Adapun anggota DPR kabupaten/kota di Aceh Tahun 2017 yang berjenis kelamin perempuan paling banyak terdapat di daerah Aceh Tamiang sebanyak 10 orang disusul Pidie sebanyak 6 dan Sabang sebanyak 6 orang. Sedangkan DPRK yang paling sedikit jumlah anggota perempuannya, yaitu berjumlah 1(satu) orang, daerah – daerah tersebut adalah Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Besar, Bireuen, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Pidie Jaya dan Banda Aceh.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 13

Tabel 2.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 (Orang)

Jumlah Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Total

(1) (3) (4) (5) Kabupaten 1. Simeulue 18 2 20 2. Aceh Singkil 23 2 25 3. Aceh Selatan 29 1 30 4. Aceh Tenggara 25 5 30 5. Aceh Timur 36 4 40 6. Aceh Tengah 29 1 30 7. Aceh Barat 23 2 25 8. Aceh Besar 34 1 35 9. Pi d i e 34 6 40 10. Bireuen 39 1 40 11. Aceh Utara 43 2 45 12. Aceh Barat Daya 24 1 25 13. Gayo Lues 17 3 20 14. Aceh Tamiang 20 10 30 15. Nagan Raya 21 4 25 16. Aceh Jaya 19 1 20 17. Bener Meriah 22 3 25 18. Pidie Jaya 24 1 25 Kota 1. Banda Aceh 29 1 30 2. Sabang 14 6 20 3. Langsa 23 2 25 4. Lhokseumawe 23 2 25 5. Subulussalam 17 3 20

Jumlah 586 64 650

Sumber : Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)

14 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 2.1 Grafik Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

43 Laki-laki

39 Perempuan

36 34 34

29 29 29

25 24 24 23 23 23 23 22 21 20 19 18 17 17

14

10

6 6 5 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

Sumber : Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 15

Halaman ini sengaja dikosongkan

16 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Informasi pembangunan antar kabupaten/kota salah satunya dapat ditinjau dari perkembangan pembangunan di sektor pendidikan. Perbandingan informasi tersebut akan terlihat pada jumlah fasilitas atau sarana pendidikan yang sudah dibangun oleh masing-masing pemerintah daerah. Jumlah sarana pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak atau TK, Sekolah Dasar atau SD/MI, Sekolah Menengah Pertama atau SMP/MTs, Sekolah Menengah Atas atau SMA/SMK/MA. Perbandingan yang akan ditampilkan selain menurut kabupaten/kota juga akan disajikan perbedaan jumlah fasilitas pendidikan menurut status baik yang berstatus sekolah Negeri maupun sekolah swasta. Selain jumlah sarana pendidikan dari segi bangunan fisik sekolah, informasi lainnya yang dapat dirinci di sektor ini adalah perbandingan jumlah guru dan murid di masing-masing tingkatan sekolah.

Tingkat pendidikan usia dini yang diterus digalakkan pemerintah saat ini semakin menunjukan peningkatan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu faktor, yaitu meningkatnya jumlah sekolah taman kanak-kanak di kabupaten/kota di Aceh. Secara keselurahan, jumlah Taman Kanak-Kanak Negeri pada Tahun 2017 adalah sebanyak 273 unit, atau meningkat 30,00 persen dibandingkan Tahun 2016 yang berjumlah 210 unit. Sedangkan untuk jumlah Taman kanak-kanak Swasta pada Tahun 2017 sebanyak 2.270 unit, terjadi peningkatan dari Tahun 2016 sebesar 12,94 persen.

Grafik pada Gambar 3.1 menginformasikan tentang perbandingan jumlah TK Negeri dan Swasta di masing-masing kabupaten/kota di Aceh. Terlihat bahwa sekolah TK Negeri paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara (45 unit). Kemudian jumlah TK Negeri terbanyak berturut-turut berada di Kabupaten Aceh Timur, Pidie dan Aceh Tenggara dengan jumlah masing-masing 41 unit, 36 unit dan 19 unit. Sementara itu masih terdapat daerah yang belum memiliki TK Negeri, yaitu Kabupaten Simeulue, dan 3 (tiga) daerah lainnya masing-masing baru memiliki 1 (satu) fasilitas sekolah TK Negeri, yaitu Kabupaten Aceh Barat Daya, Nagan Raya dan Bener Meriah.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 17

Pada tingkat pendidikan ini, sekolah TK Swasta sangat mendominasi jumlahnya dibandingkan yang berstatus Negeri. Di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Besar dan Bireuen jumlah fasilitas Taman Kanak-Kanak Swasta mencapai masing-masing 244 unit, 220 unit dan 184 unit. Sementara daerah yang paling sedikit jumlah TK swastanya, yaitu di Kota Sabang (6 unit), Kabupaten Gayo Lues (10 unit), dan Kota Langsa (26 unit).

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit) 244 220 TK Negeri TK Swasta 184 174 154 135 122 115 114 94 91 84 90 72 68 59 65 64 45 41 36 41 38 26 19 12 16 14 10 13 12 10 10 3 5 3 6 7 5 3 0 1 10 1 1 6

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Untuk fasilitas pendidikan dasar, yaitu untuk anak usia 6 - 12 Tahun terlihat berbeda perkembangannya dari taman kanak-kanak bila dilihat dari sisi jumlah Sekolah Dasar baik yang Negeri mau yang swasta. Di mana untuk taman kanak-kanak jumlah TK Swasta lebih banyak dibandingkan yang Negeri, hal ini berbeda dengan sekolah dasar. Untuk jumlah SD Negeri pada Tahun 2017 berjumlah 3.325 unit, terjadi peningkatan sebanyak 14 unit dibandingkan Tahun 2016. Untuk jumlah SD Swasta juga terjadi peningkatan, yaitu sebanyak 11 unit sehingga Tahun 2017 terdapat 122 Sekolah Dasar Negeri di Aceh.

18 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Untuk jenis SD Negeri, Kabupaten Aceh Utara memiliki paling banyak fasilitas ini, yaitu 357 unit. Selanjutnya Aceh Timur (284 unit) dan Pidie (272 unit). Kabupaten dengan jumlah SD Negeri paling sedikit adalah Kota Sabang (24 unit), Langsa (57 Unit) dan Kota Lhokseumawe (58 Unit). Sementara jumlah SD Swasta, Aceh Tenggara memiliki jumlah sekolah paling banyak (26 unit), kemudian Banda Aceh (13 unit) dan Kota Lhokseumawe (9 unit). Adapun daerah Kabupaten Aceh Jaya masih belum memiliki SD swasta, sementara di Kabupaten Simeuleu, Bener Meriah, Aceh Barat Daya serta Kota Sabang (masing-masing hanya 1 unit) merupakan daerah yang paling sedikit SD Swastanya.

Gambar 3.4 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit) 357 SD Negeri SD Swasta 284 272

228 201 201 188 156 144 150 132 126 114 104 107 84 98 90 72 78 57 58 26 24 4 9 8 3 13 8 9 1 2 2 5 3 4 5 6 1 4 0 1 2 1 5

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Daerah dengan fasilitas SD lebih banyak cenderung memiliki jumlah guru dan murid yang lebih tinggi pula. Guru yang ada di SD Negeri pada Tahun 2017 sejumlah 44.023 orang. Dibandingkan Tahun 2016, jumlah ini menurun 5,24 persen. Berbeda

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 19 dengan jumlah guru di SD Swasta, justru mengalami peningkatan, yaitu sebesar 10,04 persen dibandingkan Tahun 2016. Pada Tahun 2017 jumlah guru pada SD Swasta adalah 1.577 orang.

Seperti terlihat grafik pada Gambar 3.5, guru sekolah dasar Negeri paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 5.556 orang, kemudian di Pidie dan Bireuen yang berjumlah masing-masing 4.054 orang dan 3.838 orang. Untuk SD Swasta, Kota Banda Aceh (248 guru), Aceh Tenggara (182 guru) dan Aceh Besar (181 guru) merupakan daerah yang paling banyak gurunya. Kabupaten/kota dengan guru paling sedikit pada SD Negeri adalah Kota Sabang (396 guru), Kabupaten Gayo Lues (678 guru) dan Kota Subulussalam (865 guru). Untuk perbandingan SD swasta, daerah yang paling sedikit gurunya adalah Aceh Jaya (0 guru), Bener Meriah (2 guru) dan Simeulue (6 guru).

Gambar 3.5 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

5.556 Guru SD Negeri Guru SD Swasta

4.054 3.838 3.623

2.589 2.411

2.023 1.754 1.802 2050 1.564 1.430 1.418 1.403 1.392 1.098 1.201 960 997 865 678 921 396 182 104 181 88 106 127 6 48 16 24 41 80 79 76 11 64 26 0 2 36 248 12 20

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

20 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Lebih lanjut, perbandingan antar sekolah dasar di seluruh kabupaten/kota di Aceh dapat dilihat dari jumlah muridnya. Menurut data, jumlah murid SD Negeri pada Tahun 2017 tercatat sejumlah 466.903 siswa atau naik 0,78 persen dibandingkan Tahun 2016. Sementara pada SD Swasta, Tahun 2017 jumlah murid mencapai 23.423 orang atau terjadi kenaikan sebesar 13,60 persen dibandingkan Tahun 2016.

Jumlah murid paling banyak pada SD Negeri terlihat seperti terlihat pada Gambar 3.6 terdapat di Kabupaten Aceh Utara (58.804 siswa), Aceh Timur (45.043 siswa) dan Pidie (34.636 orang). Untuk SD Swasta, daerah yang paling banyak memiliki murid, yaitu Kabupaten Aceh Tenggara (3.994 siswa), Kota Banda Aceh (3.756 siswa), dan Aceh Besar (2.753 siswa). Jumlah murid SD Negeri yang paling sedikit ada di Kota Sabang (3.665 siswa), Kabupaten Aceh Jaya (9.309 siswa) dan Gayo Lues (9.695 siswa). Untuk SD Swasta yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Simeulue dan Aceh Barat Daya masing-masing sejumlah 67 siswa dan 101 siswa.

