View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by eJournal Universitas Nusa Bangsa

ANALISIS VEGETASI GULMA PADA PERTANAMAN JAGUNG DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGENDALIAN GULMA DI LAMBUNG BUKIT, PADANG, SUMATERA BARAT

Ade Ayu Oksari Program Studi Biologi FMIPA Universitas Nusa Bangsa Bogor Jl. KH. Soleh Iskandar KM 4 Cimanggu Tanah Sareal, Bogor 16166 *email : [email protected]

ABSTRACT

The Vegetation Analysis of Weeds in Corn (Zea mays L.) Plantation and Its Conjunction with Weed Control in Lambung Bukit, Padang, West Sumatra

Research about the vegetation analysis of weeds in corn (Zea mays L.) plantation and its conjunction with weed control in Kelurahan Lambung Bukit, Padang, West Sumatra had been conducted from March to Juny 2011 by using systematic squares method of 10 total plots with size 1x1 m2. It was found consist of 10 families, 15 genera,16 species and 1892 individuals weeds. alata () showed the highest value of Summed Dominance Ratio (23,17%) and the lowest rate of SDR Hedyotis sp., Cyperus cephalotes and Amaranthus sp. (0,65%). The diversity index of the weeds was H'= 1,2005 (moderate). Integrated weed management is a concept that prioritizes natural control by creating environmental conditions that not favorable for the development of weeds and improve the competitiveness of crops against weeds.

Keywords: Weeds, corn, composition, structure, control

ABSTRAK

Penelitian mengenai analisis vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Metode Kuadrat sebanyak 10 plot dengan ukuran 1x1 m2. Pada penelitian ini didapatkan 10 famili, 15 genus, 16 jenis, dan 1892 individu gulma. Gulma yang memiliki nilai SDR tertinggi yaitu gulma jenis Spermacoce alata famili (Rubiaceae) dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) 23,17 % dan nilai SDR terendah Hedyotis sp., Cyperus cephalotes dan Amaranthus sp. (0,65%). Nilai indeks dari keanekaragaman jenis gulma berada pada nilai H’ = 1,2005 (sedang). Pengelolaan gulma terpadu merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma

Kata Kunci: Gulma, Jagung, Komposisi, Struktur, Pengendalian

PENDAHULUAN an serealia yang tumbuh hampir diseluruh dunia dan tergolong spesies dengan vari- Jagung (Zea mays L.) merupakan abilitas genetik yang besar dan dapat meng- palawija sumber karbohidrat yang meme- hasilkan genotipe baru yang dapat beradap- gang peranan penting kedua setelah beras. tasi terhadap berbagai karakteristik ling- Jagung juga mengandung unsur gizi lain kungan (Purwono dan Hartono, 2008). yang diperlukan manusia yaitu energi dalam Salah satu faktor pembatas dalam bentuk kalori dan protein. Kandungan gizi meningkatkan produksi jagung yang dibudi- jagung tidak kalah dengan beras atau terigu, dayakan adalah gulma. Gulma adalah suatu bahkan jagung memiliki keunggulan karena tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan merupakan pangan fungsional yaitu makan- tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh an dan bahan pangan yang dapat member- disekitar tanaman pokok (tanaman yang kan manfaat tambahan. Di samping fungsi sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang gizi, juga sebagai sumber karbohidrat berupa tumbuh pada tempat (area) yang tidak di- kandungan serat pangan, unsur Fe dan β- inginkan oleh si penanam sehingga kehadir- karoten (pro-vitamin A) yang tinggi (Suarni, annya dapat merugikan tanaman lain yang 2001). Jagung merupakan salah satu tanam- ada di dekat atau disekitar tanaman pokok Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 136 tersebut (Moenandir, 1990). Selanjutnya, jagung. Hasil survei lapangan yang telah Rukmana dan Saputra (1999) mengatakan dilakukan di Kelurahan Lambung Bukit, bahwa gulma adalah tumbuhan yang tidak Padang, Sumatera Barat terdapat lahan per- dikehendaki yang mengganggu usaha ma- tanaman jagung dengan kondisi lingkungan nusia dalam mencapai kesejahteraan dan sekitar pertanaman memperlihatkan banyak- memiliki kemampuan kompetitif dan agresif nya gulma yang tumbuh di sekitar area serta tumbuhan yang kukuh (gigih) dan pertanaman tersebut. Hal ini akan memicu tahan pengendalian. persaingan untuk tumbuh dan berkembang Pemeliharaan tanaman jagung secara pada tanaman jagung dengan gulma yang intensif tidak terlepas dari aspek pengen- berada di sekitar lahan pertanaman jagung dalian gulma, karena kehadiran gulma pada tersebut. Rendahnya hasil jagung yang dica- pertanaman jagung sering dianggap sebagai pai disebabkan banyaknya faktor, diantara- salah satu penyebab turunnya hasil dan mutu nya pengeloalaan gulma belum dilaksanakan biji jagung. Penurunan hasil tersebut sangat secara maksimal. Sehingga, pertumbuhan tergantung pada jenis gulma, tingkat ke- dan produksi jagung akan menurun. padatan, waktu kompetisi, serta senyawa Berdasarkan latar belakang diatas perlu alelopati yang dikeluarkankan oleh gulma. dilakukan penelitian yang berjudul “Analisa Akibat yang terjadi dari penurunan tersebut Vegetasi Gulma Pada Pertanaman Jagung adalah kehilangan hasil yang dapat melebihi dan Hubungannya dengan Pengendalian kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama Gulma di Kelurahan Lambung Bukit, dan penyakit pada tanaman (Kastanja,2012). Padang, Sumatera Barat”. Diharapkan hasil Beberapa penelitian menunjukkan korelasi penelitian ini nantinya dapat dijadikan se- negatif antara bobot kering gulma dan hasil bagai panduan dalam tindakan pengendalian jagung, dengan penurunan hasil hingga 95% gulma pada pertanaman jagung di Kelurahan (Violic, 2000). Di tingkat petani, kehilangan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat. hasil jagung karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15% (Moenandir,1990). Hal ini berarti kehadiran gulma pada lahan BAHAN DAN METODE pertanaman jagung tidak jarang menurunkan hasil dan mutu biji. Alat dan Bahan Keberhasilan pengendalian gulma me- Alat yang diperlukan adalah tali rafia, rupakan salah satu faktor penentu tercapai- koran, karung, selotip, oven, kamera digital, nya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma pancang, hp, alat-alat tulis, plastik 5 kg, dapat dikendalikan melalui berbagai aturan label gantung dan buku determinasi gulma dan karantina; secara biologi dengan meng- (buku Weeds Of Rice In Indonesia (Soerjani gunakan organisme hidup; secara fisik et al., 1987), Atlas Of 220 Weeds Of Sugar- dengan membakar dan menggenangi, mela- cane Field In Java (Backer, 1973), The lui budi daya dengan pergiliran tanaman, World’s Worst Weeds (Le Roy G. Holm et peningkatan daya saing dan penggunaan al., 1988). Bahan yang diperlukan adalah mulsa; secara mekanis dengan mencabut, jenis-jenis gulma pada pertanaman jagung membabat, menginjak, menyiang dengan dan alkohol 70%. tangan, dan mengolah tanah dengan alat me- kanis bermesin dan nonmesin, secara kimia- Metode Penelitian wi menggunakan herbisida. Gulma pada Penelitian dilakukan dengan Metode pertanaman jagung umumnya dikendalikan Kuadrat dengan menggunakan plot ukuran dengan cara mekanis dan kimiawi. 1x1 m2. Peletakan plot dilakukan secara Pengendalian gulma secara kimiawi berpo- sistematik yang diambil sebanyak 10 plot tensi merusak lingkungan sehingga perlu untuk tiap luasan pertanaman jagung. Untuk dibatasi melalui pemaduan dengan cara mengetahui tentang pengendalian gulma pengendalian lainnya (Fadly dan Tabri, yang ada pada pertanaman jagung di 2007). Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat merupakan salah satu Sumatera Barat dibutuhkan wawancara seca- willayah yang kayak akan hasil pertanian- ra langsung kepada pemilik lahan pertanam- nya. Banyak jenis tanaman yang dikelola an jagung tersebut. Jenis gulma yang belum oleh masyarakat disana, seperti tanaman diketahui namanya dikoleksi dan selanjutnya

