Bahasa Dan Sastra Dan Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelas SMA/MA Untuk

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bahasa Dan Sastra Dan Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA Kelas XI Kelas SMA/MA Untuk Republik Indonesia melalui program pengalihan hak cipta buku dari penulis. Kerja sama Penerbit PT Galaxy Puspa Mega dengan Departemen Pendidikan Na ISBN 979-462-875-1 Indeks Bibliografi : hlm. 165-166 x, 168 hlm.: ilus.; 30 cm. Nasional, 2008. Sulastri...[et.al.]; editor Marina.—Jakarta: Pusat Perbukuan, Depart BAH Bahasa dan sastra Indonesia 2: untuk SMA/MA kelas XI (Program IPA/I P 410 Perancang Kulit : Oric Nugroho Jati Ilustrasi, Tata Letak : Agus Safitri, Pito Wardoyo Margaretha Suharti Florentina Sri Wahyuni Michiel Karatem ulastri Penulis : Euis S Untuk SMA/MA Kelas XI Indonesia Bahasa dan Sastra dari Penerbit PT. Galaxy Puspa Mega Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Republik Indonesia melalui program pengalihan hak cipta buku dari penulis. Kerja sama Penerbit PT Galaxy Puspa Mega dengan Departemen Pendidikan Na • Indonesian Heritage (Seni Pertunjukan) Sumber Gambar Kulit : • Tempo, 26 Mei-1 Juni 2003 • Tempo, 9 Mei 2004 ISBN 979-462-875-1 Indeks Bibliografi : hlm. 165-166 x, 168 hlm.: ilus.; 30 cm. Nasional, 2008. Sulastri...[et.al.]; editor Marina.—Jakarta: Pusat Perbukuan, Depart BAH Bahasa dan sastra Indonesia 2: untuk SMA/MA kelas XI (Program IPA/I P 410 Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm Perancang Kulit : Oric Nugroho Jati Ilustrasi, Tata Letak : Agus Safitri, Pito Wardoyo Margaretha Suharti Florentina Sri Wahyuni Michiel Karatem ulastri Penulis : Euis S Untuk SMA/MA Kelas XI Indonesia Bahasa dan Sastra dari Penerbit PT. Galaxy Puspa Mega Hak Cipta Buku ini dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah membeli hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis/penerbit untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui situs internet (website) Jaringan Pendidikan Nasional. Buku teks pelajaran ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Buku-buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (down load), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun, untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Diharapkan bahwa buku teks pelajaran ini akan lebih mudah diakses sehingga siswa dan guru di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada para siswa kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Juli 2008 Kepala Pusat Perbukuan iii Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA “Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas XI SMA/MA ini dibuat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Buku ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Seluruh strandar kompetensi dalam kurikulum tertuang dalam buku ini. Standar kompetensi tersebut akan menjadi kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memper- halus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas XI SMA/MA dapat menjadi sarana untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut. Materi-materi dalam buku ini terbagi dalam 12 tema. Kedua belas tema tersebut dibagi ke dalam dua semester. Pembagian 12 bab ke dalam dua semester ini dimaksudkan seba-gai acuan bagi peserta didik. Lebih dari itu, kreativitas guru maupun peserta didik justru lebih menentukan isi dan jalannya proses belajar. Materi yang tersaji lebih bersifat sebagai pemandu, maka tetap diperlukan seorang fasilitator maupun motivator. Oleh karena itu, sangatlah diharapkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Proses pembelajaran tetap berada pada aktivitas peserta didik sebagai subjek. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyusunan buku ini dari awal hingga akhir. Khusususnya terima kasih kepada PT Galaxy Puspa Mega yang telah berkenan menerbitkan buku ini. Jakarta, Mei 2008 iv Daftar isi Kata Sambutan ...................................................................................................................... iii Kata Pengantar ...................................................................................................................... iv Daftar Isi .............................................................................................................................. v Petunjuk Penggunaan Buku ..................................................................................................... ix SEMESTER 1 BAB 1 HIBURAN 1.1 Membaca Intensif .......................................................................................................... 1 1.1.1 Menemukan Gagasan Utama Melalui Membaca Intensif ........................................ 2 1.1.2 Paragraf Induktif dan Deduktif ............................................................................ 3 1.2 Membaca Berita ............................................................................................................ 5 1.3 Kata Baku dan Tidak Baku ............................................................................................... 7 Evaluasi ................................................................................................................................ 8 BAB 2 SASTRA MELAYU 2.1 Membaca dan Menganalisis Hikayat ................................................................................. 11 2.1.1 Apresiasi Hikayat Hang Tuah .............................................................................. 12 2.1.2 Hikayat Hang Tuah ............................................................................................ 12 2.2 Resensi ........................................................................................................................ 