Studi Semiotika Terhadap Film Pengkhianatan G 30 S Pki)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Studi Semiotika Terhadap Film Pengkhianatan G 30 S Pki) PROPAGANDA MEDIA DALAM BENTUK KEKERASAN TERBUKA (STUDI SEMIOTIKA TERHADAP FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh : Mamik Sarmiki NIM : 1111051000115 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H /2015 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 21 Mei 2015 Mamik Sarmiki ABSTRAK Mamik Sarmiki NIM 1111051000115 PROPAGANDA MEDIA DALAM BENTUK KEKERASAN TERBUKA (ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP FILM FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI) Berawal dari sebuah tragedi sadis pada tahun 1965, saat itu terjadi kudeta yang dilakukan oleh sekelompok pasukan yang menculik para Jederal dan menguburnya di Lubang Buaya yang sampai sekarang dikenal sebagai peristiwa G 30 S PKI. Pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto tragedi ini pun diangkat ke layar lebar dengan judul Pengkhianatan G 30 S PKI. Film Pengkhianatan G 30 S PKI ini membawa unsur propaganda, terutama propaganda yang ditampilkan dalam bentuk kekerasan didalamnya. Dalam film ini yang banyak menampilkan adegan kekerasan yang dilakukan oleh para anggota dan simpatisan PKI Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui Bagaimana tanda kekerasan yang ditampilkan dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI yang dibuat oleh PPFN (Pusat Produksi Film Nasional)? Apa teknik propaganda yang digunakan oleh media dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI yang dibuat oleh PPFN (Pusat Produksi Film Nasional)? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis semiotika model Ferdinan de Saussure yang mengelompokan lambang menjadi dua jenis: signifier (the concept) dan signified (the sound-image). Signifier menunjuk pada aspek fisik dari lambang, misalnya ucapan, gambar, lukisan. Sedangkan signified menunjuk pada aspek mental dari lambang, yakni pemikiran bersifat asosiatif tentang lambang. Berdasarkan hasil penelitian, Tanda kekerasan yang ditampilkan dalam film ini menggambarkan sifat kebrutalan dan kekejaman dalam proses kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Teknik propaganda yang dipakai dalam film ini adalah Name Calling (penjulukan), Testimony (kesaksian), Fear Arousing (membangkitkan ketakutan). Glittering Generality (kemilau generalitas). Namun teknik yang sering dipakai untuk merepresentasikan kekerasan adalah teknik Fear Arousing (membangkitkan ketakutan) dan teknik yang menggambarkan sosok kepahlawanan adalah teknik Glittering Generality (kemilau generalitas). Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa berbagai adegan-adegan yang menandakan kekerasan dalam film ini membuat rasa kebencian itu timbul dibenak para penonton dan upaya penumpasan gerakan pengkhianatan yang dilakukan oleh Soeharto dan pasukannya membuat sebaliknya, yaitu para penonton bangga dan senang karena telah hadir sosok pahlawan yang menumpas semua kekerasan yang dilakukan dalam pemberontakan yang menewaskan para Jenderal elit di Angkatan Darat. Kata kunci :Propaganda, Film, PKI i KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kuasa-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Sebagai manusia biasa, peneliti menyadari bahwa dalam penulisans kripsi ini masih terdapat kekuarangan dan kelemahan. Peneliti yakin skripsi ini tidak akan berjalan lancer tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan beserta jajarannya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam ,Rachmat Baihaky, MA beserta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fita Fathurokhmah, M.Si yang selalu berkenan membantu peneliti. 3. Drs Jumroni, M.Si selaku dosen Penasihat Akademik. Terimakasih atas saran dan masukan yang diberikan selama ini. 4. Fita Fathurokhmah, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sangat sabar membimbing saya. Terimakasih atas waktu, tenaga serta ilmunya yang telah Ibu berikan selama ini. 5. Orang Tuaku, Bapak Santa Sarim (alm) dan Ibu Sani Buang dan kakak ku Pedri Haryadi beserta istri Yuniawati yang telah banyak memberikan doa, waktu, tenaga, pikiran, cambukan semangat dan harta kalian untuk ii peneliti. Maaf jika sampai saat ini belum bisa menjadi yang diharapkan. Alhamdulilah akhirnya Mamik sebentar lagi wisuda. 