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 137 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma diidentifikasi di Herbarium Universitas tahun dalam kondisi dorman, dan akan ber- Andalas. kecambah ketika kondisi lingkungan me- matahkan dormansi itu. Terangkatnya biji gulma ke lapisan atas permukaan tanah dan HASIL DAN PEMBAHASAN tersedianya kelembaban yang sesuai untuk perkecambahan mendorong gulma untuk Komposisi Gulma tumbuh dan berkembang. Biji spesies gulma Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil setahun (annual spesies) dapat bertahan analisis vegetasi gulma pada pertanaman ja- dalam tanah selama bertahun-tahun sebagai gung di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, cadangan benih hidup atau viable seeds Sumatera Barat didapatkan 10 famili, 15 (Melinda, Owen and Bucher, 1998). genus, 16 jenis, dan 1892 individu gulma. Jumlah jenis gulma yang terus hidup Pada pertanaman jagung di Kelurahan sangatlah bervariasi pada setiap areal tanam. Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat, Variasi ini timbul bermula dari kemampuan banyak ditemukan gulma dari famili gulma itu sendiri. Potensi kehadiran gulma Rubiaceae yaitu sebanyak 959 individu. dalam satu daerah sangat tinggi yang di- Selain famili Rubiaceae, dua famili lain sebabkan banyak faktor dan salah satunya yang banyak ditemukan adalah Poaceae (143 adalah sistem pengolahan tanah. Menurut individu) dan Compositae (735 individu). Moenandir (1993) bahwa biji gulma ber- Sedangkan famili yang paling sedikit di- potensi untuk tumbuh menjadi satu populasi temukan adalah Cyperaceae (1 individu). gulma bila keadaan menguntungkan. Biji- Banyak faktor yang mempengaruhi ke- biji gulma dapat tumbuh mencapai jutaan ragaman komunitas gulma pada pertanaman jumlahnya dalam tanah dan terdiri dari jagung ini di antaranya yaitu deposit biji banyak jenis. gulma dalam tanah. Biji gulma dapat ter- simpan dan bertahan hidup selama puluhan

Tabel 1. Komposisi Gulma Pada Pertanaman Jagung di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat. No Famili Genus Spesies Jumlah Individu 1 Amaranthaceae* Amaranthus Amaranthus sp. 1 Amaranthus hybridus L. 4 2 Achantaceae* Graptophyllum Graptophyllum sp. 3 3 Poaceae** Eleusine Eleusine indica (L) 17 Gaertn. Echinocloa Echinochloa crus-galli 96 (L.) P. Beauv. Eragrostis Eragrostis sp. 3 Digitaria Digitaria ciliaris (Retz.) 27 Koeler. 4 Onagraceae* Ludwigia Ludwigia perennis L. 14 5 Phyllanthaceae* Phyllanthus Phyllanthus niruri L. 12 6 Euphorbiaceae* Euphorbia Euphorbia hirta L. 2 7 Cyperaceae*** Cyperus Cyperus cephalotes Vahl. 1 8 Rubiaceae* Hedyotis Hedyotis sp. 1 Borreria Spermacoce alata Aubl. 958 9 Cleomaceae* Cleome Cleome rutidosperma DC. 18 10 Compositae* Ageratum Ageratum conyzoides (L.) 703 L. Galinsoga Galinsoga parviflora Cav. 32 Jumlah Total 1892 Keterangan: ***= teki-tekian, **= rerumputan (gulma berdaun sempit), *= berdaun lebar

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 138

2000 Tabel 2. Famili Dominan dan Co-dominan Pada Pertanaman Jagung di 1500 Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat 1000 No Famili Persentase