16 2.2.1 Apakah Resensi Itu?.......................................................................................... 16 2.2.2 Membaca Resensi Fiksi ..................................................................................... 16 2.2.3 Menulis Resensi Buku Fiksi ................................................................................. 18 2.3 Ungkapan ..................................................................................................................... 19 Evaluasi ................................................................................................................................ 21 BAB 3 KEGIATAN 3.1 Menyusun Proposal Kegiatan ........................................................................................... 23 3.2 Menyusun Karya Tulis..................................................................................................... 26 v Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA 3.2.1 Ketentuan Umum .............................................................................................. 26 3.2.2 Sistematika Karya Ilmiah ................................................................................... 26 3.2.3 Kutipan, Daftar Pustaka, dan Catatan Kaki............................................................ 29 3.3 Ringkasan Wawancara ................................................................................................... 33 3.4 Menjelaskan Hasil Wawancara ........................................................................................ 35 Evaluasi ................................................................................................................................ 36 BAB 4 KESEHATAN 4.1 Menjelaskan Isi Artikel ................................................................................................... 39 4.1.1 Membaca Artikel .............................................................................................. 39 4.1.2 Memahami Artikel ...........................................................................................
Recommended publications
  • Upin & Ipin: Promoting Malaysian Culture Values Through Animation
    Upin & Ipin: Promoting malaysian culture values through animation Dahlan Bin Abdul Ghani Universiti Kuala Lumpur [email protected] Recibido: 20 de enero de 2015 Aceptado: 12 de febrero de 2015 Abstract Malaysian children lately have been exposed or influenced heavily by digital media entertainment. The rise of such entertainment tends to drive them away from understanding and appreciating the values of Malaysian culture. Upin and Ipin animation has successfully promoted Malaysian folklore culture and has significantly portrayed the art of Malaysian values including Islamic values by providing the platform for harmonious relationship among different societies or groups or religious backgrounds. The focus of this research is to look into the usage of Malaysian culture iconic visual styles such as backgrounds, lifestyles, character archetypes and narrative (storytelling). Therefore, we hope that this research will benefit the younger generation by highlighting the meaning and importance of implicit Malaysian culture. Key words: Upin and Ipin; animation; narrative; folklore; culture; character archetypes. Upin e Ipin: promoviendo la cultura malasia a través de los valores de la animación Resumen Recientemente los niños en Malasia están siendo fuertemente expuestos cuando no influenciados por los medios masivos de entretenimiento digital. Esto les lleva una falta de comprensión y apreciación de la importancia de los valores de su propia cultura. La serie de animación propia Upin & Ipin ha promovido con éxito las diferentes culturas de Malasia y obtenido valores culturales significativos que representan a su arte, incluyendo el islámico, y proporcionando así una plataforma de relación armónica entre los diferentes grupos que componen la sociedad en Malasia, ya sea civil o religiosa.
    [Show full text]
  • Text and Screen Representations of Puteri Gunung Ledang
    ‘The legend you thought you knew’: text and screen representations of Puteri Gunung Ledang Mulaika Hijjas Abstract: This article traces the evolution of narratives about the supernatural woman said to live on Gunung Ledang, from oral folk- View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE lore to sixteenth-century courtly texts to contemporary films. In provided by SOAS Research Online all her instantiations, the figure of Puteri Gunung Ledang can be interpreted in relation to the legitimation of the state, with the folk- lore preserving her most archaic incarnation as a chthonic deity essential to the maintenance of the ruling dynasty. By the time of the Sejarah Melayu and Hikayat Hang Tuah, two of the most impor- tant classical texts of Malay literature, the myth of Puteri Gunung Ledang had been desacralized. Nevertheless, a vestigial sense of her importance to the sultanate of Melaka remains. The first Malaysian film that takes her as its subject, Puteri Gunung Ledang (S. Roomai Noor, 1961), is remarkably faithful to the style and sub- stance of the traditional texts, even as it reworks the political message to suit its own time. The second film, Puteri Gunung Ledang (Saw Teong Hin, 2004), again exemplifies the ideology of its era, depoliticizing the source material even as it purveys Barisan Nasional ideology. Keywords: myth; invention of tradition; Malay literature; Malaysian cinema Author details: Mulaika Hijjas is a British Academy Postdoctoral Fel- low in the Department of South East Asia, SOAS, Thornhaugh Street, Russell Square, London WC1H 0XG, UK. E-mail: [email protected].
