Budaya Pesantren Di Pulau Seribu Masjid, Lombok
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BUDAYA PESANTREN DI PULAU SERIBU MASJID, LOMBOK Fahrurrozi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram Jl. Pendidikan No. 35 Mataram, Nusa Tenggara Barat 83125 e-mail: [email protected] Abstrak: Lombok, sebuah pulau di provinsi NTB, yang dikenal dengan sebutan “pulau seribu masjid” adalah sebuah wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kehadiran Islam sebagai agama mayoritas di Pulau Lombok tidak hanya ditandai dengan tingginya antusiasme masyarakat dalam mendirikan tempat ibadah berupa masjid dan mushalla, tetapi juga kehadiran banyak pesantren. Tercatat tak kurang dari 300 pesantren yang tersebar di pulau kecil ini. Eksistensi pesantren di Lombok NTB ini bukan saja sebagai sebagai institusi pendidikan formal dan non-formal, tapi pesantren memiliki peranan penting dalam dinamika masyarakat Islam. Pesantren telah berperan sebagai: 1) pusat transmisi ilmu-ilmu keislaman; 2)menjaga keberlangsungan tradisi Islam; dan 3) pusat reproduksi ulama. Tradisi-tradisi yang dimainkan oleh komunitas pesantren di Lombok terlihat begitu teguhnya pesantren mempertahankan identitas lokalitas dan kearifan lokal di mana pesantren itu berada, dan inilah yang khas dan unik dalam mengkaji tentang pesantren dan dinamikanya di tengah-tengah masyarakat. Abstact: Lombok, an island in West Nusa Tenggara (NTB) province, known as "the island of a thousand mosques" is an area that is predominantly Moslem. The presence of Islam embraced by the majority of people in Lombok Island is not only characterized by a high public enthusiasm in building places of worship such as mosques and prayer room (mushalla), but also the presence of many pesantrens (Islamic boarding schools). It is reported that there are no less than 300 pesantrens spread across this small island. The existence of the pesantrens in Lombok is not merely as formal and non-formal institutions, they also play an important role in the dynamic of Islamic society. Pesantren has served: 1) as the transmission center of Islamic knowledge; 2) to maintain the continuity of Islamic tradition; and 3) as the center of the production of Islamic scholars.Traditions played by pesantrens communities in Lombok looks so firmly, they preserve the identity of indigenous localites where they are located. This is what is typical and unique in studying pesantren and its dynamic in society. Kata-kata Kunci: Pesantren, sejarah, Lombok, pemberdayaan, budaya Pendahuluan nal. Dari segi historis, pesantren tidak Pesantren adalah lembaga yang hanya identik dengan makna keislaman, bisa dikatakan sebagai wujud dari proses tetapi juga mengandung makna keaslian perkembangan sistem pendidikan nasio- KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v2312.730 Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok Indonesia (indigenous). Sebab lembaga Pondok pesantren sekarang ini, yang serupa pesantren sebenarnya su- tampaknya perlu dibaca sebagai warisan dah ada sejak masa kekuasaan Hindu dan sekaligus sebagai kebudayaan –“intelek- Budha. Sehingga Islam tinggal mene- tual Nusantara.” Lebih dari itu, dalam ruskan dan mengislamkan lembaga pen- sejumlah aspek tertentu, pesantren harus didikan yang sudah ada. Tentunya ini dipahami sebagai benteng pertahanan ke- tidak berarti mengecilkan peranan Islam budayaan itu sendiri, karena peran seja- dalam memelopori pendidikan di Indo- rah yang dimainkannya. Harapan ini ten- nesia.1 tu saja tidak terlalu meleset dari kon- Pesantren sebagai lembaga pendi- struksi budaya yang digariskan oleh pen- dikan dan lembaga sosial kemasyara- dirinya. Selain diangan-angankan sebagai katan telah memberikan warna dan corak pusat pengembangan ilmu dan kebuda- khas dalam masyarakat Indonesia, khu- yaan yang berdimensi religius atau susnya pedesaan. Pesantren tumbuh dan sekadar improvisasi lokal, pesantren juga berkembang bersama masyarakat sejak dipersiapkan oleh para pendirinya seba- berabad-abad. Oleh karena itu, secara gai motor transformasi bagi komunitas kultural lembaga ini telah diterima dan masyarakat dan bangsanya. Menariknya, telah ikut serta membentuk dan mem- angan-angan itu berangkat dari bandara berikan corak serta nilai kehidupan ke- tradisi masyarakat setempat. Dalam hal pada masyarakat yang senantiasa tum- ini, Abdurrahman Wahid mengatakan buh dan berkembang. Figur kiai atau bahwa pondok pesantren dalam bacaan tuan guru dalam Bahasa Sasak Lombok, teknis merupakan suatu tempat yang santri, serta seluruh perangkat fisik dari dihuni oleh para santri.3 Pernyataan ini sebuah pesantren membentuk sebuah kultur yang bersifat keagamaan yang me- Mamfred Ziemik menyebutkan bahwa asal etimo- ngatur perilaku seseorang, pola hubung- logi dari pesantren adalah pe-santri–an (tempat santri). Santri atau murid umumnya sangat