BUDAYA DI PULAU SERIBU MASJID,

Fahrurrozi Institut Agama Negeri (IAIN) Mataram Jl. Pendidikan No. 35 Mataram, Nusa Tenggara Barat 83125 e-mail: [email protected]

Abstrak: Lombok, sebuah pulau di provinsi NTB, yang dikenal dengan sebutan “pulau seribu masjid” adalah sebuah wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Kehadiran Islam sebagai agama mayoritas di Pulau Lombok tidak hanya ditandai dengan tingginya antusiasme masyarakat dalam mendirikan tempat ibadah berupa masjid dan mushalla, tetapi juga kehadiran banyak pesantren. Tercatat tak kurang dari 300 pesantren yang tersebar di pulau kecil ini. Eksistensi pesantren di Lombok NTB ini bukan saja sebagai sebagai institusi pendidikan formal dan non-formal, tapi pesantren memiliki peranan penting dalam dinamika masyarakat Islam. Pesantren telah berperan sebagai: 1) pusat transmisi ilmu-ilmu keislaman; 2)menjaga keberlangsungan tradisi Islam; dan 3) pusat reproduksi ulama. Tradisi-tradisi yang dimainkan oleh komunitas pesantren di Lombok terlihat begitu teguhnya pesantren mempertahankan identitas lokalitas dan kearifan lokal di mana pesantren itu berada, dan inilah yang khas dan unik dalam mengkaji tentang pesantren dan dinamikanya di tengah-tengah masyarakat.

Abstact: Lombok, an island in (NTB) province, known as "the island of a thousand mosques" is an area that is predominantly Moslem. The presence of Islam embraced by the majority of people in Lombok Island is not only characterized by a high public enthusiasm in building places of worship such as mosques and prayer room (mushalla), but also the presence of many (Islamic boarding schools). It is reported that there are no less than 300 pesantrens spread across this small island. The existence of the pesantrens in Lombok is not merely as formal and non-formal institutions, they also play an important role in the dynamic of Islamic society. Pesantren has served: 1) as the transmission center of Islamic knowledge; 2) to maintain the continuity of Islamic tradition; and 3) as the center of the production of Islamic scholars.Traditions played by pesantrens communities in Lombok looks so firmly, they preserve the identity of indigenous localites where they are located. This is what is typical and unique in studying pesantren and its dynamic in society.

Kata-kata Kunci: Pesantren, sejarah, Lombok, pemberdayaan, budaya

Pendahuluan nal. Dari segi historis, pesantren tidak Pesantren adalah lembaga yang hanya identik dengan makna keislaman, bisa dikatakan sebagai wujud dari proses tetapi juga mengandung makna keaslian perkembangan sistem pendidikan nasio-

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v2312.730 Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Indonesia (indigenous). Sebab lembaga Pondok pesantren sekarang ini, yang serupa pesantren sebenarnya su- tampaknya perlu dibaca sebagai warisan dah ada sejak masa kekuasaan Hindu dan sekaligus sebagai kebudayaan –“intelek- Budha. Sehingga Islam tinggal mene- tual Nusantara.” Lebih dari itu, dalam ruskan dan mengislamkan lembaga pen- sejumlah aspek tertentu, pesantren harus didikan yang sudah ada. Tentunya ini dipahami sebagai benteng pertahanan ke- tidak berarti mengecilkan peranan Islam budayaan itu sendiri, karena peran seja- dalam memelopori pendidikan di Indo- rah yang dimainkannya. Harapan ini ten- nesia.1 tu saja tidak terlalu meleset dari kon- Pesantren sebagai lembaga pendi- struksi budaya yang digariskan oleh pen- dikan dan lembaga sosial kemasyara- dirinya. Selain diangan-angankan sebagai katan telah memberikan warna dan corak pusat pengembangan ilmu dan kebuda- khas dalam masyarakat , khu- yaan yang berdimensi religius atau susnya pedesaan. Pesantren tumbuh dan sekadar improvisasi lokal, pesantren juga berkembang bersama masyarakat sejak dipersiapkan oleh para pendirinya seba- berabad-abad. Oleh karena itu, secara gai motor transformasi bagi komunitas kultural lembaga ini telah diterima dan masyarakat dan bangsanya. Menariknya, telah ikut serta membentuk dan mem- angan-angan itu berangkat dari bandara berikan corak serta nilai kehidupan ke- tradisi masyarakat setempat. Dalam hal pada masyarakat yang senantiasa tum- ini, mengatakan buh dan berkembang. Figur kiai atau bahwa pondok pesantren dalam bacaan tuan guru dalam Bahasa Sasak Lombok, teknis merupakan suatu tempat yang , serta seluruh perangkat fisik dari dihuni oleh para santri.3 Pernyataan ini sebuah pesantren membentuk sebuah kultur yang bersifat keagamaan yang me- Mamfred Ziemik menyebutkan bahwa asal etimo- ngatur perilaku seseorang, pola hubung- logi dari pesantren adalah pe-santri–an (tempat santri). Santri atau murid umumnya sangat berbe- an dengan warga masyarakat. Dalam da-beda dalam mendapatkan pelajaran dari pim- keadaan demikian, produk pesantren le- pinan pesantren (kiai/tuan guru [TGH]) dan para bih berfungsi sebagai faktor integratif pa- guru. Pelajarannya mencakup berbagai bidang da masyarakat dalam upaya menuju per- pengetahuan keislaman. Mamfred Ziamek, Pesan- kembangan pesantren.2 tren dalam Perubahan Sosial, terj. Butce B. Soenjono, (: LP3ES, 1985), hlm. 18. Johan berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa Tamil, yang 1 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Pot- berarti guru mengaji. Sedangkan CC. Berg ret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 3. berpendapat istilah santri dalam Bahasa India 2Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang berarti orang yang tahu buku-buku Agama dengan awalan pe, dan akhiran an, yang berarti Hindu. Kata santri berasal dari kata shastra yang tempat tinggal santri. Zamakhsari Dhofier, Tradisi berarti buku suci, buku-buku agama dan ilmu Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup pengetahuan. Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 18 (Jakarta: LP3ES,1984), hlm. 18. Soegarda juga 3 Mengenai asal-usul perkataan “santri” itu menjelaskan, pesantren berasal dari kata santri, setidaknya ada dua pendapat yang bisa dijadikan yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dengan acuan. Pertama, santri berasal dari sastri, sebuah demikian, pesantren mempunyai arti tempat o- kata dalam Bahasa Sanksakerta yang artinya rang berkumpul untuk mempelajari agama Islam. melek huruf. Agaknya pada permulaan tumbuh- Lihat Soegarda Purbakawatja, Ensiklopedi Pendi- nya kekuasaan politik Islam di Demak, kaum dikan (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hlm. 223. santri adalah kelas literasi bagi orang Jawa. Ini KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |325

Fahrurrozi

menunjukkan makna penting ciri-ciri ruhi oleh pesantren di Pulau Jawa. Dalam pondok pesantren sebagai sebuah ling- sejarahnya, perkembangan Islam di Lom- kungan pendidikan yang integral. Sistem bok diperkirakan terjadi pada abad ke-16 pendidikan pondok pesantren sebetulnya M yang dibawa oleh Sunan Prapen, putra sama dengan sistem yang dipergunakan , salah seorang Walisongo di oleh militer yakni bercirikan dengan ada- Jawa.6 Sebelum Islam tiba di Lombok, nya sebuah bangunan beranda yang di penduduknya masih menganut paham a- situ seseorang dapat mengambil penga- nimisme.7 Pada awalnya, Islam masuk laman secara integral dibandingkan de- melalui Hindu yang dibawa oleh ngan lingkungan pendidikan parsial yang para wali dari Jawa dengan bahasa pe- ditawarkan sistem pendidikan sekolah ngantar bahasa Jawa kuno. Hal ini ter- umum di Indonesia sekarang ini. Sebagai lihat dalam kitab-kitab lontar dan silsilah budaya pendidikan nasional, pesantren raja-raja di Lombok yang ada hubungan- digolongkan ke dalam sub kultur tersen- nya dengan penyebaran Agama Islam diri dalam masyarakat Indonesia.4 dari Jawa ke Indonesia bagian timur. Per- Di pulau Lombok,5 Nusa Tenggara kiraan tersebut juga didasari oleh penda- Barat, pesantren sedikit banyak dipenga- pat yang mengatakan bahwa Agama Is- lam dibawa ke Lombok oleh Pangeran disebabkan pengetahuan mereka tentang agama Sangepati.8 melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa A- rab. Posisi ini bisa kita asumsikan bahwa menjadi bawa Besar, Kabupaten Sumbawa Barat, Kabu- santri berarti juga menjadi tahu agama melalui paten Dompu, Kota Bima, dan Kabupaten Bima. kitab-kitab atau paling tidak seorang santri itu 6 Solichin Salam, Lombok Pulau Perawan: Sejarah bisa membaca al-Qur‟an yang dengan sendirinya dan Masa Depannya (Jakarta: Kuning Mas, 1992), membawa sikap serius dalam memandang aga- hlm. 4. manya. Kedua, santri berasal dari Bahasa Jawa, 7Dalam paham animisme terkandung maksud cantrik, yang artinya seorang yang selalu mengi- bahwa semua benda bernyawa maupun tidak kuti seorang guru ke mana guru itu menetap layak memiliki roh. Paham ini berasal dari kata dengan tujuan dapat belajar. Kebiasan cantrik itu Latin anime, yang berarti jiwa bukanlah roh masih bisa kita lihat sampai sekarang, tetapi sebagaimana masyarakat primitif telah percaya sudah tidak sekental seperti yang sudah kita kepada roh. Mereka juga belum bisa membedakan dengar. Nurcholis Majid, Bilik-bilik Pesantren, hlm. antara materi dan roh. , Falsafah 19-20. Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 26. 4 “ Abdurrahman Wahid, Pondok Pesantren Masa 8 Sangepati adalah seorang murid dari Walisongo Depan”, dalam Masa Depan Pesantren, ed. Marzuki yang diakui sebagai peletak dasar pertama Aga-