    [Show full text]
  • Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings
    Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings TAJUK PERKARA MALAYSIA: PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS EDISI KEDUA TAJUK PERKARA MALAYSIA: PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS EDISI KEDUA Perpustakaan Negara Malaysia Kuala Lumpur 2020 © Perpustakaan Negara Malaysia 2020 Hak cipta terpelihara. Tiada bahagian terbitan ini boleh diterbitkan semula atau ditukar dalam apa jua bentuk dan dengan apa jua sama ada elektronik, mekanikal, fotokopi, rakaman dan sebagainya sebelum mendapat kebenaran bertulis daripada Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia. Diterbitkan oleh: Perpustakaan Negara Malaysia 232, Jalan Tun Razak 50572 Kuala Lumpur Tel: 03-2687 1700 Faks: 03-2694 2490 www.pnm.gov.my www.facebook.com/PerpustakaanNegaraMalaysia blogpnm.pnm.gov.my twitter.com/PNM_sosial Perpustakaan Negara Malaysia Data Pengkatalogan-dalam-Penerbitan TAJUK PERKARA MALAYSIA : PERLUASAN LIBRARY OF CONGRESS SUBJECT HEADINGS. – EDISI KEDUA. Mode of access: Internet eISBN 978-967-931-359-8 1. Subject headings--Malaysia. 2. Subject headings, Malay. 3. Government publications--Malaysia. 4. Electronic books. I. Perpustakaan Negara Malaysia. 025.47 KANDUNGAN Sekapur Sirih Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia i Prakata Pengenalan ii Objektif iii Format iv-v Skop vi-viii Senarai Ahli Jawatankuasa Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings ix Senarai Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Tajuk Perkara Topikal (Tag 650) 1-152 Tajuk Perkara Geografik (Tag 651) 153-181 Bibliografi 183-188 Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Sekapur Sirih Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia Syukur Alhamdulillah dipanjatkan dengan penuh kesyukuran kerana dengan izin- Nya Perpustakaan Negara Malaysia telah berjaya menerbitkan buku Tajuk Perkara Malaysia: Perluasan Library of Congress Subject Headings Edisi Kedua ini.
    [Show full text]
  • UNSUR-UNSUR MISTIK DAN PEMUJAAN DALAM KALANGAN MASYARAKAT MELAYU DI PULAU BESAR NEGERI MELAKA SYAIMAK ISMAIL Universiti Teknologi Mara [email protected]
    Jurnal Melayu Bil. 19(2)2020 254 UNSUR-UNSUR MISTIK DAN PEMUJAAN DALAM KALANGAN MASYARAKAT MELAYU DI PULAU BESAR NEGERI MELAKA SYAIMAK ISMAIL Universiti Teknologi Mara [email protected] MUHAMMAD SAIFUL ISLAM ISMAIL Universiti Teknologi Mara [email protected] ABSTRAK Pulau Besar merupakan pulau yang berpenghuni yang terletak di negeri Melaka. Pulau ini mula wujud sejak daripada zaman Kesultanan Melayu Melaka dan banyak peristiwa sejarah yang berlaku di pulau ini. Kehadiran ulama tersohor ke Pulau Besar sekitar abad ke-15 untuk menyebarkan agama Islam dianggap sebagai wali Allah dilihat wajar dihormati dan dipuja kerana kedudukannya yang tinggi di sisi tuhan. Peninggalan makam ulama beserta pengikut beliau dikatakan mewarnai Pulau Besar dengan hal-hal positif kerana memberikan seribu kebaikan kepada penduduk dan pengunjung yang datang ke pulau ini. Oleh demikian, Pulau Besar dianggap sebagai sebuah pulau yang suci dan keramat kerana mampu menyembuhkan penyakit, menyucikan hati dan menunaikan hajat setiap pengunjung yang datang ke pulau ini. Kebiasaannya masyarakat Melayu khususnya di Melaka akan mengunjungi beberapa tempat yang dianggap suci yang terdapat di pulau ini seperti kubur, gua, pokok dan batu besar untuk berdoa, memohon hajat, menunaikan nazar dan majalani sesi rawatan secara ghaib di Pulau Besar. Kesan daripada pengaruh fahaman animisme dan Hindu-Buddha yang diterima secara warisan daripada leluhur terdahulu masih lagi menjadi amalan sejak berzaman. Walaubagaimanapun, masyarakat Melayu mula menyesuaikan amalan tersebut mengikut kesesuaian agama Islam sebaik sahaja agama ini diperkenalkan di alam Melayu. Objektif kajian ini bertujuan untuk mengenalpasti unsur-unsur mistik dan pemujaan dalam kalangan masyarakat Melayu di Pulau Besar. Kajian ini menggunakan metod dokumentasi dan observasi bagi melihat secara menyeluruh bentuk amalan dan pemujaan yang masih dilakukan oleh masyarakat Melayu yang mengunjungi Pulau Besar ini.