Jumlah Individu Jumlah 1 Rubiaceae 50,69% 500 2 Cyperaceae 0,05%

0 Teki-Tekian Rerumputan (Gulma Gulma Berdaun Struktur Gulma Berdaun Sempit) Lebar Pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa Gambar 1. Distribusi Gulma Berdasarkan gulma yang memiliki nilai SDR tertinggi Golongan di Pertanaman yaitu gulma jenis Spermacoce alata Aubl. Jagung Kelurahan Lambung (23,17%). Bukit, Padang, Sumatera Barat. Gulma pertama yang mendominansi adalah Spermacoce alata famili (Rubiaceae) Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa dengan nilai SDR 23,17 %. Gulma ini ditribusi gulma terbanyak pada pertanaman tergolong berdaun lebar, mempunyai par- jagung pada Kelurahan Lambung Bukit, tumbuhan yang cepat dan besar-besar selain Padang, Sumatera Barat berasal dari golong- itu percabangan yang cukup banyak meng- an gulma berdaun lebar (1748 individu). akibatkan untuk menghasilkan biji menjadi Gulma golongan berdaun lebar sebagian banyak sehingga biomasanya menjadi tinggi. besar temasuk tumbuhan berkeping dua Gulma ini tahan terhadap naungan, memiliki (Dicotyledoneae) dari berbagai famili. Ciri- kerapatan yang tinggi dan penyebaran me- ciri umum adalah batang tubuh tegak dengan rata, menyebabkan gulma ini menjadi salah percabangannya, ada pula yang tumbuh satu gulma yang dominan. Tingginya komu- merambat. Daun tunggal maupun majemuk, nitas gulma Spermacoce alata ini karena helaian daun bulat/bulat telur Bertulang kerapatan mutlaknya lebih tinggi dan penye- daun melengkung atau menjari dan tepi daun baran yang merata dengan kondisi vegetasi rata, bergerigi atau bergelombang. Duduk yang padat dan kanopi gulma yang menutupi daun berhadapan atau berselangseling. permukaan tanah dapat merangsang partum- Bunga tunggal atau majemuk tersusun dalam buhan gulma ini menjadi dominan. Ber- suatu karangan bunga (Tjokrowardojo dan kembang biak dengan biji dan ruas batang Djauhariya, 2011). Gulma berdaun lebar ini yang keluar akar. Tumbuh di tempat terbuka banyak ditemukan karena umumnya memi- atau agak terlindung hingga 1.700 m dpl liki perakaran tunggang (Suryaningsih, Joni (Tjokrowardojo dan Djauhariya, 2011). dan Darmadi, 2011). Sistem perakaran tung- gang ini membuat gulma berdaun lebar jauh 25.00% lebih kokoh dibandingkan dengan jenis re- 23.17% rumputan (gulma berdaun sempit) dan teki- 20.00% 18.67% tekian. Sehingga, gulma berdaun lebar lebih mendominasi pada lahan pertanaman jagung 15.00% tersebut.

SDR 10.00% Family Dominan dan Co-Dominan 7.35% Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa 5.00% famili yang dominan pada lahan pertanaman 2.76% 2.45% jagung di Kelurahan Lambung Bukit, 0.00% Padang, Sumatera Barat, yaitu famili Spermacoce Ageratum Echinochloa Ludwigia Galinsoga Rubiaceae (50,69%) dan family yang co- alata conyzoides crss-gali perennis parviflora dominan pada famili Cyperaceae (0.05%). Gambar 2. Nilai SDR Gulma Pada Menurut Johnston and Gillman (1995), suatu Pertanaman Jagung di famili dikatakan dominan pada suatu ka- Kelurahan Lambung Bukit, wasan yaitu jika memiliki persentase >20% Padang, Sumatera Barat. dari total individu dan co-dominan jika persentasenya 10%-20%.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 139 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma

Gulma kedua yang mendominansi ini menjadi gulma dominan di lebih dari 60 adalah Ageratum conyzoides famili negara. (Asteraceae) dengan nilai SDR 18,67 %. Gulma Ageratum conyzoides termasuk go- Indeks Keanekaragaman Jenis longan tumbuhan semusim yang banyak Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat tumbuh di lahan pertanian, perkebunan bahwa nilai indeks dari keanekaragaman karet, palawija, kopi, tembakau, cengkeh jenis gulma berada pada nilai H’ = 1,2005. dan kelapa sawit. Dapat ditemukan hingga Hal ini sesuai dengan Magurran (2004) ketinggian 3.000 mdpl, meyukai intensitas menyatakan bahwa nilai indeks keane- cahaya tinggi dan ternaungi. Ageratum karagaman Shannon yaitu 1>H≥3 me- conyzoides memiliki tekstur biji ringan nunjukkan keanekaragaman sedang. Odum dengan jumlah biji yang banyak, dapat (1996) juga menyatakan bahwa tinggi ren- tersebar dengan bantuan angin dan cukup dahnya keanekaragaman jenis suatu organ- mengganggu perkebunan. Tumbuhan ini isme didalam komunitasnya tergantung pada memiliki daya saing yang tinggi, sehingga banyaknya jumlah individu yang terdapat dengan mudah tumbuh dimana-mana dan pada komunitas tersebut. Kondisi ling- sering menjadi gulma yang merugikan para kungan sangat mempengaruhi keaneka- petani (Okunade, 2002). Jenis ini ber- ragaman jenis suatu tumbuhan. Kondisi kembang biak dengan biji dan tumbuh di yang sangat ekstrim akan menyebabkan tempat terbuka atau agak terlindung gangguan terhadap stabilitas kehidupan dan (Tjokrowardojo dan Djauhariya, 2011). distribusi beragam tumbuhan (Ewusie, Gulma ketiga yang mendominansi 1990). Keanekaragaman jenis yang tinggi adalah Echinochloa crus-gali famili merupakan indikator dari kemantapan atau (Graminae) dengan nilai SDR 7,35 %. kestabilan dari suatu lingkungan partum- Menurut Altop dan Mennan (2011), gulma buhan. Kestabilan yang tinggi menunjukkan Echinochloa crus-gali memiliki distribusi tingkat kompleksitas yang tinggi, hal ini yang luas, mampu beradaptasi pada berbagai disebabkan terjadinya interaksi yang tinggi aspek ekologi, toleran terhadap kondisi pula sehingga akan mempunyai kemampuan iklim kering dan kondisi anaerob, perke- lebih tinggi dalam menghadapi gangguan cambahan dan pertumbuhan yang cepat, terhadap komponen-komponennya. produksi biji yang banyak, sehingga spesies

Tabel 3. Indeks Keanekaragaman Gulma Pada Pertanaman Jagung di Kelurahan Lambung Bukit, Padang, Sumatera Barat. No Spesies H’ 1 Amaranthus sp. -0,0038 2 Amaranthus hybridus L. -0,0129 3 Graptophyllum sp. -0,0103 4 Eleusine indica (L) Gaertn. -0,0424 5 Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. -0,1512 6 Eragrostis sp. -0,0103 7 Digitaria ciliaris (Retz.) Koeler. -0,0607 8 Ludwigia perennis L. -0,0363 9 Phyllanthus niruri L. -0,0319 10 Euphorbia hirta L. -0,0075 11 Cyperus cephalotes Vahl. -0,0038 12 Hedyotis sp. -0,0038 13 Spermacoce alata Aubl. -0,3446 14 Cleome rutidosperma DC. -0,0442 15 Ageratum conyzoides (L.) L. -0,3679 16 Galinsoga parviflora Cav. -0,0689 Σ Pi ln pi -1,2005 H’ 1,2005