6. Kekasih ku, Eka Rahmawati. yang selama ini selalu menjadi penyemangat dan motivator agar cepat menyelesaikan skripsi ini. Ayo sekarang giliran kamu kuliah !!! 7. Teman-teman Kahfi Motivator School, om Sofwan, didin, isnen, kak tiar, kak sukri, kak izul, teh silvi. Terimakasih atas semua bantuanya nya selama ini. 8. Kawan-kawan Band Jelly Spotters, Rizki Dwi Summaputra, Hedy Afwan, Surya Agung Wibisono, Fajar Yugaswara. Wujudkan mimpi kalian, Go Internasional. 9. Teman-teman KPI D 2011, Zahid, Wawi, Ican, Alwan, Ajat, Wira, Ojan, Lukem, Fais, Anhar, Kahfi, Miler, Ganjar, Ical, Edvan, Uuz, Kiki, Dita, Tria, Ijah, Ita, Nay, Tebe, Lely, Rina, Rani, Nadhiroh, Hasna, Sifa, Fitri. Terimakasih untuk empat tahun yang berkesan ini. 10. Keluarga besar KPI angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Jaga terus tali silaturahmi diantara kita ya kawan. 11. KKN P.E.A.R.L, Wira, Hasby, Hendra, Ali, Subhi, Yudho, Herdian, Ivan, Fitri, Aska, Sherty, Fina, Lela, Fea Terimakasih atas suka duka selama sebulan di Ciseeng. Jangan lupakan semua kenangan kita yah pearls. 12. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu dan bantuannya selama ini. 13. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi. iii 14. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir yang tak disebutkan satu-persatu, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian semua, Amin. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menjadi bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Jakarta, 10 Juni 2015 Mamik Sarmiki iv DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………...i KATA PENGANTAR………………………………………………………........ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………..……. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………….....……....5 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………….…………........6 D. Metodologi Penelitian……………………………….……………….. 7 1. Paradigma Penelitian………………………………...………7 2. Pendekatan Penelitian………………………………...……. 8 3. Sifat Penelitian………………………………...…................ 8 4. Metode Penelitian……………………………..………......... 8 5. Teknik Pengumpulan Data..........…………………………..10 6. Teknik Analisis Data…………………….....…..................... 11 E. Tinjauan Pustaka………………………………………..……........... .13 F. Sistematika Penulisan………………………………………..……....15 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Propaganda.……………………………….....…...... 17 B. Semiotika..............................……………………………….....…......25 C. Semiotika Ferdinand de Saussure........…………………….....…...... 27 D. Kekerasan............................................................................................ 29 E. Film...............................................................………………….......... 34 BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umun dan Profil......................................................…...... 40 B. Sinopsis Film Pengkianatan G 30 S PKI...................………………. 47 C. Partai Komunis Indonesia………………........................................... 49 D. Orde Baru.....……………………………….......................................58 BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS A. Analisis Semiotika Film Pengkhianatan G 30 S PKI........................ 61 1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penyerbuan Terhadap Tempat Training Centre Pelajar Islam Indonesia..................................... 62 2. Analisis Semiotika Pada Adegan Pemberitaan Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)....................... 64 v 3. Analisis Semiotika Pada Adegan Penyerangan Kepada Brigjen D.N Pandjaitan.............................................................................68 4. Analisis Semiotika Pada Adegan Penganiayaan di Lubang Buaya........................................................................................... 71 5. Analisis Semiotika Pada Adegan Perampasan Radio Republik Indonesia (RRI) oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)............... 75 6. Analisis Semiotika Pada Adegan Soeharto Memberitahukan Bahwa Tidak Ada Gerakan Dewan enderal................................ 78 7. Analisis Semiotika Pada Adegan Soeharto Memerintahkan Untuk Mengambil Alih RRI dan Telkom Yang Dirampas Oleh PKI.............................................................................................