    [Show full text]
  • UC Riverside Electronic Theses and Dissertations
    UC Riverside UC Riverside Electronic Theses and Dissertations Title Playing Along Infinite Rivers: Alternative Readings of a Malay State Permalink https://escholarship.org/uc/item/70c383r7 Author Syed Abu Bakar, Syed Husni Bin Publication Date 2015 Peer reviewed|Thesis/dissertation eScholarship.org Powered by the California Digital Library University of California UNIVERSITY OF CALIFORNIA RIVERSIDE Playing Along Infinite Rivers: Alternative Readings of a Malay State A Dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in Comparative Literature by Syed Husni Bin Syed Abu Bakar August 2015 Dissertation Committee: Dr. Hendrik Maier, Chairperson Dr. Mariam Lam Dr. Tamara Ho Copyright by Syed Husni Bin Syed Abu Bakar 2015 The Dissertation of Syed Husni Bin Syed Abu Bakar is approved: ____________________________________________________ ____________________________________________________ ____________________________________________________ Committee Chairperson University of California, Riverside Acknowledgements There have been many kind souls along the way that helped, suggested, and recommended, taught and guided me along the way. I first embarked on my research on Malay literature, history and Southeast Asian studies not knowing what to focus on, given the enormous corpus of available literature on the region. Two years into my graduate studies, my graduate advisor, a dear friend and conversation partner, an expert on hikayats, Hendrik Maier brought Misa Melayu, one of the lesser read hikayat to my attention, suggesting that I read it, and write about it. If it was not for his recommendation, this dissertation would not have been written, and for that, and countless other reasons, I thank him kindly. I would like to thank the rest of my graduate committee, and fellow Southeast Asianists Mariam Lam and Tamara Ho, whose friendship, advice, support and guidance have been indispensable.
    [Show full text]
  • The Paradigm of Malayness in Literature
    THE PARADIGM OF MALAYNESS IN LITERATURE IDA BAIZURA BAHAR Thesis submitted for the degree of PhD in the Languages and Cultures of South East Asia 2010 Department of South East Asia School of Oriental and African Studies University of London ProQuest Number: 11010464 All rights reserved INFORMATION TO ALL USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. In the unlikely event that the author did not send a com plete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if material had to be removed, a note will indicate the deletion. uest ProQuest 11010464 Published by ProQuest LLC(2018). Copyright of the Dissertation is held by the Author. All rights reserved. This work is protected against unauthorized copying under Title 17, United States C ode Microform Edition © ProQuest LLC. ProQuest LLC. 789 East Eisenhower Parkway P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106- 1346 | SOAP LIRDARY 2 Declaration for PhD thesis I have read and understood regulation 17.9 of the Regulations for students of the School of Oriental and African Studies concerning plagiarism. I undertake that all the material presented for examination is my own work and has not been written for me, in whole or in part, by any other person. I also undertake that any quotation or paraphrase from the published or unpublished work of another person has been duly acknowledged in the work which I present for examination. Signed: Ida Baizura Bahar Date: 7 December 2010 3 ABSTRACT This study is a study on the paradigm of Malayness in literature, taking as its point of departure the understanding of Malayness in Malaysia.