Gambar 3.6 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Dasar (SD) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

58.804 Murid SD Negeri Murid SD Swasta

45.043

34.450

31.730 29.601 28.221

20.639 19.967 18.690 19.698 16.645 16.169 14.522 15.530 15.701 11.939 11.623 13.956 9.695 10.095 9.309 11.211 3.994 2.753 1.108 3.665 1.133 1.242 1.010 1.296 3.756 1.085 1.381 67 243 334 414 1.153 294 0 130 288 1.118 101 347 176

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 21

Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Tahun 2017 terdapat 886 SMP Negeri di seluruh Aceh, jumlah ini meningkat sebesar 1,72 persen dari jumlah Tahun 2016. Untuk Sekolah Menengah Pertama Swasta terdapat 227 unit Sekolah pada Tahun 2017, meningkat sebesar 11,82 persen dibandingkan Tahun 2016.

Grafik pda Gambar 3.7, memperlihatkan bahwa Kabupaten Aceh Utara mempunyai paling banyak jumlah SMP Negeri, yaitu sejumlah 97 unit, diikuti Aceh Timur sejumlah 73 unit dan Bireuen sejumlah 62 Unit. Untuk SMP Swasta, Kabupaten Aceh Utara juga merupakan daerah yang paling banyak jumlah SMP Swasta, yaitu sejumlah 36 unit, diikuti Aceh Tenggara sejumlah 26 unit dan Aceh Besar sejumlah 21 unit. Kabupaten yang paling sedikit jumlah SMP Negeri, yaitu Kota Sabang sejumlah 8 unit, diikuti Kota Subulussalam sejumlah 16 unit dan Kota Lhokseumawe sejumlah 18 unit. Kota Sabang juga tercatat paling sedikit SMP Swastanya, yaitu sejumlah 1 unit, kemudian Kabupaten Simeulue dan Kota Langsa masing-masing sejumlah 3 unit.

Gambar 3.7 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit) 97 SMP Negeri SMP Swasta 73

62 52 51 52 48 45 42 43 41 36 36 33 29 29 30 26 24 24 21 20 19 18 14 16 10 11 10 8 8 9 9 8 8 7 6 6 5 5 6 5 4 3 1 3

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

22 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Tenaga pengajar pada SMP Negeri di Provinsi Aceh Tahun 2017 berjumlah 19.381 guru atau menurun 0,26 persen dibandingkan Tahun 2016. Sementara jumlah SMP Swasta justru meningkat, yaitu sebesar 12,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah guru SMP Swasta di seluruh Aceh Tahun 2017 mencapai sejumlah 2.357 orang.

Kabupaten Aceh Utara memiliki paling bayak guru SMP Negeri, yaitu 2.523 orang, kemudian Kabupaten Bireuen sejumlah 2.058 orang dan kabupaten Pidie sejumlah 1.864 orang. Untuk SMP Swasta, Kabupaten Aceh Utara juga yang paling banyak memiliki guru SMP, yaitu 430 orang, diikuti Kabupaten Aceh Besar sejumlah 233 orang dan kabupaten Aceh Tenggara sejumlah 191 orang. Sementara itu, Kota Sabang tercatat memiliki paling sedikit guru SMP Negeri, yaitu sejumlah hanya 229 orang, diikuti Kota Subulussalam sejumlah 255 orang dan Kabupaten Gayo Lues sejumlah 319 orang. Selanjutnya, Kota Sabang tercatat paling sedikit memiliki guru SMP Swasta, yaitu sejumlah 10 orang, diikuti Kabupaten Simeulue sejumlah 17 orang dan Kota Langsa sejumlah 23 orang.

Gambar 3.8 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

2.523 Guru SMP Negeri Guru SMP Swasta

2.058 1.864

1.112

912 885 817 727 729 724 687 640 629 587 561 487 490 449 430 319 377 255 191 233 195 229 140 113 94 88 106 67 112 59 80 129 59 17 52 0 47 37 33 42 10 23

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 23

Gambar 3.9 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

20.885 Murid SMP Negeri Murid SMP Swasta

13.603 13.449 12.445 10.519

8.532 8.677 7.816 7.124 7.094 5.978 6.255 5.427 5.278 4.945 5.381 4.444 4.337 4.299 3.462 3.001 3.635 3.205 2.547 3.288 1.173 1.475 2.313 1.260 1.397 1.199 1.349 597 631 379 620 643 705 1.112 95 432 404 350 487 207 101

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Jumlah murid di SMP Negeri seluruh Aceh pada Tahun 2017 sejumlah 166.153 orang. Angka ini turun sebesar 2,56 persen dibandingkan Tahun 2016. Berbeda dengan SMP Negeri, pada SMP Swasta jumlah murid se-Aceh pada Tahun 2017 justru meningkat 5,86 persen menjadi sejumlah 26.402 orang.

Grafik pada Gambar 3.9 memperlihatkan bahwa Kabupaten Aceh Utara memiliki paling banyak murid SMP Negeri (20.885 orang), kemudian Aceh Timur (13.603 orang) dan Bireuen (13.449 orang). Sementara jumlah murid SMP Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara (4.299 orang), kemudian Birueun (3.288 orang) dan Aceh Tenggara (3.001 orang). Kota Sabang tercatat memilik paling sedikit murid SMP Negeri yaitu, sejumlah 1.173 orang, kemudian Kabupaten Aceh Jaya (2.313 orang) dan Kota Subulussalam (3.205 orang). Jumlah murid pada SMP swasta paling sedikit tercatat di Kabupaten Simeulue (95 orang), Kota Langsa (101 orang) dan Kota Sabang (207 orang).

24 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.10 Grafik Perbandingan Jumlah Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

SMA/SMK Negeri 51 SMA/SMK Swasta

39 37 36 33 32 30 26 27 26 26 22 22 18 19 19 16 17 16 17 16 14 14 14 16 11 12 10 9 9 9 7 8 4 4 5 4 4 5 5 2 2 3 3 0 1

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di seluruh Aceh pada Tahun 2017 sejumlah 540 unit, meningkat 1,89 persen dari tahun sebelumnya (530 unit). Sementara jumlah SMA dan SMK Swasta pada Tahun 2017 sebanyak 180 unit, naik 2,85 persen dari Tahun 2016 (175 unit).

Grafik pada Gambar 3.10 memperlihatkan bahwa Kabupaten Aceh Utara mempunyai paling banyak sekolah pada jenjang ini, yaitu sejumlah 51 unit. Diikuti oleh Kabupaten Aceh Timur (39 unit) dan Aceh Selatan (37 unit). Selanjutnya, Kabupaten Aceh Utara juga tercatat memiliki paling banyak SMA dan SMK Swasta, yaitu sejumlah 26 unit, diikuti Kabupaten Aceh Tenggara (17 unit) dan Kota Banda Aceh (16 unit). Sementara Kota Sabang paling sedikit jumlah SMA dan SMK Negeri, yaitu sejumlah 3 unit, kemudian Kota Langsa sebanyak 11 unit. SMA dan SMK Swasta paling sedikit terdapat di Kabupaten Simeulue (belum memiliki SMA/SMA swasta), Kota Sabang (1 unit) dan Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Tengah (masing-masing 2 unit).

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 25

Gambar 3.11 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

1.828 Guru SMA/SMK Negeri 1.625 Guru SMA/SMK Swasta

1.394

1.184 1.147 981 925 935 923

727 721 684 635 645 616 564 600 497 364 394 311 299 318 237 184 189 159 152 173 135 86 99 96 44 75 52 94 46 0 34 27 28 15 32 31 12

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Gambar 3.12 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan (SMA/SMK) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

17.119 Murid SMA/SMK Negeri

Murid SMA/SMK Swasta

12.106 12.124 11.770 12.254 10.590 9.035 8.709 8.443 8.134 7.201 6.993 6.943

5.115 4.616 4.287 4.165 3.930 3.157 2.511 2.572 1.926 1.835 2.381 1.712 1.682 1.217 1.170 696 706911 722 783 521 599 375 701 619 453 664 0 90 294 209 252 94

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

26 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.13 Grafik Perbandingan Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

55 53 MI Negeri MI Swasta 47

36 33 28

24 23 19 16 16 15 15 14 13 14 11 11 11 12 11 8 9 8 10 7 6 6 6 4 4 5 5 5 5 3 4 3 3 3 3 1 2 4 2 2

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Gambar 3.13 memperlihatkan bahwa Kabupaten Bireuen mempunyai sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri paling banyak pada tahun 2017, yaitu sejumlah 55 unit. Kabupaten Pidie tercatat sebagai daerah terbanyak kedua dengan jumlah 53 unit dan terbanyak ketiga yaitu Kabupaten Aceh Besar sejumlah 47 unit. Sementara itu, Kabupaten Aceh Singkil tercatat paling sedikit sekolah MI Negeri, yaitu sejumlah 1 unit, disusul Kota Subulussalam dan kota Sabang masing-masing sejumlah 2 unit dan 3 unit.