Recommended publications
  • 50 Years Since 30 September, 1965: the Gradual Erosion of a Political Taboo
    ISSUE: 2015 NO.66 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE SHARE THEIR UNDERSTANDING OF CURRENT EVENTS Singapore | 26 November 2015 50 Years since 30 September, 1965: The Gradual Erosion of a Political Taboo. By Max Lane* EXECUTIVE SUMMARY This year marks the 50th anniversary of the events of 30 September, 1965 and its aftermath. Amidst heightened discussion of the matter, President Widodo, on behalf of his government, stated that there would be no state expression of being sorry for the large scale massacres of 1965. He attended conventional activities on the anniversary consistent with the long-term narrative originating from the period of Suharto’s New Order. At the same time, there are signs of a gradual but steady erosion of the hegemony of the old narrative and an opening up of discussion. This is not driven by deliberate government policy, although some government decisions have facilitated the emergence of a generation for whom the hegemonic narrative holds less weight. The processes weakening the old hegemony have also been fostered by: a) Increased academic openness on the history of the period, both in and outside of Indonesia. b) More activity by lawyers, activists, researchers as well as former political prisoners demanding state recognition of human rights violations in 1965 and afterwards. c) A general attitude to educational processes no longer dominated by indoctrination concerns. 1 ISSUE: 2015 NO.66 ISSN 2335-6677 Hegemony may be slowly ending, but it is not clear what will replace it. *Max Lane is Visiting Senior Fellow with the Indonesia Studies Programme at ISEAS- Yusof Ishak Institute, and has written hundreds of articles on Indonesia for magazines and newspapers.
    [Show full text]
  • The Professionalisation of the Indonesian Military
    The Professionalisation of the Indonesian Military Robertus Anugerah Purwoko Putro A thesis submitted to the University of New South Wales In fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy School of Humanities and Social Sciences July 2012 STATEMENTS Originality Statement I hereby declare that this submission is my own work and to the best of my knowledge it contains no materials previously published or written by another person, or substantial proportions of material which have been accepted for the award of any other degree or diploma at UNSW or any other educational institution, except where due acknowledgement is made in the thesis. Any contribution made to the research by others, with whom I have worked at UNSW or elsewhere, is explicitly acknowledged in the thesis. I also declare that the intellectual content of this thesis is the product of my own work, except to the extent that assistance from others in the project's design and conception or in style, presentation and linguistic expression is acknowledged. Copyright Statement I hereby grant to the University of New South Wales or its agents the right to archive and to make available my thesis or dissertation in whole or in part in all forms of media, now or hereafter known. I retain all property rights, such as patent rights. I also retain the right to use in future works (such as articles or books) all or part of this thesis or dissertation. Authenticity Statement I certify that the Library deposit digital copy is a direct equivalent of the final officially approved version of my thesis.
    [Show full text]
  • Contemporary History of Indonesia Between Historical Truth and Group Purpose
    Review of European Studies; Vol. 7, No. 12; 2015 ISSN 1918-7173 E-ISSN 1918-7181 Published by Canadian Center of Science and Education Contemporary History of Indonesia between Historical Truth and Group Purpose Anzar Abdullah1 1 Department of History Education UPRI (Pejuang University of the Republic of Indonesia) in Makassar, South Sulawesi, Indonesia Correspondence: Anzar Abdullah, Department of History Education UPRI (Pejuang University of the Republic of Indonesia) in Makassar, South Sulawesi, Indonesia. E-mail: [email protected] Received: May 28, 2015 Accepted: October 13, 2015 Online Published: November 24, 2015 doi:10.5539/res.v7n12p179 URL: http://dx.doi.org/10.5539/res.v7n12p179 Abstract Contemporary history is the very latest history at which the historic event traces are close and still encountered by us at the present day. As a just away event which seems still exists, it becomes controversial about when the historical event is actually called contemporary. Characteristic of contemporary history genre is complexity of an event and its interpretation. For cases in Indonesia, contemporary history usually begins from 1945. It is so because not only all documents, files and other primary sources have not been uncovered and learned by public yet where historical reconstruction can be made in a whole, but also a fact that some historical figures and persons are still alive. This last point summons protracted historical debate when there are some collective or personal memories and political consideration and present power. The historical facts are often provided to please one side, while disagreeable fact is often hidden from other side.