Wahid, et.al (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999 ), ma Islam di Pulau Jawa. Sangepati ditafsirkan hlm. 13. dengan “sange” artinya sembilan, dan “pati” arti- 5 Nusa Tenggara Barat dibatasi oleh Selat Lombok nya empat. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa di sebelah barat, selat Sape di sebelah timur, Laut Islam masuk ke pulau Lombok pada tahun 904 Jawa di sebelah utara dan Samudra Indonesia di Hijriah, bertepatan dengan tahun 1538 Masehi. sebelah selatan. Yayasan Bhakti Wawasan Nusan- Menurut sebagian besar pendapat, Sangepati bu- , tara, Profil Propinsi Nusa Tenggara Barat (Jakarta: kan nama sebenarnya. Sebab dalam perjalanan Pemrakarsa, 1992), hlm. 6. Wilayah NTB terdiri selanjutnya ia bernama Sunan Semeru, dan dalam dari daerah Lombok yang meliputi daerah Kota perjalanan pulang ke Jawa melalui Bali dia Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok memakai nama Pande Wau Rauh, dan setelah Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, serta sampai di Jawa dia memakai nama Haji Duta. pulau Sumbawa yang melipui Kabupaten Sum- Harapandi, Pemikiran Pembaharuan TGKH. Mu-

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 326 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Tentang asal-usul kehadiran pe- Sementara ngaji tokol adalah memberi santren di Lombok, dari mana dan siapa bimbingan agama di mana para muri du- pendirinya, tidak dapat diperoleh ketera- duk bersila di hadapan tuan guru. Ngaji ngan yang pasti.9 Tapi jika dilihat dari tokol ini biasa disebut oleh masyarakat perkembangan-perkembangan pesantren, Lombok dengan istilah bekerbung, lalo yang dalam istilah bahasa Lombok “nga- mondok ngaji. Masyarakat Lombok pada ji” dan “gerbung”, dapat ditelusuri dari saat itu sangat menghormati dan menye- para tokoh tuan guru Lombok yang per- gani para tuan guru di mana mereka nah mengembangkan dakwah Islam. Pa- mengaji. Para tuan guru melakukan me- da akhir abad ke-19 M dan awal abad ke- tode dalam mendakwahkan ajaran Islam 20 M, muncul tokoh-tokoh ulama (tuan kepada masyarakatnya. Pada awal-awal guru) di Lombok, seperti Tuan Guru H. abad ke-20 M, dapat disebut beberapa Umar Kelayu di Lombok Timur. Setelah tuan guru, di antaranya adalah TGH. berkelana ke Mekkah selama 10 tahun, Musthafa Sekarbela Lombok Barat; TGH. TGH Umar Kelayu kembali ke Lombok Amin Sesela, TGH. Abdul Hamid Kediri mengajarkan masalah-masalah akidah Lombok Barat; TGH. Mas‟ud Kopang dengan sistem ngamarin dan ngaji tokol. Lombok Tengah; TGH. Ali Akbar Penen- Ngamarin adalah berjalan ke pelosok- dem Lombok Timur; TGH Ali Batu Sakra, pelosok kampung mengajarkan syahadat, TGH Tretetet, dan TGH Makmun Praya. rukun iman, ihsan, dan tata cara bersuci. Para tokoh tersebut sangat gigih mendak- wahkan Islam ke pelosok-pelosok kam- hammad Zaenuddin Abdul Majid. Tesis (Jakarta: pung dan mengadakan pengajian di ru- IAIN Syarif Hidayatullah, 1999), hlm. 10. mah masing-masing. Biasanya di rumah 9Ada beberapa pendapat tentang peletak dasar Agama Islam di Pulau Lombok, seperti Syekh Ali tokoh-tokoh tersebut ada beruga‟ (lang- Fatwa yang berasal dari Baghdad. Beliau tinggal gar), sekepat (langgar dengan tiang pe- di dekat Gunung Rinjani, dan diperkirakan di nyangga empat), sekenem (langgar dengan daerah Sembalun. Di antaranya juga terungkap tiang penyangga enam).10 Di tempat-tem- seseorang yang bernama Petung Anunggul yang pat inilah para santri mengaji, mulai dari memakai nama Sunan Alelana yang berarti pengelana, namun sebenarnya adalah Raden Mas mengaji masalah agama dan lain-lain. Karta Jagat. Nama lain yang juga diperkirakan Sistem pengajaran yang diterapkan para sebagai peletak dasar Agama Islam di Pulau tuan guru tersebut masih sangat seder- Lombok adalah Raden Nor Pakel. Dari dialah hana dan tradisional, mengingat kondisi muncul tiga orang pimpinan Islam di pulau masyarakat Lombok saat itu sangat terbe- Lombok, yaitu Penghulu Kiai Gading atau Guni Tepun, Guru Deriah, dan Guru Mas Mirah. Ada lakang dan primitif. Sistem seperti itu yang berpendapat bahwa selain nama–nama ter- sebut ada beberapa nama yang juga terhitung 10Istilah beruga’, sekepat, dan sekenan memang sebagai peletak dasar Agama Islam di Pulau sudah terkenal sejak zaman penjajahan Bali, sebab Lombok, seperti Sunan Guru Makassar yang miniatur beruga dan sejenisnya dibangun oleh nama aslinya adalah Sangsurima Alam bersama arsitek orang Hindu. Biasanya tempat ini digu- dengan putrinya, Ni Demi Sukarren, yang berasal nakan untuk menjamu tamu. Melihat kebiasaan dari . Di samping itu juga yang berasal masyarakat yang biasa duduk di beruga (Jawa: dari Sumatra, yaitu Jatisuara, Kiai Serimbang, dan langgar), para tuan guru pun berinisiatif mem- Eman Beret. Litbang Depag RI, Deskripsi Aliran berikan pengajian di tempat itu. Kepercayaan di Pulau Lombok (Jakarta: Departemen Agama RI, 1979), hlm. 22-23. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |327

Fahrurrozi

yang kemudian dikenal di Jawa dengan Majid, sehingga selang beberapa tahun sistem sorogan. TGKH. Muhammad Zaenuddin Abdul Pada perkembangan selanjutnya, Majid berhasil mendirikan madrasah terjadi sedikit perubahan sistem penga- yang bernama Nahdlatul Wathan Dini- jaran pasca para tuan guru periode awal yah Islamiyah (NWDI) pada 15 Jumadil (1889-1912) dan pada periode 1920-1930 Akhir 1356 H bertepatan dengan 22 yang secara langsung dilanjutkan oleh Agustus 1935 M khusus untuk putra, dan para penerusnya, seperti TGH. Badarul Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Is- Islam Pancor, Lombok Timur (putra lamiyah (NBDI) pada 15 Rabiul Akhir TGH. Umar Kelayu), TGH. Rais (putra 1364 H bertepatan dengan 21 April 1943 TGH. Musthafa) Sekarbela, TGH. Saleh M khusus untuk putri. Inilah madrasah atau Tuan Guru Lopan, TGH. M. Saleh pertama di daerah Lombok yang meng- Hambali Bengkel Lombok Barat, dan gunakan pengajaran sistem klasikal.12 TGH. Abdul Hafizd Sulaiman Kediri Dua madrasah inilah embrio ber- Lombok Barat. Perubahan signifikan dirinya organisasi masyarakat terbesar di pada periode ini adalah adanya sistem NTB, yaitu Nahdlatul Wathan (NW) pada pengajian melalui santren (mushalla) yang 15 Jumadil Akhir 1372 M bertepatan didirikan di dekat rumah tuan guru. Tapi dengan 1 Maret 1953 M. Organisasi ini materi pengajiannya tidak jauh berbeda memiliki cabang di seluruh daerah Lom- dengan materi-materi yang disampaikan bok. Untuk menkoordinasi lembaga pen- oleh tuan guru terdahulu, yaitu hanya didikan di lingkungan organisasi ini, ada perluasan pembahasan terhadap ma- kemudian didirikanlah Pesantren Darun teri-materi tauhid, usul fiqih, dan mulai Nahdlatain NW Pancor.13 bersentuhan dengan pengajaran grama- Dari tahun ke tahun, TGKH. Mu- tikal bahasa Arab seperti nahwu dan hammad Zaenuddin Abdul Majid ber- sharaf.11 peran penting dalam mencetak tokoh- Perkembangan pesantren mengala- tokoh pendiri pesantren di Lombok NTB, mi perubahan sistem pada era 1930-an. sebagaimana terlihat dalam poin-poin Perubahan sistem pesantren mulai dirin- berikut ini. tis pertama kali oleh tokoh kharismatik Murid-murid beliau pada angkatan per- TGKH. Muhammad Zaenuddin Abdul tama dari NWDI tahun 1934-1938-an an- Majid, yang mendirikan Pesantren Darul tara lain TGH. Mu‟thi Musthafa, pendiri Mujahidin pada 1934. Namun, setelah Pesantren al-Mujahidin Manben Lauq di pendudukan Jepang, pesantren tersebut Lombok Timur, ustadz Mas‟ud Kelayu, dan Abu Mu‟minin. Pada angkatan kedua dibubarkan oleh penjajah Jepang. Meski sekitar 1939-1945-an yang terkenal antara secara formal pesantren tersebut telah lain TGH. Najamudin Ma‟mun, pendiri dibubarkan, tapi aplikasi dan penerapan pengajaran tetap dilaksanakan oleh TG- 12Abd Hayyi Nu‟man dan Sahafari Ays‟ari, KH. Muhammad Zaenuddin Abdul Nahdlatul Wathan: Organisasi Pendidikan, Sosial, dan Dakwah (Lombok: Toko Buku Kita, 1988), hlm. 91. 11TGH. M. Ruslan Zain Annahdly, Pimpinan 13TGH. Mamud Yasin, Anggota Dewan Pertim- Ponpes Darul Kamal NW Kembang Kerang, bangan FKSPP dan Pimpinan Ponpes Islahal- Lotim, Wawancara Pribadi, Lombok, 21 Maret, Ummah Lendang Kekah, Mantang. Wawancara 2003. Pribadi, Lombok, 22 Maret 2003 KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 328 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Pesantren Darul Muhajirin Praya, Raden Umar, pendiri Pesantren al-Aziziyah Tuan Sakra, pendiri Pesantren Nurul Islam Kapek Pemenang, dan lain-lain. Sakra, dan ustadz Yusi Muhsin. Pada Peningkatan pengembangan pesantren angkatan ketiga sekitar 1946-1949-an banyak yang lahir dari angkatan terakhir adalah TGH. Dahmuruddin, pengasuh periodisasi pengkaderan TGKH. Muham- Pesantren Darun Nahdlatain Pancor dan mad Zaenuddin Abdul Majid. Kader- TGH. Saleh Yahya. Kemudian pada kader ini juga dijadikan sebagai asisten angkatan berikutnya sekitar 1950-1955 beliau dalam banyak kegiatan keagamaan, adalah Syekh M. Adnan yang kini menjadi sekaligus sebagai penerus pasca mening- Syekh di Madrasah al-Shaulatiyah di galnya Syekh Zaenuddin pada 1997 antara Mekah dan bermukim di sana, TGH. L.M. lain, TGH. Mustamiudin, pendiri Pesan- Faishal, pendiri Pesantren Manhal al- tren Suralaga, TGH. Habib Thanthawi, Ulum Praya, yang merupakan satu- pendiri Pesantren Dar al-Habibi NW satunya murid beliau yang diberi tugas Bunut Baok Praya, TGH. Mahmud Yasin, dan amanat untuk menjadi pengurus pendiri Pesantren Islahul Ummah NW (NU), sehingga dengan Lendang Kekah Mantang, TGH. M. Ruslan demikian NU masuk ke Lombok tidak Zain An Nahdli, pendiri Pesantren Darul terlepas dari peran TGKH. Muhammad Kamal NW Kembang Kerang, Lombok Zaenuddin Abdul Majid, dan TGH. Zainal Timur, TGH. M. Zahid Syarif pendiri Abidin Ali, pendiri Pesantren Manbaul Pesantren Hikmatus Syarif NW Salut Bayan Sakra Lombok Timur.14 Narmada, TGH. Tajuddin Ahmad, pendi- Adapun murid-murid angkatan kelima ri Pesantren Darun Najihin Bageknyale sekitar 1955-1960-an yang terkenal adalah Rensing, TGH. L. Anas Hasyri pendiri TGH. Afifuddin Adnan, pendiri Pesantren Pesantren Darul Abror NW Gunung Raja‟ al-Mukhtariyah Manben, TGH. M. Zai- Rensing, TGH. M. Yusuf Ma‟mun pendiri nuddin Mansyur, MA, TGH. Zaini Pade- Pesantren Birrul Walidain, TGH. M. Helmi mare, TGH. Zainal Abidin Ali Sakra, Najamuddin, pendiri Pesantren Raudlatut pendiri Pesantren Manbaul Bayan Sakra, Thalibin Pao‟ Motong Mas-bagik, TGH. dan TGH. A. Syakaki, pendiri Pesantren Khaeruddin Ahmad, Lc., pendiri Pesan- Islahul Mukminin Kapek Pemenang. Se- tren Unwanul Falah Pao‟ Lombok, dan dangkan pada angkatan keenam sekitar ratusan pesantren yang tersebar di Pulau 1960-65-an yang terkenal adalah TGH. L. Lombok didirikan oleh alumni Pesantren M. Yusuf Hasyim, Lc., pendiri Pesantren Darun Nahdlatain NW Pancor di bawah Dar al-Nahdhoh NW Korleko Lombok bimbingan TGKH. Muhammad Zae- Timur, TGH. A. Syakaki, pendiri Pesan- nuddin Abdul Majid (w. 1997 M) dalam tren Islahul Mu‟minin Kapek Lombok usia 102 tahun dalam hitungan Hijriah dan Barat, TGH. M. Salehuddin Ahmad, pen- 98 tahun dalam hitungan Masehi.15 diri Pesantren Darus Shalihin NW di Rintisan TGKH. Muhammad Zae- Kalijaga, TGH. Ahmad Muaz, pendiri Pesantren Nurul Yakin di Praya, TGH. nuddin Abdul Majid dengan orientasi Juaini Mukhtar, pendiri Pesantren Nurul 15 Haramain NW Narmada, TGH. Mus-thafa TGH. L. Anas Hasyri, pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Abror NW Gunung Ra- ja‟/Dewan Pertimbangan FKSPP Kab.LOTIM, 14 TGH. Zainal Abidin Ali, Dewan Pertimbangan Wawancara Pribadi, Rensing 13 Maret 2003 dan FKSPP NTB/pengasuh Pondok Pesantren Man- TGH. Tajuddin Ahmad, pengasuh Pondok Pe- baul Bayan Sakra, Wawancara Pribadi, Sakra, 24 santren Darunnajihin Bagek Nyale, Wawancara April 2003. Pribadi, 15 Maret 2003. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |329