    [Show full text]
  • Malin Kundang
    MALIN KUNDANG Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. "Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata. Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang.
    [Show full text]
  • B. Parnickel an Epic Hero and an Epic Traitor in the Hikayat Hang Tuah In: Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde 132 (197
    B. Parnickel An epic hero and an epic traitor in the Hikayat Hang Tuah In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 132 (1976), no: 4, Leiden, 403-417 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/27/2021 11:25:09AM via free access B. B. PARNICKEL * AN EPIC HERO AND AN "EPIC TRAITOR" IN THE HIKAYAT HANG TV AH The study of the Hikayat Hang Tuah, the most monumental product of late medieval Malay literature, has raised many controversial questions. One of them is, no doubt, the prpblem of the social tenor of the HHT, whose principal hero, as is already announced in its wordy heading, "showed great loyalty to his sovereign and renderedhim many great services". Some fifteen years ago, in a paper read at the 25th Oriëntalist Congress, the present author called attention to the utter ingratitude of the raja of Malacca towards the bravest of his heroes, and expressed the opinion that the written version of the HHT which has come down to us, represents a court adaptation of a popular epic containing "a new Malay version of the conflict between a hero and a monarch, the con- flict which is so typical for a feudal epic".1 That paper, having been translated into English, drew a great deal of attention from Malayists, among whom the most explicit critic was Teeuw.2 Profound study of the text of the HHT, such as Teeuw emphatically calls for, makes it possible to abandon the support of an oral epos of Hang Tuah which has not been transmitted to us, and provides, in my opinion, new ar- guments in favour of my viewpoint, which probably was not expounded too convincingly.
    [Show full text]
  • V. Braginsky Hikayat Hang Tuah; Malay Epic and Muslim Mirror; Some Considerations on Its Date, Meaning and Structure
    V. Braginsky Hikayat Hang Tuah; Malay epic and muslim mirror; Some considerations on its date, meaning and structure In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 146 (1990), no: 4, Leiden, 399-412 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/29/2021 06:47:28PM via free access V.I. BRAGINSKY HIKAYAT HANG TUAH: MALAY EPIC AND MUSLIM MIRROR SOME CONSIDERATIONS ON ITS DATE, MEANING AND STRUCTURE Hikayat Hang Tuah (the epic of Hang Tuah), one of the pinnacles of Malay classica1 literature, described as early as the eighteenth century by F. Valentijn as a 'very rare gem', still remains a largely mysterious work which allows of opposed interpretations.1 The study of Hikayat Hang Tuah as a work of literature and, hence, as a research object of the science of literature, was launched by A. Teeuw in articles which described the system of its characters in their quite complex interrelationships. More importantly, perhaps, Teeuw has indicated ways of studying this hikayat as a work which, though heterogeneous in terms of its components, pos- . sesses a single structure and meaning based on a fundamental conception in medieval Malay culture of the relationship between the ruler and his subjects that is favourable for the state (see Teeuw 1960; 1961; 1964). While supporting Teeuw's main ideas, the present author hopes to develop these somewhat further and, perhaps, to add to them some ideas of his own. So far the problem of dating Hikayat Hang Tuah remains unsolved. In a series of interesting articles on this hikayat, B.B.