    [Show full text]
  • Book Review of Aidit: Dua Wajah Dipa Nusantara
    BOOK REVIEW OF AIDIT: DUA WAJAH DIPA NUSANTARA A FINAL PROJECT In Partial Fulfillment of the Requirement for S-1 Degree in Literature in English Department, Faculty of Humanities Diponegoro University Submitted by: Zsazsa Bhaskara Pramudhita A2B007128 FACULTY OF HUMANITIES DIPONEGORO UNIVERSITY SEMARANG 2014 PRONOUNCEMENT The writer states truthfully that this final project is compiled by herself within taking the result from other researches in any university, in S-1, S-2, and S- 3 degree and diploma. The writer also ascertains that she does not take the material from other publications or someone’s work except for the reference mentioned in bibliography. Semarang, March 2014 Zsazsa Bhaskara Pramudhita MOTTO AND DEDICATION Seek knowledge from the cradle to the grave. Go in quest of knowledge even unto China. He who leaveth home in search of knowledge, walketh in the path of God. Prophet Muhammad This final project is dedicated to my family. APPROVAL Approved by: Advisor, Prihantoro, S.S, MA NIP 19830629 200604 1002 VALIDATION Approved by Strata 1 Final Project Examination Committee Faculty of Humanities Diponegoro University On Friday, March 21, 2014 Advisor, Reader, Prihantoro, S.S, MA Dr. Ratna Asmarani, M.Ed.,M.Hum. NIP 19830629 200604 1002 NIP 19610226 198703 2 001 196102261987032001 ACKNOWLEDGEMENT Praise to Allah SWT who has given all of His love and favor to the writer, so this project on Book Review of Pride and Prejudice Written by Jane Austen can be finished. The writer’s deepest gratitude goes to Prihantoro, S.S, MA as the writer advisor who always available in his busy time to guide and help the writer, gave some suggestions and support to finish this work.
    [Show full text]
  • Tinjauan Psikoanalisis Sastra Konflik Ideologi Film G30s/Pki (Sutradara: Arifin C
    TINJAUAN PSIKOANALISIS SASTRA KONFLIK IDEOLOGI FILM G30S/PKI (SUTRADARA: ARIFIN C. NOER) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gunu Mencapai Gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar ANDI AGUS 10533783414 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018 MOTTO “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu” (Imam Syafi‟i) “Kita boleh berbeda dalam pikiran karena pustaka kita „mungkin‟ berbeda namun selama lagu kebangsaanmu masih Indonesia Raya saya pastikan kita masih satu nusa satu bangsa (Indonesia)” (Andi Agus) Karya ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang berkorban untukku Terkhusus ibundaku (Rachmawati) yang telah memotivasiku Sahabat-sahabatku yang berjuang bersamaku sejak tahun 2014 ABSTRAK Andi Agus. 2018. Tinjauan Psikoanalisis Sastra Konflik Ideologi Film Pengkhianatan G30S/PKI (sutradara: Arifin C. Noer). Skripsi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Salam dan Syekh Adiwijaya Latief. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konflik ideologi dan psikologi yang terdapat dapat film G30S/PKI (Sutradara: Arifin C. Noer). Terjadinya suatu konflik dikarenakan adanya oposisi dan manusia harus memilih (pilihan hidup) dan psikologi yang di dalamnya terdapat id, ego, dan superego yang ada dalam diri manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi konflik Ideologi antara pihak Pancasila dengan Komunisme. Film Pengkhianatan G30S/PKI (Sutradara: Arifin C. Noer) diterbitkan oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) durasi waktu 03:37:15. Dinyatakan lulus sensor oleh Lembaga Sensor Film Indonesia dengan No. SLS: 557/VCD/2.2006/2001 di Jakarta, 23 Februari 2001 dan sasarannya: Remaja.