Untuk sekolah MI Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu sejumlah 16 unit, diikuti oleh Kabupaten Aceh Timur dengan jumlah 15 unit dan Aceh Tengah sejumlah 13 unit. Sedangkan untuk MI Swasta paling sedikit jumlahnya terdapat di Kota Sabang dan Kabupaten Pidie Jaya dengan jumlah masing-masing 2 unit.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 27

Pada Gambar 3.14 di bawah ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Pidie memiliki Guru MI Negeri paling banyak, yaitu sejumlah 1.352 orang, kemudian diikuti oleh Kabupaten Bireuen sejumlah 1.345 orang dan Kabupaten Aceh Besar sejumlah 1.186 orang. Guru MI Negeri paling sedikit terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu sejumlah 22 orang, disusul Kota Subulussalam sejumlah 26 orang dan Kota Sabang sejumlah 58 orang.

Guru MI Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu sejumlah 250 orang, kemudian Kabupaten Aceh Timur sejumlah 187 orang dan Kabupaten Aceh Utara sejumlah 173 orang. Guru Sekolah MI Swasta paling sedikit terdapat di Kota Sabang, yaitu sejumlah 24 orang, kemudian di Kota Subulussalam sejumlah 25 orang dan Kabupaten Pidie Jaya sejumlah 30 orang.

Gambar 3.14 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

1.352 1.345 Guru MI Negeri Guru MI Swasta 1.186

877

607 506 487 473 382 397 294 314 264 259 242 193 202 178 173 206 195 146 187 103 117 159 102 62 65 70 66 75 132 70 98 79 76 48 73 28 58 31 69 26 22 26

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

28 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Sementara itu, perbandingan jumlah murid antar sekolah MI Negeri dan Swasta di masing-masing daerah yang disajikan pada Gambar 3.15 di bawah ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Bireuen memiliki paling banyak murid untuk jenjang MI Negeri, yaitu sejumlah 16.498 orang. Disusul Kabupaten Aceh Besar sejumlah 13.123 orang murid dan Kabupaten Pidie sejumlah 12.240 orang murid MI Negeri. Jumlah murid paling sedikit untuk sekolah MI Negeri terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu sejumlah 322 orang, selanjutnya di ikuti Kabupaten Simeulue sejumlah 393 murid dan Kota Subulussalam sejumlah 562 murid.

Sementara untuk sekolah MI Swasta, Kabupaten Aceh Timur terbanyak muridnya, yaitu sejumlah 1.904 orang murid, diikuti Kabupaten Aceh Tenggara sejumlah 1.830 orang murid dan Kota Langsa sejumlah 1.531 orang murid. Untuk Sekolah MI swasta murid paling sedikit terdapat di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu sejumlah 179 orang, kemudian disusul Kota Sabang sejumlah 186 orang dan Kota Subulussalam sejumlah 326 orang murid.

Gambar 3.15 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

16.498 Murid MI Negeri

Murid MI Swasta 13.123 12.240 10.421 9.852 8.639

5.234 4.803 4.635 3.827 3.455 3.409 3.196 3.374 2.758 2.633 2.628 1.904 1.266 1.275 2.030 1.531 1.830 961 1.058 683 1.207 662 566 707 774 859 476 460 536 447 418 418 179 657 393 518322 186 562 326

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 29

Untuk tingkat sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs), pada Tahun 2017 Kabupaten Pidie mempunyai paling banyak sekolah MTs Negeri, yaitu sejumlah 13 unit. Kabupaten Bireuen tercatat terbanyak kedua dengan jumlah 11 unit dan terbanyak ketiga, yaitu Kabupaten Aceh Utara berjumlah 10 unit. Kabupaten/kota yang tercatat paling sedikit sekolah MTs Negeri adalah Kabupaten Aceh Singkil, Gayo Lues, Kota Sabang, Langsa dan Subulussalam yang masing-masing berjumlah 1 unit.

Untuk sekolah MTs Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 42 unit, kemudian Kabupaten Aceh Besar dan Pidie masing-masing sejumlah 22 unit. Untuk MTs Swasta paling sedikit jumlahnya terdapat di Kota Sabang (1 unit), Kabupaten Aceh Jaya (3 unit) dan Kabupaten Aceh Barat Daya (4 unit). Lebih detail mengenai perbandingan jumlah sekolah MTs Negeri dan Swasta dapat dilihat pada Gambar 3.16 di bawah ini:

Gambar 3.16 Grafik Perbandingan Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

MTs Negeri 42 MTs Swasta

22 22 20 20 20 20 18 16 13 13 11 12 10 9 10 10 10 10 7 7 8 7 8 7 6 5 6 4 4 4 4 5 3 4 4 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

30 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.17 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

Guru MTs Negeri Guru MTs Swasta 788

607 505 465 435 392 387 375 334 317 286 307 291 245 251 225 235 215 249 197 210 209 144 170 111 143 133 109 106 99 93 96 109 118 79 117 62 50 54 32 34 24 34 33 71 13

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Gambar 3.17 di atas Menunjukkan bahwa pada Tahun 2017 Kabupaten Pidie memiliki guru MTs Negeri paling banyak, yaitu sejumlah 607 orang, selanjutnya diikuti Kabupaten Bireuen sejumlah 505 orang dan Kabupaten Aceh Utara sejumlah 435 orang. Sedangkan guru MTs Negeri paling sedikit terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu sejumlah 24 orang, kemudian diikuti Kota Sabang sejumlah 32 orang.

Sementara itu, guru MTs Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 788 orang, diikuti Kabupaten Pidie sejumlah 465 orang dan Kabupaten Aceh Besar sejumlah 387 orang. Guru sekolah MTs Swasta paling sedikit terdapat di Kota Sabang, yaitu sejumlah 13 orang, diikuti di Kabupaten Aceh Jaya sejumlah 34 orang dan Kabupaten Aceh Barat Daya sejumlah 54 orang.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 31

Gambar 3.18 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

5.821 Murid MTs Negeri

4.982 Murid MTs Swasta 4.735 4.680 4.020 3.515 3.213 3.125 3.031 2.778 2.726 2.628 2.358 2.251 2.221 2.159 1.915 1.886 1.631 1.577 1.628 1.436 1.433 1.268 1.155 1.245 1.222 1.179 1.003 1.054 908 737 604 1.045 685 569 581 485 277 336 320 478 348 179 122 53

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Perbandingan selanjutnya adalah jumlah murid di jenjang MTs Negeri dan Swasta pada Tahun 2017 di tiap kabupaten/kota di Aceh. Pada Gambar 3.18 terlihat bahwa Kabupaten Pidie memiliki paling banyak murid untuk jenjang MTs Negeri, yaitu sejumlah 5.821 orang, diikuti oleh Kabupaten Bireuen sejumlah 4.982 dan Kabupaten Aceh Timur sejumlah 4.680 orang murid. Untuk murid sekolah MTs swasta, Kabupaten Aceh Utara tercata memiliki paling banyak, yaitu sejumlah 4.735 orang, kemudian diikuti Kabupaten Aceh Besar sejumlah 4.020 orang dan Kota Lhokseumawe sejumlah 3.213 orang. Jumlah murid paling sedikit untuk sekolah MTs Negeri terdapat di Kabupaten Gayo Lues, yaitu sejumlah 179 orang, disusul Kota Sabang sejumlah 277 orang dan Kabupaten Aceh Singkil sejumlah 320 orang. Untuk sekolah MTs Swasta murid paling sedikit terdapat di Kota Sabang (52 orang), disusul Kabupaten Aceh Jaya (122 orang) dan Kabupaten Aceh Barat Daya (348 orang).

32 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.19 GrafikPerbandingan Jumlah Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

20

MA Negeri

15 MA Swasta

12 12 12 11 10 10 8 8 8 7 7 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Pada Gambar 3.19 di atas terlihat bahwa Kabupaten Pidie mempunyai paling banyak sekolah Madrasah Aliyah (MA) Negeri Tahun 2017, yaitu sejumlah 8 unit. Kabupaten Bireuen tercatat terbanyak kedua dengan jumlah 7 unit dan terbanyak ketiga, yaitu Kabupaten Aceh Besar yang sejumlah 6 unit sekolah MA Negeri. Kabupaten dan kota yang tercatat paling sedikit sekolah MA Negeri adalah Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Jaya, Kota Sabang serta Kota Lhokseumawe yang masing-masing sejumlah 1 unit.

Untuk Sekolah MA Swasta, jumlah paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 20 unit, diikuti Kabupaten Aceh Besar (15 unit) dan Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Tengah serta Aceh Tamiang yang masing – masing sejumlah 12 unit. Adapun Untuk MA Swasta paling sedikit jumlahnya terdapat di Kota Sabang (belum memiliki sekolah jenis ini), Kabupaten Nagan Raya dan Gayo Lues yang masing-masing sejumlah 2 unit.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 33

Gambar 3.20 Grafik Perbandingan Jumlah Guru Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

429 Guru MA Negeri 360 Guru MA Swasta

287 283

243 224 230 213 191 199 170 179 152 155 156 138 138 133 130 123 129 112 109 102 90 95 109 64 80 61 60 62 35 44 43 41 38 23 21 29 49 27 33 22 26 0

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Pada Gambar 3.20 di atas terlihat Kabupaten Pidie memiliki guru MA Negeri paling banyak, yaitu sejumlah 360 orang kemudian Kabupaten Bireuen sejumlah 283 orang dan Kabupaten Aceh Utara sejumlah 243 orang. Guru MA Negeri paling sedikit terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu sejumlah 21 orang, diikuti oleh Kabupaten Simeulue sejumlah 23 orang dan Kabupaten Aceh Jaya Sejumlah 26 orang.

Guru MA Swasta paling banyak terdapat di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sejumlah 429 orang, diikuti Kabupaten Aceh Besar sejumlah 287 orang dan kabupaten Aceh Tengah sejumlah 224 orang. Adapun Guru Sekolah MA Swasta paling sedikit terdapat di Kota Sabang yang tideak memiliki guru, kemudian di kabupaten Gayo Lues sejumlah 22 orang dan Kabupaten Nagan Raya sejumlah 33 orang.