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 140

Hubungannya Dengan Pengendalian tensi merusak lingkungan sehingga perlu Gulma dibatasi melalui pemaduan dengan cara Berdasarkan hasil wawancara yang pengendalian lainnya (Efendi dan Fadhly, telah dilakukan, pemilik melakukan pengen- 2004). dalian gulma secara mekanik, dilakukan Pengelolaan gulma terpadu merupakan sebelum lahan disiangi, tidak menggunakan konsep yang mengutamakan pengendalian herbisida. Setelah tanaman jagung tumbuh secara alami dengan menciptakan keadaan cukup besar umumnya gulma dibiarkan saja lingkungan yang tidak menguntungkan bagi tumbuh. Cara pengendalian yang dilakukan perkembangan gulma dan meningkatkan ini sangat berhubungan pada pertumbuhan daya saing tanaman terhadap gulma. Ada gulma karena pengendaliannya hanya di- beberapa hal yang perlu mendapat perhatian lakukan sebelum lahan disiangi dan metode dalam pengendalian secara terpadu: (1) pengendalian gulma yang dipakai hanya pengendalian gulma secara langsung dila- secara mekanik saja. Hal ini memicu gulma kukan dengan cara fisik, kimia, dan biologi, semakin banyak tumbuh pada lahan per- dan secara tidak langsung melalui pening- tanaman jagung ini. katan daya saing tanaman melalui perbaikan Pengendalian gulma dilakukan tidak teknik budi daya, (2) memadukan cara-cara hanya mutlak dengan satu metode saja tetapi pengendalian tersebut, dan (3) analisis dengan gabungan beberapa metode. Seperti, ekonomi praktek pengendalian gulma (Rizal, pemilik menggabungkan cara mekanis dan 2004). kimiawi dalam pemberantasan gulma ini. Pengelolaan gulma secara terpadu pada Pengertian ’pengendalian gulma dengan ga- prinsipnya memanipulasi faktor pertanaman bungan beberapa metode secara tepat’ ada- sehingga lebih menguntungkan bagi tanam- lah menetapkan gabungan beberapa metode an. Tollenar et al. (1994), secara kuantitatif yang sesuai dengan keadaan tanaman dan menyimpulkan pengaruh kepadatan tanaman lingkungan disesuaikan dengan ketersediaan jagung terhadap gulma selama daur per- peralatan, tenaga terampil, bahan-bahan, dan tumbuhan: (i) gangguan gulma selama per- yang tak kalah pentingnya yakni dengan tumbuhan jagung menjadi kecil jika gulma pengeluaran biaya semurah mungkin dan disingkirkan hingga stadia 3-4 helai daun aman terhadap lingkungan terutama manu- jagung, (ii) pada saat kepadatan tanaman sia. Menekan populasi gulma dan memper- jagung meningkat dari 4 menjadi 10 tahankan pada tingkat yang tidak merugikan tanaman/m2, biomas gulma menurun hingga berarti mengendalikan gulma agar tumbuh 50%. pada tingkat kerapatan dan tinggi tertentu Pengelolaan gulma secara terpadu agar hanya terdiri dari jenis-jenis yang tidak mengkombinasikan efektivitas dan efisiensi menimbulkan kerugian yang berarti. ekonomi. Jika penggunaan herbisida diku- Keberhasilan pengendalian gulma me- rangi maka pengolahan tanah setelah tanam rupakan salah satu faktor penentu terca- diperlukan (Buchler et al., 1995). Pengo- painya tingkat hasil jagung yang tinggi. lahan tanah dapat mencegah perkembangan Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai resistensi populasi gulma terhadap herbisida, aturan dan karantina; secara biologi dengan mengurangi ketergantungan terhadap herbi- menggunakan organisme hidup; secara fisik sida, dan menunda atau mencegah pening- dengan membakar dan menggenangi, me- katan spesies gulma tahunan yang sering lalui budi daya dengan pergiliran tanaman, menyertai dan timbul bersamaan dengan peningkatan daya saing dan penggunaan pengolahan konservasi (Staniforth and mulsa; secara mekanis dengan mencabut, Wiese, 1985). Pada saat penggunaan her- membabat, menginjak, menyiang dengan bisida diminimalkan atau dikurangi, peng- tangan, dan mengolah tanah dengan alat olahan tanah setelah tanam diperlukan untuk mekanis bermesin dan nonmesin, secara mengendalikan gulma. Mengurangi pengo- kimiawi menggunakan herbisida. Gulma lahan tanah lebih efisien dalam penggunaan pada pertanaman jagung umumnya diken- energi daripada mengurangi penggunaan dalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. herbisida (Clements et al., 1995). Pengendalian gulma secara kimiawi berpo-

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 141 | ………………Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma

KESIMPULAN pemberian pupuk NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Risalah 1. Komposisi gulma lahan pertanaman Penelitian Jagung dan Serelaia Lain. jagung di Kelurahan Lambung Bukit, 9:15-22. Padang, Sumatera Barat didapatkan 10 famili, 15 genus, 16 jenis dan 1892 Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi individu gulma. Tropika. ITB Press. Bandung. 2. Struktur gulma yang dominan pada pertanaman jagung ini adalah Sper- Fadhly, A. F, dan F. Tabri. 2007. macoce alata famili (Rubiaceae) dengan Pengandalian Gulma pada nilai SDR 23,17 % dan nilai SDR Pertanaman terendah Hedyotis sp., Cyperus cepha- Jagung.http://balit.litbang.co.id.bukuja lotes dan Amaranthus sp. (0,65%). gung.pdf. 02 April 2016. 3. Nilai indeks dari keanekaragaman jenis gulma berada pada nilai H’ = 1,2005 Johnston and Gillman. 1995. Tree (sedang). Population Study in ow Diversity 4. Pengelolaan gulma terpadu merupakan Forest .i. Floristc Composition konsep yang mengutamakan pengen- and Stand Structure. Biodiversity and dalian secara alami dengan menciptakan Conversation. 4;339-362. keadaan lingkungan yang tidak meng- untungkan bagi perkembangan gulma Kastanja, A.Y. 2012. Identifikasi Jenis dan dan meningkatkan daya saing tanaman Dominansi Gulma Pada Pertanaman terhadap gulma. Padi Gogo. (Studi Kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara). Balai Penyuluhan DAFTAR PUSTAKA Pertanian. Halmahera Utara.