    [Show full text]
  • The Making of Middle Indonesia Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde
    The Making of Middle Indonesia Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 293 Power and Place in Southeast Asia Edited by Gerry van Klinken (KITLV) Edward Aspinall (Australian National University) VOLUME 5 The titles published in this series are listed at brill.com/vki The Making of Middle Indonesia Middle Classes in Kupang Town, 1930s–1980s By Gerry van Klinken LEIDEN • BOSTON 2014 This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution‐ Noncommercial 3.0 Unported (CC‐BY‐NC 3.0) License, which permits any non‐commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original author(s) and source are credited. The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: PKI provincial Deputy Secretary Samuel Piry in Waingapu, about 1964 (photo courtesy Mr. Ratu Piry, Waingapu). Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Klinken, Geert Arend van. The Making of middle Indonesia : middle classes in Kupang town, 1930s-1980s / by Gerry van Klinken. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, ISSN 1572-1892; volume 293) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-26508-0 (hardback : acid-free paper) -- ISBN 978-90-04-26542-4 (e-book) 1. Middle class--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 2. City and town life--Indonesia--Kupang (Nusa Tenggara Timur) 3.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Sebagai Suatu
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun dan mempertahankan keistimewaan suatu peristiwa, memilih peristiwa yang dianggap spektakuler (seperti perang).1 Bagi sejarawan yang ingin memahami perjalanan sejarah Indonesia Modern, hal yang terkadang menimbulkan rasa frustrasi ialah justru karena kejadian yang paling misterius ternyata merupakan salah satu babak kejadian yang terpenting. Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga dapat diharapkan sejarawan akan mengungkapkan secara objektif.2 Perjalanan sejarah banyak meninggalkan kesan faktual betapa pemikiran seorang tokoh mempunyai peran penting dan kontribusi di jamannya. Negara Indonesia lahir dan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Dwitunggal Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Sejak pengakuan kedaulatan, nyaris tidak ada hari tanpa konflik yang menerpa Indonesia. Peritiwa sejarah Indonesia ketika menghadapi Agresi Militer 1 Rhoma Dwi Aria Y, Fiktif Sejarah, Sejarah Fiktif, Istoria, vol. 2 nomor 1, September 2006, hlm.121. 2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1955, hlm.13. 1 2 Belanda II3, setelah itu perang-perang menyusul menghantam Republik Indonesia sampai Indonesia terseret dalam konfrontasi merebut Papua Barat yang kemudian diberi nama Irian Jaya. Usai konflik ini melanda lahir kembali konfrontasi menentang pembentukan Federasi Malaysia4 tahun 1963. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat menguras energi nasional, kehidupan berbagai sektor tidak stabil. Namun bagi Angkatan Darat, keadaan ini membuka peluang untuk tampil sebagai benteng pertahanan Republik.5 Salah satu organ yang perlu dimiliki oleh Pemerintah suatu negara adalah Militer, yang merupakan satu kelompok orang-orang yang diorganisir dengan disiplin untuk melakukan pertempuran, yang diperbedakan dari orang-orang sipil.