34 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.21 Grafik Perbandingan Jumlah Murid Madrasah Aliyah (MA) Kabupaten/Kota Tahun 2017

3.341 3.216 Murid MA Negeri

Murid MA Swasta 2.548 2.283

1.871 1.903 1.684 1.722 1.614 1.727 1.337 1.296 1.339 1.309 1.246 1.077 1.159 1.089 1.103 977 1.041 862 874 1.030 787 829 819 635 503 643 414 440 513 348 382 247 241 177 101 246 265 166 146 108 206 0

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Selanjutnya, pada Gambar 3.21 terlihat Kabupaten Pidie memilik murid yang paling banyak untuk jenjang MA Negeri, yaitu sejumlah 3.341 orang, diikuti kabupaten Bireuen sejumlah 3.216 dan Kota Banda Aceh sejumlah 1.903 orang murid. Murid paling sedikit untuk sekolah MA Negeri terdapat di kota Sabang, yaitu sejumlah 177 orang, diikuti kabupaten Aceh Jaya sejumlah 206 orang dan Kabupaten Gayo Lues sejumlah 241 orang murid.

Untuk murid sekolah MA Swasta, Kabupaten Aceh Utara tercatat paling banyak, yaitu sejumlah 2.548 murid, diikuti Kabupaten Aceh Besar sejumlah 2.283 murid dan Kabupaten Bireuen sejumlah 1.871 orang. Sedangkan murid Sekolah MA Swasta, jumlah yang paling sedikit terdapat di Kota Sabang, yaitu sejumlah 0 orang, diikuti Kabupaten Nagan Raya sejumlah 108 orang dan Kabupaten Gayo Lues sejumlah 146 orang murid.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 35

Gambar 3.22 Peta Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Angka Melek Huruf (AMH), merupakan salah satu indikator yang sering digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Berdasarkan jumlah penduduk yang berumur 15 Tahun ke atas, Angka Melek Huruf (AMH) tertinggi pada Tahun 2017 tercatat di Kota Banda Aceh (99,43 persen) dan Kabupaten Bireuen (99,42 persen).

36 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Dari angka tersebut berarti penduduk yang berumur 15 Tahun ke atas di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Bireuen masing-masing sebesar 0,57 persen dan 0,58 persen yang tidak mampu membaca dan menulis (buta huruf). Angka melek huruf tertinggi selanjutnya terdapat di Kabupaten Nagan Raya (99,31 persen) dan Kota Sabang (99,25 persen). Sementara itu, Kabupaten Aceh Tenggara merupakan daerah dengan Angka Melek Huruf terendah, yaitu sebesar 95,58 persen. Hal ini berarti masih terdapat 4,42 persen penduduk yang berumur 15 Tahun ke atas di Aceh Tenggara yang tidak mampu membaca dan menulis.

Gambar 3.23 Grafik Angka Melek Huruf (AMH) Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Melek Huruf Buta Huruf

Lhokseumawe 99,43 0,57

Banda Aceh 99,42 0,58 Aceh Tengah 99,31 0,69 Bener Meriah 99,25 0,75 Aceh Tenggara 99,24 0,76 Bireuen 98,98 1,02

Simeulue 98,84 1,16 Sabang 98,71 1,29 Langsa 98,50 1,5 Aceh Tamiang 98,45 1,55 Aceh Barat 98,37 1,63 Aceh Timur 98,35 1,65 Subulussalam 98,08 1,92

Aceh Utara 97,63 2,37 Pidie Jaya 97,51 2,49 Aceh Besar 97,21 2,79 Aceh Barat Daya 97,12 2,88 Gayo Lues 96,72 3,28

Pi d i e 96,57 3,43 Aceh Jaya 96,46 3,54 Aceh Selatan 96,15 3,85 Aceh Singkil 96,14 3,86 Nagan Raya 95,58 4,42

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 37

Gambar 3.24 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 7-12 Tahun Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

38 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.25 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 13-15 Tahun Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 39

Gambar 3.26 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Usia 16-18 Tahun Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

40 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.27 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SD Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 41

Gambar 3.28 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SMP Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

42 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 3.29 Peta Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan SMA Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 43

Angka Partisipasi Murni (APM) digunakan untuk mengukur proporsi anak yang bersekolah secara tepat waktu, yang di bagi dalam 3 (tiga) kelompok pendidikan, yaitu jenjang pendidikan SD (usia 7-12 tahun), SLTP ( usia 13-15 tahun) dan SLTA (usia 16-18 tahun). Gambar 3.27 memperlihatkan perbandingan APM untuk jenjang SD berdasarkan kabupaten/kota. Pada Tahun 2017, Angka Partisipasi Murni tertinggi pada jenjang SD/sederajat 100 persen dicapai oleh Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Barat, Bener Meriah, Gayo Lues, Kota Banda Aceh dan Lhokseumawe. Angka tersebut menunjukkan bahwa di 6 (enam) daerah tersebut seluruh penduduk usia 7-12 Tahun telah bersekolah tepat waktunya pada jenjang SD/sederajat. Sedangkan di beberapa daerah lain merupakan daerah yang masih belum mencapai APM 100 persen. Artinya di daerah tersebut masih terdapat penduduk yang bersekolah di jenjang SD/sederajat namun di luar rentang usia 7-12 Tahun.

Selanjutnya, perbandingan APM Tahun 2017 pada jenjang sekolah SMP/sederajat dapat dilihat pada Gambar 3.28. Untuk APM jenjang SMP/sederajat paling tinggi tercatat di Kota Sabang (95,12 persen) dan Kabupaten Aceh Jaya (91,56 persen). Sedangkan APM jenjang ini yang terendah adalah di Kabupaten Pidie (80,57 persen) dan Kabupaten Aceh Besar (80,91 persen). Hal ini berarti terdapat sekitar 20 persen penduduk yang bersekolah pada jenjang SMP/sederajat namun usianya di luar rentang 13-15 Tahun di 2 (dua) daerah tersebut.

Gambar 3.29 memperlihatkan capaian APM pada jenjang SMA/sederajat di masing-masing kabupaten/kota di Aceh. Pada Tahun 2017, capaian APM tertinggi untuk jenjang ini adalah di Kota Sabang (82,59 persen) dan Kabupaten Simeulue (80,07 persen). Hal ini menunjukkan proporsi yang bersekolah SMA/sederajat secara tepat waktu di 2 (dua) wilayah tersebut sudah sangat baik (mencapai 80 persen ke atas). Sementara di beberapa daerah, capain APM jenjang SMA/sederajatnya masih cukup rendah. Diantaranya, yaitu Kabupaten Aceh Timur (54,64 persen), Aceh Utara (65,69 persen) dan Aceh Tamiang (66,23 persen).

44 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Perpustakaan adalah salah satu fasilitas penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Pada Tahun 2017, jumlah perpustakaan terbanyak terdapat di Kabupaten Pidie (718 unit), diikuti Kabupaten Aceh Utara (677 unit), dan Kabupaten Bireuen (605 unit). Sedangkan jumlah perpustakaan paling sedikit terdapat di Kota Sabang (108 unit) dan Kota Langsa (149 unit). Jumlah perpustakaan tersebut telah mencakup perpustakaan umum, perguruan tinggi, sekolah, pesantren, instansi, gampong, dan lainnya.

Gambar 3.30 Peta Perbandingan Jumlah Perpustakaan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 45

Halaman ini sengaja dikosongkan

46 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Tingkat kemajuan pembangunan, salah satunya ditunjukkan oleh kondisi ketenagakerjaan dengan salah satu indikatornya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPAK mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk produksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Angkatan kerja wanita, usia muda dan usia tua sering menjadi fokus dalam analisis pasar kerja di suatu negara atau wilayah, di samping mereka yang digolongkan sebagai angkatan kerja prima/utama (prime age), yaitu usia 25-54 tahun. Sementara indikator TPT merupakan hasil penghitungan persentase jumlah pengangguran terhadap angkatan kerja pada suatu periode tertentu di suatu wilayah.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Tahun 2017, dari 3,591 juta jiwa penduduk yang termasuk usia kerja di Aceh, terdapat sekitar 63,74 persen atau 2,289 juta jiwa yang termasuk ke dalam angkatan kerja. Sedangkan 36,26 persen lainnya atau sekitar 1,302 juta jiwa merupakan penduduk bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja selama Tahun 2010 sampai 2017 mengalami fluktuasi.

Pada periode Tahun 2010 sampai 2011, angkatan kerja mengalami peningkatan sejumlah 62 ribu jiwa, sedangkan pada periode Tahun 2011 ke 2012, jumlah angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 23 ribu orang. Namun sejak Tahun 2012 sampai Tahun 2017, angkatan kerja di Aceh tercatat selalu meningkat setiap Tahunnya dengan jumlah sebesar 1,978 juta jiwa pada Tahun 2012, menjadi 2,289 juta jiwa pada Tahun 2017.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 47

Seperti halnya kondisi angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja dan jumlah penganguran di Aceh selama periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2017 juga mengalami fluktuasi. Meskipun mengalami penurunan dari 1,852 juta jiwa pada Tahun 2011 menjadi 1,799 juta jiwa pada Tahun 2012, jumlah penduduk bekerja kembali mengalami peningkatan tiap Tahunnya sehingga pada Tahun 2017 jumlahnya mencapai 2,138 juta jiwa.

Pada Tahun 2017 jumlah pengangguran mengalami penurunan sebanyak 12,07 persen dibandingkan Tahun 2016, yaitu dari sejumlah 171 ribu jiwa pada Tahun 2016 menjadi 150 ribu jiwa pada Tahun 2016. Jumlah pengangguran paling sedikit terjadi pada Tahun 2011, yaitu sejumlah 149 ribu jiwa. Selengkapnya mengenai perkembangan kondisi ketenagakerjaan di Aceh dari Tahun 2010 hingga Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang merinci indikator jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, jumlah pengangguran, hingga persentase TPAK dan TPT.