Fahrurrozi

baru, muncul TGH. Musthafa Khalidi dan sistem pendidikan yang klasikal. Mes- TGH. Ibrahim Khalidi, dua bersaudara kipun pada perkembangan awal pesan- mendirikan Pesantren Al-Islahud Diny tren yang memakai sistem pendidikan Kediri Lombok Barat sekitar Tahun 1940- klasikal tersebut jauh dari sempurna. an. Pesantren inilah yang kemudian me- Pada awal 1970-an pesantren di ngembangkan sistem kepesantrenan ke Lombok NTB mengalami peningkatan arah yang tradisional menuju sistem yang signifikan, baik dari segi kuantitas klasikal, seperti yang pertama kali dirintis dan kualitas. Segi kuantitas maksudnya oleh TGH. Muhammad Zaenuddin Abdul bertambah banyaknya pesantren. Pesan- Majid Pancor Lombok Timur. Pesantren tren yang dirintis dan dibangun oleh para ini merupakan pesantren pertama yang penerus tokoh-tokoh tuan guru periode mengadopsi sistem klasikal dalam penga- awal dan kedua, seperti Pesantren Darul jarannya di kawasan Lombok Barat, baru Muhajirin Praya Lombok Tengah didi- disusul oleh pesantren-pesantren berikut- rikan oleh TGH. Najmuddin Ma‟mun, nya, seperti Nurul Hakim Kediri dan lain- Manhalul Ulum Praya didirikan oleh lain.16 TGH. L.M. Faishal, Manbaul Bayan Sakra Pada tahun berikutnya, para tokoh Lombok Timur didirikan oleh TGH. tuan guru di masing-masing daerah ter- Zaenal Abidin Ali. Semua pesantren motivasi untuk mendirikan madrasah yang ada di Lombok merupakan hasil sistem klasikal, dapat dilihat dari perio- didikan para tokoh tuan guru periode disasi tuan guru yang semasa dengan awal dan kedua. Ada pun segi kualitas TGKH. Muhammad Zaenuddin, seperti dapat dilihat dari segi pengembangan TGH. Ibrahim mendirikan Pesantren Is- pesantren dengan sistem pendidikan lahuddin Kediri, TGH. Abdul Karim yang berjenjang dari tingkat dasar mendirikan Pesantren Nurul Hakim, Ke- (Madrasah Ibtidaiyah), tingkat menengah diri, TGH. L. Abd Hafiz mendirikan (MTs), dan tingkat Aliyah (MA/SMU). pesantren Selaparang, Kediri, TGH. Ib- Bahkan, ada yang mengelola perguruan rahim Lomban Lombok Tengah, TGH. tinggi, dan rata-rata semua pesantren Moh. Mutawalli, Jerowaru Lombok Ti- mengelola jenjang pendidikan formal di mur mendirikan Pesantren Darul Yatama samping informal. Sedangkan pesantren wal Masakin. Peran tuan guru-tuan guru yang mengelola pendidikan jenjang per- ini mencerminkan perubahan sistem pen- guruan tinggi seperti Pesantren Darun didikan pesantren, yang masih bersifat Nahdlatain Pancor mengelola IAIH NW sangat tradisional17 berubah menjadi Lombok Timur, Pondok Pesantren Syekh Zainuddin Anjani mengelola IAIH NW 16 Forum Kerjasama Pondok Pesantren di Lombok Lombok Timur, Universitas NW Mata- NTB secara keseluruhan telah mengoordinasi pe- ram, dan Pondok Pesantren Nurul Hakim santren sebanyak 360 pesantren dengan perincian sebagai berikut: Kota Mataram 22 pesantren, Kab. mengelola Universitas Tuan Guru Abdul Lombok Barat 72 pesantren, Kab. Lombok Tengah 87 pesantren, Kab. Lombok Timur 115 pesantren, lampau, terikat pada pendapat-pendapat lama, Kab. Sumbawa 16 pesantren, Kab. Dompu 22 dan terlepas dari sistem yang sangat sederhana, pesantren, dan Kab. Bima 26 pesantren. sedangkan modern selalu berorientasi ke depan, 17Tradisional biasa dilawankan dengan mo- tidak terikat dengan pendapat-pendapat, dan mu- dern.Tradisional itu selalu terorientasi pada masa lai bersentuhan dengan sistem modern. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 330 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Karim (UNTAK) Kediri dari tingkat NTB. Sejak 1994, alumni Madrasah Taman Kanak-Kanak/Raudlatul Athfal Aliyah putra telah dapat melanjutkan sampai Perguruan Tinggi. Pesantren belajar di Fakultas Syari‟ah dan Hadits Nurul Hakim letaknya di sebelah barat Jami‟ah Islamiyah Madinah dan Al-Azhar desa di jalan utama menuju Labuhan Mesir. Selain mengembangkan ilmu ke- Lembar bila datang dari arah antara atau agamaan, di madrasah ini memiliki be- Cakrane-gara. Secara terperinci, lembaga- berapa jurusan seperti IPA, IPS, Bahasa, lembaga pendidikan yang dikembang- dan mengembangkan program keteram- kan di pesantren ini adalah: Taman pilan yang terdiri dari tiga jurusan, yaitu Kanak-kanak/Raudlatul Athfal yang ber- jahit-menjahit, pertanian terpadu, dan diri pada 5 Oktober 1988, Madrasah elektro. Ibtidaiyah berdiri tanggal 3 Oktober 1979, Untuk tingkat perguruan tinggi, dan Madrasah Tsanawiyah putra dan Pesantren Nurul Hakim sudah memiliki putri berdiri pada 1972. Di Madrasah Ma‟had Ali Darul Hikmah dan sekolah Tsanawiyah ini yang statusnya ”disah- tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam kan” menggunakan pendidikan al-kutub (STAI) dan Sekolah Tinggi Keguruan dan al-mu’tabarah standar pada madzhab Sya- Ilmu Pendidikan (STKIP) Tuan Guru Haji fi‟i dan Pendidikan Bahasa Arab dan Abdul Karim, yang sekarang telah ber- Inggris dengan mengikuti metode yang ubah status menjadi Institut Agama Islam dikembangkan di Pondok Modern Gon- Nurul Hakim. Para mahasiswanya ba- tor dan pengembangan Bahasa Arab nyak berasal dari santri atau siswa yang LIPIA di Jakarta.18 ada di Pesantren Nurul Hakim sendiri Selain memiliki TK dan MTs, dan dari luar daerah. Namun yang ter- Pesantren Nurul Hakim juga memiliki besar berasal dari sekitar pulau Lombok. Madrasah Aliyah putra dan putri yang Saat diadakan penelitian, pesantren ini didirikan pada 1977 dengan status ”di- memiliki santri dan santriwati berjumlah sahkan”. Madrasah ini termasuk berpres- 2.635 orang, dengan diasuh oleh 257 tasi, karena banyak siswa atau santrinya orang guru.19 memiliki kegiatan yang berprestasi di Pesantren Yusuf Abdus Sattar tingkat daerah dan nasional. Selain alum- yang terletak di sebelah utara desa Kediri ninya melanjutkan ke IAIN Mataram atau merupakan salah satu pesantren yang di luar daerah, banyak juga yang me- memiliki kekhususan dengan adanya lanjutkan ke Perguruan Tinggi Umum program Tahfidz al-Qur‟an, selain pendi- dan Swasta baik di NTB atau pun di luar dikan formal dari tingkat Ibtidaiyah sampai tingkat Aliyah. Pimpinannya ada- 18 Pengajaran bahasa Arab di Pondok Pesantren lah seorang hafidz al-Qur‟an, yaitu TGH. Nurul Hakim mendapat perhatian khusus dari Khuwalid Yusuf Abdus Sattar. Orang pembinanya dan mengharuskan santrinya mam- pu berbagasa Arab, bahkan juga berbahasa Ing- tuanya sendiri yaitu TGH. Yusuf Abdus gris, seperti yang diterapkan di Pesantren Modern Sattar juga seorang hafidz. Santrinya Gontor, Jawa Timur. Untuk itu, selalu diadakan perlombaan pidato dalam dua bahasa tersebut. Di 19 Wawancara dengan TGH. Muzakkar Idris, Lc., Pondok Pesantren Nurul Hakim juga para santri salah seorang pembina Pesantren Nurul Hakim, dilatih untuk mampu melakukan dakwah di 10 Maret 2007. tengah-tengah masyarakat. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |331