Altop, E.K. and H. Mennan. 2011. Genetic Le Roy G. Holm, Ronald L.Plucknett, Juan and morphologic diversity of V. Pancho, James P. Herberger .1988. Echinochloa crus-galli populations The World’s Worst Weeds. University from different origins. Phytoparasitica Press Of Hawai. 39, 93-102. Melinda, L.H., M.D.K. Owen, and D.D. Backer. 1973. Atlas Of 220 Weeds Of Sugar- Bucher. 1998. Effects Of Crop And cane Field In Java. Jakarta. Weed Management On Density And Vertical Distribution Of Weed Seeds Buchler, D.B., J.D. Doll, R.T. Proost, and In Soil. Agron. J. 90:793-799. M.R. Visocky. 1995. Integrating mechanical weeding with reduce Moenandir, J . 1990. Persaingan Tanaman herbicide use in conservation tillage Budidaya Dengan Gulma. Penerbit corn production systems. Agron. J. CV. Rajawali.Jakarta. 87:507-512. Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Clements, D.R., S.F.Wiese, R. Brown, D.P. Sitem Pertanian. PT. Gadjah Mada Stonehouse, D.J. Hume, and C.J. University Press. Yogyakarta. Swanton. 1995. Energy analysis of tillage and herbicide inputs in Purwono dan Hartono, R. 2008. Bertanam alternative weed management systems. Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Agriculture, Ecosystems and Jakarta. Environment. 52:119-128. Rizal, A. 2004. Penentuan kehilangan hasil Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh tanaman akibat gulma. Dalam: S. sistem pengolahan tanah dan Tjitrosemito, A.S. Tjitrosoedirdjo, dan

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142 Analisa vegetasi gulma pada pertanaman jagung dan hubungannya dengan pengendalian gulma……………… | 142

I. Mawardi (Eds.) Prosiding Okunade, A.L. 2002. Ageratum conyzoides Konferensi Nasional XVI Himpunan L. Asteraceae. Fitoterapia. 73: 1-16. Ilmu Gulma Indonesia, Bogor, 15-17 Juli 2003. 2: 105-118. Violic, A.D. 2000. Integrated crop menagement. In: R.L. Paliwal, G. Rukmana, H.R. dan U.S. Saputra. 1999. Granados, H.R. Lafitte, A.D. Violic, Gulma dan Tehnik Pengendalian. and J.P. Marathee (Eds.). Tropical Kanisius. Jakarta. Maize Improvement and Production. FOA Production and Protection Soerjani, M. Koestermans, A.J.G.H and G. Series, Food and Agriculture Tjitrosoepomo, 1987. Weed of Rice in Organization of The United Nations. Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Rome, 28:237-282.

Staniforth, D.W. and A.F. Wiese. 1985. Weed biology and its relationship to weed control in limited tillage systems. In: A.F. Wiese (Ed.). Weed Control in Limited Tillage Systems. Weed Sci. Soc. Am. Champaign. IL. p.15-25. Suarni., 2001. Tepung Komposit Sorgum, Jagung, dan Beras untuk Pembuatan Kue Basah (cake). Risalah Penelitian Jagung dan Serealia Lain. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia. Maros.

Suryaningsih, M. Joni dan A. A. K. Darmadi. 2011. Inventarisasi Gulma Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Lahan Sawah Kelurahan Padang Galak, Denpasar Timur, Kodya Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis. Universitas Udayana. Bali.

Tjokrowardojo, A.S. dan E. Djauhariya. 2011. Gulma dan Pengendaliannya Pada Budidaya Tanaman Nilam. Nilam (Pogostemon cablin Benth): Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. p.40-49.

Tollenaar, M., A.A. Dibo, A. Aquilera, S.F. Weise, and C.J. Swanton. 1994. Effect of weed interference and soil nitrogen on four maize hybrids. Agron. J. 86:596-601.

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa Vol. 4, No. 2, Juli 2014, 135 – 142