Tabel 4.1 Perkembangan Indikator Ketenagakerjaan di Aceh Tahun 2010-2017

Keterangan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penduduk Usia Kerja (juta) 3,069 3,138 3,203 3,276 3,367 3,441 3,514 3,591

Angkatan Kerja (juta) 1,939 2,001 1,978 2,034 2,123 2,183 2,258 2,289

> Bekerja (juta) 1,776 1,852 1,799 1,824 1,932 1,966 2,087 2,139

> Pengangguran (ribu) 162 149 180 209 191 216 171 150

Bukan Angkatan Kerja (juta) 1,130 1,136 1,224 1,242 1,244 1,258 1,256 1,302

TPAK (%) 63,17 63,78 61,77 62,07 63,06 63,44 64,26 63,74

TPT (%) 8,37 7,43 9,10 10,30 9,02 9,93 7,57 6,57

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

48 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja dan Pengangguran di Aceh Tahun 2010-2017 (Ribu Jiwa)

2010 1.776 162 1.939

2011 1.852 149 2.001

2012 1.799 180 1.978

2013 1.825 210 2.034

2014 1.932 191 2.123

2015 1.966 217 2.183

2016 2.087 170 2.258

2017 2.139 150 2.289

Bekerja Menganggur Angkatan Kerja

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Jumlah Pekerja menurut Lapangan Usaha di Aceh Tahun 2010-2017 (Ribu Jiwa)

1.063 975 898 860 852 882 810 843

843 834 831 764 752 734 782 735

289 332 222 237 250 202 202 200

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pertanian Industri Jasa-jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 49

Secara garis besar, pembagian sektor lapangan usaha terbagi menjadi 3 (tiga) sektor, yaitu sektor pertanian, sektor Industri dan sektor jasa-jasa. Sektor Industri terdiri dari atas Pertambangan dan Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air Minum dan Konstruksi. Sektor Jasa-jasa yang terdiri atas Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

Selama periode 7 (tujuh) tahun, pada Tahun 2010 sampai 2015, sektor yang paling mendominasi di Aceh adalah sektor pertanian. Namun selama 2 tahun terakhir sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 975 ribu jiwa pada tahun 2017 atau sebesar 45,59 persen dari total seluruh pekerja. Penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 13,07 persen, sedangkan sektor jasa- jasa mengalami penurunan sebesar 8,26 persen dibandingkan dengan Tahun 2016. Adapun sektor industri hanya mampu menyerap sejumlah 332 ribu pekerja ( 15,54 persen) pada Tahun 2017. Walaupun memiliki persentase paling kecil, namun sektor Industri selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2010, jumlah pekerja di sektor industri hanya sejumlah 202 ribu jiwa, namun pada Tahun 2017 jumlahnya bertambah sejumlah 130 ribu jiwa.

Gambar 4.3 Grafik Persentase Pekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Aceh Tahun 2017

54,21 Laki-laki Perempuan

40,36 40,43 36,37

19,21

9,42

Pertanian Industri Jasa-jasa

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

50 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Jika diamati berdasarkan jenis kelamin, pada sektor jasa-jasa, dari jumlah pekerja yang terserap, sejumlah 40,43 persen adalah laki-laki dan 54,21 persen adalah pekerja perempuan. Begitu pula pada sektor pertanian dan industri yang menyerap tenaga kerja laki- laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Pada sektor industri baik pekerja laki-laki maupun perempuan menyerap tenaga kerja paling sedikit dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu 19,21 persen pekerja laki-laki dan 9,42 persen pekerja perempuan.

Gambar 4.4 Grafik Persentase Pekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Aceh Tahun 2017

Pekerja keluarga/tak dibayar 13,80% Berusaha sendiri Berusaha dibantu 20,47% Pekerja bebas buruh tidak 10,69% tetap/buruh tak dibayar 14,62%

Buruh/Karyawan/ Pegawai Berusaha dibantu 36,86% buruh tetap/buruh dibayar 3,57%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Ditinjau dari status pekerjaannya, penduduk yang bekerja di Aceh pada umumnya adalah berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai. Hal ini ditunjukkan bahwa dari 2,139 juta orang yang bekerja pada Tahun 2017, terdapat 788 ribu jiwa (36,86 persen) berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai. Diikuti status oleh berusaha sendiri (20,47 persen), kemudian berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (14,62 persen), dan pekerja keluarga/tidak dibayar (13,80 persen). Sedangkan persentase terkecil diduduki oleh status pekerja bebas dan berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dengan persentase masing-masing 10,69 persen dan 3,57 persen.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 51

Tabel 4.2 Jumlah Pekerja Menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Aceh Tahun 2017

Keterangan Laki-laki Perempuan Total

Pekerja Penuh Waktu 856.532 347.431 1.203.963

Pekerja Tidak Penuh 456.804 435.655 892.459

Sementara Tidak Bekerja 23.636 18.454 42.090

Total 1.336.972 801.540 2.138.512

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Pada umumnya penduduk Aceh bekerja penuh waktu (full time worker), yaitu pekerja dengan jam kerja seluruhnya 35 jam atau lebih dalam seminggu. Hal ini dapat dilihat di Tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa 1,204 juta pekerja atau sekitar 56,30 persen merupakan pekerja penuh waktu. Sedangkan penduduk dengan jumlah jam kerja per minggu 1 – 34 jam digolongkan sebagai pekerja tidak penuh sebesar 892 ribu orang atau sekitar 41,73 persen. Pekerja tidak penuh terbagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu setengah penganggur (pekerja yang bekerja 1-34 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan lain) dan pekerja paruh waktu (pekerja yang bekerja 1-34 jam seminggu dan tidak mencari pekerjaan lain).

Menurut jenis kelamin, terlihat bahwa pekerja penuh waktu mendominasi, yaitu sebesar 64,06 persen dari total pekerja laki-laki, dan perempuan yang bekerja tidak penuh waktu sebesar 54,35 persen dari total pekerja perempuan. Untuk pekerja perempuan penuh waktu memiliki persentase 43,35 persen dari keseluruhan pekerja perempuan. Sedangkan dari total keseluruhan pekerja laki-laki hanya 34,17 persen yang merupakan pekerja tidak penuh waktu dimana 1,77 persennya merupakan pekerja dengan status sementara tidak bekerja.

52 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 4.5 Grafik Persentase Pekerja Menurut Jumlah Jam Kerja di Aceh Tahun 2017

Laki-laki 64,06 54,35 Perempuan 43,35 34,17

1,77 2,30

0 1-34 35 +

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Berikutnya adalah perkembangan TPT di Aceh dari tahun ke tahun. Selama periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2017, terjadi fluktuasi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh. Pada Tahun 2013, TPT Aceh telah mencapai angka 10,30 persen, selanjutnya menurun pada Tahun 2014 menjadi 9,02 persen. Namun pada Tahun 2015, TPT Aceh kembali meningkat menjadi sebesar 9,93 persen, dan terjadi kembali penurunan yang cukup besar pada Tahun 2016 menjadi 7,57 persen. Penurunan TPT ini tetap bertahan pada Tahun 2017 dengan angka sebesar 6,57 persen.

Gambar 4.6 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh Tahun 2012 – 2017

10,30 9,93 9,10 9,02 7,57 6,57

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 53

Gambar 4.7 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Aceh Tahun 2012-2017 (Persen)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

12,49

12,47

11,74

11,16

9,06

8,44 8,44

7,84 7,78

7,60 7,05

5,78

Laki-Laki Perempuan

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Secara keseluruhan di Aceh, TPT perempuan masih lebih tinggi dibanding TPT laki- laki selama periode Tahun 2012-2017. Namun terjadi kecenderungan penurunan TPT baik penduduk laki-laki maupun perempuan dari tahun ke tahun. Sementara itu jika ditinjau dari daerah tempat tinggalnya, daerah perkotaan masih menunjukkan keterbatasan jumlah lapangan dibanding pencari kerja. Hal ini terlihat dari angka TPT di daerah perkotaan yang masih lebih tinggi dari TPT daerah perdesaan.

Gambar 4.8 Grafik Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Daerah Tempat Tinggal

Tahun 2012-2017 (Persen)

2012 2013 2014 2015 2016 2017

11,44

11,42

9,88 9,88

9,58

9,30

9,02

8,92

8,69

7,30 6,90

6,22

Perkotaan Perdesaan Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

54 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Dilihat dari tingkat pendidikannya, baik pengangguran laki-laki maupun perempuan didominasi oleh tingkat pendidikan SMA dan Universitas. Pada Agustus 2017, TPT untuk tingkat pendidikan SMA sebesar 10,74 persen dan TPT tertinggi berikutnya pada jenjang pendidikan Diploma I/II/III/Akademi/Universitas sebesar 8,10 persen.

Apabila dibandingkan dengan keadaan pada Tahun 2016 lalu, terjadi penurunan TPT pada tingkat pendidikan SMA, Diploma/Akademi/Universitas dan SD ke bawah, dimana penurunan tertinggi terjadi pada pada jenjang pendidikan SD ke bawah terutama yang tidak/belum pernah sekolah, yaitu dari 8,05 persen menjadi 1,62 persen. Pada jenjang pendidikan SMA persentasenya menurun 13,22 persen menjadi 10,74 persen serta jenjang Universitas dengan penurunan 9,25 persen menjadi 8,10 persen. Sebaliknya pada jenjang pendidikan SMP mengalami peningkatan TPT Tahun 2017 yaitu 3,01 persen menjadi 4,53 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa tenaga kerja di Aceh masih didominasi oleh jenjang pendidikan rendah.