Fahrurrozi

berjumlah 750 orang dengan pengasuh masing. Begitu juga ada yang dapat (guru) sebanyak 63 orang. dikategorikan sebagai pesantren tarekat.24 Pesantren Qomarul Huda menge- Ada pula pesantren yang terkenal dengan lola STKIP Qomarul Huda, STIKES pengajaran nahwu dan sharaf25 atau Qomarul Huda, IAI Qomarul Huda, dan mengutamakan pendalaman fiqih, tasha- lain-lain.20 Pengembangan seperti ini wuf, dan lain-lain. Dengan demikian, menandakan adanya perubahan sistem pada dasarnya tipologi pesantren di NTB pesantren yang dulunya masih mengenal sangat dipengaruhi oleh tipologi pemim- istilah Gerbung dan Ngaji Tokol, berubah pin-pemimpinnya (tuan guru), para pen- menjadi pesantren formal sesuai dengan dukungnya, maupun sistem kemasya- perkembangan zaman namun tetap me- rakatan di sekeliling pesantren tersebut. lestarikan tradisi-tradisi yang baik dan Tipologi pesantren mau tidak mau relevan. harus selaras dengan tipologi para pe- mimpin dan pendukungnya. Demikian Tipologi Pesantren di Lombok pula, kecenderungan perkembangannya. Mengidentifikasi perkembangan ti- Dulu, sewaktu para pemimpin dan pen- pologi pesantren yang jumlahnya ratus- dukungnya relatif lebih homogen, pesan- an dan tersebar luas di hampir pelosok tren boleh dikatakan hanya mempunyai daerah Nusa Tenggara Barat merupakan satu tipe, tidak banyak memiliki perbe- pekerjaan yang tidak mudah. Dalam pola daan.26 Hal ini disebabkan selain karena yang lama pun terdapat berbagai macam tuntutan masyarakat terhadap isi pendi- tipologi, seperti sistem Gerbung21, sistem dikan dalam lingkungan pesantren tidak Ngabdi,22 sistem Langgar,23 dan lain-lain. banyak dan masih sangat sederhana, juga Sistem ini berbeda karena perbedaan disebabkan karena pemimpin yang ham- sistem kemasyarakatan daerah masing- pir sama. Kini, masyarakat pendukung pe- 20 Mardin Abdul Malik, Drs. H., Ketua Umum santren sudah banyak berubah, sehingga FKSPP Lombok Timur, Wawancara Pribadi, Lom- bok, 26 Maret 2003. 24Tipologi pesantren yang menspesifikasikan da- 21 Sistem Gerbung, santri yang menyantri di rumah lam kajian tarekat yang lebih terkenal dengan tuan guru/kiai dengan membawa peralatan tem- pesantren tarekat, seperti Pondok Pesantren Ya- pat tinggal dari rumah santri, kemudian didirikan dama asuhan TGH. Mutawalli Jerowaru Lombok didekat rumah tuan guru/kiai dengan bangunan Timur. seadanya. Sistem gerbung ini biasa dilakukan oleh 25 Pesantren yang lebih berorientasi pada pen- para santri pada 1925an. dalaman ilmu nahwu dan saraf, seperti Pesantren 22Sistem ngabdi, cara ini dilakukan dengan tinggal Nahdhatul Wathan, khususnya Pesantren Darun di rumah kiai/tuan guru semata-mata mengabdi Nahdhathain, dan secara umum Pesantren dan melayani kiai/tuan guru dalam kehidupan Arraisiyah Sekarbela, Pesantren Ibrahim di sehari-harinya, seperti memijatnya, mencuci pa- Lombok Tengah, Pesantren Ishlahuddin Kediri, kaiannya, dan lain-lain dengan mengharap berkah dan Pesantren Yusuf Abdussattar, Kediri. dari kiai/tuan guru. 26 Tipe pesantren yang berorientasi pada penda- 23Sistem Langgar, santri mendapatkan penga- laman fiqih, seperti Pesantren Selaparang-Kediri jian/ilmu dari tuan guru di langgar tempat tuan yang terkenal dengan tokoh ahli fiqih, yaitu TGH. guru istirahat, duduk, dan kadang dijadikan se- L. Abd Hafizh Sulaiman, dan Pesanten Manbaul bagai tempat salat dan tempat anak-anak mengaji Ulum pimpinan TGH. Zainal Abidin Ali, Sakra al-Qur‟an. Lotim. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 332 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

banyak memiliki tuntutan terhadap isi pesantren, baik sistem kemasyarakatan, pendidikan pesantren yang diperlukan agama, dan pandangan hidup, baik yang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan- bersifat microcosmos maupun macroco- nya, dan kelompok-kelompok yang sema- smos.29 Homogenitas kultural dan keaga- kin beraneka ragam aspirasi dan tun- maan akan semakin menurun, sesuai tutannya. Di samping itu, aspirasi dan dengan keanekaragaman dan komplek- latar belakang pendidikan dan sosial para sitas perkembangan masyarakat modern. pemimpin pesantren yang dikembang- Tentu saja tidak semua pesantren telah kannya juga semakin berwarna-warni.27 mengalami perubahan yang sama. Dalam Tumbuhnya berbagai tipologi pe- tradisi pesantren, kini telah terdapat pe- santren di Lombok dewasa ini merupa- misahan antara pesantren yang menga- kan manifestasi dari vitalitas lembaga jarkan pengetahuan umum dan yang untuk tetap berkembang di tengah ma- tidak atau belum. Walaupun pemisahan syarakat dan bangsa yang sedang meng- ini belum menimbulkan pengelompokan alami perubahan luar biasa. Namun de- atas dasar sosial keagamaan yang ber- mikian, itu tidak berlaku bagi semua tipe beda dan masih sama-sama terikat seba- pendidikan pesantren, karena masing- gai penganut Suni, namum pemisahan masing mengikuti kecenderungan yang tersebut telah menciptakan perbedaan- berbeda-beda. perbedaan dalam beberapa hal dalam Secara garis besar, lembaga-lem- bentuk aktifitas sosial dan intelektual, baga pesantren di Lombok dapat dike- cara-cara berpakaian, gaya hidup, tingkah lompokkan menjadi dua kelompok besar, laku kemasyarakatan, dan aspirasi pe- yaitu pesantren salafî, yang tetap mem- kerjaan. Namun demikian, masih terlalu pertahankan pengajian kitab-kitab Islam dini untuk mencoba memperkirakan arah klasik sebagai inti pendidikan pesan- masa depan, atau meremehkan per- tren28 dan pesantren khalafî, yang telah pisahan yang lebih fundamental yang memasukkan pelajaran-pelajaran umum mungkin akan terjadi. dalam madrasah-madrasah yang dikem- Perlu ditegaskan di sini bahwa ti- bangkannya. pologi dari kecenderungan perkembang- Dari kacamata teoretis tentang an pesantren ke dalam tipe salafi dan perubahan sosial, perkembangan ke da- khalafi tidaklah bersifat dikotomis, dalam lam dua tipe kecenderungan tersebut menarik untuk diamati. Hal ini akan 29 Pendekatan macrocosmos (tinjauan makro) ini memengaruhi keseluruhan sistem tradisi dilaksanakan dengan dianalisis dalam hu- bungannya dengan kerangka sosial yang tidak luas, sedangkan pendekatan microcosmos (tinjauan 27 Pendidikan para pemimpin pesantren di mikro) dianalisis sebagai suatu kesatuan unit Lombok kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, yang hidup dan terdapat saling interaksi di dalam seperti Madrasah Assaulatiyah, Madrasah Darul dirinya sendiri. Dua pendekatan tersebut bersifat Ulum Mekah, Madrasah Ummul Qura Mekah, saling melengkapi, terutama di tengah-tengah dan informal di Masjid al- Haram. Begitu juga masyarakat yang semakin terbuka dan kompleks, dari Al-Azhar Cairo, Libia, dan Madinah. Rata- yang melakukan interaksi dengan berbagai aspek rata pendidikan para pemimpin pesantren seting- kehidupan seperti saat ini. A. Malik Fadjar, kat Madrasah Aliyah. Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: 28Maksum, Madrasah: Sejarah Perkembangan (Jakar- Mizan 1999), hlm. 12-13. ta: Logos, 1999), hlm. 79. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |333