    [Show full text]
  • The Contestation of Social Memory in the New Media: a Case Study of the 1965 Killings in Indonesia
    Aktuelle Südostasienforschung Current Research on Southeast Asia The Contestation of Social Memory in the New Media: A Case Study of the 1965 Killings in Indonesia Hakimul Ikhwan, Vissia Ita Yulianto & Gilang Desti Parahita ► Ikhwan, H., Yulianto, V. I., & Parahita, G. D. (2019). The contestation of social memory in the new media: A case study of the 1965 killings in Indonesia. Austrian Journal of South-East Asian Studies, 12(1), 3-16. While today’s Indonesian democratic government remains committed to the New Order orthodoxy about the mass killings of 1965, new counter-narratives challenging official history are emerging in the new media. Applying mixed-methods and multi-sited ethnography, this study aims to extend our collaborative understanding of the most re- cent developments in this situation by identifying multiple online interpersonal stories, deliberations, and debates related to the case as well as offline field studies in Java and Bali. Practically and theoretically, we ask how the tragedy of the 1965 killings is contest- ed in the new media and how social memory plays out in this contestation. The study finds that new media potentially act as emancipatory sites channeling and liberating the voices of those that the nation has stigmatized as ‘objectively guilty’. We argue that the arena of contestation is threefold: individual, public vs. state narrative, and theoretical. As such, the transborder space of the new media strongly mediates corrective new voices to fill missing gaps in the convoluted history of this central event of modern Indonesian history. Keywords: 1965 Killings; Master vs. Counter Narratives; Memory Studies; New Media; Southeast Asia INTRODUCTION Indonesia experienced one of the 20th century’s worst mass killings.
    [Show full text]
  • MILITERISASI SEJARAH INDONESIA: PERAN NASUTION Oleh Asvi Warman Adam
    MILITERISASI SEJARAH INDONESIA: PERAN NASUTION Oleh Asvi Warman Adam Sejarah militer memiliki usia yang sangat panjang. Bukankah salah satu teks sejarah lama Histoire de la guerre du Peloponnese[1] (Sejarah Perang Peloponesos) yang ditulis Thucydide abad ke-5 merupakan sejarah militer. Di Perancis setelah tahun 1870 minat terhadap sejarah militer meningkat pertama, dalam rangka mengenang kemenangan tentara terhadap musuh dan kedua, pentingnya pengkajian strategi militer. Yayasan La Sabretache yang didirikan untuk mengumpulkan benda-benda yang berhubungan kemiliteran menjadi cikal bakal Museum Tentara di Perancis tahun 1896.[2] Tentunya militer tidak berhubungan perang saja tetapi juga berkaitan dengan aspek lain seperti timbulnya sentimen kebangsaan. Eugene Weber mengungkapkan justeru nasionalisme di kalangan petani Perancis berkembang awal abad XX ketika wajib militer diadakan[3]. Mungkin orang beranggapan nasionalisme Perancis sudah berkembang sejak abad ke-18 dengan pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789. Pada masyarakat petani Perancis ternyata nasionalisme muncul lebih belakangan. Sejarah militer yang berasal dari “dapur” (foyer) [4]militer tentu menekankan stabilitas dan keamanan negara. Tidak ada masalah kalau sejarah ini ditujukan secara khusus kepada kalangan sendiri. Persoalan baru timbul bila sejarah militer ini dipaksakan untuk diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, dilakukan militerisasi sejarah dengan menekankan pentingnya operasi militer dalam penumpasan pemberontakan misalnya. Pada buku pelajaran sekolah semasa Orde Baru, operasi penumpasan PRRI dan pemberontakan lainnya diuraikan secara rinci termasuk mencantumkan nama para komandan yang memimpin masing-masing operasi. Untuk membantah pandangan bahwa gerakan militer yang dikenal sebagai peristiwa 17 Oktober 1952 termasuk pemberontakan diberikan penjelasan yang panjang oleh pelaku sejarah yakni Jenderal Nasution. Latar belakang Nasution ? Abdul Haris Nasution lahir di kampung Huta-Pungkut, Mandailing, 3 Desember 1918.