Gambar 4.9 Grafik TPT Menurut Jenjang Pendidikan di Aceh Tahun 2013-2017 (Persen)

2013 2014 2015 2016 2017

17,65

16,56

14,85

14,79

14,46

13,69

13,59

12,96

11,88

11,31

10,94

10,77

9,91

10,74

10,01 9,42

9,35

8,39

8,10

7,01

5,79

5,02

4,41

4,53

3,09

3,07 3,01

2,55

<=SD SMP SMA SMK Diploma I-III Universitas

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 55

Gambar 4.10 Grafik TPT Menurut Kelompok Umur di Aceh Tahun 2017 (Persen)

25,34

22,67

9,91

2,81 2,64 1,59 1,41 1,32 1,10

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55+

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Berdasarkan kelompok umur, Gambar 4.10 menunjukkan bahwa TPT tertinggi pada Tahun 2017 terjadi pada kelompok umur 15-19 (25,34 persen) dan kelompok umur 20-24 tahun (22,67 persen). Pada kelompok usia muda 15-19 tahun, nilai TPT-nya di atas 20 persen artinya adalah 1 dari 2 orang angkatan kerja pada kelompok umur tersebut merupakan pengangguran. Hal ini kemungkinan disebabkan pada kelompok umur ini kesulitan untuk mengakses fasilitas pendidikan dan biaya sehingga terpaksa masuk ke dalam kelompok pencari kerja. Seiring bertambahnya umur, TPT cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan pada umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun penduduk telah memasuki jenjang perkawinan. Tanggung jawab secara ekonomi dalam rumahtangga menuntut penduduk di kelompok usia ini untuk melakukan pekerjaan dan tak lagi menjadi pengangguran terbuka. Perbandingan kondisi ketenagakerjaan di kabupaten/kota se-Aceh dapat dilihat pada tabel berikut, yang menyajikan data TPT dan TPAK hasil SAKERNAS Agustus 2017.

56 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Tabel 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota di Aceh Tahun 2017 (Persen)

Kabupaten/Kota TPAK TPT

(1) (2) (3) Simeulue 63,51 3,12 Aceh Singkil 59,43 7,14 Aceh Selatan 59,70 7,24 Aceh Tenggara 72,82 4,75 Aceh Timur 59,55 8,42 Aceh Tengah 76,80 3,91 Aceh Barat 60,34 6,20 Aceh Besar 59,17 8,49 Pidie 63,05 7,64 Bireuen 70,61 4,50 Aceh Utara 57,21 11,02 Aceh Barat Daya 62,01 3,16 Gayo Lues 74,57 1,71 Aceh Tamiang 62,82 5,43 Nagan Raya 62,75 4,11 Aceh Jaya 66,92 6,23 Bener Meriah 79,49 1,06 Pidie Jaya 60,12 4,89 Banda Aceh 60,45 7,75 Sabang 69,52 3,00 Langsa 70,84 7,03 Lhokseumawe 62,60 10,51 Subulussalam 61,85 4,91

.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 57

Gambar 4.11 Peta Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Persen)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Perbandingan pembangunan kabupaten/kota se-Aceh selanjutnya dapat ditinjau dari tingkat kemiskinannya. Pada Tahun 2017, Kabupaten Aceh Singkil (22,11 persen), Gayo Lues (21,97 persen) dan Pidie Jaya (21,82 persen) merupakan daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Aceh. Sementara Kota Banda Aceh (7,44 persen), Langsa (11,24 persen) dan Lhokseumawe (12,32 persen) berhasil mencapai tingkat kemiskinan yang relatif rendah di Tahun 2017. 58 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 4.12 Peta Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Ribu Jiwa)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Jumlah penduduk miskin pada Tahun 2017 terbanyak tercatat di Kabupaten Aceh Utara (118,74 ribu jiwa), Pidie (92,35 ribu jiwa) dan Bireuen (71,54 ribu jiwa). Sedangkan penduduk miskin paling sedikit terdapat di Kota Sabang (5,98 ribu jiwa) dan Kabupaten Aceh Jaya (13,23 ribu jiwa).

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 59

Gambar 4.13 Peta Perbandingan Garis Kemiskinan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Rupiah/Kapita)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Indikator berikutnya adalah Garis Kemiskinan. Di Aceh pada Tahun 2017, garis kemiskinan tertinggi tercatat di Kota Banda Aceh, yaitu mencapai Rp 572.295 per kapita. Sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu hanya sebesar Rp 250.854 per kapita.

60 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila pembangunan kehidupan berjalan baik, maka secara langsung maupun tak langsung akan meningkatkan kesejahtraan rakyat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM penduduk Indonesia, maka program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan pada generasi penerus, khusus calon bayi dan anak dibawah lima tahun (balita), Pentingnya pembangunan bidang kesehatan ini tecermin dari deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) yang mana lebih sepertiga indikator menyangkut bidang kesehatan. Perkembangan jumlah fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di seluruh Aceh pada Tahun 2017 adalah sebanyak 341 unit, dengan sebanyak 929 Pukesmas pembantu/Pustu dan 2.337 Polindes. Sementara jumlah mobil ambulans yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota sebanyak 300 unit.

Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Jumlah Puskemas dan Polindes Kabupaten/Kota Tahun 2017 (unit)

320 295 Jumlah Puskesmas*

Jumlah Polindes

204 178

147 126 122 120 123 120 106 124 110 108 98 89 82 73 72 68 75 79 60 69 63 75 65 63 75 54 47 48 40 50 64 38 39 25 28 31 11 14 16 11 7 6

*Jumlah Puskemas adalah termasuk puskemas, puskemas pembantu (pustu) dan puskesmas keliling. Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 61

Gambar 5.2 Peta Persebaran Jumlah Puskemas dan Polindes Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Dari Gambar 5.2 di atas dapat disimpulkan bahwa persebaran jumlah puskesmas dan polindes pada Tahun 2017 terbanyak terdapat di Kabupaten Aceh Besar (415 unit), diikuti Bireuen (395 unit), dan Aceh Timur (326 unit) . Sedangkan yang paling sedikit jumlahnya berada di Kota Sabang (20 unit), diikuti Banda Aceh (45 unit), Kota Langsa (70 unit), dan Kota Lhokseumawe (78 unit) .

62 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Jumlah Ambulans Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Unit)

38

25 21 20 20 20 18 19 17 15 15 13 14 11 10 7 6 6 4 0 0 0 1

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Selain bangunan fisik fasilitas kesehatan paling dasar seperti puskesmas dan polindes, pelayanan kesehatan juga memerlukan unit penunjang seperti fasilitas ambulans. Sebagai bagian dari proses layanan kesehatan, ketersediaan jumlah ambulans yang memadai di suatu daerah akan sangat membantu mempercepat penanganan masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan khususnya pada saat keadaan darurat, proses evakuasi, ataupun rujukan dari rumah sakit daerah ke rumah sakit provinsi.

Pada Tahun 2017, jumlah unit ambulans terbanyak tersebar di daerah yang luas wilayahnya relatif lebih besar dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Aceh Utara memiliki 38 unit ambulans, diikuti Aceh Timur 25 unit ambulans, dan Aceh Selatan 21 unit ambulans. Data dari Dinas Kesehatan Aceh menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa daerah yang belum memiliki ambulans, seperti Aceh Besar, Gayo Lues dan Aceh Tamiang. Sementara daerah yang luas wilayahnya relatif kecil seperti Kota Subulussalam, Langsa dan Sabang masing-masing hanya memiliki ambulans sebanyak 1 unit, 4 unit dan 6 unit ambulans.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 63

Pemberian kekebalan tubuh kepada balita merupakan cara yang efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian anak. Pada umumnya imunisasi campak diberikan setelah bayi mendapatkan imunisasi BCG, DPT dan Polio. Hasil Susenas 2017 menunjukkan balita yang pernah mendapatkan imunisasi campak sebesar 43,35 persen sementara itu sebanyak 69,92 persen balita mendapatkan imunisasi BCG.

Imunisasi BCG merupakan kepanjangan dari Bacillus Calmette-Guérin yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi tuberkulosis (TBC). Pemberian vaksin ini pada bayi di Indonesia secara umum dilakukan paling lambat diberikan sebelum bayi berusia 3 (tiga) bulan. Sebagai penyakit menular berbahaya, idealnya persentase imunisasi vaksin ini mendekati seratus persen atau seluruh bayi di Aceh seharusnya menerima imunisasi ini. Namun demikian, ada daerah di Aceh yang ditandai sebagai daerah yang masih rendah persentase bayi yang mendapatkan vaksin BCG. Kota Lhokseumawe (28,34 persen), dan Aceh Utara (51,72 persen) di ikuti Kabupaten Aceh Besar (61,65 persen) merupakan beberapa daerah yang paling sedikit jumlah bayi penerima imunisasi ini.