Fahrurrozi

pengertian bahwa antara keduanya tidak saja, ciri-cirinya akan berbeda dengan ciri terjadi loncatan-loncatan di mana santri yang dimilikinya sekarang. Tipe-tipe pe- dari tipe pesantren salafi yang telah me- santren takhashush semacam ini tampak- namatkan pelajarannya kemudian meng- nya sudah mulai dikembangkan oleh ajar atau nyantri di pesantren khalafi. beberapa pesantren di Lombok.31 Sebaliknya, para santri pesantren khalafi Dalam kelompok pesantren khalafi yang memerlukan pendalaman dalam pe- yang sekarang ini berkembang, dapat di- ngajian kitab-kitab seringkali menetap di golongkan ke dalam tiga tipe besar. pesantren salafi dalam waktu yang cukup Pertama, pesantren yang masih terbatas lama.30 menambah pengajaran profesional dalam Hal yang cukup menarik perhatian bentuk latihan keterampilan. Karena ialah adanya tipe pesantren salafi yang pendidikan keterampilan sudah meru- membuka cabang-cabang pengajaran ke- pakan bagian penting dalam keseluruhan ilmuan material-profesional, tapi tempat tujuan pendidikan pesantren, maka pe- pengajaran tersebut didirikan di luar santren ini dapat dikategorikan sebagai kompleks pesantren, atau karena ke- pesantren modern (khalafi). lompok pesantren tersebut berada di Kedua, pesantren yang sudah me- wilayah pinggiran perkotaan yang terse- ngembangkan lembaga-lembaga madra- dia fasilitas pendidikan formal dan mo- sah, di mana komponen pendidikan u- dern yang cukup luas, para santri diper- mum telah menjadi bagian penting da- silahkan atau dianjurkan untuk merang- lam keseluruhan sistem pendidikan kap belajar pada sekolah-sekolah formal pesantren. Tujuan pengembangan mad- dan modern yang cukup luas, para santri rasah ini masih terbatas pada kebutuhan dipersilahkan atau dianjurkan untuk me- agar para muridnya kelak dapat me- rangkap belajar pada sekolah-sekolah for- nentukan pilihan pengembangan karir- mal, sedang di dalam lingkungan pesan- nya secara lebih baik dalam kehidupan tren para santrinya khusus belajar kitab- modern, tapi tetap diharapkan menjadi kitab Islam klasik. orang yang dapat mendalami dan pe- Dalam proses perkembangan jang- nganjur Islam yang potensial.32 ka panjang, tipe pesantren salafi akan semakin kurang jumlahnya, tapi peran- 31 Pesantren Nahdlatul Wathan mendirikan nya justru akan tetap menonjol, khusus- Ma‟had Darul Qur‟an wa al-Hadits al-Majidiyah al-Syafi‟iyah, sebagai lembaga yang khusus nya pada fokus pendalaman pengajaran mengkaji . Kemudian Pesantren kitab-kitab Islam klasik yang diikuti oleh Islahuddin Kediri mendirikan Ma‟had Aly al- sejumlah santri tertentu, yang justru akan Islahuddin dan Pesantren Nurul Hakim Kediri menjadi investasi langka dan mahal di mendirikan Ma‟had Ali al-Salafi. mana para lulusannya akan menjadi sum- 32 Pola ini telah dikembangkan oleh Pondok Pe- santren Nurul Haromain NW Narmada dengan ber pengetahuan Islam bagi kalangan mengembangkan sistem komputerisasi dan peng- intelektual di masa mendatang. Tentu gunaan bahasa Arab dan Inggris di dalam asrama, dan pengajaran bahasa Inggris melalui pengi- 30 Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis riman santri ke Pare Kediri Jawa Timur tiap se- Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional (Ja- mester untuk mempelajari bahasa Inggris secara karta: Ciputat Press, 2002), hlm. 70. intensif.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 334 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Ketiga, pesantren yang telah men- santrinya belajar di luar (madrasah) atau dirikan sekolah-sekolah umum. Tujuan sekolah umum dan kiai hanya meru- yang hendak dicapai melalui program pakan pengurus dan pembina mental pengembangan sekolah umum ini ten- para santri tersebut. tunya sudah lebih luas daripada pe- d. Pesantren tipe D, yaitu pesantren yang menyelenggarakan sistem pesantren dan santren khalafî kelompok kedua, yaitu sekaligus sistem sekolah dan madrasah.34 mempersiapkan anak didik yang kelak sanggup melanjutkan ke universitas u- Karakteristik Pesantren mum dengan bobot keislaman yang Ada beberapa ciri yang secara cukup memadai, sehingga bila kelak umum dimiliki oleh pesantren sebagai menjadi sarjana, mereka akan menjadi lembaga pendidikan, sekaligus sebagai sarjana Muslim yang cukup kuat keis- lembaga sosial yang secara informal lamannya.33 terlibat dalam pengembangan masya- Dari pemaparan di atas, pesantren- rakat pada umumnya. Zamarkhsyari pesantren di Lombok dapat disimpulkan Dhofier mengajukan lima unsur pondok dalam tipe-tipe yang ditetapkan oleh pesantren yang melekat atas dirinya Menteri Agama dalam peraturan No. 3 yaitu: pondok, masjid, pengajaran kitab- tahun 1979 yang mengungkapkan tipe kitab Islam klasik, santri, dan kiai.35 pesantren. Dapat dilihat pula dalam hasil penelitian a. Pesantren tipe A, yaitu pesantren di yang diterbitkan oleh LP3ES Jakarta di mana para santri belajar dan bertempat beberapa pesantren di wilayah Bogor, tinggal di asrama lingkungan pesantren yang dirangkum oleh Marwan Saridjo.36 dengan pengajarannya yang berlangsung Pesantren bukan hanya terbatas secara tradisional (wetonan atau sorogan). dengan kegiatan-kegiatan pendidikan ke- b. Pesantren tipe B, yaitu pesantren yang agamaan, melainkan mengembangkan di- menyelenggarakan pengajaran klasikal ri menjadi suatu lembaga pengembangan (madrasî) dan pengajaran oleh kiai ber- sifat aplikasi dan diberikan pada waktu masyarakat. Oleh karena itu, pesantren tertentu. Para santri tinggal di asrama sejak semula merupakan ajang memper- lingkungan pondok pesantren. siapkan kader masa depan dengan pe- c. Pesantren tipe C, yaitu pesantren yang rangkat-perangkat sebagai berikut: hanya merupakan asrama, sedangkan 34 Depag RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren 33 Pengiriman santri yang berprestasi selalu dilak- (Jakarta: Ditpekapontren, 2003), hlm. 24-25. sanakan oleh pesantren-pesantren besar, seperti 35 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pesantren Nahdlatul Wathan mengirim santri tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, belajar ke tanah suci Mekah di Madrasah Assau- 1982), hlm. 44-45. latiyyah, Madrasah Darul Ulum, Ummul Qura 36 Marwan Saridjo, et.al., Sejarah Pondok Pesantren dengan tujuan sekembalinya dari tanah suci di Indonesia, (Jakarta: PT. Darma Bakti, 1980). diharapkan menjadi tenaga pengajar di pesantren Menurut Marwan Saridjo, pesantren tidak lagi NW. Begitu juga Pesantren Nurul Hakim hanya terikat pada satu pola atau ciri yang mengirim santrinya ke LIPIA Jakarta, Jami‟ah bersifat tradisional, melainkan telah berkembang Islamiyah Madinah, Mesir, Yordan, dan negara menjadi pesantren yang disebut “Pondok Timur Tengah lainnya, sehingga dapat dilihat Pesantren Cangkokan”, yakni tidak lagi dimulai prestasi pesantren yang tetap mengadakan dengan masjid dan kiai, melainkan cenderung kaderisasi dalam bidang pendidikan sangat baik juga mengembangkan pendidikan formal dan dan bermutu. keterampilan. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |335

Fahrurrozi

rang santri menimba ilmu secara 1. Masjid mendalam pada seorang kiai.38 Di dunia pesantren, masjid dija- 3. Kiai/Tuan Guru dikan ajang atau sentral kegiatan pen- Kiai dan pesantren merupakan didikan Islam, baik dalam pengertian mo- dua sisi yang selalu berjalan bersama. dern maupun tradisional. Dalam konteks Bahkan “kiai bukan hanya pimpinan yang lebih jauh, masjid lah yang menjadi pesantren, tapi juga pemilik pesantren”.39 pesantren pertama, tempat berlangsung- Sedangkan sekarang kiai bertindak seba- nya proses belajar-mengajar. Dapat juga gai koordinator. dikatakan masjid identik dengan pesan- Dalam kondisi yang lebih maju, tren. Seorang kiai yang ingin mengem- kedudukan seorang kiai adalah sebagai bangkan sebuah pesantren biasanya per- pemimpin, pemilik, dan guru yang utama tama-tama akan mendirikan masjid di sehingga tidak berlebihan bila dikatakan dekat rumahnya.37 bahwa kiai adalah raja dalam pesantren.40 Di dalam masjid, mental para san- Lebih jauh, pengaruh seorang kiai bukan tri dibina dan dipersiapkan agar mampu hanya terbatas dalam pesantrennya, tapi mandiri di bidang ilmu keagamaan. Oleh juga terhadap lingkungan masyarakatnya karena itu, masjid di samping dijadikan bahkan terdengar keseluruh penjuru nu- pusat pelaksanaan ibadah, juga sebagai santara. tempat latihan. Latihan seperti tadrîb al- 4. Santri qirâ’ah dan membaca kitab yang ditulis Istilah santri hanya terdapat di oleh ulama abad ke-15 M yang dikenal pesantren sebagai pengejewantahan ada- sebagai kitab kuning, yang merupakan nya peserta didik yang haus akan ilmu salah satu ciri pesantren. pengetahuan yang dimiliki oleh seorang 2. Pondok kiai yang memimpin sebuah pesantren. Setiap pesantren umumnya memi- Oleh karena itu, santri pada dasarnya liki pondokan. Pondok dalam pesantren berkaitan erat dengan keberadaan kiai pada dasarnya merupakan dua kata yang dan pesantren. Sebuah pesantren yang penyebutannya sering tidak dipisahkan besar didukung oleh semakin banyaknya menjadi “pondok pesantren”, yang santri yang mukim dalam pesantren, di berarti pondok dalam pesantren meru- samping terdapat pula santri kalong yang pakan wadah penggemblengan, pembi- tidak banyak jumlahnya.41 naan dan pendidikan serta pengajaran ilmu pengetahuan. 38 Ibid, hlm. 46-47. Di samping itu, pondok juga 39 A. , Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini (Jakarta: Rajawali Press, 1987), hlm. 23. sebagai satu sistem yang membe- 40 Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm.56. dakannya dengan sis-tem pendidikan 41 Pesantren di daerah Lombok secara umum lain, baik yang tradisional maupun tidak mampu mengasramakan seluruh santri modern yang ada di negara lain (di luar yang mengaji di pesantren. Hal ini karena keter- Indonesia). Eksistensi pondok juga erat batasan asrama dan fasilitas lainnya, sehingga santri-santri yang berada di dekat atau sekitar hubungannya dengan kepentingan seo- asrama pesantren harus rela tinggal di pemu- kiman-pemukiman masyarakat atau di rumahnya 37 Dhofier, Tradisi Pesantren, hlm. 49. masing-masing. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 336 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

5. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik kata lain, pesantren berperan sebagai Kitab-kitab Islam klasik biasanya pusat kajian Islam.42 dikenal dengan istilah “kitab kuning”. 2. Pusat Pengembangan Dakwah Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama zaman Peran pesantren sebagai pusat dulu yang berisi ilmu keislaman klasik pengembangan dakwah Islam dapat di- seperti fiqih, Hadits, tafsir, dan akhlak. kategorikan ke dalam tiga peranan po- Seorang santri yang belajar kitab- kok, yaitu: Pertama, peran institusi/ kitab tersebut di samping mendalami isi kelembagaan. Dakwah Islam merupakan kitab secara tidak langsung juga mem- hal pokok yang menjadi tugas pesantren pelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab untuk dilakukan, karena pada awal mula tersebut. Oleh karena itu, seorang santri berdirinya pesantren, dakwah merupa- yang telah tamat belajarnya di pesantren kan landasan pijak yang dipakai oleh cenderung memiliki pengetahuan bahasa para kiai dan ulama. Berarti dalam per- Arab. Hal ini sudah menjadi ciri seorang gerakan selanjutnya jika pesantren ku- santri yang telah menyelesaikan studinya rang memberikan perhatian dalam ma- di pesantren, yakni mampu memahami salah dakwah Islam, maka pesantren isi kitab dan sekaligus juga mampu tersebut telah mulai kurang memer- menerapkan bahasa kitab tersebut men- hatikan tujuan sebenarnya dari penye- jadi bahasanya. lenggaraan pesantren. Dalam upaya Selain tercapainya tujuan penga- mencapai tujuan itu, pesantren menye- jaran, yakni isi kitab dan bahasa Arab lenggarakan kegiatan pengajian atau dapat dikuasai, terdapat juga hubungan tafaqquh fî al-dîn yang dimaksudkan agar horizontal antara santri dan kiainya, yang para santri mengerti dan memahami mengakibatkan tertanamnya rasa keber- secara integral tentang ajaran dan pe- samaan antara sesama santri dan para ngetahuan agama Islam. Karena pada kiai yang membimbing. Hal demikian hakikatnya, pengembangan pesantren a- menghilangkan kesan adanya sikap stra- dalah atas dasar motivasi agama.43 tifikasi dalam pesantren, yakni kiai Kedua, peran instrumental. Upaya sebagai yang diutamakan dan santri yang penyebaran dan pengamalan ajaran aga- diberi pelajaran. ma Islam selain dikembangkan dalam tujuan pesan-tren tentunya memerlukan Fungsi Pesantren di Lombok adanya sarana-sarana yang menjadi me- 1. Pusat Kajian Islam dia dalam upaya aplikasi tujuan tersebut. Pesantren merupakan lembaga Kurikulum yang digunakan pesantren pendidikan yang mendalami dan meng- memang menunjang upaya untuk me- kaji berbagai ajaran dan ilmu penge- nyelenggarakan tujuan dalam penye- tahuan agama Islam (tafaqquh fî al-dîn) melalui buku-buku klasik atau modern 42 Depag RI, Pondok Pesantren dan Dakwah berbahasa Arab (al-kutub al-qadîmah wa al- Islamiyah (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. 82. 43 ‘ashriyyah). Dengan demikian, secara Dedi Djubaedi, “Pemanduan Pendidikan Pesantren-Sekolah; Telaah Teoretis dalam tidak langsung pesantren telah men- Perspektif Pendidikan Nasional”, dalam Pesantren jadikan posisinya sebagai pusat peng- Masa Depan, ed. Suwendi (Bandung: Pustaka kajian masalah keagamaan Islam. Dalam Hidayah, 1999), hlm. 187.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |337

Fahrurrozi

baran ajaran dan pengetahuan agama baik, dakwah Islam yang diseleng- Islam. Dalam wacana inilah peran pe- garakan oleh pesantren dapat bermacam- santren sebagai sarana dakwah Islam macam bentuknya meskipun dikate- sangat kelihatan. gorikan sebagai da’wah bi al-hâl. Kegiatan Ketiga, peranan sumber daya ini bahkan lebih efektif dan berpotensi manusia. Di pesantren khususnya, peri- jika diselenggarakan oleh pesantren. Mi- laku para santri dalam hal ini diha- salnya kegiatan pengembangan potensi rapkan menjadi suri teladan atau contoh umat atau pemberdayaan ekonomi ma- yang baik (uswah hasanah) bagi ma- syarakat yang dilakukan pesantren. Hal syarakat sekitar. Para santri tentunya ini dapat menjadi sarana dakwah Islam telah menerima berbagai masukan me- karena pengerjaan atau penyelenggaraan ngenai ajaran dan penge-tahuan agama kegiatan itu tidak semata-mata sebagai Islam tentang akhlak yang patut dicon- sarana untuk memperoleh keuntungan toh. Sehingga, harapan untuk menjadi atau kesejahteraan belaka. Namun di- suri teladan pada saatnya nanti meru- kaitkan dengan upaya untuk memenuhi pakan hal yang wajar. tanggung jawab manusia sebagai khalifah 3. Pusat Pelayanan Beragama dan Moral di muka bumi dan berlandaskan dasar Pesantren sebagai lembaga keaga- agama.45 maan yang mengakar pada masyarakat Dengan demikian, pesantren telah tentunya memiliki peran cukup besar memberikan keikhlasan sendiri dalam dalam mengupayakan pelayanan kehi- penyelenggaraan kegiatan dengan men- dupan beragama dan sebagai benteng trasformasikan diri sebagai pusat pe- umat dalam bidang akhlak. Posisi pe- ngembangan solidaritas dan ukhuwah santren yang seperti ini merupakan Islamiah. potensi yang sangat besar dalam mem- Problematika Pesantren di Lombok bantu pelaksanaan pelayanan beragama, mengatakan bah- khususnya agama Islam, tabligh, cera- wa pesantren diharapkan tidak hanya mah, pengajian, dan majelis taklim yang memainkan fungsi-fungsi tradisonalnya, diselenggarakan. Pesantren menampilkan yakni transmisi dan transfer ilmu-ilmu sosok dirinya sebagai lembaga masyara- Islam, pemeliharaan tradisi Islam, dan kat yang memberikan pelayanan bera- reproduksi ulama. Dengan demikian, res- gama. pons pesantren terhadap modernisasi Melalui bahasa da’wah bi al-hâl-nya pendidikan Islam dan perubahan-peru- dengan modal ketinggian akhlak dan bahan sosial ekonomi yang berlangsung moral yang baik, dakwah Islam yang dalam masyarakat Indonesia sejak awal diemban oleh pesantren akan lebih abad ini.46 mengena kepada sasaran.44 4. Pusat Pengembangan Solidaritas dan Ukhuwah Islamiyah 45 Depag, Pola pengembangan Pondok Pesanten, hlm. Selain dari bentuk ajakan seruan 88. 46 Ahmad Munjid Nasih, Kajian Fiqh Sosial dalam atau pemberian contoh untuk berbuat Bahtsul Masail Studi Kasus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri (Jakarta: Inis, 2002), hlm. 1. 44Ibid., hlm.189.

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 338 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Dari paparan Azra tersebut, dapat batan lain yang sering dijumpai adalah dikategorikan beberapa problematika pe- hambatan yang bersifat politis. Usaha- santren di Indonesia, khususnya di usaha pengembangan dan pembaharuan Lombok. Secara umum, ada lima prob- seringkali tidak memperoleh respons lematika pesantren sebagai berikut. sama sekali dari pesantren tertentu, 1. Problematika Psikologis karena usaha tersebut dianggap tidak Kemungkinan terlaksananya suatu berasal dari atau tidak sesuai dengan usaha pengembangan dan pembaruan di garis golongannya. Dengan demikian, kalangan pesantren lebih banyak ter- usaha pembaruan tersebut dinilai tidak gantung pada kerelaan dan kesediaan dari segi materinya, tapi dinilai atau para tuan guru (TG) untuk melakukan dihubungkan kaitannya secara politis perubahan dan inovasi pembaharuan. yang sering kali dengan apriori. Seba- Hal ini menimbulkan kemungkinan gan- liknya, hambatan yang bersifat politis ini da, yaitu usaha pembaharuan tersebut tidak saja datang dari kalangan pe- akan macet dan gagal atau bahkan tidak santren, tapi juga dari pihak luar. Mereka menyentuh sama sekali apabila para tuan seringkali melihat pesantren bukan se- guru yang bersangkutan tidak meng- bagai lembaga pendidikan “an such”, tapi hendakinya. Sebaliknya, usaha pengem- lebih banyak melihatnya dari segi “pe- bangan dan pembaharuan tersebut akan santren sebagai lembaga yang mem- mudah dilakukan, apabila tuan guru punyai pengaruh terhadap stabilitas so- tersebut menghendaki atau memberikan sial politik”. restunya. Dengan demikian, terlihat bah- Seyogianya dalam usaha pengem- wa faktor komunikasi dan approach bangan dan pembaruan pendidikan sesungguhnya menempati posisi kunci pondok pesantren, pendekatan dan per- dalam proses implementasi dari usaha timbangan-pertimbangan yang bersifat pembaruan pesantren, terutama dalam politis tidak boleh terlalu ditonjolkan, hubungan bahwa ide pembaruan tersebut tapi usaha-usaha pengembangan dan berasal dari luar pesantren yang bersang- pembaharuan yang dilaksanakan dalam kutan. Ketertutupan para tuan guru/kiai bidang ini sejauh mungkin harus bersifat dan pesantren adalah faktor kunci seba- dan dirasakan sebagai “netral”, walau- gai akibat dari orientasi keakhiratan yang pun sesungguhnya program yang dija- terlalu berat. Lain halnya apabila ide lankan oleh lembaga apa pun tidak akan tersebut berasal dari kiai atau kalangan lepas dari implikasi politik, selama hal itu pemimpin pesantren yang bersang- menyangkut perubahan-perubahan sosi- kutan.47 al.48 2. Problematika Politis 3. Problematika Paedagogis Di samping problematika atau Selanjutnya, hambatan lain yang hambatan yang berupa sikap eksklusif sering dijumpai adalah problematika (tertutup) dari kalangan pesantren, ham- yang bersifat paedagogis, khususnya da- lam hubungannya dengan usaha pe- 47 Zainal Arifin Thoha, Runtuhnya Singgasana Kyai: NU, Pesantren, dan Kekuasaan, Pencarian Tak 48 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Kunjung Usai (Yogyakarta: Kutub, 2003), hlm. 35- Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 37. 73-84. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |339