    [Show full text]
  • Indonesia: Interpreting the Coup
    K. Wann Indonesia: Interpreting the Coup IN THE EARLY HOURS of October 1, 1965, a group of Indo­ nesian army and air force officers, operating out of Halim Perda- kasumah air force base on the outskirts of Djakarta, despatched small forces of soldiers to the city to seize seven senior generals of the Army’s General Staff and take a number of key points in the capital. With the important exception that the Defence Min­ ister, General Nasution, eluded his would-be captors, the operation was successful in terms of its set objectives. The six captured generals were all slain. K. Wann has visited Indonesia as a journalist and been a close student of Indonesia for many years. This article is an extended review of Communist Collapse in Indonesia by Arnold C. Brackman. Published bv Asia Pacific Press; 264 pp., S5.75. 57 The conspirators then broadcast an announcement over Djakarta Radio in the name of Lieut.-Col. Untung, commandant of a battalion of the Presidential guard, to the effect that moves in the capital had been initiated to safeguard President Sukarno and the Indonesian Revolution from a reactionary and American-influenced “Council of Generals” which was plotting a coup to overthrow the Govern­ ment and its progressive policies. The generals were denounced for cosmopolitanism, neglect of their men, luxurious living and sabotage of the President’s program.1 The military action of the plotters was strictly limited. They clearly aimed at no more than a show of strength which would remove the most obdurate opponents of the President’s radical nationalist policies and encourage him to press ahead more vigor­ ously with his program.
    [Show full text]
  • Indo 15 0 1107128614 109
    Top to bottom: Harian Rakjat, April 24, 1965. Madjalah Angkatan Bersen- dj ata, I, No. 7 (May 1965), back cover. Harian Rakjat, April 19, 1965. SUKARNO: RADICAL OR CONSERVATIVE? INDONESIAN POLITICS 1964-5 Peter Christian Hauswedell The passing of the Orde Lama in Indonesia and the death of Presi­ dent Sukarno seem too recent, and political emotions are still too high to arrive at a definitive characterization of the nature of the political system and its leader. The apparent contradictions between the ideological dynamism and the social conservatism1 of Guided Democ­ racy, the lack of conclusive evidence about Sukarno’s final political intentions, and the chaotic, even apocalyptic period before the sudden demise of the system a ll contribute to the d iffic u lt y of c la s s ific a ­ tion. Finally, the dramatic events around the October 1, 1965 coup attempt have distracted our attention unduly. In Indonesia itself, the political atmosphere does not yet allow an objective assessment of the period. Since nearly all members of the present elite were in one way or another deeply involved in the events of that time, there are few publications about the period, and they have been rather polemical and unsystematic.2 Any study which contributes to our knowledge of Sukarno and Indo­ nesian p o lit ic s before the coup is therefore more than welcome, and John D. Legge’s recent political biography of the former President3 is the first ambitious attempt to portray this certainly complex, and often contradictory political leader.1* Although solid in factual 1.
    [Show full text]
  • SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY in the NEW ORDER a Thesis Presented to the Faculty of the Center for Inte
    SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER A thesis presented to the faculty of the Center for International Studies of Ohio University In partial fulfillment of the requirements for the degree Master of Arts Sony Karsono August 2005 This thesis entitled SETTING HISTORY STRAIGHT? INDONESIAN HISTORIOGRAPHY IN THE NEW ORDER by Sony Karsono has been approved for the Department of Southeast Asian Studies and the Center for International Studies by William H. Frederick Associate Professor of History Josep Rota Director of International Studies KARSONO, SONY. M.A. August 2005. International Studies Setting History Straight? Indonesian Historiography in the New Order (274 pp.) Director of Thesis: William H. Frederick This thesis discusses one central problem: What happened to Indonesian historiography in the New Order (1966-98)? To analyze the problem, the author studies the connections between the major themes in his intellectual autobiography and those in the metahistory of the regime. Proceeding in chronological and thematic manner, the thesis comes in three parts. Part One presents the author’s intellectual autobiography, which illustrates how, as a member of the generation of people who grew up in the New Order, he came into contact with history. Part Two examines the genealogy of and the major issues at stake in the post-New Order controversy over the rectification of history. Part Three ends with several concluding observations. First, the historiographical engineering that the New Order committed was not effective. Second, the regime created the tools for people to criticize itself, which shows that it misunderstood its own society. Third, Indonesian contemporary culture is such that people abhor the idea that there is no single truth.
    [Show full text]