Sementara itu, jenis vaksin Campak juga tidak kalah pentingnya untuk diberikan pada bayi sesuai dengan usianya. Karena penyakit Campak juga merupakan salah satu penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus, sehingga idealnya angka persentase bayi yang mendapatkan imunisasi campak seharusnya mencapai hingga 100 (seratus) persen. Data menunjukkan bahwa tingkat penerima vaksin pada bayi di Aceh Tahun 2017 masih sangat rendah, yaitu sebesar 43.35 persen. Tercatat ada beberapa daerah yang jumlah bayi mendapatkan vaksin Campak di bawah 50 (lima puluh) persen, yaitu Lhokseumawe. Persentase jumlah bayi yang mendapatkan vaksin BCG dan vaksin Campak dapat dilihat secara lebih rinci pada Gambar 5.4 dan Gambar 5.5

64 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Gambar 5.4 Peta Persentase Balita Imunisasi BCG Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 65

Gambar 5.5 Peta Persentase Balita Imunisasi Campak Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

66 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Indikator kesehatan bayi selanjutnya adalah berat badan bayi saat dilahirkan dan kondisi gizi yang diterima oleh bayi. Data dari Dinas Kesehatan Aceh, pada Tahun 2017 menunjukkan bahwa, jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) paling banyak dijumpai di Kabupaten Pidie (344 bayi), Aceh Besar (229 bayi) dan Kabupaten Bireun (212 bayi). Kondisi ini mencerminkan indikator kurang baik dari aspek kesehatan bayi, sehingga daerah-daerah yang tercatat memiliki bayi dengan BBLR yang signifikan harus segera mendapat perhatian dari pihak terkait yang mengurusi masalah kesehatan masyarakat.

Beberapa daerah di Aceh telah berhasil menekan angka BBLR di Tahun 2016. Diantaranya adalah Kota Sabang (0 bayi), Kabupaten Aceh Tenggara (0 bayi), Kabupaten Gayo Lues (6 bayi) dan Kabupaten Nangan Raya (7 bayi), merupakan kawasan dengan jumlah bayi Berat Badan Lahir Rendah di bawah angka 10 bayi.

Gambar 5.6 Grafik Jumlah Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa)

344

229 212 189 192 177 144 106 79 68 64 57 52 52 51 48 19 15 17 0 6 7 0

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 67

Gambar 5.7 di bawah ini memperlihatkan perbandingan jumlah bayi dengan kondisi gizi buruk di seluruh kabupaten/kota di Aceh pada Tahun 2016. Kabupaten Bireuen dan Aceh Utara merupakan 2 (dua) kawasan yang memiliki kasus bayi gizi buruk tertinggi, yaitu masing-masing tercatat sebanyak 22 bayi dan 17 bayi.

Upaya-upaya pencegahan terjadinya kasus bayi gizi buruk akan terus dilanjutkan oleh pemerintah melalui dinas terkait. Sehingga angka-angka indikator ini diharapkan terus menurun dari tahun ke tahun. Beberapa daerah di Aceh pada Tahun 2017 tercatat memiliki kasus bayi gizi buruk dengan jumlah yang minimal. Diantaranya adalah Kabupaten Pidie Jaya (1 bayi), Aceh Selatan (2 bayi), Aceh Barat Daya (2 bayi) dan Kota Banda Aceh (2 bayi).

Gambar 5.7 Grafik Jumlah Bayi Gizi Buruk Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Jiwa)

22

17

12 11 10 9 8 8 6 6 6 5 5 4 4 4 3 3 3 2 2 2 1

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

68 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Grafik pada Gambar 5.8 menyajikan data jumlah kasus Demam Berdarah di seluruh kabupaten/kota se-Aceh pada Tahun 2017. Daerah berlabel merah gelap adalah kabupaten/kota dengan jumlah kasus demam berdarah terbanyak sepanjang Tahun 2017. Diantaranya, yaitu Kabupaten Kota Langsa (453 kasus), Kabupaten Bireuen (410 kasus) dan Aceh Besar (389 kasus).

Gambar 5.8 Peta Persebaran Jumlah Kasus Demam Berdarah Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 69

Sementara itu, untuk jenis penyakit menular lainnya, yaitu penyakit Diare, jumlah kasus yang terjadi selama Tahun 2017 di kabupaten/kota se-Aceh dapat dilihat pada Gambar 5.9. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh, diperoleh informasi bahwa Kabupaten Pidie (5.209 kasus), Aceh Tamiang (2.141 kasus) dan Aceh Tengah (1.597 kasus) merupakan 3 (tiga) daerah terparah untuk jumlah kasus penyakit Diare.

Gambar 5.9 Peta Persebaran Jumlah Kasus Penyakit Diare Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

70 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Penyakit Tuberculosis atau lebih dikenal dengan sebutan penyakit TB merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya. Penanganan pemberian obat kasus penyakit ini pada pasien yang positif terjangkit harus benar-benar di bawah pengawasan tenaga medis. Daerah yang paling banyak jumlah kasus penyakit TB di Aceh sepanjang Tahun 2017 diantaranya adalah Kota Banda Aceh (790 kasus), Kabupaten Aceh Timur (409 kasus) dan Bireuen (338 kasus).

Gambar 5.10 Peta Persebaran Jumlah Kasus Penyakit Tuberculosis (TB) Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 71

Gambar 5.11 Peta Persebaran Jumlah Dokter Umum di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Untuk mencapai pelayanan kesehatan yang memadai,Tenaga kesehatan yang tersedia di Provinsi Aceh pada tahun 2017 tercatat ada 1.533 orang dokter umum, 720 orang dokter spesialis, dan 269 dokter gigi, 10.831 orang perawat, serta 10,984 orang tenaga bidan yang bertugas di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, juga harus memadai.

72 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Selain dokter umum, petugas kesehatan di Puskesmas adalah perawat. Pada Tahun 2017, persebaran jumlah tenaga medis ini di Aceh dapat dilihat pada Gambar 5.12 di bawah ini. Kota Banda Aceh (1239 orang), Aceh Timur (834 orang) dan dan Aceh Utara (824 orang) merupakan daerah-daerah dengan jumlah perawat yang bertugas di Puskesmas paling banyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Aceh.

Gambar 5.12 Peta Persebaran Jumlah Perawat di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 73

Untuk jumlah Bidan yang bertugas di Puskesmas di seluruh kabupaten/kota di Aceh selama tahun 2017, pada Gambar 5.13 menunjukkan bahwa Kota Sabang (77 orang), Kota Langsa (195 orang), Simeulue (237 orang), merupakan daerah dengan jumlah Bidan paling sedikit. Hal ini dapat berdampak pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat, sehingga pemerintah perlu menambahkan jumlah tenaga medis ini sehingga lebih memadai.

Gambar 5.13 Peta Persebaran Jumlah Bidan di Puskesmas Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Aceh

74 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan alat/wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik yang diwujudkan melalui berbagai program dan kegiatan dimana manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat.

Komponen APBD terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Sedangkan Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya.

APBD pada hakikatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat yang didasarkan pada perencanaan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk menyusun APBD yang benar-benar mencerminkan kebutuhan riil masyarakat atas dasar potensi masing- masing daerah serta bersifat akuntabel.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa sumber-sumber pendapatan/penerimaan daerah berasal dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan (DP), yang terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasilb bukan pajak, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 75

Terdapat beberapa fungsi dari APBD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu :

1. Fungsi otorisasi, yaitu anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja daerah pada tahun bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan, yaitu anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen

dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan, yaitu anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan.

4. Fungsi alokasi, yaitu anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan

kerja atau mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkan efesiensi efektifitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi, yaitu anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan.

6. Fungsi stabilitasi, yaitu anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara dan

mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Angka realisasi pendapatan kabupaten/kota di Aceh pada Tahun 2017 menunjukkan bahwa realisasi pendapatan yang terbesar dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara sebesar 2,40 Triliun Rupiah atau sebesar 8,00 persen dari total pendapatan 23 Kabupaten/Kota di Aceh Tahun 2017 (30,04 Triliun Rupiah). Selanjutnya diikuti oleh kabupaten Bireuen dan Aceh Besar masing-masing sebesar 2,11 Triliun Rupiah dan 1,96 Triliun Rupiah atau masing-masing sebesar 7,02 persen dan 6,52 persen dari total pendapatan Kabupaten/Kota di Aceh.

76 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Sedangkan realisasi pendapatan terkecil, yaitu Kota Sabang sebesar 646,14 Milyar Rupiah atau 2,15 persen dari total pendapatan Kabupaten/kota. Selanjutnya diikuti oleh Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil masing-masing sebesar 747,58 Milyar Rupiah dan 878,77 Milyar Rupiah atau masing-masing sebesar 2,49 persen dan 2,93 persen dari total pendapatan Kabupaten/Kota. Selengkapnya mengenai perbandingan realisasi Pendapatan kabupaten/kota se-Aceh dapat diamati pada grafik di bawah ini:

Gambar 6.1 Grafik Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Triliun Rupiah)

2.40

2.11 1.96 1.83 1.78 1.55 1.51 1.35 1.37 1.36 1.27 1.24 1.14 1.03 1.01 0.98 0.98 0.98 1.00 0.88 0.90 0.75 0.65

Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Perbandingan selanjutnya adalah dari sisi realisasi Belanja Daerah. Angka realisasi Belanja Kabupaten/Kota di Aceh pada Tahun 2017 menunjukkan bahwa realisasi Belanja yang terbesar dimiliki oleh Kabupaten Aceh Utara sebesar 3,09 Triliun Rupiah atau sebesar 9,60 persen dari total Belanja Kabupaten/Kota di Aceh (32,23 Triliun Rupiah). Selanjutnya diikuti oleh kabupaten Pidie dan Bireuen masing-masing sebesar 2,072 Triliun Rupiah dan 2,07 Triliun Rupiah atau masing-masing sebesar 6,43 persen dan 6,42 persen dari total Belanja Kabupaten/Kota.

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 77

Sedangkan realisasi belanja terkecil, yaitu di Kota Sabang sebesar 644,92 Milyar Rupiah atau 2,00 persen dari total Belanja Kabupaten/Kota. Selanjutnya diikuti oleh Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil masing-masing sebesar 848,34 Milyar Rupiah dan 877,75 Milyar Rupiah atau masing-masing sebesar 2,63 persen dan 2,72 persen dari total Belanja Kabupaten/Kota.