Fahrurrozi

ngembangan dan pembaruan kuriku- rakat untuk membiayai usaha-usaha lum. Jika dalam dunia pendidikan dike- pengembangan dan pembaruan yang nal adanya 3 H, yaitu head, heart, dan hand dilakukan pesantren.49 yang harus secara simultan dan seimbang 5. Problematika Kepemimpinan diperkembangkan pada anak didik, maka Masalah kepemimpinan merupa- pendidikan pada pesantren hanya me- kan pembahasan yang paling menarik, nonjolkan heart sedangkan hand kurang karena ia adalah salah satu faktor penting mendapat perhatian. Dengan usaha pe- yang memengaruhi berhasil atau gagal- ngembangan dan pembaruan diusaha- nya suatu organisasi. kan agar pelajaran-pelajaran keteram- Sebutan pemimpin muncul ketika pilan secara integral juga masuk dalam seseorang memiliki kemampuan menge- kurikulum pesantren. tahui perilaku orang lain, mempunyai

4. Problematika Pembiayaan kepribadian khas, dan mempunyai keca- Problem lain yang juga sering kapan tertentu yang jarang didapat orang menjadi hambatan dalam usaha pengem- lain. Bila ciri-ciri tersebut dikaitkan de- bangan dan pembaruan pesantren ada- ngan organisasi massa, lahirlah sebutan lah masalah pembiayaan. Dahulu, pe- pemimpin massa (populis). Begitu juga santren didukung oleh tanah wakaf dan muncul sebutan mursyid untuk pimpinan subsidi masyarakat dalam soal-soal yang dari organisasi tarekat, dan sebutan tuan berhubungan dengan pembiayaan. Dulu, guru/kiai untuk pimpinan sebuah pe- hal semacam itu merupakan satu ke- santren, sekali pun tidak semua kiai biasaan sosial, karena itu tidak dilem- mem-punyai pesantren.50 bagakan. Sekarang, etika sosial semacam itu sudah sulit untuk dikembangkan, te- Tradisi-tradisi Keislaman Masyarakat rutama dalam hubungannya dengan Pesantren di Lombok program-program keterampilan yang me- Islam sebagai agama wahyu merlukan pembiayaan besar. Lebih-lebih (agama samawi) yang mempunyai misi mengingat kemampuan ekonomi ma- rahmah li al-‘âlamîn, mempunyai tingkat syarakat pedesaan yang mendukung apresiasi penghargaan yang tinggi ter- pesantren pada umumnya dalam kondisi hadap „tradisi‟ masyarakat, selama tradisi lemah. tersebut tidak bertentangan dengan prin- Oleh karena itu, bagi pesantren sip-prinsip ajaran Islam. Hal itu sangat yang akan melaksanakan usaha-usaha logis, mengingat kedudukan Islam seba- pengembangan dan pembaruan satu- gai agama global yang dakwahnya me- satunya yang ditempuh adalah dengan nyentuh masyarakat dunia tanpa kecuali, meminta bantuan yang bersedia, dan sekaligus agama penutup yang mem- pembaruan seringkali tidak dapat bingkai kehidupan manusia sampai hari berjalan karena terbentur masalah biaya. Dalam hal ini, pemerintah memang 49 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kyai sepatutnya meningkatkan dana bantuan Pesantren, Kyai Langgar di Jawa (Yogyakarta: LKiS, untuk itu, tapi yang lebih penting lagi 1999), hlm. 151-154. adalah terciptanya sikap sosial tertentu, 50 Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren yang memungkinkan mendorong masya- (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), hlm. 19. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 340 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

kiamat, dengan segala perkembangan biasanya diselenggarakan di setiap kabu- zaman dan dinamika peradabannya, ter- paten secara bergantian. masuk segala bentuk tradisi lokal Kedua, tradisi hizb-an. Hizb meru- maupun nasional yang berkembang se- pakan kumpulan bacaan yang terdiri dari panjang waktu dan di semua tempat. sejumlah ayat, hadits, dan doa. Hizb ini Oleh karena sikap Islam dalam meng- merupakan kekuatan spiritual khas dan hadapi masalah kehidupan manusia yang paling autentik dalam tradisi masyarakat dinamis tersebut, Islam hanya mem- Nahdlatul Wathan. Jarang suatu orga- berikan ketentuan-ketentuan yang men- nisasi kemasyarakatan dan keagamaan dasar saja, yang dapat mengakomodasi memiliki bacaan hizb „resmi‟ seperti perubahan dan perkembangan. Sebagai NW.52 contoh, dalam masalah busana, Islam Awalnya, hizb tersebut merupakan hanya menetapkan batas aurat yakni catatan kumpulan doa yang diamalkan berbusana yang menurut Islam adalah secara pribadi oleh TGKH. Muhammad menutup aurat. Adapun bahan apa yang Zaenuddin Abdul Majid. Kemudian dia dipakai, model bagaimana yang digu- sebarkan kepada rekan dan santrinya di nakan, atau warna apa yang menjadi lingkungan madrasah dengan nama “Doa selera, semuanya diserahkan kepada Nahdlatul Wathan” pada akhir tahun umatnya sesuai dengan tradisi dan bu- 1360 H/1941 M, dengan harapan semoga daya masing-masing, dan yang disesu- Allah SWT menjaga kesinambungan aikan dengan perkembangan mode yang madrasah NWDI yang didirikan. Jadi ada terjadi pada zamannya sendiri-sendiri.51 korelasi antara lahirnya doa tersebut Pertama, tradisi hari ulang tahun dengan permohonan keselamatan prog- pesantren (Hultah). Hari ulang tahun ram dakwah lewat jalur pendidikan atau biasa disebut oleh masyarakat yang dirintis itu. Nahdhatul Wathan dengan sebutan Dengan ketulusan pribadi menga- Hultah. Hultah merupakan hari ijtimâ’ malkan doa-doa tersebut yang juga diiku- nasional yang diselenggarakan oleh De- ti oleh murid-muridnya di NWDI dan wan Pengurus Besar Nahdlatul Wathan NBDI, doa tersebut cepat tersiar ke la- yang dikelola oleh Pengurus Daerah pisan masyarakat. Lebih-lebih setelah Lombok Timur. Hari ulang tahun ini berbagai macam ujian dan cobaan pada masa awal pertumbuhan madrasah tetap tetap diselenggarakan tiap tahunnya di wilayah Pulau Lombok, yang biasanya tertanggulangi, secara otomatis khasiat diselenggarakan di pusat Pondok Pe- doa-doa tersebut makin diyakini oleh santren Nahdlatul Wathan di Lombok masyarakat NW. Hingga kemudian sete- hizb Timur. lah lebih dua dasa warsa menjadi Pada era pendiri organisasi NW yang tercetak dan lebih mudah bagi siapa 53 TGKH M. Zaenuddin Abd Majid, Hultah saja untuk membacanya.

52Ahmad Amir Aziz, Pola Dakwah TGKH 51 Muhammad Tolhah Hasan, Ahlussunnah Wal Muhammad Zainuddin Abdul Majid, Mataram: Jamaah dalam Persepsi dan Tradisi NU (Jakarta: Leppim, 1999. h.102 Lantabora Press,2005), hlm.209. 53 Teks aslinya tertulis dengan huruf Melayu- Arab. Muhammad Zaenuddin Abdul Majid, Hizib KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |341

Fahrurrozi

Tradisi membaca hizb memang me- 3. Membaca selawat Nahdlatayn, seku- rupakan kebiasaan yang banyak dijumpai rang-kurangnya 10 kali, lalu membaca di kalangan Suni di mana pun berada, selawat lima lainnya masing-masing dan berlabel organisasi keagamaan apa sekali, yaitu a) selawat al-Fâtih, b) pun juga. Hizb sebenarnya adalah doa selawat al-Nârîyah, c) selawat al-Thibb, biasa, namun karena diciptakan oleh d) selawat Alîy al-Qadri, dan e) selawat ulama terkenal maka menjadi terkenal Miftâh Bâb Rahmatillâh. dan disukai oleh banyak orang. Dalam 4. Membaca hizb. kaitan ini, hizb yang disusun oleh TGKH. 5. Membaca kasidah al-Munfarijah dan Muhammad Zaenuddin Abdul Majid seterusnya sampai doa Sulthân al- adalah karya orisinalnya, meskipun tentu Awliyâ’ Syaikh „Abdal Qâdir al-Jaylânî, saja, dia mengutip banyak doa dari ulama ayudrikunî dlaimun. terdahulu, yang disebut-sebut sebagai 6. Doa Penutup kumpulan doa 70 awliyâ’. Dapat dikata- Dari teks yang dilengkapi tata cara kan, dia meramu kembali dan menya- tersebut, lebih-lebih lagi karena jikannya dalam bentuk baru. sosialisasi yang sangat intens, kini Bacaan hizb dapat dilakukan secara tradisi hizb-an masyarakat Pesantren sendiri atau berjemaah. Bila sendiri, se- Nahdlatul Wathan menjadi sangat belum pada bacaan inti terlebih dahulu luas. membaca al-Fâtihah tiga kali dengan niat- Ketiga, tradisi melontar untuk amal nya dan membaca selawat yang enam, jariyah. Ada tradisi yang dikembangkan baru membaca hizb dan berdoa. Ada pun oleh pendiri NW TGKH. M. Zaenuddin jika hizb dibaca secara berjemaah, misal- Abd Majid yang tidak lazim dilakukan nya pada malam Jum‟at, tata caranya oleh para tuan guru yang lain, yaitu sebagai berikut: tradisi melontar dengan uang di saat 1. Membaca al-Fâtihah tiga kali, dengan akan berakhirnya pengajian yang niat masing-masing ditujukan kepada: dipimpin langsung oleh beliau atau oleh a) Nabi Muhammad SAW., Nabi yang wakil. Substansi tradisi ini adalah lain, seluruh keluarga, dan para saha- mengajak masyarakat secara sukarela batnya, b) penyusun hizb Muhammad mengeluarkan harta yang dimiliki, be- Zaenuddin Abdul Majid, silsilahnya ke rupa uang dari uang logam 50 rupiah atas, dan orang yang mencintainya, sampai ribuan rupiah. Tradisi ini bu- dan c) awliyâ‟, ulama, guru-guru, kaum kannya tidak memiliki landasan hukum Nahdliyîn dan Nahdliyât, dan mus- dalam Islam, sehingga penerapan me- limin-muslimat. lontar ini bisa dikatakan sebagai sunnah 2. Membaca surah Yâsîn sekali oleh ma- hasanah, yang pernah dilakukan oleh sing-masing hadirin. Nabi Muhammad SAW. saat mengajak para sahabat untuk menyumbangkan Nahdlatul Wathan wa Hizib Nahdlatul Banat (Pancor: sebagian harta yang dimilikinya untuk Toko Buku Kita, t.th.), hlm.35-34. Naskah hizb ini membantu para sahabat dalam medan dicetak ulang hampir tiap tahun, dan merupakan teks yang paling banyak beredar di kalangan perjuangan. Para sahabat yang secara warga NW. sukarela mengeluarkan harta bendanya, khususnya kaum ibu, sangat antusias KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 342 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