berbe- an dengan warga masyarakat. Dalam da-beda dalam mendapatkan pelajaran dari pim- keadaan demikian, produk pesantren le- pinan pesantren (kiai/tuan guru [TGH]) dan para bih berfungsi sebagai faktor integratif pa- guru. Pelajarannya mencakup berbagai bidang da masyarakat dalam upaya menuju per- pengetahuan keislaman. Mamfred Ziamek, Pesan- kembangan pesantren.2 tren dalam Perubahan Sosial, terj. Butce B. Soenjono, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 18. Johan berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil, yang 1 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Pot- berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg ret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 3. berpendapat istilah santri dalam Bahasa India 2Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang berarti orang yang tahu buku-buku Agama dengan awalan pe, dan akhiran an, yang berarti Hindu. Kata santri berasal dari kata shastra yang tempat tinggal santri. Zamakhsari Dhofier, Tradisi berarti buku suci, buku-buku agama dan ilmu Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai pengetahuan. Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 18 (Jakarta: LP3ES,1984), hlm. 18. Soegarda juga 3 Mengenai asal-usul perkataan “santri” itu menjelaskan, pesantren berasal dari kata santri, setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dengan acuan. Pertama, santri berasal dari sastri, sebuah demikian, pesantren mempunyai arti tempat o- kata dalam Bahasa Sanksakerta yang artinya rang berkumpul untuk mempelajari agama Islam. melek huruf. Agaknya pada permulaan tumbuh- Lihat Soegarda Purbakawatja, Ensiklopedi Pendi- nya kekuasaan politik Islam di Demak, kaum dikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hlm. 223. santri adalah kelas literasi bagi orang Jawa. Ini KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |325 Fahrurrozi menunjukkan makna penting ciri-ciri ruhi oleh pesantren di Pulau Jawa. Dalam pondok pesantren sebagai sebuah ling- sejarahnya, perkembangan Islam di Lom- kungan pendidikan yang integral. Sistem bok diperkirakan terjadi pada abad ke-16 pendidikan pondok pesantren sebetulnya M yang dibawa oleh Sunan Prapen, putra sama dengan sistem yang dipergunakan Sunan Giri, salah seorang Walisongo di oleh militer yakni bercirikan dengan ada- Jawa.6 Sebelum Islam tiba di Lombok, nya sebuah bangunan beranda yang di penduduknya masih menganut paham a- situ seseorang dapat mengambil penga- nimisme.7 Pada awalnya, Islam masuk laman secara integral dibandingkan de- melalui adat Hindu yang dibawa oleh ngan lingkungan pendidikan parsial yang para wali dari Jawa dengan bahasa pe- ditawarkan sistem pendidikan sekolah ngantar bahasa Jawa kuno. Hal ini ter- umum di Indonesia sekarang ini. Sebagai lihat dalam kitab-kitab lontar dan silsilah budaya pendidikan nasional, pesantren raja-raja di Lombok yang ada hubungan- digolongkan ke dalam sub kultur tersen- nya dengan penyebaran Agama Islam diri dalam masyarakat Indonesia.4 dari Jawa ke Indonesia bagian timur. Per- Di pulau Lombok,5 Nusa Tenggara kiraan tersebut juga didasari oleh penda- Barat, pesantren sedikit banyak dipenga- pat yang mengatakan bahwa Agama Is- lam dibawa ke Lombok oleh Pangeran disebabkan pengetahuan mereka tentang agama Sangepati.8 melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa A- rab. Posisi ini bisa kita asumsikan bahwa menjadi bawa Besar, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabu- santri berarti juga menjadi tahu agama melalui paten Dompu, Kota Bima, dan Kabupaten Bima. kitab-kitab atau paling tidak seorang santri itu 6 Solichin Salam, Lombok Pulau Perawan: Sejarah bisa membaca al-Qur‟an yang dengan sendirinya dan Masa Depannya (Jakarta: Kuning Mas, 1992), membawa sikap serius dalam memandang aga- hlm. 4. manya. Kedua, santri berasal dari Bahasa Jawa, 7Dalam paham animisme terkandung maksud cantrik, yang artinya seorang yang selalu mengi- bahwa semua benda bernyawa maupun tidak kuti seorang guru ke mana guru itu menetap layak memiliki roh. Paham ini berasal dari kata dengan tujuan dapat belajar. Kebiasan cantrik itu Latin anime, yang berarti jiwa bukanlah roh masih bisa kita lihat sampai sekarang, tetapi sebagaimana masyarakat primitif telah percaya sudah tidak sekental seperti yang sudah kita kepada roh. Mereka juga belum bisa membedakan dengar. Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesantren, hlm. antara materi dan roh. Harun Nasution, Falsafah 19-20. Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 26. 4 “ Abdurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa 8 Sangepati adalah seorang murid dari Walisongo Depan”, dalam Masa Depan Pesantren, ed. Marzuki yang diakui sebagai peletak dasar pertama Aga- Wahid, et.al (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999 ), ma Islam di Pulau Jawa. Sangepati ditafsirkan hlm.