Gambar 6.2 Grafik Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Triliun Rupiah)

3.09

1.99 1.97 2.07 2.07 1.79 1.55 1.55 1.35 1.29 1.36 1.14 1.14 1.14 1.19 1.25 0.97 1.02 0.98 0.88 0.94 0.85 0.64

Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Surplus APBD Tahun 2017 akan digunakan sebagai sumber bagi Penerimaan Pembiayaan untuk APBD Tahun 2018 bagi Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Sebaliknya defisit yang dialami pada Tahun 2017 akan diupayakan untuk ditutupi dengan penerimaan pembiayaan pada APBD tahun sebelumnya. Penyebab utama tingginya defisit diakibatkan oleh rendahnya realisasi pendapatan dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

Dari 23 Kabupaten/Kota di Aceh terdapat hanya 6 (enam) Kabupaten/Kota yang mengalami surplus Anggaran Pendapatan terhadap Anggaran Belanja pada Tahun 2017, yaitu Kabupaten Singkil, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kota Sabang.

78 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Daerah yang mengalami surplus anggaran terbesar adalah Kabupaten Pidie Jaya dengan nilai sebesar 377,4 Milyar Rupiah, sedangkan daerah dengan surplus terkecil, yaitu Kabupaten Singkil sebesar 1,01 Milyar Rupiah. Adapun daerah dengan defisit anggaran terkecil, yaitu Kabupaten Nagan Raya sebesar 3,46 Milyar Rupiah dan daerah dengan defisit anggaran terbesar, yaitu Kabupaten Aceh Utara dengan nilai defisit sebesar 691,64 Milyar Rupiah.

Gambar 6.3 Grafik Realisasi Surplus/Defisit Anggaran Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Miliar Rupiah)

377.4

40.5 38.6 1.0 11.4 1.2 (4.7) (3.5) (6.8) (34.3) (16.1) (77.8) (139.9) (116.7) (100.8) (158.8) (178.0) (159.0) (184.7)

(282.3) (290.3) (221.3)

(691.6)

Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 79

Tabel 6.1 Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota Tahun 2017 (Rupiah)

No. KABUPATEN/KOTA PENDAPATAN BELANJA SURPLUS/DEFISIT

1 Simeulue 982.103.393.134 1.140.887.664.136 (158.784.271.001)

2 Aceh Singkil 878.765.795.658 877.753.807.056 1.011.988.602

3 Aceh Selatan 1.547.172.021.728 1.551.869.740.688 (4.697.718.960)

4 Aceh Tenggara 1.374.086.223.997 1.552.093.132.491 (178.006.908.494)

5 Aceh Timur 1.958.285.923.790 1.992.553.882.639 (34.267.958.849)

6 Aceh Tengah 1.508.729.337.576 1.791.018.316.054 (282.288.978.478)

7 Aceh Barat 1.364.768.498.288 1.353.362.195.692 11.406.302.596

8 Aceh Besar 1.829.869.090.104 1.969.777.684.733 (139.908.594.629)

9 Pidie 1.782.599.379.332 2.072.883.542.401 (290.284.163.069)

10 Bireuen 2.109.495.731.547 2.068.972.376.346 40.523.355.202

11 Aceh Utara 2.402.604.230.993 3.094.246.235.106 (691.642.004.113)

12 Aceh Barat Daya 977.213.097.999 938.574.887.162 38.638.210.836

13 Gayo Lues 976.610.487.499 1.135.635.220.069 (159.024.732.570)

14 Aceh Tamiang 1.269.997.967.865 1.286.052.797.603 (16.054.829.738)

15 Nagan Raya 1.138.556.108.951 1.142.011.208.104 (3.455.099.153)

16 Aceh Jaya 1.001.681.949.413 1.186.374.242.527 (184.692.293.114)

17 Bener Meriah 1.030.789.241.695 1.252.132.233.097 (221.342.991.401)

18 Pidie Jaya 1.349.543.355.559 972.151.227.105 377.392.128.454

19 Banda Aceh 1.244.415.059.119 1.361.140.704.837 (116.725.645.718)

20 Sabang 646.136.294.981 644.917.214.249 1.219.080.732

21 Langsa 1.014.888.423.313 1.021.681.327.934 (6.792.904.621)

22 Lhokseumawe 901.721.200.897 979.491.687.254 (77.770.486.357)

23 Subulussalam 747.578.614.830 848.344.463.200 (100.765.848.370)

Jumlah 30.037.611.428.269 32.233.925.790.483 (2.196.314.362.215)

Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

80 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018

Tabel 6.2 Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota Menurut Jenis Pendapatan Tahun 2017 (Rupiah)

PENDAPATAN No. KABUPATEN/KOTA Lain-lain Pendapatan Asli Dana Pendapatan JUMLAH Daerah (PAD) Perimbangan (DP) Daerah yang Sah 1 Simeulue 61.095.183.851 604.618.275.744 316.389.933.539 982.103.393.134

2 Aceh Singkil 43.441.129.848 589.766.359.602 245.558.306.208 878.765.795.658

3 Aceh Selatan 140.875.136.234 951.220.993.078 455.075.892.416 1.547.172.021.728

4 Aceh Tenggara 30.102.094.296 790.800.082.057 553.184.047.645 1.374.086.223.997

5 Aceh Timur 152.401.172.880 1.043.156.637.656 762.728.113.254 1.958.285.923.790

6 Aceh Tengah 163.000.739.413 875.816.161.614 469.912.436.549 1.508.729.337.576

7 Aceh Barat 161.743.458.644 768.955.867.896 434.069.171.748 1.364.768.498.288

8 Aceh Besar 126.380.380.300 1.006.570.604.206 696.918.105.598 1.829.869.090.104

9 Pidie 79.454.211.140 816.107.967.274 887.037.200.917 1.782.599.379.332

10 Bireuen 192.927.251.693 1.156.115.277.116 760.453.202.739 2.109.495.731.547

11 Aceh Utara 202.091.566.055 1.328.605.892.782 871.906.772.157 2.402.604.230.993

12 Aceh Barat Daya 91.571.494.831 616.172.642.987 269.468.960.180 977.213.097.999

13 Gayo Lues 60.312.455.602 571.558.575.124 344.739.456.773 976.610.487.499

14 Aceh Tamiang 116.246.212.754 772.295.722.888 381.456.032.223 1.269.997.967.865

15 Nagan Raya 74.051.054.127 579.125.407.276 485.379.647.548 1.138.556.108.951

16 Aceh Jaya 52.599.500.274 565.133.361.976 383.949.087.163 1.001.681.949.413

17 Bener Meriah 82.038.407.024 571.579.093.355 377.171.741.317 1.030.789.241.695

18 Pidie Jaya 47.409.466.845 593.660.765.519 708.473.123.195 1.349.543.355.559

19 Banda Aceh 270.170.805.366 737.750.392.419 236.493.861.334 1.244.415.059.119

20 Sabang 55.081.057.066 436.019.489.449 155.035.748.466 646.136.294.981

21 Langsa 120.138.956.033 677.192.132.793 217.557.334.487 1.014.888.423.313

22 Lhokseumawe 62.986.260.104 644.213.912.781 194.521.028.012 901.721.200.897

23 Subulussalam 56.523.930.272 494.792.042.493 196.262.642.065 747.578.614.830

Jumlah 2.442.641.924.652 17.191.227.658.085 10.403.741.845.532 30.037.611.428.269 Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018 81

Tabel 6.3 Realisasi Belanja Kabupaten/Kota Menurut Jenis Belanja Tahun 2017 (Rupiah)

BELANJA No. KABUPATEN/KOTA Belanja Tidak Belanja Langsung JUMLAH Langsung

1 Simeulue 625.743.764.621 515.143.899.515 1.140.887.664.136

2 Aceh Singkil 540.483.450.169 337.270.356.887 877.753.807.056

3 Aceh Selatan 926.687.567.049 625.182.173.639 1.551.869.740.688

4 Aceh Tenggara 901.195.222.760 650.897.909.731 1.552.093.132.491

5 Aceh Timur 1.312.850.827.664 679.703.054.974 1.992.553.882.639

6 Aceh Tengah 1.144.149.997.636 646.868.318.418 1.791.018.316.054

7 Aceh Barat 748.820.070.056 604.542.125.636 1.353.362.195.692

8 Aceh Besar 1.411.988.687.476 557.788.997.257 1.969.777.684.733

9 Pidie 1.301.872.129.347 771.011.413.053 2.072.883.542.401

10 Bireuen 1.418.587.124.520 650.385.251.825 2.068.972.376.346

11 Aceh Utara 2.285.212.844.710 809.033.390.396 3.094.246.235.106

12 Aceh Barat Daya 561.261.520.289 377.313.366.873 938.574.887.162

13 Gayo Lues 643.361.215.962 492.274.004.107 1.135.635.220.069

14 Aceh Tamiang 761.256.196.620 524.796.600.983 1.286.052.797.603

15 Nagan Raya 563.357.244.753 578.653.963.351 1.142.011.208.104

16 Aceh Jaya 731.143.946.468 455.230.296.059 1.186.374.242.527

17 Bener Meriah 777.953.375.486 474.178.857.611 1.252.132.233.097

18 Pidie Jaya 512.592.559.935 459.558.667.170 972.151.227.105

19 Banda Aceh 797.838.278.676 563.302.426.161 1.361.140.704.837

20 Sabang 374.008.206.459 270.909.007.790 644.917.214.249

21 Langsa 475.448.087.144 546.233.240.790 1.021.681.327.934

22 Lhokseumawe 600.879.594.642 378.612.092.612 979.491.687.254

23 Subulussalam 409.906.068.951 438.438.394.249 848.344.463.200

Jumlah 25.667.829.828.691 13.000.368.633.171 32.233.925.790.483

Sumber : djpk.kemenkeu.go.id

82 Informasi Pembangunan Kabupaten dan Kota 2018