untuk menyumbangkan apa yang dimi- Adapun prinsip dasar pelaksanaan liki saat Nabi menyerukan untuk ber- syafâ’ah atau zikir secara berjemaah, baik sedekah untuk para sahabat yang sedang cara maupun istilah yang digunakan, berjuang. dalam konsep Islam tidak perlu diper- Dengan landasan pemahaman ini- debatkan kembali, sebab masing-masing lah NW sebagai organisasi kemasya- ulama, terutama kalangan ulama Suni rakatan mengembangkan tradisi me- bersepakat bahwa zikir berjemaah ter- lontar dengan uang, yang secara khusus masuk sunah yang diwariskan oleh Nabi tradisi ini diterapkan kepada masyarakat Muhammad SAW. Bagi kalangan masya- kelas bawah. Secara esensial, hanya de- rakat pesantren NW, tradisi syafâ’ah dila- ngan sistem ini mereka bisa menge- kukan secara berjemaah dan suara jahr luarkan sedekah kepada perjuangan NW, (nyaring). yang mungkin akan merasa malu bila Kelima, tradisi ijazah kitab (ijâzah mengeluarkan uang yang nomi-nalnya al-kutub al-maqrû’ah). Salah satu tradisi sangat sedikit, sehingga dengan sistem masyarakat pesantren di Lombok adalah melontar diharapkan masyarakat tumbuh tradisi ijazah kitab yang dibaca setiap hari semangat untuk berkorban demi kepen- di pesantren, yang kemudian diijazahkan tingan umat yang lebih banyak. di akhir kegiatan pembelajaran. Biasanya, Keempat, tradisi syafâ’ah/zikir ber- ijazah kitab ini dilaksanakan saat pele- jemaah/istighâtsah. Tradisi ini sebetulnya pasan santri atau siswa-siswa saat tamat telah dikembangkan oleh ulama terda- dari bangku sekolah. hulu, tapi yang berbeda mungkin ma- Tradisi ijazah kitab yang dilak- salah istilah yang digunakan. Bagi ka- sanakan di pesantren ini memiliki langan masyarakat pesantren NW, istilah urgensi: (1) untuk tafâ’ulan dari isi kitab zikir yang dilakukan secara berjemaah yang dibaca, agar ilmu yang diper- saat pengajian atau hajatan keluarga yang olehnya menjadi berkah dan dapat di- telah meninggal dunia disebut syafâ’ah. amalkan sepulang mereka nanti di tem- Secara etimologi maupun termi- pat tinggal masing-masing; (2) menjadi nologi, kata syafâ’ah bermakna membe- penanda silsilah keilmuan dan transmisi rikan pertolongan dengan membacakan keilmuan dari guru ke murid, di mana doa-doa yang diniatkan kepada apa yang guru yang mengajarkan kitab-kitab mu’ta- dihajatkan oleh shâhib al-hâjah (yang barah tersebut telah menerima ijazah dari mengundang untuk melakukan kegiatan guru-guru mereka, sehingga silsilah atau hajatan). Tradisi syafâ’ah ini terus- mata rantai keilmuan mereka sampai menerus dikembangkan oleh warga NW, kepada Rasulullah SAW; (3) mem- di samping untuk menganjurkan je- pertegas genealogi keilmuan dari sang maahnya untuk banyak berzikir secara guru kepada murid; (4) ijazah kitab berjemaah, juga sebagai ajang silaturahmi dilaksanakan dengan adanya ijab dan antar sesama Muslim, atau dalam skala kabul dari guru ke murid, yang diawali besar tradisi syafâ’ah dijadikan sebagai dengan membaca salah satu kitab yang sarana untuk beramal jariah bagi ka- telah tuntas dibaca, setelah selesai dibaca langan masyarakat NW, terutama ma- baru sang guru berucap, “Ajaztukum jamî’ syarakat pesantrennya. al-kutub al-maqrû’ah.”(saya ijazahkan

KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |343

Fahrurrozi

kitab-kitab yang dibaca tersebut). Lalu Penutup sang murid spontan menjawab, “Qabilnâ Dalam pengamatan selama ini, al-ijâzah,” atau “qabiltu al-ijâzah.” lembaga pendidikan pesantren kelihatan Keenam, tradisi membaca barzanjî mengalami semacam kebangkitan, seti- dan dibâ’-an. Pada komunitas pesantren daknya menemukan popularitas baru. di Lombok, membaca kitab al-Barzanjî Secara kuantitatif, jumlah pesantren menjadi rutinitas mingguan. Tradisi ini kelihatan meningkat. Berbagai pesantren dilestarikan karena masyarakat sekitar baru muncul di mana-mana, tidak hanya pesantren atau masyarakat Sasak Lombok di Jawa dan Sumatra, tapi juga Lombok pada umumnya mengklaim bahwa indi- Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, per- kator santri yang bisa difungsikan di kembangan fisik bangunan pesantren tengah-tengah masyarakat jika mampu juga mengalami kemajuan yang sangat menghafal atau memimpin pembacaan berarti. kitab al-Barzanjî. Banyak pesantren di berbagai Ketujuh, tradisi ziarah makam tempat, terutama Lombok, memiliki ulama/tuan guru. Pesantren di Pulau gedung atau bangunan megah, dan yang Lombok identik dengan paham Suni, paling penting lagi sehat dan kondusif sehingga tradisi-tradisi ziarah makam sebagai tempat berlangsungnya pendi- merupakan suatu hal yang lumrah dikan yang baik. Dengan demikian, citra dikerjakan, guna mengingat keberkahan yang pernah disandang pesantren sebagai dan keilmuan ulama atau tuan guru yang kompleks bangunan yang reyot dan tidak diziarahi dapat mengalir kepada mereka. higienis semakin pudar. Ini mengin- Tradisi ziarah ini tidak terlepas dikasikan terjadinya peningkatan ke- dari tradisi sufistik atau ahli sufi dalam mampuan sumber daya manusia dan menyambung keberkahan keilmuan dari swadaya masyarakat muslim sebagai guru-gurunya, seperti halnya saat guru- hasil kemajuan ekonomi, yang dicapai nya masih hidup. kaum muslimin dalam pembangunan. Di Kedelapan, tradisi silaturahmi pen- sinilah eksisitensi pesantren di Lombok didikan di pesantren. Pesantren yang menemukan peran strategisnya sebagai berafiliasi ke Nahdhatul Wathan dan benteng pemeliharan budaya, tradisi, dan Nahdlatul Ulama dalam setahun dapat kearifan lokal yang senantiasa beriringan melakukan tradisi silaturahmi pendi- dengan dinamika pesantren dan pola dikan. Hal ini terlihat saat penerimaan pikir masyarakatnya.[] santri baru di pesantren, di mana santri dan seluruh wali santri bahkan masya- Daftar Pustaka rakat diundang untuk menghadiri acara Ali, A. Mukti. Beberapa Persoalan Agama silaturahmi pendidikan pesantren. Ur- Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press, gensinya adalah untuk memberikan pe- 1987. mahaman, sekaligus memberikan orien- Aziz, Ahmad Amir. Pola Dakwah TGKH tasi kepesantrenan agar semua elemen Muhammad Zainuddin Abdul Majid. masyarakat memaklumi tugas dan fungsi Mataram: Leppim, 1999. pesantren sebagai tempat untuk mence- tak generasi bangsa. KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015:324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 344 |

Budaya Pesantren di Pulau Seribu Masjid, Lombok

Depag RI. Pola Pengembangan Pondok Purbakawatja, Soegarda. Ensiklopedi Pen- Pesantren. Jakarta: Ditpekapontren, didikan. Jakarta: Gunung Agung, 2003. 1976. Dhofier, Zamakhsari. Tradisi Pesantren: Salam, Solichin. Lombok Pulau Perawan: Studi Tentang Pandangan Hidup Sejarah dan Masa Depannya. Jakarta: Kyai. Jakarta: LP3ES,1984. Kuning Mas, 1992. Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara U- Saridjo, Marwan et.al. Sejarah Pondok mat: Kyai Pesantren, Kyai Langgar di Pesantren di Indonesia. Jakarta: PT. Jawa. Yogyakarta: LKiS, 1999. Darma Bakti, 1980. Harapandi. Pemikiran Pembaharuan TGKH. Sukamto. Kepemimpinan Kyai dalam Pesan- Muhammad Zaenuddin Abdul Majid. tren. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999. Tesis Jakarta: IAIN Syarif Thoha, Zainal Arifin. Runtuhnya Singga- Hidayatullah, 1999. sana Kyai: NU Pesantren dan Kekua- Hasan, Muhammad Tolhah. Ahlussunnah saan, Pencarian Tak Kunjung Usai. Wal Jamaah dalam Persepsi dan Tra- Yogyakarta: Kutub, 2007. disi NU. Jakarta: Lantabora Press, Tim Litbang. Deskripsi Aliran Kepercayaan 2005. Wetu Telu di Pulau Lombok. Jakarta: Majid, Muhammad Zaenuddin Abdul. Departemen Agama RI, 1979. Hizib Nahdlatul Wathan wa Hizib Wahid, Abdurrahman. “Pondok Nahdlatul Banat. Pancor: Toko Buku Pesantren Masa Depan”. Dalam Kita, t.th. Masa Depan Pesantren, ed. Marzuki Majid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren, Se- Wahid, et.al. Bandung: Pustaka buah Potret Perjalanan. Jakarta: Pa- Hidayah, 1999. ramadina, 1997. Yasmadi. Modernisasi Pesantren: Kritik Maksum. Madrasah: Sejarah Perkembangan. Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Jakarta: Logos, 1999. Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Nasution, Harun. Falsafah Agama. Jakarta: Press, 2002. Bulan Bintang, 1987. Yayasan Bahkti Wawasan Nusantara. Nu‟man, Abd Hayyi, dan Sahafari Profil Propinsi Nusa Tenggara Barat. Ays‟ari. Nahdlatul Wathan: Orga- Jakarta: Pemrakarsa, 1992. nisasi Pendidikan, Sosial, dan Dak- Ziamek, Mamfred. Pesantren dalam Peru- wah. Lombok: Toko Buku Kita, bahan Sosial. Terj. Butjce B. Soen- 1988. jono. Jakarta: LP3ES, 1985.



KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman Vol. 23 No. 2, Desember 2015: 324-345 Copyright (c)2015 by Karsa. All Right Reserved DOI: 10.19105/karsa.v23i2.730 |345