    [Show full text]
  • Konsep Adat Pakaian Cara Melayu Sentuhan Tenunan Dalam Busana Melayu1
    KONSEP ADAT PAKAIAN CARA MELAYU SENTUHAN TENUNAN DALAM BUSANA MELAYU1 Oleh : DR SITI ZAINON ISMAIL Sinopsis PENAMPILAN konsep adat Pakaian Cara Melayu (PCM) sudahpun termaktub dalam teks Sejarah Melayu dan Hang Tuah dengan jelas. Adat berpakaian telah mendapat perhatian dengan peraturan yang disusun atur sejak Sultan Muhammad Syah (1421-1444) di Melaka. Konsep asas pemerian PCM itu membezakan pakaian dilarang pakai oleh rakyat Melaka, iaitu ‘pakaian atas angin (Arab-Parsi) dan ‘memakai cara Keling itupun larangan’. Sungguhpun begitu kemasukan aneka jenis kain, pabrik atau tekstil luar telah mengkayakan lagi PCM. Terutama dengan pemakaian kain dari pelabuhan Gujerat sejak abad ke 7 M (disinggahi pedagang dari Arab-Parsi juga: cindai, kasa kasa, kain baldu ainulbanat) atau dari China dengan dewangga benang emas, kain bunga perada. Termasuklah pola baju kurung dan seluar yang terkesan daripada gaya Parsi- Gujerati. Kemunculan pengetahuan menenun terutama sejak abad ke 16 M, masyarakat Melayu sudah mula menenun dan menggunakan tekstil tenunan dari Bugis Mengkasar, dari Silungkang,Pandai Sikek termasuk di Pesisir Pantai Timur, Kelantan, Trengganu dan Pahang. Inilah rupa seni tekstil Melayu yang melengkap pola PCM terutama baju Melayu (kurung) dan kebaya atau di Pahang berkembang baju kebaya kembang disebut baju Riau-Pahang pada abad akhir abad ke 17 M. Kertas kerja ini akan menyentuh gaya dan hubung kait adat berPCM yang menampilkan gaya dengan pengunaan tenunan sama ada tenun bercorak atau songket. Di sinilah keindahan dan kemantapan seni
    [Show full text]
  • Second Malaysian Family Life Survey: 1988 Interviews
    ICPSR Inter-university Consortium for Political and Social Research Second Malaysian Family Life Survey: 1988 Interviews Appendices Julie DaVanzo and John Haaga ICPSR 9805 SECOND MALAYSIAN FAMILY LIFE SURVEY: 1988 INTERVIEWS (ICPSR 9805) Principal Investigators Julie DaVanzo and John Haaga RAND Third ICPSR Version March 1999 Inter-university Consortium for Political and Social Research P.O. Box 1248 Ann Arbor, Michigan 48106 BIBLIOGRAPHIC CITATION Publications based on ICPSR data collections should acknowledge those sources by means of bibliographic citations. To ensure that such source attributions are captured for social science bibliographic utilities, citations must appear in footnotes or in the reference section of publications. The bibliographic citation for this data collection is: DaVanzo, Julie, and John Haaga. SECOND MALAYSIAN FAMILY LIFE SURVEY: 1988 INTERVIEWS [Computer file]. 3rd ICPSR version. Santa Monica, CA: RAND Corporation [producer], 1997. Ann Arbor, MI: Inter-university Consortium for Political and Social Research [distributor], 1999. REQUEST FOR INFORMATION ON USE OF ICPSR RESOURCES To provide funding agencies with essential information about use of archival resources and to facilitate the exchange of information about ICPSR participants' research activities, users of ICPSR data are requested to send to ICPSR bibliographic citations for each completed manuscript or thesis abstract. Please indicate in a cover letter which data were used. DATA DISCLAIMER The original collector of the data, ICPSR, and the relevant funding
    [Show full text]
  • Hang Tuah in the Sea of Oral Malay Narratives
    MUHAMMAD HAJI SALLEH HANG TUAH IN THE SEA OF ORAL MALAY NARRATIVES Muhammad Haji Salleh [email protected] School of Humanities Universiti Sains Malaysia Abstract Hang Tuah is a culture hero who defines both himself and the Malays, along with their feudal and universal values. Three forms of existences have been bestowed on him by the peoples of the Malay Archipelago, i. e. the historical, the fictional and the oral. This paper attempts to trace the oral presence of Hang Tuah which is more varied, colourful, and in effect, more developed than the other two. At present, in Sungai Duyung, Singkep, Riau, Malacca and many places in the Archipelago, there is a wealth of stories about him, his origins, exploits, comrades and death. Many stories of the Sea Sekanaq of West Singkep, Riau claim that he originated from amongst their people. In Bintan, however, where his family found a home, some other famous stories are told of how he met his four friends, and his early relationship with the Bendahara and the Raja of Bintan. Hang Tuah and his family moved to Malacca when the new state became an important and wealthy port. Here, the stories refer to the village of Sungai Duyong in Malacca, its famous well, and his so-called mausoleum in Tanjong Keling. Stories of his life and contribution to the state were composed over time, and are quite different from addition to those of the Sulalat al-Salatin and the Hikayat Hang Tuah. The stories are still being composed and spread through the internet, an instrument of what I call the tertiary orality.
    [Show full text]